• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP KONDISI

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(STUDI PADA KECAMATAN PAMATANG SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh: SRI UTARI HALOHO

110903111

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun) Nama : Sri Utari Haloho

NIM : 110903111

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Hatta Ridho ,S.sos M.SP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemekaran

kecamatan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik.

Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan,

kesehatan dan perumahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Data-data yang diperoleh

dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 (seratus) responden yang terdiri dari masyarakat.

Selanjutnya data yang ada diolah dengan Teknik Korelasi Product Moment, Uji signifikan, dan

koefisien determinan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari perhitungan uji antara variabel X

dan variabel Y, maka diperoleh rxy = 0,568 dengan harga thitung = 5,68. Hal ini menunjukkan

kefisien korelasi adalah signifikan dengan nilai test ststistik thitung>ttabel yang berarti Ho

ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu ada pengaruh yang positif antara pemekaran kecamatan

dengan perubahan kondisi sosial ekonomi yang ada di Kecamatan Pamatang Sidamanik

Kabupaten Simalungun. sedangkan dari perhitungan koefisien determinan dapat dilihat bahwa

prmkaran kecamatan yang telah dilakukan di Kecamatan Pamatang Sidamanik berpengaruh

32,3% terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

(3)

i

KATA PENGANTAR

Pertama- tama penulis memanjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan karunia kesehatan dan belas kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Publik Terhadap Loyalitas

Konsumen (Studi Pada PT Telkom Medan”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi persyaratan akademis dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna

baik dari sisi substansi dan redaksi. Untuk itu, penulis tidak menutup diri dari kritik atau saran

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan

hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Hatta Ridho S.sos M.SP selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan dengan

(4)

ii

5. Bapak Drs. Husni Thamrin, M.Si selaku dosen penguji seminar yang telah

menyempatkan waktu dan memberi kritik dan saran.

6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal berupa ilmu

pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mempermudah penulis dalam mengurus

berbagai keperluan administrasi selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Parulian Tambunan,SE dan seluruh staf di kantor camat Pamatang Sidamanik

,Kabupaten Simalungun yang telah mendukung penelitian baik langsung maupun tidak

langsung selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung sehingga dapat

diselesaikan dengan baik.

9. Teristimewa rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada

orang tua penulis yaitu Henry Budiaman Haloho,S.Pd dan Dra.Dewani Barus ,dan

Saudara tertua penulis yaitu Otto Fauzi Haloho,S.Ikom serta adik-adik penulis yaitu

Yunia Utami Indah Haloho,Fikri Adyaksa Haloho yang telah memberikan doa,

semangat, dan dukungan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

10.Teman-teman dekat penulis yaitu Okida Siahaan,,Regina Yosii Pasaribu, Neena

Dhilon ,dan Faradilla Tarigan yang sudah sangat membantu didalam susah dan senang

(5)

iii

11.Teman-teman dan adik-adik sejurusan yang sudah mengisi indahnya waktu perkuliahan

penulis sampai pada penyelesaian tugas akhir ini yaitu, Giovanny ivo Asima,Dewi

Anggiati Siregar ,Andrey Carver ,Ricky Franklin ,Monica Anastasya, Acho Pardosi

, Migupudwianti Ismanto , Eka Sundari Lubis dan lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

12.Terkhusus kepada Nota Patrit , Desy Natalia Saragih ,Guskhairina ,dan Naomi

Oktriani Damanik yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Seluruh teman-teman di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah memberi ilmu dalam kehidupan sehari-hari dan

berbagi rasa atas kebenaran.

Akhirnya, terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

maupun selama perkuliahan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015

Penulis

(6)

iv

1.5.1.1 Pengertian Otonomi Daerah ... 9

1.5.1.2 Prinsip dan Tujuan Otonomi Daerah ... 10

1.5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah...12

1.5.2 Pemerintah Daerah ... 13

1.5.3 Pemekaran Kecamatan ... 15

1.5.4 Masyarakat ... 19

1.5.5 Sosial Ekonomi 1.5.5.1 Pengertian Sosial Ekonomi ... 20

1.5.5.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 21

1.6 Hipotesis ... 23

1.7 Definisi Konsep ... 24

1.8 Definisi Oprasional ... 25

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 29

(7)

v

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi ... 29

2.3.2 Sampel ... 30

2.4 Teknik Pengumpulan Data 2.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 33

2.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 34

2.5 Teknik Penentuan Skor ... 34

2.6 Teknik Analisis Data 2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 35

2.6.2 Koefisien Determinasi ... 37

2.6.3 Analisis Regresi Sederhana ... 37

2.6.4 Pengujian Hipotesis ... 38

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis ... 39 Organisasi-Organisasi Kelurahan ... 48

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Karakteristik Responden ... 52

4.2 Deskriptif Data Variabel Penelitian 4.2.1 Kuisioner Variabel Bebas (X) Pemekaran Kecamatan ... 54

(8)

vi

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Analisis Product Moment ... 73

5.2 Uji Normalitas 5.2.1 Uji Normalitas Grafik Histogram ... 76

5.2.2 Uji Normalitas P-P Plot ... 77

5.3 Uji Hipotesis Penelitian 5.3.1 Analisi Regresi Linier Sederhana ... 77

5.3.2 Uji Parsial/uji-t ... 79

5.3.3 Uji Serempak/uji-F ... 80

5.3.4 Uji koefisien Determinasi ... 82

5.4 Pembahasan ... 83

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 85

6.2 Saran ... 86

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 30

Tabel 3.1 Data Wilayah Dan Jumlah Dusun Menurut Nagori/Kelurahan

Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 40

Tabel 3.2 Data Jumlah Penduduk Menurut Nagori/Kelurahan Di

Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 41

Tabel 3.3 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur Setiap

Nagori/Kelurahan Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 42

Tabel 3.4 Data Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis

Kegiatan/Pekerjaan Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 43

Tabel 3.5 Data Penduduk Menurut Agama Setiap Nagori/Kelurahan Di

Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 44

Tabel 3.6 Data Penduduk Menurut Nagori/Kelurahan Dan Pendidikan

Tertinggi Yang Ditamatkan Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 45

Tabel 3.7 Data Jumlah Tempat Ibadah Menurut Nagori/Kelurahan Di

Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 46

Tabel 3.8 Data Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Nagori/Kelurahan

Di Kecamatan Pamatang Sidamanik ... 47

Tabel 4.1 Distribusi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.2 Distribusi Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

Tabel 4.3 Distribusi Data Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan

Perbulan ... ... 54

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik Adalah Suatu Kebijakan

Yang Tepat ... 55

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Potensi SDM(Sumber Daya

(10)

viii

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Potensi SDA(Sumber Daya

Alam) Menjadi Salah Satu Faktor Pendukung Pemekaran ... 56

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengaruh Pemekaran

Kecamatan Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik ... 57

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran

Kecamatan Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat ... 57

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran Kecamatan Mempengaruhi Pengelolaan SDA (Sumber Daya

Alam) ... 58

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Tetang Pemekaran

Kecamatan Mempengaruhi Percepatan Pembangunan ... 58

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran Kecamatan Membuat Dana Bantuan Kepada Masyarakat

Menjadi Terjangkau Dan Tepat Sasaran ... 59

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Program-Program Pemerintah Pada Pemekaran Kecamatan Menjadi Lebih

Bervariasi ... 60

Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemekaran Kecamatan Menambah Lowongan Pekerjaan Kepada

Masyarakat ... 60

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Setelah Pemekaran Pemerintah Menjadi Lebih Fokus/Tanggap Terhadap

Masalah Yang Dihadapi Masyarakat ... 61

Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembuatan Kebijakan Menjadi Lebih Efektif (Waktu,Jangkauan) Pada

Pemekaran Kecamatan ... 62

Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Setelah Pemekaran

Masyarakat Mendapatkan Usaha Sampingan ... 63

Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Setelah Pemekaran

Masyarakat Mendapatkan Bantuan Modal Usaha ... 64

Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sebelum Pemekaran

(11)

ix

Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendapatan

Masyarakat Meningkat Setelah Pemekaran ... 65

Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelayanan Adminstrasi Terhadap Masyarakat Lebih Mudah Dan Lebih Baik Setelah Pemekaran (Pengurusan KTP, KK, Dll) ... 66

Tabel 4.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sarana Pendidikan Menjadi Lebih Lengkap Setelah Adanya Pemekaran (Komputer, Internet, Dll) ... 67

Tabel 4.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Pembangunan Gedung Baru Sekolah Setelah Pemekaran ... 68

Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Renovasi Bangunan Sekolah Setelah Pemekaran ... 69

Tabel 4.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Kesehatan Menjadi Lebih Lengkap Setelah Adanya Pemekaran ... 69

Tabel 4.25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelayanan Kesehatan Kepada Masyarakat Lebih Baik Setelah Pemekaran ... 70

Tabel 4.26 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Perbaikan Rumah Warga Setelah Adanya Pemekaaran ... 71

Tabel 4.27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilits Umum Mejadi Lebih Baik Setelah Adanya Pemekaran ... 72

Tabel 5.1 ... Koefisien Korelasi Product Moment (R) ... 74

Tabel 5.2 Regresi Linier Sederhana ... 78

Tabel 5.3 Uji Secara Parsial (Uji-T) ... 79

Tabel 5.4 Uji Serempak/Simultan (Uji-F) ... 81

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun) Nama : Sri Utari Haloho

NIM : 110903111

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Hatta Ridho ,S.sos M.SP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemekaran

kecamatan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik.

Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan,

kesehatan dan perumahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Data-data yang diperoleh

dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 (seratus) responden yang terdiri dari masyarakat.

Selanjutnya data yang ada diolah dengan Teknik Korelasi Product Moment, Uji signifikan, dan

koefisien determinan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari perhitungan uji antara variabel X

dan variabel Y, maka diperoleh rxy = 0,568 dengan harga thitung = 5,68. Hal ini menunjukkan

kefisien korelasi adalah signifikan dengan nilai test ststistik thitung>ttabel yang berarti Ho

ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu ada pengaruh yang positif antara pemekaran kecamatan

dengan perubahan kondisi sosial ekonomi yang ada di Kecamatan Pamatang Sidamanik

Kabupaten Simalungun. sedangkan dari perhitungan koefisien determinan dapat dilihat bahwa

prmkaran kecamatan yang telah dilakukan di Kecamatan Pamatang Sidamanik berpengaruh

32,3% terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah telah dimulai secara nasional pada tahun 2001,

tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001, namun secara efektif otonomi daerah baru mulai

berlaku pada bulan Mei 2001 dimana baik itu daerah provinsi, daerah kabupaten maupun

daerah kota diberikan wewenang yang luas tetapi juga bertanggung jawab dalam

mengatur, membagi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut

sesuai dengan prinsip – prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

keadilan serta potensi keanekaragaman daerah dimana pelaksanaan otonomi daerah ini

pada hakekatnya diarahkan dan ditujukan untuk meningkatkan pelayanan Pemerintah

Daerah (local government) kepada masyarakat agar lebih efisien dan responsif terhadap

potensi, kebutuhan maupun karakteristik di masing-masing daerah.

Dalam rangka pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah

maka kualitas sumber daya manusia dan pengadaan sarana kebutuhan masyarakat perlu

ditingkatkan. Pada dasarnya, pemekaran wilayah merupakan salah satu bentuk otonomi

daerah dan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan karena dengan adanya

pemekaran wilayah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pemerataan pembangunan

daerah dan pengembangan wilayah. Pada UUD 1945 terkandung makna Sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan keleluasaan kepada

daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan wujud dari

(14)

2

Sehingga diharapkan, dengan adanya otonomi daerah masyarakat mendapatkan apa yang

menjadi harapannya selama ini, karena pelayanan langsung dilaksanakan oleh pemerintah

daerah. Dengan semangat otonomi daerah itu pulalah muncul wacana-wacana melakukan

pemekaran wilayah, yang dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan, dan

memudahkan pelayanan publik kepada masyarakat, percepatan kesejahteraan masyarakat,

dan sebagainya. Pemekaran wilayah harus benar-benar dilakukan untuk mendekatkan

pelayanan pemerintah pada masyarakat dan memperpendek alur pelayanan sehingga akan

tercipta pelayanan berkualitas yang ditunjukkan dengan kemajuan suatu daerah otonom.

Dibalik antusiasme daerah, terdapat juga anggapan bahwa pihak daerah memiliki

kemampuan yang tidak kalah dibandingkan dengan pusat. Berdasarkan fakta sebagian

besar sumber daya manusia yang berkualitas berasal dari daerah dimana mereka

mematangkan potensinya di daerah untuk kemudian berkecimpung di pusat dan

kemudian memegang peranan penting dalam memegang keputusan (decision maker).

