ABSTRACT
FARMER MOTIVATIONS LEVEL IN MANAGING THE PRIVATE FOREST IN SUKOHARJO 1 VILLAGE SUKOHARJO DISTRICT PRINGSEWU REGENCY
By
Insani Fahma Nurdina
Lampung Province is one province in Indonesia it had been deforestation for 600 hactare in a year (Pusdaling, 2013). This leads to the decline of the quality and quantity of forest. That condition was inversely of Sukoharjo 1 Village Sukoharjo District Pringsewu Regency. The development in that village was more than 200 hectares through the private forest development. The purposes of this research were to know the level of motivation farmers and the factors that influence the motivation farmers in managing private forest. The research was conducted on November 2014 in Sukoharjo 1 Village, Sukoharjo District Pringsewu Regency. The population in this research was the grop of Ngudi Rukun with the number of 32 farmers, the method sampling of this research used census. Datas analysis used descriptive quantitative. To know the level of farmer motivations used the technique of likert scale. While the factors that it of influenced the level of farmer motivation used ordinal regression test. The result of was farmer motivation was in high category (53,15%). The factors of farmer motivation were age, revenue, farm experience, education, the activities of farmer groups, extension activities, and access of the information.
ABSTRAK
MOTIVASI PETANI DALAM MENGELOLA HUTAN RAKYAT DESA SUKOHARJO 1 KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
Insani Fahma Nurdina
Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami deforestrasi hutan mencapai 600 ha pertahun (Pusdaling, 2013). Hal tersebut menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas hutan, tidak demikian dengan Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu, desa tersebut memiliki hutan rakyat mencapai lebih dari 200 ha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi petani dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengelola hutan rakyat. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Populasi dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Ngudi Rukun dengan jumlah 32 petani, metode pengambilan sampel secara sensus. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kuantitatif, yaitu untuk mengetahui tingkat motivasi petani menggunakan teknik penentuan skala likert, sedangkan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dengan tingkat motivasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat menggunakan uji regresi ordinal. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat motivasi petani dalam kategori tinggi (53,15%). Faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi petani yaitu umur, pendapatan, pengalaman usahatani, pendidikan, kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan, dan akses informasi.
MOTIVASI PETAN SUKOHARJO
Sebagai
Fak
NI DALAM MENGELOLA HUTAN RAK JO 1 KECAMATAN SUKOHARJO KABU
PRINGSEWU
Oleh
INSANI FAHMA NURDINA
Skripsi
agai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
KYAT DI DESA UPATEN
MOTIVASI PETAN SUKO
NI DALAM MENGELOLA HUTAN RAK KOHARJO 1 KECAMATAN SUKOHARJO
KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
INSANI FAHMA NURDINA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Motivasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa
Sukoharjo 1 ... 8
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 3
C. Manfaat Penelitian ... 3
D. Kerangka Pemikiran ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Hutan Rakyat ... 9
B. Motivasi ... 10
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 12
D. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat ... 16
III. METODE PENELITIAN PENELITIAN ... 20
A. Waktu dan Tempat ... 20
B. Alat dan Objek ... 20
ii
D. Pengelolaan Data dan Analisa Data ... 21
E. Definisi Operasional ... 24
IV. GAMBARAN UMUM ... 27
A. Kabupaten Preingsewu ... 27
B. Kecamatan Sukoharjo ... 29
C. Desa Sukoharjo 1 ... 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Motivasi Petani Hutan Rakyat ... 35
B. Deskripsi Variabel-Variabel yang Berhubungan dengan Motivasi Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat ... 37
C. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Motivasi ... 42
a. Umur Petani ... 44
b. Pendapatan Petani ... 45
c. Pengalaman Berusahatani... 46
d. Pendidikan Petani ... 47
e. Kegiatan Kelompok Tani ... 47
f. Kegiatan Penyuluhan ... 48
g. Akses Informasi ... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuisioner Penelitian ... 57
2. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel X ... 60
3. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel Y ... 61
4. Uji Regresi Ordinal ... 62
5. Data Responden ... 64
6. Peta Lokasi Penelitian ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional Penelitian... 24
2. Data Penduduk Desa Sukoharjo I ... 31
3. Tingkat motivasi petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 ... 35
4. Sebaran responden berdasarkan faktor internal petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 ... 37
5. Sebaran responden berdasarkan berdasarkan faktor eksternal petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 ... 40
6. Paramater estimasi ... 42
7. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel X ... 60
8. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel Y ... 61
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Insani Fahma Nurdina, anak bungsu
dari lima bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Hi.
Tumaryono (Alm) dan Ibu Hj. Elmi Solihatin. Penulis
dilahirkan di Metro pada tanggal 17 Agustus 1992.
Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD
Negeri 1 Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik
Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2004, dan menamatkan pendidikan MTS
Al-Muhsin Metro pada tahun 2007. Setelah tamat dari MTS, penulis meneruskan
pendidikannya ke SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.
