PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN
DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
ROHDO ULINA SIRAIT NIM : 050600147
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2009
Rohdo Ulina Sirait
Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Tahun 2009.
xi + 60 halaman
Penyakit mulut merupakan penyakit multifaktorial dimana banyak faktor
predisposisi yang dapat menyebabkannya seperti infeksi virus dan bakteri, defisiensi
nutrisi, defisiensi imun, perubahan hormonal, kebersihan rongga mulut dan penyakit
sistemik. Penelitian penyakit mulut pada anak dan remaja masih sangat kurang, dari
beberapa hasil penelitian yang ada, dilaporkan bahwa tidak sedikit anak dan remaja
yang mengalami penyakit jaringan lunak mulut. Masa remaja merupakan masa
dimana anak berusaha untuk memahami sesuatu dan berusaha untuk menjadi sesuatu.
Pada masa ini edukasi mengenai penyakit mulut sedini mungkin palingt baik
dilakukan dalam upaya menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya penyakit mulut pada anak usia
12-15 tahun di desa Ujung Rambung dan untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi, serta
untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak-anak di desa ini
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
dalam penelitian ini adalah 124 orang anak usia 12-15 tahun yang terdiri dari 67
orang anak perempuan dan 57 orang anak laki-laki. Pemeriksaan yang dilakukan
yaitu pemeriksaan kebersihan rongga mulut, penilaian status gizi dan pemeriksaan
ekstraoral dan intraoral. Subjek diarahkan mengisi kuesioner sebelum dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui identifikasi umum sampel dan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulutnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan penyakit mulut yang dialami 75 orang anak
(60,5%) di desa ini yaitu cheek bite (19,4%), bibir kering (14,5%), linea alba (13,7%),
lidah berfisur (13,7%), pigmentasi (10,5%), lesi traumatik (5,7%), atrofi papila (4%),
abses (3,2%), benjolan (2,4%), stomatitis (2,4%), lidah geografik (1,6%), lesi puti
(1,6%), dan vesikel (0,8%). Lokasi lesi yang paling banyak ditemukan yaitu pada
mukosa bukal (38,8%).
Dari hasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan rongga mulut anak
di desa ini memerlukan perhatian yang lebih dari tenaga kesehatan mengingat
rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka serta minimnya pengetahuan dan
sarana kesehatan gigi dan mulut di desa ini. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
penyuluhan mengenai kesahatan gigi dan mulut di desa ini dalam upaya preventif dan
kuratif sedini mungkin untuk menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari.
PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN
DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
ROHDO ULINA SIRAIT NIM : 050600147
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 29 September 2009
Pembimbing : Tanda Tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji
pada tanggal 29 September 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si
ANGGOTA : 1. Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga penulis yang sangat penulis cintai,
yaitu Bapak Pangihutan Sirait, Mama Hasmy Sipayung, Abang Pesta Bertin, dan
Adik Corry Permata, yang selalu memotivasi, mendukung, mendoakan, dan
memberikan kasih sayang dengan tulus kepada penulis selama ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D, Sp. Pros. (K) selaku Dekan
FKG USU.
2. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama
menjalani pendidikan di FKG USU dan selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut FKG USU serta dosen pembimbing skripsi atas waktu, tenaga, pikiran, dan
motivasi yang diberikan selama membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
3. Seluruf staf pengajar dan pegawai FKG USU, khususnya Departemen
4. Bapak Sunaryo selaku Kepala Desa Ujung Rambung, Bapak Ngadikun
selaku sekertaris Desa Ujung Rambung, kepala Dusun I sampai Dusun IX Desa
Ujung Rambung, Ibu Malina Simanjuntak, Kakak Asima Wahyuni Girsang, Kakak
Suheimi selaku Tim Bidan Desa atas pemberian izin, kemudahan, kerjasama, dan
segala bantuan yang diberikan selama berlangsungnya kegiatan.
5. Masyarakat Desa Ujung Rambung secara keseluruhan, terutama penulis
ucapkan terima kasih kepada anak remaja selaku sampel penelitian atas kerjasama
dan keikhlasan yang telah diberikan.
6. Seluruh guru-guru SD yang ada di Ujung Rambung dan SMP Negeri I
serta SMP Terbuka Pantai Cermin atas budi baik dan dukungan selama penelitian ini
berlangsung.
7. Keluarga besar Sirait dan Sipayung atas dukungan, motivasi, bantuan,
kasih sayang, dan doa yang diberikan kepada penulis selama ini. Donald Togi Tobing
atas segalanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Senior-senior yang telah banyak membantu dan memotivasi: Kak Dinar,
Kak Dewi, Kak Butek, Kak Citra, Bang Dedi, Kak Tini, Kak Yana, Kak Cici , Kak
Nina dan para senior yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima
kasi atas dukungan dan berbagai pengalaman yang telah dibagikan, semuanya itu
menjadi pelajaran yang tak terlupakan bagi penulis.
9. Teman-teman penulis yang juga telah banyak membantu dan memotivasi:
Puspa, Meynarley, si Gemes Iren, Enamia, Ain, Shally, Edak Carolin, Olin si Luna
Maya, Ferry, Andi, Selfi, Tomas, GG, Ina, Maslah, Bu Padita Sabrina, Srek Mawar,
Eva, Muktar dan teman-teman stambuk 2005 dan Adik-adik stambuk yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
10.Teman-teman yang terkasih dalam keluarga besar pelayanan KMKS:
Radis, Lisda, Hirjan, Imes, Arli, Irma L. H., Marihot, Nesa, Ten otto dan yang
lainnya mulai dari susuk 1 sampai dengan susuk 8. Terkhusus buat teman satu KTB
Bang Harles, Amd., Kak Naomi, SP., Kak Sofi, SP, , Priska, Amd., Lusi, Amd.,
Vinae, Spd, Dian, C.Spd, Sandrome C.S.Si, David N70, S.Si, dan Kristina Hutapea,
C.S.Sos., terima kasih buat dukungan dan kesetiaan dalam mendoakan satu dengan
yang lainnya. Tak lupa buat teman satu kost: Irwan, Imes, David, B’Hendro, Bik Tua.
11.Pihak-pihak lainnya yang tidak disebutkan dalam kesempatan ini. Mohon
maaf apabila terdapat segala kesalahan selama penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat ikut memberikan
sumbangan pemikiran yang berguna bagi perkembangan ilmu Kedokteran Gigi, dan
masyarakat. Kiranya Allah sumber kasih karunia selalu memberkati kita semua .
Medan, 29 September 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Permasalahan ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
2.4.2 Lesi Merah dan Putih ... 17
2.4.3 Kelainan pada Lidah... 19
2.4.4 Lesi Ulseratif... 22
KERANGKA TEORI... 24
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 25
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
3.2.1 Populasi Penelitian ... 25
3.2.2 Teknik Sampling dan Besar Sampel Penelitian ... 25
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian ... 27
3.3.1 Variabel Bebas ... 27
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Sosiodemografi Sampel di Desa Ujung Rambung ... 33
4.2 Karakteristik Sampel ... 35
4.3 Prevalensi Penyakit Mulut Anak Usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jumlah Penduduk Usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung ... 9
2 Penyakit Kandidosis Oral ... 17
3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia (Data Kantor Kepala Desa Ujung Rambung Tahun 2009) ... 26
4 Cara Pemberian Skor OHI-S Yang Terdiri Atas Skor Debris Dan Skor Kalkulus ... 29
5 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Baku Median WHO-NCHS ... 30
6 Distribusi Frekuensi Gambaran Sosiodemografi Sampel Di Desa Ujung Rambung Tahun 2009 ... 34
7 Tingkat Pengetahuan Dan Kebiasaan Merawat Rongga Mulut... 38
8 Prevalensi Penyakit Mulut Pada Anak Usia 12-15 Tahun ... 40
9 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Lokasi Lesi... 45
10 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Ada Tidaknya Penyakit Sistemik ... 46
11 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal ... 47
12 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada Anak Laki-Laki Usia 12-15 Tahun ... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Peta Geografi Kabupaten Serdang Bedagai ... 8
2. Herpes labialis ... 16
3 Kandidosis Pseudomembranosis pada penderita HIV ... 18
4 Keilitis angularis ... 18
5 Cheek Bite 11 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kebersihan Rongga ... 19
6 Lidah Berfisur ... 20
7 Lidah Geografik ... 21
8 Glossitis atrofic pada Penderita Anemia ... 22
9 Recurent apthous stomatiti Mayor ... 23
10 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin... 33
Mulut ... 35
12 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi ... 36
13 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
14 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Oral Hygiene ... 42
15 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Status Gizi ... 42
17 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Orang Tua ... 44
18 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Jumlah Lesi Dan Jenis
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2009
Rohdo Ulina Sirait
Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Tahun 2009.
