• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 4 KRESNO WIDODO TEGINENENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 4 KRESNO WIDODO TEGINENENG"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING MATA

PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 4 KRESNO WIDODO

TEGINENENG

Oleh

Niyem

Penelitian ini di latar belakangi rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa, dan Penelitian bertujuan untuk meningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui metode pembelajaran penemuan terbimbingmata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 4Kresnowidodo Tegineneng.

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Alat pengumpul data berupa lembar observasi dan alat tes.

Hasil penelitian siklus I rata-rata aktivitas siswa berada pada kategori aktif yaitu 75%, pada siklus II berada pada kategori sangat aktif yaitu 96,87%. Prestasi belajar siswa pada siklus I berada pada ketegori cukup yaitu 56,25%, pada siklus II berada pada kategori sangat baik yaitu 93,75%.

(2)
(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR

MELALUI METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN

TERBIMBING MATA PELAJARAN IPASISWA

KELAS IV SDN 4 KRESNOWIDODO

TEGINENENG

Oleh

NIYEM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 23

Penelitian Tindakan Siklus I ... 1. Peneliti diluar kelas dibimbing oleh peneliti ... 2. Peneliti sedang membagikan lembar kerja siswa ...

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pematasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... ... 10

B. Aktivitas Belajar ... ... 14

C. Prestasi Belajar ... 16

D. Pembelajaran IPA di SD ... 17

E. Hipotesis Tindakan ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Setting Penelitian ... 21

B. Subyek Penelitian ... 21

C. Prosedur Penelitian ... 21

D. Teknikdan Alat Pengumpulan Data ... 30

E. Analisis Data ... 31

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A.Hasil Penelitian ... 37

1. Siklus I ... 37

2. Siklus II ... 45

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Izin Penelitian dari Unila ... 58

Silabus Pembelajaran ... 59

Rencana Perbaikan Siklus I ... 61

Rencana Perbaikan Siklus II ... 64

Kisi-kisi Soal ... 67

Soal Siklus I ... 68

Soal Siklus II ... 69

Tes Siklus I ... 71

Tes Siklus II ... 73

Gambar Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 75

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Ulangan Semester Ganjil Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 4 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng Tahun Pelajaran

2013/ 2014 ... 3

3.1 Kisi-kisi Aktifitas Belajar Siswa ... 32

3.2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 33

3.3 Lembar Data Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswa ... 34

3.4 Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 36

4.1 Aktivitas Belajar Siswa Siklus Pertama Pertemuan Pertama ... 40

4.2 Aktivitas Belajar Siswa Siklus Pertama Pertemuan Kedua ... 41

4.3 Data Perolehan Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 42

4.4 Aktivitas Belajar Siswa Siklus Kedua Pertemuan Pertama ... 48

4.5 Aktivitas Belajar Siswa Siklus Kedua Pertemuan Kedua ... 49

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini pada waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas menyelesaikan kuliah pada program S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan tugas ini, dibimbing dan diarahkan oleh beberapa pihak karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memfasilitasi serta kemudahan selama penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan arahan berbagai urusan dalam penyusunan penelitian ini.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku ketua program studi S1 PGSD SKGJ, yang telah memberikan arahan berbagai urusan dalam penyusunan penelitian ini. 4. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini,

yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan masukan berarti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku dosen Penguji/Pembahas yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.

(10)

semangat.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program S-1 PGSD Universitas Lampung yang banyak memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan selama masa kuliah.

8. Semua pihak yang telah banyak membatu saya dalam penyelesaian tugas ini.

Saya menyadari sepenuhnya banyak sekali kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya kepada semua pihak yang telah peduli akan perbaikan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmatnya kepada kita semua.

