• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara Tahun 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara Tahun 2009."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN

DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ROHDO ULINA SIRAIT NIM : 050600147

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2009

Rohdo Ulina Sirait

Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung

Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara

Tahun 2009.

xi + 60 halaman

Penyakit mulut merupakan penyakit multifaktorial dimana banyak faktor

predisposisi yang dapat menyebabkannya seperti infeksi virus dan bakteri, defisiensi

nutrisi, defisiensi imun, perubahan hormonal, kebersihan rongga mulut dan penyakit

sistemik. Penelitian penyakit mulut pada anak dan remaja masih sangat kurang, dari

beberapa hasil penelitian yang ada, dilaporkan bahwa tidak sedikit anak dan remaja

yang mengalami penyakit jaringan lunak mulut. Masa remaja merupakan masa

dimana anak berusaha untuk memahami sesuatu dan berusaha untuk menjadi sesuatu.

Pada masa ini edukasi mengenai penyakit mulut sedini mungkin palingt baik

dilakukan dalam upaya menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya penyakit mulut pada anak usia

12-15 tahun di desa Ujung Rambung dan untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi, serta

untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak-anak di desa ini

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan

(3)

dalam penelitian ini adalah 124 orang anak usia 12-15 tahun yang terdiri dari 67

orang anak perempuan dan 57 orang anak laki-laki. Pemeriksaan yang dilakukan

yaitu pemeriksaan kebersihan rongga mulut, penilaian status gizi dan pemeriksaan

ekstraoral dan intraoral. Subjek diarahkan mengisi kuesioner sebelum dilakukan

pemeriksaan untuk mengetahui identifikasi umum sampel dan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan penyakit mulut yang dialami 75 orang anak

(60,5%) di desa ini yaitu cheek bite (19,4%), bibir kering (14,5%), linea alba (13,7%),

lidah berfisur (13,7%), pigmentasi (10,5%), lesi traumatik (5,7%), atrofi papila (4%),

abses (3,2%), benjolan (2,4%), stomatitis (2,4%), lidah geografik (1,6%), lesi puti

(1,6%), dan vesikel (0,8%). Lokasi lesi yang paling banyak ditemukan yaitu pada

mukosa bukal (38,8%).

Dari hasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan rongga mulut anak

di desa ini memerlukan perhatian yang lebih dari tenaga kesehatan mengingat

rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka serta minimnya pengetahuan dan

sarana kesehatan gigi dan mulut di desa ini. Oleh karena itu, diperlukan tindakan

penyuluhan mengenai kesahatan gigi dan mulut di desa ini dalam upaya preventif dan

kuratif sedini mungkin untuk menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari.

(4)

PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN

DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ROHDO ULINA SIRAIT NIM : 050600147

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 29 September 2009

Pembimbing : Tanda Tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji

pada tanggal 29 September 2009

TIM PENGUJI

KETUA : Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si

ANGGOTA : 1. Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga penulis yang sangat penulis cintai,

yaitu Bapak Pangihutan Sirait, Mama Hasmy Sipayung, Abang Pesta Bertin, dan

Adik Corry Permata, yang selalu memotivasi, mendukung, mendoakan, dan

memberikan kasih sayang dengan tulus kepada penulis selama ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan

penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D, Sp. Pros. (K) selaku Dekan

FKG USU.

2. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama

menjalani pendidikan di FKG USU dan selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit

Mulut FKG USU serta dosen pembimbing skripsi atas waktu, tenaga, pikiran, dan

motivasi yang diberikan selama membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

3. Seluruf staf pengajar dan pegawai FKG USU, khususnya Departemen

(8)

4. Bapak Sunaryo selaku Kepala Desa Ujung Rambung, Bapak Ngadikun

selaku sekertaris Desa Ujung Rambung, kepala Dusun I sampai Dusun IX Desa

Ujung Rambung, Ibu Malina Simanjuntak, Kakak Asima Wahyuni Girsang, Kakak

Suheimi selaku Tim Bidan Desa atas pemberian izin, kemudahan, kerjasama, dan

segala bantuan yang diberikan selama berlangsungnya kegiatan.

5. Masyarakat Desa Ujung Rambung secara keseluruhan, terutama penulis

ucapkan terima kasih kepada anak remaja selaku sampel penelitian atas kerjasama

dan keikhlasan yang telah diberikan.

6. Seluruh guru-guru SD yang ada di Ujung Rambung dan SMP Negeri I

serta SMP Terbuka Pantai Cermin atas budi baik dan dukungan selama penelitian ini

berlangsung.

7. Keluarga besar Sirait dan Sipayung atas dukungan, motivasi, bantuan,

kasih sayang, dan doa yang diberikan kepada penulis selama ini. Donald Togi Tobing

atas segalanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Senior-senior yang telah banyak membantu dan memotivasi: Kak Dinar,

Kak Dewi, Kak Butek, Kak Citra, Bang Dedi, Kak Tini, Kak Yana, Kak Cici , Kak

Nina dan para senior yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima

kasi atas dukungan dan berbagai pengalaman yang telah dibagikan, semuanya itu

menjadi pelajaran yang tak terlupakan bagi penulis.

9. Teman-teman penulis yang juga telah banyak membantu dan memotivasi:

Puspa, Meynarley, si Gemes Iren, Enamia, Ain, Shally, Edak Carolin, Olin si Luna

Maya, Ferry, Andi, Selfi, Tomas, GG, Ina, Maslah, Bu Padita Sabrina, Srek Mawar,

(9)

Eva, Muktar dan teman-teman stambuk 2005 dan Adik-adik stambuk yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

10.Teman-teman yang terkasih dalam keluarga besar pelayanan KMKS:

Radis, Lisda, Hirjan, Imes, Arli, Irma L. H., Marihot, Nesa, Ten otto dan yang

lainnya mulai dari susuk 1 sampai dengan susuk 8. Terkhusus buat teman satu KTB

Bang Harles, Amd., Kak Naomi, SP., Kak Sofi, SP, , Priska, Amd., Lusi, Amd.,

Vinae, Spd, Dian, C.Spd, Sandrome C.S.Si, David N70, S.Si, dan Kristina Hutapea,

C.S.Sos., terima kasih buat dukungan dan kesetiaan dalam mendoakan satu dengan

yang lainnya. Tak lupa buat teman satu kost: Irwan, Imes, David, B’Hendro, Bik Tua.

11.Pihak-pihak lainnya yang tidak disebutkan dalam kesempatan ini. Mohon

maaf apabila terdapat segala kesalahan selama penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat ikut memberikan

sumbangan pemikiran yang berguna bagi perkembangan ilmu Kedokteran Gigi, dan

masyarakat. Kiranya Allah sumber kasih karunia selalu memberkati kita semua .

Medan, 29 September 2009

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

(11)

2.4.2 Lesi Merah dan Putih ... 17

2.4.3 Kelainan pada Lidah... 19

2.4.4 Lesi Ulseratif... 22

KERANGKA TEORI... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.2.1 Populasi Penelitian ... 25

3.2.2 Teknik Sampling dan Besar Sampel Penelitian ... 25

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

3.3.1 Variabel Bebas ... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Sosiodemografi Sampel di Desa Ujung Rambung ... 33

4.2 Karakteristik Sampel ... 35

4.3 Prevalensi Penyakit Mulut Anak Usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung ... 39

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Penduduk Usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung ... 9

2 Penyakit Kandidosis Oral ... 17

3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia (Data Kantor Kepala Desa Ujung Rambung Tahun 2009) ... 26

4 Cara Pemberian Skor OHI-S Yang Terdiri Atas Skor Debris Dan Skor Kalkulus ... 29

5 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Baku Median WHO-NCHS ... 30

6 Distribusi Frekuensi Gambaran Sosiodemografi Sampel Di Desa Ujung Rambung Tahun 2009 ... 34

7 Tingkat Pengetahuan Dan Kebiasaan Merawat Rongga Mulut... 38

8 Prevalensi Penyakit Mulut Pada Anak Usia 12-15 Tahun ... 40

9 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Lokasi Lesi... 45

10 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Ada Tidaknya Penyakit Sistemik ... 46

11 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal ... 47

12 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada Anak Laki-Laki Usia 12-15 Tahun ... 48

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Peta Geografi Kabupaten Serdang Bedagai ... 8

