• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Kegiatan Bongkar Muat Di Dermaga BICT (Belawan International Container Terminal) Dalam Upaya Menurunkan Waktu Sandar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Optimalisasi Kegiatan Bongkar Muat Di Dermaga BICT (Belawan International Container Terminal) Dalam Upaya Menurunkan Waktu Sandar"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI KEGIATAN BONGKAR MUAT DI DERMAGA

BICT

(BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL)

DALAM UPAYA MENURUNKAN WAKTU SANDAR

TESIS

OLEH

MUHAMMAD NUR

097025005/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

OPTIMALISASI KEGIATAN BONGKAR MUAT DI DERMAGA

BICT

(BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL)

DALAM UPAYA MENURUNKAN WAKTU SANDAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri

pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD NUR

097025005/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

OPTIMALISASI KEGIATAN BONGKAR MUAT DI DERMAGA BICT

(BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL)

DALAM

UPAYA MENURUNKAN WAKTU SANDAR

adalah benar hasil karya saya

sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

Dalam tesis yang berjudul Perancangan Sistem Pengeringan Kripik Ubi Dengan

Menggunakan

Solar Dryer

(Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Di Desa

Tuntungan I Kabupaten Deli Serdang) diketahui bahwa Sistem pengeringan keripik ubi

masih konvensional dan mengandalkan sinar matahari, sehingga waktu pengeringan

tidak dapat dimaksimalkan. Penggunaan teknik pengering

solar dryer

diharapkan dapat

memberikan estimasi waktu pengeringan yang lebih singkat dengan mengoptimalkan

penyerapan sinar matahari, yang dapat mengurangi ongkos produksi. Disain pengering

solar dryer

dirancang berdasarkan evaluasi data antropometri operator pengrajin keripik

ubi yang ada di Desa Tuntungan I untuk kenyamanan dan efektifitas kerja operator.

Penelitian ini menghasilkan disain pengering

solar dryer

kapasitas 1 kg

ubi/proses. Penggunaan pengering sistem

solar dryer

dapat meningkatkan kapasitas

keripik ubi yang dihasilkan sampai 150% dibanding menggunakan sistem konvensional.

Kadar air akhir yang dihasilkan keripik ubi yang dihasilkan adalah 7,2% sedangkan

ambang batas kadar air adalah 10% maksimum. Penggunaan pengering sistem

solar

dryer

juga dapat mengurangi lama pengeringan sampai 25%.

Hasil analisa ekonomi (dalam bentuk rasionalisasi dan simulasi) penggunaan

pengering sistem

solar dryer

ini menghasilkan Net Profit Marginal (NPM) sebesar

29,66% dengan nilai perputaran uang per bulan adalah Rp 72.155.173. Sedangkan

analisa ekonomi terhadap penggunaan sistem konvensional hanya menghasilkan Net

Profit Marginal (NPM) sebesar 5,37% dengan perputaran uang per bulan adalah Rp

10.336.330.

Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian terhadap penggunaan bahan lain

pengabsorb panas sinar matahari dan penggunaan sistem

blower

yang dapat

mengoptimalkan laju pengeringan di dalam sistem pengeringan

solar dryer

.

(5)

ABSTRACT

In the thesis, entitled Sweet

Potato

This research resulted in the design of solar dryer for capacity of 1 kg potatoes.

The use of the solar dryer systems can increase the capasity up to 150% compared to the

conventional systems. Final moisture content Sweet potato chips produced was 7.2%

while the threshold moisture content is 10% maximum. The use of solar dryer systems

can also reduce drying time up to 25%.

Chips Drying System Design Using Solar

Dryer (Case Study On Household Industry In the village Tuntungan I Deli Serdang) note

that the drying system and a conventional potato chips still rely on sunlight, so the

drying time can not be maximized. The use of solar dryer technique is expected to

provide estimates of a shorter drying time by optimizing the absorption of sunlight,

which can reduce the cost of production. The design of the solar dryer is based on the

evaluation of the anthropometric data of the operators in village Tuntungan I for the

comfort and work effectiveness.

Economic analysis results (in the form of rationalization and simulation) use

solar of dryer system produces Marginal Net Profit (NPM) of 29.66% with a value of the

velocity of money per month is Rp 72,155,173. While the economic analysis of the use of

conventional systems only produce Marginal Net Profit (NPM) of 5.37% with a turnover

of money per month is Rp 10,336,330.

Subsequent studies conducted research on

the use of other materials which can absorb the sun's heat

and the use of blower system that can optimize the drying rate in the

solar dryer system.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Optimalisasi

Kegiatan Bongkar Muat Di Dermaga BICT

(Belawan International Container Terminal)

Dalam Upaya Menurunkan Waktu Sandar”

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing, Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng sebagai Ketua Komisi

Pembimbing juga Dr. Ir. Nazaruddin, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang

telah memberikan bimbingan ilmu dan moril kepada penulis didalam penyelesaian

laporan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,

suami dan anak, serta rekan-rekan Magister Teknik Industri atas dukungan dan semangat

yang diberikan. Juga kepada Pimpinan BICT yang telah mengizinkan penulis melakukan

penelitian pada usahanya.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya

kemampuan dan pengetahuan penulis, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran untuk menyempurnakan dan mengembangkan penelitian ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Maret 1972 di Padang Panjang, Sumatera

Barat. Pendidikan yang telah dilalui adalah Akademi Teknologi Industri Padang Jurusan

Teknik Kimia, Fakultas Teknik USU Jurusan Teknik Kimia, dan Pascasarjana Teknik

Industri Fakultas Teknik USU.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

i

ABSTRACT

...

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ...

xi

BAB 1

PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang Penelitian ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

4

1.3. Tujuan Penelitian ...

5

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ...

5

1.5. Manfaat Penelitian ...

6

BAB 2

LANDASAN TEORI ...

7

2.1. Teori Antrian ...

7

2.1.1. Sejarah Teori Antrian ...

7

2.1.2. Struktur Dasar Teori Antrian ...

8

2.1.3. Karakteristik Sistem Antrian ...

9

2.2. Teknik Simulasi ...

16

2.3. Penelitian Terdahulu ...

21

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...

24

3.1. Sejarah Perusahaan ...

24

(9)

3.3. Organisasi dan Manajemen ...

26

3.3.1. Struktur Organisasi ...

26

3.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggungjawab ...

27

3.3.3. Jam Kerja dan

Shift

Karyawan ...

32

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN ...

33

4.1. Alur Pikir Penelitian ...

33

4.2. Lokasi dan Objek Penelitian ...

36

4.3. Sumber Data ...

36

4.4. Teknik Pengumpulan Data ...

39

4.5. Pengolahan Data ...

39

4.5.1. Peramalan Volume Arus Barang Peti Kmas ...

39

4.6. Analisis Simulasi Pelayanan Peti Kemas ...

40

4.6.1. Identifikasi Model Simulasi ...

40

4.6.2. Pengembangan Model Simulasi ...

41

4.7. Pembahasan dan Kesimpulan ...

43

4.8. Kerangka Konseptual ...

44

BAB 5

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ...

46

5.1. Pengumpulan Data Di Lapangan ...

46

5.2. Pengolahan Data ...

55

5.2.1. Peramalan Arus Barang ...

55

5.2.2. Data Muat

Container

...

59

5.2.3. Data Bongkar

Container

Sumatera Utara 2005-2013 ....

61

5.2.4. Uji Distribusi ...

64

5.2.5. Perhitungan Biaya Tunggu Di Pelabuhan ...

72

5.2.6. Biaya Pelayanan ...

74

5.3. Simulasi Sistem Pelayanan Pelabuhan ...

77

5.4. Hasil

Running

Simulasi ...

79

BAB 6

ANALISIS PEMCAHAN MASALAH ...

80

6.1. Utilitas Peralatan Bongkar Muat Peti Kemas ...

80

6.2. Waktu Dalam Sistem Bongkar Muat Peti Kemas ...

83

(10)

6.4. Kondisi Optimal Sistem Bongkar Muat Peti Kemas ...

89

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN ...

92

7.1. Kesimpulan ...

92

7.2. Saran ...

93

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

2.1.

Sistem Antrian ...

9

2.2.

Single Channel Single Phase

...

14

2.3.

Multiple Channel Single Phase

...

15

2.4.

Multiple Channel Multiple Phase

...

16

2.5.

Single Channel Multiple Phase

...

16

3.1.

Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I Belawan ...

27

4.1.

Bagan Alur Pikir Penelitian ...

34

4.2.

Alur Aktivitas Bongkar (a) dan Muat (b) Di Pelabuhan BICT ...

41

5.1.

PDRB Per Kapita Sumatera Utara Tahun 2007-2013 ...

57

5.2.

Hasil Analisis Regresi Untuk Nilai PDRB ...

57

5.3.

Grafik Peramalan Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Tahun 201-2018 ..

58

5.4.