xi + 60 halaman
Penyakit mulut merupakan penyakit multifaktorial dimana banyak faktor
predisposisi yang dapat menyebabkannya seperti infeksi virus dan bakteri, defisiensi
nutrisi, defisiensi imun, perubahan hormonal, kebersihan rongga mulut dan penyakit
sistemik. Penelitian penyakit mulut pada anak dan remaja masih sangat kurang, dari
beberapa hasil penelitian yang ada, dilaporkan bahwa tidak sedikit anak dan remaja
yang mengalami penyakit jaringan lunak mulut. Masa remaja merupakan masa
dimana anak berusaha untuk memahami sesuatu dan berusaha untuk menjadi sesuatu.
Pada masa ini edukasi mengenai penyakit mulut sedini mungkin palingt baik
dilakukan dalam upaya menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya penyakit mulut pada anak usia
12-15 tahun di desa Ujung Rambung dan untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi, serta
untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak-anak di desa ini
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
dalam penelitian ini adalah 124 orang anak usia 12-15 tahun yang terdiri dari 67
orang anak perempuan dan 57 orang anak laki-laki. Pemeriksaan yang dilakukan
yaitu pemeriksaan kebersihan rongga mulut, penilaian status gizi dan pemeriksaan
ekstraoral dan intraoral. Subjek diarahkan mengisi kuesioner sebelum dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui identifikasi umum sampel dan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulutnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan penyakit mulut yang dialami 75 orang anak
(60,5%) di desa ini yaitu cheek bite (19,4%), bibir kering (14,5%), linea alba (13,7%),
lidah berfisur (13,7%), pigmentasi (10,5%), lesi traumatik (5,7%), atrofi papila (4%),
abses (3,2%), benjolan (2,4%), stomatitis (2,4%), lidah geografik (1,6%), lesi puti
(1,6%), dan vesikel (0,8%). Lokasi lesi yang paling banyak ditemukan yaitu pada
mukosa bukal (38,8%).
Dari hasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan rongga mulut anak
di desa ini memerlukan perhatian yang lebih dari tenaga kesehatan mengingat
rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka serta minimnya pengetahuan dan
sarana kesehatan gigi dan mulut di desa ini. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
penyuluhan mengenai kesahatan gigi dan mulut di desa ini dalam upaya preventif dan
kuratif sedini mungkin untuk menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam organ tubuh dan rongga mulut
merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan
seseorang, karena rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan
kebutuhan untuk pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang
optimal.1 Nutrisi yang cukup serta asupan makanan yang bergizi merupakan kunci
utama bagi pertumbuhan anak yang optimal, namun adanya rasa sakit pada gigi dan
mulut menyebabkan menurunnya selera makan mereka. Apabila keadaan ini
dibiarkan terus-menerus, maka akan mengakibatkan anak kekurangan gizi yang
berdampak pada menurunnya kemampuan dan prestasi belajar yang berujung pada
hilangnya masa depan mereka.
Beberapa peneliti menyatakan penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit
yang paling banyak diderita masyarakat. Hasil studi morbiditas SKRT-SURKESNAS
2001 menunjukkan bahwa dari sepuluh kelompok penyakit terbanyak yang
dikeluhkan masyarakat Indonesia, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama
mencapai 60% dari jumlah penduduk secara keseluruhan, ini berarti lebih dari
separuh jumlah penduduk Indonesia pernah menderita penyakit gigi dan mulut. Hal
ini menunjukkan masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan
kesehatan rongga mulutnya.
2
2,5
Di Jakarta yang merupakan ibukota negara Republik
gusi, persentase tingginya angka penyakit gigi dan mulut tersebut diduga lebih parah
di daerah serta pada anak-anak dari golongan ekonomi menegah kebawah,2 hal ini
sejalan dengan pernyataan bahwa penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit
termahal keempat dalam pengobatan (The World Oral Health Report, 2003).3
Masalah gigi dan mulut memang tidak termasuk dalam daftar penyakit yang
mematikan. Kondisi inilah yang membuat sebagian masyarakat mengesampingka n
upaya mencegah bahkan juga mengobati penyakit gigi dan mulut, padahal berbagai
kelainan rongga mulut dapat merupakan manifestasi suatu penyakit sistemik seperti
diabetes, penyakit jantung koroner, kelainan darah, defisisensi nutrisi, AIDS, dan
bahkan kelainan yang mengarah kepada keganasan (kanker).1-4 Selain itu, infeksi di
rongga mulut juga dapat menjadi sumber infeksi bagi organ tubuh lainnya yang
disebut fokal infeksi seperti pneumonia dan penyakit saluran pencernaan.3 Pada
penderita defisiensi nutrisi, pemeriksaan rongga mulut dapat memberikan informasi
yang cepat dan vital tentang keadaan gizi pasien. Keilitis angularis merupakan
manifestasi oral yang paling sering dijumpai pada penderita kurang gizi, umumnya
terjadi pada anak-anak yang masih muda usia dekade pertama dan kedua kehidupan.
Bila masalah ini tidak segera ditangani, maka efek yang ditimbulkannya tidak hanya
di sekitar rongga mulut saja, tetapi dapat berimbas kepada kesehatan secara umum
dan bahkan fungsi mentalnya.
Sekolah maupun keluarga merupakan lingkungan terdekat anak yang sejak
dini harus mendidik anak untuk disiplin memperhatikan kebersihan dan kesehatan
rongga mulutnya, sebab pada usia belialah upaya edukasi dan pencegahan terhadap
penyakit lebih efektif dilakukan. Walaupun program UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
yang di dalamnya terkandung PKG (Pendidikan Kesehatan Gigi) sebagian besar
sudah dimiliki sekolah-sekolah di Indonesia, namun kegiatan ini belum dapat
dilaksanakan secara optimal, hal ini terkait dengan keterbatasan fasilitas serta
kurangnya pengetahuan dari pihak sekolah.
Menurut beberapa peneliti, penelitian lesi mukosa mulut pada anak-anak
maupun remaja smasig sangat kurang dibandingkan dengan penelitian lesi mukosa
mulut pada orang dewasa, padahal penyakit mulut dapat mengganggu fungsi rongga
mulut sebagai pintu gerbang masuknya makanan untuk keperluan pertumbuhan dan
juga dapat merupakan manifestasi oral dari penyakit sistemik tertentu.