2. Herpes labialis ... 16

3 Kandidosis Pseudomembranosis pada penderita HIV ... 18

4 Keilitis angularis ... 18

5 Cheek Bite 11 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kebersihan Rongga ... 19

6 Lidah Berfisur ... 20

7 Lidah Geografik ... 21

8 Glossitis atrofic pada Penderita Anemia ... 22

9 Recurent apthous stomatiti Mayor ... 23

10 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin... 33

Mulut ... 35

12 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi ... 36

13 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

14 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Oral Hygiene ... 42

15 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Status Gizi ... 42

(14)

17 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Orang Tua ... 44

18 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Jumlah Lesi Dan Jenis

(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2009

Rohdo Ulina Sirait

Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung

Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara

Tahun 2009.

xi + 60 halaman

Penyakit mulut merupakan penyakit multifaktorial dimana banyak faktor

predisposisi yang dapat menyebabkannya seperti infeksi virus dan bakteri, defisiensi

nutrisi, defisiensi imun, perubahan hormonal, kebersihan rongga mulut dan penyakit

sistemik. Penelitian penyakit mulut pada anak dan remaja masih sangat kurang, dari

beberapa hasil penelitian yang ada, dilaporkan bahwa tidak sedikit anak dan remaja

yang mengalami penyakit jaringan lunak mulut. Masa remaja merupakan masa

dimana anak berusaha untuk memahami sesuatu dan berusaha untuk menjadi sesuatu.

Pada masa ini edukasi mengenai penyakit mulut sedini mungkin palingt baik

dilakukan dalam upaya menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya penyakit mulut pada anak usia

12-15 tahun di desa Ujung Rambung dan untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi, serta

untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak-anak di desa ini

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan

(16)

dalam penelitian ini adalah 124 orang anak usia 12-15 tahun yang terdiri dari 67

orang anak perempuan dan 57 orang anak laki-laki. Pemeriksaan yang dilakukan

yaitu pemeriksaan kebersihan rongga mulut, penilaian status gizi dan pemeriksaan

ekstraoral dan intraoral. Subjek diarahkan mengisi kuesioner sebelum dilakukan

pemeriksaan untuk mengetahui identifikasi umum sampel dan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan penyakit mulut yang dialami 75 orang anak

(60,5%) di desa ini yaitu cheek bite (19,4%), bibir kering (14,5%), linea alba (13,7%),

lidah berfisur (13,7%), pigmentasi (10,5%), lesi traumatik (5,7%), atrofi papila (4%),

abses (3,2%), benjolan (2,4%), stomatitis (2,4%), lidah geografik (1,6%), lesi puti

(1,6%), dan vesikel (0,8%). Lokasi lesi yang paling banyak ditemukan yaitu pada

mukosa bukal (38,8%).

Dari hasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan rongga mulut anak

di desa ini memerlukan perhatian yang lebih dari tenaga kesehatan mengingat

rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka serta minimnya pengetahuan dan

sarana kesehatan gigi dan mulut di desa ini. Oleh karena itu, diperlukan tindakan

penyuluhan mengenai kesahatan gigi dan mulut di desa ini dalam upaya preventif dan

kuratif sedini mungkin untuk menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam organ tubuh dan rongga mulut

merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan

seseorang, karena rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan

kebutuhan untuk pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang

optimal.1 Nutrisi yang cukup serta asupan makanan yang bergizi merupakan kunci

utama bagi pertumbuhan anak yang optimal, namun adanya rasa sakit pada gigi dan

mulut menyebabkan menurunnya selera makan mereka. Apabila keadaan ini

dibiarkan terus-menerus, maka akan mengakibatkan anak kekurangan gizi yang

berdampak pada menurunnya kemampuan dan prestasi belajar yang berujung pada

hilangnya masa depan mereka.

Beberapa peneliti menyatakan penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit

yang paling banyak diderita masyarakat. Hasil studi morbiditas SKRT-SURKESNAS

2001 menunjukkan bahwa dari sepuluh kelompok penyakit terbanyak yang

dikeluhkan masyarakat Indonesia, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama

mencapai 60% dari jumlah penduduk secara keseluruhan, ini berarti lebih dari

separuh jumlah penduduk Indonesia pernah menderita penyakit gigi dan mulut. Hal

ini menunjukkan masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan

kesehatan rongga mulutnya.

2

2,5

Di Jakarta yang merupakan ibukota negara Republik

(18)

gusi, persentase tingginya angka penyakit gigi dan mulut tersebut diduga lebih parah

di daerah serta pada anak-anak dari golongan ekonomi menegah kebawah,2 hal ini

sejalan dengan pernyataan bahwa penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit

termahal keempat dalam pengobatan (The World Oral Health Report, 2003).3

Masalah gigi dan mulut memang tidak termasuk dalam daftar penyakit yang

mematikan. Kondisi inilah yang membuat sebagian masyarakat mengesampingka n

upaya mencegah bahkan juga mengobati penyakit gigi dan mulut, padahal berbagai

kelainan rongga mulut dapat merupakan manifestasi suatu penyakit sistemik seperti

diabetes, penyakit jantung koroner, kelainan darah, defisisensi nutrisi, AIDS, dan

bahkan kelainan yang mengarah kepada keganasan (kanker).1-4 Selain itu, infeksi di

rongga mulut juga dapat menjadi sumber infeksi bagi organ tubuh lainnya yang

disebut fokal infeksi seperti pneumonia dan penyakit saluran pencernaan.3 Pada

penderita defisiensi nutrisi, pemeriksaan rongga mulut dapat memberikan informasi

yang cepat dan vital tentang keadaan gizi pasien. Keilitis angularis merupakan

manifestasi oral yang paling sering dijumpai pada penderita kurang gizi, umumnya

terjadi pada anak-anak yang masih muda usia dekade pertama dan kedua kehidupan.

Bila masalah ini tidak segera ditangani, maka efek yang ditimbulkannya tidak hanya

di sekitar rongga mulut saja, tetapi dapat berimbas kepada kesehatan secara umum

dan bahkan fungsi mentalnya.

Sekolah maupun keluarga merupakan lingkungan terdekat anak yang sejak

dini harus mendidik anak untuk disiplin memperhatikan kebersihan dan kesehatan

rongga mulutnya, sebab pada usia belialah upaya edukasi dan pencegahan terhadap

penyakit lebih efektif dilakukan. Walaupun program UKS (Unit Kesehatan Sekolah)

(19)

yang di dalamnya terkandung PKG (Pendidikan Kesehatan Gigi) sebagian besar

sudah dimiliki sekolah-sekolah di Indonesia, namun kegiatan ini belum dapat

dilaksanakan secara optimal, hal ini terkait dengan keterbatasan fasilitas serta

kurangnya pengetahuan dari pihak sekolah.

Menurut beberapa peneliti, penelitian lesi mukosa mulut pada anak-anak

maupun remaja smasig sangat kurang dibandingkan dengan penelitian lesi mukosa

mulut pada orang dewasa, padahal penyakit mulut dapat mengganggu fungsi rongga

mulut sebagai pintu gerbang masuknya makanan untuk keperluan pertumbuhan dan

juga dapat merupakan manifestasi oral dari penyakit sistemik tertentu.

2

1,7-8

Shulman

dalam penelitiannya pada 10.030 anak dan remaja usia 2-17 tahun, 914 orang

diantaranya memiliki total 976 lesi. Daerah-daerah yang paling banyak dijumpai lesi

yaitu bibir (30,7 %), dorsum lidah (14,7 %), dan mukosa bukal (13,6 %). Prevalensi

terjadinya lesi mukosa mulut lebih banyak pada laki-laki (11,76 %) dibandingkan

dengan perempuan (8,67 %). Lesi yang paling umum terjadi yaitu cheek bite (1,89

%), apthous stomatitis (1,64 %), recurrent herpes labialis (1,42 %), dan geographic

tongue (1,05 %).8 Pada penelitian Parlak mengenai prevalensi lesi rongga mulut dan

hubungannya dengan anemia terhadap 260 orang anak usia 13-16 tahun di Turky,

diperoleh hasil yaitu lesi rongga mulut yang umum terjadi adalah angular chelitis 9

%, linea alba 5,3 %, aphthous ulceration 3,6 % dengan kesimpulan bahwa hanya

angular cheilitis yang memiliki pengaruh signifikan terhadap terjadinya anemia.9 M’

del Rosario melakukan penelitian untuk menentukan epidemiologi penyakit mulut

yang terjadi di kalangan anak-anak. Pada penelitian ini Rosario mengumpulkan

(20)

internasional, kemudian dilihat lesi apa saja yang paling dominan terjadi pada

anak-anak. Dari hasil penelitiannya, Rosario menemukan beberapa lesi jaringan mulut

yang sering terjadi yaitu recuren apthous stomatitis (0,9-10,8%), fissured tongue