Kresnowidodo, Juli 2014 Penulis

Niyem

(11)
(12)
(13)
(14)

MOTO

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,

dimuka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Allah) ”

(15)

PERSEMBAHAN

Hasilkarya laporan penelitian tindakan kelas ini kupersembahkan kepada:

1. Ibunda tersayang yang telah membesarkan dan mendidik, mengarahkan dan senantiasa mendo’akan demi keberhasilanku.

2. Suamiku tercinta dan anak-anakku tersayang, yang selalu mendampingi dan memotivasi penulis.

3. Kepada Ibu Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Dewan Guru dan Staf Tata Usaha di SD Negeri 4 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran, yang telah memberikan dorongan untuk melanjutkan kuliah ini.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Niyem, penulis dilahirkan di Blitar Jawa Timur pada tanggal 06Oktober 1969. Merupakan anak ke-8 dari 9 bersaudara dari pasangan Bapak Alm Amat Samsuri dan Ibu Saminah, menikah dengan widodo pada tanggal 6 Juli 1996.

Pendidikan yang dilalui penulis, menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1Kresnowidodo tahun1983, sekolah dilanjutkan ketingkat pertama di SLTP Negeri Natar lulus pada tahun 1986. Kemudian sekolah dilanjutkan ketingkat atas di SPG Negeri 1 Tanjung Karang lulus pada tahun 1989.

Pada tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas keguruan Universitas Lampung dan selesai pada tahun 2014.

Pengalaman Kerja: Penulis pada tahun 1990 menjadi Tenaga Sukarela/Honor di SDN 4Kresnowidodo kecamatan Tegineneng kabupaten Pesawaran, kemudian diangkat sebagai guru bantu pada tahun 2003, kemudian diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada tahun 2008 sampai dengan sekarang.

Penulis

Niyem

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan dalam bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak disertai dengan peningkatan mutu pendidikan IPA, sedangkan selama ini pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari nilai mata pelajaran IPA yang rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Ini Menunjukkan masih rendahnya mutu pelajaran IPA.

(18)

2

membuat keputusan. Pemahaman suatu pembelajaran tidak lahir dengan sendirinya tetapi melalui tatanan kehidupan pembelajaran agar siswa meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Peningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

(19)

3

lihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang baik dapat dicapai melalui metode mengajar yang digunakan, motivasi, aktivitas dan perhatian siswa yang tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang peneliti lakukan pada pembelajaran IPA, hasil belajar kelas IV SD Negeri 4 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng masih rendah. Ini dapat di lihat pada Tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Nilai Ulangan Semester Ganjil Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 4 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nilai Frekuensi ∑ Persentase Kategori

1 0 0 0 0 Tidak Tuntas

(20)

4

mencapai angka ketuntasan sacara umum dan keseluruhan, karena nilai tersebut belum mencapai KKM yaitu sebesar 65.

Beberapa yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa adalah sikap siswa yang pasif dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang monoton, siswa masih menganggap pelajaran IPA sebagai pelajaran yang sulit dipahami.

Selain itu, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, dan kurangnya fasilitas media pembelajaran. Prestasi belajar yang baik dapat dicapai melalui metode mengajar yang digunakan, motivasi, aktivitas dan perhatian siswa yang tinggi.

Dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.

Tugas penting guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran, sehingga siswa aktif. Untuk itu sebagai seorang guru di samping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.

(21)

5

dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran.

Penemuan Terbimbing merupakan pembelajaran yang menghendaki keterlibatan aktif siswa dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Metode ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subyek dan obyek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

(22)

6

Kebanyakan guru di Indonesia masih mengajar menggunakan pendekatan tradisional yang memposisikan siswa sebagai objek pasif dalam pembelajaran. Pembelajaran semacam ini akan menimbulkan kebosanan dan rasa jenuh bagi siswa dan pendidiknya. Dalam melakasanakan pembelajaran guru tidak pernah menggunakan model-model pembelajaran terbaru dan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang mutakhir. Jika guru menyadari hal tersebut, tentu suasana pembelajaran akan lebih bervariasi dan menyenangkan. Dengan demikian pembelajaran akan lebih mudah dicerna dan dipahami. Agar pendidikan dapat lebih bermakna, guru harus dapat memberikan solusi dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, guru dapat memberikan pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan melalui metode-metoe pembelajaran yang relevan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti akan mencoba menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing. Metode pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan nuansa pembelajaran yang lebih baik.