2
1,7-8
Shulman
dalam penelitiannya pada 10.030 anak dan remaja usia 2-17 tahun, 914 orang
diantaranya memiliki total 976 lesi. Daerah-daerah yang paling banyak dijumpai lesi
yaitu bibir (30,7 %), dorsum lidah (14,7 %), dan mukosa bukal (13,6 %). Prevalensi
terjadinya lesi mukosa mulut lebih banyak pada laki-laki (11,76 %) dibandingkan
dengan perempuan (8,67 %). Lesi yang paling umum terjadi yaitu cheek bite (1,89
%), apthous stomatitis (1,64 %), recurrent herpes labialis (1,42 %), dan geographic
tongue (1,05 %).8 Pada penelitian Parlak mengenai prevalensi lesi rongga mulut dan
hubungannya dengan anemia terhadap 260 orang anak usia 13-16 tahun di Turky,
diperoleh hasil yaitu lesi rongga mulut yang umum terjadi adalah angular chelitis 9
%, linea alba 5,3 %, aphthous ulceration 3,6 % dengan kesimpulan bahwa hanya
angular cheilitis yang memiliki pengaruh signifikan terhadap terjadinya anemia.9 M’
del Rosario melakukan penelitian untuk menentukan epidemiologi penyakit mulut
yang terjadi di kalangan anak-anak. Pada penelitian ini Rosario mengumpulkan
internasional, kemudian dilihat lesi apa saja yang paling dominan terjadi pada
anak-anak. Dari hasil penelitiannya, Rosario menemukan beberapa lesi jaringan mulut
yang sering terjadi yaitu recuren apthous stomatitis (0,9-10,8%), fissured tongue
(1,49-23%), traumatic injury (0,09-22,15%), oral candidiasis (0.01-37%), herpes
labialis (0,78-5,2%) dan geographic tongue (0,60-9,8%).10
Penelitian Nurmala dan Wilda tahun 2007 mengenai kesehatan gigi dan mulut
pada 742 murid sekolah di delapan kecamatan di kota Medan, diperoleh hasil bahwa
kelainan rongga mulut yang umum diderita yaitu abses 3,0%, lesi ulser 2,8%,
kandidiasis 1,9%, lesi merah dan lesi putih serta benjolan ditemukan 2,3%. Dari hasil
pemeriksaan lainnya diperoleh skor rata-rata tingkat kebersihan rongga mulut mereka
yaitu 1,3-1,33, skor ini menunjukkan kebersihan rongga mulut anak dalam tingkat
sedang dan berpeluang besar mengarah ke tingkat yang lebih buruk mengingat
45,40% anak tidak menyikat gigi, 43,80% orang tua mereka yang kadang-kadang dan
bahakan tidak pernah memotivasi anak untuk menyikat gigi, dan 16,76% anak yang
hanya membiarkan dan tidak mengobati penyakit gigi.11
Dari hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa anak usia sekolah yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan tidak terlepas dari kelainan rongga mulut dan
kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut yang kurang, padahal tenaga dan
fasilitas kesehatan lebih banyak tersedia di kota dibanding dengan daerah pedesaan.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kondisi kesehatan rongga mulut terkhusus
anak usia sekolah yang bertempat tinggal di daerah pedesaan, apakah lebih buruk atau
Pada kesempatan kali ini penulis akan melakukan penelitian mengenai
prevalensi penyakit mulut pada anak-anak usia 12-15 tahun di desa Ujung Rambung
yang merupakan desa binaan Universitas Sumatera Utara. Desa Ujung Rambung
terletak di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini memiliki
sembilan dusun dengan jumlah penduduk 3.012 jiwa dengan 621 KK, yang terdiri
dari 1.599 laki-laki dan 1.413 perempuan. Sarana pendidikan yang tersedia di desa ini
terdiri dari 2 SD/MI Negeri, 1 SD/MI Swasta, 1 SLTP/MTs Swasta. Berdasarkan
survei lapangan, mata pencaharian masyarakat desa ini berada pada sektor pertanian,
sektor perkebunan/perladangan, sektor peternakan, industri kecil hingga sedang, dan
sektor jasa. Tenaga kesehatan yang terdapat di desa ini hanya tiga orang bidan desa
dan tidak terdapat fasilitas kesehatan seperti posyandu, polindes, praktek dokter
umum, terlebih lagi praktek dokter gigi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dimana
tidak sedikit anak-anak yang menderita penyakit mulut dan adanya manifestasi oral
12
Dengan kondisi daerah seperti yang telah dipaparkan di atas, dimana tenaga
kesehatan yang kurang serta fasilitas kesehatan yang tergolong minim, kemungkinan
untuk megalami masalah kesehatan rongga mulut terkhusus pada anak dan remaja di
desa tersebut dapat lebih besar bila dibandingkan dengan anak dan remaja yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan dimana fasilitas dan tenaga kesehatan lebih
banyak tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan preventif dan kuratif sedini
mungkin untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut anak di desa ini.
penyakit sistemik serta bahaya penyakit mulut apabila tidak ditanggulangi sedini
mungkin, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
- Apakah ada penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung
Rambung?
- Berapakah prevalensi penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di
Desa Ujung Rambung?
- Bagaimanakah jenis, dan lokasi lesi mukosa mulut pada anak usia 12-15
tahun di Desa Ujung Rambung?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui apakah ada penyakit mulut pada anak usia 12-15
tahun di Desa Ujung Rambung.
- Untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak usia 12-15
tahun di desa ujung Rambung.
- Untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi-lesi mukosa mulut pada anak
usia12-15 tahun di Desa Ujung Rambung.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui prevalensi penyakit mulut yang terdapat pada anak-anak
usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung, maka diharapkan:
- Dapat digunakan sebagai data awal bagi peningkatan kesehatan rongga
- Dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya dalam
menunjang kesehatan rongga mulut pada anak-anak secara keseluruhan di Desa ujung
Rambung..
- Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi program
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut secara khusus di kalangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desa Ujung Rambung
Desa ujung rambung merupakan desa binaan Pepsodent-FKG USU dengan
luas desa 3,28 km2, jumlah penduduk 3.012 jiwa dengan jumlah anak laki-laki 487
orang dan anak perempuan 454 orang. Desa ini berjarak ± 40 km dari kota Medan,
terdiri dari sembilan dusun dan rata-rata mata pencaharian masyarakatnya bergerak
dalam sektor pertanian, perkebunan/ perladangan, industri kecil dan sedang serta
sektor jasa.
Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK USIA 12-15 TAHUN DI DESA UJUNG
RAMBUNG
No
12
Dusun Jumlah KK Usia 12 Usia 13 Usia 14 Usia 15
1 Dusun I 35 1 1 1 2
2 Dusun II 39 0 5 5 1
3 Dusun III 39 3 4 4 3
4 Dusum IV 47 6 5 5 2
5 Dusun V 119 5 6 4 8
6 Dusun VI 213 12 10 13 8
7 Dusun VII 47 4 5 2 4
8 Dusun VIII 38 2 4 7 5
9 Dusun IX 44 2 6 7 9
JUMLAH 621 35 46 48 51
2.2 Defenisi Remaja dan Penyakit Mulut
Masa remaja merupakan masa dimana gelombang kehidupan sudah mencapai
puncaknya. Pada masa ini remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya dan
sebaik-baiknya untuk mengalami hal-hal yang baru serta menemukan sumber-sumber
baru dari kekuatan-kekuatan, bakat-bakat serta kemampuan yang ada di dalam
dirinya. Masa remaja awal dimulai pada usia 12-15 tahun, pada masa inilah individu
akan berjuang untuk tumbuh dan menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti
dan makna dari segala sesuatu yang ada.13
Usia 12 tahun merupakan salah satu indeks umur yang dianjurkan WHO
dalam melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut, dimana pada usia ini
mudah dijangkau sebelum anak-anak meninggalkan sekolah. Usia 12 tahun juga
merupakan awal dimana anak memasuki masa remaja, pada masa ini anak akan mulai
mengalami perubahan-perubahan hormonal yang merupakan salah satu faktor etiologi
terjadinya kelainan di rongga mulut.14
Penyakit mulut dapat didefenisikan sebagai suatu bidang dalam kedokteran
gigi yang berpusat pada diagnosa dan terapi dari penyakit mukosa mulut
(stomatologi), termasuk didalamnya diagnosa dan terapi dari keluhan mulut lainnya
yang mungkin merefleksikan penyakit mulut setempat atau manifestasi penyakit
sistemik di rongga mulut, atau fase-fase dari praktek dokter gigi yang khususnya
memusatkan perawatan gigi pada pasien yang memiliki resiko secara fisiologis.15
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Parlak, Tomar, Shulman dan
juga penelitian M Del Rosario pada anak-anak muali dari usia 2 sampai dengan 17
tahun, terdapat beberapa penyakit mulut yang umum dijumpai pada anak-anak,
diantaranya cheek bite, recurent apthous stomatitis, herpes labialis, geographic
tongue, angular cheilitis, dan oral candidiasis.7-9 Terjadinya penyakit-penyakit
tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti adanya
infeksi, penyakit-penyakit sistemik, trauma yang berkepanjangan, dan lain-lain.4
2.3 Etiologi Penyakit Mulut
Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyakit yang dijumpai di rongga mulut
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa faktor
2.3.1 Infeksi
Berbagai jenis flora normal terdapat di dalam rongga mulut yang membentuk
mikroflora oral komensial. Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri,
mikroplasma, jamur, dan protozoa, yang keseluruhannya dapat menimbulkan infeksi
oportunistik simtomatik tergantung pada faktor-faktor lokal atau daya pertahanan
tubuh pejamu yang rendah infek.4 Beberapa penyakit mulut yang dapat terjadi akibat
infeksi yaitu Keilitis angularis yang disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan
Candida albicans, kandidiasis akibat infeksi jamur yang didominasi golongan
Candida albicans, serta herpes labialis dan gingivostomatitis herpetika primer yang
terjadi akibat infeksi virus herpes simpleks tipe1 dan 2, apabila terjadi kontak
mukokutan langsung dari sekresi-sekresi yang terinfeksi virus ini maka penularan
infeksi dapat terjadi.4,6,16
2.3.2 Trauma
Penyebab traumatik dari ulserasi rongga mulut bisa berupa trauma fisik atau
kimiawi. Kerusakan fisik pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh permukaan
tajam, seperti tepi-tepi protesa, peralatan ortodontik, kebiasaan mengigit pipi, atau
gigi yang fraktur. Trauma kimiawi pada mukosa mulut biasanya dikarenakan tablet
aspirin atau krim sakit gigi yang diletakkan pada gigi-gigi yang sakit.