Pada dasarnya otonomi daerah itu sendiri bermuara kepada keinginan daerah

untuk memekarkan diri atau memisahkan diri dari daerah induknya dan mencoba berdiri

sendiri dengan segala potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pemekaran daerah

dalam tatanan filosofis dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemekaran akan mempersingkat rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat,

khususnya pada wilayah - wilayah yang belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan.

Pemekaran daerah juga diaspirasikan untuk memperbaiki pemerataan pembangunan.

Berdasarkan pengalaman di masa lalu, daerah-daerah yang terbangun hanya

daerah yang berdekatan dengan ibukota pemerintahan daerah. Pemekaran memungkinkan

(15)

3

juga dikemukakan adalah bahwa pemekaran akan mengembangkan demokrasi lokal

melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil.

(dsfindonesia.org/userfiles/StudiEvaluasi Pemekaran Daerah/2007/01).

Kebijakan otonomi daerah telah memberikan peluang yang besar bagi daerah

untuk mengelola dan mengembangkan daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan aspirasi dan inisiatif masing-masing daerah. Dengan kewenangan yang

diberikan pemerintah pusat kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri

berarti juga daerah tersebut berusaha untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi

dalam upaya mengelola dan mengembangkan daerah agar dapat lebih maju dari

sebelumnya.Kecamatan Pamatang Sidamanik merupakan salah satu daerah Otonom di

Kabupaten Simalungun,berdasarkan Peraturan Derah Kabupaten Simalungun Nomor 9

Tahun 2002 ,Kecamatan Pamatang Sidamanik resmi untuk dimekarkan pada hari Kamis

,tanggal 16 Januari 2003 oleh Bupati Simalungun Ir.John Hugo Silalahi.

Pemekaran daerah kecamatan dapat dilakukan jika paling tidak terdiri dari 5 desa

dan terdiri dari beberapa kelurahan dan dusun. Wilayah Kecamatan Pamatang Sidamanik

sendiri terdiri dari 10 desa yaitu Desa Sopolha Horison, Desa Pem.Tambun Raya, Desa

Sihaporas, Desa Desa Jorlang Huluan,desa Bandar Manik, desa Sait Buttu Saribu,desa

Pematang Sidamanik,desa Sarimantin , desa Simantin,dan desa Gorak dan itu sudah

memenuhi syarat untuk dapat memekarkan daerah kecamatan selain tentunya

faktor-faktor lainnya seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memadai.

Melihat kondisi sumber daya alam yang cukup baik maka sudah selayaknyalah

dimekarkan, selain itu juga pemekaran ini sangat didukung penuh oleh masyarakat

(16)

4

masyarakat setempat juga untuk mengembangkan daerah Kecamatan Pamatang

Sidamanik menuju kecamatan yang lebih maju dan berkembang.

Menurut Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten Simalungun, jumlah

penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik pada tahun 2011 adalah 20.842 jiwa yang

terdiri dari 10.362 perempuan dan 10.480 laki-laki dan dengan 4764 kepala keluarga

(KK). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk kecamatan ini terus bertambah baik itu

dengan adanya kelahiran ataupun pendatang yang pada akhirnya menetap dan memilih

tinggal di daerah ini. Potensi Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun

sebagai salah satu daerah pemekaran memang tidaklah salah melihat dari besarnya

potensi yang dimilki daerah ini untuk dapat berdiri sendiri. Potensi sumber daya alam

yang dimiliki oleh daerah ini sangatlah besar tetapi belum efektif dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam

mengembangkan sumber daya alam yang ada serta kurangnya penyuluhan yang diberikan

oleh pemerintah daerah setempat.

Tulang punggung perekonomian masyarakatnya sebagian besar bertumpu pada

sektor pertanian, selain itu ada juga pada sektor perkebunan dan juga perikanan.Wilayah

Kecamatan Pamatang Sidamanik adalah wilayah yang sangat subur untuk bercocok tani

dan berkebun.Mayoritas masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik bercocok tanam

padi dan berkebun Kopi.di Kecamatan Pamatang Sidamanik ini terdapat perkebunan teh

PTP Nusantara IV milik BUMN sehingga minoritas penduduknya bekerja sebagai

karyawan perkebunan. Sebagian desa yang berada di Kecamatan Pamatang Sidamanik

juga tepat berada di tepi Danau Toba.Jadi ,apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya

(17)

5

dari sektor pariwisata.Selain itu beberapa desa yang berada tepat di pinggir Danau Toba

,penduduknya dapat berprofesi menjadi nelayan ,dengan menangkap langsung ataupun

membuat keramba.

Setelah pemekaran daerah, masyarakat banyak mendapatkan pengarahan dari

pemerintah daerah seperti petani diberikan penyuluhan bagimana cara bercocok tanam

yang baik sehingga hasil panen melimpah ruah, apalagi kecamatan ini terkenal dengan

setiap desanya penghasil kopi. Selain itu juga para nelayan digalakkan oleh pemerintah

setempat bagaimana agar hasil tangkapan ikan lebih banyak lagi agar hasilnya dapat

menambah perekonomian para nelayan.Setelah pemekaran pemerintahah daerah

Kecamatan Pamatang Sidamanik juga banyak mendirikan organisasi dalam masyarakat

seperti koperasi-koperasi dan perserikatan para petani dan buruh.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengaruh pemekaran kecamatan terhadap kondisi Sosial Ekonomi masyarakat di

Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

I.2 . Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu penelitian

dan untuk lebih memudahkan penelitian nantinya. Hal ini senada dengan pendapat “Agar

penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka penulis merumuskan

masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan

apa” (Arikunto, 1998:17).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis

(18)

6

“Seberapa Besar Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Pamatang SidamanikKabupaten

Simalungun?”.

I.3 . Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah mempunyai jalan dan

tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggarannya.Adapun yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemekaran kecamatan terhadap

kondisi Sosial Ekonomi masyarakat di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten

Simalungun.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk menambah dan

meningkatkan cara berpikir positif serta mengembangkan kemampuan

menganalisa permasalahan yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi Fisip USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi

mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka

pengembangan konsep-konsep,teori-teori,terutama terhadap pemecahan masalah

pemekaran kecamatan terhadap Sosial Ekonomi masyarakat Kecamatan Pamatang

(19)

7

1.5 Kerangka Teori

Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan

pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut

kerangka teori. Menurut Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu

ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar

perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini

adalah :

1.5.1 Otonomi Daerah

Pemberlakuan Otonomi Daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001 telah membawa

implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang menjadikan

penyelenggaraan Pemerintahan yang sentralistik-birokratis ke arah desentralistik-partisipatoris.

UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan yang telah direvisi menjadi UU No.32

Tahun 2004 telah melahirkan paradigma baru dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang

meletakkan otonomi penuh, luas dan bertanggung jawab pada daerah kabupaten dan kota.

Perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan masyarakat,

(20)

8

lain. Karena dengan otonomi, pemerintahan kabupaten/ kota memiliki kewenangan yang

memadai untuk mengembangkan program-program pembangunan berbasis masyarakat (ekonomi

rakyat). Jika selama ini program-program pemberdayaan ekonomi rakyat didisain dari pusat,

tanpa daerah memiliki kewenangan untuk “berkreasi”, sekaranglah saatnya pemerintah daerah

kabupaten/kota menunjukkan kemampuannya. Tantangan, bahwa daerah mampu mendisain dan

melaksanakan program yang sesuai dengan kondisi lokal patut disikapi dengan kepercayaan diri

dan tanggung jawab penuh.

Penyelenggaraan otonomi daerah ini didasarkan pada isi dan jiwa yang terkandung dalam

Pasal 18 UUD 1945 dengan pokok pikiran sebagai berikut :

1. Sistem ketatanegaraan wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan

berdasarkan asas dekonsentrasi dan desentralisasi dalam rangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

2. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah

provinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah

kabupaten dan daerah kota. Daerah desntralisasi berwenang untuk menentukan dan

melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

3. Pembagian daerah diluar provinsi dibagi ke dalam daerah otonom. Dengan demikian wilayah

administrasi yang berada dalam daerah kabupaten dan daerah kota dapat dijadikan daerah

otonom baru.

4. Kecamatan sebagai wilayah administrasi dalam rangka dekonsentrasi kedudukannya diubah

(21)

9

1.5.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Secara etimologis, pengertian otonomi daerah menurut Situmorang (1993)

dalam Shinta (2009) berasal dari bahasa Latin, yaitu “autos” yang berarti sendiri

dan “nomos” yang berarti aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi daerah

adalah mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Dalam bahasa Inggris,

otonomi berasal dari kata “autonomy”, dimana “auto” berarti sendiri dan “nomy”

sama artinya dengan “nomos” yang berarti aturan atau Undang-undang. Jadi

“autonomy” adalah mengatur diri sendiri. Sementara itu, pengertian lain tentang

otonomi ialah sebagai hak mengatur dan memerintah diri sendiri atas insiatif dan

kemauan sendiri. Hak yang diperoleh berasal dari pemerintah pusat.

Lebih lanjut Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 tahun 2004

mendefinisikan otonomi daerah sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah

mengatur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Daerah Otonom atau

disebut juga dengan daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

1.5.1.2 Prinisip dan Tujuan Otonomi Daerah

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya

(22)

10

Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah

otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan

tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk

memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang

merupakan bagian utam dari tujuan nasional.

Seiring dengan prinsip itu, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu

memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain

itu penyelengaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan

antar daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama

antardaerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus

mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya

harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap

tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan

negara.Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang

hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian

pedoman seperti penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan.

Disamping itu diberikan pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervise,

pengendalian koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. Bersamaan itu pemerintah

wajib memberikan fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan

dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan

(23)

11

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah (Widarta, I. 2005 : 69) antara

lain yaitu :

1. Untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna

penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan

pelaksanaan pembangunan.

2. Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan, undang-undang ini menitikberatkan otonomi daerah pada daerah

tingkat II dengan pertimbangan bahwa daerah tingkat II langsung berhubungan

dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat lebih mengerti dan memenuhi

aspirasi masyarakat.

3. Penyerahan urusan-urusan pemerintahan kepada daerah dilakukan secara

bertahap disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.

4. Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada daerah sebagai pelaksana

asas desentralisasi tetapi tanggungjawab terakhir terhadap urusan-urusan tersebut

tetap berada di tangan pemerintah.

1.5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah

Banyak faktor dan variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan

otonomi daerah. Tidak sedikit pula pakar yang mengidentifikasikan faktor-faktor

dan variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi

(24)

12

Pada umumnya faktor-faktor dan atau variabel-variabel yang

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan

sumber daya (aparat maupun masyarakat), sumber daya alam, kemampuan

keuangan (finansial), kemampuan manajemen, kondisi sosial budaya masyarakat,

dan karakteristik ekologis.

Kaho (dalam Salam, 2004:108) mengidentifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi dan sangat menentukan penelenggaraan otonomi daerah antara

lain dengan:

1. Sumber daya manusia dan kemampuan aparatur serta partisipasi masyarakat.

2. Keuangan yang stabil.

3. Peralatan yang lengkap.

4. Organisasi dan manajemen yang baik.

Paramitha (dalam Salam, 2004:109) membagi variabel yang memperanguhi

keefektifan organisasi ke dalam dua kelompok . Pertama, kelompok variabel

sumber daya yang terdiri dari varabel besarnya organisasi dan pembagian kerja.

Kedua, kelompok variabel struktural yang terdiri dari variabel struktur yang

terdiri dari variabel sentralisasi, kerumitan, formalisasi, komunikasi, dan

koordinasi.

Fernandez (dalam Salam, 2004:109) menyatakan bahwa tugas atau fungsi

manajerial, institusi, penbiayaan atau keuangan, dan kemampuan aparat

pemerintahan daerah merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

(25)

13

1.5.2 Pemerintah Daerah

Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah, yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan

urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah oleh DPRD menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, pemerintahan daerah meliputi :

1) Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Pemerintah daerah

sebagai badan eksekutif daerah dalam PP No.8/2003 tentang pedoman organisasi

perangkat daerah meliputi kepala daerah beserta perangkat daerah.

Kepala daerah dalam hal ini untuk kecamatan adalah Camat, untuk kabupaten

adalah Bupati dimana kepala daerah ini dibantu oleh satu orang wakil kepala

daerah. Kepala daerah dan wakilnya dipilih dalam satu pasangan secara langsung

oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Berhasil tidaknya seseorang yang

menjabat suatu jabatan dalam menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada

kualitas yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan kepala daerah, berhasil

tidaknya ia menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang

dimilikinya serta loyalitasnya kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 8 Tahun 2003 tentang pedoman

(26)

14

pada pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretariat daerah, dinas

daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan satuan polisi pamong praja sesuai

dengan kebutuhan daerah (Nurcholis, 2007: 225).

1.5.4 Pemekaran Kecamatan

Menurut pasal 66 UU No.22 Tahun 1999, kecamatan merupakan

perangkat daerah kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh Kepala Camat

yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul dari sekretaris daerah

kabupaten/kota dan Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Sebagai

perangkat daerah organisasi Kecamatan yang dipimpin oleh Camat melaksanakan

sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan Bupati dan tugastugas umum

pemerintahan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah organisasi Kecamatan menjadi

ujung tombak pelayanan masyarakat. Hal ini disebabkan Kecamatan menjadi

penyambung kebijakan pemerintah daerah dengan masyarakat luas, fungsi-fungsi

koordinatif dan pembinaan pada level desa dan kelurahan menjadi tanggung

jawab Kecamatan.(Poernomo, 2004 : 28) Oleh karena itu Kecamatan menerima

sebagian wewenang yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah. Disamping itu

Kecamatan adalah sebagai koordinator dalam pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan umum.

Ada dua tugas utama Kecamatan yaitu sebagai pelayan masyarakat dan

melakukan pembinaan wilayah.Tugas pembinaan wilayah dilakukan dengan

(27)

15

wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban, penegakan

peraturan perundangundangan, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa

dan/atau kelurahan, serta pelaksanaan tugas pemerintahan lainnya yang belum

dilaksanakan oleh pemerintahan desa/kelurahan dan/atau instansi pemerintah

lainnya di wilayah kecamatan, sedangkan dari segi pelayan masyarakat, pihak

Kecamatan menjalankan sebagian wewenang yang diberikan oleh Pemerintah

daerah. Oleh sebab itu pengembangan lembaga Kecamatan menjadi hal

yangurgen untuk dilaksanakan. Kebijakan otonomi daerah merupakan suatu itikad

baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kecamatan

sebagai unsur perangkat daerah memiliki peran vital dalam keberhasilan otonomi

daerah, kecamatan dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia, merupakan ujung

tombak dari pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat

luas. Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan

oleh kinerja organisasi tersebut. Masyarakat perkotaan yang peradabannya sudah

cukup maju, mempunyai kompleksitas permasalahan lebih tinggi dibandingkan

pada masyarakat tradisional sehingga diperlukan aparatur pelayanan yang

profesional. (Tobalilo80/2009/01).

Menurut PP No. 19 Tahun 2008 Bab I pasal (1) pembentukan kecamatan

adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai kecamatan di

kabupaten/kota. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Peraturan

Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Pembentukan Kecamatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 PP No.19 2008 harus memenuhi syarat

(28)

16

Syarat administratif pembentukan kecamatan adalah: (PP No.19 Th 2008

pasal 3) :

a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;

b. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan

dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun;

c. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain untuk Desa

dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh

wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru

maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

d. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau

nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi

cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan

pembentukan kecamatan;

e. Rekomendasi Gubernur.

Syarat fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 19

Th 2008 meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana

pemerintahan. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 19

Th 2008 meliputi:

1. jumlah penduduk;

2. luas wilayah;

3. rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan;

4. aktivitas perekonomian;

(29)

17

Dalam PP RI No 129 tahun 2000 pasal 2 disebutkan pembentukan daerah

atau disebut juga dengan pemekaran bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan melalui:

1. Pengangkatan pelayanan terhadap masyarakat

2. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi

3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah

4. Percepatan pengelolaan potensi daerah

5. Pengangkatan kecamatan dan ketertiban

6. Pengangkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

Dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 memberikan wewenang kepada

daerah untuk mengurusi wilayahnya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini

mengingat bahwa sebenarnya yang mengetahui segala permasalahan yang terjadi

di daerah adalah pemerintah daerah, bukan pemerintah pusat.Semakin

meningkatnya volume kegiatan di bidang pemerintahan, pelayanan, dan

kemasyarakatan serta dengan meningkatnya komposisi jumlah penduduk, luas

wilayah yang cukup, dan memiliki sarana/prasarana yang memadai sebagai

prasyarat pendirian kecamatan, maka Pemerintahan Kabupaten Kerinci merasa

siap untuk mengeluarkan kebijakan pemekaran kecamatan.

Menurut Kastorius Sinaga (dalam Wahyudi dkk, 2002:18) pemekaran

wilayah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, diantaranya:

1. Urgensi dan Relevansi; apakah urgensi pemekaran wilayah berkaitan

dengan penuntasan masalah kemiskinan dan marginalitas etnik. Jika tidak,

(30)

18

akan semakin cepat. Pertimbangan umum pemekaran wilayah biasanya

didasari oleh adanya potensi sumber daya alam yang siap untuk

dieksploitasi sementara kemampuan daerah, terutama menyangkut

finansial dan sumber daya manusia amat terbatas. Jalan keluar yang paling

mungkin adalah mengundang pihak luar menjadi investor dan ketika

keputusan seperti ini diambil maka tidak lama setelah itu akan terjadi

proses eksploitasi yang sangat besar terhadap kekayaan alam yang

dimiliki daerah itu. Cara berfikir seperti ini yang sangat mengkhawatirkan

dan berpotensi mengundang terjadinya proses pemiskinan.

2. Prosedur; apakah prosedur pemekaran wilayah ini akan berbelit-belit

karena rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini juga cukup

panjang.

3. Implikasi; yakni sejauhmana pemekaran wilayah memberi dampak yang

signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan secara politis

berimplikasi terhadap terpilihnya identitas etnik dan agama. Selain itu,

potensi terjadinya konflik horizontal berkaitan dengan ide pemekaran

wilayah itu. Diluar pihak yang memberikan dukungan, pasti ada

pihak-pihak tertentu yang tidak menyetujui ide pemekaran itu.

1.5.5. Masyarakat

Kata masyarakat dalam bahasa Inggris adalah “society” yang berasal dari

kata “socius” yang berarti kawan. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang

(31)

19

mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan

melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Hidup dalam

masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orangorang sekitar, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi menurutsistem adat istiadat, hukum, agama dan sosial

budaya yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Ikatan

yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah

pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan

tersebut sehingga menjadi adat istiadat. Para mahasiswa suatu akademi ataupun

para pelajar suatu sekolah tidak dapat disebut sebagai masyarakat karena

walaupun suatu kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, mahasiswa

atupun karyawan terikat serta diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma atau

aturan sekolah, tetapi system norma itu hanya meliputi beberapa sektor kehidupan

yang terbatas.

Sementara sebagai suatu kesatuan manusia, sekolah atupun kampus itu

hanya bersifat sementara atau tidak berkesinambungan. Selain ikatan adat istiadat

khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontiunitas waktu, warga suatu

masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain yaitu suatu rasa identitas bahwa

mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan

manusia lainnya Usaha mengembangkan konsep masyarakat ternyata tidak

menghasilkan suatu rumusan yang seragam. Satu aspek yang tampak disepakati

bersama adalah masyarakat merupakan kelompok manusia yang hidup bersama.

(32)

20

penting adalah unsur-unsur masyarakat itu sendiri. Hidup bersama dikatakan

apabila mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup dalam suatu kelompok tertentu

2. Bercampur atau bersama-sama untuk kurun waktu yang lama

3. Menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan

4. Menyadari bahwa mereka bersama-sama diikat oleh perasaan diantara

para anggotayang satu dengan yang lain

5. Menghasilkan suatu kebudayaan tertentu.

1.5.6 Sosial Ekonomi

1.5.6.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang berarti kawan atau teman.

Dalam hal ini kawan adalah mereka atau orang-orang yang berada di sekitar

tempat tinggal kita dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang

saling mempengaruhi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial

berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Salim, 2002 : 454),

sedangkan dalam konsep sosiologi manusia sering disebut sebagai makhluk

sosial, yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa

keterlibatan orang lain disekitarnya. Dalam mengahadapi sekelilingnya, manusia

harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan juga bergaul untuk

mendatangkan kepuasan baginya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu

(33)

21

kekayaan seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian (Salim, 2002 :

379). Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian

ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi

bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari.sosial

ekonomi itu sendiri merupakan gabungan dari pendidikan, pendapatan dan

pekerjaan.

1.5.6.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi adalah suatu keadaan pada suatu waktu tertentu. Kata sosial

berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan kata

ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan

pemakaian barang-barangserta kekayaan. Jadi kondisi sosial ekonomi adalah

suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan

seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Untuk melihat

kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan beberapa faktor, antara

lain yaitu : pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan Selain faktor-faktor

tersebut, ada juga faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh para ahli dalam

melihat kondisi sosial ekonomi seseorang seperti pekerjaan, dan sosialisasi dalam

lingkungan masyarakat.

Pendapatan merupakan penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang

di dapat dari hasil usaha yang dikerjakan. Sedangkan Pendidikan adalah usaha

(34)

22

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kesehatan

adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat melakukan

aktivitas sehari – hari dengan baik. Sedangkan perumahan adalah bangunan

tempat tinggal atau tempat berteduh bagi. Uraian tersebut diatas adalah

merupakan gambarankondisi sosial ekonomi. Kehidupan sosial merupakan suatu

strategi yang dilakukan oleh sekelompok orang guna pemenuhan kebutuhan hidup

serta menggunakan penghasilannya untuk mengarahkan produksi barang yang

diperlukan. Oleh karena itu, maka perlu dikembangkan suatu strategi yang

diarahkan pada tujuan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Adapun model pemenuhan kebutuhan dasar sebagai suatu strategi harus

mampu memiliki 5 (lima) sasaran utama, yaitu :

1.Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan, peralatan

sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh

masyarakat.

2.Dibukanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai pelayanan

umum,seperti : pendidikan, kesehatan, air minum dan pemukiman yang

sehat.

3.Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan untuk bekerja yang

(35)

23

4.Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa

dengan kemampuan untuk menyisihkan tabungan bagi pembiayaan usaha

selanjutnya.

5.Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan atas pelaksanaan

pembangunan dan juga sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

1.6 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan sementara atau tentative answer

yang hendak dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.Adapun hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

• Adanya pengaruh pemekaran kecamatan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat

di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

Maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini untuk mebuktikan yaitu :

Hipotesis Nol (Ho) : Pernyataan yang mengatakan tidak ada hubungan pemekaran

kecamatan (Variabel x) dengan kondisi sosial sosial ekonomi masyarakat (Variabel Y)

yang akan diteliti ,atau Variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

Hipotesis Alternative (Ha) : Pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan antara

pemekaran kecamatan (Variabel x) dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (Variabel

(36)

24

1.7 Defenisi Konsep

Definisi Konsep merupakan proses yang digunakan untuk menunjukan secara

tepat tentang apa yang kita maksudkan bila kita menggunakan istilah tertentu. Defensi

konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara

mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari

salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009 : 112).

Untuk mendapatkan batasan istilah yang jelas dari masing-masing konsep yang

diteliti ,maka definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1 . Pemekaran Kecamatan

Pemekaran kecamatan adalah pembentukan kecamatan baru dari kecamatan yang

lama berdasarkan pada syarat-syarat tertentu.

2 . Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan

menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Untuk

melihat kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan beberapa faktor,

antara lain yaitu : pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

1. Pendapatan merupakan penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di

dapat dari hasil usaha yang dikerjakan.

2. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

(37)

25

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat.

3. Kesehatan adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat

melakukan aktivitas sehari – hari dengan baik.

4. Perumahan adalah bangunan tempat tinggal atau tempat berteduh .

1.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur

suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006: 46).

Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk

dianalisis dari variabel-variabel tersebut.

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam

bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut

penelitian. Adapun yang menjadi definisi operasinal dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel Independen (pemekaran kecamatan) yaitu variabel yang sering juga disebut

sebagai variabel prediktor ialah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik

secara positif maupun negatif.

Adapun indikator Variabel dependen dari penelitian ini adalah :

1.Syarat Administrasi pembentukan kecamatan

a.Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di seluruh wilayah kecamatan

baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan

(38)

26

b.Keputusan Kepala Desa di seluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon

cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan

pembentukan kecamatan

c.Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan

dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun

2. Persyaratan Teknis

a. Rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan

b. Ketersediaan sarana dan prasarana.

c. Aktivitas perekonomian

b. Variabel dependen (kondisi sosial ekonomi masyarakat) yaitu variabel yang sering

juga disebut variabel kriteria(criterion variable) adalah variabel yang nilai valuenya

dipengaruhi oleh variabel lain.

Kondisi Sosial Ekonomi di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun

indikatornya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Peningkatan sumber pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi

kebutuhan bersama (keluarga), dimana pendapatan ini merupakan jumlah semua

hasilperolehan yang di dapat dalam bentuk uang sebagai hasil dari

pekerjaannya.Indikatornya :

(39)

27

b. Bantuan modal usaha yang diperoleh sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang

Sidamanik. Bantuan modal usaha yang diperoleh setelah pemekaran Pamatang

Sidamanik

c. Jumlah pendapatan sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

Jumlah pendapatan setelah pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik.

2) Kondisi fasilitas pendidikan

Indikatornya : a. Sarana pendidikan (seperti komputer, layanan internet) sebelum

adanya pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik Sarana pendidikan

(computer, internet, dll) setelah adanyapemekaran Kecamatan Pamatang

Sidamanik

b. Jumlah bangunan sekolah sebelum adanya pemekaran daerah.

Jumlah bangunan sekolah setelah adanya pemekaran daerah.

3) Kesehatan

Indikatornya : a.Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan

Pamatang Sidamanik

Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

b.Pelayanan kesehatan sebelum adanya pemekaran Kecamatan Pamatang

Sidamanik

Pelayanan kesehatan setelah adanya pemekaran Kecamatan Pamatang

Sidamanik

(40)

28

Indikatornya : a.Kondisi bangunan rumah sebelum adanya pemekaran

Kecamatan Pamatang Sidamanik

b.Kondisi bangunan rumah setelah adanya pemekaran Kecamatan

Pamatang Sidamanik

c.Sarana MCK sebelum pemekaran Kecamatan Pamatang Sidamanik

(41)

29

I.9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan

sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian berupa sejarah singkat,visi,misi dan

sturktur organisasi

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi

yang akan dianalisa.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada

bab sebelumnya.

(42)

30

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penilitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan

pendekatan kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti

hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh

mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Karena

penelitian ini menghubungkan dua variabel saja, maka korelasionalnya di sebut korelasi

sederhana.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1Populasi

Menurut Sugiono (2005:90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajarian kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

(43)

31

Tabel 1

Jumlah Penduduk di Kecamatan Pamatang Sidamanik

NO Nama Desa Jumlah Penduduk

1 Sopolha Horison 1.579

2 Pem.Tambun Raya 1.346

3 Sihaporas 1.035

4 Jorlang Huluan 1.705

5 Bandar Manik 1.859

6 Sait Buttu Saribu 5.717

7 Pematang Sidamanik 2.745

8 Sarimantin 2.049

9 Simantin 2100

10 Gorak 689

Jumlah Total 20.842

2.3.2 Sampel

Menurut Singarimbun (1995: 152), sampel diartikan sebagai bagian dari populasi

yang menjadi sumber data sebenarnya. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari

populasi. Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representative dari seluruh populasi,

(44)

32

Menurut Arikunto (1996:104) apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang,

maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.

Apabila lebih dari 100 orang,maka diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan jumlah populasi yang diambil, maka untuk menentukan jumlah

sampel yang representatif penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan

rumus Slovin (Prasetyo, 2005:136) yakni sebagai berikut :

n = N

1 + Ne2

Keterangan :

N = Populasi

n = Sampel

e = Tingkat kesalahan penarikan sampel

Jumlah penduduk di Kecamatan Pamatang Sidamanik adalah tercatat sejumlah 20.842

jiwa ,sehingga jumlah sampelnya adalah :

n = 20.842 1 + 20.842(0.1)2

n = 100 orang

Kemudian jumlah sampel yang diperoleh tersebut di distribusikan ke 10 desa di

kecamatan Pamatang Sidamanik dengan menggunakan rumus :

Populasi 1

(45)
(46)
(47)

35

Sampel 1 = x 100

20.842

= 3,30 dibulatkan menjadi 3

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang

diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

• Penelitian Lapangan

Dalam penelitian ini ,peneliti menggunakan teknik wawancara sistematik dan

penyebaran kuesioner kepada penduduk berdasarkan kriteria penelitian.Data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a . Data Primer ,yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan melalui :

Kuesioner (angket) ,adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan

mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti yang bertujuan memperoleh

informasi yang relevan ,serta informasi yang dibutuhkan.

b . Data Sekunder , yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah

diolah,baik dalam bentuk angka maupun uraian yang terdapat dalam buku ,jurnal ,surat

kabar ,dan lain sebagainya.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan, maka ditentukan skor

(48)

36

atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala Likert untuk menilai

jawaban kuesioner.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk jawaban alternatif “a” diberi skor 5.

2. Untuk jawaban alternatif “b” diberi skor 4.

3. Untuk jawaban alternatif “c“ diberi skor 3.

4. Untuk jawaban alternatif “d“ diberi skor 2.

5. Untuk jawaban alternatif “e“ diberi skor 1.

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing

variabel apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditetapkan kelas

intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas

intervalnya dengan perhitungan, sebagai berikut :

������������� − �����������ℎ �����������������

Maka diperoleh:

5−1 5 = 0,8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing

variabel, yaitu

Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

(49)

37

Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42

Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00

2.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan

untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat dengan

menggunakan perhitungan statistik.

2.6.1 Korelasi Product Moment

Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dan besar kecilnya hubungan

antar variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2005:212). Cara perhitungannya

menggunakan rumus sebagai berikut:

���

=

�.∑ �� −(∑ �)(∑ �)

�{�.∑ �2−(∑ �)2}{�.∑ �2−(∑ �)2)}

Ketarangan

rxy = Koefisien korelasi antara gejala x dan y

N = Jumlah Sampel

(50)

38

∑ � = Jumlah skor y

∑ � � = Jumlah hasil kali antara x dan y

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan

kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = o) berarti

hubungan kedua variable yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +)berarti kenaikan nilai

variable yang satu, diikuti nilai variable yang lain dan kedua variable

memiliki hubungan positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) berarti kedua

variable negative dan menunjukan meningkatnya variable yang satu

diikuti menurunya variabel yang lain.

Interpretasi dari korelasi tersebut menurut ukuran yang konservatif

adalah sebagai berikut.

Tabel 2

Pedoman untuk memberikan interprestasi Koefisien Korelasi

Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

(51)

39

Jika nilai r yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nilai r dalam

table, maka nilai r yang diperoleh itu signifikan. Dan sebaliknya, jika nilai r

yang diperoleh lebih kecil dari nilai r dalam table, maka nilai r yang diperoleh

tidak signifikan.

2.6.2Koefisien Determinasi

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui bagaimana variasi nilai

variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas.Besarnya koefisien

determinasi adalah antara 0 hingga 1(0 < R2 < 1). Analisis digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel bebas (Pemekaran Kecamatan) terhadap variabel terikat

(Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat) .

2.6.3 Analisi Regresi Linier Sederhana

Analisi regresi linier Sederhana dilakukan dengan bantuan Software SPSS

dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat.Model regresi linier sederhana yaitu :

Y = a +bx

Keterangan :

Y = Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

X = Variabel Pemekaran Kecamatan

a = Konstanta

(52)

40

2.6.4Pengujian Hipotesis

A . Uji T

Uji T (uji Parsial)dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif

dan signifikan dari variabel bebas yaitu X terhadap variabel terikat yaitu Y dengan

asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan ,dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05).

Kriteria penilaian :

Terima HO jika nilai probabilitas (sig > α 0.05)

(53)

41

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Letak Geografis Kecamatan Pamatang Sidamanik

Kecamatan Pamatang Sidamanik terletak 780 m di atas permukaan laut dan mempunyai

luas wilayah 137.80 km2 . Dengan luas lahan sawah 536 ha, luas lahan kering 7526 ha dan luas

halaman pekarangan 1028 ha. Kecamatan ini terletak 42 km dari kantor bupati.

Kecamatan Pamatang Sidamanik terletak di Kabupaten Simalungun dengan batas-batas

sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Panei/Kecamatan Dolok Pardamean

- Sebelah Selatan : Kecamatan Jorlang Hataran

- Sebelah Timur : Kecamatan Sidamanik

- Sebelah Barat : Kecamatan Girsang Simpangan Bolon

Kecamatan Pematang Sidamanik terdiri dari sepuluh nagori/ kelurahan :

1. Sipolha Horison

2. Pem.Tambun Raya

3. Sihaporas

4. Jorlang Huluan

5. Bandar Manik

6. Sait Buttu Saribu

(54)

42

8. Sarimantin

9. Simantin

10.Gorak

Tabel 3.1

Luas Wilayah Dan Jumlah Dusun Menurut Nagori/ Kelurahan Di Kecamatan Pematang Sidamanik

No. Nagori/Kelurahan Luas(Km2) Jumlah dusun

Sumber Data : Pangulu Sekec Pamatang Sidamanik 2013

3.2 Keadaan Demografi

Menurut badan pusat statistik Kabupaten Simalungun penduduk Kecamatan Pamatang

Sidamanik berjumlah 20.842 jiwa. Dengan jumlah laki-laki 10.480 jiwa dan jumlah perempuan

10.362 jiwa.Dengan demikian komposisi penduduk kecamatan Pamatang Sidamanik hampir

seimbang antara jumlah laki-laki dan jumlah perempuan.mayoritas masyarakatnya bekerja

sebagai petani yaitu sebesar 57,62% ,dan penduduk Kecamatan Pematang Sidamanik mayoritas

menganut agama Kristen Protestan sekitar 55,82%,agar lebih jelas komposisi penduduk

Kecamatan Pamatang Sidamanik dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin ,mata pencarian

(55)

43

3.2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Nagori(Desa)/Kelurahan di Kecamatan Pamatang Sidamanik

No Nagori/Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Sopolha Horison 799 780 1.579

Sumber Data : Pangulu Sekec Pamatang Sidamanik

Dari Tabel 3.2 diatas dapat kita lihat jumlah penduduk di Kecamatan Pamatang

Sidamanik .Menurut data statistik yang terakhir diketahui jumlah penduduk 20.842 jiwa yang

tersebar di sepuluh nagori/kelurahan yang ada. Jika dilihat dari faKtor jenis kelamin, maka

penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik terdiri dari 10.480 jiwa laki-laki dan 10.362 jiwa

perempuan. Dengan demikian komposisi penduduk kecamatan Pamatang Sidamanik hampir

seimbang antara jumlah laki-laki dan jumlah perempuan.

Komposisi persebaran penduduk di setiap desanya kurang merata ,dapat kita lihat pada

tabel diatas nagori/kelurahan yang menjadi pusat kegiatan dia Kecamatan Pamatang Sidamanik

memiliki jumlah populasi terbesar.sedangkan desa-desa yang berada cukup jauh dari pusat

(56)

44

3.2.2. Jenis Kelamin dan Umur

Tabel 3.3

Penduduk Menurut Kelompok Umur Setiap Nagori(Desa)/Kelurahan di Kecamatan Pamatang Sidamanik

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 00-04 940 903 1.843

Sumber data : BPS SIMALUNGUN

Menurut data statistik yang terakhir di kantor Kecamatan Pamatang Sidamanik

diketahui jumlah penduduk sebanyak 20.842 jiwa yang tersebar diseluruh nagori/kelurahan yang

ada. Jika dilihat dari faktor usia, maka penduduk Kecamatan Pamatang Sidamanik lebih banyak

usia dewasa dibandingkan anak-anak ataupun kelompok orang tua. Hal ini menunjukkan

Kecamatan Pamatang Sidamanik mempunyai modal tenaga kerja yang cukup.

3.2.3 Pekerjaan

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pematang Sidamanik cukup bervariasi.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PENGARUH PEMEKARAN WILAYAH INDUK TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (STUDI KASUS: KABUPATEN

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan tenaga kerja dari 40 responden rata-rata 66 HOK/rata-rata luas lahan setiap petani, setelah dilakukan kegiatan optimasi lahan jumlah

Pemekaran kecamatan yaitu pemisahan kekuasaan dari satu kecamatan menjadi 2 kecamatan atau lebih yang dilakukan dengan tujuan untuk meratakan pembangunan dengan

Untuk lebih jelasnya mengenai rentang waktu yang diharapkan oleh masyarakat dalam pemekaran daerah Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat bahwa dari keseluruhan

Hutagaol (2002) dengan judul “Peranan Saluran distribusi dalam meningkatkan Volume Penjualan Pada Pertamina UPPDN I Medan”. Heru Hamzah S (2008) “Analisa Saluran Distribusi

Kecamatan Ngusikan merupakan kecamatan baru, yaitu merupakan pemekaran dari Kecamatan Kudu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang No. Tujuan dari penelitian

memang melalui para perantara tapi sekarang sudah tidak lagi bukan. Inilah salah satu keberhasilan Pemkab Mamuju dalam meaktualisasikan pembangunan di

Rendahnya persentase jawaban responden yang mengatakan terumbu karang bukan sebagai makhluk hidup dan bahkan ada responden yang tidak paham apakah terumbu karang itu merupakan