• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN BISNIS BRIKET TEMPURUNG KELAPA

BERBASIS WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR

FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015 Fitria Na’imatu Sa’diyah

NIM H34110006

*

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH. Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa

Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Bogor mampu menghasilkan kelapa sebanyak 16 208 ton, sehingga akan menghasilkan limbah berupa tempurung kelapa yang banyak. Tempurung kelapa dapat bernilai ekonomi apabila diolah menjadi briket. Akan tetapi karakteristik dari sebagian besar petani kelapa Indonesia hanya memiliki sedikit pohon kelapa, sehingga produksinya rendah dan sulit untuk masuk dalam industri briket secara individu. Oleh karena itu para petani kelapa perlu bergabung dalam usaha berbasis wirakoperasi untuk memasuki industri briket. Para petani kelapa yang menjadi anggota koperasi akan mendapatkan bimbingan dalam mengolah tempurung kelapa menjadi arang. Arang yang dihasilkan petani dijadikan bahan baku pembuatan briket. Target pasar dari produk ini adalah Jepang. Produk ini dijual dengan harga Rp11 829 per kg. Secara finansial bisnis ini memberikan keuntungan jika dilihat dari nilai NPV yang lebih besar dari nol (Rp6.15 Miliar), gros B/C lebih besar dari satu 1.21), dan payback period sebesar 1.46 tahun. Sedangkan secara nonfinansial bisnis ini memberikan manfaat sosial dalam menyejahterakan petani dengan harga arang yang lebih tinggi dari harga pasar serta bagi hasil usaha briket.

Kata kunci : investasi, wirakoperasi

ABSTRACT

FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH. Business Plan of Coconut Shell Charcoal Briquettes Based on Cooperative Entrepreneur in Bogor Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Bogor is capable of producing 16 208 tons of coconuts a year, and a big amount of coconut shells. This kind of shells can be a very valuable business commodity when processed into briquette. However the majority of Indonesian coconut farmers have only a little number of coconuts trees, so that the shell production is low and the farmers find it difficult to enter the briquette industry. Therefore, the coconut farmers need to join in the business based on cooperative approach to enter briquette industry.The coconut farmers who become members of the cooperative will get the guidance to process coconut shells into charcoal .The charcoal produced by farmers is used as raw material of making briquette. The market target of briquette will be Japan and the product will be sold at Rp11 829 per kilogram. This business gives financial benefit to the cooperative as the NPV is bigger than zero (Rp6.15 milliards), gross B/C is higher than one (1.21), and payback period is 1.46 years. Nonfinancially, this business gives social benefit to the farmers who are members of the cooperative, because the

cooperative buys the farmers’ charcoal in a good price, i.e. higher than the market

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PERENCANAAN BISNIS BRIKET TEMPURUNG KELAPA

BERBASIS WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR

FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor

Nama : Fitria Na’imatu Sa’diyah NIM : H34110006

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga MA Ec Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina MS Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor” yang penelitiannya dilakukan sejak bulan Desember 2015.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku pembimbing yang telah memberikan banyak saran serta arahan dan bimbingannya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahmudi selaku pemilik CV Mandiri Globalindo dan Bapak Baryono selaku karyawan CV Mandiri Globalindo yang telah memberikan informasi mengenai detail usaha briket tempurung kelapa. Kemudian penghargaan penulis sampaikan kepada staf Badan Pusat Statistik, staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan (Cibungbulang, Ciampea, dan Leuwiliang) yang membantu dalam pengumpulan data sekunder. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh anggota keluarga dan teman-teman atas dukungannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Profil dan Peran Wirakop dalam Pengembangan Usaha 7

Peran Wirakop dalam Koperasi 7

Perencanaan Bisnis 8

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 19

Waktu dan Tempat Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Pengumpulan Data 20

Metode Analisis Data 20

ANALISIS SITUASI BISNIS 24

RENCANA USAHA 28

Asumsi Dasar 28

Gambaran Umum Lokasi Usaha 29

Rencana pada Aspek Pasar dan Pemasaran 30

Rencana pada Aspek Teknik dan Teknologi 35

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia 48

Rencana Kemitraan 58

(12)

Rencana Aspek Finansial 63

SIMPULAN DAN SARAN 66

Simpulan 66

Saran 67

DAFTAR PUSTAKA 68

(13)

DAFTAR TABEL

1 Produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia 1

2 Berbagai produk turunan kelapa 2

3 Luas dan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Bogor tahun 2012 4 4 Ekspor briket dan produk tersier kayu di Indonesia 4

5 Ekspor briket tempurung kelapa di India 31

6 Permintaan briket, batu bara, dan bahan bakar mineral tahun 2014 32

7 Kebutuhan bahan baku per bulan 35

8 Standar mutu briket bedasarkan SNI No.1/6235/2000 36 9 Standar mutu briket para konsumen CV Mandiri Globalindo 37 10 Perbedaan sesudah dan sebelum usaha briket tempurung kelapa berbasis

wirakoperasi 60

11 Rencana biaya investasi unit usaha Tunas Kelapa 63

12 Rincian biaya tetap unit usaha Tunas Kelapa 64

13 Rincian biaya modal awal unit usaha Tunas Kelapa 65

DAFTAR GAMBAR

1 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian 19 2 Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran 21

3 Jenis risiko pada perusahaan 22

4 Gambar kemasan briket 33

5 Briket tempurung kelapa 33

6 Alur pasokan bahan baku 35

7 Diagram proses produksi briket 38

8 Mesin penepung arang 41

9 Mesin pengayak 41

10 Mesin mixer (pengaduk bahan briket) 42

11 Meja penggerak dan alat pemotong hasil cetakan 43

12 Mesin pencetak briket 43

13 Ruangan oven nampak dari luar 44

14 Kipas besar di dalam oven 44

15 Kipas kecil di dalam ruangan oven 44

16 Tungku oven 45

17 Kompor mawar (pemanas oven) 45

18 Nampan oven 45

19 Denah pabrik unit usaha Tunas Kelapa 48

20 Logo unit usaha Tunas Kelapa 48

21 Proses pembentukan unit usah Tunas Kelapa 50

22 Bagan struktur organisasi unit usaha Tunas Kelapa 51 23 Alur kerja antara koperasi, wirakop, kelompok tani kelap, unit usaha

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ringkasan eksekutif 71

2 Biaya investasi perizinan bangunan unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 72

3 Biaya investasi bangunan pabrik unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 72

4 Biaya investasi peralatan dan mesin unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 73

5 Biaya tetap utility kantor unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 73

6 Biaya tetap administrasi kantor unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 73

7 Biaya tetap jaminan mutu unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 74

8 Biaya tetap sarana perlengkapan produksi unit usaha Tunas Muda

periode 10 tahun usaha 74

9 Biaya penyusutan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 75 10 Asumsi dalam perhitungan biaya variabel unit usaha Tunas Muda

periode 10 tahun usaha 76

11 Biaya variabel pengiriman barang unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 76

12 Biaya variabel pengemasan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 77

13 Biaya variabel bahan baku unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 77

14 Biaya variabel secara keseluruhan unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 78

15 Biaya Tunjangan Hari Raya (THR) per tahun unit usaha Tunas Muda

periode 10 tahun usaha 78

16 Laporan laba rugi tahunan (proyeksi 10 tahun) unit usaha Tunas Muda 79 17 Laporan arus kas bulanan (proyeksi 1 tahun pertama) unit usaha tunas

Tunas Kelapa 80

18 Laporan arus kas tahunan unit usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun 81 19 Bagi hasil 5 tahun pertama di mulai tahun ke dua pada usaha Tunas

Kelapa proyeksi 10 tahun 82

20 Rincian pengembalian pinjaman kepada investor 82 21 Bagi hasil 4 tahun selanjutnya pada usaha Tunas Kelapa proyeksi 10

tahun 82

22 Siklus produksi 1 bulan pertama pada tahun pertama unit usaha Tunas

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa merupakan tanaman yang mudah ditemui di Indonesia, baik di daerah pegunungan maupun dataran rendah banyak terdapat pohon kelapa. Pada umumnya pohon kelapa ini merupakan milik rakyat dan bukan merupakan tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan tanaman kelapa yang dengan sengaja dibudidayakan dengan luasan lahan tertentu disebut perkebunan kelapa. Lahan yang digunakan sebagai perkebunan kelapa, yaitu sekitar 3 787 283 Ha dengan pertumbuhan sebesar 0.6 persen yang terjadi pada tahun 2013. Selain peningkatan luas lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa, terjadi pula peningkatan produktivitas kelapa sebesar 1.12 persen yang terjadi di tahun 2013 (BPS 2014).

