• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae)

DAN Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) DENGAN

BEBERAPA SERBUK BIJI SEBAGAI INSEKTISIDA BOTANI

SKRIPSI

OLEH

LUMONGGA N. HUTABARAT 050302023

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PENGENDALIAN Sitophilus oryzae (Coleoptera:Curculionidae)

DAN Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) DENGAN

BEBERAPA SERBUK BIJI SEBAGAI INSEKTISIDA BOTANI

SKRIPSI

OLEH

LUMONGGA N. HUTABARAT 050302023

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Meraih Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS

Ketua Anggota

Amelia Zuliyanti Siregar, S.Si M.Sc

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRACT

Lumongga N. Hutabarat, “ The Controlling of Sitophilus oryzae

(4)

ABSTRAK

Lumongga N. Hutabarat, ”Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera:

Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani.” Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Kualitas Beras Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari sampai Februari 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak dan dosis dari biji nimba, biji sirsak dan biji srikaya dalam mengendalikan hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras. Penelitian ini menggunakan metode RAL faktorial dengan dua perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas yang tertinggi 100% pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10g / 250g beras pada hama T. castaneum) dan terendah 78,33 % pada C1L1 (Serbuk biji nimba 1g / 250g beras pada hama S. oryzae). Susut bobot beras tertinggi sebesar 6.09% pada

perlakuan C0 (kontrol). Korelasi persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum antara perlakuan dan nilai berpengaruh sangat nyata (P= 0,357**)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Judu l dari skripsi ini adalah, ”Pengendalian Sitophilus oryzae

(Coleoptera:Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera:

Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani”,

yang bertujuan sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi

Pembimbing Prof. Dr. Dra M. Cyccu Tobing, MS selaku Ketua dan Amelia Zuliyanti Siregar S.Si M.Sc selaku Anggota yang telah memberi saran dan

kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sitophilus oryzae . ... 4

Gejala Serangan S. oryzae ... 6

Biologi Tribolium castaneum ... 7

Gejala Serangan T. castaneum ... 8

Beberapa Insektisida Botani ... 9

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 12

Bahan dan Alat... 12

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Penyediaan Tempat Serangga Uji ... 14

Penyediaan Beras ... 14

Penyedian Serangga Uji berseri ... 14

Penyediaan Ekstrak Serbuk Biji ... 15

Ekstrak biji nimba (Azadirachta indica) ... 15

Ekstrak biji sirsak (Annona mucirata) ... 15

Ekstrak biji srikaya (Annona squamosa) ... 15

Aplikasi Serbuk biji ... 15

(7)

Jumlah imago yang mati ... 16

Pengamatan susut bobot bahan ... 16

Kadar air (%) ... 16

Beras utuh (%) ... 16

Beras patah (%) ... 17

Beras menir (%) ... 17

Aroma beras ... 17

Warna beras ... 17

Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Mortalitas Imago S. oryzae dan T. castaneum ... 18

Pengaruh efektifitas pestisida nabati terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum ... 18

Pengaruh interaksi antara pestisida nabati dengan jenis hama terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum ... 19

Pengaruh Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani Terhadap Kerusakan Beras ... 20

Pengaruh S. oryzae dan T. castaneum Terhadap Kerusakan Beras ... 23

Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum ………… 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran ... 27

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hlm

1. Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae……….. 4

2. Larva S. oryzae.……….. 4

3. Imago S. oryzae.………. 5

4. Gejala kerusakan S. oryzae ……….... 6

5. Telur T. castaneum.……… 7

6. larva, pupa dan imago T. castaneum……….. 7

7. Gejala kerusakan diakibatkan T.castaneum... 8

8. Biji Nimba (Azadirachta indica).………... 9

9. Biji sirsak (Annona muricata)……… 10

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm

1. Rataan Pengaruh konsentrasi serbuk biji terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum ………... 18 2. Rataan interaksi antara pestisida nabati dengan jenis hama

terhadap presentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum……….. 19 3. Uji beda rataan pengaruh insektisida botani terhadap kerusakan

beras 24 hari setelah infestasi ………... 20 4. Uji beda rataan pengaruh serangan S. oryzae dan T. castaneum

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hlm

1. Gambar Hasil Pengamatan………. 31

2. Serbuk biji yang dipakai sebagai insektisida nabati 33 3. Foto tempat penelitian berlangsung……… 34

4. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 3 hari setelah aplikasi (hsa)……… 35

5. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 6 hari setelah aplikasi (hsa)……… 38

6. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 9 hari setelah aplikasi (hsa)……… 41

7. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 12 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 44

8. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 15 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 47

9. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 18 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 50

10. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 21 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 53

11. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 24 hari setelah aplikasi (hsa)………... 56

12. Data Susut Bobot Beras 24 hari Setelah Infestasi (%)……… 59

13. Data Kadar Air Beras 24 hari Setelah Infestasi (%)………... 61

14. Data Beras Utuh 24 hari Setelah Infestasi (%)………... 63

(11)
(12)

