• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Disiplin Pegawai Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Disiplin Pegawai Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI

Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung Dalam,

Kecamatan Binjai Selatan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh :

Cristine Pauline Dwinata

130921010

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI PADA PUSKESMAS RAMBUNG, KELURAHAN

RAMBUNG DALAM, KECAMATAN BINJAI SELATAN

Nama : Cristine Pauline Dwinata

NIM : 130921010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP

Dalam menjalankan pelayanan kesehatan secara efisien, dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu membimbing dan mengarahkan bawahan dalam pencapaian visi dan misi puskesmas. Kesuksesan dalam mencapai visi dan misi puskesmas akan tercermin dari gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan disiplin pegawainya. Gaya kepemimpinan Kepala Puskesmas dalam berinteraksi dengan pegawai baik dalam situasi formal maupun informal dalam meningkatkan disiplin pegawainya, maka tidak heran gaya kepemimpinan situasional menjadi penilaian yang baik dalam meningkatkan disiplin pegawai Puskesmas Rambung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan situasional, mengetahui bagaimana disiplin pegawai di Puskesmas Rambung, dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai di Puskesmas Rambung, Binjai. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan analisa kuantitatif menggunakan regresi linier sederhana. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai di Puskesmas Rambung”.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang diperoleh, maka hasilnya adalah terdapat hubungan sebesar 0,47 yang berada pada kategori sedang dan bernilai positif. Dari hasil Uji t, diperoleh nilai sebesar 4,425. Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai. Selanjutnya, dari hasil perhitungan juga dapat diketahui bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai pada Puskesmas Rambung dengan persamaan regresi linier sederhana yaitu Y = 4,96 + 0,64X yang menunjukkan bahwa jika peningkatan gaya kepemimpinan situasional dalam satu satuan skor akan diikuti dengan peningkatan disiplin pegawai sebesar 0,64. Dari hasil uji determinan maka besarnya pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai sebesar 34,81% dan sisanya 65,19% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional

Terhadap Disiplin Pegawai Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung

Dalam, Kecamatan Binjai Selatan”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Disiplin

Pegawai Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan

Binjai Selatan. Skripsi ini juga disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara.

Selama proses penyusunan skripsi, penulis banyak dibantu oleh berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan untaian kata terima

kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua penulis yakni Ayahanda

Drs.Madin Silalahi, MM dan Ibunda Jenny R.M.Sihombing, BSc serta keempat

abang penulis yakni Ronald Silalahi, Esron Silalahi, Gilbert Silalahi, dan Ricci

Silalahi yang senantiasa memberikan doa di setiap langkah serta motivasi yang

tiada habisnya bagi penulis.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan

selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ibu Arlina, SH., M.Hum selaku dosen penguji yang bersedia memberikan

kritik dan saran yang tentunya akan membantu menyempurnakan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan

banyak bekal ilmu, nasihat, bimbingan serta arahan kepada penulis, selama

penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Seluruh Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu

Administrasi Negara terkhusus Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak

membantu segala urusan administrasi sejak awal penulis memulai studi

hingga saat ini.

7. dr. Yulviarina Eka Putri selaku Kepala Puskesmas Rambung, Kelurahan

(5)

memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas

Rambung.

8. Seluruh Staf Pegawai Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung Dalam,

Kecamatan Binjai Selatan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian baik dalam hal pengumpulan data maupun pengisian angket.

9. Rekan-rekan kerja di Kingston School, terkhusus buat Mrs.Helen Victoria

Berryamin-Yin (The Principal of Kingston School), Ms.JJ (The Leader of

Pre-School), Ms.Henny Pardede (The Leader of K-1), Ms.Novi (ICT

Teacher), dan semua rekan-rekan kerja yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Terima kasih buat dukungan dan motivasi yang diberikan kepada

penulis selama proses penulisan skripsi ini.

10. Seluruh teman-teman ekstensi administrasi negara stambuk 2013 yang sudah

menemani penulis selama kurang lebih 2 tahun mengikuti bangku

perkuliahan, terkhusus buat Ira dan Yohanda yang juga mempunyai dosen

pembimbing yang sama dengan penulis. Terima kasih buat dukungannya.

11. Sahabat sejati di ekstensi administrasi negara stambuk 2013 Kak Jenny, Kak

Noni, dan Kak Restu yang selalu bersama selama awal hingga akhir

perkuliahan. Terima kasih buat dukungan dan motivasi yang telah diberikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

terdapat kekurangan baik itu dari permasalahan sistem penulisan maupun dari

substansi penulisan skripsi itu sendiri. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan mahasiswa dan Bapak/Ibu

(6)

banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Medan, April 2015 Hormat Saya,

(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Rumusan Masalah ………. 4

1.3. Tujuan Penelitian ………... 5

1.4. Manfaat Penelitian ………. 5

1.5. Kerangka Teori ……….. 5

1.5.1. Pemimpin dan Kepemimpinan ………... 6

1.5.1.1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan….... 6

1.5.1.2. Karakteristik Kepemimpinan ………... 9

1.5.1.3. Fungsi-fungsi Kepemimpinan …………... 11

1.5.1.4. Gaya Kepemimpinan ……….….…….. 12

1.5.1.4.1. Gaya Kepemimpinan Situasional …. 13 1.5.2. Disiplin Pegawai ……….……….……... 22

1.5.2.1. Pengertian Disiplin ……….…………... 22

1.5.2.2. Jenis-jenis Disiplin Kerja Pegawai ….……... 23

1.5.2.3. Pendekatan Disiplin Kerja ………….……….. 24

1.5.2.4. Indikator Disiplin Pegawai …….……...…….. 25

1.5.3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Disiplin Pegawai …….………. 28

1.6. Hipotesis ………..…………..…... 30

1.7. Definisi Konsep ………..……… 31

(8)

BAB II METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian ………..…... 36

2.2. Lokasi Penelitian ………..… 36

2.3. Populasi dan Sampel ………. 36

2.4. Teknik Pengumpulan Data ……… 37

2.5. Teknik Penentuan Skor ………... 38

2.6. Teknik Analisis Data ……….….... 40

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Puskesmas ……… 44

3.2.1. Visi dan Misi Puskesmas Rambung …….……… 53

3.2.2. Tujuan Puskesmas Rambung ………... 54

3.2.3. Fungsi Puskesmas Rambung ……… 56

3.2.4. Struktur Organisasi ………... 56

3.2.5. Tata Kerja Puskesmas ………... 58

3.2.6. Sarana dan Fasilitas Puskesmas ……… 59

3.2.7. Unit Kerja dan Kategori SDM Tenaga Kesehatan ... 60

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Deskripsi Data Identitas Responden ……….. 62

4.2. Variabel Penelitian ………..…... 65

4.2.1. Gaya Kepemimpinan Situasional (Variabel X) …….... 65

4.2.2. Disiplin Pegawai (Variabel Y) ………... 74

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Klasifikasi Jawaban Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Situasional (Variabel X)……….... 81

(9)

5.3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap

Disiplin Pegawai Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan

Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan ………. 83

5.3.1. Koefisien Korelasi Product Moment ………. 84

5.3.2. Analisis Regresi Linier Sederhana ………. 86

5.3.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ………. 87

5.3.4. Koefisien Determinan ………... 88

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 89

6.2. Saran ... 90

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pola Sikap Pemimpin ………. 20

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Ketenagaan di Puskesmas

Rambung Kota Binjai Tahun 2015 ……… 37

Tabel 2.2 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ….. 41

Tabel 3.1 Distribusi penduduk menurut jumlah jiwa, luas wilayah, kepadatan penduduk dan rata – rata jiwa/KK ……… 45

Tabel 3.2 Distribusi penduduk menurut jenis kelamin ... 45

Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Menurut Umur ………. 46

Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Menurut Pendapatan ……… 48

Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan ………... 49

Tabel 3.6 Distribusi penduduk menurut jaminan kesehatan ……….. 50

Tabel 3.7 Distribusi penduduk menurut pendidikan ……….. 52

Tabel 3.8 Prasarana Pendidikan ... 53

Tabel 3.9 Unit Kerja, Kategori SDM dan Kegiatan yang dilaksanakan ... 60

Tabel 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 62

Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ………. 63

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan …. 63 Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Golongan/Non Golongan …… 64

Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja ……….. 64

Tabel 4.6 Distribusi jawaban responden mengenai pemimpin yang membimbing dan mengarahkan pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas secara terstruktur dan disertai oleh prosedur yang jelas ……… 66

Tabel 4.7 Distribusi jawaban responden mengenai pemimpin yang selalu mengawasi/mengontrol kinerja pegawai ………. 67

Tabel 4.8 Distribusi jawaban responden mengenai pemimpin yang sering mengadakan rapat evaluasi terhadap tugas yang telah dikerjakan oleh pegawai ……… 67

(12)

Tabel 4.10 Distribusi jawaban responden mengenai pemimpin yang

membangun hubungan kerja yang professional dengan

pegawai selama jam kerja berlangsung (di dalam lingkungan

kerja) ……… 69

Tabel 4.11 Distribusi jawaban responden mengenai pemimpin yang

membangun hubungan yang harmonis dan bersifat

kekeluargaan dengan pegawai di luar lingkungan kerja ……….. 70

Tabel 4.12 Distribusi jawaban responden mengenai pemimpin yang

mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pegawai

didalam maupun diluar lingkungan kerja ……… 71

Tabel 4.13 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas dan fungsi

sesuai bidang masing-masing dengan baik dan benar …………. 72

Tabel 4.14 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

memiliki tingkat kematangan yang baik dalam

mengambil/menghadapi resiko pekerjaan yang terjadi ………… 73

Tabel 4.15 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

memiliki kreativitas dalam melaksanakan pekerjaan/

tugas-tugas ……… 74

Tabel 4.16 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

ditempatkan di tempat yang tepat dan dibebankan pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuan pegawai ……… 75

Tabel 4.17 Distribusi jawaban responden mengenai pemimpin yang

memberikan teladan yang baik kepada pegawai seperti datang

dan pulang kantor tepat pada waktunya, jujur, adil, serta sesuai

dengan perbuatan ………. 76

Tabel 4.18 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang menerima

balas jasa (gaji, upah/honor dari suatu pekerjaan ekstra,

dan kesejahteraan) secara merata/seimbang ………. 76

Tabel 4.19 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

(13)

Tabel 4.20 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

mendapat pengawasan dari pimpinan terkait dengan perilaku,

moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja pegawai …………. 78

Tabel 4.21 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

dikenakan sanksi (teguran) atau hukuman yang logis setiap

melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat ke

kantor, pulang dari kantor tidak sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan, dan juga jarang masuk kantor ……….. 78

Tabel 4.22 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

mendapat perlakuan tegas dari pemimpin dalam hal ketepatan

waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan

instruksi yang diberikan ……….. 79

Tabel 4.23 Distribusi jawaban responden mengenai pegawai yang

menjalin hubungan kemanusiaan yang harmonis dalam

lingkungan dan suasana kerja yang nyaman dengan

pimpinan dan sesama pegawai ………. 80

Tabel 5.1 Kategori Data Variabel Gaya Kepemimpinan Situasional …….. 81

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden Terhadap

Variabel Gaya Kepemimpinan Situasional ……….. 82

Tabel 5.3 Kategori Data Variabel Disiplin Pegawai ……… 82

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden Terhadap

Variabel Disiplin Pegawai ……… 83

(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Distribusi penduduk menurut jenis kelamin ……… 46

Grafik 3.2 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Usia ……… 47

Grafik 3.3 Distribusi Penduduk Menurut Pendapatan ………. 49

Grafik 3.4 Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan ………. 50

Grafik 3.5 Distribusi penduduk menurut jaminan kesehatan ……… 51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Kesediaan Mengisi Angket Penelitian

2. Lembar Identitas Responden

3. Angket Penelitian

4. Skor Jawaban Responden Tentang Gaya Kepemimpinan Situasional (Variabel

X)

5. Skor Jawaban Responden Tentang Disiplin Pegawai (Variabel Y)

6. Tabel Nilai Koefisien Korelasi “R” Product Moment Pada Taraf Signifikan

5% Dan 1% Nilai-Nilai R Product Moment

7. Tabel Nilai-Nilai Dalam Distribusi ‘t’

8. Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

9. Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Program Ekstensi

10. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Departemen Ilmu

Administrasi Negara Program Ekstensi

11. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usul Penelitian (RUP)

Mahasiswa FISIP USU Program Ekstensi

12. Berita Acara Seminar Proposal Rencana Usulan Penelitian Departemen Ilmu

Administrasi Negara Program Ekstensi

13. Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Program Ekstensi

(16)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI PADA PUSKESMAS RAMBUNG, KELURAHAN

RAMBUNG DALAM, KECAMATAN BINJAI SELATAN

Nama : Cristine Pauline Dwinata

NIM : 130921010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP

Dalam menjalankan pelayanan kesehatan secara efisien, dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu membimbing dan mengarahkan bawahan dalam pencapaian visi dan misi puskesmas. Kesuksesan dalam mencapai visi dan misi puskesmas akan tercermin dari gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan disiplin pegawainya. Gaya kepemimpinan Kepala Puskesmas dalam berinteraksi dengan pegawai baik dalam situasi formal maupun informal dalam meningkatkan disiplin pegawainya, maka tidak heran gaya kepemimpinan situasional menjadi penilaian yang baik dalam meningkatkan disiplin pegawai Puskesmas Rambung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan situasional, mengetahui bagaimana disiplin pegawai di Puskesmas Rambung, dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai di Puskesmas Rambung, Binjai. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan analisa kuantitatif menggunakan regresi linier sederhana. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai di Puskesmas Rambung”.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang diperoleh, maka hasilnya adalah terdapat hubungan sebesar 0,47 yang berada pada kategori sedang dan bernilai positif. Dari hasil Uji t, diperoleh nilai sebesar 4,425. Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai. Selanjutnya, dari hasil perhitungan juga dapat diketahui bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai pada Puskesmas Rambung dengan persamaan regresi linier sederhana yaitu Y = 4,96 + 0,64X yang menunjukkan bahwa jika peningkatan gaya kepemimpinan situasional dalam satu satuan skor akan diikuti dengan peningkatan disiplin pegawai sebesar 0,64. Dari hasil uji determinan maka besarnya pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai sebesar 34,81% dan sisanya 65,19% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun swasta

memerlukan adanya kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan faktor yang

sangat penting dalam pelaksanaan jalannya roda organisasi, karena tanpa adanya

faktor kepemimpinan yang berfungsi sebagai penggerak dalam pelaksanaan segala

kegiatan, maka pencapaian tujuan organisasi tidak akan berhasil. Dalam

menjalankan kepemimpinan tersebut, tentu ada seorang pemimpin yang

mengatur/mengelola suatu organisasi agar organisasi tersebut dapat berjalan

dengan baik dan dapat mencapai tujuannya. Dalam memimpin organisasi, tentu

seorang pemimpin akan menerapkan gaya kepemimpinannya dalam

mempengaruhi bawahannya agar mereka mau bekerja sama melakukan

aktivitas-aktivitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan organisasi.

Menurut penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Samsuri, A.Margono,

dan Sugandi (2014) yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional

Dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah

Kabupaten Kutai Timur”, yang dianggap relevan oleh penulis terhadap penelitian

ini, diketahui bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel Gaya

Kepemimpinan Situasional dan Disiplin Kerja mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap prestasi kerja pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten

Kutai Timur, dengan kata lain jika nilai dari variabel independen secara

bersama-sama meningkat atau ditingkatkan, akan mendorong peningkatan prestasi kerja

(18)

tersebut, tampak bahwa gaya kepemimpinan situasional dan disiplin kerja

berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja pegawai sehingga dapat

mencapai tujuan organisasi. Untuk memastikan proses pencapaian tujuan

organisasi tersebut, maka terlebih dahulu perlu dipikirkan, diperhitungkan dan

dipertimbangkan, dengan kata lain segala sesuatunya perlu direncanakan dengan

baik dan dibutuhkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas pelaksanaan

kegiatan organisasi dan dapat memotivasi serta menjaga kualitas hubungan

dengan para pegawainya yang salah satunya dapat meningkatkan disiplin kerja

pegawainya.

Dalam penelitian ini, penulis memilih organisasi yang bergerak di sektor

pemerintahan, yaitu Puskesmas Rambung, Binjai. Menurut Kepmenkes RI

No.128/SK/II/2004 puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai institusi yang semakin mandiri,

puskesmas dituntut agar bisa menjalankan pelayanan kesehatan secara efisien.

Untuk menjalankan pelayanan kesehatan tersebut, dibutuhkan pemimpin dan

pegawai yang berkualitas agar proses pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut

dapat berjalan secara efisien. Disinilah diharapkan peran pemimpin dalam

mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya kearah pencapaian visi dan misi

puskesmas.

Dalam mempengaruhi dan mengarahkan bawahan, seorang pemimpin akan

menerapkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan yang menjadi fokus

(19)

kepemimpinan situasional ini didasarkan pada petunjuk dan pengarahan yang

diberikan oleh pimpinan kepada bawahan, dukungan sosio emosional yang

diberikan oleh pimpinan kepada bawahan, dan tingkat kesiapan atau kematangan

para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau

tujuan tertentu. Dalam menerapkan gaya kepemimpinan situasional tersebut, salah

satu unsur penting bagi kesuksesan pemimpin di dalam mengendalikan,

mengarahkan dan membimbing bawahannya adalah mengenai disiplin pegawai.

Pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki

dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para

karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para

karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya.

Selama proses penelitian, penulis mengamati bahwa tingkat disiplin

pegawai di Puskesmas Rambung masih kurang baik. Hal ini terlihat dari

kehadiran pegawai yang tidak sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan.

Adapun jam kerja pegawai di Puskesmas Rambung, Binjai yaitu Senin – Kamis

(pukul 08.00 – 14.15 WIB) dan Jumat – Sabtu (pukul 08.00 – 12.00 WIB).

Namun pada kenyataannya, masih ada pegawai yang tidak mematuhi ketentuan

jam kerja tersebut, datang ke kantor lewat dari jam masuk yang telah ditetapkan

dan pulang dari kantor sebelum waktunya. Selain masalah kehadiran, terdapat

juga masalah dalam keterlambatan pegawai dalam memberikan laporan ke Dinas

Kesehatan Tingkat II Kota Binjai. Alasan yang dikemukakan pegawai terkait

dengan keterlambatan pemberian laporan ke Dinas Kesehatan Tingkat II Kota

(20)

memberikan laporan ke Puskesmas Rambung sehingga pegawai Puskesmas

Rambung juga telat memberikan laporan ke Dinas Kesehatan Tingkat II, Kota

Binjai. Seharusnya sebagai aparatur sipil negara yang baik, harus menaati semua

peraturan yang telah ditetapkan seperti datang dan pulang kantor sesuai jam yang

telah ditetapkan, dan menyelesaikan tugas-tugas atau laporan tepat pada waktunya

agar tercapai tujuan organisasi.

Permasalahan penerapan disiplin bukanlah hal yang mudah akan tetapi suatu

tanggung jawab yang sulit untuk dilaksanakan, karena disiplin berkaitan dengan

berbagai segi dan nilai-nilai tingkah laku seseorang yang menyangkut pribadi dan

kelompok dalam suatu organisasi tertentu. Pada kenyataannya, disiplin kerja tidak

lepas kaitannya dengan bagaimana pimpinan menjalankan perannya sebagai

kepala organisasi. Pimpinan dinilai memegang peranan yang penting dan strategis

terhadap disiplin kerja pegawai dalam pencapaian tujuan organisasi. Keadaan

demikian yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Disiplin

Pegawai Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung Dalam,

Kecamatan Binjai Selatan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh gaya

kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai di Puskesmas Rambung,

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan situasional Kepala Puskesmas

Rambung, Binjai.

2. Untuk mengetahui bagaimana disiplin pegawai di Puskesmas Rambung,

Binjai.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional

terhadap disiplin pegawai di Puskesmas Rambung, Binjai.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan suatu pengembangan Ilmu

Administrasi Negara terutama pada kajian Kepemimpinan dan Manajemen

Sumber Daya Manusia.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran bagi upaya pemecahan masalah-masalah mengenai

gaya kepemimpinan situasional dan tingkat disiplin pegawai di Puskesmas

Rambung, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.

1.5. Kerangka Teori

Untuk memudahkan proses penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir

yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti

perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan

dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Teori adalah

seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu

(22)

variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan gejala itu (Kerlinger,

2006:14).

Mengacu pada pendapat diatas, maka dalam hal ini penulis mengemukakan

beberapa teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian ini.

1.5.1. Pemimpin dan Kepemimpinan

1.5.1.1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Dalam praktek, kepemimpinan sudah ada semenjak manusia hidup

berkelompok. Namun demikian sebagai ilmu, kepemimpinan baru mendapat

perhatian sejak timbulnya manajemen ilmiah (Scientific Management) yang

dipelopori oleh Frederich Winslow Taylor pada awal abad ke-20; dan dikemudian

hari berkembang menjadi suatu ilmu kepemimpinan.

Menurut Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 2001:49), kepemimpinan

adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Inu Kencana (2013:1), kepemimpinan adalah kemampuan dan

kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar

melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang

bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.

Menurut Rivai (2006:2), dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan

Dan Perilaku Organisasi” menyatakan bahwa definisi kepemimpinan secara luas,

adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,

memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk

memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi

(23)

aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja

kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok

atau organisasi.

Menurut George R. Terry (dalam Sutarto, 1989:17), “Leadership is the

relationship in which one person, or the leader, influences others to work together

willingly on related tasks to attain that which the leader desires.” (Kepemimpinan

adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi

orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk

mencapai yang diinginkan pemimpin).

Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1988:86), “Leadership is

the process of influencing the activities of an individual or a group in efforts

toward goal achievement in a given situation.” (Kepemimpinan adalah proses

mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai

tujuan dalam situasi tertentu).

Menurut G. U. Cleeton dan C. W. Mason (dalam Inu Kencana, 2013:2),

“Leadership indicates the ability to influence men and secuire results through

emotional appeals rather than through the exercise of authority.” (Kepemimpinan

menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai hasil

melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan melalui

penggunaan kekuasaan).

Prof.Dr.Veithzal Rivai, M.B.A, dalam bukunya ‘Kiat Memimpin dalam

Abad ke-21’ (2004:64) menjelaskan pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada

(24)

telah ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka

untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya,

seorang pemimpin yang baik mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan

jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya memenuhi kepentingan mereka

yang terbaik. Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan sebagai peranan

dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang lain.

Dalam menjalankan kepemimpinan tersebut, ada seorang pemimpin yang

mengatur/mengelola suatu organisasi agar organisasi tersebut dapat berjalan

dengan baik dan dapat mencapai tujuannya. Menurut Kartini Kartono (2001:74),

pemimpin adalah pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya dalam

satu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama

melakukan aktivitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan organisasi.

Prof.Dr.Veithzal Rivai, M.B.A, dalam bukunya ‘Kiat Memimpin dalam

Abad ke-21’ (2004:64) menyatakan bahwa pemimpin adalah anggota dari suatu

perkumpulan yang diberi kedudukan tertentu dan diharapkan dapat bertindak

sesuai dengan kedudukannya. Seorang pemimpin adalah juga seseorang dalam

suatu perkumpulan yang diharapkan dapat menggunakan pengaruhnya untuk

mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa

seorang pemimpin yang jujur ialah seorang yang memimpin dan bukan seorang

yang menggunakan kedudukan untuk memimpin.

Sedangkan menurut Henry Pratt Fairchild (dalam Kartini Kartono,

2001:33), pemimpin dalam pengertian luas ialah seorang yang memimpin, dengan

(25)

mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise,

kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang

yang membimbing memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan

akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah

suatu proses mempengaruhi dan mengarahkan individu maupun kelompok yang

tergabung dalam suatu organisasi untuk melakukan segala aktivitas atau kegiatan

demi pencapaian tujuan bersama (individu, kelompok, dan organisasi). Sedangkan

pemimpin adalah orang yang memegang kendali atas suatu organisasi untuk

mempengaruhi bawahan atau pengikutnya agar mau bekerja sama secara efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, pemimpin adalah

seseorang yang menjalankan proses kepemimpinan.

1.5.1.2. Karakteristik Kepemimpinan

Karakteristik pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh

setiap pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Rivai

(2004:68) menyatakan bahwa pemimpin cenderung untuk memiliki karakteristik

umum seperti berikut:

1. Inteligensi. Pemimpin cenderung memiliki inteligensi lebih tinggi daripada

pengikutnya. Hal ini tidak harus berarti prestasi akademik.

2. Kematangan sosial. Pemimpin cenderung memiliki kematangan emosional dan

(26)

3. Memiliki motivasi dan orientasi pada pencapaian. Pemimpin ingin meraih

segala sesuatu, ketika mereka meraih satu tujuan mereka mencari yang lainnya.

Biasanya motivasinya tidak tergantung pada desakan-desakan dari luar.

4. Memiliki kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi yang baik. Pemimpin

memahami kebutuhan untuk bekerja dengan orang lain dan menghargai orang

lain secara individual. Mereka cenderung menggunakan keterampilan

komunikasinya untuk mempromosikan sebuah perasaan kerja sama yang saling

menguntungkan dan saling mendukung.

Sedangkan menurut Siagian (1994:75) menyatakan bahwa ciri-ciri ideal

seorang pemimpin adalah :

1. Pengetahuan umum yang luas

2. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang

3. Sifat inkuisitif

4. Kemampuan analitik

5. Daya ingat yang kuat

6. Kapasitas integratif

7. Keterampilan berkomunikasi secara efektif

8. Keterampilan mendidik

9. Rasionalitas

10. Objektivitas

11. Pragmatisme

12. Kemampuan menentukan skala prioritas

(27)

14. Rasa tepat waktu

15. Rasa kohesi yang tinggi

16. Naluri relevansi

17. Keteladanan

18. Kesediaan menjadi pendengar yang baik

19. Adaptabilitas

20. Fleksibilitas

21. Ketegasan

22. Keberanian

23. Orientasi masa depan

24. Sikap yang antisipatif

1.5.1.3. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai

dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan

situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang

mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi

itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial

kelompok/organisasinya.

Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial

kelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi

tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan

terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan

(28)

fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam

interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. Fungsi

kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut:

1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)

dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan

orang-orang yang dipimpinnya.

2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan

orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok

kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui

keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin.

Menurut Siagian (1994:47), fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat

hakiki adalah:

1. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian

tujuan.

2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar

organisasi.

3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif.

4. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam

menangani situasi konflik.

5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.

1.5.1.4. Gaya Kepemimpinan

Ada suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan

(29)

oleh pemimpin tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Menurut

Miftah Thoha (1998:265), gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang

digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi

perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan

persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang

perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Sedangkan

menurut Rivai (2006:64), gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang

digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi

tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola

perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.

Berbicara mengenai gaya sesungguhnya berbicara mengenai “modalitas” dalam

kepemimpinan. Modalitas berarti mendalami cara-cara yang disenangi dan

digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk menjalankan kepemimpinannya.

Berikut ini akan diuraikan gaya kepemimpinan situasional menurut Fred E.

Fielder dan Hersey-Blanchard.

1.5.1.4.1. Gaya Kepemimpinan Situasional

Gaya kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap

kepemimpinan dimana semua kepemimpinan tergantung kepada keadaan atau

situasi. Situasi adalah gelanggang yang perlu bagi pemimpin untuk beroperasi.

Bagi sebagian besar pemimpin, situasi bisa menentukan keberhasilan atau

kegagalan, tetapi adalah keliru untuk terlalu menyalahkan situasi. Menurut teori

ini, seorang pemimpin akan efektif jika gaya kepemimpinannya sesuai dengan

(30)

kepemimpinan yang berbeda dalam situasi yang berbeda, jadi tidak tergantung

pada satu pendekatan untuk semua situasi. Dalam menerapkan teori

kepemimpinan situasional, pemimpin harus didasarkan pada hasil analisis

terhadap situasi yang dihadapi pada suatu saat tertentu dan mengidentifikasikan

kondisi anggota atau anak buah yang dipimpinnya. Kondisi bawahan merupakan

faktor yang penting pada kepemimpinan situasional karena bawahan selain

sebagai individu mereka juga merupakan kelompok yang kenyataannya dapat

menentukan kekuatan pribadi yang dipunyai pemimpin. Beberapa model

kepemimpinan situasional yaitu sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Kontingensi (ContingencyLeadership Style) Menurut Fred E. Fielder.

Teori ini tidak membahas gaya kepemimpinan apa yang paling baik dan

gaya kepemimpinan apa yang tidak baik, tetapi teori ini mengemukakan

bagaimana tindakan seorang pemimpin dalam situasi tertentu perilaku

kepemimpinannya yang efektif. Teori ini juga tidak membahas gaya dan perilaku

yang berpola tetapi membahas perilaku yang berdasarkan situasi. Artinya,

pemimpin dalam memperagakan kepemimpinannya tidak berpedoman pada salah

satu pola perilaku dari waktu ke waktu melainkan didasarkan pada analisis

pemimpin setelah ia mempelajari situasi tertentu, lalu melakukan pendekatan yang

tepat.

Gaya kepemimpinan ini mengemukakan tiga indikator utama yang

menentukan suatu situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi

(31)

a. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan.

Hubungan antara pemimpin dan bawahan dapat ditunjukkan dengan adanya

komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan bawahan.

b. Struktur tugas dalam arti sampai sejauh mana tugas-tugas yang harus

dilaksanakan itu terstruktur atau tidak dan apakah disertai oleh prosedur yang

tegas dan jelas atau tidak.

c. Kedudukan (posisi) kewenangan pemimpin berdasarkan kewenangan formal

yang dimiliki. Artinya, bagaimana seorang pemimpin memberikan pengaruh

terhadap bawahan seperti penegakan disiplin, pemberian upah/gaji, promosi,

memberikan hukuman dan penghargaan.

Ketiga indikator ini dikaitkan dengan pendekatan yang berorientasi pada

tugas, hal ini tergantung pada situasi yang ada pada saat tertentu. Kombinasi

antara situasi yang dihadapi oleh pemimpin dengan perilaku kepemimpinan yang

tepat akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Yang dimaksud dengan

perilaku yang tepat adalah dalam situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada

tugas dan dalam situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada hubungan.

Perilaku pemimpin yang berorientasi pada hubungan akan efektif dalam

situasi yang moderat misalnya pemimpin yang menghadapi situasi ketika derajat

indikator situasi hubungan pemimpin dan bawahan rendah, tetapi kedua indikator

yang lain derajatnya tinggi. Atau dalam situasi lain yaitu indikator situasi posisi

kewenangan pemimpin derajatnya rendah tetapi indikator yang lain derajatnya

(32)

Kesimpulan dari gaya kepemimpinan kontingensi dari Fielder adalah

perilaku kepemimpinan yang efektif tidak berpola pada salah satu gaya tertentu,

melainkan dimulai dengan mempelajari situasi tertentu pada suatu saat tertentu.

Yang dimaksud dengan situasi tertentu adalah adanya tiga indikator yang

dijadikan dasar sebagai perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau

hubungan, tetapi tidak berarti bahwa seorang yang perilaku kepemimpinannya

berorientasi pada tugas tidak pernah berorientasi pada hubungan.

2. Gaya Kepemimpinan Situasional Menurut Paul Hersey dan Kenneth

Blanchard.

Gaya kepemimpinan ini berdasarkan pada kemampuan pemimpin dalam

mengidentifikasi isyarat-isyarat yang terjadi di lingkungannya, akan tetapi

kemampuan mendiagnosis belum cukup untuk berperilaku yang efektif.

Pemimpin harus mampu mengadakan adaptasi perilaku kepemimpinan terhadap

tuntutan lingkungan di mana ia memperagakan kepemimpinannya. Dengan kata

lain seorang pemimpin harus mempunyai fleksibilitas yang bervariasi. Kebutuhan

yang berbeda pada bawahan/pengikut menyebabkan bawahan/pengikut tersebut

harus diperlakukan berbeda pula, walaupun banyak praktisi yang menganggap

tidak praktis kalau dalam setiap kali mengambil keputusan harus terlebih dahulu

mempertimbangkan setiap situasi.

Adapun indikator dari gaya kepemimpinan situasional Paul Hersey dan

Kenneth Blanchard didasarkan pada (dalam Rivai, 2006:73) :

1. Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin (perilaku

(33)

dalam melaksanakan tugas-tugas secara terstruktur dan disertai oleh prosedur

yang jelas, (2) Pengawasan pimpinan terhadap kinerja pegawai, (3) Pemimpin

mengadakan rapat evaluasi terhadap tugas-tugas yang telah dikerjakan oleh

pegawai, (4) Pemimpin menerima saran dan kritik yang membangun dari

pegawai terhadap pemecahan suatu masalah.

2. Kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin (perilaku

hubungan), yaitu berupa: (1) Sikap pimpinan terhadap pegawai di dalam

lingkungan kerja, (2) Sikap pimpinan terhadap pegawai di luar lingkungan

kerja, dan (3) Pemimpin mampu menjalin komunikasi yang baik dengan

pegawai didalam maupun diluar lingkungan kerja.

3. Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperlihatkan oleh anggota dalam

melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu, yaitu

berupa: (1) Kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai

bidang masing-masing, (2) Kematangan pegawai dalam mengambil resiko

pekerjaan, dan (3) Kreativitas pegawai dalam melaksanakan pekerjaan.

Teori ini menekankan hubungan antara pemimpin dengan anggota sehingga

tercipta kepemimpinan yang efektif. Selain itu, teori ini juga menjelaskan

hubungan antara perilaku kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan

anggota kelompok atau pengikutnya.

Kematangan (maturity) adalah bukan kematangan secara psikologis

melainkan menggambarkan kemauan dan kemampuan (willingness and ability)

anggota dalam melaksanakan tugas masing-masing termasuk tanggung jawab

(34)

diri sendiri. Jadi, indikator kematangan yang dimaksud adalah kematangan dalam

melaksanakan tugas masing-masing tidak berarti kematangan dalam segala hal.

Kematangan individu dalam teori kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard

dibedakan dalam 4 kategori kematangan yang masing-masing punya perbedaan

tingkat kematangan, yaitu:

M1: Tingkat Kematangan Anggota Rendah

Ciri-cirinya: adalah anggota tidak mampu dan tidak mau melaksanakan

tugas, maksudnya adalah kemampuan anggota dalam melaksanakan tugas

rendah dan anggota tersebut juga tidak mau bertanggung jawab.

Penyebabnya: tugas dan jabatan yang dijabat memang jauh di atas

kemampuannya, kurang mengerti apa kaitan antara tugas dan tujuan

organisasi, mempunyai sesuatu yang diharapkan tetapi tidak sesuai dengan

ketersediaan dalam organisasi.

M2: Tingkat Kematangan Anggota Rendah ke Sedang atau Moderat Rendah

Ciri-cirinya: anggota tidak mampu melaksanakan tetapi mau bertanggung

jawab, yaitu: walaupun kemampuan dalam melaksanakan tugasnya rendah

tetapi memiliki rasa tanggung jawab sehingga ada upaya untuk berprestasi.

Mereka yakin akan pentingnya tugas dan tahu pasti tujuan yang ingin

dicapai.

Penyebabnya: anggota belum berpengalaman atau belum mengikuti

pelatihan dan pendidikan tetapi memiliki motivasi yang tinggi, menduduki

(35)

berupaya mencapai prestasi, punya harapan yang sesuai dengan ketersediaan

yang ada dalam organisasi.

M3: Tingkat Kematangan Anggota Sedang ke Tinggi atau Moderat Tinggi

Ciri-cirinya: anggota mampu melaksanakan tetapi tidak mau, yaitu mereka

mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tetapi karena sesuatu hal

tidak yakin akan keberhasilan sehingga tugas tersebut tidak dilaksanakan.

Penyebabnya: anggota merasa kecewa atau frustasi misalnya baru saja

mengalami alih tugas dan tidak puas dengan penempatan yang baru.

M4: Tingkat Kematangan Anggota Tinggi

Ciri-cirinya: anggota mau dan mampu, yaitu mempunyai kemampuan yang

tinggi dalam menyelesaikan tugas ataupun memecahkan masalah dan punya

motivasi tinggi serta besar tanggung jawabnya. Mereka adalah yang

berpengalaman dan punya kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan

tugas. Mereka mendapat kepuasan atas prestasinya dan yakin akan selalu

berhasil.

Merujuk pada tingkat kematangan masing-masing kelompok atau anggota

kelompok, maka perilaku kepemimpinan harus disesuaikan demi tercapainya

efektivitas kepemimpinan berdasarkan analisis pemimpin terhadap tingkat

kematangan anggota, digunakan kombinasi perilaku tugas dan perilaku hubungan.

Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin, ada dua hal yang biasanya

dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan, yakni: perilaku mengarahkan dan

perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan, dapat dirumuskan sebagai sejauh

(36)

pengarahan dalam komunikasi satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang

seharusnya bisa dikerjakan, dimana melakukan hal tersebut, bagaimana

melakukannya, dan melakukan pengawasan secara ketat kepada pengikutnya.

Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam

komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan

dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam

pengambilan keputusan. Kedua norma perilaku tersebut ditempatkan pada dua

poros yang terpisah dan berbeda seperti pada Gambar 1.1 dibawah ini sehingga

dengan demikian dapat diketahui empat gaya dasar kepemimpinan dalam proses

pengambilan keputusan.

Gambar 1.1 Pola Sikap Pemimpin

Tinggi

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan dirujuk

sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komuikasi satu arah. Pemimpin

(37)

bagaimana, bilamana, dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif

pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh

pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya

diawasi secara ketat oleh pemimpin.

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk

sebagai konsultasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak

memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan,

tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan

perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang

keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan

ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada

pemimpin.

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk

sebagai Partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin

dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah

secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya

karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.

Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan dirujuk

sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan

(38)

kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada

bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang

bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas

bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan mereka sendiri karena mereka

memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam

pengarahan perilaku mereka sendiri.

1.5.2. Disiplin Pegawai 1.5.2.1. Pengertian Disiplin

Pada dasarnya, disiplin adalah suatu sikap atau perilaku untuk bertindak

sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma yang telah ditetapkan dalam suatu

organisasi. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para

anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan

perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang

berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan

sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara

kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya

(Sondang, 2001:305).

Sedangkan menurut Hasibuan (2000:190), disiplin adalah kesadaran dan

kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong

gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan individu dan organisasi.

(39)

mempunyai disiplin yang baik. Seorang pemimpin dikatakan efektif dalam

kepemimpinannya, jika para bawahannya berdisiplin baik.

1.5.2.2. Jenis-Jenis Disiplin Kerja Pegawai

Menurut Sondang (2001:305-306), mengemukakan bahwa terdapat dua

jenis disiplin kerja pegawai dalam organisasi, yaitu yang bersifat preventif dan

yang bersifat korektif.

Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi

standar yang telah ditetapkan. Keberhasilan penerapan pendisiplinan preventif

terletak pada disiplin pribadi para anggota organisasi. Akan tetapi agar disiplin

pribadi tersebut semakin kokoh, ada tiga hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa

memiliki organisasi, karena secara logika seseorang tidak akan merusak

sesuatu yang merupakan miliknya. Kedua, para karyawan perlu diberi

penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang

harus dipenuhi. Ketiga, para karyawan didorong menentukan sendiri cara-cara

pendisiplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum

bagi seluruh anggota organisasi.

Pendisiplinan yang bersifat korektif

Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas

ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah

ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu

(40)

1.5.2.3. Pendekatan Disiplin Kerja

Menurut Mangkunegara (2001:130), ada tiga pendekatan disiplin, yaitu :

1. Pendekatan disiplin modern

Pendekatan disiplin modern yaitu menemukan sejumlah keperluan atau

kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:

1. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman

secara fisik.

2. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang

berlaku.

3. Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka

harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan

mendapatkan fakta-faktanya.

4. Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap

kasus disiplin.

2. Pendekatan disiplin dengan tradisi

Pendekatan disiplin dengan tradisi yaitu pendekatan disiplin dengan cara

memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:

1. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada

peninjauan kembali bila telah diputuskan.

2. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaanya harus

disesuaikan dengan tingkat pelanggaran.

3. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun

(41)

4. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras.

5. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya

harus diberi hukuman yang lebih berat.

3. Pendekatan disiplin dengan tujuan

Pendekatan disiplin ini berasumsi:

1. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai.

2. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetpi merupakan pembentukan perilaku.

3. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik

4. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap

perbuatannya.

1.5.2.4. Indikator Disiplin Pegawai

Menurut Hasibuan (2000:191), pada dasarnya banyak indikator yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ini mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang

dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan

bersangkutan agar karyawan tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya.

Akan tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh di bawah

(42)

letak pentingnya asas the right man in the right place and the right man in the

right job.

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta

sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan

bawahan akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin),

para bawahan pun akan kurang disiplin.

Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia

sendiri kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan

dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan

mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahan pun mempunyai disiplin

yang baik pula.

3. Balas Jasa

Balas jasa atau gaji, kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan

karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan

terhadap perusahaan. Jika kecintaan karyawan semakin tinggi terhadap pekerjaan

kedisiplinan akan semakin baik.

Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik perusahaan harus

memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin

baik apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi

(43)

Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.

Artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan karyawan.

Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah.

Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya

tidak terpenuhi dengan baik.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego

dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan

sama dengan manusia lainnya.

Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa atau

hukuman akan tercipta kedisiplinan yang baik. Manajer yang baik dalam

memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua karyawan. Dengan

keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.

5. Waskat (pengawasan melekat)

Waskat adalah tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan

kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan

langsung mengatasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja

bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar

dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

(44)

takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan. Berat atau ringan sanksi

hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan

karyawan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaan, pimpinan harus berani dan tegas bertindak

untuk memberikan sanksi sesuai dengan yang telah ditetapkan perusahaan

sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan

karyawan perusahaan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer harus

berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi diantara semua

karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan

lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan

yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila

hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

1.5.3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Disiplin

Pegawai.

Banyak orang yang mengira bahwa disiplin sebagai sebuah proses yang

negatif, yaitu sesuatu yang didasari memaksa karyawan pada tingkah laku yang

bermasalah. Sikap seperti ini dapat menimbulkan perasaan ragu-ragu pada semua

(45)

membalik situasi yang bermasalah menjadi sesuatu yang menguntungkan semua

pihak. Tujuan disiplin adalah untuk mengubah perilaku dan tidak untuk

menghukumnya. Perlu dipahami juga bahwa keberhasilan disiplin terletak tidak

semata-mata pada karyawan. Pemimpin bertanggung jawab untuk menawarkan

pilihan, melatih dan memberi semangat, sekaligus membuat karyawan menyadari

akan konsekuensi yang dipilih karyawan (Veithzal Rivai, 2004:233). Pemimpin

tentu saja mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku para karyawannya

termasuk disiplin kerja karyawannya. Penerapan gaya kepemimpinan situasional

seorang pemimpin, akan mempengaruhi disiplin para karyawannya. Hal ini

didasari oleh 3 indikator gaya kepemimpinan situasional yang dapat

mempengaruhi disiplin pegawai, yaitu:

1. Kadar bimbingan/arahan pimpinan (perilaku tugas)

Bimbingan dan arahan pimpinan terhadap pegawai dalam perencanaan

kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan laporan hasil pelaksanaan kebijakan

harus jelas agar pegawai merasa termotivasi untuk melakukan tugas-tugas yang

diberikan oleh pimpinan sehingga akan meningkatkan disiplin kerja pegawai

tersebut.

2. Kadar dukungan sosio emosional (perilaku hubungan)

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara pemimpin dengan pegawai

maupun sesama pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu

organisasi. Pemimpin harus berusaha menciptakan suasana hubungan

kemanusiaan yang serasi/baik diantara semua pegawai. Kedisiplinan pegawai

(46)

3. Kematangan anggota

Kematangan (kemampuan dan kemauan) bawahan dalam melaksanakan tugas

sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan mereka. Artinya, tujuan yang akan

dicapai dalam organisasi harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang

dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan mereka agar

mereka bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

Akan tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh di bawah

kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan pegawai rendah. Disinilah

letak pentingnya asas the right man in the right place and the right man in the

right job.

Jadi, seorang pemimpin dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika

para bawahannya berdisiplin baik. Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu

organisasi dalam mencapai tujuannya.

1.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana

kebenarannya perlu untuk diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiono,

(47)

1. Hipotesis Nol (H0):

Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai

di Puskesmas Rambung.

2. Hipotesis Alternatif (Ha):

Ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai di

Puskesmas Rambung.

1.7. Definisi Konsep

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:33) konsep adalah istilah dan

definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan,

kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep,

penulis dapat melakukan penyederhanaan dalam pemikiran dengan menggunakan

satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas dan juga untuk

menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka

peneliti menggunakan konsep-konsep antara lain:

1. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku atau pendekatan yang

digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi

perilaku orang lain seperti yang ia lihat.

2. Gaya kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap

kepemimpinan dimana semua kepemimpinan tergantung kepada keadaan atau

situasi. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengidentifikasi

isyarat-isyarat yang terjadi di lingkungannya, mendiagnosisnya, kemudian

(48)

3. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota

organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan

lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha

memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan

sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara

kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi

kerjanya.

1.8. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:46) defenisi operasional adalah

unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu

variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Adapun yang menjadi

defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Situasional (Variabel X) diukur dengan indikator sebagai

berikut :

1. Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin (perilaku

tugas) :

(1) Bimbingan dan arahan pimpinan terhadap pegawai dalam

melaksanakan tugas-tugas secara terstruktur dan disertai oleh prosedur

yang jelas.

(2) Pengawasan pimpinan terhadap kinerja pegawai.

(3) Pemimpin mengadakan rapat evaluasi terhadap tugas-tugas yang telah

(49)

(4) Pemimpin menerima saran dan kritik yang membangun dari pegawai

terhadap pemecahan suatu masalah.

2. Kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin

(perilaku hubungan):

(1) Sikap pimpinan terhadap pegawai di dalam lingkungan kerja

(2) Sikap pimpinan terhadap pegawai di luar lingkungan kerja

(3) Pemimpin mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pegawai

didalam maupun diluar lingkungan kerja.

3. Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperlihatkan oleh anggota dalam

melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu:

(1) Kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai

bidang masing-masing.

(2) Kematangan pegawai dalam mengambil resiko pekerjaan.

(3) Kreativitas pegawai dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Tingkat Disiplin Pegawai (Variabel Y) dapat diukur melalui indikator sebagai

berikut:

1. Tujuan dan kemampuan

Apakah pegawai ditempatkan di tempat yang tepat dan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan pegawai (The right man in the right place and

(50)

2. Teladan pimpinan

Pemimpin memberikan teladan yang baik kepada bawahan seperti datang

dan pulang kantor tepat pada waktunya, jujur, adil, serta sesuai dengan

perbuatan.

3. Balas Jasa

Pemberian balas jasa (gaji, upah/honor dari suatu pekerjaan ekstra) ikut

mempengaruhi kedisiplinan pegawai.

4. Keadilan

Pemimpin memperlakukan semua bawahan secara merata (tidak ada yang

mendapat perlakuan istimewa), adil dalam pemberian upah tambahan, dan

memberikan sanksi pada bawahan yang tidak memenuhi aturan yang telah

ditetapkan.

5. Waskat (pengawasan melekat)

Pimpinan harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan

memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6. Sanksi hukuman

Pimpinan memberi sanksi (teguran) atau hukuman yang logis kepada

pegawai setiap melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat ke

kantor dan pulang dari kantor tidak sesuai dengan waktu yang telah

(51)

7. Ketegasan

Pemimpin harus tegas kepada bawahan dalam hal ketepatan waktu dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan serta

tegas dalam memberi hukuman kepada pegawai yang melanggar peraturan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis dalam lingkungan dan suasana kerja

Gambar

Gambar 1.1 Pola Sikap Pemimpin
Tabel 2.1
Tabel 3.2 Distribusi penduduk  menurut jenis kelamin
Tabel 3.3  Distribusi Penduduk Menurut Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kontribusi gaya kepemimpinan partisipatif, motivasi dan disiplin kerja untuk menjelaskan kinerja pegawai dalam penelitian ini masih cukup rendah sehingga peneliti

Selanjutnya dari hasil perhitungan menggunakan SPSS maka dapat diketahui persamaan regresi linier sederhana antara variabel Motivasi terhadap Disiplin pegawai adalah

Kontribusi gaya kepemimpinan partisipatif, motivasi dan disiplin kerja untuk menjelaskan kinerja pegawai dalam penelitian ini masih cukup rendah sehingga peneliti

0.60-0.799, maka dapat dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan (X) memiliki pengaruh terhadap disiplin kerja (Y) pegawai pada Kelurahan Balai Agung Kecamatan Sekayu

situasional dan Disiplin kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur, dengan kata lain

Gaya kepemimpinan transformasional, transaksional, Situasional, Pelayanan dan Autentik memiliki peran penting dalam mencapai tujuan organisasi yang diwujudkan dengan adanya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai DPRD Kabupaten Labuhanbatu, kontribusi gaya kepemimpinan

93 Untuk melihat berapa besar pengaruh variabel Gaya Kepemimpinan, Kompetensi Pegawai, dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai, maka persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,206