Maya Azhari
ABSTRAK
UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr)
PADA MUSIM TANAM KETIGA
O l e h
M A Y A A Z H A R I
Maya Azhari
Organonitrofos ha-1 paling efektif dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya dalam hal bobot polong, bobot biji dan serapan hara N, P dan K biji. Sedangkan,
kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot berangkasan, serapan hara N, P dan K tanaman dan produksi secara RAE (Relative Agronomic Effectiviness) pada perlakuan 20 kg urea ha-1, 25 kg SP-36 ha-1, 25 kg KCl ha-1, 3000 kg Organonitrofos ha-1. Kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia menunjukkan korelasi yang nyata dan positif antara serapan hara N, P dan K dengan produksi kedelai (bobot berangkasan dan bobot biji), namun tidak berkorelasi terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr)
PADA MUSIM TANAM KETIGA
( s k r i p s i )
O l e h
M A Y A A Z H A R I
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
viii
2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Produksi Kedelai ... 8
2.3Karakteristik Tanah Ultisol ... 9
2.4Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia, Pupuk Organik dan Kombinasinya ... 10
ix IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Kimia Tanah dan Pupuk Organonitrofos ... 22
4.2 Pertumbuhan pada Tanaman Kedelai ... 26
4.3 Produksi Tanaman Kedelai ... 28
4.4 Bobot 100 Butir ... 31
4.5 Bobot Kering dan Jumlah Bintil Akar Kedelai ... 32
4.6 Serapan Hara pada Tanaman Kedelai ... 34
4.7 Uji Korelasi Serapan Hara N, P dan K Kedelai ... 38
4.8 Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos ... 39
4.9 Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos ... 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 43
5.2 Saran ... 44
PUSTAKA ACUAN ... 45
x DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil analisis kimia tanah awal (pada akhir musim
tanam kedua). ... 23 2. Hasil analisis sifat kimia pupuk Organonitrofos. …..………… 23 3. Hasil analisis tanah setelah aplikasi pupuk Organonitrofos
dan kombinasinya dengan pupuk kimia setelah musim tanam
ketiga. …………...…..………... 24 4. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap produksi berdasarkan sampel tanaman
kedelai musim tanam ketiga (t ha-1). ... 29 5. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap produksi berdasarkan luas plot tanaman
kedelai musim tanam ketiga (t ha-1). ... 30 6. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot kering (kg ha-1) dan jumlah (butir tanaman -1) bintil akar pada tanaman kedelai musim tanam
ketiga. ... 33 7. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara N berdasarkan sampel
tanaman kedelai musim tanam ketiga. ... 35 8. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara P berdasarkan sampel
tanaman kedelai musim tanam ketiga. ... 36 9. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara K berdasarkan sampel
tanaman kedelai musim tanam ketiga. ... 37 10. Uji korelasi serapan hara total vs pertumbuhan dan produksi
xi 11 Relative Agronomic Effectiviness (RAE) pada bobot biji dan
biomass total. ... 40 12 Efektivitas ekonomis pupuk Organonitrofos. ...
41 13 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
Pupuk kimia terhadap tinggi tanaman kedelai 1 MST (cm). ... 51 14
Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap tinggi tanaman kedelai 2 MST (cm). ... 51 15 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap tinggi tanaman kedelai 3 MST (cm). ... 52 16 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap tinggi tanaman kedelai 4 MST (cm). ... 52 17 Uji homogenitas tinggi tanaman kedelai pada 4 MST. ...
53 18 Analisis ragam tinggi tanaman kedelai pada 4 MST. ...
53 19 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot berangkasan kedelai berdasarkan
sampel (t ha-1). ... 54 20 Uji homogenitas bobot berangkasan kedelai berdasarkan
sampel (t ha-1). ... 54 21 Analisis ragam bobot berangkasan kedelai berdasarkan sampel
(t ha-1). ... 55 22 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot polong kedelai berdasarkan sampel
(t ha-1). ... 55 23 Uji homogenitas bobot polong kedelai berdasarkan sampel
(t ha-1). ... 56 24 Analisis ragam bobot polong kedelai berdasarkan sampel
(t ha-1). ... 56 25 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot biji kedelai kering berdasarkan
sampel (t ha-1). ... 57 26 Uji homogenitas bobot biji kedelai kering berdasarkan sampel
xii 27 Analisis ragam bobot biji kedelai kering berdasarkan sampel
(t ha-1). ... 58 28 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot biji kedelai (KA 12%) berdasarkan
sampel (t ha-1). ... 58 29 Uji homogenitas bobot biji kedelai (KA 12%) berdasarkan
sampel (t ha-1). ... 59 30 Analisis ragam bobot biji kedelai (KA 12%) berdasarkan
sampel (t ha-1) . ... 59 31 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot berangkasan kedelai berdasarkan
luas plot (t ha-1). ... 60 32 Uji homogenitas bobot berangkasan kedelai berdasarkan luas
plot (t ha-1). ... 60 33 Analisis ragam bobot berangkasan kedelai berdasarkan luas
plot (t ha-1). ... 61 34 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot polong kedelai berdasarkan luas
plot (t ha-1). ... 61 35 Uji homogenitas bobot polong kedelai berdasarkan luas plot (t
ha-1). ... 62 36 Analisis ragam bobot polong kedelai berdasarkan luas plot
(ton ha-1). ... 62 37 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot biji kedelai kering berdasarkan
luas plot (ton ha-1). ... 63 38 Uji homogenitas bobot biji kedelai kering berdasarkan luas plot
(t ha-1). ... 63 39 Analisis ragam bobot biji kedelai kering berdasarkan luas plot
(t ha-1). ... 64 40 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot biji kedelai (KA 12%) berdasarkan
xiii 41 Uji homogenitas bobot biji kedelai (KA 12%) berdasarkan luas
plot (t ha-1). ... 65 42 Analisis ragam bobot biji kedelai (KA 12%) berdasarkan luas
plot (t ha-1). ... 65 43 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot 100 butir {g (100 butir-1)}. ... 66 44 Uji homogenitas bobot 100 butir {g (100 butir-1)}. ... 66 45 Analisis ragam bobot 100 butir {g (100 butir-1)}. ...