ABSTRACT

Lumongga N. Hutabarat, “ The Controlling of Sitophilus oryzae

(13)

ABSTRAK

Lumongga N. Hutabarat, ”Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera:

Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani.” Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Kualitas Beras Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari sampai Februari 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak dan dosis dari biji nimba, biji sirsak dan biji srikaya dalam mengendalikan hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras. Penelitian ini menggunakan metode RAL faktorial dengan dua perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas yang tertinggi 100% pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10g / 250g beras pada hama T. castaneum) dan terendah 78,33 % pada C1L1 (Serbuk biji nimba 1g / 250g beras pada hama S. oryzae). Susut bobot beras tertinggi sebesar 6.09% pada

perlakuan C0 (kontrol). Korelasi persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum antara perlakuan dan nilai berpengaruh sangat nyata (P= 0,357**)

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pemerintah melalui Bulog selalu berusaha untuk menyediakan stok beras dalam negeri (Hany, 2002). Gudang sebagai sarana yang digunakan untuk penyimpanan bahan baku dan produk jadi merupakan media yang sangat baik untuk perkembangan hama jika tidak ada program manajemen untuk pengendalian faktor-faktor yang berpotensi menurunkan kualitas produk yang disimpan (Bonanto, 2008).

Selain faktor waktu, ternyata banyak faktor lain yang menyebabkan kerusakan beras. Diantaranya adalah faktor kelembaban pada tempat-tempat atau gudang penyimpanan serta kelembapan bulir padi yang masih tinggi (Toekidjo, 1996). Selama dalam penyimpanan, beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun kuantitas yang disebabkan faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah gangguan hama beras di tempat penyimpanan sedangkan faktor fisik antara lain adalah derajat sosoh (Sunjaya dkk, 1970 dalam Kusmayadi, 1997). Umumnya hama pascapanen yang ada pada bahan simpan adalah dari golongan Coleoptera, yaitu Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dan lain-lain (Anggara, 2007).

(15)

Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72 % agen pengendali hayati. Karena pestisida adalah racun yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme bukan sasaran (non target organisms) penggunaannya harus didasarkan atas pertimbangan ekologis yang sangat bijaksana (Dewi, 2007). Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Kartasapoetra, 1991).

Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap hewan, manusia atau serangga non sasaran (Istianto, 2009). Beberapa tanaman dapat digunakan sebagai insektisida yaitu, nimba, tembakau, sirsak, srikaya, mahoni, mindi, tuba, dan bengkuang (Nurnasari, 2009).

Tanaman nimba telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Ekstrak biji dan daun mimba terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol. Sifat penting azadirachtin adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk serangga hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji nimba mampu

(16)

Beberapa spesies tanaman family Annonaceae ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida botani. Senyawa aktif dalam biji srikaya adalah golongan asetogenin (Dewi, 2007). Ekstrak biji srikaya terbukti efektif menekan populasi S. oryzae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji srikaya bersifat toksik dan menyebabkan kematian 50% serangga uji S. oryzae (Putra dkk, 2007)

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti serbuk biji nimba, serbuk biji srikaya dan serbuk sirsak sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama gudang S. oryzae dan T. castaneum pada beras.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas ekstrak dan dosis dari biji nimba, biji sirsak dan biji srikaya dalam mengendalikan hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras.

Hipotesis Penelitian

Penggunaan ekstrak dan dosis yang berbeda akan menghasilkan efektifitas yang berbeda pula terhadap serangga hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Sumatera Utara Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk

S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat (gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).

Gambar 2: Larva S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk

(18)

akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras (Anggara, 2007).

Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).

Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina (Bennet, 2003).

Gambar 3: Imago S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk

Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang

(19)

2. Gejala Serangan Sitophilus oryzae L.

S. oryzae merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain. Gejala serangan pada butir-butir komoditas menjadi berlubang-lubang (Bulog, 1996a).

Serangan S. oryzae pada beras utuh akan rusak dan hancur menjadi menir dan menir ini disukai oleh serangga T. castaneum (Charles, 2009).

Gambar 4: Gejala kerusakan Sitophilus oryzae L. Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk

(20)

3. Biologi Tribolium castaneum H. (Coleoptera: Tenebrionidae).

Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Telur berwarna putih dan dapat dilihat secara mikorkopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur 5-12 hari (Bennet, 2003).

Gambar 5: Telur T. castaneum Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk

Larva mempunyai 6 tungkai, berwarna krem kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan. Periode larva 22-30 hari (Bennet, 2003). Larva mengalami 4-6 kali pertukaran kulit, instar akhir berwarna kuning dengan panjang tubuh dapat mencapai 3-6 mm (Jungwi, 2009).

Pupa hampir sama dengan larva instar akhir, pertama-tama berwarna putih, lama kelamaan berubah menjadi kuning kecoklatan kemudian berubah menjadi merah kecoklat-coklatan dengan ukuran panjangnya ± 3,5 mm. Periode pupa kurang lebih 8 hari (Luh, 1980).

(21)

Imago berada di dalam bahan makanan, dapat bertelur 300-400 butir telur selama periode 4-6 bulan. Imago berwarna merah kecoklatan dengan ukuran panjang 4 mm. Siklus hidup keseluruhan 7-12 minggu dan umur kumbang dewasa dapat mencapai 3 tahun atau lebih (Bennet, 2003).

4. Gejala Serangan Hama T. castaneum

T. castaneum merupakan serangga yang menyerang bahan makanan yang berupa tepung, spesies ini akan mengakibatkan kerusakan dan kontaminasi pada beras (Jungwi, 2009).

Gambar 7: Gejala kerusakan diakibatkan T.castaneum Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk

(22)

5. Insektisida Botani

Pada dasarnya tujuan utama dari kegiatan perawatan kualitas adalah upaya untuk mempertahankan nilai dari komoditas yang disimpan dan menjaga tercapainya efisiensi serta efektifitas kegiatan penyimpanan (Amrullah, 2003)

Proses kerusakan beras, dapat diakibatkan oleh kerusakan mekanis, fisis, biologis atau mikrobiologis dan kimiawi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan dan kesusutan beras dalam penyimpanan adalah faktor yang berasal dari beras itu sendiri yaitu kadar air, butir rusak, butir kapur, butir pecah, derajat sosoh dan proses metabolisme antara lain respirasi dan sebagainya (Bulog, 1996c).

Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat (Dewi, 2007), selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti pestisida nabati atau biopestisida (Maryam dan Mulyana, 2009).

(23)

Ekstrak biji dan daun nimba (Azadirachta indica L) terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol (Osorio, 2002). Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok tripenoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin. Mimba tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual (Rukmana dan Yuniarsih, 2003).

Gambar 9. Biji sirsak (Annona muricata L.) Sumber: Foto Langsung (2010)

Hasil penelitian terdahulu telah ditemukan adanya senyawa yang berkhasiat sebagai insektisida dalam biji tumbuhan familia Annonaceae. Senyawa yang berkhasiat paling kuat ditemukan dalam biji Annona muricata. Juga telah dibuktikan bahwa yang berkhasiat sebagai insektisida adalah suatu gliserida yang sifatnya mirip resin. Bagian tanaman sirsak (Annona muricata) yang dimanfaatkan

(24)

Gambar 10. Biji Srikaya (Annona squamosa L.) Sumber: Foto Langsung (2010)

(25)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Kualitas Beras Perum Bulog kantor Divre Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras , imago S. oryzae dan T. castaneum, biji nimba, biji sirsak, biji srikaya, dan air.

Alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa, karet gelang, mortal, kertas label, kalkulator, Electronic moisture tester, Intended plate, saringan, timbangan elektrik, ayakan menir dan alat tulis.

Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan yaitu:

Perlakuan 1: konsentrasi beberapa serbuk biji masing-masing dalam 250 g beras C0 = Kontrol

(26)

C7 = Serbuk biji srikaya 1 g C8 = Serbuk biji srikaya 5 g C9 = Serbuk biji srikaya 10 g Perlakuan 2: serangga hama yang diuji L1 = Sitophilus oryzae

L2 = Tribolium castaneum

Model Linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Yij = µ + αi + βj + (βү)j+ Σ ijk

Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum

α = Pengaruh ulangan ke-i dari faktor A

βj = Pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B

(βү)j = Pengaruh intensitas taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

Σ ijk = Efek galat percobaan (Sastrosupadi, 2000).

(27)

Pelaksanaan Penelitian

1. Penyediaan Tempat Serangga Uji

Untuk tempat S. oryzae dan T. castaneum yang akan diaplikasikan adalah berupa stoples dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 20 cm. Mulut stoples ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang. Stoples dan kain kasa yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sebanyak 60 buah.

2. Penyediaan Beras

Beras varietas IR 64 diperoleh dari 2 lokasi yaitu: Gudang beras Bulog dan

beras yang dijual di pasar tradisional Tanjung Rejo. Untuk perlakuan hama T. castaneum memakai beras yang telah terserang hama S. oryzae dan untuk

perlakuan hama S. oryzae memakai beras yang masih bagus atau belum ada serangan hama lain.

3. Penyedian Serangga Uji berseri

(28)

Penyediaan Ekstrak Serbuk Biji

a. Ekstrak biji nimba (Azadirachta indica)

Biji nimba yang digunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit buah berwarna kekuningan. Kulit biji dibuang kemudian dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu untuk mengurangi kadar air. Biji digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.

b. Ekstrak biji sirsak (Annona mucirata)

Biji sirsak yang di gunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit biji berwarna hitam. Biji dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu untuk mengurangi kadar air. Kulit biji dibuang kemudian digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.

c. Ekstrak biji srikaya (Annona squamosa)

Biji srikaya yang di gunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit biji berwarna hitam. Biji dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu untuk mengurangi kadar air. Biji digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.

