Goido Tamara Pakpahan : Evaluasi Karakter Agronomi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai (Glycine max (L.), 2009.
USU Repository © 2009
SKRIPSI
OLEH:
GOIDO TAMARA PAKPAHAN 040307029/PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA
VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.)
SKRIPSI
OLEH:
GOIDO TAMARA PAKPAHAN 040307029/PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Medan
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
( Ir. Eva Sartini Bayu, MP ) ( Khairunnisa Lubis, SP, MP NIP : 132 056 643 NIP. 132 129 137
)
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
This is a research that purposes to evaluate agronomy characteristics of such as soybeans variety. It is held on agriculture faculty’ s land of North Sumatera University, Medan since August 2008 till November 2008. This research uses random sampling in non factorial. The variety is tested from 6 different kinds of soybean variety, namely; seulawah, kerinci, krakatau, ijen, panderman and baluran. The measurement for this the plant phase, the high of plant, the numbers of branches at the main stem, the numbers of knuckle per each plant, the time for blooming and pod, the time for riping, the numbers of seeds in pod, the numbers of pod per each plant, the weight of seed, the weight of 100 seeds and also the shape of the leave, the colour of flower, the shape of branches, the type of growth which is researched by visuality.
From research result is got, that different varieties are quite different with the measurement of the plant phase at the stadium V2-R8, the longest average is kerinci’s variety 105,31 days and the shortest is baluran’s variety 88,44 days, the high of V2-R8, at the longest average of seulawah’s variety 97,28 cm, and the shortest panderman’s variety 60,28 cm, the numbers of knuckle per each plant at the stadium R1-R8, the longest average is seulawah’s 21,63 and the shortest baluran’s 14,13, the numbers of branches at the main stem, the highest average is baluran’s 13,69 branches and the lowest is panderman’s 7,06 branches, the time for blooming, the slowest variety is seulawah’s 103,81 days and the fastest is baluran’s 88,44 days, the numbers of pod for each plant, the highest average is seulawah’s 336,63 pods and the lowest is baluran’s 124,06 pods, the numbers of seeds per each plant, the highest average is seulawah’s 700,75 and the lowest is panderman’s 233,25 pods, the weight of seed per each plant, the highest average is seulawah’s 81,33 grams and the lowest is baluran’s 45,57 grams, the weight of 100 seeds, the highest average is panderman’s 23,30 grams and the lowest is seulawah’s 11,08 grams. The results of research shows that the measurement which is researched shows genetic variable in low condition till in the middle (6,34-37,64) and heritability from low till high (0,14-1). This research shows that six varieties of soybean give morphology characters which are different with the source description and the characters of productivity in a better weight that is 100 seeds higher.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter agronomi beberapa varietas tanaman kedelai. Dilaksanakan di lahan praktikum Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan mulai dari bulan Agustus 2008 sampai November 2008. Dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial. Varietas yang diuji terdiri dari 6 varietas kedelai yaitu Seulawah, Kerinci, Krakatau, Ijen, Panderman dan Baluran. Parameter yang diamati meliputi Tahapan Perkembangan Stadia, tinggi tanaman, jumlah cabang pada batang utama, jumlah buku per tanaman, Stadia Reproduktif/R1, umur berpolong, umur matang penuh, jumlah biji per polong, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji serta bentuk daun, warna bunga, bentuk percabangan, tipe pertumbuhan yang diamati secara visual.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter Tahapan Perkembangan Stadia pada stadia V2-R8, rataan terpanjang yaitu varietas Kerinci 105,31 hari dan terpendek Varietas Baluran 88,44 hari, tinggi tanaman pada stadia V2-R8, rataan tertinggi varietas Seulawah 97,28 cm dan terpendek varietas Panderman 60,28 cm, jumlah buku per tanaman pada stadia R1-R8, rataan tertinggi yaitu varietas Seulawah 21,63 buah dan terendah varietas Baluran 14,13 buah, jumlah cabang pada batang utama, rataan tertinggi pada varietas Baluran 13,69 cabang dan terendah varietas Panderman 7,06 cabang, Stadia Reproduktif/R1, rataan paling lama varietas Seulawah 51,75 hari dan paling cepat varietas Panderman 31,81 hari , umur berpolong, rataan paling lama varietas Seulawah 71,63 hari dan paling cepat varietas Panderman 44,94 hari, umur matang penuh, rataan paling lama varietas Seulawah 103,81 hari dan paling cepat varietas Baluran 88,44 hari, jumlah polong per tanaman, rataan tertinggi varietas seulawah 336,63 polong dan terendah varietas Baluran 124,06 polong, jumlah biji per tanaman, rataan tertinggi varietas Seulawah 700,75 dan terendah varietas Panderman 233,25 polong, bobot biji per tanaman, rataan tertinggi varietas Seulawah 81,33 g dan terendah varietas Baluran 45,57 g, bobot 100 biji, rataan tertinggi varietas Panderman 23,30 g dan terendah Seulawah 11,08 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter yang diamati menunjukkan variabilitas genetik yang rendah hingga sedang (6,34-37,64) dan heritabilitas yang rendah hingga tinggi (0,14-1). Penelitian ini menunjukkan bahwa keenam varietas kedelai memberikan karakter morfologi yang berbeda dengan deskripsi asalnya dan karakter produksi yang lebih baik yaitu bobot 100 biji yang lebih tinggi.
RIWAYAT HIDUP
Goido Tamara Pakpahan dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal
14 Desember 1985. Anak ketiga dari tiga bersaudara, putra dari pasangan Bapak
W. Pakpahan dan Ibu (Alm) T. M. Br Nainggolan.
Adapun riwayat pendidikan penulis adalah sebagai berikut :
- SD : SD Negeri No. 030287 Sidikalang Lulus Tahun 1997
- SLTP : SLTP Negeri 3 Sidikalang Lulus Tahun 2000
- SMU : SMK Negeri 2 Sidikalang Lulus Tahun 2003
Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan tahun 2004, jurusan Budidaya Pertanian dengan Program Studi
Pemuliaan Tanaman melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi
Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA) sebagai
anggota. Pengalaman di bidang kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTP. Nusantara IV Unit Kebun Pabatu Tebing
Tinggi dan Dolok Merawan Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni sampai Juli
2008. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan penelitian di lahan percobaan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Karakter Agronomi
Beberapa Varietas Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)”, yang merupakan
salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu
Khairunnisa Lubis, SP, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini dan juga
kepada para dosen dan staff pengajar mata kuliah yang telah memberi ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahaan.
Ungkapan syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah mengkaruniakan Ayahanda W. Pakpahan dan Alm. Ibunda
T. M. Br Nainggolan serta nenek yang paling saya cintai dan sayangi
R. Br Manalu Saudaraku tercinta (Friska Pakpahan dan Robert J. Pakpahan),
adikku Anton, Desman atas segala doa, perhatian, nasehat, dorongan, dan usaha
kerja kerasnya sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini
dengan baik. Kepada seluruh keluargaku (Bapa uda, Bou, keluarga opung di
siantar) kalian penyemangat hidupku untuk menyelesaikan studi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Teman-teman pelayanan di Departemen
bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada teman-teman terbaikku Andar, Grace, Idris, Junaedi, Ruly,
Rosdyna, Halim, Agus 03, Lya, Jonaha, Juniliker, Arjuna, Diana, Sylvia, Yessi.
Terima kasih atas persahabatan yang kita jalani selama perkuliahan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Daniel, Rici, Roy yang telah membantu penulis
selama melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Harmonika 27, kalian turut mewarnai perjalanan studiku jadi bermakna. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Agronomi stambuk 04 yang telah banyak membantu dalam
perkuliahan, abang kakak senior dan adik-adik junior serta teman-teman lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang banyak memberikan bantuan,
dukungan dan masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi bidang
ilmu pengetahuan.
Medan, Maret 2009
DAFTAR TABEL
Hal 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah ... 18
2. Bentuk daun, Warna Bunga, Bentuk Percabangan Dan Tipe Pertumbuhan ... 27
3. Rataan Tahapan Perkembangan Stadia (HST) pada Stadia V1 hingga R8 ... 31
4. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada Stadia V1 hingga R8 ... 31
5. Perbandingan Hasil Rataan Karakter Morfologi Dari Keenam
Varietas Kedelai ... 32
6. Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) pada Stadia V1 hingga R8 ... 41
7. Perbandingan Hasil Rataaan Karakter Produksi Dari Keenam
Varietas Kedelai ... 46
8. Variabilitas Genotipe ( 2g), Variabilitas Fenotipe ( 2p), Koefisien
Variabilitas Genotipe (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotipe(KVP) ... 50
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Gambar Bentuk Daun dari Keenam Varietas ... 28
2. Gambar Daun, Bunga, Polong, Biji, Tanaman Dan Hasil Pengamatan Di Lapangan Dari Enam Varietas Kedelai ... 33
3. Grafik Rataan Tahapan Perkembangan Stadia (HST) pada Stadia R1 hingga R8... 29
4. Grafik Rataan Tinggi Tanaman Stadia (cm) pada Stadia R1 hingga R8 ... 39
5. Grafik Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) pada Stadia R1 hingga R8 ... 40
6. Histogram Rataan Jumlah Cabang pada Batang utama (cabang) ... 42
7. Histogram Rataan Stadia Reproduktif/R1 (HST) ... 43
8. Histogram Rataan Umur Berpolong/R3 (HST) ... 44
9. Histogram Rataan Umur Matang Penuh/R8 (HST) ... 45
10. Histogram Rataan Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 46
11. Histogram Rataan Jumlah Biji per Tanaman (biji) ... 47
12. Histogram Rataan Bobot Biji per Tanaman (polong) ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 71
2. Bagan Percobaan ... 72
3. Bagan Plot Percobaan ... 73
4. Deskripsi Enam Varietas Kedelai ... 74
5. Hasil Pengamatan Parameter di Lapangan Dari Varietas Seulawah, Kerinci, Krakatau, Ijen, Panderman Dan Baluran ... 79
6. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V1 (HST) ... 80
7. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia V1 (HST)... 80
8. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V2 (HST) ... 80
9. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia V2 (HST)... 80
10. Data pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V3 (HST) ... 81
11. Sidik ragam Tahapan Perkembangan Stadia V3 (HST) ... 81
12. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V4 (HST) ... 81
13. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia V4 (HST)... 81
14. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V5 (HST) ... 82
15. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia V5 (HST)... 82
16. Data pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V6 (HST) ... 82
17. Sidik ragam Tahapan Perkembangan Stadia V6 (HST) ... 82
18. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V7 (HST) ... 83
19. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia V7 (HST)... 83
20. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia V8 (HST) ... 83
21. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia V8 (HST)... 83
23. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R1 (HST) ... 84
24. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia R2 (HST) ... 84
25. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R2 (HST) ... 84
26. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia R3 (HST) ... 85
27. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R3 (HST) ... 85
28. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia R4 (HST) ... 85
29. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R4 (HST) ... 85
30. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia R5 (HST) ... 86
31. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R5 (HST) ... 86
32. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia R6 (HST) ... 86
33. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R6 (HST) ... 86
34. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia R7 (HST) ... 87
35. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R7 (HST) ... 87
36. Data Pengamatan Tahapan Perkembangan Stadia R8 (HST) ... 87
37. Sidik Ragam Tahapan Perkembangan Stadia R8 (HST) ... 87
38. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia V1 (cm) ... 88
39. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V1 (cm) ... 88
40. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia V2 (cm) ... 88
41. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V2 (cm) ... 88
42. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia V3 (cm) ... 89
43. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V3 (cm) ... 89
44. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia V4 (cm) ... 89
45. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V4 (cm) ... 89
47. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V5 (cm) ... 90
48. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia V6 (cm) ... 90
49. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V6 (cm) ... 90
50. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia V7 (cm) ... 91
51. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V7 (cm) ... 91
52. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia V8 (cm) ... 91
53 Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia V8 (cm) ... 91
54 Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia R1 (cm) ... 92
55. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia R1 (cm) ... 92
56. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia R2 (cm) ... 92
57. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia R2 (cm) ... 92
58. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Stadia R3-R8 (cm) ... 93
59. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Stadia R3-R8 (cm) ... 93
60. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman Stadia R1 (buku) ... 93
61. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman Stadia R1 (buku) ... 93
62. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman Stadia R2 (buku) ... 94
63. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman Stadia R2 (buku) ... 94
64. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman Stadia R3-R8 (buku) ... 94
65. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman Stadia R3-R8 (buku) ... 94
66. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pada Batang Utama ... 95
67. Sidik Ragam Jumlah Cabang Pada Batang Utama ... 95
68. Data Pengamatan Stadia Reproduktif/R1 (HST) ... 95
69. Sidik Ragam Stadia Reproduktif /R1 (HST) ... 95
71. Sidik Ragam Umur Berpolong/R3 (HST) ... 96
72. Data Pengamatan Umur Matang Penuh/R8 (HST) ... 96
73. Sidik Ragam Umur Matang Penuh/R8 (HST) ... 96
74. Data Pengamatan Jumlah biji Per Polong (biji) ... 97
75. Sidik Ragam Jumlah Biji per Polong (biji) ... 97
76. Data Pengamatan Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 97
77. Sidik Ragam Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 97
78. Data Pengamatan Jumlah Biji per Tanaman (biji) ... 98
79. Sidik Ragam Jumlah Biji per Tanaman (biji) ... 98
80. Data Pengamatan Bobot Biji per Tanaman (g) ... 98
81. Sidik Ragam Bobot Biji per Tanaman (g) ... 98
82. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g) ... 99
83. Sidik Ragam Bobot 100 Biji (g) ... 99
84. Variabilitas Genotipe ( 2g), Variabilitas Fenotipe ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotipe (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotipe(KVP) ... 99
85. Nilai Duga Heritabilitas Untuk Masing-Masing Komponen Hasil... 100
86. Rataan Tahapan Perkembangan Stadia V1 hingga R8 (HST) ... 101
87. Rataan Tinggi Tanaman Stadia V1 hingga R8 (cm) ... 101
88. Rataan Jumlah Buku per Tanaman stadia V1 hingga R8 (buku) ... 102
89. Rataan Komponen Hasil dari Beberapa Pengamatan Parameter ... 103
90. Nilai Korelasi Pada Varietas Seulawah ... 104
91. Nilai Korelasi Pada Varietas Kerinci ... 105
92. Nilai Korelasi Pada Varietas Krakatau ... 106
93. Nilai Korelasi Pada Varietas Ijen ... 107
95. Nilai Korelasi Pada Varietas Baluran... 109
96. Foto Lahan Penelitian ... 110
97. Foto Daun Enam Varietas Kedelai... 111
98. Keterangan Stadia Vegetatip dan Generatip ... 112
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR ISI ... xiii
PENDAHULUAN Latar belakang ... 1
Tujuan penelitian ... 4
Hipotesis penelitian ... 4
Kegunaan penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Keragaman genotip dan penotip... 10
Karakter Agronomi... 13
Heritabilitas ... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Metode Penelitian ... 16
Keragaman Genetik ... 18
Heritabilitas ... 19
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 21
Penanaman benih ... 21
Pemupukan... 21
Penyiraman ... 22
Penyulaman dan Penjarangan ... 22
Penyiangan ... 22
Pembumbunan ... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 22
Panen ... 23
Pengamatan Parameter... ... 23
Karakter Agronomi ... 23
Karakter Morfologi ... 23
Tahapan Perkembangan Stadia (HST) ... 23
Tinggi Tanaman (cm) ... 23
Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang) ... 23
Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 24
Stadia Reproduktif/R1 (HST) ... 24
Umur Berpolong/R3 (HST) ... 24
Umur Matang Penuh/R8 (HST)... 24
Bentuk Daun ... 24
Warna Bunga ... 25
Bentuk Percabangan ... 25
Tipe Pertumbuhan ... 25
Karakter Produksi ... 25
Jumlah Biji per Polong (biji) ... 25
Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 25
Jumlah Biji per Tanaman (biji)... 26
Bobot Biji per Tanaman (g) ... 26
Bobot 100 Biji (g) ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 27
Karakter Agronomi ... 27
Karakter Morfologi ... 27
Bentuk Daun, Warna Bunga, Bentuk Percabangan, Tipe Pertumbuhan ... 27
Tahapan Perkembangan Stadia (HST) ... 29
Tinggi Tanaman (cm) ... 30
Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 39
Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang) ... 40
Stadia Reproduktif /R1 (HST) ... 42
Umur Berpolong/R3 (HST) ... 43
Umur Matang Penuh/R8 (HST)... 44
Karakter Produksi ... 45
Jumlah Biji per Polong (biji) ... 45
Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 45
Jumlah Biji per Tanaman (biji)... 47
Bobot Biji per Tanaman (g) ... 47
Bobot 100 Biji (g) ... 48
Keragaman Genetik ... 49
Hubungan Nilai Korelasi Dari beberapa Parameter ... 52 Pembahasan ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 67 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan
berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L.) Merill). Berasal dari
daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad
ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke
Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang
(Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika
Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung.
Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.
Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2004 s/d 2006
produksi mulai meningkat namun sangat lambat sebesar 723.483 ton (2004),
808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Tahun 2007 turun kembali 20 % dari
2006 menjadi 608.000 ton. Produktivitas rata-rata kedelai nasional masih rendah,
tahun 2007 mencapai 13,07 ku/ha atau 1,3 ton/ha. Potensi hasil ditingkat
penelitian dan percobaan mencapai 2 ton atau lebih. Senjang hasil masih tinggi
antar ditingkat petani dan penelitian. Untuk mendorong peningkatan produksi
kedelai pada tahun 2008, akan dilaksanakan Program dan Aksi Peningkatan
Produksi Kedelai Nasional Tahun 2008 dengan sasaran produksi 1.064.000 ton
Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan timur jauh seperti kecap, tahu dan
tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua
spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max
merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang
selatan, sementara Glycine soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia
Tenggara (http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai, 2008).
Komponen hasil berhubungan dengan hasil biji kedelai yang bervariasi
tergantung stres lingkungan, beberapa komponen berinteraksi dan berkompensasi
antara satu dengan yang lain. Kemampuan kedelai beradaptasi luas menyebabkan
hasil yang relatif stabil pada lahan pengelolaan. Komponen hasil penting antara
lain jumlah tanaman perhektar, jumlah buku pertanaman, jumlah polong perbuku,
jumlah biji perpolong dan berat per biji (Supriono, 2000).
Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui akhirnya dapat dihasilkan
varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan
keadaan setempat yang akan ditanami. Dengan ditemukan varietas-varietas baru
(unggul) melalui seleksi galur dan persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat
baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal
produksi, umur produksi maupun daya tahannya terhadap hama dan penyakit.
Namun, sering terjadi jenis unggul terutama kedelai genjah, tidak memenuhi
syarat-syarat tersebut, misalnya tidak tahan terhadap penyakit dan hama tertentu.
petani memilih dulu varietas yang sesuai dengan keadaan setempat
(Andrianto dan Novo, 2004).
Pengetahuan perihal aspek botani dari suatu tanaman merupakan hal yang
amat penting dalam usaha memperbaiki tanaman, baik untuk sifat kuantitatif
maupun kualitatif. Pengetahuan data morfologi amat berguna dalam program
pemuliaan. Salah satu tujuan penting dalam program pemuliaan ialah hasil biji
yang tinggi. Hasil ditentukan oleh ukuran, jumlah, dan bobot biji. Sebaliknya
jumlah biji ditentukan oleh jumlah buku subur pada tiap tanaman, jumlah polong
pada tiap buku subur, jumlah biji dalam tiap polong (Somaatmadja,dkk, 1999).
Kultivar kedelai dapat dibedakan pula menurut warna bulu tanaman
(kelabu, kuning kecoklatan), warna bunga (putih, ungu), warna hilum(kelabu,
kuning, coklat, coklat tua, hitam). Tetapi sebagai pembeda kultivar yang lazim
adalah tipe pertumbuhan tanaman (determinant, semideterminant, indeterminant)
Dasar perbedaan ketiga tipe pertumbuhan ini adalah pertumbuhan batang, yang
secara genetik diatur oleh gen Dt1 dan Dt2 Kedua gen ini mempengaruhi akhir
pertumbuhan pucuk apikal, yang dapat menentukan tinggi dan jumlah buku
tanaman. Selain pertumbuhan batang , cara berbunga dapat juga dikenali dari tipe
pertumbuhan kedelai yang berbeda (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Badan Litbang Pertanian telah melepas sejumlah varietas unggul kedelai,
tetapi baru sebagian yang dimanfaatkan petani. Varietas-varietas unggul tersebut
memiliki keragaman potensi hasil, umur panen, ukuran biji, warna biji, dan
wilayah adaptasi. Keragaman sifat varietas-varietas unggul ini berperan penting
dalam pengembangan kedelai mengingat beragamnya kondisi wilayah
Di Pulau Jawa, ada banyak varietas kedelai lokal yang ditanam. Varietas
lokal tersebut berpotensi menjadi varietas unggul. Caranya adalah dengan
pemuliaan tanaman, baik melalui seleksi maupun persilangan dengan varietas
unggul ataupun introduksi. Varietas lokal merupakan varietas kedelai yang ada
pada pertanaman suatu wilayah dan bukan merupakan persilangan dengan
tanaman lain (F1). Semuanya mempunyai keragaman morfologi yang
berbeda-beda. Namun keragaman secara morfologi belum tentu menunjukkan keragaman
genetik yang berbeda. Karena lingkungan berpengaruh terhadap morfologi
(Cahyarini,dkk, 2004).
Berdasarkan latar belakang di atas Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna mengetahui Evaluasi karakter agronomi beberapa varietas
tanaman kedelai unggul.
Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi karakter agronomi beberapa varietas tanaman
kedelai (Glycine max (L.)
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh varietas terhadap karakter agronomi beberapa varietas tanaman kedelai.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Polypetales
Family : Leguminosae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.)
Kedelai berakar tunggang, pada tanah subur dan gembur akar dapat
tumbuh sampai kedalaman 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil akar yang
merupakan koloni-koloni dari bakteri Rhizobium yaponicum. Pada tanah-tanah
yang telah mengandung bakteri Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk pada umur
15-20 hari setelah tanam. Pada tanah yang belum pernah ditanam kedelai bakteri
rhizobium tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk
(Departemen Pertanian, 1990).
Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian terpenting dari poros janin
adalah hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros hipokotil
akar. Pada proses perkecambahan kedelai, hipokotil merupakan bagian batang
diatas kotiledon disebut hipokotil. Jaringan batang dan daun terbentuk dari
pertumbuhan dan perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh
membentuk cabang pertama dari batang utama (Somaatmadja, 1999).
Daunnya berselang-seling beranak daun tiga, licin atau berbulu, tangkai
daun panjang terutama untuk daun-daun yang berada dibagian bawah, anak daun
bundar telur samapi bentuk lanset (3-10) cm x (2-6) cm, pinggirannya rata,
pangkal membulat, ujungnya lancip sampai tumpul (Somaatmadja, 1993).
Pembungaannya berbentuk tandan aksilar atau terminal, berisi 3-30
kuntum bunga, bunganya kecil, berbentuk kupu-kupu, lembayung atau putih, daun
kelopaknya berbentuk tabung, dengan dua cuping atas dan tiga cuping bawah
yang berlainan, tidak rontok, benang sarinya sepuluh helai, dua tukal, tangkai
putiknya melengkung, berisi kepala putik yang berbentuk bonggol
(Somaatmadja, 1993).
Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna.
Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan
dan lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama
masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong. jumlah polong, jumlah
biji, bobot 100 biji dan kepadatan populasi besar pengaruhnya dalam menentukan
hasil kedelai persatuan luas (Soemaatmadja, 1993).
Bentuk biji kedelai berbeda tergantung kultivar, dapat berbentuk bulat,
tidak gepeng, atau bulat telur, namun sebagian besar kultivar bentuk bijinya bulat
telur. Biji kedelai juga berbeda besar dan bobotnya, bobot 100 butir beragam
dan 2) janin (embryo). Kulit biji terdiri dari 3 lapisan sel, yaitu epidermis,
hipodermis, dan parenkima. Janin terdiri dari 2 kotiledon, plumula, dan poros
hipokotil bakal akar. Kotiledon dapat berwarna kuning atau hijau. Plumula terdiri
dari 2 daun sederhana dan titik tumbuh sedang poros hipokotil-bakal akar
merupakan bagian janin yang terletak dibawah kotiledon
(Somaatmadja,dkk, 1999).
Polongnya yang berkembang dalam kelompok biasanya mengandung 2-3
biji yang berbentuk bundar atau pipih dan sangat kaya akan protein dan minyak.
Warna biji berbeda-beda menurut kultivar. Kultivar indeterminate biasa
digunakan untuk produksi sayuran dan ditanam dengan jarak tanam rapat
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Agar hidup dengan baik dan berproduksi optimal, kedelai memerlukan
penyinaran penuh. Kedelai dapat tumbuh pada suhu 250-300 C. Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya terutama pada saat
pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200
mm/bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 meter diatas
permukaan laut (Departemen Pertanian, 1996).
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering
tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan.
Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan
curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai
antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman
kedelai 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan
suhu yang cocok.
Tanah
Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai
agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan
liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung
bahan organic dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung
cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian,1996).
Untuk pertumbuhan kedelai yang optimal tanah perlu mengandung unsur
hara yang cukup gembur dan bebas dari gulma. Tingkat keasaman (pH) tanah :
6,0-6,8 merupakan keadaan optimal untuk pertumbuhan kedelai dan pertumbuhan
bakteri Rhizobium. Pada tanah dengan pH 5,5 kedelai masih memberi hasil dan
pemberian kapur sebanyak 2-3 ton/Ha pada tanah yang ber-pH 5,5 pada umumnya
dapat menaikkan hasil (Departemen Pertanian, 1990).
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu
basah, tetapi air tetap tersedia. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol,
grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah
yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali
keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0
tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang
dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium.
Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak
menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik.
VARIETAS
Untuk mempertahankan kemurnian agar seragam dan keunggulannya tetap
di miliki, perlu mempelajari sifat-sifat morfologis tanaman seperti tipe
tumbuh,warna hipokotil, warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan sifat-sifat
kuantitatif seperti tinggi tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun. Pengenalan atau
identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang
dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat pegangan berupa
deskripsi varietas (Gani, 2000).
Varitas unggul kedelai mempunyai keunggulan tertentu dibanding dengan
varietas lokal, keunggulan dapat berupa hasil yang lebih tinggi, batang lebih
pendek (genjah) lebih tahan terhadap hama/penyakit dan lain-lain. Kedelai yang
unggul untuk suatu daerah belum tentu unggul didaerah lain tergantung kepada
topografi, iklim dan cara tanam. Varietas yang bijinya kecil pada umumnya lebih
sesuai untuk dataran tinggi. Varietas kedelai dapat ditanam sampai beberapa
generasi tanpa mengalami kemunduran asal kemurnian benihnya tetap dijaga
Program pemuliaan tanaman kedelai memerlukan banyak informasi
tentang sifat-sifat agronomi, komponen hasil dan hasil, keragaman fenotipik dan
genotipik dari plasma nutfah yang dimiliki. Informasi-informasi tersebut serta
implikasinya terhadap perbaikan kuantitas dan kualitas hasil tanaman kedelai
sampai sekarang masih terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
terhadap genotipe-genotipe yang ada untuk mendapatkan beberapa informasi yang
diperlukan bagi program pemuliaan tanaman kedelai, sehingga arah pemuliaan
tanaman kedelai menjadi lebih jelas ( Surwardi, Poerwoko dan Basuki, 2002).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotip unggul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotip. Respon genotip terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Keragaman Genotip dan Fenotip
Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program
pemuliaan tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan
manusia, dengan cara melakukan introduksi sederhana dan teknik seleksi atau
dapat dimanfaatkan dalam program persilangan yang canggih untuk mendapatkan
kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan antara dua individu yang
mempunyai faktor lingkungan yang sama dapat diukur, maka perbedaan ini
berasal dari variasi genotip kedua tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi
perhatian utama para pemulia tanaman, karena melalui pengelolaan yang tepat
Fenotip suatu karakter adalah hasil interaksi antara genotip dan
lingkungan. Dengan demikian, varians fenotip adalah penjumlahan varians
genotip dan varians lingkungan dalam suatu populasi adalah nol, maka varians
fenotip sama dengan varians genotip. Nilai yang diobservasi atau nilai suatu
karakter yang diukur pada suatu individu disebut nilai fenotip dari individu
tersebut. Fenotip adalah penampilan (dalam bentuk karakter fisik, biokimia,
fisiologi, dll) dari suatu individu tanaman yang merupakan hasil dari pengaruh
genotip dan lingkungan. Genotip adalah konstitusi genetik yang dimiliki oleh
suatu individu (Malau, 1995).
Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika
mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh
terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan
lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa
keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh
perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas
didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan
dimana individu berada (Allard, 2005).
Siklus hidup tanaman tergantung pada lama waktu yang diperlukan untuk
tumbuh dari zigot (biji) atau bahan tanaman sampai memproduksi bunga, biji atau
buah. Variasi yang terjadi untuk setiap golongan tanaman dapat dijumpai
berdasarkan faktor genetik atau lingkungan, misal kemampuan beradaptasi akibat
Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang berpedoman pada nilai
keragaman genotipik, keragaman fenotipik, heritabilitas, korelasi genotipik dan
korelasi fenotipik. Untuk memperkecil kekeliruan seleksi yang didasarkan pada
wujud luar (fenotip) tanaman, maka perlu memperhatikan; (i) korelasi genotipik
dan fenotipik antar sifat, (ii) lingkungan yang cocok untuk seleksi sifat yang
diinginkan, (iii) ciri genetik sifat yang diseleksi (monogenik, oligogenik dan
poligenik), (iv) cara seleksinya (langsung atau tidak langsung), dan (v) keragaman
genetik
Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan
aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap
bahwa susunan genetik dari bahan tanaman yang digunakan adalah sama karena
berasal dari varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat
perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang
digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang
sama ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari
kedua tanaman tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman
yang bersangkutan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Kegiatan seleksi dalam pemuliaan secara konvensional hanya didasarkan
pada pengamatan fenotip yang dibantu dengan pendugaan menggunakan metode
statistik yang tepat. Beberapa masalah yang sering muncul dalam pemuliaan
secara konvensional, adalah: 1) memerlukan waktu yang cukup lama, 2) sulit
memilih dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan
pada sifat-sifat morfologi atau agronomi, karena penampilan fenotip tanaman
tempat tanaman tersebut tumbuh, 3) rendahnya frekuensi individu berkenan yang
berada dalam suatu populasi yang besar sehingga menyulitkan kegiatan seleksi
untuk mendapatkan hasil yang valid secara statistik, dan 4) pautan gen antara sifat
yang diinginkan dengan yang tidak diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan
persilangan (Azrai, 2006).
Karakter Agronomi
Pengenalan varietas, untuk mempertahankan kemurnian agar seragam dan
keunggulannya tetap dimiliki, perlu mempelajari sifat-sifat morfologis tanaman
seperti tipe tumbuh,warna hipokotil, warna bunga, warna bulu, umur berbunga,
dan sifat-sifat kuantitatif seperti tinggi tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun.
Pengenalan atau identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk
menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang
dimaksudkan (Gani, 2000).
Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, misalnya
adanya perbedaan warna bunga, daun dan bentuk biji (ada yang berkerut, ada
yang tidak), ini disebut variasi sifat yang kualitatif. Namun ada pula variasi yang
memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah
anakan, tinggi tanaman, dan lainnya (Mangoendidjojo, 2003).
Heritabilitas
Heritabilitas dengan nilai sedang tidak sesuai dengan yang umum terjadi
pada karakter kuantitatif dengan nilai heritabilitas rendah. Hal ini dapat terjadi
sama nilainya dapat berbeda. Karena itu, walaupun metode pendugaannya serupa,
tetapi heritabilitas suatu karakter tidak selalu persis sama. Di pihak lain, walaupun
metode pendugaan berbeda, mungkin saja diperoleh heritabilitas yang sama untuk
karakter tertentu (Azrai dan Kasim, 2003).
Perbandingan antara varians yang disebabkan oleh genotip dengan varians
fenotip adalah ukuran dari Heritabilitas. Heritabilitas adalah kemampuan dari
suatu karakter untuk diwariskan pada keturunannya. Proporsi varians genotip
dalam varians fenotip dapat dihitung dengan rumus :
p G b
V V h 2 =
Perbandingan antara keseluruhan varians karena genotip dengan varians fenotip
disebut koefisien Heritabilitas.(Malau, 1995).
Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik
disebut Heritabilitas. Dan dapat dirumuskan sebagai :
h = Vg / (Vg + Ve).
Vg = Variasi genetik, Ve = Variasi lingkungan (komponen faktor lingkungan).
Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan,
aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1.
Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan,
sedangkan nilai 1 ialah bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Yang
sering menjadikan hambatan ialah rendahnya nilai heritabilitas sebagian besar
produksi tanaman budidaya yang penting dan rendahnya ketahanan terhadap
beberapa penyakit. Ini berarti pengaruh lingkungan terhadap ekspresi fenotip dan
Salah satu sifat yang paling penting dari suatu karakter yang tumbuh
(tumbuhan) adalah heritabilitas. Hal ini menunjukkan seperti yang telah kita lihat
proporsi dari jumlah perbedaan yang diakibatkan oleh efek dari gen rata-rata dan
inilah yang menentukan tingkat derajat kemiripan diantara famili. Hanya nilai
fenotip dari suatu individu yang dapat langsung diukur, tetapi nilai
pengembangbiakan itu sendirilah yang menentukan pengaruh mereka pada
generasi selanjutnya (Pai, 2000).
Dalam suatu populasi setiap individu tanaman terdapat perbedaan,
misalnya dalam hasil, tinggi tanaman, ketahanan terhadap lingkungan dan
sifat-sifat lain. Jika dilakukan seleksi secara acak dari dua tanaman dalam suatu
populasi dan diukur hasilnya maka terdapat perbedaan diantara kedua tanaman
tersebut yang diakibatkan oleh sebahagian pengaruh genetik dan sebahagian lagi
oleh faktor lingkungan. Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi
keragaman yang disebabkan oleh faktor genetis terhadap keragaman penotip dari
suatu populasi. Keragaman dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetis
(V2g) dan faktor lingkungan (V2e) (Hasyim, 2005).
Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks yang melukiskan hubungan
antara dua rangkaian data yang dihubungkan. Dengan kata lain, koefisien korelasi
adalah ukuran atau indeks dari hubungan antara dua variabel. Koefisien korealasi
besarnya antara +1 sampai -1. tanda plus dan minus memberi arti arah dua
hubungan dari koefisien korelasi, plus berarti adanya hubungan positif yang
berarti adanya kalau satu variabel naik maka variabel lainnya juga naik, sedang
hubungan negatif berarti kalau yang satu naik variabel lainnya turun
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut, yang
dilakukan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan bulan November 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas kedelai
yang terdiri dari 6 varietas yaitu : Varietas Seulawah, Kerinci, Krakatau, Ijen,
Panderman dan Baluran yang merupakan objek pengamatan, kompos sebagai
menutup lubang tanam, Insektisida Decis 2,5 EC 0,5 cc/L air, Fungisida Dithane
M-45, 1 cc/L air, air untuk menyiram tanaman serta bahan lain yang mendukung
penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk untuk membersihkan lahan dari
gulma dan sampah, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman,
handsprayer, gembor, pacak sampel, timbangan analitik untuk menimbang
produksi tanaman, alat tulis, dan kertas label serta alat lain yang mendukung
penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)
non faktorial. Varietas yang diuji yaitu:
V1 : Varietas Seulawah
V3 : Varietas Krakatau
V4 : Varietas Ijen
V5 : Varietas Panderman
V6 : Varietas Baluran
.
Jumlah Ulangan : 4 ulangan.
Jumlah Plot : 24 plot.
Jumlah tanaman/plot : 6 tanaman.
Jumlah sampel/ plot : 4 sampel.
Jumlah sampel seluruhnya : 96 sampel.
Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman.
Jarak antar blok : 50 cm.
Jarak antar plot : 30 cm.
Ukuran plot : 70 cm x 50 cm.
Lihat bagan lahan percobaan (lampiran 2)
Data yang dikumpulkan , dianalisis dengan sidik ragam linear Rancangan
Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu sebagai berikut: Yijk = µ + i+ j + ij
Dimana :
Yij =Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j.
µ = Nilai tengah rata-rata.
i = Efek blok ke-i. j = Efek varietas ke-j.
Jika data yang dianalisis dengan sidik ragam berpengaruh nyata, maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Steel and Torrie, 1995).
Keragaman Genetik
Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians Penotip
( 2P) dan varians genotip ( 2G).
Untuk menghitung varians Penotip ( 2P) dan varians genotip ( 2G) disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah Sumber
Keragaman Derajat Bebas JK KT Estimasi (Kuadrat Tengah) Blok
Dari hasil analisis varians genotipe dan varians antar genotipe didapat
Koefisien Varians Genotipe (KVG) dan Koefisien Varians Penotip (KVP) dengan
Menurut Murdaningsih dkk (1990) Koefisien Varians Genotipe (KVG)
yang telah diperoleh dari keseluruhan sifat agronomi dan hasil diklasifikasikan
yang rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
Kriteria rendah < 25% dari KVG yang terbesar
Kriteria sedang ≥ 25% - ≤ 50% dari KVG yang terbesar
Kriteria tinggi ≥ 50% - ≤ 75% dari KVG yang terbesar
Kriteria sangat tinggi ≥ 75% dari KVG yang terbesar
Untuk menentukan luas sempitnya variasi genetik suatu karakter yang
mempunyai koefisien variasi genetik relatif yang rendah dan sedang digolongkan
sebagai karakter yang bervariabilitas sempit, sedangkan koefisien variasi genetik
tinggi dan sangat tinggi digolongkan sebagai karakter yang bervariabilitas sedang.
Heritabilitas
Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P
E = varians lingkungan
- tinggi --- bila nilai H > 50%
- sedang --- bila nilai H terletak antara 20%-50%, dan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang
tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran
70 cm x 50 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak
antar blok 50 cm.
Penanaman Benih
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam diplot yang telah
dibuat dengan kedalaman + 2 cm, dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, kemudian
dimasukkan 2 benih per lubang tanam dan ditutup dengan kompos.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk
kedelai yaitu 100 kg Urea/ha (0,2 gr/lubang tanam), 200 Kg TSP/ha
(0,4 gr/lubang tanam), dan 100 kg KCl/ha (0,2 gr/lubang tanam). Pemupukan
Urea dilakukan dalam 2 tahap yakni pada saat penanaman sebanyak setengah
dosis anjuran dan setengah dosis lagi diberikan pada saat tanaman berumur 30
hari setelah tanam (hst) sedangkan pupuk TSP dan KCL diberikan pada saat
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman
dilakukan pagi dan sore hari.
Penyulaman dan Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penjarangan
dilakukan supaya pada setiap lubang tanam hanya terdapat 1 tanaman.
Penyulaman dilakukan paling lama 2 minggu setelah tanam dengan
menggantikan tanaman yang mati atau rusak, dengan tanaman cadangan yang
telah disediakan dan sesuai varietas, waktu penyulaman terbaik adalah sore hari.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
ada di plot, untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari
dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Pembumbunan
Agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak serta kokoh
Pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah di sekeliling
tanaman
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis
2,5 EC dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air.
Panen
Panen dilakukan dengan cara dipetik satu persatu dengan mengggunakan
tangan atau menggunakan pisau. Adapun kriteria panennya adalah ditandai
dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95 %.
Pengamatan Parameter
Karakter Agronomi
Karakter Morfologi
Tahapan Perkembangan Stadia (HST)
Tahapan perkembangan stadia diambil ketika tanaman memasuki tiap-tiap
stadia. Pengambilan umur stadia dilakukan mulai dari stadia vegetatip – stadia
matang penuh atau panen (V1-R8).
Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik
tumbuh dengan menggunakan meteran, Pengukuran dilakukan saat stadia
vegetatip (V1 / daun terurai penuh pada buku unifoliolat) sampai stadia matang
penuh atau panen (R8 / 95 % dari polong telah mencapai warna polong matang). Jumlah cabang pada batang utama (cabang)
Jumlah cabang pada batang utama dihitung pada saat sebelum panen
(R8 / matang penuh) yaitu. 95 % dari polong telah mencapai warna polong
matang. Cabang yang dihitung adalah cabang yang berasal dari batang utama pada
Jumlah Buku per Tanaman (buku)
Jumlah buku per tanaman dihitung saat stadia vegetatip (V1 / daun terurai
penuh pada buku unifoliolat) sampai stadia matang penuh atau panen (R8 / 95 %
dari polong telah mencapai warna polong matang). Buku yang dihitung adalah
buku yang terdapat pada batang utama.
Stadia Reproduktif 1/R1 (HST)
Pengamatan dilakukan dengan menghitung umur tanaman pada saat
tanaman memasuki stadium reproduktif R1, yaitu membukanya bunga pertama
kali pada salah satu buku batang utama.
Umur berpolong (HST)
Umur mulai berpolong dihitung pada saat tanaman memasuki stadia R3
(mulai berpolong) yaitu polong sepanjang 5 mm pada salah satu diantara 4 buku
teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh.
Umur Matang Penuh (hari)
Pengamatan umur matang penuh dihitung ketika tanaman memasuki R8
yaitu polong telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan
warna kecokelatan pada polong.
Bentuk Daun
Diamati bentuk daun tanaman kedelai pada tanaman memasuki V1 (daun
terurai penuh pada buku unifoliolat) dan dilakukan hanya satu kali pengambilan
data dengan kriteria bentuk daun yaitu lanset, segitiga, oval meruncing, oval
Warna Bunga
Diamati warna bunga pada saat tanaman memasuki stadia R2 (stadia
berbunga penuh). Dengan kriteria warna bunga yaitu putih dan ungu.
Bentuk Percabangan
Diamati pada saat tanaman telah memasuki stadia akhir yaitu pada stadia
R8 (Matang penuh). Dengan kriteria yaitu tegak, tegak-agak tegak, agak tegak,
agak tegak- horisontal, horisontal.
Tipe Pertumbuhan
Diamati pada saat awal tumbuh hingga memasuki stadia akhir yaitu pada
stadia V1(stadium buku pertama / daun terurai penuh pada buku unifoliolat)
sampai R8 (Matang penuh / 95 % dari polong telah mencapai warna polong
matang). Dengan dua kriteria yaitu determinate dan indeterminate.
Karakter Produksi
Jumlah biji per polong (biji)
Jumlah biji per polong dihitung pada setiap polong, dihitung pada saat
tanaman telah dipanen.
Jumlah polong per tanaman (polong)
Jumlah polong/tanaman dapat diketahui dengan menghitung semua polong
yang terbentuk pada setiap tanaman sampel. Penghitungan dilakukan saat stadia
stadia R8 (matang penuh / 95 % dari polong telah mencapai warna polong
Jumlah biji per tanaman (biji)
Penghitungan dilakukan saat stadia R8 (matang penuh / 95 % dari polong
telah mencapai warna polong matang) atau saat panen dilakukan. Untuk
mengetahui jumlah biji pada tiap tanaman dilakukan dengan membuka/mengupas
tiap polong, lalu dihitung semua biji yang ada pada polong tersebut.
Bobot biji per tanaman (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji dari
masing-masing tanaman sampel.
Bobot 100 biji (g)
Diambil 100 biji dari masing-masing varietas, pada tanaman sampel
kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakter Agronomi
Karakter Morfologi
Pengamatan visual meliputi bentuk daun (Lampiran 97), warna bunga,
bentuk percabangan dan tipe pertumbuhan yang disajikan dalam Tabel 2. Untuk
bentuk daun, warna bunga, bentuk percabangan keenam varietas memiliki
penampilan karakter yang berbeda-beda. Sedangkan tipe pertumbuhan dari
keenam varietas kedelai sama yaitu determinate.
Tabel 2. Bentuk daun, Warna Bunga, Bentuk Percabangan Dan Tipe Pertumbuhan
Varietas Bentuk Daun Warna
Bunga
Bentuk Percabangan
Tipe Pertumbuhan
Seulawah (V1) Oval Meruncing Ungu Tegak Determinate
Kerinci (V2) Segitiga Ungu Tegak-Agak tegak Determinate
Krakatau (V3) Segitiga Ungu Tegak-Agak tegak Determinate
Ijen (V4) Oval meruncing Ungu Tegak-Agak tegak Determinate
Panderman (V5) Oval Membulat Putih Tegak Determinate
Baluran (V6) Lanset Ungu Agak tegak Determinate
Bentuk daun, warna bunga, bentuk percabangan dan tipe pertumbuhan
Gambar 1. Bentuk Daun
a. Seulawah (V1) b. Kerinci (V2)
Oval meruncing Segitiga
c. Krakatau (V3) d. Ijen (V4)
Segitiga Oval meruncing
e. Panderman (V5) f. Baluran (V6)
Tahapan Perkembangan Stadia (HST)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tahapan perkembangan stadia pada
stadia V1 hingga R8 dapat dilihat pada Lampiran 6 hingga 37. Dari sidik ragam
diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tahapan
perkembangan stadia pada stadia V2, V4, V5, V6, V7, V8 dan R1 hingga R8 dan
tidak berbeda nyata pada stadia V1, V3. Rataan tahapan perkembangan stadia dari
stadia V1 hingga stadia R8 dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa varietas Kerinci memiliki tahapan
perkembangan stadia yang terpanjang (105,31 HST) dan yang terpendek pada
varietas Baluran (88,44 HST).
Grafik beda rataan tahapan perkembangan stadia pada stadia V1 hingga
R8 dapat dilihat pada Gambar 2.
0.00
Tinggi Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman pada stadia V1
hingga stadia R8 dapat dilihat pada Lampiran 38 hingga 59. Dari sidik ragam
diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada
stadia V2 hingga stadia R3 dan tidak berbeda nyata pada stadia V1. Rataan tinggi
tanaman dari stadia V1 hingga stadia R8 dapat dilihat pada Tabel 4.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa varietas Seulawah memiliki tinggi
tanaman yang tertinggi pada stadia R8 (97,28 cm) dan yang terendah terdapat
Tabel 3. Rataan Tahapan Perkembangan Stadia (HST) pada Stadia V1 hingga R8
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.
Tabel 4. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada Stadia V1 hingga R8
Varietas Stadia
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
pada taraf 5 %.
Tabel 5. Perbandingan Hasil Rataan Karakter Morfologi Dari Keenam Varietas Kedelai
Karakter Seulawah Kerinci Krakatau Ijen Panderman Baluran
Tinggi tanaman (cm) 97,28 a 85,28 b 82,76 b 85,96 c 60,28 c 64,54 c
Jumlah cabang pada batang
utama (cabang) 12,00 ab 12,13 ab 12,19 ab 9,38 bc 7,06 c 13,69 a
Jumlah buku per tanaman (buku) 21,63 a 20,25 ab 19,38 bc 17,81 c 17,75 c 14,13 d
Stadia Reproduktif 1/R1 (HST) 51,75 e 46,81 d 45,94 d 38,88 c 31,81 a 36,25 b
Umur berpolong (HST) 71,63 e 62,44 d 59,81 c 54,63 b 44,94 a 45,94 a
Umur matang penuh (HST) 103,81 bc 105,31 d 104,75 cd 97,63 b 103,31 bc 88,44 a
Bentuk daun Oval meruncing Segitiga Segitiga Oval meruncing Oval membulat Lanset
Warna bunga Ungu Ungu Ungu Ungu Putih Ungu
Bentuk percabangan Tegak
Tegak-Agak tegak
Tegak-Agak
tegak Tegak-Agak tegak Tegak Agak tegak
Tipe pertumbuhan Determinate Determinate Determinate Determinate Determinate Determinate
Gambar 2. Daun, Bunga, Polong, Biji, Tanaman Dan Hasil Pengamatan Di Lapangan Dari Enam Varietas Kedelai.
a. Varietas Seulawah (V1)
Ciri-Ciri Tanaman Varietas Seulawah
Tinggi Tanaman : 97,28 cm
Jumlah Cabang Pada Batang utama : 12 cabang
Bentuk Daun Jumlah Buku Per Tanaman : 22 buku
Umur Berbunga : 52 hari
Umur Berpolong : 72 hari
Umur Matang Penuh : 103,81 hari
Bentuk Daun : Oval meruncing
Bunga
Warna Bunga : Ungu
Bentuk Percabangan : Tegak
Tipe Pertumbuhan : Determinate
Jumlah Biji Per Polong : 2 biji
Polong Jumlah Polong Per Tanaman : 336 polong
Jumlah Biji Per Tanaman : 700 biji
Bobot Biji Per Tanaman : 81,33 g
Bobot 100 Biji : 11,08 g
Biji
b. Varietas Kerinci (V2)
Ciri-Ciri Tanaman Varietas Kerinci
Tinggi Tanaman : 85,28 cm
Jumlah Cabang Pada Batang utama : 12 cabang
Jumlah Buku Per Tanaman : 20 buku
Umur Berbunga : 47 hari
Umur Berpolong : 62 hari
Umur Matang Penuh : 105 hari
Bentuk Daun : Segitiga
Warna Bunga : Ungu
Bunga
Bentuk Percabangan : Tegak-Agak Tegak
Tipe Pertumbuhan : Determinate
Jumlah Biji Per Polong : 2 biji
Jumlah Polong Per Tanaman : 256 polong
Biji Jumlah Biji Per Tanaman : 500 biji
Bobot Biji Per Tanaman : 59,81 g
Bobot 100 Biji : 11,83 g
Polong
c. Varietas Krakatau (V3)
Ciri-Ciri Tanaman Varietas Krakatau
Tinggi Tanaman : 82,76 cm
Jumlah Cabang Pada Batang utama : 12 cabang
Jumlah Buku Per Tanaman : 19 buku
Umur Berbunga : 46 hari
Umur Berpolong : 60 hari
Umur Matang Penuh : 104 hari
Bentuk Daun : Segitiga
Warna Bunga : Ungu
Bunga
Bentuk Percabangan : Tegak-Agak Tegak
Tipe Pertumbuhan : Determinate
Jumlah Biji Per Polong : 2 biji
Jumlah Polong Per Tanaman : 243 polong
Biji Jumlah Biji Per Tanaman : 529 biji
Bobot Biji Per Tanaman : 61,34 g
Bobot 100 Biji : 12,33 g
Polong
d. Varietas Ijen (V4)
Ciri-Ciri Tanaman Varietas Ijen
Tinggi Tanaman : 85,96 cm
Jumlah Cabang Pada Batang utama : 9 cabang
Jumlah Buku Per Tanaman : 18 buku
Umur Berbunga : 39 hari
Umur Berpolong : 54 hari
Umur Matang Penuh : 97 hari
Bentuk Daun : Oval meruncing
Warna Bunga : Ungu
Bunga
Bentuk Percabangan : Tegak-Agak Tegak
Tipe Pertumbuhan : Determinate
Jumlah Biji Per Polong : 2 biji
Jumlah Polong Per Tanaman : 199 polong
Biji Jumlah Biji Per Tanaman : 431 biji
Bobot Biji Per Tanaman : 52,02 g
Bobot 100 Biji : 12,18 g
Polong
e. Varietas Panderman (V5)
Ciri-Ciri Tanaman Varietas Panderman
Tinggi Tanaman : 60,28 cm
Jumlah Cabang Pada Batang utama : 7 cabang
Jumlah Buku Per Tanaman : 18 buku
Umur Berbunga : 32 hari
Umur Berpolong : 45 hari
Umur Matang Penuh : 103 hari
Bentuk Daun : Oval membulat
Warna Bunga : Putih
Bunga
Bentuk Percabangan : Tegak
Tipe Pertumbuhan : Determinate
Jumlah Biji Per Polong : 2 biji
Jumlah Polong Per Tanaman : 124 polong
Biji Jumlah Biji Per Tanaman : 233 biji
Bobot Biji Per Tanaman : 56,28 g
Bobot 100 Biji : 23,30 g
Polong
f. Varietas Baluran (V6)
Ciri-Ciri Tanaman Varietas Baluran
Tinggi Tanaman : 64,54 cm
Jumlah Cabang Pada Batang utama : 13 cabang
Jumlah Buku Per Tanaman : 14 buku
Umur Berbunga : 36 hari
Umur Berpolong : 46 hari
Umur Matang Penuh : 88 hari
Bentuk Daun : Lanset
Warna Bunga : Ungu
Bunga
Bentuk Percabangan : Agak-Tegak
Tipe Pertumbuhan : Determinate
Jumlah Biji Per Polong : 2 biji
Jumlah Polong Per Tanaman : 124 polong
Biji Jumlah Biji Per Tanaman : 278 biji
Bobot Biji Per Tanaman : 45,57 g
Bobot 100 Biji : 17,43 g
Polong
Grafik rataan tinggi tanaman pada stadia V1 hingga R8 dapat dilihat pada
Gambar 3. Grafik Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada Stadia V1 hingga R8
Jumlah Buku per Tanaman (buku)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah buku per tanaman pada
stadia R1 hingga stadia R8 dapat dilihat pada lampiran 60 hingga 65. Dari sidik
ragam diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter jumlah buku
per tanaman pada stadia R1 hingga R8 dan tidak berbeda nyata pada stadia V1
hingga V8. Rataan jumlah buku per tanaman dari stadia V1 hingga stadia R8
dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa varietas Seulawah memiliki jumlah buku
per tanaman tertinggi pada stadia R8 (21,63 buku) dan yang terendah terdapat
Grafik rataan jumlah buku per tanaman pada stadia R1 hingga R8 dapat
dilihat pada Gambar 4.
0.00
Gambar 4. Grafik Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) pada Stadia R1 hingga R8
Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah cabang pada batang utama
stadia R8/ Stadia matang penuh dapat dilihat pada Lampiran 66 dan 67. Dari sidik
ragam diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang
pada batang utama pada stadia R8. Rataan jumlah cabang pada batang utama dari
stadia R8 dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas Baluran memiliki jumlah cabang
pada batang utama tertinggi pada stadia R8 (13,69 cabang) yang berbeda nyata
dengan varietas Ijen dan varietas panderman sedangkan yang terendah terdapat
Tabel 6. Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) pada Stadia V1 hingga R8
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.
Histogram rataan Jumlah Cabang pada Batang Utama dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 5. Histogram Rataan Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang).
Stadia Reproduktif 1 /R1 (HST)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam stadia reproduktif 1/R1 dapat
dilihat pada Lampiran 68 dan 69. Dari sidik ragam diperoleh bahwa varietas
berbeda nyata terhadap parameter stadia reproduktif 1/R1. Rataan stadia
reproduktif 1/R1 dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas yang paling cepat stadia
reproduktif 1/R1 adalah Panderman (31,81 HST) yang berbeda nyata dengan
varietas Baluran, Seulawah, Kerinci, Krakatau, Ijen dan varietas yang paling lama
adalah varietas Seulawah (51,75 HST).
ab ab ab
bc
c
Histogram rataan stadia reproduktif 1/R1 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Histogram Rataan Stadia Reproduktif 1/R1 (HST)
Umur Berpolong/R3 (HST)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam umur berpolong dapat dilihat pada
Lampiran 70 dan 71. Dari sidik ragam diperoleh bahwa varietas berbeda nyata
terhadap parameter umur berpolong. Rataan umur berpolong dapat dilihat pada
Tabel 5.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas yang paling cepat berpolong
adalah Panderman (44,94 HST) yang berbeda nyata dengan varietas Seulawah,
Kerinci, Krakatau, Ijen, dan varietas yang paling lama berpolong adalah varietas
Seulawah (71,63 HST). a
b b
c
Histogram rataan umur berpolong/R3 dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Histogram Rataan Umur Berpolong/R3 (HST)
Umur Matang Penuh/R8 (HST)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam umur matang penuh dapat dilihat
pada Lampiran 72 dan 73. Dari sidik ragam diperoleh bahwa varietas berbeda
nyata terhadap parameter umur matang penuh. Rataan umur matang penuh dapat
dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas yang paling cepat matang penuh
adalah Baluran (88,44 HST) yang berbeda nyata dengan varietas Seulawah,
Kerinci, Krakatau, Ijen, Panderman dan varietas yang paling lama matang penuh
adalah varietas Kerinci (105,31 HST). a
b c
d