(1,49-23%), traumatic injury (0,09-22,15%), oral candidiasis (0.01-37%), herpes

labialis (0,78-5,2%) dan geographic tongue (0,60-9,8%).10

Penelitian Nurmala dan Wilda tahun 2007 mengenai kesehatan gigi dan mulut

pada 742 murid sekolah di delapan kecamatan di kota Medan, diperoleh hasil bahwa

kelainan rongga mulut yang umum diderita yaitu abses 3,0%, lesi ulser 2,8%,

kandidiasis 1,9%, lesi merah dan lesi putih serta benjolan ditemukan 2,3%. Dari hasil

pemeriksaan lainnya diperoleh skor rata-rata tingkat kebersihan rongga mulut mereka

yaitu 1,3-1,33, skor ini menunjukkan kebersihan rongga mulut anak dalam tingkat

sedang dan berpeluang besar mengarah ke tingkat yang lebih buruk mengingat

45,40% anak tidak menyikat gigi, 43,80% orang tua mereka yang kadang-kadang dan

bahakan tidak pernah memotivasi anak untuk menyikat gigi, dan 16,76% anak yang

hanya membiarkan dan tidak mengobati penyakit gigi.11

Dari hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa anak usia sekolah yang

bertempat tinggal di daerah perkotaan tidak terlepas dari kelainan rongga mulut dan

kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut yang kurang, padahal tenaga dan

fasilitas kesehatan lebih banyak tersedia di kota dibanding dengan daerah pedesaan.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kondisi kesehatan rongga mulut terkhusus

anak usia sekolah yang bertempat tinggal di daerah pedesaan, apakah lebih buruk atau

(21)

Pada kesempatan kali ini penulis akan melakukan penelitian mengenai

prevalensi penyakit mulut pada anak-anak usia 12-15 tahun di desa Ujung Rambung

yang merupakan desa binaan Universitas Sumatera Utara. Desa Ujung Rambung

terletak di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini memiliki

sembilan dusun dengan jumlah penduduk 3.012 jiwa dengan 621 KK, yang terdiri

dari 1.599 laki-laki dan 1.413 perempuan. Sarana pendidikan yang tersedia di desa ini

terdiri dari 2 SD/MI Negeri, 1 SD/MI Swasta, 1 SLTP/MTs Swasta. Berdasarkan

survei lapangan, mata pencaharian masyarakat desa ini berada pada sektor pertanian,

sektor perkebunan/perladangan, sektor peternakan, industri kecil hingga sedang, dan

sektor jasa. Tenaga kesehatan yang terdapat di desa ini hanya tiga orang bidan desa

dan tidak terdapat fasilitas kesehatan seperti posyandu, polindes, praktek dokter

umum, terlebih lagi praktek dokter gigi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dimana

tidak sedikit anak-anak yang menderita penyakit mulut dan adanya manifestasi oral

12

Dengan kondisi daerah seperti yang telah dipaparkan di atas, dimana tenaga

kesehatan yang kurang serta fasilitas kesehatan yang tergolong minim, kemungkinan

untuk megalami masalah kesehatan rongga mulut terkhusus pada anak dan remaja di

desa tersebut dapat lebih besar bila dibandingkan dengan anak dan remaja yang

bertempat tinggal di daerah perkotaan dimana fasilitas dan tenaga kesehatan lebih

banyak tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan preventif dan kuratif sedini

mungkin untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut anak di desa ini.

(22)

penyakit sistemik serta bahaya penyakit mulut apabila tidak ditanggulangi sedini

mungkin, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

- Apakah ada penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung

Rambung?

- Berapakah prevalensi penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di

Desa Ujung Rambung?

- Bagaimanakah jenis, dan lokasi lesi mukosa mulut pada anak usia 12-15

tahun di Desa Ujung Rambung?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Untuk mengetahui apakah ada penyakit mulut pada anak usia 12-15

tahun di Desa Ujung Rambung.

- Untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak usia 12-15

tahun di desa ujung Rambung.

- Untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi-lesi mukosa mulut pada anak

usia12-15 tahun di Desa Ujung Rambung.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui prevalensi penyakit mulut yang terdapat pada anak-anak

usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung, maka diharapkan:

- Dapat digunakan sebagai data awal bagi peningkatan kesehatan rongga

(23)

- Dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya dalam

menunjang kesehatan rongga mulut pada anak-anak secara keseluruhan di Desa ujung

Rambung..

- Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi program

pemerintah untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut secara khusus di kalangan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desa Ujung Rambung

Desa ujung rambung merupakan desa binaan Pepsodent-FKG USU dengan

luas desa 3,28 km2, jumlah penduduk 3.012 jiwa dengan jumlah anak laki-laki 487

orang dan anak perempuan 454 orang. Desa ini berjarak ± 40 km dari kota Medan,

terdiri dari sembilan dusun dan rata-rata mata pencaharian masyarakatnya bergerak

dalam sektor pertanian, perkebunan/ perladangan, industri kecil dan sedang serta

sektor jasa.

(25)

Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK USIA 12-15 TAHUN DI DESA UJUNG

RAMBUNG

No

12

Dusun Jumlah KK Usia 12 Usia 13 Usia 14 Usia 15

1 Dusun I 35 1 1 1 2

2 Dusun II 39 0 5 5 1

3 Dusun III 39 3 4 4 3

4 Dusum IV 47 6 5 5 2

5 Dusun V 119 5 6 4 8

6 Dusun VI 213 12 10 13 8

7 Dusun VII 47 4 5 2 4

8 Dusun VIII 38 2 4 7 5

9 Dusun IX 44 2 6 7 9

JUMLAH 621 35 46 48 51

2.2 Defenisi Remaja dan Penyakit Mulut

Masa remaja merupakan masa dimana gelombang kehidupan sudah mencapai

puncaknya. Pada masa ini remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya dan

sebaik-baiknya untuk mengalami hal-hal yang baru serta menemukan sumber-sumber

baru dari kekuatan-kekuatan, bakat-bakat serta kemampuan yang ada di dalam

dirinya. Masa remaja awal dimulai pada usia 12-15 tahun, pada masa inilah individu

akan berjuang untuk tumbuh dan menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti

dan makna dari segala sesuatu yang ada.13

Usia 12 tahun merupakan salah satu indeks umur yang dianjurkan WHO

dalam melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut, dimana pada usia ini

(26)

mudah dijangkau sebelum anak-anak meninggalkan sekolah. Usia 12 tahun juga

merupakan awal dimana anak memasuki masa remaja, pada masa ini anak akan mulai

mengalami perubahan-perubahan hormonal yang merupakan salah satu faktor etiologi

terjadinya kelainan di rongga mulut.14

Penyakit mulut dapat didefenisikan sebagai suatu bidang dalam kedokteran

gigi yang berpusat pada diagnosa dan terapi dari penyakit mukosa mulut

(stomatologi), termasuk didalamnya diagnosa dan terapi dari keluhan mulut lainnya

yang mungkin merefleksikan penyakit mulut setempat atau manifestasi penyakit

sistemik di rongga mulut, atau fase-fase dari praktek dokter gigi yang khususnya

memusatkan perawatan gigi pada pasien yang memiliki resiko secara fisiologis.15

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Parlak, Tomar, Shulman dan

juga penelitian M Del Rosario pada anak-anak muali dari usia 2 sampai dengan 17

tahun, terdapat beberapa penyakit mulut yang umum dijumpai pada anak-anak,

diantaranya cheek bite, recurent apthous stomatitis, herpes labialis, geographic

tongue, angular cheilitis, dan oral candidiasis.7-9 Terjadinya penyakit-penyakit

tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti adanya

infeksi, penyakit-penyakit sistemik, trauma yang berkepanjangan, dan lain-lain.4

2.3 Etiologi Penyakit Mulut

Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyakit yang dijumpai di rongga mulut

dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa faktor

(27)

2.3.1 Infeksi

Berbagai jenis flora normal terdapat di dalam rongga mulut yang membentuk

mikroflora oral komensial. Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri,

mikroplasma, jamur, dan protozoa, yang keseluruhannya dapat menimbulkan infeksi

oportunistik simtomatik tergantung pada faktor-faktor lokal atau daya pertahanan

tubuh pejamu yang rendah infek.4 Beberapa penyakit mulut yang dapat terjadi akibat

infeksi yaitu Keilitis angularis yang disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan

Candida albicans, kandidiasis akibat infeksi jamur yang didominasi golongan

Candida albicans, serta herpes labialis dan gingivostomatitis herpetika primer yang

terjadi akibat infeksi virus herpes simpleks tipe1 dan 2, apabila terjadi kontak

mukokutan langsung dari sekresi-sekresi yang terinfeksi virus ini maka penularan

infeksi dapat terjadi.4,6,16

2.3.2 Trauma

Penyebab traumatik dari ulserasi rongga mulut bisa berupa trauma fisik atau

kimiawi. Kerusakan fisik pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh permukaan

tajam, seperti tepi-tepi protesa, peralatan ortodontik, kebiasaan mengigit pipi, atau

gigi yang fraktur. Trauma kimiawi pada mukosa mulut biasanya dikarenakan tablet

aspirin atau krim sakit gigi yang diletakkan pada gigi-gigi yang sakit.

