• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH KEPERLUAN RUMAH TANGGA DI PERMUKIMAN KUMUH (Studi Pada Masyarakat di Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH KEPERLUAN RUMAH TANGGA DI PERMUKIMAN KUMUH (Studi Pada Masyarakat di Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

KEPERLUAN RUMAH TANGGA DI PERMUKIMAN KUMUH

(Studi Pada Masyarakat di Lingkungan III Kelurahan Kota Karang

Kota Bandar Lampung)

Oleh

TRIA ALBAET NUR AD

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan teknik analisis persentase. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang bermukim di atas air laut RT 8 Lingkungan III yang berjumlah 22 kepala keluarga. Sedangkan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini data primer diambil dengan menggunakan teknik kuesioner dan teknik observasi, sedangkan data sekunder diambil dengan menggunakan teknik dokumentasi.

(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam penelitian setelah ditabulasi,

dipersentasekan dan dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa Upaya Pemenuhan

Kebutuhan Air Bersih Keperluan Rumah Tangga di Permukiman Kumuh (Studi

Pada Masyarakat RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kota Bandar

Lampung) adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan air bersih rumah tangga yang bermukim di RT 8 Lingkungan III

Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung dalam memenuhi kebutuhan

air bersih rata-rata 59 liter atau 3 jerigen (1 jerigen = 20 liter) orang per hari

yang digunakan untuk keperluan minum, memasak, mandi, mencuci dan

kakus.Kebutuhan air bersih ini belum mencapai standar kota yang ditetapkan

yaitu 100-150 liter/orang/hari.

2. Sumber air bersih yang digunakan rumah tangga yang bermukim di RT 8

Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung dalam

memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga menunjukkan

bahwa hanya ada dua sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu

air PAM dan air laut/payau. Dimana air PAM ini digunakan oleh seluruh

rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum

(3)

rumah tangga masih mengandalkan sumber air laut/payau. Dimana sebelum

digunakan air tersebut disaring terlebih dahulu menggunakan saringan pasir

yang ditaruh di dalam ember. Pengambilan air laut/payau ini menggunakan

pompa kodok yang ditancapkan ke dasar laut yang dibuat dengan cara

membor tanah dengan kedalaman antara 8 sampai 10 meter.

3. Upaya yang dilakukan rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih

dilakukan dengan cara membeli dan tidak membeli. Air yang dibeli oleh

masyarakat yaitu air PAM yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

minum dan memasak. Sedangkan untuk air yang tidak membeli masyarakat

menggunakan air laut/payau yang diambil menggunakan pompa kodok untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama kebutuhan mandi dan mencuci.

Dari 22 responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini,

sebagian besar responden memilih dengan cara membeli yang diambil

melalui perantara jasa penjual (diantar) sebanyak 13 rumah tangga (59,09%)

dan sebagian kecil responden sebanyak 9 rumah tangga (40,91%) memilih

membeli air kepada penjual air yang diambil tidak melalui perantara penjual

atau mengambil langsung kepada penjual air. Perbedaan ini disebabkan

karena harga per jerigen berbeda menurut kategori pengambilannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di atas maka peneliti

menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi rumah tangga yang bermukim di RT 8 Lingkungan III, ada baiknya

(4)

berdasarkan nasehat dan petunjuk-petunjuk pada Dinas Kesehatan Kota

maupun Dinas Kesehatan Propinsi Lampung sebagai alternatif dalam

mencukupi kebutuhan air bersih rumah tangga.

2. Bagi masyarakat yang telah bermukim di pemukiman kumuh khususnya

rumah tangga yang bermukim di RT 8 Lingkungan III untuk membiasakan

budaya hidup sehat yang merupakan salah satu cerminan menuju kualitas

hidup sehat.

3. Bagi Camat, Lurah dan petugas puskesmas atau instansi terkait ada baiknya

melakukan upaya pembangunan sumur bor atau PAM umum yang baru di

tempat-tempat yang dianggap perlu untuk dibangun, sekaligus melakukan

penyuluhan tentang cara pengolahan air secara baik kepada rumah tangga.

Atau bila perlu membuat rencana kunjungan di tiap-tiap kelurahan (daerah)

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

yakni mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan semakin

meningkat. Jika tidak dikontrol secara benar maka padatnya penduduk akan

menyebabkan timbulnya permasalahan yang serius. Akibat yang ditimbulkan dari

padatnya penduduk yang utama adalah kemiskinan yang akan diikuti oleh

permasalahan lainnya seperti timbulnya pengangguran dan permukiman kumuh

atau yang sering disebut sebagai slum area.

Padatnya permukiman tidak hanya disebabkan oleh laju urbanisasi yang melonjak,

melainkan juga perkembangan natural kota. Kota telah berubah menjadi magnit

bagi desa-desa sekitarnya. Sehingga munculnya permukiman kumuh ini

disebabkan oleh makin tingginya nilai dan harga lahan kota sebagai akibat

pesatnya perkembangan kota, yang pada akhirnya tidak semua penduduk kota

mampu memenuhi kebutuhan akan lahan. Mereka terpaksa mencari lahan untuk

mendapatkan tempat tinggal seadanya baik secara legal maupun ilegal sehingga

tanpa disadari perkembangannya telah mengakibatkan munculnya permukiman

(6)

yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas

pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya.

Pengaruh pertambahan penduduk di lingkungan perkotaan terhadap kehidupan

masyarakat, dapat bersifat positif maupun bersifat negatif. Yang paling banyak

disoroti oleh para perencana kota adalah pengaruh negatif pertambahan penduduk,

antara lain terbentuknya permukiman kumuh. Daerah ini sering dipandang

potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan

sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber

penyakit sosial lainnya.

Sejalan dengan pertambahan penduduk penggunaan air untuk keperluan rumah

tangga terus meningkat, maka menuntut persediaan air bersih yang banyak pula.

Air dalam kehidupan manusia memegang peranan yang sangat penting, tidak

hanya untuk metabolisme tubuh tetapi juga untuk keperluan-keperluan lainnya

seperti pertanian, industri dan sebagainya. Air merupakan sumber daya alam yang

sangat penting dan mutlak diperlukan oleh semua ciptaan Tuhan, baik manusia,

hewan dan juga tumbuhan. Bagi manusia, air dapat memberikan kebahagiaan dan

kesejahteraan apabila jumlah dan mutu air tersebut dapat memenuhi kebutuhan

manusia. Dari berbagai kebutuhan pokok manusia, kebutuhan akan air dapat

dikategorikan sebagai kebutuhan pokok yang vital.

Akan tetapi air pun akan menyebabkan bencana dan ancaman bagi manusia untuk

melangsungkan kehidupannya dan tidak jarang ditemukan dimana-mana manusia

menderita karena kekurangan air. Menurut Arifien Yuda Adiputra dalam Nani

(7)

sangat vital dan bersifat menentukan bagi perkembangan kebudayaan suatu

bangsa. Data kultur historis membuktikan kepada kita bahwa berbagai

kebudayaan di dunia ini lahir atau mencapai puncak kemajuan karena faktor air.

Tetapi sebaliknya kelebihan atau kekurangan air dapat memungkinkan atau

menghambat kecepatan lajunya perkembangan suatu bangsa, bahkan dapat

memusnahkan kebudayaan yang sudah ada”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat

lepas dari penggunaan air dalam kehidupannya. Manusia juga tidak dapat

mencarikan bahan pengganti dari air, sehingga manusia akan selalu tergantung

kepada air.

Seperti kita ketahui bahwa Kota Bandar Lampung adalah Ibu Kota Provinsi

sekaligus kota terbesar di Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22

km² (kilometer persegi), yang merupakan pusat berbagai aktivitas seperti :

pemerintahan, pendidikan dan pusat perdagangan yang tidak lepas dari masalah

urbanisasi. Kota Bandar Lampung terdiri dari 13 Kecamatan, 98 Kelurahan, 244

Lingkungan serta 2.577 RT dengan jumlah penduduk sebesar 812.133 jiwa pada

Tahun 2008 (Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2008).

Wilayah Kelurahan Kota Karang berjarak 1 Km dari pusat pemerintahan

Kecamatan Teluk Betung Barat, dimana memiliki luas 57 Ha. Kelurahan ini

dibagi menjadi tiga lingkungan, lingkungan I adalah Kotakarang, lingkungan II

adalah Sukabanjar dan Lingkungan III adalah Sinar Laut yang seluruhnya

memiliki 32 RT. Total penduduk yang bermukim berjumlah 15.858 jiwa dengan

(8)

mengenai perbandingan jumlah penduduk setiap lingkungan dari tiga lingkungan

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan KK Setiap Lingkungan di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

1 I 5.512 35 1.200 34

Sumber : Monografi Kelurahan Kota Karang Tahun 2008.

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa Lingkungan III jumlah penduduknya lebih

banyak di bandingkan dengan Lingkungan I dan II, yaitu berjumlah 5.532 jiwa

dengan persentase 35% yang tersebar pada 1.243 kepala rumah tangga dengan

persentase 36%.

Dari tiga lingkungan yang ada di Kelurahan Kota Karang, lingkungan tiga atau

sering disebut Sinar Laut merupakan daerah terkumuh dan terpadat. Lingkungan

tiga terbagi menjadi 12 RT. Lima RT diantaranya menjadi yang terkumuh. Yaitu

RT enam, delapan, sembilan, sebelas dan dua belas. Dari ke lima RT tersebut

yang paling kumuh adalah RT delapan, seperti yang dikatakan Alwi Abidin ketua

RT 8 dan Suryakanta mantan ketua Lingkungan III.

Wilayah RT 8 berada diantara laut dan darat yang berarti bahwa ada sebagian

rumah yang dibangun di atas air laut atau berada di daerah pasang surut air laut

(9)

dengan bentuk semipermanen. Rumah semipermanen dilihat dari bangunannya

terbuat dari papan dan geribik yang sebagian besar beratapkan asbes.

RT 8 berdasarkan tempat tinggal dengan penataan permukimannya tidak teratur

dan berantakan sehingga tampak tidak rapi dan bersih. Rumah-rumah di RT 8

terutama yang tinggal di atas air laut berbentuk rumah panggung yang

berhimpitan satu sama lain. Dimana setiap rumah tidak memiliki halaman. Hanya

sedikit teras yang langsung berhadapan dengan gang. Ada juga diantara dua

rumah dibatasi oleh celah-celah kecil, celah inilah tempat sampah rumah tangga

terutama sampah plastik tersebut menumpuk selain di bawah rumah, sehingga

menimbulkan bau yang tidak sedap.

Selain kumuh, RT 8 penduduknya sebagian besar merupakan masyarakat miskin

yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan kecil, buruh nelayan, tukang bangunan,

pemulung, tukang ojek dan lain-lain. Dimana pekerjaan ini berdampak terhadap

pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini dibuktikan

dengan status kepemilikan rumah yang dimiliki oleh masyarakat dimana terdapat

kepala rumah tangga yang masih berstatuskan mengontrak atau menyewa.

Dari sisi penyehatan lingkungan terutama yang berkaitan dengan sanitasi,

masyarakat umumnya belum memiliki kesadaran yang cukup dalam penjagaan

sanitasi. Hal ini terlihat dari banyaknya rumah-rumah penduduk yang belum

dilengkapi dengan jamban keluarga yang sehat, seperti yang terjadi di RT 8

Lingkungan III Kelurahan Kota Karang yaitu masyarakat masih menggunakan

WC cemplung yang berada tepat di belakang rumah. Ini membuktikan bahwa

(10)

dampaknya akan mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat

di dalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang pada akhirnya dapat

menimbulkan wabah misalnya seperti malaria dan diare.

Dalam memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat di RT 8 terutama yang berada

di atas laut mengandalkan air PAM yang diperoleh dengan cara membeli. Hal ini

dikarenakan masyarakat tidak memiliki sumur. Juga karena masyarakat tidak

mampu menyambung saluaran air PAM. Mengingat sebagian besar masyarakat

yang berada di RT 8 bekerja sebagai buruh nelayan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan ketua RT 8 Alwi Abidin mengatakan bahwa sumur yang dulunya dimiliki

penduduk tidak dapat digunakan karena mengandung zat besi yaitu airnya terasa

payau dan ketika diambil menyisakan karat. Sehingga air sumur yang ada tidak

dapat digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak.

Meskipun fasilitas air PAM sudah ada tetapi masyarakat masih mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga

dikarenakan fasilitas yang ada masih kurang yaitu hanya satu sumber air PAM di

lingkungan mereka. Hal ini dapat terlihat dari jumlah sumur bor yang ada hanya

tiga sumur dan tidak terletak di Lingkungan III. Oleh karena itu, sumber air bersih

ini akan berdampak terhadap permasalahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan

air bersih. Mengingat air bersih menjadi kebutuhan mendasar untuk meningkatkan

kualitas hidup yang lebih baik

Selain itu, untuk mencukupi keperluan rumah tangga seperti mandi, mencuci,

kakus dan lain-lain mereka menggunakan air laut yang diambil menggunakan

(11)

antara 8-10 meter. Meskipun air yang dihasilkan tidak begitu baik yaitu air terasa

payau, masyarakat tetap memanfaatkannya demi mencukupi kebutuhan air bersih

sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan usulan penelitian dengan

judul “Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Keperluan Rumah Tangga di

Permukiman Kumuh” (Studi Pada Masyarakat di RT 8 Lingkungan III Kelurahan

Kota Karang Kota Bandar Lampung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah upaya pemenuhan

kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga di RT 8 Lingkungan III

Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab permasalahan di atas, penelitian ini mengajukan pertanyaan

penelitian. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan adalah

sebagai berikut :

1. Berapa banyak air yang dibutuhkan oleh rumah tangga dalam pemenuhan

kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga ?

2. Darimana sumber air yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih

(12)

3. Apa upaya yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk

keperluan rumah tangga ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui upaya-upaya yang dilakukan rumah tangga dalam pemenuhan

kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga di RT 8 Lingkungan III

Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan

bahan perkuliahan pada mata kuliah geografi sosial pada Program Studi

Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan peneliti mengenai

permukiman kumuh yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di

Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

(13)

5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembuat kebijakan

dan pelaksana program pembangunan yang berkaitan dengan penyediaan air

bersih bagi masyarakat khususnya di permukiman kumuh.

6. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran geografi SMA Kelas X dan

geografi SMP kelas VII pada pokok bahasan Hidrosfer dan geografi SMP

kelas VIII pada pokok bahasan Sumberdaya Air.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah upaya pemenuhan kebutuhan air

bersih keperluan rumah tangga di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota

Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga di RT 8 Lingkungan

III Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

Lampung.

3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah Kelurahan Kota Karang

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah Tahun 2010.

5. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

(14)

Geografi sosial adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya aspek

keruangan merupakan karakteristik dari aktivitas penduduk, organisasi sosial,

unsur kebudayaan dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).

Alasan peneliti mengambil ruang lingkup ilmu geografi sosial karena yang

menjadi kajian dalam penelitian ini berhubungan dengan aktivitas penduduk

yang bidang studinya aspek keruangan, yaitu upaya yang dilakukan rumah

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa parameter uji yang diteliti pada analisis limbah cair industri rumah tangga perikanan dan penentuan bobot adsorben optimum adalah parameter warna secara

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian yang berguna bagi pihak Direktorat Jendral Pajak dalam memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap penerapan

laporan hasil rekapitulasi pendataan Penduduk Non Permanen Kota Yogyakarta sebagaimana dimaksud huruf c selanjutnya ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas

Adapun data yang dikumpulkan adalah karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, statsu bekerja, status menikah, pengawas minum obat (PMO), dan

Oleh karena itu, penerapan pendekatan saintifik melalui model discovery learning dengan permainan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, dan bersifat menyenangkan

memenuhi kebutuhan ekonomi yang tidak tercukupi oleh keluarga sehingga banyak informan yang memutuskan untuk meminta kebutuhan yang ia butuhkan kepada pacarnya dengan meminta

• Hal ini bisa dilihat pada sistem diagnosa penyakit dimana pakar tidak dapat mendefinisikan hubungan antara gejala dengan penyebabnya secara pasti, Dan pasien

Setelah dilakukan beberapa pengujian statistik pada pola asuh orangtua dan tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah dapat diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar