• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Kantor Imigrasi Polonia dalam Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Studi Pada Kantor Imigrasi Polonia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Kantor Imigrasi Polonia dalam Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Studi Pada Kantor Imigrasi Polonia)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA KANTOR IMIGRASI POLONIA DALAM PELAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)

(Studi Pada Kantor Imigrasi Kelas I Polonia)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1)Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Disusun Oleh :

AGNES SATRIANI LUMBAN GAOL 120921007

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

 

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Agnes Satriani Lumban Gaol

NIM : 120921007

Judul : Kinerja Kantor Imigrasi Polonia dalam Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Studi Pada Kantor Imigrasi Polonia)

Medan, Juni 2014 Pemimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001

Dekan FISIP USU Medan

Prof.Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002

 

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Agnes Satriani Lumban Gaol NIM : 120921007

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Kinerja Kantor Imigrasi dalam Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

(4)

ABSTRAK

Agnes Satriani Lumban Gaol (2012), Kinerja Kantor Imigrasi Polonia dalam Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dibimbing oleh Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si dan diuji oleh Drs. Alwi Hashim Batubara, M. Si.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah naungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara yang menjalankan pelaksanaan pelayanan keimigrasian terhadap publik.

(5)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari Layanan Keimgrasian di Kantor Imigrasi maupun Direktorat Jenderal Imigrasi yang akan lebih efektif dan efisien jika dikelola secara keseluruhan dan terpusat oleh Direktorat Jenderal Imigrasi mengingat bahwa karakteristik pelaksanaan tugas pokok dan fungsi keimigrasian baik di tingkat pusat maupun di daerah tidak saja bertumpu pada aspek pelayanan namun juga pada aspek pengawasan dan penegakan hukum keimigrasian sehingga upaya revitalisasi diharapkan dapat meminimalkan terjadinya ketimpangan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi keimgrasian.

Berdasarkan dari penyajian data dapat disimpulkan bahwa Kinerja Kantor Imigrasi dalam pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berjalan akuntabel, integrasi dan tepat waktu.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas Kasih dan penyertaan-Nya kepada Penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul dalam skripsi ini adalah “Kinerja Kantor Imigrasi Polonia dalam Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB).”

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dukungan dan nasihat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi pengarahan dan bimbingan kepada penulis agar skripsi ini lebih sempurna.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP. selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

(7)

5. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih telah menyumbangkan ilmu dan mendidik penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Kak Dian dan Kak Mega dan Seluruh Staf Administrasi Negara yang telah membantu penulis dalam pengurusan dokumen administrasi selama perkuliahan dan selalu memberikan-memberikan informasi keakademikan kampus.

7. Bapak Tani Rumapea, SH, MH. Selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia, Bapak Chairil Lufhti, SH, MSi. Selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Ibu Tetty Matondang selaku Kepala Urusan Keuangan, Bapak Oeray Gufran selaku Kepala Seksi Status Keimigrasian dan Ibu Lasmaida Florenta selaku Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membantu dalam pemberian informasi mengenai penelitian yang diteliti oleh penulis. 8. Seluruh staf pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Polonia, terima kasih atas

partisipasinya dalam memberikan bahan-bahan masukan yang mendukung penulisan skripsi ini.

(8)

ipar Viarera Manurung dan Opung Boru tercinta yang juga ikut mendoakan penulis dalam kelancaran penyelesaian skripsi.

10.Buat my beloved boy, Reinaldo Simanjuntak dan teman-teman seperjuangan sejak dari Diploma always together, Yolanda Hutagalung, Maria Purba dan Bella Sitompul , thanks so much buat dukungan dan semangat dan kelelahan bersama.

11.Buat teman-teman seangkatan Program Studi Ekstensi Ilmu Administrasi Negara angkatan tahun 2012, Ka Sondang, Ka Hera, Ka Helen, Ka Fatimah, Yanti, Resmando, Bg Ovi, Reza, Bg Landra, Bg Yahya, Devan, Lenni, Taufiq, Tomi, Miftah, Miclael dan lainnya, terima kasih buat doa, dukungan serta kebersamaan kita selama masa perkuliahan ekstensi. Sukses selalu buat kita semua.

12.Dan semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang ikut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Kerangka Teori ... 11

1.5.1 Kinerja ... 11

1.5.1.1 Pengertian Kinerja ... 11

1.5.1.2 Pengukuran Kinerja ... 12

1.5.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja ... 14

1.5.1.4 Peningkatan Kinerja ... 17

1.5.1.5 Indikator Kinerja ... 17

1.5.2 Kantor ... 20

1.5.2.1 Defenisi Kantor ... 20

1.5.2.2 Manajemen Kantor ... 20

(10)

1.5.2.4 Fungsi Kantor ... 21

1.5.3 Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 23

1.5.3.1 Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 23

1.5.3.2 Fungsi Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 24

1.5.3.3 Sumber-sumber Hukum Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 25

1.5.3.4 Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 26

1.5.3.5 Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 29

1.6 Defenisi Konsep ... 32

1.7 Sistematika Penulisan ... 34

BAB II METODE PENELITIAN ... 36

2.1 Bentuk Penelitian ... 36

2.2 Lokasi Penelitian ... 36

2.3 Informan Penelitian ... 36

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

2.5 Teknik Analisis Data ... 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40

3.1 Sejarah Singkat Kantor Imigrasi Kelasi I Polonia ... 40

3.2 Visi dan Misi ... 43

3.3 Struktur Organisasi ... 44

3.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi ... 45

3.5 Sumber Daya Manusia ... 49

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 53

(11)

4.1.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.1.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia ... 54

4.1.3 Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan ... 55

4.1.4 Identitas Informan Berdasarkan Jabatan ... 55

4.2 Hasil wawancara ... 57

4.2.1 Penetapan Indikator Kerja ... 58

4.2.2 Struktur Organisasi ... 59

4.2.3 Sumber Daya ... 61

4.2.4 Sistem Informasi Manajemen ... 64

4.2.5 Kebijakan Pengelolaan ... 67

BAB V ANALISIS DATA ... 72

5.1 Penetapan Indikator Kerja ... 72

5.2 Struktur Organisasi ... 74

5.3 Sumber Daya ... 75

5.4 Sistem Informasi Manajemen ... 77

5.5 Kebijakan Pengelolaan ... 78

BAB VI Penutup ... 80

6.1 Kesimpulan ... 80

6.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN

(12)

 

DAFTAR TABEL

3.1 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Penempatan Tugas 3.2 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jenjang Pendidikan 3.3 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pangkat/Golongan 4.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

4.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia 4.3 Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan 4.4 Identitas Informan Berdasarkan Jabatan

(13)

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu tata pemerintahan yang baik membutuhkan adanya penerapan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Sebagai perwujudan penerapan kedua prinsip tersebut, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia telah menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang bermuara pada Laporan Akuntabilitas Kinerja sebagai cerminan kinerja yang diwujudkan pada satu tahun tertentu. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Imigrasi ini menyajikan data capaian kinerja yang telah diwujudkan selama tahun 2012, yang mencatat pencapaian sasaran dan pelaksanaan tugas dan fungsi disamping juga mencatat beberapa ketidakberhasilan.

(14)

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dengan pemahaman yang baik tentang aspek anggaran berbasis kinerja;

2. Melakukan perencanaan yang baik dan terarah terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung penerapan program sehingga pencapaian sasaran dapat dicapai sesuai dengan target yang ditentukan; 3. Penetapan sumber dana yang terdapat dalam DIPA tahun anggaran yang

akan datang, kiranya penganggaran dana yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Hal ini sangat diperlukan karena anggaran yang bersumber dari PNBP masih sebatas perkiraan yang realisasinya sangat tergantung pada penerimaan rill PNBP.

Sasaran yang dirumuskan dalam upaya mencapai tujuan Direktorat Jenderal Imigrasi didasarkan pada arah sasaran kebijakan pembangunan di bidang keimigrasian yaitu :

1. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan secara akuntabel, tepat waktu dan terintegrasi di lingkungan Direkorat Jenderal Imigrasi. 2. Peningkatan pelayanan dokumen perjalanan, visa dan fasilitas

keimigrasian.

3. Peningkatan pelayanan pemberian izin tinggal dan status keimigrasian dengan waktu yang lebih singkat dan memenuhi standar serta akuntabel; 4. Pendeteksian pelanggaran atau kejahatan keimigrasian secara tepat waktu

dan terukur;

(15)

Strategi pencapaian tujuan dan sasaran tersebut akan dapat diukur pencapaian kinerjanya (indikator input-output dan outcome) dengan menggunakan instrumen anggaran yang difasilitasi melalui program kinerja, yaitu :

1. Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Imigrasi;

2. Kegiatan Pelayanan Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian;

3. Kegiatan Persetujuan Izin Tinggal dan Status Keimigrasian;

4. Kegiatan Perumusan Kebijakan dan Pendeteksian pelanggaran atau kejahatan keimigrasian;

5. Kegiatan Lintas Batas dan Kerjasama Luar Negeri;

6. Penyelenggara Kegiatan Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian; 7. Kegiatan Penyidikan dan Penindakan Pelaku Tindak Pidana Keimigrasian. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945, tujuan negara menciptakan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan tujuan negara memerlukan dana yan cukup besar dan yang diutamakan sumber-sumber penerimaan dalam negeri perlu secara terus menerus ditingkatkan baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi sumber-sumber penerimaan negara.

(16)

ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

APBN ditetapkan setiap tahun dan dilaksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penetapan APBN dilakukan setelah dilakukan pembahasan antara Presiden dan DPR terhadap usulan RAPBN dari Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun-tahun 2009, APBN ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2009. Salah satu unsure APBN adalah anggaran pendapatan Negara dan hibah, yang diperoleh dari :

a. Penerimaan Perpajakan;

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak;

c. Penerimaan Hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

(17)

Berhubung hukum penerimaan negara bukan pajak merupakan hukum khusus dari hukum keuangan negara, maka ruang lingkupnya adalah sebagai berikut :

1. Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak; 2. Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak; 3. Jenis dan tarif penerimaan negara bukan pajak;

4. Timbulnya penerimaan negara bukan pajak yang terutang; 5. Pemeriksaan oleh instansi yang berwenang;

6. Keberatan;

7. Sanksi hukum, baik bersifat administrasi maupun pidana.

Ketujuh ruang lingkup hukum penerimaan negara bukan pajak tersebut dapat mengalami perkembangan sehinngga terdapat penambahan berdasarkan kebutuhan di masa depan. Artinya, pelayanan dan pemanfaatan sumber daya alam yang diberikan oleh negara dapat bertambah karena kepentingan warganya akan pelayanan termaksud. Sekalipun demikian, negara tidak boleh sewenag-wenang karena tetap terikat pada norma hukum tertinggi sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Indonesia adalah negara hukum.

(18)

agar instansi pemerintah yang mengelola penerimaan negara bukan pajak sebagai upaya preventif sehingga tidak menimbulkan kerugian terhadap pendapatan negara.

Pada hakikatnya Penerimaan Negara Bukan Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regular. Dengan fungsi budgetair dimaksudkan bahwa Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan sumber pembiayaaan pembangunan, karena itu diupayakan untuk memasukkan uang sebesar-besarnya ke dalam Rekening Kas Negara.

Dari aspek regular dimaksudkan bahwa Penerimaan Negara Bukan Pajak mampu dpergunakan sebagai sarana untuk mengatur kebijakan Pemerintah dalam berbagai aspek dalam rangka menggerakkan roda pembangunan.

PNBP merupakan lingkup keuangan Negara yang dikelola dan dipertanggungjawabkan sehingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga audit yang bebas dan mandiri turut melakukan pemeriksaan atas komponen yang mempengaruhi pendapatan negara dan merupakan penerimaan negara sesuai dengan undang-undang. Laporan hasil pemeriksaan BPK kemudian diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Menyadari pentingnya PNBP, maka kemudian dilakukan pengaturan dalam peraturan perundang-undangan, diantaranya melalui :

a. UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; b. PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan

(19)

c. PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersumber dari kegiatan tertentu;

d. PP Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak; dan

e. PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.

Pada dasarnya, penerimaan negara terbagi atas dua jenis, yaitu penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak. Menurut Pasal 1 UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (UU PNBP), PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Pasal 2 ayat (1) UU PNBP menyatakan kelompok PNBP meliputi :

1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah; 2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;

3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;

4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksananan Pemerintah;

5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi;

(20)

Dalam penerimaan kas negara, tidak hanya berasal dari sektor yang dapat dikenai pajak melainkan juga berasal dari sektor bukan pajak. Sebagai contoh pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada bidang keimigrasian.

PNBP bidang Keimigrasian adalah PNBP yang berasal dari penyelenggaraan jasa-jasa keimigrasian seperti pembayaran SPRI (Surat Perjalanan Republik Indonesia) dan pembayaran Asing (Overstay, Izin Tinggal Terbatas, Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal Tetap) yang dilakukan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Ditjen Imigrasi.

Penerimaan kas negara khususnya sektor keimigrasian telah turut ambil bagian dalam kas negara. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal bahwa penerimaan kas negara berasal dari pajak. Akan tetapi perlu kiranya masyarakat juga mengetahui bahwa selain penerimaan dari pajak, negara juga mendapatkan kas dari sektor bukan pajak.

(21)

keimigrasian baik di tingkat pusat maupun di daerah tidak saja bertumpu pada aspek pelayanan namun juga pada aspek pengawasan dan penegakan hukum keimigrasian sehingga upaya revitalisasi diharapkan dapat meminimalkan terjadinya ketimpangan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi keimgrasian. Selain itu, dalam rangka memaksimalkan penggunaan anggaran yang bersumber dari PNBP Keimgrasian maka perlu pengelolaan PNBP secara keseluruhan dan tepusat oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “KINERJA KANTOR IMIGRASI POLONIA DALAM PELAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP).”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan penelitian yang akan diteliti sebagai berikut :

a. Bagaimana Kinerja Kantor Imigrasi Polonia Dalam Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentunya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain :

1. Manfaat Akademis, penelitian ini berguna bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam hal menambah referensi terutama pada Program Studi Admimistrasi Negara dimana penelitian ini bisa menjadi bahan kajian mahasiswa untuk melakukan penelitian lagi kedepannya menjadi lebih baik.

2. Manfaat Subjektif, penelitian ini berguna sebagai sarana dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan kemampuan dalam membuat karya tulis dibidang ilmiah.

3. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Kantor Imigrasi Polonia dalam mewujudkan efisiensi dan efektivitas kinerja kantor imigrasi dalam penerimaan dan pengelolaan PNBP sesuai semangat transparansi dan akuntabilitas.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Kinerja

1.5.1.1` Pengertian Kinerja

(23)

oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan (Wibowo, 2007:4).

Menurut Widodo (2005:78) kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Dalam Mahsun (2006:25) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

Menurut Mangkunegara (2006:67) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, mengemukakan pengertian kinerja yaitu sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

(24)

1.5.1.2Pengukuran Kinerja

Menurut Larry D. Stout dalam Hessel Nogi (2005:174) mengemukakan bahwa pengukuran atau penilaian kinerja organisasi merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.

Berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bastian (2001:330) dalam Hessel Nogi (2005:173) bahwa pengukuran dan pemanfaatan penilaian kinerja akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus. Secara rinci, Bastian mengemukakan peranan penilaian pengukuran kinerja organisasi sebagai berikut :

a. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian prestasi.

b. Memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati.

c. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan perbandingan antara skema kerja dan pelaksanaannya.

d. Memberikan penghargaan maupun hukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran yang telah disepakati.

e. Menjadikannya sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

(25)

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan telah dilakukan secara objektif.

i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Begitu pentingnya penilaian kinerja bagi keberlangsungan organisasi dalam mencapai tujuan, maka perlu adanya indikator-indikator pengukuran kinerja yang dipakai secara tepat dalam organisasi tertentu. Menurut Agus Dwiyanto (2006:49) penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efesiensi dan efektivitas tetapi juga harus dilihat dari indikator-indikaor yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas dan responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik juga muncul karena tujuan dan misi birokrasi publik seringkali bukan hanya memiliki stakeholder yang banyak dan memiliki kepentingan yang sering berbenturan satu sama lainnya menyebabkan birokrasi publik mengalami kesulitan untuk merumuskan misi yang jelas. Akibatnya, ukuran kinerja organisasi publik dimata para stakeholder juga berbeda-beda.

1.5.1.3Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

(26)

Dalam Yeremias T. Keban (2004:203) untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka perlu melihat faktor penting sebagai berikut :

a. Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai secara subjektif tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur atau mengendalikan perbuatan tersebut.

b. Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja.

c. Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bisa pada pengukuran karakter pihak yang dinilai sehingga prestasi yang seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.

d. Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikan komitmen yang tinggi terhadap efektivitas penilaian kinerja maka para penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukan penilaian secara tepat dan benar.

Menurut Soesilo dalam Hessel Nogi (2005:180), kinerja suatu organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut :

(27)

b. Kebijakan pengelolaan berupa visi dan misi organisasi.

c. Sumber daya manusia yang berhubungan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal.

d. Sistem Informasi Manajemen yang berhubungan dengan pengelolaan database untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

e. Sarana dan Prasarana yang dimiliki yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi. Selanjutnya Yuwono dkk dalam Hessel Nogi (2005:180) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi baik public maupun swasta. Secara detail Ruky dalam Hessel Nogi (2005:180) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi, semakin berkualitas teknologi yang digunakan maka akan semakin tinggi kinerja organisasi tersebut;

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi;

(28)

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan;

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standard dan tujuan organisasi;

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lain-lainnya.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja dalam suatu organisasi. Namun secara garis besarnya, faktor yang sangat dominan mempengaruhi kinerja organisasi adalah faktor internal (faktor yang datang dari dalam organisasi) dan faktor eksternal (faktor yang datang dari luar organisasi). Setiap organisasi akan mempunyai tingkat kinerja yang berbeda-beda karena pada hakekatnya setiap organisasi memiliki ciri atau karakteristik masing-masing sehingga permasalahan yang dihadapi juga cenderung berbeda tergantung pada faktor internal dan faktor eksternal.

1.5.1.4Peningkatan Kinerja

Dalam rangka peningkatan kinerja pegawai, menurut Mangkunegara (2009:22), terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut :

(29)

c. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

d. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut.

e. Melakukan rencana tindakan tersebut.

f. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum. g. Mulai dari awal, apabila perlu.

Bila langkah-langkah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka kinerja pegawai dapat ditingkatkan.

1.5.1.5Indikator Kinerja

McDonald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:174) mengemukakan indikator kinerja antara lain : output oriented measures throughput, efficiency, effectiveness. Selanjutnya indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

(30)

Salim dan Woodward dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:174) mengemukakan indikator kinerja antara lain : economy, efficiency, effectiveness, equity. Secara lebih lanjut. Indikator tersebut diuraikan sebagai berikut :

a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:175) mengemukakan indikator kinerja terdiri dari : responsiveness, responsibility, accountability.

a. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta tuntutan customers.

(31)

c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat.

Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:175) menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi, yang terdiri atas beberapa faktor berikut :

a. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya ketampakan fisik dari gedung , peralatan, pegawai dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers. b. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan

pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

c. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

1.5.2 Kantor

1.5.2.1 Defenisi Kantor

(32)

Menurut Moekijat (1997:3) kantor adalah setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan tata usaha, dengan nama apapun juga tempat tersebut mungkin diberikan.

Menurut AS.Moenir, bahwa ciri-ciri kantor adalah :

a. Tempat berupa gedung yang bebas dari hujan dan panas dan untuk melindungi orang-orang yang berada di tempat tersebut.

b. Aktivitas pekerjaannya biasanya berhubungan dengan tulis menulis, korespondensi dan kearsipan.

c. Terdapat peralatan kantor berupa mesin kantor, peralatan dan perlengkapan yang menunjang aktivitas pekerjaan kantor.

1.5.2.2Manajemen Kantor

Menurut Edwin Robinson (1953) Manajemen Perkantoran berkenaan dengan pengarahan dan pengawasan pekerjaan perkantoran.

Menurut The Liang Gie, Manajemen Perkantoran dapat didefenisikan sebagai perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran serta pergerakan mereka yang melaksanakan agar mereka mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.