Pertumbuhan Ekspor/Arus Muat Sumatera Utara Tahun 2005-2013 ...

59

5.5.

Hasil Analisis Regresi Untuk Nilai Muat ...

60

5.6.

Peramalan Pertumbuhan Muat Di BICT Sumatera Utara Tahun 2014-2018

61

5.7.

Pertumbuhan Bongkar

Container

Di Pelabuhan Belawan 2005-2013 ...

62

5.8.

Hasil Analisis Regresi Untuk Nilai Muat ...

62

5.9.

Peramalan Pertumbuhan Bongkar Di BICT Sumatera Utara 2014-2018 ....

63

5.10. Perbandingan Ramalan Laju Bongkar Muat

Container

Tahun 2014-2018 .

64

5.11. Grafik Distribusi

Poisson

Laju Kedatangan

Container

...

66

5.12. Grafik Distribusi

Poisson

Laju Pelayanan

Container Crane

...

68

5.13. Grafik Distribusi

Poisson

Laju Pelayanan

Heat Truck

...

70

5.14. Grafik Distribusi

Poisson

Laju Pelayanan

Rubber Tyred Gantry

...

72

6.1.

Grafik Peningkatan Utilitas Peralatan

Crane

...

81

6.2.

Grafik Peningkatan Utilitas Peralatan

Heat Truck

...

82

(12)

6.4.

Grafik Peningkatan Waktu Dalam Sistem Aktivitas Bongkar

...

84

6.5.

Grafik Peningkatan Waktu Dalam Sistem Aktivitas Muat ...

84

6.6.

Grafik Peningkatan Total Biaya Tunggu ...

86

6.7.

Grafik Waktu Tunggu Bongkar

Container Crane

...

86

6.8.

Grafik Waktu Tunggu Muat

Container Crane

...

87

6.9.

Grafik Waktu Tunggu Bongkar Muat

Rubber Tyred Gantry

...

87

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1.1.

Lama Keterlambatan Produksi Bongkar Muat Peti Kemas

Bulan April 2013 ...

2

2.1.

Penelitian Terdahulu Mengenai Optimalisasi Aktivitas Bongkar

Muat Peti Kemas ...

22

3.1.

Pembagian Waktu Kerja

Shift

Karyawan ...

32

5.1.

Sampel Kedatangan Barang/Kapal Peti Kemas Di BICT Belawan ...

47

5.2.

Data Waktu

Container Crane

(CC) ...

50

5.3.

Data Waktu Pelayanan

Head Truck

(HT) ...

51

5.4.

Data Waktu Pelayanan

Rubber Tyred Gantry

(RTG) ...

53

5.5.

Data PDRB Per Kapita Sumatera Utara Tahun 2007-2013 ...

56

5.6.

Peramalan PDRB Sumatera Utara Tahun 2014-2018 ...

58

5.7.

Data Muat

Container

Di Pelabuhan Belawan Tahun 2005-2013 ...

59

5.8.

Ramalan Muat

Container

Tahun 2014-2018 ...

60

5.9.

Data Bongkar

Container

Di Pelabuhan Belawan Tahun 2005-2013 ...

61

5.10. Ramalan Bongkar Tahun 2005-2013 ...

63

5.11. Ramalan Laju Bongkar Muat

Container

Tahun 2014-2018 ...

64

5.12. Uji Distribusi Laju Kedatangan

Container

...

66

5.13. Uji Distribusi Laju Layanan

Container Crane

...

67

5.14. Uji Distribusi Laju Layanan

Heat Truck

...

69

5.15. Uji Distribusi Laju Layanan

Rubber Tyred Gantry

...

71

5.16. Data Arus Bongkar Muat Tahun 2005-2013 Pelabuhan Belawan

Sumatera Utara ...

73

5.17. Total Biaya Per

Box

Pada Aktivitas Bongkar Muat ...

77

5.18. Data Waktu Pelayanan Peti Kemas ...

78

5.19. Hasil Simulasi Utilitas Fasilitas Bongkar Muat ...

79

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1.

Nilai Tabel Distribusi t ...

96

2.

Tabel

Westinghouse System’s Rating

...

97

3.

Penilaian Penyesuaian Tempo Kerja... 100

4.

Perhitungan Waktu Normal ... 126

5.

Perhitungan Waktu Longgar ... 130

6.

Perhitungan Waktu Baku ... 139

7.

Tabel

Process Activity Mapping

(PAM) ... 143

(15)

ABSTRAK

Dalam tesis yang berjudul Perancangan Sistem Pengeringan Kripik Ubi Dengan

Menggunakan

Solar Dryer

(Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Di Desa

Tuntungan I Kabupaten Deli Serdang) diketahui bahwa Sistem pengeringan keripik ubi

masih konvensional dan mengandalkan sinar matahari, sehingga waktu pengeringan

tidak dapat dimaksimalkan. Penggunaan teknik pengering

solar dryer

diharapkan dapat

memberikan estimasi waktu pengeringan yang lebih singkat dengan mengoptimalkan

penyerapan sinar matahari, yang dapat mengurangi ongkos produksi. Disain pengering

solar dryer

dirancang berdasarkan evaluasi data antropometri operator pengrajin keripik

ubi yang ada di Desa Tuntungan I untuk kenyamanan dan efektifitas kerja operator.

Penelitian ini menghasilkan disain pengering

solar dryer

kapasitas 1 kg

ubi/proses. Penggunaan pengering sistem

solar dryer

dapat meningkatkan kapasitas

keripik ubi yang dihasilkan sampai 150% dibanding menggunakan sistem konvensional.

Kadar air akhir yang dihasilkan keripik ubi yang dihasilkan adalah 7,2% sedangkan

ambang batas kadar air adalah 10% maksimum. Penggunaan pengering sistem

solar

dryer

juga dapat mengurangi lama pengeringan sampai 25%.

Hasil analisa ekonomi (dalam bentuk rasionalisasi dan simulasi) penggunaan

pengering sistem

solar dryer

ini menghasilkan Net Profit Marginal (NPM) sebesar

29,66% dengan nilai perputaran uang per bulan adalah Rp 72.155.173. Sedangkan

analisa ekonomi terhadap penggunaan sistem konvensional hanya menghasilkan Net

Profit Marginal (NPM) sebesar 5,37% dengan perputaran uang per bulan adalah Rp

10.336.330.

Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian terhadap penggunaan bahan lain

pengabsorb panas sinar matahari dan penggunaan sistem

blower

yang dapat

mengoptimalkan laju pengeringan di dalam sistem pengeringan

solar dryer

.

(16)

ABSTRACT

In the thesis, entitled Sweet

Potato

This research resulted in the design of solar dryer for capacity of 1 kg potatoes.

The use of the solar dryer systems can increase the capasity up to 150% compared to the

conventional systems. Final moisture content Sweet potato chips produced was 7.2%

while the threshold moisture content is 10% maximum. The use of solar dryer systems

can also reduce drying time up to 25%.

Chips Drying System Design Using Solar

Dryer (Case Study On Household Industry In the village Tuntungan I Deli Serdang) note

that the drying system and a conventional potato chips still rely on sunlight, so the

drying time can not be maximized. The use of solar dryer technique is expected to

provide estimates of a shorter drying time by optimizing the absorption of sunlight,

which can reduce the cost of production. The design of the solar dryer is based on the

evaluation of the anthropometric data of the operators in village Tuntungan I for the

comfort and work effectiveness.

Economic analysis results (in the form of rationalization and simulation) use

solar of dryer system produces Marginal Net Profit (NPM) of 29.66% with a value of the

velocity of money per month is Rp 72,155,173. While the economic analysis of the use of

conventional systems only produce Marginal Net Profit (NPM) of 5.37% with a turnover

of money per month is Rp 10,336,330.

Subsequent studies conducted research on

the use of other materials which can absorb the sun's heat

and the use of blower system that can optimize the drying rate in the

solar dryer system.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalur transportasi air/laut merupakan salah satu jalur transportasi yang paling

sering digunakan untuk pengiriman barang dalam skala kecil sampai dengan skala besar,

yang pada umumnya barang yang dikirim merupakan barang kebutuhan industri, rumah

tangga dan pemerintah. Hal tersebut mengakibatkan sarana dan prasarana ataupun

fasilitas pelayanan menjadi hal yang sangat penting untuk dipenuhi oleh dermaga tempat

pengiriman ataupun penerimaan barang agar barang dapat sampai tepat pada waktunya.

(18)

kegiatan ekspor, impor dan antar pulau. Unit BICT yang menjadi pelabuhan utama

berlokasi di Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan unit BICT secara

rutin melayani kapal-kapal

feeder

dengan tujuan Penang, Port Klang, Singapura, dan

pelabuhan lainya. Sedangkan di dermaga antar pulau melayani kapal dalam negeri

dengan tujuan Tanjung Priok, Tanjung Perak serta pelabuhan lainnya.

