• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kriteria Pemilihan Petani dan Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kriteria Pemilihan Petani dan Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PETANI DAN KINERJA RANTAI PASOKAN MINYAK AKAR WANGI

DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT

Oleh IZNI SORFINA

H24070038

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Izni Sorfina. H24070038. Analisis Kriteria Pemilihan Petani dan Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S

Indonesia sebagai salah satu penghasil minyak akar wangi mampu menyumbang 28 persen pasokan minyak akar wangi dunia. Sentra budidaya tanaman dan produksi minyak akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Industri kecil dan menengah (IKM) minyak akar wangi perlu meningkatkan kinerjanya melalui manajemen rantai pasokan agar mencapai keunggulan bersaing. Petani merupakan salah satu bagian rantai pasokan yang sangat penting. Kriteria-kriteria pemilihan petani penting untuk dipertimbangkan sebagai acuan dalam mengevaluasi dan menyeleksi petani. Selain kriteria-kriteria pemilihan petani, pengukuran efisiensi kinerja rantai pasokan merupakan hal yang penting. Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kinerja juga menciptakan kemitraan yang baik untuk perbaikan kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut (2) Menganalisis kritera-kriteria utama yang dipertimbangkan penyuling dalam memilih petani akar wangi serta evaluasi kinerja petani (3) Menganalisis kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA).

Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi langsung, pengisian kuesioner, dan studi pustaka. Pengambilan sampel dilakukan secara

stratified random sampling, snowball sampling, dan purposive sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan softwareStatistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0, Microsoft Excel 2010, Expert Choice 2000, dan Frontier Analysis 3. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik responden dan keadaan umum rantai pasokan minyak akar wangi. Analisis kriteria pemilihan petani oleh penyuling dan evaluasi pemasok dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan. Selanjutnya, pengukuran efisiensi kinerja penyuling minyak akar wangi dengan menggunakan metode DEA.

(3)

Kriteria utama pemilihan petani akar wangi adalah kualitas dengan bobot sebesar 0,400. Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kesesuaian akar wangi dengan spesifikasi yang ditetapkan.

Analisis kinerja pemasok akar wangi menunjukkan petani yang memiliki kinerja terbaik berdasarkan kriteria kualitas, harga, ketepatan pengiriman,

performance history, pelayanan, dan sistem pembayaran yaitu Petani 3. Analisis kinerja penyuling minyak akar wangi Kabupaten Garut di tahun 2010 menunjukkan tiga penyuling yang kinerjanya tidak efisien yaitu Penyuling 2, Penyuling 4, dan Penyuling 5. Penyuling dengan kinerja terendah yaitu Penyuling 4 dengan efisiensi sebesar 76,56 persen.

(4)

ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PETANI DAN KINERJA RANTAI PASOKAN MINYAK AKAR WANGI

DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh Izni Sorfina

H24070038

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Kriteria Pemilihan Petani dan Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat

Nama : Izni Sorfina

NIM : H24070038

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Heti Mulyati, S.TP, MT) (Alim Setiawan S, S.TP, M.Si.) NIP 19770812 200501 2 001 NIP 19820227 200912 1 001

Mengetahui Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 196101231986011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Izni Sorfina lahir di Sydney, Australia, pada tanggal 12 November 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Dr.Ir. Budiatman Satiawihardja, M.Sc. dan Iis Hosiyah.

Menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Sholahuddin pada tahun 1993-1995, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taman Pagelaran pada tahun 1995-2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) pada tahun 2001-2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) pada tahun 2003-2004, SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2004-2006. Pada tahun 2007 diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kriteria Pemilihan Petani dan Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, FEM, IPB. Sholawat dan salam semoga tetap kita curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi rantai pasokan dan kriteria-kriteria pemilihan petani akar wangi serta mengukur kinerja rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan di lingkungan IKM minyak akar wangi merupakan hal penting dalam pemilihan pemasok akar wangi dan peningkatan daya saing industri dalam mengadapi persaingan yang kompetitif. Kriteria-kriteria yang sering mempengaruhi penyuling dalam memilih petani yang tepat, antara lain harga, kualitas, ketepatan waktu pengiriman, performance history, pelayanan, dan sistem pembayaran. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang terkait dengan kriteria pemilihan dan evaluasi kinerja petani akar wangi serta evaluasi kinerja penyuling dengan menggunakan Data Envelopment Analysis ( DEA ). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kriteria dan kinerja rantai pasok minyak akar wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Dalam skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, baik membantu secara moril maupun materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT, dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan arahan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. atas kesediaan sebagai dosen penguji, yang telah memberikan saran dan kritik yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Kedua orang tuaku tercinta, kakakku dan adik-adikku tersayang, atas ketulusan doa, kesabaran, semangat, perhatian, nasehat, dukungan, cinta dan kasih sayang yang tak terbatas.

4. Bapak H. Ede Kadarusman selaku ketua Koperasi Usaha Rakyat (USAR) Kabupaten Garut, Bapak H. Abdullah selaku penyuling minyak akar wangi Kecamatan Bayongbong Garut, dan seluruh petani dan penyuling minyak akar wangi di Kabupaten Garut, yang telah mengizinkan juga bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan perhatiannya, selama proses observasi, dan pengumpulan data sehingga penelitian ini selesai.

5. Seluruh staf Pendidikan dan staf Kependidikan di Departemen Manajemen FEM IPB atas segala bantuan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Teman-teman satu bimbingan: Mursaliena Noor Laela, Intania Sudarwati, Irma Oktavia, Reni Mei. K, dan Agung Cahya. N, untuk kerjasama dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi.

7. Kak Roni Jayawinangun dan Kak Lulud A.S yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

9. Sahabat-sahabatku, Nadia Willia, Ekasari Wijayanti, Windi Widayanti Siregar, Arlena Dini. L, Dwi Ratih Mutiarasari, Astriana Febrisari, Resti Fauziah, Ria Tuzi Rowi, Christ Immanuel, Andrian Duta, yang telah memberikan semangat selama kuliah dan juga dorongan khususnya pada saat penulisan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 44 yang selalu bersama-sama

(10)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan ... 6

2.2. Pemasok ... 8

2.2.1 Evaluasi dan Seleksi Pemasok ... 8

2.2.2 Kriteria Pemilihan Pemasok ... 10

2.3. Kinerja ... 11

2.4. Data Envelopement Analysis ... 12

2.5. Penelitian Terdahulu ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Kerangka Penelitian ... 18

3.2. Tahapan Penelitian ... 20

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 24

3.5. Jenis dan Sumber Informasi ... 25

3.6. Teknik Pengambilan Sampel ... 29

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 37

3.8. Variabel Input dan Output pada DEA ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi ... 35

4.1.1 Karakteristik Akar Wangi ... 35

4.1.2 Identifikasi Rantai Pasokan Akar Wangi ... 37

4.2. Aktivitas Anggota Rantai Pasokan ... 41

4.2.1 Aktivitas Petani Akar Wangi ... 41

(11)

4.2.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi ... 47

4.2.4 Karakteristik Minyak akar Wangi ... 49

4.2.5 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi ... 52

4.2.6 Sumber Daya Rantai Pasokan ... 52

4.3. Kriteria Pemilihan Petani ... 54

4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemilihan Petani ... 55

4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria Pemilihan Petani ... 57

4.3.3 Perhitungan Bobot dan Prioritas ... 61

4.3.4 Elemen Sub Kriteria Pemilihan Petani Akar Wangi ... 62

4.3.5 Evaluasi Kinerja Petani ... 70

4.3.6 Bobot dan Prioritas Evaluasi Kinerja Petani Keseluruhan ... 75

4.4. Pengukuran Kinerja Penyuling Minyak Akar Wangi dengan DEA ... 76

4.4.1 Analisis Nilai Efisiensi Penyuling Minyak Akar Wangi Tahun 2010 ... 76

4.4.2 Perbandingan Kinerja Petani dan Penyuling ... 83

4.5. Implikasi Manajerial ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

Kesimpulan ... 86

Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 90

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kriteria pemilihan/evaluasi pemasok ... 10

2. Prosedur dan pengolahan data penelitian ... 29

3. Jumlah responden penelitian ... 31

4. Skala perbandingan berpasangan ... 32

5. Daftar indikator kinerja pengukuran rantai pasokan ... 34

6. Penampakan akar wangi berkualitas baik ... 38

7. Luas areal dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut ... 43

8. Perbandingan mutu minyak akar wangi penyulingan rakyat dengan standar mutu nasional dan internasional ... 51

9. Bobot dan prioritas kriteria pemilihan petani ... 62

10.Bobot sub kriteria pemilihan pemasok akar wangi ... 65

11.Evaluasi Petani Akar Wangi ... 71

12.Bobot dan prioritas petani berdasarkan kriteria kualitas ... 71

13.Bobot dan prioritas petani berdasarkan kriteria harga ... 72

14.Bobot dan prioritas petani berdasarkan kriteria sejarah kinerja ... 73

15.Bobot dan prioritas petani berdasarkan kriteria pelayanan ... 73

16.Bobot dan prioritas petani berdasarkan kriteria pengiriman ... 74

17.Bobot dan prioritas petani berdasarkan kriteria sistem pembayaran ... 75

18.Bobot dan prioritas kinerja petani akar wangi ... 75

19.Rekapitulasi nilai input pengukuran kinerja penyuling tahun 2010 ... 77

20.Rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja penyuling tahun 2010 ... 77

21.Kinerja penyuling minyak akar wangi pada tahun 2010 (dalam persen) ... 79

22.Peningkatan output dan penurunan/peningkatan input penyuling 4 tahun 2010 ... 80

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Struktur manajemen rantai pasokan ... 7

2. Kerangka pemikiran penelitian ... 19

3. Tahapan penelitian ... 23

4. Tanaman akar wangi ... 35

5. Akar wangi ... 36

6. Pola aliran rantai pasok minyak akar wangi ... 37

7. Lama usaha budidaya ... 43

8. Luas lahan budidaya ... 43

9. Tahapan penyulingan sesuai standar GMP ... 50

10.Alur cara kerja pengolahan data pada DEA ... 76

11.Grafik peningkatan potensi penyuling 4 tahun 2010 ... 80

12.Reference comparison antara Penyuling 4 yang kinerjanya rendah dengan Penyuling 1 yang kinerjanya tinggi tahun 2010 (dalam persen) ... 81

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak akar wangi atau sering disebut java vetiver oil merupakan salah satu komoditas agroindustri yang terkenal dan menjadi salah satu komoditas utama produk ekspor Indonesia. Minyak akar wangi termasuk minyak atsiri (essential oil) yang merupakan komoditas andalan ekspor non migas. Nilai ekspor Indonesia untuk komoditas minyak akar wangi mencapai 25.750 kg dengan nilai US$ 1.416.250 yang dikirim ke berbagai negara seperti Jepang, Singapura, Inggris, USA, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India (Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Garut, 2010). Kualitas dan kuantitas minyak akar wangi Indonesia sudah dikenal di luar negeri sebagai bahan baku pembuatan parfum, bahan kosmetik, pewangi sabun, dan obat-obatan.

Indonesia sebagai salah satu penghasil minyak akar wangi mampu menyumbang 28 persen pasokan minyak akar wangi dunia (Mulyati, Setiawan, dan Rusli, 2009). Sentra budidaya tanaman dan produksi minyak akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terutama di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles. Hal ini dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki kondisi lingkungan sumberdaya alam atau agroklimat yang mendukung, dan tingkat kesuburan tanah yang baik. Hasil minyak akar wangi dari Kabupaten Garut sekitar 90 persen diekspor ke beberapa negara. Negara – negara tujuan ekspor terutama yaitu Swis, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat (Rahmawati, 2010).

(16)

dalam budidaya akar wangi sehingga menyebabkan penurunan harga. Selain itu, struktur pasar minyak akar wangi masih menempatkan petani dan penyuling berada pada posisi lemah dalam hal penentuan harga. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan keunggulan bersaing minyak akar wangi Indonesia masih rendah.

Salah satu cara untuk mencapai keunggulan bersaing adalah dengan meningkatkan kinerja industri melalui manajemen rantai pasok. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan mengelola rantai kegiatan dari mulai hulu sampai pelanggan akhir dengan baik. Permasalahan yang berkaitan dengan rantai pasokan sering terjadi dalam industri akar wangi, seperti sistem rantai pasokan yang terlalu panjang dan pemerataan pendapatan dari minyak akar wangi yang masih rendah. Oleh karena itu, manajemen rantai pasokan (MRP) menjadi salah satu hal penting dalam industri minyak akar wangi.

Manajemen rantai pasokan (MRP) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan yang mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor (Heizer dan Reinder, 2010). Rantai pasokan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja yang terkoordinasi dalam penyediaan barang maupun jasa bagi

konsumen secara efisien (D’Amours et al dalam Annatan dan Ellitan, 2008).

(17)

kritis dan akan digunakan dalam jangka panjang sebagai pemasok penting. Kriteria pemilihan pemasok adalah salah satu hal penting dalam pemilihan pemasok. Kriteria-kriteria pemilihan pemasok penting untuk dipertimbangkan sebagai acuan dalam mengevaluasi dan menyeleksi pemasok. Kriteria yang digunakan harus mencerminkan strategi rantai pasokan maupun karakteristik dari produk yang akan dipasok.

Selain kriteria-kriteria pemilihan pemasok, pengukuran efisiensi kinerja rantai pasokan merupakan hal yang penting. Pengukuran efisiensi kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui penyimpangan selama pelaksanaan kinerja dari rencana yang telah ditentukan, kesesuaian jadwal yang telah ditentukan, dan kesesuaian pencapaian hasil kinerja dengan yang diharapkan. Selain itu, pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kinerja juga menciptakan kemitraan yang baik untuk perbaikan kinerja. Oleh karena itu, pengukuran kinerja rantai pasokan merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat menjadi umpan balik bagi rantai pasokan minyak akar wangi.

1.2. Perumusan Masalah

Persaingan industri minyak atsiri Indonesia di pasar global mendorong para pelaku usaha minyak akar wangi memperbaiki sistem manajerial maupun sistem operasionalnya secara terus-menerus. Hal tersebut bertujuan agar kualitas dan kuantitas minyak akar wangi dapat meningkat sehingga mampu menguasai pangsa pasar luar negeri. Salah satu alternatif untuk mencapai hal tersebut adalah melalui pengelolaan rantai pasokan.

(18)

industri akar wangi. Selain itu, efisiensi kinerja anggota rantai pasokan terutama penyuling menjadi salah satu faktor keberhasilan industri minyak akar wangi. Produsen minyak akar wangi perlu menjamin kualitas minyak akar wangi yang dihasilkannya agar tercapai kepuasan konsumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kriteria utama pemilihan petani, evaluasi kinerja petani, dan efisiensi kinerja penyuling minyak akar wangi agar terciptanya manajemen rantai pasokan yang baik untuk mencapai keunggulan bersaing.

Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana rantai pasokan industri minyak akar wangi ?

2. Bagaimana kriteria-kriteria utama yang dipertimbangkan penyuling dalam memilih petani akar wangi dan kinerja petani akar wangi?

3. Bagaimana kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA)? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi.

2. Menganalisis kriteria-kriteria utama yang dipertimbangkan penyuling dalam memilih petani akar wangi dan mengevaluasi kinerja petani.

3. Menganalisis kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA). 1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada anggota rantai pasokan yaitu petani, penyuling, dan pengumpul minyak akar wangi yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Ruang lingkup penelitian adalah:

(19)

2. Analisis kriteria pemilihan pemasok dan evaluasi kinerja pemasok dilakukan pada petani akar wangi.

3. Pengukuran kinerja anggota rantai pasokan yaitu penyuling menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

1.5. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi penulis mengenai manajemen rantai pasokan khususnya di industri akar wangi.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk para peneliti lainnya untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan pemilihan pemasok dan kinerja rantai pasokan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait yaitu, petani, penyuling, eksportir, pemerintah, dan Dewan Atsiri sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasional, pemilihan petani, serta diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi rantai pasokan minyak akar wangi dan kinerja rantai pasokan guna meningkatkan daya saing minyak akar wangi di masa depan.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Pujawan (2005), rantai pasokan adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan rantai pasokan adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan.

Menurut Anatan dan Ellitan (2008), rantai pasokan dikelola oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu rantai nilai yang dilatarbelakangi oleh dua alasan penting. Pertama, perusahaan berusaha untuk mendekatkan diri dengan konsumen, memberikan kepastian adanya tautan dengan pasar. Kedua, semua perusahaan yang terkoordinir dalam suatu rantai pasokan merumuskan tujuan bersama sebagai pedoman dalam aktivitas bisnis mereka.

Manajemen rantai pasokan atau supply chain management (SCM) adalah proses perencanaan, penerapan, dan pengendalian operasi dari rantai pasokan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan pelanggan seefisien mungkin yang mencakup semua pergerakan dan gudang penyimpanan dari bahan baku, persediaan barang dalam pengolahan, dan barang sejak jadi dari titik produksi ke titik konsumsi (Haming dan Nurnajamuddin, 2007).

(21)

peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Melalui rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang terkoordinasi dalam penyediaan barang maupun jasa bagi konsumen secara efisien. Salah satu hal terpenting dalam manajemen rantai pasokan adalah saling berbagi informasi. Oleh karena itu dalam aliran barang, aliran kas, dan aliran informasi merupakan keseluruhan elemen dalam rantai pasokan yang perlu diintegrasikan.

Menurut Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasokan adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan (outsourching), ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. Tujuan dari seluruh aktivitas rantai pasokan adalah membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Ruang lingkup supply chain management meliputi, (1) Rantai pasokan (SC) yang mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ketangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan (SC). (2) Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasinya menyalurkan barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya (Siagian, 2005). Struktur manajemen rantai pasokan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Manajemen Rantai Pasokan (Siagian, 2005) 1. Informasi penjadwalan

2. Arus kas 3. Arus pesanan

Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen

(22)

Manajemen rantai pasokan berkaitan langsung dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Sementara perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing mereka melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan mencapai pasar diberikan penekanan tambahan terhadap rantai pasokan. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi penjadwalan, transfer kredit, dan tunai, serta transfer bahan baku antara pihak-pihak terlibat Siagian (2005).

Menurut Siagian (2005), manajemen rantai pasokan dapat meliputi penetapan:

(1) pengangkutan

(2) pentransferan kredit dan tunai (3) pemasok

(4) distributor dan bank (5) utang dan piutang (6) penggudangan (7) pemenuhan pesanan

(8) membagi informasi mengenai ramalan permintaan, produksi, dan kegiatan pengendalian persediaan.

2.2. Pemasok

Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), pemasok merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini dapat berupa bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub assemblies, dan suku cadang.

2.2.1 Evaluasi dan Seleksi Pemasok

Menurut Tunggal (2009), proses evaluasi dan seleksi pemasok ini meliputi 12 langkah, yaitu:

1. Identifikasi kebutuhan perusahaan

(23)

3. Mencari alternatif pemasok 4. Membangun koneksi

5. Mengatur kriteria pembelian dan penggunaan 6. Mengevaluasi alternatif aksi pembelian 7. Melihat anggaran yang tersedia

8. Mengevaluasi alternatif pembelian yang spesifik 9. Bernegosiasi dengan pemasok

10. Evaluasi pasca pembelian

11. Menggunakan evaluasi pasca pembelian 12. Menyalurkan evaluasi pasca pembelian

Perusahaan mencari pemasok yang dapat memenuhi atau melebihi persyaratannya. Persyaratan pelanggan dapat disebut sebagai karakteristik mutu dari produk layanan yang diberikan oleh pemasok. Seleksi dilakukan dengan tujuan memilih pemasok yang akan diajak bekerja sama dalam pekerjaan yang akan dilakukan. Dari sejumlah pemasok yang dimiliki dalam daftar, dilakukan proses seleksi sehingga jumlah pilihan menjadi lebih sedikit. Untuk melakukan hal ini, dapat dilakukan survei untuk memperoleh informasi mengenai kondisi pemasok. Informasi yang meliputi kemampuan pemasok dari segi teknis dapat diperoleh dari ketersediaan alat-alat produksi dan tenaga ahli, cukup tidaknya kapasitas yang tersedia untuk memenuhi pesanan yang diperlukan proyek serta cukup tidaknya perhatian terhadap aspek tertentu, misalnya pada masalah pengendalian mutu (Tunggal, 2009).

Pelayanan pemasok juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam kriteria seleksi. Menurut Tunggal (2009), diuraikan beberapa dimensi kualitas pelayanan pemasok, yaitu:

1. Ketepatan waktu pelayanan. Hal yang harus dipertimbangkan disini berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu penyerahan.

2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan pelayanan yang dapat diandalkan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

(24)

4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan.

5. Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung.

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan.

7. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas dan penanganan permintaan khusus.

2.2.2 Kriteria Pemilihan Pemasok

Penelitian yang dilakukan oleh Dickson dalam Pujawan (2005), menunjukkan bahwa kriteria pemilihan pemasok bisa sangat beragam. 23 kriteria yang diidentifikasi oleh Dickson dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Kriteria pemilihan / evaluasi pemasok

Kriteria Skor

Quality 3.5

Delivery 3.4

Performance History 3.0

Warranties and claim policies 2.8

Production facilities and capacity 2.8

Price 2.8

Technical capability 2.8

Financial position 2.5

Prosedural compliance 2.5

Communication system 2.5

Reputation and position in industry 2.4

Desire for business 2.4

Management and organization 2.3

Operating controls 2.2

(25)

Attitudes 2.1

Impression 2.1

Packaging ability 2.0

Labor relations records 2.0

Geographical location 1.9

Amount of past bussiness 1.6

Training aids 1.5

Reciprocal arrangements 0.6

Sumber : Dickson dalam Pujawan (2005)

Menurut Pujawan (2005), memilih pemasok merupakan kegiatan strategis, terutama apabila pemasok tersebut akan memasok barang yang kritis dan akan digunakan dalam jangka panjang sebagai pemasok penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan pemasok. Kriteria yang digunakan harus mencerminkan strategi rantai pasok maupun karakteristik dari produk yang akan dipasok.

2.3. Kinerja

Menurut Wibowo (2009), kinerja adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut, tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Pengukuran kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan, apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, dan apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:

1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah terpenuhi.

(26)

4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang perlu prioritas perhatian.

5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas. 6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya.

7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

Menurut Pujawan (2005), salah satu aspek fundamental dalam manajemen rantai pasokan adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Penciptaan manajemen kinerja yang efektif memerlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasokan secara holistik. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk:

1. Melakukan pengawasan dan pengendalian.

2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan.

3. Mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai.

4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.

Penciptaan sistem pengukuran kinerja rantai pasokan bukanlah pekerjaan yang mudah. Filososofi manajemen rantai pasokan menekankan perlunya koordinasi dan kolaborasi baik antar fungsi di dalam sebuah organisasi maupun lintas organisasi pada suatu rantai pasokan. Hal ini menyiratkan pentingnya sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi, bukan hanya di dalam suatu organisasi, tetapi juga antar pemain organisasi pada suatu rantai pasokan. Artinya, sistem pengukuran kinerja harus memiliki alat ukur yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja secara bersama-sama antara satu organisasi dengan organisasi lainnya pada sebuah rantai pasokan (Pujawan, 2005).

2.4. Data Envelopment Analysis

(27)

digunakan untuk mengukur efisiensi relatif dari suatu unit organisasi dimana keberadaan beberapa input dan beberapa output sulit untuk diperbandingkan (Al-Faraj, 2006). DEA pertama mengidentifikasi sebuah eficcient frontier

dari input dan output yang diamati pada satu set objek yang akan dievaluasi, yang disebut unit pengambilan keputusan atau decision making unit (DMU). Menurut Charnes et al dalam Liu, Ding, Lall (2000) DEA adalah prosedur pemrograman matematis untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari beberapa unit pengambilan keputusan (DMUs) yang melibatkan beberapa input dan output ganda. DEA mengukur efisiensi relatif dari masing-masing DMU dibandingkan dengan DMUs lain. Skor efisiensi suatu DMU secara umum didefinisikan sebagai total bobot output dibagi dengan total bobot input.

Menurut Seydel (2003), metode DEA dapat membantu dalam kegiatan pemilihan pemasok. Penerapan metode DEA untuk pemilihan pemasok diawali dengan identifikasi alternatif dan selanjutnya menentukan kriteria untuk pemilihan pemasok. Proses untuk mendapatkan skor efisiensi dalam metode DEA, diawali dengan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar kriteria yang nantinya akan digunakan untuk mendapatkan tingkat kepentingan relatif tiap kriteria (criteria weight). Selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan antar alternatif keputusan pada masing-masing faktor untuk mendapatkan kepentingan relatif antar alternatif pada setiap kriteria (criteria evaluation).

Menurut Saaty (1991), untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya. Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap tingkat hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya.

(28)

set kriteria ganda, DEA mengklasifikasikan DMUs ke dalam dua kategori, efisien dan tidak efisien.

DEA menyediakan ukuran dimana suatu perusahaan atau departemen dapat membandingkan kinerja mereka, relatif terhadap perusahaan lain atau departemen homogen. DEA terutama digunakan dalam dua situasi yang berbeda. Pertama, digunakan ketika sebuah departemen atau perusahaan ingin membandingkan tingkat efisiensi kinerjanya dengan departemen terkait dalam perusahaan lain. Namun, salah satu asumsi utama adalah bahwa semua departemen memiliki sasaran-sasaran strategis dan arah yang sama, mencakup kebutuhan semua perusahaan untuk berada di sektor yang sama. Kedua, DEA dapat digunakan dengan membandingkan efisiensi dari sebuah departemen atau perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam pengukuran efisiensi relatif dari organisasi, pengukuran DEA dapat didefinisikan sebagai rasio dari total bobot output terhadap total bobot input. Dengan DEA setiap organisasi dapat menggunakan bobot yang berbeda untuk semua ukuran kinerja (Easton, Murphy, Pearson, 2002).

Menurut Zhang, Xiu, dan Liu (2006), model dasar dari DEA sebagai berikut :

Efisiensi Maksimum ∑

∑ ... (1) k = unit pengambilan keputusan yang akan dievaluasi

= bobot dari output = bobot dari input = nilai dari output

= nilai dari input

Menurut Govindrajan (2007), keuntungan dari DEA adalah sebagai berikut:

1. DEA dapat menangani model input dan output berganda.

(29)

3. DEA dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. Sedangkan, kelemahan dari DEA adalah:

1. DEA membutuhkan dukungan data yang intensif. 2. DEA membutuhkan pendekatan deterministik 2.5. Penelitian Terdahulu

(30)

Suryani (2010) meneliti Analisis Pemilihan Pemasok Brokoli pada PT XYZ Dengan Menggunakan Proses Hirarki Analitik. Penelitian ini salah satunya bertujuan untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT XYZ dalam pemilihan pemasok brokoli dengan menggunakan metoda Proses Hirarki Analitik. Dari hasil penelitian, didapatkan anggota rantai pasokan PT XYZ terdiri dari pemasok, kebun perusahaan, distributor perusahaan, dan pelanggan akhir. Kriteria yang dipertimbangkan untuk memilih pemasok ada enam yaitu: harga, kualitas, ketepatan waktu pengiriman, ketersediaan sayuran, reputasi pemasok, dan pelayanan. Subkriteria ada tujuh belas yaitu: kesesuaian harga, memberikan diskon, mekanisme pembayaran mudah, kesesuaian sayuran dengan spesifikasi, kualitas sayuran konsisten, mengirimkan pesanan tepat waktu,

lead time singkat, mampu menangani masalah transportasi, mampu memenuhi pesanan, persediaan untuk pesanan mendadak, pemasok dan produknya dikenal, dipercaya perusahaan, mudah dihubungi, memberikan informasi yang jelas, kecepatan respon pesanan, dan kecepatan dalam menyelesaikan keluhan pelanggan. Pemasok brokoli ada tiga yaitu pemasok HSL, pemasok AGP dan pemasok DD. Berdasarkan hasil penelitian dengan metoda PHA, kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas sayuran dengan bobot 0,353. Subkriteria yang menjadi prioritas utama adalah kesesuaian sayuran dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan dengan bobot 0,294. Sedangkan alternatif yang dipilih dan menjadi prioritas utama perusahaan adalah pemasok AGP dengan bobot 0,552.

