• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Diabetes mellitus Yang Dirawat Inap Di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Diabetes mellitus Yang Dirawat Inap Di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Oleh :

MERY K. SINAGA 051000066

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MERY K. SINAGA 051000066

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul:

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP

DI RSUD. Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2004-2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: MERY K. SINAGA

NIM. 051000066

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 07 September 2009, dan Dinyatakan Telah

Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes dr. Achsan Harahap, MPH

NIP. 195908181985032002 NIP. 130318031

Penguji II Penguji III

Drs. Jemadi, M.Kes drh. Hiswani, M.Kes

NIP. 196404041992031005 NIP. 196501121994022001

Medan, September 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif seperti halnya penyakit kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kecacatan, kematian dan kerugian ekonomi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO ,2006) jumlah penderita DM di dunia 246 juta orang, di Indonesia (2006) jumlah penderita DM 14 juta orang.

Untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUD. Dr. Djasamen saragih dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi pada penelitian ini sebanyak 721 orang, sampel sebanyak 257 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus pengambilan sampel yang dilanjutkan dengan analisis statistik uji chi-square dan t-test.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah penderita DM tertinggi pada tahun 2008 (187 kasus) dan CFR (Case Fatality rate) tertinggi pada tahun 2007 (11,4%). CFR DM tahun 2004-2008 adalah 7,9%. Karakteristik penderita DM tertinggi pada kelompok umur 41-55tahun (39,7%), jenis kelamin perempuan (53,3%), suku batak (50,2%), agama kristen protestan (42%), pendidikan SLTA (38,1%), pekerjaan PNS/BUMN (33,9%), status kawin (70,4%), dan daerah asal kota Pematangsiantar (59,9%), DM tipe 2 (96.9%), keluhan utama lemas, mual, muntah (36,2%), ada komplikasi (55,3%), komplikasi kronis (90,1%), jenis pengobatan OHO (Obat Hipoglikemik Oral, 73,9%), sumber biaya askes (65,8%), lama rawatan rata-rata (8 hari), dan pulang berobat jalan (85,6%). Tidak ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe DM (p=0,295), lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi (p=0,331), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi (p=0,483), dan antara status komplikasi berdasarkan umur (p=0,412).

Kepada pihak RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar diharapkan agar lebih meningkatkan pemberian informasi kepada penderita DM yang pulang berobat jalan, serta melengkapi pencatatan data penderita DM pada kartu status. Kepada penderita DM perlu melakukan medical check up dan mengikuti klub-klub kesehatan.

(5)

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is degenerative disease like cardiovascular that can cause disability, death, and economic losses throughout the world including Indonesia. According to data of World Health organization (WHO, 2006) there were 246 million DM patients in the world. In Indonesia (2006) there were 14 million DM patients.

To know the characteristic of DM patient in RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, descriptive study has been done by using case series design. The population were 721 DM patient data, sampel were 257 DM patient data, that is chosen by using simple random sampling technique continued with chi-square test and t-test.

Result of this research shows the highest number of DM patient on 2008 (187 cases) and the highest CFR (Case Fatality Rate) 0n 2007(11,4%). CFR DM on 2004-2008 is 7,9%. The highest characteristic of DM patient is in the age 41-55 years old (39,7%), women ( 53,3%), batak ethnic (50,2%), christian (42%), high school (38,1%), PNS/BUMN (33,9%), marriage (70,4%), and in Pematangsiantar ( 59,9%), DM type 2 (96,9%), main complaint was weakness, nausea, vomiting (36,2%), with complication (55,3%), chronic complication (90,1%), hypoglycemic oral medicine (73,9%), health Assurance (65,8%), average lenght of stay (8 days),dan discharge and becoming outpatient (85,6%). There was no difference between average length of stay with DM type (p=0,295), between average length of stay with complication status (p=0,331), between average length of stay with kind of complication (p=0,483), and between complication status with age (p=0,412).

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar can give information to the DM patient which discharge and becoming outpatient and completing data patients in card status. DM patient need to get medical check up and follow healthy clubs.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mery K. Sinaga

Tempat/Tanggal Lahir : Tiga Dolok/ 21 Desember 1987 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum kawin Jumlah Saudara : 4 (empat) orang

Alamat Rumah : Jl. Parapat No. 80 Tiga Dolok Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1993-1999 SD Negeri Inpres Tiga Dolok 2. Tahun 1999-2002 SMP Negeri 1 Tiga Dolok 3. Tahun 2002-2005 SMA Negeri 1 Tiga Dolok

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Diabetes mellitus Yang Dirawat Inap Di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008” yang merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesahatan Masyarakat di Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang sangat membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati menghanturkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada Ibu drh. Rasmaliah M.Kes selaku Dosen pembimbing I dan Bapak dr. Achsan Harahap MPH selaku Dosen Pembimbing II, serta Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen pembanding I dan Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembanding II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam mendidik, membimbing dan memberi banyak masukan, saran, serta kritikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

(8)

2. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

3. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku Dosen Penesehat Akademik 4. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Epidemiologi

5. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian

6. Orang tuaku tercinta A. Sinaga dan S. Br Marbun yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis dengan penuh cinta kasih serta memberikan motivasi selama penulis menjalani pendidikan

7. Saudara-saudaraku tersayang Juni Sinaga, Delen Sinaga, Irfan Sinaga, dan Silvia Sinaga, terima kasih buat doa, perhatian dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini

(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya penulis mengucapkan sekian dan terima kasih. Tuhan Memberkati.

Medan, Agustus 2009

(10)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Defenisi Diabetes Mellitus... 7

2.2. Sejarah Diabetes Mellitus... 7

2.3. Epidemiologi Diabetes Mellitus... 8

2.3.1. Distribusi dan Frekuensi... 8

2.3.2. Determinan ... 10

2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus... 13

2.4.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin... 13

2.4.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin... 14

2.5. Gejala-Gejala Diabetes... 14

2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus... 15

2.7. Komplikasi Diabetes Mellitus... 17

2.7.1. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus... 17

2.7.2. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus... 19

2.8. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus... 22

2.8.1. Pencegahan Primordial... 22

2.8.2. Pencegahan Primer... 23

2.8.3. Pencegahan Sekunder... 23

2.8.4. Pencegahan Tertier... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP... 27

3.1. Kerangka Konsep... 27

(11)

BAB 4 METODE PENELITIAN... 32

4.4. Metode Pengumpulan Data... 34

4.5. Teknik Analisa Data... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN... 35

5.1 Profil RSUD. Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar... 35

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 35

5.1.2 Visi RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar... 35

5.1.3 Misi RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar... 35

5.2 Kasus dan Case Fatality Rate (CFR) DM Berdasarkan Tahun 2004-2008... 36

5.3 Sosiodemografi Penderita DM... 37

5.4 Tipe Diabetes Mellitus Penderita DM... 39

5.5 Keluhan Utama Penderita DM... 39

5.6 Status Komplikasi Penderita DM... 40

5.7 Jenis Pengobatan Penderita DM... 41

5.8 Sumber Biaya Penderita DM... 41

5.9 Lama Rawatan Penderita DM... 42

5.10 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM... 42

5.11 Uji Statistik... 43

5.11.1 Lama Rawatan Berdasarkan Tipe DM... 43

5.11.2 Lama Rawatan Berdasarkan Status Komplikasi... 43

5.11.3 Status Komplikasi DM Berdasarkan Umur... 44

5.11.4 Tipe DM Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 45

5.11.5 Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... . 46 BAB 6 PEMBAHASAN... 47

6.1 Jumlah Kasus dan CFR DM Berdasarkan Tahun... 47

6.2 Sosiodemografi Penderita DM... 48

6.2.1 Umur Penderita DM... 48

6.2.2 Jenis Kelamin Penderita DM... 49

6.2.3 Suku Bangsa Penderita DM... 50

6.2.4 Agama Penderita DM... 52

6.2.5 Pendidikan Penderita DM... 53

(12)

6.2.7 Status Perkawinan Penderita DM... 55

6.2.8 Daerah Asal Penderita DM... 56

6.3 Tipe DM penderita DM... 57

6.4 Keluhan Utama Penderita DM... 59

6.5 Status Komplikasi Penderita DM... 60

6.6 Jenis Pengobatan Penderita DM... 62

6.7 Sumber Biaya Penderita DM... 63

6.8 Lama Rawatan Penderita DM... 64

6.9 Keadaan Sewaktu Pulang... 65

6.10 Analisis statistik... 66

6.10.1 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tipe DM... 66

6.10.2 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi. 67 6.10.3 Status Komplikasi DM Berdasarkan Umur Penderita DM.. 69

6.10.4 Tipe DM berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 70

6.10.5 Status Komplikasi berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang.. 71

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 73

7.1 Kesimpulan... 73

7.2 Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita DM dan CFR Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 ... 36 Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Faktor Sosiodemografi... 37 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Tipe DM... 39 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Keluhan Utama... 39 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Status Komplikasi... 40 Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Jenis Komplikasi... 40 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Jenis Pengobatan... 41 Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Sumber Biaya... 41 Tabel 5.9 Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM... 42 Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 42 Tabel 5.11 Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe DM... 43 Tabel 5.12 Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status

Komplikasi... 43 Tabel 5.13 Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis

(14)

Tabel 5.14 Perbedaan Distribusi Proporsi Status Komplikasi DM Berdasarkan

Umur... 44 Tabel 5.15 Perbedaan Distribusi Proporsi Tipe DM Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang... 45 Tabel 5.16 Perbedaan Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Diagram Bar Jumlah Kasus DM dan CFR DM Yang Dirawat Inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Tahun... 47 Gambar 6.2 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Umur... 48 Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Jenis Kelamin... 49 Gambar 6.4 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Suku Bangsa... 50 Gambar 6.5 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Agama... 52 Gambar 6.6 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Pendidikan... 53 Gambar 6.7 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Pekerjaan... 54 Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Status Perkawinan... 55 Gambar 6.9 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Daerah Asal... 56 Gambar 6.10 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Tipe DM... 57 Gambar 6.11 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Keluhan Utama... 59 Gambar 6.12 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

(16)

Gambar 6.13 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Jenis Komplikasi... 61 Gambar 6.14 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Jenis Pengobatan... 62 Gambar 6.15 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Sumber Biaya... 63 Gambar 6.16 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun

2004-2008 Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 65 Gambar 6.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM

Berdasarkan Tipe DM... 66 Gambar 6.18 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM

Berdasarkan Status Komplikasi... 67 Gambar 6.19 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM

Berdasarkan Jenis Komplikasi... 68 Gambar 6.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Komplikasi DM

Berdasarkan Umur... 69 Gambar 6.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tipe DM Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang... 70 Gambar 6.22 Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Komplikasi

(17)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif seperti halnya penyakit kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kecacatan, kematian dan kerugian ekonomi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO ,2006) jumlah penderita DM di dunia 246 juta orang, di Indonesia (2006) jumlah penderita DM 14 juta orang.

Untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUD. Dr. Djasamen saragih dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi pada penelitian ini sebanyak 721 orang, sampel sebanyak 257 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus pengambilan sampel yang dilanjutkan dengan analisis statistik uji chi-square dan t-test.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah penderita DM tertinggi pada tahun 2008 (187 kasus) dan CFR (Case Fatality rate) tertinggi pada tahun 2007 (11,4%). CFR DM tahun 2004-2008 adalah 7,9%. Karakteristik penderita DM tertinggi pada kelompok umur 41-55tahun (39,7%), jenis kelamin perempuan (53,3%), suku batak (50,2%), agama kristen protestan (42%), pendidikan SLTA (38,1%), pekerjaan PNS/BUMN (33,9%), status kawin (70,4%), dan daerah asal kota Pematangsiantar (59,9%), DM tipe 2 (96.9%), keluhan utama lemas, mual, muntah (36,2%), ada komplikasi (55,3%), komplikasi kronis (90,1%), jenis pengobatan OHO (Obat Hipoglikemik Oral, 73,9%), sumber biaya askes (65,8%), lama rawatan rata-rata (8 hari), dan pulang berobat jalan (85,6%). Tidak ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe DM (p=0,295), lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi (p=0,331), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi (p=0,483), dan antara status komplikasi berdasarkan umur (p=0,412).

Kepada pihak RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar diharapkan agar lebih meningkatkan pemberian informasi kepada penderita DM yang pulang berobat jalan, serta melengkapi pencatatan data penderita DM pada kartu status. Kepada penderita DM perlu melakukan medical check up dan mengikuti klub-klub kesehatan.

(18)

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is degenerative disease like cardiovascular that can cause disability, death, and economic losses throughout the world including Indonesia. According to data of World Health organization (WHO, 2006) there were 246 million DM patients in the world. In Indonesia (2006) there were 14 million DM patients.

To know the characteristic of DM patient in RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, descriptive study has been done by using case series design. The population were 721 DM patient data, sampel were 257 DM patient data, that is chosen by using simple random sampling technique continued with chi-square test and t-test.

Result of this research shows the highest number of DM patient on 2008 (187 cases) and the highest CFR (Case Fatality Rate) 0n 2007(11,4%). CFR DM on 2004-2008 is 7,9%. The highest characteristic of DM patient is in the age 41-55 years old (39,7%), women ( 53,3%), batak ethnic (50,2%), christian (42%), high school (38,1%), PNS/BUMN (33,9%), marriage (70,4%), and in Pematangsiantar ( 59,9%), DM type 2 (96,9%), main complaint was weakness, nausea, vomiting (36,2%), with complication (55,3%), chronic complication (90,1%), hypoglycemic oral medicine (73,9%), health Assurance (65,8%), average lenght of stay (8 days),dan discharge and becoming outpatient (85,6%). There was no difference between average length of stay with DM type (p=0,295), between average length of stay with complication status (p=0,331), between average length of stay with kind of complication (p=0,483), and between complication status with age (p=0,412).

RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar can give information to the DM patient which discharge and becoming outpatient and completing data patients in card status. DM patient need to get medical check up and follow healthy clubs.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perhatian terhadap penyakit tidak menular (PTM) semakin meningkat, hal ini disebabkan semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Perubahan pola hidup manusia seperti gaya hidup, sosial ekonomi, urbanisasi dan industralisasi merupakan penyebab meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular, terutama penyakit degeneratif seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Hipertensi, Kanker, dan Diabetes Mellitus (DM).1

DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan pada semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi, seperti komplikasi kronik pada mata, ginjal, pembuluh darah dan lain-lain. Masalah kesehatan akibat DM dapat menurunkan kualitas hidup sehingga penyakit DM merupakan masalah kesehatan nasional dan dunia. Hal ini dibuktikan dengan kecenderungan peningkatan angka prevalensi DM dari tahun ke tahun.2

Pada tahun 2002, World Health Organization (WHO) menyatakan PTM menyebabkan 43% kesakitan dan 60 % kematian di dunia. Pada tahun 2020 angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 60% kesakitan dan 73% kematian di dunia.3

Secara global WHO menyatakan terdapat 135,3 juta penduduk dunia menderita DM pada tahun 1995 dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta dengan prevalensi 6% pada kelompok umur 20-79 tahun.4 Pada tahun 2003,

(20)

2006 terdapat 246 juta penduduk dunia yang menderita DM dengan prevalensi 6% pada kelompok umur 20-79 tahun.2,5

Pada tahun 2007, WPRO (Western Pacific Region Office) menempati urutan pertama jumlah penderita diabetes yaitu sebanyak 67 juta penderita dan diikuti oleh EURO (European Region Office) dengan 53 juta penderita. Namun bila dilihat dari angka prevalensinya EMRO (Eastern Mediterranean Region Office) menduduki peringkat pertama dengan 9,2 %. Pada tahun 2007 lima negara dengan angka prevalensi tertinggi pada usia 20-79 tahun adalah Nauru (32.3%), Republik Emirat Arab (21,9%), Saudi Arabia (18,4%), Bahrain (17,0%), dan Kuwait (16,4%).5

Pada tahun 2000 Proportional Mortality Ratio (PMR) diabetes sebesar 5,2% (2,9 juta kematian akibat DM dari 150,8 juta kematian di dunia). Jumlah kematian akibat DM di AFRO (African Region Office) 294,6 ribu kematian, AMRO (American Region Office) 432,4 ribu kematian, EMRO 129,9 ribu kematian, EURO 602,8 ribu kematian, SEARO (South East Asia Region Office) 1,034 juta kematian dan di WPRO 456,9 ribu kematian.6 Pada tahun 2002 WHO menyatakan bahwa terdapat 57 juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh PTM dan 3,2 juta kematian diantaranya disebabkan oleh DM.2

(21)

baru 50 % yang mengetahui menderita DM dan di antara mereka hanya sekitar 30 % yang datang berobat teratur.8

Peningkatan prevalensi DM di Indonesia seiring dengan peningkatan faktor risiko DM yaitu obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, lemak tinggi, hiperkolesterol, dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT). Berdasarkan SKRT terjadi peningkatan prevalensi faktor risiko DM dari tahun 2001 ke tahun 2004, seperti obesitas (dari 12,7% menjadi 18,3%), dan hiperkolesterol (dari 6,5% menjadi 12,9%).2

Data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dari berbagai penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa pada tahun 1991 prevalensi penderita DM di Surabaya 1,43% pada penduduk di atas 20 tahun dan di Jakarta terjadi peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% tahun 1993, dan 12,4% tahun 2005. Peningkatan prevalensi DM juga terjadi di Makassar yaitu 1,5% tahun 1981 menjadi 2,9% tahun 1998 dan 12,5% tahun 2005. Pada tahun 2005 Sumatera Barat melaporkan prevalensi DM sebesar 5,1% dan Pekajangan (Jawa Tengah) 9,2%.2,9

(22)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di RSUD Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008 terdapat 721 penderita DM, dimana tahun 2004 terdapat 89 penderita, tahun 2005 meningkat menjadi 143 penderita, tahun 2006 menurun menjadi 117 penderita, tahun 2007 meningkat menjadi 185 penderita dan tahun 2008 meningkat menjadi 187 penderita. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar tahun 2004-2008.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar tahun 2004-2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah asal)

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan tipe DM c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan keluhan

(23)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan status komplikasi

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan pengobatan yang diberikan

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan sumber biaya

g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita DM

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan keadaan sewaktu pulang

i. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) penderita DM berdasarkan data tahun 2004-2008

j. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe DM k. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan status

komplikasi

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status komplikasi DM berdasarkan umur

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tipe DM berdasarkan keadaan sewaktu pulang

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar tentang karakteristik penderita DM dalam penatalaksanaan DM

b. Menambah wawasan penulis tentang permasalahan DM dan sarana menerapkan ilmu yang telah diperoleh penulis selama di bangku perkuliahan c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan dengan efektif.12

Menurut American Diabetes Assosiation (ADA), DM adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara normal.13 Menurut kriteria WHO (1999), kadar glukosa normal darah vena pada waktu puasa tidak melebihi 126 mg/dl dan 2 jam sesudah beban glukosa oral 75 gr tidak melebihi 200mg/dl. Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak memadai untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam darah akan meningkat sehingga timbullah DM.14,15

2.2. Sejarah Diabetes Mellitus4,16

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah DM, dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550 sebelum masehi. Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli Mesir kuno dari Jerman, George Ebers, dan kemudian disebut sebagai The Ebers Papyrus.

(26)

dari tubuh manusia atau banyak kencing). Artaeus menggambarkan orang yang menderita DM banyak minum, banyak kencing, dan berat badan menurun.

Pada abad ke-5, seorang dokter di India bernama Susruta melaporkan kencing pada pasien DM dikerumuni banyak semut. Pada abad ke-17, Eropa mulai mengenal luas penyakit ini. Seorang dokter di Inggris, Thomas Willis (1621-1675) menemukan rasa manis pada urine pasien dengan mencicipinya. Seabad kemudian, dokter di Liverpool, Mathew Dobson (1735-1784) melaporkan rasa manis di urine dan darah adalah gula. Pada 1809, John Rollo untuk pertama kalinya menambahkan istilah “mellitus” pada penyakit ini, yang dalam bahasa Yunani dan Latin berarti madu atau manis.

2.3. Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.3.1. Distribusi dan Frekuensi

Penyakit gula atau DM dapat diderita oleh semua orang. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah. DM disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin.

Pada tahun 2003 WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%.4,17 Pada negara berkembang DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia diatas 64 tahun.18

(27)

juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8 juta).18 Namun pada tahun 2007, pada kelompok umur yang sama terjadi perubahan urutan lima negara dengan jumlah penderita DM terbanyak yaitu India (40,9 juta), diikuti oleh Cina (39,8 juta), Amerika (19,2 juta), Rusia (9,6 juta) dan Jerman (7,4 juta).5

Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan selebihnya 1,5 juta pada wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta kematian terjadi di negara berkembang.6

Berdasarkan SKRT tahun 1995 Indonesia menempati urutan ketujuh sebagai negara dengan jumlah penderita DM terbanyak, yaitu sekitar 4,5 juta orang.4 Pada tahun 2000 Indonesia menempati urutan ke-4 dengan 8,4 juta penderita diabetes.18 Tahun 2005 terdapat 12,4 juta penderita DM di Indonesia.15

Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002 diperoleh data bahwa DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,0% dari 10 penyakit utama yang ada di rumah sakit yang menjadi penyebab utama kematian. Dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik yaitu sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7.9%).9

(28)

2.3.2. Determinan

Beberapa faktor yang mempengaruhi DM adalah a. Genetik atau Faktor Keturunan

DM cenderung diturunkan atau diwariskan, tidak ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.

Diabetes tipe 2 lebih terkait dengan faktor riwayat keluarga bila dibandingkan tipe 1. Anak dengan ayah penderita DM tipe 1 memiliki kemungkinan terkena diabetes 1:17. Namun bila kedua orang tua menderita DM tipe 1 maka kemungkinan menderita DM adalah 1:4-10.

Pada DM tipe 2, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM pada usia kurang dari lima puluh tahun dan 1:13 bila salah satu orang tuanya menderita DM pada usia lebih dari lima puluh tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 2, maka kemungkinan menderita DM adalah 1:2.19

b. Usia

(29)

Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasiem DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun.21

c. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, non-Hispanik kulit hitam dan orang Amerika Latin, mempunyai resiko lebih besar terkena DM tipe 2. Suku-suku ini mempunyai resiko terkena DM 2-4 kali lebih tinggi dari pada non-Hispanik kulit putih. Kebanyakan dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani. Saat ini jumlah makanan banyak dan gerak badan semakin berkurang yang menyebabkan banyak penduduk mengalami obesitas sampai DM dan tekanan darah tinggi.22

d. Kegemukan (Obesitas)

(30)

Pada suatu penelitian di Jakarta pada tahun 1982 dalam Utujo Sukaton (1996) ditemukan bahwa kegemukan merupakan salah satu resiko penting bagi timbulnya DM. Prevalensi DM untuk kelompok obesitas adalah 6,7%, kelompok overweight 3,7%, kelompok normal 0,9%, dan kelompok underweight 0,4%.20

e. Kurang Gerak Badan

Olah raga atau aktifitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi dan sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya DM tipe 2 akan turun sampai 50%. Keuntungan lain yang diperoleh dari olah raga adalah bertambahnya massa otot. Biasanya 70-90 % glukosa darah diserap otot. 24,25

The Journal of the America Medical Association (1992) melaporkan hasil studi lebih dari 21.000 orang dokter, bahwa berolah raga lima kali seminggu akan menghasilkan penurunan 42% pada kasus-kasus yang diperkirakan akan menderita DM tipe 2. 23

f. Infeksi

(31)

2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus

2.4.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/IDDM/Tipe 1)

DM tipe 1 muncul ketika pankreas sebagai penghasil insulin tidak dapat atau memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. DM tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.23,26

DM tipe 1 juga disebut insulin-dependent diabetes mellitus karena pasien sangat bergantung terhadap insulin dan hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin. Penderita memerlukan suntikan setiap hari untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh. Sampai saat ini, DM tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak dapat megontrol atau mengendalikan DM tipe 1.5,23

Dari semua penderita DM, 5-10% adalah penderita DM tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai DM tipe 1 belum ada, namun diperkirakan hanya sekitar 2-3%. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai pasien mengalami komplikasi atau mengalami kematian.4

2.4.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/NIDDM/Tipe 2) DM tipe 2 disebut juga non insulin-dependent diabetes mellitus. DM tipe ini adalah yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul di usia diatas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita DM adalah penderita DM tipe 2.4,23

(32)

kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula darah.4,26

2.5. Gejala-Gejala Diabetes

Tiga serangkaian klasik mengenai gejala kencing manis adalah poliuri (urinasi yang sering), polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya tingkat kehausan), dan

polifagi (meningkatnya hasrat untuk makan). Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi, yang menyebabkan ginjal membuang air tambahan untuk mengencerkannya. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering buang air dalam jumlah yang banyak (poliuri). Banyaknya cairan yang keluar menyebabkan penderita merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).27,28

Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengompensasikan hal itu, penderita sering kali merasa lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).4

(33)

2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Penegasan diagnosis DM dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah. Apabila ditemukan seseorang yang mempunyai keluhan khas seperti gejala penyakit DM dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah >200 mg/dl, maka sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Namun, apabila seseorang tidak menunjukkan gejala atau keluhan khas penyakit DM dan hasil pemeriksaannya kadar glukosa darah >200 mg/dl, maka hasil pemeriksaan tersebut belum cukup kuat untuk diagnosis penyakit DM.4,28

Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang menunjukkan <200 mg/dl, pada pasien dengan atau tanpa gejala khas merupakan indikasi untuk Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan menggunakan 75 gram cairan glukosa. Cairan glukosa tersebut diminum setelah pasien berpuasa selama 10-12 jam. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah kembali.4,20,24

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti

DM

DM KGD sewaktu Plasma Vena

Darah Kapiler KGD puasa Plasma Vena

Darah Kapiler

Sumber: Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002

(34)

HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.

Sebenarnya pada manusia normal juga terdapat keterikatan antara hemoglobin dengan glukosa, tetapi dalam jumlah yang normal yaitu sekitar 4-6%. Hasil pemeriksaan HbA1C lebih dari 6% mengindikasikan bahwa orang tersebut mengidap DM. Bila kadar HbA1C lebih dari 8% maka penderita DM diprediksi memiliki kerentanan terhadap terjadinya komplikasi. Pemantauan kadar gula darah melalui pemeriksaan HbA1C lebih mudah dilakukan karena pasien tidak perlu berpuasa sebelum pengambilan darah.29

2.7. Komplikasi Diabetes Mellitus

DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Karena itu, jelas bahwa DM bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik yang akut maupun kronis.

2.7.1. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus

(35)

a. Hipoglikemia

Kadar glukosa darah yang terlalu rendah sampai di bawah 60 mg/dl disebut hipoglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita DM yang diobati dengan suntikan insulin ataupun minum tablet anti-diabetes, tetapi tidak makan dan olah raganya melebihi biasanya.20,30

Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung pada sejauh mana glukosa turun. Keluhan hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu: 20

a.1. Keluhan akibat otak tidak mendapat cukup kalori sehingga mengganggu fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, capek, bingung, kejang, atau koma.

a.2. Keluhan akibat efek samping hormon lain (adrenalin) yang berusaha menaikkan kadar glukosa darah, yaitu pucat, berkeringat, nadi berdenyut cepat, berdebar, cemas, serta rasa lapar.

Pada awalnya ketika glukosa darah berada pada tingkat 40-55 mg/dl, pasien diabetes mengalami gemetaran, keringat dingin, mata kabur, lemah, lapar, pusing, sakit kepala, tegang, mual, jantung berdebar, dan kulit dingin. Pada saat glukosa darah di bawah 40 mg/dl, pasien akan merasa mengantuk, sukar bicara, seperti orang mabuk, dan bingung. Dan pada saat kadar glukosa di bawah 20 mg/dl keluhan atau gejala yang terjadi adalah kejang, tidak sadarkan diri (koma hipoglikemia), dan bisa menyebabkan kematian.20,30

(36)

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan gawat darurat akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton. Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.4,31

Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah. Keluhan dan gejala tersebut berupa napas yang cepat dan dalam, napas bau keton atau aseton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan turun, capek, lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai koma.30,31

c. Hiperosmolar Non-Ketotik

Hiperosmolar Non-Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi “ kental ”. Kadar glukosa darah DM bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing. Maka timbullah kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.4,31

(37)

2.7.2. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Komplikasis kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kerusakan, seperti kerusakan pada saraf, ginjal, mata, jantung, dan lainnya.4

a. Kerusakan Saraf (Neuropathy)

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Baik penderita DM tipe 1 maupun tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini biasa terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat untuk dikirim.4,23

Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya kerusakan saraf. Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai membuat penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat denyut jantung dan membuat muncul banyak keringat. Kerusakan saraf sensoris (perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas, dingin, atau meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram, semutan, rasa tebal, atau nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi.27,30

b. Kerusakan Ginjal ( Nephropathy)

(38)

bocor keluar. Penderita DM memiliki resiko 20 kali lebih besar menderita kerusakan ginjal dibandingkan dengan orang tanpa DM.4,23,30

c. Kerusakan Mata

Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan. Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2 persen penderita DM menjadi buta dan 10 persen mengalami cacat penglihatan.4

Kerusakan mata akibat DM yang paling sering adalah Retinopati (Kerusakan Retina). Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina bahkan dapat mengakibatkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang menuju ke retina sehingga penglihatan penderita DM menjadi kabur.32,36Kerusakan yang lebih berat akan menimbulkan keluhan seperti tampak banyangan jaringan atau sarang laba-laba pada penglihatan mata, mata kabur, nyeri mata, dan buta.4

Selain menyebabkan retinopati, DM juga dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih) yang disebut katarak serta dapat menyebabkan glaukoma (meningkatnya tekanan bola mata).27

d. Penyakit Jantung

(39)

e. Hipertensi

Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi bisa memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara 35-75 % komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah.4

f. Gangguan Saluran Pencernaan

Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tinggal di dalam lambung. 27,33

Gangguan pada usus yang sering diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.27

2.8. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus

Mengingat jumlah pasien semakin meningkat dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan pasien DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat.20,23

(40)

Pencegahan primordial adalah suatu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap penyakit DM. Sasaran dari upaya mencegahan ini adalah masyarakat yang masih sehat yang tidak memiliki faktor risiko DM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan ini adalah menerapkan pola hidup sehat. 2.8.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer mencakup kegiatan yang ditujukan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau populasi yang rentan (yang telah memiliki faktor risiko DM) melalui modifikasi faktor-faktor resiko/determinan lingkungan dan perilaku, atau intervensi khusus terhadap orang rentan.

Upaya pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan memberi pengertian pada masyarakat bahwa mencegah penyakit adalah jauh lebih baik dari pada mengobatinya. Semua pihak harus membiasakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup beresiko, yaitu dengan menganjurkan kepada masyarakat agar mengikuti pola makan seimbang, terutama yang mengandung serat tinggi. Selain itu dengan mengkampanyekan motto “Memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat” sangat menunjang upaya pencegahan primer.20,34

2.8.3. Pencegahan Sekunder

(41)

a. Penyuluhan (Edukasi)

Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan DM. Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan DM yang diberikan kepada setiap pasien DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.

Berbagai materi edukasi yang perlu diberikan pada pasien DM adalah defenisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta pemeliharaan kaki.35,36

b. Perencanaan Makan

Pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.19,32,33 (Diet DM terlampir)

Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan DM adalah:

b.1. Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal b.2. Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu

hamil dan janinnya

b.3. Mencapai dan mempertahankan berat badan idamannya. b.4. Mencegah komplikasi akut dan kronik

(42)

c. Latihan Jasmani

Dalam pengelolaan DM, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada DM antara lain adalah:27,36

c.1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah

c.2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah penggangkut glukosa c.3. Membantu menurunkan berat badan

c.4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri c.5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.

d. Obat Hipoglikemi

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin.

d.1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

(43)

d.2. Insulin

Insulin mutlak diperluka oleh penderita DM tipe 1 karena sel-sel beta pankreasnyaa telah rusak sehingga tidak mampu lagi memproduksi insulin yang diperlukan dalam penyerapan glukosa dari darah ke dalam sel. Untuk penderita DM tipe 2, suntikan insulin sering kali diperlukan bila obat hipoglikemia oral sudah tidak memberikan efek yang diinginkan atau menunjukkan resistensi.35,36

2.8.4. Percegahan Tertier

Pencegahan tertier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecacatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk pengendalian penyakit DM.

(44)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik penderita DM 1. Sosiodemografi: 3. Keluhan utama 4. Status Komplikasi

Jenis Komplikasi 5. Pengobatan

6. Sumber biaya

7. Lama rawatan rata-rata 8. Keadaan sewaktu pulang 9. Case Fatality Rate (CFR)

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita DM adalah semua pasien yang dinyatakan menderita DM yang dirawat inap, berdasarkan diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi terdiri dari:

a. Umur adalah usia penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, yang dibedakan atas:

(45)

Untuk uji statistik umur dibedakan atas: 1. < 40 tahun

2. ≥ 40 tahun

b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku Bangsa adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita DM sesuai yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas:

1. Batak

d. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang melekat pada diri penderita DM sesuai yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas: 1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu

5. Budha

e. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang dijalani penderita DM sesuai yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas:

1. Tidak sekolah 2. SD

3. SLTP 4. SLTA

(46)

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita DM sesuai dengan yang tercantum pada kartu status, dikelompokkan atas:

1. PNS/BUMN 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Ibu rumah tangga 5. Pensiunan

6. Lain-lain

g. Status perkawinan adalah riwayat perkawinan yang sah dalam masyarakat sesuai yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas:

1. Kawin

2. Belum kawin/tidak kawin 3. Janda/duda

h. Daerah asal adalah daerah dimana penderita DM tinggal menetap sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas:

1. Kota P. Siantar 2. Luar Kota P. Siantar

3.2.3. Tipe DM adalah klasifikasi DM berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, yang dibedakan atas:

1. Tipe 1 2. Tipe 2

3.2.4. Keluhan utama adalah keluhan penderita pada saat datang pertama kali berobat sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas: 1. Lemas + mual + muntah

2. Rasa gatal pada kulit

(47)

3.2.5. Status komplikasi adalah adanya penyakit yang timbul sebagai akibat dari penyakit DM yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas:

1. Ada 2. Tidak ada

Jenis Komplikasi adalah penyakit yang merupakan lanjutan dari penyakit DM atau penyulit penyakit DM sesuai yang tertulis pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. Komplikasi akut yang meliputi: Hipoglikemia

Hiperglikemia 2. Komplikasi kronis

Neuropati

3.2.6. Pengobatan adalah jenis obat yang diberikan kepada penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status penderita, dikelompokkan atas:

1. Obat Hipoglikemik Oral 2. Suntik Insulin

3. Obat Hipoglikemik Oral + Suntik insulin

3.2.7. Sumber biaya adalah sumber pembiayaan yang digunakan penderita sesuai dengan yang tercatat pada kartu status penderita, dikelompokkan atas:

1. Jamkesmas 2. Askes

3. Biaya Sendiri

(48)

Lama rawatan rata-rata diperoleh dengan membagikan jumlah hari rawatan seluruh penderita dengan jumlah penderita.

3.2.9. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi atau keadaan penderita pada waktu keluar dari rumah sakit, dikelompokkan atas:

1. Pulang berobat jalan

2. Pulang atas permintaan sendiri 3. Meninggal

(49)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar. Pemilihan lokasi atas pertimbangan bahwa di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar tersedia data mengenai DM dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak Maret sampai dengan September 2009.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(50)

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian data penderita DM yang dirawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar tahun 2004-2008.

a. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus penentuan sampel:

Keterangan:

Berdasarkan perhitungan di atas, maka besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 257 data penderita DM.

b. Teknik Pengambilan Sampel

(51)

nomor dari 1-721 (list seluruh penderita DM tersedia). Untuk menentukan sampel yang pertama, diambil dari baris atau kolom tertentu yang diperoleh dengan menggunakan spin dial direction, maka akan diperoleh satu angka untuk menentukan dari baris dan kolom keberapa akan diambil sampel pertama. Kemudian ambil sampel sebanyak yang dibutuhkan.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan kartu status (rekam medik) penderita DM yang dirawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar tahun 2004-2008. Kartu status penderita DM dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi terhadap variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Profil RSUD. Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar terletak di lokasi strategi di tengah Kota Pematangsiantar, tepatnya di Jl. Sutomo No. 230 Pematangsiantar. Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1911 di atas areal seluas 12,28 Ha dengan luas bagunan 16.800 m2 yang terdiri dari 59 unit bagunan.

5.1.2 Visi RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Visi RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar adalah “ Terwujudnya rumah sakit idaman, terbaik, dan terpercaya menuju Indonesia sehat 2010”.

5.1.3 Misi RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

i. Mengupayakan pelayanan kesehatan yang prima bagi semua golongan masyarakat melalui prosedur yang berlaku dengan cepat, tepat, ramah dan terjangkau.

ii. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu melalui pelayanan yang bersifat spesialistik dan sub spesialistik secara profesional.

(53)

iv. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

v. Mengupayakan rumah sakit yang mampu mandiri untuk membiayai sendiri operasionalnya dengan konsep RSUD menuju Badan Layanan Umum.

5.2 Kasus dan Case Fatality Rate (CFR) DM Berdasarkan Tahun

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita DM dan CFR Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008

No. Tahun f % f (kematian) CFR

1. 2004 89 12,4 6 6,7

2. 2005 143 19,8 10 7

3. 2006 117 16,2 9 7,1

4. 2007 185 25,7 21 11,4

5. 2008 187 25,9 11 5,9

Total 721 100 57 7,9

(54)

5.3 Sosiodemografi Penderita DM

Proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2004-2008 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Faktor Sosiodemografi Umur untuk uji statistik

(55)

Total 257 100 7. Status perkawinan

Kawin

(56)

Hindu dan Budha yaitu masing-masing 0,8%. Proporsi pendidikan tertinggi adalah SLTA yaitu 38,1% dan yang terendah adalah tidak tercatat yaitu 9%. Proporsi pekerjaan tertinggi adalah PNS/BUMN yaitu 33,9% dan yang terendah adalah tidak tercatat yaitu 2,3%. Proporsi status perkawinan yang tertinggi adalah kawin yaitu 70,4% dan yang terendah adalah tidak tercatat yaitu 3,5%. Proporsi daerah asal tertinggi adalah kota Pematangsiantar yaitu 59,9% dan yang terendah adalah tidak tercatat yaitu 0,4%.

5.4 Tipe Diabetes Mellitus Penderita DM

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Tipe DM

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008 berdasarkan tipe DM adalah DM tipe 2 sebesar 96,9% dan DM tipe 1 sebesar 3,1%.

5.5 Keluhan Utama Penderita DM

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Keluhan Utama

Keluhan utama f %

Lemas + mual + muntah

Luka yang tidak sembuh-sembuh Kebas pada tangan dan kaki Kelainan pada mata

Rasa gatal pada kulit

(57)

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008 berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah lemas, mual, muntah sebesar 36,2% dan yang terendah adalah rasa gatal pada kulit sebesar 9%.

5.6 Status Komplikasi Penderita DM

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Status Komplikasi

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008 berdasarkan status komplikasi adalah mengalami komplikasi sebesar 55,3% dan yang tidak mengalami komplikasi sebesar 44,7%.

Proporsi penderita DM yang mengalami komplikasi dilihat dari jenis komplikasinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Jenis Komplikasi

(58)

jenis komplikasi adalah mengalami komplikasi kronis sebesar 90,1% dan mengalami komplikasi akut sebesar 9,9%.

5.7 Jenis Pengobatan Penderita DM

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Jenis Pengobatan

Jenis Pengobatan f %

OHO Insulin

OHO dan Insulin

190

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008 berdasarkan jenis pengobatan tertinggi adalah OHO sebesar 73,9% dan terendah adalah Insulin sebesar 3,1%.

5.8 Sumber Biaya Penderita DM

Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Sumber Biaya

(59)

5.9 Lama Rawatan Penderita DM

Tabel 5.9 Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM Lama Rawatan

Rata-rata (X) Standar Deviasi

95% Confidence of Interval

Coefisien of Variation Minimum

Berdasarkan tabel 5.9 di atas dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita DM di RSUD. Dr. Djasamen Saragih tahun 2004-2008 adalah 8,41 hari dengan Standar Deviasi sebesar 8,491, dan Coefisien of Variation sebesar 72,103%. Lama rawatan penderita bervariasi, yaitu lama rawatan tersingkat adalah 1 hari dan yang terlama adalah 73 hari. Dari Confidence Interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini lama rawatan penderita DM adalah 7,37 – 9,46 hari.

5.10 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM

Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Keadaan Sewktu Pulang f %

Pulang berobat jalan

Pulang atas permintaan sendiri Meninggal

(60)

5.11 Uji Statistik

5.11.1 Lama Rawatan Berdasarkan Tipe DM

Tabel 5.11 Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe DM Lama Rawatan Rata-rata

Tipe DM

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 257 kasus DM ada 8 orang penderita DM tipe 1 dengan lama rawatan rata-rata 4,38 hari dan 249 orang penderita DM tipe 2 dengan lama rawatan rata-rata 8,54 hari.

Berdasarkan uji statistik t-test nilai p > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe DM.

5.11.2 Lama Rawatan Berdasarkan Status Komplikasi

Tabel 5.12 Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Komplikasi

Lama Rawatan Rata-rata Komplikasi

Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat diketahui bahwa dari 257 kasus DM ada 142 orang penderita yang mengalami komplikasi dengan lama rawatan rata-rata 8,54 hari dan 115 orang penderita DM tidak mengalami komplikasi dengan lama rawatan rata-rata 8,26 hari.

(61)

Lama rawatan penderita DM berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.13 Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Komplikasi Lama Rawatan Rata-rata

Jenis Komplikasi

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa dari 142 kasus DM yang mengalami komplikasi ada 14 penderita yang mengalami komplikasi akut dengan lama rawatan rata-rata 6,36 hari dan 128 penderita DM mengalami komplikasi kronis dengan lama rawatan rata-rata 8,77 hari.

Berdasarkan uji statistik t-test nilai p > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi.

5.11.3 Status Komplikasi DM Berdasarkan Umur

Tabel 5.14 Perbedaan Distribusi Proporsi Status Komplikasi DM Berdasarkan Umur

(62)

(54,9%) yang mengalami komplikasi dan 106 orang penderita (45,1%) yang tidak mengalami komplikasi.

Berdasarkan hasil tabulasi silang di atas, analisa dengan uji statistik Chi-Square diperoleh p> 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi status komplikasi berdasarkan umur.

5.11.4 Tipe DM Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Tabel 5.15 Perbedaan Distribusi Proporsi Tipe DM Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Tipe DM

Tipe 1 Tipe 2

Total Keadaan Sewaktu Pulang

f % f % f % Pulang berobat jalan

Pulang atas permintaan sendiri Meninggal

Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat diketahui bahwa dari 220 orang penderita yang pulang berobat jalan, terdapat 7 orang (3,2%) penderita DM tipe 1 dan 213 orang (96,8%) penderita DM tipe 2. Dari 9 orang penderita yang pulang atas permintaan sendiri, terdapat 1 orang (11,1%) penderita DM tipe 1 dan 8 orang (88,9%) penderita DM tipe 2. Dari 28 orang penderita DM yang meninggal, semua (100%) merupakan penderita DM tipe 2.

(63)

5.11.5 Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Tabel 5.16 Perbedaan Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Status Komplikasi

Ada Tidak ada

Total Keadaan Sewaktu Pulang

f % f % f % Pulang berobat jalan

Pulang atas permintaan sendiri Meninggal

Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat diketahui bahwa dari 220 orang penderita yang pulang berobat jalan, terdapat 115 orang (52,3%) penderita DM yang mengalami komplikasi dan 105orang (47,7%) penderita DM yang tidak mengalami komplikasi. Dari 9 orang penderita yang pulang atas permintaan sendiri, terdapat 6 orang (66,7%) penderita DM yang mengalami komplikasi dan 3 orang (33,3%) penderita DM yang tidak mengalami komplikasi. Dari 28 orang penderita DM yang meninggal, 21 orang (75%) penderita DM yang mengalami komplikasi dan 7 orang (25%) penderita DM yang tidak mengalami komplikasi.

(64)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Jumlah Kasus DM dan CFR DM Berdasarkan Tahun

Jumlah kasus DM dan CFR DM berdasarkan tahun di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2004-2008, dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6.1 Diagram Bar Jumlah Kasus DM dan CFR DM Yang Dirawat Inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Tahun

(65)

sama (185 kasus) dikali 100%, sedangkan yang terendah adalah tahun 2008 yaitu sebesar 5,9%. CFR DM tahun 2004-2008 adalah 7,9%, yang diperoleh dari jumlah seluruh kematian (57 kasus) dibagi jumlah seluruh kasus (721 kasus) dikali 100%.

6.2 Sosiodemografi Penderita DM 6.2.1 Umur Penderita DM

Distribusi proporsi penderita DM di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2004-2008 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6.2 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Umur

(66)

Dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi gangguan sel beta yang menyebabkan sekresi insulin berlangsung lambat. Adanya disfungsi sel beta ini juga disertai dengan resistensi insulin yaitu keadaan dimana insulin dengan jumlah yang normal, tidak mampu bekerja secara optimal pada reseptor-reseptornya.38

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Amelya (2006) di RS Tembakau Deli Medan dengan menggunakan desain case series dimana proporsi penderita DM rawat inap tertinggi pada golongan umur ≥ 40 tahun (95,1%).39

6.2.2 Jenis Kelamin Penderita DM

Distribusi proporsi penderita DM di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2004-2008 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Yang Dirawat Inap di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan Jenis Kelamin

(67)

sebesar 1,2%. Berdasarkan hasil penelitian WHO (2000) tidak ada perbedaan kejadian DM antara laki-laki dan perempuan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Agustin (2009) di RSUD. Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi tahun 2006-2007 dengan desain case series yang menyatakan bahwa proporsi penderita DM tertinggi adalah jenis kelamin perempuan sebesar 57,2%. 40

6.2.3 Distribusi Proporsi Suku Bangsa Penderita DM

Distribusi proporsi penderita DM di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2004-2008 berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada gambar berikut:

(68)

Gambar 6.4 di atas menunjukkan bahwa proporsi penderita DM tertinggi adalah suku batak sebesar 50,2% dan yang terendah suku bangsa Tionghoa sebesar 2,0%.

Hal ini bukan berarti suku batak memiliki indikasi terhadap DM, namun hanya menunjukkan bahwa kunjungan penderita DM terbanyak adalah suku batak. Proporsi penderita DM lebih tinggi pada suku batak karena sudah merupakan penggabungan dari suku batak toba, karo, simalungun, mandailing, dan pakpak.

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita DM dan CFR Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan
Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2004-2008 Berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola pemberian makan dan status gizi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Kabupaten Samosir..

Penerapan good governance dalam pemerintahan desa akan berkaitan dengan hubungan antara kepala desa dengan kepala daerah, dalam kasus kepala desa dolok huluan, hubungan

Responden selalu mendengarkan dan peduli dengan kekawatiran yang di alami klien (62,5%).responden selalu memberikan motivasi dan dorongan semangat kepada klien (75%).responden

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Dijumpai hubungan level parameter hematologi rutin dengan outcome , dimana level hemoglobin, hematokrit dan LED memiliki hubungan terbalik yang signifikan.. terhadap skor

dengan Mikroorganisme Lokal Dalam Pakan terhadap Karkas Kelinci

Sri Hildayati: Sistem Akuntansi Penjualan pada CV... Sri Hildayati: Sistem Akuntansi Penjualan

topic:numbers and calculations with numbersGrades 10, 11 and 12 suggested teaching time: Grade 10: 4−5 weeksrecommended texts and/or resources: • Textbooks • “Basic Skills for