(23)

7

penemuan terbimbing sangat erat digunakan dalam kegiatan pembelajaran terutama kegiatan pembelajaran IPA.

Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Peningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode

Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kresnowidodo, Kecamatan Tegineneng Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Sikap siswa yang pasif dalam proses pembelajaran

2. Siswa masih menganggap pelajaran IPA pelajaran yang sulit dipahami 3. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, belum

mengugunakan metode penemuan terbimbing. 4. Kurangnya fasilitas media pembelajaran

5. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih banyak yang belum mencapai KKM (65), rata-ratanya hanya 56,25.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak kabur, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:

(24)

8

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni semester genap tahun palajaran 2013/2014.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan sumber daya alam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap aktivitas belajar siswa pada siswa Kelas IV SDN 4 Kresnowidodo tahun pelajaran 2013/20014?

2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN 4 Kresnowidodo tahun pelajaran 2013/20014?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan:

1. Aktivitas belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN 4 Kresnowidodo tahun pelajaran 2013/20014.

(25)

9

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan kelas IV SD Negeri 4 Kresno Widodo Kecamatan Tegineneng, memiliki manfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pembelajaran IPA terutama pada penerapan metode penemuan terbimbing.

2. Manfaat Psikis

a. Bagi Siswa; siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar IPA dan meningkatkan pemahaman IPA yang bersifat abstrak.

b. Bagi Guru; dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran IPA dengan cara melakukan inovasi dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah; memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran khususnya IPA kelas IV.

(26)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut (Jenny dalam Eggen 2012: 177). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk memahami suatu topik. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri.

Menurut Marks dalam Syarif (2012: 2) yang mengatakan bahwa pembelajaran penemuan mencakup penciptaan suasana lingkungan atau cara yang memungkinkan siswa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu yang baru bagi mereka.

Metode ini memberikan pemahaman kepada siswa untuk menemukan, menyelidiki suatu permasalahan yang ada dilingkungan sekitar, siswa mendapat pengalaman baru yang belum pernah mereka katahui sebelumnya.

(27)

11

diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas penemuan terbimbing memungkinkan siswa dapat menemukan suatu masalah yang diberikan guru, melalui keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran yang didasarkan pada serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau. Yang dimaksud keterlibatan secara aktif dapat berupa kegiatan mengadakan percobaan/penemuan sebelum membuat kesimpulan, atau memanipulasi, membuat struktur, dan mentransfer informasi sehingga menemukan informasi baru yang berupa kebenaran alam. Selama proses penemuan, siswa mendapat bimbingan guru baik berupa petunjuk secara lisan maupun petunjuk tertulis yang dituangkan dalam bentuk lembar kerja siswa. Guru menciptakan lingkungan atau cara yang memungkinkan siswa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Pemberian bimbingan dimaksudkan untuk membangkitkan perhatian pada tugas yang sedang dihadapi, mengurangi pemborosan waktu, dan menghindari kegagalan proses penemuan.

Fase-fase pembelajaran metode penemuan terbimbing menurut Eggen (2012 : 190) adalah sebagai berikut :

1. Pendahuluan; guru berusaha menarik perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran.

2. Fase terbuka; guru memberi contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh.

3. Fase konvergen; guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi.

(28)

12

Langkah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing menurut Setiawan dalam Simamora (2010: 4), adalah sebagai berikut :

1. Guru merumuskan masalah yang akan dihadapkan kepada siswa, dengan data secukupnya. Perumusan harus jelas, dalam arti tidak menimbulkan salah tafsir, sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

2. Dari data yang diberikan, siswa menyusun, memproses, mengorganisasikan dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang tepat. Misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS.

3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

4. Bila perlu konjektur di atas diperiksa oleh guru. Ini perlu dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa.

5. Bila telah diperoleh kepastian kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menjadi tahapan-tahapan terhadap metode pembelajaran penemuan terbimbing, tahapan-tahapan ini nantinya sangat memperhatikan pemahaman kepada siswa tentang konsep dan menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks pembelajaran penemuan terbimbing tersebut.

Menurut Hudojo dalam Syarif (2012: 4), penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran mempunyai beberapa keuntungan seperti dipaparkan berikut ini :

1. Siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya sebab ia harus berpikir, bukan sekedar mendengarkan informasi atau menelaah seonggok ilmu pengetahuan yang telah siap.

(29)

13

3. Metode ini memungkinkan pengembangan sifat ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu para siswa.

4. Dengan metode penemuan terbimbing, guru tetap mempunyai kontak pribadi dengan siswa.

5. Terbukti bahwa siswa yang memperoleh pengetahuan melalui metode penemuan lebih mampu menstransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.

6. Metode ini membatasi guru untuk menambah materi baru bila siswa masih belum memahami materi yang sedang dipelajari.

Beberapa keuntungan yang dikemukakan di atas menjadi pertimbangan positif dalam memilih metode penemuan sebagai salah satu model pembelajaran IPA. Agar pembelajaran dengan metode penemuan dapat mencapai hasil maksimal, maka perlu diwaspadai beberapa kekurangan atau kelemahannya.

Selanjutnya Hudojo dalam Syarif (2012: 5-6) merinci kekurangan metode penemuan seperti berikut ini :

1. Memerlukan banyak waktu dan belum dapat dipastikan apakah siswa akan tetap bersemangat menemukan.

2. Tidak semua guru mempunyai semangat dan kemampuan mengajar dengan metode ini, terutama guru yang pekerjaannya “sarat muatan”. 3. Tidak setiap siswa dapat diharapkan menjadi seorang “penemu”.

Bimbingan yang tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa akan merusak struktur kognitifnya.

4. Pembelajaran menggunakan kelas kecil karena perhatian guru terhadap masing-masing siswa sangat diperlukan.

(30)

14

menjadi penemu yang murni. Jadi metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun peserta didik.

B. Aktivitas Belajar

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar.

Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Risk dalam Rohani, (2004: 6) mengemukakan tentang belajar mengajar sebagai berikut: mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.

(31)

15

didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Dilihat dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran adalah melakukan aktifitas akan menghasilkan banyak pengetahuan dan akan tersimpan lebih banyak didalam benak anak didik.

Sedangkan menurut John dalam Dimyati, (2006: 44) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah. Sedangkan menurut Hamalik, (2001: 171) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa itu sendiri, kemudian inisiatif akan datang dengan sendirinya dan guru hanya memberikan membimbing serta guru hanya menyediakan kesempatan belajar bagi siswa.

Di lain pihak, Rohani. (2004: 96) menyatakan bahwa:

“Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas

(32)

me-16

ngamati, menyelidiki, mengingat, dan sebagainya. Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya”.

Selanjutnya penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, serta suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan (Hamalik, 2001: 175).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran baik aktivitas fisik maupun psikis, dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang IPA dengan bantuan guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.

C. Prestasi Belajar

(33)

17

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah dalam Anwar 2013: 5). Menurut Tirtonegoro dalam Azelina (2012: 1), mengemukakan bahwa : Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu.

Sedangkan menurut Nurkencana dalam Anwar (2013: 5) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

D. Pembelajaran IPA di SD

(34)

18

pertanyaan-pertanyaan kepada kita tentang mengapa dan bagaimana semua itu dapat terjadi.

Menurut Badarudin (2011: 1) Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan cara-cara kepada kita untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, IPA pun menawarkan cara kepada kita untuk dapat memahami kejadian, fenomena, dan keragaman yang terdapat dalam semesta, dan yang paling penting adalah IPA juga memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut.

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan alam langsung agar mampu menyesuaikan diri, menjaga dan tidak merusak lingkungan karena ditangan manusialah rusak atau tidaknya suatu alam. Siswa diharapkan dikemudian hari dapat menghargai, menjaga dan melestarikan ciptaan Tuhan dengan ilmu pengetahuan mereka miliki.

Permendiknas No. 22 (Depdiknas, 2006) tentang standar isi bahwa pembelajaran IPA memiliki tujuan untuk :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(35)

19

tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Kemudian Badarudin (2011: 1) mendefiniksan IPA sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Secara rinci hakikat IPA adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. 3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA

bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

(36)

20

E. Hipotesis Tindakan

(37)

21

BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN 4 Kresno Widodo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April s/d Juni (semester genap) Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 16 (enam belas) siswa, yang terdiri atas 7 (tujuh) siswa laki-laki dan 9 (sembilan) siswa perempuan.

C. Prosedur Penelitian

(38)

22

Kemmis & Taggart (dalam Riyanto, 2010: 51) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian replektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek ini.

Sedangkan menurut Eliot, (dalam Riyanto, 2010: 43). penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada didalamnya. Seluruh prosesnya yang meliputi telaah, diaknosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan dampak menjalin hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dan perkembangan profesional.

Berdasarkan definisi penelitian tindakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan adalah suatu kegiatan atau tindakan dengan menguji cobakan suatu gagasan kedalam praktek atau situasi nyata dalam lingkup terbatas, dengan harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan ini dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap pertemuan meliputi perencanaan (rencana), pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang dilakukan secara berulang.

(39)

23

terdiri dari rencana, aksi, observasi dan refleksi yang dilakukan secara berulang.

Berikut ini gambaran siklus tindakan model Kemmis dan Mc Taggart (2010: 58).

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan model Kemmis dan Mc Taggart

Prosedur penelitian seperti tergambar di atas diterjemahkan sebagai berikut: Siklus I

1. Perencanaan

(40)

24

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran penemuan terbimbing. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut;

2.1 Kegiatan awal

2.1.1 Mempersiapkan kelas 2.1.2 Apersepsi dan motivasi

2.1.3 Menyampaikan tujuan materi pembelajaran yaitu : sumber daya alam dan pemanfaatannya.

2.2 Kegiatan inti

2.2.1 Membagi siswa menjadi empat kelompok dengan tingkat kemampuan yang berbeda

2.2.2 Memberikan rumusan masalah dengan data secukupnya

2.2.3 Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.

2.2.4 Guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui Lembar Kerja Siswa (LKS)

(41)

25

2.2.6 Konjektur (prakiraan) yang telah dibuat siswa tersebut, diperiksa oleh guru pada masing-masing kelompok.

2.2.7 Setelah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur (prakiraan) tersebut, maka Verbalisasi konjektur diserahkan kembali kepada siswa untuk menyusunya.

2.2.8 Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, guru menyediakan soal-soal latihan untuk memeriksa apakan hasil penemuan itu benar.

2.3Kegiatan akhir

2.3.1 Bersama siswa guru memeriksa soal latihan yang mereka kerjakan

2.3.2 Memberikan kesimpulan apakah hasil penemuan siswa itu benar?

2.3.3 Guru memberikan tugas untuk pendalaman materi pelajaran.

2.3.4 Guru kembali menertibkan siswa

2.3.5 Menutup pelajaran

3. Observasi

(42)

26

telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aktivitas yang diamati adalah sebagai berikut :

3.1 Mencatat hal-hal yang dianggap penting

3.2 Mengajukan pertanyaan

3.3 Menjawab pertanyaan

3.4 Berdiskusi / bekerja kelompok

3.5 Mengerjakan LKS

Hasil observasi dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan untuk menyusun rencana perbaikan berikutnya.

4. Refleksi

(43)

27

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti kembali menyiapkan berbagai macam keperluan yang akan digunakan dalam pelaksanan tindakan pada siklus ke dua seperti; membuat pemetaan pembelajaran, silabus pembelajaran, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar penilaian, lembar observasi, materi pembelajaran, soal-soal tes, serta memilih media yang tepat untuk digunakan pada saat perabaikan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran penemuan terbimbing. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut;

1.1Kegiatan awal

1.1.1 Mempersiapkan kelas.

1.1.2 Apersepsi dan motivasi

(44)

28

1.2Kegiatan inti

1.2.1 Membagi siswa menjadi empat kelompok dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

1.2.2 Memberikan rumusan masalah dengan data secukupnya.

1.2.3 Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.

1.2.4 Guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui Lembar Kerja Siswa (LKS).

1.2.5 Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

1.2.6 Konjektur (prakiraan) yang telah dibuat siswa tersebut, diperiksa oleh guru pada masing-masing kelompok.

1.2.7 Setelah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur (prakiraan) tersebut, maka Verbalisasi konjektur diserahkan kembali kepada siswa untuk menyusunya.

(45)

29

1.3Kegiatan akhir

1.3.1 Bersama siswa guru memeriksa soal latihan yang mereka kerjakan.

1.3.2 Memberikan kesimpulan apakah hasil penemuan siswa itu benar?

1.3.3 Guru memberikan tugas untuk pendalaman materi pelajaran

1.3.4 Guru kembali menertibkan siswa.

1.3.5 Menutup pelajaran.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti yang dalam pelaksanaanya dibantu oleh rekan guru atau teman sejawat yang telah mendapat izin dari kepala sekolah, dengan menggunakan pedoman lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aktivitas yang diamati adalah sebagai berikut :

3.1Mencatat hal-hal yang dianggap penting

3.2Mengajukan pertanyaan

3.3Menjawab pertanyaan

3.4Berdiskusi / bekerja kelompok

(46)

30

Hasil observasi dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan untuk menyusun rencana perbaikan berikutnya.

4. Refleksi

Hasil temuan pada waktu kegiatan pembelajaran, dianalisis dari hasil diskusi antara peneliti dengan rekan guru dan dosen pembimbing. Hasil temuan pada siklus ke satu dan siklus ke dua dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan, untuk membuktikan adanya peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: a. Tes

(47)

31

b. Non Tes

Teknik pengumpulan data non tes adalah observasi. Observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa yang diteliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun aktivitas yang diamati selama proses pembelajaran adalah ; mencatat hal-hal yang dianggap penting, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, berdiskusi / bekerja kelompok dan mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa).

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data disesuaikan dengan teknik yang dipakai yaitu: a. Tes

Karena teknik yang digunakan tes tetulis maka alatnya adalah butir soal. Jumlah butir soal yang diberikan disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi pada rencana pelakasanaan pembelajaran. b. Non tes

Alat pengumpulan data non tes yang dipilih peneliti adalah observasi. Karena teknik yang digunakan adalah observasi, maka alatnya adalah pedoman observasi beserta lembar observasi.

E. Analisis Data

1. Teknik Analisis Data

(48)

32

a. Untuk data yang berbentuk bilangan / kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal, antara siklus ke satu (I) dan siklus ke dua (II).

b. Untuk data yang berbentuk kualitatif (kategori) dianalisis dengan analisis kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari kondisi awal, antara siklus ke satu (I) dan siklus ke dua (II).

2. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Kisi-kisi aktivitas dengan menggunakan metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi-kisi Aktivitas Belajar Siswa

No Indikator Pernyataan Skor

1 Visual

Mengajukan pertanyaan, menjawab

pertanyaan 2

3 Motor

activities Mencatat 1

Jumlah 5

(49)

33

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa No Nama Aspek yang diobservasi Jumlah

Skor Nilai Taksiran

1. Mencatat hal-hal yang dianggap penting 2. Mengajukan pertanyaan

3. Menjawab pertanyaan 4. Membaca

5. Memperhatikan penjelasan guru

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah chek list pada lembar observasi berdasarkan indikator aktivitas belajar siswa, setiap indikator diberi nilai 10.

(50)

34

3. Setelah diperoleh jumlah siswa yang aktif maka dilakukan perhitungan persentase siswa aktif dengan rumus:

%A= x 100%

Keterangan :

%A :persentase siswa yang aktif

Na : Banyaknya siswa yang aktif N : Banyaknya siswa yang hadir (Putro Widoyoko, Eko, 2013: 111)

4. Jika persentase siswa yang aktif mencapai 75% dari jumlah siswa yang hadir maka siwa dikatakan aktif .

5. Kemudian menghitung rata-rata persentase siswa yang aktif untuk setiap siklus

3. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa

Data prestasi belajar yang diperoleh adalah dengan memberikan tes pada setiap akhir siklus pembelajaran. Proses analisis untuk data pencapaian hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Lembar Data Perolehan Nilai Prestasi Belajar Siswa

(51)

35

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah nilai tertinggi yang mungkin dicapai bila semua soal yang dikerjakan itu benar).

b. Menunjukkan nilai tertinggi yang dicapai oleh siswa.

c. Menunjukkan nilai terendah yang dicapai oleh siswa.

Nilai persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus :

Siswa Tuntas

P = x 100% Siswa

(Purwanto, 2008: 102)

Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa yang digunakan adalah, jika nilai hasil belajar mendapat skor 76 s/d 100 kriteria sangat baik, skor 66 s/d 75 kriteria baik, skor 56 s/d 65 kriteria cukup, skor 50 s/d 55 kriteria tidak baik, skor 10 s/d 49 kriteria sangat tidak baik.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:

1. Tingkat keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran ≥ 75% dari jumlah keseluruhan siswa.

(52)

36

Tabel 3.4 Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Standar

40-100 40-100 40-100 40-100 Bumi dan Alam

Jumlah 3 Kompetensi Dasar 195

KKM Ilmu Pengetahuan Alam

(53)

1

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhamad. 2013. Prestasi Belajar. Diakses 09 Juni 2013, dari.

http://www.lintasjari.com/2013/06/pengertian-prestasi-belajar-definisi. html. Di Unduh Pada 30 April 2014

Azelina Latif, Azhar. 2012. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Prestasi Belajar. Diakses 09 Mei 2012, Dari.

http://azharm2k.wordpress.com/2012/05/09/definisi-pengertian-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/. Di Unduh Pada 30

April 2014

Badarudin. 2011. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam. Diakses 22 Februari 2011, dari. http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/22/hakikat-ipa-di-sd/. Di Unduh Pada 30 April 2014

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 tentang Standar Isi. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Konsep dan Pembelajaran Media. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Eggen, Paul, Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks. Edisi 6. Penerjemah Satrio Wahono.

Hamalik, Oemar. 2001. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Misriyadi. 2013. Skripsi: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas IV SDN 3 Kresno Widodo Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Rosdakarya.

Putro Widoyoko, Eko. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cet-5

(54)

2

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Simamora, Iqbal. 2010. Metode Penemuan Terbimbing. Diakses 25 November

2010, pada.

http://antik2006.wordpress.com/metode-penemuan-terbimbing/. Di Unduh Pada 29 April 2014

Syarif. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Model Penemuan Terbimbing. Diakses 22 November 2012, pada. http://syarifartikel.blogspot.com

/2012/11/pembelajaran-matematika-dengan-model.html. Di Unduh Pada

Gambar

Gambar Pelaksanaan Tindakan Siklus I ..........................................................
Tabel 1. Nilai Ulangan Semester Ganjil Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 4 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng Tahun Pelajaran 2013/2014
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan model Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1 Kisi-kisi Aktivitas Belajar Siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pendapatan keripik ubi kayu pada Industri Pundi Mas diperoleh dengan cara penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

(3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu keputusan, permohonan

v Universitas Sriwijaya Skripsi dengan Judul “Analisis Finansial Mesin Pencacah Eceng Gondok ( Eichhornia crassipes ) Tipe Horizontal.” oleh Hersa Gumay telah

Instrumen observasi yang digunakan adalah alat penilaian kemampuan guru (APKG) berupa: 1) instrument penilaian kemampuan guru dalam mengembangkan silabus, 2) instrument

Volume Evapotranspirasi Potensial Metode Thornthwaite Rerata Bulanan Tahun 2008-2017 Sub DAS Kaliwungu ….... Volume Ketersediaan Air di Sub DAS

Selisih antara harga produk atau barang dengan biaya dari proses pembuatan produk; maka laba yang diperoleh pengusaha ditentukan seberapa besar selisih antara harga jual produk

Biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut tentu saja akan menjadi pertimbangan utama bagi pengusaha dalam memnentukan harga jual produknya itu. Harga

Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat penerimaan aroma, rasa, intensitas rasa (manis), tekstur, warna dan overall sampel kwetiau kering instan yang tanpa substitusi tepung