• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK LULUSAN SLTP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SLTA DI DESA SUKATANI KECAMATAN KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK LULUSAN SLTP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SLTA DI DESA SUKATANI KECAMATAN KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2012"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK LULUSAN SLTP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SLTA DI DESA SUKATANI KECAMATAN KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN 2012

Oleh

Nurani Kusmayanti

Rendahnya tingkat pendapatan orang tua mengakibatkan anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA. Tingkat pendapatan orang tua yang rendah hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari saja, sehingga tidak dapat mencukupi biaya anaknya untuk melanjutkan pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA, dengan titik kajiannya pada pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, persepsi orang tua, jumlah anak yang dimiliki orang tua, lingkungan sosial anak dan minat anak lulusan SLTP untuk melanjutkan pendidikannya ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel pada penelitian ini sebanyak 76 anak. Pengumpulan data primer menggunakan teknik observasi dan kuesioner. Pengumpulan data sekunder menggunakan teknik dokumentasi. Analisis data dengan tabulasi dan persentase sebagai dasar deskripsi dalam pembuatan laporan penelitian.

(2)
(3)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK LULUSAN SLTP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SLTA DI DESA SUKATANI KECAMATAN KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh

NURANI KUSMAYANTI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK LULUSAN SLTP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SLTA DI DESA SUKATANI KECAMATAN KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN 2012

Oleh

NURANI KUSMAYANTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. 30

2. Peta Administratif Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten

48 3. Piramida Penduduk Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten

57 4. Peta Persebaran Responden Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda

66 5. Peta Lokasi SMA/SMK Di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung

(6)

DAFTAR ISI

Halaman xii xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

8 D. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Kegunaan Penelitian ... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 14 2.1 Tingkat Pendapatan Orang Tua... 19

2.2 Tingkat Pendidikan Orang Tua... 21

22 23 23 3.2 Lingkungan Sosial Anak Yang Kurang Mendukung ... 25

3.3 Minat Anak Untuk Sekolah... 26

B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 27

C. Kerangka Pikir ... 28

D. Hipotesis ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 32

(7)

1. Polpulasi ... 32

2. Sampel ... 33

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 34

1. Variabel Penelitian ... 34

2. Definisi Operasional Variabel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Teknik Kuesioner ... 38 5. Teknik Analisis Data ... 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis 55 b. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan 58 c. 60 d. 61 e. 62 C. Deskripsi Data Hasil Penelitian d 62 1. 62 a. 62 b. 63 2. 67 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Orang 67 a. 67 b. 69 c. 71 2. Persepsi Orang Tua, Lingkungan Sosial dan Minat Anak... 73

a. Persepsi Orang Tua Terhadap Pen 73

b. Lingkungan Sosial Anak Yang Kurang Mendukung 75

c. Minat Anak Untuk Sekolah 78

(8)

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. 82

B. 83

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ambar Arum Manansi. 2011. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SD Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Anonimus. BPS. 2008.Undang-Undang SISDIKNAS. Jakarta: Sinar Grafika ---. BPS. 1986. Urbanisasi dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia

Indonesia

---. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Undang-Undang No.20 Tahun 2003.Tentang SIstem Pendidikan Nasional. Jakarta

Ari H. Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan (Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta

Arief Sukadi Sadiman. 1984. Media Pendidikan: Pengertia, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

A.Muri Yusuf. 1986. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Bambang Sumitro. 1994. Makalah Pendidikan Dasar 9 Tahun. FKIP. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Bintarto. 1977.Buku Penuntun Geografi Sosial.U.P. Spring. Yogyakarta

BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.BKKBN. Jakarta.

Budiyono. 2003. Geografi Sosial. Buku Ajar Pendidikan Geografi. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Burhan Bungin. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Daan Dimara.1985. Pengaruh Pendapatan Terhadap Pendidikan. Rajawali

Pers.Jakarta

Dalyono. 2005.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Faisal Kasryno. 1989. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

(10)

Indariani. 2004. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SLTP di Desa Sidokerto Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Joko Subagyo.1997. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Moh. Pabundu Tika.2005.Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta Monthy Satiadarma P. 2001. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak.

Jakarta: Pustaka Popular Obor

Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Ever. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.CV. Rajawali. Jakarta.

N. Daldjoeni. 1987.Pokok-Pokok Geografi Manusia. Alumni. Bandung

Neti Herayani. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SD Tidak Melanjutkan Pendidikan ke SMP di Kelurahan Sindang Sari Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Tahun 2008. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

NKKBS. 2003. Menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Dengan Kontrasepsi. Jakarta: Biro Pelayanan Kontrasepsi

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Nur Rohmansah. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Siswa Lulusan SMP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SMA Di Desa Tanjung Pandan Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung; Alumni

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar. 2008. Pustaka Timur. Yogyakarta.

Redja Mudyaharjo.2004.Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta Ritonga.2003.Pelajaran Ekonomi Untuk Kelas 2. Erlangga.Jakarta

Sardiman. AM. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(11)

Suharsimi Arikunto.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Bina Aksara.Jakarta

Sumadi Suryabrata.2000.Metodologi Penelitian. PT Grafindo.Jakarta Undang-undang No.2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

2. Jumlah Anak Lulusan SLTP yang Melanjutkan dan tidak

Melanjutkan pendidikan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008, 2009 dan 2010 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Di Desa Sukatani

Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010 4. Sampel Keadaan Anak Lulusan SLTP Yang Tidak Melanjutkan Ke

SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

5. Data Orang Tua Anak Lulusan SLTP Yang Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung

6. Hasil Ujicoba Validitas Kuesioner Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 201 7. Hasil Ujicoba Reabilitas Kuesioner Faktor-Faktor Penyebab Anak

Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA di Desa

8. Penggunaan Lahan di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

9. Jumlah Penduduk di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan dari Tahun 2007 Sampai Dengan Tahun 2010 10. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

(13)

Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010 13. Komposisi Penduduk Menurut Agama di Desa Sukatani Kecamatan

Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

14. Komposisi Penduduk Menurut Etnis di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

15. Komposisi Jenis Kelamin Anak Lulusan SLTP yang tidak Melanjutkan Pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010

16. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan Pokok di Desa

64 17. Pendapatan Orang Tua Anak Lulusan SLTP yang Tidak

Melanjutkan Pedidikan ke SLTA di Desa Sukatani Tahun 2010 18. Tingkat Pendidikan Orang Tua Anak Lulusan SLTP yang

19. Jumlah Anak yang Menjadi Tanggungan Orang Tua Anak Lulusan SLTP yang Tidak Melanjutkan Pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani

20. Persepsi Responden Terhadap Pendidikan di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Tahun 2010

21. Lingkungan Sosial Anak Lulusan SLTP yang Tidak Melanjutkan Pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani

22. Rendahnya Minat Untuk Sekolah Menyebabkan Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam UU Sisdiknas No.20/2003, tercantum pengertian pendidikan bahwa;

"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara". Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:1).

(15)

dan bantuan lainnya, agar anak usia sekolah dapat menyelesaikan pendidikannya minimal sampai dengan SLTP, namun untuk kelanjutan pendidikan ke SLTA relatif masih banyak kendala yang dihadapi. Menurut Redja Mudyaharjo, (2004:620) berpendapat bahwa;

Tujuan pendidikan SLTA yaitu (1) mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian (2) meningkatkan kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya (3) mengubah peserta didik menjadi aset sumberdaya manusia yang produktif yang menyiapkan tenaga kerja yang profesional.

Berdasarkan pendapat tersebut, pendidikan SLTA dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menjadi hal yang harus dilakukan oleh generasi bangsa Indonesia dalam persaingan dunia kerja dimasa akan datang. Suatu kenyataan bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia itu tidak mudah diwujudkan, karena tidak setiap anak mampu untuk melanjutkan pendidikannya dari SLTP ke jenjang SLTA, dengan berbagai kendala seperti kurangnya biaya akibat rendahnya tingkat pendapatan orang tua, rendahnya tingkat pendidikan orang tua, persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga, lingkungan sosial anak yang kurang mendukung, rendahnya minat anak untuk sekolah, serta karena jarak sekolah dari tempat tinggal.

Berdasarkan data monografi Desa Sukatani tahun 2010 dapat diketahui bahwa;

(16)

Penduduk Desa Sukatani rata-rata bermata pencaharian sebagai petani. Untuk melihat jenis mata pencaharian penduduk yang terdapat di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010.

No Mata Pencaharian Pokok Jumlah Penduduk (KK)

Persentase (%)

1 Petani 559 74,04

2 Peternak 7 0,93

3 Buruh ternak dan serabutan 69 9,14

4 wirausaha (pedagang dll) 41 5,43

4 Pegawai Negeri 30 3,97

Sumber : Monografi Desa Sukatani Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa Desa Sukatani memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 755 jiwa dan sebesar 74,04% penduduk bermata pencaharian pokok sebagai petani.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Desa Sukatani pada tanggal 23 September 2011, diketahui bahwa jumlah lulusan SLTP pada tahun 2008, 2009 dan 2010 sebanyak 343 anak, namun yang melanjutkan pendidikan ke SLTA hanya 219 anak. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2 jumlah anak lulusan SLTP yang melanjutkan dan tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA per dusun di Desa Sukatani dari tahun 2008 sampai dengan 2010.

(17)

No Nama Dusun

Jumlah Lulusan SLTP Melanjutkan Pendidikan ke SLTA Tidak Melanjutkan ke SLTA

2008 2009 2010 2008 2009 2010 (%) 2008 2009 2010 (%) 1 Sukajaya (1) 35 34 35 104 31 27 30 88 84,61 4 7 5 16 15,39 2 Sukajadi (2) 16 21 18 55 9 12 10 31 56,36 7 9 8 24 43,64 3 Sukasari (3) 34 30 32 96 24 22 26 72 75,00 10 8 6 24 25,00 4 Sukabakti (4) 26 32 30 88 11 10 7 28 31,81 15 22 23 60 68,19

111 117 115 343 75 71 73 219 63,85 36 46 42 124 36,15

Sumber : Wawancara Kepala Dusun Desa Sukatani Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 2 di atas, Desa Sukatani memiliki jumlah anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA selama tiga tahun sebanyak 124 anak (36,15%) yang tersebar pada 4 dusun. Dari keempat dusun yang ada di Desa Sukatani, yang memiliki jumlah anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA paling banyak yaitu di dusun 4 sebanyak 60 anak (68,19%).

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa Desa Sukatani masih banyak memiliki anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA. Hal ini kemungkinan disebabkan keterbatasan biaya yang diperlukan untuk pendidikan karena rendahnya tingkat pendapatan orang tua. Dari penelitian pendahuluan di Desa Sukatani diketahui bahwa pendapatan orang tua rata-rata dibawah Rp 500.000,-. Padahal untuk dapat memberikan pendidikan secara maksimal kepada anaknya, orang tua harus memiliki pendapatan cukup. Jika tingkat pendapatan orang tua rendah, maka hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari saja, sehingga tidak dapat mencukupi biaya anaknya untuk melanjutkan pendidikan.

(18)

mayoritas berpendidikan rendah, yaitu hanya lulusan SD. Tentu hal ini mempengaruhi tingkat pengetahuan orang tua dan berpengaruh juga terhadap pola pikir mereka tentang pentingnya kelangsungan pendidikan anak. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 tentang tingkat pendidikan penduduk Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)

1. SD 1527 60,16

2. SLTP 525 20,68

3. SLTA 424 16,71

4. PT/Akademi 62 2,45

Jumlah 2538 100%

Sumber : Data BKKBN Desa Sukatani Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui bahwa sebanyak 62 jiwa mempunyai tingkat pendidikan sampai dengan perguruan tinggi, sebanyak 424 jiwa penduduk mempunyai tingkat pendidikan sampai dengan SLTA, sebanyak 525 jiwa mempunyai tingkat pendidikan sampai dengan SLTA dan sebanyak 1527 jiwa penduduk mempunyai tingkat pendidikan hanya sampai dengan SD. Rendahnya tingkat pendidikan tentu mempengaruhi tingkat pengetahuan orang tua dan berpengaruh juga terhadap pola pikir mereka tentang pentingnya kelangsungan pendidikan anak.

(19)

adanya persepsi yang baik terhadap pendidikan, orang tua akan bercita-cita untuk memajukan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

Faktor lain yang juga mempengaruhi anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA yaitu jumlah anak yang menjadi tanggungan dalam keluarga. Penduduk Desa Sukatani kebanyakan mempunyai jumlah anak 3 sampai dengan 5. Padahal jumlah anak dalam suatu keluarga akan berpengaruh pada pendidikan anaknya, karena jumlah anak yang banyak akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin besar, apalagi harus melanjutkan sekolah anak ke jenjang yang lebih tinggi.

Selanjutnya lingkungan sosial anak yang kurang mendukung. Lingkungan sosial turut mempengaruhi anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA. Hal ini dapat dilihat dari teman bergaul anak lulusan SLTP di Desa Sukatani yang kebanyakan tidak bersekolah atau menganggur dan sudah bekerja.

Faktor selanjutnya yaitu jarak sekolah dari tempat tinggal. Jarak menggambarkan keterjangkauan, perkembangan dan kemajuan suatu wilayah yang bersangkutan dengan wilayah lain. Keterjangkauan yang rendah akan menyebabkan sukarnya suatu daerah mencapai kemajuan, sebaliknya semakin mudah dijangkau maka semakin mudah suatu daerah mengalami kemajuan.

(20)

Tidak Melanjutkan pendidikan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011.

Tabel 4. Sampel Keadaan Anak Lulusan SLTP Yang Tidak Melanjutkan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011.

2 Sri Handayani Rp.450.000,- SD 2

3 Nurlela Rp.300.000,- SD 2

4 Asep Sodikin Rp.500.000,- SD 4

5 Aidillah Mayasari Rp.650.000,- SD 3

6 Romli Apriadi Rp.700.000,- SD 5

7 Sucilawati Rp.350.000,- SD 3

Sumber : Wawancara Kepada Anak Lulusan SLTP Yang Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA di Desa Sukatani Tahun 2011

Dari Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan orang tua anak hanya lulusan SD dan tingkat pendapatan orang tua perbulan berkisar antara Rp 300.000-700.000,-, jika dirata-ratakan penghasilan orang tua anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan ke SLTA di Desa Sukatani yaitu Rp 507.000,- perbulan.

Berdasarkan keadaan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012 .

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

(21)

(2) Rendahnya tingkat pendidikan orang tua

(3) Persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan (4) Banyaknya jumlah anak dalam keluarga

(5) Lingkungan sosial anak yang kurang mendukung (6) Rendahnya minat anak untuk sekolah

(7) Jarak sekolah dari tempat tinggal

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Rendahnya tingkat pendapatan orang tua (2) Rendahnya tingkat pendidikan orang tua

(3) Persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan (4) Banyaknya jumlah anak dalam keluarga

(5) Lingkungan sosial anak yang kurang mendukung (6) Rendahnya minat anak untuk sekolah

D. Rumusan Masalah

(22)

(1) Apakah rendahnya tingkat pendapatan orang tua menjadi penyebab anak SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012?

(2) Apakah rendahnya tingkat pendidikan orang tua menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012?

(3) Apakah banyaknya jumlah anak dalam keluarga menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012?

(4) Apakah persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012? (5) Apakah lingkungan sosial anak yang kurang mendukung menjadi penyebab

anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012?

(6) Apakah rendahnya minat anak untuk sekolah menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012?

E. Tujuan Penelitian

(23)

(1) Untuk mendapatkan informasi tentang rendahnya tingkat pendapatan orang tua menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani.

(2) Untuk mendapatkan informasi tentang rendahnya tingkat pendidikan orang tua menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani.

(3) Untuk mendapatkan informasi tentang banyaknya jumlah anak dalam keluarga menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani.

(4) Untuk mendapatkan informasi tentang persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani.

(5) Untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan sosial anak yang kurang mendukung menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani.

(6) Untuk mendapatkan informasi tentang rendahnya minat anak untuk sekolah menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani.

E. Kegunaan Penelitian

(24)

(2) Sebagai cara untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan di perguruan tinggi dengan fenomena nyata di lapangan.

(3) Bagi masyarakat Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang menyebabkan anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan.

(4) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penelitian yang sejenis dan menambah khasanah ilmu pengetahuan serta kepustakaan dalam ilmu pengetahuan.

(5) Berguna untuk memperdalam dan menambah pengetahuan yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dalam suplemen materi pembelajaran mata pelajaran Geografi SMP dan SMA:

a. Kelas VII semester 1 bab III pokok bahasan Sumber Daya Manusia Indonesia, sub pokok bahasan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia. b. Kelas VIII semester 1 bab II pokok bahasan Kondisi Penduduk Indonesia,

sub pokok bahasan Kuantitas dan Kualitas Penduduk Indonesia.

c. Kelas XI semester 2 bab IV pokok bahasan Antroposfer sub pokok bahasan Kebijakan Kependudukan di Indonesia.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(25)

(1) Ruang lingkup subyek penelitian yaitu orang tua anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yaitu sebanyak 76 responden.

(2) Ruang lingkup obyek penelitian yaitu faktor-faktor penyebab anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

(3) Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2012.

(4) Ruang lingkup tempat penelitian yaitu Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

(5) Ruang lingkup ilmu yaitu Geografi Sosial.

Geografi Sosial adalah cabang Geografi Manusia yang bidang studinya aspek keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, dan unsur kebudayaan dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).

(26)
(27)

I. METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metode merupakan cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif, yaitu untuk menggambarkan keadaan atau fenomena serta untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan tertentu sesuai adanya dilapangan.

Menurut Moh. Pabundu Tika, (2005:4): penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis.

Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mengenai faktor-faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA, maka metode penelitian yang paling tepat digunakan adalah metode deskriptif.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(28)

wilayahnya (Moh. Pabundu Tika, 2005:24). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, (2002:108) Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda yang berjumlah 124 orang.

Tabel 5. Data Orang Tua Anak Lulusan SLTP Yang Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.

No Nama Dusun Tidak Melanjutkan ke SLTA

2008 2009 2010

Sumber: Wawancara Kepala Dusun Desa Sukatani Tahun 2011

2. Sampel

(29)

melanjutkan pendidikan ke SLTA dibandingkan dengan dusun-dusun yang lain. Dengan demikian dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 76, yaitu 60 responden yang ada di Dusun Sukabakti dan 16 responden yang ada di Dusun Sukajaya.

C. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian 1. Variabel Penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata, (2000:72) variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti.

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah:

Rendahnya pendapatan orang tua, rendahnya pendidikan orang tua, banyaknya jumlah anak, persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan, lingkungan sosial anak yang kurang mendukung dan rendahnya minat anak untuk sekolah.

Variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

2. Definisi Operasional Variabel

(30)

(1) Pendapatan orang tua, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dalam bentuk uang yang dihitung dengan satuan rupiah dalam waktu satu bulan. Dalam penelitian ini menggunakan penetapan UMK (Upah Minimum Kabupaten) dari Disnaker dan Transmigrasi Lampung Selatan tahun 2012 dengan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan dinyatakan tinggi apabila pendapatan orang tua > 855.000

b. 855.000

(2) Pendidikan orang tua, pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh orang tua yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi atau Akademi. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut;

a. Jika pendidikan orang tua tamatan SD/SMP maka tingkat pendidikan dinyatakan rendah.

b. Jika pendidikan orang tua tamatan SMA maka tingkat pendidikan dinyatakan sedang.

c. Jika pendidikan orang tua tamatan Perguruan Tinggi atau Akademi maka tingkat pendidikan dinyatakan tinggi.

(3) Jumlah anak yang dimiliki, yang dimaksud dalam penelitian adalah semua anak yang dimiliki dan masih menjadi tanggung jawab kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kriteria yang digunakan adalah:

a. Jumlah anak dinyatakan banyak apabila lebih dari 2 orang.

(31)

(4) Persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman atau pengetahuan orang tua terhadap pendidikan dilihat dari fungsi, tujuan dan manfaat pendidikan. Pengukurannya dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban. Kuesioner mengenai persepsi orang tua ini terdiri dari 4 pertanyaan dan masing-masing pertanyaan terdiri dari 2 jawaban. Pengukurannya adalah dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban. Untuk jawaban yang positif diberi skor 2, negatif diberi skor 1. Kriteria yang digunakan adalah: a. Persepsi positif apabila jumlah skor hasil jawaban lebih dari 6.

b. Persepsi negatif apabila jumlah skor hasil jawaban kurang atau sama dengan 6.

(32)

a. Lingkungan sosial mendukung responden untuk tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA, apabila jumlah skor hasil jawaban kurang dari atau sama dengan 8.

b. Lingkungan sosial kurang mendukung responden untuk tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA, apabila jumlah skor hasil jawaban lebih dari 8. (6) Minat anak untuk sekolah, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat

untuk sekolah yang menyangkut rasa senang, tidak senang dan keuletan anak untuk belajar. Kuesioner mengenai minat anak untuk sekolah ini terdiri dari 5 pertanyaan dan masing-masing pertanyaan terdiri dari 3 pilihan jawaban. Pengukurannya adalah dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban. Untuk jawaban yang nilainya sangat cenderung terhadap hipotesis diberi skor 3, untuk jawaban yang nilainya kurang cenderung diberi skor 2, dan jawaban yang nilainya tidak cenderung diberi skor 1. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Minat rendah, apabila jumlah skor hasil jawaban kurang dari atau sama dengan 10.

b. Minat tinggi, apabila jumlah skor hasil jawaban lebih dari 10.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Kuesioner

(33)

Teknik ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data langsung sebagai data primer dengan menggunakan daftar pertanyaan seperti informasi : umur responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, asal daerah, jumlah anggota keluarga dan sebagainya.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta kumpulan keterangan-keterangan itu merupakan suatu pembantu utama metode kuesioner.

Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman wawancara tidak berstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk menambah pengumpulan data peneliti. Bentuk pertanyaan bersifat lebih rinci dan mendalam, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terdapat dalam kuesioner. Jadi, pertanyaan tersebut penulis buat untuk menggali lebih jauh lagi informasi mengenai responden.

3. Teknik Dokumentasi

(34)

yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya.

4. Uji Persyaratan Instrumen

Dalam upaya mendapatkan data yang akurat pada penelitian, maka kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria kuesioner yang baik. Oleh karena itu, kuesioner tersebut harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.

4.1 Uji Validitas

Validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Agar kuesioner yang dibuat memenuhi validitas isi, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Membuat kisi-kisi kuesioner sesuai indikator yang telah ditentukan. b. Membuat pernyataan kuesioner berdasarkan kisi-kisi yang dibuat.

c. Melakukan konsultasi kepada ahli. Dengan asumsi bahwa ahli dapat mengetahui dengan benar tentang indikator serta dimensi pengukuran kesiapan belajar.

d. Memperbaiki kuesioner berdasarkan saran dari ahli.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. (Suharsimi Arikunto, 2010:211).

(35)

2

rxy = koefisien korelasi antara variabe X dan Y X = skor total X

Y = skor total Y

n = Jumlah sampel yang diteliti Kriteria pengujian, apabila rhitung > rtabel

ukur dikatakan valid dan sebaliknya jika rhitung <rtabel maka item pertanyaan tersebut tidak valid (Suharsimi Arikunto, 2010: 213). Ujicoba kuesioner dilakukan pada hari kamis tanggal 5 April 2012 kepada 15 responden. Dalam pengolahan data penulis melakukan perhitungan dengan cara manual dan menggunakan program SPSS (Statistical Product And Service Solution). Adapun rekapitulasi hasil pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Ujicoba Validitas Kuesioner Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.

Variabel No Soal Harga rxy Harga rtab(N=15) Status Tingkat Pendidikan

Orang Tua

9 0,892 0,514 Valid

10 0,871 0,514 Valid

11 0,708 0,514 Valid

Persepsi Orang Tua 12 0 0,514 Tidak Valid

(36)

Lingkungan Sosial

Sumber: Hasil Pengolahan Data Ujicoba Kuesioner

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat diketahui bahwa dari 28 item pertanyaan terdapat dua ítem yang tidak valid yaitu mengenai variabel persepsi orang tua terhadap pendidikan. Adapun bunyi soal tersebut yaitu sebagai berikut:

3. Menurut Anda apakah pendidikan itu sangat penting?

4. Menurut Anda apakah perlu menyekolahkan anak dengan cara apapun untuk masa depannya?

Hasil ujicoba instrumen sebanyak 100% atau 15 responden memilih alternatif

nilai rxy= 0, berarti rhit<rtab. Hal ini menunjukkan ítem tersebut tidak valid atau tidak layak digunakan untuk mengumpulkan data. Berdasarkan análisis penulis, ítem 1 ini dihilangkan tanpa direvisi lagi karena pertanyaan dari ítem kedua sudah mewakili ítem yang pertama. Adapun ítem yang kedua direvisi menjadi:

 Menurut Anda perlu menyekolahkan anak sampai tingkat SLTA? (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran rekapitulasi halaman 96).

4.2 Uji Reliabilitas

Untuk uji reliabilitas digunakan rumusAlpha(Suharsimi Arikunto, 2010: 239),

(37)

Keterangan :

r11= Reliabilitas yang dicari

2

b= jumlah baris butir

2

t = varians total K = banyaknya soal

Selanjutnya menginterpretasikan besarnya nilai kuesioner adalah:

0,800 - 1,00 = sangat tinggi

0,600 - 0,799 = tinggi

0,400 - 0,599 = cukup

0,22 - 0,399 = rendah

0,00 - 0,199 = sangat rendah

Kriteria pengujian apabila rh<rt dengan taraf signifikan 0,05 maka kuesioner sebagai instrumen memenuhi syarat reliabel atau sebaliknya. Hasil pengujian reliabilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Hasil Ujicoba Reabilitas Kuesioner Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.

No Variabel Harga Reabilitas Status

(38)

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel dalam instrumen yang mempunyai nilai kuesioner tergolong rendah. Sedangkan tiga variabel lainnya mempunyai nilai kuesioner yang tergolong tinggi. (Untuk lebih jelasnya data lengkap dapat dilihat pada lampiran rekapitulasi halaman 96).

5. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, peneliti menganalisa secara kualitatif melalui tiga tahapan, yaitu;

1. Klasifikasi data 2. Interpretasi data

3. Analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk narasi

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dengan analisa persentase yang dilakukan dengan penyusunan distribusi persentase sederhana. Distribusi persentase sederhana adalah distribusi yang frekuensinya telah diubah dalam persentase.

Langkah pertama dalam penyusunan distribusi persentase adalah membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah frekuensi (N). setelah pembagian dilakukan, hasilnya dikalikan 100 untuk mendapatkan persentase.

(39)

Dengan kriteria uji hipotesis yang digunakan adalah:

a.

melanjutkan pendidikan ke SLTA.

b. Persentase antara 60-75% tergolong faktor yang cukup menyebabkan anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA.

c.

(40)

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi

Menurut Ikatan Geograf Indonesia (1988:11) geografi adalah suatu ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Ruang lingkup geografi sangat luas yaitu mencakup segala sesuatu yang ada di bumi, di permukaan bumi, dan di ruang angkasa. Secara garis besar, seluruh objek kajian geografi dapat dibedakan menjadi dua aspek utama, yaitu aspek fisik dan sosial. Aspek fisik berkenaan dengan alam sekitar meliputi kimiawi, biologi dan astronomis. Sedangkan aspek sosial berkenaan dengan manusia meliputi antropologi, politis, ekonomi dan sebagainya. Kedua aspek tersebut saling berhubungan, dalam hal interaksi manusia dengan manusia serta manusia dengan alam sekitarnya.

(41)

Salah satu unsur kebudayaan adalah pendidikan, hal ini dapat dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang berbudaya karena manusia dianugerahi cipta, rasa dan karsa yang tidak dimiliki makhluk lain. Dengan tiga unsur tersebut manusia dapat menciptakan dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan.

2. Pendidikan

2.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, kualitas sumberdaya manusia ditentukan dari derajat tingkat pendidikannya. Dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke IV dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, keberadaan lembaga pendidikan mempunyai andil yang sangat dominan dalam meningkatkan sumberdaya manusia. Pendidikan merupakan gejala insan yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam penunjang pembangunan nasional Indonesia.

(42)

2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Pendidikan mempunyai kaitan dengan pengetahuan dan pandangan dalam kelangsungan sekolah anak. Pendidikan yang dimiliki seseorang mempunyai jenjang yang berbeda. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang di Tingkat pendidikan dapat digolongkan sebagai berikut;

1. Pendidikan dasar yang meliputi SD dan SMP. 2. Pendidikan menengah jika tamat SMA.

3. Pendidikan tinggi meliputi Akademi dan Perguruan Tinggi (Bambang Sumitro, makalah Pendidikan Dasar 9 tahun, 1994).

2.3 Wajib belajar

Wajib belajar pada umumnya diartikan sebagai salah satu kewajiban bagi setiap warga negara untuk menyekolahkan anaknya pada usia tertentu dijenjang persekolahan tertentu. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (2008:154) menyatakan bahwa

(43)

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) maka segenap kegiatan pendidikan menjadi lebih terarah, sesuai dengan fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Dalam Repelita VI (1994/1995), pembangunan pendidikan ditekankan pada pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Jadi, pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun diberlakukan mulai pada tahun ajaran 1994/1995. Sekolah ini kemudian disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).

Pelaksanaan wajib belajar diatur oleh suatu undang-undang yang disebut Undang-Undang Wajib Belajar yaitu suatu undang-undang yang mengatur kewajiban dan hak setiap warga negara dalam hubungannya dengan kewajiban belajar serta sanksi atau akibat yang harus ditanggung oleh warga negara yang tidak melaksanakan kewajiban dalam kaitannya dengan wajib belajar.

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 34 ayat 2 menyatakan

(44)

yang bisa terserap di lapangan kerja. Bahkan lulusan akademi banyak yang menjadi pengangguran.

Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2012 pemerintah mulai merintis terwujudnya wajib belajar 12 tahun dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia. Rintisan wajib belajar 12 tahun merupakan kerja kolektif antara Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), DPR RI, dan mitra-mitra lainnya. Salah satu faktor yang menjadi dasar keinginan untuk menerapkan pentingnya program wajib belajar 12 tahun ialah untuk mengantisipasi era global dunia, dimana aspek pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Mulai tahun 2005, SLTA telah diikutkan sebagai program wajib belajar 12 tahun yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu daerah yang sudah melaksanakan program wajib belajar 12 tahun adalah Jakarta dan Pasuruan. Sedangkan di Propinsi Lampung, daerah yang mulai akan melaksanakan program wajib belajar 12 tahun adalah Kota Metro.

3. Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), karakteristik berasal dari

(45)

penelitian ini mencakup; tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anak yang dimiliki.

3.1 Tingkat Pendapatan Orang Tua

Ritongga,(2002:37) berpendapat bahwa pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan Mulyanto Sumardi (1985:232) berpendapat bahwa:

Pendapatan yang diperoleh suatu rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan, dari pendapatan formal, pendapatan nonformal, dan pendapatan subsistem. Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok, pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan atau sampingan sedangkan pendapatan subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi yang dinilai dengan uang.

Berdasarkan pendapat tersebut, diketahui bahwa pendapatan merupakan gambaran tentang keadaan ekonomi sebuah keluarga. Pendapatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan suatu keluarga karena dari keadaan tingkat pendapatan keluarga akan dapat mempengaruhi tingkat kemakmuran keluarga tersebut. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Lampung Selatan menetapkan besaran Upah Minimum Kabupaten (UMK) tahun 2011 sebesar Rp 855.000 perbulan. Besaran tersebut sama dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung.

(46)

pangan dan papan saja sehingga tidak mencukupi untuk biaya melanjutkan pendidikan ke SLTA.

Daan Dimara (1985:336) mengatakan bahwa semakin tinggi jenjang sekolah maka semakin besar pula biayanya, sehingga banyak anak lulusan SLTP tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SLTA, terutama anak dari golongan berpenghasilan rendah. Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi tingkat pendidikan yang dicapai anak-anaknya. Untuk dapat memberikan pendidikan secara maksimal kepada anaknya, orang tua harus memiliki pendapatan cukup. Selama proses pendidikan berlangsung diperlukan biaya yang cukup, karena biaya sekolah juga memerlukan sarana penunjang agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil yang baik pula.

Hasil penelitian Yullia Putri (2009:56-57) membuktikan bahwa sebagian besar (80%) pendapatan orang tua anak lulusan SLTP tidak melanjutkan ke SLTA tergolong rendah.

Berkaitan dengan pendapatan, penulis mengacu pada jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh atas jenis pekerjaan yang dilakukan dalam waktu satu bulan dan dihitung dengan nilai rupiah. Kriteria yang digunakan adalah pendapatan dinyatakan tinggi apabila pendapatan orangtua lebih dari rata-rata pendapatan keseluruhan orangtua responden sedangkan pendapatan rendah apabila pendapatan orang tua kurang dari atau sama dengan rata-rata pendapatan keseluruhan orangtua responden.

(47)

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan akan memberikan perubahan dan kemajuan hidup dalam diri seseorang. Pengertian pendidikan menurut A.Muri Yusuf (1986:23) bahwa h lingkungan, sehingga ia dapat mengembangkan diri pribadi secara optimum dan

Pendidikan orang tua akan mempengaruhi kelangsungan pendidikan anaknya, seperti yang dinyatakan A.Muri Yusuf (1986:9) bahwa individu dengan pendidikan terbatas, biasanya tidak tamat sekolah dasar atau tidak pernah sekolah akan mempunyai horizon yang sangat terbatas dalam menguasai lingkungannya, mereka kurang mampu berpikir hidup layak, daya abstraksinya terbatas, serta sikap mental yang terikat oleh kesederhanaan.

Menurut Bintarto (1998:90) rendahnya pengetahuan, pendidikan dan teknologi penduduk mempercepat menurunnya kondisi sosial dan ekonomi penduduk.

(48)

Hasil penelitian Nur Rohman (2010:60) membuktikan bahwa sebagian besar (70%) pendidikan orang tua anak lulusan SLTP tidak melanjutkan ke SLTA tergolong rendah.

Dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa:

t

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh orang tua yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi atau Akademi.

3.3 Jumlah Anak Yang Dimiliki

Jumlah anak yang dimiliki oleh suatu keluarga merupakan salah satu komponen terhadap besar kecilnya jumlah anggota keluarga. Jumlah anak yang dimiliki berpengaruh pada sosial ekonomi orang tua karena jumlah anggota keluarga yang banyak menyebabkan pemenuhan kebutuhan keluarga semakin besar pula, apalagi untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan anaknya. Faisal Kasryno (1989:31) menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan material (diukur dari pola pengeluaran konsumsi) suatu keluarga juga dipengaruhi oleh besarnya jumlah anggota keluarga.

(49)

Jumlah anak yang masih menjadi tanggungan orang tua merupakan salah satu komponen besar atau kecilnya jumlah anggota keluarga. Untuk itu, banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga berdasarkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) tahun 2003 menjelaskan bahwa keluarga kecil adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak. Jadi, dalam penelitian ini menggunakan kriteria yaitu suatu keluarga disebut kecil apabila memiliki 2 anak, dan jika lebih dari atau sama dengan 2 anak maka disebut keluarga besar.

4. Persepsi Orang Tua, Lingkungan Sosial dan Minat Anak 4.1 Persepsi Orang Tua Yang Negatif Terhadap Pendidikan

Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.

(50)

yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu dalam situasi yang tertentu pula.

Persepsi akan mempengaruhi dan mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu (motivasi). Oleh karena itu menurut Walgito (1981), persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan. Menurut Monthy Satiadarma (2001:66), persepsi kita mengenai suatu hal akan mengarahkan kita untuk memperhatikan hal tersebut, bila kita menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang buruk maka kita akan cenderung bersikap buruk pula.

Hasil penelitian Neti Herayani (2009:47) membuktikan bahwa sebagian besar (80,9%) orang tua anak lulusan SLTP tidak melanjutkan ke SLTA mempunyai persepsi yang negatif terhadap pendidikan.

Persepsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemahaman, pengetahuan orang tua terhadap pendidikan, antara lain menyangkut fungsi, tujuan dan manfaat pendidikan itu sendiri. Orang tua yang memiliki persepsi positif tentang pendidikan pasti akan terus mendorong anaknya dengan menyumbangkan tenaga, pikiran dan emosinya untuk kelanjutan pendidikan anaknya. Sebaliknya, persepsi negatif tentang pendidikan akan mendorong orang tua untuk membiarkan anaknya tidak melanjutkan pendidikan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

4.2 Lingkungan Sosial Anak Yang Kurang Mendukung

(51)

Selanjutnya Dalyono (2005:246) menyatakan bahwa lingkungan sosial yang sangat berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah teman bergaul, lingkungan tetangga, dan aktivitas dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Nursid Sumaatmadja (1988:26) bahwa dalam dunia pendidikan, yang termasuk dalam lingkungan sosial yaitu semua orang yang ada disekitar orang tersebut atau disekitar suatu kelompok, keluarga, teman sepermainan, tetangga, warga desa, warga kota, bangsa dan seterusnya termasuk lingkungan sosial bagi seorang atau suatu kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari lingkungan sekelilingnya. Proses perkembangan manusia termasuk didalamnya aktivitas yang dilakukan oleh manusia banyak dipengaruhi oleh interaksinya dengan manusia lain. Agar anak dapat memperoleh pendidikan dengan baik maka orang tua harus mengupayakan dan mengarahkan agar anak-anaknya tidak terpengaruh dengan lingkungan sosial yang kurang mendukung tercapainya pendidikan. Lingkungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keadaan atau kondisi sosial yang ada disekitar anak dilihat dari tempat dan teman bermain.

Berdasarkan hasil penelitian Indariani (2004:57) membuktikan bahwa sebagian besar (63,64%) lingkungan sosial anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA tergolong lingkungan sosial anak yang kurang mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan anak.

(52)

Minat merupakan suatu kekuatan yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatiannya terhadap seseorang, benda ataupun kegiatan tertentu. Sardiman, (2001:74) mengemukakan bahwa minat merupakan kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri sementara situasi yang berhubungan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Sedangkan menurut Slameto, (2003:180) bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut akan semakin besar minatnya. Begitu juga dengan minat anak untuk melanjutkan pendidikan ke SLTA, bila seseorang mempunyai minat terhadap suatu pendidikan tertentu, ia akan melakukan usaha-usaha yang dapat mendukung niatnya. Jika anak memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari bidang tertentu maka ia akan memusatkan pikiran, tenaga dan waktu untuk mempelajari bidang tersebut tanpa ada perasaan terpaksa. Sehingga minat tersebut dapat tercapai dengan baik tanpa ada yang memaksanya. Dengan demikian besarnya peranan minat pada aktivitas seseorang akan berpengaruh terhadap efisiensi atau aktivitasnya.

Menurut Wijono dan Soetimah, (1984:75) bahwa faktor yang mempengaruhi minat yaitu sebagai berikut;

1) Faktor dari dalam (subyektif) yaitu faktor yang mempengaruhi dari dalam diri seseorang meliputi: pembawaan atau bakat, tingkat pendidikan, tingkat perkembangan atau pengalaman, dan keadaan fisik atau psikis.

(53)

Berdasarkan hasil penelitian Yullia Putri (2009;63) membuktikan bahwa 70% minat anak untuk melanjutkan pendidikan tergolong rendah. Dengan demikian minat anak untuk melanjutkan pendidikan ke SLTA didasari adanya keinginan atau perasaan senang dan keuletan untuk melanjutkan pendidikan ke SLTA. Minat anak sangat dipengaruhi oleh rangsangan baik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri yang berupa bakat, kemampuan dan keadaan psikis, maupun yang berasal dari luar yang berupa keadaan sosial ekonomi, lingkungan dan kesempatan.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan -Faktor

Penyebab Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Ke SLTA Di Kelurahan

dapat diketahui:

lulusan SLTP tergolong rendah. Sebanyak 38 responden (86%) berasal dari jumlah anggota keluarga yang banyak (jumlah anak tanggungan orang tua >2 orang). Sebanyak 35 responden (80%) anak berada pada lingkungan sosial yang kurang mendukung. Sebanyak 31 responden (71%) anak memiliki minat yang rendah un

Sedangkan hasil penelitian Ambar Arum Manansi (2011), yang berjudul Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SD Kecamatan Bekri

(54)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa faktor-faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA adalah pendapatan orang tua yang rendah, pendidikan orang tua yang rendah, jumlah anak yang banyak, lingkungan sosial anak yang kurang mendukung dan minat anak yang rendah untuk melanjutkan sekolah.

C. Kerangka Pikir

Geografi adalah ilmu yang menelaah bumi dalam hubungannya dengan manusia. Kajian geografi mencakup manusia dengan segala aktivitasnya, antara lain pemenuhan kebutuhan hidup, interaksi manusia dengan manusia serta manusia dengan alam sekitarnya. Pendidikan merupakan salah satu gejala atau unsur dari kebudayaan mengandung arti bahwa pendidikan hanya diadakan atau dilakukan oleh makhluk yang berbudaya yaitu manusia.

Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia produktif. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam penunjang pembangunan nasional Indonesia. Pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan nasional yang mencakup pengertian pembangunan manusia seutuhnya, menuntut adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan dianggap sebagai sarana yang ampuh untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, keadaan sosial, kesatuan nasional dan sebagainya.

(55)

yaitu SLTA. Keberlanjutan pendidikan lulusan SLTA itu merupakan salah satu upaya yang harus dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kenyatannya banyak anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA dengan berbagai alasan, kemungkinan diantaranya adalah rendahnya tingkat pendapatan orang tua, rendahnya tingkat pendidikan oang tua, banyaknya jumlah anak dalam keluarga, lingkungan sosial anak yang kurang mendukung dan rendahnya minat anak untuk melanjutkan sekolah.

Atas dasar hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan kerangka pikir berikut:

Gambar. Bagan Kerangka Pikir 4. Persepsi orang tua yang negatif

(56)

Menurut Sukardi, (2005:42) hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Walaupun hal ini tidak mutlak, hipotesis penelitian pada umumnya sama banyaknya dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian.

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Rendahnya tingkat pendapatan orangtua menjadi penyebab anak SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

2. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua menjadi penyebab anak SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

3. Banyaknya jumlah anak dalam keluarga menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

4. Persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan menjadi penyebab anak SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

5. Lingkungan sosial anak yang kurang mendukung menjadi penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

(57)
(58)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yaitu:

1) Sebanyak 49 atau 64.47% tingkat pendapatan orang tua anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA tergolong rendah yaitu

penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012. 2) Sebanyak 11 atau 14.47% minat untuk sekolah anak lulusan SLTP yang tidak

melanjutkan pendidikan ke SLTA tergolong rendah yaitu skor kurang dari atau sama dengan 10. Minat anak untuk sekolah merupakan faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

(59)

melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

4) Sebanyak 4 atau 5,27% jumlah anak yang menjadi tanggungan orang tua anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA tergolong banyak yaitu lebih dari 2 orang. Banyaknya jumlah anak yang menjadi tanggungan orang tua merupakan faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

5) Sebanyak 2 atau 2,63% persepsi orang tua terhadap pendidikan anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA tergolong negatif yaitu memiliki skor kurang dari 6. Dengan demikian persepsi orang tua terhadap pendidikan merupakan salah satu faktor yang cukup menyebabkan anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

6) Rendahnya tingkat pendidikan orang tua bukan merupakan faktor penyebab anak lulusan SLTP tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

B. Saran

(60)

2) Untuk anak lulusan SLTP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA, sebaiknya dapat mengikuti program kejar paket C setara yang diadakan oleh pemerintah agar bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik.

(61)

MOTTO

Lima perkara buruk yang saling berkaitan: barangsiapa selalu kenyang

perutnya, maka bertambah banyak dagingnya; barangsiapa bertambah

banyak dagingnya, maka besar syahwatnya; barangsiapa besar syahwatnya

banyak dosanya; barangsiapa banyak dosanya, maka keras hatinya; dan

barangsiapa keras hatinya, maka ia akan tenggelam dalam lautan kenistaan

dan kemewahan duniawi. (yahya bin Mu adz Ar Razi)

Ilmu takkan habis digali walaupun pepohonan digunakan sebagai pena dan

air laut sebagai tintanya. (QS: Lukman;27)

Orang yang bertanggung jawab atas hidup dan masa depan adalah diri

sendiri, maka lakukanlah yang terbaik dan rangkailah skenario masa depan

yang unik untuk menggapai birunya ubun-ubun langit nan cantik. (Nurani

Kusmayanti)

(62)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp dan Fax (0721) 704624

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurani Kusmayanti

NPM : 0743034031

Program Studi : Pendidikan Geografi Jurusan / Fakultas : Pendidikan IPS / KIP

Alamat :Jln. Ki Suntara RT.03 RW.01 Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan 35513

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar lampung, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan

(63)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim,

Seiring dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan rahim-Nya,

kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Ayah dan Ibu tercinta, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, doa, dan

dukungan baik secara moril maupun materil yang tiada hentinya demi menggapai

langit biruku.

Kakakku, M. Kholid, S.P. dan S.Hi serta kedua adikku Sulaiman Ad

Ramdan Zainudin, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Without you is like a year without rain.

(64)

RIWAYAT HIDUP

Nurani Kusmayanti dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Maret 1989, merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Ayahanda Kusro dan Ibunda Salamah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Way Panji diselesaikan tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah

Atas di MAN 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Geografi. Penulis menyelesaikan kegiatan PPL di SMA Muhammadiyah Bandar Lampung pada tahun 2011.

(65)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrohim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan segenap kemampuan dan keterbatasan Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Lampung.

Dalam penulisan ini banyak kesulitan yang dihadapi, namun berkat bimbingan dan arahan dari Bapak Drs. Fachri Thaib, M.Pd., selaku pembimbing I dan pembimbing akademik, Bapak Sugeng Widodo, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, serta Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku penguji, skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(66)

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar di Lingkungan Program Studi Pendidikan

Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Bapak Suwarji Feriyanto selaku Kepala Desa Sukatani yang telah

memberi izin penulis untuk mengadakan penelitian di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda.

7. Sahabat-sahabatku: Norma, Eni, Nawang Shandy, Suci Apriani, mbak Dian, Indah, Sherly dan Mery serta anak2 Gamalama solidarity yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-temanku seperjuangan geografi angkatan 2007 (Ake, Bhi2, Cwi, Dian, Dila, Desma, F3, Lisna, Nia, Nur, Reni, Ruri, Ume, Yuli dll), terima kasih atas bantuan, kerjasama dan kebersamaannya selama ini, kakak tingkat dan adik tingkatku, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari walaupun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati dan ucapan terima kasih.

(67)

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis

Gambar

Tabel 1. Jenis Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sukatani KecamatanKalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Di Desa Sukatani KecamatanKalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010.
Tabel 4. Sampel Keadaan Anak Lulusan SLTP Yang Tidak Melanjutkan KeSLTA Di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Kabupaten LampungSelatan Tahun 2011.
Tabel 5. Data Orang Tua Anak Lulusan SLTP Yang Tidak MelanjutkanPendidikan Ke SLTA Di Desa Sukatani Kecamatan KaliandaKabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.
+4

Referensi

Dokumen terkait

5. Mengetahui besarnya pengaruh tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, minat anak, dan lingkungan sosial masyarakat berpengaruh terhadap lulusan SMA

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah yang mendorong anak tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, yaitu (1) faktor keluarga ditunjukkan dengan

Hasil penelitian mengenai Analisis Faktor Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Pendidikan Menengah Di Desa Bagan Bhakti Kecamatan Balai Jaya Kabupaten Rokan Hilir di

Berdasarkan hasil penelitian Agustus 2016 tabel 6 adapun daftar anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA, yaitu:1. Astimah adalah anak ketiga dari empat bersaudara,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pasar Barito terhadap empat anak tersebut bahwa faktor kesiapan bukanlah penghambat mereka dalam melanjutkan pendidikan ke

Sampel dalam penelitian ini yaitu 57 anak lulusan SMP/MTs tahun 2015 dan 2016 yang tidak melanjutkan SMA/SMK Sederajat di Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pasar Barito terhadap empat anak tersebut bahwa faktor kesiapan bukanlah penghambat mereka dalam melanjutkan pendidikan ke

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah yang mendorong anak tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, yaitu (1) faktor keluarga ditunjukkan dengan