2.3.3 Hormonal

4

Perubahan hormon seks terkhusus pada masa remaja dapat menimbulkan

perubahan-perubahan mukosa mulut. Pada fase luteal siklus menstruasi wanita, ketika

(28)

manifestasi oral seperti RAS (Recurent Apthous stomatitis), herpes labialis, dan

infeksi Candida. Peningkatan mikroorganisme tetentu seperti Provotella intermedia

dan spesies Capnocytophaga juga dapat ditemukan pada masa pubertas.

Meningkatnya kolonisasi bakteri ini menyebabkan gingivitis dan tingginya tendensi

perdarahan gingiva.

2.3.4 Kelainan Darah

17,18

Telah lama diketahui bahwa gejala-gejala oral merupakan indikasi awal

terjadinya kelainan hematologis maupun defisiensi nutrisi. Lesi-lesi oral yang sering

dijumpai pada keadaan ini adalah keilitis angularis, glossitis dan ulserasi oral.4

a) Anemia

Anemia defisiensi zat besi diperkirakan 8% terjadi pada wanita usia subur,

sedangkan anemia pernisiosa lebih sering terjadi pada lansia dengan kelainan

pencernaan kususnya penyerapan vitamin B12.4 Manifestasi intraoral dari anemia

paling menonjol pada lidah. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan

papila-papila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papila-papila berakibat permukaan

lidah tampak licin, kering dan mengkilat (disebut bald tongue). Pada tahap akhir lidah

tampak seperti daging merah dan terdapat apthae oral. Manifestasi oral yang lain

dari anemia mencakup keilitis angularis, ulserasi apthosa dan erosi mukosa.

Pada penderita leukemia, terjadi infiltrasi sel leukosit ke dalam lapisan

retikular mukosa mulut dan kelenjar limfe serta menurunya mekanisme pertahanan

tubuh dan kadar trombosit di dalam darah, keadaan ini menyebabkan terjadinya

16

(29)

manifestasi oral dari penyakit leukemia di rongga mulut.4 Manifestasi oral yang dapat

terlihat pada penderita leukemia yaitu gingivitis, dimana gingiva mengalami

pembengkakan di daerah margin gingiva. Selain itu, penurunan mekanisme

pertahanan tubuh pada penderita leukemia menyebabkan infeksi rentan terjadi

terutama infeksi dari jamur Candida albicans.

2.3.5 Defisiensi Imun

19

Pertahanan terhadap kolonisasi mikrobial merupakan salah satu dari fungsi

sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, suatu kerusakan pada sistem ini akan

berakibat pada timbulnya infeksi. Hal ini digambarkan secara jelas oleh infeksi

oportunistik yang timbul dalam mulut penderita AIDS. Jumlah Candida albicans

dalam saliva bertambah pada penderita HIV. Kandidosis oral sering merupakan gejala

awal dari infeksi HIV dan dapat dibedakan menjadi empat bentuk:

Pseudomembranosis, eritematus (atrofik), hiperplastik, dan keilitis angularis.4

Infeksi virus yang terjadi pada penderita HIV yaitu virus Epstein-Barr yang

menyebabkan hairy leukoplakia dan virus HSV I yang menyebabkan penyakit herpes

simpleks. Infeksi HSV I terlihat pada bibir sebagai herpes labialis dan herpes intraoral

yang bersifat kambuhan, lebih sering menetap sehingga terlihat lebih parah

dibandingkan herpes simpleks pada orang yang tidak mengidap penyakit AIDS.

2.3.6 Tembakau

16

Tembakau adalah faktor resiko utama terjadinya kanker rongga mulut dan

faring.Indonesia menempati urutan ketiga jumlah perokok terbanyak yang mencapai

(30)

Oleh karena itu, edukasi bahaya rokok terhadap kesehatan perlu diberikan sedini

mungkin.20 mmmm

mmm Secara histologi, karakteristik dari kanker rongga mulut akibat tembakau

adalah adanya hiperkeratinisasi dan vakuolisasi epitel, akantosis, dan proliferasi

sel-sel inflamatori. Penyakit mulut yang sering terjadi akibat penggunaan tembakau

terutama melalui kebiasaan merokok yaitu stomatitis nikotina dan keratosis rokok.

Kelainan ini umumnya mengenai orang dewasa dan jarang pada usia muda.16,21

2.3.7 Defisiensi Nutrisi

Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya

yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada

masalah gizi saat dewasa, mengingat di Indonesi persentase populasi remaja

mencapai 21% dari total populasi penduduk yaitu sekitar 44 juta jiwa (BPS, 2003).

Masalah gizi pada remaja masih terabaikan karena banyaknya faktor yang belum

diketahui (WHO,2003). Oleh karena itu, dokter gigi sebagai tenaga kesehatan harus

mampu ambil bagian dalam upaya menurunkan angka gizi buruk dikemudian hari

dengan melakukan pemeriksaan mulut yang dapat memberikan informasi cepat dan

vital tentang keadaan gizi seseorang.6,22

Manifestasi oral yang sering ditemukan pada penderita kurang gizi antara lain

keilitis angularis, cheilosis, glossitis dan RAS. Kekurangan gizi yang menimbulkan

manifestasi oral tersebut dapat dikarenakan kekurangan vitamin B2, riboflavin,

(31)

2.3.8 Tingkat Ekonomi Keluarga

Angka penyakit gigi dan mulut diduga lebih tinggi di daerah serta pada anak

dari golongan ekonomi menengah kebawah.2 Hal ini sesuai dengan pernyataan The

World Oral Health Report (2003), bahwa perawatan penyakit gigi dan mulut

menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan.3 Selain itu,

kekurangan gizi yang merupakan salah satu penyebab penyakit di rongga mulut,

sering dialami masyarakat terutama di negara sedang berkembang.

2.3.9 Tingkat Pendidikan Orang Tua

6

Tingkat pengetahuan seseorang sering dikaitkan dengan perilaku kesehatan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan penilaian

tentang kesehatan akan lebih baik, sehingga berpengaruh pada prilakunya untuk

hidup sehat yang berdampak pada penurunan resiko terkena suatu penyakit

dikemudian hari.3,23 Keluarga maupun sekolah merupakan lingkungan terdekat anak

untuk memberi dukungan optimal dalam upaya mencegah bahkan juga mengobati

penyakit gigi dan mulut.