Tabel 1 Produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia Tahun

Luas Areal (000 Ha) Produksi (000 ton)

Karet Kelapa Kelapa Sawit Karet Kelapa Minyak Kelapa Sawit

2000 3046 3602 1190 1125 2951 1978

2008 2900 3724 2882 2149 3176 6923

2009 2953 3732 3061 1918 3181 7518

2010 2949 3697 3387 2193 3126. 8459

2011 2932 3726 3753 2359.8 3133 8798

2012 2987 3740 4138 2430 3198 9198

Sumber: BPS (2015)

Berdasarkan Tabel 1, Indonesia memiliki posisi penting dalam pengadaan beberapa komoditas perkebunan utama, antara lain kelapa sawit, karet dan kelapa. Kelapa merupakan komoditas perkebunan rakyat terbesar ke-2 setelah kelapa sawit. Akan tetapi jika dilihat dari produktivitasnya, kelapa tergolong rendah yaitu sekitar 50 persen dari potensi produksinyaOleh karena itu produktivitas kelapa masih berpotensi untuk ditingkatkan1. Produktivitas yang belum maksimal ini juga antara lain disebabkan oleh rasa kurang antusias masyarakat terhadap kelapa karena nilai ekonomisnya yang dianggap rendah. Paradigma yang sudah melekat pada masyarakat ini karena jenis produk yang dihasilkan sebagian besar masih produk primer. Sedangkan produk turunan yang dihasilkan serta kegiatan research and development masih sangat terbatas. Padahal kelapa merupakan tanaman yang memiliki manfaat yang sangat banyak seperti yang ada pada Tabel 2. Hampir

(16)

2

semua bagian dari kelapa dapat dimanfaatkan, namun penanganan agribisnis pada komoditas kelapa dengan kapasitas industri pengolahan di Indonesia masih rendah.

Tabel 2 Berbagai produk turunan kelapa

Bagian pada kelapa Produk yang dihasilkan Pemakai produk Daging kelapa Minyak kelapa, kopra,

kelapa parut, tepung kelapa, santan pekat,dll

Industri makanan dan minuman

Minyak kelapa Produk kao chemical Industri detergen Industri farmasi

Tempurung 1. Produk kerajinan

2. Bahan pengisi pada kayu Akar 1. Obat-obatan, zat warna Industri kemurgi Sumber : Deperindag (2002)

(17)

3 Daya saing dari arang tempurung kelapa ini cukup tinggi karena mutunya yang baik dan sifatnya yang terbarukan. Selain itu, jika arang ini dibandingkan dengan arang yang terbuat dari kayu bakar arang memberikan kalor yang lebih besar namun menghasilkan asap yang lebih sedikit (Pari et al 2002). Mutunya yang baik membuat permintaan arang mulai meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri. Arang yang terbuat dari tempurung kelapa ini dapat diolah lebih lanjut menjadi briket, yaitu arang yang telah dibentuk dan dikemas lebih menarik. Briket kelapa ini dibentuk dengan teknologi pemadatan dalam pemekatan. Dalam proses pemekatan itu sendiri dilakukan penekanan hingga produk mempunyai sifat yang kompak (high bulk density), mengandung sedikit air, mempunyai ukuran, dan sifat yang sama (Sutiyono 2007)

Sifat dari briket tempurung kelapa yang terbarukan menjadi salah satu keunggulan dari produk ini yang dapat menjadi energi alternatif bagi masyarakat. Briket ini juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar yang berasal dari minyak bumi seperti gas dan minyak tanah. Selain itu dengan tingginya harga minyak bumi di pasar global membuat daya saing briket tempurung kelapa meningkat sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan.

Permintaan briket tempurung kelapa datang dari luar negeri, antara lain Saudi Arabia, Eropa dan Korea Selatan. Permintaan yang datang dari Eropa sekitar 50 000 ton per tahun, namun Indonesia belum mampu untuk memenuhi semuanya. Indonesia hanya mampu menyuplai sebanyak 10 000 ton per tahun2. Permintaan yang banyak dari luar negeri karena musim dingin yang ada di negara tersebut, sehingga mereka membutuhkan briket tempurung kelapa sebagai bahan bakar pemanas ruangan. Selain itu, briket ini juga sering digunakan sebagai bahan bakar pada alat pemanggang daging yang sering digunakan di luar negeri. Keadaan over demand ini menjadi peluang yang sangat baik untuk melakukan bisnis di bidang ini.

Walaupun peluang pasar akan bisnis briket tempurung kelapa ini besar, namun belum banyak orang yang berani untuk menjalankan bisnis ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti modal yang besar yang dibutuhkan dan ketidaktahuan informasi peluang pasar. Selain itu sangat jarang sekali usaha briket yang sudah ada merupakan usaha yang didirikan oleh petani kelapa. Hal ini karena petani kelapa di Indonesia rata-rata merupakan petani yang hanya memiliki beberpa pohon kelapa saja, sehingga tidak ada keinginan untuk mengolahnya lebih lanjut agar mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Sebagian besar dari petani kelapa hanya mejual hasil kelapa secara utuh maupun digunakan sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan wirakop (wirausaha koperasi) yang dapat merangkul para petani untuk dapat terjun dalam usaha ini.

Wirakop merupakan orang yang dapat bertindak inovatif dalam melihat peluang yang dapat dimanfaatkan demi kebermanfaatan bersama. Selain itu, seorang wirakop dalam menjalankan kegiatannya berpedoman pada nilai-nilai dalam koperasi yaitu oleh anggota dan untuk anggota. Sehingga wirakop harus dapat membuat anggota dari koperasi berperan aktif dalam pelaksanaan usaha di dalam koperasi tersebut. Seorang wirakop juga berperan dalam meyakinkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut.

2

(18)

4

Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor mempunyai potensi yang cukup besar dalam menghasilkan kelapa, karena pada tahun 2012 mampu menghasilkan kelapa sebanyak 16 208 ton per tahun seperti data pada Tabel 3. Produksi kelapa yang besar membuat tempurung kelapa yang dihasilkan juga dalam jumlah yang besar. Tempurung kelapa ini dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, apabila dilakukan penambahan nilai dengan cara mengubahnya menjadi briket kelapa.

Tabel 3 Luas dan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Bogor tahun 2012

Kecamatan Kelapa

Luas (Ha) Produksi (Ton)

Rumpin 404.10 997.65

Leuwiliang 466.56 1059.68

Leuwisadeng 335.82 724.75

Pamijahan 332.10 777.78

Cibungbulang 463.41 983.03

Ciampea 485.76 1167.88

Kalapa nunggal 367.95 923.22

Lainnya 3 870.91 9 574.41

Total Kabupaten Bogor 6 726.61 16 208.4

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013)

Permintaan briket mempunyai kecenderungan yang terus meningkat, terutama di pasar internasional seperti pada Tabel 4. Walaupun data tersebut tidak hanya terdiri atas ekspor briket, namun setidaknya dapat mewakili data tentang potensi pasar dari briket. Briket pada data tersebut bukan briket tempurung kelapa tetapi briket yang terbuat dari kayu. Akan tetapi dapat diasumsikan bahwa briket tempurung kelapa dapat menggantikan briket kayu sehingga data ini digunakan untuk melakukan pendekatan dalam melihat peluang pasar.