67 46 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap bobot bintil akar pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 67 47 Uji homogenitas bobot bintil akar pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 68 48 Analisis ragam bobot bintil akar pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 68 49 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap jumlah bintil akar pada tanaman kedelai
(butir tanaman-1). ... 69 50 Uji homogenitas jumlah bintil akar pada tanaman kedelai (butir
tanaman-1). ... 69 51 Analisis ragam jumlah bintil akar pada tanaman kedelai (butir
tanaman-1). ... 70 52 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara N pada berangkasan
tanaman kedelai (kg ha-1). ... 70 53 Uji homogenitas serapan hara N pada berangkasan tanaman
kedelai (kg ha-1). ... 71 54 Analisis ragam serapan hara N pada berangkasan tanaman
kedelai (kg ha-1). ... 71 55 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara N pada biji kedelai
xiv 57 Analisis ragam serapan hara N pada biji kedelai (kg ha-1). ...
73 58 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara N total pada tanaman
kedelai (kg ha-1). ... 73 59 Uji homogenitas serapan hara N total pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 74 60 Analisis ragam serapan hara N total pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 74 61 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara P pada berangkasan
tanaman kedelai (kg ha-1). ... 75 62 Uji homogenitas serapan hara P pada berangkasan tanaman
kedelai (kg ha-1). ... 75 63 Analisis ragam serapan hara P pada berangkasan tanaman
kedelai (kg ha-1). ... 76 64 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara P pada biji kedelai
(kg ha-1). ... 76 65 Uji homogenitas serapan hara P pada biji kedelai (kg ha-1). ...
77 66 Analisis ragam serapan hara P pada biji kedelai (kg ha-1). ...
77 67 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara P total pada tanaman
kedelai (kg ha-1) ... 78 68 Uji homogenitas serapan hara Ptotal pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 78 69 Analisis ragam serapan hara Ptotal pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 79 70 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara K pada berangkasan
tanaman kedelai (kg ha-1). ... 79 71 Uji homogenitas serapan hara K pada berangkasan tanaman
xv 72 Analisis ragam serapan hara K pada berangkasan tanaman
kedelai (kg ha-1). ... 80 73 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara K pada biji kedelai
(kg ha-1). ... 81 74 Uji homogenitas serapan hara K pada biji kedelai (kg ha-1). ...
81 75 Analisis ragam serapan hara K pada biji kedelai (kg ha-1). ... 82 76 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk kimia terhadap serapan hara K total pada tanaman
kedelai (kg ha-1). ... 82 77 Uji homogenitas serapan hara K total pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 83 78 Analisis ragam serapan hara K total pada tanaman kedelai
(kg ha-1). ... 83 79 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N dengan tinggi
tanaman kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
pupuk kimia. ... 84 80 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N dengan tinggi
tanaman kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 84 81 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P dengan tinggi
tanaman kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
pupuk kimia. ... 85 82 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P dengan tinggi
tanaman kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 85 83 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K dengan tinggi
tanaman kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
pupuk kimia. ... 86 84 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K dengan tinggi
tanaman kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 86 85 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N dengan bobot
biji kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
xvi 86 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N dengan bobot
biji kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 87 87 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P dengan bobot biji
kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
kimia. ... 88 88 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P dengan bobot
biji kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 88 89 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K dengan bobot
biji kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
kimia. ... 89 90 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K dengan bobot
biji kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 89 91 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N dengan bobot
berangkasan kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
pupuk kimia. ... 90 92 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N dengan bobot
berangkasan kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 90 93 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P dengan bobot
berangkasan kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
pupuk kimia. ... 91 94 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P dengan bobot
berangkasan kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 91 95 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K dengan bobot
berangkasan kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
pupuk kimia. ... 92 96 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K dengan bobot
berangkasan kedelai setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia ... 92 97 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N dengan bobot
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
xvii 98 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N dengan bobot
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 93 99 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P dengan bobot
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
kimia. ... 94 100 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P dengan bobot
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 94 101 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K dengan bobot
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
kimia. ... 95 102 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K dengan bobot
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 95 103 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N dengan jumlah
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
kimia. ... 96 104 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N dengan
jumlah bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 96 105 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P dengan jumlah
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
kimia. ... 97 106 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P dengan
jumlah bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 97 107 Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K dengan jumlah
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
kimia. ... 98 108 Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K dengan
jumlah bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia ... 98 109 Perhitungan uji korelasi antara bobot biji kedelai dengan bobot
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk
xviii 110 Analisis ragam uji korelasi antara bobot biji kedelai dengan
bobot bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 99 11 Perhitungan uji korelasi antara bobot biji kedelai dengan jumlah
bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia. ...
100 112 Analisis ragam uji korelasi antara bobot biji kedelai dengan
jumlah bintil akar setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan
TRY, PRAY and GET (Maya Azhari)
Hidup saya itu ada di keluarga.
Semoga Allah selalu memberkahi hidup saya. (Maya Azhari)
Nobody can make you happy, until you’re happy with yourself first.
Berilah kesempatan seseorang untuk berubah.
Karya Sederhana ini kupersembahkan kepada:
Kedua Orangtuaku
Papaku tercinta Ashari Roni dan Mamaku tersayang Mayuni
yang telah mendukung, mendidik, menjaga, memberikan cinta dan kasih
Semoga dede selalu bisa membuat papa dan mama bangga dan bahagia, walaupun
tidak bisa membalas semua kebaikan yang telah kalian beri
Kakakku Marisa Ashari, S.An. dan Marina Ashari, S.Ab
yang selalu mendukung, memberikan semangat, canda dan tawa
Prof. Dr. Ir. Sutopo Ghani Nugroho, M.Sc. (Alm) yang telah banyak berperan
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung pada tanggal 14 Januari 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Ashari Roni dan Ibu Mayuni.
Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di TK Assalam Perum Korpri, Bandar lampung (1998-1999), kemudian di Sekolah Dasar Negeri 2 Harapan Jaya (1999-2004). Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 21 Bandar lampung (2004-2007). Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar lampung pada tahun (2007-2010). Tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis memilih Ilmu Tanah sebagai konsentrasi dari perkuliahan. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah praktikum Teknik Pupuk dan
vi SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan
Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) pada Musim Tanam Ketiga”. Penyusunan skripsi merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu, dukungan moril, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
3. Bapak Prof. Ir. Jamalam Lumbanraja., M.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu, pengetahuan, pelajaran, kritik dan saran serta dukungan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M. Si., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi, motivasi, dan ilmu dalam penyelesaian skripsi penulis.
vii 6. Bapak Prof. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing
akademik, atas segala bimbingan dan motivasi selama penulis mengikuti kuliah, hingga penulisan skripsi ini.
7. Seluruh dosen mata-kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan, dan bimbingan yang penulis peroleh selama perkuliahan.
8. Kedua orang tuaku, Bapak Ashari Roni dan Ibu Mayuni tercinta yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, doa dan motivasi di sepanjang hidup penulis.
9. Kakak-kakakku tercinta Marisa Ashari, S.An. dan Marina Ashari, S.Ab. yang telah memberikan motivasi, perhatian, nasehat dan doa pada penulis.
10. Aksa Nopriyanto yang yang telah mencurahkan segala kasih sayang, waktu, perhatian, doa, motivasi dan bantuannya sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.
11. Sahabat-sahabatku, Desy, Shinta, Soka, Suzan, Dilla, Echy, Ica, Indah, Nova, Debby, Eka, Intan Bp, Mesa, Wanda, Yaqub dan Basri atas kesabaran,
kesetiaan, keceriaan, semangat, kekeluargaan, nasehat, motivasi, bantuan dan doa yang tulus pada penulis.
12. Bapak Warto, Bapak Pono, Ibu Tus, dan Mas Adi atas bantuan, waktu dan ilmu yang telah dibagi.
13. Teman-teman Program Studi Agroteknologi kelas B dan seluruh mahasiswa/i angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas kebersamaan selama perkuliahan dan warna dalam kehidupan ini.
14. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.
Bandarlampung,10 Desember 2014 Penulis
1
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang dan Masalah
Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton pada tahun 2007, sehingga untuk menutupi kekurangan produksi pemerintah terpaksa mengimpor kedelai sebanyak 1,3 juta ton atau dua kali lipat dari produksi nasional (Hermanto, 2008).
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
(BBSDLP) telah mengidentifikasi sumber daya lahan berdasarkan kondisi
biofisiknya untuk menilai tingkat kesesuaian dan arahan pengembangannya di 17
provinsi, salah satunya adalah provinsi Lampung (Hermanto, 2008).
Peningkatan produksi kedelai di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi
Lampung, sangat mungkin terjadi melalui peningkatan produktivitas lahan,
perluasan areal tanam dan juga teknik budidaya yang memadai.
Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai di Provinsi Lampung adalah keadaan tanahnya yang termasuk dalam Tanah Ultisol. Menurut Soekardi dkk. (1993), Tanah Ultisol memiliki ciri tanah berwarna merah kuning yang sudah mengalami proses pelapukkan iklim lanjut sehingga merupakan tanah yang
2
peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon tanah yang dikenal sebagai horizon argilik.
Kemudian Purwani dkk. (2008) menyatakan sebagian besar tanah-tanah mineral masam pada lahan kering di Lampung adalah kahat fosfor (P). Rendahnya ketersediaan hara P berkaitan dengan tanah yang berkembang dari bahan induk sedimen dan tufa masam yang berkadar P rendah.
Untuk mencapai peningkatan produksi kedelai harus pula diiringi dengan
peningkatan produktivitas Tanah Ultisol dengan cara penambahan bahan organik dan pupuk kimia. Aplikasi pupuk anorganik yang diterapkan petani umumnya, belum termasuk dalam kategori pupuk berimbang, yaitu pemupukan berdasarkan status hara dan kebutuhan hara tanaman itu sendiri sehingga effisiensi penggunaan pupuk dan produksi meningkat tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan berlebihan (Anjani, 2013).
Pemberian pupuk kimia tanpa bahan organik dapat menurunkan kesuburan tanah, meskipun pupuk kimia yang diberikan dengan takaran tinggi (Gusmaini dan Sugiarto, 2004). Menurut Las dkk. (2002 dalam Sirappa dan Razak 2007), pemakaian pupuk kimia yang dilakukan secara intensif terutama penggunaan pupuk makro N, P,dan K, tanpa adanya bahan organik dapat menurunkan produktivitas lahan.
3
(2012) telah memformulasi pupuk organik baru yang dipopulerkan dengan nama Organonitrofos yang merupakan hasil dekomposisi kotoran sapi segar dan batuan fosfat alam yang ditambahkan dengan mikroorganisme pelarut P (Aspergillus niger dan Pseudomonas fluorescens) dan mikroorganisme penambat N (Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.).
Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk baru, pupuk ini telah diuji melalui percobaan pot dan percobaan lapang (Nugroho dkk., 2012). Untuk tanaman tomat percobaan lapang telah dilakukan pada musim tanam pertama yang dilakukan saat musim kemarau (Anjani, 2013) dan musim tanam kedua yang dilakukan pada saat musim penghujan (Yupitasari, 2013), sedangkan untuk tanaman kedelai
percobaan lapang akan dilakukan pada musim tanam ketiga. Oleh karena itu penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman kedelai pada musim tanam ketiga.
1.2Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
4
2. Menguji efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia secara agronomi maupun secara ekonomi pada tanaman kedelai musim tanam ketiga.
1.3Kerangka Pemikiran
Lahan kering masam merupakan salah satu ekosistem sumberdaya lahan yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Lahan kering masam memiliki nilai strategis dalam mendukung program pembangunan pertanian dengan sistem berkelanjutan, khususnya dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai kita dapat melakukan beberapa cara yaitu melalui peningkatan produktivitas lahan, perluasan areal tanam dan juga teknik budidaya yang memadai. Peningkatan produktivitas lahan dapat
dilakukan dengan mengkombinasikan pupuk anorganik dengan pupuk organik secara berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman.
Peningkatan produktivitas lahan khususnya di Provinsi Lampung cukup sulit dilakukan, hal ini karena jenis tanah yang tersebar di beberapa daerah di Provinsi Lampung merupakan Tanah Ultisol. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006), kesuburan alami Tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah dengan pH tanah yang rendah
5
penggunaan pupuk kimia dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah dan merusak lahan pertanian dan lingkungan.
Hasil penelitian Suhaedi (2005) menunjukkan bahwa pupuk organik mempunyai beberapa kemampuan antara lain menambah unsur hara tanaman, meningkatkan aktivitas mikroorganisme, dan menambah kadar bahan organik tanah. Menurut Sarno (2009), pemupukan pada tanaman dengan kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik dapat meningkatkan bobot kering tanaman bagian atas dan bobot kering akar dibandingkan hanya menggunakan pupuk organik saja.
Hasil penelitian pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat dilakukan oleh Anjani (2013) menunjukan bahwa kombinasi beberapa dosis pupuk kimia dengan pupuk Organonitrofos secara sinergis menghasilkan tinggi tanaman, dan jumlah cabang terbaik pada perlakuan dosis urea 100 kg ha-1, SP 36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 1000 kg ha-1. Sedangkan jumlah buah, bobot buah segar tomat dan serapan hara N, P dan K tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk Organonitrofos tunggal 5000 kg ha-1 dan pada perlakuan dosis urea 100 kg ha-1, SP 36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 2.000 kg ha-1.
6
Pada musim tanam kedua bobot segar buah tomat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan bobot segar buah tomat pada musim tanam pertama. Penurunan bobot segar buah tomat disebabkan karena pada musim tanam kedua, budidaya tomat dilaksanakan pada musim hujan, yang sangat rentan terserang penyakit karna kelembaban, temperatur dan curah hujan yang tinggi (Yupitasari, 2013). Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman kedelai pada musim tanam ketiga, agar dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya lahan dan sumber daya alam sehingga terjadi kesinambungan yang saling melengkapi.
1.4Hipotesis
Hipotesis yang diajukan yaitu:
1. Terdapat kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman kedelai pada musim tanam ketiga.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr)
Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan biji
(Rukmana, 1997). Umumnya daun kedelai berbentuk bulat (oval) dan lancip serta berbulu, daunnya beranak tiga helai daun. Batang kedelai memiliki buku yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga.
Warna bunga kedelai biasanya putih dan ungu, setelah 7-10 hari bunga pertama muncul, polong kedelai akan terbentuk untuk pertama kali yang berwarna hijau pada saat masih muda dan akan berubah menjadi kuning kecoklatan saat masak, dengan biji kedelai berbentuk bulat, agak gepeng (Purwono dan Purnamawati, 2011).
Akar kedelai memiliki bintil akar yang merupakan bentuk simbiosis kedelai dengan bakteri Rhizobium japonicum yang mampu meningkatkan gas nitrogen bebas dari udara, hal ini memungkinkan kedelai untuk memenuhi sebagian hara nitrogen untuk pertumbuhannya (Purwono dan Purnamawati, 2011).
8
Litbang, 2012). Kedelai varietas ini umur berbunganya adalah 35 hari dan umur polong masak adalah 85 hari, tinggi tanaman kedelai bisa mencapai 64 cm sedangkan hasil rata-rata adalah 2,13 ton ha-1 (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, 2009).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
Menurut Sumarno dkk. (2007), komponen lingkungan menjadi penentu keberhasilan usaha produksi kedelai yang biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 500 m dpl sehingga tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis.
Untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100 - 200 mm/bulan dengan suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21–34oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23–27oC (Prihatman, 2000).
Proses perkecambahan kedelai didukung oleh suhu tanah yang optimal yaitu
30oC, bila tumbuh pada suhu yang rendah (< 15oC) proses perkecambahan menjadi sangat lambat, hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembapan tanah tinggi serta mengakibatkan banyaknya biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat (Adisarwanto, 2005).
9
Andrianto dan Indarto (2004) mengungkapkan bahwa tanah – tanah yang cocok bagi pertumbuhan kedelai yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Sedangkan pada tanah–tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi
tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup.
2.3 Karakteristik Tanah Ultisol
Tanah Ultisol memiliki ciri yaitu tanahnya berwarna merah kuning yang sudah mengalami proses hancuran iklim lanjut sehingga merupakan tanah yang berpenampang dalam sampai sangat dalam (> 2 m) yang menunjukkan adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon tanah yang dikenal sebagai horizon argilik (Soekardi dkk., 1993).
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh reaksi tanah yang masam, dan kejenuhan basa rendah yang umumnya mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik (Foth, 1994). Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi.
10
kalium yang sering kahat, pH tanah masam hingga sangat masam merupakan sifat-sifat Tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
2.4 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia, Pupuk Organik dan Kombinasinya
Dalam beberapa dekade terakhir pupuk kimia menjadi salah satu solusi bagi petani untuk meningkatkan hasil produksi dari tanaman budidaya. Hal ini
didukung oleh teori yang dikemukakan Liebieg tentang kadar unsur hara terhadap daya menghasilkan suatu lahan, sehingga penggunaan bahan organik untuk mempertahankan produksi tanaman telah digantikan oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia (Hasibuan, 2006).
Penggunaan pupuk kimia diketahui mempunyai efek merusak tanah. Penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat memberikan dampak negatif, dan apabila pengaplikasian pupuk kimia secara terus menerus tanpa diimbangi dengan pupuk organik, maka akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan seperti menurunkan kesuburan tanah (Benbrook, 1991).
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan
11
sedikit, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, (3) dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, Mn dan (4) juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam penyediaan hara tanaman (Simanungkalit dkk., 2006).
Delgado dan Follet (2002) mengungkapkan bahwa bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang tinggi dan dapat
menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik. Selain itu, penggunaan bahan organik juga dapat meningkatkan ketersediaan makro dan mikronutrien bagi tanaman (Aguilar dkk., 1997).
Nugroho dkk. (2012) merancang sebuah pupuk organik baru yaitu pupuk organomineral NP (Organonitrofos) yang merupakan pupuk alternatif berbasis bahan organik yang terbentuk dari kotoran sapi segar (fresh manure) yang dikombinasikan dengan bahan mineral berupa batuan fosfat (rock phosphate) serta melibatkan mikroba penambat N (N-fixer) dan pelarut fosfat (P-solubilizer) untuk dapat mensuplai kebutuhan unsur hara N dan P. Prototype pupuk
Organonitrofos ini mengandung C-organik 14,93 %; N-organik 2,64 %; P-total 4,91 %; dan P-terlarut 1,66 % (Nugroho, dkk., 2012).
12
dapat meningkatkan produktivitas lahan, menjaga keberlanjutan produksi tanaman dan mengurangi degredasi lahan.
Adekiya dan Agbede (2009) mengungkapkan bahwa kombinasi antara pupuk organik dengan pupuk NPK (15-15-15) mampu meningkatkan produksi tanaman tomat secara signifikan. Septima (2012) mengungkapkan bahwa perlakuan pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan bobot pipilan jagung.
Hasil penelitian Anjani (2013) menunjukkan bahwa pemupukan dengan pupuk Organonitrofos yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik mampu
meningkatkan total jumlah buah dan bobot tanaman tomat, serta meningkatan serapan unsur hara N, P, dan K. Pengkombinasian pupuk kimia dan pupuk organik secara berimbang dan tepat dapat menjadi solusi yang baik dalam
13
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat, dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2012, penelitian pada musim tanam kedua yang ditanami tanaman tomat dilakukan oleh Yupitasari (2013), dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 hingga Februari 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5° 22’ 10” LS dan 105° 14’ 38” BT dengan ketinggian 146 m dpl. Tempat penelitian pada musim tanam pertama dan kedua terdiri dari 18 petak percobaan dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Luas lahan per petak percobaan 3 m x 3 m. Sedangkan analisis tanah dan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian pada musim tanam ketiga dilakukan pada lokasi dan petak percobaan yang sama dengan musim tanam pertama dan musim tanam kedua. Penelitian pada musim tanam ketiga ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 hingga Desember 2013.
3.2 Bahan dan Alat
14
analisis tanah dan tanaman. Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi cangkul, nampan plastik, selang, gembor, kertas label, pisau, meteran, oven, pH meter, kalkulator, timbangan digital, alat tulis, serta alat-alat untuk analisis tanah dan tanaman.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 6 perlakuan, yaitu : A (Tanpa perlakuan), B (urea 80 kg ha-1; SP-36 100 kg ha-1; KCl 100 kg ha-1), C (Organonitrofos 5000 kg ha-1), D (urea 60 kg ha-1; SP-36 75 kg ha-1; KCl 75 kg ha-1 ; Organonitrofos 1000 kg ha-1), E (urea 40 kg ha-1; SP-36 50 kg ha-1; KCl 50 kg ha-1; Organonitrofos 2500 kg ha-1) dan F (urea 20 kg ha-1; SP-36 25 kg ha-1; KCl 25 kg ha-1; Organonitrofos 3000 kg ha-1) dengan 3 ulangan pada masing-masing perlakuan yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data yang dihasilkan dirata-ratakan, kemudian dilakukan uji homogenitas dengan uji Bartllet. Apabila data yang dihasilkan tidak homogen maka data tersebut ditransformasi. Sedangkan aditivitas data diuji dengan uji Thukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam. Perbedaan nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan penelitian
3.4.1 Pembuatan Petak Percobaan
15
dibuat sebanyak 6 petak percobaan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 18 petak percobaan (Gambar 1).
