• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

AYU WANDIRA

Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) penilaian pembelajaran.

Penelitian menggunakan desain deskriptif kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung dan difokuskan pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, wawancara, rekaman, dan angket terbuka. Teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi.

▸ Baca selengkapnya: lkpd teks diskusi kelas 9 semester 2

(2)

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Ayu Wandira

1113041010

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 15 Desember 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri

pasangan Yoserizal dan Sumarni. Penulis memulai pendidikan pada 1998 di MIN Garuntang Bandar Lampung yang diselesaikan pada 2004, kemudian melanjutkan pendidikan di

SMP UTAMA 3 Bandar Lampung dan selesai pada 2007, dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada 2010. Tahun

2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis tergabung ke dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (HMJPBS) sebagai anggota

(7)

Alhamdulilah dan rasa syukur atas nikmat yang diberi Allah Subhanahuwataala,

segenap jiwa dan raga serta dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kupersembahkan kepada

1. mama dan ayah yang selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, terimakasih atas doa dan pengorbanan demi terwujudnya keberhasilanku,

2. adik-adikku, Adam Malik Saputra, Nadira Putri Zahra, Aldo Rizki Saputra yang selalu memberikan dukungan, doa, dan motivasi,

3. sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan pelajaran berharga, dukungan, dan doa.

(8)

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

(Al-Quran Surat Al-Zalzalah:7)

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

(Al-Quran Surat Ar-Rahman:13)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(9)

SANWACANA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahuwataala atas karunia dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi iniyang berjudul “Pembelajaran Menulis Teks Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulisan skripsi ini banyak menerima bimbingan, bantuan, serta dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. pembimbing I yang telah membantu,

membimbing penulis, dan memberikan motivasi, saran, serta nasihat yang terbaik bagi penulis,

2. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. pembimbing II yang telah membantu, membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi, saran, serta nasihat yang terbaik bagi penulis,

3. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. penguji sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan kritik, saran, dan nasihat terbaik

(10)

4. Eka Sofia Agustina, S.Pd, M.Pd. pembimbing akademik,

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

6. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Dekan FKIP Universitas Lampung,

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberi penulis berbagai ilmu yang bermanfaat,

8. Abdul Khanif, S.Pd. guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang telah banyak membantu dan memberikan pelajaran bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi,

9. Orang tuaku tercinta, Ibu Sumarni dan Bapak Yoserizal yang memberikan cinta, doa, dan semangat serta motivasi untuk menyelesaikan studi,

10. Adik-adikku yang aku sayangi (Adam Malik Saputra, Nadira Putri Zahra, Aldo Rizki Saputra) yang selalu memberikan keceriaan, semangat, dan motivasi,

11. Keluarga besarku yang senantiasa menantikan kelulusanku dengan memberikan doa, dukungan, dan motivasi,

12. Sahabat-sahabat tersayang, Janatun Naim, Annisaa Nur Ardia, Marleli Romadhona, Firdaus Roguska, Anjas Asmara, Danu Asmara, Thio Sandiyuda Pratama yang selalu mau berbagi kebahagiaan dan kesedihan,

selalu memberikan nasihat, dukungan, dan motivasi,

13. Sahabat-sahabat seperjuangan Revina Fitria, Fitayah F. Ramadhani, Lia

(11)

saling mendoakan, dan saling melengkapi, semoga persahabatan dan kasih

sayang kita Allah kekalkan selamanya,

14. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2011 terima kasih atas persahabatan, doa, dan kebersamaan selama ini,

15. Teman-teman KKN/PPL di Desa Kegeringan dan di SMPN 1 Batu Brak

Lampung Barat (Nety Gempa Yani, Meilani Cahya, Ahmad Efendi, Hendra Wijaya, Rudi Hartono, Kesdik Tria, Novita Widyaningrum, Lidia Widiarti,

Erlita Sari, Nur Cahya),

16. Keluarga baru yang ada di Kegeringan, Pak M. Sirajudin dan keluarga, 17. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMPN 1 Batu Brak yang sudah

mengajarkan penulis menjadi seorang guru, memberikan motivasi dan doa, 18. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahuwataala selalu memberikan balasan yang lebih besar

untuk Bapak, Ibu dan rekan-rekan semua. Hanya ucapan terima kasih yang bisa penulis berikan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013... 19

2.2.1 Karakteristik Pembelajaran dalam Kurikulum 2013... 21

2.2.2 Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 23

2.2.3 Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 26

2.3 Pembelajaran Menulis Teks Diskusi ... 32

2.3.1 Menulis ... 33

2.3.2 Teks Diskusi... 35

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian... 42

3.2 Sumber Data... 42

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4 Teknik Analisis Data... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 49

4.1.1 Perencanaan Pembelajaran... 49

4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru ... 58

4.1.2.1 Kegiatan Pendahuluan………... 58

4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru ... 87

4.2.2.1 Kegiatan Pendahuluan ... 87

4.2.2.2 Kegiatan Inti ... 92

4.2.2.3 Kegiatan Penutup... 118

4.2.3 Penilaian Pembelajaran ... 123

4.3 Pembelajaran Menulis Teks Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015... 128

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 133

5.2 Saran... 136

(14)

Tabel : Halaman 3.1 Instrumen Pengamatan Perencanaan Pembelajaran ... 44

(15)

Gambar Halaman

4.1 Guru dan Siswa Sedang Berdoa ... 88

4.2 Kegiatan Apersepsi Guru ... 90

4.3 Guru Menyampaikan Manfaat Pembelajaran... 91

4.4 Siswa Bertanya di Kelas ... 97

4.5 Guru Menyampaikan Materi ... 98

4.6 Siswa Menuliskan Pertanyaan ... 99

4.7 Guru Memberikan Pertanyaan Teks Diskusi ... 101

4.8 Guru Memancing Siswa Bertanya ... 101

4.9 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 102

4.10 Siswa Mengamati Teks Diskusi ... 103

4.11 Siswa Menganalisis Teks Diskusi ... 104

4.12 Siswa Berkomunikasi Secara Berkelompok ... 105

4.13 Siswa dan Guru Aktif dan Menyenangkan ... 108

4.14 Guru Menggunakan Media Belajar ... 110

4.15 Siswa Memanfaatkan Media Belajar ... 111

4.16 Sumber Belajar... 112

4.17 Siswa Terlibat Aktif dalam Pembelajaran ... 114

4.18 Respon Guru Terhadap Siswa... 115

4.19 Guru Melakukan Kontak dengan Siswa... 116

4.20 Guru Mengoreksi Tulisan Siswa... 118

4.21 Guru Merefleksi Pembelajaran ... 119

4.22 Kegiatan Penilaian Sikap ... 124

(16)

1.1 Latar Belakang

Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah secara bertahap mulai tahun

pelajaran 2013/2014. Komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan pembelajaran yang diselenggarakan di dalam kelas untuk membantu

peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar antara guru dan siswa dengan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Tujuan pembelajaran Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan insan Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada pembelajaran berbasis teks.

Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual. Pada kurikulum 2013, teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Teks adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang didalamnya ada

situasi dan konteksnya (Mahsun, 2013). Pembelajaran berbasis teks, pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa,

(17)

penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dalam Kurikulum 2013

dapat dibedakan antara teks sastra dan teks nonsastra dan berupa teks lisan maupun tulisan. Pada jenjang SMP/MTs terdapat 14 teks yang meliputi 3 teks

sastra dan 11 teks nonsastra, yaitu (1) teks hasil observasi, (2) teks tanggapan deskriptif, (3) teks eksposisi, (4) teks eksplanasi, (5) teks cerita pendek, (6) teks cerita moral, (7) teks ulasan, (8) teks diskusi, (9) teks cerita prosedur, (10) teks

cerita biografi, (11) teks eksemplum, (12) teks tanggapan kritis, (13) teks tantangan, (14) teks rekaman percobaan (Permendikbud No. 68 Tahun 2013).

Pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk

semua mata pelajaran. (Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses). Tahapan pembelajaran meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan penilaian pembelajaran. Pada tahapan pembelajaran ini juga terdapat hambatan yang dihadapi dengan solusi yang diberikan guru untuk mengatasinya.

Menulis merupakan komponen yang penting saat siswa belajar dalam

mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Menulis menjadi suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif dan selalu berhubungan dengan penalaran siswa dan hasil temuan siswa dalam pembelajaran serta dibuktikan dari

(18)

Teks diskusi merupakan jenis teks yang memberikan dua pendapat mengenai

suatu hal. Pendapat tersebut tentu ada yang selaras dan juga ada yang bertentangan. Teks diskusi memiliki struktur teks meliputi isu/masalah,

argumentasi (mendukung dan menentang), dan simpulan. Teks diskusi yang terdapat dalam buku teks adalah teks yang berkaitan dengan dampak teknologi dengan topik“Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?”.(Zabadi,

2014)

Alasan penulis memilih teks diskusi karena pembelajaran Kurikulum 2013

berbasis teks dan materi teks diskusi merupakan salah satu materi pembelajarannya dan teks diskusi ini menjadi salah satu dari 14 jenis teks yang termasuk dalam jenis teks nonsastra.

SMP Negeri 1 Bandar Lampung merupakan sekolah favorit di Bandar Lampung. Pada tahun pelajaran 2013/2014 sudah menerapkan pembelajaran Kurikulum 2013. Selain itu, banyak prestasi yang diraih antara lain Juara I Lomba Mading,

Juara II Menulis Puisi, Juara Harapan I Cipta Cerpen Tingkat Kota Bandar Lampung, Juara Harapan II Cipta Cerpen, Juara III Lomba Karya Ilmiah Tingkat Kota Bandar Lampung, Juara III Karya Tulis Tingkat SMP se-Provinsi Lampung,

Juara IV Karya Tulis Tingkat Kota Bandar Lampung, Juara II KKM Bahasa Indonesia Tingkat Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan prestasi yang diraih SMP N 1 Bandar Lampung dan kaitannya dengan pembelajaran pada Kurikulum 2013 dalam materi teks diskusi. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan SMP N 1 Bandar Lampung sebagai sekolah

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran

2014/2015”.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015?

3. Bagaimanakah penilaian pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis

teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

1. Perencanaan pembelajaran (RPP) menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

2. Pelaksanaan pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri

1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi peneliti, pembaca, siswa, dan guru Bahasa Indonesia. Secara praktis dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP N 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah guru bidang studi Bahasa Indonesia dan siswa kelas 8.6 SMP N 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

2. Objek penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran menulis teks diskusi di SMP N 1 Bandar Lampung.

3. Tempat penelitian di SMP N 1 Bandar Lampung.

4. Waktu penelitian dilaksanakan tanggal 11 dan 16 Februari 2015 semester

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan

perubahan kelakuan (Hamalik, 2014:36). Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku,

papan tulis, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan

sebagainya (Hamalik, 2014:57).

Pembelajaran menjadi suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena

(22)

sekolah semakin berkembang, dari pengajaran yang bersifat tradisional sampai

pembelajaran dengan sistem modern. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekadar kegiatan mengajar (pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekada

rmenyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan melaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi (Tim

Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2011:128).

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang

saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model

pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2012:1). Dari beberapa pernyataan mengenai pembelajaran, maka penulis

menyimpulkan pembelajaran sebagai kegiatan yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur, materi, metode, dan

evaluasi yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan merupakan dasar untuk mengukur hasil pembelajaran dan juga menjadi

landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode mengajar. Berdasarkan isi dan metode tersebut lalu menentukan kondisi kegiatan pembelajaran sebagai kondisi internal (Hamalik, 2009: 77—78). Tujuan pembelajaran merupakan salah

satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran muaranya pada tujuan tersebut. Kunci utama dalam

(23)

kebutuhan siswa yang ditentukan hasil belajar dengan kaitan terhadap kurikulum

yang diterapkan. Guru merupakan sumber utama tujuan siswa dalam mencapai tujuan yang bermakna dan dapat diukur.

Tujuan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013).

Tujuan pembelajaran untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dan juga menjadi landasan untuk menentukan materi, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran. Perilaku yang dilakukan siswa merupakan perilaku dalam upaya

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga diperlukan rumusan deskripsi tentang cara untuk mengukur perilaku sebagai akibat dari hasil belajar. Hal

tersebut menjadi bagian penting yang dilakukan oleh evaluasi pembelajaran dengan perumusan instrumen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (Rusman, 2012).

Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD.

A =Audience(petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya),

adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa. Dalam TPK harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran. Keterangan mengenai

(24)

berapa, dan bahkan klasifikasi pengelompokan siswa tertentu. Batasan yang

spesifik ini penting artinya agar sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atas dasar

TPK itu belum tentu sesuai bagi mereka. Mungkin bahan pembelajarannya terlalu mudah, terlalu sulit. Atau tidak sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pembelajaran berwawasan gender, penyebutan siswa perempuan dan siswa laki-laki alam TPK

kadangkadang ditekankan, terutama jika jenis perilaku yang menjadi target belajar bagi kedua jenis kelamin dibedakan levelnya, misalnya dalam pelajaran olahraga.

Begitu pula, dalam pembelajaran terhadap kelas yang dibagi atas beberapa kelompok yang bahan pembelajarannya diklasifikasi atas dasar kemampuan individu siswa, maka penyebutan klasifikasi siswa tersebut juga perlu tercantum

pada TPK masing-masing.

B =Behavior(perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), adalah perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan siswa setelah selesai mengikuti proses

pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkan sesuatu,

seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya. Objek menunjukkan pada apa yang akan dipertunjukkan itu, misalnya contoh kalimat pasif, kesalahan tanda baca dalam kalimat, karangan berdasarkan gambar seri,

dsb. Komponen perilaku dalam TPK adalah tulung punggung TPK secara keselutuhan. Tanpa perilaku yang jelas, komponen yang lain menjadi tidak

bermakna.

(25)

saat siswa diuji kinerja belajarnya. TPK yang baik di samping memuat unsur

penyebutan audiens (siswa sebagai sasaran belajar) dan perilaku, hendaknya pula mengandung unsur yang memberi petunjuk kepada penyusun tes mengenai

kondisi atau dalam keadaan bagaimana siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.

D =Degree(tingkat penampilan yang dapat diterima), adalah derajat atau

tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai siswa dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan dapat

berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada ketinggian tertentu, atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap

dapat diterima. Di bawah batas itu, siswa dianggap belum mencapai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.

2.1.2 Strategi Pembelajaran

Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya

atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran (Suliani, 2011:5). Dick dan Carey (dalam Suliani,

(26)

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2.1.3 Tahapan Pembelajaran

Pada pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dikelas meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran.

2.1.3.1 Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil

belajar.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri

atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan

penjadwalan disatuan pendidikan (Rusman, 2012).

Rusman (2012:5) mengatakan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat komponen yang harus diketahui oleh guru dalam pembelajaran dikelas.

(27)

b. Perumusan Indikator disesuaikan dengan KI dan KD, serta kesesuaian dengan

kata kerja operasional melalui kompetensi yang diukur.

c. Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang

diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

d. Pemilihan materi ajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan alokasi waktu.

e. Pemilihan sumber belajar yang disesuaikan dengan KI dan KD, pendekatan

scientific,dan karakteristik peserta didik.

f. Pemilihan media belajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi dan pendekatanscientific,serta karakteristik peserta didik.

g. Model pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan pendekatan

scientific.

h. Skenario pembelajaran dengan menampilkan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Disesuaikan dengan pendekatan scientific,

penyajian sistematikan materi, alokasi waktu dengan cakupan materi.

i. Penilaian disesuaikan dengan teknik dan bentuk penilaian autentik dengan

indikator pencapaian kompetensi, kunci jawaban dengan soal, dan kesesuaian penskoran dengan soal.

2.1.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan perencanaan pembelajaran, untuk melaksanakan

(28)

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan adalah langkah awal guru untuk melaksanakan

pembelajaran, bisa berupa apersepsi dan motivasi sebagai berikut.

a. Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

b. Mengajukan pertanyaan menantang. c. Menyampaikan manfaat pembelajaran.

d. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran.

2. Penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan dijabarkan sebagai berikut.

a. Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

b. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.

Dari kegiatan pendahuluan tersebut, guru bisa melakukan hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan apersepsi dan motivasi serta penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan, agar pembelajaran menjadi kondusif sesuai dengan yang guru

harapkan.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan yang guru lakukan ketika proses pembelajaran dimulai, pada kegiatan inti pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan yang

dilakukan secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

(29)

Kegiatan inti pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013, guru harus

memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerjasama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang

terdapat dalam silabus dan RPP. Kegiatan inti pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, yang meliputi mengamati, menanya, mengeksplorasi,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Penjelasan sebagai berikut.

a. Mengamati

Kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas dan bervariasi

kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan sesuai dengan materi yang diajarkan.

b. Menanya

Kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk

bertanya mengenai materi pembelajaran yang sudah dilihat dan diamati. Dalam kegiatan ini, guru perlu membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek materi yang konkret sampai kepada pertanyaan yang

bersifat faktual dan bersifat hipotetik. Guru yang efektif mampu menginsipirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Saat guru bertanya, saat itu pula dia membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan dari muridnya, ketika itu pula guru mendorong siswanya untuk menjadi penyimak dan

(30)

c. Mengeksplorasi

Kegiatan mengeksplorasi, siswa secara aktif untuk menjelajah sekitar kehidupan siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Siswa melakukan observasi

untuk memeroleh pengetahuan dan siswa dapat berpikir logis dan sistematis melalui fakta yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

d. Mengasosiasikan

Tindak lanjut dari kegiatan bertanya dan observasi adalah siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui cara-cara yang baik.

Tindak lanjut yang dilakukan dapat berupa membaca buku yang berkaitan dengan materi, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti atau melakukan eksperimen. Kegiatan menemukan informasi tersebut, siswa menemukan

keterkaitan informasi dengan informasi lainnya, dan menyimpulkan.

e. Mengomunikasikan

Kegiatan mengomunikasikan yang dimaksud adalah siswa menyampaikan hasil pengamatan, informasi, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan siswa, baik tertulis maupun tidak tertulis.

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dari pembelajaran. Kegiatan penutup,

guru dan siswa membuat rangkuman atau simpulan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

(31)

umpan balik terhadap proses pembelajaran dan merencanakan kegiatan

pembelajaran pada pertemuan berikutnya (Kemendikbud, 2013).

2.1.3.3 Penilaian Pembelajaran

Saat melakukan kegiatan pembelajaran, selain melakukan perencanaan dan pelaksanaan, penilaian juga harus terlibat dalam pembelajaranan. Penilaian pembelajaran dilakukan guru untuk menilai dan menentukan efektivitas dan

keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Penilaian dalam pembelajaran dalam kurikulum 2013 meliputi penilaian autentik

atau bisa dikatakan penilaian yang sebenarnya. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Secara

konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekalipun. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka

mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

Penilaian autentik yang digunakan pada kurikulum 2013, ada teknik dan

instrumen yang digunakan guru untuk menilai pembelajaran siswa. Penilaian yang digunakan berupa penilaian kompetensi sikap, penilaian kompetensi pengetahuan,

dan penilaian kompetensi keterampilan.

1. Penilaian Kompetensi Sikap

Penilaian kompetensi sikap merupakan sebuah penilaian yang dilakukan untuk

(32)

bertanggung jawab, jujur, kreatif, dan santun. Penilaian tersebut diantaranya

sebagai berikut.

a. Observasi merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan,

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa

mengemukakan dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian antar siswa merupakan teknik penilaian dengan meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

d. Portofolio merupakan catatan siswa mengenai informasi pengamatan dan observasi yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran yang

berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Kompetensi pengetahuan dinilai melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

a. Instrumen tes tertulis berupa soal dan pertanyaan yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan pada saat pelaksanaan pembelajaran.

Instrumen uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran.

b. Instrumen lisan yang berupa pertanyaan yang diajukan guru dan

(33)

c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah atau proyek yang

dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Kompetensi keterampilan yang dinilai oleh guru kepada siswa melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut siswa untuk mendemonstrasikan suatu

kompetensi tertentu menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)

yang dilengkapi rubrik.

a. Tes praktik yang merupakan tes menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan

kompetensi.

b. Proyek yang memuat tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan baik tertulis maupun secara lisan.

c. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara

menilai kumpulan seluruh karya siswa dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,

(34)

2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013

Semua pelajaran Bahasa Indonesia mulai jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) menggunakan pembelajaran berbasis

teks. Dengan berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak saja hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir (Mahsun, 2013).

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis teks. Dalam pembelajaran Bahasa berbasis teks, Bahasa Indonesia

diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang

mengungkapkan makna secara kontekstual (Kemendikbud, 2013). Menurut Priyatni (2014) menyatakan teks dimaknai sebagai ujaran atau tulisan yang

bermakna, yang memuat gagasan yang utuh.

Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan diseluruh jenjang pendidikan. Arah pembelajaran pada semua jenjang pendidikan

adalah sama, yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana tercantum dalam kurikulum yang berlaku. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum

2013 disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan

(35)

bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan

dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunaannya, dan (4) bahasa merupakan sarana

pembentukan kemampuan berpikir manusia (Kemendikbud, 2013).

Teks dimaknai sebagai ujaran atau tulisan yang bermakna, yang memuat gagasan yang utuh. Dengan asumsi tersebut, fungsi pembelajaran bahasa adalah

mengembangkan kemampuan memahami dan menciptakan teks karena komunikasi terjadi dalam teks atau pada tataran teks. Pembelajaran berbasis teks

inilah yang digunakan sebagai dasar pengembangan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia ranah pengetahuan dan keterampilan dalam

Kurikulum 2013 (Priyatni, 2014:37).

Lingkup materi atau materi pokok mata pelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada penguasaan beragam jenis teks. Jenis teks dapat dikelompokkan menjadi dua

kategori besar, yaitu teks sastra dan teks non sastra. Pada jenjang SMP/Mts terdapat 14 jenis teks, yaitu teks hasil observasi, teks tanggapan deskriptif, teks eksposisi, terks eksplanasi, teks cerita pendek, teks cerita moral, teks ulasan, teks

diskusi, teks cerita prosedur, teks cerita biografi, teks eksemplim, teks tanggapan kritis, teks tantangan, dan teks rekaman perolehan (permendikbud No. 68 Tahun

(36)

2.2.1 Karakteristik Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan

kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup

pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)

yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui

aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya,

mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta

perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu

(tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran

berbasis penyingkapan/penelitian(discovery/inquiry learning).

(37)

menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis

pemecahan masalah (project based learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

- - Mencipta

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi.

Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran

disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan

karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS.

Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan. Standar Proses pada SDLB, SMPLB,

(38)

berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima

dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah

yakni: ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya.Dengan demikian proses pembelajaran secara

utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2013)

2.2.2 Model Pembelajaran Kurikulum 2013

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan

untuk merancang pembelajaran tatap muka didalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film,

pita kaset, dan program media komputer, dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang) Joyce dan Weil (dalam Tim MKDP, 2011:198).

Variabel dalam model pembelajaran pada kurikulum 2013 diklasifikasikan

(39)

1. Problem Based Learning adalah model yang menempatkan siswa untuk

berperan sebagai pemecah masalah yang tidak terstruktur dalam real world

sebagai kegiatan belajar mereka. Pembelajaran berbasis masalah merupakan

sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar (Kemendikbud, 2013).

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya

dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang

dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari (Sani, 2014:129). Prinsip utama pembelajaran berbasis masalah adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana

bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan pengetahuan

(Priyatni, 2014:113).

Melalui model ini, siswa diberi sebuah permasalahan, kemudian dengan adanya suatu masalah tersebut siswa dituntut untuk menemukan jalan keluarnya.

Bersamaan dengan proses mencari jalan keluar untuk sebuah masalah ini, siswa akan mengalami proses belajar. Siswa tidak dibekali materi atau informasi yang

dipelajari, siswa akan memahami bahwa mereka lebih banyak mempelajari cara belajar dengan membangun kemampuan dalam menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan yang dihadapi.

(40)

tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun

pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan

proyek/kegiatan sebagai media. Model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2013).

Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat antardisiplin ilmu

(integrasi mata pelajaran), dan berjangka panjang. Project based learning (PjBL)

merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat

atau lingkungan. Melalui metode proyek ini, siswa akan memiliki hasil kerja dirinya yang diperoleh dari belajar, karya ini berupa produk akhir dari aktivitas

belajar (Sani, 2014:171—172).

3. Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep. Metode Discovery

Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,

tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Tujuan penggunaan model pembelajaran penemuan untuk menemukan konsep, prinsip yang belum diketahui oleh peserta didik (Kemendikbud, 2013).

(41)

aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan

kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented

(Kemendikbud, 2013).

Dari uraian tersebut menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery Learning) adalah sebuah pembelajaran yang tidak menyajikan

langsung pelajaran yang akan diajarkan, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri materi pelajaran yang telah diinstruksikan sebelumnya. Peran

guru dalam pembelajaran sebagai pembimbing dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif.

2.2.3 Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013

Pembelajaran Kurikulum 2013 menggunakan Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach). Pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan

dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah sebagai pembelajaran

yang dirancang untuk meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep,

(42)

Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau

observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan penerapan data yang diperoleh

melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber (Sani, 2014:50—51). Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu

nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginsiprasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi

atau materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

(43)

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem

penyajiannya.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus

menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap mengamati transformasi

substansi atau materi ajar agar siswa tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar siswa tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan mengamati transformasi substansi atau materi

ajar agar siswa tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill)

dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak

(hard skill) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Ketika pembelajaran dilaksanakan menerapkan dimensi pedagogik yang dibelajarkan, diharapkan siswa mampu untuk menggali informasi melalui

pengamatan, bertanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, atau mengomunikasikan materi pembelajaran. Selain itu, guru juga menyajikan data atau informasi yang terkait dengan materi pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis,

(44)

Maka, pembelajaran ini harus menekankan dan menerapkan nilai-nilai atau sifat

ilmiah melalui pendekatan saintifik (Scientific Approach) (Kemendikbud, 2013).

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media objek secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah dalam pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,

biaya dan tenaga relatif banyak, jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia, tahap mengamati

dilakukan dengan mengamati teks (berbentuk lisan atau tulis) untuk mengidentifikasi kata, ungkapan, istilah dalam teks atau struktur isi dan ciri bahasa dari teks yang dibaca/disimak atau mengamati objek, peristiwa, atau

fenomena yang hendak ditulis (Priyatni, 2014).

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginsipirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru

bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan dari muridnya, ketika itu pula ia

mendorong siswanya untuk menjadi penyimak dan pebelajar yang baik.

Pembelajaran Bahasa Indonesia, setiap pendidik wajib menumbuhkan keberanian atau rasa percaya diri untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan hasil persepsi

(45)

menggunakan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan. Substansi pertanyaan,

kualitas pertanyaan, bahasa, suara, dan kesopanan menjadi fokus pengamatan dalam kegiatan menanya (Priyatni, 2014).

3. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk hal ini adalah: (1) menemukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus

disediakan, (3) mempelajari dasar teoretis yang relevan dari hasil-hasil eksperimen sebelumnya, (4) melakukan dan mengamati percobaan, (5) mencatat

fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, (6) menarik simpulan atas hasil percobaan, (7) membuat laporan dan mengomunikasikan hasil

percobaan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia, setiap peserta didik wajib mencoba menyusun teks sesuai dengan struktur isi dan ciri bahasa dari tiap-tiap jenis teks atau sekadar

(46)

4. Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa

merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan

sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang dimaksud merupakan penalaran

ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Pembelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik wajib melakukan kegiatan menalar melalui diskusi, yaitu mendiskusikan hasil temuannya atau hasil karyanya

(Priyatni, 2014).

5. Mengomunikasikan

Siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi

proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia, setiap peserta didik dituntut untuk mempublikasikan temuannya/kajiannya dalam beragam media. Misalnya, melalui

presentasi dalam forum diskusi, dipajang di majalah dinding kelas/sekolah, dimuat dalam majalah sekolah atau media massa baik cetak maupun online

(47)

2.3 Pembelajaran Menulis Teks Diskusi

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan,

materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman,

2012:1). Materi pembelajaran menjadi komponen penting dalam melaksanakan pembelajaran karena menjadi bahan guru untuk merancang pembelajaran sesuai

dengan tujuan. Salah satu jenis teks yang menjadi materi pembelajaran jenjang menengah pertama yaitu teks diskusi.

Teks diskusi adalah teks yang berisi pendapat yang mendukung dan pendapat

yang menentang dari suatu topik yang bermasalah. Tujuan dari teks diskusi ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau

memecahkan masalah dengan kesimpulan dari masing-masing pendapat. Teks diskusi juga terdapat struktur teks yaitu isu/masalah, pendapat (mendukung dan menentang), dan kesimpulan. Untuk menyampaikan materi teks diskusi ini, guru

harus memiliki keterampilan berbahasa yang baik sebagai bentuk komunikasi. Keterampilan berbahasa antara lain menyimak, membaca, menulis, dan berbicara.

Pada pembelajaran, menulis merupakan komponen yang penting saat siswa belajar dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Menulis juga melibatkan semua unsur keterampilan berbahasa yang harus

dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang baik. (Tarigan, 2008) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau

(48)

2.3.1 Menulis

Menulis merupakan sebagai suatu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh guru maupun peserta didik. Menulis merupakan bentuk komunikasi berupa

tulisan yang berfungsi sebagai pesan atau komunikasi secara tidak langsung. (Tarigan, 2008:22) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. (Rosidi, 2013:2) mendefinisikan

menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis yang diharapkan dapat dipahami

pembaca dan sebagai alat komunikasi tidak langsung. Rosidi juga menambahkan menulis merupakan kegiatan seseorang menyampaikan gagasan kepada pembaca

dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.

Menulis merupakan kegiatan yang ekspresif dan produktif untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menulis dianggap sebagai suatu proses untuk menciptakan suatu

hasil, baik opini, karya sastra yang dihasilkan dari kegiatan menulis. Pada prinsipnya, fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.

Pada pembelajaran, menulis merupakan komponen yang penting saat siswa

belajar dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bahasa tulis dan melahirkan bunyi-bunyi bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan. Ketika menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar

mendapat hasil yang benar-benar baik. (Tarigan, 2008:15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan

(49)

tujuan menulis, Hugo Hartig (dalam Tarigan:25—26) merangkumnya sebagai

berikut.

a. Assigment Purpose( Tujuan Penugasan)

Menulis sesuatu karena tugas atau ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. Contohnya tugas yang diberikan guru untuk siswa.

b. Altruistic Purpose( Tujuan Alruistik)

menulis yang bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan

penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan merasa senang dengan tulisan tersebut.

c. Persuasif Purpose( Tujuan Persuasif)

Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Informational Purpose(Tujuan Informasional)

Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

e. Self-Expresive Purpose(Tujuan Pernyataan Diri)

Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri

pengarang kepada pembaca. f. Creative Purpose(Tujuan Kreatif)

Tulisan yang bertujuan erat dengan tujuan pernyataan diri, tapi tujuan ini

melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai artistik dan

(50)

g. Problem-Solving Purpose(Tujuan Pemecahan Masalah)

Tulisan yang betujuan untuk menjelaskan secara cermat dan rinci tentang gagasan untuk dapat dimengerti dan diterima pembaca (Hipple dalam

Tarigan, 2008:26).

2.3.2 Teks Diskusi

Teks diskusi adalah salah satu jenis teks yang memberikan dua pendapat

mengenai suatu hal. Pendapat tersebut tentu ada yang selaras dan juga ada yang bertentangan. Begitu juga dengan teks diskusi ini memiliki dua pendapat yang

berbeda; satu, pendapat yang setuju, dan dua, pendapat yang tidak setuju. (Restuti, 2013:55) mengatakan, teks diskusi adalah teks yang berisi opini terhadap sebuah isu dengan dua cara pandang yang berimbang, yaitu opini yang pro isu dan opini

yang kontra isu.

Tujuan dari teks diskusi ini adalah mengetengahkan suatu masalah atau isu untuk

mencapai suatu kesimpulan. Teks diskusi biasanya memiliki informasi atau isu yang saling berlawanan. Pada umumnya bertujuan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau untuk memecahkan suatu masalah

bersama-sama. Oleh karena itu, teks diskusi harus memiliki dua pendapat yang berbeda agar pembicara memiliki dan memahami dua sudut pandang yang berbeda, lalu

menyelesaikan atau mencari solusi dari suatu masalah (Restuti, 2013:69—70).

Teks diskusi (discussion text) bisa didefinisikan sebagai sebuah teks yang berisi tentang sebuah wacana yang bermasalah. Wacana yang bermasalah ini adalah wacana yang memiliki dua kubu antarapro(mendukung) dancontra(penentang),

(51)

diskusi nantinya akan didiskusikan berdasarkan dua sudut pandang tersebut (Point

of View) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi itu sendiri adalah untuk mengetengahkan suatu masalah atau isu

yang ditinjau paling tidak dari dua sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau rekomendasi. Dari dua pengertian tersebut, maka teks diskusi adalah tulisan yang mengulas sebuah masalah (isu) dengan disertai

argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang menentang isu tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis. Teks diskusi juga

terdapat bagian-bagian struktur teks diskusi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Isu/Masalah

Isu atau masalah didalam teks diskusi berisi masalah yang akan didiskusikan lebih

lanjut. Isu, bagian ini berupa masalah yang diajukan untuk ditanggapi. Jika ingin menulis sebuah teks diskusi, sebaiknya memilih topik permasalahan yang kontroversial sehingga akan memiliki banyak argumen, baik argumen yang

mendukung maupun argumen yang menentang. Di dalam teks diskusi biasanya isu terletak pada paragraf pertama berupa penempatan masalah yang akan dipecahkan melalui diskusi.

b. Argumen/Pendapat.

1. Argumen/pendapat yang mendukung (Supporting Points)

Pendapat yang mendukung (supporting points) berisi penjabaran lebih lanjut tentang isu yang sedang dibahas. Pada bagian itu penulis memaparkan argumen yang mendukung. Argumen itu didukung dengan fakta, data,

(52)

dibahas. Alasan-alasan yang mendukung itu perlu dijelaskan sehingga

pembaca atau pendengar yakin dan tidak bisa lagi membantahnya.

2. Argumen/pendapat yang menentang/bertentangan (Contrasting Points) Pendapat yang menentang (contrasting point) berisi argumen yang bertentangan dengan pendapat yang mendukung. Pada bagian ini penulis memaparkan argumen yang menentang. Argumen itu juga didukung dengan

fakta, data, pengalaman penulis, serta referensi yang berhubungan dengan isu yang dibahas. Alasan-alasan itu diikuti dengan penjelasan-penjelasan

sehingga pembaca atau pendengar membenarkan dan yakin terhadap penentangan tersebut.

c.Kesimpulan/Saran

Simpulan (conclusion), bagian ini berupa simpulan, rekomendasi atau saran terhadap pendapat yang pro dan kontra tersebut. Penulis juga menyimpulkan dan merekomendasikan posisi atau pendapat akhir penulis mengenai isu yang akan

(53)

Contoh dari teks diskusi.

Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?

Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan menengah pertama, melarang siswanya membawa tetepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan. Sebagaian orang menganggap bahwa membawa tetepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan. Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.

Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah. Akibatnya, waktu yang berharga bisa hilang. Apalagi, saluran telepon di kantor sekolah sedang sibuk. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswanya yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk menerima panggilan. Di samping itu, salah satu keuntungan dari pengguna telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan berbagai aksesori, seperti kalkulator, kamera, internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.

Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan mengajar. Hal itu akan merugikan seluruh siswa. Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti transaksi melawan narkoba, pencurian, dan sejenisnya.

(54)

Dari contoh teks diskusi “Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke

Sekolah?”, terdapat struktur teks diskusi sebagai berikut.

1. Isu/masalah

Sebagaian orang menganggap bahwa membawa tetepon seluler ke sekolah

diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan.

2. a. Argumentasi mendukung

Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan

sejenisnya.Di samping itu, salah satu keuntungan dari pengguna telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat

bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan berbagai aksesoris, seperti kalkulator, kamera, internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.

b. Argumentasi menentang

Masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat

(55)

seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan

kehilangan kesempatan mengajar. Hal itu akan merugikan seluruh siswa. Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti transaksi melawan narkoba, pencurian, dan

sejenisnya. Aplikasi internet di telepon seluler memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan.

3. Simpulan

Cara untuk mengatasi masalah ini adalah pihak sekolah berdiskusi dan bermusyawarah dengan orang tua agar menghasilkan kebijakan yang tepat.

Yang paling penting apakah telepon seluler berdampak positif bagi pendidikan atau berdampak negatif.

2.3.3 Menulis Teks Diskusi

Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. Ketika pembelajaran dilaksanakan, kegiatan menulis tidak lepas dari aktivitas siswa maupun aktivitas

guru dalam pembelajaran. Siswa merupakan subjek guru untuk menyampaikan informasi, dan guru merupakan subjek siswa untuk mendapatkan informasi yang

akan dibelajarkan.

Teks diskusi adalah salah satu jenis teks yang memberikan dua pendapat mengenai suatu hal. Pendapat tersebut tentu ada yang selaras dan juga ada yang

(56)

teks diskusi terdapat bagian-bagian struktur teks diskusi tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

a. Isu/Masalah

Isu atau masalah didalam teks diskusi berisi masalah yang akan didiskusikan lebih lanjut. Isu, bagian ini berupa masalah yang diajukan untuk ditanggapi. Di dalam teks diskusi biasanya isu terletak pada paragraf pertama berupa penempatan

masalah yang akan dipecahkan melalui diskusi. b. Argumen/Pendapat.

1. Argumen/pendapat yang mendukung (Supporting Points)

Pendapat yang mendukung (supporting points) berisi penjabaran lebih lanjut tentang isu yang sedang dibahas.

2. Argumen/pendapat yang menentang/bertentangan (Contrasting Points) Pendapat yang menentang (contrasting point) berisi argumen yang

bertentangan dengan pendapat yang mendukung. c. Kesimpulan/Saran

Simpulan (conclusion), bagian ini berupa simpulan, rekomendasi atau saran

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian

ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan hanya memotret apa yang terjadi pada objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi

dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010:3).

Pada penelitian ini, metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

3.2 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran

(58)

1. Perencanaan pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

2. Pelaksanaan pembelajaran yang berupa aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Penilaian pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data pembelajaran menulis teks diskusi adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Teknik observasi yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data berupa perencanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru dan memilih kelas

yang akan dijadikan subjek penelitian serta materi yang akan diajarkan guru. 2. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan melihat RPP dan teks

diskusi yang akan dibelajarkan oleh guru. 3. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, hambatan, dan solusi pembelajaran menulis teks diskusi.

4. Rekaman

Rekaman yang dilakukan peneliti adalah merekam kegiatan pembelajaran

Gambar

Tabel 3.1 Instrumen Pengamatan Perencanaan Pembelajaran
Tabel 3.2 Instrumen Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru
Gambar 3.1 : komponen-komponen analisis data : model interaktif.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengamati semua sampel, berilah nilai sesuai dengan tingkat kesukaan Anda terhadap rasa sampel yang tersedia.. Urutkan nilai sampel dari yang Anda paling sukai (=6)

Hasil penelitian menunjukkan kincir air breastshot dengan jumlah sudu 16 buah lebih baik dalam memanfaatkan energi air dibandingkan ketika menggunakan sudu 8

pembelajaran yang sudah dilakukan pada siklus satu dan dua dalam penelitian ini adalah. proses upaya meningkatkan akhlak anak melalui pembelajaran tematik dan

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh variabel

yang tinggal di panti tersebut cenderung memiliki masalah gangguan.. Menurut para lansia hal ini disebabkan adanya rasa cemas. yang sering mereka alami.

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

Masing-masing fraksi dimonitor komponen kimianya dengan KLT menggunakan fase diam silikagel GF 254 dan fase gerak n -heksana : etilasetat (7:3).. Fraksi yang memiliki profil

ditugaskan membantu dosen dalam kegiatan praktikum, persyaratan asisten adalah lulus mata kuliah yang bersangkutan dengan minimal B atau mahasiswa yang