• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN

Diajukan oleh :

Nama : Arya Rocky Damanik

Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Guna Memnuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Tanggal Ketua Departemen

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Arya Rocky Damanik Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun.

Tanggal Dekan

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP :132 206 574

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal :

Nama : Arya Rocky Damanik

Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun

Ketua Departemen Pembimbing

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec Drs.Tuana Simamora, MS

NIP :132 206 574 NIP. 130 279 538

Penguji I Pengiji II

Drs.Jonatan Sinuhaji, Msi Paidi Hidayat, MSi

NIP. 130 702 279 NIP. 132 307 086

(4)

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

Tanggal Dosen Pembimbing

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Arya Rocky Damanik Nim : 050523015

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun

(5)

ABSTRACT

This research to analysis factors influance region original income to region development Kabupaten Simalungun to increase human prosperity in Kabupaten Simalungun.

This research use Ordineri Least Square how to researh influence independent variabel to dependent variabel. Research product significant influence is gave independent variabel for dependent variabel with coifeciently determinan 0,91.

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa fakor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dalam rangka pembangunan daerah Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simalungun.

Penelitian ini menggunakan metode model kuadrat terkecil biasa digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan determinan koifisien 0,91.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT……….i

ABSTRAK………..ii

KATAPENGANTAR………...iii

DAFTAR ISI………..v

DAFTAR TABEL………...ix

DAFTAR SINGKATAN...x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….1

1.2 Perumusan Masalah……….5

1.3 Hipotesis………..6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………...6

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Pendapatan Asli Daerah………...8

2.1.1 Pajak Daerah………..11

2.1.2 Retribusi Daerah……….13

(8)

2.2 Otonomi Daerah……….17

2.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah………20

2.4 Pengertian Pembangunan Ekonomi………...21

2.5 Pembanguan Ekonomi Daerah…..………22

2.6 Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah………...23

2.7 Hubungan Otonomi Daerah Dengan Pembangunan Daerah………26

2.8 Perusahaan Industri………29

2.9 Parawisata……….……….30

2.9.1 Pengaruh Parawisata terhadap Perekonomian…...34

2.9.2 Usaha Akomodasi………..35

2.9.2.1 Hotel Berbintang………36

2.9.2.2 Usaha Akomodasi Lainya………..37

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian………..39

3.2 Jenis Dan Sumber Data………..39

3.3 Model Analisis Data………..39

3.4 Metode Analisisi Data………41

3.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)………..41

3.5.1 Koifisien Determinasi (R- Square)……….41

3.5.2 Uji t-Statistik………..41

3.5.3 Uji f-Statistik………..42

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……….42

(9)

3.6.2 Uji Durbin-Wetson……….43

3.7 Defenisi Operasional………..44

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Daerah………..45

4.1.1 Kondisi Geografis…...……… ………….45

4.1.2 Kondisi Demografi………...46

4.1.3 Kondisi Sosial………...50

4.1.4 Kondisi Ekonomi………...51

4.2 Indikator Ekonomi……….52

4.2.1 Pendapatan Asli Daerah……….52

4.2.2 Jumlah Perusahaan Industri di Kab. Simalungun..55

4.2.3 Jumlah Hotel dan akomodasi Lainya...59

4.2.4 Jumlah Wisatawan domestik dan Luar Negeri…..62

4.3 Analisa Data………...64

4.3.1 Interpretasi Model………....………..64

4.3.2 Analisis Koifisien Determinasi (R2 4.3.3 Uji t- Statistik……….67

)………..66

4.3.4 Uji f-Statistik………..67

4.3.4.1 Variabel Jumlah Perusahaan Daerah.….67 4.3.4.2 Variabel Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya...68

4.3.4.3 Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawa..69

(10)

4.3.5.1 Multikolineritas………...70 4.3.5.2 Uji Durbin-waston…...71

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………72

5.2 Saran……… …73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT RISET

(11)

ABSTRACT

This research to analysis factors influance region original income to region development Kabupaten Simalungun to increase human prosperity in Kabupaten Simalungun.

This research use Ordineri Least Square how to researh influence independent variabel to dependent variabel. Research product significant influence is gave independent variabel for dependent variabel with coifeciently determinan 0,91.

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa fakor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dalam rangka pembangunan daerah Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simalungun.

Penelitian ini menggunakan metode model kuadrat terkecil biasa digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan determinan koifisien 0,91.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber yang mendukungnya selalu menjadi isu yang problematik, tidak saja dimasa lampau, tetapi juga dimasa sekarang tatkala otonomi daerah menjadi tuntutan untuk dikembangkan secara optimal.

Sementara itu menurut Emmerson (2001) sejak awal orde baru, kekerasan melandasi langkah –langkah sentralisasi. Kurangnya perlawanan terbuka di daerah terhadap usaha rejim tersebut guna memaksakan penguasaan pusat mencerminkan kemauan Jakarta untuk menjalankan kebijakanya.

Sehingga semasa pemerintahan orde baru telah terbangun sistem pemerintahan tersentral, dimana pemerintah pusat memegang kendali penuh terhadap pemerintah daerah. Ruang yang diberikan pada aparat di aerah untuk mengurus kepentingan daerahnya sangatlah sempit, bahkan kerap kali potensi yang ada di daerah tersentral kepusat, sehingga yang terjadi adalah eksploitasi pusat terhadap daerah tanpa mempertimbangkan kemajuan dan perkembangan daerah itu sendiri. Akibatanya terjadi kesenjangan antara pusat dan daerah, baik dari segi pembangunan, akses informasi terutama kemakmuran masyarakatnya.

(14)

dengan baik. Dengan demikian bukan saja diharapkan undang-ndang No. 22 tahun 1999 dapat menciptakan demokratisasi ekonomi, khususnya persamaan, menggali dan memanfaatkan potensi daerah bagi daerah itu sendiri, namun secara ekonomis, otonomi daerah dapat dipandang sebagai upaya untuk melakukan liberalisai ekonomi.

Liberalisasi ekonomi yang dimaksud oleh undang undang No 22 tahun 1999 dapat teralisir bila pemerintah daerah mampu mengembangkan dan mendayagunakan potensi daerahnya secara optimal, artinya pemerintah daerah dengan segala daya upayanya harus terus menggali dan mengembangkan dan mendayagunakan potensi daerahnya dengan sungguh-sungguh baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Sehingga untuk mendukung realisasi tersebut diperlukan kebijakan pemerintah dalam mengoptimalisasi peran daerah, utamanya dalam penetapan sumber sumber penerimaan daerah. Dalam undang-undang No 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka struktur pemerintahan mengenal adanya daerah otonomi propinsi dan kabupatan/kota. Tujuan pemberian otonomi pada daerah pada dasarnya memungkinkan daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan pada masyarakat, dan pelaksanaan pembangunan.

(15)

perekonomian Indonesia sebagian besar bercorak agraris, hal ini dapat dilihat dari besarnya besarnya sektor pertanian, terhadap pendapatan nasional dan sebagian penduduk bangsa Indonesia bertempat tinggal di pedesaan. Dalam hal ini bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan penting dalam pembangunan, wajar masyarakat menyerahkan sebagian dari penghasilan pada negara melalui pembayaran pajak ataupun retribusi.

Hakekat otonomi daerah adalah adanya hak penuh untuk mengurus dan menjalankan sendiri apa yang menjadi bagian atau wewenangnya, oleh sebab itu otonomi daerah yang idial adalah membutuhkan keleluasaan dalam segala hal. Otonomi daerah di Indonesia adalah pelimpahan sebagian wewenang pusat ke daerah (Subnational Jurisdictions) untuk mengurus dan menjalankan tugas tugas pemerintahan otonomi darah disini bukan pendelegasian wewenang melainkan pemberian atau pelimpahan wewenang, dengan demikian penerima wewenang berorietas penuh untuk mengatur dan menjalankan sesuai dengan cara masing masing.

(16)

Dari ketujuh syarat yang dikemukakan pada pasal 5 ayat 1 UU No 22 Tahun 1999 diatas maka faktor kemampuan ekonomi adalah faktor yang paling menentukan bagi pelaksanakan otonomi daerah, karena tanpa adanya faktor kemampuan ekonomi tidak mungin suatu daerah dapat melaksanakan otonomi daerah yang baik. Faktor kemampuan ekonomi disini adalah kemampuan daerah untuk mandiri secara ekonomi yaitu adanya faktor-faktor yang menjadikan daerah bersangkutan mempunyai sumber-sumber keungan dapat menunjang pelaksanaan otonomi daerah.

Berkaitan dengan konsep Pendapatan Asli Daerah menurut studi bank Dunia (Randinelli, 1989; 181) menyatakan pemerintah dapat melaksanakan fungsinya secara efektif apabila diberikan kebebasan dalam mengambil keputusan pengeluaran sektor publik yang harus didukung sumber sumber keuangan yang memadai, baik dari PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman maupun subsidi, dan bantuan pemerintah pusat.

Pendapat yang relatif sama juga terdapat dalam pasal 2 rancangan peraturan pemerintah tentang keuangan daerah ang menegaskan bahwa “ Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas”.

(17)

daerah diberikan saran untuk mendapatkaan sumber pemasukan keuangan, namun demikian terdapat pembatasan bahwa tidak semua potensi yang ada di daerah dapat dikelola menjadi hak daerah dan untuk dapat mengelola sumber sumber yang menjadi haknya sebaik mungkin, disamping itu daerah mempunyai wewenang untuk menggali potensi lain yang menjadi sumber keuangan sesuai dengan peraturan per undan –undangan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mendalaminya dan menganalisanya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka ada rumusan yang dapat diambil sebagai kajian yang dapat dilakukan. Hal ini dilakukan untuk lebih mempermudah mensistemasikan penulisan skripsi ini. Selain itu rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi ini.

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Jumlah Perusahaan Industri terhadap Pendapatan Asli daerah Kab. Simalungun ?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya terhadap terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun?

(18)

1.3 Hipotesis

Dari perumusan masalah yang dilakukan diatas, maka penulis melakukan hipotesis sebagai berikut:

1. Jumlah Perusahaan Industri mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun.

2. Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya mempunyai pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun.

3. Jumlah Kunjungan Wisatawan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun.

1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian a) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Jumlah Perusahaan Industri terhadap pendapatan asli daerah

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya terhadap pendapatan asli daerah.

3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap pendapatan asli daerah

b) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

(19)

2. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non ilmiah penulis dan mahasiswa.

(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.10 Pendapatan Asli Daerah

Sistem pemerintahan Republik Indonesia menatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan pelaksanaan asa desentralisasi tersebut maka dibentuklah daerah otonom yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bersifat otonomi sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Menurut pasal 1 huruf 1 dalam Undang-Undang-Undang-Undang tersebut dirumuskan bahwa :

(21)
(22)

daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan pemberian urusan kepada daerah termasuk sumber keuangannya, maka dalam bunyi pasal 79 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dicantumkan sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas :

a. Pendapatan asli daerah yaitu : 1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

b. Dana Perimbangan c. Pinjaman daerah

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber diluar pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Dengan penggalian dan peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah.

Pada uraian terdahulu berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari :

(23)

c. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan dan

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2.10.1 Pajak Daerah

Menurut Kaho pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk Public Investment. Pajak daerah adalah punguttan daerah menurut peraturan yang ditetapakan sebagai badan hukum publik dalam rangka membeiayai rumah tangganya. Denga kata lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah dan pembangunan daerah hal ini dikemukakan oleh Yasin. Selain itu Davey mengemukakan pendapatnya tentang pajak daerah yaitu :

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah sendiri

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tapi endapatan tarifnya dilakukan oleh Pemda.

3. Pajak yang dipungut atau ditetapkan oleh Pemda.

4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi pungutannya kepada, dibagi hasilkan dengan atau dibebani pungutan tambahan (opsen) oleh Pemda.

(24)

oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembengunan daerah. Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam Undang – Undang nomor 18 tahun 1999 disebutkan bahwa jenis pajak daerah yaitu : 1. Jenis pajak daerah Tingkat I terdiri dari :

a. Pajak kenderaan bermotor

b. Bea balik nama kenderaan bermotor c. Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 2. Jenis pajak dearah Tingkat II terdiri dari : a. Pajak hotel dan restoran

b. Pajak hiburan c. Pajak reklame

d. Pajak penerangan jalan

e. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C. f. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

Selanjutnya pasal 3 ayat (1) dicantumkan tarif pajak paling tinggi dari masing-masing jenis pajak sebagai berikut :

a. Pajak kenderaan bermotor 5 %

b. Pajak balik nama kenderaan bermotor 10 % c. Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 5 % d. Pajak hotel dan restoran 10 %

(25)

g. Pajak penerangan jalan 10 %

h. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C i. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 20 %

Tarif pajak untuk daerah Tingkat I diatur dengan peraturan pemerintah dan

penetepannya seragam diseluruh Indonesia. Sedang untuk daerah Tingkat II,selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing dan peraturan daerah entang pajak tidak dapat berlaku surut. Memperhatikan sumber pendapatan aslidaerah sebagaimana tersebut diatas, terlihat sangat bervariasi.

2.10.2 Retribusi Daerah

Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkanprestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Pembayaran retribusi oleh masyarakat menurut Davey adalah :

(26)

2. Dalam beberapa hal retribusi biasanya harus didasarkan pada kesinambungan harga jasa suatu pelayanan, yaitu atas dasar mencari keuntungan.

Disamping itu menurut Kaho, ada beberapa ciri-ciri retribusi yaitu : 1. Retibusi dipungut oleh negara

2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis 3. Adanya kontra prestasi yang secar langsung dapat ditunjuk

4. Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan / mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.

Sedangkan jenis-jenis retribusi yang diserahkan kepada daerah Tingkat II menurut Kaho berikut ini :

1. Uang leges

2. Biaya jalan / jembatan / tol 3. Biaya pangkalan

4. Biaya penambangan 5. Biaya potong hewan

6. Uang muka sewa tanah / bangunan 7. Uang sempadan dan izin bangunan 8. Uang pemakaian tanah milik daerah 9. Biaya penguburan

10. Biaya pengerukan wc 11. Retribusi pelelangan uang 12. Izin perusahaan industri kecil

(27)

15. Retribusi stasiun dan taksi 16. Balai pengobatan

17. Retribusi reklame 18. Sewa pesanggrahan

19. Pengeluaran hasil pertanian, hutan dan laut. 20. Biaya pemeriksaan susu dan lainnya

21. Retribusi tempat rekreasi

Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi :

1. Retribusi jasa umum, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Retribusi jasa usaha, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.

2.10.3 Perusahaan Daerah

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Menurut Wayang mengenai perusahaan daerah sebagai berikut :

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat : a. Memberi jasa

(28)

c. Memupuk pendapatan

2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2.10.4 Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

(29)

2.11 Otonomi Daerah

(30)

menyelenggarakan kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang hidup dan berkembang didaerah. Sedang otonomi yang bertanggungjawab maksudnya ialah : berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekwensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, adalah berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas meliputi kewenangan lintas kabupaaten dan kota, dan kewenangan dibidang pemerintahan lainnya. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan bertanggungjawab

3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas. 4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah. 5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonomi karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administratif.

(31)

atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan daerah otonomi.

7. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

8. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

9. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada yang menugaskan. Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu memperhatikan : sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi pemerintah daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor kemimpinan. Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi pengembangan otonomi daerah menurut Yosef Riwu Kaho sebagai berikut :

1. Faktor manusia pelaksana yang baik

2. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik 3. Faktor peralatan yang cukup dan baik

(32)

2.12 Pelaksanaan Otonomi Daerah

Sebagaimana diketahui, selama ini khususnya daerah kabupaten banyak bergantung pada pemerintah pusat, karena terbatasnya jumlah dana yang berkaitan dengan sumber dana yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Dengan ketergantungan pemerintah daerah dalam hal dana bagi penyelenggaraan urusan, maka akan sulit untuk mencapai tujuan otonomi daerah terutama bagi daerah yang kurang berkembang. Hal ini senada dengan pernyataan Pamudji berikut : “Pemerintahan daerah tak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu faktor penting dalam pelaksanaan otonomi daerah menyangkut ekonomi atau keuangan daerah. Dengan kemampuan ekonomi maksudnya adalah adanya kemampuan daerah secara ekonomis artinya dapat menjadikan daerah berdiri sendiri tanpa ketergantungan dengan pusat. Dengan demikian jelas sumber-sumber penerimaan daerah meliputi dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah adalah pendapatan asli daerah yang meliputi : hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2.13 Pengertian Pembangunan Ekonomi

(33)

berkembang. Sedangkan di dalam pembukaan undang-undang 19945 disebutkan bahwa bangsa bertujuan untuk melidungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa maka sudah sewajarnyalah indonesia melakukan pembangunan yang telah tercermin di dalam GBHN yang anatara lain berisikan tujuan pembangunan nasional dari pembangunan itu sendiri yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan sipiritual berdasarkan pancasila dan dalam wadah kesatuan Republik indonesia yang merdeka berdaulat bersatu dan berkedaulatan rakyat yang bersuasana kehidupan yang aman serta damai sejahtera dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka bersahabat tertib dan damai Sebenasrya jika kita menginginkan pengertian pembangunan ekonomi kita akan mengalami sedikit kesulitan karena banyak defenisi tentang pembangunan ekonomi itu sendiri. Dalam hal ini ada baiknya kita tijau pengertian pembangunan ekonomi

Pembangunan iti diartikan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat menigkat dalam jangka panjang. Dari defenisi ini mengandung tiga unsur:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang didalamnya telah mengandung unsur unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru 2. Usaha Peningkatan Pendapatan perkapita

3. Berlangsung dalam jangka panjang

(34)

pembangunan merupakan suatu jalinan eksistensi dari masalah sosial dalam ekonomi. Oleh suatu kebijaksanaan pembangunan ekonomi dilaksanakan erlu pertimbangan faktor faktor ang bersifat non-ekonomi, melengkapi analisis yang ditinjau dari sudut ekonomi.

Dalam memahami ekonomi pembangunan perlu dibedakan juga pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi terkadang adanya usaha ntuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat atau GDP dimana kenaikanya dibarengi oleh perombakan dan modernisasi serta memperlihatkan aspek pemerataan pendapatan, sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP tanpa memandang kenaikan itu telah lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang perubahan dalam strukturekonomi.

(35)

2.14 Pembanguan Ekonomi daerah

Pengertian daerah dari aspek tinjauan ekonomi adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah suatu administrasi tertentu seperti satu propinsi kabupaten kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah administrasi. Pengertian daerah dari aspek tinjauan ekonomi adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrasi satu negara. Pembangunan daerah merupakan semua kegiatan pembangunan baik yang termasuk maupun yang tidak termasuk urusan rumah tangga daerah yang meliputi berbagai sumber pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah daerah (APBD) dan yang berasal dari masyarakat luar. Dari penjelasan diatas maka pembangunan daerah dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

Pembanguan yang merupakan dari pemerintah daerah, yaitu pembangunan yang berasal dari PAD. Perencanan, proritas, proyek dan kebijaksanaan dilaksanakan oleh daerah.

Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah pusat tetapi pelaksanaanya oleh pemerintah daerah, misalnya proyek yang dibiayai oleh dana bantuan dari pusat.

(36)

dalam memobilisasikan potensi keuanganya. Apabila penerimaan dari sumber daerah cukup besar maka berarti pula mengurangi ketergantungan daerah yang bersangkutan terhadap pemerintah pusat.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk mewujudkan suatu lapangan usaha baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tertentu.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan kebijakan pembanguna yang didasarka pada kekasan daerah yang bersanggkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, sumber daya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarahkan kita pada pengambilan inisiatif inisiatif yan berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan meransang peningkatan kegiatan ekonomi.

(37)

1. Entreprencur

Dalam peranan ini pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD). Aset-aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan baik sehingga secara ekonomis menguntunkan

2. Koordinator

Fungsi kordinator adalah menetapkan kebijakan atau menghasilkan strategi strategi bagi pembangunan daerahnya. Perluasan dari peranan ini dalam pembangunan ekonomi melibatakan kelompok kelompok dalam masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian iformasi ekonomi misalnya tingkat kesempatan kerja, angkatan kerja, pengangguran dan sebagainya.

Dalam perananya sebagai kordinator pemerintah daerah dapat juga melibatakan lembaga lembaga pemerintah lainya, dunia usaha dan masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomi, rencana –rencana dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembanguanan daerah dengan nasional (pusat) dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat yang maksimum daripadanya.

3. Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudional(Prilaku atau Budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah yang lebih baik.

4. Stimulator

(38)

melalui tindakan-tindakan khusus yang akan memepengaruhi perusahaan- perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan- perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain: pembuatan brosur-brosur, pembangunan kawasan industri dan membantu industri kecil melakukan pameran.

2.15 Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Dalam menjalankan pembangunan pemerintah pusat tidak akan berhasil tanpa peran serta pemerintah daerah. Oleh karana itu hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah harus menjamin empat hal, yaitu:

a) Adanya pembagian wewenang yang rasional antara tingkat-tingkat pemerintahan mengenai peningkatan sumber–sumber pendapatan dan penggunaanya.

b) Pemerintahan daerah mendapat yang cukup dari sumber-sumber dana sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi yang lebih baik ( Penyedian dana untuk menutup kebutuhan rutin dan pembangunan)

c) Pembagian yang adil antara pembelanjaan daerah satu dengan yang lainya. d) Pemerintah daerah dalam mengusahakan pendapatan sesuai dengan

pembagian yang adil terhadap keseluruhan beban pengeluaran pemerintah.

(39)

tingkat dua yang dikenal pada masa sekarang pemerintah kabupaten /kota. Penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan di daerah berdasarkan pada tiga prinsip: Digunakan azas desentralisasi, dekosentrasi, dan tugas pembantuan

Penggunaan azas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di daerah kabupaten/kota. Azas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan didaerah propinsi, daerah Kabupaten, daerah kota dan desa ( UU No.32 Tahun 2004)

2.16 Hubungan Otonomi daerah Dengan Pembangunan Daerah

Dengan adanya otonomi daerah ini maka diharapkan pembangunan ekonomi maupun pembangunan di bidang lainya, akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan pembangunan suatu daerah itu sendiri yakni bertujuan memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat badani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Akan tetapi tujuan dari otonomi daerah tersebut tidak langsung datang begitu saja. Pembangunan daerah baru akan berjalan kalau sejumlah prasyarat dapat dipenuhi terutama oleh para penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu pihak legislatif dan eksekutif di daerah. Oleh karana itu ada beberapa hal yang diharapkan dapat dikerjakan pemerintah daerah antara lain:

1. Fasilitas

(40)

birokrasi yang akan menyulitkan kalangan pengusaha dan investor untuk menanamkan modalnya kedaerah tersebut.

2. Pemerintahan daerah harus kreatif

Pemerintahan daerah berkaitan dengan inisiatif lokal dan untuk berinisiatif diperlukan kreatifitas daripada penyelenggaraan pemerintah. Kreatifitas tersebut menyangkut bagaimana mengalokasikan dana, apakah yang bersumber dari Dana alokasi umum (DAU) atau dari Pendapatan asli daerah (PAD) secara tepat dan proporsional.

Kereatifitas juga menyangkut kapasitas untuk menciptakan keunggulan komperatif bagi daerahnya, sehingga kalangan pemodal akan beramai ramai menanamkan modalnya didaerah tersebut. Kreatifitas juga menyangkut kemampuan untuk menarik Dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat. Untuk itu pemerintah daerah harus mampu menyiapakan program apakah itu program sosial, ekonomi, yang menarik sehingga pemerintah pusat idak ragu memberikan dukunganya.

3. Politik lokal yang stabil

Masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana politik yang kondusif bagi dunia usaha dan pembangunan ekonomi. Orang tidak akan mungkin mau menanamkan modalnya jika suatu daerah situasi politiknya tidak stabil.

(41)

daerah yang baru dengan alasan otonomi daerah. Kalau sampai membatalkan sebagai kontrak maka implikasi hukumnya aakan besar sekali terutama dalam bisnis dunia internasional. Karana itu pemerintah daerah harus meningkatkan kapasitas aparatnya, khususnya jika berhubungan dengan bisnis internasional.

2.17 Perusahan Industri

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan ekonomi mengubah barang jadi/ setengah jadi, mengubah barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.

Perusahan Industri adalah suatu unit yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut

Penggolongan Perusahan Industri terdiri dari sembilan Subsektor yaitu: 1. Sub Sektor Industri Makanan minuman, dan tembakau.

2. Sub Sektor Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.

3. Sub Sektor Industri kayu, bambu, rotan termasuk perabot rumah tangga. 4. Sub Sektor Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan

penerbitan.

5. Sub Sektor Industri kimia dan barang- barang dari bahan kimia, minyak bumi, batubara, karet dan plastik.

(42)

8. Sub sektor Industri dari barang dari logam, mesin dan peralatanya. 9. Sub sektor Industri pengolahan lainya.

Disamping pengolongan menurut subsektor diatas, perusahaan industri dapat juga dikelompokan menjadi empat kelompok yang didasari pada jumlah tenaga kerja yang diserap perusahaan yaitu:

1. Perusahaan Industri Rumah Tangga, dengan jumlah pekerja 1-4 orang. 2. Perusahaan Industri Kecil, dengan jumlah pekerja 5-9 orang.

3. Perusahaan Industri Sedang, dengan jumlah pekerja 20-99 orang. 4. perusahaan Industri Besar, dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih.

2.18 Parawisata

Pertumbuhan pariwisata sebagai fenomena sosial dan sebagai usaha ekonomi telah berkembang secara dramatis selama setengah abad terakhir di abad dua puluhan. Memasuki milenium ketiga ini ditandai dengan berkembangnya isu

4T (Transportasi, Telekomunikasi, Pariwisatand Teknologi). Dalam hal ini

(43)

industri yang mengandalkan sumberdaya impor, sehingga melahirkan industri-industri yang memiliki kandungan impor yang relatif tinggi (sekitar 60 – 80 %). Dengan demikian, maka manfaat ekonomi yang dihasilkan industri tersebut juga lebih besar jatuh ke masyarakat luar negeri. Industri pariwisata Indonesia berkembang cukup pesat selama beberapa tahun terakhir. Potensi sumber daya pariwisata Indonesia begitu melimpah, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimum. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam menghasilkan devisa.

(44)

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

(45)

saling melengkapi yang dinikmati wisatawan dalam suatu paket. Dari begitu beragamnya produk wisata yang dihasilkan usaha pariwisata, pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tujuh komponen utama (7 As) yaitu: daya tarik, fasilitaspenginapan/pemondokkan, fasilitas makanan dan minuman, fasilitas pendukung dan hiburan,fasilitas pengangkutan/transportasi dan prasarana lain (Kartawan, 2000). Sebagai produk jasa, maka produk pariwisata memiliki karakteristik jasa secara umum yaitu tidak tangibel, tidak terpisahkan, beragam,

and perishability (Kotler, Philip, John Bown, James Maken, 1999; Payne, 2000). Dikatakan tidak tangibel karena tidak dapat dilihat, dan dirasakan sebelum produk itu dibeli. Tidak terpisahkan artinya dihasilkan dan digunakan pada saat yang bersamaan dengan perkataan lain tidak dapat dipisahkannya antara produsen dan konsumen. Beragam artinya produknya beraneka ragam, sebab sangat tergantung kepada siapa yang menghasilkannya. Perishability, artinya tidak dapat disimpan untuk dinikmati pada waktu yang akan datang.Sedangkan secara khusus produk pariwisata memiliki karakteristik tidak dapat dipindahkan, peranan perantara tidak diperlukan, tidak dapat ditimbun, tidak memiliki standar, permintaan sangat dipengaruhi oleh musim, calon konsumen tidak dapat mencoba sebelum membeli, sangat tergantung kepada tenaga manusia (Youti, 1996).

(46)

dikunjunginya (Parikesit dan Trisnadi, 1997).Di negara maju kegiatan pariwisata sudah menjadi kebutuhan pokok ke tiga setelah pangan dan papan. Semakin meningkat kemakmuran suatu masyarakat atau bangsa, akan mendorong semakin meningkatnya kebutuhan untuk berwisata (Tambunan, 1999). Hal ini merupakan potensi bagi setiap negara untuk membangun perekonomian melalui pengembangan pariwisata. Pertumbuhan industri pariwisaa yang pesat pada abad ke-21 ini akan bergeser ke Asia Fasifik yang merupakan kawasan dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia (Ohasi,1998). Sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia Fasifik, Indonesia harus mempersiapkan diri menyongsong kondisi tersebut. Secara internal Indonesia memiliki potensi untuk menangkap peluang tersebut (UNDP, 1992) Apabila dilihat dari aspek produk wisata yang dimiliki, Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah, rasanya sulit untuk mencari tandingannya.

2.18.1 Pengaruh Parawisata terhadap Perekonomian

(47)

keterkaitan ke belakang baik dengan sektor industri maupun dengan sektor pertanian.

(48)

membawa pengaruh yang sangat luas terhadap perekonomian baik yang bersifat positif, maupun negatif. Pengaruh positif antara lain :memberikan kontribusi terhadap neraca pembayaran, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan pemerintah, pemerataan pendapatan, menimbulkan efek penggandaan (Wahab,1992; Goeldner cs.,2000).

2.18.2 Usaha Akomodasi

Usaha Akomodasi adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lain dengan pembayaran. Secara garis besar akomodasi menjadi dua golongan yaitu hotel berbintang dan usaha akomodasi lainya.

2.18.2.1 Hotel Berbintang

(49)

tersebut. Hotel berbintang diklasifikasikan bintang 1, bintang 2, bintang 3, bintang 4, bintang 5.

2.18.2.2 Usaha Akomodasi Lainya

Usaha akomodasi lainya adalah semua usaha akomodasi yang tidak termasuk hotel berbintang, yang terdiri dari hotel melati, penginapan remaja(youth hostel), pondok wisata, (home stay), perkemahan, dan jasa akomodasi lainya seperti motel, dan lain-lain.

a. Hotel Melati

Hotel melati adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lain dengan pembayaran. Tetapi memenuhi persyaratan sebagai otel berbintang seperti kriteria yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Parawisata namun telah memenuhi kriteria sebagai hotel melati seperti yang disyaratkan oleh dinas Parawisata Daerah (Diparda). Hotel melati dibedakan atas melati 1, melati 2, dan Melati 3.

b. Penginapan Remaja

Penginapan remaja adalah usaha jasa pelayanan penginapan bagi para remaja, yang melakukan kegiatan parawisata denagan tujuan rekreasi dan memperluas pengetahuan / pengalaman.

c. Perkemahan

(50)

d. Pondok Wisata

Pondok wisata adalah usaha jasa pelayanan penginapan bagi umum yang dilakukan prorangan dengan mengguanakan sebagian dari tempat tinggalnya ( pembayaran harian).

e. Jasa Akomodasi Lainya

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.8 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian adalah untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah di Kabupaten Simalungun.

3.9 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Selain itu data data lainya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber bacaan, seperti jurnal dan buku bacaan dan situs situs yang berkaitan dengan penelitian ini. Berdasarkan kurun waktunya, data digunakan dalam penelitian ini adalah times series (tahunan), dengan kurun waktu 1989-2006.

3.10 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa data adalah model ekonometrika. Teknik analisa yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinari Least Square/ OLS).

Adapun fungsi persamaanya sebagai berikut: Y=ƒ (X1, X2, X3

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan sebagai berikut:

(52)

Y= α+ ß1X1+ ß 2X2+ß3X3 + µ……….2 Dimana :

Y = Jumlah pendapatan asli daerah ( Rupiah ) α = Intrecept / konstanta

ß1 ß2 ß3 = Koifisien Regresi

X1 = Jumlah Perusahaan Industri ( Unit)

X2 = Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainya (Unit)

X3 =

1

X Y δδ

Jumlah Kunjungan Wisatawan (Orang)

µ = Error term

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut:

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1

2

X Y δδ

(Jumlah Perusahaan Industri),

maka Y (Jumlah Pendapatan Asli Daerah) mengalami kenaikan, cateris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2

3

X Y δδ

(Jumlah Hotel Dan Akomodasi

lainya), maka Y (Jumlah Pendapatan Asli Daerah) mengalani kenaikan, cateris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Jumlah Kunjungan Wisatawan),

(53)

3.11 Metode Analisisi Data

Penulis menggunakan program E-Views 4.1 untuk mengelola data dalam penulisan skripsi ini.

3.12 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.12.1 Koifisien determinasi (R- Square)

Koifisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel variabel independent secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

3.12.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing masing koifisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainya konstan.

Dalam uji t-statistik ini digunakan hipotesis:

H0 : bi = b

Ho : bi = b

Dimana bi adalah koifisien variabel independen pertama nilai parameter hipotesis, dan biasanaya b = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi

(

)

terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka tingkat kepercayaan tertentu ditolak. Hal ini berarti variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap(signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t- hitung diperoleh dengan rumus :

(54)

Dimana : bi =

3.12.3 Uji f-statistik

koifisien variabel independen ke-1 b = nilai hipotesis nol

Sebi = simpangan baku dari variabel ke-1

Uji f-statistik adalah pengujian yang bertujuan seberapa besar pengaruh koifisisen regresi secara bersama- sama terhadap variabel dependen. Untuk uji f-statistik digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b2 = 0 H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0

Jika F-hitung > F- tabel, maka Ho

( )

ditolak, yang berarti nilai variabel independen secara bersama sama mempengaruhi variabel independen. Nilai f-hitung dapat diketahui dengan rumus:

F- hitung =

Dimana:

(55)

3.13 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.13.1 Uji Multikolineritas

Multikolinerity adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang kuat (kombinasi linier) diantara variabel independen. Suatu model regresi linier akan menghasilkan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinerity. Multikolinerity terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi.

Adanya miltikolinerity ditandai dengan : 1. Standart error tidak terhingga

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10% 3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

4. R2 sangat tinggi.

3.13.2 Uji Durbin-Weston

Digunakan untuk mengetahui apakah ada autokorelasi antara variabel variabel yang diamati (variabel bebas)

Uji Durbin watson ini dirumuskan sebagai berikut:

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut : Ho : ρ = berarti tidak ada autokorelasi

Ha : ρ = berarti ada korelasi Bentuk Asumsinya :

(56)

Terima Ha

3.14 Defenisi Operasional

apabila : DW < D

Defenisi operasional (batasan defenisi) bertujuan untuk mengarahkan dan membatasi peneliyian batasan- batasan defenisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Pendapatan asli daerah adalah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber sumber pendapatan asli daerah selama satu tahun di Kabupaten Simalungun.

b) Jumlah perusahaan industri adalah jumlah keseluruhan perusahaan daerah Kab.Simalungun yang melakukan kegiatan ekonomi yaitu menghasilkan barang dan jasa, terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut.

c) Jumlah hotel dan akomodasi lainya adalah jumlah keseluruhan usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lain dengan pembayaran

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Kondisi Daerah 4.4.1KondisiGeografis

Kabupaten Simalungun terletak antara 02° 36' - 03° 18' Lintang Utara dan 98° 32' - 99° 35' Bujur Timur, dan berbatasan dengan lima kabupaten tetangga yaitu: kabupaten Serdang Bedagai, kabupaten Karo, kabupaten Tobasa, kabupaten Samosir dan kabupaten Asahan. Luas wilayah kabupaten Simalungun adalah 4.386.6 km2 atau 6.12 % dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara, dan terdiri dari 31 kecamatan, dan 331 desa / nagari.

(58)

4.4.2Kondisi demografi

Berdasarkan angka sensus penduduk tahun 2000 penduduk Kabupaten Simalungun berjumlah 788.640 jiwa dengan kepadatan penduduk 191.770 jiwa per km2. sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kab Simalungun pada Tahun 1980 dibanding tahun 1990 adalah sebesar 0,59% dan tahun 1990 dibanding 2000 adalah 0.63 %

(59)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Number of Population by tpe of age group and sex

NO Kelompok

Jumlah 421.609 419.589 841.198

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kab. Simalungun per jenis kelamin lebih banyak laki laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk laki laki sebesar 421.609 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 419.589 jiwa.

(60)

agama Islam, menganut Katolik 5,18%, Protestan 36,95%, Hindu 0,023%, Budha 0,28%, lainya 0.14%

(61)

Tabel 4.2

Luas Daerah Menurut Kecamatan Area of sub regency

No Kecamatan/sub Rigenci Luas/area Km2 RasioTerhadap Jumlah

1

Silimakuta 77.500 0.02

2

Pematang Silima kuta 68.200 0.02

3

Purba 172.000 0.04

4

Haranggaol Horison 34.500 0.01

5

Dolok Pardamean 99.450 0.02

6

Sidamanik 83.560 0.02

7

Pematang Silimakuta 125.190 0.03

8

GirsangSimpanganBolon 123.000 0.03

9

Tanah Jawa 213.950 0.05

10

Hattonduhan 275.800 0.06

11

Dolok Panribuan 154.300 0.04

12

Jorlang Hataran 92.250 0.02

13

Panei 72.300 0.02

14

Panombeian Panei 82.200 0.02

15

Dolok Batu Nanggar 126.100 0.03

21

Siantar 79.110 0.02

22

Gunung Malela 108.970 0.02

23

Gunung Maligas 58.520 0.01

24

Huta Bayu Raja 156.130 0.04

25

Jawa Maraja Bah Jambi 73.720 0.02

26

Pematang Bandar 95.000 0.02

27

Bandar Huluan 102.350 0.02

28

Bandar 109.180 0.02

29

Bandar Masilam 97.720 0.02

30

Bosar Maligas 294.400 0.07

31

Ujung Padang 223.500 0.05

31 Simalungun 4.386.60 1.00

(62)

4.4.3Kondisi Sosial Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di kabupaten Simalungun untuk tingkat SD

s.d. SLTA baik negeri maupun swasta berjumlah 1.130 sekolah. Di tingkat SD jumlah sekolah negeri sebanyak 838 buah dan sekolah swasta 77 buah, dengan jumlah guru sebanyak 6.564 orang dengan rasio murid terhadap guru sebesar 17, sedangkan untuk swasta SD jumlah guru 532 orang dengan rasio murid terhadap guru yang lebih tinggi dibandingkan dengan SD negeri yakni sebesar 22.1. Pada tingkat SLTP jumlah sekolah negeri sebanyak 48 sekolah, dengan jumlah guru untuk SLTP negeri sebanayk 1.602 orang dan SLTP sawasta sebanyak 1.208

Kesehatan

(63)

4.4.4Kondisi Ekonomi

Perubahan struktur perekonomian suatu daerah dapat terjadi akibat perbedaan besaar laju pertumbuhan masing masing sektor ekonomi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kontribusi masing masing sektor terhadap total PDRB itu sendiri. Di Kabupaten Simalungun, peranan sektor pertanian dan industri masih menjadi kontributor utama dalam menggeraakan perekonomian daerah ini, dimana sekitar 74% lebih perekonomian kabupaten ini digerakan oleh kedua sektor tersebut. Sektor pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 54,77% terhadap total PDRB 2006, adalah sebesar 25,79% merupakan sumbangan pertanian tanaman bahan makanan dan 24,41% dari sub sektor perkebunan. Semantara sektor industri yang memberikan sumbangan sebesar 18,86% terhadap total PDRB adalah dominan menggunakan bahan baku dari pertanian itu sendiri. Peranan sektor jasa-jasa dalam pembentukan PDRB Kab. Simalungun boleh dikatakan relatif tinggi dan cenderung meningkat dari tahu ke tahun. Terlihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Kontribusi sektor usaha terhadap PDRB Kab Simalungun Atas dasar harga berlaku 2006

5 Angkutan Dan Komunikasi 3,39%

6 Bangunan 1,69%

7 Bank dan Lembaga keuangan 0,67%

8 Listrik,Gas dan Air Bersih 0,66

9 Penggalian 0,48%

(64)

Terlihat pada tabel diatas bahwa sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi sebesar 10,04% adalah sebagian besar dari sumbangan subsektor administrasi pemerintahan yaitu sebesar 8,59%. Hal tersebut dapat dipahami oleh luas wilayah Kabupaten Simalungun yang terdiri dari 31 kecamatan sehingga dalam melayani publik membutuhkan aparatur pemerintah yang relatif banyak.

4.5 Indikator Ekonomi

4.5.1Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Simalungun

Ekonomi adalah aktivitas produksi, konsumsi dan distribusi. Oleh karena ekonomi sangat terkait dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahtraanya, baik kemampuan untuk berproduksi atau mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan.

Mengingat keterkaitan yang begitu tinggi antara kemajuan dan kemakmuran bahkan kesejahteraan dengan aspek ekonomi, maka aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai tingkat kemajuan dan kemakmuran masyarakat.

(65)

Pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun pada tahun 2006 adalah sebesar 18.213.451.900 (Tabel 4.4), ini berarti PAD Kabupaten Simalungun terus meningkat mulai dari tahun 1998 sampai 2006. Antara tahun 1996 dan 1997 terjadi penurunan PAD Kab. Siamalungun, antara tahun 1993 sampi dengan tahun 1996 terjadi peningkatan pendapatan asli daerah, penurunan dan peningkatan PAD terjadi karana perubahan sumber-sumber pendapatan asli daerah.

Tabel 4.4

Tabel Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun

Sumber BPS Sumatera Utara

(66)

(DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) semakin berkurang dan otonomi daerah dapat dikatakan berhasil dilakasanakan.

Dalam Rangka meningkatakan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi, maka sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal tentu saja dalm koridor peraturan perundan-undangan yayng berlaku termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah sejak lama menjadi unsur PAD yang utama. Berikut sumber-sumber PAD kab. Simalungun tahun 2006.

No

Tabel 4.5

Perkembangan Sumber-Sumber PAD Kab. Simalungun Tahun 2005-2006

Sumber Penerimaan Realisasi Tahun (2005)

Realisasi (2006) 1 Pajak daerah 10.086.744.000 9.616.761.000 2 Retribusi daerah 3.197.432.000 4.911.781.000 3 Hasil peusahaan

daerah

1.975.307.000 3.723.387.000 4 Pendapatan daerah

yang sah lainya

3.250.517.000 7.961.071.000 5 Jumlah 18.510.000.000 26.213.000.000

Sumber: BPS Sumatera Utara

(67)

ini berarti secara umum sumber-sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun mengalami peningkatan.

4.5.2Jumlah Perusahaan Industri di Kabupaten Simalungun

(68)

Tabel 4.6

Jumlah Perusahaan Industri Menurut Golongan Industri dan Kategori Industri di Kabupaten Simalungun

No GolonganIndustri IndustriBesar IndustriSedang

2004 2005 2006 2004 2005 2006

1 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

15 16 14 22 22 22

2 Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan

4 Industri Kertas, Percetakan Dan

6 Industri Barang Galian Bukan

8 Industri Barang Dari Logam,

(69)

Pada tahun 2006 perusahaan industri besar dan sedang yang ada di Kabupaten Simalungun tersebar pada kelompok subsektor indusrtri makanan, minuman dan tembakau sebesar 64,29 %, subsektor industri kimia, karet dan pelastik sebesar 10,71 %, sub sektor industri kayu, anyaman-anyaman dan perabot rumah tangga sebesar 10,71 %, subsektor dari industri barang dari logam, mesin dan peralatanya 5,36 % industri pengolahan lainya sebesar 5,36 % dan subsektor industri tekstil 3,57 %.

(70)

Tabel 4.7

Jumlah Tenaga Kerja Perusahaan Industri Besar di Kab . Simalungun

No Golongan Industri Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja

2004 2005 2006

1 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

7.501 7.642 6.727

2 Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan

4 Industri Kertas, Percetakan Dan

6 Industri Barang Galian Bukan

8 Industri Barang Dari Logam,

(71)

Jumlah tenaga kerja setiap tahunya terus bertambah sementara ketersediaan lapangan kerja sangat terbatas. Sektor industri merupakan lapangan usaha yang cukup berperan dalam menampung tenaga kerja, khususnya di kabupaten Simalungun.

Sektor ini menyerap tenaga kerja sebesar 10.257 pada tahun 2006 atau menurun sebesar 2,34% dibanding tahun 2005.

Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau merupakan perusahaan yang paling banyak menampung tenaga kerja yaitu sebanak 7562 orang atau sekitar 73,72% dari total tenga kerja di sektor industri , menyusul sub sektor industri kimia, karet dan pelastik sebesar 14,86%, kemudian industri kayu dan perabot rumah tangga sebesar 6,74%, sub sektor barang dari logam, mesin dan peralatanya sebesar 3,09% dan sub sektor industri pengolahan lainya sebesar 0,74% dan sub sektor industri tekstil sebesar 0,82 %.

Dari Jumlah tenaga kerja sebesar 10.257 orang di sektor industri tersebut sebanyak 13,04% bekerja pada perusahaan kategori industri sedang.

4.5.3Jumlah Hotel Dan Akomodasi Lainya

(72)

No

Tabel 4.8

Jumlah Hotel Dan akomodasi Lainya Menurut Kecamatan Di Kabupaten Simalungun

Sumber: BPS Sumatera Utara

Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa jumlah hotel di Kabuapten Simalungun selama tahun 2005/2006 ada sebanak 43 unit sementara pada tahum 2007 ada sebanyak 50 unit . Keadaan ini meningkat sebesar 16,28 % selama tahun 2007 yang diakibatkan semakin membaiknya arus kunjungan wisatawan yang datang ke daerah ini sehingga hotel yang selama ini sementara tidak beroperasi kembaki beroperasi, ditambah hotel yang baru berdiri.

(73)

Untuk mengukur aktifitas serat kemampuan hotel dibutuhkan sebuah indikator yaitu: TPK (Tingkat Penghunian Kamar) sehinggga dengan diharapkan dengan adanya TPK ini dapat secara dini mengetahui tingkat aktifitas masing- masing hotel dimaksud.

Tabel 4.9

Tingkat Penghunian kamar (TPK) Kab. Simalungun Tahun 2005-2007

Kelas Hotel %Tingkat

Penghunian Hotel

Sumber: BPS Sumatera Utara

(74)

TPK Hotel Bintang tertinggi adalah hotel bintang 3 yaitu sebesar 61,39 %, disusul hotel bintang 1 42,15 %, kemudian bintang 2 sebesar 29,10 % dan terendah hotel bintang 4 sebesar 26,71 %. Sementara rata-rata TPK Hotel Bintang adalah sebesar 37,93 % dan rata-rata hotel melati sebesar 13,75 %.

Demikaian Juga TPK Hotel Melati pada tahun 2005 yaitu sebesar 4,39 % dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 6,25%, kemudian pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 13,75%, kenaikan ini disebabkan adanya kecenderungan bahwa wisatawan nusantara kembali merilis Parapat sebagai tempat rekreasi yang menarik sekaligus menyenangkan.

Harus diakui bahwa keadaan ini masih jauh dari harapan kita, yang idialnya aktifitas hotel survive adalah minimal mempunyai TPK 50%.

4.5.4Jumlah Wisatawan Domestik dan Luar negeri

Tabel 4.10

Jumlah Wisatawan Nusantara Dan Mancanegara

No Wisatawan 2005 2006 2007

1 Nusantara 77.165 101.710 119.526

2 Manca Negara 7.452 8.123 10.947

Total 84.617 109.833 130.473

(75)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada tahun 2005 total tamu adalah 84.617 orang, meningkat menjadi 109.833 orang pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 130. 473 orang pada tahun 2007.

Jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2005 ada sebanak 77. 165 orang meningkat menjadi 101.710 orang tahun 2006, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi sebanyak 119.526 orang (17,52 %).

Sementara wisatawan mancanegara juga mengalami tren peningkatan selama pada tahun 2005 ada sebanyak 7.452 orang, dan pada tahun 2006 menjadi 8.123 orang, serta tahun 2007 sebanyak 10.947 orang meningkat 34,76 %.

Tabel 4.11

Jumlah Kamar Dan Tempat Tidur

Tahun Hotel/ Akomodasi Kamar Tempat Tidur

2005 43 1.215 2.210

2006 43 1.215 2.210

2007 50 1.349 2.325

Sumber: BPS Sumatera Utara

(76)

dengan peningkatan jumlah tempat tidur adalah disebabkan meningkatnya jumlah hotel (tambah baru dan kembali beroperasi).

Tabel 4.12

Penyerapan tenaga Kerja sub sektor Perhotelan Kabupaten Simalungun

No Tenaga Kerja 2005 2006 2007

1 Laki-Laki 486 486 492

2 Perempuan 172 172 174

Total 658 658 666

Sumber: BPS Sumatera Utara

Tenaga kerja merupakan modal penting dalam menjalankan aktifitas usaha, untuk mengakomodir wisatawan ketersediaan tenaga kerja yang cukup dan memadai SDM yang memadai akan berdampak positif terhadap kualitas pelayanan.

Jumlah tenaga kerja yang mampu diserap perhotelan adalah sebanyak 666 orang, keadaan ini meningkat 1,22 % bila dibandingkan pada tahun 2005 dan 2006 yaitu sebanayk 658 orang.

4.6 Analisa Data

4.6.1Interpretasi Model

(77)

asli daerah Kabupaten Simalungun, maka dilakukan regresi terhadap variabel-variabel tersebut dengan metode OLS( Ordineri Least Square).

Untuk mendapatkan hasil regresi antara variabel independent (jumlah perusahaan industri, iumlah hotel dan akomodasi lainya, jumlah kunjungan wisatawan.) maka digunakan data sekunder yang berasal dari Biro Pusat Statistik Sumatera Utara yang dicatat mulai tahun 1989-2006 dan diolah melalui program eviews 4 dan hasil regresi diperoleh sebagai berikut:

Dependent Variable: PAD Method: Least Squares Date: 08/05/08 Time: 19:17 Sample: 1989 2006

Included observations: 18

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.75E+10 1.36E+10 -3.494354 0.0036

JPI 4.86E+08 2.02E+08 2.404212 0.0306

JHA 1.75E+08 73314865 2.381886 0.0320

JKW 339894.4 68335.20 4.973928 0.0002

R-squared 0.916025 Mean dependent var 7.75E+09

Adjusted R-squared 0.898031 S.D. dependent var 7.57E+09

S.E. of regression 2.42E+09 Akaike info criterion 46.24218

Sum squared resid 8.18E+19 Schwarz criterion 46.44004

Log likelihood -412.1797 F-statistic 50.90568

Durbin-Watson stat 1.727490 Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan hasil regresi tabel diatas dapatlah disusun model estimasinya sebagai berikut :

Y = - 4.751 + 486.026 X1 + 174.627 X2 + 339.894 X3

Berdasarkan model diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independent yaitu: jumlah perusahaan industri (JPI) (X1), jumlah hotel dan akomodasi lainya (JHA)(X2

a)

), dan jumlah kunjungan wisatawan (JKW) terhadap variabel yang dipengaruhi ( variabel dependent) pendapatan asli daerah (PAD)(Y) yaitu:

(78)

Hal ini berarti jika jumlah perusahaan daerah naik sebesar satu satuan, cateris paribus maka pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun meningkat sebesar 486,026 satu satuan.

b)

c)

Jumlah hotel dan akomodasi lainya (JHA) mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun dengan nilai koifisien 174,627 . Hal ini berarti jika jumlah hotel dan akomodasi lainya naik sebesar satu satuan, cateris paribus maka Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun meningkat sebesar 174,627 satu satuan.

Jumlah kunjungan wisatawan (JKW) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun dengan nilai koifisien 339,894. Hal ini berarti jika jumlah kunjungan wisatawan naik sebesar satu satuan, cateris paribus maka pendapatan asli daerah meningkat sebesar 339,894 satu satuan.

4.6.2Analisis Koifisien Determinasi (R2)

Koifisien determinasi ( R2) dari model diatas sebesar 0,91 atau 91 %. Hal ini menunjukan bahwa variabel independent seperti: jumlah perusahaan industri, jumlah hotel dan akomodasi lainya dan jumlah wisatawan dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependent sebesar 91 % sedangkan sisanya sebesar 9 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan kedalam estimasi model.

(79)

4.6.3Uji f- statistik Hipotesa : Ho : B1 = 0

Ha : B1 0

Kriteria :

Terima Ho jika f-statistik < f-tabel Terima Ha

4.6.4Uji t-statistik

jika f-statistik > f-tabel Dari hasil regresi f-statistik = 50,90

α= 1 %, n = 18 ; k = 4

df = 18-4-1

= 13, maka f- tabel = 5,21

Berdasarkan hasil estimasi dimana f-statistik > f-tabel, dengan demikian Ha diterima. Artinya semua variabel bebas yang ada dalam persamaan tersebut secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun secara statistik pada tngkat kepercayaan 99% selama kurun waktu 1989-2006.

4.3.4.1 Variabel Jumlah Perusahaan Industri (JPI) Hipotesa :

Ho : B2 = 0

Ha : B2

Kriteria :

(80)

Terima Ha jika t- statistik> t-Tabel Dari hasil regresi t-statistik = 2,40 α= 5 %, n = 18 ; k = 4

df = 18- 4-1

= 13, Maka t- tabel = 2,16

Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh berpengaruh signifikan pada α= 5 %, dengan t-statistik > t-tabel, dengan demikian Ha diterima. Artinya variabel jumlah perusahaan industri (JPI) mampu memberikan pengaruh signifikan secara statistik terhadap pendapatan asli daerah pada tingkat kepercayaan 95%.

4.6.4.2Variabel Jumlah Hotal dan Akomodasi Lainya (JHA) Hipotesa :

Ho : B2 = 0

Ha : B2

Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa variabel jumlah hotel dan akomodasi lainya berpengaruh signifikan pada = 5 %, dengan statistik >

t-≠0

Kriteria :

Terima Ho jika t- statistik < t-tabel Terima Ha jika t- statistik > t-tabel Dari hasil regresi t-statistik = 2,38 α= 5 %, n = 18 ; k = 4

df = 18- 4-1

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Luas Daerah Menurut Kecamatan
Tabel 4.3 Kontribusi sektor usaha terhadap PDRB Kab Simalungun
Tabel Pendapatan Asli Daerah Kab. Simalungun
+7

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id.. commit

Pada penelitian tugas akhir ini dilakukan perbandingan algoritma Naïve Bayes dengan Multinomial Naïve Bayes untuk menentukan algoritma mana yang lebih efektif dalam

Kedua adalah pekerjaan yang dikerjakan oleh wanita (ibu-ibu) rumah tangga di Desa Getas dilakukan dengan sepenuh hati untuk membantu suami dalam mencari nafkah

 Bank berhak membuat tolakan ( set-off ) atau memindahkan apa-apa jumlah yang terhutang pada satu atau mana-mana akaun anda di Bank untuk menyelesaikan obligasi dan liabiliti

IGS 3-60 yang dikembangkan berdasarkan tiga tingkat skor dan enam kelompok pangan (pangan karbohidrat, lauk pauk, sayur, buah, dan susu) dapat digunakan sebagai

Bencana alam seperti banjir perlu mendapatkan perhatian khusus, sebab bencana tersebut menelan korban jiwadan kerugian terbesar (40%) dari seluruh kerugian bencana alam

Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata kandungan Pb dalam daging sebesar 9.74 mg/Kg, sedangkan rata- rata kandungan Pb dalam hati sebesar 10.63 mg/Kg, hal ini menunjukan

Laboratóriumi kísérletekkel igyekeztek tisztázni azt az ellentmondást, hogy amíg Cordier és Chipman megállapítása szerint a Ni nincs hatással a kén