• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Atas pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Atas pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Peranan pajak terhadap jalannya roda pemerintahan dan pembangunan

terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi pajak

terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak menjadi

sumber utama dari pendapatan negara mengalahkan sumber-sumber pendapatan

negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

sebagai instansi pengurusan perpajakan memegang peranan penting bagi

pendapatan negara dan harus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang.

Peran serta masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Namun,

dalam kenyataannya masih dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak

dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Perkembangan jumlah tunggakan

pajak dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah yang semakin besar. Peningkatan

jumlah tunggakan pajak ini masih belum dapat diimbangi dengan kegiatan

pencairannya, namun demikian secara umum penerimaan di bidang pajak semakin

meningkat. Terhadap tunggakan pajak perlu dilaksanakan tindakan penagihan

pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa.

Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis

(2)

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sangat perlu

mendapat perhatian.

Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat perpajakan, sudah seharusnya

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan perpajakan agar

wajib pajak mematuhi peraturan yang telah ditentukan dalam Undang-Undang

Perpajakan. Jika terjadi kelalaian pada wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya, aparat perpajakan harus mengeluarkan sanksi sesuai

dengan yang telah ditetapkan dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan

(KUP). Produk hukum berupa ketetapan pajak.

Tindakan penagihan pajak yang selama ini dilaksanakan adalah

berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa, menetapkan dan ketetapan pajak diterbitkan dalam

bentuk :

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

3. Surat Tagihan Pajak (STP)

Ketetapan harus dilunasi dalam jangka waktu 30 hari atau sampai tanggal

jatuh tempo sejak tanggal diterbitkannya surat ketetapan pajak. Apabila ketetapan

pajak tersebut tidak dilunasi oleh wajib pajak sampai batas waktu yang telah

ditetapkan dalam surat ketetapan pajak maka terhadap wajib pajak akan

diterbitkan Surat Teguran. Bila dalam waktu 21 hari masih juga tidak melunasi

utang pajaknya maka wajib pajak akan dipaksa untuk melunasi utang pajaknya

(3)

Apabila masih belum melunasi utang pajaknya dalam waktu 2 x 24 jam setelah

menerima surat paksa, maka akan dilakukan penyitaan terhadap harta benda milik

wajib pajak. Dalam melakukan penyitaan, pihak fiskus dalam hal ini Kepala

Kantor Pelayanan Pajak harus mengeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan

(SPMP). SPMP ini merupakan dasar hukum untuk melakukan penyitaan.

Adapun maksud dari penyitaan yang dilakukan oleh juru sita adalah untuk

memperoleh jaminan pelunasan hutang pajak dari wajib pajak. Oleh karena itu,

penyitaan dapat dilakukan terhadap semua barang wajib pajak baik yang berada di

dalam daerah kerja KPP maupun yang diluar daerah kerja KPP yang bersangkutan

dan prinsip penyitaan dilakukan terhadap sejumlah barang yang bergerak maupun

yang tidak bergerak. Pelaksanaan sita dilakukan oleh 2 (dua) orang saksi dan

wajib pajak yang akan mewakilinya. Setelah melakukan penyitaan, Juru Sita

Pajak (JSP) membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dimana berita acara

ini harus ditandatangani oleh juru sita pajak, saksi dan wajib pajak. Namun masih

banyak wajib pajak yang tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksana Sita

ini.

Dengan tata cara penagihan pajak yang demikian itu diharapkan dapat

memberikan penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan

masyarakat wajib pajak dan kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan

dimaksud berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang

tidak berat sebelah atau tidak memihak, adil, dan selaras dalam wujud tata aturan

(4)

Masalah yang sering terjadi dalam pelaksanaan penyitaan oleh jurusita

pajak adalah kebanyakan alamat wajib pajak yang dituju tidak ditemukan, objek

yang disita ternyata nilainya tidak sebanding dengan utang pajak yang dimiliki,

dan jurusita pajak tidak diperbolehkan oleh wajib pajak untuk memasuki rumah

atau tempat dimana terdapat barang-barang yang akan disita.

Oleh karena itu, bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis membahas

mengenai “Tinjauan Atas Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying”

1.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek

Kerja praktek ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengumpulkan data

informasi mengenai pelaksanaan penyitaan oleh juru sita pajak terhadap wajib

pajak orang pribadi akibat utang pajak. Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyitaan yang dilakukan oleh juru sita

pajak terhadap harta/kewajiban wajib pajak orang pribadi maupun badan

pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh juru sita pajak

(JSP) dalam melaksanakan prosedur penyitaan pada KPP Pratama

Bandung Cibeunying

3. Untuk mengetahui upaya dalam menyelesaikan kendala-kendala yang

(5)

1.3 Kegunaan Kerja Praktek 1.3.1 Kegunaan Praktis

1. Semakin ditingkatkan penyuluhan kepada wajib pajak tentang

dampak dari telat membayar pajak bagi negara sehingga wajib

pajak memiliki kesadaran dan membayar pajak tepat waktu .

2. Membangun komunikasi yang baik antara jurusita dan wajib pajak

agar wajib pajak dibimbing dengan baik. Apabila wajib pajak

mengalami kendala dalam membayar pajak, jurusita dapat

memberi solusi atas kendalanya

1.3.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan dan Pengetahuan serta mengetahui bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya

b. Memotivasi penulis untuk mengembangkan daya fikir, kreatif dan inovatif dalam mencermati dunia kerja

c. Dapat membandingkan antara teori yang diterima selama perkuliahan dengan dunia kerja yang sebenarnya

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

a. Sebagai salah satu bentuk partisipasi untuk ikut memajukan

dunia pendidikan

b. Dalam rangka peran serta perusahaan untuk membantu

(6)

c. Sebagai bahan informasi yang berguna untuk dijadikan

referensi dalam melakukan perbaikan-perbaikan dan

meningkatkan kualitas

3. Bagi Pembaca / Pihak Lain

a. Hasil kerja praktek ini kiranya dapat digunakan sebagai bahan

referensi atau bahan bacaan bagi para penulis lainnya.

b. Dapat menjalin kerjasama dengan instansi

c. Institusi pendidikan memperoleh masukan untuk

pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

lapangan pekerjaan

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying , Jl.

Purnawarman No 21 Bandung

1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan oleh

penulis pada bulan 27 Juli 2015 sampai dengan 27 Agustus 2015. setiap

(7)
(8)

2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Sejarah pajak semula berasal dari Negara Perancis pada jaman

pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada jamannya beliau terkenal dengan

nama “Cope Napoleon”.

Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara Perancis. Sistem pajak

yang diterapkan Perancis kepada Belanda diterapkan pula oleh Belanda kepada

Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia, yang pada saat itu dikenal

dengan “Oor Logs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).

Pada mulanya pemungutan pajak dilaksanakan oleh suatu badan yang

bernama De Inspektie Van Vinancien yang bertugas mengatasi masalah

pemungutan pajak yang dilaksanakan secara paksa kepada semua rakyat. Hal

itulah yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku pada masa itu.

Konsep pajak itu kemudian dibuat pada tahun 1942 di Australia disaat Indonesia

masih diduduki tentara Jepang. Pada masa pemerintahan Jepang yaitu tanggal 9

Maret 1942, De Inspektie Van Vinancien diganti oleh suatu badan yang bernama

Zeinbu. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17

agustus 1945, maka Zeinbu diganti menjadi Inspeksi Keuangan.

Dengan perkembangan jaman dan bertambahnya penduduk serta

(9)

berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya

meliputi daerah swatantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung,

Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten

Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Sementara

Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten

Subang yang berkedudukan di Karawang.

Sejak berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor Kep-48/KMK.01/1998 tanggal 19 Januari 1998, maka di Bandung dibagi

atas tiga kantor inspeksi pajak, yakni :

 Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur

 Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah

 Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat

Dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata

Kerja Direktorat Jenderal Pajak, yaitu :

 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Bandung Karees,

 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Bandung Tegallega,

 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying,

 Serta penambahan satu Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara yang

(10)

Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

443/KMK.01/2001. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying dipecah

menjadi dua kantor pelayanan pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bandung

Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas.

Sejak bulan Agustus 2007, KPP Bandung Cibeunying dimodernisasi dan

namanya berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung

Cibeunying. KPP Pratama Bandung Cibeunying terletak di Jalan Purnawarman

No. 19-21 Bandung.

Adapun wilayah kerja KPP Pratama Bandung Cibeunying terdiri dari 6

kecamatan dan 26 Kelurahan yang berada dalam pengawasan 4 Seksi Pengawasan

dan Konsultasi (Waskon), yaitu meliputi :

1. Kecamatan Cidadap

2. Kecamatan Coblong

3. Kecamatan Bandung Wetan

4. Kecamatan Sumur Bandung

5. Kecamatan Cibeunying Kaler

6. Kecamatan Cibeunying Kidul

2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Susunan organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

(11)

Kepala Kantor membawahi :

1. Sub Bagian Umum

2. Kelompok Fungsional

3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pemeriksaan

8. Seksi Penagihan

2.3 Deskripsi Jabatan

Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying terdiri

atas satu sub bagian, sembilan seksi, dan satu kelompok jabatan fungsional, yang

mana setiap seksi terbagi atas beberapa Account Representative (AR) dibantu

pelaksana. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying dipimpin oleh

seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi/Kepala

Sub Bagian Umum dan dibantu oleh AR dan Pelaksana. Tugas pokok dan fungsi

masing-masing struktur organisasi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

adalah sebagai berikut:

(12)

Orang yang mengepalai KPP Pratama dan bertanggung jawab atas

kegiatan KPP Pratama. Kepala kantor memiliki tugas mengkoordinasikan

pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang mewah, dan

Pajak tidak langsung lainnya.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala KPP Pratama dalam

mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam

hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga

serta perlengkapan

3. Seksi Pelayanan

 Menetapkan dan menerbitkan produk hukum perpajakan

 Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan

 Penyuluhan perpajakan

 Penerimaan dan pengolahan SPT dan surat lainnya

 Pelaksanaan registrasi wajib pajak

4. Seksi Pengolahan data dan Informasi

 Pengumpulan dan pengolah data

 Penyajian informasi perpajakan

(13)

 Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB

 Pelayanan dukungan teknis komputer

 Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

 Penyiapan laporan kinerja

5. Seksi Penagihan

Tugas seksi penagihan adalah mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan penagihan aktif, piutang anjak, penundaan dan angsuran tunggakan

pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas seksi pemeriksaan antara lain :

 Pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan

 Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

 Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta

administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Terdiri atas para Account Representatives (AR) yang ditugaskan pada

wilayah-wilayah tertentu. Account Representatives (AR) ini bertugas untuk

mengawasi kewajiban Wajib Pajak, melayani penyelesaian hak Wajib Pajak dan

sebagai tempat konsultasi Wajib Pajak. Jadi, Account Representatives (AR) ini

(14)

Tugas seksi pengawasan dan konsultasi antara lain :

a. Bimbingan atau himbauan terhadap Wajib Pajak

b. Konsultasi teknis perpajakan

c. Pengawasan kepatuhan

d. Analisis kepatuhan

e. Rekonisiliasi data WP dalam rangka intensifikasi

f. Penyusunan profile WP

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat

Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP

Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa

berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai

berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

2.4 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying

KPP Pratama Bandung Cibeunying adalah unsur pelaksanaan Direktorat

Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I. KPP Pratama

Bandung Cibeunying mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional

pelayanan perpajakan dibidang Administrasi Perpajakan berupa Pajak

penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak tidak langsung lainnya

(15)

Direktur Jenderal Pajak. Dalam menyelenggarakan tugasnya, KPP Pratama

Bandung Cibeunying mempunyai Fungsi :

 Melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi

perpajakan

 Melakukan urusan tata usaha wajib pajak

 Melakukan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa

serta memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh, PPN, dan

Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL).

 Melakukan urusan tata usaha penerimaan, penagihan, penyelesaian,

keberatan dan restitusi PPh, PPN, dan PTLL

 Melakukan urusan pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi perpajakan

 Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga KPP.

Aktivitas rutin yang diselenggarakan untuk meningkatkan pelayanan

kepada wajib pajak meliputi :

 Rapat Pembinaan I

 Rapat Pembinaan II

 Rapat Per Seksi

 Sosialisasi-sosialisasi Peraturan Perpajakan yang ditujukan kepada para

pegawai dan wajib pajak

 Sensus Pajak Nasional dilaksanakan sesuai program yang dicanangkan

oleh Kementrian Keuangan RI.

 IHT (In House Training) dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas SDM

(16)

 ICV (Internalisasi Coorporate Value) dilaksanakan setiap tahun sekali

dalam rangka menanamkan nilai-nilai Kementerian Keuangan RI.

 Pisah Sambut Pegawai KPP Pratama diselenggarakan bilamana ada mutasi

(17)

3.1 Landasan Teori 3.1.1. Penyitaan

Pengertian penyitaan berdasarkan Pasal 1Undang-Undang no 19 tahun

2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa adalah :

“Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang

penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Tujuan penyitaan pajak berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang no 19

tahun 2000 adalah :

“Memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karenaitu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak atau di tempat lain termasuk yang penguasaanya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu, misalnya barang yang dihipotikkan, digadaikan atau diagunkan”

3.1.2 Penanggung Pajak

Pengertian penanggung pajak berdasarkan Undang-Undang no 19 tahun

2000 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum yaitu :

“Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung

jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan

memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan

(18)

3.1.3 Surat Paksa

Pengertian Surat Paksa berdasarkan Undang-Undang no 19 tahun 2000

Pasal 1 tentang Ketentuan Umum yaitu :

“Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak.”

3.1.4 Juru Sita Pajak Negara

Pengertian juru sita pajak berdasarkan Undang-Undang no 19 tahun 2000

Pasal 1 tentang Ketentuan Umum yaitu :

“Juru sita Pajak negara adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang

meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan

dan penyanderaan.”

Menurut Rusjdi ( 2007 : 13) tugas jurusita pajak sebagai berikut :

“Jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya merupakan pelaksana eksekusi dan putusan yang sama kedudukannya dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, untuk dapat diangkat sebagai jurusita pajak harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh Menteri, misalnya, pendidikan serendah rendahnya lulusan Sekolah Menegah Umum (SMU) atau yang sederajat serta mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus jurusita pajak”

Menurut Suandy ( 2000 : 20) Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk

diangkat menjadi jurusita pajak adalah sebagai berikut :

a) Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau sederajat,

b) Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a, Berbadan sehat,

(19)

Menurut Rusjdi (2007 : 15-18) Jurusita pajak diberhentikan apabila :

a. Meninggal dunia,

b. Pensiun,

c. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya,

d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas,

e. Melakukan perbuatan tercela,

f. Melanggar sumpah dan janji Jurusita Pajak, dan

g. Sakit jasmani atau rohani terus-menerus.

Dengan pertimbangan bahwa jurusita pajak harus ada pada setiap kantor

pejabat, baik pejabat untuk penagihan pusat maupun pejabat untuk penagihan

pajak daerah, maka kewenagan pengangkatan dan pemberhentian jurusita pajak

diberikan kepada pejabat dengan berpedoman pada syarat-syarat dan tata cara

yang ditetapkan oleh Menteri

Jurusita pajak mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus,

2. Memberitahukan Surat Paksa,

3. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak

berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan,dan

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan

kartu tanda pengenal jurusita dan harus diperlihatkan kepada penanggung pajak.

(20)

pajak bahwa yang bersangkutan adalah jurusita yang sah dan benar-benar bertugas

untuk melaksanakan tindakan penagihan pajak.

Dalam melaksanakan tugasnya, jurusita pajak berwenang memasuki dan

memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk

menemukan objek sita di tempat usaha dan melakukan penyitaan di tempat

kedudukan, atau di tempat tinggal penanggung pajak, atau di tempat lain yang

dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.

Kewenangan jurusita pajak dalam melaksanakan penyitaan untuk

menemukan objek sita yang ada ditempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat

tinggal penanggung pajak dalam memperhatikan norma yang berlaku dalam

masyarakat, misalnya dengan terlebih dahulu meminta izin dari penanggung

pajak. Kewenangan ini pada hakekatnya tidak sama dengan penggeledahan

sebagaimana yang dimaksud dalam Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.

Jurusita pajak menjalankan tugasnya di wilayah kerja pejabat, kecuali

ditetapkan lain dengan keputusan menteri atau keputusan kepala daerah. Pada

dasarnya jurusita pajak melaksanakan tugasnya di wilayah kerja pejabat yang

mengangkatnya, namun apabila dalam suatu kota terdapat beberapa wilayah kerja

pejabat, maka menteri atau kepala daerah berwenang menetapkan bahwa jurusita

pajak dapat melaksanakan tugasnya diluar wilayah kerja pejabat yang

(21)

3.2 Hasil Pelaksanaan Dan Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.2.1.1 Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak didasarkan

atas SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) yang dilaksanakan oleh

jurusita pajak. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi

dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak

tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak.

Barang milik penanggung pajak yang dapat disita adalah barang

yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau

ditempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain

atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa :

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito

berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga

lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain

2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi

kotor tertentu

Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu :

 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya;

(22)

 Perlengkapan PP yang bersifat dinas;

 Buku-buku berkaitan dengan jabatan/pekerjaan Penanggung Pajak;

 Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan sehari-hari

dengan jumlah tidak lebih dari Rp 20.000.000,00; dan

 Peralatan penyandang cacat yang digunakan PP dan keluarga yg

menjadi tanggungannya

Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak

kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap

barang tidak bergerak.

Ketika melaksanakan penyitaan, jurusita pajak harus :

1. Disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah

dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh jurusita pajak dan dapat

dipercaya.

2. Memperlihatkan Kartu tanda pengenal Jurusita Pajak.

3. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan;

4. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan.

Setiap melaksanakan penyitaan jurusita pajak harus membuat

Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak,

penanggug pajak dan saksi-saksi. Apabila penanggung pajak menolak

untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, jurusita pajak

harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara

(23)

ditandatangani oleh jurusita pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara

Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapt ditempelkan pada

barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita, atau di

tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita

berada, atau di tempat-tempat umum. Salinan Berita Acara Pelaksanaan

Sita disampaikan kepada :

a) Penanggung Pajak.

b) Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya

terdaftar.

c) Badan Pertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya

sudah terdaftar.

d) Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk

tanah yang kepemilikannya belum terdaftar.

e) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal.

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel

sita yang memuat sekurang-kurangnya :

a) Kata “DISITA”.

b) Nomor dan tanggal Berita Acara Pelaksanaan Sita.

c) Larangan untuk memindahtangankan, memindahkan hak,

(24)

3.2.1.2 Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Dalam proses pelaksanaan penyitaan, juru sita pajak mengalami

beberapa hambatan antara lain :

a) Pada saat melakukan penyitaan, banyak alamat wajib pajak yang

dituju tidak ditemukan.

b) Objek yang akan disita tidak ditemukan atau nilainya tidak

sebanding dengan utang pajak yang dimiliki.

c) Jurusita pajak tidak diperbolehkan oleh wajib pajak atau

penanggung pajak untuk memasuki rumah atau tempat dimana

terdapat barang-barang yang akan disita.

d) Wajib pajak tidak mau menandatangani berita acara pelaksanaan

sita atau wajib pajak tidak hadir pada saat penyitaan.

3.2.1.3 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Adapun upaya untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu :

a) Sebelum melakukan penyitaan, jurusita mencari informasi terlebih

dahulu tentang wajib pajak atau penanggung pajak terkait alamat

dan aset apa saja yang ia miliki.

b) Jurusita akan mencari aset perusahaan yang lain yang bisa disita

(25)

c) Juru sita dapat meminta bantuan kepolisian atau kejaksaan agar

proses pelaksanaan penyitaan berjalan dengan lancar

d) Dalam hal penanggung pajak hadir pada saat penyitaan, tapi

menolak untuk menandatangani berita acara pelaksanaan sita, maka

berita acara pelaksanaan sita tetap mempunyai kekuatan mengikat,

meskipun penanggung pajak menolak untuk tanda tangan,

sedangkan dalam hal penanggung pajak tidak hadir pada saat

penyitaan maka penyitaan tetap dapat dilaksanakan dengan syarat

salah seorang saksi berasal dari pemerintah daerah setempat.

3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek

3.2.2.1 Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Prosedur pelaksanaan penyitaan menurut Pasal 2 Undang-Undang

no 19 tahun 2000 tentang pelaksanaan penyitaan adalah :

1. Penyitaan terhadap barang milik Penanggung pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat

2. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.

Dalam prosedur pelaksanaan penyitaan pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung Cibeunying sudah berjalan dengan baik sesuai

(26)

kantor untuk konsultasi dengan petugas juru sita apabila memiliki masalah

dalam proses penyitaan.

3.2.2.2 Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Menurut Pasal 4 Undang-Undang no 19 tahun 2000, hambatan

yang terjadi dalam pelaksanaan penyitaan yaitu :

1. Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara

Pelaksanaan Sita,

2. Penanggung Pajak tidak hadir dalam pelaksanaan penyitaan.

Selain hambatan tersebut, dalam pelaksanaannya jurusita pajak

juga mendapat hambatan-hambatan yang lain seperti banyak alamat wajib

pajak yang dituju tidak ditemukan. Hal ini terjadi akibat wajib pajak

tersebut sudah pindah alamat. Selain itu ada wajib pajak yang terlihat

berupaya untuk menghalangi proses penyitaan seperti tidak

memperbolehkan juru sita untuk memasuki ruang kerjanya atau tempat

dimana terdapat barang-barang yang akan disita dan menolak hartanya

untuk disita. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada wajib pajak yang

(27)

3.2.2.3 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Menurut Pasal 4 Undang-Undang no 19 tahun 2000 jika jurusita

pajak mendapat hambatan maka :

1. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Jurusita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

2. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari Pemerintah Daerah setempat, sekurang kurangnya setingkat Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa. 3. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung

Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

Upaya tersebut sudah diterapkan dengan baik oleh jurusita pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying. Namun

dalam pelaksanaanya, jurusita menemui beberapa hambatan yang lain

seperti alamat wajib pajak tidak ditemukan. Upaya yang dilakukan

jurusita pajak yaitu dengan mencari informasi terlebih dahulu tentang

wajib pajak atau penanggung pajak terkait alamat dan aset apa saja yang

ia miliki, sehingga jurusita memiliki informasi yang cukup tentang

penanggung pajak dan dapat mengantisipasi kemungkinan alamat wajib

pajak sudah berubah. Jurusita boleh mencari aset perusahaan yang lain

(28)

kurang dalam hal objek sita yang ditemukan nilainya tidak sebanding

dengan utang pajaknya.

Jika jurusita mengalami kesulitan ketika akan menyita harta si

wajib pajak karena ia menolak hartanya disita, maka juru sita dapat

meminta bantuan kepolisian atau kejaksaan agar proses pelaksanaan

(29)

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Tinjauan Atas Pelaksanaan

Penyitaan Oleh Jurusita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Cibeunying, maka penulis menarik kesimpulan :

1. Prosedur pelaksanaan penyitaan oleh jurusita pajak pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung Cibeunying dimulai setelah diterbitkan surat

paksa. Setelah surat paksa diterbitkan ,apabila utang pajak masih belum

dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam

terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung

Pajak, maka juru sita akan melakukan penyitaan berdasarkan SPMP (Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan).

2. Hambatan yang ditemui oleh jurusita pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Cibeunying yaitu alamat penanggung pajak yang telah

berubah, nilai objek sita yang ditemui tidak sebanding dengan utang

pajaknya, dan ada wajib pajak yang terlihat berupaya untuk menghalangi

proses penyitaan seperti tidak memperbolehkan juru sita untuk memasuki

ruang kerjanya atau tempat dimana terdapat barang-barang yang akan

disita dan menolak hartanya untuk disita.

3. Upaya yang dilakukan oleh jurusita pajak pada Kantor Pelayanan Pratama

(30)

dalam tentang si penanggung pajak terkait alamat dan objek apa yang ia

miliki sehingga jurusita memiliki informasi yang cukup dan bisa

menentukan tindakan selanjutnya. Apabila penanggung pajak menghalangi

proses pelaksanaan penyitaan, jurusita dapat meminta bantuan kepolisian

agar proses penyitaan tetap dapat dilaksanakan.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Tinjauan Atas Pelaksanaan

Penyitaan Oleh Jurusita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Cibeunying, maka penulis akan memberikan saran sebagai berikut :

1. Dalam prosedur pelaksanaan penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Cibeunying sudah berjalan dengan baik sesuai dengan

teori dan SOP, namun perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui

hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan penyitaan. Wajib

pajak juga bisa mendatangi langsung ke kantor untuk konsultasi dengan

petugas juru sita apabila memiliki masalah terkait penyitaan.

2. Untuk mengurangi hambatan yang terjadi, maka jurusita harus

membangun komunikasi yang baik dengan wajib pajak agar wajib pajak

dibimbing dengan benar. Apabila wajib pajak mengalami hambatan dalam

membayar pajak , jurusita dapat memberi solusi atas kendalanya sehingga

wajib pajak mau membayar pajak.

3. Dalam upaya yang telah dilakukan oleh jurusita pajak pada Kantor

(31)

yang terjadi sudah baik dan perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kesalahan

(32)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Strata 1

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Dwitra Ananda Nim : 21112199

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(33)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ... 1

1.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek ... 4

1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 5

1.3.1 Kegunaan Praktis ... 5

1.3.2 Kegunaan Akademis ... 5

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6

1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6

1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying ... 8

2.2 Strukutur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying ... 10

(34)

2.4 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

... 14

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Landasan Teori... 17

3.1.1 Penyitaan ... 17

3.1.2 Penanggung Pajak... 17

3.1.3 Surat Paksa ... 18

3.1.4 Jurusita Pajak Negara ... 18

3.2 Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek ... 21

3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 21

3.2.1.1 Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying ... 21

3.2.1.2 Hambatan yang terjadi dalam Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying ... 22

3.2.1.1 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying ... 24

3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek ... 25

(35)

3.2.2.2 Hambatan yang terjadi dalam Prosedur Pelaksanaan

Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Cibeunying ... 26

3.2.2.3 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying ... 27

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 29

4.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 33

(36)

Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=4

Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba

Empat

Rusdji, Muhammad. 2007. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Edisi 2.

Jakarta: PT. Indeks

Soemarso, S.R.2007 Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

Suandy, Erly. 2000. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Suandy, Erly. 2002. Hukum Pajak. Edisi 2 (Revisi). Jakarta: Salemba Empat.

(37)

DATA PRIBADI

Nama : Dwitra Ananda

Nim : 21112199

Tempat/ Tanggal lahir : Lhokseumawe, 27 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : JL Ciheulang No 231 A Kec. Coblong Kel Sekeloa

DATA PENDIDIKAN

1. TK (Taman Indriya) Arun 1999-2001

2. SD Negeri 1 Kuta Binjei 2001-2006

3. SMP Negeri 1 Langsa 2006-2008

4. SMP YAPENA Arun 2008-2009

5. SMA Negeri Modal Bangsa Arun 2009-2012

(38)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, dan karunia-Nya, penulis

dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul “Tinjauan Atas

Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Cibeunying”. Laporan kerja praktek ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi Strata 1

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia

(UNIKOM) Bandung.

Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari bahwa

dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna baik dalam

teknik penulisan maupun penyajian materi dan pembahasannya. Hal ini tidak lain

karena keterbatasan pengetahuan kemampuan dan pengalaman yang penulis

miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun sebagai upaya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya

bagi penulis.

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menyadari bahwa

laporan kerja praktek ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan,

nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

(39)

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Ak. CA. selaku Dosen Wali

5. Dian Dwinita, K,SE.,M.SI . selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

dan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina dan

mengarahkan penulis sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan.

6. Wati Aris Astuti, SE., M.Si., Ak., CA. selaku koordinator Kerja Praktek

7. Jefri, SE., M.M selaku kepala seksi penagihan dan pembimbing selama Kerja

Praktek

8. Pak Irvan, Pak Saiful, dan Bu Suzi selaku juru sita pajak .

9. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan dukungan kepada

penulis

10.Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman Ak-5

11.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung

ataupun tidak langsung yang turut membantu penyelesaian laporan kerja

(40)

memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya kepada

pihakpihak yang membutuhkannya. Amin

Bandung, Desember 2015

(41)
(42)
(43)

Gambar

Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Keywords: Carbon sequestration; Fertilizer; Irrigation; Kyoto protocol; Manure; Soil carbon; Soil carbonate; Soil organic

There is a need to develop sustainable land management (SLM) sys- tems, and this requires the development of methods which can be used by researchers, extension workers, local

3.4 Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa

jika ada kolom yang tidak tergantung secara fungsional terhadap primary key, maka kolom harus dipisah dengan membuat tabel lain (tabel baru) dan pada tabel baru tersebut juga

3.4 Mengenal teks cerita diri/ personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata

Buatlah Perencanaan pembelajaran, evaluasi, dan PKB setiap hari sehingga tidak memberatkan pekerjaan anda. Keluarga anda di rumah membutuhkan kasih

In the present study, the MGDI based approach was utilized to assess the instantaneous ecological disturbance caused by three major cyclones occurred in the last decade and a