2.3.10 Oral Hygiene 2

Oral Hygiene (kebersihan rongga mulut) merupakan faktor resiko terjadinya

penyakit mulut. Dari hasil penelitian tahun 2008 di Iranian, dilaporkan bahwa adanya

hubungan antara kebersihan rongga mulut yang buruk dengan lesi pada lidah.24 Selain

itu, kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat meningkatkan peluang

(32)

2.4 Gambaran Klinis Penyakit Mulut 2.4.1Lesi Vesikulobulosa

Herpes Labialis

Kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi di rongga mulut yaitu virus

Herpes simpleks tipe-I, Herpes simpleks tipe-II, Varicella zoster, virus Epstein-Barr

dan Sitomegalovirus. Pada infeksi herpes simpleks secara khas menimbulkan herpes

labialis. Gejala-gejala yang timbul diawali perasaan menusuk atau perasaan terbakar

pada satu tempat di bibir. Dalam 24 jam timbul vesikel yang akan pecah dalam waktu

48 jam dan akan menimbulkan erosi epitel dengan batas jelas berwarna merah,

selanjutnya akan menjadi keropeng dan sembuh dalam beberapa waktu. Faktor

predisposisi yang dapat menimbulkan herpes labialis pada individu yang rentan

adalah sinar matahari, trauma, stres, demam, haid, dan imunosupresi. Selain daerah

bibir, palatum keras dan sulkus bukal bawah merupakan daerah yang sering terserang

infeksi virus ini.4,16

(33)

2.4.2Lesi Merah dan Putih

Kandidosis Oral

Merupakan infeksi jamur pada mukosa mulut maupun lidah yang biasanya

disebabkan oleh Candida albicans . Infeksi ini meningkat pada penderita HIV,

terlihat adanya plak putih pada mukosa mulut dan lidah, berwarna merah, diikut i

sensasi terbakar ataupun rasa sakit di daerah setempat. Pada lidah terjadi perubahan

pengecapan, sensitif terhadap makanan yang pedas sehingga menyebabkan penurunan

nafsu makan.

Tabel 2. PENYAKIT KANDIDOSIS ORAL

Penyakit lahir dan 10% pada lansia yang lemah. Paling banyak ditemukan pada penderita HIV

Tidak ada predileksi ras atau jenis kelamin

Kandidosis Atrofik Akut Sering pada penderita HIV

Penggunaan antibiotik steroid spektrum luas, Kandidosis Atrofik

Kronis

(34)

Gambar 3. Kandidosis Pseudomembranosis pada penderita HIV 27

Keilitis Angularis

Keilitis angularis merupakan inflamasi pada salah satu atau kedua sudut

mulut. Penyakit ini disebabkan oleh Streptokokus aureus dan Candida albicans,

secara klinis keilitis angularis tampak merah dan pecah-pecah, dengan tepi lesi yang

kurang merah dari pada daerah tengahnya. Keropeng dan nodula-nodula

granulomatosa kecoklatan dapat menyertainya. Keilitis angularis dapat mengenai

penderita penyakit imunologis (penurunan daya tahan tubuh), defisiensi nutrisi, dan

penyakit haemopoetik (kelainan darah).

Gambar 4. Keilitis angularis

4,16

(35)

Cheek Bite

Gambaran klinis dari cheek bite yaitu adanya abrasi traumatik dari permukaan

epitel mukosa mulut serta plak keputih-putihan dengan dasar berwarna merah. Cheek

bite biasanya terjadi pada mukosa labial dan mukosa bukal dekat garis oklusal. Lesi

ini tidak berpotensi mengarah kepada keganasan. Terjadinya lesi ini sering

dihubungkan dengan kecemasan, sindroma premenstruasi, dan parafungsional

mandibula.

Gambar 5. Cheek Bite

29

2.4.3 Kelainan pada Lidah

30

Kesehatan lidah mampu mencerminkan kesehatan rongga mulut dan

kesehatan umum seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti yang

mengatakan bahwa lidah merupakan indikator kesehatan seseorang secara umum,

karena ditemukan adanya hubungan antara lesi pada lidah dengan penyakit sisemik

seperti lidah geografik pada penderita stres emosional, alergi, dan defisiensi nutrisi,

(36)

Lidah Berfisur

Lidah berfisur adalah variasi dari anatomi lidah normal yang bersifat jinak,

terdiri atas satu fisura garis tengah, fisura ganda atau fisura multipel pada permukaan

dorsal dari dua pertiga anterior lidah. Pola dan panjang fisur bermacam-macam dan

penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada pendapat mengatakan

bertambah banyak seiring bertambahnya usia. Lidah berfisur mengenai 1-5%

penduduk, umumnya terjadi pada sindrom Down dan sindrom Melkerson-Rosenthal.

Fisur tersebut dapat terkena radang sekunder dan menyebabkan halitosis sebagai

akibat dari penumpukan makanan.16

Gambar 6. Lidah Berfisur

Lidah geografik adalah suatu peradangan jinak yang disebabkan oleh

pengelupasan keratin superfisial dan papila-papila filiformis. Penyebabnya tidak

diketahui, tetapi diperkirakan karena stres emosional, alergi, defisiensi nutrisi dan

faktor herediter. Lidah geografik ditandai adanya bercak-bercak gundul dari papila

filiformis, berwarna merah muda sampai merah, dapat tunggal atau multipel yang

dibatasi ataupun tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang timbul. Dapat juga disertai 32

(37)

peradangan merah di tepi lesinya dan disertai perasaan sakit. Lesi terus menerus

berubah pola dan berpindah dari suatu daerah ke daerah lain.

Gambar 7. Lidah Geografik

16

32

Glossitis Atrofic

Merupakan radang pada lidah yang sering dialami penderita anemia. Dorsum

lidah pada awalnya tampak pucat dengan papila-papila filiformis yang rata. Atrofi

yang berlanjut dari papila mengakibatkan suatu permukaan tanpa papila-papila, yang

tampak licin, kering dan mengkilat. Pada tahap akhir tampak lidah seperti daging atau

merah padam dan terasa sakit apabila terkena minuman maupun makanan yang panas

(38)

Gambar 8. Glossitis atrofic pada Penderita Anemia 33

2.4.4 Lesi Ulseratif

RAS (Recurent apthous stomatitis)

Para ahli berpendapat bahwa lesi ini timbul bukan hanya sebagai penyakit

tunggal, melainkan manifestasi klinis dari penyakit lain. 4,14,15

Keluhan awal sebelum terjadinya lesi yaitu rasa terbakar dan diikuti nyeri

setempat di sekitar muko sa mulut selama 2-48 jam sebelum munculnya ulser. Selama

masa prodormal ini terjadi suatu daerah kemerahan setempat dan dalam beberapa jam

terbentuk papula putih yang secara berangsur-angsur menjadi ulser dan membesar

dalam waktu 48-72 jam. Lesi yang terbentuk umumnya dangkal, bulat, simetris dan

tidak ada koyakan jaringan. Besar lesi bisa mencapai 2-5 mm, kadang-kadang ulkus

tampak dalam kelompok-kelompok, tetapi biasanya kurang dari 5 terjadi sekaligus.

(39)

Gambar 9. Recurent apthous stomatitis

(40)

KERANGKA KONSEP

Hormonal Defisiensi

(41)

METODE PENELITIAN BAB III

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross

sectional.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung

Rambung Kecamatan Pantai Cermin.

3.2.2 Teknik Sampling dan Besar Sampel Penelitian

Berdasarkan jumlah penduduk usia 12-15 tahun di desa ujung rambung, maka

teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara Quota sampling yaitu

dengan cara menetapkan jumlah sampel yang diperlukan, kemudian jumlah inilah

yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan dari populasi

yang ada. Jumlah populasi diketahui dari data jumlah penduduk melalui kepala

(42)

Tabel 3. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA (DATA KANTOR

KEPALA DESA UJUNG RAMBUNG TAHUN 2009)

Usia Jumlah (jiwa)

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus oleh Soekidjo

Notoadmojo (2005).

Dimana : d = Penyimpangan terhadap populasi/ derajat ketepatan yang

diingginkan, biasanya 0,05 atau 0,001

(43)

Jumlah sampel yang didapat adalah 124,1. Maka jumlah sampel yang akan

diambil pada penelitian ini adalah 124 orang.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas : 1. Anak usia 12-15 tahun 2. Jenis Kelamin

3.3.2 Variabel Terikat : Lesi-lesi mukosa oral : 1. Herpes labialis

2. Kandidosis Oral

3. Keilitis angularis

4. Cheek bite

5. Lidah geografik

6. Lidah berfisur

7. Glossitis atrofic

8. RAS

3.3.3 Variabel Tidak Terkendali: 1. Tingkat pendidikan orang tua 2. Tingkat penghasilan orang tua

3. Penyakit sistemik yang diderita

4. Oral Hygiene

5. Status gizi

3.4 Defenisi Operasional

a. Kandidosis Oral adalah plak berwarna putih, tidak melekat, dapat dilepas

dengan mudah dan meninggalkan mukosa berwarna merah dibawahnya. Kadang-kadang

(44)

b. Keilitis angularis adalah radang pada salah satu maupun kedua sudut mulut,

terlihat pecah-pecah dengan tepi lesi yang kurang merah dari pada daerah tengahnya,

dapat juga disertai keropeng-keropeng di sekitar sudut mulut.14

c. Herpes labialis adalah kumpulan kelompok-kelompok vesikel kecil yang

timbul disekitar bibir, bila sudah pecah membentuk ulkus kuning-kecoklatan, sedikit

cekung, mempunyai lingkaran merah yang jelas dan terasa sakit.14

e. Glossitis atrofic adalah permukaan dorsal lidah yangi licin, kering dan

mengkilat karena berkurangnya jumlah papila.14

f. RAS adalah ulkus oval, dangkal, berwarna kekuningan dengan diameter 2-5

mm dengan tepi lesi eritematous yang mencolok dan tidak ada pembentukan

vesikel.14

h. Cheek bite adalah lesi mukosa pipi dapat unilateral maupun bilateral.