(31)
(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Mutu dan produktivitas merupakan hal penting yang perlu ditingkatkan agar industri minyak akar wangi tetap mampu bersaing dengan baik diantara industri minyak atsiri lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pengelolaan rantai pasokan minyak akar wangi, terutama di sentra produksi minyak akar wangi Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Konsistensi kualitas dan kuantitas minyak akar wangi perlu dijaga dengan baik. Hal tersebut membutuhkan kontinuitas aktivitas yang berkesinambungan di semua anggota rantai pasokan. Oleh karena itu, kajian rantai pasokan secara komprehensif menjadi penting untuk memberikan rekomendasi terbaik dan sesuai sehingga mewujudkan aktivitas rantai pasokan yang komprehensif dan berkesinambungan. Selain itu, manajemen rantai pasokan yang baik diperlukan agar industri minyak akar wangi dapat mencari petani yang dapat memenuhi atau melebihi persyaratannya.

Petani merupakan bagian yang signifikan dalam keberlanjutan rantai pasokan minyak akar wangi. Kriteria pemilihan petani merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan sebagai acuan dalam mengevaluasi dan menyeleksi petani. Beberapa kriteria yang sering menjadi pertimbangan dalam pemilihan pemasok yaitu kualitas, pengiriman tepat waktu, harga, pelayanan, dan sejarah kinerja. Selain itu, peningkatan dan pengukuran kinerja rantai pasokan minyak akar wangi menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi persaingan yang kompetitif.

(33)
[image:33.595.121.478.119.759.2]

pasokan dengan menggunakan pendekatan DEA. Pengukuran kinerja diharapkan dapat menghilangkan inefisiensi dalam rantai pasokan serta peluang-peluang dalam industri minyak akar wangi dapat dimanfaatkan melalui sumberdaya yang optimal. Oleh karena itu, diharapkan adanya pengadaan minyak akar wangi berkualitas dan berkesinambungan yang memenuhi persyaratan mutu standar Internasional agar terciptanya keunggulan bersaing minyak akar wangi di Indonesia. Kerangka pemikiran penelitian disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

Pengelolaan Rantai Pasokan

Peningkatan Mutu dan Produktivitas Minyak Akar Wangi yang Berkelanjutan

Evaluasi kinerja rantai pasokan penyuling

Pengadaan minyak akar wangi berkualitas dan berkesinambungan

Keunggulan bersaing minyak akar wangi di Indonesia

Minyak akar wangi memenuhi persyaratan mutu standar Internasional

Identifikasi kriteria pemilihan pemasok

(34)

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan rincian dari langkah-langkah yang dilakukan berdasarkan teknik pemodelan. Tahapan penelitian terdiri dari : 1. Studi pustaka. Studi pustaka dilakukan tidak hanya di awal penelitian

tetapi juga dilakukan sampai dengan waktu penelitian berakhir. Pustaka yang dipelajari adalah pustaka yang berkaitan dengan kriteria pemilihan pemasok, evaluasi kinerja pemasok, dan metoda yang dapat digunakan dalam menyelesaikan model rantai pasok yaitu DEA.

2. Penentuan topik dan judul penelitian. Topik dari penelitian ditentukan yaitu berkaitan dengan rantai pasokan dan manajemen rantai pasokan, khususnya pada kriteria pemilihan dan evaluasi kinerja pemasok minyak akar wangi. Judul penelitian adalah Analisis Kriteria Pemilihan Petani dan Kinerja Rantai Pasok Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

3. Perumusan masalah. Berdasarkan topik yang telah dipilih, dirumuskan permasalahan yang relevan. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah, bagaimana rantai pasokan industri minyak akar wangi, bagaimana kriteria-kriteria utama yang dipertimbangkan penyuling dalam memilih petani akar wangi dan kinerja petani akar wangi, dan bagaimana kinerja anggota rantai pasokan minyak akar wangi dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

4. Penentuan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ditetapkan berdasarkan perumusan masalah dan studi pustaka yang telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis kondisi rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut, mengidentifikasi kriteria-kriteria utama yang dipertimbangkan dalam memilih petani akar wangi beserta evaluasi kinerja petani akar wangi, menganalisis efisiensi anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

(35)

dan pengumpul minyak akar wangi. Selain itu, studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada industri minyak akar wangi. Studi literatur terkait topik penelitian juga dilakukan sebagai acuan tambahan pada penelitian.

6. Rancangan pengumpulan data. Tahapan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi data primer dan data sekunder yang akan dikumpulkan. Setelah itu, menentukan metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara menggunakan kuesioner, observasi, dan studi literatur dan teknik pengambilan sampel yaitu dengan probability sampling dengan

stratified random sampling juga non probability sampling meliputi

purposive sampling dan snowball sampling. Terakhir, pemilihan teknik pengolahan data yaitu dengan metode pairwise comparison dan DEA. 7. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapang dan wawancara

dengan para ahli dalam hal ini petani akar wangi, penyuling, pengumpul minyak, Dinas Perkebunan, dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut untuk mengidentifikasi kondisi rantai pasokan. Pengisian kuisioner oleh petani dan penyuling, juga dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi rantai pasokan, kriteria pemilihan pemasok beserta bobotnya, dan evaluasi kinerja pemasok minyak akar wangi Kabupaten Garut.

8. Pembuatan model DEA. Pembuatan model dilakukan secara bertahap, yaitu pertama menentukan Desicion Making Unit (DMU) atau unit yang diobservasi beserta input dan output pembentuknya. Selanjutnya, menentukan indikator kinerja rantai pasokan minyak akar wangi beserta bobotnya. Bobot ditentukan menggunakan metode pairwise comparison. Setelah itu, membentuk efficiency frontier dari data yang ada dilanjutkan dengan perhitungan efisiensi setiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya. Skor efisiensi suatu DMU secara umum dapat didefinisikan sebagai total bobot output dibagi dengan total bobot input. 9. Input Data. Data yang didapatkan untuk identifikasi rantai pasokan

(36)

Sciences (SPSS) versi 16.0, data dalam kuisioner kriteria pemilihan petani akar wangi dan evaluasi kinerja petani dimasukkan kedalam perangkat lunak Expert Choice 2000, data rekapitulasi input dan output untuk indikator kinerja penyuling minyak akar wangi dimasukkan kedalam perangkat lunak Frontier Analysis 3.

10. Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tahapan, 1) pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0 untuk identifikasi rantai pasokan minyak akar wangi. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk membahas struktur dan kondisi rantai pasokan, 2) pengolahan data menggunakan metoda pairwise comparison dilakukan dengan Microsoft Excel 2010 dan Expert Choice 2000 untuk menganalisis karakteristik pemilihan petani oleh penyuling minyak akar wangi dan evaluasi kinerja petani, dan 3) pengolahan atau perhitungan data dengan DEA dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Frontier Analysis 3. Setelah perhitungan dilakukan, penyuling dikelompokkan berdasarkan

efficient/inefficient supplier sehingga dapat mengetahui pemasok yang baik dan terpilih. Efficient supplier yang memiliki kinerja terbaik. Apabila terjadi inefficient supplier, maka akan diberikan usulan perbaikannya.

11. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dibuat pembahasannya yang meliputi gambaran umum rantai pasokan minyak akar wangi, aktivitas anggota rantai pasokan, karakteristik pemilihan petani, evaluasi kinerja petani, pengukuran kinerja penyuling dengan DEA, dan implikasi manajerial.

12. Kesimpulan dan saran. Mengacu dari hasil penelitian, penulis akan memberikan kesimpulan secara keseluruhan untuk menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Selain itu, diberikan saran untuk pihak perusahaan.

(37)

Penentuan topik dan judul penelitian

Perumusan masalah :

1. Bagaimana kondisi rantai pasokan minyak akar wangi? 2. Bagaimana kriteria dan kinerja petani akar wangi ? 3. Bagaimana efisiensi anggota rantai pasokan dengan DEA?

Penentuan tujuan penelitian

Studi Pendahuluan

Rancangan Pengumpulan Data

1. Identifikasi kebutuhan data primer dan sekunder 2. Metode pengumpulan data

3. Teknik pengambilan sampel 4. Pemilihan teknik pengolahan data

Identifikasi rantai pasokan minyak akar wangi 1. Struktur rantai pasokan

2. Manajemen rantai pasokan

3. Pola aliran barang, finansial, informasi 4. Sumber daya rantai

Identifikasi kriteria-kriteria pemilihan petani

Evaluasi kinerja penyuling menggunakan metode DEA Metode : - Wawancara - Observasi Lapang Input Data

Pengolahan dan analisis data

Kualitatif :

Identifikasi rantai pasokan minyak akar wangi dengan dibantu SPSS versi 16

Kuantitatif :

- Identifikasi kriteria utama pemilihan pemasok dengan pairwise comparison dibantu Expert Choice 2000

- Evaluasi petani dengan pairwise comparison dibantu Expert Choice 2000

- Pengukuran kinerja penyuling dengan metode DEA dibantu Frontier Analysis 3

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Pengumpulan Data

[image:37.595.77.543.77.764.2]

Evaluasi kinerja petani

Gambar 3. Tahapan Penelitian

(38)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, khususnya di Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles dengan objek penelitian industri kecil menengah (IKM) minyak akar wangi Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan minyak akar wangi merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Juli 2011.

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu seperti observasi atau pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan wawancara dengan pihak yang terkait. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari laporan-laporan divisi, literatur, hasil penelitian terdahulu, jurnal, internet, maupun Biro Pusat Statistik (BPS). Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, dan pengumpul minyak akar wangi. Data sekunder diperoleh dari data statistik yang dimiliki Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Garut juga informasi lain yang berkaitan dengan rantai pasok minyak akar wangi. Metode pengumpulan data terdiri dari: 1. Wawancara

(39)

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengamatan oleh peneliti terhadap objek penelitiannya. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi anggota rantai pasokan minyak akar wangi dan mengetahui mekanisme pemilihan pemasok. Observasi tersebut meliputi pengamatan langsung ke lokasi penyulingan yang berada di Kecamatan Samarang dan Bayongbong untuk mengetahui proses produksi minyak akar wangi dan lokasi penanaman akar wangi.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan membaca buku, jurnal, hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti dan data-data sekunder dari Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Garut. Peneliti mencari literatur yang terkait dengan permasalahan topik penelitian, diantaranya literatur yang berjudul manajemen rantai pasokan, pengukuran kinerja, dan pemilihan pemasok menggunakan DEA.

3.5. Jenis dan Sumber Informasi

Jenis informasi yang didapatkan yaitu informasi primer. Sumber informasi primer berasal dari hasil wawancara langsung kepada pihak-pihak terkait, yaitu petani akar wangi, pengumpul akar wangi. penyuling akar wangi, dan pengumpul minyak akar wangi. Panduan wawancara berupa kuesioner. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang terkait dengan topik penelitian. Kuesioner berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Kuesioner dibagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu 1) kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi, 2) kuesioner untuk mengidentifikasi kriteria pemilihan petani, 3) kuesioner untuk mengidentifikasi evaluasi kinerja petani, dan 4) kuesioner untuk mengidentifikasi pengukuran kinerja pada penyuling.

1. Kuesioner Identifikasi Rantai Pasokan

(40)

Identitas usaha petani bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dari petani yaitu status usaha petani, kegiatan petani, jumlah produksi, kepemilikan lahan, dan awal mulai usaha bertani akar wangi. Aspek budidaya dan pasca panen berisi daftar pertanyaan mengenai pola tanam akar wangi, proses budidaya akar wangi yang sesuai Good Agricultural Process (GAP) dari pembibitan sampai panen, masa tanam, kebutuhan input pertanian dan pemasok, permasalahan dan kendala budidaya akar wangi serta solusi yang diterapkan.

Aspek pemasaran pada petani akar wangi berisi pertanyaan mengenai cara penjualan, kerjasama penjualan yang dilakukan, wilayah penjualan, harga jual, mekanisme pembayaran, dan permasalahan serta solusinya. Aspek keuangan bertujuan untuk mengetahui permodalan dalam budidaya akar wangi, investasi yang dibutuhkan, dan masalah permodalan yang dihadapi serta solusinya. Aspek kemitraan bertujuan untuk mengetahui bentuk kemitraan dan pihak-pihak yang menjadi mitra usaha petani.

Kuesioner untuk penyuling berisi pertanyaan mengenai identitas usaha, aspek penyulingan akar wangi, aspek pemasaran, aspek keuangan, dan aspek kemitraan. Identitas usaha penyuling bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dari penyuling yaitu status dan bentuk usaha penyuling, kegiatan penyuling, jumlah produksi minyak akar wangi, dan awal mulai usaha penyulingan akar wangi. Aspek penyulingan akar wangi berisi daftar pertanyaan mengenai karakteristik input penyulingan akar wangi, proses penyulingan akar wangi, dan output yang dihasilkan. Jenis kendala dan permasalahan selama proses penyulingan akar wangi serta solusi yang diterapkan.

(41)

untuk mengetahui bentuk kemitraan dan pihak-pihak yang menjadi mitra usaha penyuling.

Kuesioner untuk pengumpul akar wangi dan pengumpul minyak akar wangi berisi garis besar pertanyaan yang sama yaitu identitas usaha, aspek pemasaran, aspek keuangan, dan aspek kemitraan. Identitas usaha untuk pengumpul akar wangi/minyak akar wangi berisi pertanyaan mengenai karakteristik pengumpul akar wangi/minyak akar wangi, status usaha, bentuk usaha, sistem pemesanan, mekanisme pembayaran, dan permasalahan serta solusinya. Aspek Pemasaran berisi pertanyaan mengenai cara penjualan akar wangi/minyak akar wangi, kerjasama penjualan yang dilakukan, wilayah penjualan akar wangi/minyak akar wangi, harga jual akar wangi/minyak akar wangi, dan permasalahan serta solusinya.

Aspek keuangan bertujuan untuk mengetahui permodalan dalam proses pengumpulan akar wangi/minyak akar wangi, investasi yang dibutuhkan, dan masalah permodalan yang dihadapi serta solusinya. Aspek kemitraan bertujuan untuk mengetahui bentuk kemitraan dan pihak-pihak yang menjadi mitra usaha pengumpul akar wangi/minyak akar wangi.

2. Kuesioner Kriteria Pemilihan Petani

(42)

proses penentuan harga, rekan jejak petani, keluhan petani, loyalitas petani, ketepatan informasi, kecepatan respon pelanggan, pengiriman tepat waktu, waktu kirim singkat, jumlah pengiriman sesuai, kesepakatan pembayaran, dan kemampuan menanggung biaya sebelum dibayarkan. 3. Kuesioner Evaluasi Kinerja Petani

Kuesioner evaluasi kinerja petani digunakan untuk membandingkan kinerja petani akar wangi di Kabupaten Garut. Kuesioner berisi design metrik evaluasi kinerja petani dengan metode perbandingan berpasangan. Setiap petani diperbandingkan kinerjanya berdasarkan kriteria-kriteria kualitas, harga, sejarah kinerja, pelayanan, pengiriman, dan sistem pembayaran. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan yaitu (1) sama penting, (3) sedikit lebih penting, (5) lebih penting, (7) sangat jelas lebih penting, (9) jelas lebih penting, dan (2,4,6,8) nilai-nilai diantara dua pertimbangan.

4. Kuesioner Pengukuran Kinerja Penyuling Minyak Akar Wangi

(43)
[image:43.595.82.536.98.773.2]

Tabel 2. Prosedur dan pengolahan data penelitian No Tujuan

Penelitian Jenis Data Metoda Pengumpulan Data

Sumber Data Analisis Data

1 Menganalisis kondisi rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Primer dan Sekunder Wawancara, observasi, studi literatur, dan kuesioner

Responden yaitu Petani dan Penyuling, data Dinas

Perkebunan, Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, buku, jurnal, internet

Analisis Deskriptif

2 Mengidentifi kasi kriteria pemilihan pemasok dan evaluasi kinerja pemasok akar wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat Primer dan Sekunder

Kuesioner, studi literatur

Responden yaitu Penyuling, jurnal, buku, penelitian

terdahulu

Mengidentifi kasi kriteria pemilihan dan evaluasi kinerja pemasok dengan metode perbandingan berpasangan

3 Pengukuran kinerja rantai pasokan minyak akar wangi berdasarkan kriteria input dan output yang telah ditetapkan. Primer dan Sekunder Wawancara dengan

penyuling dan pengumpul minyak akar wangi,

Kuisioner

Laporan mitra tani, buku, jurnal, penelitian terdahulu, internet

(44)

3.6. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan suatu cara untuk mengambil sampel yang mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik probability sampling dengan cara stratified random sampling

dan non probability sampling dengan cara purposive sampling, snowball sampling. Pengambilan sampel probability dilakukan secara stratified random sampling. Stratified random sampling merupakan pengambilan sampel dengan membagi populasi menjadi subpopulasi. Populasi penelitian ini adalah pelaku industri minyak akar wangi dan wilayah Kabupaten Garut. Pelaku industri minyak akar wangi dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu petani, penyuling, pengumpul akar wangi, dan pengumpul minyak akar wangi. Wilayah industri minyak akar wangi Kabupaten Garut dikelompokkan ke dalam empat kelompok kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Kriteria dari sampel yang dipilih adalah lokasi usaha, status usaha, dan keberlanjutan usaha pelaku industri minyak akar wangi. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel menggunakan snowball sampling, yaitu pengambilan sampel dengan secara berantai (multi level), dimana setelah responden pertama yang ditemui, selanjutnya dicari lagi responden lain yang direkomendasikan dari responden pertama. Hal tersebut terus dilakukan sehingga jumlah responden semakin banyak.

(45)

Jumlah populasi petani dalam penelitian ini tidak teridentifikasi secara jelas sehingga jumlah pengambilan sampel disesuaikan dengan kecukupan data sampel homogen. Hasil responden untuk identifikasi rantai pasok minyak akar wangi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah responden penelitian

No Kecamatan

Responden untuk Identifikasi Rantai Pasok

Responden untuk Kriteria Pemilihan Petani Responden untuk Pengukuran Kinerja Penyuling

Petani Penyuling

Pengumpul Akar Wangi Pengumpul Minyak Akar Wangi

Penyuling Penyuling

1 Samarang 10 5 2 - 5 2

2 Bayongbong 7 4 1 1 4 2

3 Cilawu 7 2 - - 2 1

4 Leles 1 1 - - 1 1

5 Garut Kota - - - 1 - -

6 Dramaga - - - -

Total 25 12 3 2 12 6

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai rantai pasokan minyak akar wangi. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk analisis kriteria-kriteria pemilihan pemasok oleh penyuling, dan pengolahan data dengan metode DEA. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

(46)

dipakai untuk analisa data statistika dan Microsoft Excel 2010. Data disajikan dalam bentuk tabulasidan diagram.

2. Analisis kriteria pemilihan petani oleh penyuling dan evaluasi pemasok dengan metode pairwise comparison.

[image:46.595.115.524.464.757.2]

Identifikasi kriteria utama yang dipertimbangkan dalam memilih pemasok diawali dengan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar kriteria yang nantinya akan digunakan untuk mendapatkan tingkat kepentingan relatif tiap kriteria. Selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan antar sub kriteria pada masing-masing faktor untuk mendapatkan kepentingan relatif antar sub kriteria pada setiap kriteria. Evaluasi pemilihan pemasok (petani) juga dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan. Petani diperbandingkan kinerjanya berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan petani oleh penyuling. Perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Expert Choice 2000. Pengisian matriks berpasangan, yaitu digunakan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya. Skala perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Skala Perbandingan Berpasangan

Intensitas Pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besarnya pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya

5 Elemen yang satu sangat essensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktik

9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya

(47)

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antaradua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty (1991)

3. Pengukuran efisiensi kinerja penyuling minyak akar wangi dengan metode DEA.

Metode DEA digunakan untuk mengukur efisiensi relatif dari rantai pasok minyak akar wangi, dan mengetahui kinerja penyuling minyak akar wangi. Pengolahan DEA diselesaikan dengan bantuan software frontier analysis 3. Dalam metode ini ditetapkan faktor yang digunakan sebagai input dan output. Hasil pengolahan dengan menggunakan DEA akan diperoleh kinerja penyuling sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja. Kinerja rantai pasokan dibandingkan antara rantai pasokan yang efisien dengan rantai pasokan yang tidak efisien kinerjanya.

3.8. Variabel Input dan Output dalam DEA

Tidak ada aturan spesifik dalam menentukan prosedur untuk pemilihan input dan output dalam DEA. Input didefinisikan sebagai kapabilitas dari pemasok, yaitu sumber daya yang dimanfaatkan oleh DMU atau kondisi yang mempengaruhi kinerja DMU, sementara output merupakan keuntungan (benefit) yang dihasilkan sebagai hasil dari operasi DMU. Klasifikasi ini didasarkan pada persamaan efisiensi total faktor output tertimbang dibagi dengan total faktor input tertimbang .

Melalui perhitungan DEA dapat diketahui potential improvement dan

reference comparison dari DMU yang tidak efisien. Potential improvement

(48)

efisien dapat mengetahui variabel yang menyebabkan efisiensi tidak mencapai 100%.

(49)
[image:49.842.30.764.114.560.2]

Tabel 5. Daftar Indikator Kinerja Pengukuran Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Sumber : Subarkah (2009) No Atribut

Kinerja

Indikator Kinerja Input (√)

Output (√)

Satuan Cara Perhitungan 1 Realibilitas Kinerja pengiriman adalah persentase pengiriman pesanan

tepat waktu yang sesuai dengan tanggal pesanan pengumpul minyak akar wangi/eksportir dan atau tanggal yang diinginkan eksportir.

% Pengiriman pesanan yang tepat waktu/ total pengiriman pesanan konsumen

Pemenuhan pesanan adalah persentase jumlah permintaan yang dipenuhi tanpa menunggu dan diukur setiap jenis produk.

% Permintaan konsumen yang dipenuhi dalam waktu dan jumlah yang sesuai&penuh/ total pesanan 2 Kecepatan

Tanggapan

Waktu tunggu pemenuhan pesanan adalah menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh penyuling untuk memenuhi permintaan pengumpul minyak/eksportir mulai dari pemasok sampai ke tangan pengumpul minyak akar wangi/eksportir.

Hari -

3 Biaya Biaya total manajemen rantai pasokan adalah menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh penyuling dalam melakukan penanganan bahan mulai dari pemasok sampai ke eksportir minyak akar wangi.

Rupiah Jumlah biaya dari (perencanaan+ pengadaan + pembuatan + pengiriman + pengembalian) 4 Aset Siklus cash to cash adalah perputaran uang penyuling

mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, sampai pembayaran atau pelunasan produk oleh eksportir minyak akar wangi.

(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi 4.1.1 Karakteristik Tanaman akar Wangi

Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) termasuk famili

Graminieae atau rumput-rumputan. Tanaman akar wangi memiliki bau wangi yang sangat menyengat, berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak yang berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Tangkai daun tersembul dari akar tinggal yang dapat mencapai 2 meter. Daun akar wangi berwarna kelabu, tampak kaku, panjangnya mencapai 100 cm dan tidak mengandung minyak. Daun akar wangi banyak digunakan sebagai bahan baku kerajinan. Bunganya berwarna hijau atau ungu pada pucuk tangkai daun. Cara memperbanyak yaitu dengan biji, memisahkan anak rumpun atau memecah akar tinggal yang telah bertunas (Mulyati, Setiawan, dan Rusli, 2009).

Pola pertanaman akar wangi pada umumnya monokultur dan tumpang sari. Tanaman akar wangi akan tumbuh baik pada ketinggian antara 700‐1600 meter di atas permukaan laut. Curah hujan yang cocok berkisar antara 1500-2500 mm setiap tahun, dengan suhu lingkungan 17-27°C, dengan derajat keasaman tanah (pH) sekitar 6-7 (Garutkab, 2009). Tanaman akar wangi juga membutuhkan sinar matahari yang cukup. Berikut Gambar 4 yang menunjukkan tanaman akar wangi

Gambar 4. Tanaman Akar Wangi

(51)

panen sehingga tidak ada akar yang tertinggal di dalam tanah. Akar wangi dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan pemangkasan daun pada bulan ke-5 penanaman. Pemangkasan dapat meningkatkan hasil sampai sekitar 10 persen.

Akar wangi merupakan tanaman yang tidak berhama penyakit, sehingga tidak membutuhkan obat tanaman. Namun, hama yang

terkadang muncul adalah berupa hama hidup yaitu “kuuk” atau

beberapa binatang hutan seperti ayam alas dan babi hutan yang merusak tanaman.

[image:51.595.264.442.539.635.2]

Waktu penanaman akar wangi dapat dilakukan setiap saat, sepanjang tahun. Namun, waktu penanaman yang terbaik adalah pada awal musim hujan yaitu bulan Agustus hingga Desember. Pemanenan akar wangi dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 bulan pada musim kemarau. Namun sebagian besar petani akar wangi memanen setelah tanaman berumur 12 bulan. Hasil akar yang optimum dan dengan mutu minyak yang baik dihasilkan oleh akar wangi yang berumur lebih dari 15 bulan. Cara panen akar wangi adalah dengan mencangkul tanah di sekeliling rumpun tanaman agar longgar sehingga semua akar bisa diambil dan tidak ada yang putus. Oleh karena itu dibutuhkan traktor yang dapat mencangkul lebih dalam, sehingga memudahkan pekerja dalam memanen akar wangi. Berikut Gambar 5 menunjukkan akar wangi yang telah dipanen.

Gambar 5. Akar Wangi

(52)

Cakupan rantai pasok minyak akar wangi di Indonesia

4.1.2 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari rangkaian kegiatan produktif yang terhubung antara aktifitas nilai yang satu dengan yang lain membentuk rantai nilai industri. Rantai pasokan juga merupakan rantai keterkaitan dalam suatu kegiatan usaha sejak bahan baku tanaman atsiri sampai dengan konsumen industri, yaitu industri pangan, kosmetik, parfum, toileteries, dan lain-lain. Anggota utama rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi sebagai pemasok bahan baku, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar wangi.

Setiap anggota rantai pasokan melakukan aktivitas berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan minyak akar wangi yang berkualitas. Pada suatu rantai pasokan biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua aliran uang (finansial) yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang dapat terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya (Pujawan, 2005). Rantai pasokan minyak akar wangi disajikan pada Gambar 6.

Penyuling akar wangi Pengumpul minyak akar wangi 1 3 2 2 2 2 3 Keterangan:

Penyedia sarana produksi untuk petani

2 Petani akar wangi

5 7

3 Pengumpul akar wangi

4 5

6 Pengekspor minyak akar wangi

7 Konsumen Luar Negeri

[image:52.595.108.512.454.746.2]

Aliran barang Aliran finansial Aliran informasi 1 4 6

(53)

Aliran komoditas minyak akar wangi dimulai dari petani sebagai penghasil akar wangi. Semua hasil panen yang dihasilkan oleh petani akan dibeli oleh penyuling atau pengumpul akar wangi. Selanjutnya pengumpul akar wangi akan menjual kembali kepada penyuling. Namun, dijumpai petani yang sekaligus sebagai penyuling karena telah memiliki alat penyulingan sendiri. Harga akar wangi dari petani berkisar antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kg. Tinggi rendahnya harga akar

Gambar

Tabel 1. Kriteria pemilihan / evaluasi pemasok
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Tabel 2. Prosedur dan pengolahan data penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asuransi Jiwasarya (Persero) Surakarta Branch Office2014/2015.Sampel diambil 75 orang,dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Teknik

Tata Cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak mineral bukan logam merupakan prosedur yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh pengembalian kembali

Apakah bapak kepala sekolah sebelum pelaksanaan supervisi akademik melaksanakan pertemuan awal dengan dewan guru atau guru yang mau disuvervisi?. Apa saja yang

Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja

The Effect of Using Games on the Eighth Grade Students’ Tenses Achievement at SMP Negeri 2 Cluring in the 2012/2013 Academic Year; Maretta Hangga Putri, 080210491050; 2013: 45

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan..

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

 1: Ada kelainan pada mata akibat kusta tetapi tidak kelihatan dan visus sedikit berkurang Ada anesthesia tetapi tidak ada cacat atau kerusakan yang kelihatan  2: Ada