• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Komitmen Organisasi ditinjau dari Budaya Organisasi pada Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Komitmen Organisasi ditinjau dari Budaya Organisasi pada Karyawan"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI DITINJAU DARI BUDAYA ORGANISASI PADA KARYAWAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

DEFI CHAIRUNISA 111301085

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI DITINJAU DARI BUDAYA ORGANISASI PADA KARYAWAN

Dipersiapkan dan disusun oleh

DEFI CHAIRUNISA 111301085

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 16 Februari 2015

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog NIP. 195301311980032001

Dewan Penguji

1. Fahmi, S.Psi, M.Psi Penguji I

NIP. 198607122014041001 Merangkap pembimbing

2. Ferry Novliadi, M.Si Penguji II

NIP.197411112006041001

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Perbedaan Komitmen

Organisasi ditinjau dari Budaya Organisasi pada Karyawan” adalah hasil karya

sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian – bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya

kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai

dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang

dan sanksi – sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Medan, Maret 2015

Defi Chairunisa

(4)

Perbedaan Komitmen Organisasi Ditinjau dari Budaya Organisasi Pada Karyawan

Defi Chairunisa dan Fahmi Ananda

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Komitmen organisasi merupakan suatu rasa keterlibatan diri individu pada organisasi serta perasaan sebagai anggota sejati dari suatu organisasi, sehingga menimbulkan keinginan individu untuk bertahan pada organisasi tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, salah satunya adalah faktor organisasi yang di dalamnya terdapat budaya organisasi. Budaya organisasi adalah suatu sistem aturan, nilai, pola kebiasaan, dan cara berpikir yang terdapat di dalam suatu organisasi yang menjadi acuan bagi para anggota organisasi untuk bertindak dan berinteraksi untuk mencapai tujuan dari organisasi. Budaya organisasi akan mengarahkan perilaku individu terhadap organisasi, budaya organisasi yang baik akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan keterlibatan yang besar pada diri individu sehingga membuat individu bertahan pada suatu organisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif dengan metode analisis Anova yang bertujuan untuk melihat perbedaan komitmen organisasi jika ditinjau dari budaya organisasi pada karyawan Klinik Spesialis Bunda Medan. Responden Penelitian adalah seluruh karyawan Klinik Spesialis Bunda Medan yang berjumlah 71 orang. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Budaya Organisasi dan Skala Komitmen Organisasi yang disusun sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan komitmen organisasi jika ditinjau dari budaya organisasi pada karyawan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < α. Berdasarkan nilai mean yang dimiliki diperoleh bahwa komitmen afektif memiliki nilai tertinggi, kemudian komitmen keberlanjutan, dan nilai mean terendah dimiliki oleh komitmen normatif.

(5)

The Differences in Organizational Commitment in Terms of Organizational Culture on Employee

Defi Chairunisa and Fahmi Ananda

Faculty of Psychology, University of North Sumatra

ABSTRACT

Organizational commitment is a sense of involvement of the individual in the organization as well as the feeling of a true member of an organization, giving rise to the desire of individuals to survive in the organization. There are several factors that affect organizational commitment, one of them is organizational factors in which there is the culture of the organization. Organizational culture is a system of rules, values, patterns and ways of thinking that is contained in an organization that is a reference to the members of the organization to act and interact to achieve the goals of the organization. Organizational culture will direct the behavior of the individual to the organization, good organizational culture will foster a sense of responsibility and involvement in the individual large so as to make individuals survive in an organization. This study uses a comparatif approach with ANOVA as analysis technique to see the differences in organizational commitment in terms of organizational culture on employee of Klinik Spesialis Bunda Medan. Respondents were all employees of Klinik Spesialis Bunda, amounting to 71 people. Gauges in this study is the Scale of Organizational Culture and Organizational Commitment Scale compiled by researchers. The results of this study demonstrated the differences in organizational commitment in terms of organizational culture on employee with significance value is 0,000 < α. Based on the mean value owned, acquired that affective commitent has the highest value,than the continuance commitment, and the lowest mean value owned by normative commitment.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Komitmen

Organisasi Ditinjau dari Budaya Organisasi pada Karyawan” yang disusun penulis

sebagai tugas akhir Depatemen Psikologi Industri dan Organisasi.

Selama menyusun skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak

bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang tidak henti – hentinya memberikan doa dan

dukungan baik moril maupun materil dari awal sampai akhir masa studi

penulis, serta selalu mendampingi penulis dalam keadaan apapun.

Terimakasih atas kesabaran dan kasih sayang yang berlimpah yang telah

diberikan selama ini.

2. Suami saya tercinta Bayu Pranata Panggabean yang selalu memberikan doa

dan dukungan. Selalu menemani dalam keadaan sedih, susah, maupun senang.

Terimakasih banyak atas kesabaran, semangat, cinta, dan kasih sayang yang

telah diberikan selama ini.

3. Adik saya tercinta Desi Khairunnisa yang selalu setia memberikan doa dan

(7)

macam keluh kesah saya, terimakasih atas kasih sayang yang telah diberikan

selama ini.

4. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Irmawati,

M.Psi, Psikolog

5. Bapak Fahmi Ananda M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah

sabar memberikan bimbingan dan dukungan dalam membantu saya

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik saya

yang telah sabar menghadapi berbagai macam perilaku saya selama masa

studi, serta telah memberikan bimbingan, arahan dan semangat untuk saya

selama masa perkuliahan.

7. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.si selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara yng telah memberikan semangat bagi

saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang

telah membekali saya dengan berbagai disiplin ilmu

9. Bapak Aswan, dan Bang Ronal yang telah banyak membantu saya dalam

mengurus berkas – berkas yang berhubungan dengan skripsi dan perkuliahan.

10. Bapak Adrius selaku Kepala Bagian Akunting Klinik Spesialis Bunda yang

telah banyak membantu saya serta memberikan kesempatan kepada saya

untuk melakukan penelitian di Klinik Spesialis Bunda Medan, serta seluruh

karyawan Klinik Spesialis Bunda yang telah bersedia membantu saya dalam

(8)

11. Seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan dan semangat

kepada saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

12. Sahabat – sahabat saya tersayang Calon Bidadari Surga Darmayantie

Syahputri, Dinda Rizvina Nst, Novika Susi Lestari, Siti Habibah Rhadiatullah,

Yanade L. Rambe, Nurul Fadillah Siregar, yang selalu setia mendampingi,

memberikan bantuan dan semangat dalam menjalani proses perkuliahan.

Terimakasih atas kesabaran dalam menghadapi berbagai macam sikap dan

perilaku saya selama ini, I’ll Always Remember All of You.

13. Teman – teman saya Ariansyah, Muhammad Rizky Nugroho, M. Habibie

Almy, dan Rony Syahputra yang telah memberikan semangat dan selalu

menghibur saya selama masa perkuliahan.

14. Rekan – rekan FORMASI Al-Qalb dan Psychestra Harmony Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang selalu bersedia membantu apabila

dibutuhkan.

15. Seluruh angkatan 2011 yang selalu bersama menjalani masa perkuliahan yang

penuh dengan lika – liku kehidupan, terimakasih atas kebersamaan selama ini.

Akhir kata penulis ingin mengucapkan bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapakan agar dapat

menjadi masukan bagi penulis. Semoga penulisan skripsi dapat memberikan

manfaat bagi pihak – pihak yang bersangkutan maupun pembaca.

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Pernyataan ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata pengantar ... v

Daftar isi ... viii

BAB I Pendahuluan 1. ... L atar Belakang Masalah ... 1

2. ... R umusan Masalah ... 7

3. ... T ujuan Penelitian ... 7

4. ... M anfaat Penelitian ... 8

5. ... S istematika Penulisan ... 8

(10)

1. ... K

omitmen Organisasi ... 11

1.1 Definisi Komitmen Organisasi ... 11

1.2 Faktor – Faktor Komitmen Organisasi ... 12

1.3 Aspek – Aspek Komitmen Organisasi ... 16

2. ... B udaya Organisasi ... 17

2.1 Definisi Budaya Organisasi ... 17

2.2 Karakteristik Budaya Organisasi ... 18

3. ... H ubungan Budaya Organisasi dengan Komitmen Organisasi ... 20

4. ... H ipotesa Penelitian ... 24

BAB III Metodologi Penelitian ... 25

1. ... I dentifikasi Variabel ... 25

2. ... D efinisi Opersional ... 25

2.1 Budaya Organisasi ... 25

2.2 Komitmen Organisasi ... 26

3. Populasi dan Sampel ... 27

(11)

4.2 Skala Budaya Organisasi ... 29

5. Alat Ukur Penelitian ... 30

5.1 Validitas Alat Ukur ... 30

5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 31

5.3 Uji Daya Beda Aitem ... 32

6. Prosedur Penelitian ... 32

6.1 Tahap Persiapan ... 32

6.2 Pelaksanaan Penelitian ... 34

6.3 Pengolahan Data Penelitian ... 35

7. Metode Analisis Data ... 35

8. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 36

8.1 Hasil Uji Coba Skala Komitmen Organisasi ... 36

8.2 Hasil Uji Coba Skala Budaya Organisasi... 37

BAB IV ANALISA DATA DAN INTERPRETASI ... 39

1. ... G ambaran Umum Subjek Penelitian ... 39

2. ... U ji Asumsi Penelitian ... 39

2.1 ... U ji Normalitas ... 39

(12)

3. ... H

asil Utama Penelitian ... 41

4. Hasil Penelitian Tambahan ... 43

5. Interpretasi Data dan Diskusi ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

1. ... K esimpulan ... 51

2. ... S aran ... 51

2.1 ... S aran Bagi Kelanjutan Studi Ilmiah ... 52

2.2 ... S aran Bagi Organisasi yang Bersangkutan ... 52

Daftar Pustaka ... 54

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Blue Print Skala Komitmen Organisasi 29

Tabel 2. Tabel Blue Print Skala Budaya Organisasi 30

Tabel 3. Distribusi aitem komitmen organisasi setelah uji coba 37

Tabel 4. Distribusi Aitem Budaya Organisasi Setelah Uji Coba 38

Tabel 5. Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test 40

Tabel 6. Uji Homogenitas varians 40

Tabel 7. Analisis Varians 41

Tabel 8. Gambaran Deskriptif 42

Tabel 9. Uji Contrast Coefficient 42

Tabel 10. Post Hoc Test 43

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian Budaya Organisasi 44

Tabel 12. Kriteria Kategorisasi Data Hipotetik 44

Tabel 13. Kategorisasi Data Hipotetik Budaya Organisasi 45

Tabel 14. Deskripsi Data Penelitian Komitmen Organisasi 45

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Data Uji Coba

Hasil Analisa Data Uji Coba

Lampiran B : Data Penelitian

Hasil Analisa Data Penelitian

Lampiran C : Skala Penelitian

(15)

Perbedaan Komitmen Organisasi Ditinjau dari Budaya Organisasi Pada Karyawan

Defi Chairunisa dan Fahmi Ananda

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Komitmen organisasi merupakan suatu rasa keterlibatan diri individu pada organisasi serta perasaan sebagai anggota sejati dari suatu organisasi, sehingga menimbulkan keinginan individu untuk bertahan pada organisasi tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, salah satunya adalah faktor organisasi yang di dalamnya terdapat budaya organisasi. Budaya organisasi adalah suatu sistem aturan, nilai, pola kebiasaan, dan cara berpikir yang terdapat di dalam suatu organisasi yang menjadi acuan bagi para anggota organisasi untuk bertindak dan berinteraksi untuk mencapai tujuan dari organisasi. Budaya organisasi akan mengarahkan perilaku individu terhadap organisasi, budaya organisasi yang baik akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan keterlibatan yang besar pada diri individu sehingga membuat individu bertahan pada suatu organisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif dengan metode analisis Anova yang bertujuan untuk melihat perbedaan komitmen organisasi jika ditinjau dari budaya organisasi pada karyawan Klinik Spesialis Bunda Medan. Responden Penelitian adalah seluruh karyawan Klinik Spesialis Bunda Medan yang berjumlah 71 orang. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Budaya Organisasi dan Skala Komitmen Organisasi yang disusun sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan komitmen organisasi jika ditinjau dari budaya organisasi pada karyawan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < α. Berdasarkan nilai mean yang dimiliki diperoleh bahwa komitmen afektif memiliki nilai tertinggi, kemudian komitmen keberlanjutan, dan nilai mean terendah dimiliki oleh komitmen normatif.

(16)

The Differences in Organizational Commitment in Terms of Organizational Culture on Employee

Defi Chairunisa and Fahmi Ananda

Faculty of Psychology, University of North Sumatra

ABSTRACT

Organizational commitment is a sense of involvement of the individual in the organization as well as the feeling of a true member of an organization, giving rise to the desire of individuals to survive in the organization. There are several factors that affect organizational commitment, one of them is organizational factors in which there is the culture of the organization. Organizational culture is a system of rules, values, patterns and ways of thinking that is contained in an organization that is a reference to the members of the organization to act and interact to achieve the goals of the organization. Organizational culture will direct the behavior of the individual to the organization, good organizational culture will foster a sense of responsibility and involvement in the individual large so as to make individuals survive in an organization. This study uses a comparatif approach with ANOVA as analysis technique to see the differences in organizational commitment in terms of organizational culture on employee of Klinik Spesialis Bunda Medan. Respondents were all employees of Klinik Spesialis Bunda, amounting to 71 people. Gauges in this study is the Scale of Organizational Culture and Organizational Commitment Scale compiled by researchers. The results of this study demonstrated the differences in organizational commitment in terms of organizational culture on employee with significance value is 0,000 < α. Based on the mean value owned, acquired that affective commitent has the highest value,than the continuance commitment, and the lowest mean value owned by normative commitment.

(17)

 

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini

adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah

sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif

dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang laju pembangunan nasional yang

berkelanjutan. Agar dalam masyarakat tersedia sumber daya manusia yang

handal diperlukan pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas

sosial, dan lapangan pekerjaan yang memadai. Tantangan utama yang

sesungguhnya adalah bagaimana dapat menciptakan sumber daya manusia

yang dapat menghasilkan kinerja optimal untuk mencapai tujuan suatu

perusahaan (Prihayanto, 2012).

Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kinerja karyawan atau

hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalammelakukan tugas sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Karyawan merupakan

sumber daya yang penting bagi perusahaan, karenamemiliki bakat, tenaga, dan

kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya.

Untuk itu setiap karyawan selain dituntut untuk memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan, juga harus mempunyai pengalaman, motivasi,

(18)

perusahaan baik maka kinerja perusahaan juga akan meningkat yang menuju

pada pencapaian tujuan perusahaan (Prihayanto, 2012).

Keberadaan suatu perusahaan komersial pada umumnya mempunyai

tujuan jangka panjang yang dilandasi dengan motif ekonomi untuk

menghasilkan nilai – nilai tambah dan manfaat ekonomi bagi stakeholders

yang meliputi para pemegang saham, karyawan, mitra kerja, dan masyarakat

pada umumnya. Untuk mewujudkan nilai – nilai tambah dan manfaat ekonomi

tersebut, perusahaan diharapkan mempunyai visi, misi, strategi, program kerja

yang terencana, terfokus, dan berkesinambungan.

Dalam rangka memberikan kepastian akan pencapaian tujuan jangka

panjang tersebut, secara menyeluruh suatu perusahaan memerlukan daya

dukung dalam bentuk empat pilar utama, yaitu sumber daya manusia yang

bermutu, sistem dan teknologi yang terpadu, strategi yang tepat, serta logistik

yang memadai. Dalam konteks pengelolaan operasional perusahaan dalam

jangka panjang dan berkesinambungan, peran sumber daya manusia

mempunyai kedudukan sentral yang lebih strategis. Hal tersebut dilandasi oleh

suatu pemikiran bahwa sumber daya manusia sebagai salah satu faktor

produksi tidak lain merupakan unsur utama dalam menciptakan dan

merealisasikan peluang bisnis. Dalam konteks pemberdayaan sumber daya

manusia, agar menghasilkan karyawan yang profesional dengan integritas yang

tinggi, diperlukan adanya acuan baku yang diberlakukan oleh suatu

(19)

sistematis menuntun para karyawan untuk meningkatkan komitmen kerjanya

bagi perusahaan (Djokosantoso, 2005).

Budaya organisasi merupakan suatu tuntutan yang mengikat para

karyawan dalam bentuk peraturan dan ketentuan perusahaan. Dengan

membakukan budaya organisasi sebagai suatu acuan bagi ketentuan atau

peraturan yang berlaku, maka para pemimpin dan karyawan secara tidak

langsung akan terikat sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku sesuai

dengan visi dan misi strategi perusahaan. Proses pembentukan tersebut pada

akhirnya akan menghasilkan pemimpin dan karyawan profesional yang

mempunyai integritas tinggi. (Djokosantoso, 2005).

Setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang berfungsi untuk

membentuk aturan atau pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan. Budaya organisasi berisi tentang harapan, nilai, dan

sikap, yang mempengaruhi individu, kelompok, dan proses – proses yang ada

di dalam organisasi. Hal ini berarti budaya organisasi yang tumbuh dan

terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah

perkembangan yang lebih baik. Budaya yang kuat memiliki karakteristik

karyawan yang membagikan nilai – nilai dengan baik. Semakin banyak

karyawan yang membagikan dan menerima nilai – nilai yang ada, maka

semakin kuat budaya yang dimiliki oleh organisasi tersebut dan semakin

berpengaruh terhadap perilaku para karyawan (Gibson, 1997).

Berkaitan dengan kesuksesan perusahaan, hal ini tidak terlepas dari

(20)

individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya

sebagai anggota sejati organisasi. Sebagian besar peneliti psikologi industri &

organisasi menyetujui bahwa komitmen kerja yang kuat berasal dari interaksi

variabel demografi individual (misalnya usia dan jenis kelamin), variabel

psikologi pribadi (misalnya kebutuhan dan nilai – nilai), dan karakteristik

keadaan keja tertentu ( misalnya sifat kerja, budaya organisasi) (Jewell, 1998).

Menurut Robbins dan Judge (2008) dalam (Taurisa, 2012), keharmonisan

tujuan yang tercapai antara karyawan dan organisasi melalui budaya akan

membangun suatu komitmen organisasi dalam diri karyawan.

Ketika perusahaan menawarkan pekerjaan dan pelamar kerja menerima

tawaran tersebut, pelamar kerja tersebut telah menjadi bagian dari perusahaan.

Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

pada tujuan perusahaan. Ada banyak alasan mengapa sebuah organisasi harus

berusaha meningkatkan komitmen organisasi para karyawannya. Sebagai

contoh banyak penelitian menemukan bahwa semakin karyawan berkomitmen

kepada perusahaan, karyawan tersebut akan berusaha lebih baik dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu, karyawan yang berkomitmen juga

akan meningkatkan produktivitas para karyawan karena karyawan merasa

menyatu dengan perusahaan dan bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan.

Dengan adanya rasa menyatu dengan perusahaan, karyawan tidak berpikir

untuk meninggalkan perusahaan sehingga dikatakan komitmen organisasi yang

(21)

Karyawan yang bekerja pada suatu institusi medis seringkali dihadapkan

pada permasalahan mengenai pelayanan terhadap pengguna jasa medis,

sehingga sikap karyawan yang seperti inilah yang kurang memberikan

keuntungan bagi perusahaan. Permasalahan seperti inilah yang sering dihadapi

oleh institusi medis dalam mencapai keberhasilan yaitu masalah antara sumber daya manusia dengan organisasi, yang berkaitan dengan tuntutan – tuntutan baik dari organisasi maupun sumber daya manusia itu sendiri (Widyastuti, 2009).

Pada penelitian ini, peneliti ingin menganalisis perbedaan komitmen

organisasi ditinjau dari budaya organisasi pada karyawan Klinik Spesialis

Bunda Medan. Klinik Spesialis Bunda merupakan suatu bentuk badan usaha

yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan yang terletak di Kota Medan.

Klinik ini telah berdiri sejak tahun 1980. Perluasan lahan dan bangunan serta

penambahan fasilitas yang ada menunjukkan terdapat perkembangan yang

cukup pesat pada kinik tersebut. Perluasan lahan dan bangunan ini terlihat dari

luas lahan yang awalnya memiliki luas sekitar 1265 menjadi 2380 ,

selain itu terdapat penambahan gedung baru di bagian belakang gedung lama

serta adanya penambahan lahan kosong yang digunakan sebagai tempat

memarkirkan kendaraan. Sedangkan penambahan fasilitas dapat terlihat dari

adanya sarana dan prasarana baru yang digunakan di klinik tersebut, seperti

penambahan kursi ruang tunggu pasien, penambahan televisi, serta

penambahan alat - alat kedokteran. Dalam mengembangkan klinik ini, berbagai

unsur – unsur yang terdapat di dalam perusahaan tersebut saling bekerjasama

(22)

Untuk memajukan perusahaan agar mampu memberikan pelayanan yang

terbaik terhadap masyarakat, Klinik Spesialis Bunda memerlukan karyawan

yang memiliki keahlian, kemampuan, serta komitmen organisasi yang baik

agar menghasilkan kinerja karyawan yang baik pula, sehingga tujuan

perusahaan dapat tercapai dengan maksimal. Untuk mewujudkan hal tersebut,

Klinik Spesialis Bunda memiliki visi melaksanakan pelayanan spesialistik dan

subspesialistik yang akurat, bermutu, dan aman, serta memiliki misi sebagai

berikut : (1) menyelenggarakan pelayanan kedokteran umum, spesialistik, dan

subspesialistik yang bermutu dan profesional, (2) menyelenggarakan pelayanan

yang berbasis pada kepuasan konsumen dan ramah lingkungan, (3)

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang aman dan nyaman, sehingga

pasien betah dirawat, (4) dalam menyelenggarakan kemitraan dapat bekerjasam

/ bermitra dengan rumah sakit lain, (5) menjalankan fungsi sosial sesuai dengan

undang – undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.

Dalam hal ini, komitmen organisasi yang baik dapat terbentuk melalui

budaya organisasi yang dimiliki oleh perusahaan. Komitmen organisasi yang

baik tidak akan tercipta apabila Klinik Spesialis Bunda tidak memberikan

arahan kepada karyawan, baik karyawan yang telah lama bekerja maupun

karyawan yang baru masuk. Pembentukan perilaku tersebut dapat dilakukan

melalui proses pengenalan budaya organisasi kepada para karyawan agar

mereka dapat bekerja sesuai dengan nilai dan tujuan perusahaan.

(23)

diwujudkan melalui motto yang dianut yang meliputi memberikan pelayanan

terbaik dan RAMAH (Rasional, Aman, Manusiawi, Aktif, Harmonis) serta

melayani dengan cepat, ramah tamah, dan profesional. Selain itu klinik

Spesialis Bunda juga memiliki budaya organisasi yang diwujudkan dalam nilai

dan karakter dasar yang dianut yang meliputi bertindak cepat dan tepat dengan

penuh kasih sayang dan kesediaan melayani, integritas yang tinggi, kerjasama

tim, serta transparan dan akuntabel.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memiliki ketertarikan untuk

menganalisis lebih jauh tentang perbedaan komitmen organisasi ditinjau dari

budaya organisasi pada karyawan dengan objek penelitian yaitu karyawan

Klinik Spesialis Bunda Medan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian – uraian yang telah disebutkan di dalam latar belakang

maka permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu :

“Apakah ada perbedaan komitmen organisasi ditinjau dari budaya

organisasi pada karyawan Klinik Spesialis Bunda Medan?”

3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

perbedaan komitmen organisasi pada karyawan yang terdiri dari komitmen

afektif, komitmen normatif, dan komitmen keberlanjutan jika ditinjau dari

(24)

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dibidang Psikologi

khususnya Psikologi Industri dan Organisasi terutama yang berkaitan

dengan Budaya organisasi dan Komitmen Organisasi.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Institusi

Dapat memberikan informasi yang akurat kepada perusahaan

mengenai kedua variabel penelitian serta mendapatkan informasi

tentang sejauhmana kedua variabel dipahami oleh karyawan pada

perusahaan tersebut.

2) Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan menganalisis

masalah–masalah yang terjadi khususnya yang berhubungan dengan

budaya organisasi dan komitmen organisasi.

3) Bagi Pembaca

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat semakin menambah

wawasan dan referensi yang berhubungan dengan budaya organisasi

(25)

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan. Latar belakang masalah berisikan kutipan

dari berbagai literatur dan hasil penelitian sebelumnya mengenai

masalah budaya organisasi dan komitmen organisasi.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat landasan teoritis yang menjadi acuan dalam

pembahasan masalah, Kerangka Pemikiran, dan Perumusan

Hipotesis. Bab ini memaparkan teori-teori dasar yang mendukung

perumusan hipotesis serta sangat membantu dalam penelitian dan

analisis data. Bab ini juga berisi tentang kerangka pemikiran

teoritis dan rumusan hipotesis yang timbul dari pemikiran tersebut.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang berisikan

tentang metode penelitian kuantitatif, responden penelitian, metode

pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data, dan prosedur

penelitian.

Variabel dalam penelitian ini adalah budaya organisasi

sebagai variabel bebas dan komitmen organisasi sebagai variabel

(26)

skala, yang terdiri dari dua buah skala yaitu skala budaya

organisasi dan skala komitmen organisasi, serta dilakukan uji daya

beda aitem dan reliabilitas dengan menggunakan metode internal

konsistensi dengan formula Alpha Cronbach.

Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi, yaitu uji normalitas sebaran dan uji homogenitas antara

variabel bebas dan variabel tergantung. Teknik analisis yang

digunakan yaitu menggunakan Analisis varians dengan

menggunakan One Way Anova dengan jenis penelitian komparatif.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi.

BAB IV : ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

Analisa data akan memaparkan mengenai hasil deskripsi data

penelitian, uji hipotesa utama, dan menginterpretasikan data – data

masukan atau data – data tambahan dari statistik.

BAB V : KESIMPULAN, DAN SARAN

Kesimpulan berisi jawaban atas masalah yang diajukan,

kesimpulan dibuat berdasarkan analisa dan interpretasi data.

Saran dibagi menjadi dua bagian yaitu saran – saran praktis

yang sesuai hasil dan masalah penelitian dan saran – saran

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi

1.1 Definisi Komitmen Organisasi

Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti “to connect”.

Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

komitmen adalah sebuah perilaku yang menjanjikan untuk memenuhi

kewajiban kepada seseorang atau sesuatu di masa yang akan datang,

sehingga menurut Porter, dkk individu yang memiliki komitmen kepada

sebuah organisasi seharusnya mendedikasikan dan memiliki kepercayaan

yang kuat dalam tujuan dan nilai – nilai organisasi tersebut.

Robbins (2001) mendefinisikan komitmen terhadap organisasi

sebagai suatu orientasi terhadap organisasi yang mencakup loyalitas,

identifikasi, dan keterlibatan.

Porter mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang

bersifat relatif dari karyawan dalam mengidentifikasikan keterlibatan

dirinya ke dalam organisasi (Arifin, 2010).

Menurut Greenberg dan Baron dalam (Taurisa, 2012), karyawan

yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang

lebih stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga akan lebih

menguntungkan bagi organisasi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen

(28)

perasaan sebagai anggota sejati dari suatu organisasi, sehingga

menimbulkan keinginan individu untuk bertahan pada organisasi tersebut.

1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Komitmen di dalam suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Pendekatan multidimensional akan lebih menjelaskan

hubungan pekerja dengan organisasi yang mempekerjakannya (Cetin,

2006). Van Dyne dan Graham dalam (Coetzee, 2005) menyebutkan

beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi seseorang

berdasarkan pendekatan multidimensional, yaitu:

1. Faktor Personal

Ada beberapa faktor personal yang mempengaruhi latar belakang

pekerja, antara lain usia, latar belakang pekerja, sikap dan nilai serta

kebutuhan intrinsik pekerja. Ada banyak penelitian yang menunjukkan

bahwa beberapa tipe pekerja memiliki komitmen yang lebih tinggi

pada organisasi yang mempekerjakannya. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, pekerja yang lebih 13 teliti, ekstrovet, dan mempunyai

pandangan positif terhadap hidupnya (optimis) cenderung lebih

berkomitmen. Selain itu, pekerja yang berorientasi kepada kelompok,

memiliki tujuan serta menunjukkan kepedulian terhadap kelompok,

juga merupakan tipe pekerja yang lebih terikat kepada

keanggotaannya. Sama halnya dengan pekerja yang berempati, mau

(29)

2. Faktor Situasional

a. Nilai-nilai di Tempat Kerja

Pembagian nilai merupakan komponen yang penting dalam

setiap hubungan atau perjanjian. Nilai yang tidak terlalu

kontroversial (kualitas, inovasi, kerjasama, partisipasi) akan lebih

mudah dibagi dan akan membangun hubungan yang lebih dekat.

Jika pekerja percaya pada nilai kualitas produk organisasi, mereka

akan terikat pada perilaku yang berperan dalam meningkatkan

kualitas. Jika pekerja yakin pada nilai partisipasi organisasi,

mereka akan lebih merasakan bahwa partisipasi mereka akan

membuat suatu perbedaan. Konsekuensinya, mereka akan lebih

bersedia untuk mencari solusi dan membuat saran untuk

kesuksesan suatu organisasi.

b. Hubungan Interpersonal antara Atasan dan Bawahan

Perilaku dari supervisor merupakan suatu hal yang

mendasar dalam menentukan tingkat kepercayaan interpersonal

dalam unit pekerjaan. Perilaku dari supervisor yang termasuk ke

dalamnya seperti berbagi informasi yang penting, membuat

pengaruh yang baik, menyadari dan menghargai unjuk kerja yang

baik dan tidak melukai orang lain. Butler (dalam Coetzee, 2007) 14

mengidentifikasi 11 perilaku supervisor yaitu memfasilitasi

kepercayaan interpersonal yaitu kesediaan, kompetensi,

(30)

mau menerima, dan kepercayaan. Secara lebih luas apabila

supervisor menunjukkan perilaku yang disebutkan ini maka akan

memperngaruhi tingkat komitmen bawahannya.

c. Karakteristik Pekerjaan

Berdasarkan Jernigan, Beggs dan Kohut (dalam Coetzee, 2007)

kepuasan terhadap otonomi, status, dan kepuasan terhadap

organisasi adalah prediktor yang signifikan terhadap komitmen

organisasi. Hal inilah yang merupakan karakteristik pekerjaan yang

dapat meningkatkan perasaan individu terhadap tanggung

jawabnya, dan keterikatan terhadap organisasi.

d. Dukungan Organisasi

Ada hubungan yang signifikan antara komitmen pekerja dan

kepercayaan pekerja terhadap keterikatan dengan organisasinya.

Berdasarkan penelitian, pekerja akan lebih bersedia untuk

memenuhi panggilan di luar tugasnya ketika mereka bekerja di

organisasi yang memberikan dukungan serta menjadikan

keseimbangan tanggung jawab pekerjaan dan keluarga menjadi

lebih mudah, mendampingi mereka menghadapi masa sulit,

menyediakan keuntungan bagi mereka dan membantu anak mereka

(31)

3. Faktor Posisi

a. Organizational tenure

Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara masa

jabatan dan hubungan pekerja dengan organisasi. Penelitian

menunjukkan bahwa 15 pekerja yang telah lama bekerja di

organisasi akan lebih mempunyai hubungan yang kuat dengan

organisasi tersebut.

b. Hierarchical job level

Penelitian menunjukkan bahwa status sosial ekonomi menjadi

satusatunya prediktor yang kuat dalam komitmen organisasi. Hal

ini terjadi karena status yang tinggi akan merujuk pada peningkatan

motivasi dan kemampuan untuk terlibat secara aktif. Secara umum,

pekerja yang jabatannya lebih tinggi akan memiliki tingkat

komitmen organisasi yang lebih tinggi pula bila dibandingkan

dengan para pekerja yang jabatannya lebih rendah. Ini dikarenakan

posisi atau kedudukan yang tinggi membuat pekerja dapat

mempengaruhi keputusan organisasi, mengindikasikan status yang

tinggi, menyadari kekuasaan formal dan kompetensi yang

mungkin, serta menunjukkan bahwa organisasi sadar bahwa para

pekerjanya memiliki nilai dan kompetensi dalam kontribusi

(32)

1.3 Aspek - Aspek Komitmen Organisasi

Meyer dan Allen (1991), dalam (Aamodt, 2007) menemukan

bahwa komitmen organisasi memiliki tiga aspek yaitu:

a. Komitmen Afektif

Seorang karyawan dikatakan memiliki komitmen afektif dengan

organisasi tempatnya bekerja yaitu bila yang bersangkutan bersedia

untuk menerima nilai-nilai yang dianut oleh organisasi, memiliki

kemauan untuk berusaha keras demi kemajuan organisasi, dan memiliki

keinginan untuk tetap berada dalam organisasi. Aspek komitmen

organisasi ini memiliki beberapa dimensi yaitu : sense of belonging, emotional attached, dan personal meaning.

b. Komitmen Keberlanjutan

Aspek kedua ini adalah persepsi mengenai biaya. Hal ini

merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan terus berada dalam

organisasi karena adanya pertimbangan biaya yang ia rasakan bila ia

berhenti bekerja pada organisasi tersebut. Aspek komitmen berkelanjutan

ini memiliki beberapa dimensi yaitu pilihan lain, keuntungan, dan biaya.

c. Komitmen Normatif

Komitmen normatif merupakan sebuah kondisi dimana karyawan

tetap bertahan pada perusahaan karena merasa harus memenuhi

kewajibannya terhadap organisasi. Aspek ini memiliki beberapa dimensi

(33)

2. Budaya Organisasi

2.1 Definisi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1994) budaya organisasi merupakan suatu

sistem pengertian yang diterima secara bersama. Budaya yang kuat

dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur

dengan baik, dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak anggota

yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat

kepentingannya, dan merasa sangat terikat kepadanya, maka makin kuat

budaya tersebut. Organisasi yang muda atau yang turnover anggotanya konstan, mempunyai budaya yang lemah karena para anggota tidak akan

mempunyai pengalaman yang diterima bersama sehingga dapat

menciptakan pengertian yang sama.

Menurut Tosi, Rizzo, Carroll (1994) budaya organisasi adalah

cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarakan pola - pola

tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian – bagian

organisasi. Merupakan satu mental programming dari organisasi, yang merupakan pencerminan dari modal kepribadian organisasi. Modal

kepribadian organisasi adalah derajat homogenitas dan kekuatan dari satu

orientasi kepribadian khusus dalam satu organisasi.

Menurut Schein (2009) dalam (Munandar, 2001), budaya

organisasi adalah pola asumsi bersama yang dipelajari oleh suatu

kelompok dalam memecahkan masalah melalui adaptasi eksternal dan

(34)

kebenarannya, oleh karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru

sebagai cara yang benar untuk melihat, berpikir, dan merasakan

kaitannya dengan masalah - masalah yang ada.

Robbins dan Judge (2008) dalam (Taurisa, 2012), mengartikan

budaya organisasi sebagai sebuah sistem makna bersama yang dianut

oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan

organisasi lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Budaya

organisasi adalah suatu sistem aturan, nilai, pola kebiasaan, dan cara

berpikir yang terdapat di dalam suatu organisasi yang menjadi acuan bagi

para anggota organisasi untuk bertindak dan berinteraksi untuk mencapai

tujuan dari organisasi, yang membedakannya dengan organisasi lain.

2.2 Karakteristik Budaya Organisasi

Robbins (1994) menyebutkan beberapa karakteristik utama yang

menjadi pembeda budaya organisasi , yaitu :

1. Inisiatif individual. Tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dimiliki individu.

2. Toleransi terhadap tindakan berisiko. Sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan

mengambil risiko.

(35)

4. Integrasi. Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

5. Dukungan dari para manajemen. Tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan, serta

dukungan terhadap bawahan mereka.

6. Kontrol. Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku

pegawai.

7. Identitas. Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinyadaripada

dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang kehalian

profesional.

8. Sistem imbalan. Tingkat sejauh mana alokasi imbalan didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan

senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.

9. Toleransi terhadap konflik. Tingkat sejauh mana para pegawai didorong unutk mengemukakan konflik dan kritik

secara terbuka.

10. Pola-pola komunikasi. Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.

Robbins (1998) dalam (Kurniawan, 2011) berpendapat bahwa

terdapat tujuh karakteristik primer untuk memahami hakikat dari budaya

(36)

1. Inovasi dan pengambilan keputusan, dengan dimensi :

(a) memiliki inovasi

(b) keberanian mengambil resiko.

2. Perhatian pada rincian, dengan dimensi :

(a) deskripsi kerjayang jelas

(b) prosedur yang digunakan.

3. Orientasi pada hasil, dengan dimensi : (a) tujuan yang ditetapkan

(b) hasil yang dicapai.

4. Orientasi pada orang, dengan dimensi :

(a) pelayanan kepada orang lain

(b) perhatian kepada orang lain.

5. Orientasi pada tim, dengan dimensi :

(a) pelayanan kepada tim

(b) perhatian kepada tim

6. Agresivitas, dengan dimensi :

(a) Memiliki sifat agresif

(b) Memiliki sifat kompetitif

7. Kemantapan, dengan dimensi :

(a) mempertahankan kestabilan kerja

(b) perbandingan pertumbuhan kestabilan kerja.

3. Hubungan Budaya Organisasi dengan Komitmen Organisasi

(37)

harapan, nilai, dan sikap yang mempengaruhi individu, kelompok, dan proses –

proses yang ada di dalam organisasi. Hal ini berarti budaya organisasi yang

tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah

perkembangan yang lebih baik. Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari

organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan bersama

secara luas. Semakin banyak anggota yang menerima nilai – nilai inti,

menyetujui jajaran tingkat kepentingannya, dan merasa sangat terikat

kepadanya, maka semakin kuat pula budaya organisasi tersebut (Gibson, 1997).

Menurut Schatz & Schatz dalam (Melinda & Zulkarnain, 2004), budaya

perusahaan dapat dirasakan oleh sumber daya manusia yang berada di dalam

perusahaan tersebut. Budaya perusahaan senantiasa mempengaruhi kondisi

dasar dan perilaku individu yang ada di dalamnya. Tingkatan pengaruh yang

dialami masing – masing orang berbeda, namun yang jelas setiap orang pasti

terkena dampak, mengalami atau merasakan pengaruh tersebut.

Robbins (2001) menjelaskan bahwa organisasi yang memiliki budaya yang

kuat dapat mempunyai pengaruh yang bermakna bagi perilaku dan sikap

anggotanya. Nilai inti organisasi itu akan dipegang secara insentif dan dianut

secara meluas dalam suatu budaya yang kuat. Suatu budaya kuat

memperlihatkan kesepakatan yang tinggi dikalangan anggota tentang apa yang

harus dipertahankan oleh organisasi tersebut. Kebulatan maksud semacam ini

akan membina kohesifitas, kesetiaan dan komitmen organisasional. Kualitas ini

selanjutnya akan mengurangi kecenderungan karyawan untuk meninggalkan

(38)

faktor kinerja organisasi dengan membentuk dan mengembangkan suatu

budaya organisasi yang mendukung terciptanya komitmen karyawan.

Pengaruh budaya perusahaan melebihi pengaruh faktor lain dalam

organisasi, seperti struktur, sistem manajemen, dan lain – lain. Ini adalah suatu

keadaaan yang sangat diharapkan oleh para pimpinan sehingga tidak bersusah

payah mengarahkan perilaku anggota khususnya ketika budaya perusahaan itu

tertanam kuat pada karyawannya. Dalam budaya organisasi yang kuat, nilai –

nilai utama organisasi benar – benar dianut kuat dan diikuti secara meluas oleh

anggotanya. Budaya yang kuat akan memberikan pengaruh besar terhadap

perilaku anggota – anggotanya karena tingkat yang kuat tersebut menciptakan

suatu iklim internal terhadap tingginya kontrol perilaku (Robbins,2001).

Untuk menjadi organisasi yang efektif dan efisien, salah satu cara yang

dapat dilakukan ialah dengan memastikan bahwa terdapat semangat kerja,

komitmen serta kepuasan pada karyawan itu sendiri. Karyawan akan

memberikan apa yang ada dalam dirinya kepada organisasi, dan sebaliknya

mereka juga akan menuntut supaya organisasi memberikan apa yang menjadi

keinginannya. Sumbangan tersebut seperti usaha, keterampilan, loyalitas,

kreativitas serta lainnya yang membuat individu tersebut menjadi sumber daya

bagi organisasi. Hal tersebut membuat organisasi memberikan imbalan kepada

karyawan tersebut. Imbalan dapat berupa gaji, fasilitas, status, keamanan kerja,

dan sebagainya. Bagi karyawan, imbalan yang diberikan organisasi dapat

(39)

hubungan yang positif dengan organisasi yang pada akhirnya mengarah pada

terbentuknya komitmen (Aktami, 2008).

Komitmen terhadap organisasi merupakan suatu aspek yang memegang

peranan penting dalam suatu organisasi, sebab komitmen terhadap organisasi

dapat mempengaruhi peningkatan efektivitas serta efisiensi kerja. Menurut

Northcraft dan Neale (1994), umumnya karyawan yang memiliki komitmen

tinggi terhadap organisasi akan menunjukkan upaya lebih maksimal dalam

melakukan tugas.

Robbins (2001) mendefinisikan komitmen terhadap organisasi sebagai

suatu orientasi terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan

keterlibatan. Menurut Allen dan Meyer (1991) komitmen organisasi diartikan

sebagai kondisi psikologis yang menunjukkan karakteristik hubungan antara

pekerja dengan organisasi dan mempunyai pengaruh dalam keputusan untuk

tetap melanjutkan keanggotaannya di dalam organisasi tersebut. Seseorang

yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan berusaha menerima

semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Van Dyne dan Graham dalam (Coetzee, 2005), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi seseorang. Faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen organisasi tersebut antara lain faktor personal,

situasional, dan posisional. Dalam faktor situasional terdapat beberapa hal yang

disebutkan mempengaruhi komitmen organisasi yaitu karakteristik pekerjaan

(40)

Sedangkan Menurut Beggs dan Kohut dalam (Coetzee, 2005), ada

beberapa karakteristik pekerjaan yang membuat pekerja berkomitmen tinggi

terhadap organisasi. Karakteristik pekerjaan tersebut antara lain kepuasan

tehadap otonomi, status dan kepuasan pada permintaan organisasi, sehingga

seorang pekerja akan merasa bertanggung jawab dan keterikatan dengan

organisasinya. Sedangkan karakteristik pekerjaan yang menunjukkan adanya

komitmen yang rendah adalah pekerjaan yang memiliki rutinitas yang tinggi.

Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan

melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi, (Jewell, 1998). Menurut

Greenberg dan Baron dalam (Taurisa, 2012), karyawan yang memiliki

komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih

produktif sehingga pada akhirnya juga akan lebih menguntungkan bagi

organisasi.

4. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini

adalah “ada perbedaan komitmen organisasi ditinjau dari budaya organisasi

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif

dengan menggunakan teknik analisis ANOVA. Variabel yang dianalisis dalam

penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu budaya organisasi dan variabel

tergantung yaitu komitmen organisasi.

1. Identifikasi Variabel

Untuk dapat menguji hipotesa penelitian terlebih dahulu diidentifikasi

variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian

yang digunakan terdiri dari :

Variabel tergantung : Komitmen Organisasi

Variabel bebas : Budaya Organisasi

2. Definisi Operasional 2.1 Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah suatu sistem aturan, nilai, dan pola

kebiasaan yang terdapat di dalam suatu organisasi yang menjadi acuan

bagi para anggota organisasi untuk bertindak dan berinteraksi untuk

mencapai tujuan dari organisasi, yang membedakannya dengan organisasi

lain.

Budaya organisasi diukur dengan skala Budaya Organisasi yang

(42)

disusun berdasarkan 7 karaktersitik dan dimensi yaitu : (1) inovasi dan

pengambilan keputusan, (2) perhatian pada rincian, (3)orientasi pada hasil,

(4) orientasi pada orang, (5) orientasi pada tim, (6) Agresivitas dan (7)

kemantapan. Skor total pada skala merupakan petunjuk kuat atau

lemahnya Budaya Organisasi. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang

artinya semakin kuat budaya organisasi yang terdapat pada suatu

perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai artinya

semakin lemah budaya organisasi yang terdapat pada suatu perusahaan.

2.2 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah suatu rasa keterlibatan diri individu

pada organisasi serta perasaan sebagai anggota sejati dari suatu organisasi,

sehingga menimbulkan keinginan individu untuk bertahan pada organisasi

tersebut dan melakukan yang terbaik untuk organisasi demi tercapainya

tujuan dari organisasi.

Komitmen Organisasi diukur dengan skala komitmen organisasi

yang dikemukakan oleh Meyer dan Allen (1991) dengan menggunakan

skala likert yang disusun berdasarkan tiga aspek yaitu, Komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif. Semakin tinggi skor

total dari aspek - aspek tersebut maka semakin tinggi pula komitmen

organisasi yang dimiliki oleh individu pada aspek tersebut. Sebaliknya,

semakin rendah skor total dari aspek - aspek tersebut maka semakin

(43)

3. Populasi Dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti

yang memiliki beberapa karakteristik yang sama. Sampel adalah sebagian

dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya

diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan

keberadaan populasi yang sebenarnya (Latipun, 2011).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan keseluruhan populasi yang

tersedia di Klinik Spesialis Bunda tersebut sebagai subjek penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara – cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2003). Dalam

penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala. Skala adalah kumpulan pernyataan-pernyatan mengenai suatu obyek

tertentu dimana respon subyek pada setiap pernyataan dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas individu yang akan diukur (Riduwan, 2003).

Metode skala yang digunakan adalah metode Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pada model penskalaan ini

terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable. Pernyataan

(44)

Metode ini menggunakan pilihan jawaban, yaitu netral (N) , sangat

setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1 – 5 kategori

jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot yaitu banyaknya skorantara 1 sampai 5, dengan rincian:

1. Jawaban SS sangat sesuai diberi skor 5

2. Jawaban S sesuai diberi skor4

3. Jawaban N netral diberi skor 3 4. Jawaban TS tidak sesuai diberi skor2

5. Jawaban STS sangat tidak sesuai diberi skor1

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala psikologi, yaitu

skala Komitmen Organisasidan skala Budaya Organisasi.

4.1 Skala Komitmen Organisasi

Untuk mengukur Komitmen organisasi maka digunakan skala

komitmen organisasi yang dikembangkan berdasarkan teori Meyer dan

Allen (1991) yang disusun berdasarkan tiga aspek yaitu, komitmen

afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif.

Jenis skala yang digunakan adalah skala likert. Skor total pada skala merupakan petunjuk tinggi rendahnya komitmen organisasi. Skala komitmen organisasi ini menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu SS

(Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat

(45)

unfavorable dengan rentang skor dari 1 sampai 5. Berikut Blue Print dari skala komitmen organisasi :

Tabel 1

Tabel Blue Print Skala Komitmen Organisasi

No Aspek Indikator

Perilaku

Favorable Unfavor able

Bobot (%)

1 Komitmen Afektif

Sense of belonging 35, 13, 15 5,8 11,44 %

Emotional attached 7, 10, 24 14, 20 14,3 %

personal meaning 19, 21 4,22, 25 14,3 % 2 Komitmen

Keberlanjut -an

Pilihan lain 1, 9, 17 16 11,44 %

Keuntungan 2 11,32, 30 11,44 %

Biaya 33, 3, 34 6, 18 11,44 %

3 Komitmen

Normatif

Keyakinan untuk loyal

12, 26 23, 29 11,44 %

Keyakinan akan etika

28 27, 31 8,58 %

Jumlah Total Aitem 18 17 100 %

4.2 Skala Budaya Organisasi

Budaya organisasi diukur dengan skala Budaya Organisasi yang

dikemukakan oleh Robbins (2001) dengan menggunakan skala likert

yang disusun berdasarkan 7 karaktersitik dan dimensi yaitu : (1) inovasi

dan pengambilan keputusan, (2) perhatian pada rincian, (3)orientasi pada

hasil, (4) orientasi pada orang, (5) orientasi pada tim, (6) Agresivitas dan

(7) kemantapan.

Skala budaya organisasi ini menggunakan lima pilihan jawaban,

yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STS

(46)

favorable dan unfavorable dengan rentang skor dari 1 sampai 5. Berikut

Blue Print dari skala budaya organisasi :

Tabel 2

Tabel Blue Print Skala Budaya Organisasi No Aspek Indikator Perilaku Favor

able

Unfav orable

Bobo t (%)

1 Inovasi dan

pengambilan keputusan

memiliki inovasi 2, 43 5 6 %

keberanian mengambil resiko

7, 12 42, 20 8 %

2 Perhatian pada rincian

Deskripsi pekerjaan yang jelas

15, 9 16 6 %

prosedur yang digunakan.

35, 38 11, 32 8 %

3 Orientasi pada hasil tujuan yang ditetapkan 26 23, 30 6 % hasil yang dicapai 41, 40 27 6 % 4 Orientasi pada

orang

pelayanan kepada orang lain

19, 44 22, 39 8 %

Perhatian kepada orang lain

33, 3 18 6 %

5 Orientasi pada tim pelayanan kepada tim 17, 34 25, 31 8 % perhatian kepada tim 24 29, 37 6 % 6 Agresivitas Memiliki sifat agresif 13, 1 8, 36 8 %

Memiliki sifat kompetitif

46, 48 6, 50 8 %

7 Kemantapan mempertahankan

kestabilan kerja,

47, 28 21, 4 8 %

perbandingan pertumbuhan kestabilan kerja.

45,10 14, 49 8 %

Jumlah Total Aitem 26 24 100%

5. Alat Ukur Penelitian 5.1 Validitas Alat Ukur

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

(47)

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi,

yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dilihat dari segi isi adalah

benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Suryabrata, 2000).

Teknik yang digunakan untuk melihat validitas isi dalam penelitian ini

adalah professional judgement, pendapat profesional diperoleh dengan cara berdiskusi dengan dosen pembimbing.

5.2 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah konsistensi dari nilai yang diperoleh sekelompok

individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama ataupun

yang itemnya ekuivalen (Sukardi, 1997).

Uji reliabilitas adalah suatu alat yang digunakan untuk

menunjukkan derajat konsistensi alat ukur yang bersangkutan jika

diterapkan berulang kali pada kesempatan yang berlainan. Semakin

tinggi reliabilitas alat pengukur maka semakin stabil pula alat pengukur

tersebut dalam mengukur suatu gejala, dan sebaliknya semakin rendah

reliabilitas suatu alat pengukur maka semakin tidak stabil alat pengukur

tersebut dalam mengukur suatu gejala (Azwar, 2003).

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan konsistensi internal dengan teknik reliabilitas Alpha

Cronbach, yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek

dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian

(48)

semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang

mendekati angka 0,00 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

5.3 Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang

memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang

digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem – aitem

yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tersebut. Atau

dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan

yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000). Pengujian daya

beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi

Pearson Product Moment dengan bantuan dari program komputer SPSS versi 16.0.

Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem

total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Setelah

itu, kemudian dipilihlah nilai korelasi aitem totalnya yang memiliki harga

kritis minimal 0,300. Hal ini dikarenakan, semua aitem yang mencapai

0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2000).

6. Prosedur Penelitian 6.1 Tahap Persiapan

(49)

a. Pencarian informasi

Peneliti mencari informasi tentang sampel penelitiannya. Adapun

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah karyawan-karyawan

yang bekerja di Klinik Spesialis Bunda dengan masa kerja diatas 1

tahun.

b. Pembuatan alat ukur

Sebelum peneliti mengambil data di lapangan, peneliti membuat

alat ukur penelitian yaitu skala Komitmen Organisasidanskala Budaya

organisasi berdasarkan teori yang digunakan. Peneliti membuat aitem

skala Komitmen Organisasi dan skala Budaya organisasi

masing-masing 40 item. Setelah kedua skala tersebut selesai dibuat, maka

peneliti akan menelaah aitem-aitem tersebut dengan analisis rasional

bersama professional judgement untuk mengetahui validitas alat ukur tersebut. Kemudian skala tersebut dibentuk ke dalam booklet dan diujicobakan.

c. Perizinan

Untuk melakukan penelitian ini maka terlebih dahulu yang dilakukan

peneliti adalah mengurus perizinan untuk melakukan penelitian. Proses

perizinan ini dimulai dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara mengajukan surat permohonan untuk pengambilan data kepada

pihak Kepala Bagian Akunting Klinik Spesialis Bunda Medan –

Sumatera Utara. Surat permohonan ini diberikan langsung oleh peneliti

(50)

d. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan dengan menyebarkan skala kepada

karyawan yang sesuai kriteria untuk melihat validitas dan reliabilitas

skala Komitmen Organisasidanskala Budaya organisasi.

e. Revisi Alat Ukur Penelitian

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur kepada karyawan

yang sesuai dengan kriteria peneliti, peneliti mendiskusikan hasil uji

coba tersebut kepada professional judgement dan menelaah kembali kevalidan dan kereliabilitasan alat ukur. Setelah itu peneliti mengganti

beberapa aitem yang layak untuk disebarkan ke lapangan dalam bentuk

booklet.

6.2 Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur melewati tahap uji coba dan revisi, maka dilaksanakan

penelitian dari tanggal 29 Desember 2014 sampai dengan 10 januari

2015. Pengambilan data ini dilakukan pada karyawan Klinik Spesialis

Bunda Medan yang berada di jalan Sisingamangaraja Medan –

Sumatera Utara yang memenuhi karakteristik. Pada pelaksanaan

penelitian di Klinik Spesialis Bunda tersebut, peneliti dibantu oleh

Kepala Bagian Akunting Klinik Spesialis Bunda dalam menyebarkan

skala penelitian. Dari 75 skala penelitian yang dibagikan, hanya 71

(51)

6.3 Pengolahan Data Penelitian

Setelah diperoleh hasil skor dari skala budaya organisasi dan budaya

organisasi pada masing – masing subjek, maka untuk pengolahan data

selanjutnya, peneliti menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS

versi 16.0.

7. Metode Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan analisis varians melalui One Way Anova pada program SPSS.

Penggunaan teknik analisis varians ini dipilih karena Anova dapat dipakai untuk melihat tingkatan masing – masing aspek dari komitmen organisasi

dalam hubungannya dengan budaya organisasi.

Keseluruhan analisa data dilakukan dengan menggunakan fasilitas

komputerisasi SPSS 16.0 for windows dan Microsoft Office Excel 2007.

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, maka terlebih dahulu dilakukan

uji asumsi yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian

kedua variabel terdistribusi secara normal. Pada penelitian ini uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

dengan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows.

Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang

(52)

digunakan adalah jika p ≥ 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan

sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi,

2000).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok.

Teknik analisis yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah dengan menggunakan Anova. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui

homogenitas kelompok ini adalah jika sign < 0,05 maka kelompok tersebut

memiliki varian yang sama, sebaliknya jika sign > 0,05 maka kelompok

tersebut memiliki varian yang berbeda atau dengan kata lain kelompok

tersebut tidak homogen. Apabila uji asumsi terpenuhi, maka dilanjutkan

dengan uji hipotesis.

8. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala komitmen organisasi dan budaya organisasi dilakukan

terhadap 20 orang karyawan Klinik Spesialis Bunda di jalan

Sisingamangaraja Medan.

8.1 Hasil Uji Coba Skala Komitmen Organisasi

(53)

corrected item total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson Product Moment dengan interval kepercayaan 95% yang memiliki harga kritis 0.300. Hal ini dikarenakan menurut Azwar (2003), semua aitem yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0.300, daya pembedanya dianggap

memuaskan. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 35 aitem dan dari 35

aitem ini diperoleh 22 aitem yang valid dan 17 aitem yang gugur. Namun

dalam penelitian, jumlah aitem yang digunakan adalah 20 aitem dengan

kisaran koefisien korelasi = 0.365 sampai dengan = 0.876 dan

reliabilitas sebesar 0.824.

Tabel 3

Distribusi aitem komitmen organisasi setelah uji coba No Aspek Indikator

Perilaku

Favorable Unfavo rable

Bobot (%)

1 Komitmen Afektif

Sense of belonging 20, 13, 15 5 11,44 %

Emotional attached 7, 10, 18 - 14,3 %

personal meaning 19, 8 4, 11 14,3 % 2 Komitmen

Keberlanjut-an

Pilihan lain 1, 17 - 11,44 %

Keuntungan 2 9, 16 11,44 %

Biaya 3 6 11,44 %

3 Komitmen Normatif

Keyakinan untuk loyal

12 - 11,44 %

Keyakinan akan etika

14 - 8,58 %

Jumlah Total Aitem 14 6 100 %

8.2 Hasil Uji Coba Skala Budaya Organisasi

Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisa uji coba dengan

menggunakan aplikasi SPSS versi 16.00 for windows, kemudian nilai

(54)

kritis. Hal ini dikarenakan menurut Azwar (2003) semua aitem yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0.300, daya pembedanya dianggap

memuaskan. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 50 aitem dan dari 50

aitem diperoleh 32 aitem yang valid dan 18 aitem yang gugur. Namun jumlah

aitem yang digunakan dalam penelitian adalah 29 aitem dengan kisaran

koefisien korelasi = 0.352 sampai dengan dan reliabilitas

sebesar 0.908.

Tabel 4

Distribusi Aitem Budaya Organisasi Setelah Uji Coba No Aspek Indikator Perilaku Favor

able

Unfav orable

Bobot (%)

1 Inovasi dan pengambilan keputusan

memiliki inovasi 2 5 6 %

keberanian mengambil resiko

3, 20 8 %

2 Perhatian pada rincian

Deskripsi pekerjaan yang jelas

9 16 6 %

prosedur yang digunakan.

11, 14 8 %

3 Orientasi pada hasil

tujuan yang ditetapkan 26 29 6 %

hasil yang dicapai 8 27 6 %

4 Orientasi pada orang

pelayanan kepada orang lain

19, 12 17 8 %

Perhatian kepada orang lain

22 18 6 %

5 Orientasi pada tim

pelayanan kepada tim 15 25, 7 8 % perhatian kepada tim 28, 10 6 %

6 Agresivitas Memiliki sifat agresif 1 23 8 %

Memiliki sifat kompetitif

13 6 8 %

7 Kemantapan mempertahankan

kestabilan kerja,

21, 4 8 %

perbandingan pertumbuhan

(55)

BAB IV

ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

Bab ini akan memberikan gambaran umum tentang subjek penelitian dan

hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa terhadap data penelitian. Anallisa

data pada bab ini berkaitan dengan masalah yang akan dijawab maupun variabel

yang diteliti oleh peneliti, serta berkaitan dengan analisa tambahan.

1. Gambaran umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan Klinik Spesialis Bunda

Medan. Subjek Penelitian ini berjumlah 71 orang yang terdiri dari karyawan

medis dan non medis.

2. Uji Asumsi Penelitian 2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel

telah menyebar secara normal. Uji normalitas sebaran dilakukan dengan

metode statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p

Gambar

Tabel Blue Print Skala Komitmen Organisasi
Tabel 2 Tabel Blue Print Skala Budaya Organisasi
Tabel 3 Distribusi aitem komitmen organisasi setelah uji coba
Tabel 5
+6

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa karakteristik penting dalam budaya organisasi antara lain: aturan perilaku yang diamati, norma, nilai dominan, filosofi, dan iklim organisasi merupakan

sehingga komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan dengan masa kerja yang1. pendek cenderung lebih

Dari uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa pentingnya nilai-nilai kerja serta komitmen organisasi pada karyawan apabila ingin menjalankan sebuah perusahaan

1.5.2.4 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Semangat Kerja Budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima. sebagai suatu kebenaran oleh semua orang

Hasil analisis deskripsi variabel budaya organisasi pada indikator adat atau aturan, dimana para karyawan seharusnya menaati apa yang diperintahkan oleh atasan

Pengertian budaya organisasi menurut Krech dalam Moeljono ( 2005 : 9), adalah sebagai suatu pola semua susunan, baik material maupun perilaku yang sudah

Pengertian budaya organisasi menurut Krech dalam Moeljono ( 2005 : 9), adalah sebagai suatu pola semua susunan, baik material maupun perilaku yang sudah

dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur. dengan baik, dan dirasakan bersama