• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Tumbuhan Pangan Dan Obat Suku Anak Dalam Di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Tumbuhan Pangan Dan Obat Suku Anak Dalam Di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT

SUKU ANAK DALAM DI TAMAN NASIONAL BUKIT

DUA BELAS JAMBI

RAMAYANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(3)

2

ABSTRAK

RAMAYANA. Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi. Dibimbing oleh ERVIZAL AM ZUHUD dan ISKANDAR Z. SIREGAR.

Saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat Suku Anak Dalam belum banyak didokumentasikan. Oleh karena itu untuk mendokumentasikannya diperlukan kajian etnobotani melalui identifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat serta kearifan tradisional masyarakat Suku Anak Dalam. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasioanal Bukit Dua Belas dan Tiga Desa yaitu Air panas, Paku aji dan Bukit suban. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi lapang, analisis vegetasi, pembuatan herbarium, dan kajian pustaka. Tumbuhan yang teridentifikasi 158 spesies terdiri dari 87 spesies tumbuhan pangan dan 77 spesies tumbuhan obat. Sebanyak 6 spesies merupakan pangan fungsional yakni tumbuhan yang berfungsi sebagai pangan dan obat. Suku Anak Dalam secara tidak langsung telang melakukan konservasi keanekaragaman tumbuhan, tercermin saat pengambilan tumbuhan dari alam.. Suku Anak Dalam mengalami perubahan budaya pemanfaatan tumbuhan obat dan pangan, lebih memilih obat yang instan dalam pengolahannya, seperti obat-obatan kimia.

Kata Kunci: etnobotani, kearifan tradisional, suku Anak Dalam, pangan, obat

ABSTRACT

RAMAYANA. Diversity Food and Medicinal Plants Suku Anak Dalam in Bukit Dua Belas National Park in Jambi. Guided by ERVIZAL AM ZUHUD and ISKANDAR Z. SIREGAR.

Nowadays, the inherited culture on the uses of medicinal plants by local inhabitants, Suku Anak Dalam, has not been well documented. Therefore, ethnobotanical research needs to be conducted by identifying the species diversity of edible and medicinal plants, and also the traditional knowledge that are used by Suku Anak Dalam. Research was conducted in Bukit Dua Belas National Park and three villages, namely Air Panas, Paku Aji, and Bukit Suban. Data were collected using the following methods, interview, field observation, vegetation analysis, herbarium collection and literature review. A total of 158 spesies were recorded, 87 species of them categorized as edible plants and 77 categorized as medicinal plants. six species of the recorded uses were categorized as functional food.Suku Anak Dalam has indirectly conservated plant diversity, it is reflected when they are taking herbs from nature. Suku Anak Dalam cultural changes utilization of medicinal plants and food, they prefer to instant drug in its processing, such as chemical drugs.

(4)

1

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekowisata

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT

SUKU ANAK DALAM DI TAMAN NASIONAL BUKIT

DUA BELAS JAMBI

RAMAYANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)

2

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah Etnobotani, dengan judul Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi

Terimaksih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M.Zuhud dan Prof. Dr.Ir. Iskandar Z. Siregar selaku pembimbing, banyak memberikan masukan dan kesabaran menghadapi penulis, terimakasih kepada kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa mendoakan, penulis ucapkan terimakasih banyak kepada Arya Arismaya dan Aminah yang telah membantu dalam pengambilan data, Chyntia dan Diva yang telah membantu dalam pembuatan herbarium, serta terimakasih kepada teman-teman Anggrek Hitam, 46 Manja dan teman-teman Fakultas Kehutanan yang tidak dapat saya sebutkan semuanya yang telah mensupport saya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(7)

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Penelitian 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Karakteristik Responden 9

Analisis Vegetasi 13

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 28

(8)

2

DAFTAR TABEL

1 Perhitungan INP pada semua tingkat pertumbuhan 13 2 Indeks kemerataan dan keanekaragaman tumbuhan 14 3 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan di sekitar pohon jelutung 17 4 Hasil tumbuhan pangan berdasarkan bagian yang digunakan 18 5 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat di sekitar pohon jelutung 20 6 Hasil tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan 22 7 Beberapa suku anak dalam dan penyakit yang pernah diderita 23

8 Tumbuhan pangan penghasil karbohidrat 24

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi resort Air Hitam 3

2 Ilustrasi metode contoh plot analisis vegetasi 4

3 (a) Ambung (b) Gelang Sebalik Sumpah 8

4 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin. 9 5 Struktur umur responden (%) (n = 30 responden) 10

6 Tingkat pendidikan responden (%) 11

7 Sekolah SAD yang berada : a) di dalam TNBD dan b) diluar TNBD 11

8 Pekerjaan responden 12

9 Agama responden 13

10 Keanekaragaman tingkat famili hasil anveg 15

11 Keanekaragaman tingkat famili hasil wawancara 15 12 Famili tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi 16

13 Famili tumbuhan pangan hasil wawancara 16

14 Sambal dan daun penyedap sambal. 18

15 Famili tumbuhan obat hasil wawancara 19

16 Famili tumbuhan obat analisis vegetasi 19

17 Tumbuhan obat berdasarkan cara pengolahan 22

18 Tumbuhan obat berdasarkan cara pemakaian 23

19 a) Sayuran yang biasa di beli SAD, b) SAD membeli ikan sebagai

asupan protein. 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Responden 28

2 Spesies tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi 29

3 Tumbuhan pangan hasil wawancara 31

4 Tumbuhan obat hasil analisis vegetasi 34

5 Tumbuhan obat hasil wawancara 36

6 Indeks nilai penting,keanekaragaman dan kemerataan tingkat tiang

pohon 39

7 Indeks nilai penting, keanekaragaman dan kemerataan tingkat semai

(9)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suku Anak Dalam (SAD) merupakan salah satu suku yang dilindungi oleh Negara Indonesia melalui UU nomor 6 tahun 2014. Secara khusus Taman Nasional Bukit Dua Belas(TNBDB) dideklarasikan oleh Presiden RI tanggal 26 Januari 2001 untuk melindungi dan melestarikan ruang hidup, kehidupan, lokasi budaya SAD serta tumbuhan obat dan pangan yang dimanfaatkan oleh SAD (TNBDB 2013). SAD memanfaatkan tumbuhan sebagai pangan dan obat, bahkan ada beberapa tumbuhan yang menjadi sumber mata pencaharian, seperti Jelutung (Dyera costulata) merupakan tumbuhan asli Indonesia yang dimanfaatkan getahnya sebagai bahan permen karet dan batangnya sebagai alat buru (Setyowati 2003). Selain jelutung SAD juga memanfaatkan jernang, rotan, sawit, karet dll.

Penyebutan terhadap SAD terbagi menjadi tiga yaitu Suku Kubu, Suku Anak Dalam dan Orang Rimba. Sebutan-sebutan tersebut mengandung makna yang berbeda yaitu: 1) Kubu, Merupakan sebutan yang paling popular digunakan terutama oleh orang melayu dan masyarakat international. Kubu dalam bahasa melayu memiliki makna buruk seperti primitif, bodoh, pegawai kolonial dan etnografer pada awal abad ini. 2) SAD, sebutan ini digunakan oleh pemerintah melalui departemen sosial. Anak dalam memiliki makna orang terbelakang yang tinggal di pedalaman, karena itu dalam perspektif pemerintah mereka harus dimodernisasi dengan mengeluarkan mereka dari hutan dan di mukimkan melalui program pemberdayaan. 3) Orang Rimba, Orang Rimba adalah sebutan yang digunakan oleh etnis ini untuk menyebut dirinya. Makna sebutan ini adalah menunjukkan jati diri mereka sebagai etnis yang mengembangkan kebudayaannya yang tidak bisa lepas dari hutan. Sebutan ini adalah yang paling proposional dan obyektif karena didasarkan kepada konsep Orang Rimba itu sendiri dalam menyebut dirinya.

Tumbuhan obat dan pangan serta tumbuhan jelutung yang dimanfaatkan oleh Suku Anak Dalam sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional belum banyak di dokumentasikan. Rusaknya alam berdampak pada hilangnya sumberdaya alam dan pengetahuan tradisional yang begitu cepat sebelum dikaji serta rusak dan berubahnya lingkungan akibat pengaruh budaya modern dan pembangunan yang terus dilakukan. Tingginya harga karet dan sawit mengakibatkan SAD lebih memilih berkebun karet dibandingkan menyadap jelutung, hal ini karena jelutung tidak pernah dibudidaya oleh SAD sehingga pengumpulan data harus terus dilakukan untuk memperbaharui informasi yang ada, Perlu tindakan konservasi untuk menjaga kelestarian alam TNBDB khususnya tumbuhan yang dimanfaatkan oleh SAD dengan melakukan kajian etnobotani. Pengetahuan etnobotani dapat digunakan sebagai solusi memecahkan masalah seperti meningkatkan produksi pangan dalam rangka meningkatkan pertanian yang berkelanjutan, pengembangan obat baru, dan menemukan strategi konservasi lingkungan yang sejalan dengan pembangunan ekonomi baru dan pelestarian budaya (Minnis 2000).

(10)

2

agroforesty jelutung buatan dengan mempertahankan kondisi di alam, dimana terdapat tumbuhan obat dan pangan yang dapat tumbuh di sekitar pohon jelutung.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan oleh SAD, yang tumbuh di sekitar pohon jelutung serta mendeskripsikan secara botani masing-masing jenis tumbuhan dan pemanfaatannya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah, Taman Nasional Bukit Dua Belas, pihak terkait dalam pengelolaan dan pengembangan pohon jelutung, pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya hayati yang dimanfaatkan oleh SAD yang berada di Taman Nasional Bukit Dua Belas untuk kesejahteraan SAD, khususnya masukan bagi pengembangan jelutung di TNBDB bersama keanekaragaman tumbuhan pangan dan obat sehingga terbentuk hutan alami.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas secara geografis terletak antara

10231’37”-10248’27” BT dan 144’35”-203’15” LS. Secara administratif letak TNBDB sebelah utara kecamatan Marosebo Ulu kabupaten Batanghari, sebelah Timur kecamatan Batin XXIV kabupaten Batanghari, selatan kabupaten Sarolangun dan Barat kecamatan Tebo ilir kabupaten Tebo.

Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Bukit Dua Belas di resort Air Hitam desa Air Panas, Paku Aji dan Bukit Suban kecamatan Pematang Kabau kabupaten Sarolangun, Jambi. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Juni-Juli 2014. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Alat dan Bahan

(11)

3

3

(12)

4

Prosedur Penelitian

Kajian pustaka

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi dasar mengenai kondisi umum TNBDB dan SAD, data mengenai potensi tumbuhan berguna yang berada di lokasi penelitian berdasarkan penelitian sebelumnya.

Analisis vegetasi

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan obat dan pangan yang tumbuh disekitar pohon jelutung yang dimanfaatkan oleh SAD, secara sensus dengan ukuran plot 60 m x 60 m sebanyak 4 plot, 1 plot dibagi menjadi 9 sub plot dengan ukuran 20m x 20m.

Metode yang dilakukan adalah pengumpulan data tumbuhan obat dan pangan serta manfaat dan cara pengolahan dengan membawa 5 responden kelapangan, dihitung jumlah semai, pancang, tiang, pohon dan identifikasi nama lokal dan ilmiah yang terdapat dalam plot. Adapun gambaran plot pengamatan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Ilustrasi metode contoh plot analisis vegetasi

Wawancara

Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Responden adalah masyarakat SAD yang terdapat di sekitar kawasan TNBDB. Wawancara dilakukan terhadap responden terpilih sebanyak 30 orang (Sevilla 1993).

Responden dipilih berdasarkan kombinasi teknik purposive sampling dan snowball. Metode purposive sampling merupakan salah satu teknik dalam penentuan sampel (responden) yang didasarkan atas pertimbangan/kriteria tertentu dari sumber yang dianggap atau diketahui memanfaatkan tumbuhan pangan dan obat.

(13)

5

Data wawancara dari setiap spesies tumbuhan yang digunakan adalah biodata responden, spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang digunakan, nama lokal, kegunaan, tipe habitat, status budidaya, habitus, bagian yang digunakan, cara pengolahan serta cara meramunya. Data lainnya adalah bentuk ramuan tumbuhan obat dan cara penggunaan.

Dokumentasi dan pembuatan herbarium

Dokumentasi spesimen tumbuhan pangan dan obat yang berada di dalam plot dilakukan dengan pengambilan gambar atau foto menggunakan kamera. Spesies-spesies yang tidak dapat teridentifikasi di lapangan dibuat menjadi herbarium agar dapat dilakukan identifikasi. Data mengenai jenis tumbuhan obat dan pangan terdiri dari nama lokal, nama ilmiah dan famili. Identifikasian spesies dilakukan di Herbarium Bogoriensis, Bogor. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium adalah sebagai berikut:

1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil.

2. Contoh dipotong dengan panjang kurang lebih 40 cm.

3. Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan label yang berukuran 3 cm x 5 cm. Label berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.

4. Selanjutnya herbarium disusun di atas sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot dengan alkohol 70%.

5. Spesimen selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari dan disemprot kembali dengan alkohol 70%.

6. Herbarium yang sudah kering dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan, diidentifikasi untuk mendapat nama ilmiahnya di Herbarium Bogoriense Bogor.

Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dan tabulatif.

Komposisi dan dominansi spesies

(14)

6

Indeks nilai penting (INP)

Diperoleh dari penjumlahan kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominasi relatif (DR) atau ditulis dengan rumus :

Keanekaragaman spesies (Heterogeneity)

Untuk mengukur keragaman spesies di areal plot pengamatan digunakan indeks keragaman Shannon-Wiener yang dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis S = Jumlah jenis

ni = Nilai penting tiap jenis N = Total nilai penting Indeks kemerataan spesies

Indeks kemerataan spesies yang paling banyak digunakan dalam ekologi adalah indeks kemerataan (Luwing dan Reynold 1988) sebagai berikut:

E = Keterangan :

E = Indeks kemerataan spesies S = Jumlah spesies

H’ = indeks keanekaragaman spesies

Berikut rumusan penghitungan persentase famili, status budidaya, bagian yang di gunakan dan habitus tumbuhan pangan dan obat:

a. Persen famili

(15)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Topografi dan iklim

Taman Nasional Bukit Dua Belas memiliki topografi datar, bergelombang, dan perbukitan dengan kisaran 50-438m dpl. Ada 12 bukit utama yaitu bukit kuaran, bukit sungai punai/punai banyak, bukit berumbung, bukit lubuk semah, bukit sungai keruh mati, bukit panggang, Bukit Enau, Bukit Terenggang, Bukit Pal, Bukit Suban, Bukit Tiga Beradik, dan Bukit Bitempo.

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson Taman Nasional Bukit Dua Belas termasuk dalam tipe A dengan curah hujan terendah 3 294 mm dan tertinggi 3.669 mm, suhu terendah 32°C dan tertinggi 40°C sedangkan kelembaban udara terendah 80% dan tertinggi 94%.

Potensi flora dan fauna

Taman Nasional Bukit Dua Belas memiliki potensi flora fauna yang tinggi, beberapa sepesies flora yaitu jenis yang menjadi mata pencaharian seperti jernang (Daemonorops draco), jelutung (Dyera polyphylla), sebalik sumpah (Symplocos sp.), rotan (Calamus manan) untuk jenis penghasil buah contohnya durian (Durio zibethinus), tengguli (Gardenia augusta), tampui (Baccaurea bracteata). Jenis anggrek juga banyak ditemukan, seperti jenis anggrek epifit Dendrobium hercoglassum, Dendrobium crumenatus, Bulbophyllum flavescens dan anggrek tanah seperti Phaius tankervillae.

Fauna yang terdapat TNBDB diantaranya kupu-kupu yang telah teridentifikasi sebanyak 12 jenis diantaranya Trogonoptera brookiana, Papilio nephelus, dan Chetoshia hypsea, untuk jenis mamalia antara lain Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Kucing hutan (Felis bengalensis), Beruang madu (Helartctos malayanus). Rusa sambar (Cervus unicolor), Babi hutan ( Sus spp), Tapir (Tapirus indicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Landak sumtera (Hystrix brachyuran), Tupai tanah (Lariscus spp), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Biawak (Varanus salvator), Siamang (Symphalangus syndactylus), Ungko (Hylobates agilis).

Untuk jenis Aves diantaranya Balam (Streptopelia sp.), Murai batu (pycnonotus sp), Ayam hutan (Gallus gallus), Kuau (Argusiaus argus), Enggang gading (Rhynoplax vigil), elang (Ictinaetus malayensis), Gagak (Corvus corax), rangkong (Buceros rhinoceros). Salah satu jenis amfibi yang dapat ditemukan yaitu Labi-labi (Trionyx spp), merupakan salah satu sumber protein hewani bagi SAD selain ikan dan babi hutan (TNBDB 2013).

Sosial budaya masyarakat SAD

(16)

8

ubi kelapa untuk dikonsumsi sendiri, barang yang dijual dari hasil kerajinan tangan seperti gelang atau kalung dari biji sebalik sumpah dan ambung dari rotan, ada pula SAD yang menjual sembako tapi masih sangat jarang. Dibawah adalah contoh kerajinan SAD dapat dilihat pada Gambar 3.

(a) (b) Gambar 3 (a) Ambung (b) Gelang Sebalik Sumpah

Desa Bukit Suban, Paku Aji dan Air Panas merupakan desa transmigrasi penduduk dari pulau Jawa pada tahun 1983 program pemerintah bapak Soeharto, sekarang SAD ikut berbaur dengan penduduk transmigran bahkan ada yang menikah dengan SAD. SAD kaya akan budaya seperti cara mereka berpakaian, berkebun, dan tempat tinggal. Sekarang sudah terjadi perubahan budaya dalam berpakaian, mereka berpakaian dan kepasar layaknya masyarakat umum, saat diwawancarai SAD mengatakan bahwa mereka menghargai masyarakat luar.

SAD menganut kepercayaan animisme yang memyembah kepada benda-benda yang dianggap dewa, dewa turun dan bersemayam dalam bentuk pohon, untuk mememanggil dewa ditugaskan kepada para wanita karena mereka menganggap wanita suci yang bisa memanggil para dewa,ritual ini dilakukan untuk menanyakan obat yang dapat menyembuhkan penyakit dan saat peristiwa penting seperti pernikahan.sekarang SAD yang diluar kawasan sudah mulai memeluk agama yang disahkan oleh pemerintah yaitu Islam dan Kristen, SAD tumenggung grip walaupun sudah berbaur dengan masyarakat luar tetapi mereka tetap teguh pada kepercayaan nenek moyang mereka, SAD sangat tertutup sehingga orang luar tidak diperbolehkan melihat acara-acara adat yang dilakukan oleh SAD, Menurut Sartini (2004) kearifan tradisional merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan.

(17)

9

Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh SAD diketahui dari nenek moyang mereka secara turun-temurun, ramuan ini diturunkan kepada turunan mereka,Tumbuhan yang diolah menjadi pangan dan obat menjadi salah satu ciri kearifan budaya yang masih melekat pada mereka, mereka mengajarkan kepada anak mereka dengan bukti bahwa anak-anak mereka tahu jenis pangan dan obat serta manfaat dari obat tersebut, interaksi antara manusia dengan tumbuhan atau dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan tumbuhan pada suatu budidaya tertentu (Martin 1998)

Pernikahan SAD dilakukan dengan cara dibuatkan panggung dan dipanggung tersebut mempelai pria dan wanita dinikahkan, sebelumnya mereka mengambil 100 jenis bunga yang diletakan ke kain dan dipegang oleh mempelai wanita, kepala mereka di adukan lalu berjoget bersama di atas panggung tersebut, lalu masyarakat meninggalkan mereka berdua.

Untuk sistem kepemilikan tumbuhan yang terdapat dihutan dikenal dengan tukak tanggo,yaitu tanda yang diberikan pada pohon dengan cara dilukai oleh benda tajam, 1 pohon dapat dimiliki lebih dari 1 orang untuk jenis tertentu seperti pohon sialang penghasil madu yang dapat dibagi-bagi karena sarang madu tidak hanya ada pada 1 dahan.

Karakteristik Responden

Jenis kelamin

Hasil wawancara terhadap 30 responden di Desa Air Panas dan Paku Aji menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 27 orang (90%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 3 orang (10%). Data responden lebih lengkap tertera pada lampiran 1. Jumlah responden laki-laki lebih dominan karena laki-laki di desa ini lebih banyak berperan dalam mencari, menyediakan serta meramu tumbuhan menjadi minyak oles yang dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Terdapat 1 orang sebagai responden kunci (key informan) yang mengetahui banyak informasi tentang pemanfaatan tumbuhan. Persentase dapat dilihat dari Gambar 4.

Gambar 4 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.

(18)

10

dibandingkan laki-laki tetapi ada kegiatan yang dilakukan oleh perempuan di Desa Air Panas dan Paku Aji untuk membantu laki-laki dalam upaya pemenuhan kebutuhan atau meningkatkan pendapatan keluarganya. Kegiatan yang dilakukan bersama dengan suaminya seperti mengambil hasil perkebunan, mencari getah jernang dan mencari rotan.

Struktur umur

Responden dibagi kedalam 3 kelompok umur, yaitu remaja, dewasa dan lansia. Pengelompokkan kelas umur dibedakan ke dalam enam kategori yaitu berdasarkan Hurlock (1980), kelas umur bayi (0–2 tahun), balita (3–5 tahun), anak– anak (6–12 tahun), remaja (13–18 tahun), dewasa (19–59 tahun) dan lansia

(≥60 tahun).

Pengetahuan mereka tentang tumbuhan yang dapat dimanfaatkan tidak dibatasi oleh usia, karena pengetahuan yang diturunkan dilakukan sejak masih dini oleh orangtua mereka, terbukti ada remaja yang sudah mengetahui tentang tumbuhan obat dan pangan. Struktur umur responden tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5 Struktur umur responden (%) (n = 30 responden) Pendidikan

Suku Anak Dalam mengetahui menghitung dan membaca dari masyarakat luar bersamaan dengan mereka mengenal uang. Mengenal pendidikan saat mereka mengenal dunia luar sehingga untuk para tetua SAD tidak ada yang menempuh dunia pendidikan. Mereka mengetahui tumbuhan obat dan pangan yang berasal dari nenek moyang. Mereka akan menurunkan ilmu ke anaknya tetapi tidak semua anak diberikan pengetahuan ini oleh orangtuanya, ada pertimbangan yang dilakukan contoh anak yang dipilih adalah anak dengan prilaku yang baik.

(19)

11

Gambar 6 Tingkat pendidikan responden (%)

Status sekolah paud yang berada didesa Paku Aji sebenarnya masih jauh jika dibandingkan dengan sekolah lainnya, waktu yang diberikan oleh gurunya sangat sedikit hanya 2 jam sehari dan 2 kali pertemuan dalam seminggu, untuk sekolah SD yang awalnya hanya untuk anak-anak SAD sekarang menerima siswa dari masyarakat luar. SAD yang berada didalam kawasan Taman Nasional belajar bersama pihak LSM WARSI yang berada di Bukit Kedundung, jarak tempuh bukit kedundung dengan rumah mereka adalah 3-4 jam perjalanan, sehingga saat proses belajar mereka menginap selama seminggu sampai 2 minggu disini. Kondisi sekolah SAD yang ada di dalam TNBDB dan di luar dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7 Sekolah SAD yang berada : a) di dalam TNBD dan b) diluar TNBD Mata pencaharian

(20)

12

Gambar 8 Pekerjaan responden

Rahman 2013 menjelaskan SAD memperoleh energi, bahan dan informasi dari lingkungan lokal yang berupa hutan dan sungai, SAD sangat pandai menganyam rotan, ini adalah tugas para wanita menganyam rotan menjadi ambung dan dicat menggunakan getah jernang, ambung adalah alat yang digunakan oleh masyarakat asli jambi untuk mengangkut barang, hal ini sangat menarik perhatian karena ambung yang biasa dipasar hanya berwarna rotan alami, sedangkan ini berwarna merah alami dari getah jernang, harga yang ditawarkan juga sangat fantastis karena harga getah jernang sangat mahal, harga ambung yang dijual dipasaran kisaran 20-40ribu sedangkan ambung yang dijual oleh SAD dengan harga 250 ribu.

SAD yang telah memeluk agama Islam mencoba beternak ayam, tetapi ini tidak dijadikan sebagai mata pencaharian, mereka beternak ayam untuk dikonsumsi oleh keluarga, karena mereka telah memeluk agama Islam sehingga ayam merupakan hewan yang halal mereka konsumsi.

SAD berkebun tetapi tidak semua keluarga memiliki kebun karet dan sawit, masalah yang dihadapi oleh Taman Nasional Bukit 12 adalah lahan Taman Nasional yang dibuka untuk dijadikan kebun karet dan dijual oleh SAD kepada orang luar, tetapi hal ini dicurigai oleh TNBDB karena kebun karet SAD disadap oleh masyarakat luar, saat ditanya mereka mengaku hanya menyadap saja tetapi kepemilikan tetap punya SAD.

Agama

(21)

13

Gambar 9 Agama responden

Analisis Vegetasi

Dominansi spesies

Dominansi spesies tumbuhan merupakan spesies dengan jumlah terbanyak dan menguasai area tersebut. indeks nilai penting (INP) adalah salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian (Sundarapandian dan Swamy 2000). INP yang memiliki nilai % tinggi dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem. Suatu spesies tumbuhan dapat dikatakan berperan atau berpengaruh dalam suatu komunitas jika memiliki INP untuk tingkat semai dan

tumbuhan bawah ≥ 10% (Sutisna 1981 diacu dalam Rosalia 2008). Hasil perhitungan INP pada TNBDB dengan tingkat % ≥ 10% (Tabel 1).

Tabel 1 Perhitungan INP pada semua tingkat pertumbuhan

No Nama ilmiah KR (%) FR

(%)

DR (%) INP (%) Tiang

1 Sterculia sp. 6.5 5.6 7.4 19.5

2 Pouteria malaccensis 10.4 8.4 1.6 20.5

Pohon

1 Dyera costulata 5.2 5.6 9.1 19.9

2 Dyera polyphylla 3.9 4.2 16.7 24.8

Semai

1 Anisophyllea disticha 5.6 5.9 11.6

2 Combretum

tetralophum

6.6 6.9 13.5

Pancang

1 Calamus manan 6.6 5.9 12.5

2 Gonocaryum gracile 8.5 7.9 16.4

Spesies yang mendominasi di TNBDB pada tingkat semai pancang adalah

(22)

14

Anisophyllea disticha, Calamus manan, dan Combretum tetralophum merupakan tiga spesies lain yang memiliki INP lebih dari 10% pada tingkat pertumbuhan semai pancang, ketiga spesies tersebut tidak memiliki perbedaan INP yang besar, yaitu kurang dari 2%. Adapun masing masing INP pada ketiga spesies tersebut adalah 11.601%, 12.544%, dan 13.534%. Dari kelima spesies yang tercatat pada tingkat pertumbuhan semai pancang, hanya Sterculia sp. yang juga tercatat dalam tingkat pertumbuhan tiang pohon. Masing-masing INP Sterculia sp di tiap tingkat pertumbuhan sebesar 10.611% dan 19.555%.

Cyathocalyx havilandii merupakan spesies dengan INP terkecil (14.933%) dibandingkan dengan empat spesies lainnya. INP spesies pada tingkat pertumbuhan tiang pohon berkisar antara 14.933% hingga 24.834% . INP pada spesies Dyera costulata,Sterculia sp., dan Pouteria malaccensis tidak berbeda jauh, yaitu kurang dari 1%. Adapun masing-masing spesies memiliki INP berturut-turut sebagai berikut, 19.903%, 19.555% , 20.488%. Data INP yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.

Keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan

Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H) merupakan indeks yang paling banyak digunakan dalam ekologi komunitas (Ludwing dan Reynold 1988). Menurut Fachrul 2008 menyatakan bahwa derajat keanekaragaman (H’) dalam suatu komunitas <1, maka keanekaragamanya rendah, jika 1≤ H’ ≤3 maka

keanekaragamannya sedang dan jika H’ >3 maka keanekaragamannya tinggi.

Keanekaragaman tingkat semai dan pancang tergolong tinggi, untuk tingkat tiang dan pohon tergolong tinggi, dan dapat dipastikan komunitas spesies tergolong stabil. Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas serta untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stsabil meskipun ada gangguan terhadap komponen– komponennya. Keanekaragaman jenis merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. (Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2006). Nilai kemerataan di TNBDB yang mendekati satu menunjukan bahwa suatu komunitas tumbuhan semakin merata sedangkan jika nilai mendekati nol maka semakin tidak rata (Krebs 1972). Hasil perhitungan indeks kemerataan dan keanekaragaman tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Indeks kemerataan dan keanekaragaman tumbuhan

Tingkat Pertumbuhan H’ E’

Semai pancang 4.602 1.124

Tiang pohon 3.302 0.944

Keanekaragaman tingkat famili

(23)

15

Gambar 10 Keanekaragaman tingkat famili hasil anveg

Gambar 11 Keanekaragaman tingkat famili hasil wawancara

Jenis yang paling banyak ditemukan dari famili Euphorbiaceae yaitu Baccaurea macrophylla, Baccaurea reticulate, Aleuriteus mollucana, Pimeleodendron griffithianum merupakan tanaman penghasil buah.

Famili Euphorbiaceae merupakan famili yang mendominasi di TNBDB memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 6 spesies. Jenis yang termasuk kedalam famili Euphorbiaceae yaitu Aleuriteus mollucana, Endospermum diadenum, Pimeleodendrong riffithianum, Baccaurea macrophylla, Baccaurea reticulate , Macaranga trichocarpa, terdiri dari 4 jenis tumbuhan obat dan 2 tumbuhan pangan.

(24)

16

Pemanfaatan tumbuhan pangan

Tumbuhan penghasil pangan merupakan salah satu tumbuhan yang sangat penting bagi kebutuhan masyarakat. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pangan oleh masyarakat suku Anak Dalam di TNBDB ada 87 jenis tumbuhan pangan.

Family terbanyak yang dimanfaatkan oleh SAD sebagai tumbuhan pangan adalah Euphorbiaceae sebanyak 5 spesies. 5 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam family Euphorbiaceae adalah penghasil buah. Dibawah ini adalah famili yang mendominasi (Gambar 12). Data tumbuhan pangan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

Jumlah Spesies

Gambar 12 Famili tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi

Tumbuhan pangan hasil wawancara memiliki jenis lebih banyak dibandingkan analisis vegetasi, karena tidak semua yang diketahui oleh masyarakat SAD ada didalam petak contoh, family terbanyak tumbuhan pangan hasil wawancara adalah Sapindaceae dab Euphorbiaceae dengan jumlah spesies berurutan 8 dan 9 spesies seperti disajikan pada Gambar 13.

(25)

17

Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh SAD selain sebagai bahan pangan juga dimanfaatkan sebagai obat seperti jenis Akar kukobu (Uncaria sp), duku lansat (Lansium domesticum Correa), kelumpang (Sterculia rubiginosa), rotan manau (Calamus manan), tampui kuning (Baccaurea reticlate), tampui nasi (Baccaurea bracteata). Tumbuhan pangan hasil wawancara memiliki jenis lebih banyak dibandingkan analisis vegetasi, karena tidak semua yang diketahui oleh masyarakat SAD ada didalam petak contoh.

Jenis tumbuhan pangan yang tumbuh disekitar pohon jelutung diketahui 34 jenis dari hasil analisis vegetasi seperti pada Tabel 3, dengan informasi lebih lengkap pada Lampiran 2.

Tabel 3 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan di sekitar pohon jelutung No Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bagian yang

digunakan 1 Antui Cyathocalyx havilandii pohon buah 2 Akar kukobu Nothocissus spicifera liana air

3 Rotan manau Calamus manan palem umbut

4 Antui bebulu Horsfieldia subglobosa pohon buah 5 Bunto Ochanostachys amentacea pohon buah 6 Siu/kuduk

kuya

Nephelium ramboutan pohon buah 7 Durian haji Durio zibethinus pohon buah 8 Durian hantu Durio grandiflorus pohon buah 9 Gesing Lithocarpus conocarpus pohon buah 10 Jengkolut Xerospermum

Xanthophyllum

pohon buah 11 Kabau Archidendron bubalinum pohon buah 12 Kayu idang Pimeleodendron

griffithianum

pohon buah 24 Petaling Strombosia ceylanica pohon buah

25 Salak Salacca zallaca palem buah

26 Sawo Manilkara zapota pohon buah

27 Sebokol Fordia johorensis pohon buah 28 Tampui

kuning

Baccaurea reticulate pohon buah 29 Tampui nasi Baccaurea macrophylla pohon buah 30 Tengguli

buah

Porterandia anisophylla pohon buah 31 Tengkerawok Baccaurea dullcis pohon buah 32 Medang

kuning

Actinodaphne glomerata pohon buah 33 Megelipoyon Pouteria malaccensis pohon buah 34 Selapia Combretum tetralophum pohon daun

(26)

18

mengkonsumsi buah selama 4-5 hari tanpa ada tambahan sumber protein hewani atau karbohidrat. Semua buahbuahan langsung dikunsumsi tanpa proses pemasakan terlebih dahulu,seperti yang dijelaskan pula oleh Verheij & Coronel 1997 Buah-buahan pada umumnya dikonsumsi mentah karena jika direbus ataupun diolah dengan cara lain maka kandungan vitaminnya akan hilang. Bagian yang dominan digunakan pada tumbuhan pangan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil tumbuhan pangan berdasarkan bagian yang digunakan Bagian yang digunakan

(anveg) Jumlah

Bagian yang digunakan

(wawancara) Jumlah

Daun 1 Batang 2

Buah 31 Buah 69

Air 1 Daun 1

Batang 1 Umbi 6

Tumbuhan penghasil buah hidup secara liar di Hutan, mereka tidak membudidayakan dengan alasan bahwa populasi di dalam hutan masih tinggi, tetapi ada beberapa jenis tumbuhan buah yang dibudidayakan seperti rambutan, duren, tebu, dan mangga. Salah satu contoh bahan pangan yaitu daun penyedap sambal Elettariopsis sp. Dicampur kedalam sambal sebagai bumbu pewangi sambal, untuk rasa tidak jauh berbeda dengan sambal biasanya, tetapi wanginya yang sangat khas, daun penyedap sambal dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Sambal dan daun penyedap sambal. Pemanfaatan tumbuhan obat

(27)

19

Gambar 15 Famili tumbuhan obat hasil wawancara

Gambar 16 Famili tumbuhan obat analisis vegetasi

Bagian yang banyak digunakan daun, akar dan kulit batang, SAD mengetahui tumbuhan obat serta bagian yang digunakan dari dewa kepercayaan mereka, setiap ada penyakit mereka meminta petunjuk dewa agar diberitahu tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit.

(28)

20

Tabel 5 Hasil tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan Bagian yang digunakan

Jenis tumbuhan obat hasil analisis vegetasi yang berdekatan dengan jelutung ada 25 jenis tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat di sekitar pohon jelutung No Nama lokal Nama ilmiah Habitus Manfaat Bagian

yang digunakan 1 Pengendur

urat

Tinospora crispa liana keseleo dan patah tulang

daun, akar 2 Merpuyon Rhodamnia

cinerea

pohon berak darah air batang

3 Rotan Daemonorops

Costus specious. herba badan gatal, demam

Areca catechu palem sakit gigi buah 9 Lelendinga

Crinumasiaticum herba demam daun

11 Bekung Hanguana malayana

(29)

21

Tabel 6 Spesies tumbuhan obat di sekitar pohon jelutung (lanjutan) No Nama lokal Nama ilmiah Habitus Manfaat Bagian

yang digunakan 12 Kedundung

tunjuk

Spondias dulcis pohon mual-mual, muntah,

Arenga pinnata palem sakit perut daun

18 Sisil bening sp5 pohon mencret daun,

akar 19 Jelutung

bukit

Dyera polyphylla pohon bisul, luka, gigitan serangga

getah

20 Berisil Pometia pinnata pohon demam, mengecilkan 24 Akar kukobu Nothocissus

spicifera mengetahui tumbuhan obat serta bagian yang digunakan dari dewa kepercayaan mereka, setiap ada penyakit mereka meminta petunjuk dewa agar diberitahu tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit.

(30)

22

berkhasiat obat. Hal ini dapat dilihat dari berbedanya ramuan obat tradisional yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama (Aliadi & Roemantyo 1994). Tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7 Hasil tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan Bagian yang digunakan

berdasarkan hasil analisis vegetasi

Jumlah Bagian yang digunakan

berdasarkan wawancara Jumlah

Daun 12 Daun 29

Akar 5 Akar 13

Air 3 Air batang 5

Buah 3 Buah 4

Batang 2 Biji 2

Getah 2 Pangkal daun 1

7 Kulit batang 6 Kulit batang 4

herba 12

rimpang 1

Tumbuhan obat berdasarkan cara pengolahan

Berdasarkan cara pengolahan, SAD sudah mengetahui sejak pertama kali pemakaian, direbus, dicacah, di remas/ditumbuk, diparut, dibakar, dikerok atau digunakan secara langsung. Cara terbanyak yang dilakukan adalah direbus dibanding yang lainnya. Seperti disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Tumbuhan obat berdasarkan cara pengolahan

(31)

23

Gambar 18 Tumbuhan obat berdasarkan cara pemakaian

Untuk saat ini SAD jarang menggunakan tumbuhan sebagai obat penyakit dikarenakan sudah ada penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas setempat dan program pemerintah tentang pengobatan gratis bagi SAD sehingga tumbuhan ini sudah jarang sekali digunakan. Menurut data Puskesmas desa Paku Aji diketahui penyakit yang sering dikeluhkan adalah penyakit bagian perut, batuk dan demam, pada tahun 2013 diadakan penyuluhan gratis untuk suku anak dalam, beberapa nama dan penyakit yang diderita oleh suku anak dalam dapat di lihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Beberapa Suku Anak Dalam dan penyakit yang pernah diderita

No Nama Usia Penyakit

1 Sumpingan 50 tahun Demam, mual

2 Beruntung 4 tahun Demam, batuk, pilek

3 Barib 56 tahun Pusing

4 Siti khodijah 65 tahun Mencret

5 Azizam 1 tahun Penyakit kulit

6 Tamuku 21 tahun Stamina, kebugaran

Makanan penghasil karbohidrat

Tumbuhan penghasil pangan utama SAD adalah jenis umbi sebagai penghasil karbohidrat, seperti ubi kayu (Manihot esculenta), ubi rambat (Ipomoea batatas), ubi kelapo (Dioscorea filiformis), banar licin (Dioscorea pyrifolia), dan gadung (Dioscorea hispida). Tumbuhan tersebut tumbuh secara liar di dalam TNBDB kecuali ubi kayu, ubi rambat dan ubi kelapa yang mereka budidayakan di kebun atau dipekarangan rumah.

(32)

24

darah dan menambah darah. Selain itu, ubi kayu juga dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit seperti rheumatik, sakit kepala, demam, diare, cacingan, beri-beri, luka bernanah dan dapat menambah stamina (Rukmana, 1997: 78).

Dibawah ini adalah data tumbuhan pangan penghasil karbohidrat yang dimanfaatkan SAD (Tabel 9).

Tabel 9 Tumbuhan pangan penghasil karbohidrat No Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bagian

liana umbi direbus kebun/pe karangan

Untuk pangan penghasil protein SAD memanfaatkan ikan, serta binatang liar yang tidak diternak, contoh babi, kijang, labi-labi, dll. SAD tidak memakan sayuran dan hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing, anjing karena haram bagi mereka memakan hewan yang diternakkan kecuali yang sudah memeluk agama Islam. SAD awalnya tidak mengenal sayuran untuk dimakan, mereka hanya memakan hewan pedaging dan umbi-umbian sebagai nutrisi karbohidrat mereka, padahal yang kita ketahui bahwa sayuran seperti kacang-kacangan dapat menjadi asupan protein. Kacang-kacangan merupakan biji kering yang dapat dimakan dari polong-polongan. Kacang-kacangan utama yang dapat dimakan termasuk dalam anak suku Papilonoideae yang merupakan anak suku terbesar dari suku Leguminosae. Kacang-kacangan sangat bermanfaat sebagai pangan yang kaya akan protein (Kartikawati 2004). SAD mendapatkan makanan penghasil protein dengan berburu, memanfaatkan anjing sebagai hewan peliharaan yang dapat membantu SAD selama berburu, yaitu untuk mencari hewan buru dan membantu pada saat hewan liar seperti beruang hendak menyerang SAD.

(33)

25

dicampur dengan sambal yaitu Elettariopsis sp. Dari famili Zingiberaceae, saat mencicipi sambal ini rasanya tidak jauh berbeda dengan sambal lainnya, tetapi memiliki wangi yang khas dari daunnya. Saat ini SAD mengkonsumsi sayuran yang dijual oleh masyarakat luar dipasar tradisional seperti Gambar 19.

(a) (b)

Gambar 19 a) Sayuran yang biasa di beli SAD, b) SAD membeli ikan sebagai asupan protein.

Proses memasak yang dilakukan SAD tergolong biasa, mereka suka merebus dan membakar, bumbu yang digunakan pun tidak banyak, untuk SAD yang diluar kawasan sudah mulai memasak seperti masyarakat umum karena ada bimbingan belajar memasak dari desa sumber air panas. Ada bumbu masak yang dicampur dengan sambal yaitu Elettariopsis sp. Dari famili Zingiberaceae, saat mencicipi sambal ini rasanya tidak jauh berbeda dengan sambal lainnya, tetapi memiliki wangi yang khas dari daunnya.

Tipe habitat tumbuhan pangan dan obat

Tanaman obat dan pangan rata-rata masih liar diambil dari dalam hutan, mereka tidak membudidayakan tumbuhan obat karena menganggap masih banyak didalam hutan, tetapi untuk tumbuhan pangan ada beberapa yang membudidayakan sepeti jenis umbi-umbian, untuk jenis buah juga sedikit yang dibudidayakan seperi manga dan durian .dari sekian banyak responden hanya pak tarib yang membudidayakan tumbuhan obat dan tanaman pangan di kebunnya, hal ini disadari beliau jika ada yang membutuhkan akan cepat didapatkan karena lokasi kebun yang sudah beliau ketahui dan letaknya tidak jauh dari rumah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(34)

26

Anak Dalam. Dari keseluruhan spesies yang ditemukan famili yang mendominasi adalah Euphorbiaceae dan Sapindaceae, famili tumbuhan obat yang mendominasi adalah Zingiberaceae, dengan bagian yang paling banyak digunakan adalah daun. Pangan utama SAD adalah ubi kayu,ubi kelapo dan gadung. Tumbuhan pangan yang mendominasi adalah Euphorbiaceae dimana pangan yang mendominasi sebagai penghasil buah.

Saran

1. Perlu pengembangan lebih lanjut hutan jelutung bersama tumbuhan pangan utama seperti ubi kayu, ubi rambat, ubi kelapo dan tumbuhan obat agar tercipta agroforestry jelutung.

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk informasi yang lebih lengkap mengemai tumbuhan obat dan pangan di seluruh resort TNBDB.

DAFTAR PUSTAKA

Abu A, Rabia. 2005. Urinary Diseases and Ethnobotany Among Pastoral Nomads in The Middle East. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 1 (4). Aliadi A, HS Roemantyo. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan

Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Zuhud,E.A.M. dan Haryanto (eds.). Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).

[BTBDB] Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas. 2013. Sekilas Taman Nasional Bukit Dua Belas. Jambi: Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas.

Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia I-IV (terjemahan : de Nuttige planten van Indenesie). Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan.

Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A primer on methods and computing. New York : A Wiley-Interscience.

Martin GJ. 1998. Etnobotani: Sebuah Manual Pemeliharaan Manusia dan Tumbuhan. Mohamed M, Penerjemah: Kinabalu: World Life Fund for Nature. Terjemahan dari. Natural History Publication (Borneo).

Nasution S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto YEB, Waluyo. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem Irian

(35)

27

Reanmongkol W, Poungsawai C, Subhadhirasakul S, Wiparat C, Pairat C. 2002. Antinociceptive Activity of Dyera costulata Extract in Experimental Animals. Songklanakarin J. Sci. Technol., 2002, 24(2) : 227-234.

Rifai M.A. 1998. Pemasakinian etnobotani Indonesia : Suatu keharusan demi peningkatan upaya pemanfaatan, pengembangan dan penguasaannya. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III. Denpasar-Bali, 5-6 Mei 1998. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 352-356.

Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat 37 (2): hlm. 111-120.

Setyowati FM. 2003. Hubungan Keterikatan Masyarakat Kubu Dengan Sumberdaya Tumbuh-Tumbuhan Di Cagar Biosfer Bukit Duabelas, Jambi. J Biodiversitas Volume 4 Nomor 1. 47-54.

Syamsurizal. 2000. Pengantar Ekologi Tumbuhan, jambi. Universitas Negeri Padang.

Whitmore TC. 1972. Tree Flora of Malaya. Volume Two. Longman, London. Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai

(36)

28

28

Lampiran 1 Data Responden Berdasarkan jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Mata Pencaharian dan Agama

No Nama Kelamin Jenis Umur Pendidikan Pencaharian Mata Agama

1 Tumenggung

bupayung laki-laki 65 tidak sekolah berkebun Animisme

2 Muhammad

ali laki-laki 32 tidak sekolah jualan Islam

3 Umi kalsum perempuan 63 tidak sekolah berkebun Islam

4 Betaring laki-laki 58 tidak sekolah berkebun Animisme

5 Nyeruduk laki-laki 59 tidak sekolah berkebun Kristen

6 Nyuling laki-laki 62 tidak sekolah berkebun Animisme

7 Ngangkus laki-laki 35 tidak sekolah berkebun Kristen

8 Tumenggung

Grip laki-laki 48 tidak sekolah berkebun Animisme

9 Selambai laki-laki 48 tidak sekolah berkebun Animisme

10 Majid laki-laki 63 tidak sekolah berkebun Islam

11 Sumping

belale perempuan 72 tidak sekolah berkebun Animisme

12 Besanggo

lalang laki-laki 56 tidak sekolah berkebun Animisme

13 Mangku laki-laki 74 tidak sekolah berkebun Animisme

14 Prabung laki-laki 51 tidak sekolah berkebun Animisme

15 Telamas laki-laki 45 tidak sekolah berkebun Animisme

16 Tarib laki-laki 56 tidak sekolah berkebun, jualan Islam

17 Nugrah laki-laki 45 tidak sekolah berkebun Kristen

18 Siti khadijah perempuan 65 tidak sekolah berkebun Islam

19 Kader laki-laki 44 tidak sekolah berkebun Animisme

20 Betuah laki-laki 16 SD pelajar Animisme

(37)

29

Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi di sekitar pohon jelutung

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang dgnakan Cara pengolahan Habitus

1 Antui Cyathocalyx havilandii Annonaceae buah langsung dimakan pohon

2 Akar kukobu Nothocissus spicifera Vitaceae air dipotong lalu diminum

langsung liana

3 Rotan manau Calamus manan Arecaceae batang muda langsung dimakan palem

4 antui bebulu Horsfieldia subglobosa Myristicaceae buah langsung dimakan pohon

5 Buah bunto Ochanostachys amentacea Olacaceae buah langsung dimakan pohon

6 Buah siu/kuduk kuya Nephelium ramboutan Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

7 Durian haji Durio zibethinus Bombacaceae buah langsung dimakan pohon

8 Durian hantu Durio grandiflorus Bombacaceae buah langsung dimakan pohon

9 Gesing Lithocarpus conocarpus Fagaceae buah langsung dimakan pohon

10 Jengkolut Xerospermum xanthophyllum Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

11 Kabau Archidendron bubalinum Fabaceae buah langsung dimakan pohon

12 Kayu idang Pimeleodendron griffithianum Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

13 Kayu pisang Ochrosia sp. Apocynaceae buah langsung dimakan herba

14 Kayu robung Triomma malaccensis Burseraceae buah langsung dimakan herba

15 Kemiri Aleuriteus mollucana Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

16 Kotomp'on Aglaia sp. Meliaceae buah langsung dimakan pohon

17 Macang rimbo/ tayoz Mangifera foetida Anacardiaceae buah langsung dimakan pohon

18 manggis Garcinia mangostana L Clusiaceae buah langsung dimakan pohon

19 Medang labu/hampo

padi Endospermum diadenum Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon 20 Meranti ramboi Shorea parvifolia Dipterocarpaceae buah langsung dimakan pohon

(38)

30

Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi di sekitar pohon jelutung (lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Cara pengolahan Habitus 22 Penggitan Hypobathrum frutescens Achariaceae buah langsung dimakan pohon

23 Petai Archidendron clipearia Fabaceae buah langsung dimakan pohon

24 Petaling Strombosia ceylanica Gardner Olacaceae buah langsung dimakan pohon

25 Salak Salacca zallaca Arecaceae buah langsung dimakan pohon

26 Sawo Manilkara zapota Sapotaceae buah langsung dimakan pohon

27 Sebokol Fordia johorensis Whitmore Fabaceae buah langsung dimakan palem

28 Tampui kuning Baccaurea reticulate Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

29 Tampui nasi Baccaurea macrophylla Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

30 Tengguli buah Porterandia anisophylla Rubiaceae buah langsung dimakan pohon

31 Tengkerawok Baccaurea dullcis Phyllanthaceae buah langsung dimakan pohon

32 Medang kuning Actinodaphne glomerata lauraceae buah langsung dimakan pohon

33 Megelipoyon Pouteria malaccensis Sapotaceae buah langsung dimakan pohon

(39)

31

Lampiran 3 Tumbuhan pangan hasil wawancara di luar plot

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Cara pengolahan Habitus 1 Ubi kayu Manihot esculenta Euphorbiacea umbi direbus herba

2 Antus Cyathocalyx havilandii Annonaceae buah langsung dimakan pohon

3 Bambang kuyang Arenga pinnata Arecaceae buah langsung dimakan pohon

6 Beyoz Oncosperma horridum Aracaceae buah langsung dimakan pohon

8 Pedaro Nephelium sp.3 Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

9 Sangkuang Dracontomelon mangiferum Anacardiaceae buah langsung dimakan pohon

10 Bunod sp2 buah langsung dimakan pohon

11 Buntor Vatica cf. Pauciflora Dipterocarpaceae buah langsung dimakan pohon

12 Cempedak Artocarpus integer Moraceae buah langsung dimakan pohon

13 Daun penyedap sambal

Elettariopsis sp. Zingiberaceae daun digiling bersamaan

dengan cabe pohon 14 Dekat Nephelielium cf. Unicatum Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

15 Duren daun durio lowianus Bombacaceae buah langsung dimakan pohon

16 Durian marok Durio oxleyanus Bombacaceae buah langsung dimakan pohon

17 Gadung Dioscorea hispida Discoreaceae umbi diiris, direndam di air

mengalir selama 2hari, direbus

terna

18 Gantung tubo sp4 buah langsung dimakan pohon

19 Geretak buah Gardenia sp. Rubiaceae buah langsung dimakan pohon

20 Gitan Aromadendron sp Apocynaceae buah langsung dimakan pohon

21 gonoon Baccaurea macrocarpa Phyllanthaceae buah langsung dimakan pohon

22 Karong paho sp5 buah langsung dimakan pohon

(40)

32

Lampiran 3 Tumbuhan pangan hasil wawancara di luar plot (lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Cara pengolahan Habitus 24 Koncing undi Tinomiscium petiolare Menspermaceae buah langsung dimakan pohon

25 Gitan Aromadendron sp Apocynaceae buah langsung dimakan pohon

26 gonoon Baccaurea macrocarpa Phyllanthaceae buah langsung dimakan pohon

27 Karong paho sp5 buah langsung dimakan pohon

28 Konah Dioscorea filiformis Dioscoreaceae buah langsung dimakan pohon

29 Koncing undi Tinomiscium petiolare Menspermaceae buah langsung dimakan pohon

30 Kotopon Baccaurea sp. Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

31 Langgung sp9 buah langsung dimakan pohon

32 Lempahung Baccaurea lanceolata Phyllanthaceae buah langsung dimakan pohon

33 Manggis Garcinia mangostana Clusiaceae buah langsung dimakan pohon

34 Tunom Sterculia sp. Sterculiaceae buah langsung dimakan pohon

35 Sigom sp 1 buah langsung makan pohon

36 Medang labu/

Hampo padi Endospermum diadenum Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon 37 Nadas/ Rambai Baccaurea motleyana Phyllanthaceae buah langsung dimakan pohon

38 Ngongorid sp11 buah langsung dimakan pohon

39 Pisang kraya Musa acuminate Musaceae buah langsung dimakan herba

40 Rambutan Hutan Nephelium cuspidatum Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

41 Rambutan Kemanai Nephelium cuspodatum Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

42 Ranggung Nephelium eriopetalum Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

43 Ridon Nephelium maingayi Sapindaceae buah langsung dimakan pohon

44 Rinam Baccaurea moetleyana Phyllanthaceae buah langsung dimakan pohon

(41)

33

Lampiran 3 Tumbuhan pangan hasil wawancara di luar plot (lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan Cara pengolahan Habitus 46 Sengkuang Dracontomelon dao Anacardiaceae buah langsung dimakan pohon

47 Sentamon kemang Mangifera caesia Anacardiaceae buah langsung dimakan pohon

48 Siabuk Dimocarpus Fabaceae buah langsung dimakan pohon

49 Suloi sp15 buah langsung dimakan pohon

50 Tampui rimba Baccaurea polyneura Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

51 Tampui sebenggang Baccaurea sp. Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

52 Tampui tupai Baccaurea felucida Baccaureaceae buah langsung dimakan pohon

53 Tandus sp17 buah langsung dimakan pohon

54 Tayoz Mangifera Anacardiaceae buah langsung dimakan pohon

55 Tebu Saccharum officinarum Poaceae batang langsung dimakan herba

56 Tungon Baccaurea angulata Phyllanthaceae buah langsung dimakan pohon

57 Tupa Baccaurea felucida Euphorbiaceae buah langsung dimakan pohon

58 Ubi kelapo Dioscorea filiformis Dioscoreaceae umbi direbus/ dibakar liana

59 Ubi rambat Ipomoea batatas Convolvulaceae umbi direbus/ dibakar liana

60 Duku Lansat Lansium domesticum Meliaceae buah langsung dimakan pohon

(42)

34 Lampiran 4 Tumbuhan obat hasil analisis vegetasi di sekitar pohon jelutung

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Manfaat Bagian yang

digunakan Cara pengolahan Cara pemakaian Habitus 1 Pengendur urat Tinospora

crispa

Menispermace

ae keseleo dan patah tulang daun, akar diremas dicampur air dimandikan kebadan liana 2 Merpuyon Rhodamnia

cinerea

Myrtaceae berak darah air batang batang

dipotong,tunggu

melahirkan akar direbus diminum pohon

5 Kardelo Barringtonia macrostachya

Lecythidaceae badan gatal, demam akar

6 Tebu pungguk Costus specious. Costaceae badan gatal, demam batang dan

daun batang ditumbuk, daun diremas akar digosok pada bagian yang gatal,

8 Pinang hutan Areca catechu Arecaceae sakit gigi buah ditumbuk dimakan palem

9 Lelendingan/goam

besar Curculigo latifolia Dryand

Hypoxydaceae penambah nafsu

makan buah, akar direbus diminum palem

9 Bakung silat Crinumasiaticum Amarillydaceae demam daun direbus diminum herba

10 Bekung Hanguana malayana

(43)

35

Lampiran 4 Tumbuhan obat hasil analisis vegetasi di sekitar pohon jelutung (lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Manfaat Bagian yang

digunakan Cara pengolahan Cara pemakaian Habitus 11 Kedundung

tunjuk Spondias dulcis Anacardiaceae mual-mual, muntah, melancarkan proses melahirkan.

daun direbus diminum pohon

12 Kleketas sp3 sakit perut daun direbus diminum liana

13 Selat demo Syzygium gracilipes Myrtaceae obat batu untuk

anak-anak daun direbus diminum pohon

14 Sentubung Gonocaryum gracile Cardiopteridaceae untuk bayi yang baru

dilahirkan daun direbus dimandikan pohon

15 Siluk Gironniera hirta Cannabaceae batuk daun pohon

16 Bambang

kuyang Arenga pinnata Arecaceae sakit perut daun diremas, tambahkan air ditempel pada perut palem

17 Sisil bening sp5 mencret daun, akar direbus diminum pohon

18 Jelutung

bukit Dyera polyphylla Apocynaceae bisul, luka, gigitan serangga getah langsung digunakan dioles pada bagian yang sakit

pohon

19 Berisil Pometia pinnata Sapindaceae demam, mengecilkan

perut kulit direbus diminum airnya pohon 20 Kayu samak Syzygium pyrifolium Myrtaceae mencret kulit direbus diminum

airnya pohon 21 Selekuntunon Saprosma arboreum Rubiaceae batuk, pilek daun diremas disumbatkan

kehidung pohon 22 Tumtomu Goniothalamus

macrophyllus

Annonaceae sakit gigi kulit batang kulit batang

dicacah digigit pohon 23 Akar kukobu Nothocissus spicifera Vitaceae mencret air akar dipotong langsung

(44)

36 Lampiran 5 Tumbuhan obat hasil wawancara di luar plot

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Manfaat Bagian yang digunakan

Cara pengolahan Cara pemakaian Habitus

1 Duren Durio zibethinus Bombacaceae demam daun daun direbus diminum pohon

2 Akar kancil Smilax zeylanica Smilacaceae meningkatkan

stamina akar direbus diminum liana

3 Akar kolod Syzygium sp. Myrtaceae obat berak darah air batang langsung diminum pohon

4 Akar kuning Arcangelisia flava Menispermaceae demam, malaria akar direbus diminum liana

6 Akar satolu Pericamphylus glaucus

Menispermaceae demam akar diremas, tambahkan

air mandikan liana

7 Alang-alang Stachyphrynium sp.

Maranthaceae demam akar direbus diminum herba

8 Beghut sp1 demam kuro daun direbus diminum liana

9 Berumbung Timonius sp. Rubiaceae demam kulit batang direbus diminum pohon

10 Bunglai Zingiber cassumunar

Zingiberaceae mandiin bayi

baru lahir daun diremas/ditumbuk dimandikan herba 11 Cerako Baccaurea

bracteata

Euphorbiaceae obat kulit, misal

kurap kulit batang ditumbuk,tambahkan sedikit air digosokkan pada bagian yang sakit

pohon

12 Daun cermin Imperata cylindrica

Poaceae luka terkena

benda tajam akar,daun, biji diremas-remas ditempelkan herba

13 Elam sp3 batuk , sesak

napas akar, daun, biji akar, daun direbus, biji langsung dimakan diminum dan dimakan liana 14 Hibul Arenga sp. Arecaceae penguat

(45)

37

Lampiran 5 Tumbuhan obat hasil wawancara di luar plot (lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Manfaat Bagian yang

digunakan Cara pengolahan Cara pemakaian Habitus 15 Jahe Zingiber

officinale

Zingiberaceae mandiin bayi baru

lahir rimpang jahe direbus dimandikan herba 16 Jelatang Toxicodendron

Radicans

Anacardiaceae batuk akar direbus diminum liana

17 Jirak Symplocos fasciculate

Symplocaceae mencret kulit batang direbus diminum pohon

18 Kayu sulai sp6 demam daun direbus diminum pohon

19 Ketepeng Cassia alata Fabaceae panu, kurap daun ditumbuk, campur air

sedikit digosok pohon

20 Kulugo sp8 koreng daun ditumbuk ditempel pohon

21 Kunyit

rimba Stachyphrynium sp.

Maranthaceae sakit perut rimpang di tumbuk, diperas diminum herba

22 Leban Premnatomento.

25 Nango Canangium Annonacaceae gatal-gatal kulit batang dikerok dioles pohon

26 Paku gajah Blechnum oriantale

Blechnaceae obat gatal pangkal daun ditumbuk dioles palem

27 Palm ibul Korthalsia sp Arecaceae senggugut dan

pencegah keguguran umbut diparut lalu dibungkus dengan daun, dibakar ditempelkan diperut palem 28 Pelekuk

(46)

38

Lampiran 5 Tumbuhan obat hasil wawancara di luar plot (lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Manfaat Bagian yang

digunakan Cara pengolahan Cara pemakaian Habitus 29 Puar halus Eltingera sp Zingiberraceae sariawan getah langsung digosok pohon

30 Pulai Alstonia scholaris Burseraceae obat gatal, terkena

serangga getah langsung di oles pohon

31 Rambutan Nephelium cuspidatum Sapindaceae demam daun direbus diminum pohon

32 Rumput

cacing Lophaterum gracile Poaceae obat cacing umbi direbus diminum herba 33 Salung/kores Psychotria viridiflora Rubiaceae koreng kepala bayi daun direbus dimandikan pohon

34 Sedingen sp12 demam daun direbus diminum liana

35 Sekedemek Saprosma arboreum Rubiaceae obat batuk daun rebus diminum liana

36 Sekedi ali sp13 demam kulit batang direbus diminum herba

37 Sempalas Tetracera scandens Dilleniaceae sakit perut akar direbus diminum pohon

38 Semunil sp14 obat anak lahir muda daun direbus diminum herba

39 Sumpodu sp16 demam daun direbus pohon

40 Tunjuk

langit Helminthostachis zeylanica

Botrychiaceae berak darah akar ditumbuk, direbus diminum palem

41 Duku lansat Lansium domesticum Correa

Meliaceae malaria kulit batang direbus diminum pohon

42 Kelumpang Sterculia rubiginosa Sterculiaceae untuk anak bayi yang

tidak menagis buah langsung ditempel didahi bayi pohon 43 Tampui

(47)

39 Lampiran 6 Indeks nilai penting,keanekaragaman dan kemerataan tingkat tiang

pohon

No Nama ilmiah Famili INP

1 Actinodaphne glomerata Lauraceae 5.626

2 Aleuriteus mollucana Euphorbiaceae 7.414

3 Archidendron bubalinum Mimosaceae 3.204

4 Areca catechu Arecaceae 5.626

5 Baccaurea macrophylla Euphorbiaceae 8.719

6 Baccaurea reticulate Euphorbiaceae 8.813

7 Beccaurea pubera Euphorbiaceae 12.613

9 Citrus aurantifolia Rutaceae 4.473

9 Cyathocalyx havilandii Annonaceae 14.933

10 Durio grandiflorus Bombacaceae 10.844

11 Durio zibethinus Bombacaceae 3855

12 Dyera costulata Apocynaceae 19.903

13 Dyera polyphylla Apocynaceae 24.834

14 Gironniera hirta Cannabaceae 4.773

15 Gonocaryum gracile Cardiopteridaceae 6.832

16 Hanguana malayana Hanguanaceae 7.993

17 Horsfieldia subglobosa Myristicaceae 4.473

18 Hypobathrum frutescens Rubiaceae 3.484

19 Mangifera foetida Anacardiaceae 9.356

20 Nephelium ramboutan Sapindaceae 13.011

21 Ochanostachys amentacea Olacaceae 13.732

22 Paropsia vareciformis Flacourtiaceae 3.149

23 Pimeleodendron griffithianum Euphorbiaceae 8.389

24 Pometia pinnata Sapindaceae 5.534

25 Pouteria malaccensis Sapotaceae 20.488

26 Rhodamnia cinerea Myrtaceae 3.437

27 Santiria laevigata Blume Burseraceae 6.874

28 Scaphium macropodum Sterculiaceae 14.235

29 sp 1 sp 1 6.044

30 sp 7 sp 2 7.356

31 Spondias dulcis Anacardiaceae 10.432

32 Sterculia sp. Sterculiaceae 19.555

33 total 300.000

H’ 3.302

E 0.944

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi resort Air Hitam
Gambar 7  Sekolah SAD yang berada : a) di dalam TNBD dan b) diluar TNBD   Mata pencaharian
Gambar 9  Agama responden
Tabel 2  Indeks kemerataan dan keanekaragaman tumbuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat adat Suku Moronene memanfaatkan tumbuhan sebanyak 124 jenis yang dikelompokkan kedalam tiga kelompok pemanfaatan, yaitu sebagai sumber bahan pangan sebanyak 68

(2015) menyebutkan penyebabnya adalah aturan yang kurang mendukung. Agar populasi jelutung tetap terjaga dan mendorong industri pengolahan getah jelutung berkembang dan dalam

Masyarakat adat Suku Moronene memanfaatkan tumbuhan sebanyak 124 jenis yang dikelompokkan kedalam tiga kelompok pemanfaatan, yaitu sebagai sumber bahan pangan sebanyak 68

Indeks keanekaragaman tumbuhan obat pada ketinggian 2000, m.dpl Taman Nasional Gunung Merbabu diperoleh sebesar 0,808, indeks keanekaragaman tumbuhan obat di Taman

Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser sudah berpuluh tahun memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai tanaman obat, hutan alam tempat tanaman obat terdapat

Hasil penelitian dapat memperkaya pengetahuan dalam dunia psikologi, terutama pada psikologi agama yang memfokuskan pada makna Muslim pada suatu masyarakat yang

Dari 78 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk bahan obat tradisional, terdapat 5 jenis yang sudah dikategorikan langka yaitu : akar kuning (Arcangelisia.. flava), pulai

Hasil penelitian di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi dapat disimpulkan bahwa, keanekaragaman jenis tumbuhan paku relatif cukup tinggi yaitu 42 jenis yang