2.3.3 Hormonal
4
Perubahan hormon seks terkhusus pada masa remaja dapat menimbulkan
perubahan-perubahan mukosa mulut. Pada fase luteal siklus menstruasi wanita, ketika
manifestasi oral seperti RAS (Recurent Apthous stomatitis), herpes labialis, dan
infeksi Candida. Peningkatan mikroorganisme tetentu seperti Provotella intermedia
dan spesies Capnocytophaga juga dapat ditemukan pada masa pubertas.
Meningkatnya kolonisasi bakteri ini menyebabkan gingivitis dan tingginya tendensi
perdarahan gingiva.
2.3.4 Kelainan Darah
17,18
Telah lama diketahui bahwa gejala-gejala oral merupakan indikasi awal
terjadinya kelainan hematologis maupun defisiensi nutrisi. Lesi-lesi oral yang sering
dijumpai pada keadaan ini adalah keilitis angularis, glossitis dan ulserasi oral.4
a) Anemia
Anemia defisiensi zat besi diperkirakan 8% terjadi pada wanita usia subur,
sedangkan anemia pernisiosa lebih sering terjadi pada lansia dengan kelainan
pencernaan kususnya penyerapan vitamin B12.4 Manifestasi intraoral dari anemia
paling menonjol pada lidah. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan
papila-papila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papila-papila berakibat permukaan
lidah tampak licin, kering dan mengkilat (disebut bald tongue). Pada tahap akhir lidah
tampak seperti daging merah dan terdapat apthae oral. Manifestasi oral yang lain
dari anemia mencakup keilitis angularis, ulserasi apthosa dan erosi mukosa.
Pada penderita leukemia, terjadi infiltrasi sel leukosit ke dalam lapisan
retikular mukosa mulut dan kelenjar limfe serta menurunya mekanisme pertahanan
tubuh dan kadar trombosit di dalam darah, keadaan ini menyebabkan terjadinya
16
manifestasi oral dari penyakit leukemia di rongga mulut.4 Manifestasi oral yang dapat
terlihat pada penderita leukemia yaitu gingivitis, dimana gingiva mengalami
pembengkakan di daerah margin gingiva. Selain itu, penurunan mekanisme
pertahanan tubuh pada penderita leukemia menyebabkan infeksi rentan terjadi
terutama infeksi dari jamur Candida albicans.
2.3.5 Defisiensi Imun
19
Pertahanan terhadap kolonisasi mikrobial merupakan salah satu dari fungsi
sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, suatu kerusakan pada sistem ini akan
berakibat pada timbulnya infeksi. Hal ini digambarkan secara jelas oleh infeksi
oportunistik yang timbul dalam mulut penderita AIDS. Jumlah Candida albicans
dalam saliva bertambah pada penderita HIV. Kandidosis oral sering merupakan gejala
awal dari infeksi HIV dan dapat dibedakan menjadi empat bentuk:
Pseudomembranosis, eritematus (atrofik), hiperplastik, dan keilitis angularis.4
Infeksi virus yang terjadi pada penderita HIV yaitu virus Epstein-Barr yang
menyebabkan hairy leukoplakia dan virus HSV I yang menyebabkan penyakit herpes
simpleks. Infeksi HSV I terlihat pada bibir sebagai herpes labialis dan herpes intraoral
yang bersifat kambuhan, lebih sering menetap sehingga terlihat lebih parah
dibandingkan herpes simpleks pada orang yang tidak mengidap penyakit AIDS.
2.3.6 Tembakau
16
Tembakau adalah faktor resiko utama terjadinya kanker rongga mulut dan
faring.Indonesia menempati urutan ketiga jumlah perokok terbanyak yang mencapai
Oleh karena itu, edukasi bahaya rokok terhadap kesehatan perlu diberikan sedini
mungkin.20 mmmm
mmm Secara histologi, karakteristik dari kanker rongga mulut akibat tembakau
adalah adanya hiperkeratinisasi dan vakuolisasi epitel, akantosis, dan proliferasi
sel-sel inflamatori. Penyakit mulut yang sering terjadi akibat penggunaan tembakau
terutama melalui kebiasaan merokok yaitu stomatitis nikotina dan keratosis rokok.
Kelainan ini umumnya mengenai orang dewasa dan jarang pada usia muda.16,21
2.3.7 Defisiensi Nutrisi
Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya
yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada
masalah gizi saat dewasa, mengingat di Indonesi persentase populasi remaja
mencapai 21% dari total populasi penduduk yaitu sekitar 44 juta jiwa (BPS, 2003).
Masalah gizi pada remaja masih terabaikan karena banyaknya faktor yang belum
diketahui (WHO,2003). Oleh karena itu, dokter gigi sebagai tenaga kesehatan harus
mampu ambil bagian dalam upaya menurunkan angka gizi buruk dikemudian hari
dengan melakukan pemeriksaan mulut yang dapat memberikan informasi cepat dan
vital tentang keadaan gizi seseorang.6,22
Manifestasi oral yang sering ditemukan pada penderita kurang gizi antara lain
keilitis angularis, cheilosis, glossitis dan RAS. Kekurangan gizi yang menimbulkan
manifestasi oral tersebut dapat dikarenakan kekurangan vitamin B2, riboflavin,
2.3.8 Tingkat Ekonomi Keluarga
Angka penyakit gigi dan mulut diduga lebih tinggi di daerah serta pada anak
dari golongan ekonomi menengah kebawah.2 Hal ini sesuai dengan pernyataan The
World Oral Health Report (2003), bahwa perawatan penyakit gigi dan mulut
menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan.3 Selain itu,
kekurangan gizi yang merupakan salah satu penyebab penyakit di rongga mulut,
sering dialami masyarakat terutama di negara sedang berkembang.
2.3.9 Tingkat Pendidikan Orang Tua
6
Tingkat pengetahuan seseorang sering dikaitkan dengan perilaku kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan penilaian
tentang kesehatan akan lebih baik, sehingga berpengaruh pada prilakunya untuk
hidup sehat yang berdampak pada penurunan resiko terkena suatu penyakit
dikemudian hari.3,23 Keluarga maupun sekolah merupakan lingkungan terdekat anak
untuk memberi dukungan optimal dalam upaya mencegah bahkan juga mengobati
penyakit gigi dan mulut.