U
Gambar 1. Tata Letak Percobaan (huruf A, B, C, D, E, dan F adalah simbol perlakuan; Angka 1, 2, 3 adalah simbol ulangan)
Luasan lahan per petak 3 m x 3 m. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kedelai ialah 30 cm x 30 cm. Dalam satu satuan percobaan terdapat 200 tanaman kedelai, sehingga jumlah tanaman seluruh satuan percobaan 3.600 tanaman.
3.4.2 Persiapan Media Tanam
Pada musim tanam pertama dan kedua petak percobaan telah diolah secara manual dengan menggunakan cangkul dan dibuat bedengan dengan ukuran 3 m x 3 m, dengan jumlah plot percobaan 18 plot percobaan dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Pada musim tanam ketiga ini, petak percobaan sebelumnya diolah
kembali dengan cangkul dan langsung dibuat bedengan dengan ukuran 3 m x 3 m. Di dalam bedengan dibuat guludan sebanyak sepuluh buah dengan jarak antar
16
guludan 30cm x 30 cm. Pengolahan petak percobaan dilakukan 3 minggu sebelum tanam. Selain itu, pada masing-masing plot percobaan diberikan tanah yang pernah ditanami tanaman kedelai sebanyak 1 kg plot-1.
3.4.3 Penamaan
Benih kedelai yang digunakan adalah benih kedelai varietas Kaba, benih kedelai ditanam di lahan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan tugal dengan kedalaman 5 - 10 cm. Dalam satu lubang tanam ditanami dua benih kedelai.
3.4.4 Pemupukan
Pemberian pupuk Organonitrofos dilakukan saat 1 minggu sebelum tanam sesuai dengan dosis perlakuan pada setiap petak percobaan perlakuan. Pupuk kimia berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl diberikan saat tanaman kedelai sudah
berumur 2 minggu setelah tanam sesuai dengan dosis perlakuan pada setiap petak percobaan perlakuan. Pupuk Organonitrofos diaplikasikan dengan cara sebar pada masing-masing perlakuan petak percobaan. Sedangkan pupuk kimia diaplikasikan dengan cara ditugal dekat tiap tanaman pada masing -masing perlakuan petak percobaan.
3.4.5 Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
17
2. Pengairan
Penyiraman dilakukan secara rutin apabila tidak turun hujan. Apabila turun hujan penyiraman selanjutnya dilakukan hingga tanah cukup kering. Penyiraman menggunakan selang yang terhubung dengan pompa air.
3.Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan setiap 2 minggu sekali pada 2 MST sampai dengan 10 MST.
3.4.6 Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil pada setiap petak percobaan, lalu dikeringkan dan disaring hingga lolos saringan 2 mm. Sampel tanah diambil setelah dilakukan pemanenan tanaman kedelai.
3.4.7 Pengambilan Sampel Tanaman
Sampel tanaman diambil setelah tanaman kedelai selesai di panen. Sampel tanaman dibersihkan dari kotoran kemudian ditimbang lalu dicacah, dikeringkan dan dioven.
3.5 Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati pada penelitian ini terdiri dari variabel utama dan variabel pendukung. Variabel utama meliputi tinggi tanaman, bobot
18
1. Produksi Tanaman
1.1 Tinggi tanaman
Pengamatan dilakukan seminggu sekali menggunakan meteran. Dimulai dari 1 Minggu Setelah Tanam (MST) hingga 4 (MST) atau sampai akhir masa vegetatif (pembungaan). Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh. Jumlah tanaman contoh ialah 10
tanaman plot-1.
1.2 Bobot berangkasan
Pengambilan sampel bobot berangkasan dilakukan setelah pemanenan. Tanaman kedelai dipotong tepat pada permukaan tanah kemudian dikeringkan, kemudian ditimbang bobot kering tanaman. Bobot berangkasan yang diamati mencakup daun, batang dan kulit polong. Jumlah tanaman contoh ialah 10 tanaman plot-1.
1.3 Bobot polong
Pengamatan dilakukan dengan menimbang polong yang telah dipanen dan menghitung jumlah polong baik atau tidak hampa. Jumlah tanaman contoh ialah 10 tanaman plot-1.
1.4 Bobot biji
19
1.5 Bobot 100 butir
Pengamatan dilakukan dengan menghitung biji kedelai sebanyak 100 butir pada setiap petak perlakuan, dan menimbang biji tersebut menggunakan timbangan digital. Jumlah contoh ialah 1 plot-1.
1.6 Kadar air biji 12%
Pengamatan dilakukan menggunakan alat Moisture Seed Tester. Pengukuran akan dilakukan pada sampel biji setiap petak percobaan, yang diukur sebanyak tiga ulangan.
1.7 Bobot dan jumlah bintil akar
Pengamatan dilakukan dengan menimbang bintil akar pada setiap akar sempel meggunakan timbangan digital, kemudian dihitung jumlah bintil akar yang ada disetiap akar sampel. Jumlah contoh ialah 3 tanaman plot-1.
2. Analisis Tanah dan Tanaman
2.1 Analisis tanah.
20
25%, K-dd, pH tanah dengan electrode hidrogen, dan C-organik dengan metode
Welkey and Black.
2.2 Analisis tanaman.
Analisis tanaman dilakukan setelah panen. Sampel yang akan diambil
dibersihkan dari kotoran yang menempel, dicacah dan dioven, kemudian diabukan untuk dilakukan analisis tanaman dan di hitung kadar unsur hara N, P, K yang terkandung didalamnya.
Sedangkan variabel pendukung meliputi uji korelasi, uji efektivitas dan uji ekonomis pupuk Organonitrofos.
3.1 Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara serapan hara dan pertumbuhan serta produksi tanaman kedelai. Uji korelasi dilakukan terhadap serapan hara N, P, dan K terhadap tinggi tanaman pengamatan terakhir, bobot berangkasan, bobot biji dan bobot biomass total.
3.2 Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos
Uji efektivitas pupuk dihitung menggunakan Relative Agronomic Effectiveness
(RAE) dengan rumus (Permentan no. 7, 2011):
21
3.3 Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos
Uji ekonomis pupuk dilakukan dengan membuat perhitungan ratio penerimaan dengan pengeluaran pupuk, dengan rumus (Ismono, 2013):
Keterangan: P = harga pupuk (Rp. Kg-1); Q = hasil panen (kg ha-1) ; C = biaya pemupukan (Rp. Kg-1).
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan :
1. Kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia memberikan pengaruh yang paling efektif terhadap bobot berangkasan, polong, biji, biomass total, dan produksi secara RAE pada perlakuan F (20 kg urea ha-1, 25 kg SP-36 ha -1
, 25 kg KCl ha-1, 3000 kg Organonitrofos ha-1) dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
2. Kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia pada perlakuan F (20 kg urea ha-1, 25 kg SP-36 ha-1, 25 kg KCl ha-1, 3000 kg Organonitrofos ha-1) memberikan nilai tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya dalam hal serapan hara N, P, K berangkasan dan total. Sedangkan, perlakuan E (40 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 50 kg KCl ha-1, 2500 kg Organonitrofos ha-1) memberikan nilai tertinggi dalam hal serapan hara N, P dan K biji
dibandingkan perlakuan lainnya.
44
menunjukkan korelasi yang nyata dan positif antara bobot biji kedelai dengan bobot bintil akar namun tidak berkorelasi terhadap jumlah bintil akar kedelai.
5.2 Saran
45
PUSTAKA ACUAN
Adekiya, A.O. and T.M. Agbede. 2009. Growth and Yield of Tomato
(Lycopersicum esculentum) as Influenced by Poultry Manure and NPK Fertilizer. J. Food Agric. 21 (1): 10-20.
Adisarwanto. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 115 hlm.
Aguilar J., M. Gonzalez and I. Gomez. 1997. Microwaves as an energy source for producing magnesia-alumina spinel. Journal of theMicrowave Power Electromagnetic Energy 32 (2): 74-79.
Andrianto, T. T. dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Yogyakarta. 63 hlm.
Anjani, J. D. 2013. Pengaruh Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Serapan Hara dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) pada Musim Tanam Kesatu. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 80 hlm.
Arizka, P. S., N. Nurmauli, dan Y. Nurmiaty. 2013. Efisiensi Dosis Pupuk NPK Majemuk dalam Meningkatkan Hasil Kedelai Varietas Grobogan. J. Agrotek Tropika 1 (2): 178 -181.
Armiadi. 2009. Penambatan Nitrogen Secara Biologis pada Tanaman Leguminosa. Wartazoa 19 (1): 23-30.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah.
Departemen Pertanian. 119 hlm.
Barus, J. 2006. Penghitungan Dosis Optimum Pemupukan pada Berbagai Status P Tanah dengan Fungsi Mitchherlich-Bray. J. Tanah Trop. 12 (1): 99-104. Benbrook, C.M. 1991. Introduction. in board on national research council.
Suistanabel Agriculture Research and Education in the Field. Gwen, L.
46
Bertaham, Y.H. dan Inoriah, A. 2009. Dampak inokulasi ganda cendawan
mikoriza arbuskular dan rhizobium indigenous pada tiga genotipe kedelai di tanah Ultisol. Akta Agrosia 12 (2): 155-166.
Delgado, J. A. and R. F. Follett. 2002. Carbon and nutrient cycles. J. Soil and Water Conserv.57 (6): 455-464.
Fageria, N.K., V.C. Baligar and C.A. Jones. 1997. Growth and Mineral Nutrition of Field Crop. Marccel Deker. Inc. New York. 97 hlm.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta. 240 hlm. Gusmaini dan Sugiarto. 2004. Pemanfaatan bahan organik in situ untuk efisiensi
budidaya jahe yang berkelanjutan. J. Litbang Pert. 23 (2): 37-43.
Hairiah, K., S. R. Utami, B. Lusiana dan M. Van Noordwijk. 2006. Neraca Hara dan Karbon dalam Sistem Agroforesti. 12 hlm. http://www.icraf.cgiar.org . Di akses tanggal 14 januari 2014.
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. 360 hlm.
Hasanudin. 2003. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan N dan P serta Hasil Tanaman Jagung melalui Inokulasi Mikoriza, Azotobacter dan Bahan Organik pada Ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5 (2): 83-89. Hasibuan, B.E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Medan: Universitas Sumatera Utara
Pres. 74 hlm.
Hermanto. 2008. Menggenjot produksi kedelai dengan teknologi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 30 (1): 1-4.
Hermawan, A. 2002. Pemberian kompos isi rumen-abu sekam pada padi dan dan pupuk NPK terhadap beberapa karakteristik kimia tanah Ultisol dan
keragaman tanaman kedelai. J. T. Trop. 15: 7-13.
Hilman, Y. dan R. Rosliani. 2002. Pemanfaatan cacing tanah (Lumbricus rubellus) untuk meningkatkan kualitas hara limbah organik dan hasil tanaman mentimun. J. Hort. 12: 148-157.
Ismono, H. 2013. Uji Ekonomis Pupuk dengan Ratio Pemasukan dan
Pengeluaran Pupuk. Diktat. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 72 hlm
47
Ma, B. L., L.M. Dwyer, and E.G. Gregorich. 1999. Soil Nitrogen Amendment Effects on Seasonal Nitrogen Mineralization and Nitrogen Cycling in Maize Production. J. Agron. 91: 1003-1009.
Manshuri, A.G. 2012.Optimasi pemupukan NPK pada kedelai untuk
mempertaahankan kesuburan tanah dan hasil tinggi di lahan sawah. Iptek Tanaman Pangan 7 (1): 38-46.
Mulyadi, A. 2012. Pengaruh Pemberian Legin, Pupuk NPK (15:15:15) dan Urea pada Tanah Gambut terhadap Kandungan N, P Total Pucuk dan Bintil Akar Kedelai ( Glycine max L. Merr). Kaunia 3 (1) : 21-29.
Noortasiah. 2005. Pemanfaatan Rhizobium japonicum pada Kedelai yang Tumbuh di Tanah Sisa Inokulasi dan Tanah dengan Inokulasi Tambahan. Skripsi. Universitas Bengkulu. 97 hlm
Novriani. 2011. Peran rhizobiumdalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai. J. Agronobi 2 (5): 35-42.
Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y.T. Sari, and E. Ayuandari. 2012. Optimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP Fertilizer. J. Tanah Trop. 17 (2) : 121-128.
Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/2011. 2011. Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah tanah. Jakarta.44 hlm.
Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. J.Litbang Pertanian 25 (2): 39-47.
Prihatman, K. 2000. Kedelai (Glycine max L. Merr). 16 hlm.
http://www.ristek.go.id . Di akses tanggal 4 Mei 2013.
Purwani J, J Purnomo dan R Saraswati. 2008. Pengaruh pemberian bahan organik dan pemupukan fosfat pada teknik budidaya ubikayu terhadap sifat kimia dan aktivitas dehydrogenase lahan kering masam Ultisol Lampung. Balai Penelitian Tanah. Lampung. 482 hlm.
Purwono dan H. Purnamawati. 2011. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hlm.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2012. Deskripsi Kedelai Varietas Kaba. 26 hlm. http://puslittan.bogor.net . Di akses tanggal 27 April 2013.
48
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 224 hlm.
Rukmana, R. 1997. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 35 hlm.
Septima, A. R. 2013. Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Produksi serta Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Gedung Meneng.Skripsi. Universitas Lampung. 83 hlm.
Sarno. 2009. Pengaruh kombinasi N P K dan pupuk kandang terhadap sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman caisim. J. Tanah Trop.
2: 211-219.
Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Sarawswati, D. Setyorini danW. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya LahanPertanian. 283 hlm.
Sirappa, M.P. dan N. Razak. 2007. Kajian Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. J. Agrivigor 6 (3): 219-225.
Soekardi, M., M.W. Retno, dan Hikmatullah. 1993. Inventarisasi dan karakteristik lahan alang-alang. Dalam S. Sukmana, Suwardjo, J. Sri Adiningsih, H. Subagjo, H. Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed). Pemanfaatan Lahan Alang-Alang untuk Usaha Tani Berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan
Alang-Alang. Bogor. Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Badan Litbang Pertanian. 1-18.
Sudaryono. 2009. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan batu bara Sanggata Kalimantan Timur. J. Tek. Ling. 10: 337-346.
Suhaedi. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Kimia dan Kombinasinya terhadap Biomassa Mikroorganisme (C-mik) Tanah pada Pertanaman Jagung (Zea mays L,.) Musim Tanam Kedelapan di Tanah Ultisol Taman Bogo. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 58 hlm.
Sumarno, A. Suyamto, Widjono, dan H. Hermanto. 2007. Kedelai. Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Jakarta.103 hlm.
Sutedjo, M. M., A.G. Kartasapoetra dan S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 84 hlm
Taufik, I.S. 2000. Tingkat Pemberian Fosfor dalam Media Tanaman Campuran
Ampas Kecap bagi Pertumbuhan Tanaman Jagung. Skripsi. Institut
49
Yasuo, F. 2000. Nitrogen Absorption and Distribution of Muskmelons (Curcuma Melon L.) at Different Growth Stages Using Hydroponics. J. Soil Sci. Plant Nutr. 71(1). 72-81.
Yasyifun, N. 2008. Respon Pertumbuhan Serapan Hara dan Efisiensi
Penggunaan Hara Tanaman Kedelai (Glycine max) dan Jagung terhadap
Kompos yang diperkaya Mikroba Aktivator. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 87 hlm.
Yupitasari M. 2013. Pengaruh Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Serapan Hara dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) pada Musism Tanam Kedua. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 87 hlm.
Yusnaini, S. 2009. Keberadan Mikorisa Vesikular Arbuskular pada Pertanaman Jagung yang Diberi Pupuk inorganik Jangka Panjang. J. Tanah Trop. 14 (3). 253-260.
Zahrah, S. 2010. Respons Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max L. meeril)