(33)

1.5.2.3Tujuan Kantor

Menurut Mills (1984:9) tujuan kantor didefenisikan sebagai pemberian pelayanan komunikasi dan perekaman.

1.5.2.4Fungsi Kantor

Dari defenisi di atas, Mills memperluas menjadi fungsi kantor (pekerjaan yang dilakukan) yakni sebagai berikut :

a. Menerima Informasi (To Receive Information)

Menerima informasi dalam bentuk surat, panggilan telepon, pesanan, faktur dan laporan mengenai berbagai kegiatan bisnis.

b. Merekam dan Menyimpan Data-Data serta Informasi (To Record Information)

Tujuan pembuatan rekaman adalah menyiapkan informasi sesegera mungkin apabila manajemen meminta informasi tersebut. Beberapa rekaman (record) diminta untuk disimpan menurut hukum.

c. Mengatur Informasi (To Arrange Information)

Informasi yang diakumulasi oleh kantor jarang dalam bentuk yang sama layaknya ketika diberikan, seperti mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang berbeda dan membuat penghitungan/pembukuan.

d. Memberi Informasi (To Give Information)

Bila Manajemen meminta sejumlah informasi yang diperlukan, kantor memberikan informasi tersebut dari rekaman yang tersedia

(34)

Mengamati secara cermat berbagai kegiatan dalam perusahaan seperti diperlihatkan didalam rekaman dan mengantisipasi segala hal yang tidak menguntungkan yang mungkin terjadi.

Selain lima fungsi di atas, kantor masih memiliki empat fungsi lain, yaitu : a. Pusat Syaraf Administrasi dan Perencanaan Kebijaksanaan

Administrasi dalam hal ini adalah seluruh proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. b. Perantara

Kantor bertindak sebagai pusat pelayanan yang menghubungkan antar bagian dalam organisasi.

c. Koordinator

Mengawasi dan mengkoordinir seluruh kegiatan organisasi. d. Penghubung dengan publik

Mengadakan hubungan dengan pihak luar organisasi dan memberikan dukungan terhadap organisasi.

1.5.3 Penerimaan Negara Bukan Pajak

1.5.3.1 Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak

(35)

kebijakan pimpinan departemen atau lembaga non departemen masing-masing. Kebijakan itu bergantung pada kepentingan dalam memberi pelayanan dan pemanfaatan sumber daya alam kepada rakyat tanpa memberi peraturan sebagai alasan pembenarannya.

Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak mencakup semua penerimaan nama dan bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, diluar penerimaan perpajakan (termasuk bea cukai) serta penerimaan minyak dan gas bumi (migas). Penerimaan negara bukan pajak sebagai salah satu bentuk penerimaan negara telah diatur dengan Undang No. 20/1997, tetapi bukan merupakan pelaksanaan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Penerimaan ini dalam garis besarnya dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu Penerimaan Umum dan Penerimaan Fungsional. Penerimaan Umum adalah yang secara umum terdapat pada setiap Departemen/Lembaga. Misalnya sewa rumah dinas, hasil penjualan kendaraan dinas dan penerimaan jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) dan lain lain.

Sedangkan penerimaan fungsional adalah jenis-jenis penerimaan yang diperoleh sebagai hasil penjualan atau pemberian pelayanan yang diberikan oleh Departemen/Lembaga sesuai dengan fungsinya atau yang secara spesifik berada pada Departemen/Lembaga.

1.5.3.2Fungsi Penerimaan Negara Bukan Pajak

(36)

Pada dasarnya Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan sumber Penerimaan Negara yang diperoleh karena pemberian pelayanan jasa atau penjualan barang milik negara oleh Departemen/Lembaga negara kepada masyarakat. Dan penerimaan ini dapat pula berasal dari pungutan dalam bentuk iuran, retribusi, sumbangan atau pungutan.

b. Pengaturan

Selain berfungsi sebagai salah satu sumber penerimaan negara, PNBP dapat pula berfungsi sebagai alat pengaturan (regulasi) misalnya dalam kebijakan penentuan tarif dan penyesuain-penyesuaian.

1.5.3.3Sumber-Sumber Hukum Penerimaan Negara Bukan Pajak

Keabsahan penerimaan negara wajib dituangkan dalam bentuk hukum, khususnya hukum tertulis untuk memberikan kepastian hukum atas keberadaannya. Hal ini merupakan konsekuensi dari Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Indonesia adalah negara hukum.

Hukum penerimaan negara bukan pajak adalah sekumpulan peraturan tertulis yang mengatur bagaimana cara negara memberikan pelayanan dan pemanfaatan sumber daya alam sehingga mendapat imbalan secara langsung dari yang membutuhkan serta dapat dipaksakan. Tercantumnya kata “dapat dipaksakan” karena hukum penerimaan negara bukan pajak memuat sanksi hukum, baik secara administrasi maupun pidana yang dapat dikenakan bagi pelanggarnya.

(37)

makro terhadap pengelolaan keuangan negara sedangkan hukum penerimaan negara bukan pajak bersifat mikro yang tertuju pada penerimaan negara bukan pajak. Norma hukum penerimaan negara bukan pajak hanya lahir secara tertulis, baik dari peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, maupun doktrinnya. Oleh karena itu, tidak ada norma hukum tidak tertulis di bidang penerimaan negara bukan pajak.

Hukum penerimaan negara bukan pajak sebagai hukum positif merupakan bagian hukum nasional yang berlaku dan memiliki sumber hukum. Akan tetapi, sumber hukum yang dimiliki oleh hukum penerimaan negara bukan pajak hanya bersumber pada sumber hukum tertulis (di luar traktat) yang berkaitan dengan bidang penerimaan negara bukan pajak. Hal ini disebabkan oleh keberadaannya yang hanya didukung oleh undang-undang sebagai produk legislative dan ditindaklanjuti oleh pihak eksekutif dan yudikatif dalam rangka penegakkannya.

1.5.3.4Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Secara yuridis, norma hukum yang terdapat pada tiga ayat dalam pasal 2 Undang-Undang No. 20/1997 ternyata jenis penerimaan negara bukan pajak beraneka ragam, bergantung pada pelayanan dan pemanfaatan sumber daya alam yang diberikan oleh pemerintah.

Beberapa Departemen yang melakukan penataan kembali jenis penerimaan negara bukan pajak antara lain sebagai berikut :

(38)

b. Departemen Luar Negeri dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33/2002;

c. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61/2002;

d. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45/2003;

e. Departemen Agama berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47/2004;

f. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 4/2005;

g. Departemen Komunikasi dan Informatika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28/2005;

h. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 75/2005;

i. Departemen Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7/2006. Sebagai contoh jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setelah dilakukan penataan kembali adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan jasa hukum;

b. Penerimaan Balai Harta Peninggalan; c. Jasa tenaga kerja narapidana;

d. Surat Perjalanan Republik Indonesia; e. Visa;

(39)

g. Izin masuk kembali (re-entry permit); h. Surat keterangan keimigrasian; i. Biaya beban;

j. Smart card;

k. Kartu perjalanan pebisnis Asia Pasifik Economic Cooperation;

l. Hak cipta desain industry, rahasia dagang dan desain tata letak sirkuit terpadu;

m. Paten; n. Merek.