Tabel 4 Ekspor briket dan produk tersier kayu di Indonesia

Tahun Nilai (US$) Kuantitas (Kg)

2008 751 914 2 277 801

2009 686 758 2 706 146

2010 569 236 3 160 187

2011 604 227 3 657 225

2012 7 738 936 55 420 080

(19)

5 Pada dasarnya briket tempurung kelapa memiliki kelebihan dibandingkan briket kayu, yaitu panas yang tinggi dan kontinyu sehingga baik untuk pembakaran yang lama dan ramah lingkungan. Adanya kelebihan tempurung kelapa dan permintaan yang banyak briket, membuat usaha ini masih mempunyai peluang besar untuk berkembang. Namun, belum banyak perusahaan briket tempurung kelapa di Indonesia, yang dibuktikan dengan belum tercatatnya briket kelapa menjadi komponen tersendiri pada data di Badan Pusat Statistik. Hal ini berarti belum banyak produksi briket tempurung kelapa yang dihasilkan di Indonesia.

Petani kelapa kurang tertarik dengan bisnis ini, diduga karena kurangnya informasi yang diperoleh peluang usaha, serta keterbatasan sumberdaya modal usaha yang dimiliki. Selain itu, dalam menjalankan bisnis ini dibutuhkan banyak input tempurung kelapa, sedangkan kuantitas tempurung kelapa yang dimiliki oleh individu petani masih jauh dari persyaratan tersebut. Sehingga untuk dapat memasuki industri briket tempurung kelapa perlu adanya perencanaan bisnis berbasis wirakoperasi.

Bisnis dengan sistem wirakoperasi adalah usaha yang dilakukan secara bergotong-royong dengan dipimpin oleh seorang wirakop. Wirakop merupakan orang yang memiliki prinsip koperasi dalam mengembangkan suatu bisnis. Wirakop sangat dibutuhkan sebagai perantara antara petani-petani yang memiliki produksi kelapa yang relatif sedikit dan usaha pengelolaan tempurung kelapa. Adanya sistem wirakoperasi yang diterapkan membuat pembangunan usaha berpegang teguh pada prinsip koperasi, yaitu mengutamakan anggota (petani kelapa). Para anggota ini dapat bekerja secara bersama dan terakumulasi dalam mengelola produk kelapa agar mendapatkan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan dengan menjual secara individu. Tidak hanya itu dengan sistem wirakoperasi maka komoditas penting ini dapat menembus pasar ekspor dengan tata cara dan alur bisnis yang benar dan menguntungkan.

Perencanaan bisnis ini diperlukan oleh seorang wirakop untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan bisnis yang akan dijalankan. Penyusunan sebuah rencana bisnis merupakan satu tahap penting dalam pendirian setiap bisnis. Dalam mendirikan suatu usaha diperlukan rencana yang baik. Dengan perencanaan yang baik, keuntungan yang akan dicapai dapat diperkirakan dan hambatan yang mungkin akan dihadapi dapat diantisipasi. Rencana yang telah dibuat tersebut dapat membuat seorang wirakop memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan.

Hasil dari peningkatan harga karena penambahan nilai dalam tempurung kelapa akan membuat petani memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas akan tanamannya yang semakin meningkat. Secara otomatis akan menimbulkan efek positif yaitu terciptanya supply chain antara pemasok, industri, dan pasar. Hal ini tentunya akan sulit terwujud jika para petani melakukan produksi dan pemasaran briket secara individu dengan skala yang kecil.

(20)

6

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam merancanakan usaha bisnis briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi ?

2. Apakah keuntungan bisnis briket tempurung kelapa dengan menggunakan konsep wirakoperasi di Kabupaten Bogor ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Merumuskan tahapan dalam merencanakan usaha bisnis briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi.

2. Menganalisis keuntungan yang dapat diperoleh pada usaha briket tempurung kelapa yang berbasis wirakoperasi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak seperti :

1. Bagi petani

Penelitian ini diharapkan mampu membantu petani dalam meningkatkan kesejahteraannya karena penambahan pendapatan dari usaha briket dari tempurung kelapa ini.

2. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kesadaran peneliti akan pentingnya sistem wirakoperasi dalam suatu usaha. Penelitian ini juga dapat memberikan peningkatan kreativitas dalam bisnis di bidang pertanian

3. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan mampu mejadi acuan ataupun perbandingan untuk penelitian mendatang.

4. Bagi investor

Dengan adanya penelitian ini investor jadi mengetahui akan potensi dan peluang usaha briket tempurung kelapa.

Ruang Lingkup Penelitian

(21)

7 bisnis briket tempurung kelapa yang diasumsikan sebagai salah satu unit usaha milik koperasi. Tidak dijelaskan secara lebih rinci mengenai anggaran untuk mengadakan petani dan sosialisasi kepada petani karena proses ini di bawah manajemen koperasi, sehingga masuk dalam keuangan koperasi pula. Perencanaan ini akan membahas beberapa aspek seperti aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek operasional, aspek kerjasama kooperatif, aspek risiko, dan aspek keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Profil dan Peran Wirakop dalam Pengembangan Usaha

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Baga (2011) yang berjudul Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis menyatakan bahwa wirakoperasi merupakan wirausaha dengan karakteristik yang khusus. Karakter khusus ini karena peran sebagai wirakoperasi lebih kompleks dibandingkan dengan peran wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi selain berusaha untuk dirinya sendiri, dia juga berusaha untuk para petani yang mengikutinya.

Penelitian ini dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan responden sebanyak 13 orang. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah responden yang termasuk ke dalam orang yang mempunyai jiwa koperasi hanyalah 3 orang. Responden ini dianggap mempunyai jiwa koperasi karena memiliki karakter dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need for achievement yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi pada tugas dan kesejahteraann manusia secara seimbang. Dengan adanya karakter yang kuat ini diharapkan mampu membantu pengembangan sektor agribisnis Indonesia. Hal ini karena pengembangan agribisnis di Indonesia akan sulit jika dilakukan secara individu dengan kualitas sumberdaya manusia yang belum memadai dan sumber daya modal yang tidak memungkinkan.

Peran Wirakop dalam Koperasi

(22)

8

Susu Indonesia (GKSI). GKSI ini dibangun dengan tujuan membantu koperasi susu yang ada untuk lebih berkembang.

Adanya koperasi susu membuat peternak yang menjadi anggotanya mendapatkan beberapa keuntungan seperti mudahnya informasi peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas terjadi karena adanya pengajaran inseminasi buatan dan pemeliharaan kesehatan ternak yang telah diajarkan kepada peternak. Selain itu adanya penggunaan teknologi peternakan modern seperti pengolahan pasteurisasi juga membantu peternak dalam meningkatkan kualitas susu dan daya saing mereka.

Perencanaan Bisnis

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) mengenai Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi mengemukakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rencana bisnis untuk usahatani dan agroindutri stroberi meliputi jumlah permintaan, produk unggulan, lokasi usaha, rencana kebutuhan produksi, dan kelayakan finansial seperti net present value(NPV), break event point (BEP) , B/C ratio, serta pay back periode (PBP). Untuk mempermudah dalam menganalisis faktor-faktor yang ada dan melakukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, maka diperlukan suatu rencana bisnis yang lengkap dan akurat.

