• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS PENAHAN AIR UNTUK

MENDUKUNG PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN

(Artocarpus communis Forst)

RICO CRISTIAN LAKSAMANA 061202010

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS PENAHAN AIR UNTUK

MENDUKUNG PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN

(Artocarpus communis Forst)

SKRIPSI

Oleh:

RICO CRISTIAN LAKSAMANA 061202010

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS BAHAN PENAHAN AIR UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN

(Artocarpus communis Forst.)

SKRIPSI

Oleh:

RICO CRISTIAN LAKSAMANA 061202001/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul Skripsi : Penggunaan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst)

Nama : Rico C Laksamana

NIM : 061202010

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Budi Utomo SP, MP Dr. Ir. Yunasfi, M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(5)

ABSTRACT

RICO C LAKSAMANA : Use some type of water retaining to support the growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). Under the supervision of BUDI UTOMO and YUNASFI

Water is an important factor to supporting the growth of a plants. Lack of water will disturb the physiological and morphological activities, became an atrophy. The purpose of this study is to evaluate the effect of various type of water retaining material appropriate to see influence growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). This study uses a non-factorial completely randomized design.

The result of this study showed that the type of water retaining to give tangible effect to height and soil moisture content. In average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M4 (control) is 1.10 cms. In

average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M4 (manure) as highest is 5.23 cms. In average use some of water

retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M5 (carbonated soft) as

lowest is 0.93 cms. In average use some of water retaining influence to change diametres of breadfruit seedlings in M1 (control) is 0.43 cms. In average use some of

water retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M9 (gelatin)

as highest is 0.45. In average use some of water retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M7 (cocopot) as lowest is 0.35 cms. In average

use some of water retaining influence to humidity soil in M1 (control) is 29.37%. In

average use some of water retaining influence to humidity soil in M9 (gelatin) as

highest is 33.73%. In average use some of water retaining influence to humidity soil in M4 (manure) as lowest is 20.83%. The most potentially kind of water retaining that

can saving water is manure.

(6)

ABSTRAK

RICO C LAKSAMANA: Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air untuk Menduku ng Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan YUNASFI

Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh berbagai jenis bahan penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis bahan penahan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi dan kadar air tanah. Rataan pengaruh pemberian jenis bahan penahan air terhadap pertambahan tinggi bibit sukun pada M1 (control) sebesar 1,10 cm. Rataan pertambahan tinggi bibit sukun

tertinggi pada perlakuan M4 (pupuk kandang) sebesar 5,23 cm. Rataan pertambahan

tinggi bibit sukun terendah pada perlakuan M5 (arang halus) sebesar 0,93 cm. Rataan

pertambahan diameter bibit sukun pada M1 (control) sebesar 0,43 cm. Rataan

pertambahan diameter bibit sukun tertinggi pada perlakuan M9 (agar-agar) sebesar

0,43 cm. Rataan pertambahan diameter bibit sukun terendah pada perlakuan M7 (sabut

kelapa) sebesar 0,35 cm. Rataan kadar air tanah pada M1 (control) sebesar 29,37 %.

Rataan kadar air tanah tertinggi pada perlakuan M9 (agar-agar) sebesar 33,73 %.

Rataan kadar air tanah terendah pada perlakuan M4 (pupuk kandang) sebesar 20,83 %.

Jenis bahan penahan air yang paling berpotensi menyimpan air adalah pupuk kandang.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Buluh Duri pada tanggal 29 September 1988 dari ayah

Rejeki Tarigan dan ibu Reulina Br Sitepu. Penulis merupakan anak Pertama dari dua

bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di TK Swasta Metodis Kuala lulus tahun 1995

kemudian melanjutkan pendidikan di SD.N Buluh Duri lulus tahun 2000. Penulis

melanjutkan pendidikan di SLTP.N 1 Kuala Kuala lulus tahun 2003. Tahun 2006

penulis lulus dari SMU Negeri 1 Kuala dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Budidaya Hutan, Departemen

Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis jmengikuti kegiatan organisasi

Komunitas Pembibitan (KOMBIT) di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.Penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan dan

Pembinaan Hutan (P3H) di Hutan Pegunungan Lau Kawar di Kabupaten Karo dan

Hutan Pantai di Kabupaten Asahan bulan Juni 2007. Penulis juga melaksanakan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Suka Jaya Makmur di Provinsi Kalimantan

Barat dari tanggal 11 Juni sampai dengan 31 Agustus 2009. Penulis melaksanakan

penelitian mulai bulan Desember 2009 sampai dengan Januari 2010 di Rumah Kaca

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tema

”Pemanfaatan Penahan Air untuk Menduku ng Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus

communis Forst)”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pernyataan terima kasih kepada

Ayahanda Rejeki Tarigan dan Ibunnda Reulina Br Sitepu yang telah membimbing dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bapak Dr. Budi Utomo, SP, MP dan Dr. Ir. Yunasfi, M,si selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan

berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai

pada akhir penulisan skripsi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan

pegawai di Departemen Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat

disebutkan satu persatu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

(9)

DAFTAR ISI

Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 4

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 5

(10)

D. Pencampuran Media Tumbuh... 23

E.Pemindahan Bibit ke Media Tumbuh ... 23

F. Pemeliharaan ... 24

Parameter Pengamatan ... 24

A. Tinggi Tanaman ... 24

B. Diameter Batang ... 24

C. Jumlah Daun... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

1. Tinggi Bibit Sukun ... 25

2. Diameter Bibit Sukun ... 26

3. Jumlah Daun ... 27

Pembahasan ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan Pengaruh Pemberian Jenis Bahan Penahan Air Terhadap Tinggi

Bibit Sukun ... 25

2. Rataan Pengaruh Pemberian Jenis Bahan Penahan Air Terhadap Diameter

Bibit Sukun ... 26

3. Rataan Pengaruh Pemberian Jenis Bahan Penahan Air Terhadap Jumlah

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi (cm)

Bibit Sukun ... 37

2. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Diameter (cm) Bibit Sukun ... 38

3. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Jumlah Daun Bibit Sukun ... 37

4. Gambar Bibit Sukun Pada Usia 12 Minggu ... .. 39

5. Data Kemampuan Tanaman untuk Dapat Bertahan Hidup……….. 42

7. Gambar Label Bahan ... 46

(13)

ABSTRACT

RICO C LAKSAMANA : Use some type of water retaining to support the growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). Under the supervision of BUDI UTOMO and YUNASFI

Water is an important factor to supporting the growth of a plants. Lack of water will disturb the physiological and morphological activities, became an atrophy. The purpose of this study is to evaluate the effect of various type of water retaining material appropriate to see influence growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). This study uses a non-factorial completely randomized design.

The result of this study showed that the type of water retaining to give tangible effect to height and soil moisture content. In average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M4 (control) is 1.10 cms. In

average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M4 (manure) as highest is 5.23 cms. In average use some of water

retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M5 (carbonated soft) as

lowest is 0.93 cms. In average use some of water retaining influence to change diametres of breadfruit seedlings in M1 (control) is 0.43 cms. In average use some of

water retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M9 (gelatin)

as highest is 0.45. In average use some of water retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M7 (cocopot) as lowest is 0.35 cms. In average

use some of water retaining influence to humidity soil in M1 (control) is 29.37%. In

average use some of water retaining influence to humidity soil in M9 (gelatin) as

highest is 33.73%. In average use some of water retaining influence to humidity soil in M4 (manure) as lowest is 20.83%. The most potentially kind of water retaining that

can saving water is manure.

(14)

ABSTRAK

RICO C LAKSAMANA: Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air untuk Menduku ng Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan YUNASFI

Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh berbagai jenis bahan penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis bahan penahan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi dan kadar air tanah. Rataan pengaruh pemberian jenis bahan penahan air terhadap pertambahan tinggi bibit sukun pada M1 (control) sebesar 1,10 cm. Rataan pertambahan tinggi bibit sukun

tertinggi pada perlakuan M4 (pupuk kandang) sebesar 5,23 cm. Rataan pertambahan

tinggi bibit sukun terendah pada perlakuan M5 (arang halus) sebesar 0,93 cm. Rataan

pertambahan diameter bibit sukun pada M1 (control) sebesar 0,43 cm. Rataan

pertambahan diameter bibit sukun tertinggi pada perlakuan M9 (agar-agar) sebesar

0,43 cm. Rataan pertambahan diameter bibit sukun terendah pada perlakuan M7 (sabut

kelapa) sebesar 0,35 cm. Rataan kadar air tanah pada M1 (control) sebesar 29,37 %.

Rataan kadar air tanah tertinggi pada perlakuan M9 (agar-agar) sebesar 33,73 %.

Rataan kadar air tanah terendah pada perlakuan M4 (pupuk kandang) sebesar 20,83 %.

Jenis bahan penahan air yang paling berpotensi menyimpan air adalah pupuk kandang.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan sumber

pangan karena sumber kalorinya dan kandungan gizi yang tinggi. Selain memiliki

akar yang kuat dan tajuk yang lebar yang dapat mengurangi laju erosi, sukun juga

merupakan salah satu alternatif tanaman sumber pangan. Dari segi budidaya, sukun

tergolong mudah untuk dibudidayakan baik secara tradisional pada lahan sempit

seperti pekarangan, ladang, atau kebun maupun dibudidayakan secara komersial pada

lahan yang relatif luas. Jarak tanam yang digunakan umumnya lebar karena tajuk

tanaman sukun juga cukup lebar. Penanaman pada lahan terbuka tidak ternaungi akan

membantu pertumbuhan tanaman sukun lebih baik sehingga lebih cepat berbuah

(Adinugraha 2003 dalam Hendalastuti dan Rojidin 2006).

Musim panen buah sukun biasanya berlangsung pada masa paceklik sehingga

dapat menopang tingkat konsumsi makanan pokok. Selain itu, tanaman sukun

merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan diversivikasi pangan sehingga

tingkat konsumsi masyarakat terhadap beras dapat dikurangi. Tanaman sukun juga

membantu meningkatkan produktivitas lahan kering dan dapat dimanfaatkan sebagai

tanaman penghijauan untuk mencegah erosi. Dalam menghasilkan tanaman sukun

yang mempunyai kualitas tumbuh yang baik maka hal tersebut tidak lepas dari

usaha mendapatkan bibit tanaman sukun yang baik pula (Ismal 1979 dalam

Haryati 2003).

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran atau volume dari suatu

tanaman, misalnya tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun maupun luas daun.

(16)

air. Selain itu juga pertumbuhan tanaman tergantung pada interaksi sel dengan

lingkungan (Salisbury dan Ross, 1995)

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Air

merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain

dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur

hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya selalu

berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman

sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kekurangan air

akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan

terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan

perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati

(Daniel et al., 1994).

Dalam penelitian ini, yang dipermasalahkan adalah mengenai jenis bahan

penahan air yang tepat yang dapat menyimpan air dalam waktu beberapa lama dan

mengurangi intensitas penyiraman selama pembibitan untuk tanaman sukun. Sehingga

diharapkan dapat menghemat biaya, tenaga dan waktu selama pembibitan. Sudah

banyak penelitian mengenai media tanam yang cocok untuk dijadikan sebagai

campuran media untuk penanaman khususnya di bidang kehutanan. Semakin kritisnya

top soil yang tersedia di Indonesia serta semakin kritisnya air bersih akibat semakin

maraknya penebangan hutan, menyebabkan banyak orang meneliti bagaimana

menciptakan sesuatu sebagai alternatif pengganti tanah dan mengurangi intensitas

penyiraman setidaknya selama pembibitan.

Hal inilah yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian ini. Penelitian

ini menggunakan beberapa jenis bahan yang dapat menahan air yaitu kompos, pupuk

(17)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh berbagai jenis

bahan penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis

Forst) pada lahan kriris.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberikan informasi

mengenai jenis bahan penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun

(Artocarpus communis Forst).

Hipotesis Penelitian

Penahan air organik dapat mendukung pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst)

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m,

kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar.Ciri-ciri fisik tanaman sukun antara lain :

semua bagian tanaman bergetah encer, daunnya lebar, bercanggap menjari, dan

berbulu kasar, batangnya besar, agak lunak, dan bergetah banyak, cabangnya banyak,

pertumbuhannya cenderung ke atas. Bunga sukun berkelamin tunggal (bunga betina

dan bunga jantan terpisah), tetapi berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun

pada ujung cabang dan ranting. Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang disebut

ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka

(Dephut, 1998).

Kedudukan daun mendatar, melebar dan menghadap ke atas bunganya

berumah satu, bunga jantan dan betina terdapat pada tongkol yang berbeda. Bunga

jantan berbentuk kecil memanjang dan bunga betina berbentuk bulat sampai bulat

panjang. Pada saat muda bunga berwarna hijau dan kekuningan pada saat tua. Umur

bunga jantan dan betina relatif pendek, bunga jantan 25 hari dan bunga betina ± 90

hari, letaknya bunga jantan atau betina berada di atas pangkal daun. Buahnya

berbentuk bulat sampai sedikit agak lonjong. Buah muda berkulit kasar dan berkulit

halus pada saat tua serta berwarna hijau kekuningan. Beratnya dapat mencapai 4

kg/buah. Daging buah berwarna putih cenderung krem dan rasanya agak manis dan

memiliki aroma spesifik, tidak berbiji sehingga perbanyakannya dengan cara stek dan

sambung. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang merupakan

(19)

Penyerbukan bunga pada tanaman sukun dibantu oleh angin, sedangkan

serangga yang sering berkunjung kurang berperan dalam penyerbukan bunga. Pada

buah sukun, walaupun terjadi penyerbukan, pembuahannya mengalami kegagalan

sehingga buah yang terbentuk tidak berbiji. Pada sukun (Artocarpus communis Forst)

kedua proses dapat berlangsung normal sehingga buah yang terbentuk berbiji normal

dan kulit buah berduri lunak sekali oleh kaena itu buah sukun tidak berbiji

(partenokarpi). Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar

samping dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang sering digunakan untuk

bibit. Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Forst., A. altilis (Parkinson) Fosberg

Nama lain : Seedless bread fruit (Inggris)

Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang

merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi

berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik

sukun dan sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan

bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan (Dephut, 1998).

Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit

(20)

bulat dan manjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai adanya

rambut-rambut akar. Letak akar masuk ke dalam tanah, ada pula yang tumbuh

mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah. Panjang akar dapat mencapai 6

meter. Warna kulit akar coklat kemerahan. Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka

dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong atau terluka akan memacu

tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1999).

Pohon sukun bertajuk rimbun dengan percabangan melebar ke samping dan

tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit batangnya hijau kecoklatan (Dephut,

1998). Pohon sukun membentuk percabangan sejak ketinggian 1,5 meter dari tanah.

Tekstur kulitnya sedang. Dahan pohon sukun yang dipangkas akan cepat membentuk

cabang kembali (Pitojo, 1999).

Syarat tumbuh

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200

mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah

aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun.

Derajat keasaman tanah sekitar 6-7. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH

rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Tanaman sukun masih mampu

tumbuh dan berbuah pada tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam

agak tinggi serta sering tergenang air (Pitojo, 1999).

Pedoman Budidaya

Tanaman sukun diperbanyak dengan stek akar atau cangkok. Akar samping

pohon sukun ditarik ke atas, lalu dipotong sepanjang 20-30 cm, kemudian disemaikan

(21)

tunas. Tunas ini dapat dipotong beserta akar induknya untuk dijadikan bibit. Bibit

sukun yang telah mencapai tinggi kurang lebih 70 cm dapat ditanam di kebun. Ukuran

lubang tanam 40 cm x 40 cm x 30 cm. Setiap lubang diberi 10 kg pupuk kandang

yang telah matang. Sebaiknya bibit muda dilindungi dulu dengan daun kelapa atau

daun lainnya untuk mencegah sengatan sinar matahari dan diberi air yang cukup bila

musim kemarau (Pitojo, 1999).

Media Tanam Tumbuhan

Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan untuk

menyemaikan benih dari suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih dari

suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan sistem periode waktu yang

ditetapkan. Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki

kesuburan yang memadai, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu

mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang penting

untuk diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat medianya. Media

yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap dan daya simpan

air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999).

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media

tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin

ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang

berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah

memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam

harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan

dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada

setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara misalnya, sejak tahun 1940

(22)

kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara

tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis

dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru.

Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata. Untuk mendapatkan media tanam

yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus memiliki

pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari

setiap jenisnya (Khaerudin, 1999).

Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangan akar tanaman yang ditanam dan

untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan nutrisi

tersebut diserap oleh perakaran. Syarat yang digunakan untuk media taTanah yang

merupakan tempat tumbuh suatu tanaman merupakan suatu sistem terpadu antara

unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya misalnya mineral anorganik,

mineral organik, organik tanah, udara, tanah dan air tanah. Untuk dapat tumbuh dan

berproduksi, tanaman mendapatkan suplai nutrisi (hara mineral) dari dalam tanah dan

mineral-mineral tersebut diserap dalam bentuk yang spesifik. Untuk mengembalikan

mineral-mineral tanah yang hilang, baik yang tercuci oleh hujan maupun yang

terserap tanaman maka dilakukan pemupukan (Umboh 1997 dalam Sitepu 2007).

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal

dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang,

bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh

lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik, hal itu dikarenakan bahan

organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Bahan organik

juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi

udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Bahan

(23)

mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air

(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang

dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu

cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam

harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap

diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi (Bagus,

2007).

Bahan organik mempunyai sejumlah energi, sebagian besar dapat diubah

menjadi bentuk yang laten atau dibebaskan sebagai panas. Jaringan tumbuhan yang

sampai di tanah mempunyai nilai panas sebesar 4 hingga 5 kcal tiap gram bahan

kering, misalnya penambahan 10 ton pupuk kandang yang mengandung 2,5 ton bahan

kering merupakan penambahan 9-11 juta kcal energi laten. Tanah yang mengandung

4% bahan organik mempunyai 170-200 juta kcal energi potensial tiap Ha lapisan olah.

Jumlah ini sama dengan 20-25 ton batu bara. Humus (bahan organik) bersifat sangat

koloidal, tetapi berbeda dari liat silikat karena humus adalah amorf, selanjutnya luas

permukaan dan sifat jerapannya jauh melebihi liat. Daya jerap liat berkisar 8-100 me

tiap gram, sebaliknya humus mempunyai kapasitas tukar kation sebesar 150-300 me

tiap 100 gram. Pada umumnya 1% humus dalam tanah mineral sama dengan 2 me

kapasitas tukar tiap 100 gram. Dibandingkan dengan liat nilai tesebut sama dengan

0,1 hingga 1,0 me. Sehubungan dengan air terjerap, perbandingannya adalah serupa,

humus akan menjerap dari lingkungan jenuh air sejumlah air ekuivalen dengan 80

hingga 90% dari bobotnya. Liat sebaliknya hanya dapat memperoleh 15 hingga 20 %

(Soepardi, 1983)

(24)

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,

jerami, alang-alang, rumput, sampah kota, dan sebagainya. Proses pelapukan

bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Kandungan utama dengan

kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal untuk

memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak

walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium

(Lingga dan Marsono, 2007)

Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan

meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos

memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah

dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air

tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat

dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk

menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang

pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu

tanaman menghadapi serangan penyakit (Isroi, 2008).

Tumpukan bahan-bahan mentah (serasah, sisa-sisa tanaman, sampah dapur,

dll) menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan, penguraian atau dengan

perkataan lain telah terjadi perubahan-perubahan dari sifat fisik semula menjadi sifat

fisik baru (kompos). Menurut penelitian Syakhrul (2007), bahwa pemberian bahan

organik menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun

pada tanaman jarak pagar. Hal ini disebabkan dengan adanya pemberian bahan

organik tersebut secara langsung, bahan organik tersebut akan menjadi sumber energi

unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Secara

(25)

remah sehingga akan lebih mudah ditembus perakaran tanaman, meningkatkan daya

menahan air dan unsur hara dalam tanah tersedia bagi pertumbuhan tanaman

(Engelsrad 1997 dalam Syakhrul 2007).

Alasan utama pemberian pupuk organik atau kompos sebenarnya lebih

bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah daripada untuk menyediakan unsur

hara. Meskipun kandungan unsur hara dalam kompos tergolong lengkap, tetapi

jumlahnya sedikit. Berarti untuk memenuhi kebutuhan tanaman dibutuhkan kompos

dalam jumlah cukup banyak. Kompos lebih berperan untuk menjaga fungsi tanah agar

unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan atau diserap tanaman. Selain itu kompos

bisa menjaga sifat fisik tanah dan menjamin kehidupan mikroba tanah (Simamora dan

Salunduk, 2006).

Bahan baku kompos sangat mudah diperoleh karena memanfaatkan sampah

organik. Bahan bakunya bisa berupa dedaunan, jerami, serasah sisa panen, kotoran

ternak dan sisa sayuran. Adanya aktivitas mikroorganisme dan terbentuknya asam

organik pada proses dekomposisi menyebabkan daya larut unsur N, P, K dan Ca

menjadi lebih tinggi sehingga berada dalam bentuk tersedia bagi pertumbuhan

tanaman. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, kandungan unsur hara kompos

lebih lengkap karena mengandung unsur hara makro, sekaligus unsur hara mikro.

Keunggulan kompos antara lain :

- mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi sedikit

- dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi subur

- memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi

- beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap

serangan penyakit

(26)

- memiliki residual effect yang positif, artinya pengaruh positif dari kompos

terhadap tanaman yang ditanam pada musim berikutnya masih ada sehingga

pertumbuhan dan produktivitasnya bagus

(Simamora dan Salunduk, 2006).

b. Pupuk Kandang

Bahan organik dan pupuk kandang adalah bahan-bahan yang berasal dari

limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan seperti pupuk kandang ternak

atau unggas, jerami padi yang dikompos atau residu tanaman lainnya, kotoran pada

saluran air, bungkil, pupuk hijau, dan potongan leguminosa (Bawolye, 2006).

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu

alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk.

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di

daerah-daerah sentra produk sayuran. Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan

disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti

natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk

dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan

mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna

tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman

(Bawolye, 2006).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa

kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine).

Pupuk kandang terdiri dari 2 jenis yaitu padat dan cair. Kadar hara kotoran ternak

berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri dan

(27)

kadar hara. Jika makanan yang diberikan kaya hara, maka kotorannya pun akan kaya

dengan zat hara. Usia ternak juga akan menentukan kadar hara. Ternak muda akan

menghasilkan feses dan urine yang kadar haranya rendah, karena ternak muda

memerlukan sangat banyak zat hara N dan beberapa macam mineral dalam

pembentukan jaringan-jaringan tubuhnya (Lingga dan Marsono, 2007).

Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang murah dan

mudah diperoleh. Macam-macam pupuk kandang yang sering digunakan adalah

kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan lain-lain. Selain mengandung unsur

hara, pupuk kandang juga membantu dalam penyimpanan air, terutama pada saat

musim kemarau. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sangat bergantung

pada jenis ternak, jenis pakan, sifat kotoran, cara penyimpanan, pengolahan dan

pemakaiannya. Hal ini seiring dengan pendapat Musnamar (2003) bahwa proses

penguapan dan penyerapan dapat menyebabkan hilangnya unsur hara dalam pupuk

kandang terutama unsur N sekitar 50 % dan unsur K 60 % hilang karena proses ini

(Elfarisna et al., 2004).

c. Arang

Arang pada umumnya hanya dikenal sebagai bahan untuk pembakaran

terutama untuk memasak dan juga untuk pembuatan briket arang dan juga arang aktif,

padahal arang memiliki peranan yang baik dan penting dalam menyuburkan tanah.

Gusmailina et al (2002) menyatakan bahwa arang yang berasal dari pengolahan kayu

maupun dari kegiatan lainnya mampu menyuburkan tanah. Selain itu pemanfaatan

arang dari hasil kegiatan pengolahan kayu tersebut mampu meningkatkan efisiensi

(28)

Arang merupakan hasil dari pembakaran dari bahan yang mengandung karbon

yang berbentuk padat dan berpori. Arang dapat digunakan untuk memperbaiki tempat

tumbuh suatu tanaman dan juga dapat berfungsi sebagai pembangun kesuburan tanah

(soil conditioning). Hal ini dikarenakan arang memiliki kemampuan untuk dapat

memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Selain itu, arang juga dapat

berfungsi sebagai media untuk mengikat karbon di dalam tanah (Gusmailina et al.,

2002).

Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang

berasal dari industri pengolahan kayu untuk soil conditioning, merupakan salah satu

alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologi, arang

mempunyai pori-pori pada permukaanya. Pori ini sangat efektif mengikat dan

menyimpan hara tanah yang berada di dalam dan di sekitarnya, oleh sebab itu aplikasi

arang pada lahan-lahan miskin hara dapat membangun dan meningkatkan kesuburan

tanah karena dapat meningkatkan beberapa fungsi, antara lain : sirkulasi udara dan

tanah, pH tanah, merangsang pembentukan spora endomikoriza dan spora

ektomikoriza sehingga dapat meningkatkan produkt ivitas lahan dan hutan tanaman.

Unsur hara ini dapat dilepaskan secara perlahan sesuai dengan laju konsumsi yang

dilakukan oleh tanaman (slow release). Selain itu arang juga memiliki sifat

higroskopis sehingga hara yang terdapat di dalam tanah tidak mudah tercuci dan lahan

akan berada dalam keadaan siap pakai (Gusmailina et al., 2002).

Bahan baku arang diambil dari kayu yang dikeringkan melalui proses

pemanasan. Sifat arang yang ringan ini ketika diberikan ke tanah bisa mengikat air

dan juga membuang racun. Penggunaan arang selain mampu menggemburkan tanah

dan menyuburkan tanah, bagi pertanian juga otomatis dapat meminimalisir kerusakan

(29)

arang berpengaruh terhadap struktur dan tekstur tanah, oleh karena itu semakin

banyak suplai arang ke dalam tanah maka akan mengurangi kepadatan tanah (bulk

density). Penambahan arang ke dalam tanah mengakibatkan semakin banyak ruang

pori yang terdapat di dalam tanah sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh dengan

lebih baik, selain itu juga pemberian arang ini juga dapat menekan tingginya laju

pencucian unsur hara di dalam tanah. Hal ini dimungkinkan karena secara morfologis

arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah.

Penambahan arang pada media pembibitan juga dapat meningkatkan : kelembapan,

daya serap air, serta sirkulasi udara sehingga mempercepat dan meningkatkan

pertumbuhan akar halus bibit tanaman (Gusmailina et al., 2002)

d. Hydrogel

Hydrogel adalah merupakan super absorbent anionic polyacrylamide

polymers. Produk ini adalah crosslinked copolymers dari acrylamide dan potassium

acrylate.

Gambar 1. Rantai polimer hydrogel

Hydrogel adalah penahan air-cairan yang dapat digunakan bersinergi dengan

tanah atau media lain serta pupuk, menyerap dan menyimpan air dan nutrient dalam

jumlah yang besar. Tidak seperti produk lain, hydrogel tidak larut dalam air tetapi dia

hanya menyerap dan akan melepaskan air dan nutrient tersebut secara proporsional

pada saat dibutuhkan oleh tanaman, dengan demikian tanaman akan selalu

(30)

menyerap dan melepaskan (absorption–release cycles). Hydrogel mengoptimalkan

pertumbuhan tanaman dengan mengurangi kehilangan air dan nutrient melalui

leaching dan evaporasi. Air dan nutrient tersimpan di sekeliling akar sehingga dapat

mengoptimalkan penyerapan oleh tanaman. Hydrogel mampu menyerap air sebanyak

100 kali berat hydrogel itu sendiri. Hydrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh

mikrobia sehingga produk ini sangat aman digunakan. Polimer ini sensitif terhadap

sinar matahari langsung yang mana itu akan memutus rantai polimernya dan terurai

menjadi beberapa oligomer. Hydrogel akan terurai secara alami di dalam tanah

menjadi CO2, H2O dan komponen nitrogen. Harap dapat dimengerti bahwa, hydrogel

tidak dapat menggantikan air tetapi mengoptimalkannya melalui penggunaan yang

lebih efisien (Irawan, 2007).

Nama hydrogel dasarnya terdiri atas dua istilah, yaitu hidro artinya media

tanam alternatif pengganti tanah dan gell yang maksudnya adalah jeli. Hidrogel sering

digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini

sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan

yang baru, menyiram, atau memupuk. Media tanam ini juga memiliki

keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan

warna tanaman (Rahardjo, 2007).

Selain tampak indah, butiran hydrogel yang lebih mirip kristal sering

mengecoh siapa saja yang baru melihatnya. Bisa dibayangkan betapa indahnya jika

ruangan Anda ada vas bening berisi tanaman yang tumbuh di dalam media hydrogel

dengan warna-warna yang menawan seperti biru, hijau, merah, kuning, orange, putih

dan sebagainya yang berkilauan. Keuntungan menggunakan hydrogel :

- memastikan ketersediaan air sepanjang tahun.

(31)

- mengurangi hilangnya air dan nutrient disebabkan oleh leaching dan evaporasi.

- memperbaiki physical properties dari compact soils dengan membentuk

aerasi/ventilasi udara yang baik.

- meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrisi selalu tersedia di sekitar

tanaman sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar.

- mengurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan pencemaran air tanah

(Rahardjo, 2007)

Aplikasi hydrogel ada dua cara yaitu aplikasi kering dan aplikasi basah.

- aplikasi kering (dry application)

Hydrogel ditabur merata pada tanah yang telah dipersiapkan untuk penanaman

dengan kedalaman 10-30 cm. Metode ini menjamin keuntungan yang berjangka

panjang. Setelah polimer menyerap air, struktur tanah akan semakin baik dan

kemampuan tanah untuk menampung air (water retention capacity) akan naik.

- aplikasi basah (pre-hidrated)

Hydrogel pertama-tama harus direndam dalam air sebanyak 100-200 kali berat

polimer tersebut dan dibiarkan selama 1 jam sampai jenuh dan kemudian ditaburkan

ke dalam tanah, kemudian ditutup dengan tanah agar polimer tidak rusak karena

kontak langsung dengan sinar ultraviolet. Dosis yang dianjurkan adalah 5-20 kg/ha

(Rahardjo, 2007).

Produk hidrogel akhir-akhir ini terkenal di Indonesia sebagai media pengganti

tanah untuk tanaman dalam ruangan ataupun sebagai hiasan/dekorasi ruangan.

Sebenarnya ada banyak sekali aplikasi untuk produk ini di lapangan seperti:

pembibitan, perkebunan/HTI, reklamasi lahan bekas tambang, pertamanan, lapangan

golf/sepak bola, tanaman palawija, transportasi bibit jarak jauh, campuran media

(32)

e. Agar-agar

Agar-agar, agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa

dar

adalah Eucheuma spinosum

golongan

sumber agar-agar. Agar-agar sebenarnya adalah

tinggi yang mengis

merupakan suat

dibentuk sebagai

Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air

bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat,

memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga

terbentuk sistem

antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk menyangga

tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam

Agar-agar dapat juga digunakan secara luas di

kemikalia dalam percobaan, media tumbuh unt

biaka

agar-agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal sebagai agar atau agarosa

saja (Wikipedia, 2008).

(33)

Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat mengikat

enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak aktif. Serbuk

sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket serbuk sabut kelapa

yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan pertanian. Karakteristik sifat

daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya serap air papan partikel yang

terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5 kali dari

beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya berkisar antara 2,5 sampai 4

kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air dan oli yang tinggi ini

memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang terbuat dari serbuk sabut

kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air atau oli. Disamping itu dapat

juga digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform) sebagai bahan pembungkus

anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini kemungkinan besar dapat

terdekomposisi secara alami (Subiyanto et al., 2003).

Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa.

Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk

aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, ada lagi untuk bahan jok mobil,

untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco pot

dan lain-lain. Penggunaan dan permintaan cocopot mengalami peningkatan pasar

yang digunakan sebagai media tanam. Cocopot adalah tempat untuk tanaman yang

dibuat dari serabut kelapa sama halnya dengan pot-pot tanaman lainnya tetapi kalau

pot tanaman lainnya ada yang terbuat dari plastic, semen, tanah liat dan sebagainya.

Cocopot ini sangat potensial bagi tempat tanaman yang ramah akan lingkungan

(34)

g. Batang Pisang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia

Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika

(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Pisang adalah buah yang sangat bergizi

yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Kulit pisang dapat

dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka.

Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional

Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dan

sebagainya. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan

makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana

rumput tidak/kurang tersedia. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung

pertumbuhan pisang, namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis

(35)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Huteimbaru Kecamatan Halangonan

Kabupaten Padang Lawas Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember

2010 sampai Maret 2011.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, bibit sukun (Artocarpus

communis Forst), top soil, kompos, pupuk kandang, arang, aquasorb, crystal soil,

batang pisang, sabut kelapa, agar-agar, polybag ukuran 3 kg, kertas label, cawan

timbang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, alat tulis,

kalkulator, penggaris, jangka sorong, amplop coklat, gunting benang

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) non faktorial

terdiri atas 10 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Metode ini merujuk kepada

penelitian sebelumnya yaitu Utomo dan Sidabutar (2009).

M0 = kontrol M5 = agar-agar 400g basah

M1 = sabut kelapa 400g basah M6 = arang halus 400g kering

M2 = crystal soil 200g basah M7 = arang potong dadu 400g basah

M3 = aquasorb 200g basah M8 = pupuk kandang 1500g

M4 = batang pisang 400g M9 = kompos 1500g

Penggunaan dosis aquasorb dan crystal soil sebagai bahan penyimpan air

digunakan sebanyak 200g karena disesuaikan dengan dosis anjuran sesuai dalam

(36)

kelapa, agar-agar, arang) dibuat lebih tinggi didasarkan pada asumsi bahwa materi

tersebut bukan murni sebagai bahan penyimpan air namun lebih disebabkan dugaan

terhadap kemungkinan bahan ini untuk bisa mempertahankan air yang cukup lama.

Penggunaan dosis pupuk kandang dan kompos digunakan perbandingan 1:2 terhadap

berat tanah (1500g), karena dugaan peneliti bahwa bahan ini mampu menyimpan air

lebih rendah dari bahan perlakuan lainnya sehingga digunakan dosisnya ini lebih

banyak dari bahan lainnya yang digunakan.

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan ini, dianalisis dengan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij = nilai hasil pengamatan pada ulangan / blok ke-i yang mendapat

perlakuan taraf ke-j

µ = rataan umum

αi = Pengaruh Blok ke-I

βj = Pengaruh pemberian penahan air ke - j

ε ij = pengaruh galat ulangan / blok taraf ke-i dan perlakuan taraf ke-j

Apabila ANOVA berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan

berdasarkan uji jarak Duncans / Duncans’ Test (Gomez and Gomez, 1995).

Pelaksanaan Penelitian

1. Penyediaan media campuran

Kompos dan pupuk kandang yang akan digunakan diperoleh dari

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kompos dan pupuk

(37)

tanah yang akan digunakan. Arang yang akan digunakan dipotong dadu

ukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm dan juga dihaluskan. Sabut kelapa diperoleh dari

warung kelontong. Batang pisang diperoleh dari tanaman pisang yang ada di

daerah Kampung Susuk, lalu dipotong ukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm. Agar–agar

yang digunakan adalah agar-agar serbuk yang telah dimasak dan didinginkan.

Setelah agar–agar terbentuk lalu dipotong dadu ukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm.

Hydrogel yang akan digunakan diperoleh melalui toko tanaman, 30g

hydrogel direndam dengan 3 liter air selama 1-2 jam, diaduk kira-kira setiap

30 menit supaya pewarna tercampur merata. Kalau warnanya masih terlalu

gelap, buanglah airnya kemudian tambahkan air sampai mendapat warna yang

diinginkan. Setelah mengembang, buang airnya kemudian bilas dan tiriskan

selama 1 jam.

2. Penyediaan bibit

Bibit sukun yang akan digunakan berasal dari lokasi pembibitan di

desa Nogorejo Kecamatan Tanjung Morawa.

3. Persiapan media tumbuh

Polybag yang telah disediakan diisi dengan masing-masing top soil

dan campuran media tumbuh, dimana perbandingannya disesuaikan dengan

perlakuannya masing-masing.

4. Pemindahan bibit ke media tumbuh

Bibit sukun yang akan digunakan adalah bibit yang berumur ± 3 bulan.

Bibit yang telah disediakan dipindahkan ke lapangan dan ditanam pada

lubang-lubang yang telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan

(38)

5. Pemeliharaan

Dilakukan penyiangan pada tanaman ketika rumput atau gulma sudah

mulai muncul dengan maksud agar tidak mengganggu perakaran pada bibit

tanaman.

6. Parameter pengamatan

Pengamatan dimulai 1 minggu setelah dipindahkan ke polybag (1

MST), dan parameter yang diamati antara lain :

- Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal munculnya batang sampai pucuk

tanaman tertinggi dengan menggunakan benang dan mistar atau penggaris.

Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. Agar tidak terjadi

perubahan dasar pengukuran, maka perlu diberi tanda tempat awal

pengukuran.

- Diameter batang

Diameter tanaman diukur dengan mengggunakan jangka sorong yang

diambil dengan dua arah yang tegak lurus yang diambil rata-ratanya.

Pengukuran diameter dilakukan setiap seminggu sekali.

- Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung pertumbuhannya dan dibandingkan pertumbuhan

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian diperoleh dari pengamatan selama 12 minggu. dengan

parameter yang telah diamati yaitu pertambahan tinggi bibit, diameter bibit dan

jumlah daun.

1. Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa pemberian bahan penahan air

(Lampiran 1), memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi bibit sukun. Berikut rataan

pertambahan tinggi bibit sukun disajikan pada gambar 1.

0

Gambar 1.Grafik rerata pertambahan tinggi bibit sukun

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada grafik di atas dapat

dilihat bahwa perlakuan M8 menghasilkan rataan pertambahan tinggi tanaman

tertinggi (10,33 cm), sedangkan rataan pertambahan tinggi tanaman terendah dari

perlakuan M1 (3,86 cm). Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%,

(40)

2. Diameter Batang

Hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa pemberian bahan penahan air

(Lampiran 2), memberikan pengaruh nyata terhadap diameter bibit sukun. Berikut

rataan diameter bibit sukun disajikan pada Gambar 2.

0

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada grafik di atas dapat dilihat

bahwa perlakuan M8 menghasilkan rataan diameter tanaman tertinggi (0,323 cm),

sedangkan rataan diameter tanaman terendah dari perlakuan M0 dan M4 (0,13 cm).

3. Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam antara terlihat bahwa pemberian bahan penahan air

(Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Berikut rataan

pertumbuhan jumlah daun disajikan pada gambar 3

(41)

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 6 dapat dilihat

bahwa perlakuan M8 menghasilkan rataan pertumbuhan jumlah daun tertinggi (8,33),

sedangkan rataan pertumbuhan jumlah daun terendah dari perlakuan M4 (2,66).

4.Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup

Hasil analisis ragam menunjukka n bahwa pemberian bahan penahan

airberpengaruh nyata terhadap kemampuan tanaman bertahan hidup. Data

kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup sampai Hari ke –

Perlakuan Ulangan Minggu ke -

(42)

Pada tabel di atas menunjukkan kemampuan tanaman untuk dapat bertahan

hidup berbeda untuk setiap perlakuan. Tanaman sukun dengan perlakuan M8 dan M9

merupakan tanaman yang mampu terus bertahan hidup sampai dengan hari terakhir

pengamatan. Sementara itu tanaman yang empunyai tingkat ketahanan hidupnya yang

terendah adalah tanman dengan perlakuan... Pada Gambar berikut ini

dapat dilihat grafik rerata kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup.

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan M0 dan M5

mampu bertahan hidup sampai dengan hari yang sama pada 3 tanaman. Sementara

terdapat juga beberapa tanaman pada M0, M1, M2, M5 dan M6 yang mempunyai

rerata hari bertahan hidup yang hampir bersamaan. Sedangkan pada perlakuan M8

(43)

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa

pemberian berbagai jenis bahan penahan air berpengaruh nyata terhadap tinggi,

diameter dan pertumbuhan jumlah daun tanaman. Perlakuan tanpa adanya penyiraman

tentunya mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun. Kemampuan tiap bahan tersebut

dalam menahan air tentunya berbeda-beda. Hal ini terlihat dari lamanya tanaman

dapat bertahan hidup dan kondisi fisik bibit sukun.

Tanaman yang kekurangan air mengakibatkan tingkat persentase kematian

yang tinggi. secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami

cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh

tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman.

Sesuai dengan pernyataan Haryati (2000), stres air pada tanaman dapat disebabkan

oleh dua hal yaitu (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permukaan

air yang berlebihan oleh daun. Stres air (kekeringan) menghambat pertumbuhan

tanaman dan juga sudah diketahui bahwa potensial air dalam pembuluh xilem

berbagai jenis tanaman bernilai negatif selama sebagain besar masa hidup tanaman.

Pada penelitian ini, bibit sukun yang hidup semua tanpa adanya penyiraman

sampai dengan 12 minggu penelitian terlihat pada perlakuan M8 (pupuk kandang) dan

perlakuan M9 (kompos). Pada minggu ke-12, bibit sukun yang mendapat perlakuan

pemberian M8 (pupuk kandang) dan M9 (kompos) ini masih tumbuh segar dan

daunnya masih tampak hijau.. Hal ini dikarenakan kandungan unsur haranya yang

lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang

cocok untuk dijadikan sebagai campuran media tanam. Unsur-unsur tersebut penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain mengandung unsur hara,

(44)

kemarau. Pupuk kandang juga memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini

mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang

lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Bawolye, 2006).

Menurut Soepardi (1983) humus (bahan organik) akan menjerap dari

lingkungan jenuh air sejumlah air ekuivalen dengan 80 hingga 90% dari bobotnya.

Dosis bahan organik sebanyak 1500g yang diberikan mampu menjerap air sebanyak

1200-1350 g air. Menurut Irawan (2007) hydrogel mampu menyerap air sebanyak 100

kali berat hydrogel itu sendiri. Dari literatur tersebut dapat diketahui bahwa bahan

hydrogel menyerap lebih banyak air dibandingkan bahan organik yang diberikan.

Walaupun kemampuan menyerap air hydrogel lebih besar dibandingkan bahan

organik, tetapi kemampuan hydrogel untuk melepaskan air lebih besar dibandingkan

bahan organik. Air yang tersimpan di dalam bahan organik masih lebih banyak

daripada air yang tersimpan dalam hydrogel sampai dengan 12 minggu penelitian.

Oleh karena itu sampai dengan 12 minggu penelitian, bibit sukun yang diberi

perlakuan bahan organik (kompos dan pupuk kandang) masih hidup semua karena air

yang tersimpan di dalam bahan tersebut masih mampu mencukupi kebutuhan bibit

untuk pertumbuhannya. Bibit sukun yang diberi perlakuan hydrogel (aquasorb dan

crystal soil ) ada beberapa yang mati, hal ini diakibatkan karena ketersedian air di

dalam bahan tersebut tidak mencukupi lagi untuk pertumbuhan bibit sukun.

Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara,

juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain kemantapan agregat, bobot

volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air. Sehingga, walaupun bibit

sukun tersebut tidak disiram dalam jangka waktu tertentu, bibit sukun tersebut masih

mampu mempertahankan hidup. Bibit sukun yang mendapat perlakuan M9 (kompos)

(45)

penyiraman. Kompos itu ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan

meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos

memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah

dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air

tanah. Menurut penelitian Syakhrul (2007), bahwa pemberian bahan organik

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada

tanaman. Hal ini disebabkan dengan adanya pemberian bahan organik tersebut secara

langsung, bahan organik tersebut akan menjadi sumber energi unsur hara yang dapat

diserap oleh tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Secara fisik bahan organik

tersebut berperan dalam memperbaiki struktur tanah menjadi remah sehingga akan

lebih mudah ditembus perakaran tanaman, meningkatkan daya menahan air dan unsur

hara dalam tanah tersedia bagi pertumbuhan tanaman (Engelsrad 1997 dalam

Syakhrul 2007).

Bibit sukun yang mendapat perlakuan M1 (sabut kelapa) Bibit yang bertahan

hidup sampai minggu ke 12 hanya 2 bibit. Menurut penelitian penggunaan cocopot

sebagai media tanam sangat baik diaplikasikan pada tanah gersang atau lahan kritis.

Lahan kritis seperti bekas galian tambang sangat cocok ditanami cocopot. Sifat

cocopot yang biodegrable (mudah mengurai) akan membantu keseburan tanah,

menambah unsur hara, sehingga penggunaannya akan menumbuhkan tumbuhan baru

di area yang ditanami cocopot (Mashuri, 2009). Tetapi penelitian ini penggunaan

sabut kelapa tidak dapat mempertahankan keberlangsungan hidup bibit sukun

(Artocarpus communis Forst) selama 12 minggu tanpa adanya penyiraman. Hal ini

diduga disebabkan karena dosis pemberian bahan-bahan tersebut dinilai masih kurang

banyak sebagai cadangan air pada bibit sukun selama 12 minggu tanpa adanya

(46)

Keadaan tanaman yang stress air menyebabkan bibit sukun tersebut tidak

mampu untuk bertahan hidup, dikarenakan air merupakan faktor penting dalam

menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan

fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman.

Tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur

hidupnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air.

Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu

banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian jenis bahan pengikat air memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun tanaman.

2. Dari hasil pengamatan yang telah

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakuka n maka bahan penahan air yang paling

baik sebagai penahan air untuk mendukung pertumbuhan tanaman bibit sukun adalah

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Bagus. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. Cetakan ke-I. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang.http://www.knowledgebank.irr

ii.org. [Tanggal akses 10 Desember 20.10]

Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dephut. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta.

Elfarisna, Parsan dan Sularno. 2004. Jurnal Penelitian : Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Konsentrasi Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek. Jakarta.

Gusmailina , G. Pari . dan S. Komarayati . 2002. Aplikasi Arang Kulit Kayu Sebagai Campuran Media Tumbuh Anakan Eukaliptus urhophylla dan Acacua

Mangium. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

Hartus, T. 2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hendalastuti, HR dan A Rojidin 2006. Karakteristik Budidaya dan Pengelolaan Buah Sukun: Studi Kasus di Solok dan Kampar. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Hal 220-230.

Irawan, B. 2007. Pengenalan Teknis Hydrogel.

16 Februari 2009. Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun. Diakses dari http://irwantoshut .com [Tanggal akses 10 Desember 2010]

Isroi. 2008. Kompos. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia,

Bogor.

Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mashuri, M. 2009.

Desember 2010].

(49)

Prihatman, K. 2000. Pisang (Musa spp). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan

di Perdesaan, BAPPENAS.

Desember 2010].

Rahardjo, 2007. Jurnal Penelitian : Hydrogel Merupakan Salah Satu Teknologi untuk Mengatasi Lahan Kering di Nusa Tenggara Barat Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat. http://ntb.litbang.deptan.go.id. Tanggal akses 16 Februari 2009.

Salisbury, FB dan CW, Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB Bandung

Simamora, S dan Salunduk. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sitepu, M. P. 2007. Skripsi : Pengaruh Arang sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia

macrophylla King). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Press. Bogor.

Subiyanto, B, Raskita. S dan Effendy, H. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. No 1. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa Sebagai Bahan Penyerap Air Dan Oli Berupa Panel Papan Partikel.

http://jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org. [Tanggal akses 10 Desember 2010].

Syakhrul. 2007. Skripsi : Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar (Jathropa curcas L) Menggunakan Beberapa Jenis Bahan Organik dan Taraf Mikoriza di Lahan Kritis Padang Bolak Kabupaten Tapanuli Selatan.

Utomo, B dan Sidabutar, F,H. 2009. Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis forst). Jurnal Akademika Copertis Wilayah I NAD SUMUT Vol 13 No.4 Agustus 2009. Hal 19-23.

(50)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi (cm) Bibit Sukun

Rataan pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 12 minggu

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

Analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 12 minggu

Sumber

Jumlah perlakuan = 10 Jumlah sampel tiap ulangan = 3 tanaman

(51)

Lampiran 2.Analisis Rancangan Percobaan Diameter (cm) Bibit Sukun

Rataan diameter bibit sukun pada usia 12 minggu

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

Analisis sidik ragam diameter bibit sukun pada usia 12 minggu Sumber

Jumlah perlakuan = 10 Jumlah sampel tiap ulangan = 3 tanaman

(52)

Lampiran 3. Analisis Rancangan Percobaan Jumlah Daun

Jumlah Daun pada usia 12 minggu

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3

Analisis sidik Jumlah Daun pada usia 12 minggu Sumber

Jumlah perlakuan = 10 Jumlah sampel tiap ulangan = 3 tanaman

(53)

Lampiran 3. Analisis Rancangan Percobaan kemempuan tanaman bertahan hidup

Data kemampuan tanaman bertahan hidup hingga hari ke

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3

Analisis sidik Jumlah Daun pada usia 12 minggu Sumber

Jumlah perlakuan = 10 Jumlah sampel tiap ulangan = 3 tanaman

(54)

Lampiran 4. Gambar Bibit Sukun Pada Usia 12 Minggu

1. M0 (kontrol)

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3

2. M1 (Sabut Kelapa)

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3

3. M2 (crystal soil)

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3

(55)

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3

5. M4 (Batang Pisang)

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3

6. M5 (Agar-agar)

(56)

7. M6 (Arang Halus)

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3

8. M7 (Arang Potong Dadu)

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3

9. M8 (Pupuk Kandang)

(57)

10. M9 (Kompos)

(58)

Tabel Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup sampai Hari ke –

Perlakuan Ulangan Minggu ke -

2 4 6 8 10 12

(59)

a. kompos

b. Hydrogel

(60)

Lay Out Penelitian

MO1(1) MO2(1) MO3(1) MO1(2) MO2(2) MO3(2) MO1(3) MO2(3) MO3(3)

M11(1) M12(1) M13(1) M11(2) M12(2) M13(2) M11(3) M12(3) M13(3)

M21(1) M22(1) M23(1) M21(2) M22(2) M23(2) M21(3) M22(3) M23(3)

M31(1) M32(1) M33(1) M31(2) M32(2) M33(2) M31(3) M32(3) M33(3)

M41(1) M42(1) M43(1) M41(2) M42(2) M43(2) M41(3) M42(3) M43(3)

M51(1) M52(1) M53(1) M51(2) M52(2) M53(2) M51(3) M52(3) M53(3)

M61(1) M62(1) M63(1) M61(2) M62(2) M63(2) M61(3) M62(3) M63(3)

M71(1) M72(1) M73(1) M71(2) M72(2) M73(2) M71(3) M72(3) M73(3)

M81(1) M82(1) M83(1) M81(2) M82(2) M83(2) M81(3) M82(3) M83(3)

Gambar

Gambar 1. Rantai polimer hydrogel
Gambar 1.Grafik rerata pertambahan tinggi bibit sukun
Tabel Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup sampai Hari ke –
Tabel Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup sampai Hari ke –

Referensi

Dokumen terkait

Pengeluaran GUREAA adalah seluruh pengeluaran untuk pembayaran HR, belanja barang, biaya perjalanan dan belanja non-barang yang dilakukan oleh

dengan ukuran 0.5 cm kem udian dikult ur pada m edium induksi t unas yang m engandung kolkisin selama 2-4 m inggu unt uk m enginduksi t erjadinya poliploidi krom osom.. Tunas yang

T he ability of the kidneys to regulate extracellular fluid volume by altering sodium excretion is important for maintaining adequate volume within the vascular system. Sodium

-KANTOR PERPUSTAKAAN DAN

• Proposal credit transfer antara PT di Indonesia dan Mitra Dampak • Peningkatan jumlah mahasiswa peserta program mobilitas...

 Persyaratan khusus untuk penambahan Program Studi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Perguruan Tinggi Terdiri atas :.. Perjanjian Kerjasama Antara Fakultas

Jadual Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (Rawat Inap). BAB III STANDAR

[r]