• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebiasaan Makan Sayur dan Buah Ibu Saat Kehamilan Kaitannya dengan Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia Pra Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebiasaan Makan Sayur dan Buah Ibu Saat Kehamilan Kaitannya dengan Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia Pra Sekolah"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIASAAN MAKAN SAYUR DAN BUAH IBU SAAT

KEHAMILAN KAITANNYA DENGAN KONSUMSI

SAYUR DAN BUAH ANAK USIA PRA SEKOLAH

RIZKA FEBRIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kebiasaan Makan

Sayur dan Buah Ibu Saat Kehamilan Kaitannya dengan Konsumsi Sayur dan Buah

Anak Usia Pra Sekolah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

(4)

ABSTRAK

RIZKA FEBRIANA. Kebiasaan Makan Sayur dan Buah Ibu Saat Kehamilan Kaitannya dengan Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia Pra Sekolah. Dibimbing oleh AHMAD SULAEMAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis tingkat konsumsi dan kesukaan sayur dan buah anak usia pra sekolah dan hubungannya dengan kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat kehamilan. Desain cross sectional dengan purposive sampling 102 orang siswa PAUD yang tersebar di Kelurahan Tanah Baru, Beji, Depok digunakan pada studi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 99.0% anak kurang mengonsumsi sayur (<150 g/hari) dan 74.5% anak kurang mengonsumsi buah (<100 g/hari). Sebanyak 57.7% contoh suka sayur dan 77.5% suka buah. Variabel yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah anak adalah dukungan ibu (p<0.05), pendapatan per kapita (p<0.05), kesukaan anak (p<0.05), dan skor morbiditas pada konsumsi sayur (p<0.05), sedangkan variabel yang berhubungan dengan kesukaan anak terhadap sayur dan buah adalah kesukaan ibu sewaktu hamil (p<0.05), frekuensi konsumsi sayur dan buah ibu sewaktu hamil (p<0.05), dan usia pengenalan awal pada buah (p<0.05). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesukaan sayur dan buah pada anak adalah kesukaan ibu sewaktu hamil, selain itu dukungan ibu juga mempengaruhi kesukaan anak terhadap sayur. Kata kunci: anak pra sekolah, buah, kesukaan, konsumsi, sayur

ABSTRACT

RIZKA FEBRIANA. Vegetable and fruit eating habits of mothers during pregnancy related to consumption of vegetable and fruit pre school-aged children. Supervised by AHMAD SULAEMAN.

The aim of this study was to analyze the preferences and consumption levels on vegetables and fruits among preshool-aged children and its relation with the habit of their mother in consuming vegetable and fruit during pregnancy. Cross sectional design with purposive sampling on 102 early childhood school students in village Tanah Baru, Beji, Depok was applied in this study. Almost all children (99.0%) consuming less vegetable (<150 g/day) and 74.5% children consuming less fruit (<100 g/day). About 57.7% children liked vegetable and 77.5% liked fruit. Variables related to children’s vegetable and fruit consumption were mother’s support (p<0.05), per capita income (p<0.05), child’s preference (p<0.05), and morbidity score on vegetable (p<0.05), meanwhile variables related to child’s preference on vegetable and fruit were mother’s preference during pregnancy (p<0.05), vegetable and fruit consumption frequency of mother during pregnancy (p<0.05), and the age of initial introduction on fruit (p<0.05). Factors affected child’s preference on vegetable and fruit was mother’s preference during pregnancy, moreover mother’s support also affected child’s preference towards vegetable.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

KEBIASAAN MAKAN SAYUR DAN BUAH IBU SAAT

KEHAMILAN KAITANNYA DENGAN KONSUMSI

SAYUR DAN BUAH ANAK USIA PRA SEKOLAH

RIZKA FEBRIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

NIM : 114100133

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ahmad MS Pembimbing

Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Kebiasaan Makan Sayur dan Buah Ibu Saat Kehamilan Kaitannya dengan Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia Pra Sekolah. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dr Ir Lilik Kustiyah, MS sebagai dosen pembibing akademik atas bimbingannya dalam pelaksanaan kuliah selama di departemen gizi masyarakat.

3. Ibu Prof Dr Ir Siti Madanijah sebagai dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Orang tua (Kosasih dan Ii Heriani), Demissa Erviana dan Akmal Willyandra (Kakak), Muhammad Zikry (Adik), dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya selama ini.

5. Keluarga Gizi Masyarakat 47 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan. 6. Annizaf yang telah memberikan semangat, bantuan, dukungan, kritik, dan

saran kepada penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Demikian yang bisa penulis sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 6

Desain, Tempat, dan Waktu 6

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Gambaran Umum PAUD 10

Karakteristik Orangtua 11

Usia Orangtua 11

Pendidikan Orangtua 11

Pekerjaan Orangtua 12

Besar Keluarga 12

Pendapatan Per Kapita 13

Pengetahuan Gizi dan Dukungan Ibu 13

Perilaku, Kesukaan, dan Konsumsi Sayur dan Buah Ibu Selama Kehamilan 14

Karakteristik Contoh 16

Usia Pengenalan, Kesukaan, Frekunsi, dan Konsumsi Sayur dan Buah Anak 17

Status Kesehatan 19

Konsumsi Suplemen 21

Hubungan Antar Variabel 22

(10)

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 32

RIWAYAT HIDUP 39

DAFTAR TABEL

1 Distribusi alokasi proporsi responden 7

2 Pengkategorian variabel penelitian 8

3 Sebaran orangtua berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan 11

4 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 12

5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kemiskinan 13 6 Sebaran ibu berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 14 7 Sebaran ibu berdasarkan dukungan ibu terhadap konsumsi sayur dan

buah 14

8 Sebaran ibu berdasarkan kesukaan selama kehamilan terhadap sayur

dan buah 15

9 Sebaran ibu berdasarkan frekuensi konsumsi sayur dan buah saat hamil 16

10 Sebaran contoh berdasarkan usia 17

11 Sebaran contoh berdasarkan usia pengenalan sayur dan buah 17 12 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap sayur dan buah 18 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi sayur dan buah 18 14 Rata-rata frekuensi konsumsi (kali/bulan) dan jumlah konsumsi (g/hari)

berdasarkan jenis sayur dan buah 19

15 Sebaran contoh berdasarkan status sakit dan jenis penyakit dalam tiga

bulan terakhir 20

16 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sakit dan lama sakit dalam tiga

bulan terakhir 21

17 Sebaran contoh berdasarkan skor morbiditas 21

18 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemen 22

19 Sebaran variabel yang berhubungan dengan jumlah konsumsi sayur dan

buah anak 24

20 Hubungan antara kesukaan ibu terhadap sayur dan buah sewaktu hamil

dengan kesukaan anak usia pra sekolah 25

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran jawaban pertanyaan pengetahuan gizi ibu berdasarkan jenis

pertanyaan 32

2 Sebaran jawaban pertanyaan dukungan ibu berdasarkan jenis

pertanyaan 32

3 Sebaran jenis sayur dan buah yang tidak disukai ibu 32 4 Sebaran jenis sayur yang dikonsumsi ibu berdasarkan trimester

kehamilan 33

5 Sebaran jenis buah yang dikonsumsi berdasarkan trimester kehamilan 33

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayur dan buah memiliki banyak manfaat kesehatan. Umumnya, sayur dan buah memiliki kalori yang rendah dan merupakan sumber serat dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Beberapa sayur dan buah juga mengandung senyawa flavonoid yang dapat membantu mencegah kenaikan berat badan serta mengurangi resiko obesitas (Buijsse et al. 2009). Anjuran untuk mengonsumsi sayur dan/ atau buah adalah minimal 5 porsi per hari selama tujuh hari dalam seminggu, namun proporsi kurang makan sayur dan buah di Indonesia sangat tinggi, yakni 93.6% (Riskesdas 2013). Almatsier (2009) menyebutkan porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram (2-3 potong per hari) dan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari adalah 150-200 gram (11/2-2 mangkok per hari). Sepuluh pesan pedoman gizi

seimbang di Indonesia juga menganjurkan untuk banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan. Hal ini disebabkan karena dengan melakukan diet yang tinggi dengan sayur dan buah maka dapat mengurangi resiko penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, beberapa jenis kanker (Hung et al. 2004), diabetes (Liu

et al. 2004), dan struk (Johnsen 2003).

Guillain et al. (2013) menyebutkan beberapa survei yang dilakukan melaporkan konsumsi sayur dan buah pada remaja dan anak-anak kurang dari rekomendasi yang dianjurkan terutama pada sayur. Kebiasaan makan yang salah pada masa anak-anak dapat berlanjut dan menjadi bibit masalah kesehatan yang serius di usia dewasa. Konsumsi makanan yang kurang sehat, tinggi kalori, tanpa disertai dengan makan sayur dan buah yang cukup sebagai sumber serat dan mineral dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas pada anak-anak (Ratu 2011). Tidak sarapan pagi, jajan yang tidak sehat disekolah, kurangnya konsumsi sayur dan buah, terlalu banyak mengonsumsi fast food dan junk food, makan makanan yang mengandung pengawet, pewarna, dan penambah cita rasa merupakan perilaku gizi yang salah pada anak (Nirmala 2012). Beberapa penelitian menyebutkan anak yang makan lebih banyak sayur dan buah memiliki resiko rendah terkena penyakit struk (Ness et al. 2005) dan hipertensi (Moore et al. 2005) di usia dewasa.

(14)

2

perantara sikap. Namun, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktik. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.

Kesamaan konsumsi sayur dan buah pada orang tua dan anak telah ditemukan di beberapa studi. Pengaruh kebiasaan konsumsi sayur dan buah bahkan dapat dimulai pada masa kehamilan. Mennella et al. (2001) menjelaskan bahwa flavors (rasa) pada diet ibu saat masa kehamilan dapat diteruskan kepada janin melalui cairan amniotik dan selanjutnya diteruskan kembali setelah bayi lahir yang mulai mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI). Beberapa studi juga menyebutkan bayi yang minum ASI dapat menerima beragam makanan pada saat masa penyapihan dibandingkan dengan bayi yang minum susu formula. Studi eksperimental yang dilakukan oleh Mennella et al. (2001) menunjukkan bahwa kelompok ibu yang rutin diberikan jus wortel pada trimester ketiga, bayinya dapat menerima sereal dengan rasa wortel lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol pada saat mulai diberikan MP ASI.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti kesukaan dan preferensi sayur dan buah ibu pada saat hamil yang dikaitkan dengan kesukaan anak terhadap sayur dan buah di usia prasekolah. Menurut Widyawati (2009) semakin tinggi tingkat kesukaan dan preferensi anak terhadap sayur dan buah maka akan semakin tinggi pula tingkat konsumsinya.

Perumusan Masalah

Konsumsi sayur dan buah pada masyarakat Indonesia masih kurang dari rekomendasi yang dianjurkan yaitu penduduk dikategorikan ‘cukup’ mengonsumsi sayur dan buah apabila makan sayur dan/atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu, namun proporsi kurang makan sayur dan buah pada penduduk Indonesia juga sangat tinggi yakni 93.6% (Riskesdas 2013) tidak berubah dari Riskesdas 2007. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan konsumsi sayur dan buah pada penduduk Indonesia dalam kurun waktu 6 tahun. Sayur dan buah mengandung banyak vitamin serta mineral yang merupakan komponen gizi penting bagi tubuh. Selain itu, sayur dan buah juga merupakan sumber serat yang sangat berguna bagi pencernaan makanan dalam tubuh.

(15)

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat konsumsi dan kesukaan sayur dan buah anak usia pra sekolah dan hubungannya dengan kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat kehamilan.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan karakteristik ibu.

2. Mengidentifikasi kebiasaan dan perilaku makan sayur dan buah ibu saat kehamilan, pengetahuan gizi ibu, dukungan ibu, kesukaan dan kebiasaan makan sayur dan buah anak, serta status kesehatan anak.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik ibu, dukungan ibu dengan pengetahuan gizi ibu.

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, kesukaan anak, skor morbiditas, dukungan ibu dengan jumlah konsumsi sayur dan buah anak. 5. Menganalisis hubungan antara kebiasaan dan kesukaan makan sayur dan

buah ibu saat hamil, usia pengenalan awal sayur dan buah anak dengan kesukaan makan sayur dan buah anak.

6. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada kesukaan anak terhadap sayur dan buah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi yaitu pendidikan gizi sebelum kehamilan sebagai faktor yang berperan penting dalam pembentukan kebiasaan makan sayur dan buah anak yang dimulai sejak dini. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil langkah atau kebijakan yang tepat dan efektif dalam upaya meningkatkan konsumsi sayur dan buah di Indonesia.

KERANGKA PEMIKIRAN

(16)

4

pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang berperan dalam hal penyediaan pangan bagi keluarga. Jika pendapatan seseorang semakin tinggi, maka semakin besar daya beli dan semakin banyak dan beragam jumlah pangan yang dikonsumsi. Semakin besar keluarga juga mempengaruhi pembagian makanan yang ada dalam keluarga.

Konsumsi sayur dan buah memiliki banyak manfaat kesehatan. Buah dan sayur memiliki kalori yang rendah namun menjadi sumber serat dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Beberapa sayur dan buah juga mengandung senyawa flavonoid yang dapat membantu mencegah kenaikan berat badan serta mengurangi resiko obesitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2008) menunjukkan bahwa semakin sering frekuensi konsumi sayur dan buah maka semakin singkat lama sakit flu dan diare yang diderita sampel. Zakaria et al. (2000) menyebutkan intervensi sayur dan buah yang mengandung vitamin E dan C yang tinggi dapat menanggulangi radikal bebas dan kerusakan sistem imun. Sayur dan buah merupakan pangan yang kaya akan sumber zat gizi, termasuk senyawa fitokimia. Fitokimia ini mempunyai mekanisme aksi saling melengkapi atau tumpang tindih dengan zat gizi lain, termasuk didalamnya untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh (Lampe 1999).

Guillain et al. (2013) menyebutkan beberapa survey melaporkan konsumsi sayur dan buah kurang dari rekomendasi yang dianjurkan terutama pada remaja dan anak-anak. Banyak dijumpai anak prasekolah tidak suka mengonsumsi sayur dan buah yang terasa asing baginya. Hal ini bisa disebabkan karena mereka tidak pernah dikenalkan secara dini terhadap sayur dan buah tersebut. Kebiasaan keluarga mempengaruhi reaksi serta kebiasaan anak terhadap makanan. Makanan dapat disukai atau dihindari oleh anak jika orangtuanya tidak pernah memakan makanan tersebut.

Sangatlah penting untuk memperkenalkan sayur dan buah sejak dini kepada anak. Pengenalan sayur dan buah terhadap anak dapat dilakukan sejak ibu dalam masa kehamilan. Menurut penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Mennella

(17)

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran konsumsi sayur dan buah anak kaitannya dengan kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat kehamilan

Karakteristik Orangtua

 Usia

 Pendidikan

 Pekerjaan

Pengetahuan Gizi Ibu

Karakteristik Anak

 Jenis kelamin

 Usia Dukungan Ibu

 Ketersediaan sayur dan buah

 Ajakan memakan sayur dan buah

Riwayat kebiasaan makan sayur dan buah Ibu saat hamil

 Kesukaan

 Jenis

 Frekuensi

Status Kesehatan Anak

 Status sakit

 Jenis penyakit

 Frekuensi sakit

 Lama sakit

 Skor morbiditas Kebiasaan Makan Sayur dan Buah Anak

 Frekuensi

 Jenis

 Jumlah Karakteristik

Keluarga

 Pendapatan Keluarga

 Besar Keluarga

Kesukaan Anak Usia pengenalan sayur dan buah

(18)

6

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive yaitu di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok yang dapat mewakili daerah Kota Depok. Terdapat enam tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dijadikan sasaran penelitian, yaitu PAUD Muqorrobin, PAUD Rumah Iqra, PAUD Nurul Anwar, PAUD Al-Fattah, PAUD Madani, dan PAUD Asy-Syifa. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2014, sedangkan pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2014.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Penarikan contoh menggunakan metode purposive sampling. Penentuan jumlah anak minimal didasarkan pada rumus perhitungan Lemeshow et al. (1991).

n ≥ (Z1-α)2 (p) (1-p)

d2 Keterangan

n : Jumlah contoh minimum Z1-α : Tingkat kepercayaan 95%

p : Proporsi responden dengan dukungan orangtua positif terhadap konsumsi sayur dan buah 32.3% atau 0.323 (Fibrihirzani 2012)

d : Ketetapan penelitian = 0.1

Berdasarkan rumus di atas, maka besaran sampel minimal yang menjadi sasaran penelitian ini adalah 84 orang. Untuk mengantisipasi adanya responden yang drop-out maka jumlah responden tersebut ditambah menjadi 100 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi:

1) Sampel berusia 3-6 tahun.

2) Sampel tinggal bersama kedua orangtuanya (ibu kandung).

3) Ibu dari sampel bersedia untuk diwawancara dengan memberikan jawaban dan keterangan yang jelas.

Karena pengambilan data diambil pada enam tempat PAUD yang tersebar di Kelurahan Tanah Baru, maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara

proportional random sampling dengan menggunakan rumus: n = × N min

Keterangan:

n : jumlah contoh PAUD b : jumlah anak di PAUD

p : populasi anak diseluruh PAUD

N min : jumlah contoh minimal

(19)

Tabel 1 Distribusi alokasi proporsi responden

No Nama PAUD Jumlah sampel

1 Rumah Iqra =31/286×100 =11

2 Al-Muqorrobin =48/286×100 =17

3 Nurul Anwar =43/305×100 =15

4 Al-Fattah =65/305×100 =23

5 Madani =41/305×100 =15

6 Asy-Syifa =58/305×100 =21

Total 102

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga dan pendapatan orangtua), karakteristik contoh (jenis kelamin dan usia), karakteristik orangtua (usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan gizi ibu, dukungan ibu), status kesehatan anak (status sakit, jenis penyakit, frekuensi penyakit, lama sakit, dan skor morbiditas), kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat hamil (jenis, frekuensi, dan kesukaan), dan konsumsi sayur dan buah anak (frekuensi, jenis, jumlah, kesukaan, usia pengenalan) diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan kuisioner yang dilakukan terhadap ibu.

Data kesukaan dan preferensi anak diperoleh menurut pandangan ibu. Konsumsi pangan dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan kuisioner food frequency semi quantitative untuk mengetahui frekuensi makan, jenis pangan, dan jumlah sayur dan buah yang dikonsumsi anak. Data sekunder meliputi kondisi umum dan jumlah siswa di sekolah PAUD yang diperoleh melalui wawancara pengelola sekolah dan arsip sekolah.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa data nominal, ordinal, dan skala. Pengolahan data diawali dengan pemeriksaan kelengkapan data kemudian mengolah dan menganalisis data berdasarkan kategori pengukuran masing-masing dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel 2010. Karakteristik contoh yaitu jenis kelamin dan usia contoh. Usia dikategorikan menjadi 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun. Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi/ Akademi.

(20)

8

bulan. Berikut merupakan pengkategorian dan analisis variabel penelitian yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian

Variabel Kategori pengukuran Sumber

Karakteristik keluarga

Besar keluarga 1. Kecil (≤4 orang) 2. Sedang (5-6 orang)

Pengetahuan gizi ibu 1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60-80%) 3. Baik (>80%)

Khomsan 2000

Skor morbiditas 1. Rendah (0-19) 2. Sedang (20-39) 3. Tinggi (40-58)

Dijaissyah 2011

Frekuensi makan sayur dan buah ibu saat hamil

1. Jarang (≤1 kali/hari)

1. Kurang (˂150 g/hari/ <1,5 porsi/hari) 2. Cukup (≥150g/hari/ ≥1,5 porsi/hari) 1. Kurang (<100 g/hari/ <1 ptg/hari) 2. Cukup (≥100 g/hari/ ≥1 ptg/hari)

Serrano & Powell

Analisis data menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010 dan

SPSS 16.0 for Windows, dengan analisis sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif meliputi:

a. Karakteristik contoh meliputi usia dan jenis kelamin.

b. Karakteristik keluarga meliputi besar keluarga dan pendapatan perkapita. c. Karakteristik ibu meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan.

d. Pengetahuan gizi ibu, dukungan ibu, dan kesukaan, perilaku, dan konsumsi sayur dan buah ibu selama kehamilan.

e. Kebiasaan makan sayur dan buah anak meliputi: Frekuensi, jenis, jumlah, dan kesukaan serta usia pengenalan anak terhadap sayur dan buah.

f. Status kesehatan anak meliputi status sehat, jenis penyakit, frekuensi sakit, lama sakit, dan skor morbiditas.

2. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan variabel antara:

(21)

c. Pendapatan per kapita dan besar keluarga dengan jumlah konsumsi sayur dan buah anak.

d. Dukungan ibu dengan jumlah konsumsi sayur dan buah anak. e. Jumlah konsumsi dengan skor morbiditas.

f. Kesukaan anak dengan jumlah konsumsi sayur dan buah. g. Usia pengenalan sayur dan buah dengan kesukaan anak.

3. Uji korelasi Chi Square digunakan untuk melihat hubungan variabel antara: a. Kesukaan ibu sewaktu hamil dengan kesukaan anak saat ini.

b. Frekuensi konsumsi sayur dan buah ibu saat hamil dengan kesukaan anak saat ini.

4. Uji beda Independent Sample t-test digunakan untuk melihat perbedaan konsumsi suplemen dengan frekuensi sakit, lama sakit, dan skor morbiditas, serta untuk melihat perbedaan pekerjaan ibu dengan pengetahuan gizi ibu. 5. Uji regresi logistic digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kesukaan anak terhadap sayur dan buah.

Definisi Operasional

Sayur dan Buah semua tumbuhan pangan yang dapat dimakan kecuali butir gandum, kacang-kacangan, benih, daun teh, biji kopi, coklat, rempah-rempah, dan bumbu.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan satu dapur serta bergantung pada sumber penghidupan yang sama. Pendapatan perkapita adalah pendapatan keluarga (ayah dan ibu) dibagi dengan

jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh ayah dan ibu.

Anak usia pra sekolah adalah anak laki-laki atau perempuan berusia 3-6 tahun yang menjadi contoh dalam penelitian dan tinggal bersama orangtua. Karakteristik orangtua adalah orangtua dari siswa PAUD yang diketahui dari

usia, pendidikan, dan pekerjaan yang menjadi responden (ibu kandung) dalam penelitian.

Usia orangtua adalah usia orangtua saat dilakukan pengambilan data penelitian. Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh

orangtua.

Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan yang dilakukan orangtua sebagai sumber pendapatan bagi keluarga.

Pengetahuan gizi ibu adalah wawasan ibu tentang hal-hal yang berhubungan dengan sayur dan buah yang tercermin dari kemampuan ibu menyebutkan jawaban yang benar dari sejumlah pertanyaan yang diajukan.

Dukungan ibu adalah upaya yang dilakukan ibu dengan cara menganjurkankan serta menyediakan sayur dan buah sehari-hari.

(22)

10

Kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat hamil mencakup frekuensi dan jenis sayur dan buah yang sering dikonsumsi ibu pada saat kehamilan. Konsumsi sayur dan buah anak dinilai berdasarkan frekuensi makan sayur dan

buah, jenis, serta jumlah yang dikonsumsi oleh anak.

Kesukaan adalah penilaian suka atau tidaknya ibu dan anak terhadap jenis sayur dan buah untuk dikonsumsi setiap hari.

Usia pengenalan anak terhadap sayur dan buah adalah usia pertama kali ketika anak mulai diperkenalkan dengan sayur dan buah.

Konsumsi suplemen adalah pernyataan ya atau tidak-nya ibu bahwa anak mengonsumsi suplemen setiap hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum PAUD

Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini diatur secara rinci pada pasal 28 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia nomer 20 tentang Sistem Pendidikan Anak Usia Dini bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non-formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau berbentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang menjadi sasaran dalam penelitian ini merupakan PAUD yang bergabung dalam kesatuan Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia (HIMPAUDI) yang ada di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok. Terdapat enam PAUD di Kelurahan Tanah Baru, Beji yang menjadi sasaran penelitian, yaitu PAUD Rumah Iqra, Al-Muqorrobin, Nurul Anwar, Al-Fattah, Madani, dan Asy-Syifa. Anak-anak yang dapat bersekolah di PAUD tersebut yaitu yang berusia 3-7 tahun.

Dasar pembelajaran yang ada pada PAUD ini mengajarkan anak mengenai moral dan agama. Kurikulum yang diajarkan pada PAUD non-formal ini berdasarkan kurikulum pusat yang penyusunannya diselenggarakan oleh HIMPAUDI. Anak-anak diberikan buku paket berupa majalah yang dibagikan pada saat awal masuk. Operasi PAUD ini berasal dari iuran per bulan yaitu sebesar Rp40 000-Rp55 000 dan uang kas Rp10 000,-/bulan. Jumlah tenaga kerja dan guru yang bekerja pada PAUD ini berbeda-beda. Rata-rata jumlah guru yang dipekerjakan sebanyak 3-6 orang serta memiliki satu orang kepala sekolah yang merangkap sebagai petugas administrasi. Jumlah murid paling banyak terdapat pada PAUD Al-Fattah yaitu sebanyak 65 orang.

(23)

Karakteristik Orangtua

Usia Orangtua

Usia ibu pada penelitian ini berkisar antara 23-44 tahun dengan rata-rata 32.7 ± 4.8 tahun sedangkan usia ayah berkisar antara 27-57 tahun dengan rata-rata 37.2 ± 5.5. Berdasarkan pengelompokan usia menurut Turner dan Helms (1995), 37.3% ibu dan 13.7% ayah tergolong usia dewasa muda yaitu pada usia 20-30 tahun. Sebanyak 62.7% ibu dan 85.3% ayah tergolong usia dewasa madya (31-50 tahun) dan sisanya 1.0% ayah tergolong usia dewasa lanjut dengan rentang usia 51-75 tahun (Tabel 3). Ibu berusia muda terkadang lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi (Ariefani 2009). Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock 1998).

Tabel 3 Sebaran orangtua berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan

Karakteristik orangtua Ibu Ayah

n % n %

Usia

Dewasa muda 38 37.3 14 13.7

Dewasa madya 64 62.7 87 85.3

Dewasa lanjut 0 0.0 1 1.0

Total 102 100.0 102 100.0

Pendidikan

Tamat SD/sederajat 3 2.9 4 3.9

Tamat SMP/sederajat 9 8.8 2 2.0

Tamat SMA/sederajat 64 62.7 64 62.7

PT/Akademi 26 25.5 32 31.4

Total 102 100.0 102 100.0

Pekerjaan

PNS 3 2.9 10 9.8

Karyawan swasta 8 7.8 47 46.1

Wiraswasta 4 3.9 26 25.5

IRT 80 78.4 0 0.0

Buruh 3 2.9

Lainnya 7 6.9 16 15.7

Total 102 100 102 100.0

Pendidikan Orangtua

(24)

12

Tinggi/Akademi pada 25.5% ibu dan 31.4% ayah. Sisanya, sebanyak 8.8% ibu dan 2.0% ayah berpendidikan SMP dan masih terdapat orangtua yang berpendidikan SD sebesar 2.9% ibu dan 3.9% ayah.

Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan atau mata pencaharian berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan terkait dengan faktor-faktor lain seperti kesehatan. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umumnya ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (78.4%) dan hanya sebesar 21.6% yang bekerja yaitu antara lain sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta, wiraswasta, dan guru. Seorang istri yang merangkap sebagai wanita pekerja harus membagi waktunya antara bekerja dan pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah serta mengasuh dan mendidik anaknya. Berdasarkan hal tersebut bisa diperkirakan bahwa porsi terbesar pendapatan diperoleh dari ayah untuk menghidupi keluarga. Ayah yang berperan sebagai kepala keluarga paling banyak bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 46.1%. Sisanya ayah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) (9.8%), wiraswasta (25.5%), buruh (2.9%), dan lainnya (15.7%).

Besar Keluarga

Besar keluarga menurut Sukandar (2008) adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Hasil dari penelitian ini jika digolongkan menurut BKKBN (1998), yaitu sebagian besar (72.5%) responden tergolong dalam keluarga kecil yang memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari empat orang. Sisanya sebesar 27.5% termasuk dalam kategori keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5-6 orang (Tabel 4). Menurut Suhardjo (1989), jumlah anggota keluarga memiliki andil dalam permasalahan gizi. Jika jumlah anggota keluarga sedikit, maka keluarga akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebaliknya, jika jumlah anggota keluarga banyak, maka keluarga akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Oleh karena itu, besar keluarga juga akan mempengaruhi kesehatan anggota keluarga. Rata-rata keluarga pada penelitian ini yaitu 4 ± 0.8 orang yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan 1-2 orang anak.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga n %

Kecil (≤ 4 orang) 74 72.5

Sedang (5-6 orang) 28 27.5

Besar (≥7 orang) 0 0.0

Total 102 100.0

(25)

Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita per bulan menunjukkan garis kemiskinan penduduk di suatu wilayah. World Bank menggunakan dasar jumlah pendapatan per kapita dalam standar mata uang dollar, yaitu dikatakan miskin jika pendapatan per kapita dibawah 2$ per hari. Tabel 5 menunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori rumah tangga tidak miskin (72.5%). Namun, masih terdapat contoh yang termasuk dalam kategori rumah tangga miskin (27.5%). Rata-rata pendapatan perkapita per bulan per orang adalah Rp1 065 866. Porsi terbesar pendapatan pada penelitian ini diperoleh dari ayah selaku kepala keluarga. Suhardjo (1989) menyebutkan dengan meningkatnya pendapatan perorangan, maka terjadilah perubahan-perubahan dalam hal susunan makanan sehingga kebiasaan makan pun cenderung berubah.

Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kemiskinan

Kategori kemiskinan n %

Miskin (<Rp709 380/org/bln) 28 27.5

Tidak miskin (≥Rp709 380/org/bln) 74 72.5

Total 102 100.0

Rata-rata ± SD (Rp/org/bln) Rp1 065 866 ± 565 041

Pengetahuan Gizi dan Dukungan Ibu

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi ibu dalam penelitian ini menggambarkan tingkat pemahaman ibu terhadap sayur dan buah. Beberapa pertanyaan yang diajukan diantaranya adalah porsi sayuran dan buah minimal yang harus dimakan setiap harinya dan akibat dari jika kekurangan makan sayur dan buah. Menurut Khomsan et al. (2013), pengetahuan gizi tentang sayur dan buah sangat penting untuk dipahami oleh ibu. Hal ini dikarenakan sering kali dalam praktik konsumsi pangan sehari-hari, sayuran merupakan pangan yang tidak disukai oleh balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak mengetahui porsi minimal mengonsumsi sayur dan buah per harinya, yakni hanya 8.8% yang menjawab benar untuk buah dan 41.2% untuk sayur. Menurut Almatsier (2009) porsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa sehari adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan adalah 150-200 gram atau 11/2-2 mangkok sehari. Selain itu,

hanya sebesar 37.3% ibu yang mengetahui sayur-sayuran yang mengandung vitamin A, asam folat, dan B1 yang penting pada masa kehamilan ada pada sayuran yang daunnya berwarna hijau tua (Sriwahyuni et al. 2013). Cara pengolahan sayur yang baik penting diketahui untuk meminimalisir terjadinya kehilangan zat gizi pada sayuran. Namun hanya sebesar 66.7% ibu yang mampu menjawab benar dalam pengolahan sayur yaitu dengan cara dicuci, dipotong, baru kemudian dilakukan pemasakan (Lampiran 1).

(26)

14

(36.3%) dan masih ada ibu yang memiliki pengetahuan gizi kurang yaitu sebesar 15.7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan gizi ibu mengenai sayur dan buah sudah tergolong cukup baik (74 ± 12.3).

Tabel 6 Sebaran ibu berdasarkan tingkat pengetahuan gizi

Tingkat pengetahuan gizi ibu n %

Kurang (<60%) 16 15.7

Sedang (60-80%) 49 48.0

Baik (>80%) 37 36.3

Total 102 100.0

Rata-rata ± SD 74 ± 12.3

Dukungan Ibu

Dukungan ibu dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan ibu kepada anak dalam hal mengonsumsi sayur dan buah. Pertanyaan diberikan dalam bentuk ketersediaan sayur dan buah di rumah serta peran ibu untuk mengajak anaknya mengonsumsi sayur dan buah. Dukungan ibu dikatakan positif artinya ibu memberikan dukungan terhadap anaknya untuk mengonsumsi sayur dan buah. Sebaliknya, dukungan dikatakan negatif artinya ibu kurang memberikan dukungan terhadap anaknya untuk mengonsumsi sayur dan buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat diketahui lebih banyak ibu yang memiliki dukungan yang positif (56.9%) dibandingkan yang negatif (43.1%) untuk mendukung konsumsi sayur dan buah anaknya (Tabel 7). Dukungan ibu tergolong positif jika semakin tinggi ketersediaan sayur dan buah di rumah dan ibu rajin mengajak anaknya agar mau memakan sayur dan buah.

Tabel 7 Sebaran ibu berdasarkan dukungan ibu terhadap konsumsi sayur dan buah anak

Dukungan ibu n %

Negatif (<0.5) 44 43.1

Positif (≥0.5) 58 56.9

Total 102 100.0

Rata-rata ± SD 2.5 ± 3.5

Perilaku, Kesukaan, dan Konsumsi Sayur dan Buah Ibu Selama Kehamilan

(27)

dikonsumsi setiap hari sedangkan kesukaan negatif artinya responden kurang menyukai sayur dan buah untuk dikonsumsi setiap hari.

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 67.6% ibu memiliki kesukaan positif terhadap sayur dan 85.3% terhadap buah. Sayur yang paling banyak disukai ibu adalah bayam (33.8%), wortel (22.5%), dan katuk (12.5%). Hal ini dikarenakan ibu berpendapat bahwa sayuran tersebut banyak mengandung vitamin, zat besi (pada bayam), dan sayuran katuk dapat memperbanyak ASI. Buah yang paling disukai ibu adalah jeruk (29.7%) dan apel (15.8%) dengan alasan banyak mengandung vitamin C.

Jenis sayur yang tidak disukai atau dihindari oleh ibu paling banyak adalah pare (35.0%) dengan alasan rasanya yang pahit. Selain itu kangkung (20.0%) serta daun singkong dan daun pepaya masing-masing 10.0% tidak disukai ibu karena selain rasa dari sayuran tersebut pahit namun juga dihindari karena dapat menyebabkan asam urat/ gout. Gout adalah suatu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Dalam pengelompokan bahan makanan menurut kadar purinnya, bayam, daun singkong, kangkung, asparagus dan daun pepaya merupakan jenis bahan makanan kelompok 2 yang memiliki kandungan purin sedang (9–100 mg purin/100 g bahan makanan) (Almatsier 2010). Buah yang paling tidak disukai atau dihindari oleh ibu adalah durian (29.1%) dan nanas (12.7%).

Tabel 8 Sebaran ibu berdasarkan kesukaan selama kehamilan terhadap sayur dan buah

Kesukaan n Sayur % n Buah %

Positif 69 67.6 87 85.3

Negatif 33 32.4 15 14.7

Total 102 100.0 102 100.0

Konsumsi sayur dan buah ibu selama kehamilan dalam penelitian ini berupa jenis-jenis yang biasa ibu makan pada saat kehamilan. Ibu paling banyak mengonsumsi bayam (31.0%), wortel (21.0%), dan katuk (10.0%) dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya, sedangkan buah yang paling sering dikonsumsi ibu adalah jeruk (23.0%), apel (20.0%), pisang (11.0%), dan pepaya (11.0%). Ibu paling banyak mengonsumsi sayur selama kehamilan yakni pada trimester ketiga (44.2%) dan buah pada trimester kedua (42.0%). Mengonsumsi sayur dan buah sangat penting dilakukan ibu saat kehamilan untuk kesehatan ibu dan janin. Sayuran yang berwarna hijau dan jingga seperti bayam, wortel, tomat, serta buah-buahan bewarna kuning jingga, seperti pepaya, dan mangga, merupakan sumber vitamin A dalam bentuk pro vitamin A (karoten), vitamin C, dan asam folat yang penting untuk kesehatan ibu dan janin (Almatsier et al. 2011).

(28)

16

2011). Vitamin A memegang peranan penting dalam reproduksi, penglihatan, sistem imun, dan diferensiasi sel, sedangkan vitamin C merupakan antioksidan yang diperlukan untuk mencegah infeksi, kanker, dan penyakit jantung koroner (Almatsier et al. 2011).

Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar ibu jarang mengonsumsi sayur (47.1%) dan buah (52.9%). Frekuensi konsumsi dikatakan jarang jika mengonsumsi ≤1 kali/hari (Almatsier 2009). Tabel 9 juga menunjukkan sebesar 37.3% ibu mengonsumsi sayur dan 41.2% ibu mengonsumsi buah tergolong sering dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu dalam hal mengonsumsi sayur dan buah selama kehamilan adalah penting untuk dilakukan demi kesehatan ibu dan janin yang dikandung.

Tabel 9 Sebaran ibu berdasarkan frekuensi konsumsi sayur dan buah saat hamil

Frekuensi konsumsi n Sayur % n Buah %

Jarang (≤1 kali/hari) 48 47.1 54 52.9

Kadang-kadang (1<x<2 kali/hari) 16 15.7 6 5.9

Sering (≥2 kali/hari) 38 37.3 42 41.2

Total 102 100.0 102 100.0

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa 87.0% ibu tidak melakukan komunikasi kepada janin saat makan sayur dan buah selama kehamilan. Pendidikan tentang makanan kepada anak dapat dilakukan sejak dalam masa kandungan dengan cara berkomunikasi kepada janin. Berkomunikasi dengan bayi saat dikandungan penting untuk dilakukan karena pada usia 23 minggu kehamilan pendengaran bayi sudah berkembang dan janin sudah mulai bisa mendengar suara-suara diluar perut ibunya. Berkomunikasi dengan calon bayi atau janin saat masih didalam kandungan dapat dilakukan dengan cara memijat perut sambil berbicara dengan calon bayi yang dilakukan setelah umur kehamilan mencapai 3 bulan (Manrique et al. 1996).

Karakteristik Contoh

Usia dan Jenis Kelamin Contoh

Usia anak prasekolah yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah dari usia 3-6 tahun. Menurut Yuliana (2007) yang dimaksud dengan anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun yang belum memasuki sekolah dasar (SD). Tabel 10 menunjukkan sebagian besar (59.8%) contoh berusia 60-72 bulan (5-6 tahun). Sisanya berusia 48-60 bulan (27.5%) dan 36-48 bulan (12.7%) dengan rata-rata usia 59.8 ± 8.8 bulan.

(29)

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan usia Umur contoh

(bulan)

Laki-laki Perempuan Total

(%)

n % n %

36-48 3 5.8 10 20.0 12.7

48-60 13 25.0 15 30.0 27.5

60-72 36 69.2 25 50.0 59.8

Total 52 100.0 50 100.0 100.0

Rata-rata ± SD 61.4 ± 8 58.2 ± 9.3 59.8 ± 8.8

Usia Pengenalan, Kesukaan, Frekuensi, dan Konsumsi Sayur dan Buah Anak

Usia Pengenalan Anak Terhadap Sayur dan Buah

Sayur dan buah merupakan pangan yang penting untuk diperkenalkan kepada bayi pada awal pemberian makanan pendamping ASI yang sebaiknya diberikan dalam bentuk bubur tanpa tambahan gula, garam, dan margarin (Accredited Practising Dietitiens 2004). Dapat diketahui pada Tabel 11 bahwa sebagian besar anak mulai diperkenalkan dengan sayur (58.8%) dan buah (57.8%) pada usia 6–7 bulan. Namun, masih ada ibu yang baru memperkenalkan anaknya dengan sayur dan buah pada usia ≥12 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa setengah dari perilaku ibu pada penelitian ini dalam hal mengenalkan sayur dan buah kepada anak sudah tergolong cukup baik.

Tabel 11 juga menunjukkan adanya ibu yang sudah mulai memperkenalkan sayur dan buah kepada anak ketika anak dibawah usia 6 bulan (3.9% pada sayur dan 8.8% pada buah). Pada usia dibawah 6 bulan, biasanya sistem pencernaan bayi belum terbentuk sempurna, maka dikhawatirkan bayi menjadi alergi dan bisa terkena diare ketika sudah diperkenalkan dengan makanan. Selain itu, pada penelitian ini ibu cenderung memperkenalkan buah terlebih dahulu (34.3%) kemudian anak baru diperkenalkan dengan sayur (21.6%). Sebaiknya sayuran diperkenalkan terlebih dahulu dibandingkan dengan buah agar pada masa awal pemberian bayi tidak terbiasa dengan makanan yang manis yang akibatnya bayi suka menolak pemberian sayur (Accredited Practising Dietitiens 2004).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan usia pengenalan sayur dan buah Usia pengenalan

(bulan)

Sayur Buah

n % n %

<6 4 3.9 9 8.8

6–7 60 58.8 59 57.8

8–9 22 21.6 21 20.6

10–11 1 1.0 2 2.0

≥12 15 14.7 11 10.8

Total 102 100.0 102 100.0

Kesukaan Anak Terhadap Sayur dan Buah

(30)

18

merupakan penilaian suka atau tidaknya anak menurut pandangan ibu untuk mengonsumsi sayur dan buah setiap hari. Kesukaan positif menunjukkan bahwa ibu menilai bahwa anaknya menyukai sayur dan buah untuk dikonsumsi setiap hari sedangkan kesukaan negatif menunjukkan ibu menilai bahwa anaknya tidak menyukai sayur dan buah untuk dikonsumsi setiap hari. Menurut Walker (2005) banyak dijumpai anak pra sekolah tidak suka mengonsumsi sayur dan buah yang terasa asing baginya. Hal ini bisa disebabkan karena mereka tidak pernah dikenalkan secara dini oleh sayur dan buah tersebut. Kebiasaan keluarga mempengaruhi reaksi serta kebiasaan anak terhadap makanan. Makanan dapat disukai atau dihindari oleh anak jika orangtuanya tidak pernah memakan makanan tersebut.

Tabel 12 menunjukkan anak-anak lebih menyukai buah (77.5%) yang rasanya manis dibandingkan dengan sayur (57.7%). Sayur yang paling banyak disukai anak adalah wortel (45.0%) dikarenakan rasanya yang manis. Selain itu, anak juga menyukai bayam karena teksturnya yang lunak sehingga mudah ditelan. Buah yang paling banyak disukai anak adalah jeruk (26.0%). Hal ini dikarenakan rasanya yang manis dan banyak kandungan air dalam jeruk sehingga anak menyukainya. Selain itu pisang (14.0%) dan apel (11.0%) merupakan buah yang favorit menjadi kesukaan anak. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang menyukai rasa manis yang banyak ada pada buah dibandingkan rasa pahit yang biasanya ada pada sayur. Buah pada umumnya lebih banyak mengandung vitamin dan sedikit mengandung mineral sedangkan pada sayur umumnya lebih banyak mengandung mineral (Brown 2008) yang penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap sayur dan buah Kesukaan

Sayur

Total (%)

Buah

Total (%)

L P L P

n % n % n % n %

Positif 35 67.3 24 48.0 57.7 39 75.0 40 80.0 77.5 Negatif 17 32.7 26 52.0 42.3 13 25.0 10 20.0 22.5 Total 52 100.0 50 100.0 100.0 52 100.0 50 100.0 100.0 Jumlah dan Frekuensi Konsumsi Sayur dan Buah

Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi sayur dan buah disajikan pada Tabel 13 berikut. Konsumsi dikatakan kurang jika contoh mengonsumsi sayur kurang dari 150 g/ hari dan buah kurang dari 100 g/hari.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi sayur dan buah

Tingkat konsumsi n Sayur % n Buah %

Kurang [<150 g/ hari (sayur) <100 g/hari (buah)] 101 99.0 76 74.5 Baik [150 g/hari (sayur) dan ≥100 g/hari (buah)] 1 1.0 26 25.5

Total 102 100.0 102 100.5

(31)

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa hampir semua anak kurang dalam mengonsumsi sayur (99.0%) dan buah (74.5%). Rata-rata konsumsi sayur adalah 56 ± 30 g/hari, yaitu hanya sekitar 37.3% dari yang direkomendasikan, sedangkan, rata-rata konsumsi buah anak per hari lebih baik yaitu 84 ± 77 g/hari yang berarti anak sudah mengonsumsi buah 84.0% dari yang dianjurkan menurut Serrano dan Powell (2013). Anak-anak mengonsumsi buah sebesar 44.1% dan sayur sebesar 60.8% sebanyak ≥7 kali/minggu. Hal Ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, sebesar 44.1% anak mengonsumsi sayur dan 60.8% anak mengonsumsi buah setiap hari dalam seminggu.

Tabel 14 menunjukkan bahwa sayur yang paling sering dikonsumsi oleh anak adalah wortel (8.6 kali/bulan), bayam (7.1 kali/bulan), dan buncis (3.5 kali/ bulan) sedangkan buah yang paling sering dikonsumsi oleh anak adalah jeruk (5.6 kali/bulan), pisang (5.3 kali/bulan), dan pepaya (3.4 kali/bulan). Kontribusi jumlah sayur terbesar adalah bayam (19.5 ± 12.5 g/hari) dan wortel (13.7 ± 9.1 g/hari) sedangkan buah adalah semangka (18.7 ± 47.1 g/hari) dan jeruk (13.9 ± 20.6 g/hari). Wortel adalah sumber beta karoten, karotenoid, dan alfa karoten yang nantinya akan diubah menjadi vitamin A didalam tubuh yang merupakan antioksidan yang baik untuk melawan kerusakan akibat radikal bebas (Adams 2013). Selain itu, menurut Almatsier (2011), sayur-sayuran berwarna hijau (bayam, kangkung, daun singkong dan daun papaya) dan yang berwarna jingga (wortel) serta buah-buahan yang berwarna kuning jingga (pisang, papaya, dan tomat) merupakan sumber vitamin A dan vitamin C yang baik untuk sistem imun dan mencegah terjadinya infeksi.

Tabel 14 Rata-rata frekuensi konsumsi (kali/bulan) dan jumlah konsumsi (g/hari) berdasarkan jenis sayur dan buah

(32)

20

mempunyai mekanisme aksi saling melengkapi dan tumpang tindih, termasuk didalamnya untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh (Lampe 1999). Anak merupakan kelompok yang rentan terkena penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sempurna. Dalam penelitian ini, keadaan kesehatan anak dilihat dari riwayat sakit dalam rentang waktu selama tiga bulan sebelum dilakukannya wawancara dengan menanyakan frekuensi sakit, lama sakit, dan jenis penyakit.

Dapat diketahui dari Tabel 15, bahwa sebanyak 69.6% anak pernah sakit dalam tiga bulan terakhir dengan jenis penyakit yang dialami oleh sebagian besar anak adalah infeksi saluran pernapasan (ISPA) berupa batuk, pilek, dan panas (84.2%), campak (5.3%), dan tifus (3.9%), sedangkan proporsi jenis penyakit lainnya seperti diare, cacar air, cacar api, dan Demam Berdarah Dengue (DBD) hanya 1.0-3.0%. Menurut Riskesdas (2013) karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun yaitu sebesar 25.8%. Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri yang biasanya penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala meliputi tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering, atau batuk berdahak (Riskesdas 2013).

Umumnya pada kondisi kesehatan yang prima, jika cukup mengonsumsi pangan antioksidan, maka tubuh akan membentuk antibodi yang dapat melawan dan menangkal infeksi, virus, jamur, maupun bakteri (Amalia 2008). Vitamin A dan vitamin C merupakan sebagian sumber zat gizi yang memiliki peran sebagai antioksidan dan pembentuk zat antibodi. Moreno et al. (2003) membuktikan bahwa konsumsi jus jeruk dengan rata-rata 500 ml per hari selama rentang waktu 2 minggu dapat meningkatkan konsentrasi serum vitamin C dan menurunkan konsentrasi radikal bebas.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan status sakit dan jenis penyakit dalam tiga bulan terakhir

Status kesehatan n %

Status sakit

Sakit 71 69.6

Tidak sakit 31 30.4

Total 102 100.0

Jenis penyakit

ISPA (batuk, pilek, panas) 64 84.2

Diare 2 2.6

Demam Berdarah Dengue

(DBD) 1 1.3

Cacar air 1 1.3

Tifus 3 3.9

Campak 4 5.3

Cacar api 1 1.3

(33)

empat hari (49.3%) dan lima sampai delapan hari (43.7%). Jika anak usia pra sekolah sering sakit dan dalam jangka waktu yang lama, maka dikhawatirkan anak akan jarang masuk sekolah dan kemudian menjadi malas untuk kembali ke sekolah karena sudah terbiasa di rumah.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sakit dan lama sakit dalam tiga bulan terakhir

Status kesehatan n %

Frekuensi sakit

1 44 62.0

2 23 32.4

3 3 4.2

4 1 1.4

Total 71 100.0

Lama sakit

1-4 hari 35 49.3

5-8 hari 31 43.7

>8 hari 5 7.0

Total 71 100.0

Indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan antara lain yaitu angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (Sugiyono 2009). Untuk keperluan analisis data skor morbiditas dihitung dengan cara mengalikan lama sakit dan frekuensi sakit. Kemudian tingkat morbiditas dikategorikan menjadi rendah (0-19), sedang (20-39), dan tinggi (40-58) (Dijaissyah 2011). Berdasarkan Tabel 17 hampir seluruh anak masuk dalam kategori skor morbiditas rendah (98.0%), sedangkan sisanya (1.9%) masuk dalam kategori skor morbiditas sedang. Skor morbiditas maksimal adalah 30 dan yang terendah adalah 0 dengan rata-rata 4.4 ± 4.7. Hal ini menunjukkan bahwa skor morbiditas pada anak usia pra sekolah di Kelurahan Tanah Baru, Beji sudah cukup baik yang dapat dilihat dari rata-rata sakit dalam tiga bulan hanya satu kali dengan lama sakit rata-rata 1-4 hari. Frekuensi penyakit yang sering dan lamanya anak menderita sakit menjadi penentu semakin tingginya skor morbiditas.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan skor morbiditas

Skor morbiditas n %

Rendah (skor 0-19) 100 98.0

Sedang (skor 20-39) 2 1.9

Tinggi (skor 40-58) 0 0.0

Total 102 100.0

Konsumsi Suplemen

(34)

22

anak, meningkatkan asupan vitamin dan mineral anak, untuk pertumbuhan otak, tulang, dan gigi anak serta untuk meningkatkan nafsu makan anak. Rata-rata anak mengonsumsi suplemen 1-2 kali dalam sehari.

Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara yang mengonsumsi suplemen dengan yang tidak terhadap frekuensi sakit (p=0.028). Frekuensi sakit pada anak yang mengonsumsi suplemen lebih rendah dengan rata-rata frekuensi sakit 0.8 kali dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi suplemen (1.2 kali). Namun, hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap lama sakit (p=0.164), dan skor morbiditas (p=0.052).

Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2009) menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C dan multivitamin dan mineral tidak berpengaruh terhadap status kesehatan wanita pekerja berdasarkan lama sakit. Menurut BPOM (2004), Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, sehingga masyarakat perlu mengetahui bahwa suplemen makanan hanya sebagai pelengkap, bukan penganti makanan sehari-hari.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemen

Konsumsi suplemen n %

Ya 50 49.0

Tidak 52 51.0

Total 102 100.0

Hubungan Antar Variabel

Uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini yaitu dengan uji korelasi Rank Spearman dan Chi Square. Uji hubungan korelasi Chi Square digunakan untuk melihat hubungan kesukaan ibu saat hamil serta frekuensi konsumsi sayur dan buah ibu saat hamil dengan kesukaan anak saat ini.

Hubungan Antara Karakteristik Ibu dengan Pengetahuan Gizi Ibu

Hasil uji statistik korelasi Rank Spearman menunjukkan hubungan yang nyata (p=0.000; r=0.362) bahwa semakin lama pendidikan yang ditempuh oleh ibu, maka pengetahuan gizi ibu semakin baik. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2006) mengenai kebiasaan makan sayuran ibu di perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan signifikan dengan tingkat pengetahuan gizi ibu. Diharapkan dengan semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu maka pengetahuan gizinya akan semakin baik. Usia ibu tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan gizi ibu (p=0.417; r=0.081). Menurut Notoatmodjo (2007), usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.

(35)

(p=0.040). Pengetahuan gizi pada ibu yang tidak bekerja lebih rendah dibandingkan dengan yang bekerja dengan rata-rata nilai skor pendidikan gizi pada ibu yang bekerja sebesar 78.0 dan yang tidak bekerja sebesar 72.7. Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Hal ini disebabkan jika ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain, maka orang akan cenderung lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain (Notoatmodjo 2007).

Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Dukungan Ibu

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan dukungan ibu (p=0.882). Namun, pengetahuan gizi ibu memiliki hubungan yang positif (r=0.015) dengan dukungan ibu yang artinya jika semakin baik pengetahuan gizi ibu maka dukungan ibu terhadap sayur dan buah anak juga semakin baik. Dukungan ibu terhadap sayur dan buah anak menunjukkan perilaku ibu untuk menyediakan sayur dan buah serta menganjurkan anak untuk makan sayur dan buah. Menurut Notoatmodjo (2007) pengaruh pengetahuan terhadap perilaku dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap. Namun, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktik. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.

Variabel yang Berhubungan dengan Jumlah Konsumsi Sayur dan Buah Berdasarkan Tabel 19 hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan ibu dengan jumlah konsumsi sayur (p=0.000; r=0.607) dan jumlah konsumsi buah (p=0.000; r=0.626). Dukungan ibu dalam meningkatkan sayur dan buah anak meliputi penyediaan sayur dan buah di rumah dan anjuran atau ajakan kepada anak untuk mengonsumsi sayur dan buah. Semakin baik penyediaan dan ajakan untuk mengonsumsi sayur dan buah ibu kepada anak, maka semakin tinggi pula konsumsi anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Bordheauduij et al. (2008) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan sayur dan buah di rumah dengan tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak.

Pendapatan perkapita menunjukkan hubungan yang signifikan dengan jumlah konsumsi sayur (p=0.007; r=0.264) dan buah (p=0.038; r=0.206) anak (Tabel 19). Tingginya tingkat pendapatan seseorang cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Makin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin tinggi daya beli keluarga terhadap pangan, sehingga akan membawa pengaruh terhadap semakin beragam dan banyaknya pangan (Sukandar 2008).

(36)

24

Terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan dengan jumlah konsumsi sayur (p=0.000) dan jumlah konsumsi buah (p=0.000) anak (Tabel 19). Jika anak semakin suka dengan sayur dan buah, maka jumlah konsumsi sayur (r=0.760) dan buah (r=0.552) cenderung meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bordheauduij et al. (2008) dan Sandvik et al. (2005) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan dan preferensi dengan konsumsi sayur dan buah pada anak usia 11 tahun. Kesukaan dan preferensi dapat menjadi motivasi besar bagi anak untuk mengonsumsi sayur dan buah.

Skor morbiditas menunjukkan hubungan yang signifikan dengan jumlah konsumsi sayur (p=0.031; r=-0.214). Semakin banyak jumlah konsumsi sayur maka skor morbiditas semakin kecil. Sebaliknya pada buah tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p=0.377; r=-0.088). Namun jumlah konsumsi buah yang semakin banyak cenderung berkurang frekuensi sakit, lama sakit, dan skor morbiditas semakin kecil. Beberapa penelitian menunjukkan kekurangan beberapa antioksidan, termasuk vitamin C dan E dapat merusak atau mempengaruhi sel imun sehingga tidak mengherankan sel imun membutuhkan konsentrasi antioksidan yang tinggi daripada sel lainnya (Zakaria et al. 2000).

Riset yang dilakukan oleh Zakaria et al. (2000) untuk mengetahui respon imun pada buruh pabrik dengan status gizi rendah dan rentan pencemaran makanan, menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C dan E pada sayur dan buah dapat meningkatkan aktifitas sitoktosik sel Natural Killer. Intervensi yang dilakukan kepada buruh yaitu diberikan jambu biji, mangga, dan pepaya sebagai sumber vitamin C yang tinggi, serta jagung manis, bayam, dan tauge sebagai sumber tinggi vitamin E. Adanya penelitian lain yang dilakukan oleh Amalia (2008) terhadap mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) IPB yang rentan terkena flu dan diare menunjukkan hasil bahwa semakin sering frekuensi konsumsi sayuran atau buah maka semakin singkat lama sakit yang diderita sampel, baik flu ataupun diare.

Tabel 19 Contoh variabel yang berhubungan dengan jumlah konsumsi sayur dan buah anak

Variabel

Jumlah konsumsi

Sayur Buah

r p r p

Dukungan ibu 0.607 0.000 0.626 0.000

Pendapatan perkapita 0.264 0.007 0.206 0.038

Besar keluarga -0.086 *0.391 -0.051 *0.610

Kesukaan anak 0.760 0.000 0.552 0.000

Skor morbiditas -0.241 0.031 -0.088 *0.377

Keterangan : *hasil yang tidak berhubungan signifikan dengan jumlah konsumsi sayur dan buah

Hubungan Usia Pengenalan Sayur dan Buah Anak dengan Kesukaan Anak Terhadap Sayur dan Buah

(37)

terdapat hubungan yang signifikan antara usia pengenalan dengan kesukaan anak terhadap sayur (p=0.631; r=-0.048). Namun, usia pengenalan sayur terhadap kesukaan anak memiliki hubungan yang negatif yang artinya semakin lama usia anak diperkenalkan dengan sayur maka anak cenderung tidak menyukai sayuran tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cooke et al. (2003) bahwa ada hubungan antara usia pengenalan dengan konsumsi sayur dan buah anak. Beberapa ahli juga mengatakan bahwa jika bayi terlalu lama baru diperkenalkan dengan berbagai macam bahan makanan (lebih dari enam bulan dan hanya makan makanan bayi yang komersial), maka akan menjadi sulit untuk bayi menerima rasa dan tekstur dari makanan yang baru tersebut (Department of Health Australia 2011).

Hubungan Kesukaan dan Frekuensi Konsumsi Ibu Sewaktu Hamil dengan Kesukaan Anak Terhadap Sayur dan Buah

Hasil uji korelasi Chi Square menunjukkan bahwa tedapat hubungan yang signifikan antara kesukaan ibu terhadap sayur dan buah sewaktu hamil dengan kesukaan sayur dan buah anak (p=0.000). Selain itu, frekuensi ibu mengonsumsi sayur dan buah saat hamil juga memiliki hubungan dengan kesukaan anak terhadap sayur (p=0.002) dan buah (p=0.005). Studi eksperimental yang dilakukan oleh Mennella et al. (2001) pada tiga kelompok wanita hamil menunjukkan bahwa anak dari kelompok wanita yang rutin diberikan jus wortel pada trimester ketiga dan pada saat masa menyusui lebih menyukai sereal yang memiliki flavours (rasa) wortel dibandingkan kelompok kontrol pada saat pemberian MP ASI. Sebagai contoh pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa sebanyak 27 orang ibu yang memiliki kesukaan positif terhadap sayuran juga memiliki anak yang memiliki kesukaan positif terhadap sayur. Hal ini menunjukkan bahwa jika ibu semakin suka dan semakin sering mengonsumsi sayur dan buah selama kehamilan maka anaknya nanti akan cenderung menyukai sayur dan buah tersebut karena sudah terpapar saat masih dalam kandungan.

Tabel 20 Hubungan antara kesukaan ibu terhadap sayur dan buah sewaktu hamil dengan kesukaan anak usia pra sekolah

Kesukaan

Positif Negatif Positif Negatif

Positif 27 6 33

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesukaan Sayur dan Buah Anak

Uji pengaruh atau regresi menggunakan uji regresi binary logisticSPSS 16.0 for Windows. Uji pengaruh dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesukaan anak terhadap sayur dan buah. Hasil uji regresi logistic

(38)

26

(95% CI: 2.833-34.245) untuk kesukaan sayur dan OR = 79.054 (95% CI: 7.963-784.804) untuk kesukaan buah ibu sewaktu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang suka terhadap sayur saat hamil memiliki anak yang juga suka terhadap sayur 9.8 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak suka terhadap sayur saat hamil. Begitu juga dengan buah. Pada nilai selang confident interval tidak terdapat angka 1, maka preferensi ibu yang positif atau suka terhadap sayur dan buah saat hamil merupakan pendukung kesukaan anak terhadap sayur dan buah.

Dukungan ibu juga mempengaruhi kesukaan anak terhadap sayur. Berdasarkan hasil uji, didapatkan OR= 3.603 (95% CI:1.265-10.266) yang berarti ibu yang memiliki dukungan yang positif terhadap konsumsi sayur anaknya juga memiliki anak yang suka terhadap sayur 3.6 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki dukungan negatif. Pada nilai selang CI:1.287-10.152 tidak terdapat angka 1, maka dukungan ibu yang positif merupakan pendukung kesukaan anak terhadap sayur. Hal ini menunjukkan bahwa kesukaan ibu saat hamil dan dukungan ibu memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap kesukaan anak terhadap sayur dan buah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Contoh dalam penelitian ini merupakan anak usia pra sekolah yang berusia 3−6 tahun dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 52 orang dan perempuan 50 orang. Sebagian besar usia orangtua tergolong dewasa madya (62.7% ibu dan 85.3% ayah) dengan rentang usia 31-50 tahun. Pendidikan terakhir orangtua sebagian besar SMA. Besar keluarga tergolong keluarga kecil (72.5%) dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 4 orang. Rata-rata pendapatan perkapita adalah Rp1 065 866 ± 565 041/org/bln dengan sumbangan penghasilan terbesar didapatkan dari ayah selaku kepala keluarga. Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan gizi sedang (48.0%) dan baik (36.3%). Begitu juga dengan dukungan ibu terhadap konsumsi sayur dan buah anaknya sebagian besar positif (56.9%). Frekuensi konsumsi sayur dan buah ibu saat hamil masih tergolong jarang pada sayur (47.1%) dan buah (52.9%). Namun, 67.6% ibu memiliki kesukaan positif pada sayur dan 85.3% pada buah.

(39)

Hubungan antara karakteristik ibu dengan pengetahuan gizi ibu menunjukkan hanya pendidikan yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan gizi ibu (p<0.05), sedangkan usia ibu tidak (p≥0.05). Pengetahuan gizi ibu dengan dukungan ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan (p≥0.05), namun berkorelasi positif (r=0.015). Variabel yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah anak adalah dukungan ibu (p<0.05), pendapatan perkapita (p<0.05), kesukaan anak (p<0.05), dan skor morbiditas pada konsumsi sayur (p<0.05). Variabel yang berhubungan dengan kesukaan anak adalah kesukaan ibu sewaktu hamil (p<0.05), frekuensi konsumsi ibu sewaktu hamil (p<0.05), dan usia awal pengenalan terhadap kesukaan pada buah (p<0.05). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesukaan sayur dan buah pada anak adalah kesukaan ibu sewaktu hamil dengan OR = 9.851 (95% CI: 2.833-34.245) untuk sayur dan OR = 79.054 (95% CI: 7.963-784.804) untuk buah, selain itu, dukungan ibu [OR= 3.603 (95% CI:1.265-10.266)] juga mempengaruhi kesukaan anak terhadap sayur.

Saran

Perlunya dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai faktor yang mempengaruhi kesukaan dan preferensi anak terhadap sayur dan buah, misalnya dari lingkungan sekitar dan pengaruh teman sebaya. Metode Food Recall bisa digunakan untuk menghitung kontribusi zat gizi (vitamin dan mineral) pada sayur dan buah agar dapat diketahui hubungan atau pengaruhnya terhadap status kesehatan anak.

Orangtua sebagai pengasuh perlu meningkatkan kesadaran diri untuk selalu mengonsumsi, mengajak, dan mengajarkan anaknya untuk makan sayur dan buah sejak dini agar anak terbiasa melakukannya. Diperlukan peran pemerintah dan swasta untuk mensosialisasikan pentingnya untuk makan sayur dan/ atau buah 5 porsi/hari agar kesehatan tetap terjaga dan konsumsi sayur dan buah orang Indonesia bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Accredited Practising Dietitiens. 2004. Starting solid food. Noarlunga Health Services and Flinders University. [ Diunduh 2014 Juli 1]. Tersedia pada

http://www.decd.sa.gov.au/familydaycare/files/links/4_Starting_Solid_Food s.pdf

Adams I. 2013. The health benefits of dark yellow and orange vegetables. University of Kentucky Cooperative Extension. [Diunduh 2014 Juli 21]. Tersedia pada www2.ca.uky.edu/agc/pubs/FCS3/FCS3569/FCS3569.pdf Almatsier S. 2009. Ilmu Gizi Dasar. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. _________. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran konsumsi sayur dan buah anak kaitannya dengan kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat kehamilan
Tabel 1  Distribusi alokasi proporsi responden
Tabel 2  Pengkategorian variabel penelitian
Tabel 3  Sebaran orangtua berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer diperoleh dengan pengisian kuesioner berupa karakteristik contoh ( jenis kelamin, usia, uang saku dan agama), karakteristik keluarga contoh (pendidikan orangtua,

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik individu (jenis kelamin, umur, uang saku, dan

Data primer meliputi karakteristik individu (usia, jenis kelamin, uang saku, dan uang saku untuk pangan) dan keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan orang tua,

Data primer dalam penelitian ini meliputi data karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan

Data dengan sebaran tidak normal atau data berbentuk kategorik ordinal menggunakan Mann-Whitney: pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, besar keluarga, usia anak,

Jenis data primer yang dikumpulkan yaitu data mengenai karakteristik contoh (nama, umur, jenis kelamin, agama, besar keluarga, pekerjaan, pendapatan per kapita per bulan,

Uji korelasi Spear- man dilakukan untuk menguji hubungan antara karakteristik individu (usia dan uang saku), sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pendapatan, dan besar

Karakteristik keluarga: Usia orangtua Pendidikan orangtua Pendapatan keluarga Pekerjaan orangtua Besar keluarga Karakteristik individu: Usia anak Jenis kelamin Urutan anak