2.3.10 Oral Hygiene 2
Oral Hygiene (kebersihan rongga mulut) merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit mulut. Dari hasil penelitian tahun 2008 di Iranian, dilaporkan bahwa adanya
hubungan antara kebersihan rongga mulut yang buruk dengan lesi pada lidah.24 Selain
itu, kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat meningkatkan peluang
2.4 Gambaran Klinis Penyakit Mulut 2.4.1Lesi Vesikulobulosa
Herpes Labialis
Kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi di rongga mulut yaitu virus
Herpes simpleks tipe-I, Herpes simpleks tipe-II, Varicella zoster, virus Epstein-Barr
dan Sitomegalovirus. Pada infeksi herpes simpleks secara khas menimbulkan herpes
labialis. Gejala-gejala yang timbul diawali perasaan menusuk atau perasaan terbakar
pada satu tempat di bibir. Dalam 24 jam timbul vesikel yang akan pecah dalam waktu
48 jam dan akan menimbulkan erosi epitel dengan batas jelas berwarna merah,
selanjutnya akan menjadi keropeng dan sembuh dalam beberapa waktu. Faktor
predisposisi yang dapat menimbulkan herpes labialis pada individu yang rentan
adalah sinar matahari, trauma, stres, demam, haid, dan imunosupresi. Selain daerah
bibir, palatum keras dan sulkus bukal bawah merupakan daerah yang sering terserang
infeksi virus ini.4,16
2.4.2Lesi Merah dan Putih
Kandidosis Oral
Merupakan infeksi jamur pada mukosa mulut maupun lidah yang biasanya
disebabkan oleh Candida albicans . Infeksi ini meningkat pada penderita HIV,
terlihat adanya plak putih pada mukosa mulut dan lidah, berwarna merah, diikut i
sensasi terbakar ataupun rasa sakit di daerah setempat. Pada lidah terjadi perubahan
pengecapan, sensitif terhadap makanan yang pedas sehingga menyebabkan penurunan
nafsu makan.
Tabel 2. PENYAKIT KANDIDOSIS ORAL
Penyakit lahir dan 10% pada lansia yang lemah. Paling banyak ditemukan pada penderita HIV
Tidak ada predileksi ras atau jenis kelamin
Kandidosis Atrofik Akut Sering pada penderita HIV
Penggunaan antibiotik steroid spektrum luas, Kandidosis Atrofik
Kronis
Gambar 3. Kandidosis Pseudomembranosis pada penderita HIV 27
Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan inflamasi pada salah satu atau kedua sudut
mulut. Penyakit ini disebabkan oleh Streptokokus aureus dan Candida albicans,
secara klinis keilitis angularis tampak merah dan pecah-pecah, dengan tepi lesi yang
kurang merah dari pada daerah tengahnya. Keropeng dan nodula-nodula
granulomatosa kecoklatan dapat menyertainya. Keilitis angularis dapat mengenai
penderita penyakit imunologis (penurunan daya tahan tubuh), defisiensi nutrisi, dan
penyakit haemopoetik (kelainan darah).
Gambar 4. Keilitis angularis
4,16
Cheek Bite
Gambaran klinis dari cheek bite yaitu adanya abrasi traumatik dari permukaan
epitel mukosa mulut serta plak keputih-putihan dengan dasar berwarna merah. Cheek
bite biasanya terjadi pada mukosa labial dan mukosa bukal dekat garis oklusal. Lesi
ini tidak berpotensi mengarah kepada keganasan. Terjadinya lesi ini sering
dihubungkan dengan kecemasan, sindroma premenstruasi, dan parafungsional
mandibula.
Gambar 5. Cheek Bite
29
2.4.3 Kelainan pada Lidah
30
Kesehatan lidah mampu mencerminkan kesehatan rongga mulut dan
kesehatan umum seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti yang
mengatakan bahwa lidah merupakan indikator kesehatan seseorang secara umum,
karena ditemukan adanya hubungan antara lesi pada lidah dengan penyakit sisemik
seperti lidah geografik pada penderita stres emosional, alergi, dan defisiensi nutrisi,
Lidah Berfisur
Lidah berfisur adalah variasi dari anatomi lidah normal yang bersifat jinak,
terdiri atas satu fisura garis tengah, fisura ganda atau fisura multipel pada permukaan
dorsal dari dua pertiga anterior lidah. Pola dan panjang fisur bermacam-macam dan
penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada pendapat mengatakan
bertambah banyak seiring bertambahnya usia. Lidah berfisur mengenai 1-5%
penduduk, umumnya terjadi pada sindrom Down dan sindrom Melkerson-Rosenthal.
Fisur tersebut dapat terkena radang sekunder dan menyebabkan halitosis sebagai
akibat dari penumpukan makanan.16
Gambar 6. Lidah Berfisur
Lidah geografik adalah suatu peradangan jinak yang disebabkan oleh
pengelupasan keratin superfisial dan papila-papila filiformis. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi diperkirakan karena stres emosional, alergi, defisiensi nutrisi dan
faktor herediter. Lidah geografik ditandai adanya bercak-bercak gundul dari papila
filiformis, berwarna merah muda sampai merah, dapat tunggal atau multipel yang
dibatasi ataupun tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang timbul. Dapat juga disertai 32
peradangan merah di tepi lesinya dan disertai perasaan sakit. Lesi terus menerus
berubah pola dan berpindah dari suatu daerah ke daerah lain.
Gambar 7. Lidah Geografik
16
32
Glossitis Atrofic
Merupakan radang pada lidah yang sering dialami penderita anemia. Dorsum
lidah pada awalnya tampak pucat dengan papila-papila filiformis yang rata. Atrofi
yang berlanjut dari papila mengakibatkan suatu permukaan tanpa papila-papila, yang
tampak licin, kering dan mengkilat. Pada tahap akhir tampak lidah seperti daging atau
merah padam dan terasa sakit apabila terkena minuman maupun makanan yang panas
Gambar 8. Glossitis atrofic pada Penderita Anemia 33
2.4.4 Lesi Ulseratif
RAS (Recurent apthous stomatitis)
Para ahli berpendapat bahwa lesi ini timbul bukan hanya sebagai penyakit
tunggal, melainkan manifestasi klinis dari penyakit lain. 4,14,15
Keluhan awal sebelum terjadinya lesi yaitu rasa terbakar dan diikuti nyeri
setempat di sekitar muko sa mulut selama 2-48 jam sebelum munculnya ulser. Selama
masa prodormal ini terjadi suatu daerah kemerahan setempat dan dalam beberapa jam
terbentuk papula putih yang secara berangsur-angsur menjadi ulser dan membesar
dalam waktu 48-72 jam. Lesi yang terbentuk umumnya dangkal, bulat, simetris dan
tidak ada koyakan jaringan. Besar lesi bisa mencapai 2-5 mm, kadang-kadang ulkus
tampak dalam kelompok-kelompok, tetapi biasanya kurang dari 5 terjadi sekaligus.
Gambar 9. Recurent apthous stomatitis
KERANGKA KONSEP
Hormonal Defisiensi
METODE PENELITIAN BAB III
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross
sectional.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin.
3.2.2 Teknik Sampling dan Besar Sampel Penelitian
Berdasarkan jumlah penduduk usia 12-15 tahun di desa ujung rambung, maka
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara Quota sampling yaitu
dengan cara menetapkan jumlah sampel yang diperlukan, kemudian jumlah inilah
yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan dari populasi
yang ada. Jumlah populasi diketahui dari data jumlah penduduk melalui kepala
Tabel 3. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA (DATA KANTOR
KEPALA DESA UJUNG RAMBUNG TAHUN 2009)
Usia Jumlah (jiwa)
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus oleh Soekidjo
Notoadmojo (2005).
Dimana : d = Penyimpangan terhadap populasi/ derajat ketepatan yang
diingginkan, biasanya 0,05 atau 0,001
Jumlah sampel yang didapat adalah 124,1. Maka jumlah sampel yang akan
diambil pada penelitian ini adalah 124 orang.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas : 1. Anak usia 12-15 tahun 2. Jenis Kelamin
3.3.2 Variabel Terikat : Lesi-lesi mukosa oral : 1. Herpes labialis
2. Kandidosis Oral
3. Keilitis angularis
4. Cheek bite
5. Lidah geografik
6. Lidah berfisur
7. Glossitis atrofic
8. RAS
3.3.3 Variabel Tidak Terkendali: 1. Tingkat pendidikan orang tua 2. Tingkat penghasilan orang tua
3. Penyakit sistemik yang diderita
4. Oral Hygiene
5. Status gizi
3.4 Defenisi Operasional
a. Kandidosis Oral adalah plak berwarna putih, tidak melekat, dapat dilepas
dengan mudah dan meninggalkan mukosa berwarna merah dibawahnya. Kadang-kadang
b. Keilitis angularis adalah radang pada salah satu maupun kedua sudut mulut,
terlihat pecah-pecah dengan tepi lesi yang kurang merah dari pada daerah tengahnya,
dapat juga disertai keropeng-keropeng di sekitar sudut mulut.14
c. Herpes labialis adalah kumpulan kelompok-kelompok vesikel kecil yang
timbul disekitar bibir, bila sudah pecah membentuk ulkus kuning-kecoklatan, sedikit
cekung, mempunyai lingkaran merah yang jelas dan terasa sakit.14
e. Glossitis atrofic adalah permukaan dorsal lidah yangi licin, kering dan
mengkilat karena berkurangnya jumlah papila.14
f. RAS adalah ulkus oval, dangkal, berwarna kekuningan dengan diameter 2-5
mm dengan tepi lesi eritematous yang mencolok dan tidak ada pembentukan
vesikel.14
h. Cheek bite adalah lesi mukosa pipi dapat unilateral maupun bilateral.
Berupa plak atau lipatan-lipatan putih sedikit menimbul, pada cedera menetap terjadi
eritema dan ulserasi.14
i. Lidah Berfisur adalah fisur yang dapat berupa fisura garis tengah, fisura
ganda atau fisura multipel dengan berbagai kedalaman yang terdapat pada permukaan
dorsal dari dua pertiga anterior lidah.14
j. Lidah geografik adalah bercak-bercak gundul berwarna merah muda sampai
merah pada permukaan dorsal lidah, tunggal atau multipel yang dibatasi atau tidak
dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul.14
l. Jenis kelamin dalam penelitian yaitu laki-laki dan perempuan.
k. Usia 12-15 tahun adalah anak yang memiliki tahun kelahiran mulai tahun
m.Tingkat penghasilan orang tua yaitu rata-rata penghasilan orang tua setiap
bulan.
n. Tingkat pendidikan orang tua yaitu tingkat pendidikan terakhir orang tua
anak.
o. Penyakit sistemik yaitu penyakit yang memiliki manifestasi oral yang
sedang diderta anak.
p. Oral Hygiene yaitu kebersihan rongga mulut. Pemeriksaan dilakukan pada
gigi indeks saja. (gigi 16, 11, 26, 31 dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36
dan 46 permukaan lingualnya)
6 1 6
6 1 6
Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan skor debris dan kalkulus.
Masing-masing skor dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Total skor
OHI diperoleh dari penjumlahan skor debris dan kalkulus, skor 0-1,2 dikategorikan
baik, 1,3-3,0 sedang dan 3,1-6 buruk.3
Tabel 4. CARA PEMBERIAN SKOR OHI-S YANG TERDIRI ATAS SKOR
DEBRIS DAN SKOR KALKULUS
Kriteria skor untuk indeks debris
3
Kriteria skor untuk indeks kalkulus
0 = Tidak dijumpai stein 0 = Tidak dijumpai kalkulus
1= Debris menutupi <1/3 permukaan gigi atau adanya stein (bercak) ekstrinsik tanpa debris dengan
tidak memperhitungkan perluasannya.
1= Kalkulus supragingiva menutupi >1/3permukaan gigi.
<2/3 permukaan gigi. 1/3 tetapi <2/3 permukaan gigi atau flek kalkulus subgingival mengelilingi serviks gigi.
3 = Debris menutupi >2/3 permuka an gigi.
3= Kalkulus supra gingiva menutupi >2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingival mengelilingi Serviks gigi.
q. Status gizi dihitung berdasarkan kriteria Baku Median WHO-NCHS yaitu
tabel berat badan/umur (BB/U).
Tabel 5. PENILAIAN STATUS GIZI BERDASARKAN BAKU MEDIAN
WHO-NCHS
Status Gizi
36
BB/U
Gizi Lebih > 120%
Gizi Baik 80% - 120%
Gizi Sedang 70% - 79,9%
Gizi Kurang 60% - 69.9%
Gizi Buruk < 60%
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin.
Status Gizi Penyakit sistemik
3.6 Sarana penelitian 3.6.1 Alat Penelitian
- Kaca Mulut - Senter
- Sonde - Timbangan
- Pipet tetes - Baskom
3.6.2 Bahan Penelitian
3.8 Cara Pengumpulan Data
Pasien diarahkan untuk mengisi lembar kuesioner guna mengetahui
identifikasi umum dan tingkat pengetahuan serta kebiasaan merawat kebersihan
rongga mulut. Kemudian untuk mengetahui kondisi klinis pasien, peneliti malakukan
anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien yang meliputi pengukuran berat badan,
pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Pemeriksaan ekstraoral dilakukan dengan
memeriksa bentuk wajah, kelenjar limfa, bibir dan sirkum oral, sedangkan
pemeriksaan intraoral dilakukan dengan bantuan dua kaca mulut untuk melihat
mukosa labial, mukosa bukal, gingiva, palatum durum, palatum mole, lidah dan dasar
mulut. Kemudian dicatat lesi yang terjadi sesuai dengna lokasi lesi terutama
lesi-lesi yang menjadi target penelitian.
3.9 Pengolahan Data
Pengolahan data dan tabulasi dilakukan dengan bantuan komputer
menggunakan program excel.
3.10 Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian ditabulasikan dan analisa data
dilakukan dengan cara perhitungan persentase penyakit mulut berdasarkan jenis
kelamin, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, kebersihan rongga mulut, dan
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Sosiodemografi Sampel di Desa Ujung Rambung
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 124 anak usia 12-15 tahun, dimana
sampel terbanyak berdasarkan umur ialah kelompok umur 14 tahun yaitu 37 orang
(29,8%). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak menjadi subjek
penelitian yaitu 67 orang (54%) (Gambar 10). Hanya satu (0,8%) orang tua dari
sampel penelitian yang memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi, selebihnya
kebanyakan dari orang tua mereka memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu 50
orang (40,3%). Mayoritas penghasilan orang tua sampel setiap bulannya adalah
kurang dari Rp1.000.000,- (53,2%) dan hanya lima orang tua yang memiliki
penghasilan diatas Rp2.000.000,- setiap bulan (4%). (Tabel 6)
Gambar 10. DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN
JENIS KELAMIN
DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
Tabel 6. DISTRIBUSI FREKUENSI GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SAMPEL
DI DESA UJUNG RAMBUNG TAHUN 2009
Kriteria n
3. Tingkat pendidikan terakhir orang tua
- SD
4. Penghasilan orang tua
- < Rp1.000.000,-
- Rp1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,-
- Rp1.500.000,- s/d Rp2.000.000,-
4.2 Karakteristik Sampel
Karakteristik subjek penelitian diketahui dari pengisian
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner yang meliputi pengetahuan dan kebiasaan merawat
kesehatan rongga mulut serta beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan kebersihan
rongga mulut (higyene oral) dan penilaian status gizi. Pada pemeriksaan tingkat
kebersihan rongga mulut, kebanyakan subjek memiliki kondisi rongga mulut dengan
kategori buruk yaitu sejumlah 73 orang (58,9%), sedangkan kategori sedang sejumlah
47 orang (37,9%) dan kategori baik 4 orang (3,2%) (Gambar 11). Berbeda dengan
penilaian status gizi, mayoritas status gizi subjek dikategorikan gizi baik yaitu
sejumlah 94 orang (75,8%), sedangkan gizi lebih sejumlah 15 orang (12,1%), gizi
sedang 11 orang (8,9%), dan gizi dengan kategori kurang yaitu sejumlah 4 orang
(3,2%). (Gambar 12)
Gambar 11 . DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN TINGKAT KEBERSIHAN
RONGGA MULUT
DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN
INDEKS ORAL HIGIENE
Baik
Sedang
Gambar 12. DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS GIZI
Tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulut,
diketahui dari pengisian beberapa pertanyaan pada lembar kuesioner. Hampir seluruh
anak menyatakan bahwa merawat rongga mulut itu penting yaitu 123 orang (99,2%)
dan satu orang (0,8%) menyatakan tidak tahu. Walaupun demikian, masih dijumpai
subjek yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi dan
mulut yaitu sejumlah 59 orang (50,8%) sedangkan yang pernah sejumlah 65 orang
(52,4%). Kebanyakan dari subjek mendapatkan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
gigi dan mulut dari sekolah yaitu 50 orang (76,9%) selebihnya dari puskesmas
sejumlah 7 orang (10,8%), balai desa dan televisi sebanyak 7 orang (10,8%), dan
Praktik bidan 1 orang (1,5%).
Pengalaman subjek dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut terbilang
minim yaitu hanya 15 orang (12,1%) yang pernah mendapatkan perawatan gigi dan
mulut, selebihnya 130 orang (87,9%) tidak pernah. Jenis perawatan kesehatan gigi
DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS GIZI
Lebih Baik Sedang
dan mulut tersebut antara lain pencabutan sejumlah 10 orang (66,7%), penambalan 2
orang (13,3%) dan yang lainnya seperti pengobatan sejumlah 3 orang (20%).
Kebanyakan subjek membersihkan rongga mulutnya dengan cara menyikat
gigi dua kali sehari atau lebih yaitu sejumlah 100 orang (80,7%), selebihnya 19 orang
(15,3%) hanya satu kali sehari, dan 5 orang (4,0%) yang tidak setiap hari
membersihkan rongga mulutnya. Subjek yang mengetahui cara lain membersihkan
rongga mulut selain menyikat gigi ada sejumlah 31 orang (25%) yang tidak tahu
sebanyak 93 orang (75%). Cara lain membersihkan rongga mulut yang subjek ketahui
diantaranya berkumur dengan obat kumur sebanyak 14 orang (45,2%), menggunakan
benang gigi sebanyak 5 orang (16,1%) dan yang lainnya seperti dengan abu, permen
karet, kumur air garam, lalang, makan tebu sebanyak 12 orang (38,7%).
Untuk pengetahuan mengenai penyakit mulut, subjek yang menyatakan
sariawan merupakan penyakit mulut sebanyak 105 orang (84,7%) dan 19 orang
meyatakan tidak (15,3%). Subjek yang mengetahui adanya hubungan penyakit mulut
dengan kondisi sistemik seperti kurang gizi, kelainan darah dan sakit gula ada
sejumlah 18 orang (14,5%) dan 106 orang (85,5%) menyatakan tidak tahu. Dari
semua subjek yang diteliti, 10 orang (8,1%) subjek sudah merokok dan 74 orang
Tabel 7. TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MERAWAT RONGGA
MULUT
Tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat rongga mulut Jumlah (orang)
%
Anggapan merawat rongga mulut:
a. Penting
Pengalaman mendapat penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi
dan mulut:
Mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dari:
a. Sekolah
b. Puskesmas
c. Praktik bidan, dokter gigi dan dokter umum
d. Lain-lain (balai desa, televisi)
50
Pengalaman mendapat perawatan dokter gigi:
a. Pernah
Jenis perawatan yang diterima:
a. Pencabutan gigi
Kebiasaan menyikat gigi dalam sehari:
a. Tidak setiap hari (kadang-kadang)
b. 1 kali
mulut:
Cara lain untuk menjaga kebersihan rongga mulut selain
menyikat gigi:
a. Berkumur dengan obat kumur
b. Menggunakan benang gigi
c. Lain-lain (permen karet, abu, lalang, kumur air garam,
makan tebu)
Apakah sariawan merupakan penyakit mulut:
a. Ya
Pengetahuan mengenai hubungan penyakit mulut dengan
kelainan sistemik:
Bahaya merokok terhadap kesehatan rongga mulut:
a. Tahu
4.3 Prevalensi Penyakit Mulut Anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung
Total jumlah lesi mukosa mulut yang dijumpai pada 124 orang anak yaitu
sebanyak 116 lesi. Lesi-lesi tersebut antara lain cheek bite dialami sebanyak 24 orang
(19,4%), bibir kering dan pecah-pecah 18 orang (14,5%), linea alba 17 orang
(13,7%), lidah berfisur 17 orang (13,7%), pigmentasi 13 orang (10,5%), lesi
3 orang (2,4%), benjolan 3 orang (2,4%), lidah geografik 2 orang (1,6%), lesi putih 2
orang (1,6%), dan vesikel sebanyak 1 orang (0,8%). (Tabel 8)
Tabe 8. PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN
Penyakit Mulut Jumlah (orang)
% Lokasi
Cheek bite 24 19,4 Mukosa bukal
Bibir kering 18 14,5 Bibir
Linea alba 17 13,7 Mukosa bukal
Lidah berfisur 17 13,7 Permukaan dorsal lidah
Pigmentasi 13 10,5 Bibir, mukosa labial, mukosa bukal,
permukaan dorsal lidah
Lesi traumatik 7 5,7 Gingiva, mukosa labial, mukosa bukal,
permukaan lateral lidah
Atrofi papila 5 4 Pemukaan dorsal lidah, permukaan
lateral lidah, 1/3 anterior lidah
Abses 4 3,2 Gingiva, palatum
Benjolan 3 2,4 Gingiva, mukosa bukal, mukosa labial
Stomatitis 3 2,4 Mukosa labial, mukosa bukal,
permukaan dorsal lidah
Lidah geografik 2 1,6 Permukaan dorsal lidah
Lesi putih 2 1,6 Mukosa bukal, dasar mulut
4.4 Distribusi Penyakit Mulut Pada Anak Usia 12-15 tahun Di Desa Ujung Rambung
Dari hasil pemeriksaan, dijumpai penderita penyakit mulut sebanyak 45 orang
(36,3%) pada anak perempuan dan 30 orang pada anak laki-laki (24,2%) dengan
jumlah lesi sebanyak 62 lesi (53,5%) pada perempuan dan 54 lesi (45,6%) pada
laki-laki. (Gambar 13)
Gambar 13. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JENIS
KELAMIN
Berdasarkan tingkat kebersihan rongga mulut, penyakit mulut paling banyak
dijumpai yaitu pada skor OHI dengan kategori buruk yaitu 65 lesi (56%), sedangkan
pada OHI sedang 46 lesi (39,7%), dan OHI yang baik 5 lesi (4,3%). (Gambar 14)
DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Laki-laki
Gambar 14. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN ORAL
HYGIENE
Pada pemeriksaan status gizi, jumlah lesi yang paling banyak dijumpai yaitu
pada kategori gizi baik sebanyak 80 lesi (69%), kemudian 23 lesi (19,8%) pada gizi
lebih, 9 lesi (7,8%) pada gizi sedang, dan 4 lesi pada gizi kurang (3,4%). (Gambar 15)
Gambar 15. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN STATUS GIZI
DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN STATUS GIZI
Lebih
Baik
Sedang
Kurang
Buruk DISTRIBUSII PENYAKIT MULUT BERDASARKAN
ORAL HYGIENE
Baik
Sedang
Berdasarkan tingkat pendidikan orang tua, lesi terbanyak dijumpai pada
tingkat pendidikan SD yaitu 52 lesi (44,8%), kemudian 41 lesi (35,3%) dijumpai pada
pendidikan SMP, 22 lesi (19%) pada pendidikan SMU, dan 1 lesi (0,9%) pada
pendidikan Perguruan Tinggi. (Gambar 16)
Gambar 16. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT
PENDIDIKAN ORANG TUA
Berdasarkan tingkat penghasilan orang tua, lesi mukosa mulut paling banyak
dijumpai pada penghasilan kurang dari Rp1.000.000,-, yaitu 62 lesi (53,5%),
selanjutnya 41 lesi (35,3%) pada penghasilan Rp1.000.000,- s/d Rp1.500.000,-, 8 lesi
(6,9%) pada penghasilan Rp.1.500.000,- s/d Rp.2000.000,-, dan 5 lesi (4,3%)
ditemukan pada penghasilan lebih dari Rp2.000.000,- setiap bulan. (Gambar 17)
DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA
SD
SMP
SMU
Gambar 17. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT
PENGHASILAN ORANG TUA
Distribusi penyakit mulut berdasarkan jumlah lesi dan jenis kelamin dari 124
anak yang diperiksa, anak yang memiliki 1 lesi sebesar 42,7% pada perempuan dan
18,7% pada laki-laki, yang memiliki 2 lesi sebesar 14,7% pada perempuan dan 13,3%
pada laki-laki, yang memiliki 3 lesi sebesar 1,3% pada perempuan dan 5,3% pada
laki, yang memiliki 4 lesi tidak ditemukan pada perempuan dan 2,7% pada
laki-laki, dan yang memiliki 5 lesi sebesar 1,3% pada perempuan dan tidak ditemukan
pada laki-laki. (Gambar 18)
DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA
<Rp1.000.000,-
Rp1.000.000,- s/dRp1.500.000,-
Rp1.500.000,- s/dRp2.000.000,-
Gambar 18. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JUMLAH LESI
DAN JENIS KELAMIN
Berdasarkan lokasi lesi, 38,8% penyakit mulut dijumpai pada mukosa bukal,
31% di lidah, 17,2% di bibir, 6,9% di gingiva, 5,2% di mukosa labial, 1,7% di
palatum durum dan 0,9% di dasar mulut. (Tabel 9)
Tabel 9. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN LOKASI LESI
Lokasi Lesi Jumlah (%)
DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JUMLAH LESI DAN JENIS KELAMIN
Perempuan
Distribusi penyakit mulut berdasarkan ada tidaknya penyakit sistemik, dari 75
orang anak yang menderita penyakit mulut terdapat 14,7% yang mengalami penyakit
sistemik, sedangkan yang tidak mengalami penyakit sistemik sebanyak 85,3%.
( Tabel 10).
Tabel 10. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN ADA
TIDAKNYAPENYAKIT SISTEMIK
Penyakit sistemik Jumlah (orang)
Penyakit mulut (orang)
%
Ada 13 11 14,7
Tidak 111 64 85,3
Distribusi penyakit mulut berdasarkan lokasi tempat tinggal, penyakit mulut
terbanyak dijumpai di dusun 6 yaitu 21,3% dan dusun 5 yaitu 20%, selebihnya
penyakit mulut ditemukan di dusun 1 sebanyak 5,3%, dusun 2 sebanyak 4%, dusun 3
sebanyak 9,3%, dusun 4 sebanyak 8%, dusun 7 sebanyak 12% dusun 8 sebanyak
Tabel 11. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN LOKASI
TEMPAT TINGGAL
Dusun Jumlah (orang)
%
1 4 5,3
2 3 4
3 7 9,3
4 6 8
5 15 20
6 16 21,3
7 9 12
8 7 9,3
9 8 10,7
TOTAL 75 100
Distribusi penyakit mulut berdasarkan kebiasaan merokok pada anak laki-laki,
dari 30 orang anak laki-laki yang menderita penyakit mulut 20% anak sudah merokok
Tabe 12. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN KEBIASAAN
MEROKOK PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 12-15 TAHUN
Merokok Jumlah
(orang)
Penyakit mulut (orang)
%
Ia 10 6 20
Tidak 47 24 80
Distribusi penyakit mulut berdasarkan menstruasi pada anak perempuan, dari
45 anak perempuan yang menderita penyakit mulut 17,8% sedang menstruasi dan
82,2% tidak sedang menstruasi. (Tabel 13)
Tabe 13. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN MENSTRUASI
PADA ANAK PEREMPUAN USIA 12-15 TAHUN
Sedang menstruasi Jumlah (orang)
Penyakit mulut (orang)
%
Ia 12 8 17,8
BAB 5 PEMBAHASAN
Desa Ujung Rambung terletak di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai, terdiri atas 3.012 jiwa dengan jumlah 621 KK. Desa ini berjarak 5,1
km dari ibukota kecamatan Pantai Cermin dengan luas daerah 3,41 km2
Dari hasil penilaian status gizi, kebanyakan subjek memiliki status gizi yang
baik. Kondisi ini juga tercermin dari rendahnya angka penyakit mulut yang dialami . Sarana
kesehatan yang tersedia di desa ini hanya praktek bidan, sedangkan posyandu,
polindes, praktek dokter terlebih dokter gigi tidak tersedia. Minimnya fasilitas
kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut, memberikan potensi yang besar bagi
tingginya angka penyakit gigi dan mulut di desa ini. Dari 124 anak remaja yang
diperiksa pada penelitian ini, 58,37% memiliki skor OHI buruk. Ini berarti lebih dari
separuh jumlah sampel secara keseluruhan memiliki kondisi rongga mulut yang
buruk, padahal dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada subjek, hampir seluruhnya
menjawab bahwa merawat rongga mulut itu penting yaitu 99,2% dan kebanyakan dari
mereka membersihkan rongga mulutnya dua kali dalam sehari yaitu 80,7%.
Rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut ini mungkin dikarenakan subjek kurang
mengetahui bagaimana merawat rongga mulut dengan benar, sehingga perlu tenaga
kesehatan yang mampu memberikan pendidikan mengenai cara merawat rongga
mulut dengan benar maupun melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya di
desa ini mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan rongga mulut serta
subjek khususnya yang berkaitan dengan status gizi yaitu atrofi papila (4,03%),
stomatitis (2,42%), dan lidah geografik (1,61%). Walaupuan dikategorikan rendah,
angka penyakit mulut yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi suatu saat bisa saja
meningkat mengingat kebanyakan dari orang tua subjek hanya memiliki pendidikan
terakhir SD. Rendahnya tingkat pendidikan memungkinkan orang tua subjek tidak
mengetahui asupan nutrisi yang baik bagi keluarganya, apalagi adanya manifestasi
oral dari difisiensi nutrisi. Meskipun penghasilan rata-rata orang tua subjek tergolong
rendah, bukan berarti mereka tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
keluarga mengingat mayoritas masyaraka Ujung Rambung adalah petani. Yang
menjadi permasalahannya adalah, apakah mereka mengetahui sumber-sumber asupan
nutrisi yang dibutuhkan agar anggota keluarganya memiliki gizi yang baik tanpa
harus mengeluarkan biaya yang mahal. Untuk itu, perlu dilakukan penyuluhan
mengenai efek yang ditimbulkan dari defisiensi nutrisi di rongga mulut sebagai pintu
utama masuknya makanan dan pengaruhnya bagi organ tubuh secara keseluruhan,
serta berbagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan sumber-sumber yang dapat mereka
peroleh tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal.
Penelitian penyakit mulut di kalangan anak dan remaja pada saat ini masih
sangat kurang. Dari beberapa hasil penelitian, penyakit mulut yang umum dijumpai
pada anak dan remaja diantaranya adalah cheek bite, recurent apthous stomatitis,
herpes labialis, lidah geografik, keilitis angularis, dan kandidiasis oral. Pada
penelitian ini penyakit mulut yang paling banyak dijumpai yaitu cheek bite sebanyak
19,4% dari 124 anak remaja yang diperiksa. Hal ini sesuai dengan penelitian
lainnya seperti M Del Rosario dan Parlak menyatakan bahwa penyakit mulut yang
paling banyak dijumpai pada anak dan remaja yaitu kandidiasis (37%) dan keilitis
angularis (9%). Cheek bite termasuk lesi traumatik yang disebabkan tergigitnya
mukosa bukal. Keadaan ini sering dihubungkan dengan adanya sindroma
premenstruasi (PMS), stres dan kecemasan. Stres sering dialami para remaja, menurut
Hall masa remaja disebut juga masa ”strom & stress” (badai dan tekanan) dimana
tekanan emosi meningkat sebagai akibat perubahan fisik dan hormonal.37 Untuk
mengetahui adanya hubungan antara tingginya tingkat stres pada remaja dengan
terjadinya Cheek bite, maka diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
Penyakit mulut terbanyak kedua yang dijumpai pada penelitian ini adalah
bibir kering dan pecah-pecah sebanyak 14,5%. Etiologi terjadinya penyakit ini bisa
karena radiasi sinar matahari yang berlebihan, infeksi Candida albicans, stres, dan
adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam mulut yang disebut dengan
sepsis oral. Kebersihan ronggga mulut yang buruk seperti dialami kebanyakan subjek
dapat menjadi pemicu utama terjadinya lesi ini, apalagi bila subjek memiliki
kebiasaan buruk yaitu menjilat-jilat bibirnya yang kering, maka tanpa disadari
kandida mendapat jalan masuk ke lapisan-lapisan permukaan dari epitel bibir
sehingga memperlambat proses penyembuhan.16 Penyakit mulut lainnya yang
berhubungan dengan kebiasaan buruk pada anak remaja di desa ini adalah linea alba
(13,7%). Line alba merupakan lesi yang terjadi akibat gesekan gigi geligi pada daerah
oklusal, dapat merupakan tanda dari kebiasaan bruksisme yang dialami oleh orang