Saat ini PNBP dapat dikelompokkan menurut sifat pemungutannya dalam dua kelompok besar yaitu: Pertama, penerimaan Umum yaitu PNBP yang secara umum terdapat pada setiap departemen/lembaga seperti : (1) penerimaan penjualan seperti penjualan barang yang dihapuskan, penjualan kendaraan bermotor; (2) penerimaan sewa seperti sewa rumah dinas, sewa gedung dan sewa barang milik negara lainnya; (3) penerimaan jasa meliputi penerimaan jasa giro; (4) penerimaan kembali dan penerimaan lain-lain, contohnya penerimaan kembali kelebihan pembayaran gaji/pension serta penerimaan denda.

(40)

farmasi, hasil penerbitan dan sebagainya; (4) penerimaan jasa seperti jasa rumah sakit, jasa kantor catatan sipil dan sebagainya; (5) penerimaan pendidikan seperti uang pendidikan, uang ujian masuk, uang ujian praktek dan sebagainya; (6) penerimaan kejaksaan dan pengadilan seperti legalisasi tanda tangan, denda tilang, ongkos perkara dan sebagainya.

Struktur penerimaan APBN dalam garis besarnya terdiri atas penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri pada pokoknya terbagi menjadi : Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Penerimaan PNBP mencakup yaitu :

1. Penerimaan Sumber Daya Alam 2. Bagian Laba BUMN

3. PNBP lainnya 4. Pendapatan BLU

1.5.3.5Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penetapan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak tidak boleh ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena tarif tersebut merupakan beban yang harus dipikul oleh rakyat manakala membutuhkan jenis penerimaan negara bukan pajak. Maka, norma hukum yang terdapat pada Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 20/1997 untuk memperhatikan dampak, baik bersifat positif maupun negative berupa:

(41)

2. Biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintah sehubungan dengan jenis penerimaan negara bukan pajak yang bersangkutan; dan

3. Aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat.

Tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak menurut Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 20/1997 diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah yang menetapkan jenis penerimaan negara bukan pajak. Pemerintah telah mengatur mengenai tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak dengan peraturan pemerintah yang berlaku untuk tiap-tiap departemen dan lembaga non departemen. Sebagai contoh, dipaparkan tariff atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pemberlakuannya didasarkan pada Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2005, sebagaimana tercantum dalam lampirannya, yaitu sebagai berikut

I. Pelayanan Jasa Hukum

Biaya yang berkaitan dengan badan hukum; hukum perorangan yaitu perizinan perubahan atau penambahan nama keluarga;notariat; legalisasi tanda tangan; pembuatan surat keterangan surat wasiat per wasiat; sidik jari; dll

II. Penerimaan Balai Harta Peninggalan

(42)

III. Jasa Tenaga Kerja Narapidana Per Orang Per Hari Berdasarkan Kontrak, Sekurang-kurangnya sama dengan UMR

IV.Surat Perjalanan Republik Indonesia

Biaya yang berkaitan dengan Jenis halaman paspor, yaitu Paspor biasa 48 halaman untuk WNI perorangan per buku, Paspor biasa 24 halaman untuk WNI perorangan per buku, Paspor RI untuk orang asing perorangan per buku, Pas Lintas Batas perorangan per buku, Pas Lintas Batas keluarga per buku, dll

V. Visa

Biaya yang berkaitan dengan Visa Singgah per orang; Visa Kunjungan per orang; Visa Kunjungan Usaha Beberapa Kali Perjalanan dihitung per tahun per orang; Visa Kunjungan Saat Kedatangan 7 hari atau 30 hari per orang; Visa Tinggal Terbatas 1 dan 2 Tahun per orang.

VI.Izin Keimigrasian

(43)

VII.Izin Masuk Kembali (Re-entry Permit)

Biaya yang berkaitan dengan Untuk Satu Kali Perjalanan per orang; Untuk Beberapa Kali Perjalanan ( 1 Tahun) per orang; Izin Masuk Kembali untuk beberapa kali perjalanan (2 Tahun) per orang.

VIII. Biaya yang berkaitan dengan Surat Keterangan Keimigrasian Per Orang

IX. Biaya Beban

Biaya yang berkaitan dengan Orang asing yang berada di wilayah Indonesia melampaui waktu tidak lebih dari 60 hari dari izin keimigrasian yang diberikan, dihitung per hari; Penanggung jawab alat angkut yang tidak memenuhi kewajiban melapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian per alat angkut.

X. Smart Card per orang

XI.Kartu Perjalanan Pebisnis Asia Pasific Economic Cooperation/APEC Business Travel Card Per Orang

1.6 Defenisi Konsep

(44)

dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu penulis menggunakan konsep-konsep dibawah ini antara lain : a. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu. Dalam hal ini, kinerja kantor imigrasi dalam pelaksanaan pnbp tersebut sangat berpengaruh dalam peningkatan atau penurunan pendapatan pnbp tiap tahunnya.

Adapun indikator-indikator yang dapat mengukur variabel-variabel tersebut adalah :

1. Struktur Organisasi yaitu hubungan internal antara pegawai kantor imigrasi polonia yang berkaitan sesuai dengan fungsinya dalam melaksanakan PNBP.

2. Kebijakan Pengelolaan yaitu dimana kantor imigrasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan PNBP sesuai dengan visi dan misi organisasi. 3. Sumber Daya :

(45)

b. Sarana dan Prasarana yang dimiliki yang berhubungan dengan penggunaan alat-alat teknologi di kantor imigrasi dalam menjalankan aktivitas.

4. Sistem Informasi Manajemen berupa teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja dalam mempertinggi kualitas kinerja kantor imigrasi dalam menjalankan sistem aplikasi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan PNBP

b. Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak secara akuntabel, tepat waktu dan terintegrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian. Manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(46)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan atau dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

BAB VI PENUTUP

(47)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis (Zuriah, 2006;47)

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia. Pemilihan lokasi berdasarkan atas pertimbangan bahwa Kinerja Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Kantor Imigrasi masih perlu diperhatikan lagi efisiensi dan efektivitasnya apakah terjadi peningkatan atau penurunan realisasi PNBP dari tahun ke tahun.

2.3 Informan Penelitian

(48)

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci , pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Bagong Suyanto (2005:172) informan penelitian terdiri dari :

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki informan pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaan PNBP secara keseluruhan bidang yaitu Kepala Urusan Keuangan Imigrasi dan Bendahara Pengeluaran Imigrasi Polonia.

