• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus Koperasi Rakyat Pantai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus Koperasi Rakyat Pantai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT

(Studi Kasus :KoperasiRakyat Pantai, Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Yesi Novia O Samosir 101201031 / Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

YESI NOVIA O SAMOSIR : Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus Koperasi Rakyat Pantai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat). Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan HERIANTO.

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan kebijakan pemerintah Indonesia yang membutuhkan partisipasi dan tanggungjawab dari masyarakat lokal untuk mengelola hutan produksi secara berkelanjutan. diharapkan membuat hutan lestari, produktif serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui penyerapan tenaga kerja secara langsung khususnya di sektor kehutanan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat yang menjadi sasaran dari pembangunan htr dapat menjadi pedoman bagi kebijakan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat agar lebih berperan aktif dalam memelihara, mengelola dan memanfaatkan potensi hutan secara lestari. Sehingga perlu diketahui tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap prorgam hutan tanaman rakyat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel bertujuan). Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil survei dan observasi langsung di lapangan serta wawancara melalui penyebaran kuisioner. Dilakukan perhitungan persentase persepsi dan partisipasi dengan menggunakan rumus, kemudian tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Hasil penelitian diketahui tingkat persepsi masyarakat Desa Pangkalan Siata yang berada di kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat sebesar 84,02% (baik), tingkat partisipasi masyarakat terhadap beberapa kegiatan antara lain pada kegiatan perencanaan sebesar 55,47% (sedang), kegiatan pelaksanaan sebesar 64,44% (sedang) serta pada kegiatan penilaian atau evaluasi sebesar 51,10% (sedang).

(3)

ABSTRACT

YESI NOVIA O SAMOSIR : Perceptions and Public Participation on

Commmunity Plantation Forest Development Programme (A Case Study in Pangkalan Siata Village, District Pangkalan Susu, Langkat). Supervised by AGUS PURWOKO and HERIANTO.

Commmunity Plantation Forest is Indonesian government policy which needed participation and responsibility from local community to manage production forest sustainability. Which is expected to make a sustainable and productive forest, increase community welfare through the direct absorption of laborers especially in forestry sector and increase regional economic growth Public be targe to forest plantation development programme in existing can be basis for government policy to empower human so that they will be more active in preserving, managing and using forest potency sustainability. So, the rate of perceptions and public participation on forest plantation programme have to been known. Sampling technique uses purposive sampling. This riset uses primer and secondary data. Primer data can be gotten from survey and direct observation and interview by spread of. Then, counted the rate of perceptions and public participation on forest plantation programme by using formula, then it will be grouped into three categories namely high, medium and low. The result of riset is the level of public perception in Pangkalan Siata Village located in Pangkalan susu district, Langkat is 84,02% (good), the rate of public participation for some acivities such as planning 55,47% (medium), actuating 64,44% (medium), and evaluation 51,10% (medium)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 2 Oktober 1992 dari Bapak Patar Siddik Samosir dan Ibu Arihta br. Sinuraya. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Panti Budaya Kisaran pada tahun 2004, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kisaran pada tahun 2007, menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Kisaran pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian masuk bersama (UMB-SPMB).

(5)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya selama menjalani perkuliahan hingga penelitian bahkan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus Koperasi Rakyat Pantai, Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orangtuaku tercinta Bapak Patar Siddik Samosir dan Ibu Arihta br.Sinuraya atas doa, nasehat, kasih sayang, semangat dan waktu yang selalu ada untuk penulis dalam penyelesaian skripsi

2. Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut.,M.S dan Bapak Ir. Herianto, M.Si serta Bapak Oding Affandi, S.Hut.,M.P sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi saran kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

3. Ibu Siti Latifah, S.Hut.,M.Si.,Ph.D. sebagai ketua Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

4. Kakak dan adikku tersayang Gusti Sari Ayu Samosir SE, Putri Wahyuni Samosir dan Mario Malem Samosir atas doa, kasih sayang dan semangatnya 5. Keluarga yang tercinta Biktua Sabarulina Sinuraya BA, Paktua Rudin

Sembiring, Bulang Tia Malem Sinuraya, Karo Basariah Sinulingga S.Pd,

(6)

6. Bapak Prayitno, Bapak Suwanto, Bapak Assinulla, Ibu Nurhayati selaku informan kunci atas waktu dan dukungan yang sangat berkesan

7. Keluarga besar Program Studi Kehutanan USU 2010 (Karmila Ginting, Fahmi Purba, Ermilda Purba, Ria Sianturi, Dedi Situmorang, Selvy Situmorang, Etti dan Esty, Guswinda Sitanggang, Ade Simanjuntak), abangda Hendra Saputra Panjaitan S.Hut dan teman-teman se-universitas yang telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi

8. Terima kasih juga kepada Debora Pakpahan, Panni Sihombing, Dhavid Purba, Juli Sitorus, Wika Sagala, Luqman Nul Hakim, Yesi Monika, Emilyawati Tampubolon atas doa dan support.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Hutan ... 5

Masyarakat Sekitar Hutan ... 6

Persepsi Masyarakat ... 7

Partisipasi Masyarakat ... 9

Hutan Tanaman Rakyat ... 11

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 18

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

Alat dan Bahan ... 21

Prosedur Penelitian ... 21

Teknik pengambilan sampel ... 21

Pengumpulan data ... 21

Analisis data ... 21

Matriks metodologi ... 25

Batasan penelitian ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ... 29

Tingkat umur ... 29

Suku dan agama ... 30

Pekerjaan ... 31

Tingkat pendidikan ... 32

Tingkat pendapatan ... 33

Lama bermukim ... 33

Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Tanaman Rakyat ... 34

(8)

rakyat ... 39

Persepsi masyarakat terhadap jenis pohon pada hutan tanaman rakyat .. 42

Persepsi masyarakat terhadap kondisi dan keamanan areal hutan tanaman rakyat ... 45

Persepsi masyarakat terhadap hak dan kewajiban dalam prorgam hutan tanaman rakyat ... 47

Persepsi masyarakat terhadap fungsi dan manfaat hutan tanaman rakyat ... 48

Persepsi masyarakat terhadap keterlibatan dalam program hutan tanaman rakyat ... 49

Persepsi masyarakat terhadap sikap masyarakat dalam program hutan tanaman rakyat ... 51

Partisipasi Masyarakat terhadap Hutan Tanaman Rakyat ... 52

Partisipasi masyarakat pada kegiatan perencanaan ... 53

Partisipasi masyarakat pada kegiatan pelaksanaan ... 55

Partisipasi masyarakat pada kegiatan penilaian ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 62

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matriks Metodologi yang Digunakan dalam Penelitian... 25

2. Tingkat Umur Responden di Desa Pangkalan Siata ... 30

3. Suku dan Agama Responden di Desa Pangkalan Siata ... 31

4. Pekerjaan Responden di Desa Pangkalan Siata ... 31

5. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Pangkalan Siata ... 32

6. Tingkat Pendapatan Responden di Desa Pangkalan Siata ... 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Persepsi Masyarakat terhadap Peraturan dalam Pembangunan Pogram

Hutan Tanaman Rakyat ... 37

2. Persepsi Masyarakat terhadap Pola Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat ... 39

3. Persepsi Masyarakat terhadap Jenis Pohon pada Hutan Tanaman Rakyat .... 42

4. Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi dan Keamanan Areal Hutan Tanaman Rakyat... 45

5. Persepsi Masyarakat terhadap Hak dan Kewajiban dalam Progam Hutan Tanaman Rakyat... 47

6. Persepsi Masyarakat terhadap Fungsi dan Manfaat Hutan Tanaman Rakyat ... 48

7. Persepsi Masyarakat terhadap Keterlibatan dalam Program Hutan Tanaman Rakyat... 49

8. Persepsi Masyarakat terhadap Sikap Masyarakat dalam Program Hutan Tanaman Rakyat... 51

9. Partisipasi Masyarakat Pada Kegiatan Perencanaan ... 53

10. Partisipasi Masyarakat Pada Kegiatan Pelaksanaan ... 57

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 65 2. Data Responden beserta Skoring Persepsi dan Tingkat Partisipasi

Masyarakat Desa Pangkalan Siata Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat dalam Kegiatan Perencanaan, Pelaksanaan, Hutan Tanaman Rakyat ... 74 3. Persepsi Masyarakat terhadap Beberapa Pertanyaan tentang Hutan

Tanaman Rakyat... 76 4. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Berbagai Kegiatan Pengelolaan

(12)

ABSTRAK

YESI NOVIA O SAMOSIR : Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus Koperasi Rakyat Pantai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat). Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan HERIANTO.

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan kebijakan pemerintah Indonesia yang membutuhkan partisipasi dan tanggungjawab dari masyarakat lokal untuk mengelola hutan produksi secara berkelanjutan. diharapkan membuat hutan lestari, produktif serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui penyerapan tenaga kerja secara langsung khususnya di sektor kehutanan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat yang menjadi sasaran dari pembangunan htr dapat menjadi pedoman bagi kebijakan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat agar lebih berperan aktif dalam memelihara, mengelola dan memanfaatkan potensi hutan secara lestari. Sehingga perlu diketahui tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap prorgam hutan tanaman rakyat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel bertujuan). Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil survei dan observasi langsung di lapangan serta wawancara melalui penyebaran kuisioner. Dilakukan perhitungan persentase persepsi dan partisipasi dengan menggunakan rumus, kemudian tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Hasil penelitian diketahui tingkat persepsi masyarakat Desa Pangkalan Siata yang berada di kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat sebesar 84,02% (baik), tingkat partisipasi masyarakat terhadap beberapa kegiatan antara lain pada kegiatan perencanaan sebesar 55,47% (sedang), kegiatan pelaksanaan sebesar 64,44% (sedang) serta pada kegiatan penilaian atau evaluasi sebesar 51,10% (sedang).

(13)

ABSTRACT

YESI NOVIA O SAMOSIR : Perceptions and Public Participation on

Commmunity Plantation Forest Development Programme (A Case Study in Pangkalan Siata Village, District Pangkalan Susu, Langkat). Supervised by AGUS PURWOKO and HERIANTO.

Commmunity Plantation Forest is Indonesian government policy which needed participation and responsibility from local community to manage production forest sustainability. Which is expected to make a sustainable and productive forest, increase community welfare through the direct absorption of laborers especially in forestry sector and increase regional economic growth Public be targe to forest plantation development programme in existing can be basis for government policy to empower human so that they will be more active in preserving, managing and using forest potency sustainability. So, the rate of perceptions and public participation on forest plantation programme have to been known. Sampling technique uses purposive sampling. This riset uses primer and secondary data. Primer data can be gotten from survey and direct observation and interview by spread of. Then, counted the rate of perceptions and public participation on forest plantation programme by using formula, then it will be grouped into three categories namely high, medium and low. The result of riset is the level of public perception in Pangkalan Siata Village located in Pangkalan susu district, Langkat is 84,02% (good), the rate of public participation for some acivities such as planning 55,47% (medium), actuating 64,44% (medium), and evaluation 51,10% (medium)

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri kehutanan Indonesia saat itu kekurangaan pasokan bahan baku. untuk itu pemerintah membuka peluang kepada masyarakat untuk turut mengantisipasi kekurangan bahan baku industri kayu melalui pembangunan hutan tanaman rakyat yang melibatkan masyarakat luas. Sebuah terobosan baru belum lama ini dimunculkan pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui program Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Program HTR diharapkan mampu mampu meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat sekitar hutan yang sebagian besar tergolong miskin. Pembangunan HTR ini diharapkan ke depan mampu meningkatkan kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran dan pengentasan kemiskinan sehingga diperlukan kerangka acuan dalam pengembangannya agar tidak terjadi kesimpang-siuran dalam implementasinya di lapangan.

Undang-undang No. 41 tahun 1999 menyatakan bahwa hutan merupakan anugerah Tuhan yang wajib disyukuri, dilestarikan dan dikelola sehingga dapat memberikan manfaat kepada manusia. Dengan melihat arti pentingnya areal hutan sebagai penyangga kehidupan yang diharapkan mampu memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi keberlangsungan hajat hidup orang banyak, maka keberadaan hutan harus dipertahankan secara optimal. Oleh karena itu, pengelolaan hutan yang berkelanjutan atau lestari mutlak diperlukan.

(15)

kehutanan berbasis masyarakat yang bertujuan agar masyarakat terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan, antara lain pembangunan masyarakat desa hutan (PMDH), hutan kemasyarakatan (HKm), model desa konservasi (MDK), Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan rakyat (HR). Namun, hingga saat ini tujuan dari program-program tersebut belum tercapai secara maksimal. Community Based Forest Managemant masih diartikan sebagai kegiatan work for (bekerja untuk) bukan work with (bekerja bersama) masyarakat, sehingga hasil akhir dari program tersebut belum

mampu memberdayakan dan memandirikan masyarakat sekitar hutan (Sadino, 2011).

Berdasarkan data perkembangan pengembangan HTR di Sumatera Utara yang dikaji oleh Badan Planologi Kehutanan (Baplan) tahun 2006, Provinsi Sumatera Utara memiliki lahan potensial seluas 909.142 hektar. Oleh Baplan, peta indikatif areal yang diusulkan oleh bupati untuk pencadangan areal HTR sudah disampaikan ke seluruh kabupaten di Sumut. Dari data terakhir, ada delapan kabupaten yang mengajukan pencadangan areal HTR ke Menhut. Dengan luas total HTR mencapai 233.533 hektar, kabupaten yang sudah mengajukan meliputi Madina, Asahan, Simalungun, Humbahas, Langkat, Labuhan batu, Taput dan Palas. Sementara itu, empat kabupaten sudah diterbitkan SK Pencadangan HTR dengan luas 26.200 hektar yakni Madina, Asahan, Langkat dan Simalungun (Pemprovsu, 2009).

(16)

hutan tanaman rakyat belum mampu mengimbangi laju kerusakan hutan. Beberapa faktor yang menyebabkan lambannya pembangunan hutan tanaman rakyat adalah kurangnya minat masyarakat. Untuk mendukung minat masyarakat dan pengusaha lokal dalam mengembangkan hutan tanaman rakyat dibutuhkan beberapa hal yaitu 1) sosialisasi program ditingkat masyarakat sehingga tepat sasaran, 2) kepastian hukum atas status lahan, 3) informasi kelayakan usaha baik secara teknis maupun finansialnya, dan 4) pendampingan kelembagaan masyarakat.

(17)

lebih aktif dalam mengelola dan memanfaatkan potensi hutan secara lestari serta dapat meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melestarikan hutan sehingga dapat memberikan masukan baik kepada pihak pengelola maupun masyarakat sekitar desa ini dalam pengelolaan sumberdaya hutan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat terkait program hutan tanaman rakyat di Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

2. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap program Hutan Tanaman Rakyat yang terdapat di Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

3. Mengetahui partisipasi (perilaku) masyarakat terhadap program Hutan Tanaman Rakyat yang terdapat di Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu upaya mendorong peningkatan pengetahuan dan kesadaran berbagai pihak akan pentingnya keberadaan sumberdaya hutan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan hutan tanaman rakyat.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan

Menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999 hutan memiliki pengertian sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan adalah sumber daya alam yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hutan juga merupakan sumber daya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia baik manfaat langsung maupun tidak langsung.

Menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, berdasarkan fungsinya digolongkan ke dalam beberapa bagian yaitu :

a. Hutan lindung, yang merupakan kawasan hutan yang karena sifat-sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencana banjir dan erosi, serta untukpemeliharaan kesuburan tanah

b. Hutan produksi, yang merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi hasil hutanuntuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan, industri, dan ekspor

c. Hutan suaka alam, yang merupakan kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya d. Hutan wisata, yang merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan secara

(19)

Masyarakat Sekitar Hutan

Berdasarkan pasal 69 dan 70 Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa masyarakat berkewajiban ikut serta dalam menjaga hutan dari gangguan perusakan, berperan aktif dalam rehabilitasi, turut berperan serta dalam pembangunan kehutanan dan pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat yang terkait langsung dengan berbagai upaya dalam rangka penyelamatan maupun pemanfaatan hutan dan lahan, sehingga lestari dan berkesinambungan.

Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan baik yang memanfaatkan hasil hutan tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Banyak sekali masyarakat Indonesia meskipun jumlahnya tidak diketahui secara pasti tinggal di dalam atau atau dipinggir hutan yang hidupnya bergantung kepada hutan. Pada pertengahan tahun 2000, Departemen Kehutanan menyebutkan bahwa 30 juta penduduk secara langsung mengandalkan hidupnya pada sektor kehutanan meskipun tingkat ketergantungannya tidak didefinisikan. Sebagian besar masyarakat hutan hidup dengan berbagai strategi ekonomi tradisional, yakni menggabungkan perladangan dengan berburu, dan mengumpulkan hasil hutan seperti kayu, rotan, madu dan hasil hutan lainnya (Hardjasoemantri, 1985).

(20)

pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya alam atau ekosistem seperti punahnya fauna, tanah gundul, tanah longsor, dan juga padang alang-alang (Awang, 2001).

Keberadaan masyarakat di sekitar hutan secara langsung menimbulkan keinginan dan motivasi untuk pemanfatan hutan tersebut. Timbulnya keinginan motivasi tersebut dipicu oleh kesadaran masyarakat disamping faktor sosial, ekonomi, budaya, adat istiadat, pendidikan, dan perilaku masyarakat (Kartasapoetra, 1987).

Pemberdaayaan masyarakat dalam bentuk pelibatan masyarakat lokal dalam rangka pelestarian hutan merupakan hal yang mendasar dan positif, dimana kesadaran positif masyarakat dibangun dan dikembangkan sehingga masyarakat dapat melakukan kontrol sepenuhnya terhadap pengelolaan sumber daya hutan. Pada hakekatnya pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses perubahan perilaku masyarakat sebagai pusat perhatian sekaligus dipandang dan diposisikan sebagai subyek bagi dirinya sendiri dalam proses pembangunan.

Persepsi Masyarakat

Menurut Sormin (2006) mendefinisikan bahwa persepsi merupakan sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan diperoleh melalui interpretasi data indera. Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses perencanaan informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

(21)

dapat dibedakan menjadi seseorang menolak lingkungan, bekerjasama, atau menguras lingkungan, disebabkan seseorang yang tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan, sehingga orang yang bersangkutan dapt memberikan bentuk tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa yang di kehendaki. Sebaliknaya para petani mempunyai sikap menerima lingkungan, seseorang dapat memanfaatkan hutan dan sekaligus menjaga dan menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberi manfaat yang terus menerus. Dengan demikian lingkungan hutan yang terjaga kelestariannya dari kerusakan, akan memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitar hutan dan negara berupa devisa.

Menurut Ngakan dkk (2006) yang menyatakan untuk mengetahui persepsi masyarakat, kepada mereka diberikan lima topik untuk dibahas dan jawaban mereka dibedakan dalam tiga kategori:

a) Persepsi baik, apabila mereka memahami dengan baik bahwa dirinya bergantung hidup dari sumberdaya hayati hutan dan menginginkan agar sumberdaya tersebut dikelola secara lestari;

b) Persepsi sedang, apabila mereka menyadari dirinya bergantung hidup dari sumberdaya hayati hutan tetapi tidak memahami kalau sumberdaya tersebut perlu dikelola secara lestari agar manfaatnya bisa diperoleh secara berkelanjutan;

(22)

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berasal dari kata participation, yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan. Partisipasi masyarakat berarti pengambilan bagian oleh masyarakat atau pengikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan. Dalam praktek sehari-hari, partisiasi masyarakat dipahami atau ditafsirkan sebagai berikut:

1. Masyarakat bertanggung jawab hanya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan 2. Anggota masyarakat ikut menghadiri pertemuan-pertemuan perencanaan,

pelaksanaan dan pengkajian suatu kegiatan, namun sebatas sebagai pendengar.

3. Anggota masyarakat terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan tentang cara melaksanakan sebuah kegiatan dan ikut menyediakan bantuan serta bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut.

4. Anggota masyarakat terlibat secara aktif dalam semua tahapan proses pengambilan keputusan, pengawasan serta monitoringnya.

Dengan pendekatan partisipasi, masyarakat lebih bersemangat, lebih ikhlas dan lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu kegiatan (Mu’arif, 2002).

Partisipasi menurut Awang (2001) adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari massa penduduk dari tingkatan-tingkatan yang berbeda seperti:

1. Di dalam proses pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan kemasyarakatan dan pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

(23)

3. Dalam pemanfaatan hasil-hasil dari satu program atau suatu proyek. Hal ini menjadi penting karena banyak program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat ternyata justru ditolak oleh masyarakat sendiri.

Partisipasi masyarakat di bagi dalam tiga bentuk. Pertama, partisipasi semu yaitu keikutsertaan masyarakat dalam sebuah kegiatan di mana keikutsertaan itu diukur dari upaya-upaya memobilisasi tenaga kerja masyarakat dalam kegiatan. Kedua, partisipasi perwakilan yaitu keterlibatan masyarakat dalam sebuah kegiatan pembangunan diwakili oleh beberapa orang tertentu saja. Ketiga, partisipasi sejati adalah keikutsertaan yang dilakukan oleh setiap individu atau kelompok masyarakat atas dasar kehendak sendiri terhadap sesuatu yang dirasakan memberi manfaat, dan keterlibatan tersebut meliputi semua aktifitas dari awal sampai akhir proses (Awang, 2002).

(24)

Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Program hutan tanaman rakyat pertama dicanangkan pada awal tahun 2007 berdasarkan PP No. 6 tahun 2007 Jo PP No. 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan dan Permenhut No.P.23/Menhut-II/2007 Jo. Permenhut No. P.5/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Permohonan IUPHHK-HTR dalam Hutan Tanaman. Program ini memberikan akses kepada masyarakat untuk (1) Memperoleh pengakuan secara hukum dalam usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi; (2) Memperoleh pinjaman dana pembangunan HTR; (3) Memperoleh jaminan pasar melalui penetapan harga dasar. Kebijakan HTR ini sekaligus merupakan implementasi dari Kebijakan Prioritas Departemen Kehutanan 2004-2009 terutama Revitalisasi Sektor Kehutanan dan Pemberdayaan Ekonomi, sehingga sektor kehutanan dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional, perbaikan lingkungan, mensejahterakan masyarakat dan memperluas lapangan kerja.

Tujuan pembangunan Hutan Tanaman Rakyat adalah sebagi berikut : 1. Rehabilitasi kawasan hutan produksi yang terlantar dan atau kosong akibat

kerusakan pada beberapa tahun yang lalu.

2. Meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi tidak produktif secara optimal.

(25)

4. Meningkatkan produksi kayu dalam hutan produksi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan, dimana kebutuhan industri akan kayu pada saat ini tidak seimbang dengan kemampuan produksi kayu.

5. Memeberikan lapangankerja dan usaha bagi masyarakat di sekitar hutan produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

6. Keamanan, yang terbangun dari kesadaran masyarakat di sekitarnya akan rasa memiliki, mengelola serta memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi dan meningkatkan kebutuhan hidupnya.

7. Membangun kebersamaan, keadilan dan keterbukaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan secara optimal untuk menuju kelestarian dalam mendukung aspek ekonomi, sosial dan ekologi.

Berdasarkan pembelajaran terhadap beberapa program pemberdayaan masyarakat sebelumnya, Emila dan Suwito (2007) menyimpulkan bahwa HTR harus dijalankan dengan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat yaitu :

a. Masyarakat mengorganisasikan dirinya berdasarkan kebutuhannya (people organized themselves based on their necessity) yang berarti pemberdayaan

hutan beserta masyarakatnya ini bukan digerakkan oleh proyek ataupun bantuan luar negeri karena kedua hal tersebut tidak akan membuat masyarakat mandiri dan hanya membuat “kebergantungan” masyarakat.

b. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus bersifat padat karya (laborintensive) sehingga kegiatan ini tidak mudah ditunggangi pemodal (cukong) yang tidak bertanggung jawab.

(26)

kehutanan dapat masuk ke sektor formal ekonomi kehutanan/ekonomi lokal, nasional dan global sehingga bebas dari pemerasan oknum birokrasi dan premanisme pasar.

Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan, kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur

dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (PP 6/2007 bab 1 pasal 1:19). Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan

atau sistem teknik bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai menanam, memelihara tanaman dan memanen

Lebih lanjut dikatakan bahwa kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat ini terkait dengan kebijakan Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan (pro-poor), menciptakan lapangan kerja baru (pro-job) dan memperbaiki kualitas pertumbuhan melalui investasi yang proporsional antar pelaku ekonomi (pro-growth) sebagaimana menjadi agenda revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Kebijakan HTR ini sekaligus juga merupakan implementasi dari Kebijakan Prioritas Departemen Kehutanan 2004-2009 terutama revitalisasi sektor kehutanan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, sehingga sektor kehutanan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional, perbaikan lingkungan hidup, mensejahterakan masyarakat dan memperluas lapangan kerja.

(27)

tanaman tidak dapat diperjualbelikan, dipindahtangankan, dan diwariskan. Pemegang IUPHHK-HTR mempunyai hak melakukan kegiatan sesuai izin, kemudahan mendapatkan dana untuk pembiayaan pembangunan HTR, bimbingan dan penyuluhan teknis dan peluang ke pemasaran hasil hutan. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTR dalam hutan tanaman meliputi penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. Tanaman yang dihasilkan dari UPHHK pada HTR merupakan asset pemegang izin usaha, dan dapat dijadikan agunan sepanjang izin usahanya masih berlaku.

Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat akan melibatkan tugas dan fungsi seluruh Instansi Kehutanan baik Pusat maupun Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Swasta, Koperasi, LSM dan Masyarakat, sehingga untuk kelancaran dan efektivitas pelaksanaan di lapangan diperlukan Pedoman Penyelenggaraan Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Masyarakat yang menjadi sasaran program hutan tanaman rakyat adalah masyarakat yang berada di dalam atau di sekitar hutan yang merupakan kesatuan komunitas sosial yang didasarkan pada persamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal, serta pengaturan tata tertib kehidupan bersama dalam wadah kelembagaan.

(28)

lindung. Sedangkan Hutan Rakyat jelas-jelas dibangun di luar kawasan hutan negara atau berada pada hutan hak (hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah) (Emilia dan Suwito, 2007).

Alokasi dan penetapan areal HTR dilakukan oleh Menteri Kehutanan pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan tidak dibebani ijin/hak lain dan letaknya diutamakan dekat dengan industri hasil hutan. Alokasi dan penetapan areal HTR sesuai PP No. 6 Tahun 2007 dilakukan oleh menteri berdasarkan usulan KPH atau pejabat yang ditunjuk. Alokasi dan penetapan areal HTR oleh menteri akan disampaikan kepada Bupati/Walikota. Bupati/Walikota melakukan sosialisasi ke desa terkait mengenai alokasi dan penetapan areal HTR. Sosialisasi dapat dilakukan Bupati/Walikota dengan menggunakan Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Pusat, Propinsi, atau di Kabupaten/Kota (Muhshi, 2007).

(29)

Ketentuan umum di dalam PP 55/2011 yang dimaksud Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTR adalah izin usaha untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan ikutannya pada hutan produksi yang diberikan kepada perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur yang sesuai untuk menjamin kelestarian sumber daya hutan.

Alokasi dan penetapan areal hutan tanaman rakyat dilakukan oleh Menteri pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan tidak dibebani izin atau hak lain. Selanjutnya pencadangan areal hutan tanaman rakyat yang didasarkan /Walikota atau Kepala KPHP, dan luas areal pencadangan disesuaikan dengan keberadaan masyarakat sekitar hutan (Pasal 2 Permenhut No. P.55/Menhut-II/2011).

Dalam pasal 9 Permenhut No. P.55/Menhut-II/2011 yang dapat memperoleh IUPHHK-HTR, adalah perorangan; atau koperasi yang merupakan warga negara Indonesia orang yang cakap bertindak menurut hukum yang tinggal di sekitar hutan. Koperasi yang dimaksud adalah koperasi dalam skala usaha mikro, kecil, menengah dan dibangun oleh masyarakat setempat yang tinggal di desa terdekat dari hutan, dan diutamakan penggarap lahan pada areal pencadangan hutan tanaman rakyat.

(30)

tersebut ditetapkan sebagai areal perlindungan setempat dan pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Dalam hal terdapat tegakan mangrove pada areal yang dicadangkan sebagai areal pencadangan HTR, areal mangrove tersebut dapat dikembangkan sebagai kegiatan usaha HTR.

Selanjutnya dalam pasal 6 dimana, Pola pengembangan HTR direncanakan mengikuti 3 pola, yaitu (a) Pola Mandiri, (b) Pola Kemitraan dan (c) Pola Developer. Pengertian dari masing-masing pola \ adalah sebagai berikut:

a. Pola Mandiri adalah hutan tanaman rakyat yang dibangun oleh pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR).

b. Pola Kemitraan adalah hutan tanaman rakyat yang dibangun oleh pemegang IUPHHK-HTR bersama dengan mitra berdasarkan kesepakatan bersama dengan difasilitasi oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah agar terselenggara kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak.

c. Pola Developer adalah hutan tanaman rakyat yang dibangun oleh BUMN atau BUMS atas permintaan pemegang IUPHHK-HTR dan biaya pembangunannya menjadi tanggung jawab pemegang IUPHHK-HTR.

(31)

dikombinasikan dengan tanaman budidaya tahunan yang berkayu antara lain karet, tanaman berbuah, bergetah dan pohon penghasil pangan dan energi. Tanaman budidaya tahunan paling luas 40% (empat puluh persen) dari areal kerja dan tidak didominasi oleh satu jenis tanaman.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Pangkalan Siata

Desa Pangkalan Siata terletak pada Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat . Desa Pangkalan Siata merupakan desa dengan jumlah masyarakat sebesar 6.000 jiwa atau 1.100 KK yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.978 jiwa dan perempuan sebesar 3.022 jiwa yang tersebar pada 11 dusun yaitu dusun 1 (Sungkam Jaya), dusun 2 (Sungkam Sakti), dusun 3 (Sungkam Abadi), dusun 4 (Tanjung Kramat), dusun 5 (Sei Serai), dusun 6 (Ujung Batu), dusun 7 (Sei Dua), dusun 8 (Palu Udang), dusun 9 (Kampung Baru), dusun 10 (Kebun Ubi), dusun 11 (Bukit Kayu). Terletak di dalam hutan dengan ketinggian 10 meter diatas permukaan laut dengan luas desa 11.000 Ha (Kantor Balai Desa Pangkalan Siata, 2014).

Berdasarkan data komposisi penduduk mayoritas adalah 50% suku Aceh, sebanyak 30% suku Jawa, sebanyak 15% suku Batak, sebanyak 5% suku Karo dengan bahasa mayoritas yang digunakan adalah bahasa indonesia. Menurut mata pencaharian penduduknya, yang berprofesi sebagai nelayan dan petani/buruh petani yang paling banyak dan selebihnya adalah pedagang, beternak, wiraswasta dan lain-lain (Kantor Balai Desa Pangkalan Siata, 2014).

(32)

− Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Salahaji Kecamatan Pamatang Jaya

− Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Halaban Kecamatan Besitang

− Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajaya Kecamatan Besitang

− Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Jengkol Kecamatan

Pangkalan Susu

Letak Areal IUPHHK – HTR

(33)

Areal Hutan Tanaman Rakyat Koperasi Rakyat Pantai berada dalam pemangkuan kawasan hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Langkat. Adapun batas-batas areal sebagai berikut:

− Sebelah barat berbatasan dengan Sungai Salahaji − Sebelah Timur berbatasan dengan Sempadan pantai

− Sebelah Utara bertbatasan dengan Sei Bemban

(34)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Hutan Tanaman Rakyat Koperasi Rakyat Pantai yang berkedudukan di Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2014 – Agustus 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kamera digital untuk dokumentasi, tape recorder untuk merekam, perangkat komputer untuk mengolah data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner sebagai bahan wawancara.

Prosedur Penelitian

Teknik pengambilan sampel

(35)

Banyaknya sampel (responden) yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 45 orang yaitu 15 orang anggota koperasi dan 30 orang yang berada diluar anggota koperasi.

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil survei dan observasi langsung di lapangan serta wawancara melalui penyebaran kuisioner kepada responden. Untuk melengkapi kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat maka dilakukan wawancara (deep interview) kepada beberapa informan kunci. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:

a. Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

b. Persepsi masyarakat terkait pemanfaatan hutan tanaman rakyat, pola pengembangan hutan tanaman rakyat, jenis tanaman pada hutan tanaman rakyat, sistem permodalan hutan tanaman rakyat.

c. Partisipasi masyarakat terkait kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada hutan tanaman rakyat.

Data sekunder adalah data dan informasi yang diperoleh dari hasil pencatatan terhadap data-data yang sudah tersedia.

Analisis Data

a. Persepsi Masyarakat

(36)

untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data yang terkumpul dari hasil kuisioner, wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka (Nazir, 2005).

b. Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penelitian ini dinilai berdasarkan skor melalui keterlibatan masyarakat Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat dalam berbagai program kegiatan, di antaranya partisipasi dalam tahap kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (evaluasi) terhadap Hutan Tanaman Rakyat. Mikkelsen (1999) menyatakan bahwa penggunaan ranking dan skoring telah lama dikenal untuk menilai harapan, kepercayaan, sikap, kesukaan dan pendapat orang. Penelitian sosial menggunakan ranking dan skoring untuk mengembangkan strategi guna mengubah perilaku masyarakat.

Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner disajikan dalam bentuk tabulasi. Kemudian dilakukan perhitungan persentase partisipasi dengan menggunakan rumus (Daniel, 2002) :

P(%) = ��

� × 100%

Keterangan :

P = Persentase partisipasi

ni = Jumlah sampel pada kategori- i

(37)

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian (evaluasi) dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan (tingkat partisipasi tinggi) berada pada interval skor 66,68-100

b. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan (tingkat partisipasi sedang) berada pada interval skor 33,34-66,67

c,. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan (tingkat partisipasi rendah) berada pada interval skor 0-33,33

(Daniel, 2002).

(38)

Tabel 1. Matriks Metodologi yang Digunakan dalam Penelitian

No Tujuan Penelitian

Data Kunci Sumber dan Metode ekonomi dan budaya masyarakat sosial ekonomi dan budaya masyarakat

2 Mengetahui persepsi mayarakat

−Masyarakat Desa Pangkalan Siata yang menjadi anggota koperasi dan di luar koperasi.

−Rencana kerja program HTR

− Peraturan dalam pembangunan

− Sistem permodalan

pada Hutan Tanaman Rakyat

− Jenis Tanaman pada Hutan Tanaman Rakyat

− Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan − Sikap masyarakat

terhadap Hutan Tanaman Rakyat 3 Mengetahui

partisipasi masyarakat

−Masyarakat Desa Pangkalan Siata yang menjadi anggota koperasi dan di luar koperasi.

− Rencana kerja program HTR

masyarakat berupa − Kegiatan

perencanaan, − Pelaksanaan, − Penilaian (evalusi)

Batasan Penelitian

(39)

penelitian ini adalah peraturan dalam pembangunan Hutan Tanaman Rakyat tentang perlu tidaknya peningkatan potensi hutan dan pelestariannya beserta kelembagaan dalam pengelolaannya; pola pengembangan Hutan Tanaman Rakyat yang dilakukan seperti berdasarkan Permenhut No. P.55/Menhut-II/2011 Pasal 6 pola pengembangan Hutan Tanaman Rakyat mengikuti 3 pola, yaitu (a) Pola Mandiri yaitu HTR yang dibangun oleh pemegang IUPHHK-HTR , (b) Pola Kemitraan yaitu HTR yang dibangun oleh pemegang IUPHHK-HTR bersama dengan mitra berdasarkan kesepakatan bersama dengan difasilitasi oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah agar terselenggara kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak, dan (c) Pola Developer yaitu HTR yang dibangun oleh BUMN atau BUMS atas permintaan pemegang IUPHHK-HTR dan biaya pembangunannya menjadi tanggung jawab pemegang IUPHHK-HTR; jenis pohon pada Hutan Tanaman Rakyat tentang jenis – jenis pohon yang diinginkan untuk ditanam; kondisi Hutan Tanaman Rakyat tentang ada tidaknya pelanggaran-pelanggaran di dalam dan di sekitar kawasan maupun keamanan kawasannya; hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat tentang ada tidaknya hak dan kewajiban masyarakat dalam mengelola hutan; fungsi dan manfaat Hutan Tanaman Rakyat bagi masyarakat; keterlibatan masyarakat tentang bersedia tidaknya terlibat dalam mengelola Hutan Tanaman Rakyat; sikap/attitude masyarakat terhadap Hutan Tanaman Rakyat tentang bagaimana respon masyarakat dalam menanggapi setiap kegiatan pengelolaan.

(40)
(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dinamika perekonomian masyarakat desa pangkalan siata ditandai dengan adanya upaya dari masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya hutan yang ada di sekitar tempat bermukim, sehingga diperoleh pendapatan yang mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pernyataan Awang (2001) menjelaskan bahwa pengelolaan hutan berbasis masyarakat seperti hutan rakyat (termasuk hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat) sesungguhnya sangat terdesentralisasi dan local specific sehingga tidak mudah untuk digeneralisasi. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kebijakan hutan tanaman rakyat diperlukan pemahaman mengenai karakteristik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat, termasuk pemahaman mengenai modal-modal yang dimiliki oleh masyarakat seperti modal fisik, modal manusia dan modal sosial.

(42)

pencaharian dan paru dunia bagi mereka dan ada juga sebagian masyarakat juga bergabung dalam koperasi yang berhubungan dengan Hutan Tanaman Rakyat untuk lebih berpartisipasi terhadap hutan.

Karakteristik Responden Desa Pangkalan Siata

Responden yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 45 responden dari lokasi pembangunan Hutan Tanaman Rakyat yang berada di Desa Pangkalan Siata Kecamatan Pangkalan Susu yaitu sebanyak 15 orang anggota koperasi dan 30 orang masyarakat yang bukan anggota koperasi. Karakteristik responden penelitian meliputi tingkat umur, suku, agama, pekerjaan, pendidikan, lama bermukim, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan. Data karakteristik responden penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

Tingkat umur responden

(43)

Tabel 2. Tingkat Umur Responden di Desa Pangkalan Siata

No Kelompok Umur Jumlah Persentase (%)

1 20 – 30 4 8.88

2 31 – 40 12 26.66

3 41 – 50 18 40

4 51 – 60 8 17.77

5 > 61 3 6.66

Jumlah 45 100

Berdasarkan kelompok umur pada Tabel 2 di atas, diketahui bahwa persentase dari Desa Pangkalan Siata terbesar didominasi oleh kelompok umur 41 – 50 tahun yaitu sebesar 40%. Berdasarkan informasi tersebut terlihat merupakan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan terbesar dilakukan oleh kelompok umur produktif. Hal ini berhubungan dengan aktivitas keseharian masyarakat sebagai nelayan dan mudah ditemukan. Menurut Birganto (2008) bahwa usia mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Semakin tua usia

seseorang maka semakin kurang produktif, sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan

yang ada juga relatif kecil. Masyarakat ini mampu berinteraksi secara langsung dan

biasanya lebih memahami ekosistem yang berada di hutan mangrove. Responden yang termasuk kelompok umur produktif merupakan responden yang sudah berumah tangga dan bekerja di lingkungan sekitar desa sehinggga mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya hutan yang ada untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Suku dan agama responden

(44)

Tabel 3. Karakteristik Suku Responden di Desa Pangkalan Siata

Sedangkan dalam hal agama dari responden di Desa Pangkalan Siata diketahui beragama Islam (100%). Masyarakat di Desa Pangkalan Siata sangat peduli dan saling tolong – menolong sehingga suasana tetap kondusif dan stabil. Pekerjaan responden

Masyarakat Desa Pangkalan Siata yang merupakan masyarakat pesisir yang latar belakang perekonomiannya dari produksi perikanan di daerah tersebut. Secara umum sistem perekonomian masyarakat Desa Pangkalan Siata ditopang ileh hasil – hasil laut. Berikut disajikan jenis pekerjaan responden pada Tabel 4.

Tabel 4. Pekerjaan responden di Desa Pangkalan Siata

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Nelayan 25 55.55

(45)

perempuan dimana pada dasarnya berprofesi utamanya sebagai ibu rumah tangga. Dalam mengisi waktu senggang di rumah. Biasanya kaum ibu membuat ikan asin, olahan terasi, dan pengrajin arang.

Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan yang diteliti bahwa responden yang memiliki ilmu pengetahuan, wawasan luas dan keterampilan sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan. Apabila terdapat pendidikan yang rendah, wawasan yang sempit dan keterbatasan keterampilan dapat menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan yang ada tidak terkendali dengan baik dan akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan yang ada. Pernyataan Coleman (1988); Fukuyama (2007) yang menyatakan modal manusia sangat penting, karena modal usaha tidak hanya berwujud fisik saja, melainkan akan didominasi oleh modal manusia seperti pendidikan, keterampilan dan keeratan hubungan. Keahlian, kemampuan, pengetahuan dan sikap merupakan bagian dari mutu modal manusia yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi (Hardjanto, 2002). Maka hasil kuisioner tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Pangkalan Siata

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 37 82.22

2 SLTA 8 17.77

Jumlah 45 100

(46)

tinggal dengan sekolah sangat jauh dan sebagian masyarakat kurang antusias untuk bersekolah sehingga lebih tertarik bekerja di lahan sendiri. Kondisi ini tentuny mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhada sumberdaya hutan menjadi sangat besar.

Tingkat pendapatan responden

Tingkat pendapatan masyarakat sangat berkaitan dengan profesi atau jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden. Tingkat pendapatan yang diteliti bahwa responden secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap faktor musim dan faktor kondisi cuaca (angin). Apabila sedang musim pasang mati dan angin terlalu kencang, maka nelayan tidak bisa ketengah laut untuk mencari ikan. Berikut disajikan tingkat pendapatan responden pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Pendapatan Responden di Desa Pangkalan Siata

No Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah Persentase (%)

1 < 500.000 3 6.66

2 > 500.000 – 1.000.000 14 31.11

3 > 1.000.000 – 1.500.000 19 42.22

4 > 1.500.000 – 2.000.000 7 15.55

5 > 2.000.000 2 4.44

Jumlah 45 100

Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa tingkat pendapatan masyarakat Desa Pangkalan Siata berpendapatan rata – rata Rp 1.000.000 – 1.500.000 per bulan sebanyak 19 orang yaitu 42,44%. Pendapatan masyarakat tergolong cukup bagi mereka yang bekerja sebagai petani, dan hasilnya berupa kayu bakau yang diolah menjadi kayu bakar (arang) dijual melalui koperasi yang diikuti.

Lama menetap responden

(47)

pemanfaatannya. Berikut disajikan tingkat lamanya bermukim responden pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Lama Bermukim Responden di Desa Pangkalan Siata

No Lama Bermukim Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 5 1 2.22

2 6 – 10 1 2.22

3 11 – 15 3 6.66

4 16 – 20 5 11.11

5 > 20 35 77.77

Jumlah 45 100

Komponen responden di Desa Pangkalan Siata berdasarkan lama bermukim lebih banyak pada rentang > 20 tahun sebanyak 35 orang yaitu 77,77%. Masyarakat mengatakan bahwa lamanya bermukim di desa Pangkalan Siata telah lama sejak kecil dan belum pernah berpindah.

Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Tanaman Rakyat

(48)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi masyarakat Desa Pangkalan Siata yang berada di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat terhadap Hutan Tanaman Rakyat sangat setuju adanya pogram pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Pada umumnya masyarakat desa yang bekerja sebagai nelayan, dapat menambah pekerjaan baru dan meningkatkan perekonomian bagi mereka sehingga mereka mengharapkan dapat ikut dalam program Hutan Tanaman Rakyat. Disamping itu, kesadaran masyarakat yang cukup tinggi terhadap hutan bahwa kehidupannya bergantung dari hutan maka sumberdaya hutan perlu dijaga dan ditingkatkan potensi hutan serta mengelolanya secara lestari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sormin (2006) mendefinisikan bahwa persepsi merupakan sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan diperoleh melalui interpretasi data indera. Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses perencanaan informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

(49)
(50)

Persepsi masyarakat terhadap peraturan dalam pembangunan hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Gambar 1. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Peraturan Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat

Salah satu sasaran prioritas departemen kehutanan dalam rangka peningkatan potensi dan kualitas hutan produksi yang tidak produktif serta peningkatan pendapatan masyarkat di dalam dan sekitar hutan adalah melalui pembangunan hutan tanaman rakyat. Mengenai pertanyaan tentang peraturan dalam pembangunan hutan tanaman rakyat, diketahui 60% responden yang tahu tentang peraturan dalam pembangunan hutan tanaman rakyat. Hampir semua anggota koperasi yang menjadi responden tahu tentang peraturan dalam pembangunan hutan tanaman rakyat. Dan diluar dari anggota koperasi ada sebagian mengetahui tentang peraturan dalam pembangunan hutan tanaman rakyat dikarenakan mereka adalah tenaga kerja dalam pelaksanaan kegiatan hutan

(51)

tanaman rakyat dengan persetujuan dari pengurus koperasi dan anggota koperasi. Responden menjawab bahwa peraturan dalam pembangunan hutan tanaman rakyat antara lain hutan tanaman rakyat memiliki kawasan di hutan produksi yang dikelola oleh koperasi atas izin dari pemerintah; adanya dasar hukum dalam pembangunan hutan tanaman rakyat; yang dapat memperoleh IUPHHK-HTR adalah perorangan dan koperasi dalam skala mikro, kecil, menengah dan dibangun oleh masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan, jangka waktu Izin IUPHHK-HTR paling lama 60 tahun; setiap 2 tahun diadakan evaluasi oleh Balai Pemantauan dan Pengelolaan Hutan Produksi (BPPHP); tahun ke 7 sudah bisa produksi, kelembagaan dalam program hutan tanaman rakyat yaitu dinas kehutanan langkat, koperasi rakyat pantai, BPPHP. Namun, 15,55% responden yang tidak tahu mengenai peraturan dalam pembangunan hutan tanaman rakyat walaupun sebagian dari mereka bermatapencaharian dari hasil hutan. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden yang rendah akan wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat terhadap hutan di sekitar lingkungannya dimana sebanyak 82,22% masyarakat yang hanya menempuh tingkat pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD).

(52)

juga yang kurang memahami aturan dalam hutan tanaman rakyat yang diadakan pemerintah yang sebagaimana tujuannya hutan tanaman rakyat sendiri salah satunya memberikan lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat di sekitar hutan produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.

Persepsi masyarakat terhadap pola pengembangan hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Gambar 2. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Pola Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat

Pola pengembangan hutan tanaman rakyat yang dilakukan berdasarkan Permenhut No. P.55/Menhut-II/2011 Pasal 6 pola pengembangan hutan tanaman rakyat mengikuti 3 pola, yaitu (a) Pola Mandiri yaitu hutan tanaman rakyat yang dibangun oleh pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR), (b) Pola Kemitraan yaitu hutan tanaman

(53)

rakyat yang dibangun oleh pemegang IUPHHK-HTR bersama dengan mitra berdasarkan kesepakatan bersama dengan difasilitasi oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah agar terselenggara kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak, dan (c) Pola Developer yaitu hutan tanaman rakyat yang dibangun oleh BUMN atau BUMS atas permintaan pemegang IUPHHK-HTR dan biaya pembangunannya menjadi tanggung jawab pemegang IUPHHK-HTR. Pola pengembangan hutan tanaman rakyat yang dilakukan di Desa Pangkalan Siata adalah pola mandiri.

Mengenai pertanyaan tentang pola pengembangan hutan tanaman rakyat, sebanyak 53,33% responden memiliki persepsi bahwa pola pengembangan hutan tanaman rakyat cukup baik antara lain pola mandiri yang artinya hutan tanaman rakyat dibangun oleh pemegang IUPHHK-HTR dengan biaya sendiri. Dimana berdasarkan Surat Keputusan Bupati Langkat Nomor : 522.11-37/k/2012, tanggal 12 Nopember 2012, tentang pemberian IUPHHK-HTR seluas ± 360 Ha kepada Koperasi Rakyat Pantai. Areal HTR terbagi 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi I di Desa Pangkalan Siata Kecamatan Pangkalan Susu yang dijadikan sebagai lokasi penelitian seluas ± 100 Ha dan lokasi II di Desa Halaban Kecamatan Besitang.

(54)

penghasilan yang didapatkan sangat membantu dalam perekonomian mereka yang menjadi anggota dan diluar anggota sebagai tenaga kerja tambahan saja.

Namun, sebanyak 31,11% responden memiliki persepsi bahwa pola pengembangan hutan tanaman rakyat tidak baik. Hal ini disebabkan responden yang diluar anggota merasa kekurangan dana karena biaya pribadi merasa keberatan dengan sistem pembiayaan dan sebagian responden tidak bergabung dengan koperasi yang ada disebabkan mereka terlalu sering tidak mendapatkan hasil yang baik dari program kerja koperasi sebelumnya yang mereka ikuti sehingga merugikan tenaga dan biaya bagi mereka.

(55)

Persepsi masyarakat terhadap jenis pohon pada hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Persentase (%)

Tidak tahu 0 0

Ragu – ragu 0 0

Ya 45 100

Gambar 3. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Jenis Pohon pada Hutan Tanaman Rakyat

Budidaya tanaman hutan tanaman rakyat yang ditanaman berdasarkan Permenhut No. P.55/Menhut-II/2011 Bab IV Pasal 7 yaitu budidaya tanaman HTR dilaksanakan berdasarkan kondisi tapak, sosial ekonomi dan sosial budaya setempat. Jenis tanaman pokok yang dapat dikembangkan untuk pembangunan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu HTR terdiri dari tanaman sejenis dan tanaman berbagai jenis. Jenis tanaman pokok sejenis adalah tanaman hutan berkayu yang hanya terdiri satu jenis (species) dan varietasnya. Jenis tanaman

0 20 40 60 80 100 120

Tidak tahu

Ragu - ragu

(56)

pokok berbagai jenis adalah tanaman hutan berkayu yang dikombinasikan dengan tanaman budidaya tahunan yang berkayu antara lain karet, tanaman berbuah, bergetah dan pohon penghasil pangan dan energi. Tanaman budidaya tahunan paling luas 40% (empat puluh persen) dari areal kerja dan tidak didominasi oleh satu jenis tanaman.

Mengenai pertanyaan tentang jenis pohon pada hutan tanaman rakyat, diketahui 100% responden yang tahu tentang jenis pohon pada hutan tanaman rakyat. Hal ini dikarenakan lamanya bermukim masyarakat di sekitar hutan dan kondisi penutupan lahan Desa Pangkalan Siata yang terdiri dari hutan mangrove dan areal pertanian kering sehingga mereka mengetahui jenis pohon mangrove. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat desa bahwa jenis tanaman bakau (Rhizopora apiculata) yang ditanam dalam program hutan tanaman rakyat. Disebabkan karena kondisi tanah dan iklimnya yang cocok dan memiliki banyak manfaat dan juga memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Masyarakat desa Pangkalan Siata sebagian bermatapencaharian dari hasil hutan mangove yang tinggal di sekitar pesisir maupun didaratnya. Adanya tanggapan yang antusias akan hutan dari masyarakat sehingga mereka menjaga, melestarikan potensi hutan dan memanfaatkan untuk kebutuhan hidup mereka.

Jumlah benih yang perlu dibuat tergantung dari jumlah areal yang akan ditanam dan jarak tanamn yang direncanakan ditambah 10% untuk keperluan penyulaman. Sumber benih untuk bibit diperoleh melalui pengambilan buah pohon induk baik dengan memanjat atau pengumpulan buah yang jatuh, dimana buah yang sudah terseleksi dengan baik bisa langsung ditanam (prioritas) di

(57)

(Rhizopora apiculata) adalah 2m x 2m, dengan desain penanaman sistem bujur sangkar. Penanaman bakau baik propagul dilakukan pada saat air laut surut dengan genangan air maksimal sekitar 10 cm. Penanaman dengan menggunakan propagul.

Penanaman langsung dengan menggunakan propagul umumnya dilakukan apabila areal penanaman berupa tanah lumpur. Penanaman propagul ini dilakukan dengan cara membenamkan seperempat sampai sepertiga panjang propagul ke dalam lumpur secara tegak dengan bakal kecambah menghadap ke atas. Jika propagul ditanam terlalu dalam akibatnya menyebabkan kematian. Untuk Rhizopora apiculata, kelopak buah harus selalu dilepas sebelum penanaman.

(58)

Persepsi masyarakat terhadap kondisi dan keamanan kawasan hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Gambar 4. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Kondisi dan Keamanan Kawasan Hutan Tanaman Rakyat

Mengenai pertanyaan tentang kondisi dan keamanan kawasan hutan tanaman rakyat, sebanyak 46,66% responden memiliki persepsi bahwa kondisi dan keamanan kawasan hutan tanaman rakyat cukup baik. Hal ini dibuktikan adanya perhatian maupun kesadaran masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat yang tinggalnya di sekitar pesisir, dengan mengawasi masyarakat untuk tidak sembarangan menebang dan ikut melestarikan sumberdaya hutan yang ada.

Namun, terdapat 42,22% responden yang memiliki persepsi bahwa kondisi dan keamanan kawasan hutan tanaman rakyat tidak baik. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan manusia yang dapat merusak tanaman seperti manjala ikan,

(59)

menyudu udang, mencari kepiting, mendaratkan perahu, pencurian kayu dengan bersembunyi yang terjadi pada likasi yang memiliki tegakan umur produktif sehingga pada areal ini perlu dilakukan pengawasan lebih ketat agar keberlangsungan UPHHK-HTR terjamin kelestariannya. Kepiting merusak dengan cara menggigit jaringan bagian dalam propagul atau anakan denga cara meneresnya. Gangguan dari gerombolan kera yang berburu kepiting/hewan lunak pada saat air surut kadangkala merusak propagul. Hama serangga (ulat) perusak daun menyerang propagul. Ombak yang kuat juga dapat mencabut tanaman yang sudah ditanam.

(60)

Persepsi masyarakat tehadap hak dan kewajiban dalam program hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Gambar 5. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Hak dan Kewajiban dalam Program Hutan Tanaman Rakyat

Mengenai pertanyaan tentang ada tidaknya hak dan kewajiban masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat, sebanyak 100% responden memiliki persepsi bahwa masyarakat memiliki hak dan kewajiban masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat antara lain haknya adalah memanfaatkan hasil hutan seperti yang telah dilakukan pembuatan arang bakau yang menghasilkan nilai jual tinggi bagi mereka dan kewajibannya adalah menjaga dan melestarikan hutan yang ada.

Sebagian masyarakat yang diluar anggota koperasi menyebutkan walaupun mereka tidak memiliki wewenang dalam mengelola areal hutan tanaman rakyat yang sudah ada pihak tertentu bertugas mengelolanya karena

(61)

memiliki rasa sosialis yang baik antar masyarakat, mereka memahami dan mengetahui hak dan kewajiban setiap anggota koperasi terhadap pengelolaan hutan tanaman rakyat. Sesuai pernyataan Wibowo (1998) yang mengatakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya.

Persepsi masyarakat terhadap fungsi dan manfaat hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Gambar 6. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Fungsi dan Manfaat Hutan Tanaman Rakyat

Tingkat persepsi responden mengenai fungsi dan manfaat hutan tanaman rakyat dapat dikatakan tergolong baik dikarenakan bahwa semua responden mengetahui bahwa hutan tersebut sangat bermanfaat dan memiliki fungsi baik secara langsung dan tidak langsung. Sebanyak 100% responden memiliki persepsi kuat dan cukup jelas mengenai fungsi dan manfaat hutan tanaman rakyat yakni

(62)

hutan merupakan paru-paru dunia, pengaturan tata air, mengurangi polusi atau pencemaran, menyerap polusi yang terjadi dalam pembangunan PLTU di desa sebelah, mencegah erosi, bagi nelayan untuk mencari udang, meningkatkan biota laut, meningkatkan potensi sumberdaya hutan secara lestari dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar (2009) yang menyatakan fungsi hutan antara lain mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi, serta memelihara kesuburan tanah, menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat, melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik, dan memberikan keindahan alam.

Persepsi masyarakat terhadap keterlibatan masyarakat dalam program hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Gambar 7. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Keterlibatan masyarakat dalam program Hutan Tanaman Rakyat

(63)

Keterlibatan masyarakat desa dalam program hutan tanaman rakyat dapat dilihat pada Gambar 7 yaitu sebanyak 86,66% responden besedia terlibat atau dilibatkan dalam mengelola program hutan tanaman rakyat karena masyarakat tersebut memiliki persepsi bahwa hutan merupakan sumber kehidupan, memiliki kesadaran dan niat yang sangat antusias terhadap hutan yang harus dilestarikan dan dijaga. Masyarakat yang menjadi anggota sudah jelas harus terlibat dalam program hutan tanaman rakyat di desa ini karena sudah bergabung dalam koperasi sebagai pemegang IUPHHK-HTR sedangkan masyarakat diluar anggota dapat melibatkan diri pada saat diperlukan tenaga kerja dari luar untuk kegiatan pengelolaan hutan tanaman rakyat dengan persetujuan dari pengurus atau anggota koperasi.

(64)

Persepsi masyarakat terhadap sikap masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat

Persepsi Responden Desa Pangkalan Siata (orang)

Gambar 8. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan tentang Sikap Masyarakat terhadap Hutan Tanaman Rakyat

Mengenai pertanyaan tentang sikap masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat, diketahui 93,3% responden yang setuju tentang sikap masyarakat terhadap hutan tanaman rakyat. Hal ini dikarenakan adanya lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat di sekitar hutan produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dapat meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi tidak produktif secara optimal, keamanan yang terbangun dari kesadaran masyarakat di sekitarnya akan rasa memiliki, mengelola serta memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi dan meningkatkan kebutuhan hidupnya, membangun kebersamaan

(65)

dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan secara optimal untuk menuju kelestarian dalam mendukung aspek ekonomi, sosial dan ekologi.

Terdapat 6,66% responden yang besikap netral terhadap hutan tanaman rakyat dikarenakan mereka bukanlah anggota dari koperasi tersebut sehingga menanggapi tidak terlalu mengikuti. Ada sebagian dari mereka yang ingin bergabung dalam koperasi ini dikarenakan memiliki rasa antusias terhadap hutan dan ingin memdapatkan lapangan kerja untuk tambahan pendapatan. Kebijakan HTR ini sekaligus juga merupakan implementasi dari Kebijakan Prioritas Departemen Kehutanan 2004-2009 terutama revitalisasi sektor kehutanan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, sehingga sektor kehutanan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional, perbaikan lingkungan hidup, mensejahterakan masyarakat dan memperluas lapangan kerja.

Tingkat Partisipasi Masyarakat terhadap Program Hutan Tanaman Rakyat Partisipasi dalam penelitian ini dinilai melalui keterlibatan masyarakat Desa Pangkalan Siata yang berada di Kecamatan Pangkalan Susu dalam berbagai program kegiatan, di antaranya partisipasi dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap program hutan tanaman rakyat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mikkelsen (1999) yang menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

(66)

keamanan dan ekosistem hutan tersebut. Namun dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam melestarikan hutan dapat menjadi solusi yang tepat dalam upaya membantu meminimalkan terjadinya pelanggaran demi menjaga kelestarian hutan. Agar keberlangsungan UPHHK-HTR ini terjamin kelestariannya, masyarakat dapat dijadikan sebagai pelaku utama yang harus dilibatkan secara penuh dengan kesadaran akan hutan yang ada, baik mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi.

Partisipasi masyarakat pada kegiatan perencanaan

Perencanaan merupakan suatu tahap awal dan proses yang penting dari suatu kegiatan. Perencanaan juga menjadi pondasi atau titik tolak dari seluruh kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pada tahap kegiatan perencanaan ini masyarakat melakukan pertemuan antar warga desa atau rapat mengenai pengelolaan hutan.

Kegiatan Skor

Gambar 9. Partisipasi Responden dalam Kegiatan Perencanaan Program Hutan

(67)

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang masuk pada kategori rendah adalah sebesar 15,55% (Gambar 9). Kategori rendah yang dimaksud adalah partisipasi sebagian responden yang bukan anggota koperasi terhadap kegiatan perencanaan program hutan tanaman rakyat ini tidak ada sama sekali seperti tidak pernah hadir dalam pertemuan, rapat ataupun penyuluhan hutan tanaman rakyat, tidak menyumbangkan ide atupun mengajukan usul tentang mewujudkan kelestarian terhadap hutan yang ada.

Namun, terdapat 53,33% responden memiliki partisipasi sedang pada perencanaan program hutan tanaman rakyat. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan ini tidak maksimal, dapat dinilai dari kehadiran responden yang tidak selalu hadir dalam pertemuan. Responden yang termasuk dalam kategori tinggi sebesar 31,11% dikarenakan antusiasnya masyarakat terhadap kelestarian hutan khususnya mereka yang menjadi anggota koperasi terhadap perogram pembangunan HTR. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perencanaan untuk mengelola HTR berada pada kategori sedang dikarenakan kurangnya pemberitahuan sosialisasi kepada masyarakat di desa Pangkalan Siata.

Masyarakat tahu bahwa keberadaan hutan tanaman rakyat sangat penting dan bermanfaat. Terutama untuk kebutuhan sehari-hari dan memberikan lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat di sekitar hutan produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Pihak dinas kehutanan sudah pernah melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk membahas

mengenai hutan tanaman rakyat. Pengurus koperasi yang memegang IUPHHK-HTR juga sudah pernah melakukan sosialisai untuk merencanakan

Gambar

Tabel 1. Matriks Metodologi yang Digunakan dalam Penelitian
Tabel 2. Tingkat Umur Responden di Desa Pangkalan Siata
Tabel 3. Karakteristik Suku Responden di Desa Pangkalan Siata
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Pangkalan Siata
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Bentuk alih kode terjadi pada penyiar radio Jazirah 104,3 FM yakni alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu Bengkulu, bahasa Serawai dialek Kaur, dan

mengurangkan masalah dalam hubungan manusia dan untuk memperbaiki kehidupan melalui interaksi manusia yang lebih baik.Selain itu,terdapat ramai pekerja dalam profesion bantuan

ini sudah puluhan ribu zat aktip yang dipakai sebagai bahan obat, baik isolat mumi dari alam, sintesa analog dengan struktur zat aktip alamiah, sintesis mumi kimia or-

Murid menunjuk cara bersikap sederhana sesama jiran dalam sesuatu situasi dengan bimbingan. Murid mendemonstrasikan cara bersikap sederhana sesama jiran dalam

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sawitri (2008) meneliti tentang pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pada pasien pra bedah

Berdasarkan dengan pernyataan diatas dan dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh KSP Nasional Kabupaten Pinrang, pada dasarnya pengurus koperasi telah

para santri untuk menghafal Al- Qur‟an, yang kedua motivasi yang tinggi dari ustadz dan pimpinan Pondok yaitu santri yang telah hafal satu juz denga baik dan

Sedangkan sebagian lainya 9 orang Siswa atau (52,94%) yang memiliki kemampuan membaca Al- qur’an setelah menggunakan media Talking Pen dengan kategori baik, dan 6