Hasil daripada penelitian ini adalah sebuah rencana bisnis Rancang Bangun

Business Plan untuk Agroindustri Stroberi yang terdiri atas profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, deskripsi produk, strategi usaha, aspek teknis, aspek bisnis, dan aspek pembiayaan. Sebelum dilakukan perincian biaya, terlebih dahulu menentukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan seperti umur ekonomis usaha, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, dan jumlah produk yang dijual. Rancangan bisnis ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku agroindustri stroberi, koperasi, lembaga keuangan, calon investor, dan pemerintah dalam menyusun rencana bisnis mengenai usaha yang akan dijalankan, dalam hal ini khususnya adalah agroindustri stroberi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Definisi Cooperative Enterpreneur (Wirakoperasi)

(23)

9 Seorang wirakoperasi juga harus mampu meyakinkan masyarakat untuk mau ikut berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut

Menurut hasil seminar nasional tentang kurikulum kewirausahaan koperasi di Kampus Institut Koperasi Indonesia Bandung pada tahun 1993 yang dijelaskan dalam Hendar (2010), kewirakoperasian merupakan istilah baku dari kewirausahaan koperasi yang artinya suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Sedangkan orang yang memiliki jiwa kewirakoperasian disebut dengan wirakop. Setiap wirakop bertujuan memenuhi kebutuhan anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama, sehingga seorang wirakop harus dapat menyeimbangkan kepentingan anggota, perusahaan koperasi, karyawan, dan masyarakat sekitar.

Tugas Wirakop

Mengacu pada dimensi orientasi kewirausahaan menurut Hendar (2010) mengenai tugas seorang wirakoperasi adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan pembelajaran dengan mencari, mengumpulkan, dan memanfaatkan pengetahuan secara terus menerus.

2. Meningkatkan prestasi atau kinerja organisasi koperasi.

3. Membangun kemandirian koperasi dengan mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain, termasuk pemerintah.

4. Meningkatkan keunggulan bersaing.

5. Menciptakan suatu yang baru, seperti produk, pasar, proses, dan logistik yang baru.

6. Mengambil keputusan-keputusan penting pada tingkat risiko tertentu yang diperhitungkan.

7. Mencari dan menemukan peluang-peluang bisnis yang menguntungkan bagi koperasi.

Landasan Pelaksanaan Usaha dalam Koperasi

Berikut merupakan beberapa isi Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan akan kegiatan dalam koperasi.

1. Organisasi

a) Jenis koperasi hanya 4 (empat) yaitu; produsen, konsumen, koperasi simpan pinjam dan jasa lainnya (pasal 83).

b) Pencantuman jenis koperasi dalam anggaran dasar koperasi (pasal 82). c) Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syari’ah

(pasal 87, ayat 3).

d) Koperasi simpan pinjam dilarang berinvestasi pada usaha sektor riil (pasal 93, ayat 5).

(24)

10

menteri (pasal 88). 2. Kelembagaan

a) Rapat Anggota

 Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus diselenggarakan paling lambat lima bulan setelah tahun buku koperasi ditutup (pasal 36, poit 1 ayat 2).

 Undangan kepada anggota untuk menghadiri rapat anggota di kirim oleh pengurus paling lambat 14 hari sebelum rapat anggota diselenggarakan (pasal 34, ayat 4).

 Undangan juga meliputi pemberitahuan bahwa bahan yang akan di bahas dalam rapat anggota tersedia di koperasi. (pasal 34, ayat 5). b) Pengawas

 Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar kompetensi (pasal 92).

 Pengawas mengusulkan dan memberhentikan (sementara) pengurus (pasal 50).

 Pengawas mengusulkan calon pengurus (pasal 50, ayat 1 poin a).

 Memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan menyebutkan alasannya (pasal 50, ayat 2 poin e).

c) Pengurus

 Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar kompetensi (pasal 92).

 Pengurus dipilih dari orang perseorangan, baik anggota maupun non anggota (pasal 55).

 Pengurus dipilih dan diangkat pada rapat anggota atas usul pengawas (pasal 56, ayat 1 ).

 Gaji dan tunjangan setiap pengurus di tetapkan oleh rapat anggota atas usul pengawas (pasal 57).

3. Keanggotaan dan Permodalan a) Keanggotaan

 Keanggotaan koperasi bersifat terbuka (pasal 26, ayat 3).

 Keanggotaan koperasi tidak bisa dipindahtangankan (padal 28, ayat 2).

 Koperasi simpan pinjam wajib mendaftarkan nonanggota menjadi anggota koperasi paling lambat tiga bulan sejak berlakunya undang-undang ini (pasal 123). lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, pemerintah dan pemerinrah daerah (pasal 66, ayat 2).

 Setoran pokok tidak dapat dikembalikan (pasal 67).

(25)

11

 Koperasi harus menerbitkan sertifikat modal koperasi dengan nilai nominal per lembar maksimum sama dengan nilai setoran pokok (pasal 68, ayat 2).

 Pembelian sertifikat modal koperasi dalam jumlah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merupakan tanda bukti penyertaan modal anggota di koperasi (pasal 68, ayat 3).

 Sertifikat modal koperasi tidak memiliki hak suara (pasal 69, ayat 1).

 Sertifikat modal koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikeluarkan atas nama (pasal 69, ayat 2).

 Nilai nominal sertifikat modal koperasi harus dicantumkan dalam mata uang Republik Indonesia (pasal 69, ayat 3).

 Penyetoran atas sertifikat modal koperasi dapat dilakukan dalam bentuk uang dan atau dalam bentuk lainnya yang dapat dinilai dengan uang (pasal 69, ayat 4).

 Dalam hal penyetoran atas sertifikat modal koperasi dalam bentuk lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat, dilakukan penilaian untuk memperoleh nilai pasar wajar (pasal 69, ayat 5).

 Koperasi dapat menerima modal penyertaan dari: (i) pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan atau (ii) masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan modal penyertaan (pasal 75 ayat 1).

 Pemerintah dan atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak mendapat bagian keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan (pasal 75 ayat 4).

 Perjanjian penempatan modal penyertaan dari masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat 1 b sekurang-kurangnya memuat: (i) besarnya modal penyertaan, (ii) risiko dan tanggung jawab terhadap kerugian usaha, (iii) pengelolaan usaha, dan (iv) hasil usaha (pasal 76). 4. Sisa Hasil Usaha (SHU)

a) Mengacu pada ketentuan anggaran dasar dan keputusan rapat anggota, surplus hasil usaha disisihkan terlebih dahulu untuk dana cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk: (i) anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, (ii) anggota sebanding dengan sertifikat modal koperasi yang dimiliki, (iii) pembayaran bonus kepada pengawas, pengurus, dan karyawan koperasi, (iv) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan koperasi dan kewajiban lainnya, dan atau (v) penggunaan lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar (pasal 78, ayat 1).

b) Koperasi dilarang membagikan kepada anggota surplus hasil usaha yang berasal dari transaksi dengan nonanggota (pasal 78, ayat 2).

(26)

12

Perencanaan Bisnis

Perencanaan bisnis merupakan pedoman untuk mempertajam rencana yang diharapkan berjalan dari sebuah usaha, karena perencanaan bisnis dapat menentukan posisi perusahaan saat ini, menentukan arah tujuan perusahaan, dan cara mencapai sasaran perusahaan. Perencanaan bisnis juga dapat dibuat untuk mendapatkan dana dalam menjalankan usaha dari pihak ketiga seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya. Perencanaan bisnis dapat dimulai dengan gambaran umum rencana bisnis yang akan dijalankan, kemudian dilanjutkan dengan kondisi perusahaan saat ini, penjelasan mengenai produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan, kondisi terkini dari pasar, manajemen, keuangan, operasional, dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan. Rincian tersebut nantinya akan digunakan sebagai alat dalam menyusun strategi yang baik untuk mengembangkan usaha dimasa yang akan datang (Rangkuti 2005)

Menurut Solihin (2007), perencanaan bisnis adalah cetak biru suatu bisnis yang dilengkapi dengan analisis dan konsep untuk menerapkan perubahan-perubahan agar usaha lebih menguntungkan. Perencanaan bisnis juga digunakan untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada (business opportunities) yang ada pada lingkungan eksternal dari perusahaan. Perencanaan bisnis juga dapat menjelaskan keunggulan bersaing (competitive advantage) suatu usaha yang kemudian dapat mengarahkan kepada langkah yang harus dilakukan untuk membuat bentuk usaha yang nyata.

Tujuan Perencanaan Bisnis

Perencanaan yang baik terhadap suatu usaha dapat menjadikan pengusaha lebih siap dalam menghadapi risiko yang akan dihadapi dan juga dapat mendorong rasa percaya diri yang tinggi dan rasa optimis yang tinggi untuk sukses terhadap usaha yang dikelolanya (Suharyadi et al 2007). Menurut Pinson (2007), terdapat tiga tujuan utama dalam menulis sebuah rencana bisnis, yaitu: 1) sebagai panduan, 2) sebagai dokumentasi, 3) sarana memperluas ke pasar luar negeri.

1. Sebagai panduan

(27)

13 2. Sebagai dokumentasi pendanaan

Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai dokumentasi pendanaan karena dalam perencanaan bisnis akan dijelaskan mengenai cara perusahaan mengatur arus kas sehingga dapat mamajukan usaha dan meningkatkan laba. Dari laporan keuangan yang dicatat pada laporan keuangan masa lalu, sekarang, dan proyeksi yang dilakukan juga dapat membantu menimbulkan rasa percaya para pemberi pinjaman karena dapat memberi alasan bahwa pengusaha dapat membayar pinjaman dan bunga tepat waktu. Laporan keuangan dalam perencanaan bisnis juga dapat berguna bagi para investor untuk memperkirakan uangnya dapat meningkatkan kekayaan bersih serta mendapatkan laba penanaman investasi yang dilakukan. Pengusaha harus dapat memberikan informasi yang terpercaya dan beralasan untuk dapat membuat investor dan pemberi pinjaman percaya.

3. Memperluas ke pasar luar negeri

Jika usaha yang dijalankan berskala internasional, maka perencanaan bisnis ini akan menggunakan informasi yang ada untuk menganalisis pangsa pasar di luar negeri. Dengan begitu dapat dinilai pantas atau tidaknya bisnis ini dikembangkan dengan skala internasional. Perencanaan bisnis juga dapat menjadi penuntun pada cara-cara untuk mengembangkan bisnis tersebut agar mampu bersaing secara global.

Isi Perencanaan Bisnis

Perencanaan bisnis digunakan sebagai peta konsep dari berjalannya suatu bisnis. Selain itu, perencanaan bisnis yang dibuat juga harus dapat memproyeksikan usaha dalam jangka panjang. Menurut Solihin (2007), sebuah perencanaan bisnis harus mencakup 7 pokok elemen yaitu ringkasan eksekutif, uraian gambaran umum usaha, rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana keuangan, rencana manajemen dan organisasi, serta rincian mengenai risiko yang mungkin dialami oleh perusahaan.

1. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan eksekutif merupakan rangkuman yang berisi tentang tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko di masa depan. Namun dalam pembahasan pada rangkuman ini tidak dilakukan secara meluas, hanya inti dari masing-masing subbab dalam pembahasan saja yang akan dicantumkan. Ringkasan umum juga harus ditulis secara terarah alurnya dan juga singkat, sehingga memudahkan dalam memahami isi dari perencanaan bisnis tersebut.

2. Gambaran Umum Usaha

(28)

14

Kemudian dalam penjelasannya juga dijabarkan tentang target pasar, competitive advantage, tempat usaha didirikan, tokoh kunci sebagai pelaksana, badan usaha, dan juga bidang fungsional manajemen yang akan dijalankan.

3. Perencanaan Aspek Pemasaran

Menurut Kasmir (2006), pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi. Dalam pengertian yang berbeda, pasar merupakan himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk. Pengetahuan mengenai informasi pasar harus lengkap agar dapat dilakukan perencanaan pemasaran. Informasi yang dibutuhkan mengenai besarnya pasar sekarang dan perkiraan yang akan datang. Pasar dan pemasaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemasaran adalah suatu kegiatan yang berkelanjutan dalam mengalirkan barang maupun jasa dari produsen sampai konsumen atau pengguna akhir (Cramer dan Jensen dalam Asmarantaka 2012).

Dalam merencanakan aspek pemasaran akan mendeskripsikan cara untuk memasukan produk ke dalam pasar dan agar mampu bersaing di dalamnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran adalah permintaan akan produk, dulu dan sekarang, komposisi permintaan tiap segmen pasar, kecenderungan perkembangan permintaan, proyeksi permintaan produk pada masa yang akan datang, serta seberapa besar porsi permintaan yang dapat dipenuhi (Sutojo 2000).

Setelah analisis aspek pasar dan pemasaran, maka diperlukan pula strategi pemasaran dalam menyusun perencanaan aspek pemasaran yang baik. Menurut Asmarantaka (2012), strategi pemasaran adalah upaya dalam memadukan semua kegiatan dan sumber daya yang ada untuk memenuhi keinginan konsumen agar produsen mendapatkan laba. Salah satu strategi pemasaran yang terkenal adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran ini terdiri atas produk, harga, promosi, dan tempat (Downey dan Ericson dalam Asmarantaka 2012). Sebelum menentukan bauran pemasaran yang akan digunakan, maka perusahaan harus terlebih dahulu menganalisis segmenting, targeting, dan positioning dari ide bisnis yang akan dikembangkan.

Segmentasi pasar merupakan pembagian pasar ke dalam beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang memungkinkan mereka membutuhkan produk yang berbeda pula (Kasmir 2006). Menurut Kotler dalam Kasmir (2006), variabel yang penting dalam menentukan segmentasi pasar adalah sebagai berikut. a) Segmentasi berdasarkan geografik, pembagian pasar yang dilakukan dengan menjual produk kepada konsumen yang dilihat dari segi cakupan

b) Segmentasi berdasarkan demografik merupakan pembagian pasar yang berlandaskan hal-hal seperti :

 umur,

 jenis kelamin,

 daur hidup keluarga,

(29)

15

 pendidikan,

 agama,

 ras,

 kebangsaan.

c) Segmentasi berdasarkan psikografik, pembagian pasar yang berdasarkan hal-hal seperti :

 kelas sosial,

 gaya hidup,

 karakteristik kepribadian.

d) Segmentasi berdasarkan perilaku, merupakan pembagian pasar yang dilakukan dengan menjual produk kepada pihak tertentu yang berlandaskan pada :

 pengetahuan,

 sikap,

 kegunaan,

 tanggapan terhadap suatu produk.

Menurut Kasmir (2006), terdapat 4 cara dalam menentukan harga dalam rencana bauran pemasaran, yaitu :

a) Cost plus pricing merupakan metode penentuan harga berdasarkan harga pokok penjualan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Harga pokok = VC Total penjualanBiaya tetap

b) Cost plus pricing dengan mark up merupakan penentuan harga berdasarkan harga pokok penjualan yang ditambahkan dengan keuntungan yang diinginkan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Harga dengan mark up = Harga pokok per unit -Laba yang diinginkan

c) Break event point (BEP) atau target pricing yaitu harga yang ditentukan oleh titik imbas atau penjualan pokoknya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Harga BEP = Biaya Tetap - Biaya VariabelPenerimaan

d) Precieved value pricing yaitu harga yang didasarkan oleh persepsi pembeli terhadap produk yang ditawarkan. Terkadang mutu dan kualitas tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan, mutu biasa saja tapi karena merk yang sudah terkenal sehingga harganya tinggi.

4. Perencanaan Aspek Teknik dan Teknologi

(30)

16

jumlah mesin dan peralatan yang dibutuhkan, perancangan aliran bahan, analisis keterkaitan antar aktivitas, keperluan tenaga kerja, penentuan luas pabrik, dan perancangan tata letak pabrik (Husnan dan Suwarsono 2000).

Menurut Kasmir (2006), dalam menjalankan usaha dibutuhkan tempat usaha yang biasa disebut lokasi usaha. Lokasi dibagi dalam beberapa bagian tergantung pada kegunaannya, seperti sebagai tempat pemajangan hasil produk, pelayanan konsumen, pelaksanaan produksi (pabrik), penyimpanan barang (gudang), dan pertemuan antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha (kantor). Dalam menentukan lokasi perlu juga dipikirkan tujuan dari lokasi yang akan dididirikan karena masing-masing lokasi memiliki pertimbangan yang berbeda-beda. Secara umum pertimbangan untuk menentukan lokasi yaitu:

a) jenis usaha yang dijalankan,

i) keadaan adat dan budaya masyarakat setempat, j) hukum yang berlaku.

Menurut Sutojo (2000) dalam aspek teknis dan teknologi juga terdapat penentuan kapasitas produksi. Kapasitas produksi merupakan kuantitas satuan produk yang dihasilkan selama periode waktu tertentu. Penentuan estimasi jumlah produksi masa kini dan perkembangannya di masa yang akan datang dilakukan dengan melakukan perkiraan pada permintaan masa kini dan permintaan yang akan datang (Sukirno et al 2006). Setelah perencanaan kapasitas produksi, maka perlu dilakukan perencanaan penggunaan teknologi yang tepat, penentuan proses produksi dan juga penentuan tata letak pabrik.

Tata letak dalam pabrik harus mempertimbangkan keterkaitan proses produksi seperti pergerakan bahan dari satu proses ke proses yang lainnya. Hal ini digunakan untuk meminimalisasi risiko kerusakan dan memperpendek jarak perpindahan. Hal yang perlu dihindari dalam perencanaan tata letak pabrik adalah urutan tata letak yang menyebabkan langkah balik pada proses produksi. Awal pergerakan bahan terletak pada gudang bahan baku dan berakhir pada gudang produk jadi, sehingga tata letak pabrik juga disesuaikan dengan alur tersebut. Selain itu, fleksibilitas juga perlu diperhatikan untuk mempersiapkan perluasan pabrik akibat dari penambahan kapasitas yang mungkin dilakukan di masa yang akan datang (Hadiguna 2009).

Perencanaan Aspek Manajemen dan Organisasi

(31)

17 tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa saja anggota direksi dan tenaga-tenaga inti (Nurmalina et al. 2010).

Hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian usaha adalah penentuan badan hukum dari usaha. Menurut Kasmir (2006), dalam pendirian usaha diperlukan juga mengurus dokumen-dokumen seperti :

1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP). 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 3. Bukti diri.

4. Surat izin Usaha Perdagangan. 5. Surat Izin Usaha Industri.

6. Izin domisili, dapat diperoleh dari keluarahan setempat.

7. Izin gangguan, diperoleh dari kelurahan tempat perusahaan berdiri. 8. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diperoleh dari pemerintah setempat.

Perencanaan Aspek Penanganan Risiko

Dalam merancang sebuah bisnis dibutuhkan perencanaan aspek penanganan risiko. Apabila mengetahui risiko-risiko yang mungkin terjadi, maka perusahaan akan meminimalisasi kerugian yang mungkin dialami. Menurut Fahmi (2010), pada umumnya risiko yang mungkin terjadi pada suatu usaha terbagi menjadi dua, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang terjadi karena faktor yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Risiko murni terdiri atas: a) risiko aset fisik (kerugian akibat timbulnya kerusakan pada aset fisik), b) risiko karyawan (kerugian akibat kecelakaan yang dialami karyawan saat bekerja), dan c) risiko legal (kerugian akibat terjadinya kegagalan atau permasalahan dalam bidang kontrak dengan pihak lain). Sedangkan risiko spekulatif terdiri atas: a) risiko pasar (kerugian akibat pergerakan harga pasar), b) risiko kredit (kerugian akibat counter party gagal memenuhi kewajiban kepada perusahaan), c) risiko likuiditas (kerugian karena ketidak mampuan memenuhi kebutuhan kas, dan d) risiko operasional (kerugian akibat kegiatan operasional yang berjalan tidak lancar).

Perencanaan Aspek Finansial

(32)

18

(2006), kriteria investasi juga meliputi profitability index, break even point, average rate of return, dan juga rasio-rasio keuangan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Sebelum menuliskan penelitian tentang perencanaan bisnis tempurung kelapa, maka perlu dibuat kerangka pemikiran operasional yang akan digunakan sebagai panduan dalam penyusunan perencanaan bisnis. Dalam pembentukan kerangka operasional tentunya diawali dengan analisis peluang usaha. Peluang usaha inilah yang dapat menjadi ide usaha dalam perencanaan bisnis. Sebuah ide bisnis biasanya diawali dengan sebuah permasalahan yang ada. Permasalahan yang ada pada saat sekarang ini adalah sumber daya yang belum termanfaatkan dengan baik di Indonesia.

Lahan perkebunan rakyat di Kabupaten Bogor yang digunakan untuk menanam kelapa cukup luas, sehingga kelapa yang mampu dihasilkan juga tinggi. Dari kelapa yang dihasilkan ini terdapat limbah yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu bagian tempurungnya. Disisi lain terdapat permintaan akan briket dari luar negeri yang besar. Briket dapat menggunakan beberapa alternatif bahan baku, dan salah satunya adalah tempurung kelapa. Oleh karena itu, peluang bisnis ini perlu untuk dimanfaatkan untuk dikembangkan.

Informasi akan peluang bisnis briket tempurung kelapa belum banyak diketahui oleh para petani kelapa. Namun selain faktor informasi yang tidak menyebar, sumber daya juga menjadi faktor pendukung bagi masuknya petani dalam usaha ini. Sumber daya yang dimaksud meliputi sumber daya manusia (kemampuan manajemen), sumber daya modal (uang), dan karakteristik petani kelapa di Kabupaten Bogor. Karakteristik rata-rata petani kelapa di Kabupaten Bogor yang hanya memiliki 2-5 pohon, sehingga hasil kelapa yang dapat dihasilkan sekitar 20-50 butir per bulan. Hal membuat petani kelapa lebih memilih menjual kelapanya ke tengkulak atau bahkan dikonsumsi sendiri, sehingga jarang yang ingin untuk mengkomersialkannya. Permasalahan inilah yang akan dibuatkan model perancangan usaha briket tempurung kelapa dengan konsep wirakoperasi.

Setelah ide usaha yang diperoleh dari permasalahan yang ada, maka dilanjutkan dengan menganalisis aspek pasar dan pemasaran yang meliputi peluang usaha, persaingan, dan juga upaya pemasarannya seperti penetapan

(33)

19

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

(34)

20

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, diantaranya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), petani, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K), pengusaha arang, dan pengusaha briket. Selain itu juga dilakukan tinjauan lapang pada CV Mandiri Globalindo di Bekasi sebagai perusahaan penghasil briket tempurung kelapa.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur, jurnal maupun laporan hasil penelitian, laporan hasil seminar, buku-buku, internet serta data dari instansi terkait yaitu Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara mendalam kepada petani kelapa penyuluh pertanian di beberapa kecamatan di Bogor, dan pengusaha arang tempurung kelapa dan briket. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, mengetahui proses dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan briket tempurung kelapa. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur melalui buku, internet, dan pengumpulan data dari beberapa instansi terkait, seperti Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia,dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.

Metode Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi analisis aspek non finansial dan aspek finansial. Dalam aspek non finansial terdiri atas aspek rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana manajemen dan organisasi, rencana risiko. Sedangkan pada aspek finansial terdiri atas proyeksi laporan keuangan dan kriteria kelayakan investasi.

Analisis Rencana Aspek Non Finansial 1. Analisis Pasar

(35)

21

Gambar 2 Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran

2. Analisis Rencana Aspek Teknik dan Teknologi

Pada analisis aspek rencana teknik dan teknologi akan membahas tentang spesifikasi dan ketersediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, serta perencanaan tata letak serta kebutuhan luas ruang produksi dari pabrik tersebut. Pemilihan jenis teknologi proses produksi berdasarkan kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Perencanaan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antar aktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area. Untuk menganalisis keterkaitan antar aktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan aktivitas. Derajat hubungan aktivitas ditentukan berdasarkan tingkat keterkaitan satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya. Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan.

b) Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan perkantoran.

c) Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya.

d) Menentukan keterkaitan antar kegiatan (produksi, pekerja, dan aliran informasi)

e) Menentukan derajat hubungan antar aktivitas.

Perancangan tata letak pabrik didasarkan atas diagram alir proses produksi dan diagram keterkaitan aktifitas yang telah ditentukan sebelumnya. Tata letak pabrik disusun dengan denah yang efektif dan efisien serta disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Keefektifan dan keefisienan perancangan tata letak pabrik ini diperoleh dari minimalnya jarak perpindahan bahan, keteraturan tempat kerja, dan runutnya aliran proses. Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi.

Pencarian data sekunder

Data Cukup ?

Potensi pasar briket

Penentuan strategi pemasaran briket

Penentuan STP (segmenting, targeting, posisitioning) dan bauran pemasaran 4P

(36)

22

3. Analisis Rencana Aspek Manajemen dan Organisasi

Pada tahap analisis rencana manajemen dan organisasi akan membahas mengenai pemilihan bentuk perusahaan (aspek legalitas), kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, upah, deskripsi dan spesifikasi kerja, serta bentuk kemitraan yang akan dibuat.

4. Analisis Manajemen Risiko

Analisis manajemen risiko yang akan dilakukan pada penelitian ini mempertimbangkan jenis risiko menurut Fahmi (2010), sebagai berikut:

Analisis Rencana Aspek Finansial

Pada analisis rencana aspek finansial terdiri atas analisis rencana laporan keuangan dan analisis kelayakan investasi. Pada analisis rencana laporan keuangan akan membahas mengenai perkiraan pendapatan dan pengeluaran yang kemudian akan disusun dalam proyeksi laba rugi dan juga arus kas. Sedangkan jika dalam analisis kelayakan investasi akan membahas mengenai kriteria investasi dengan mengacu pada penghitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (nett B/C), dan payback period (PP), break event point (BEP) (Nurmalina R et al 2010). Ukuran tersebut digunakan untuk mengukur kelayakan bisnis briket tempurung kelapa ini secara finansialnya. 1. Laporan Arus kas

Laporan arus kas yaitu aktivitas keuangan yang memengaruhi posisi atau kondisi kas pada suatu periode tertentu (Nurmalina et al. 2010). Laporan arus kas menjadi sangat penting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria investasinya. Suatu arus kas terdiri atas beberapa unsur yang nilainya disusun dari tahapan kegiatan bisnis. Unsur yang terdapat pada arus kas adalah : a) inflow (arus penerimaan), b) outflow (arus pengeluaran), c) manfaat bersih (net benefit), dan d) manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) jika diperlukan.

Gambar 3 Jenis risiko pada perusahaan 1. Risiko fisik 2. Risiko legal Risiko perusahan

Risiko spekulasi Risiko murni

1. Risiko pasar 2. Risiko kredit 3. Risiko

likuiditas 4. Risiko

(37)

23 Menurut Nurmalina et al (2010), kegiatan yang ada dalam inflow yaitu nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (dana hibah), nilai sewa, dan salvage value. Biaya yang dikeluarkan masuk ke dalam aliran keluar arus kas atau yang disebut dengan outflow yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga dan modal pinjaman, serta pajak yang harus dibayarkan. Sedangkan unsur manfaat bersih tambahan hanya digunakan jika terdapat faktor produksi yang sebelumnya tidak digunakan saat kondisi bisnis belum berjalan, tetapi bermanfaat saat bisnis berjalan.

2. Laporan Laba rugi

Penyusunan laba rugi penting dilakukan untuk menggambarkan kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan. Laporan laba rugi ini berisi tentang pengeluaran, penerimaan, dan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Menurut Nurmalina et al

(2010), jenis kegiatan yang terangkum di dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut : a) pendapatan dari penjualan produk barang dan jasa, b) beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual, c) beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administratif dan operasional, d) beban keuangan dalam menjalankan bisnis, seperti bunga, penyusutan, dan lain sebagainya.

3. Net Present Value (NPV)

Net present value merupakan selisih antara total present manfaat dan total

present value biaya, atau jumlah dari manfaat bersih yang diterima oleh perusahaan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam NPV adalah dalam satuan uang (rupiah). Suatu bisnis dikatakan layak apabila niali NPV melebihi nol sehingga bisnis ini dapat memberikan manfaat secara finansial. Secara matematis nilai NPV diperoleh dari : atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya

i = Discount rate (%) 4. Payback Period (PP)

Payback period digunakan untuk mengetahui seberapa cepat investasi dapat kembali. Bisnis dengan nilai packback period yang kecil maka artinya bisnis tersebut cepat dalam pengembalian investasinya dan kemungkinan akan dipilih oleh para investor. Besaran dari packback period adalah tahun. Adapun rumus dalam mendapatkan payback period adalah sebgai berikut:

ay a r d I

(38)

24

Keterangan :

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya 5. Gross Benefit – Cost Ratio

Gross B/C digunakan untuk menggambarkan pengaruh tambahan biaya terhadap tambahan keuntungan yang diterima. Suatu bisnis akan dinilai layak jia dilihat melalui gross B/C apabila nilainya lebih besar dari satu. Adapun rumus matematis dari gross B/C adalah sebagai berikut :

Gross BC

Bt it

n t

∑nt iCt t

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount Rate (%) t = Tahun

6. Break Event Point(BEP)

Break event point merupakan titik impas dimana total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan. Selama perusahaan berada di bawah titik

break event point , maka perusahaan itu akan mengalami kerugian. BEP terbagi menjadi dua, yaitu BEP unit dan BEP harga. BEP unit merupakan jumlah produk yang harus terjual untuk mencapai titik dimana total penerimaan sama dengan total pengeluaran. Sedangkan BEP harga merupakan harga produk yang menunjukan total penerimaan sama dengan total pengeluaran. Dalam penelitan ini hanya menggunakan BEP unit saja.

BEPunit Biaya Tetap

Harga Jual Jumlah ProduksiBiaya Variabel

ANALISIS SITUASI BISNIS

(39)

25 Analisis PESTE

Analisis PESTE adalah tools merupakan analisis faktor eksternal dari organisasi bisnis yang memengaruhi kesuksesan bisnis secara keseluruhan. Faktor yang masuk dalam analisis PESTE adalah politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan.

1. Politik

Tahun 2015 merupakan momen yang sangat bagus untuk melakukan sebuah permulaan di dunia bisnis. Dengan dicanangkannya program masyarakat ekonomi ASEAN membuat beberapa pihak baik pemerintah maupun swasta memberikan kredit khusus untuk mensukseskan program MEA 2015. Banyak seminar-seminar yang diadakan terutama dikalangan akademi yang mencoba memberikan motivasi untuk menjadi salah satu produsen dalam MEA 2015.

Untuk itu biasanya pihak penyelenggara seminar memberikan kesempatan bagi para pengusaha muda untuk mendapatkan modal usaha gratis dari pemerintah maupun pihak sponsor (swasta). Biasanya modal usaha diberikan kepada mereka yang telah menjalankan sebuah bisnis yang memiliki prospek yang baik dan mau mengajukan proposal modal usaha. Selain itu, Kementrian Koperasi dan UMK pada tahun 2015 mengeluarkan kebijakan pengembangan wirausaha muda. Adapum fasilitas yang dapat mendukung antara lain pelatihan kewirausahaan dan bantuan modal maksimal Rp25 juta bagi wirausaha pemula, klinik konsultasi kewirausahaan dan pengembangan incubator bisnis yang akan dijalankan oleh Kementrian Koperasi dan UMK, pemerintah, pengusaha dan akademisi.

Paket kebijakan lainnya berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR), fasilitas kredit atau pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada usaha mikro kecil dan menengah di bidang usaha produktif yang layak namun belum bankable dengan

plafon kredit sampai Rp500 juta yang sebagian dijamin oleh Perusahaan Penjamin. Di samping itu, ada pula Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan Program Pembiayaan melalui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR), yang dananya berasal dari Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Perusahaan Swasta. Paket kebijakan pendukung lainnya yakni pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan satu desa satu produk (One Village One Product/OVOP), pengembangan koperasi pengelola energi baru, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) daerah, dan program peningkatan akses pasar. Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut dapat mendukung berjalannya usaha briket yang direncakan.

2. Dinamika Ekonomi

Dinamika ekonomi suatu negara dimana bisnis itu dilaksanakan akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis. Pada dinamika ekonomi akan membahan mengenai kondisi sistem ekonomi terhadap operasi suatu usaha. Indonesia merupakan negara yang dipilih untuk melaksanakan kegiatan bisnis briket yang direncanakan. Jika dilihat dari gross domestic product (GDP),

(40)

26

pertama, serta lebih rendah dari tahun 20143. Perekonomian yang mengalami penurunan ini dapat berdampak buruk bagi usaha yang akan dijalankan.

Jumlah pengangguran di Indonesia juga terus menurun dari tahun 2006 hingga tahun 20144. Berkurangnya jumlah pengangguran akan mengakibatkan persaingan yang diperkirakan akan terjadi dalam pemerolehan tenaga kerja ditambah dengan besarnya upah minimum regional di wilayah Bogor yang meningkat menjadi Rp 2 590 000 dapat menjadi faktor penghambat berkembangnya bisnis. Kemudian, inflasi yang terjadi pada tahun 2015 kuarter 3 cukup tinggi yaitu sebesar 7.15 persen5. Inflasi yang terjadi membuat mata rupiah melemah. Apabila mata uang melemah, maka dapat menguntungkan bagi bisnis yang berbasis ekspor. Hal ini karena nilai riil uang yang diterima dalam bentuk dolar akan bernilai tinggi, inilah yang akan terjadi pada bisnis briket berbasis ekspor yang akan direncanakan.

3. Sosial

Dari segi sosial, masyarakat bogor di beberapa daerah memang sudah mengenal dan menjalankan koperasi maupun kelompok tani, terutama di beberapa kecamatan yang digunakan menjadi objek penelitian. Hal ini akan memudahkan dalam mensosialisasikan rencana program bisnis briket tempurung kelapa ini kepada para petani. Selain itu, petani-petani yang sudah mengenal koperasi maupun kelompok tani sebelumnya juga diduga memiliki rasa kebersamaan dan sepenanggungan yang tinggi, sehingga dapat memperkuat usaha yang berlandaskan koperasi tersebut. Akan tetapi belum terdapat kelompok tani maupun koperasi yang memproduksi briket, sehingga penjelasan terkait produk harus lebih diperjelas. Hal ini juga akan menjadi peluang bisnis karena belum ada pesaing usaha dibidang ini.

4. Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam pembuatan briket tempurung kelapa sudah maju. Hal ini karena dalam proses pembuatannya sudah menggunakan alat-alat modern yang dapat dipesan ke pada salah satu perusahan di Jogjakarta, yaitu Rumah Mesin. Alat-alat yang digunakan sebelumnya dapat dipesan melalui dengan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Pemesanan trsebut dapat dilakukan secara online sehingga akan memudahkan dan mengurangi biaya transaksi.

5. Lingkungan

(41)

27 jumlah produksi kelapa yang sedikit, sehingga tidak dapat mencukupi permintaan tersebut. Akan tetapi, usaha briket yang direncanakan untuk dibangun akan menggunakan pendekatan wirakopeasi, sehingga memungkinkan untuk menggunakan sumber daya berupa tempurung kelapa dari petani yang bersifat terpisah-pisah tersebut.

Apabila dilihat dari lingkungan alam, maka usaha briket ini tidak mencemari lingkungan. Hal ini karena tidak ada limbah yang dihasilkan yang dapat merusak lingkungan. Selain itu, pelatihan pembuatan arang yang diperoleh petani dari pihak koperasi juga mengguanakan sistem uap terkondensasi, sehinga uap pembuatan arang hanya kan menjadi asap cair dan tidak akan mencemari udara.

Analisis Industri

Analisis industri merupakan evaluasi dari persaingan usaha yang dialami oleh suatu organisasi dalam lingkup usaha. rt r’s Fiv F r merupakan cara yang efektif dalam menganalisis situasi bisnis (Rathner, 2014). Dalam rt r’s

Five Force terdapat lima yang memengaruhi bisnis sukses dalam suatu organisasi, antara lain ancaman pendatang baru, ancaman dari produk pengganti, posisi tawar pembeli, posisi tawar dari supplier, dan tantangan kompetisi pada bisnis yang sudah ada

1. Posisi Tawar Suppliers

Posisi tawar dari suppliers biasanya akan dipengaruhi oleh jumlah produsen dalam industri. Dalam industri briket, terutama briket tempurung kelapa di Indonesia diduga masih belum banyak produsennya ataupun rata-rata produsen belum memiliki produktivitas yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan belum tercatatnya briket tempurung kelapa sebagai produk ekspor tersendiri. Akan tetapi, target dari pemasaran briket yang direncanakan adalah ekspor, sehingga pesaing tidak hanya datang dari dalam negeri namun juga dari luar negeri. Sehingga produsen total dari industri briket banyak, bila dilihat dari daftar pengekspor briket diseluruh dunia (UN Comtrade, 2015). Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi tawar produsen briket tidak tinggi.

2. Posisi Tawar Konsumen

Posisi tawar konsumen dipengaruhi oleh jumlah konsumen dalam industry. Dalam Industri briket tempurung kelapa posisi tawar konsumen juga tidak tinggi karena jumlah konsumen briket dari seluruh dunia yang banya dengan jumlah permintaan yang besar (UN Comtrade, 2015).

3. Ancaman Produk Pengganti

Gambar

Gambar 1  Alur kerangka pemikiran operasional penelitian
Gambar 2  Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran
Tabel 5  Ekspor briket tempurung kelapa di India
Gambar 5  Gambar kemasan briket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan pada usaha briket berbasis blotong di Desa Druju, ditarik kesimpulan yaitu pendapatan yang diterima oleh pengusaha briket

Kegiatan yang dilakukan pada bisnis pengolahan serbuk sabut kelapa ini terdiri atas beberapa tahap yaitu proses pemisahan antara serat sabut kelapa dan serbuknya,

menunjukkan bahwa peralatan laboratorium yang dibutuhkan dalam praktikum Biologi belum semua tersedia dengan persentase (59%) dan belum mencukupi kebutuhan semua siswa

Penelitian terdahulu belum dapat menjawab ukuran partikel arang, jenis perekat, dan konsentrasi perekat yang optimal untuk mendapatkan briket yang mempunyai nilai

kerapatan, ketahanan tekan, nilai kalor bakar, kadar air, dan kadar abu. Untuk merekatkan partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan briket maka

Salah satu produk yang dibuat dari tempurung kelapa adalah pembuatan arang tempurung yang merupakan bahan baku untuk pembuatan arang briket yang pada proses selanjutnya akan

Berapa banyak bahan baku yang dibutuhkan untuk setiap

Untuk meningkatkan nilai kalor atau kandungan energi briket sebagai sumber energi alternatif, beberapa langkah dapat diambil, seperti memilih bahan baku dengan nilai kalor yang tinggi,