Berupa plak atau lipatan-lipatan putih sedikit menimbul, pada cedera menetap terjadi

eritema dan ulserasi.14

i. Lidah Berfisur adalah fisur yang dapat berupa fisura garis tengah, fisura

ganda atau fisura multipel dengan berbagai kedalaman yang terdapat pada permukaan

dorsal dari dua pertiga anterior lidah.14

j. Lidah geografik adalah bercak-bercak gundul berwarna merah muda sampai

merah pada permukaan dorsal lidah, tunggal atau multipel yang dibatasi atau tidak

dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul.14

l. Jenis kelamin dalam penelitian yaitu laki-laki dan perempuan.

k. Usia 12-15 tahun adalah anak yang memiliki tahun kelahiran mulai tahun

(45)

m.Tingkat penghasilan orang tua yaitu rata-rata penghasilan orang tua setiap

bulan.

n. Tingkat pendidikan orang tua yaitu tingkat pendidikan terakhir orang tua

anak.

o. Penyakit sistemik yaitu penyakit yang memiliki manifestasi oral yang

sedang diderta anak.

p. Oral Hygiene yaitu kebersihan rongga mulut. Pemeriksaan dilakukan pada

gigi indeks saja. (gigi 16, 11, 26, 31 dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36

dan 46 permukaan lingualnya)

6 1 6

6 1 6

Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan skor debris dan kalkulus.

Masing-masing skor dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Total skor

OHI diperoleh dari penjumlahan skor debris dan kalkulus, skor 0-1,2 dikategorikan

baik, 1,3-3,0 sedang dan 3,1-6 buruk.3

Tabel 4. CARA PEMBERIAN SKOR OHI-S YANG TERDIRI ATAS SKOR

DEBRIS DAN SKOR KALKULUS

Kriteria skor untuk indeks debris

3

Kriteria skor untuk indeks kalkulus

0 = Tidak dijumpai stein 0 = Tidak dijumpai kalkulus

1= Debris menutupi <1/3 permukaan gigi atau adanya stein (bercak) ekstrinsik tanpa debris dengan

tidak memperhitungkan perluasannya.

1= Kalkulus supragingiva menutupi >1/3permukaan gigi.

(46)

<2/3 permukaan gigi. 1/3 tetapi <2/3 permukaan gigi atau flek kalkulus subgingival mengelilingi serviks gigi.

3 = Debris menutupi >2/3 permuka an gigi.

3= Kalkulus supra gingiva menutupi >2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingival mengelilingi Serviks gigi.

q. Status gizi dihitung berdasarkan kriteria Baku Median WHO-NCHS yaitu

tabel berat badan/umur (BB/U).

Tabel 5. PENILAIAN STATUS GIZI BERDASARKAN BAKU MEDIAN

WHO-NCHS

Status Gizi

36

BB/U

Gizi Lebih > 120%

Gizi Baik 80% - 120%

Gizi Sedang 70% - 79,9%

Gizi Kurang 60% - 69.9%

Gizi Buruk < 60%

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin.

(47)

Status Gizi Penyakit sistemik

3.6 Sarana penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

- Kaca Mulut - Senter

- Sonde - Timbangan

- Pipet tetes - Baskom

3.6.2 Bahan Penelitian

(48)

3.8 Cara Pengumpulan Data

Pasien diarahkan untuk mengisi lembar kuesioner guna mengetahui

identifikasi umum dan tingkat pengetahuan serta kebiasaan merawat kebersihan

rongga mulut. Kemudian untuk mengetahui kondisi klinis pasien, peneliti malakukan

anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien yang meliputi pengukuran berat badan,

pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Pemeriksaan ekstraoral dilakukan dengan

memeriksa bentuk wajah, kelenjar limfa, bibir dan sirkum oral, sedangkan

pemeriksaan intraoral dilakukan dengan bantuan dua kaca mulut untuk melihat

mukosa labial, mukosa bukal, gingiva, palatum durum, palatum mole, lidah dan dasar

mulut. Kemudian dicatat lesi yang terjadi sesuai dengna lokasi lesi terutama

lesi-lesi yang menjadi target penelitian.

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dan tabulasi dilakukan dengan bantuan komputer

menggunakan program excel.

3.10 Analisa Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian ditabulasikan dan analisa data

dilakukan dengan cara perhitungan persentase penyakit mulut berdasarkan jenis

kelamin, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, kebersihan rongga mulut, dan

(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Sosiodemografi Sampel di Desa Ujung Rambung

Sampel pada penelitian ini terdiri dari 124 anak usia 12-15 tahun, dimana

sampel terbanyak berdasarkan umur ialah kelompok umur 14 tahun yaitu 37 orang

(29,8%). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak menjadi subjek

penelitian yaitu 67 orang (54%) (Gambar 10). Hanya satu (0,8%) orang tua dari

sampel penelitian yang memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi, selebihnya

kebanyakan dari orang tua mereka memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu 50

orang (40,3%). Mayoritas penghasilan orang tua sampel setiap bulannya adalah

kurang dari Rp1.000.000,- (53,2%) dan hanya lima orang tua yang memiliki

penghasilan diatas Rp2.000.000,- setiap bulan (4%). (Tabel 6)

Gambar 10. DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN

JENIS KELAMIN

DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN

(50)

Tabel 6. DISTRIBUSI FREKUENSI GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SAMPEL

DI DESA UJUNG RAMBUNG TAHUN 2009

Kriteria n

3. Tingkat pendidikan terakhir orang tua

- SD

4. Penghasilan orang tua

- < Rp1.000.000,-

- Rp1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,-

- Rp1.500.000,- s/d Rp2.000.000,-

(51)

4.2 Karakteristik Sampel

Karakteristik subjek penelitian diketahui dari pengisian

pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner yang meliputi pengetahuan dan kebiasaan merawat

kesehatan rongga mulut serta beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan kebersihan

rongga mulut (higyene oral) dan penilaian status gizi. Pada pemeriksaan tingkat

kebersihan rongga mulut, kebanyakan subjek memiliki kondisi rongga mulut dengan

kategori buruk yaitu sejumlah 73 orang (58,9%), sedangkan kategori sedang sejumlah

47 orang (37,9%) dan kategori baik 4 orang (3,2%) (Gambar 11). Berbeda dengan

penilaian status gizi, mayoritas status gizi subjek dikategorikan gizi baik yaitu

sejumlah 94 orang (75,8%), sedangkan gizi lebih sejumlah 15 orang (12,1%), gizi

sedang 11 orang (8,9%), dan gizi dengan kategori kurang yaitu sejumlah 4 orang

(3,2%). (Gambar 12)

Gambar 11 . DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN TINGKAT KEBERSIHAN

RONGGA MULUT

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN

INDEKS ORAL HIGIENE

Baik

Sedang

(52)

Gambar 12. DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS GIZI

Tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulut,

diketahui dari pengisian beberapa pertanyaan pada lembar kuesioner. Hampir seluruh

anak menyatakan bahwa merawat rongga mulut itu penting yaitu 123 orang (99,2%)

dan satu orang (0,8%) menyatakan tidak tahu. Walaupun demikian, masih dijumpai

subjek yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi dan

mulut yaitu sejumlah 59 orang (50,8%) sedangkan yang pernah sejumlah 65 orang

(52,4%). Kebanyakan dari subjek mendapatkan penyuluhan/ pendidikan kesehatan

gigi dan mulut dari sekolah yaitu 50 orang (76,9%) selebihnya dari puskesmas

sejumlah 7 orang (10,8%), balai desa dan televisi sebanyak 7 orang (10,8%), dan

Praktik bidan 1 orang (1,5%).

Pengalaman subjek dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut terbilang

minim yaitu hanya 15 orang (12,1%) yang pernah mendapatkan perawatan gigi dan

mulut, selebihnya 130 orang (87,9%) tidak pernah. Jenis perawatan kesehatan gigi

DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS GIZI

Lebih Baik Sedang

(53)

dan mulut tersebut antara lain pencabutan sejumlah 10 orang (66,7%), penambalan 2

orang (13,3%) dan yang lainnya seperti pengobatan sejumlah 3 orang (20%).

Kebanyakan subjek membersihkan rongga mulutnya dengan cara menyikat

gigi dua kali sehari atau lebih yaitu sejumlah 100 orang (80,7%), selebihnya 19 orang

(15,3%) hanya satu kali sehari, dan 5 orang (4,0%) yang tidak setiap hari

membersihkan rongga mulutnya. Subjek yang mengetahui cara lain membersihkan

rongga mulut selain menyikat gigi ada sejumlah 31 orang (25%) yang tidak tahu

sebanyak 93 orang (75%). Cara lain membersihkan rongga mulut yang subjek ketahui

diantaranya berkumur dengan obat kumur sebanyak 14 orang (45,2%), menggunakan

benang gigi sebanyak 5 orang (16,1%) dan yang lainnya seperti dengan abu, permen

karet, kumur air garam, lalang, makan tebu sebanyak 12 orang (38,7%).

Untuk pengetahuan mengenai penyakit mulut, subjek yang menyatakan

sariawan merupakan penyakit mulut sebanyak 105 orang (84,7%) dan 19 orang

meyatakan tidak (15,3%). Subjek yang mengetahui adanya hubungan penyakit mulut

dengan kondisi sistemik seperti kurang gizi, kelainan darah dan sakit gula ada

sejumlah 18 orang (14,5%) dan 106 orang (85,5%) menyatakan tidak tahu. Dari

semua subjek yang diteliti, 10 orang (8,1%) subjek sudah merokok dan 74 orang

(54)

Tabel 7. TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MERAWAT RONGGA

MULUT

Tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat rongga mulut Jumlah (orang)

%

Anggapan merawat rongga mulut:

a. Penting

Pengalaman mendapat penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi

dan mulut:

Mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dari:

a. Sekolah

b. Puskesmas

c. Praktik bidan, dokter gigi dan dokter umum

d. Lain-lain (balai desa, televisi)

50

Pengalaman mendapat perawatan dokter gigi:

a. Pernah

Jenis perawatan yang diterima:

a. Pencabutan gigi

Kebiasaan menyikat gigi dalam sehari:

a. Tidak setiap hari (kadang-kadang)

b. 1 kali

(55)

mulut:

Cara lain untuk menjaga kebersihan rongga mulut selain

menyikat gigi:

a. Berkumur dengan obat kumur

b. Menggunakan benang gigi

c. Lain-lain (permen karet, abu, lalang, kumur air garam,

makan tebu)

Apakah sariawan merupakan penyakit mulut:

a. Ya

Pengetahuan mengenai hubungan penyakit mulut dengan

kelainan sistemik:

Bahaya merokok terhadap kesehatan rongga mulut:

a. Tahu

4.3 Prevalensi Penyakit Mulut Anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung

Total jumlah lesi mukosa mulut yang dijumpai pada 124 orang anak yaitu

sebanyak 116 lesi. Lesi-lesi tersebut antara lain cheek bite dialami sebanyak 24 orang

(19,4%), bibir kering dan pecah-pecah 18 orang (14,5%), linea alba 17 orang

(13,7%), lidah berfisur 17 orang (13,7%), pigmentasi 13 orang (10,5%), lesi

(56)

3 orang (2,4%), benjolan 3 orang (2,4%), lidah geografik 2 orang (1,6%), lesi putih 2

orang (1,6%), dan vesikel sebanyak 1 orang (0,8%). (Tabel 8)

Tabe 8. PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN

Penyakit Mulut Jumlah (orang)

% Lokasi

Cheek bite 24 19,4 Mukosa bukal

Bibir kering 18 14,5 Bibir

Linea alba 17 13,7 Mukosa bukal

Lidah berfisur 17 13,7 Permukaan dorsal lidah

Pigmentasi 13 10,5 Bibir, mukosa labial, mukosa bukal,

permukaan dorsal lidah

Lesi traumatik 7 5,7 Gingiva, mukosa labial, mukosa bukal,

permukaan lateral lidah

Atrofi papila 5 4 Pemukaan dorsal lidah, permukaan

lateral lidah, 1/3 anterior lidah

Abses 4 3,2 Gingiva, palatum

Benjolan 3 2,4 Gingiva, mukosa bukal, mukosa labial

Stomatitis 3 2,4 Mukosa labial, mukosa bukal,

permukaan dorsal lidah

Lidah geografik 2 1,6 Permukaan dorsal lidah

Lesi putih 2 1,6 Mukosa bukal, dasar mulut

(57)

4.4 Distribusi Penyakit Mulut Pada Anak Usia 12-15 tahun Di Desa Ujung Rambung

Dari hasil pemeriksaan, dijumpai penderita penyakit mulut sebanyak 45 orang

(36,3%) pada anak perempuan dan 30 orang pada anak laki-laki (24,2%) dengan

jumlah lesi sebanyak 62 lesi (53,5%) pada perempuan dan 54 lesi (45,6%) pada

laki-laki. (Gambar 13)

Gambar 13. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JENIS

KELAMIN

Berdasarkan tingkat kebersihan rongga mulut, penyakit mulut paling banyak

dijumpai yaitu pada skor OHI dengan kategori buruk yaitu 65 lesi (56%), sedangkan

pada OHI sedang 46 lesi (39,7%), dan OHI yang baik 5 lesi (4,3%). (Gambar 14)

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Laki-laki

(58)

Gambar 14. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN ORAL

HYGIENE

Pada pemeriksaan status gizi, jumlah lesi yang paling banyak dijumpai yaitu

pada kategori gizi baik sebanyak 80 lesi (69%), kemudian 23 lesi (19,8%) pada gizi

lebih, 9 lesi (7,8%) pada gizi sedang, dan 4 lesi pada gizi kurang (3,4%). (Gambar 15)

Gambar 15. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN STATUS GIZI

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN STATUS GIZI

Lebih

Baik

Sedang

Kurang

Buruk DISTRIBUSII PENYAKIT MULUT BERDASARKAN

ORAL HYGIENE

Baik

Sedang

(59)

Berdasarkan tingkat pendidikan orang tua, lesi terbanyak dijumpai pada

tingkat pendidikan SD yaitu 52 lesi (44,8%), kemudian 41 lesi (35,3%) dijumpai pada

pendidikan SMP, 22 lesi (19%) pada pendidikan SMU, dan 1 lesi (0,9%) pada

pendidikan Perguruan Tinggi. (Gambar 16)

Gambar 16. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT

PENDIDIKAN ORANG TUA

Berdasarkan tingkat penghasilan orang tua, lesi mukosa mulut paling banyak

dijumpai pada penghasilan kurang dari Rp1.000.000,-, yaitu 62 lesi (53,5%),

selanjutnya 41 lesi (35,3%) pada penghasilan Rp1.000.000,- s/d Rp1.500.000,-, 8 lesi

(6,9%) pada penghasilan Rp.1.500.000,- s/d Rp.2000.000,-, dan 5 lesi (4,3%)

ditemukan pada penghasilan lebih dari Rp2.000.000,- setiap bulan. (Gambar 17)

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

SD

SMP

SMU

(60)

Gambar 17. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT

PENGHASILAN ORANG TUA

Distribusi penyakit mulut berdasarkan jumlah lesi dan jenis kelamin dari 124

anak yang diperiksa, anak yang memiliki 1 lesi sebesar 42,7% pada perempuan dan

18,7% pada laki-laki, yang memiliki 2 lesi sebesar 14,7% pada perempuan dan 13,3%

pada laki-laki, yang memiliki 3 lesi sebesar 1,3% pada perempuan dan 5,3% pada

laki, yang memiliki 4 lesi tidak ditemukan pada perempuan dan 2,7% pada

laki-laki, dan yang memiliki 5 lesi sebesar 1,3% pada perempuan dan tidak ditemukan

pada laki-laki. (Gambar 18)

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA

<Rp1.000.000,-

Rp1.000.000,- s/dRp1.500.000,-

Rp1.500.000,- s/dRp2.000.000,-

(61)

Gambar 18. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JUMLAH LESI

DAN JENIS KELAMIN

Berdasarkan lokasi lesi, 38,8% penyakit mulut dijumpai pada mukosa bukal,

31% di lidah, 17,2% di bibir, 6,9% di gingiva, 5,2% di mukosa labial, 1,7% di

palatum durum dan 0,9% di dasar mulut. (Tabel 9)

Tabel 9. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN LOKASI LESI

Lokasi Lesi Jumlah (%)

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JUMLAH LESI DAN JENIS KELAMIN

Perempuan

(62)

Distribusi penyakit mulut berdasarkan ada tidaknya penyakit sistemik, dari 75

orang anak yang menderita penyakit mulut terdapat 14,7% yang mengalami penyakit

sistemik, sedangkan yang tidak mengalami penyakit sistemik sebanyak 85,3%.

( Tabel 10).

Tabel 10. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN ADA

TIDAKNYAPENYAKIT SISTEMIK

Penyakit sistemik Jumlah (orang)

Penyakit mulut (orang)

%

Ada 13 11 14,7

Tidak 111 64 85,3

Distribusi penyakit mulut berdasarkan lokasi tempat tinggal, penyakit mulut

terbanyak dijumpai di dusun 6 yaitu 21,3% dan dusun 5 yaitu 20%, selebihnya

penyakit mulut ditemukan di dusun 1 sebanyak 5,3%, dusun 2 sebanyak 4%, dusun 3

sebanyak 9,3%, dusun 4 sebanyak 8%, dusun 7 sebanyak 12% dusun 8 sebanyak

(63)

Tabel 11. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN LOKASI

TEMPAT TINGGAL

Dusun Jumlah (orang)

%

1 4 5,3

2 3 4

3 7 9,3

4 6 8

5 15 20

6 16 21,3

7 9 12

8 7 9,3

9 8 10,7

TOTAL 75 100

Distribusi penyakit mulut berdasarkan kebiasaan merokok pada anak laki-laki,

dari 30 orang anak laki-laki yang menderita penyakit mulut 20% anak sudah merokok

(64)

Tabe 12. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN KEBIASAAN

MEROKOK PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 12-15 TAHUN

Merokok Jumlah

(orang)

Penyakit mulut (orang)

%

Ia 10 6 20

Tidak 47 24 80

Distribusi penyakit mulut berdasarkan menstruasi pada anak perempuan, dari

45 anak perempuan yang menderita penyakit mulut 17,8% sedang menstruasi dan

82,2% tidak sedang menstruasi. (Tabel 13)

Tabe 13. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN MENSTRUASI

PADA ANAK PEREMPUAN USIA 12-15 TAHUN

Sedang menstruasi Jumlah (orang)

Penyakit mulut (orang)

%

Ia 12 8 17,8

(65)

BAB 5 PEMBAHASAN

Desa Ujung Rambung terletak di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai, terdiri atas 3.012 jiwa dengan jumlah 621 KK. Desa ini berjarak 5,1

km dari ibukota kecamatan Pantai Cermin dengan luas daerah 3,41 km2

Dari hasil penilaian status gizi, kebanyakan subjek memiliki status gizi yang

baik. Kondisi ini juga tercermin dari rendahnya angka penyakit mulut yang dialami . Sarana

kesehatan yang tersedia di desa ini hanya praktek bidan, sedangkan posyandu,

polindes, praktek dokter terlebih dokter gigi tidak tersedia. Minimnya fasilitas

kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut, memberikan potensi yang besar bagi

tingginya angka penyakit gigi dan mulut di desa ini. Dari 124 anak remaja yang

diperiksa pada penelitian ini, 58,37% memiliki skor OHI buruk. Ini berarti lebih dari

separuh jumlah sampel secara keseluruhan memiliki kondisi rongga mulut yang

buruk, padahal dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada subjek, hampir seluruhnya

menjawab bahwa merawat rongga mulut itu penting yaitu 99,2% dan kebanyakan dari

mereka membersihkan rongga mulutnya dua kali dalam sehari yaitu 80,7%.

Rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut ini mungkin dikarenakan subjek kurang

mengetahui bagaimana merawat rongga mulut dengan benar, sehingga perlu tenaga

kesehatan yang mampu memberikan pendidikan mengenai cara merawat rongga

mulut dengan benar maupun melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya di

desa ini mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan rongga mulut serta

(66)

subjek khususnya yang berkaitan dengan status gizi yaitu atrofi papila (4,03%),

stomatitis (2,42%), dan lidah geografik (1,61%). Walaupuan dikategorikan rendah,

angka penyakit mulut yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi suatu saat bisa saja

meningkat mengingat kebanyakan dari orang tua subjek hanya memiliki pendidikan

terakhir SD. Rendahnya tingkat pendidikan memungkinkan orang tua subjek tidak

mengetahui asupan nutrisi yang baik bagi keluarganya, apalagi adanya manifestasi

oral dari difisiensi nutrisi. Meskipun penghasilan rata-rata orang tua subjek tergolong

rendah, bukan berarti mereka tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

keluarga mengingat mayoritas masyaraka Ujung Rambung adalah petani. Yang

menjadi permasalahannya adalah, apakah mereka mengetahui sumber-sumber asupan

nutrisi yang dibutuhkan agar anggota keluarganya memiliki gizi yang baik tanpa

harus mengeluarkan biaya yang mahal. Untuk itu, perlu dilakukan penyuluhan

mengenai efek yang ditimbulkan dari defisiensi nutrisi di rongga mulut sebagai pintu

utama masuknya makanan dan pengaruhnya bagi organ tubuh secara keseluruhan,

serta berbagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan sumber-sumber yang dapat mereka

peroleh tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal.

Penelitian penyakit mulut di kalangan anak dan remaja pada saat ini masih

sangat kurang. Dari beberapa hasil penelitian, penyakit mulut yang umum dijumpai

pada anak dan remaja diantaranya adalah cheek bite, recurent apthous stomatitis,

herpes labialis, lidah geografik, keilitis angularis, dan kandidiasis oral. Pada

penelitian ini penyakit mulut yang paling banyak dijumpai yaitu cheek bite sebanyak

19,4% dari 124 anak remaja yang diperiksa. Hal ini sesuai dengan penelitian

(67)

lainnya seperti M Del Rosario dan Parlak menyatakan bahwa penyakit mulut yang

paling banyak dijumpai pada anak dan remaja yaitu kandidiasis (37%) dan keilitis

angularis (9%). Cheek bite termasuk lesi traumatik yang disebabkan tergigitnya

mukosa bukal. Keadaan ini sering dihubungkan dengan adanya sindroma

premenstruasi (PMS), stres dan kecemasan. Stres sering dialami para remaja, menurut

Hall masa remaja disebut juga masa ”strom & stress” (badai dan tekanan) dimana

tekanan emosi meningkat sebagai akibat perubahan fisik dan hormonal.37 Untuk

mengetahui adanya hubungan antara tingginya tingkat stres pada remaja dengan

terjadinya Cheek bite, maka diperlukan penelitian yang lebih lanjut.

Penyakit mulut terbanyak kedua yang dijumpai pada penelitian ini adalah

bibir kering dan pecah-pecah sebanyak 14,5%. Etiologi terjadinya penyakit ini bisa

karena radiasi sinar matahari yang berlebihan, infeksi Candida albicans, stres, dan

adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam mulut yang disebut dengan

sepsis oral. Kebersihan ronggga mulut yang buruk seperti dialami kebanyakan subjek

dapat menjadi pemicu utama terjadinya lesi ini, apalagi bila subjek memiliki

kebiasaan buruk yaitu menjilat-jilat bibirnya yang kering, maka tanpa disadari

kandida mendapat jalan masuk ke lapisan-lapisan permukaan dari epitel bibir

sehingga memperlambat proses penyembuhan.16 Penyakit mulut lainnya yang

berhubungan dengan kebiasaan buruk pada anak remaja di desa ini adalah linea alba

(13,7%). Line alba merupakan lesi yang terjadi akibat gesekan gigi geligi pada daerah

oklusal, dapat merupakan tanda dari kebiasaan bruksisme yang dialami oleh orang

Gambar

Gambar
Gambar 1. Peta Geografi Kabupaten Serdang                                                                   Bedagai12
Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK USIA 12-15 TAHUN DI DESA UJUNG
Gambar 2. Herpes labialis 26
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian menggunakan empat subjek penelitian yaitu orang tua yang memiliki anak usia (2-3) tahun di RT 09 Desa Sako banyuasin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa