BANYURESMI GARUT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
HENDI SOPANDI NIM : 1810011000030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vi
Kata kunci : Pembelajaran Aqidah Akhlak, Perilaku Siswa
Pembelajaran Akidah akhlak termasuk faktor penting dalam kaitannya dengan pendidikan anak. Kerapkali kemunduran anak disekolah sering disebabkan oleh keadaan pembelajaran di sekolah. melalui pembelajaran akidah akhlak maka akan sangat membantu anak untuk berperilaku yang baik atau berakhlakul karimah. Baik buruknya pembelajaran akidah akhlak turut mempengaruhi terhadap perilaku siswa, karena sekolah ikut serta dalam upaya membentuk karakter seorang anak, berdasarkan study penelitian di MI Perisi Burungayun Banyuresmi Garut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Realitas pembelajaran Akidah akhlak, 2 ) realitas Perilaku siswa, 3) realitas pengaruh antara pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa.
Dalam penelitian ini di asumsikan bahwa perilaku siswa memiliki ketergantungan terhadap pembelajaran akidah akhlak . Dari asumsi tersebut, maka diajukan suatu hipotesis bahwa “ pembelajaran akidah akhlak harus diterapkan sebagai pondasi dasar siswa supaya menjadi manusia baik yang beriman dan beramal shaleh“.Untuk membuktikan hipotesis tersebut, di adakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif, dan teknik pengambilan datanya dilakukan dengan angket dan Kuesioner. Sedangkan tehnik analisis datanya melalui pendekatan statistik Spearmen Corelation
vii
Rasa syukur tak mampu hamba ucapkan dengan kata – kata ya Alloh, ketika
kau begitu setia menggerakkan tangan hamba hingga kata-kata menggunung dalam
tulisan ini hamba yakin tidak ada daya dan upaya yang hamba miliki selain idzinmu.
Rasa cinta yang bermuara dalam sukma tak cukup untuk menghantarkan
hamba ketika kerinduanku kepada Rosulmu ya Alloh, kadang hadir disetiap sudut
hidupku, kadang ada di saat kuterlena dalam dosa, rindu akan pesona akhlaknya yang
senantiasa jadi panutan sepanjang masa selalu abadi sepanjang hari semoga
shalawatmu dan keselamatan darimu senantiasa engkau curahkan kepadanya ya
Alloh, tak lupa kepada shabatnya, keluarganya, seluruh ummat yang taat dan patuh di
jalanmu hingga akhir waktu..
Sebagai hamba yang sangat lemah hamba ingin sekali menyampaikan rasa
terima kasih dan rasa syukur kepadamu ya Alloh dan kepada berbagai fihak yang
membantu dan mendukung hamba dalam menyelesaikan tulisan ini, hamba sadari dan
hamba akui betapa banyak terjal yang ada tapi atas motivasi dan atensi mereka hingga
akhirnya sampai juga pada ujung harapan. Terutama hamba sampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Ibu Hj, Dra, Nurlena Rifa’i MA. P.hd. selaku Dekan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta segenap curahan
atensinya.
2. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag. Selaku Dekan Ketua jurusan/ sekretaris PAI
yang telah memberikan motivasi, nasihat serta aspirasinya.
3. Pembimbing Bpk Drs. H. Ghufron Ihsan MA. atas, perhatian dan dorongan
banyak waktu, pikiran tenaga yang hamba sita atas kesabarannya hamba
viii
tu setia menjelma dalam bingkai hati, atas do’a yang terucap atas asa yang terpatri lewat do’anya dan linangan airmatanya senantiasa mengiringi hari-hariku tak kenal masa tak kenal waktu bak mentari
tak pernah absen sepanjang hari.
6. Kepala Sekolah MI Persis Burungayun yang telah memberikan idzin kepada
hamba untuk penelitian dalam skripsi ini.
7. Kawan-kawanku di UIN Syarif Hidayatullah Kls B yang telah banyak
membantu penulis terutama yaitu Cepy Zulkifli, Suparno, Dian Hendiana,
Ahmad Asrori dll
8. Sang Queen heart istri serta anak- anakku Hadwa dan Yamni atas
keberadaan mereka menjadi pemicu di kala putus asa jadi penerang di kala
gulita jadi pendorong kala onak dan duri bertaburan di depan mata.
9. Terakhir hamba sampaikan terima kasih sobatku Awan Setiawan yang
banyak sekali apresiasi dan atensi darinya kala hamba menyusun dan
menyelesaikan tulisan ini.
Hamba yakin betul tulisan ini masih sangat jauh dari harapan tentunya hamba
mengharapkan koreksi dan masukan semua fihak untuk perbaikan akhirnya kepada
Allah jualah penulis serahkan atas apa yang telah di usahakan semoga Allah
memberikan kebaikan kepada kita semua.
Jakarta, Agustus 2014
Penulis
Hendi Sopandi
ix
LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN PENGUJI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAPTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 6
C.Pembatasan Masalah ... 6
D.Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian... 7
BAB II KAJIAN TEORI PENELITIAN A. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ... 8
1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ... 8
x
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Siswa... 16
3. Indikator perilaku Siswa ... 18
C. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa ... 28
D. Hiptesis Penelitian ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempet Penelitian ... 30
B. Variabel Peneltiian ... 31
C. Populasi dan Sample ... 32
D. Metode Penelitian ... 33
E. Tehnik Pengumpulan Data ... 34
F. TabelAnalisa Data ... 35
G. Hipotesis Stastistik ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAKTERHADAP PERILAKU SISWA A. Kondisi Objektif MI Persis Banyuresmi Garut ... 38
1. Sejarah Singkat ... 38
xi
MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut ... 40
C. Deskripsi dan Interpretasi Data ... 42
D. Analisa Data ... 53
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan-Kesimpulan ... 55
B. Saran –saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA57 LAMPIRAN – LAMPIRAN A.Angket Variabel X ... 59
B. Angket Variabel Y ... 63
C . Kisi-Kisi Penelitian ... 67
D. Struktur Organisas sekolah ... 68
E. Surat Izin/Keterangan Telah melakukan penelitian ... 69
BIODATA PENULIS
A. Dapatar Riwayat
xii
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Keseluruhan ... 32
Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan keimanan ... 41
Tabel 4.2 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Sosial ... 42
Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Ibadah ... 42
Tabel 4.4 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Sosial Anak ... 43
Tabel 4.5 Daptar Jawaban Responden untuk Variabel X ... 44
Tabel 4.6 Hasil secara Riciannya X ... 44
Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah khlak Terhadap Perilaku Hubungan Manusia dengan Allah Dalam ibadah Shalat dan Shaum ... 45
Tabel 4.2 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa dalam Hubungan Manusia Dengan Sesama ... 46
Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa dalam Hubungan Manusia dan alam sekitar ... 46
Tabel 4.4 Daptar Jawaban Responden untuk Variabel Y ... 47
Tabel 4.5 Hasil secara Riciannya Y. ... 48
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah
pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal non
formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur
hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan
individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. 1
Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya
juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang
dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara
khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga
dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia
1
Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi
pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan
Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya , merupakan warisan budaya
bangsa, yang berurat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia.
Banyak hal yang melatarbelakangi perubahan atau kemerosotan perilaku
mental aqidah dan akhlaknya tidak sesuai dengan ajarann Islam yang ironisnya
lagi melanda siswa dimana nilai-nilai akhlakul karimah atau akhalak terpuji sudah
sering ditinggalkan seperti adab kepada Allah, orang tua, guru, temen, mahluk
lainnya, kurang sopan, berkata kasar/jorok berbohong, rasa takut selain kepada
Allah yang berlebihan dan lain-lain. Dalam hal ini perlu diterapkan suatu metode
pembelajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar aqidah
akhlak dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dengan pembelajaran yang
menyenangkan dan juga aktif.
Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran aqidah akhlak merupakan tahap
dasar penerapan keyakinan dan juga bagian integral dari sistem pendidikan
nasional.2
Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri,
bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di
dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga
Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan
dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan
2
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005)
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Tujuan pendidikan suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut
pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu
bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandang hidup
mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bengsa
tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu
manusia yang sehat, kuat serta mempunyai keterampilan, pikirannya cerdas serta
pandai, dan hatinya berkembang dengan keimanan sempurna.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa
agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan
berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan
dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya
kearah kedewasaan. 4
Dalam firman Allah SWT mengatakan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)5
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu
3
Ibid, h. 310
4. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Kalam Mulia, Cet ke-4 2004),hln . 1
5. Departemen Agama Republik Indonesia ,Al Qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV. Toha
pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian,
sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga
yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya
anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena
antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik
anak-anak. 6
Dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antra hubungan lingkungan
itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal.
Contohnya guru dengan orang tua murid.
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar
dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik
dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanua.
Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan
penganutnya.
Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi
berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang
kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak
akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat
menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.
Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan
penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama,
berbangsa dan bernegara.
Menurut M. Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam adalah Pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohanidan
jasmaninya akhlak dan ketrampilanya untuk menghadapi berbagai keadaan.7
Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama
tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki
6
. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 1992), Cet ke-2
h. 76 7
nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai-nilai-nilai Islam.8
Pendidikan akidah akhlak sebagai usaha membina dan mengembangkan
pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus
berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir
pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana
berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau
pertumbuhannya.9
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran akidah
akhlak adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Quran terhadap
anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Agar anak-anak mempunyai
akhlak yang mulia, anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran
berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik.
Dalam sejarah perkembangan Islam, pada periode permulaan dakwah Nabi
Muhammad saw. tidak langsung menuntut sahabat-sahabatnya mengamalkan
syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam,
akan tetapai selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu
menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan
dan keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari landasan inilah manusia akan
berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah islamiyah.
Pada skripsi ini, penulis akan mengungkap Pengaruh pembelajaran akidah
akhlak terhadap perilaku siswa di MI Persis Burungayun,banyuresmi Garut Jawa
Barat. Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
1. Pembelajaran Akidah akhlak adalah menanamkan tauhid dan akhlak mulia di
dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga iman dan akhlak itu
menjadi salah satu kemampuan jiwa.
2. Akhlak merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad saw diutus ke dunia.
Sabda Nabi Muhammad SAW
“Sesunguhnya” aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak (budi
8
. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998)
9
pekerti) . (HR. Bukhori)
3. Penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan akidah akhlak
terhadap perilaku Siswa di MI Persis Burungayun Garut.
B. Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang di atas maka penulis
dapat identifikasi masalah – masalah pada penelitian ini yaitu fakktor – faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku siswa, baik faktor yang dapat menjadikan
perilaku yang baik atau faktor yang dapat menjadikan perilaku buruk. Masalah –
masalah yang dapat mempengaruhi perilaku siswa dapat di identifikasi sebagai
berikut :
1. Suasana keluarga yang agamis atau Islami
2. Lingkungan masyarakat
3. Tempat belajar atau sekolah
4. Teman bermain siswa
5. Pergaulan sehari – hari
6. Guru – guru di sekolah
7. Keadaan ekonomi siswa
8. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pembelajaran akidah
akhlak.
C.Pembatasan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah di atas terdapat berbagai penyebab yang dapat
mempengaruhi perilaku siswa. Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu meluas
dan pembahasannya lebih terarah maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada “ Pengaruh pembelajaran akidah Akhlak terhadap perilaku siswa di MI Persis burungayun, kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut tahun 2014.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di MI Persi Burungayun
Banyuresmi Garut?
2. Bagaimana perilaku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi Kabupaten
Garut?
3. Bagaimana hubungan pendidikan aqidah akhlak terhadap perilaku siswa di
MI Persis burungayun Banyuresmi Garut?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut.
2. Untuk mengetahui tingkah laku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi
Garut.
3. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau pengaruh pembelajaran aqidah
akhlak terhadap tingkah laku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi
Garut.
F. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian yang menjadi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini akan berguna untuk :
a) MI Persis Burungayun Garut, dalam mengetahui pengaruh pembelajaran
akidah akhlak terhadap perilaku siswa
b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam
menerapkan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkunan belajar.1 Dalam pembelajaran aqidah akhlak
pembelajaran yang berisi yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan
dasar peserta didik untuk memahami rukun iman dengan serderhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami sederhana pula, untuk dapat
dijadikan perilaku dalam sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan
berikutnya.
Aqidah adalah berasal dari kata “ „aqudz, yang berarti pengikatan. Banyak
sekali Bahasa Arab yang berkaitan dengan kata aqidah, seperti “I‟tiqad yang berarti
kepercayaan hati “ Mu‟aqid”yang berarti yang beri‟tiqad”(yang mempercayai).
Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan
tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati.Dengan demikian dapat diartikan
bahwa aqidah menurut bahasa adalah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu atau sesuatu yang
1. Abd. Rozak, M. Si, Fauzan MA. Dan Drs. H. Ali Nurdin M. Pd. Kompilasi undang-
dipercayai hati. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah suatu kesatuan
keyakinan yang utuh dan murni dalam hati dan perbuatan yang tersusun mulai
yakin akan ke-Esa-an Allah, Malaikat-Nya,Kitab-Nya ,Rasul-Nya,hari
pembalasan danTakdir baik dan buruk semuanya dari Allah.2 Dan menurut
pendapat yang lainnya aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati
dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang
tidak tercampur oleh keraguan.3
M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa
(bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam
lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.
4
Adapun aqidah menurut
Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan
terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang
tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh
keragu-raguan. Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan
prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan
melebihinya.5 S edangkan Syekh Hasan Al-Banna menyatakan aqidah sebagai
sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan
jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.6
Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari kata
khuluk yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam kamus Dairatul Ma‟arif disebutkan bahwa akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik. Dengan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat
yang sudah tertanam dalam diri manusia, ada yang berupa perbuatan yang baik dan
mulia akhlak al- karimah) dan ada pula perbuata yang buruk dan tercela
(al-akhlak al madzmumah). Sedangkan menurut istilah dalam kitab Ihya Ulum al-Din
Akhlak dikemukakan oleh Imam al-Ghajali yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
2
Sutrisna Sumadi, Rafi‟uddin. Pedoman pendidikan Aqidah Remaja (Jakarta: Pustaka
Quantum, 2002) Hlm. 31-33 3
Abdullah bin „Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Aqidah Lengkap (Bogor: Pustaka Ibnu
Katsir, 2005) Hlm. 28 4
Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983) Hlm. 51
5
Syaikh Mahmoud Syaltout, Islam sebagai Aqidah dan Syari’ah (1) (Jakarta: Bulan
Bintang, 1967) hlm. 28-29 6
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
melakukan pemikiran dan pertimbangan.7 Selanjutnya Ibnu Maskawaih
mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak ia yang mendorong ke arah
melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.8
Akhlak adalah “sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu”.9
Adapun Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang disebut akhlak itu ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu,
maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Dalam penjelasannya, kehendak
ialah ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan
ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. apa yang
bernama kehendak itu dikerjakan berulang-kali sehingga menjadi kebiasaan,
maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.10
Dengan demikian pembelajaran aqidah akhlak adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku
akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Qur‟an dan Hadits
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran ,latihan, serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.11
Sedangkan Pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai adalah sub
mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama
Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga
merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,menghayati, meyakini
7
Drs.H.Badri Yatim MA Pelajaran Akhlak bagian I,(Bapinroh .Jakarta 1996) hlm. 9-10
8
Ibid., Hlm. 243 9
Depag, Panduan Pesantren Kilat (Untuk Sekolah Umum) Op. Cit., hlm. 72
10
Tim Dosen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Malang: IKIP
Malang, 1995) hlm. 170 11
Depag, Kurikulun dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (Jakarta:
kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.12
Dari berbagai pendapat di atas meskipun terjadi perbedaan dalam
memformulasikannya namun pada hakekatnya yang membuat rumusan itu
mempunyai titik tekan yang sama tentang apa pendidikan aqidah akhlak itu
sendiri. Bahwa pendidikan aqidah akhlak merupakan suatu sarana pendidikan
agama Islam yang didalamnya terdapat bimbingan dari pendidik kepada
peserta didik agar mereka mampu memahami, menghayati, dan meyakini
kebenaran ajaran agama Islam, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Namun yang lebih penting, mereka dapat terbiasa melakukan
perbuatan dari hati nurani yang ikhlas dan spontan tanpa harus menyimpang
dari Al-Qur‟an dan Hadist.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup merupakan obyek utama dalam pembahasan pembelajaran
aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Aspek akidah ( keimanan) meliput:
1. kalimat thayyibah sebagai meteri pembiasaan seperti laa ilaahaillaah,
basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Alluhu Akbar,ta’awwudz,Maasya Allah, Assalamu „alaikum, laa haula walaa quwwata illaa billah dan istighfaar
2. Al- Asma al-husna sebagai materi pembiasaan seperti al-Ahad, al-Khalik,
ar-ahman ar Rahiim al-hamiid, asy-Syukur, al-Quduus, as-Shammad dan
sebagainya.
3. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah
al-asma al-husna dan pengenala terhadap shalat lima waktu sebagai
menifestasi iaman kepada Allah.
4. Meyakini ruku iman ( iman kepada Allah , Malaikat, itab, Rasul, hari akhir serta
qada dan qadar Allah)
12
Moh. Rifai, Aqidah Akhlak (Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid 1
b. Aspek akhlak meliputi:
1. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) seperti: sopan santun, disipln hidup
bersih, patuh, tolong menolong, dan sebagainya.
2. Menhindari akhlak tercela (madzmumah) seperti: hidup kotor, berbicara kotor
/ kasar, bohong, sombong, malas, durhaka putus asa dan sebagainya.
c. Aspek adab Isalami,meliputi:
1. Adab terhadap diri sendiri Yaitu: adab mandi,Tidur, buang air besar/ kecik,
berpakaian dan sebagainya,
2. Adab terhadap Allah yaitu: adab di mesjid, mengaji beribadah.
3. Adab terhadap sesama yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, temen
dantetangga.
4. Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang, tumbuhan, di tempat umum
dan di jalan.
d. Aspek kisah teladan, Meliputi:
kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengantentara semut dan
umatnya, nabi Muhammad di masa kecil dan remaja, Ashabul Kahfi, kelicikan
saudara-saudara nabi Yusuf AS dan sebagainya. 13
Dan menurut ruang lingkup pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai
meliputi:
a. Hubungan manusia dengan Allah.
Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya mencakup dari
segi aqidah yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, dan iman kepada rasul-Nya,
iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha- qadarNya.
b. Hubungan manusia dengan manusia.
Materi yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan hidup sesama
manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dan
orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
c. Hubungan manusia dengan lingkungannya.
Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas, maupun makhluk hidup
selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.14
Menurut buku yang dikutip oleh Departemen Agama, pendidikan aqidah
akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan pembahasannya antara lain
sebagai berikut:
a. Aspek aqidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz
Allah, keimanan kepada kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu‟jizatnya, dan hari kiamat.
b. aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, raja‟, taubat, tawadhu, ikhlas,
bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta‟aruf, ta‟awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
c. Aspek akhlak tercela meliputi kompetensi dasar kufur, syirik, munafik,
namimah, takabur, tamak dan ghadab.15
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa objek pendidikan
aqidah akhlak tidak hanya mencakup hubungan manusia dengan
Tuhannya, melainkan hubungan manusia dengan sesamanya serta
hubungan manusia dengan lingkungannya. Sehingga terwujudlah
keyakinan yang kuat, yang pada akhirnya terbentuklah akhlak yang luhur yakni
akhlak terpuji.
3.Tujuan Pembelajaan Aqidah Akhlak
Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang
diharapkan untuk menuju kesuatu tujuan. Dimana tujuan pendidikan merupakan
suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan,
sebab dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik itu
dibawa. Karena pengertian dari tujuan itu sendiri yaitu suatu yang diharapkan
tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.16
14
Ibid., hlm., 51
15.Mulyadi dan Masan Alfat, Aqidah Akhlak( Semarang. PT Karya Toha Putra 2003) hlm
33-46 16
Maka pembelajaran akidah akhlak di madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang akidah isla sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang keiman dan ketakwaan kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhalk mulia dan menghinari akhlak
tercela dalam kehidupan sehari-haribaik dalam kehidupan intividu maupun
sosial, sebagai menifestasi dari ajaran nilai-nilai akidah Islam.17
Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak menurut beberapa para ahli
adalah sebagai berikut:
Tujuan akhlak menurut Barmawie Umary yaitu supaya orang dapat
terbiasa atau melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari
yang buruk, jelek, hina, tercela. Dan supaya hubungan kita dengan Allah SWT
dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.18
Menurut Mohd. Athiyah Al-Abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau
akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang yang bermoral
baik, keras kamauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah
laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur
dan suci.19
Sedangkan Menurut Moh. Rifai tujuan pendidikan aqidah akhlak yaitu
sebagai berikut:
a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan
hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah
lakunya sehari-hari.
b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam
17. Ibid, Abd Rozk, hlm, 548
18
Barmawie Umary, Materi Akhlak (Solo: CV. Ramadhani 1991) hlm. 2
19
Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan
hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
manusia, maupun dengan alam lingkungannya.
c. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk
melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.20
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat penulis ambil suatu
kesimpulkan bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak tersebut sangat menunjang
peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT serta dapat
memberikan pengetahuan sekitar pendidikan agama Islam ke arah yang lebih
baik.
B. Perilaku Siswa
1. Pengertian Perilaku Siswa
Perilaku siswa terbentuk dari dua kata, yaitu kata “ perilaku” dan kata ”siswa”. Untuk memberi arti keseluruhan kata tersebut, penulis terlebih dahulu akan menguraikan pengertian perilaku.
Secara etimologi kata perilku merupakan kata benda abstrak ( noun ), yang
menurut kamus besar Bahasa Indonesia di artikan gerak ,olah, laku, sikap atau
perbuatan. Perilaku atau tingkah laku ( behavior ) merupakan daya gerak
(gerakan ) manusia biologis yang didasarkan pada sistem syaraf yang terdiri atas
komposisi sel-sel yang di sebut “ neurons” . Apabila mendapat stimulasi, neurons dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan elektronis lainnya guna
merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan
otot-otot tubuh.
Lebih lanjut di katakana bahwa perilku atau tingkah laku manusia secara
umum terbagi atas dua bentuk,yaitu:
a. Responden Behavior, yaitu tingkah laku bersyarat dan tidak sengaja selalu
bergantung stimuli.
20
b. Opent Behavior, Yaitu tingkah laku yang disengaja dan tidak selalu bergantung
pada stimuli.21
Sedangkan perilaku adalah reaksi individu yang terwujud dalam gerakan
(sikap). Menurut Hamzah ya‟qub “ perilaku mengandung persamaan arti dalam
bahasa Indonesia dengan perkataan akhlak22Perilaku mencakup pernyataan hidup
individu yang meliputi asfek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian
dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan
perilaku adalah gejala tindak tanduk seseorang yang tidak hanya meliputi asfek
psikis tetapi juga berbentuk ucapan atau fisik yang bertolak dari asfek kognitif,
afektif dan fsikomotornya sebagai cermin dari kepribadiannya.
Adapun kata “ siswa” artinya pelajar atau di identikan dengan seseorang yang
sedang sekolah yang menggali ilmu..
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Siswa
Perilaku individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern yaitu faktor
yang berasal dari diri sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari
lingkungan di luar dirinya bahwa dalam tingkah laku organisme tidak lepas dari
dari pengaruh organisme itu sendiri. Sedangkan menurut Hamzah ya‟qub faktor-
faktor yang turut mencetak dan mempengaruhi perikalu manusia dalam
pergaulannya meliputi masalah manusia sebagai pelaku akhlak, insting (naluri)
kebiasaan, keturunan, lingkungan, kehendak, suara hati, dan pendidikan.23
Manusia sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah memiliki banyak keunikan
dalam berperilaku. Keunikan yang dimaksud di karenakan adanya perpaduan
antara perbedaan fisik dan mental ini akan melahirkan perilaku yang beralasan.
Untuk melahirkan perilaku yang baik yang dapat dirasakan oleh orang lain
dalam berinteraksi memerlukan persiapan fisik dan mental yang selaras, karena
apabila keselarasan tidak terjadi akan menciptakan ketidakseimbangan antara
kesanggupan penghayatan dan kesanggupan pengamalan Agama. Setiap kelakuan
21 Maila Dinia Husni Rahim. Psikologi Perkembangan peserta Didik. (Jakarta: Diktat
perkuliahan 2011) hlm 117
22Hamzah Ya‟qub,Etika Islamakhlak muli
a. (Bandung: Diponegoro, 1996)hlm 151 23
dan tindakaan manusia berasal dari sebuah kehendak yang di gerakan oleh naluri.
Naluri ini merupakan sesuatu yang di bawa manusia sejak lahir dan merupakan
pembawaan asli manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
kehidupannya manusia harus menyalurkan nalurinya sesuai dengan norma dan
ajaran agama untuk menghasilkan perilaku yang baik. Apabila manusia
menyalurkan nalurinya dengan salah akan menghasilkan perilaku yang buruk dan
akibat yang merugikan.
Naluri yang menjadi pendorong tingkah laku manusia salah satunya adalah
berupa naluri bertuhan. Yaitu berupa tabiat manusia mencari dan merindukan
penciptanya yang mengatur dan memberikan rahmat kepadanya, naluri ini
disalurkan kedalam hidup beragama”24 . Dengan demikian, kebutuhan manusia
untuk beragama tidak dapat dihindarkan. Karena pada dasarnya manusia akan
merasakan ada sebuah kekuatan yang lebih dari selain dirinya. Ketika ia sedang
berada dalam kesulitan dan orang-orang yang beriman akan menjalankan perintah
Allah secara kaffah yang di realisasikan dalam perilaku.
Adapun dengan kebiasaan itu, di maksudkan dengan perbuatan yang selalu di
ulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk di kerjakan. Karena seseorang ingin
merubah kebiasaan lama dengan sebuah perilaku yang baru yang lebih baik, tentu
akan membutuhkan waktu dalam pelaksanaanya. Hal itu dikarenakan kuatnya
pengaruh kebiasaan lama yang apabila ada perubahan akan menimbulkan reaksi
dari dalam pribadi itu sendiri.
Dalam berperilaku, reaksi yang timbul itu diredam dengan usaha pemahaman
terhadap ajaran Agama, dengan demikian maka kesadaran pengamalannya dalam
hal ini berperilaku akan terlaksana dengan baik juga.
Islam mengajarkan, baik buruk seseorang tergantung pada hatinya, bila
hatinya baik maka akan baik seluruh perilakunya, dan bila hatinya buruk akan
buruk pula seluruh perilakunya. Hati tidak akan terlihat kebaikannya apabila
pemilik nya hanya mengikuti hawa nafsunya saja, hal ini akan menyebabkan hati
tertutup dalam menerima pancaran cahaya kebenaran, sedangkan hati yang selalu
24
di tuntun untuk meninggalakan kegelapan akan menjadi landasaan bagi pola
tingkah laku yang baik.
Manusia dilahirkan dengan mewarisi sifat-sifat yang diturunkan oleh orang
tuanya, adapun yang diturunkan bukanlah sifat yang di miliki yang telah tumbuh
dengan matang karena pengaruh lingkungan., adat atau pendidikan, melainkan
bawaan sifat-sifat sejak lahir, sifat-sifat ini berupa sifat jasmaniah dan sifat
rohaniah. Orang yang memiliki mewarisi kekuatan fisik tentunya berbeda dengan
orang yng tidak memiliki kekuatan fisik dalam bertindak. Demikian pula orang
yang memiliki kekuatan rohaniah dengan orang yang tidak memiliki kekuatan
rohaniah akan memperlihatkan perbedaan dalam bersikap. Orang yang memiliki
kekuatan fisik dan kesehatan rohani akan memiliki perilaku yang diwujudkan
dalam aktifitas yang energik,cerdas dan terkendali.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari lingkungan sekitar
nya, lingkungan yang di maksud adalah lingkungan alam dan lingkungan
pergaulan, orang yang hidup di lingkungan alam yang subur akan berbeda dengan
orang yang hidup di lingkungan alam tidak subur, orang yang hidup di
lingkungan yang kurang subur akan cenderung lebih bisa menghadapi kesulitan
dan tantangan hidup, begitupun dalam kehidupan pergaulan, setiap lingkungan di
mana individu berada akan mempengaruhi karakter dan perilakunya. Perilaku
akan muncul bila lingkungan pergaulannya mendukung.
Dengan gambaran di atas dapat difahami faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku pada seseorang meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Yang termasuk
kedalam intern adalah manusia sebagai pelaku akhlak,insting, kehendak, dan
suara hati, sedangkan faktor ekstern mencakup keturunan, lingkungan dan
pergaualan.
3. Indikator Perilaku Siswa
Agama Islam sebagai agama yang selamat memiliki seorang Rasul yang
sangat mulia, Rasulullah Saw di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Di dalam Islam akhlak atau perilaku itu terbagi menjadi tiga yang meliputi,
hubungan individu dengan Allah, hubungan individu dengan sesama manusia, dan
Perilaku yang religius atau Islami sepanjang ajaran agama berkisar pada
perbuatan ibadah, dan akhlak mulia baik secara vertikal terhadap Tuhan maupun
secara horizontal terhadap sesama makhluk25. Adapun indikator perilaku antara
lain sebagai berikut :
a. Hubungan individu dengan Allah di antaranya Shalat dan shaum.
b. Hubungan manusia dengan sesama anatara lain berbuat baik kepada orang tua,
berbuat baik kepada guru, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada
diri sendiri.
c. Hubungan manusia dengan alam sekitar seperti menjaga kebersihan, dan
memelihara tanaman dan tumbuhan.26
Berdasarkan pendapat di atas dapat di tentukan bahwa indikator perilaku
siswa yaitu :
1. Hubungan Individu dengan Allah Swt.
Kedudukan manusia di alam jagat raya ini disamping sebagai seorang
khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan segenap daya potensi yang di milikinya, juga sebagai „abdi Allah, yang seluruh usaha dan aktifitasnya itu harus dilaksanakan dalam ranggka ibadah kepada Allah.
“Kewajiban manusia pada kholiqnya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai wujud dan maujud “27
. Pengabdian
kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim pengabdian kepada Allah Swt
mengandung arti beribadah atau membaktikan diri ke hadirat Allah Swt, beibadah
kepada Allah yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, hubungan
manusia dengan Allah adalah hubungan manusia sebagai makhluk dan Allah
sebagai kholik. Dalam masalah ketergantungan, manusia selalu memiliki
ketergantungan kepada orang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan
adalah ketergantungan kepada Yang Maha Kuasa.
Dari penjelasan di atas maka wajiblah manusia mengadakan hubungan
dengan Allah yanag mencerminkan penghambaan diri, tunduk, dan menyerahkan
25
M. Hafi Anshari.Dasar-dasar Ilmu jiwa, (Surabaya.Usaha Nasional. 1991) hlm 48
26 Moh.Ardani. Akhlak Tasawuf. Nilai-nilai Akhlak / Budipekerti dalam Ibadah dan
Taswuf (Jakarta: CV Karya Mulia 2005) hlm 49-57 27
semua keputusan di dalam kehidupannya kepada Allah, sifat keesaan Allah dan pe
nghambaan makhluk ini sesuai dengan Al-Qur‟an surat al-Ikhlas ayat 1-4
: صاخاا
۱
-٤
Katakanlah Dia-lah Allah, yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia( Q.S. Al Ikhlas1-4).28
Bukti hubungan manusia dengan Allah dalam ajaran agama direlisasikan
dalam ibadah dengan bentuk yang bermacam-macam, dan sebagai bukti
penghambaan diri, ibadah ini hendaknya di sertai dengan ketaatan dan keikhlasan
karena Allah semata. Karena apabila tidak dibarengi dengan perasaan itu maka
nilai ibadah itu hanya berupa gerakan saja tanpa ada nilai lain dalam pandangan
Allah.
Adapun bentuk hubungan individu dengan Allah terimplementasi dalam
bentuk, diantaranya adalah ibadah shalat, shaum, dan lainya.
a. Shalat
Secara bahasa shalat adalah do‟a adapun arti secara istilah adalah perbuatan
yang di ajarkan oleh syara yang di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam29.
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang di wajibkan bagi setiap orang
yang mukallaf, Shalat fardu sebagai ibadah yang paling utama yang banyak
mengandung faidah dan hikmah bagi yang mengerjakannya, diantaranya adalah
shalat dapat memberikan ketenangan jiwa, mencegah dari perbuatan keji dan
munkar serta menjaga kesucian jasmani. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
surat al-Ankabut ayat 45.
28
Depag RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya ( Jakarta: Samara Mandiri Tahun 1999) hlm
,1118 29
: ت بك اا (
٤٤
)
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al Ankabut 45) 30
b. Shaum
Shaum menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat31. Sebagaimana Allah berfirman dalam
Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 187:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahannafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
30
Depag RI. Op Cit. hlm 635 31
sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.(QS. Al Bakarah: 187) 32
Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban ummat Islam sebagai pelaksanaan rukun islam sebagai mana Firman Allah swt:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S. Al Bakarah:183).33
Perintah yang terkandung dalam ayat di atas adalah puasa Ramadhan itu di
wajibkan bagi tiap-tiap mukallaf selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan,
adapun hikmahnya yang dapat di ambil sebagai berikut :
1. Disiplin rohani
2. Pembentukan akhlak karimah
3. pengembangan Nili-nilai sosial
4. penjelasan tentang kondisi psikologis manusia yang berpengaruh
terhadapkondisi fisiknya.34
2. Hubungan Manusia Dengan Sesama
Untuk membatasi pembahasan, maka berbuat baik atau hubungan manusia
kepada sesama di batasi pada berbuat baik , berbuat kepada orang tua, guru, teman
sebaya, dan kepada diri sendiri.
a. Berbuat baik kepada Orang tua
Orang tua adalah dua insan utama yang sangat menentukan keberadaan anak
di dunia, sebab dengan cinta kasihnya, anak dapat mengenal dunia dan
kehidupannya, ibu telah mengandung dengan susah payah, bahkan sampai
mempertaruhkan nyawa dan jasadnya, tiada yang mampu menyamainya oleh karena itulah seseorang harus berbuat baik kepada orang tua “ Ibu dan ayah adalah
32
Depag RI. Op Cit .hlm 45 33
Ibid., hlm., 44 34
kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anaknya jasanya
tidak dapat di hitung dan di bandingkan dengan harta sekalipun” 35 . sebagaimana
firman Allah Swt :
Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.( Q.S Al Bakarah: 83) 36
Seorang anak harus mematuhi ibu dan bapaknya selama tidak bertentangan
dengan ajaran Islam sesuai dengan firman Allah Swt :
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
(QS.Lukman:15)37
35
M. Hafi Anshari.,Op Cit., hlm 32 36
Depag RI. Op Cit., hlm 23 37
Ayah dan ibu lebih berhak dari segala manusia lainnya untuk di cintai dan di
hormati karena keduanya memelihara, mengasuh, dan mendidik. Berbuat baik
terhadap harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran islam yaitu “
Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang perlu di tunaikan oleh anak kepada
orang tuanya, yaitu mematuhinya, ikhlas, lemah lembut, merendah diri, berterima
kasih, memohon rahmat dan magfiroh, setelah wafat menyolatkan nya, memohon
rahmat dan ampunan Allah, menyempurnakan janjinya, menghormati sahabatnya,
dan melanjutkan jalinan pertalian tali silaturrahmi yang sudah terjalin selama
orang tuanya masih hidup”38
b. Berbuat baik kepada Guru
Selain kepada orang tua, seorang anak pun harus berbuat baik kepada guru.
Guru adalah seorang manusia yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk
kepentingan anak didik, di akui atau tidak jasanya tak ternilai yakni mendidik
siswa sampai tahu segala hal, melalui tangan halus dan sikap lemah lembut
mereka, siswa yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu, gurulah yang mendidik jiwa,
memelihara otak, menunjukan kepada kebaikan dan kebahagiaan. Guru mengajar
anak didiknya menulis, membaca, mengajarkan aneka pengetahuan, melatih
berbagai ilmu keterampilan, dan lain sebagai nya. Oleh Karena itulah sepatutnya
seorang siswa hen daklah mentaati, mematuhi, danb menghormati gurunya,
terlebih lagi kepada guru agama, karena guru agama selain mengjarkan membaca,
menulis juga telah mengenalkan kepada Allah Sang Pencipta Alam, mengajarkan
kita cara beribadah, menunjukan segala sifat kesempurnaan dan sifat terpuji.
Perbuatan baik kepada guru adalah hendaklah seseorang mentaati, mematuhi
dan menghormati gurunya, sebagaimana sabda Nabi Saw :
) ملسم ا ر ( ى مرْكا ْدقف ْم مرْكا ْ ف اْرقْلا تْل ح اْ مرْكا
Muliakanlah guru-guru agama, karena barang siapa memuliakan mereka, maka berarti memuliakan aku ( HR. Muslim )39
c. Berbuat baik terhadap Teman
38Hamzah Ya‟qub,
Etika Islam akhlak mulia. (Bandung: Diponegoro tah 1996) hlm 153-154
39
Salah satu kewajiban muslim adalah tidak mengganggu muslim yang lainnya,
manusia sebagai makhluk sosial memerl;ukan orang lain dalam kehidupannya,
manusia membutuhkan teman untuk bergaul dan berbudaya, teman sangat besar
pengaruhnya b agi seseorang b ahkan Rosululloh Saw pernah mengatakan bahwa
untuk mengetahui bagaimana seseorang itu maka lihatlah siapa temannya . dalam
Al-Qur‟anpun Allah Swt berfirman :