Sistem pelayanan pada

Belawan International Container Terminal

(BICT)

adalah bersifat

single channel multiphase

, di mana terdapat satu antrian yang dilayanin

oleh beberapa fasilitas pelayanan yang tersusun secara seri. Dengan penggunaan pola

antrian yang bersifat

single channel multiphase

membuat antrian pelayanan kontainer.

Adapun data keterlambatan (

delay

) aktivitas bongkar muat kapal-kapal dapat dilihat

pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Lama Keterlambatan Produksi Bongkar Muat Peti Kemas

Bulan April 2013

No. Nama Kapal

Tanggal Kedatangan/ Sandar Tanggal Selesai Pelayanan Lama Keterlambatan (ETMAL) Total Bongkar Total Muat

1 Meratus Medan 31/3/13 1/4/13 ¼ 641 583

2 Tanto Setia 31/3/13 2/3/13 ¼ 804 833

3 Strait Mas 1/4/13 2/4/13 ¼ 638 688

4 Oriental Ruby 3/4/13 4/4/13 ¼ 433 878

5 CTP Delta 4/4/13 5/4/13 0 400 0

6 Tanto Bersatu 5/4/13 6/4/13 ¼ 770 866

7 Meratus Medan 7/4/13 9/4/13 ½ 513 713

8 Tanto Bersama 8/4/13 9/4/13 ¼ 831 718

9 Meratus Medan 1 9/4/13 11/4/13 ½ 499 325

10 Oriental Mutiara 11/4/13 12/4/13 ¼ 573 737

11 CTP Honour 11/4/13 12/4/13 0 253 0

12 Tanto Pratama 12/4/13 13/4/13 ¼ 714 816

13 Meratus Medan 3 14/4/13 16/4/13 ½ 577 574

(19)

Tabel 1.1. (Lanjutan)

No. Nama Kapal

Tanggal Kedatangan/ Sandar Tanggal Selesai Pelayanan Lama Keterlambatan (Hari) Total Bongkar Total Muat

15 Tanto Setia 16/4/13 17/4/13 ¼ 896 608

16 Selat Mas 17/4/13 19/4/13 ½ 842 939

17 Oriental Ruby 18/4/13 19/4/13 ¼ 775 829

18 CTP Java 19/4/13 19/4/13 0 319 0

19 Tanto Bersatu 20/4/13 21/4/13 ¼ 822 623

20 Meratus Medan 2 21/4/13 23/4/13 ½ 720 556

21 Strait Mas 23/4/13 25/4/13 ½ 657 671

22 Oriental Mutiara 24/4/13 25/4/13 ¼ 846 678

23 Meratus Medan 1 26/4/13 28/4/13 ½ 405 311

24 CTP Honour 27/4/13 28/4/13 ¼ 388 179

25 Meratus Medan 3 28/4/13 29/4/13 ¼ 751 678

26 Tanto Pratama 39/4/13 30/4/13 ¼ 780 385

Sumber : BICT Pelindo I Cabang Belawan

Tabel 1.1 memperlihatkan adanya keterlambatan bongkar muat peti kemas bulan

April 2013. Keterlambatan yang terjadi akan meyebabkan

cost

yang tinggi karena biaya

sandar di tetapkan berdasarkan:

GRT

x

ETMAL

x Tarif Tetap x Tarif

Variabel

... (1.1)

Keterangan:

GRT = Gross Tons

ETMAL = Waktu Sandar per 24 Jam

Tarif Tetap = Biaya sandar Tetap

Tarif Variabel = Biaya sandar Variabel

(20)

Hal tersebut terjadi akibat waktu kedatangan kapal yang membawa kontainer

lebih cepat dibandingkan waktu pelayanan dari setiap stasiun palayanan. Selain itu juga,

kriteria antrian pada BICT pada umumnya sesuai dengan skala prioritas ataupun bobot

container

. Bobot container yang paling berat akan dimuat terlebih dahulu sehingga

sewaktu melakukan pembongkaran maka

container

yang paling berat akan keluar

belakangan. Terjadinya keterlambatan yang disebabkan minimnya fasilitas pelayanan

yang disediakan akan dapat menimbulkan kerugian bagi pihak jasa pengiriman barang

yang berupa

claim

dari konsumen serta menimbulkan biaya yang tinggi karena kapal

lebih lama menyandar di dermaga.

Amelia (2011). menyatakan bahwa optimalisasi pelayanan kontainer pada

terminal 1

PT. Jakarta International Cointainer Terminal

dapat menurunkan waktu

rata-rata tunggu kontainer dalam antrian dari 10 menit menjadi 8 menit, dengan cara disiplin

pelayanan penerimaan kointainer pada

slots cointainer yard.

Rudi, dkk (2010),

menyatakan bahwa simulasi sistem penanganan peti kemas yang dilakukan di

cointainer

yard

pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan pelayanan yang optimal dapat

menampung sampai 2.838

ground slots,

atau 30% diatas daya tampung saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

(21)

kointainer yang diturunkan dari kapal juga melayani kointainer yang sudah disusun

untuk dikirim ke konsumen. Proses ini sering menyebabkan waktu tunggu pelayanan

kointainer untuk disusun.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1.

Mengoptimalisasikan BICT (

Belawan International Container Terminal

) untuk

menurunkan waktu sandar di dermaga.

2.

Merancang fasilitas pelayanan yang optimal dengan mensimulasikan antrian

pelayanan bongkar muat peti kemas sehingga jumlah antrian dapat diminimumkan

ataupun dihilangkan.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan hanya di bagian Terminal Domestik (Antar Pulau) pada Belawan

International Container Terminal (BICT).

2. Rancangan yang diusulkan adalah sebuah rancangan konseptual.

Sedangkan asumsi yang digunakan antara lain:

1.

Operator dan fasilitas pelayanan unit-unit di Terminal Belawan dalam keadaan

normal.

2.

Kondisi lingkungan dalam keadaan baik.

(22)

1.5. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian pada

sistem antrian peti kemas dan memberikan sumbangan pemikiran khususnya bagi

pengambil keputusan.

2.

Bagi peneliti adalah penerapan ilmu pengetahuan (

knowledge applied

) terutama

riset operasi dan metode ilmiah dalam mengatasi permasalahan.

(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Antrian

2.1.1. Sejarah Teori Antrian.

Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian atau

baris-baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan seluruh aspek dari situasi

pelanggan (baik orang maupun barang) harus antri untuk mendapatkan suatu layanan.

Berikut ini adalah definisi antrian yaitu:

1.

Antrian adalah kumpulan dari masukkan atau objek yang menunggu

pelayanan (Soebagyo, 1995).

2.

Antrian adalah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan

layanan dari satu atau lebih fasilitas layanan (Siagian, 1987).

Antrian yang sangat panjang dan terlalu lama untuk memperoleh giliran pelayanan

membuang banyak waktu. Rata-rata lamanya waktu menunggu (waiting time) sangatlah

tergantung kepada rata-rata tingkat kecepatan pelayanan (rate of services). Teori tentang antrian

pertama diketemukan dan dikembangkan oleh Erlang seorang insinyur dari Denmark, dalam

bukunya Solution of Some Problem in the Theory of Probability of Significance in Automatic

Telephone Exchange pada tahun 1913. Sewaktu itu Erlang masih bekerja pada perusahaan

telepon di kopenhagen. Erlang melakukan eksperimen tentang fluktuasi permintaan fasilitas

telepon yang berhubungan dengan automatic dialing equipment, yaitu peralatan penyambungan

(24)

melayani para penelepon secepatnya, sehingga para penelepon harus antri menunggu giliran,

mungkin cukup lama. Tujuan penggunaan teori antrian adalah untuk merancang fasilitas

pelayanan, dalam mengatasi permintaan pelayanan yang berfluktuasi secara random dan

menjaga keseimbangan antara biaya (waktu menganggur) pelayanan dan biaya (waktu) yang

diperlukan selama antrian.

Kleinrock (1975) menyatakan bahwa model antrian yang proses kedatangannya

dan proses pelayanannya menggunakan distribusi eksponensial, diantaranya model

antrian klasik (M/M/1), model antrian dengan c layanan (M/M/c) dan model antrian

dengan populasi terbatas (M/M/1/N). Model antrian yang proses kedatangan atau proses

pelayanannya berdistribusi eksponensial dan yang lainnya berdistribusi general (umum),

diantaranya pelayanan berdistribusi general (M/G/1) dan kedatangan berdistribusi

general (G/M/1).

2.1.2. Struktur Dasar Teori Antrian.

Sistem antrian mencakup pelanggan (orang, pesawat, mesin dan lain sebagainya) yang

datang dengan laju kontan atau bervariasi untuk mendapatkan layanan pada suatu fasilitas

layanan. Proses suatu antrian dapat digambarkan yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(25)

2.1.3. Karakteristik Sistem Antrian.

2.1.3.1. Kapasitas Sistem.

Kapasitas sistem adalah jumlah maksimum pelanggan, mencakup yang sedang

dilayani dan yang berada dalam antrian, yang dapat ditampung oleh fasilitas pelayanan

pada saat yang sama. Kapasitas pelayanan tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang

tetap tapi ada juga yang berubah-ubah. Karena itu fasilitas pelayanan dapat memiliki

satu atau lebih saluran.

Keterbatasan fisik dalam sistem antrian sering dijumpai sehingga ketika antrian

telah mencapai panjang tertentu maka pelanggan yang berikutnya tidak dapat masuk

kedalam sistem. Keadaan antrian semacam ini disebut antrian dengan kapasitas terbatas.

Sedangkan sebuah sistem yang tidak membatasi jumlah pelanggan di dalam fasilitas

pelayanannya dikatakan memiliki kapasitas tidak terhingga.

2.1.3.2. Pola Kedatangan Pelanggan.

Pola distribusi kedatangan pelanggan ke dalam sistem menentukan pola besarnya

kedatangan pelanggan dalam sistem. Suatu anggapan yang biasa dibuat adalah kedatangan

pelanggan kedalam sistem selalu mengikuti proses poisson. Hal ini benar apabila kedatangan

pelanggan terjadi secara random dengan kecepatan kedatangan rata-rata tertentu. Anggapan lain

adalah distribusi probabilitas dari selang waktu antara kedatangan dengan mengikuti distribusi

eksponensial. Selang waktu antar dua kedatangan pelanggan yang berurutan disebut selang

(26)

2.1.3.3. Pola Pelayanan .

Pelayan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih pelayan, atau satu

atau lebih fasilitas pelayanan. Tiap–tiap fasilitas pelayanan kadang–kadang disebut sebagai

saluran (channel) (Schroeder,1997). Contohnya, jalan tol dapat memiliki beberapa pintu tol.

Mekanisme pelayanan dapat hanya terdiri dari satu pelayan dalam satu fasilitas pelayanan yang

ditemui pada loket seperti pada penjualan tiket di gedung bioskop.

Bentuk pelayanan dapat konstan dari waktu ke waktu. Rerata pelayanan (mean server

rate) diberi simbol μ (miu) merupakan jumlah pelanggan yang dapat dilayani dalam satuan

waktu, sedangkan rerata waktu yang dipergunakan untuk melayani setiap pelanggan diberi

simbol 1/μ unit (satuan). Jadi 1/μ merupakan rerata waktu yang dibutuhkan untuk suatu

pelayanan dimana 1/μ adalah parameter distribusi eksponensial. Jadi, secara umum pola

pelayanan pada suatu sistem antrian mengikuti distribusi eksponensial.

2.1.3.4. Jumlah Pelayanan.

Karakteristik dari populasi yang akan dilayani (calling population) dapat dilihat menurut

ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi yang akan dilayani. Menurut

ukurannya, populasi yang akan dilayani bisa terbatas (finite) bisa juga tidak terbatas

(infinite). Sebagai contoh jumlah mahasiswa yang antri untuk registrasi di sebuah

perguruan tinggi sudah diketahui jumlahnya (finite), sedangkan jumlah nasabah bank yang

antri untuk setor, menarik tabungan, maupun membuka rekening baru, bisa tak terbatas

(infinite). Pola kedatangan bisa teratur, bisa juga acak (random). Kedatangan yang teratur sering

kita jumpai pada proses pembuatan/ pengemasan produk yang sudah distandardisasi. Pada

proses semacam ini, kedatangan produk untuk diproses pada bagian selanjutnya biasanya

(27)

sifatnya acak (random) banyak kita jumpai misalnya kedatangan nasabah di bank. Pola

kedatangan yang sifatnya acak dapat digambarkan dengan distribusi statistik dan dapat

ditentukan dua cara yaitu kedatangan per satuan waktu dan distribusi waktu antar kedatangan.

Contoh: Kedatangan digambarkan dalam jumlah satu waktu, dan bila kedatangan

terjadi secara acak, informasi yang penting adalah Probabilitas n kedatangan dalam

periode waktu tertentu, dimana n = 0,1,2,.

Jika kedatangan diasumsikan terjadi dengan kecepatan rata-rata yang konstan dan bebas

satu sama lain disebut distribusi probabilitas Poisson Ahli matematika dan fisika, Poisson

(1781–1840), menemukan sejumlah aplikasi manajerial, seperti kedatangan pasien di RS,

sambungan telepon melalui central switching sistem, kedatangan kendaraan di pintu tol, dll.

Semua kedatangan tersebut digambarkan dengan variabel acak yang terputus-putus dan

nonnegative integer (0, 1, 2, 3, 4, 5, dst). Selama 10 menit mobil yang antri di pintu tol bisa 3,

5, 8, dst.

Ciri-ciri distribusi poisson:

1. Rata-rata jumlah kedatangan setiap interval bisa diestimasi dari data sebelumnya.

2. Bila interval waktu diperkecil misalnya dari 10 menit menjadi 5 menit, maka

pernyataan ini benar:

a. Probabilitas bahwa seorang pasien datang merupakan angka yang sangat kecil

dan konstan untuk setiap interval.

b. Probabilitas bahwa 2 atau lebih pasien akan datang dalam waktu interval sangat

kecil sehingga probabilita untuk 2 atau lebih dikatakan nol (0).

c. Jumlah pasien yang yang datang pada interval waktu bersifat

(28)

d. Jumlah pasien yang datang pada satu interval tidak tergantung pada

interval yang lain.

2.1.3.5. Kapasitas Sistem.

Kapasitas sistem adalah jumlah maksimum pelanggan, mencakup yang sedang dilayani

dan yang sedang berada dalam antrian yang dapat ditampung oleh fasilitas pelayanan pada saat

yang sama. Sebuah sistem yang tidak membatasi jumlah pelanggan di dalam fasilitas

pelayanannya dikatakan memiliki kapasitas tak terhingga, sedangkan suatu sistem yang

membatasi jumlah pelanggan yang ada di dalam fasilitas pelayanannya dikatakan memiliki

kapasitas yang terbatas.

2.1.3.6. Disiplin Antrian.

Disiplin antrian adalah aturan dalam mana para pelanggan dilayani, atau disiplin

pelayanan (service discipline) yang memuat urutan (order) para pelanggan menerima layanan.

Aturan pelayanan menurut urutan kedatangan ini dapat didasarkan pada:

1. Pertama Masuk Pertama Keluar (FIFO).

FIFO (First In First Out) merupakan suat peraturan dimana yang akan dilayani

terlebih dahulu adalah pelanggan yang datang terlebih dahulu. FIFO ini sering juga

disebut FCFS (First Come First Served). Contohnya dapat dilihat pada antrian di

loket-loket penjualan karcis kereta api.

2. Yang Terakhir Masuk Pertama Keluar (LIFO).

LIFO (Last In First Out) merupakan antrian dimana yang datang paling akhir

adalah yang dilayani paling awal atau paling dahulu, yang sering juga dikenal

(29)

muat barang dalam truk, dimana barang yang masuk terakhir justru akan keluar

terlebih dahulu.

3. Pelayanan dalam Urutan Acak.

SIRO (Service In Random Order) dimana pelayanan dilakukan secara acak. Sering

juga dikenal dengan RSS (Random Selection For Service). Contohnya adalah pada

arisan, dimana pelayanan atau service dilakukan berdasarkan undian (random).

4. Pelayanan Berdasarkan Prioritas (PRI).

Diaman pelayanan didasarkan prioritas khusus. Misalnya dalam suatu pesta dimana

tamu-tamu yang dikategorikan VIP akan dilayani terlebih dahulu.

2.1.3.7. Struktur Antrian.

Ada beberapa struktur sistem di dalam antrian, yaitu:

1. Single Channel Single Phase (Satu Antrian Satu Pelayanan).

Single Channel berarti hanya ada satu jalur untuk memasuki sistem pelayanan atau

hanya ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti pelayanan diberikan dalam

satu tahapan saja, dapat dilihat pada Gambar 2.2.

SERVER Keluar

Datang

Gambar 2.2. Single Channel Single Phase

2. Multiple Channel Single Phase (Satu Antrian Beberapa Pelayanan Single).

MultiChannel berarti ada beberapa jalur antrian yang tersedia untuk memasuki jalur

dan Single Phase berarti pelayanan tersebut hanya dilakukan dalam satu tahapan

(30)

SERVER 1

SERVER 2

SERVER 3

Keluar Datang

Gambar 2.3. Multiple Channel Single Phase

3. Multiple Channel Multiple Phase (Beberapa Antrian Beberapa Pelayanan Paralel).

Istilah Multi Phase berarti bahwa terdapat beberapa proses pelayanan sampai proses

pelayanan tersebut dinyatakan selesai, dan Multi Channel berarti pelayanan tersebut

dilakukan dengan beberapa jalur antrian, dapat dilihat pada Gambar 2.4.

SERVER 1 SERVER 2 SERVER 3

SERVER 4 SERVER 5 SERVER 6

SERVER 7 SERVER 8 SERVER 9

Datang

Keluar

Keluar

Keluar

(31)

4. Single Channel Multiple Phase (Satu Antrian Beberapa Pelayanan Seri).

Istilah Multi Phase berarti bahwa terdapat beberapa proses pelayanan sampai proses

pelayanan tersebut dinyatakan selesai, dan Single Channel berarti pelayanan

tersebut dilakukan dengan satu jalur antrian saja, dapat dilihat pada Gambar 2.5.

SERVER 1 SERVER 2 SERVER 3 Keluar

Datang

(32)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Perusahaan

PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56

tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah SH No. 1 tanggal 1 Desember 1992 sebagaimana

dimuat dalam Tambahan Berita Negara RlNo. 8612 Tahun 1994, beserta perubahan terakhir

sebagaimana telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Rl tanggal 2 Januari 1999 No. 1.

Nama lengkap perusahaan adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I disingkat PT. Pelabuhan I,

berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100 Medan 20241, Sumatera Utara, Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda perseroan ini diberi nama Haven Badrift. Selanjutnya

setelah kemerdekaan Rl tahun 1945 s.d. 1950 perseroan berstatus sebagai Jawatan Pelabuhan.

Pada tahun 1960 s.d. 1969 jawatan Pelabuhan berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara

dengan status Perusahaan Negara Pelabuhan disingkat dengan nama PN Pelabuhan.Pada periode

1969 s.d. 1983 PN Pelabuhan berubah menjadi Lembaga Penguasa Pelabuhan dengan nama

Badan Pengusahaan Pelabuhan disingkat BPP. Pada tahun 1983 berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 11 tahun 1983 Badan Pengusahaan Pelabuhan dirubah menjadi Perusahaan

Umum Pelabuhan I disingkat Perumpel I.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1991 Perumpel I berubah status

menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkedudukan dan berkantor pusat di Medan.

(33)

Keuangan selaku pemegang saham pada Persero/PerseroanTerbatas dialihkan kepada Menteri

BUMN. Pembinaan Teknis operasional berada ditangan Departemen Perhubungan dan

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

3.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Sebagaimana telah diketahui bahwa PT. Pelabuhan Indonesia I merupakan perusahaan

yang bergerak di bidang penyedia jasa ke pelabuhanan. Adapun kegiatan usaha yang dijalankan

oleh PT. Pelabuhan Indonesia I yaitu:

1.

Penyedia dan/atau pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu

lintas dan tempat berlabuhnya kapal.

2.

Penyedia dan/atau pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan

(

pilotage

) dan penundaan kapal.

3.

Penyedia dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat,

bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering (general cargo), dan

kendaraan.

4.

Penyedia dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah

kering, multipurpose, penumpang, pelayaran rakyat dan Ro-Ro.

(34)

3.3. Organisasi dan Manajemen

3.3.1. Struktur Organisasi

Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai

sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai

dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan

secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Struktur organisasi yang digunakan pada PT. Pelabuhan Indonesia I adalah struktur

fungsional yaitu mengelompokkan orang berdasarkan fungsi yang dilakukan serta

profesionalisme terhadap pekerjaan atau menurut fungsi yang dilakukan dalam organisasi

tersebut. Peran masing-masing elemen sangat diperlukan karena masing-masing divisi dalam

manajemen lebih terfokus dalam menggarap satu bidang saja, sehingga memunculkan

orang-orang yang benar-benar berkompeten di bidang tersebut.

Keprofesionalitasan dalam bidang ini menjadi salah satu indikator bagaimana organisasi

pada umumnya dan masing-masing divisi dalam suatu organisasi pada khususnya berjalan dan

sesuai dengan program yang telah dijalankan. Lebih bisa mencapai hasil yang maksimal dalam

jalur-jalur garis besar program perusahaan yang benar untuk menghindari jika ada kesalahan

yang mendasar dalam perusahaan, perusahaan dapat cepat menyelesaikannya. Adapun struktur

(35)
[image:35.612.109.540.99.383.2]

Gambar 3.1.Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I Belawan

3.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Dalam aktivitas kegiatan yang ada di PT. Pelabuhan Indonesia I, pembagian tugas serta

tanggung jawab di perusahaan telah di atur berdasarkan keputusan direksi perusahaan.

Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan di PT.

Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan dapat dilihat pada uraian berikut ini:

1.

General Manager.

(36)

a.

Pemimpin tertinggi di perusahaan yang menetapkan langkah-langkah pokok

dalam melaksanakan kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan.

b.

Menyetujui dan menandatangani surat-surat penting yang berkenaan dengan

perusahaan.

c.

Bertanggungjawab atas semua kegiatan operasional perusahaan

sertakontinuitas kegiatan perusahaan.

2.

Deputi General Manager.

Adapun tugas dan tanggung jawab seorang deputi general manager adalah sebagai

berikut:

a.

Bersama general manager membantu menyusun sasaran, rencana kerja, dan

anggaran yang merupakan bagian rencana kerja dan anggaran perusahaan.

b.

Memberikan penugasan, pengendalian dan penilaian kerja pada

masing-masing divisi.

c.

Membantu general manager dalam melaksanakan kegiatan operasional.

d.

Memimpin penyelenggaraan pengelolaan (penerbitan atau pelaporan,

pendistribusian, penyimpangan, dan pemeliharaan) data dan informasi.

3.

Divisi Sistem Manajemen.

(37)

a.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penerapan sistem

manajemen yang meliputi sistem manajemen mutu,

International Ship Port

Security

(ISPS Code), manajemen risiko, Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) dan Sistem Manajemen Lingkungan (SML).

b.

Mengendalikan dan melaporkan

KeyPerformanceIndex

(KPI) unit.

c.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengamanan

pelabuhan.

4.

Divisi Teknik.

Adapun tugas dan tanggung jawab divisi teknik adalah sebagai berikut:

a.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penyiapan fasilitas, rencana

induk pelabuhan dan pengelolaan lingkungan.

b.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penyiapan peralatan dan

instalasi.

5.

Divisi Teknologi Informasi.

Adapun tugas dan tanggung jawab divisi teknologi informasi adalah sebagai berikut:

a.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengoperasian dan

pemeliharaan sistem dan teknologi informasi serta CCTV.

(38)

6.

Divisi Umum.

Adapun tugas dan tanggung jawab divisi umum adalah sebagai berikut:

a.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan dan

administrasi sumber daya manusia, ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

b.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan tata usaha, rumah tangga

dan keprotokolan.

c.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan hukum dan

humas.

7.

Divisi Pelayanan Kapal.

Adapun tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan kapal adalah sebagai berikut:

a.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan labuh, tambat,

pemanduan dan penundaan.

(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Alur Pikir Penelitian

Metode ilmiah dapat diartikan sebagai suatu metode dalam mendapatkan kebenaran

ilmiah. Kata method sering digunakan secara bergantian dengan kata metodologi untuk

menjelaskan maksud yang sama. Dari katanya, metode berasal dari bahasa inggris yaitu method

yang artinya the way of doing a thing (cara melaksanakan suatu kegiatan) dan logik dari kata

logic yang artinya the science of method (dasar keilmuan dari metode). Metode ilmiah adalah

cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap temuan dan penjelasan terhadap kebenaran.

Sinulingga, S., 2011Jenis penelitian ini berisikan tentang metode penelitian yang

digunakan. Adapun metode penelitian yang digunakan bersifat penelitian tindakan/action

research, sebab bertujuan untuk mendapatkan tata letak yang lebih baik. Bila ditinjau dari

tingkat eksplanasi yaitu deskriptif, karena penelitian ini memaparkan setiap variabel yang

mempengaruhi masalah yang ada sekarang secara sistematis dan aktual berdasarkan data yang

ada.

Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu tahap awal berupa indetifikasi latar belakang dan

permasalahan yang berkaitan dengan tema penelitian, penentuan maksud dan tujuan, pembatasan

masalah, dan studi kepustakaan berkaitan dengan materi atau tema penelitan. Tahap pertengahan

(40)
[image:40.612.117.529.163.661.2]

kesimpulan. Alur pikir pelaksanaan penelitian ini secara sederhana dapat diilustrasikan oleh Gambar 4.1. LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH PEMBATASAN MASALAH STUDI PUSTAKA METODE PENGUMPULAN DATA DATA SEKUNDER THN. 2008-2013

a. Kunjungan Kapal b. Kedatangan Peti Kemas c. Jumlah CC, RTG, dan HT d. PDRB Sumut

DATA SEKUNDER THN. 2008-2013

a. Kunjungan Kapal b. Kedatangan Peti Kemas c. Jumlah CC, RTG, dan HT d. PDRB Sumut

METODE ANALISIS DATA

MODEL PERAMALAN (Analisi Regresi)

MODEL PELAYANAN PETI KEMAS

(Analisi Model Simulasi)

PEMBAHASAN KESIMPULAN

(41)

Keterangan:

a. Latar Belakang.

Penelitian dimulai dengan mengenali berbagai kondisi yang berkaitan dengan kinerja bongkar

dan muat di BICT Belawan, Sumatera Utara.

b. Rumusan Masalah.

Dari kondisi yang ada tersebut, selanjutnya dirumuskan inti permasalahan yang akan

dijadikan tema studi ini yaitu kinerja fasilitas peralatan bongkar muat di BICT Belawan,

Sumatera Utara. Kinerja diukur dengan beberapa indikator seperti utilitas alat, waktu tunggu

atau tunda, waktu dalam sistem, waktu jeda, tingkat kedatangan dan tingkat pelayaran.

c. Batasan Masalah.

Batasan maslah yang akan diteliti adalah sistem pelayanan bongkar muat Peti Kemas di BICT

Belawan, Sumatera Utara, fasilitas peralatan bongkar muat untuk jenis peti kemas meliputi

Container Crane, Rubber Tired Gantry dan Truck, sedangkan penelitan ini dilakukan di

BICT Belawan, Medan, Sumatera Utara.

d. Studi Pustaka.

Setelah itu dilakukan tinjauan pustaka untuk mengumpulkan berbagai rumus-rumus dan

dasar-dasar teori yang menunjang tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Sebagai bahan

acuan dan pembandingan, diberikan pula tinjauan studi terdahulu yang memiliki tema yang

(42)

e. Metode Pengumpulan Data.

Kemudian dilakukan inventarisasi kebutuhan data yang harus dikumpulkan berkaitan dengan

sistem antrian di terminal Peti Kemas. Begitu juga dijabarkan metode-metode yang akan

dipakai untuk pengumpulan data meliputi bahan dan alat yang dibutuhkan, cara

pengumpulan, dan waktu pengumpulan.

f. Pengelolahan Data.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan bantuan komputer dengan menggunakan

program SPSS untuk metode peramalan dan program Statistica untuk uji distribusi, kemudian

dalam bentuk tabel dan grafik.

g. Analisa Data.

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan metode-metode yang telah

dipilih dari berbagai pustaka yang diambil sebagai bahan acuan penelitian.

h. Kesimpulan

Hasil-hasil analisis disimpulkan dan diberikan rekomendasi seperlunya untuk 2 (dua) tujuan

yaitu ditunjukan untuk peneliti selanjutnya dan ditujukan untuk praktisi.

4.2. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Belawan International Container Terminal (BICT)

(43)

4.3. Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka, yang diperoleh

dan akan mempengaruhi kualitas dari sebuah penelitian. Berdasarkan sumbernya data terbagi

atas 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder (Sinulingga, S, 2011).

1. Data Primer.

a. Data Waktu Pelayanan Container Crane (CC).

Yang dibutuhkan adalah data mengenai waktu siklus pelayanan CC terhadap setiap peti

kemas. Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan oleh CC untuk mengangkat peti

kemas dari kapal, meletakannya di Head Truck (HT) (untuk bongkar/impor), kemudian

peti kemas dari HT ke ruang muat kapal (untuk muat/ekspor). Data ini didapat dari

hasil pengamatan di lapangan selama kurun waktu tertentu.

b. Data Waktu Pelayanan Rubber Tired Gantry (RTG).

Yang dibutuhkan adalah data mengenai waktu siklus pelayanan RTG terhadap setiap

peti kemas. Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan oleh RTG untuk mengangkat

peti kemas dari HT, meletakannya di lapangan penumpukan (untuk bomgkar/impor),

kemudian mengangkat peti kemas dari lapangan penumpukan ke ata HT

(untuk/ekspor). Data ini didapat dari hasil pengamatan di lapangan selama kurun waktu

tertentu.

c. Data Waktu Pelayanan Head truck (HT).

Yang dibutuhkan adalah data mengenai waktu siklus pelayanan HT terhadap setiap peti

kemas. Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan oleh HT untuk mengangkut peti

(44)

mengangkut peti kemas dari lapangan penumpukan ke dermaga (untuk/ekspor). Data

ini didapat dari hasil pengamatan di lapangan selama kurun waktu tertentu.

2. Data Sekunder.

a. Data pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB).

Yang dibutuhkan adalah data pendapatan daerah regional bruto (PDRB) Sumatera

Utara dalam kurun waktu minimal 5 tahun ke belakang. Data PDRB didapat dari

catatan statistik (BPS) dan digunakan sebagai variabel peramal laju ekspor dan impor

Sumatera Utara.

b. Data ekspor dan impor Sumatera Utara.

Yang dibutuhkan adalah data ekspor dan impor Sumatera Utara minimal 5 tahun ke

belakang. Data ekspor dan impor didaptkan dari catatan statistik.

c. Data bongkar/muat peti kemas jam-jam-an, harian, bulanan, tahunan.

Yang dibutuhkan adalah data catatan bongkar/muat peti kemas di BICT Sumatera

Utara dalam satuan jam, dalam satuan hari, dalam satuan bulan dan dalam satuan

tahun. Data-data ini dismping digunakan untuk mengetahui tingkat kedatangan peti

kemas, juga digunakan untuk menghitung faktor pengali jam-jam-an, harian, bulanan

dan tahunan. Data ini didapat dari catatan PT. Pelindo I sebagai otoritas operasional di

BICT Belawan, Sumatera Utara.

d. Data Fasilitas Peralatan bonkar/muat peti kemas.

Yang dibutuhkan adalah data jumlah fasilitas bongkar/muat yang sudah dimiliki oleh

BICT Belawan, Sumatera Utara dalam melayani kegiatan bongkar/muat peti kemas

(45)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1.

Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak

terkait seperti dari PT. Pelindo I.

2.

Teknik observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung dan

mencatat data/informasi yang dibutuhkan seperti urutan proses bongkar muat

di

Belawan International Container Terminal (BICT).

3.

Teknik dokumentasi, yaitu dengan mencatat data-data dokumentasi

perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

4.5. Pengolahan Data

4.5.1. Peramalan Volume Arus Barang Peti Kemas.

Untuk memperediksi volume arus barang di BICT pada tahun mendatang digunakan

pendekatan analisa regresi linier, dimana PDRB dipilih sebagai variabel bebas (independent

variable) dan volume arus barang sebagai variabel terikat (dependent variable). Sedangkan

untuk mendapatkan nilai PDRB pada tahun berikutnya juga menggunakan pendekatan analisa

regresi linier dimana tahun sebagai independent variable dan nilai PDRB sebagai dependent

(46)

4.6. Analisis Simulasi Pelayanan Peti Kemas

4.6.1. Indentifikasi Model Simulasi.

Analisis Simulasi yang dimaksud dalam studi ini adalah simulasi untuk fasilitas

Peralatan bongkar/muat peti kemas. Peralaatan yang dimaksud adalah Container Crane (CC)

yang beroperasi di dermaga yaitu mengangkat peti kemas dari atas kapal dipindahkan ke atas

Head Truck (HT), Rubber Tyred Gantry (RTG) yang beroperasi di lapangan penumpukan peti

kemas, yaitu mengangkat/memindahkan peti kemas dari atas Head Truck (HT) ke lapangan

penumpukan, sedangkan Head Truck (HT) yang beroperasi dari lapangan penumpukan peti

kemas (container yard), sedangkan dalam kegiatan muat (loading), maka peralatan tersebut

berfungsi sebagai alat untuk memindahkan peti kemas dari container yard ke ruang muat peti

kemas (di atas kapal).

Dari gambaran tersebut jelas bahwa analisis simulasi untuk peralatan bongkar/muat peti

kemas mempunyai dua jenis input yaitu input peti kemas dari atas kapal (cargo ship container)

saat bongkar dan input container yard saat muat seperti terlihat pada Gambar 4.2.

(47)

Tingkat kedatangan bersifat random, karena tergantung dari fasilitas lainnya, sehingga

distribusinya poisson, sedangkan disrtibusi antar waktu adalah eksponensial, sedangkan jumlah

peralatan bongkar muat peti kemas yang ada di TPKS adalah: CC = 2, RTG = 4 dan HT = 8.

4.6.2. Pengembangan Model Simulasi.

Pada tahun ini akan dikembangkan model simulasi bongkar muat peti kemas BICT

Belawan, Sumatera Utara. Dalam mengembangkan model ini kita gunakan software analisis

simulasi yaitu ProModel for Student Ver 7 yang dapat dioperasikan dalam Sistem Operasi

Window 7 atau Windows 8. Software ini memiliki built in fitur yang mampu memonitor jalannya

simulasi sebuah model sistem antrian.

Dalam memodelkan tiap-tiap entiti pada sebuah sistem, beberapa asumsi akan diambil

untuk menggambarkan beberapa simplifikasi yang diambil dalam pemodelan simulasi pada

sistem bongkar muat BICT Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Umum.

a. Pada sistem bongkar aliran container dimulai dari kapal – Container Crane – Head

Truck –Rubber Tyre Gantry – Container Yard.

b. Pada sistem muat aliran container dimulai dari. Container Yard – Rubber Tyre

Gantry – Head Truck – Container Crane – kapal.

c. Laju kedatangan container menggunakan distrubusi poisson melalui Chi-Squre

Goodness ofFit Test (Chi-Square Test).

(48)

a. Tiap Container Crane mengangkat satu buah container yang akan ditransfer pada

sebuah Head Truck.

b. Waktu siklus crane untuk mengangkat container dari kapal menuju Head Truck

menggunakan distribusi exponential dengan rata-rata waktu layanan sebesar 30,23

container/jam.

c. Waktu layanan peti kemas menggunakan distribusi eksponensial melalui Chi-Squqre

Goodness of Test (Chi-Square Test).

3. Head Truck.

a. Head Truck mengangkat satu buah container yang akan ditransfer pada sebuah

Rubber TyreGantry.

b. Waktu siklus Head Truck untuk mengangkat container dari Container Crane menuju

Rubber Tyre Gantry menggunakan distibusi eksponensial dengan rata-rata waktu

layanan sebesar 25,35 Container/jam.

c. Jumlah Head Truck yang digunakan dalam sebuah aktivitas bongkar muat sebesar

16 buah.

4. Rubber Tyre Gantry.

a. Rubber Tyre Gantry mengangkat satu buah container yang akan ditransfer pada

sebuah Container Yard.

b. Waktu siklus Rubber Tyre Gantry untuk mengatur container dari Head Truck dalam

sebuah Container Yard menggunakan distribusi eksponensial dengan rata-rata waktu

layanan sebesar 25,01 Container/Jam.

c. Jumlah Rubber Tyre Gantry yang digunakan dalam sebuah aktivitas bongkar muat

(49)

BAB 5

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data di Lapangan

Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan dat primer untuk studi ini pencatatan

dilakukan di BICT Belawan, selama sekitar 1 (satu) bulan. Survei dilakukan dengan cara Time

Motion terhadap pergerakan Container Crane (CC), Rubber Tyred Gentry (RTG) dan Head

Truck (HT). Lokasi survei berada pada lokasi BICT Belawan Adapun pencatatan data dilakukan

pada aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan bongkar muat peti kemas sebagai

berikut:

a. Kedatangan Kapal.

Data kedatangan kapal disini adalah kunjungan/kedatangan harian kapal peti kemas di

BICT Belawan yang merupakan pintu gerbang masuknya kapal-kapal yang akan melakukan

bongkar muat di pelabuhan. Data peti kemas yang diperoleh dari pengamatan harian selama 1

(satu) bulan di lapangan disajikan pada Tabel 5.1. Data ini digunakan untuk mendifinisikan laju

kedatangan kapal dalam pemodelan simulasi.

b. Kedatangan Barang.

Data kedatangan barang disini adalah kedatangan harian peti kemas yang akan bongkar

maupun yang akan muat, yang melewati/masuk lapangan penumpukan peti kemas atau

(50)

dibongkar dari kapal yang sudah merapat di dermaga peti kemas per harinya. Sedang kedatangan

barang yang akan dimuat adalah banyaknya barang yang akan dimuat di pintu masuk pelabuhan

dari darat perharinya. Barang yang akan dimuat ke kapal peti kemas di dermaga peti kemas

dimana sebelum dimuat, disimpan di lapangan penumpukan. Data-data ini diproleh melalui

dokumen harian tahun 2013 dalam 1 (satu) bulan. Sedang sampel aktivitas pelayannan pada

peralatan bongkar muat terlihat pada Tabel 5.1. Data ini kemudian dilakukan uji distribusi untuk

[image:50.612.114.532.343.691.2]

mendapatkan karateristik statistik kedatangan barang peti kemas.

Tabel 5.1. Sampel Kedatangan Barang/Kapal Peti Kemas di BICT Belawan

No. Nama Kapal Bongkar (Box) Muat (Box) Jumlah Bongkar/Muat Lama Tambat (Jam) Box/Jam

1 Meratus Medan 442 284 726 12 60,50

2 Tanto Setia 501 304 805 15 53,67

3 Strait Mas 292 259 551 8 68,88

4 Oriental Ruby 376 386 762 11 69,27

5 CTP Delta 444 311 755 12 62,92

6 Tanto Bersatu 504 297 801 10 80,10

7 Meratus Medan 464 349 813 15 54,20

8 Tanto Bersama 335 393 728 14 52,00

9 Meratus Medan 1 327 364 359 723 9

10 Oriental Mutiara 442 360 329 689 9

11 CTP Honour 501 309 334 643 15

(51)

13 Meratus Medan 3 376 544 305 849 10

[image:51.612.91.540.208.540.2]

14 Armada Permata 444 465 274 739 15

Tabel 5.1. (Lanjutan)

No. Nama Kapal Bongkar (Box) Muat (Box) Jumlah Bongkar/Muat Lama Tambat (Jam) Box/Ja m

15 Tanto Setia 504 530 289 819 16

16 Selat Mas 464 394 318 712 13

17 Oriental Ruby 335 496 334 830 12

18 CTP Java 327 270 305 575 14

19 Tanto Bersatu 442 364 359 723 9

20 Meratus Medan 2 259 297 556 11 50,55

21 Strait Mas 365 375 740 16 46,25

22 Oriental Mutiara 385 278 663 11 60,27

23 Meratus Medan 1 342 399 741 10 74,10

24 CTP Honour 348 348 696 11 63,27

25 Meratus Medan 3 392 279 671 10 67,10

26 Tanto Pratama 284 400 684 12 57,00

c. Waktu Pelayanan Dermaga (Lama Tambat).

Yang dimaksud dengan waktu pelayan dermaga disini adalah lamanya waktu sejak kapal

bertambat di dermaga sampai meninggalkan dermaga. Dari data ini dapat diketahui rata-rata

waktu pelayanannya. Data untuk pelayanan peti kemas, waktu pelayanan dermaga disajikan

(52)

d. Data Waktu Pelyanan Bongkar dan Muat Barang.

Data waktu pelayanan bongkar dan muat barang disini adalah data lamanya waktu pelayanan

bongkar muat peti kemas dengan menggunakan Container Crane, Head Truck, dan Rubber

Tired Gantry dari apron ke lapangan penumpukan atau sebaliknya. Data ini berfungsi untuk

mengetahui waktu rata-rata pelayanan bongkar muat, dan disajikan pada Tabel 5.2. s.d 5.4.

1. Container Crane (CC).

CC di BICT Belawan sebanyak 2 unit dengan kapasitas angkut rata-rata sebesar 40 ton.

Data yang di perlukan untuk analisis adalah waktu siklus (one around trip), yaitu waktu

angkat sampai waktu letak dan waktu angkat berikutnya. Jumlah sampel yang digunakan

untuk mendapatkan rata-rata waktu layanan CC diambil sebesar 60 sampel.

2. Rubber Tired Gantry (RTG).

RTG di BICT Belawan tersedia sebanyak 4 unit dengan kapasitas angkut rata-rata

sebesar 40 ton dalam kondisi baik, data yang diperlukan untuk analisis adalah waktu

siklus (one around trip), yaitu waktu angkat sampai waktu letak dan waktu angkat

berikutnya. Jumlah sampel yang digunakan untuk mendapatkan rata-rata waktu layanan

RTG diambil dari 60 sampel.

3. Head Truck (HT).

HT di BICT Belawan tersedia sebanyak 8 unit dengan kapasitas angkut rata-rata sebesar

40 ton dalam kondisi baik, data yang di perlukan untuk analisis adalah waktu siklus (one

(53)

Jumlah sampel yang digunakan untuk mendapatkan rata-rata waktu layanan HT diambil

[image:53.612.253.389.208.692.2]

60 sampel, dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.2. Data Waktu Pelayanan Container Crane (CC)

No.

Waktu (Menit)

CC I CC II

1 5,20 6,75

2 3,83 6,75

3 4,33 4,33

4 5,25 6,50

5 4,60 6,75

6 3,83 5,20

7 6,25 3,50

8 4,33 6,50

9 3,50 4,33

10 4,00 4,33

11 4,33 4,00

12 5,40 3,50

13 4,17 5,50

14 6,75 6,50

15 5,25 5,50

16 6,50 5,40

17 6,50 4,80

18 3,83 3,67

19 3,67 3,50

(54)

21 5,20 5,00

22 3,67 4,60

23 6,75 4,60

24 4,40 6,00

25 4,17 4,00

26 4,17 3,67

27 5,20 4,33

28 3,50 4,50

29 4,20 5,25

30 5,40 6,25

31 4,60 5,20

32 6,25 6,25

33 5,40 5,40

34 5,25 5,25

[image:54.612.250.389.109.448.2]

35 5,25 4,60

Tabel 5.2. (Lanjutan)

No.

Waktu (Menit)

CC I CC II

36 6,50 5,20

37 6,25 4,40

38 4,00 4,20

(55)

40 4,00 3,50

41 4,50 6,25

42 3,50 5,40

43 3,83 4,33

44 5,20 5,25

45 4,50 4,60

46 4,00 4,00

47 4,80 3,67

48 5,20 3,67

49 4,17 6,50

50 4,60 4,60

51 5,20 6,00

52 4,60 4,00

53 4,00 5,00

54 4,80 4,20

55 4,80 4,80

56 5,50 6,75

57 4,40 6,75

58 5,50 3,67

59 4,33 4,60

60 4,50 4,50

(56)

Tabel 5.3. Data Waktu Pelayanan Head Truck (HT)

No.

Waktu (Menit)

HT I HT II HT III HT IV HT V HT VI HT VII HT VIII

1 5,50 7,75 5,20 6,60 5,50 6,60 6,50 6,20

[image:56.612.155.493.288.703.2]

2 6,40 5,40 5,40 6,00 6,00 6,40 5,40 5,40

Tabel 5.3. (Lanjutan)

No.

Waktu (Menit)

HT I HT II HT III HT IV HT V HT VI HT VII HT VIII

3 5,20 5,50 4,67 5,80 5,80 5,20 4,67 5,50

4 4,50 4,50 6,75 4,33 4,33 4,50 4,50 6,75

5 5,50 6,50 6,50 6,75 4,50 8,25 6,50 6,50

6 5,33 7,25 6,20 6,50 4,33 8,00 7,75 5,80

7 8,25 5,00 5,33 6,20 7,75 6,60 5,33 5,00

8 7,25 5,00 6,50 5,00 7,50 4,83 4,33 7,50

9 6,50 4,83 5,33 6,50 6,50 6,50 5,33 4,83

10 7,00 5,60 7,25 7,00 7,00 7,00 5,80 7,00

11 6,40 7,25 8,00 4,83 5,80 5,33 8,00 7,25

12 8,00 8,25 8,00 4,67 7,00 5,33 8,00 8,25

13 4,83 7,25 5,80 5,40 4,50 5,80 7,25 5,80

14 6,40 4,83 4,83 6,60 6,60 6,40 4,83 4,83

15 6,20 5,80 4,83 5,40 5,40 6,20 5,80 4,83

16 6,50 4,50 5,17 6,20 7,75 5,20 5,17 4,50

(57)

18 8,00 6,20 4,83 5,50 8,25 5,33 5,80 5,17

19 5,00 7,50 6,50 4,33 4,33 5,00 6,50 7,50

20 5,60 4,33 4,50 7,75 6,20 7,00 4,50 4,33

21 5,17 4,83 6,50 7,75 5,17 7,75 4,33 7,25

22 6,00 5,60 6,60 5,20 5,20 6,00 6,60 5,60

23 5,33 5,20 5,00 7,00 4,67 8,00 6,00 4,33

24 5,33 7,75 5,60 4,33 4,33 5,33 7,00 6,20

25 5,33 4,33 5,20 7,00 4,67 8,00 4,33 5,20

26 6,60 5,50 5,17 6,00 6,00 6,60 5,17 5,50

27 4,33 5,33 5,80 4,83 4,83 4,33 4,83 6,40

28 5,60 4,50 6,50 5,50 6,60 4,67 4,33 6,75

29 6,40 4,83 5,00 6,60 6,60 6,40 5,00 4,83

30 7,25 8,00 8,00 8,00 8,00 7,25 8,00 8,00

31 7,00 5,50 5,33 4,67 7,00 4,67 5,33 5,50

32 6,20 6,60 4,83 4,50 5,40 5,17 5,80 5,50

33 7,00 5,20 5,17 6,00 7,50 5,60 6,20 4,33

34 5,00 5,80 4,67 8,00 5,33 7,50 5,60 4,83

35 8,00 8,25 6,20 8,25 8,25 8,00 7,75 6,60

36 4,50 5,50 5,00 7,00 4,67 6,75 5,00 5,50

(58)
[image:58.612.159.491.180.705.2]

Tabel 5.3. (Lanjutan)

No.

Waktu (Menit)

HT I HT II HT III HT IV HT V HT VI HT VII HT VIII

38 6,50 5,60 5,80 5,17 7,75 4,33 5,80 5,60

39 6,60 5,17 6,60 7,00 5,60 8,25 5,50 6,20

40 4,67 4,67 6,00 5,60 4,67 5,60 5,00 5,60

41 5,00 5,60 4,83 4,33 4,33 5,00 5,80 4,67

42 6,20 5,33 5,00 5,20 5,20 6,20 5,00 5,33

43 6,50 5,60 4,83 7,00 7,00 6,50 5,80 4,67

44 5,80 4,67 7,25 7,75 6,20 7,25 4,83 7,00

45 4,67 7,00 5,40 4,33 4,33 4,67 6,75 5,60

46 4,33 7,50 6,50 6,50 4,33 6,50 6,50 7,50

47 4,67 7,50 8,25 5,50 5,50 4,67 8,25 7,50

48 5,80 6,60 8,00 5,17 6,20 4,83 6,40 8,25

49 4,67 5,33 5,50 6,50 4,33 7,00 5,50 5,33

50 5,50 6,60 5,20 4,67 4,67 5,50 5,20 6,60

51 7,00 5,17 5,80 5,33 8,00 4,67 4,83 6,20

52 5,80 6,50 4,67 7,50 6,00 7,25 7,00 4,33

53 5,20 8,25 6,40 6,60 6,60 5,20 8,00 6,60

54 5,40 7,50 5,60 7,50 6,00 6,75 7,00 6,00

55 7,50 6,50 6,00 6,20 7,75 6,00 7,50 5,20

56 4,83 5,60 8,25 7,50 5,00 7,25 6,60 7,00

(59)

58 5,17 7,00 7,75 5,33 5,33 5,17 7,75 7,00

59 6,60 5,40 4,33 5,50 6,60 5,50 5,20 4,50

[image:59.612.213.431.267.489.2]

60 6,20 6,00 5,17 5,60 5,60 6,20 6,20 5,00

Tabel 5.4. Data Waktu Pelayanan Rubber Tyred Gantry (RTG)

No.

Waktu (Menit)

RTG I RTG II RTG III RTG IV

1 5,67 7,25 6,00 9,00

2 5,67 5,50 9,00 6,00

3 8,00 6,40 8,50 5,80

4 5,80 6,80 8,00 9,00

5 8,50 5,17 7,00 5,33

6 6,80 5,60 7,25 7,50

(60)
[image:60.612.218.427.167.701.2]

Tabel 5.4. (Lanjutan)

No.

Waktu (Menit)

RTG I RTG II RTG III RTG IV

8 5,67 6,00 5,83 8,50

9 7,75 7,50 5,00 7,50

10 5,67 6,00 8,00 5,80

11 5,83 9,25 7,20 7,50

12 5,60 9,25 7,50 6,80

13 8,75 4,67 9,25 7,20

14 4,67 6,40 7,20 6,00

15 7,00 8,25 6,00 9,00

16 7,00 5,50 4,8

Gambar

Gambar 3.1.Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I Belawan
Gambar 4.1.
Tabel 5.1. Sampel Kedatangan Barang/Kapal Peti Kemas di BICT Belawan
Tabel 5.1.  (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada hipotesis menunjukkan bahwa secara serempak kompetensi yang terdiri dari; orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi, integritas, komitmen

Peralatan bongkar muat yang tersedia saat ini khususnya Gantry Crane sampai dengan tahun 2020 masih mampu untuk menangani kegiatan.. bongkar muat, sehingga tidak dibutuhkan

Container crane (CC) atau container gantry crane merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk bongkar muat peti kemas dari dermaga ke kapal maupun dari kapal ke

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja Quay Container Crane berpengaruh terhadap kelancaran bongkar muat, bila Quay Container Crane dalam keadaan yang prima pada

Sehingga penulis dalam hal ini memberikan beberapa usulan perbaikan, yakni dengan melakukan percepatan laju pelayanan, penambahan fasilitas layanan bongkar muat ( Container

Prima Indonesia Logistik sebagai pihak kedua yang menyediakan jasa pengoperasian peralatan reach sttacker untuk melayani lift on/lift off peti kemas dari kegiatan

Hasil perhitungan rasio total hutang terhadap total aktiva debt to asset ratio pada Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Samudera Sejahtera KOMURA yang diperoleh dari tahun 2018-2021