Aplikasi Serbuk Biji

(29)

Peubah Amatan

1. Mortalitas imago

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah imago S. oryzae dan T. castaneum yang mati setelah aplikasi. Pengamatan dilakukan 1 kali dalam 3 hari hingga diperoleh pengamatan sebanyak 8 kali. Pengamatan mortalitas imago dihitung dengan menggunakan rumus

P = a x 100 % a + b

Dimana :

P = Persentase kematian imago a = Jumlah imago yang mati b = Jumlah imago yang hidup

2. Susut bobot bahan (%)

Pengamatan susut bobot bahan dihitung dengan mengurangkan bobot awal beras sebelum dimasukkan ke dalam stoples dengan bobot akhir beras setelah serangan hama S. oryzae dan T. castaneum. Susut bobot bahan dihitung dengan menggunakan timbangan elektrik.

3. Kadar air (%)

Pemeriksaan kadar dilakukan di awal dan akhir setelah percobaan dengan menggunakan electronic moisture tester (Bulog, 1996b).

4. Beras utuh (%)

(30)

dipresentasikan pada berat awal (250 g) sehingga didapat angka % beras utuh (Bulog, 1996b).

5. Beras patah (%)

Pemeriksaan beras patah dilakukan di akhir percobaan dengan menggunakan intended plate yang merupakan standar bulog (ukuran lubang 4,2 mm yang tidak lolos dari ayakan menir). Beras patah yang didapat ditimbang dan dipresentasikan pada berat awal (250 g) sehingga didapat angka % beras patah (Bulog, 1996b).

6. Beras menir (%)

Pemeriksaan beras menir dilakukan di akhir percobaan dengan menggunakan ayakan menir standar bulog dengan diameter 1,80 mm dan mempunyai bak penampakan dibawahnya (Bulog, 1996a).

7. Aroma beras

Pemeriksaan aroma beras di akhir percobaan dilakukan dengan cara mencium langsung aroma beras apakah bau apek atau tidak.

8. Warna beras

Pemeriksaan warna beras di akhir percobaan dengan menggunakan skala 1-4 yaitu skala 1= beras berwarna putih jernih, skala 2= beras berwarna putih keruh, skala 3= beras berwarna kecoklatan, dan skala 4= beras berwarna kehitaman.

9. Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Mortalitas Imago S. oryzae dan T. castaneum

a. Pengaruh efektifitas insektisida botani terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi serbuk biji berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan pengaruh konsentrasi serbuk biji terhadap mortalitas imago

Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5% dengan Uji jarak Duncan.

(32)

Yuniarsih (2003) yang menyatakan bahawa nimba pada konsentrasi rendah tidak membunuh secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi dan komunikasi seksual.

b. Pengaruh interaksi antara insektisida botani dengan jenis hama terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum

Dari analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa adanya interaksi antara serbuk biji sebagai insektisida nabati dengan persentase mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan interaksi antara pestisida nabati dengan jenis hama terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum

Perlakuan Pengamatan Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan

kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5% dengan Uji jarak Duncan.

(33)

mortalitas tertinggi terdapat pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10 g/ 250 g beras pada hama T. castaneum). Hal ini disebabkan perlakuan pada hama T. castaneum menggunakan beras yang telah diserang S. oryzae sehingga serbuk biji sirsak

yang berbentuk tepung akan mudah tercampur dengan beras dan hama T. castaneum menyukai bahan makanan berbentuk tepung. Hal ini sesuai dengan

Jungwi (2009) yang menyatakan T. castaneum merupakan serangga yang menyerang bahan makanan yang berupa tepung atau beras rusak yang telah diserang S. oryzae terlebih dahulu, spesies ini akan mengakibatkan kerusakan dan kontaminasi pada beras.

2. Pengaruh Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani Terhadap Kerusakan Beras

Hasil pengamatan dari penggunaan beberapa serbuk biji sebagai insektisida botani terhadap kerusakan beras setelah 24 hari setelah infestasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji beda rataan pengaruh insektisida botani terhadap kerusakan beras 24 hari setelah infestasi Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan

(34)

Tabel 3 menunjukan bahwa penggunaan beberapa serbuk biji sebagai insektisida botani secara nyata dapat menekan penyusutan bobot beras selama penyimpanan. Penyusutan bobot beras tertinggi terdapat pada perlakuan C0 (kontrol) dimana perlakuan yang diberikan tanpa penggunaan insektisida botani. Beberapa serbuk biji yang digunakan sebagai insektisida botani ternyata dapat menekan serangan dari S. oryzae dan T. castaneum yang dapat berdampak negatif terhadap berkurangnya bobot dari beras. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Sunjaya dkk. (1970) dalam Kusmayadi (1997) yang menyatakan bahwa selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun kuantitas yang disebabkan gangguan serangga di tempat penyimpanan.

Pada perlakuan kontrol (C0) kadar air lebih tinggi karena serangan hama yang terus menerus tanpa pemakaian serbuk biji sebagai pestisida nabati. Kadar air yang tinggi mengakibatkan beras menjadi bau apek sehingga beras tidak dapat dikonsumsi lagi. Hal ini didukung oleh Toekidjo (1996) yang menyatakan selain faktor waktu, ternyata banyak faktor lain yang menyebabkan kerusakan beras. Diantaranya adalah faktor kelembaban pada tempat-tempat atau gudang penyimpanan serta kelembapan bulir padi yang tinggi.

(35)

Secara statistik, persentase beras patah terkecil terdapat pada perlakuan C6 (serbuk biji sirsak 10 g/250 g beras) dan C9 (serbuk biji srikaya 10 g/250 g beras) dimana persentase beras patah dari masing – masing perlakuan sebesar 16.06 % dan 16.25 % . Sedangkan persentase beras patah tertinggi terdapat pada perlakuan C0 (kontrol) sebesar 24.40 %. Hal ini menunjukan bahwasanya penggunaan serbuk biji sebagai insektisida botani dapat memperkecil kerusakan yang dapat diakibatkan oleh serangan S. oryzae ataupun T. castaneum. Adanya peningkatan kerusakan beras dapat diakibatkan oleh serangan S. oryzae, sebab serangga ini merupakan hama primer dan dapat langsung menggerek dan menghancurkan beras. Hal ini didukung oleh Bulog (1996a) yang menyatakan S. oryzae merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain.

Beberapa serbuk biji yang digunakan sebagai insektisida botani secara nyata dapat memperkecil persentase beras menir. Sebagaimana persentase beras menir yang dihasilkan pada perlakuan C0 (perlakuan tanpa penggunaan insektisida botani) yang tertinggi. Hal ini membuktikan bahwa dosis penggunaan insektisida botani yang semakin tinggi akan berdampak positif terhadap persentase beras menir yang semakin kecil.

Aroma beras setelah percobaan adalah pada perlakuan C0 berbau apek, C1 dan C7 berbau agak apek dan perlakuan C2, C3, C4, C5, C6, C8, C9 tidak beraroma. Konsentrasi beberapa biji sebagai insektisida nabati menyebabkan aroma beras tidak apek.

(36)

berwarna putih keruh) adalah perlakuan C0, C2, C8 dan pada skala 3 (beras yang berwarna kecoklatan) adalah perlakuan C3, C9. Warna beras dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi dari beberapa serbuk biji yang diaplikasikan. Jadi dari penelitian dapat diasumsikan penggunaan biji nimba dan biji srikaya secara tepat dosis tidak mengubah warna beras.

3. Pengaruh S. oryzae dan T. castaneum terhadap Kerusakan Beras

Hasil pengamatan pengaruh S. oryzae dan T. castaneum terhadap kerusakan beras selama 24 hari setelah infestasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji beda rataan pengaruh serangan S. oryzae dan T. castaneum terhadap kerusakan beras 24 hari setelah infestasi

Perlakuan

Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5% dengan Uji jarak Duncan. Tabel 4 menunjukan bahwa S. oryzae (L1) dan T. castaneum (L2) memberikan pengaruh yang sama terhadap penyusutan bobot beras setelah 24 hari infestasi. Tidak adanya perbedaan dari penyusutan bobot beras ini disebabkan

tersedianya sumber pakan kedua serangga baik S. oryzae (L1) maupun T. castaneum (L2) selama 24 hari setelah infestasi.

(37)

pernyataan Sunjaya, dkk. (1970) dalam Hidayat (1997) yang menyatakan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap kadar air.

Perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L2 pada persentase beras utuh. Persentase beras utuh yang diakibatkan oleh serangan S. oryzae (L1)

yaitu 76.30 % dan persentase beras utuh yang diakibatkan oleh serangan T. castaneum (L2) yaitu 66.63 %.

Dilihat dari persentase beras utuh dimana kedua perlakuan menghasilkan pengaruh yang sangat berbeda nyata satu sama lain. Namun dilihat dari persentase beras patah, kedua perlakuan menunjukan hasil yang sama. Atau dengan kata lain perlakuan S. oryzae (L1) menghasilkan persentase beras patah yang sama dengan perlakuan T. castaneum (L2). Dimana masing – masing perlakuan menghasilkan 19.36 % dan 19.96 %. Serangan oleh S. Oryzae (L1) menghasilkan persentase beras menir sebesar 2.99 %, sedangkan T. castaneum (L2) sebesar 10.55 %.

(38)

4. Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum

Dari tes uji korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum yang menggunakan SPSS versi 16.00 diperoleh Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum

Correlation Nilai Perlakuan Ulangan

Nilai Pearson Correlation 1 .357** -.005

Sig. (2-tailed) .005 .972

N 60 60 60

Perlakuan Pearson Correlation .357** 1 .000

Sig. (2-tailed) .005 1.000

N 60 60 60

Ulangan Pearson Correlation -.005 .000 1

Sig. (2-tailed) .972 1.000

N 60 60 60

Pada Tabel 5 diperoleh bahwa perlakuan (C0, C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9) berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas S. oryzae dan T. castaneum dengan nilai P= 0,357** (Correlation: SPSS versi 16.00).

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Ekstrak dan dosis yang berbeda menghasilkan efektifitas yang berbeda terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum, kerusakan beras (susut bobot, kadar air, beras utuh, beras patah, dan beras menir), aroma dan warna beras.

2. Persentase mortalitas tertinggi (100%) pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10g / 250g beras pada hama T. castaneum) dan terendah (78,33 %) pada C1L1 (serbuk biji nimba 1g / 250g beras pada hama S. oryzae).

3. Penggunaan insektisida botani dapat menekan penyusutan susut bobot beras sebesar 0,59 % pada perlakuan C6 (serbuk biji sirsak 10 g/ 250 g beras) dan tertinggi 6.09 % pada perlakuan C0 (kontrol).

4. Kadar air beras tertinggi (15,83 %) terdapat pada perlakuan C0 (kontrol) sehingga menyebabkan bau beras apek.

5. Warna beras ada 3 skala yaitu pada skala 1 (putih jernih) terdapat pada perlakuan C1, C4, C5, C6, C7, skala 2 (putih keruh) perlakuan C0, C2, C8 dan skala 3 (kecoklatan) perlakuan C3 dan C9.

(40)

2. Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, S. 2003. Kebijakan Ekonomi Beras Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 1-2.

Anugeraheni, D. P dan R. Brotodjojo, 2002. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Biji

Nimba (Annona squamosa L.) terhadap Mortalitas Hama Bubuk Beras (Sitophilus oryzae L.). Jurnal Agrivet Vol. 4 No. 2. Fakultas Pertanian

UPN, Yogyakarta h 75-76.

Anggara, A.W. 2007. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. PUSLITBANGTAN, Jawa Barat. h. 14-20.

Bennett, Stuart M. 2003. Life Cycle Sitophilus spp. and Life Cycle Tribolium spp. U.S. Department of Agriculture, Cooperative Extension Service, University of Florida, IFAS, Florida.

Borror, D.J., Triplehorn, C.A and N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran serangga. Edisi VI. UGM Press, Yogyakarta. h. 586 .

Bonanto, S. 2008. Manajemen Hama Gudang. Buletin K4 (Kualitas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja). PT. Charoen Pokphan – Balaraja, Indonesia. Vol. 5 h. 1-4.

Bulog. 1996a. Buku Panduan Perawatan Kualitas Komoditas Milik Bulog. Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 4-5; 31-32 .

---. 1996b. Tata Teknis Pemeriksaan Kualitas Gabah, Beras dan Karung Goni/Plastik dalam Rangka Pengadaan dalam Negeri. Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 26-29.

---. 2000. Persyaratan Standar Kualitas Beras Giling Pengadaan dalam Negeri. Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 1.

Charles, J.G. 2009. Rice and Grain Weevils Life Cycle. The Horticulture and Food Research. Institute of New Zealand, New Zealand.

Dewi, I.R. 2007. Prospek Insektisida yang Berasal dari Tumbuhan untuk Menanggulangi OPT. Makalah Program Pasca Sarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung.

(42)

Istianto, M. 2009. Pemanfaatan Minyak/ Senyawa Atsiri dalam Pengendalian Populasi Hama Tanaman. Diunduh dari http://horti-tech.blogspot.com //horti-techmanfaat-minyak-atsiri (3 November 2009).

Jungwi, M. 2009. The Life Cycle of Tribolium spp. Department of Biosystems Engineering, University of Manitoba, Winnipeg, Canada; Agriculture & Agri-Food Canada, Cereal Research Centre, Winnipeg, Canada.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Lan. P.T Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. 498-499; 424-423 p.

Kartasaputra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Rineka Cipta. Jakarta. Kusmayadi, A. Pengaruh Derajat Sosoh dan Jenis Kemasan Terhadap

Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamays pada Beras. Prosiding Seminar Nasional, Tantangan Entomologi pada Abad XXI. Perhimpunan Entomologi Indonesia cabang Bogor. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu Sekretariat Proyek PHT Pusat Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.

Luh, Bor.S. 1980. Rice: Production and Utilization. Food Technologist. Department of Food Science and Technology. University of California. Avi Publishing Company, Inc. United States of America. 294-299 p. Maryam dan T. Mulyana, 2009. Insektisida Botani Pasti Ramah Lingkungan.

Diunduh dari http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr251034.pdf (3 November 2009).

Nurnasari, E. 2009. Pemanfaatan Senyawa Kimia Alami Sebagai Alternatif Pengendalian Hama Tanaman. Diunduh dari www.chem-is-try.org/situs kimia indonesia (3 November 2009).

Osorio, Luis G. 2002. Tanaman yang Melindungi Tanaman Lain Alternatif untuk Tanaman Transgenik. Majalah Pertanian Berkelanjutan. Yayasan VECO Indonesia dan Yayasan ILEIA Belanda. Edisi I. h. 4-5.

Putra, H.Pratama, Indryati dan L. wibowo, 2007. Toksisitas Biji Srikaya terhadap Sitophilus oryzae L. pada Beras. Kumpulan Abstrak Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian UNILA, Lampung. h. 02.

Retnowati, E, 1999. Isolasi dan karakterisasi zat aktif dalam biji Annona muricata sebagai senyawa insektisida. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. h.50-51.

(43)

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi revisi. Kanisius, Yogyakarta.

Toekidjo, Martoredjo. 1996. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Utami, E. S. 1998. Pengaruh Pemberian Annona squamosa L. Terhadap Daya Reproduksi Sitophilus oryzae. FMIPA UNAIR. Kumpulan Jurnal Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. h. 92-94.

(44)

Lampiran 1. Gambar hasil pengamatan

Gambar 11. Kematian T. castaneum Akibat Insektisida Botani Sumber: Foto Langsung (2010)

(45)

Gambar 13. Beras Utuh Sumber: Foto Langsung (2010)

Gambar 14. Beras Patah Foto Langsung (2010)

Gambar 15. Beras Menir Foto Langsung (2010)

(46)

Gambar 16. Serbuk Biji Nimba (Azadirachta indica L) Sumber: Foto Langsung (2010)

Gambar 17. Serbuk Biji sirsak (Annona muricata L.) Sumber: Foto Langsung (2010)

Gambar 18. Serbuk Biji Srikaya (Annona squamosa L.) Sumber: Foto Langsung (2010)

(47)
(48)
(49)

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 3.109E-15 1.369 -2.767 2.767 Lower Bound Upper Bound

L1 7.667 .612 6.429 8.904

L2 7.333 .612 6.096 8.571

(50)

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 2.665E-15 1.936 -3.914 3.914

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 11.250.

(51)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(52)

SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05)

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 6.217E-15 1.491 -3.013 3.013 Lower Bound Upper Bound

L1 19.500 .667 18.153 20.847

L2 22.833 .667 21.486 24.181

(53)

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 5.329E-15 2.108 -4.261 4.261

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 13.333.

(54)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(55)

SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05)

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 2.798E-14 1.646 -3.326 3.326 Lower Bound Upper Bound

L1 35.000 .736 33.513 36.487

L2 42.167 .736 40.679 43.654

(56)

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 2.753E-14 2.327 -4.704 4.704

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 16.250

(57)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(58)

SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05)

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 .000 1.768 -3.573 3.573 Lower Bound Upper Bound

L1 49.833 .791 48.236 51.431

L2 59.833 .791 58.236 61.431

(59)

Dependent Variable:Nilai

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 .000 2.500 -5.053 5.053 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(60)

Lampiran 8. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 15 hari setelah aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(61)

Daftar Analisa Sidik Ragam

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 1.443E-14 1.845 -3.728 3.728 Lower Bound Upper Bound

L1 64.833 .825 63.166 66.501

(62)

3. C * L

Dependent Variable:Nilai

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 1.465E-14 2.609 -5.272 5.272

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(63)

Lampiran 9. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 18 hari setelah aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(64)

Daftar Analisa Sidik Ragam

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 1.418E-14 1.394 -2.818 2.818 Lower Bound Upper Bound

L1 74.833 .624 73.573 76.094

(65)

3. C * L

Dependent Variable:Nilai

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 1.416E-14 1.972 -3.986 3.986

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(66)

Lampiran 10. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 21 hari setelah aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(67)

Daftar Analisa Sidik Ragam

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 -1.423E-14 .986 -1.993 1.993 Lower Bound Upper Bound

L1 82.167 .441 81.275 83.058

(68)

3. C * L Dependent Variable:Nilai

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 -1.425E-14 1.394 -2.818 2.818

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(69)

Lampiran 11. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 24 hari setelah aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(70)

Daftar Analisa Sidik Ragam

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Nilai

C Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0 1.573E-16 .874 -1.766 1.766 Lower Bound Upper Bound

L1 86.167 .391 85.377 86.957

(71)

3. C * L Dependent Variable:Nilai

C L Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

C0 L1 3.145E-16 1.236 -2.498 2.498

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(72)

Lampiran 12. Data Susut Bobot Beras 24 hari Setelah Infestasi (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

1. C (Insektisida botani)

Dependent Variable:Susut

Insektisida botani Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

(73)

2. L (Hama)

Dependent Variable:Susut

Hama Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

L1 2.407 .107 2.190 2.623

L2 2.641 .107 2.425 2.858

Analisis Keragaman Susut Bobot Beras

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05

Uji Jarak Duncan Susut Bobot Beras Faktor C

C N Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(74)

Lampiran 13. Data Kadar Air Beras 24 hari Setelah Infestasi (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Lower Bound Upper Bound

(75)

2.Hama Yang Diuji

Dependent Variable:Kadar Air

Hama Yang Diuji Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

L1 14.453 .030 14.393 14.514

L2 16.173 .030 16.113 16.234

Analisis Keragaman Kadar Air Beras

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05

Uji Jarak Duncan Kadar Air Beras Faktor C

C N Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(76)

Lampiran 14. Data Beras Utuh 24 hari Setelah Infestasi (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Lower Bound Upper Bound

(77)

2. Hama yang diuji

Dependent Variable:BerasUtuh

Hama yag diuji Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

L1 76.300 1.127 74.023 78.577

L2 66.633 1.127 64.356 68.911

Tabel Analisis Keragaman Beras Utuh

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 Uji Jarak Duncan Beras Utuh Faktor C

C N Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(78)

Lampiran 15. Data Beras Patah 24 hari Setelah Infestasi (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Lower Bound Upper Bound

(79)

2. Hama yang diuji

Dependent Variable:BerasPatah

Hama yang diuji Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

L1 19.359 .246 18.861 19.856

L2 19.959 .246 19.461 20.456

Analisis Keragaman Beras Patah

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 Uji Jarak Duncan Beras Patah Faktor C

C N Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(80)

Lampiran 16. Data Beras Menir 24 Hari Setelah Infestasi (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Lower Bound Upper Bound

(81)

2. Hama yang diuji

Dependent Variable:Menir

Hama yang diuji Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

L1 2.987 .363 2.252 3.721

L2 10.552 .363 9.818 11.286

Analisis Keragaman Beras Menir

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05

Uji Jarak Duncan Beras Menir Faktor C

C N Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(82)

Lampiran 17. Data Aroma Beras dan Warna Beras hasli pengamatan 24 hsa Warna beras:1 = putih jernih

(83)

Lampiran 18. Korelasi antara Mortalitas (%) S. oryzae dan T. castaneum.

nilai perlakuan ulangan

nilai Pearson Correlation 1 .357** -.005

Sig. (2-tailed) .005 .972

N 60 60 60

perlakuan Pearson Correlation .357** 1 .000

Sig. (2-tailed) .005 1.000

N 60 60 60

ulangan Pearson Correlation -.005 .000 1

Sig. (2-tailed) .972 1.000

N 60 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:nilai

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 37260.668a 21 1774.318 353.842 .000

Intercept 189716.646 1 189716.646 3.783E4 .000

perlakuan 37258.164 19 1960.956 391.062 .000

ulangan 2.504 2 1.252 .250 .780

Error 190.549 38 5.014

Total 227167.863 60

Corrected Total 37451.217 59

(84)

Estimated Marginal Means

1. perlakuan

Dependent Variable:nilai

perlakuan Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

C0L1 6.554E-15 1.293 -2.617 2.617

Bound Upper Bound

1 56.253 .501 55.239 57.266

2 56.470 .501 55.456 57.484

(85)

Gambar

Gambar Hasil Pengamatan………………………………………….
Gambar 2: Larva S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
Gambar 3: Imago S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
Gambar 4: Gejala kerusakan  Sitophilus oryzae L. Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dark chocolate bar dengan penambahan minyak atsiri kencur (Kaempferia galanga L.) diharapkan dapat menjadi produk olahan cokelat khas Indonesia (signature Indonesia chocolate bar)

Strategi adaptasi isi rumah nelayan ini selari dengan kajian kemiskinan yang mendapati bahawa bentuk optimalisasi tenaga kerja merupakan cara yang umum dilakukan oleh komuniti

Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, egara, budaya dan politik yang semakin

meningkat namun yang akan terjadi sebaliknya jika tugas yang diberikan terasa sulit. Hal inilah yang menjadi kebiasaan siswa yang kurang baik dalam belajar. Salah satu faktor lain

Horretaz gain, Eskola 2.0 eta horrelako ekimenak egin dira, saiatu dira, bueno ez da izan guztiz arrakastatsua, askotan oin guztiak ez zeudelako lotuta, hau da:

Variabel human relations yang terdiri dari komunikasi, kesadaran diri, penerimaan diri, motivasi, kepercayaan, keterbukaan diri dan penyelesaian konflik secara

Lisäksi koehenkilöiden seerumista on mitattu Helsingin yliopiston Hammaslääketieteen laitoksella seerumin LPS-aktiivisuus, matriksin metalloproteinaasi-8 (MMP-8) - pitoisuus

Tidak berbeda jauh dengan sistem kompresi uap pada umumnya, pada dalam sistem refrigerasi cascade seperti pada gambar 2.10 terdapat lima komponen utama, yaitu kompresor, kondensor,