PENGGUNAAN SARI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.)
DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
SKRIPSI
OLEH: TETI FERIDA NIM 091524052
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UVIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN SARI BUAH PEPAYA ( Carica papaya L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
OLEH: TETI FERIDA
091524052
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Juni 2011
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, NIP195107031977102001 NIP 195807101986012001
Pembimbing II,
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP195107031977102001
Dra. Saodah, M.Sc., Apt.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan penulis kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian
dan penulisan skripsi ini. Terima kasih tidak terhingga kepada Ayahanda K. Maha
dan Ibuda O. R. Ujung, Abang Charles, bang Iwan, kakak Ruspina, adinda Tika
dan Sari, serta Fitri, Yulia dan Silvia yang memberikan do’a dan dorongan demi
suksesnya penulis.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama
melakukan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
2. Ibu Dra. Siti Nurbaya, Apt., selaku penasehat akademi yang telah
memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.
3. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,
dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Farmasi yang telah banyak
5. Teman-teman penulis, Rika, Ika Acut, Dara, Srik, Anna, Hartik, Safrina,
Ain, K’Nda, K’ Memel, K’Lel, Hetty dan rekan-rekan Farmasi Ekstensi
angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah
memberikan bantuan, saran, dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis dengan kerendahan hati bersedia menerima kritikan dan saran yang
membangun dari kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Juni 2011 Penulis,
ABSTRAK
Buah pepaya (Carica papaya L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Buah pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Pepaya kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, pepaya juga mengandung mineral seperti kalsium, forfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Kandungan gula dalam pepaya masak antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa.
Berdasarkan kandungannya, dicoba untuk melakukan penelitian dengan menggunakan sari buah papaya yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Sari pepaya diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.
Telah dilakukan penelitian terhadap sari buah pepaya (Carica papaya L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari buah pepaya yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari buah pepaya 2,5% dan 5% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari buah pepaya dengan konsentrasi 7,5% dan 10% mengalami perubahan warna pada penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,63-6,10, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
ABSTRACT
Papaya (Carica Papaya L.) is one of sample natural material can be as moisturizing skin. Papaya contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Papaya was rich of vitamin A, B1, and C. which very important to ward free radical. Beside vitamin, papaya also has mineral as calcium. Phosphor, potassium, iron, carbohidrat, protein and lipid. Containing of sugar in ripe papaya among sucrose, glucose and fructose.
Based on the contains can be tried to do a research by papaya extract to made be hand cream. Preparations papaya extract was formulated in a type of cream O/W to made prepatations used to moisturizer.
A research has been done to the papaya extract (Carica papaya L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of papaya extract used were 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blank preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.
The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with papaya extract concentration of 2,5% and 7,5% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of papaya extract with a concentration of 7,5% and 10% experienced changes color in the storage of 12 weeks. Having a pH of 5,63 – 6,10 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of papaya extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian tanaman pepaya ... 5
2.1.1 Pepaya ... 5
2.1.2 Taksonomi Pepaya ... 5
2.1.3 Kandaungan dan Manfaat Pepaya ... 6
2.2 Kulit ... 7
2.2.1 Fungsi Kulit ... 7
2.2.2 Struktu Kulit ... 9
2.3 Emulsi ... 11
2.4 Krim ... 13
2.5 Kosmetik Untuk Kulit... 14
2.5.1 Kosmetik Pelembab ... 14
2.5.2 Alasan Kulit Dilembabkan ... 15
2.5.3 Faktor yang Menyebabkan Dehidrasi Kulit ... 15
2.5.4 Macam-macam Kosmetik Pelembab ... 15
2.6. Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
3.1 Alat-alat... 19
3.2 Bahan-bahan ... 19
2.2.1 Teknik pengambilan Sampel ... 19
2.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi
Penguapan Air Dari Kulit ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 25
4.1.1 Uji homogenitas ... 25
4.1.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25
4.1.3. Penentuan pH sediaan ... 27
4.1.4 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 29
4.1.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 30
4.1.6 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
5.1 Kesimpulan ... 33
5.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formula Dasar Krim yang Dibuat... .. 20
Tabel 2. Formula Sediaan Krim yang Dibuat...21
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat
Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25
Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan ... 27
Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan Selama 12 minggu...28
Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 29
Tabel 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 30
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Formula sediaan krim ... 36
Gambar 2. Pepaya .. ... 36
Gambar 3. Uji tipe emulsi ...37
Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37
Gambar 5. Gambar sari papaya yang telah di freezee dryer………...38
Gambar 6. Alat freezee dryer... ...39
Gambar 7. pH meter...40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar sediaan formula krim dari sari buah pepaya...36
Lampiran 2. Gambar pepaya... 36
Lampiran 3. Gambar uji tipe emulsi ...37
Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37
Lampiran 5. Gambar sari papaya yang telah di freezee dryer………...38
Lampiran 6. Alat freezee dryer... ...39
Lampiran 7. pH meter... ...40
Lampiran 8. Rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 41
Lampiran 9. Perhitungan... ... ....42
ABSTRAK
Buah pepaya (Carica papaya L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Buah pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Pepaya kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, pepaya juga mengandung mineral seperti kalsium, forfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Kandungan gula dalam pepaya masak antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa.
Berdasarkan kandungannya, dicoba untuk melakukan penelitian dengan menggunakan sari buah papaya yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Sari pepaya diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.
Telah dilakukan penelitian terhadap sari buah pepaya (Carica papaya L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari buah pepaya yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari buah pepaya 2,5% dan 5% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari buah pepaya dengan konsentrasi 7,5% dan 10% mengalami perubahan warna pada penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,63-6,10, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
ABSTRACT
Papaya (Carica Papaya L.) is one of sample natural material can be as moisturizing skin. Papaya contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Papaya was rich of vitamin A, B1, and C. which very important to ward free radical. Beside vitamin, papaya also has mineral as calcium. Phosphor, potassium, iron, carbohidrat, protein and lipid. Containing of sugar in ripe papaya among sucrose, glucose and fructose.
Based on the contains can be tried to do a research by papaya extract to made be hand cream. Preparations papaya extract was formulated in a type of cream O/W to made prepatations used to moisturizer.
A research has been done to the papaya extract (Carica papaya L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of papaya extract used were 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blank preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.
The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with papaya extract concentration of 2,5% and 7,5% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of papaya extract with a concentration of 7,5% and 10% experienced changes color in the storage of 12 weeks. Having a pH of 5,63 – 6,10 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of papaya extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta indrustrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia
usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan
antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik
(cosmeceuticals) (Tranggono. R.I.S dan Latifah.F, 2007).
Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit
manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta merubah
rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan
diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah
kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi kulit
pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak kosmetik dengan kulit
menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau
merugikan berupa efek samping kosmetik (Wasitaatmadja, 1997).
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga tergantung
Kulit merupakan salah satu panca indera manusia yang terletak di
permukaan tubuh. Bagi tubuh kulit mempunyai fungsi yang sangat penting dan
fungsi ini tidak sepadan dengan lapisannya yang tipis. Berkaitan dengan letaknya
yang ada di permukaan tubuh maka kulit merupakan organ pertama yang terkena
pengaruh tidak menguntungkan dari lingkungan. Oleh karenanya menjaga
kesehatan kulit sama pentingnya dengan menjaga organ lain (Santoso, 2001).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai
penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air
sehingga kulit menjadi lebih kering.
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak
hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam
stearat, fatty alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa
vitamin.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik
yang menyerap air.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari
yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Buah pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral.
Pepaya kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal
radikal bebas. Selain vitamin, pepaya juga mengandung mineral seperti kalsium,
forfor, kalium,zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Kandungan gula dalam
pepaya masak antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa (anonim, 2010).
Berdasarkan zat yang dikandungnya peneliti ingin melakukan penelitian
sari pepaya yang dibuat menjadi sediaan krim pelembab.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah sari buah pepaya (Carica papaya L.) dapat diformulasikan dalam
sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Apakah sari buah pepaya (Carica papaya L.) mampu mengurangi
penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan
krim.
1.3 Hipotesa
1. Sari buah pepaya (Carica papaya L.) dapat diformulasikan dalam sediaan
2. Sari buah papaya (Carica papaya L.) mampu mengurangi penguapan air
dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk membuat sediaan krim tipe m/a dengan penambahan sari buah
pepaya.
2. Untuk mengetahui kemampuan sari buah papaya (Carica papaya L.)
mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam
bentuk sediaan krim.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Pepaya
2.1.1 Pepaya (Carica papaya L.)
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh
hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada
batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang
dan berlubang di bagian tengah. Bentuk
ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah
masak hijau muda hingga kuning. Daging buah berasal dari karpela yang
menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah
buah berongga. Biji
lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan.
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae
yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar
Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah
tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah
dataran dan pegunungan. Buah pepaya merupakan buah bermutu dan bergizi
tinggi (Rukmana. R, 1995)
2.1.2 Taksonomi pepaya (Carica papaya L.)
Menurut Rukmana,R (1995) dalam taksonomi tumbuhan, pepaya diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
2.1.3 Kandungan dan manfaat pepaya (Carica papaya L.)
Buah papaya matang mengandung sejumlah zat gizi penting terutama
vitamin A. dalam setiap 0,5 kg buah papaya terkandung nutrisi: protein (2,5
gram), karbohidrat (46 gram), lemak (0,5 gram), vitamin A (10.000 SI), vitamin C
(300 mg), thiamin (0,30 mg), riboflavin (0,27 mg), niasin (1,75 mg), kalsium
(0,15 gram), magnesium (0,25 gram), potassium (1,15 gram), belerang (0,15
gram), fosfor (0,47 gram), zat besi (0,02 gram), silicon (0,02 gram), klorin (0,12
gram), sodium (0,2 gram), dan air (399 gram).
Selain baik untuk kesehatan tubuh, di antara manfaat penting buah papaya
yaitu berkaitan dengan perawatan kulit. Seperti telah diketahui, penduduk di
kepulauan Karibia biasa memanfaatkan buah papaya matang sebagai sabun untuk
kulit. Demikian juga dengan jus papaya yang matang dipakai untuk
menghilangkan kulit berkerut karena faktor usia dan terpaan sinar matahari.
Papaya dapat mencegah kerut-kerut pada kulit karena mengandung zat yang dapat
meremajakan kolagen.
Selain itu, jus buah papaya yang matang dan berwarna merah juga baik
untuk kesehatan mata. Sementara untuk buah yang muda bisa dimanfaatkan air
getahnya untuk menghilangkan kapal dan menyembuhkan kaki yang pecah-pecah
2.2 Kulit
Kulit adalah suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif,
mengatur diri sendiri yang melindungi sistem kita. Kulit tersusun oleh banyak
macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat,
organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak
(Anief, 1997).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
(Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 Fungsi kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan
sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dai luar.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin
yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelnjar palit kulit yang
mempunyai pH 5,0-6,5.
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut:
− Kulit sebagai filter dan pelindung.
Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting
bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk kedalam
tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan fisik,
sinar matahari, panas dan dingin.
− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam
jaringan tubuh.
Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit
mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka
atau retak daya ikat terhadap air akan berkurang.
− Kulit mengatur suhu tubuh.
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap
merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga
tubuh akan tertahan.
− Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar,
seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut
(Wirakusumah, 1994).
2.2.2 Struktur Kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan
hipodermis (subkutan).
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri
dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
− Lapisan tanduk (stratum korneum)
Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
− Lapisan rintangan (stratum lusidum)
Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti diantaranya.
− Lapisan tajuk (stratum spinosum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
− Lapisan tunas (stratum basale)
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan
tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang
memproduksi pigmen melanin.
b. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen elastis dan retikulin.
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu
tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya
(Wirakusumah, 1994).
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian :
1. Kulit Normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3 Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini
bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan
film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan
dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe
M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase
intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
2.4 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di
tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman, 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak
serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,
propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w
2.5. Kosmetik Untuk Kulit
Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan
tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila
bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia meskipun berasal dari alam dan
organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalam hal tertentu
kosmetik itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut.
Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan
pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi
dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
2.5.1. Kosmetika Pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
2.5.2. Alasan kulit dilembabkan
Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum di bawah kondisi
yang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah
berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran
dan sisa mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak
itu akan menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga
akan melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk
mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada
kulit serta akibat-akibat buruknya.
2.5.3. Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit
Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian
jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika
lapisan lemak tipi situ diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu
yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya,
demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.
2.5.4. Macam-macam kosmetik pelembab
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak
Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream.
Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit
banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi
lembab dan lembut.
Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai
bentuk, dari krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim
O/W yang kaya lemak, sampai emulsi O/W cair yang mengandung air
lebih dari 80%.
2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.
Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk
lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit
Nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum
kulit (Tranggono R.I.S dan Latifah. F, 2007).
2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat
humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM,
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara
dan menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat
bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).
f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan
parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang
ditawarkan produsen (Lachman, 1994).
METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca listrik , pH meter , mikroskop, freezee dryer , juicer, lumpang ,
stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air,
batang pengaduk, spatel, pot plastik.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, natrium metabisulfit, oleum rosae, sari buah pepaya.
3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah pepaya
masak yang segar.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang dan
penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
berjumlah 6 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985) :
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada disekitar pengujian
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembuatan sari buah pepaya
Buah pepaya yang sudah masak dengan berat 3,6 kg dikupas kulitnya dan
bijinya dibuang, dicuci bersih, diperoleh daging buah sebanyak 2,4 kg, kemudian
daging buah pepaya dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dan
dihaluskan dengan juicer, lalu dihasilkan sari sebanyak 1,6 kg dan dikeringkan
dengan freezee dryer sampai diperoleh ekstrak pepaya hampir kering sebanyak
93,7 gram.
3.4.2 Formula Standar Handcream (Young, 1972)
Asam stearat 12 g
Formula dasar krim yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Dasar Krim yang Dibuat
Komposisi Jumlah untuk 600 gram
Cara Pembuatan:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Natrium metabisulfit
dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan trietanolamin dan dikocok sampai
larut (massa II)). Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang
panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim.
3.4.4 Pembuatan Sediaan Krim
Konsentrasi sari buah pepaya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
2,5 %, 5 %, 7,5 % dan 10 % dan gliserin 2 %. Adapun formula yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Formula Sediaan Krim yang Dibuat
Komposisi
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Cara Pembuatan:
Sari buah pepaya digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim
dan digerus hingga diperoleh sediaan yang homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes
parfum dan digerus sampai homogen.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan
Cara:
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat
sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada
temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi,
permisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.
3.5.3 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.
(Rawlins, 2003).
3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara :
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan
diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan
tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).
3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:
kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan
lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran
(Wasitaatmadja, 1997).
3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai seperti pada lampiran 8, halaman 26
Cara :
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum
dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,
kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi
ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa
sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah
plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan
menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian
bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik
diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar
wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh
udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan
sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel
selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang
kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan
yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1. Homogenitas Sedíaan
Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak
diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen.
Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula
A dan F, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran
pada objek gelas.
4.1.2. Stabilitas Sediaan
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan
Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula C : Konsentrasi pepaya 5%
Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5%
Formula E : Konsentrasi pepaya 10%
Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2%
(sebagai pembanding)
apabila pada penyimpanan terjadi “up ward creaming” yaitu pembentukan massa
krim keatas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat
jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukan
massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar
dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung
bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
perubahan bau.
Dari data di atas di dapat hasil pada sediaan krim blanko, gliserin 2%,dan
krim sari pepaya konsentrasi 2,5% dan 5% stabil pada penyimpanan selama 12
minggu, sedangkan pada sediaan krim sari pepaya pada konsentrasi 7,5% dan
10% mengalami perubahan warna pada penyimpanan 12 minggu, hal ini
disebabkan oleh karena pepaya mengandung beta karoten yang mudah teroksidasi.
memudar. Kemungkinan ini terjadi karena sediaan krim di simpan pada wadah
yang transparan sehingga terjadi oksidasi langsung karena terkena cahaya.
4.1.3. pH Sedíaan
pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat
No Formula pH
I II III Rata-rata
1 A 5,9 6,1 6,3 6,10
2 B 5,9 6,0 5,8 5,90
3 C 5,9 5,8 5,8 5,83
4 D 5,7 5,8 5,6 5,70
5 E 5,6 5,7 5,6 5,63
Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5%
Formula C : Konsentrasi pepaya 5%
Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5%
Formula E : Konsentrasi pepaya 10%
Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2%
(sebagai pembanding)
Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan
bahwa pH dari formula A: 6,10 ; formula B: 5,90 ; formula C: 5,83 ; formula D:
5,70 ; formula E: 5,63 ; formula F: 6,10.
Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, , didapatkan
bahwa pH dari formula A: 6,03 ; formula B: 5,87 ; formula C: 5,80 ; formula D:
5,73 ; formula E: 5,67 ; formula F: 6,06. Menurut Balsam (1972), pH untuk
sediaan krim tangan dan badan adalah 5-8, sehingga formula diatas memenuhi
syarat pH untuk krim tangan dan tidak mengiritasi kulit.
4.1.4. Tipe Emulsi Sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan
biru metil adalah:
Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5%
Formula C : Konsentrasi pepaya 5%
Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5%
Formula E : Konsentrasi pepaya 10%
Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 2%
(sebagai pembanding)
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 diatas, formula
menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian
larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang
dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.
4.1.5. Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
N
terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah
lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel
diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau
4.1.6. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-25
tahun yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Tabel 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada Masing-masing Formula
A B C D E F
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5%
Formula C : Konsentrasi pepaya 5%
Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5%
Formula E : Konsentrasi pepaya 10%
Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2%
(sebagai pembanding)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari pepaya dengan konsentrasi
2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 10,53% sampai
25,00%, untuk konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit
penguapan air sebesar 28,57% sampai 52,00% sedangkan untuk konsentrasi 10%
mampu mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 38,09% sampai 56,00%.
Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin
konsentrasi 2% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan gliserin
konsentrasi 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 33,33% hingga
48,00% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar
5,26% hingga 10,00%
Dari data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari
pepaya yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit. Apabila
dibandingkan dengan persentase kemampuan sediaan pembanding yaitu sediaan
gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari kulit, maka yang mendekati
dengan kemampuan sediaan gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari
kulit yaitu sediaan dengan konsentrasi pepaya 7,5%.
Perbedaan nilai persentase dari tiap sukarelawan ini di sebabkan oleh
perbedaan cuaca pada saat pengujian dan tiap individu menghasilkan keringat
yang tidak sama banyaknya karena tiap sukarelawan melakukan aktivitas yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sari pepaya (Carica papaya L.) dapat diformulasikan dalam bentuk
sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan
semuanya homogen, tapi sediaan dengan konsentrasi sari 7,5% dan 10%
setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan warna, selain itu
untuk sediaan krim blanko, sediaan dengan konsentrasi sari 2,5%, 5% dan
gliserin konsentrasi 2% stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.
Sediaan krim mempunyai pH 5,63-6,10, serta tidak mengiritasi kulit.
2. Penambahan sari pepaya dalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan
air pada kulit, bahwa semakin tinggi konsentrasi sari pepaya yang
ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan
sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.
5.2. Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meningkatkan antioksidan
ataupun mengganti dengan antioksidan lain yang lebih cocok agar tidak tejadi
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (1997). Formulasi Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit. Cetakan Pertama.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 1-15.
Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.
Anonim, (2010). Buah Pepaya (Carica papaya). Online.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal 6.
Jealani, (2009). Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Bandung: penerbit Pustaka populer Obor. Hal. 111-112.
Lachman, L., Liberman, A. H, Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Hal. 1118.
Putriyanti, D. (2009). 100% Cantik Rahasia di Balik Buah dan Sayur. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. Hal. 36.
Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Rukmana, R. (1995). Bertanam Pepaya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 15-16, 25-36.
Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59, 62-63, 111-112.
Wasitaatmadja, S. M. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3.
Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited
LAMPIRAN Lampiran 1. Sediaan krim
Gambar 1. Gambar sediaan krim
Lampiran 2. Gambar pepaya
ss
Gambar 2. Gambar pepaya
Gambar 3. Gambar uji tipe emulsi di atas objek gelas
Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu
Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpana selama 12 minggu
Gambar 5 : Gambar sari papaya yang telah di freeze dryer
Lampiran 6. Gambar alat freeze dryer
Lampiran 7. Gambar pH meter
Gambar 7. pH meter
Penguapan Air Dari Kulit
Rangkaian alat pada saat pengujian
Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang
Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik
Gambar 8. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air
Dari Kulit
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada
Lampiran 10. Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari
6 E 10,02 10,12 100 50,00
penguapan