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi dari masing-masing bidang yang ikut terlibat dalam proses pelaksanaan PNBP yaitu Kepala Seksi dan Sub Seksi Status Keimigrasian, Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian & Pegawai Kantor Imigrasi Polonia yang terkait.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi, data-data yan dibutuhkan penulis melalui metode-metode berikut :

(49)

Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian dan mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Data primer tersebut didapat melalui :

a. Metode Observasi

Pelaksanaannya melalui pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104)

b. Metode Wawancara (Interview)

Teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. 2. Pengumpulan Data Sekunder

Teknik Pengumpulan Data sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai media cetak seperti buku, majalah dan berbagai bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Dokumentasi

(50)

2.5 Teknik Analisis Data

(51)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Kantor Imigrasi Kelas I Polonia

Terbentuknya Kantor Imigrasi Polonia sejak tahun 1978 dahulu sebagai Kantor Resort Imigrasi yang terletak antara Jalan Palang Merah dan Jalan Mangkubumi yang sebelumnya digunakan oleh Lembaga Pemasyarakatan.

Kantor Imigrasi Polonia merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di bidang Keimigrasian di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terbentuknya Kantor Imigrasi Polonia dahulu ditujukan sejalan dengan dibukanya Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandara Polonia (Pada saat ini Bandara Kuala Namu) sehingga keberadaannya banyak dibantu dan diberi fasilitas dengan memanfaatkan gedung Kantor Angkasa Pura II Cabang Medan. Selanjutnya pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumater Utara melalui suranya Nomor : W207573.PL.02.01 Tahun 1987 tanggal 9 Juni 1987 secara resmi menyerahkan gedung Kantor Direktorat Jenderal Pemasyarakatan beserta tananhnya sebagai tempat beroperasi kegiatan Kantor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan Mangkubumi No. 2 Medan.

(52)

yang bersangkutan. Adapun Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Polonia pada dinyatakan terdiri dari :

1. Kecamatan Medan Johor 2. Kecamatan Medan Tuntungan 3. Kecamatan Deli Tua

4. Kecamatan Tanjung Morawa 5. Kecamatan Lubuk Pakam 6. Kecamatan Pagar Merbau 7. Kecamatan Beringin 8. Kecamatan Pantai Labu 9. Kecamatan Medan Baru

(53)

pemekaran wilayah pada Kota Medan dan Kabupaten Binjai yang meliputi beberapa kecamatan sebagai berikut :

1. Kecamatan Beringin 2. Kecamatan Deli Tua 3. Kecamatan Lubuk Pakam 4. Kecamatan Pagar Merbau 5. Kecamatan Pantai Labu 6. Kecamatan Tanjung Morawa 7. Kecamatan Medan Amplas 8. Kecamatan Medan Baru 9. Kecamatan Medan Johor 10.Kecamatan Medan Maimun 11.Kecamatan Medan Polonia 12.Kecamatan Medan Selayang 13.Kecamatan Medan Tuntungan

(54)

Tahun 2011 tentang Kemigrasian, sanksi berupa pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

Disini Pejabat Imigrasi akan memeriksa Dokumen Perjalanan dan menerangkan tanda masuk wilayah Indonesia. Setiap orang dapat keluar wilayah Indonesia setelah memenuhi persyaratan dan mendapat Tanda Keluar dari Pejabat Imigrasi.

Pejabat Imigrasi menolak orang untuk keluar wilayah Indonesia dalam hal orang tersebut:

a. Tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku.

b. Diperlukan untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan atas permintaan pejabat yang berwenang.

c. Namanya tercantum dalam daftar pencegahan

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-02.01.02 Tahun 2009 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi, ada 128 TPI yang terdapat di Indonesia. TPI tersebut terdiri dari TPI Pelabuhan, TPI Bandar Udara dan TPI lain-lain.

3.2 Visi dan Misi

Adapun Visi dan Misi pada Kantor Imigrasi adalah : Visi : Masyarakat memperoleh kepastian hukum Misi : Melindungi Hak Asasi Manusia

(55)

Profesional

3.3 Struktur Organisasi

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, struktur organisasi pada Kantor Imigrasi Polonia terdiri dari :

1. Bidang Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian (Seksi Insarkom), dibawahi oleh seorang Kepala Seksi (Pejabat Struktural Eselon IV.a) dan 2 (dua) orang Kepala Sub Seksi (Pejabat Eselon V.a), yaitu Sub Seksi Informasi dan Sub Seksi Komunikasi.

2. Bidang Lalu Lintas Keimigrasian (Seksi Lantaskim), dibawahi oleh seorang Kepala Seksi (Pejabat Struktural Eselon IV.a) dan 2(dua) orang Kepala Sub Seksi (Pejabat Struktural Eselon V.a), yaitu Kepala Sub Seksi Perizinan Keimigrasian dan Kepala Sub Seksi Lintas Batas yang berfungsi sebagai Kepala Unit Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandara. 3. Bidang Status Keimigrasian, dibawahi oleh seorang Kepala Seksi (Pejabat

Struktural Eselon IV.a) dan 2(dua) orang Kepala Sub Seksi (Pejabat Struktural Eselon V.a), yaitu Kepala Sub Seksi Penentuan Status Keimigrasian dan Kepala Sub Seksi Penelaahan Status Keimigrasian.

(56)

5. Bidang Tata Usaha, dibawahi oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Pejabat Struktural Eselon IV.a) dan 3 (tiga) orang Kepala Urusan (Pejabat Struktural Eselon V.a), yaitu Kepala Urusan Kepegawaian, Kepala Urusan Keuangan dan Kepala Urusan Umum.

3.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi

Pelaksanaan Tugas Kantor Imigrasi Kelas I Polonia periode tahun 2012 dilaksanakan sesuai dengan program kerja dan program aksi yang dibuat dan berdasarkan DIPA Kantor Imigrasi Kelas I Polonia T.A 2012 Nomor : 0302/013-01.2.01/02/2012 tanggal 9 Desember 2011.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991 Tentang Tata Cara Kerja Kantor Imigrasi sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.14.PR.07.04 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Kerja Kantor Imigrasi, makan tugas dan fungsi Kantor Imigrasi Kelas I Polonia melaksanakan :

A. Bidang Fasilitatif

(57)

pemerintah/lembaga lainnya. Pelaksanaan Tugas Sub Bagian Tata Usaha (fasilitatif) sangat berkaitan dengan bidang Substantif (pelayanan) dalam hal operasional Keimigrasian, sub bagian tata usaha meliputi :

1. Urusan Kepegawaian (Sumber Daya Manusia)

Kepala Urusan Kepegawaian membantu sebagian tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya dibidang pembinaan personil, kedisplinan, usul promosi, diklat, dan lain-lain.

2. Urusan Umum

Menyangkut tentang hal yang mengenai Rumah Dinas, Kendaraan Dinas, Permohonan Pensertifikatan Tanah, Usul Penghapusan Barang Milik Negara (BMN), Usul Pelelangan dan Data Persediaan Blanko Dokumen Keimigrasian.

3. Urusan Keuangan

Kepala Urusan Keuangan beserta 2 (dua) orang bendaharawan yaitu bendaharawan PNBP dan bendaharawan Pengeluaran/Rutin membantu tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dalam hal menerima biaya-biaya keimigrasian atau Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan belanja barang, belanja pegawai maupun penyetoran biaya Keimgrasian ke Bank yang dilakukan oleh bendaharawan :

a. Bendaharawan PNBP

Melaksanakan tugasnya menerima pungutan PNBP baik sewa rumah dinas maupun biaya keimigrasian.

(58)

Melaksanakan tugasnya mengelola setiap pengeluaran dari semua jenis mata anggaran baik belanja pegawai, belanja barang maupun belanja modal pada Kantor Imigrasi Polonia dan melakukan pengadministrasian keuangan sesuai tata cara yang telah ditentukan oleh Kementerian Keuangan maupun petunjuk pelaksana dari Kementerian Hukum dan HAM RI agar penggunaan anggaran berbasis Kas dengan daya serap yang maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan. Bendaharawan juga melakukan penyetoran atau pengembalian sisa Kas ke Negara melalui Bank yang ditunjuk sebagai bentuk pertanggung jawaban sesuai ketentuan yang berlaku.

B. Bidang Substantif

a. Seksi Lalu Lintas Keimigrasian

Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian melaksanakan sebagian tugas pimpinan di bidang pelayanan jasa keimigrasian berupa penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) yang digunakan untuk melakukan perjalanan antar negara dengan berbagai keperluan seperti berkunjung, keperluan medical, ibadah haji/umroh. Tugas lainnya juga dilaksanakan pada Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Internasional Kuala Namu terhadap penumpang WNI dan WNA.

(59)

Kepala Seksi Status Keimigrasian melaksanakan sebagian tugas pimpinan di bidang pelayananan izin keimigrasian berupa penerbitan Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS), Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP). Bagi Tenaga Kerja Asing /orang asing perpanjangan izin kunjungan.

c. Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimmigrasian (Wasdakim) membantu sebagian tugas pimpinan dalam hal melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian yang dibantu oleh 2 (dua) orang Kasubsi Pengawasan dan Kasubsi Penindakan dengan kegiatan antara lain pengawasan orang asing pemegang izin tinggal keimigrasian dan mengambil tindakan hukum bilamana terjadi pelanggaran keimigrasian yang berada di wilayah kerja Kantor Imigrasi Polonia.

d. Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian

(60)

3.5 Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia pada Kantor Imigrasi Kelas I Polonia berdasarkan keadaan bulan Maret 2014 adalah sebanyak 127 orang pegawai yaitu … orang laki-laki dan … orang perempuan, terdiri dari :

a. Pejabat Struktural Eselon III sebanyak 1 (satu) orang , yakni Kepala Kantor.

b. Pejabat Struktural Eselon IV sebanyak 5 (lima) orang c. Pejabat Struktural Eselon V sebanyak 10 orang

d. Pejabat Imigrasi sebanyak 42 orang, terdiri dari 33 orang PTK (Pejabat Teknis Keimigrasian), 2 orang lulusan Ajun dan 9 orang lulusan AIM (Akademi Keimigrasian)

e. Pegawai/Staf Tata Usaha sebanyak 67 orang.

Dimana penempatan untuk pelayanan keimigrasian dibagi menjadi 2 (dua) yakni di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia bertempat di Jl. Mangkubumi No. 2 Medan dan di Unit Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Internasional Kuala Namu Medan.

(61)

Tabel 3.1. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Penempatan Tugas Kantor Pelayanan Imgrasi Unit TPI Bandara Kuala Namu

Pejabat Struktural

Eselon III : 1 orang Eselon III : - Eselon IV : 5 orang Eselon IV : - Eselon V : 7 orang Eselon V : 3 orang

Pejabat Khusus Imigrasi (PTK/AIM/AJUN) PTK : 16 orang PTK : 17 orang AJUN : 1 orang AJUN : 1 orang AIM : 3 orang AIM : 6 orang

Staf Tata Usaha

46 orang 21 orang

Jumlah : 79 orang Jumlah : 48 orang

(62)

Tabel 3.2. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1. SD -

2. SLTP/Sederajat - 3. SMA/Sederajat 39 4. Diploma 3 (D-3) 18 5. Sarjana (S-1) 68 6. Magister (S-2) 2

Jumlah 127

(63)

Tabel 3.3. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pangkat/Golongan

No Pangkat/Golongan Jumlah

1.

(64)

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1 Identitas Informan

4.1.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam bab ini penulis menyajikan data-data dari hasil penelitian dari berbagai informan yang memuat tentang karakteristik informan. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi informan berdasarkan jenis kelamin yaitu kelas wanita dan kelas pria.

Table 4.1 : Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 9 45%

2. Perempuan 11 55%

Jumlah 20 100 %

Sumber: Hasil Penelitian Kantor Imigrasi Polonia, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan informan berjumlah 20 orang, berjenis kelamin laki-laki 9 orang (45%) dan informan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 11 orang (55%).

4.1.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia

(65)

Tabel 4.2 : Identitas Informan Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun)

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

1. 21-30 6 30%

2. 31-40 8 40%

3. 41-50 3 15%

4. 51-60 3 15%

Jumlah 20 10 %

Sumber : Hasil Penelitian Kantor Imigrasi Polonia, 2014

(66)

4.1.3 Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan Intelektualitas, Emosional dan Spritual Question seseorang, sehingga dengan semakin tingginya tingkat pendidikan diharapkan semakin tinggi pula kinerja seorang pegawai. Berikut diklasifikasikan tingkat pendidikan informan pegawai kantor imigrasi : Tabel 4.3 : Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. SMA 4 20%

2. D3 4 20%

3. S1 10 50%

4. S2 2 10%

Jumlah 20 100 %

Sumber : Hasil Penelitian Kantor Imigrasi Polonia, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas informan adalah berpendidikan S1 sebanyak 10 orang (50%), sedangkan yang berpendidikan S2 sebanyak 2 orang (10%), pendidikan D3 sebanyak 4 orang (20%), pendidikan SMA sebanyak 4 orang (20%).

Tabel 4.1.4 Identitas Informan Berdasarkan Jabatan

(67)

Pendidikan Khusus Keimigrasian dan Pendidikan Dasar Keimigrasian. Selain itu, beberapa lainnya bukan berasal dari yang sekolah keimigrasian. Mereka buasa disebut sebagai staf tata usaha. Oleh karena itu, dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diklasifikasikan beberapa data informan yang diambil untuk penelitian ini berdasarkan jabatan yang diduduki berikut ini :

Tabel 4.4 : Identitas Informan Berdasarkan Jabatan

No Jabatan

Sumber : Hasil Penelitian Kantor Imigrasi Polonia, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa informannya yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha sebanyak 1 orang (5%), Kepala Seksi sebanyak 3 orang (15%), Kepala Sub Seksi sebanyak 1 orang (5%) dan Fungsional Umum sebanyak 15 orang ( 75%).

4.2 Hasil wawancara

(68)

informasi, sedangkan pewawancara adalah penggali informasi. Dalam prakteknya ada beberapa jenis wawancara yang dapat dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara terpimpin dan individual dimana wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya dan berstruktur. Wawancara yang dilakukan oleh seorang (pewawancara) dengan responden tunggal dan dapat bersifat formal dan informal. Seperti melakukan wawancara terhadap beberapa pegawai kantor imigrasi polonia yang berkaitan langsung terhadap Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Dalam proses wawancara, peneliti melakukan tanya jawab langsung terhadap informan kunci dimana informan kunci adalah seseorang yang mengetahui secara pasti bagaimana kinerja kantor imigrasi dalam proses Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut. Orang yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepalas Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Polonia. Sedangkan yang menjadi informan kunci adalah Kepala Urusan Keuangan dan Bendahara Pengeluaran Kantor Imigrasi Polonia. Kemudian yang menjadi Informan tambahan yaitu Kepala Seksi dan Sub Seksi Status Keimigrasian, Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian dan beberapa pegawai yang terkait dalam proses pelaksanaan PNBP tersebut.

4.2.1 Penetapan Indikator Kerja

(69)

Kinerja disebut juga prestasi kerja. Maksudnya adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja kantor imigrasi sebagai salah satu instansi pemerintah yang menjalankan berbagai jenis administrasi keimigrasian juga memiliki visi, misi dan rencana strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

Dalam permasalahan ini, penulis meminta penjelasan kepada Bapak Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Bapak Chairil Lufthi, berikut :

“Perhatian terhadap kinerja kantor imigrasi terhadap pelaksanaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Kinerja kantor dalam hal ini berarti banyak peran-peran yang mendukung proses pelaksanaan PNBP tersebut. Peran-peran tersebut dapat diklasifikasikan dari pegawai kantor imigrasi yang terkait, sarana dan prasarana, dokumen-dokumen, kebijakan-kebijakan pelaksanaan dan juga sistem aplikasi yang digunakan.”

Akan pentingnya indikator-indikator kerja tersebut tentu dapat memberikan hasil positif di lingkungan Ditjen Imigrasi dalam pelaksanaan PNBP. Penulis pun meminta keterangan dari pernyataan tersebut berikut ini :

(70)

Demi terwujudnya pelaksanaan PNBP seperti yang diharapkan diatas tentulah indikator-indikator kerja yang menjadi faktor keberhasilan berjalan sesuai dengan fungsinya dan tepat waktu, mampu meningkatkan pendapatan PNBP yang semakin baik di tiap tahunnya.

4.2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau instansi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pada kantor imigrasi polonia, terdapat struktur organisasi yang berkaitan dalam proses pelaksanaan PNBP.

Hal ini dikatakan langsung oleh Bapak Chairil Lufthi selaku Kepala Sub Bag Tata Usaha Kantor Imigrasi , berikut ini :

(71)

Keimigrasian dan pegawai-pegawai yang berada di bagian Status Keimigrasian.”

Kinerja kantor imigrasi dalam pelaksanaan PNBP dari segi alur kerjanya, semestinya dijalankan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.Dalam kesempatan ini penulis menanyakan kepada Bapak Chairi Lufthi mengenai SOP yang dilaksanakan dalam proses pembuatan SPRI :

“Dalam Pengurusan SPRI, mulai dari permohonan masuk berkas, pembayaran (yang kini telah dilakukan di Bank BNI), foto, sidik jari dan wawancara, diberikan nomor antrian loket. Proses penyelesaian paspor juga dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu 6 hari setelah berkas permohonan diterima atau 4 hari setelah foto, sidik jari dan wawancara.

Dalam struktur organisasi kantor imigrasi polonia yang telah tersusun secara terstruktur, dimana sudah dijalankan oleh masing-masing bidang yang dipimpin masing-masing kepala seksi, mempengaruhi kinerja kantor imigrasi dalam pelaksanaan PNBP bisa berjalan lancar.

4.2.3 Sumber Daya

(72)

berperan yaitu tersedianya perangkat-perangkat komputer yang digunakan untuk menjalankan sistem aplikasi keimigrasian. Tersedianya sarana dan prasarana lainnya yaitu kantor imigrasi polonia, loket nomor antrian, loket pengaduan keimigrasian, media televisi.

Dalam hal ini, penulis meminta penjelasan dari Bapak Kepala Sub Bagian Tata Usaha mengenai pelaksanaan dan pengendalian pengamanan terhadap kantor, instalasi vital, dokumen-dokumen dan sistem aplikasi apakah berjalan secara akurat dan terukur ?

(73)

Penulis dalam kesempatan ini juga meminta penjelasan kepada Bapak Kasubag TU tentang kinerja kantor imigrasi dalam tingkat kepuasan terhadap pelayanan keimigrasian kepada para pemohon, berikut :

“Kinerja Kantor Imigrasi Polonia setiap tahunnya meningkat. Untuk 3 tahun terakhir, jumlah pemohon yang diterima per hari bisa mencapai 300-400 pemohon. Kantor Imigrasi melaksanakan pelayanan jasa keimigrasian mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Sistem pelayanan yang sesuai dengan nomor urut dan seluruh pelaksanaan mulai dari awal permohonan keimigrasian sampai selesai, dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 2 Tahun 2014 tentang Program Aksi Kementerian Hukum dan HAM Tahun 2014, yaitu :Dalam Rangka pelaksanaan Sistem Pelayanan Paspor Terpadu, telah dirumuskan Standar Operasional Prosedur untuk dijadikan standardisasi dalam menyelesaikan, memberikan kepastian dan keseragaman proses pelayanan paspor dan SOP Pelayanan Paspor Terpadu untuk dijadikan Pedoman standar dalam pelaksanaan paspor di Kantor Imigrasi.”

Dalam pelaksanaan di bidang asing, penulis meminta penjelasan dari pimpinan yang menangani langsung yaitu Bapak Kepala Seksi Status Keimigrasian, Bapak Oeray Gufran tentang bagaimana kinerja kantor imigrasi dalam peningkatan pelayanan dalam pemberian izin kunjungan, izin tinggal dan alih status keimigrasian kepada warga negara asing, berikut:

Gambar

Tabel 3.1. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Penempatan Tugas
Tabel 3.2. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Tabel 3.3. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pangkat/Golongan
Table 4.1 : Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penatausahaan penerimaan negara bukan pajak pada kantor pelayanan kekayaan negara dan

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup telah memiliki tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2002 tentang Tarif Atas

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam (SDA), pendapatan bagian laba Badan

TENTANG : JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA.. JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sistem Informasi Akuntansi (Komputerisasi Kegiatan Pertanahan) dan Pencatatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan aset negara untuk peningkatan penerimaan negara bukan pajak di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Surabaya

TENTANG : JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIAA. JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil