• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Buah-buahan dan Sayuran Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Buah-buahan dan Sayuran Indonesia"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN

IMPOR BUAH DAN SAYUR DI INDONESIA

EDI KURNIAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Perintaan Impor Buah dan Sayur Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2014

Edi Kurniawan

(4)
(5)

ABSTRAK

EDI KURNIAWAN. Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Buah dan Sayur Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, menjadi salah satu negara tujuan perdagangan. Kesepakatan perdagangan bebas antar negara yang membebaskan tarif masuk barang-barang dari luar negeri menyebabkan tidak dapat dibendung lagi impor komoditi-komoditi pertanian menjadi meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan dari skripsi ini adalah (1) Menganalisis perkembangan impor komoditas buah-buahan dan sayuran di Indonesia; dan (2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah-buahan dan sayuran di Indonesia. Perkembangan impor buah dan sayuran Indonesia dari negara-negara eksportir selama tahun 2006-2010 cenderung mengalami peningkatan. Secara keseluruhan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah-buahan ke Indonesia adalah harga buah impor, indeks produksi industri, lag impor, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika dan pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati. Variabel jarak ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan impor buah-buahan di Indonesia. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan impor sayuran Indonesia secara keseluruhan adalah harga sayuran impor, indeks produksi industri, Dollar Amerika, lag impor dan jarak ekonomi.

Kata kunci: buah, permintaan impor, sayuran

ABSTRACT

EDI KURNIAWAN. Factors Affecting Import Demand for Indonesian Fruits and Vegetables. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS.

Indonesia as a country with a large population has become one of the destination countries for trade. Free trade agreements among countries in exempting tariff duty of goods from overseas can cause excessive imports of agricultural commodities which increase from year to year. The purposes of this study were (1) To analyze the development of commodity imports of fruits and vegetables in Indonesia; and (2) To analyze the factors that affect the demand for imports of fruits and vegetables in Indonesia. The development of Indonesian imports of fruits and vegetables from the exporting countries during the period of 2006-2010 tended to increase. Overall, the factors that affect the demand for fruit imports to Indonesia included the imported fruit prices, index of industrial production, import lag, exchange rate of rupiah against the U.S. dollar and supply of mangoes at the Central Market of Keramat Jati. The economic distance variable did not significantly affect the demand for imported fruits in Indonesia. The factors that affected the demand for Indonesia as a whole included the imported vegetable prices, index of industrial production, U.S. dollar, import lag and economic distance.

(6)
(7)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN

IMPOR BUAH DAN SAYUR DI INDONESIA

EDI KURNIAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Buah-buahan dan Sayuran Indonesia

Nama : Edi Kurniawan

NIM : H34077015

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MSi Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Buah-buahan dan Sayuran

Indonesia”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juli 2011. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran, serta Dr. Ir. Anna Fariyanti MM dan Ir. Burhanuddin MM yang telah banyak memberi saran. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, istri dan anak serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.

Penelitian ini bertujuan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan impor buah-buahan dan sayuran di Indonesia serta mengetahui bagaimana perkembangan permintaan impor buah-buahan dan sayuran di Indonesia.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PEDAHULUAN 1

Latar Bekakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Kegunaan Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSATAKA 7

Perkembangan Produksi Buah dan Sayur Indonesia 7

Penelitian Mengenai Impor Buah dan Sayur 8

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Teori Permintaan 10

Teori Elastisitas 10

Teori Dasar Perdagangan Internasional 11

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Permintaan. 12

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 16

Waktu Penelitian 16

Sumber dan Jenis Data 16

Metode Analisis dan Pengolahan data 17

Identifikasi Pola Data Permintaan Buah-buahan dan Sayuran 17

Perumusan Model Permintaan Komoditas Buah dan sayur 17

Evaluasi model Penduga 18

PERKEMBANGAN IMPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN IMPOR BUAH DAN SAYUR DI

INDONESIA 23

Permintaan Impor Apel Indonesia 24

Permintaan Impor Apel dari China 24

Permintaan Impor Apel dari Amerika Serikat 25

Permintaan Impor Apel dari Selandia Baru 26

Permintaan Impor Jeruk Mandarin Indonesia 28

Permintaan Impor Jeruk Mandarin dari China 28

Permintaan Impor Jeruk Mandarin dari Pakistan 30

Permintaan Impor Jeruk Mandarin dari Thailand 31

Permintaan Impor Anggur Indonesia 32

Permintaaan Impor Anggur dari Amerika Serikat 32

Permintaan Impor Anggur dari Australia 34

Permintaan Impor Anggur dari China 35

Permintaan Impor Buah Pear Indonesia 36

(14)

Permintaan Impor Buah Pear dari Afrika Selatan 38

Permintaan Impor Buah Pear dari Australia 39

Permintaan Impor Durian Indonesia 40

Permintaan Impor Buah Durian dari Thailand 41

Permintaan Impor Buah Durian dari Malaysia 42

Permintaan Impor Bawang Putih Indonesia 44

Permintaan Impor Bawang Putih dari China 44

Permintaan Impor Bawang Putih dari Malaysia 45

Permintaan Impor Bawang Putih dari Thailand 47

Permintaan Impor Bawang Merah Indonesia 48

Permintaan Impor Bawang Merah dari Thailand 48

Permintaan Impor Bawang Merah dari Vietnam 50

Permintaan Impor Bawang Merah dari Malaysia 51

Permintaan Impor Bawang Bombay Indonesia 52

Permintaan Impor Bawang Bombay dari Belanda 52

Permintaan Impor Bawang Bombay dari Selandia Baru 54

Permintaan Impor Bawang Bombay dari India 55

Permintaan Impor Kentang Indonesia 56

Permintaan Impor Kentang dari Australia 56

Permintaan Impor Kentang dari China 58

Permintaan Impor Kentang dari Malaysia 59

Permintaan Impor Wortel Indonesia 60

Permintaan Impor Wortel dari China 60

Permintaan Impor Wortel dari Australia 62

Permintaan Impor Wortel dari Malaysia 63

KESIMPULAN DAN SARAN 69

Kesimpulan 69

Saran 69

DAFTAR PUSATAKA 71

LAMPIRAN 72

(15)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan volume impor per sub sektor pertanian 2008-2011 1 2 Rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari menurut kelompok makanan 1 3 Rata-rata konsumsi sayuran dan buah-buahan penduduk Indonesia per

tahun 2

4 Perkembangan produksi buah di Indonesia tahun 2007-2012 2 5 Perkembangan produksi sayuran di Indonesia tahun 2007-2012 3 6 Neraca ekspor-impor produk hortikultura tahun 2006-2011 3 7 Perkembangan impor beberapa komoditas buah dan sayur di Indonesia 4

8 Jenis dan sumber data 16

9 Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah

dan sayur di Indonesia 64

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva Permintaan 10

2 Kurva Perdagangan Internasional 11

3 Kerangka Pemikiran Operasional 15

4 Grafik perkambangan permintaan impor apel Indonesia dari China

tahun 2006-2010 24

5 Grafik perkembangan permintaan impor apel Indonesia dari Amerika

Serikat 2006-2010 25

6 Grafik perkembangan permintaan impor apel Indonesia dari Selandia

Baru 2006-2010 27

7 Grafik perkembangan permintaan impor jeruk mandarin Indonesia dari

China 2006-2010 28

8 Grafik perkembangan permintaan impor jeruk mandarin Indonesia dari

Pakistan 2006-2010 30

9 Grafik perkembangan permintaan impor jeruk mandarin Indonesia dari

Thailand 2006-2010 31

10 Grafik perkembangan permintaan impor anggur Indonesia dari Amerika

Serikat 2006-2010 33

11 Grafik perkembangan permintaan impor anggur Indonesia dari Australia

2006-2010 34

12 Grafik perkembangan permintaan impor anggur Indonesia dari China

2006-2010 35

13 Grafik perkembangan permintaan impor pear Indonesia dari China

2006-2010 37

14 Grafik perkembangan permintaan impor pear Indonesia dari Afrika

Selatan 2006-2010 38

15 Grafik perkembangan permintaan impor pear Indonesia dari Australia

2006-2010 40

16 Grafik perkembangan permintaan impor durian Indonesia dari Thailand

2006-2010 41

17 Grafik perkembangan permintaan impor durian Indonesia dari Malaysia

(16)

18 Grafik perkembangan permintaan impor bawang putih Indonesia dari

China 2006-2010 44

19 Grafik perkembangan permintaan impor bawang putih Indonesia dari

Malaysia 2006-2010 46

20 Grafik perkembangan permintaan impor bawang putih Indonesia dari

Thailand 2006-2010 47

21 Grafik perkembangan permintaan impor bawang merah Indonesia dari

Thailand 2006-2010 49

22 Grafik perkembangan permintaan impor bawang merah Indonesia dari

Vietnam 2006-2010 50

23 Grafik perkembangan permintaan impor bawang merah Indonesia dari

Malaysia 2006-2010 51

24 Grafik perkembangan permintaan impor bawang bombay Indonesia dari

Belanda 2006-2010 53

25 Grafik perkembangan permintaan impor bawang bombay Indonesia dari

Selandia Baru 2006-2010 54

26 Grafik perkembangan permintaan impor bawang bombay Indonesia dari

India 2006-2010 55

27 Grafik perkembangan permintaan impor kentang Indonesia dari Australia

2006-2010 57

28 Grafik perkembangan permintaan impor kentang Indonesia dari China

2006-2010 58

29 Grafik perkembangan permintaan impor kentang Indonesia dari Malaysia

2006-2010 59

30 Grafik perkembangan permintaan impor wortel Indonesia dari China

2006-2010 61

31 Grafik perkembangan permintaan impor wortel Indonesia dari Australia

2006-2010 62

32 Grafik perkembangan permintaan impor wortel Indonesia dari Malaysia

2006-2010 63

DAFTAR LAMPIRAN

1 Total volume impor buah dan sayur berdasarkan 3 negara asal terbesar

tahun 2006–2010 72

(17)

14 Output analisis regresi permintaan impor durian dari Thailand 85 15 Output analisis regresi permintaan impor durian dari Malaysia 86 16 Output analisis regresi permintaan impor bawang putih dari China 87 17 Output analisis regresi permintaan impor bawang putih dari Malaysia 88 18 Output analisis regresi permintaan impor bawang putih dari Thailand 89 19 Output analisis regresi permintaan impor bawang merah dari Thailand 90 20 Output analisis regresi permintaan impor bawang merah dari Vietnam 91 21 Output analisis regresi permintaan impor bawang merah dari Malaysia 92 22 Output analisis regresi permintaan impor bawang bombay dari Belanda 93 23 Output analisis regresi permintaan impor bawang bombay dari

Selandia Baru 94

(18)
(19)

PEDAHULUAN

Latar Bekakang

Indonesia sebagai Negara dengan jumlah penduduk yang besar, menjadi salah satu negara tujuan perdagangan. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 237 juta jiwa. Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat, maka kebutuhan akan makanan dan minuman pun juga semakin meningkat, di tambah lagi adanya kesepakatan perdagangan bebas antar Negara yang membebaskan tarif masuk barang-barang dari luar negeri. Salah satu kesepakatan perdagangan yang di tandatangani pemerintah Indonesia adalah Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA). Selera konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk-produk impor, hal ini menyebabkan tidak dapat dibendung lagi impor komoditi-komoditi pertanian menjadi meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 1 Perkembangan volume impor per sub sektor pertanian 2008-2011

Sub sektor Volume impor (ton)

2008 2009 2010 2011 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa volume impor tanaman pangan menempati urutan pertama, selanjutnya tanaman perkebunan, hortikultura, dan peternakan. Pada tahun 2008 impor tanaman pangan Indonesia mencapai 7 414 295 ton dan setelah tahun 2008 volume impor tanaman pangan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan subsektor yang lain termasuk subsektor hortikultura yang volume impornya terus meningkat dari tahun 2008 sampai 2011.

Tabel 2 Rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari menurut kelompok makanan

No Komoditi Rata-rata konsumsi kalori per hari (KKal)

(20)

Besar kecilnya volume impor komoditi pertanian di Indonesia bisa saja dipengaruhi oleh besarnya konsumsi penduduk Indonesia. Konsumsi kelompok padi-padian menempati urutan pertama dibanding kelompok makanan yang lainnya. Rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Konsumsi rata-rata kalori per kapita per hari pada tahun 2010 mencapai 1925.61 kalori. Pada tahun 2010 konsumsi kalori rata-rata per kapita sayuran sebesar 38.72 kalori atau sebesar 2.01% dari total rata-rata konsumsi per kapita per hari, sedangkan rata-rata konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia per kapita per hari pada tahun 2010 adalah sebesar 40.91 kalori atau sebesar 2.03% dari total rata-rata konsumsi per kapita per hari.

Pada Tabel 3 dapat dilihat rata-rata komsumsi buah-buahan di Indonesia per kapita per tahun pada tahun 2010 mencapai 25.24 kg. Konsumsi sayuran di Indonesia pada tahun 2010 lebih besar dari pada konsumsi buah-buahan, yaitu sebesar 34.60 kg. dibandingkan dengan tahun 2007 konsumsi buah dan sayur mengalami penurunan.

Tabel 3 Rata-rata konsumsi sayuran dan buah-buahan penduduk Indonesia per tahun

Komoditi Rata-rata konsumsi per kapita per tahun (kg)

2007 2008 2009 2010 2011

Sayur 39.31 38.68 34.09 34.60 34.47

Buah 30.45 29.67 21.07 25.24 20.75

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)

Apabila diasumsikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebesar 237 juta jiwa dan rata-rata konsumsi sayuran per kapita per tahun sebesar 34.60 kg maka konsumsi sayuran di Indonesia akan mencapai 8 200 200 ton dan konsumsi buah-buahan apabila diasumsikan rata-rata konsumsi buah-buahan perkapita per tahun sebesar 25.24 kg maka konsumsi buah-buahan Indonesia akan mencapai 5 981 880 ton.

Volume produksi buah dan sayuran di Indonesia secara umum sudah memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Namun ada beberapa komoditi yang volume produksinya tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri seperti komoditas anggur, apel, bawang putih, kacang kapri, dan lain-lain. Beberapa komoditas buah yang diimpor untuk memenuhi konsumsi di Indonesia ada juga yang tidak diproduksi dalam negeri salah satu contoh adalah buah pear. Perkembangan produksi buah-buahan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan produksi buah di Indonesia tahun 2007-2012

(21)

Pada Tabel 4, produksi buah-buahan di Indonesia selalu meningkat dari

Tabel 5 Perkembangan produksi sayuran di Indonesia tahun 2007-2012

Tahun Produksi (ton) Peningkatan/penurunan terhadap tahun sebelumnya

Absolut Prosentase

Dari Tabel 5 dapat dilihat perkembangan produksi sayuran di Indonesia. Pada tahun 2007 produksi sayuran nasional 9.491.139 ton dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 9.950.107 ton. Peningkatan produksi sayuran sebesar 8% terjadi pada tahun 2009, yaitu menjadi 10.753.419 ton. Penurunan produksi sayuran terjadi pada tahun 2010, namun penurunan produksi sayuran pada tahun tersebut nilainya tidak terlalu besar yaitu turun sebesar 53.999 ton atau sebesar 0.5%. Peningkatan produksi sayuran yang cukup besar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 13.77% menjadi 11.412.251 ton.

Walaupun produksi buah-buahan dan sayuran di Indonesia semakin meningkat, akan tetapi volume komoditi buah-buahan dan sayuran yang diimpor ke Indonesia pun juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan neraca nilai perdagangan komoditas hortikultura selalu bernilai negatif. Neraca nilai perdagangan komoditas hortikultura tahun 2006 sampai 2011 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Neraca ekspor-impor produk hortikultura tahun 2006-2011

Tahun Nilai (ribu US $)

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)

Dari tahun ke tahun selama periode 2006-2011 neraca nilai perdagangan produk hortikultura semakin merosot. Pada tahun 2006 neraca perdagangan komoditas hortikultura bernilai US$ 289.352.000 dan pada tahun 2011 semakin merosot senilai US$ 1.194.827.000.

(22)

Komoditas sayuran yang banyak di impor Indonesia adalah bawang putih, bawang merah, bawang bombay, wortel dan kentang, sedangkan komoditi buah-buahan yang banyak diimpor dari luar negeri ke Indonesia adalah mandarin, pear, apel, durian dan anggur. Perkembangan impor komoditas buah-buahan dan sayuran yang volumenya cukup besar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Perkembangan impor beberapa komoditas buah dan sayur di Indonesia

Komoditi Volume impor (ton) Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)

Pada umumnya sepuluh komoditas hortikultura yang volume impornya tinggi tersebut dari tahun 2007 sampai tahun 2011 volumenya mengalami peningkatan. Pada komoditi buah-buahan, jeruk mandarin merupakan komoditas yang paling banyak diimpor ke Indonesia. Jeruk mandarin yang masuk ke Indonesia diimpor dari Negara China, Thailand dan Pakistan. Komoditas buah yang di impor Indonesia terbesar kedua adalah apel. Apel yang diimpor ke Indonesia berasal dari Negara China, Amerika Serikat, Hongkong, Afrika Selatan dan negara-negara lainnya. Pada komoditas sayuran, komoditas yang volumenya paling banyak diimpor ke Indonesia adalah bawang putih. Negara-negara peng ekspor bawang putih ke Indonesia adalah China, Malaysia, dan India. Semakin meningkatnya volume impor komoditi buah dan sayuran tersebut menjadi suatu hal yang menarik untuk dianalisis.

Perumusan Masalah

Produksi sayuran dan buah-buahan di Indonesia secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 produksi sayuran di Indonesia hanya sebesar 9.491.139 ton dan pada tahun 2011 produksi sayuran meningkat menjadi 10.031.150 ton. Produksi buah-buahan pada tahun 2007 sebesar 16.011.739 ton dan pada tahun 2011 produksi buah-buahan meningkat menjadi 17.613.467 ton. Peningkatan produksi tanaman buah-buahan dan sayuran disebabkan intensifikasi pertanian yang gencar dilaksanakan saat ini. Perkembangan produksi dan luas panen tanaman sayuran dan buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

(23)

perdagangan komoditi hortikultura pada tahun 2006 devisit sebesar US$ 289.352.000 dan semakin merosot nilainya setiap tahun sampai pada tahun 2011 devisit sebesar US$ 1.194.827.000. Komoditi-komoditi yang menyumbang volume impor hortikultura paling besar adalah bawang putih, bawang merah, bawang bombay, wortel, kentang, mandarin, apel, pear, anggur dan durian. Neraca nilai perdagangan semakin devisit, padahal produksi hortikultura secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama sayuran dan buah-buahan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa volume impor semakin meningkat dari tahun ketahun padahal produksi dalam negeri secara umum juga mengalami peningkatan. Permasalahan ini menjadi menarik untuk dianalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume impornya agar kita dapat meramalkan perdagangan produk hortikultura pada masa yang akan datang. Ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume impor, seperti harga komoditas, nilai tukar Rupiah, dan faktor lainnya. Selain faktor-faktor yang memengaruhi impor, untuk meramalkan impor produk buah dan sayuran pada periode yang akan datang perlu juga diketahui perkembangan impor buah-buahan dan sayuran seperti apa. Dari uraian tersebut, maka ada hal yang perlu mendapat perhatian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan volume impor komoditas buah-buahan dan sayuran?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan impor komoditas buah-buahan dan sayuran di Indonesia?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis perkembangan impor komoditas buah-buahan dan sayuran di indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah-buahan dan sayuran di Indonesia.

Kegunaan Penelitian

(24)

Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian yang akan dilakukan ini, analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah dan sayur hanya dilakukan pada 5 komoditas buah yaitu buah mandarin, apel, pear, anggur dan durian. Komoditas sayur yang akan diteliti adalah bawang putih, bawang merah, bawang bombay, wortel dan kentang. Alasan komoditas tersebut yang deliti karena komoditas tersebut merupakan komoditas yang volume impornya termasuk 5 besar dan secara kontinyu diimpor ke Indonesia. Negara-negara pengekspor komoditas tersebut dibatasi 3 Negara yang mendominasi volume impor di Indonesia pada tahun 2006-2010.

Penelitian ini hanya sebatas menganalisis faktor-raktor yang memengaruhi permintaan impor dan perkembangan impornya, dan tidak meramalkan permintaan impor periode ke depan agar penelitian yang akan dilakukan lebih fokus.

(25)

TINJAUAN PUSATAKA

Perkembangan Produksi Buah dan Sayur Indonesia

Menurut Dirjen hortikultur (2008), jenis-jenis tanaman buah-buahan yang dikumpulkan datanya melalui Statistik Pertanian Hortikultura (SPH) tahun 2008 meliputi 26 jenis komoditas yaitu alpukat, belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka/cempedak, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, markisa, sirsak, sukun, melon, semangka, blewah, apel, anggur, dan stroberi. Pada tahun 2007 jenis-jenis tanaman yang dikumpulkan datanya melalui SPH hanya terdiri dari 23 komoditi, pada tahun 2008 terjadi penambahan 3 komoditi yaitu apel, anggur, dan stroberi.

Produksi buah-buahan di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 produksi buah-buahan di Indonesia adalah 13.551.435 ton dan terus meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2007 mencapai 17.116.662 ton. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 9.36% atau sebesar 1.384.531 ton sehingga produksi buah-buahan di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 16.171.130 ton. Pada tuhun2007 ke tahun 2008 sebetulnya tanpa memperhintungkan kontribusi komoditi anggur, apel, dan stroberi tetap mengalami peningkatan. Kontribusi produksi komoditi anggur, apel dan stroberi hanya sedikit yaitu sebasar 311.465 ton, tanpa memperhitungkan ketiga komoditi tersebut produksi buah pada tahun 2007 ke 2008 meningkat sebesar 441.550 ton.

Beberapa jenis tanaman buah yang memberikan kontribusi produksi buah-buahan lebih dari 5% dari produksi buah nasional yaitu pisang sebesar 33.31%, jeruk siam/keprok 13.26%, mangga 11.68%, nenas 7.9%, dan rambutan 5.34%, sedangkan sisanya (21 jenis tanaman buah lainnya) prosentase produksinya masing-masing kurang dari 5% dari total produksi buah di Indonesia.

(26)

Penelitian Mengenai Impor Buah dan Sayur

Penelitian mengenai perdagangan internasional terutama mengenai impor sudah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dijadikan tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah penelitian-penelitian mengenai impor komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran, hal ini berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah dan sayur di Indonesia. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan antara lain sebagai berikut:

Tresnawan (2005) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Trend dan Faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Kentang di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perkembangan impor kentang, harga kentang, nilai tukar, dan produk dimestik bruto Indonesia. Tujuan kedua adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor kentang di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah trend nilai impor kentang di Indonesia berdasarkan hasil pengolahan data impor kentang periode 2001–2003 dari 5 negara pengimpor terbesar ke Indonesia menunjukkan data yang cenderung fluktuatif. Secara keseluruhan hasil dari penghitungan analisis trend, didapatkan

trend yang eksponensial, hal ini berarti dari beberapa perbandingan analisis trend, memunculkan 1 kurva analisis dengan nilai MAPE terkecil yaitu eksponensial. Beberapa faktor yang memengaruhi secara nyata terhadap nilai impor kentang di Indonesia pada taraf 1% yaitu nilai tukar Rupiah (NTRt), harga impor (PIMt), product domestik bruto (PDBt), dan lag impor bulan sebelumnya (VIMt-1), dapat dijelaskan 83.93% variasi permintaan impor kentang di Indonesia dari pasar internasional, sisanya sebesar 16.06% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model dan diwakili oleh unsur galat. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Komarudin (2005), pada komoditi apel. Trend impor apel Indonesia dari negara-nagara eksportir selama 4 tahun terakhir ini secara umum mengalami peningkatan. Harga apel dari keempat negara yang diamati menunjukkan trend yang berbeda. Harga impor apel china cenderung menurun dan harga impor apel dari Amerika Serikat cenderung mengalami peningkatan, sedangkan harga apel dari Australia dan Selandia Baru cenderung berfluktuatif meningkat. Trend kuadratik merupakan model terbaik untuk meramalkan trend

nilai tukar terhadap mata uang negara pengekspor yang diteliti. Faktor-faktor yang memengaruhi secara nyata terhadap permintaan impor Indonesia yaitu peubah harga impor dan lag permintaan impor apel periode sebelumnya. Peubah Produk Domestik Bruto (PDB) dan nilai tukar Rupiah tidak berpengaruh nyata terhadap volume impor apel.

(27)

beberapa perbedaan pada variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel jarak ekonomi dan variabel indeks produksi industri.

(28)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Permintaan ada 2, yaitu permintaan individu (firm) dan permintaan pasar (market). Permintaan individu adalah permintaan sejumlah barang oleh konsumen pada berbagai tingkat harga barang, sedangkan permintaan pasar adalah penjumlahan dari permintaan-permintaan individu (Machfudz, 2007).

Menurut Lipsey (1995), jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta. Gambar 1 menunjukkan gambaran umum kurva permintaan yaitu jumlah barang yang diminta (Q) pada tingkat harga (P).

Gambar 1 Kurva Permintaan

Sumber: Lipsey (1995)

Keminringan yang menurun pada kurva permintaan menunjukkan bahwa jumlah yang diminta meningkat jika harga menurun (berhubungan negatif). Titik A, B, dan C merupakan kombinasi titik yang terbentuk antara harga (P) dan kuantitas (Q).

Teori Elastisitas

(29)

harganya, atau kepekaan terhadap perubahan harga. Apabila elastisitas harga dari sebuah barang tinggi, kita dapat mengatakan bahwa barang itu memiliki

permintaan “elastis”, yang berarti bahwa kuantitas yang diminta sangat peka

terhadap perubahan perubahan harga. Apabila elastisitas dari harga dari sebuah

barang rendah atau “inelastis” yang berarti bahwa kuantitas yang diminta kurang

peka terhadap perubahan-perubahan harga.

Teori Dasar Perdagangan Internasional

Adam smith menyatakan bahwa kekuatan-kekuatan pasar, bukan pengendalian pemerintah, yang seharusnya menentukan arah, volume dan komposisi perdagangan internsiaonal. Adam smith beralasan bahwa dalam perdagangan yang bebas dan tidak diregulasi, masing-masing Negara akan mengkhususkan diri dalam produksi barang-barang yang dapat diproduksinya dengan lebih efisien (memiliki keunggulan absolut), Ball et al. (2001).

Teori Hecksher-Ohlin, menyatakan bahwa perbedaan-perbadaan internasional dan interregional dalam biaya produksi timbul karena perbedaan-perbedaan dalam pasokan faktor-faktor produksi. Barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor yang berlimpah (jadi lebih murah) akan memperendah biaya produksi, sehingga memungkinkan untuk dijual rebih murah di pasar-pasar internasional. Perolahan faktor dalam teori Heckscher-Ohlin bahwa negara-negara mengekspor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang melimpah, dan mengimpor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar faktor-faktor produksi mereka yang langka, Ball et al. (2001).

Gambar 2 Kurva Perdagangan Internasional

(30)

Salvator (1997), mengambarkan proses terjadinya perdagangan antara 2 negara. Gambar 1 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan, ditinjau dari analisis keseimbangan parsial. Panel A memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi dititik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1, sedangkan negara 2 akan berproduksi dan berkonsumsi dititik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antara P1 dan P3. kemudian seandainya harga yang berlaku adalah diatas P1, maka negara 1 akan memproduksi lebih banyak dari pada permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan produksi itu kemudian akan diekspor ke negara 2. Di negara 2 jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi dari produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas atas komoditi X tersebut dari negara 1.

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Permintaan.

1. Harga Barang itu Senidiri

Menurut Lipsey et al (1995), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap permintaan suatu barang adalah harga barang itu sendiri. Harga berhubungan negatif dengan permintaan terhadap suatu barang, apabila harga suatu barang turun maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat, demikian sebalikya apabila harga suatu barang meningkat atau naik maka permintaan terhadap barang tersebut akan menurun, cateris paribus.

2. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing

Menurut Lipsey (1995), nilai tukar adalah harga mata uang suatau Negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual. Menurut Mankiw (2000), kurs (exchange rate) diantara 2 negara adalah tingkat harga yang disepakati 2 negara untuk saling melakukan perdagangan. Kurs dibagi menjadi 2 yaitu kurs nimonal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang 2 negara, sedangkan kurs riil adalah relatif dari barang-barang diantara 2 negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.

Nilai tukar (exchange rate) digunakan untuk menentukan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Suatu negara dengan sistem perekonomian terbuka dimana ada kegiatan ekspor dan impor didalamnya, nilai tukar merupakan salah satu merupakan variabel yang berpengaruh terhadap variabel lain salah satunya berpengaruh terhadap harga suatu barang. Harga berpengaruh terhadap permintaan barang, sehingga nilai tukar secara tidak langsung berpengaruh terhadap permintaan suatu barang.

3. Indek Produksi Industri

(31)

terhadap perilaku pasar. Tingkat pemanfaatan utilitas memberi estimasi seberapa jauh kapasitas industri dimanfaatkan. Jika tingkat pemanfaatan terlalu tinggi (di atas 85%) hal ini dapat mendorong terjadinya inflasi yang menghambat produksi.

Perubahan-perubahan pada GDP terkonsentrasi pada sektor industri. Oleh karena itu, perubahan-perubahan pada indeks industri produsi menyediakan informasi yang berguna mengenai pertumbuhan terakhir GDP. Pertumbuhan indeks produksi industri mencerminkan pertumbuhan GDP, apabila pendapatan penduduk pada suatu negara meningkat maka juga akan meningkatkan konsumsi penduduk tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Indeks produksi industri secara tidak langsung berhubungan positif dengan permintaan buah dan sayur Indonesia, apabila indeks produksi industri meningkat maka pendapatan juga meningkat sehingga permintaan terhadap impor buah dan sayur juga meningkat.

4. Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi merupakan hasil kali antara jarak antara 2 negara dan harga minyak dunia. Jarak ekonomi antara 2 negara yang nilainya lebih kecil akan menyebabkan biaya perdagangan yang lebih murah dibanding dengan negara yang memiliki jarak ekonomi yang lebih besar. Negara pangekspor mengekspor produknya kenegara pengimpor yang terdekat, karena biayanya lebih murah, karena biaya lebih murah sehingga harga barang tersebut juga menjadi lebih murah dan menyebabkan permintaan terhadap barang tersebut juga meningkat. 5. Harga Barang Lain

Barang substitusi adalah barang pengganti, harga barang lain akan berpengaruh terhadap permintaan, suatu misal beras disubstisusi dengan jagung. Jika terjadi kenaikan harga beras menyebabkan permintaan terhadap beras turun dan permintaan terhadap jagung naik, karena jagung merupakan substitusi yang baik terhadap beras.

Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor buah dan sayur. Pada penelitian yang akan dilakukan komoditi yang akan diamati adalah 5 komoditas buah yang volume impornya paling besar dan 5 komoditas sayur yang volume impornya paling besar. Buah dan sayur yang volume impornya besar adalah mandarin, apel, pear, anggur, durian, bawang putih, bawang merah, bawang bombay, wortel dan kentang. Volume impor komoditi-komoditi tersebut secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan volume impor menunjukkan peningkatan permintaan impor buah dan sayur di Indonesia.

Pemenuhan permintaan buah dan sayur di Indonesia selain dari produksi domestik juga beasal dari impor dari negara lain. Sebagian komoditas yang diimpor Indonesia adalah komoditas yang tidak diproduksi di dalam negeri atau komoditas yang diproduksi dalam negeri namun volumenya masih sedikit, sehingga mengharuskan impor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

(32)

ekonomi. Alasan mengapa peubah tersebut yang dimasukkan kedalam peubah penduga permintaan komoditas buah dan sayur impor ke Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Peubah harga impor dimasukkan kedalam model permintaan impor karena peubah atau variabel harga merupakan faktor penting dalam fungsi permintaan. Harga merupakan peubah yang sering kali dijadikan pertimbangan oleh konsumen dalam membeli suatu barang. Apabila harga barang atau suatu komoditas menurun maka permintaan terhadap barang tersebut cenderung mengalami peningkatan, cateris paribus.

b. Peubah nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara pengekspor dimasukkan dalam model bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh peubah ini terhadap permintaan impor apa bila mata uang Rupiah terapresiasi atau terdepresiasi. Diduga apabila mata uang Rupiah terapresiasi maka harga komoditas impor akan menjadi lebih murah, dengan ini akan dilihat apakah secara signifikan akan berpengaruh terhadap permintaan buah dan sayur impor. c. Peubah indeks produksi industri dimasukkan kedalam model karena salah satu indikator ekonomi adalah indeks produksi industri. Industri berperan penting dalam perekonomian. Pertumbuhan Indeks produksi industri mencerminkan pertumbuhan PDB, semakin tinggi pendapatan maka permintaan terhadap komoditas buah dan sayur juga akan meningkat.

d. Peubah jarak ekonomi dimasukkan kedalam model karena apabila jarak antara 2 negara lebih dekat dibanding ke negara lain maka biaya yang dikeluarkan untuk mengekspor suatu komoditi juga akan lebih kecil, sehingga komoditas impor dari negara yang lebih dekat harganya lebih murah dari pada harga impor dari negara yang berjarak lebih jauh, sehingga diduga berpengaruh terhadap permintaan komoditas tersebut.

e. Peubah pasokan mangga di Pasar Induk Kramat Jati dimasukkan kedalam model karena mangga sebagai salah satu buah dan dapat mensubstitusi buah-buahan lain terutama buah impor. Jika terjadi panen raya buah mangga, maka pasokan mangga dipasaran akan tinggi secara otomatis harganya akan murah, sehingga konsumen yang tadinya mengkonsumsi buah lain beralih mengkonsumsi mangga. Akan tetapi peubah pasokan mangga di Pasar Induk Kramat Jati hanya akan dimasukan pada model regresi untuk buah-buahan dan tidak pada komoditi sayuran karena mangga bukan komoditi yang baik untuk mensubstitusi sayuran.

(33)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Analisia Regresi Double Log

Permintaan Buah dan Sayur Indonsia

Produksi Buah dan Sayur Domestik

Impor Buah dan Sayur dari Luar Negeri

Analisis Perkembangan Impor Buah dan Sayur

Indonasia

Plot Data - Harga Impor

- Nilai Tukar

Rupiah

- Indek Produksi Industri

- Jarak Ekonomi - Pasokan Mangga

di PIKJ - Lag Impor

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Buah dan Sayur

(34)

METODE PENELITIAN

Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian menegenai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah dan sayur di Indonesia ini dilakukan pada bulan Maret 2011. Data yang terkait untuk penelitian ini diambil dari berbagai sumber untuk mendukung penulisan skripsi.

Sumber dan Jenis Data

Informasi data untuk penelitian bersumber dari beberapa instansi diantaranya adalah Badan Pusat Statistika (BPS), Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI IPB, Bank Indonesia dan

download dari internet.

Data yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu data volume impor per negara asal per bulan komoditas buah dan sayur yaitu anggur, pear, jeruk mandarin, apel, durian, bawang putih, bawang merah, bawang bombai, kentang dan wortel. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini selain data impor buah dan sayur yaitu data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, data harga buah dan sayur impor, data indeks produksi industri dan data jarak ekonomi. Data yang digunakan adalah data bulanan selama 5 tahun terakhir dan disesuaikan dengan ketersediaan data. Data mengenai volume impor, indeks produksi industri buah dan sayur diperoleh dari BPS, data volume impor berupa data bulanan per negara asal impor dari tahun 2006 sampai 2010 yaitu diambil 3 negara asal impor yang dominan dan kontinyu mengekspor komoditi tersebut ke Indonesia. Data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan data jarak ekonomi diperoleh dari mengalikan antara jarak antara negara asal impor ke Indonesia yang dikalikan dengan harga minyak dunia. Data harga minyak dunia diperoleh dari akses internet. Untuk lebih jelasnya jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 8 Jenis dan sumber data

No Jenis data Sumber data

1 Volume impor buah dan sayur Badan Pusat Statistik 2 Harga buah dan sayuran impor Badan Pusat Statistik 3 Indeks produksi industri Badan Pusat Statistik

4 Jarak antar negara www.googlemap.com

5 Harga minyak dunia www.indexmundi.com

6 Nilai tukar Rupiah terhadap USD Bank Indonesia

(35)

Metode Analisis dan Pengolahan data

Berdasarakan permasalahan yang dihadapi dan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian yang akan dilakukan, untuk kengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah dan sayur dan pola impor buah dan sayur Indonesia digunakan metode analisis kuantitatif, yaitu analisis regresi double log

untuk pengujian faktor-faktor yang memengaruhi impor dan plot data untuk mengetahui perkembangan impor buah dan sayur di Indonesia.

Identifikasi Pola Data Permintaan Buah-buahan dan Sayuran

Identikasi pola data dilakukan dengan cara mengolah data time series permintaan impor buah dan sayur Indonesia dalam bentuk plot terhadap waktu. Dengan plot data tersebut kita dapat mendeskripsikan pola permintaan impor buah dan sayur Indonesia serta dapat melihat kecenderungan permintaan impor buah dan sayur Indonesia. Fluktuasi permintaan impor buah dan sayur Indonesia diidentifikasi dengan analisis visual terhadap grafik (plot data) permintaan impor buah dan sayur Indonesia dari periode ke periode.

Perumusan Model Permintaan Komoditas Buah dan sayur

Komoditas akan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah apel, pear, jeruk mandarin, anggur, durian, bawang putih, bawang merah, bawang bombay, wortel dan kentang. Variabel-variabel bebas yang diduga memengaruhi permintaan impor buah dan sayur dalam penelitian ini adalah harga komoditi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, indeks produksi industri, dan jarak ekonomi.

Bentuk fungsional model regresi terdapat beberapa macam. Salah satu bentuk fungsional dengan model yang sederhana adalah model regresi duoble log. Salah satu keunggulan model ini adalah modelnya mudah diinterpretasikan.

Model dari permintaan impor buah Indonesia adalah sebagai berikut:

Ln Vimport = β0 + β1 LnHargat + β2 LnNTRt + β3 LnIPIt + β4 LnJrkEkot + β5 LnPIKJt + β6 Lag import-1 + εt

Dimana:

VImpor : volume impor per komoditas buah per negara asal (kg)

β0 : intersep

βi : koefisien regresi variabel bebas ke i (i = 1,2,3,…n) Harga : harga per komoditas impor (US$/kg)

NTR : nilai tukar Rupiah terhadap USD (Rp / USD) IPI : indeks produksi industri Indonesia (%)

JrkEko : jarak ekonomi dari negara eksportir ke Indonesia PIKJ : pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati

Lag Impor : volume impor buah periode sebelumnya

ε : residual

(36)

Model dari permintaan impor sayur Indonesia adalah sebagai berikut: Ln Vimport = β0 + β1 LnHargat+ β2 LnNTRt + β3 LnIPIt+ β4 LnJrkEkot+ β5Lag

import-1 + εt Dimana:

VImpor : volume impor per komoditas sayur per negara asal (kg)

β0 : intersep

βi : koefisien regresi variabel bebas ke i (i = 1,2,3,…n) Harga : harga per komoditas impor (US$/kg)

NTR : nilai tukar Rupiah terhadap USD (Rp / USD) IPI : indeks produksi industri Indonesia (%)

JrkEko : jarak ekonomi dari negara eksportir ke Indonesia

Lag Impor : volume impor periode sebelumnya

ε : residual

t : periode

Harga komoditas impor yang digunakan adalah data di tingkat importir. Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar USA, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengamati apabila nilai tukar Rupiah terapresiasi terhadap mata uang Dollar USA bagaimana dengan permintaan impornya. Indeks produksi industri sebagai indikator ekonomi Indonesia yang digunakan bertujuan untuk melihat apabila pertumbuhan ekonomi dalam negeri meningkat bagaimana dengan permintaan terhadap impor komoditas buah dan sayuran Indonesia. Jarak ekonomi yang digunakan diperoleh dari jarak Indonesia dengan negara pengekspor dikalikan dengan harga minyak dunia.

Salah satu karakteristik utama produk pertanian adalah adanya tenggang waktu antara menanam dan memanen yang disebut dengan gestation period atau beda kala (lag). Hal tersebut yang mendasari penggunaan lag impor sebagai variabel bebas dalam penelitian. Hasil yang diperoleh petani didasarkan pada perkiraan–perkiraan periode mendatang dan pengalamannya di masa lalu. Apabila terjadi peningkatan harga output suatu komoditas pertanian pada saat tertentu maka peningkatan itu tidak akan segera diikuti oleh peningkatan areal dan produktivitas karena keputusan alokasi sumber daya telah ditetapkan petani pada saat sebelumnya. Respon petani terjadi setelah beda kala (lag) sebagai dampak perubahan harga input, output, dan kebijakan pemerintah (Gujarati, 2007)

Evaluasi model Penduga

Evaluasi model penduga bertujuan untuk mengetahui apakah model diduga memenuhi kriteria statistik dan kriteria ekonomi. Untuk itu kriteria pemilihan model terbaik dalam analisis regresi linier berganda harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Statistik

Pengujian terhadap model penduga permintaan impor dilakukan untuk mendapatkan model terbaik dan tidak bias. Menurut Firdaus (2004), suatu fungsi regresi harus memenuhi asumsi dasar dalam regresi. Asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi adlah sebagai berikut:

1) Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari ε tergantung

(37)

2) Tidak adanya korelasi berurutan atau tidak ada autokorelasi (nonautocorelation). Artinya, dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang mana pun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukkna adanya korelasi, baik secara positif maupun negatif;

3) Varian bersyarat dari (ε) adalah konstan. Asumsi ini dikenal sebagai asumsi heteroskedastisitas;

4) Variabel bebas adalah nonstokastik (tetap dalam penyampelan berulang), atau

jika stokastik, didistribusikan secara independen dari gangguan ε;

5) Tidak ada multikolinieritas diantara variabel bebas satu dengan yang lain; 6) Galat didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang

diberikan oleh asumsi 1 dan 2.

Dari keenam asumsi tersebut hanya asumsi 2, 3, dan 5 yang memiliki pengaruh serius, sedangkan asumsi yang lain tidak kecuali untuk kepentingan peramalan. Pengujian yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Masalah aotukorelasi dapat dideteksi melalui uji Durbin-Watson d statistics, langkah-langkah pengujuian sebagai berikut:

a) Melalui uji hipotesis statistik yang dinyatakan sebagai: H0 = tidak ada autokorelasi error lag1 (ρεt, εt-1 = 0) H1 = ada autokorelasi error lag1 (ρεt, εt-1 ≠ 0)

b) Menghitung besarnya nilai statistik DW dengan rumus :

∑ yang digunakan; H0 diterima jadi ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi pada model tersebut.

2) Bila DW ≤ dL (dengan df n-K-1); H0 ditolak, jadi ρ ≠ 0 berarti ada autokorelasi positif pada model tersebut.

3) Bila dL < DW < du ; Uji tersebut tidak konklusif, sehingga tidak dapat ditentukan apakah terdapat autokorelasi atau tidak pada model tersebut.

Untuk ρ < 0 (autokorelasi negatif):

1) Bila (4–DW) ≥ du ; H0 diterima, jadi ρ=0 berarti tidak ada autokorelasi pada model tersebut.

2) Bila (4–DW) ≤ dL ; H0ditolak, jadi ρ≠0 berarti ada autokorelasi positif pada model tersebut.

3) Bila dL< (4–DW) ≤ du ; Uji tersebut hasilnya tidak konklusif, sehingga tidak dapat ditentukan apakah terdapat autokorelasi atau tidak pada model tersebut.

(38)

b. Uji heteroskedastisitas

Salah satu asumsi fungsi regresi adalah apabila variasi dari faktor pengganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Jika asumsi ini terpenuhi, berarti variasi faktor pengganggu pada

kelompok data tersebut bersifat homoskedastik, atau var (εi2) = σ2. Jika asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi maka terjadi penyimpangan atau heteroskedastisitas.

Uji terhadap ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Langkah-langkah pengujian Rank Spearman adalah sebagai berikut:

a) Membuat model regresinya

b) Mencari nilai-nilai variabel gangguan penduga ei.

c) Rangking nilai-nilai ei tersebut serta nilai-nilai Xi yangbersangkutan dalam urutan yang semakin kecil atau semakin besar.

d) Hitung koefisien regresi penduga Rank Spearman rs dengan rumus: Rs = 1-

Dimana : di = menunjukkan perbadaan setiap pasang rank n = menunjukkan jumlah pasang rank

e) Bila rs mendekati ± maka kemungkinan besar terdapat heteroskedastisitas dalam model tersebut, sedangkan bila rs mendekati 0 maka kemungkinan adanya heteroskedastisitas kecil.

c. Uji multikolinieritas

Kolinieritas adalah adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi, sedangkan multikolineritas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Apabila terjadi kolinieritas sempurna maka koefisien regresi dari variabel X tidak dapat ditentukan (indeterminate) dan standart errornya tak terhingga (infinite). Jika kolinieritas kurang sempurna, walau koefisien regresi dari variabel X dapat ditentukan (determinate), tetapi standard errornya tinggi, yang berarti koefisien regresi tidak dapat diperkirakan dalam ketelitian yang tinggi. Dapat disimpulkan semakin kecil korelasi antara variabel bebasnya maka semakin baik model regresi yang akan diperoleh.

Ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model dapat diketahui dengan melihat beberapa ciri sebagai berikut:

a) Kolinieritas sering dapat diduga jika R2 cukup tinggi (antara 0.7-1) dan jika koefisien korelasi sederhana juga tinggi, tetapi tak satupun atau sedikit sekali koefisien regresi parsial yang signifikan secara individu, dipihak lain uji F menolak H0 yang mengatakan bahwa secara simultan seluruh koefisien regresi parsial nilainya nol.

b) Koefisien korelasi sederhana nilainya tinggi tetapi belum tentu terjadi multikolinier, tetapi harus dilihat juga koefisien korelasi parsial.

(39)

Xi terhadap sisa variabel lainnya dan menghitung R2 yang cocok dan diberi simbul Ri2.

2. Kriteria Ekonomi

Penentuan parameter model regresi berdasarkan teori ekonomi. Parameter ini kemudian diuji berdasarkan teori ekonomi juga. Teori yang digunakan adalah teori permintaan dan elastisitas. Dari teori permintaan dan elastisitas dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

Nilai tukar Rupiah berkorelasi negatif terhadap permintaan buah dan sayur impor. Apabila Rupiah terdepresiasi maka harga dalam negeri negeri relatif lebih murah daripada harga dari luar negeri, hal ini diduga menurunkan permintaan terhadap permintaan impor buah dan sayur. c) Indeks Produksi Industri (IPI)

Indeks produksi industri berkorelasi positif terhadap permintaan impor buah dan sayur. IPI menggambarkan tingkat pemanfaatan sumberdaya, IPI mencerminkan Produk Domestik Bruto (PDB) karena PDB mengukur

output nasional salah satunya sektor industri. Semakin tinggi pendapatan nasional maka permintaan terhadap impor pun cenderung meningkat. d) Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi berkorelasi negatif dengan permintaan impor, semakin jauh jarak ekonomi menyebabkan biaya perdagangan antar negara menjadi mahal sehingga harga menjadi mahal juga, sehingga dapat menurunkan permintaan terhadap impor buah dan sayur.

e) Pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati

Pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati adalah sebagai subtitusi dari buah impor, pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati berkorelasi negatif dengan permintaan impor buah. Pada saat pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati tinggi maka akan mensubstitusi permintaan impor buah sehingga permintaan impor buah akan turun.

f) Lag impor

Lag impor adalah volume impor bulan sebelumnya, lag impor berguna untuk melihat ekspektasi impor pada masa yang akan datang dari jumlah impor yang dilakukan pada periode sebelumnya. Lag impor berkorelasi positif terhadap permintaan impor.

Elastisitas dari Model Regresi Double log.

Analisis elastisitas bertujuan untuk mengetahui%tase perubahan volume impor buah dan sayur yang diminta (Y) terhadap perubahan 1% pada salah satu variabel bebas yang memengaruhinya (Xi). perhitungan elastisitas rata-rata menurut Gujarati (2006) adalah sebagai berikut:

E =

(40)

Dimana : E = elastisitas rata-rata

= turunan pertama fungsi permintaan Yi terhadap variabel Xi.

Kriteria uji:

1) Apabila nilai elastisitas lebih besar dari 1 (E>1), dikatakan elastis karena perubahan satu% variabel bebas mengakibatkan perubahan variabel tak bebas sebesar lebih dari satu%.

(41)

PERKEMBANGAN IMPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERMINTAAN IMPOR BUAH DAN SAYUR

DI INDONESIA

Tahap pertama akan dilakukan intepretasi plot data dari permintaan impor buah-buahan (apel, pear, jeruk mandarin, anggur, durian) dan sayuran (bawang merah, bawang putih, bawang bombai, wortel, kentang) yang diimpor ke Indonesia yang berasal dari masing-masing 3 negara dan khusus untuk komoditi durian hanya akan diambil 2 negara karena memang negara yang mengekspor durian ke Indonesia hanya 2 negara yaitu Thailand dan Malaysia. Tahap kedua dilakukan intepretasi hasil pengolahan regresi double log untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah-buahan dan sayuran ke Indonesia.

Hasil dari penelitian ini merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang penulis lakukan. Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah dan sayur di Indonesia terangkum pada Tabel 9. Pada Tabel 9 dapat dilihat faktor yang secara nyata memengaruhi permintaan impor buah ke Indonesia adalah harga buah impor, pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati, indek produksi industri, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan lag impor. Pada komoditi sayuran faktor yang memengaruhi permintaan impor sayur ke Indonesia adalah harga sayur impor, indek produksi industri, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah tehadap Dollar Amerika dan lag impor. Harga sayur impor dan indeks produksi industri merupakan faktor yang memengaruhi permintaan impor hampir semua komoditi sayur yang dimasukkan dalam penelitian ini, sedangkan pada komoditi buah, harga buah impor, indek produksi industri dan pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati merupakan variabel yang banyak memiliki pengaruh terhadap permintaan impor komoditi-komoditi buah di Indonesia.

Berdasarkan kriteria statistik faktor-faktor yang memengaruhi permintaan impor buah dan sayur tersebut memang sudah sesuai atau berpengaruh secara nyata, akan tetapi ada kasus dalam penelitian ini yang tidak sesuai dengan kriteria ekonomi. Salah satu contoh adalah variabel harga berpengaruh nyata terhadap permintaan impor anggur dari China berdasarkan kriteria statistik, akan tetapi karena nilai sloopenya bernilai positif, yang artinya pada saat harga anggur impor naik maka permintaan impor anggurnya juga naik, hal ini bertentangan dengan hukum ekonomi.

Pada hasil analisis ini terlihat adanya variabel bebas yaitu variabel lag impor pada model regresi, pada rencana awal variabel ini tidak dimasukkan dalam model akan tetapi setelah pengolahan data ternyata terjadi autokorelasi pada beberapa model regresi, untuk mengatasi masalah tersebut maka ditambahkan variabel lag

(42)

Permintaan Impor Apel Indonesia

Urutan volume impor apel ke indonesia berdasarkan negara asal impor apabila diurutkan rata-rata impor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2010 adalah China, Amerika Serikat dan New Zeland. Rata-rata impor apel dari China pertahun sebesar 111.563.708 kg, sedangakan rata-rata impor per tahun dari Amerika Serikat dan New Zeland masing-masing sebesar 33.809.995 kg dan 2.646.147 kg. Impor apel terbesar dari China ke Indonesia terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 150.572.125 kg. Data total per tahun volume impor apel berdasarkan 3 negara asal terbesar tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Permintaan Impor Apel dari China

a. Perkembangan Impor Buah Apel dari China Tahun 2006-2010

China merupakan negara pengekspor apel terbesar ke Indonesia. Permintaan impor apel dari China berfluktuatif tetapi cenderung meningkat dari tahun 2006 sampai 2010. Pada tahun 2006 permintaan apel dari China adalah sebesar 82.114.530 kg. Pada tahun 2007 permintaan impor apel dari China mengalami kenaikan yang sangat tinggi yaitu sebesar 33.21% yaitu menjadi 109.387.859 kg, kemudian pada tahun 2008 mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 1.87% menjadi 107.345.315 kg. Kenaikan permintaan impor kembali terjadi pada tahun 2009 sebesar 0.98% dan kenaikan yang sangat tinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 38.90% menjadi 150.572.125 kg. Grafik perkembangan permintaan impor apel Indonesia dari China dapat pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik perkambangan permintaan impor apel Indonesia dari China tahun 2006-2010

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Apel dari China

(43)

terhadap permintaan impor apel dari China. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 0.257 yang artinya keragaman Ln Volume Impor (Y) mampu dijelaskan oleh variable independen (Ln harga, Ln IPI, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar Rupiah terhadap Dollar amerika) sebesar 25.7% sedangkan sisanya yaitu sebesar 74.3% dijelaskan oleh faktor lain.

Evaluasi model regresi permintaan impor apel dari China yang pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.18 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal. Masalah heterokedastisitas diperiksa dapat deperiksa menggunakan grafik

scatterplots, dari grafik scatterplots dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variabel bebasnya (X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada 1 peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah autokolerasi antara variabel bebas dalam model dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai sebesar 1.908 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Output analisis regresi permintaan impor apel dari China dapat dilihat pada Lampiran 2.

Permintaan Impor Apel dari Amerika Serikat

a. Perkembangan Impor Buah Apel dari Amerika Serikat Tahun 2006-2010 Amerika Serikat merupakan negara pengekspor apel ke Indonesia terbesar kedua setelah China. Rata-rata permintaan impor apel dari Amerika Serikat dari tahun 2006 sampai 2010 cukup besar yaitu 33.809.995 kg. Pada tahun 2006 permintaan impor apel dari Amerika Serikat adalah sebesar 33.159.256 kg, kemudian pada tahun 2007 permintaan impor apel dari Amerika Serikat menrun sebesar 8.97% menjadi 30,185,438 kg.

(44)

Penurunan permintaan impor apel dari Amerika Serikat kembali terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 13.44% menjadi 26,127,011 kg. Peningkatan permintaan impor apel yang sangat besar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 47.89% menjadi 38,640,501 kg, kemudian pada tahun 2010 kembali mengalami peningkatan permintaan impor apel dari Amerika Serikat yaitu sebesar 5.95% menjadi 40,937,769 kg. Pada Gambar 5 dapat dilihat perkembangan permintaan impor apel Indonesia dari Amerika Serikat pada tahun 2006-2010, dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan impor apel dari Amerika Serikat memiliki trend yang meningkat.

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Apel dari Amerika Serikat

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan impor apel dari Amerika Serikat adalah harga dan indeks produksi industri pada taraf 5%, sedangkan jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah dan pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan impor apel dari Amerika Serikat. Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln Harga sebesar (-6.639), hal ini berarti apabila harga apel dari Amerika Serikat naik 1% maka permintaan impor apel dari Amerika Serikat akan turun sebesar 6.639% (elastis). Koefisien LnIPI diperoleh nilai sebesar 5.529, hal ini berarti pada saat indek produksi industri naik seberas 1%, maka permintaan impor apel dari Amerika Serikat akan naik sebesar 5.529% (elastis). Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 43.1%, yang berarti keragaman Ln volume impor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln harga, Ln IPI, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar Rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

Dalam evaluasi model dari uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.55 dimana P-value lebih besar dari 5% yang berarti residual terdistribusi normal, pada taraf signifikasi 5%. Masalah heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik

scatterplots bahwa titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat disimpulkan heteroskedastisitas pada model regresi. Dari hasil uji multikolniaritas tidak ada 1 peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Dari uji Durbin Watson diperoleh nilai DW sebesar 1.597 maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi.

Output analisis regresi permintaan apel dari Amerika Serikat dapat dilihat pada Lampiran 3.

Permintaan Impor Apel dari Selandia Baru

a. Perkembangan Impor Buah Apel dari Selandia Baru Tahun 2006-2010

(45)

Kenaikan yang cukup besar terjadi pada tahun 2009, pada tahun tersebut permintaan impor apel dari Selandia Baru naik sebesar 565.619 kg atau sebesar 22.22% menjadi 3.111.085 kg. Penurunan permintaan impor apel dari Selandia Baru terjadi lagi pada tahun 2010, namun nilainya sangat kecil yaitu sebesar 8.562 kg atau sebesar 0.28% saja menjadi 3.102.523 kg. Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa impor apel dari Selandia Baru bersifat musiman.

Gambar 6 Grafik perkembangan permintaan impor apel Indonesia dari Selandia Baru 2006-2010

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Apel dari Selandia Baru Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap permintaan impor apel dari Selandia Baru adalah harga impor, ideks produksi industri, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah, pasokan mangga Pasar Induk Keramat Jati dan lag impor. Dari analisis regresi diperoleh hasil hanya variabel jarak ekonomi, pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati dan lag impor saja yang berpengaruh nyata terhadap permitaan impor apel dari Selandia Baru, karena memiliki P-value lebih kecil dari alpha 5% pada taraf 5%, sedangkan variabel yang lain memiliki P-value lebih besar dari alpha 5%. Pada persamaan regresi koefisien (slope) Ln jarak ekonomi adalah sebesar 3.213, hal ini berarti pada saat nilai jarak ekonomi naik 1% maka permintaan impor apel dari Selandia Baru akan naik sebesar 3.213%, hal ini bertentangan dengan kriteria ekonomi, dimana permintaan impor dan jarak ekonomi seharusnya berkorelasi negatif, sehingga jarak ekonomi dianggap tidak berpengaruh terhadap permintaan impor apel dari Selandia Baru. Koefisien (slope) Ln pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati adalah -0.704, hal ini berarti pada saat pasokan mangga di Pasar Induk Keramat Jati naik sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan permintaan impor apel dari Selandia Baru sebesar 0.704% (inelastis).

Nilai R-square adalah sebesar 75.3%, yang berarti keragaman Ln volume impor mampu dijelaskan oleh faktor peubah tersebut sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

(46)

masalah heteroskedastisitas. Dari uji multikolinearitas pada masing-masing variabel diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model tersebut. Pada uji autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson diperoleh nilai DW sebesar 1.991 sehingga dapat disimpulakan tidak ada masalah autokorelasi pada model tersebut. Output

analisis regresi permintaan impor apel dari Selandia Baru dapat dilihat pada Lampiran 4.

Permintaan Impor Jeruk Mandarin Indonesia

Tiga negara terbesar yang mengekspor jeruk mandarin ke Indonesia adalah China, Pakistan dan Thailand. China merupakan negara pengekspor jeruk mandarin terbesar ke Indonesia, rata-rata volume impor jeruk mandarin Indonesia dari China selama tahun 2006-2010 sebesar 111.600.532 kg per tahun. Impor jeruk mandarin Indonesia dari China terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 179.502.061 kg. Rata-rata per tahun impor jeruk mandarin dari Pakistan dan Thailand masing-masing sebesar 3.148.969 kg dan 2.188.739 kg. Impor dari Pakistan terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 10.460.657 kg. Data volume impor jeruk mandarin berdasarkan 3 negara asal terbesar tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Permintaan Impor Jeruk Mandarin dari China

a. Perkembangan Impor Jeruk Mandarin dari China Tahun 2006-2010

China merupakan negara yang paling besar mengekspor jeruk mandarin ke Indonesia selama tahun 2006 sampai 2010. Pada umumnya impor jeruk mandarin dari China mencapai puncak tertinggi pada awal tahun, yaitu bulan-bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Rata-rata impor apel dari China per tahun dari tahun 2006 sampai tahun 2010 adalah sebesar 111.600.532 kg. Volume impor jeruk mandarin dari China terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 179.502.061 kg.

Gambar

Tabel 2 Rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari menurut kelompok makanan
Tabel 4 Perkembangan  produksi buah di Indonesia tahun 2007-2012
Tabel 5 Perkembangan  produksi sayuran di Indonesia tahun 2007-2012
Tabel 7 Perkembangan impor beberapa komoditas buah dan sayur di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui tingkatan kognitif secara kualitas pada soal Ulangan Akhir Semester (UAS) buatan Guru Biologi Kelas X dan XI pada MAN Sampittahun pelajaran 2015/2016.D. Untuk

Dalam kajian ini yang akan dilacak berbagai persoalan yang muncul dalam sebuah proses mencapai konsensus konflik antara masyarakat dengan pihak perusahaan dan berbagai upaya

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta.. , Nomor 58 Tahun 2012 tentang

o Tidak terdapat prosedur, tetapi hanya kumpulan data-data objek (fakta) yang akan diolah, dan relasi antar objek tersebut membentuk aturan yang diperlukan untuk

dan strategi pembelajaran menggunakan metode ceramah dan latihan soal, serta diperoleh data sebanyak 66,67% siswa menginginkan pengajaran yang bersifat aktif melibatkan siswa

Bila pasien datang dengan keluhannya, kira-kira apa yang Bapak/Ibu sampaikan kepada pasien dan tindakan apa yang ibu lakukan untuk menangani keluhan pasien

merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat..

[r]