Pada Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Pertanian (FP)
Universitas Lampung pada program S1 Kehutanan melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di beberapa unit kegiatan
kemahasiswaan. Kegiatan kemahasiswaan yang pernah diikuti meliputi Himpunan
Mahasiswa Kehutanan atau HIMASYLVA sebagai anggota Bidang Rumah
Tangga pariode 2011-2010 sekaligus menjadi anggota utama dan Unit Kegiatan
Pramuka Universitas Lampung sebagai anggota Racana periode 2010-2011. Pada
tahun 2013, penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) di RPH Malingping
Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik pada tahun
2014 selama 40 hari di Desa Watu Agung Kecamatan Kalirejo Kabupaten
SANWACANA
Alhamdulillah Puji syukur penulis panjakan kehadirat allah SWT yang telah
memberi taufik dan hidayah sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang berjudul “Motivasi Petani dalam Mengelola Hutan Rakyat di Desa
Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu”. Penulisan skripsi ini
dibimbing oleh Ibu Dr. Asihing Kustanti, S.Hut, M.Si. dan Bapak Rudi Hilmanto,
S.Hut, M.Si. dari staf pengajar Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi yang dimiliki oleh petani
dalam mengelola hutan rakyat serta mengetahui faktor yang mempengaruhi
tingkat motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat. Dengan mengetahui tingkat
motivasi maupun faktor yang mempengaruhi motivasi, diharapkan petani hutan
rakyat Desa Sukoharjo 1 dapat lebih meningkatkan intensitas dalam pengelolaan
hutan rakyat sehingga menghasilkan produk yang tinggi baik kualitas maupun
kuantitas.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis
tetap berharap skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat khususnya bagi
pihak-pihak yang membutuhkannya. Saran dan kritik yang membangun akan penulis
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Asihing Kustanti, S.Hut., M.Si. dan Bapak Rudi Hilmanto, S. Hut.,
M. Si. sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M. Si., selaku Pembahas yang telah memberikan
pengarahan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan
Universitas Lampung.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian universitas Lampung.
5. Seluruh dosen dan staf Universitas Lampung.
6. Bapak Karsidi, Bapak Murja dan seluruh anggota Kelompok Tani Ngudi
Rukun yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
1.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas
minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman
lainnya lebih dari 50% dan/atau pada tanaman tahun pertama minimal memiliki
500 tanaman per hektar. Hutan rakyat memiliki manfaat dari berbagai aspek.
Menurut Djajapertjunda (2003) dari aspek ekonomi, untuk memproduksi kayu dan
meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan dan
jaringan ekonomi rakyat; aspek sosial, dalam membuka lapangan kerja; dari aspek
ekologi, sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air,
mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas
lingkungan hidup (penyerapan karbondioksida dan produsen oksigen); estetika,
berupa keindahan alam dan merupakan sumber ilmu pengetahuan, antara lain ilmu
biologi, ilmu lingkungan dan lain–lain.
Data luas potensi hutan rakyat dari data kebun bibit rakyat perkiraan luas hutan
rakyat di Provinsi Lampung mencapai 53.687,5 Ha. Persentase luas hutan rakyat
mencapai 8,30% berada di Kabupaten Pringsewu yaitu mencapai 4.437,5 Ha
(Dinas Kehutanan, 2013). Pengelolaan hutan rakyat sebagian besar menggunakan
2
Sesuai dengan namanya model agroforestri menciptakan hamparan lahan dengan
tanaman kehutanan terdiri dari kayu-kayuan yang berdampingan dengan tanaman
pertanian, tanaman pangan serta buah-buahan. Peran masyarakat dalam
pengelolaan hutan rakyat menjadi sangat penting. Salah satu desa dengan
pengelolaan hutan rakyat oleh masyarakatnya adalah Desa Sukoharjo. Data
terakhir memperkirakan luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di Desa
Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu sedikitnya 200 Ha,
ditanami tanaman kehutanan, tanaman pertanian dan tanaman perkebunan.
Beberapa petani memiliki sistem agroforestri yang dilengkapi ternak ikan
(perikanan) yang biasa disebut dengan Agrosylvofishery yaitu sistem campuran
antara tanaman kehutanan, pertanian dan perikanan.
Pengelolaan hutan rakyat oleh masyarakat pada Desa Sukoharjo 1 tentu memiliki
motivasi tertentu, motivasi tersebut tidak dapat diketahui secara pasti sebelum
dilakukannya penelitian terhadap motivasi petani sebagai pelaku utama dalam
pengelolaan dan pelestarian hutan rakyat yang ada di desa tersebut. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui secara jelas tingkat motivasi dan faktor-faktor apa
saja yang menjadi pengaruh motivasi masyarakat desa tersebut dalam mengelola
3
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat motivasi masyarakat Desa Sukoharjo 1 Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dalam mengelola hutan rakyat.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat dalam
mengelola hutan rakyat.
C. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pertimbangan untuk pihak petani dalam tindakan pengelolaan
dan pelestarian hutan rakyat selanjutnya.
2. Sebagai data bagi penelitian yang sejenis.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pemerintah dalam menentukan
kebijakan yang berkaitan erat dengan sistem pengelolaan hutan rakyat.
D. Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan negara dengan laju deforestrasi cukup tinggi mencapai 600
hektar setiap tahunnya. Angka tersebut sudah menurun jika dibandingkan dengan
tahun 1999-2002 dimana laju deforestasi mencapai 4 juta hektar setiap tahunnya.
Deforestasi hutan terbesar terjadi di beberapa daerah termasuk Lampung.
Deforestasi menimbulkan dampak penurunan hutan baik secara kualitas maupun
kuantitas, selain itu potensi hutan untuk dapat menyumbang devisa negara
terganggu dengan kerusakan tersebut (Pusdaling, 2014).
Tidak demikian dengan kondisi yang ada pada Desa Sukoharjo 1 Kecamatan
4
mencapai kurang lebih 200 ha. Dalam pembangunan hutan rakyat diperlukan
pengetahuan petani yang baik tentang pengelolaan hutan rakyat dan motivasi
petani dalam pengelolaan hutan rakyat, karena dengan pengetahuan yang baik
maka petani dapat termotivasi untuk melakukan pengelolan hutan rakyat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua yaitu Faktor-faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang. Faktor eksternal
yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri seseorang (Clegg, 2001).
Faktor internal, meliputi umur, tingkat pendapatan, pendidikan dan pengalaman
usahatani. Umur mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat. Umur
menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang hingga terdapat keragaman
tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki. Umur berkorelasi dengan tingkat
penerimaan suatu inovasi atau teknologi baru (Robbins, 2007). Tingkat
pendapatan menurut Worrel (1959) dalam Attar (1999) adalah suatu proses
produksi yang diperoleh dari jumlah barang yang dihasilkan tiap jenis dan kualitas
serta harga tiap satuan dari masing-masing jenis dan kualitas. Besarnya
pendapatan sama dengan jumlah barang yang dihasilkan kali harga tiap satuan.
Pendidikan juga mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat yang
dilakukan oleh petani karena pendidikan berperan penting dalam membentuk
sikap atau pandangan masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat. Tingkat
pendidikan berpengaruh dalam hal penyerapan informasi dan tingkat pengetahuan
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi pula intensitas
pengelolaan hutan, karena masyarakat mengetahui cara pengelolaan yang baik
yang memperhatikan kelestarian hasil hutan rakyat dan kelestarian lingkungan
5
faktor yang mempengaruhi motivasi dan aktivitas petani dalam usahataninya,
berdasarkan pengalaman yang baik, mengenai bercocok tanam yang baik dan
menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian
(Mosher 1991).
Selain faktor internal yang mempengaruhi motivasi pengelolaan hutan rakyat
terdapat pula faktor eksternal. Faktor eksternal, meliputi kelompok tani hutan
rakyat, kegiatan penyuluhan, dan akses informasi. Kegiatan kelompok tani hutan
rakyat mempengaruhi motivasi pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh
petani. Kegiatan kelompok tani hutan rakyat mempengaruhi tinggi rendahnya
motivasi rakyat dalam pengelolaan hutan rakyat, karena dengan adanya kelompok
tani hutan rakyat maka petani dapat saling memberikan informasi, koordinasi
dengan pihak ketiga dalam hal ini pembeli kayu dapat terjalin dan selain itu juga
dapat meningkatkan kerjasama antar petani sehingga dapat menunjang
keberhasilan pembangunan dan pengelolaan hutan rakyat (Abbas 1995).
Kegiatan penyuluhan merupakan pendidikan non formal yang bertujuan
mengubah prilaku petani dan memecahkan masalah yang berorientasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat dalam rangka
pembangunan masyarakat pedesaan. Penyuluhan kehutanan dapat meningkatkan
aktivitas berusahatani ke arah yang lebih baik dengan inovasi yang diberikan
penyuluh kepada petani (Nasution 2005).
Selain itu akses informasi yang baik membuat masyarakat lebih aktif dalam
6
akan lebih responsif terhadap inovasi, apalagi inovasi yang menguntungkan bagi
petani.
Sedangkan untuk tingkat motivasi petani yang diukur dalam pengelolaan hutan
rakyat adalah tujuan pengelolaan hutan rakyat, persepsi petani dalam pengelolaan
hutan rakyat, dan rencana selanjutnya dalam pengelolaan hutan. Tujuan
pengelolaan hutan merupakan salah satu proses motivasi yang dapat memenuhi
kepuasan. Motivasi merupakan proses atau faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu tindakan dengan cara-cara tertentu. Memotivasi maksudnya
mendorong seseorang mengambil tindakan tertentu (Winardi, 2004).
Persepsi petani dalam pengelolaan hutan rakyat dapat meningkatkan motivasi
petani dalam pengelolaannya. Menurut Sudaryanto (1987) persepsi adalah proses
mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal
suatu obyek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera
penglihatan, indera perabaan dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan tersebut
dapat disadari. Selain itu persepsi adalah pandangan atau sikap yang lahir
dibentuk dari pemahaman dan motivasi sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Kemudian rencana selanjutnya petani dalam pengelolaan hutan merupakan sikap
yang harus ditentukan oleh petani, sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Darsowiyono (1979), bahwa motivasi adalah suatu kegiatan untuk memberi
dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan atau untuk berbuat
sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam
7
berpengaruh terhadap motivasi petani dalam mengembangkan hutan rakyat
dengan mengkombinasikan faktor-faktor yang disesuaikan di Desa Sukoharjo 1,
sehingga penelitian ini bermanfaat untuk kelangsungan perkembangan hutan
rakyat dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat untuk mengembangkan
hutan rakyat di Desa Sukoharjo 1. Secara skematis gambar kerangka pemikiran
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Rakyat
Hutan rakyat dalam UU RI No. 41 Tahun 1999 (hutan hak) adalah hutan yang
tumbuh di atas tanah yang dibebani oleh hak milik (Departemen Kuhutanan Dan
Perkebunan, 1999). Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah yang
diakui oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat
aturan masyarakat lokal (Suharjito, 2000).
Awang (2002) mengemukakan bahwa hutan rakyat merupakan suatu ekosistem
hutan yang didominasi tanaman berkayu dengan penduduk yang tinggal di
sekitarnya. Hutan rakyat memiliki pola tanam yang beragam di setiap daerah, baik
pemilihan jenis yang dikembangkan maupun cara penataannya di lapangan.
Suharjito (2000) dalam buku Karakteristik Hutan Rakyat Berbasis Masyarakat
mengemukakan bahwa keberagaman pola tanam hutan rakyat merupakan hasil
kreasi budaya masyarakat. Pola tanam yang dikembangkan oleh petani hutan
rakyat dapat diklasifikasikan pada dua pola tanam, yaitu hutan rakyat murni
(monoculture) yaitu hutan rakyat yang terdiri atas satu jenis tanaman pokok yang
ditanam dan diusahakan secara homogen dan hutan rakyat campuran (polyculture)
yaitu hutan rakyat campuran dengan 2–5 jenis tanaman kehutanan yang
10
Menurut Lahjie (2001) agroforestri merupakan bentuk usaha tani (pengelolaan
lahan) yang memadukan prinsip–prinsip pertanian dan kehutanan. Pertanian
dalam arti suatu pemanfaatan lahan untuk memperoleh pangan, serat, dan protein
hewani.
Berdasarkan Lembaga Penelitian IPB (1986) hutan rakyat mempunyai peranan
bagi masyarakat terutama dalam hal :
a. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
b. Meningkatkan produksi kayu bakar.
c. Menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri.
d. Membantu mempercepat usaha rehabilitas lahan kritis.
e. Menghasilkan buah–buahan, umbi–umbian, bahan obat–obatan, sayur-sayuran
dan pakan ternak.
f. Membantu peresapan air di tempat–tempatrecharge area.
B. Motivasi
Menurut Suhaimin (2005) motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri
seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakan dan mengarahkan
perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri dalam bentuk
niat, harapan, keinginan, dan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi sebagian dari
proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang, sangat di pengaruhi oleh
beberapa faktor.
Menurut Suhaimin (2005) motivasi berasal dari bahasa inggris“motivation”, kata
11
(1987) adalah faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang
berupa nilai–nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau
mengambil manfaat dari kondisi–kondisi yang menguntungkan. Secara singkat
motivasi dapat dikatakan sebagai nilai–nilai atau motif yang mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Kolopaking dan Fredian (1990) motif
merupakan semua penggerak, alasan–alasan, dorongan–dorongan dalam diri
manusia untuk bertingkah laku. Berdasarkan penggolongan kebutuhan manusia,
motif manusia dapat digolongkan kedalam dua motif, yaitu :
1. Motif Biogenesis, yaitu motif manusia yang berasal dari kebutuhan demi
melanjutkan kehidupannnya secara fisiologis atau biologis.
2. Motif Sosiogenesis, yaitu motif manusia untuk bertingkah laku yang berasal
dari kegiatan belajar dari lingkungan kebudayaan orang lain.
Terdapat hubungan antara motivasi, sikap, dan respon, menurut Wahyuningsih
(1993) hubungan tersebut dijelaskan dalam gambar 2.
Gambar 2. Bagan hubungan antara motivasi, sikap, dan respon.
Sumber : Wahyuningsih 1993
Motivasi
Adaptasi
Perilaku menurut cara yang terarah Mengamat-amati akibat
Menghubungkan berbagai akibat Perubahan pada perilaku
selanjutnya
12
Berdasarkan bagan tersebut terkandung makna bahwa motivasi merupakan akibat
dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya karena itulah
terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditujukan oleh seseorang dalam
menghadapi situasi tertentu. Begitu juga dengan kekuatan pertisipasi seseorang
yang dipengeruhi oleh sikap dan respon terhadap situasi tertentu. Sesuai dengan
bagan tersebut Witatriasti (2010) mengemukakan bahwa motivasi berusahatani
dapat dikonstruksikan sebagai dorongan atau keinginan yang bersumber dari
dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau situasi dari luar
dirinya menjadi motif dorongan berprilaku untuk mencapai tujuan tertentu dalam
rangka memenuhi dan memuaskan kebutuhan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Maslow (1993) faktor-faktor yang berhubungan pada aktualisasi diri
dalam motivasi seseorang terdiri dari faktor internal dan faktor ekternal. Faktor
internal meliputi umur, pendidikan dan pengalaman berusahatani sedangkan
faktor eksternal terdiri dari kelompok tani, penyuluhan dan akses informasi.
1. Faktor Internal
a. Umur
Menurut Padmowihardjo (1999) mengatakan umur bukan merupakan faktor
psikologis, tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.
Terdapat dua faktor yang ditentukan oleh umur dalam menentukan kemampuan
seseorang. Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan kematangan otak dan
13
lainnya, umur petani akan mempengaruhi penerimaan terhadap inovasi hal–hal
baru (Wiriatmaja, 1990).
Umur merupakan suatu indikator umum suatu perubahan harus terjadi pada setiap
individu. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang hingga
terdapat keragaman tindakannya berdasarkan umur yang dimiliki. Umur
berkorelasi dengan tingkat penerimaan suatu inovasi atau teknologi baru. Robbins
(2007) mengatakan bahwa para pekerja yang sudah tua cenderung kurang luwes
dan menolak teknologi baru. Umur juga berkorelasi dengan produktifitas,
produktifitas akan merosot dengan bertambahnya usia seseorang. Keterampilan
individu menyangkut kecepatan, kecekatan, kekuatan dan kordinasi menurun
seiring berjalannya waktu dan kurangnya rangsangan intelektual semua
berkontribusi terhadap menurunnya produktifitas.
b. Pendidikan
Mardikanto dan Rasyid (1996) menyatakan bahwa pendidikan petani
mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani, pendidikan
yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis.
Soekartawi (1986) menjelaskan salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir
dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha yang
disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan pada manusia yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
14
c. Pengalaman Berusahatani
Padmowiharjo (1999) mengemukakan bahwa pengalaman yang menyenangkan
dan yang mengecewakan akan berpengaruh pada proses belajar, seseorang yang
pernah mengalami keberhasilan dalam proses belajar, maka memiliki perasaan
optimis akan berhasil di masa akan datang, sebaliknya seseorang yang pernah
memiliki pengalaman mengecewakan, maka memiliki persaaan pesimis untuk
dapat berhasil. Pengalaman seseorang bertambah sejalan dengan bertambahnya
usia. Pengalaman dapat diukur secara kualitatif berdasarkan jumlah tahun
seseorang dalam bidang usahatani. Konsekuensi masa depan ditentukan oleh
pengalaman masa lalu, dampak dari pengalaman serta pengamatan seseorang
terhadap yang lain (Bandura 1986).
2. Faktor Eksternal
a. Kelompok Tani Hutan rakyat
Kelompok tani merupakan tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
sosiologis, kebutuhan ekonomis dan kebutuhan psikologis. Manusia dapat
mengembangkan potensi, aktualisasi dan eksistensi dirinya dengan berkelompok.
Hal ini disebabkan adanya naluri untuk selalu hidup dengan orang lain atau
gregariousnesssehingga manusia disebutsocial animal(Soekanto 2006).
Perkembangan kelompok tani didasarkan atas faktor–faktor pengikat antara lain,
yaitu adanya kepentingan bersama dengan anggotannya, adanya kesamaan kondisi
sumber daya alam dalam berusahatani, adanya saling percaya mempercayai antara
sesama anggota. Kerjasama antara individu anggota kelompok dalam proses
15
peningkatan pendapatan dan kehidupan yang layak dapat dijalin melalui
pendekatan kelompok (Abbas 1995).
b. Kegiatan Penyuluhan
Penyuluhan memiliki pengertian sebagai suatu bentuk pendidikan non formal
yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat agar dapat memecahkan masalah
yang dihadapi guna mencapai kehidupan yang lebih baik (Rejeki 1998). Nasution
(2005) menjelaskan bahwa penyuluhan merupakan pendidikan pemecahan
masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan untuk mengajarkan
sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi tetapi tidak melakukan pengaturan
(regulating) dan tidak melaksanakan program yang non edukatif.
c. Akses Informasi
Suharjito (2000) menuliskan bahwa budidaya hutan rakyat di Jawa dengan hasil
utama kayu berkembang karena adanya pasar (termasuk yang mengatur perilaku
efisiensi dan gengsi) untuk peralatan rumah tangga, peti kemas, pulp dan lain–lain
penggunaan. Pasar itulah yang menentukan jenis tanaman. Pemilihan komoditas
juga berdasarkan luasan hutan rakyat yang dikelola oleh masyarakat. Pada
umumnya pemilik berusaha memanfaatkan lahan dengan membudidayakan
tanaman–tanaman yang bernilai tinggi, cepat menghasilkan dan tanaman
konsumsi sehari–hari.
Hasil penelitian Lembaga Penelitian IPB di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur tentang posisi petani dalam usaha hutan rakyat diketahui bahwa pihak–
16
akan lebih solid jika pihak–pihak tersebut menguasai informasi (pasar) sehingga
memiliki posisi tawar yang lebih kuat (Hardjanto 2000 dalam Suharjito 2000).
3. Tingkat Motivasi
Tingkat motivasi dipengaruhi oleh tujuan pengelolaan hutan, persepsi petani, dan
rencana selanjutnya dalam pengelolaan hutan. Tujuan pengelolaan hutan
merupakan salah satu proses motivasi yang dapat memenuhi kepuasan. Motivasi
merupakan proses atau faktor yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
tindakan dengan cara-cara tertentu. Memotivasi maksudnya mendorong seseorang
mengambil tindakan tertentu (Johannsen dan TerrydalamWinardi, 2004).
Persepsi petani dalam pengelolaan hutan rakyat dapat meningkatkan motivasi
petani dalam pengelolaannya. Persepsi adalah pandangan atau sikap yang lahir
dibentuk dari pemahaman dan motivasi sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Rencana selanjutnya budidaya akan terus mengembangkan usaha dalam
pengelolaan hutan merupakan sikap yang harus ditentukan oleh petani, sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Darsowiyono (1979), bahwa motivasi adalah
suatu kegiatan untuk memberi dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu
tindakan atau untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
D. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat
Hardjanto dalam Suharjito (2000) menjelaskan sistem pengelolaan hutan rakyat
dimulai dengan kegiatan pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan, pemanenan
17
pengelolaan hutan rakyat terdapat beberapa ciri–ciri aspek teknis yang sama
seperti aspek teknis hutan yang lain, berikut aspek–aspek teknis yang harus
diperhatikan :
1. Pemilihan lokasi
Lokasi yang dipilih untuk hutan rakyat sebaiknya dipilih di kawasan–kawasann
yang tidak dapat dijadikan lahan untuk pertanian secara permanen.
2. Persiapan lahan
Tanah–tanah yang akan ditanami tanaman kayu pada umumnya berupa tanah yang
sudah berupa kebun–kebun yang mungkin sudah ada tanaman lainnya dan relatif
tidak mengandung tumbuhan liar. Karena itu untuk menanam kayu tidak perlu
dibersihkan secara keseluruhan.
3. Pemilihan jenis tanaman
Jenis tanaman yang dipilih sebaiknya jenis tanaman yang sudah lazim ditanam, di
Pulau Jawa, misalnya : kayu sengon (Paraserianthes falcataria), kayu afrika
(Maesopsis eminii), mindi dan lain–lain yang merupakan jenis kayu yang sudah
dikenal dan telah mempunyai pasaran yang teratur baik sebagai bahan untuk kayu
konstruksi maupun sebagai bahan baku untuk industri.
4. Pengadaan bibit
Pengadaan bibit dapat dilaksanakan secara vegetatif dengan bibit yang berasal
dari batang atau cabang atau bibit secara genertif. Pengadaan bibit secara vegetatif
dapat dilakukan dengan cara stek atau cangkokan pada tanaman yang muda
18
penanamannya dapat dilaksanakan langsung dengan menanamkan biji di lapangan
atau dibuat bibit dalam persemaian, tergantung sifat dan jenis kayu yang
bersangkutan.
5. Cara mengangkut
Mengangkut bibit dari persemaian ke lokasi penanaman perlu diperhatikan,
karena pengangkutan yang tidak baik dapat menyebabkan rusaknya bibit. Bahaya
terbesar adalah kekurangan air dan kerusakan akar sehingga diusahakan untuk
memilih lokasi persemaian yang dekat dengan lokasi penanaman, memiliki
sumber air yang tersedia sepanjang tahun dan kondisi tanah yang datar.
6. Cara menanam
Dalam menanam bibit, pertama perlu ditetapkan jarak tanam yang tepat sesuai
dengan rencananya. Perlu diperhatikan apakah tanaman kayu akan ditanam secara
murni atau sebagai tanaman yang dicampur dengan tanaman lain, maka perlu
diperhatikan agar jarak tanam diatur agar tidak saling mengganggu. Apabila
tanaman kayu akan ditanami murni maka perlu diperhatikan apakah akan dimulai
dengan tanaman yang rapat, misalnya jarak tanam 3m x 3m. Hal ini akan
tergantung pada kondisi lahan dan tujuan penanaman. Apabila akan dilaksanakan
tumpang sari dengan jenis tanaman lain, mungkin dapat dipilih jarak tanam 4m x
5m sehingga per hektar akan didapat 500 pohon, sedang diantara dua larikan
pohon masih dapat ditanami palawija atau tanaman lain sebagai tanaman
campurannya dengan jarak yang benar, tanaman campuran tidak akan saling
19
7. Cara memelihara tanaman
Pada dasarnya tanaman kayu yang masih muda harus dijaga dari gulma, semak
serta alang–alang yang berlebihan, karena itu untuk mengurangi biaya
pemeliharaan. Tanaman yang cocok untuk larikan adalah tanaman palawija yang
tidak mengganggu, seperti kacang tanah, jagung, kacang kedelai, kacang wijen
dan lain-lain. Pemeliharaan yang berupa penjarangan dan pembuangan gulma
akan saling membantu pertumbuhan kayunya.
8. Penebangan
Penebangan pohon–pohon tergantung dari beberapa faktor, yaitu: tujuan
penanaman, kondisi alami dari tanaman, kondisi pasar dan cara penebangan.
Berdasarkan pengalaman penebangan dengan orientasi pasar maka penebangan
sebaiknya dilaksanakan tebang pilih. Perlu diperhatikan bahwa setiap penebangan
harus ditanami kembali secepatnya. Apabila penebangan berupa pemeliharaan
yaitu bersifat penjarangan maka harus selalu diperhatikan bahwa kayu yang akan
ditebang sudah harus mencapai suatu ukuran yang dapat dimanfaatkan sehingga
kayu yang dihasilkan akan dapat dipasarkan.
9. Penanaman Kembali
Dibekas pohon yang ditebang harus ditanami kembali sehingga jumlah tanaman
akan selalu tetap. Karena itu setiap akan melakukan penebangan petani hendaknya
sudah menyiapkan diri dengan bibit yang akan ditanam sebagai pengganti pohon
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu dengan mempertimbangkan bahwa lokasi yang dipilih
memiliki hutan rakyat sedikitnya 200 ha. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan November 2014.
B. Alat dan Objek
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi: alat tulis, alat perekam, kamera,
kuisioner, dan komputer. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah petani hutan
rakyat Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
C. Metode Penelitian
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang menggunakan
kuisioner. Kuisioner ini terdiri dari identitas responden dan beberapa pertanyaan
terkait faktor–faktor yang mempengaruhi motivasi dan tingkat motivasi petani
dalam mengelola hutan rakyat. Faktor-faktor yang memotivasi seseorang adalah
faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal terdiri dari umur, tingkat
pendapatan, pendidikan dan pengalaman berusahatani sedangkan faktor eksternal
21
terdiri dari, tujuan pengelolaan hutan rakyat, persepsi petani terhadap manfaat
hutan rakyat, dan rencana selanjutnya petani dalam pengelolaan hutan rakyat
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survei yaitu
pengambilan sampel data dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner.
Penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Perbedaan dari kedua data
tersebut adalah proses pengambilan datanya (Arikunto, 2008). Data primer
diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner yang telah disusun), sedangkan data sekunder diperoleh
dari dinas atau instansi terkait dan lembaga desa serta literatur yang berhubungan
dengan penelitian ini.
Populasi penelitian ini adalah petani anggota Kelompok Tani Hutan Rakyat Ngudi
Rukun di Desa Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, yang
merupakan kelompok tani khusus petani hutan rakyat. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik sensus. Karena populasi kelompok tani sebesar
32 petani. Menurut Arikunto (2006) di dalam pengambilan sampel apabila subyek
penelitian kurang dari 100 maka diambil semua sehingga penelitian dapat disebut
penelitian populasi.
D. Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan dan analisis data dilaksanakan secara deskriptif kuantitatif yang
diklasifikasikan berdasarkan data lapangan. Untuk mengetahui tujuan penelitian,
22
pengujian hipotesis digunakan analisis regresi ordinal dengan menggunakan
program SPSS 16.0.
Analisis regresi logistik ordinal merupakan salah satu metode statistik yang
menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon (Y) dengan lebih dari satu
variabel prediktor (X) dimana variabel respon lebih dari dua kategori dan skala
pengukuran bersifat tingkatan (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Fungsi persamaan
regresi logistik ordinal menurut Pindyck dan Rubinfeld (1997) sebagai berikut:
( / ) = ( )
1 + ( )
Metode analisis deskriptif mengubah data output SPSS yang berupa angka
(numerik) menjadi bentuk grafik atau tabel yang mudah dimengerti dan
ditafsirkan, sehingga menjadi suatu informasi mengenai tingkat motivasi petani
hutan rakyat. Sugiyono (2009) mengemukakan, penelitian kuantitatif
menggunakan data berupa angka-angka dan bersifat sistematis.
Faktor yang mempengaruhi motivasi petani hutan rakyat diketahui dengan
mengkaji umur produktif petani hutan rakyat, tingkat pendapatan petani, lamanya
berpengalaman dalam pengelolaan hutan rakyat, tingginya pendidikan petani,
frekuensi mengikuti pertemuan rutin kelompok tani, frekuensi menghadiri
penyuluhan petani hutan rakyat, dan akses informasi dari luar tempat tinggal.
Sedangkan tingkat motivasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat adalah tujuan
pengelolaan hutan rakyat, persepsi petani dalam pengelolaan hutan rakyat, dan
23
Setiap jawaban dari pertanyaan kuisioner masing-masing jawaban disesuaikan
dengan Skala Likert. Pada penelitian ini menggunakan tiga mata skala preferensi
jawaban dengan pilihan sebagai berikut:
1 = Tidak Setuju
2 = Cukup Setuju atau Ragu-ragu
3 = Setuju
Selanjutnya, sesuai pendapat Yitnosumarto (2007) bahwa penentuan kategori
interval tinggi, sedang, atau rendah tingkat motivasi dalam mengembangkan hutan
rakyat digunakan rumus sebagai berikut :
K NR NT I
Keterangan : I = Interval
NT = Total nilai tertinggi NR = Total nilai terendah K = Kategori jawaban
Penggunaan rumus tersebut berdasarkan pengelompokkan nilai Skala Likert
dalam kuisioner di tiap jawabannya. Hasil nilai interval tersebut diklasifikasikan
kembali ke dalam kategori interval (Suhaimin, 2005) sebagai berikut:
1. Kategori tinggi sekali jika skor jawaban yaitu 96-78
2. Katagori tinggi jika skor jawaban yaitu 77-60
3. Kategori sedang jika skor jawaban yaitu 59-42
Pengklasifikasian tersebut merupakan penentuan tingkat motivasi petani dalam
24
Sesuai Dwi (2008), interpritasi terhadap persamaan tersebut beserta uji hipotesis
akan diberikan sebagai berikut:
1. Jika t-hitung ≤ t-tabel (n-2) maka terima Ho, tolak Hi pada α= 0,01 atau 0,05
berarti kedua peubah tidak menunjukan hubungan yang nyata antara variabel
yang diuji.
2. Jika t-hitung > t-tabel (n-2) maka tolak Ho, terima Hi pada α= 0,01 atau 0,05
berarti kedua peubah menunjukan hubungan yang nyata antara variabel yang
diuji.
E. Definisi Operasional
Untuk lebih memudahkan dalam pengukuran konsep, maka suatu konsep
dijabarkan dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional adalah
penentuan suatu nilai/harga sehingga menjadi variabel atau variabel-variabel yang
dapat diukur (Notoatmodjo, 2002). Definisi operasional pada penelitian ini
terdapat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian
Variabel (x) Definisi Operasional Parameter Pengukuran Skala
pengukuran
Umur ( ) Umur produktif petani hutan rakyat dalam mengelola hutan rakyar.
Umur diklasifikasikan menjadi 4 yaitu <15 tahun (skor 1), 15-65 tahun (skor 2), > 65 tahun (skor 3). 3,5 juta (skor 2), 3,5-6 juta (skor 3).
25
Variabel (x) Definisi Operasional Parameter Pengukuran Skala
pengukuran 12 tahun (skor 1), 13-22 tahun (skor 2), 23-32 (skor 3).
Ordinal
Pendidikan
( )
Faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup kali (skor 1), 4-6 kali (skor 2),7-9 kali (skor 3). sedang (skor 2), mudah (skor 3).
26
Variabel (y) Definisi Operasional Parameter Pengukuran Skala
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Rukun memiliki
tingkat motivasi tinggi sebesar 53,15% dalam pengelolalan hutan rakyat.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat motivasi petani dalam
pengelolaan hutan rakyat adalah umur, pendapatan, pengalaman usaha tani,
pendidikan, kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan dan akses informasi.
B. Saran
Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan baik kualitas dan kuantitas dalam
pembinaan pengelolaan hutan rakyat untuk menghasilkan peningkatan motivasi
petani dan perlu adanya apresiasi pemerintah terhadap petani untuk meningkatkan
51
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia (1905–1995). Jakarta: Departemen Pertanian.
Adrianti, E dan Setyorini, E. 2012. Ketersediaan Sumber Informasi Teknologi Pertanian di Beberapa Kabupaten Di Jawa. Jurnal Perpustakaan
Pertanian Vol. 21. No. 1.
Attar, M. 1999. Kajian Pengelolaan Hutan Rakyat, Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani dan Peranannya dalam Perekonomian Desa.[Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Awang, S. A. 2002. Etnoekologi Manusia Hutan Rakyat . Yogyakarta: Sinergi Press.
Bandura, A. J. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall,Inc.
Badan Pusat Statistik. 2013. Kemiskinan Berdasarkan Data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPPS) 2011. Kepala Badan Pendidikan Dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Jakarta.
Clegg, B. 2001. Instan Motivator: 79 Cara Instan Menumbuhkan Motivasi. Erlangga. Jakarta.
Danhartani, Radiah, E, dan Hanafie, U. 2012 .Tingkat Kesejahteraan Buruh Tani Tanaman Pangan Di Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03.
52
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan Dan Perkebunan.
Dewandini, S. K. 2010. Motivasi Petani dalam Budidaya Tanaman Mendong (Fimbristylis Globulosa) di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret: Surakarta
Dinas Kehutanan. 2013. Luas Hutan Rakyat Provinsi Lampung.Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Lampung.
Djajapertjunda, S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Bandung: Alqaprint Jatinangor.
Dwi, P. 2008.Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Yogyakarta.
Hairiah, K. D. Suprayogo, dan M.V. Noordwijk. 2004. Ketebalan Serasah sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) yang Sehat. Word Agroforestry Center. Bogor.
Hosmer, D. W and S. Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression Second Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Kolopaking, LM dan Fredian, T. 1990. Analisis Faktor–Faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Petani Dalam Berusaha tani Padi (Studi Kasus di Desa Banjar Sari, Bekasi dan Desa Cibiuk, Cianjur). Bogor: Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian. Institut Pertanian bogor.
Kushartanti, E. 2001. Keefektifan Media Cetak pada Diseminasi dan Adopsi Teknologi Jagung Bisma di Kabupaten Semarang. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Lahjie. 2001.Tehnik Agroforestry.Jakarta: Penerbit Grafika–UPN
Lembaga Penelitian IPB. 1990. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor:Lembaga Penelitian IPB.
Mardikanto, T dan Rasyid, MA. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Kerjasama Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Maslow, A. H. 1993. Motivasi dan Kepribadian-1 Seri Manajemen No.104 A.
Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
53
Mulyadi, Basita, G. S, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto. 2007. Proses Adopsi Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 3 No. 2, ISSN:1858-2664
Mosher, A. T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat–Syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Jakarta: CV Yasaguna.
Nasution, M. 2005.Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo. 2002.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Renika Cipta.
Padmowihardjo, S. 1999. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pusdaling. 2014.Sensus Pertanian Indonesia. Pusat Data Lingkungan. Jakarta.
Pindiyck, R. S. dan Daniel, L. R. 1997. Economertic Models and Econometric Forecast fourth edition.Irwin Mc Graw-Hill. Boston.
Rejeki. 1998.Perencanaan Program Penyuluhan (Teori dan Praktek),Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Robbins, SP. 2007.Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks.
Salam, HB. 1997.Pengantar Pedadogi: Dasar–Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Penerbit Rineksa Cipta.
Sajogyo.1969.Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Indaryanti, Y [editor]. 1977. Pusat Studi Pengembagan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB. Bogor.
Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soekartawi A. Soehardjo L, Dillon, Hardaker J. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pembangunan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.
Sudaryanto, A. H. dan Andi S. 1987. Persepsi Hak Pengusahaan Hutan Terhadap Sistem Tebang Pilih Indonesia. Penelitian Pengelolaan Sumber Kehutanan Berwawasan Lingkungan Kerjasama Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
54
Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suhaimin, T. 2005. Teori Motivasi, Prestasi dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Suharjito, D. 2000.Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat Berbasis Masyarakat
Yogyakarta: Aditya Media.
Suprayino. AR., Sumardjo., Gani. S.D., Sugihen. G. B. 2012. Motivasi dan Pertisipasi Petani dalam pengelolaan Hutan di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan. Vol 8 No.2
Suryantini, H. 2004. Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian Oleh Penyuluh Pertanian: Kasus Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal Perpustakaan Pertanian, 13(1):1723.
Taufik, M. 2014. Hutan Rakyat: Produk Proses Budaya. World Argoforestry Centre (ICRAF) Indonesia Volume 7 No. 1.
Thoha. 1986.Prilaku Organisasi. Grafindo. Jakarta. 327 hlm.
Tjiptoherijanto. P . 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga Kerja,dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. Diakses pada tanggal 16 januari 2014. Pukul 10.00 WIB. Sumber: http//windows.majalah//perencanaan.pembangunan//edisi.23.tahun.2001. Pdf
Wahyuningsih, L. 1993. Peranan Hutan Rakyat Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Terhadap Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Waluyo. A. E., Ulya. A., Martin. E. 2013. Perencanaan Sosial dalam Rangka Pengembangan Hutan Rakyat Di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol. VII No. 3: 271-280
Winardi, J. 2004.Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Wiriatmadja, S. 1990. Pokok–Pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: CV Yasaguna.
55
Yitnosumarto. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.