• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa di Madrasah Ibtidaiyah Persis Burungayun Sukakarya Banyuresmi Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa di Madrasah Ibtidaiyah Persis Burungayun Sukakarya Banyuresmi Garut"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BANYURESMI GARUT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

HENDI SOPANDI NIM : 1810011000030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Kata kunci : Pembelajaran Aqidah Akhlak, Perilaku Siswa

Pembelajaran Akidah akhlak termasuk faktor penting dalam kaitannya dengan pendidikan anak. Kerapkali kemunduran anak disekolah sering disebabkan oleh keadaan pembelajaran di sekolah. melalui pembelajaran akidah akhlak maka akan sangat membantu anak untuk berperilaku yang baik atau berakhlakul karimah. Baik buruknya pembelajaran akidah akhlak turut mempengaruhi terhadap perilaku siswa, karena sekolah ikut serta dalam upaya membentuk karakter seorang anak, berdasarkan study penelitian di MI Perisi Burungayun Banyuresmi Garut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Realitas pembelajaran Akidah akhlak, 2 ) realitas Perilaku siswa, 3) realitas pengaruh antara pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa.

Dalam penelitian ini di asumsikan bahwa perilaku siswa memiliki ketergantungan terhadap pembelajaran akidah akhlak . Dari asumsi tersebut, maka diajukan suatu hipotesis bahwa “ pembelajaran akidah akhlak harus diterapkan sebagai pondasi dasar siswa supaya menjadi manusia baik yang beriman dan beramal shaleh“.Untuk membuktikan hipotesis tersebut, di adakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif, dan teknik pengambilan datanya dilakukan dengan angket dan Kuesioner. Sedangkan tehnik analisis datanya melalui pendekatan statistik Spearmen Corelation

(7)

vii

Rasa syukur tak mampu hamba ucapkan dengan kata – kata ya Alloh, ketika

kau begitu setia menggerakkan tangan hamba hingga kata-kata menggunung dalam

tulisan ini hamba yakin tidak ada daya dan upaya yang hamba miliki selain idzinmu.

Rasa cinta yang bermuara dalam sukma tak cukup untuk menghantarkan

hamba ketika kerinduanku kepada Rosulmu ya Alloh, kadang hadir disetiap sudut

hidupku, kadang ada di saat kuterlena dalam dosa, rindu akan pesona akhlaknya yang

senantiasa jadi panutan sepanjang masa selalu abadi sepanjang hari semoga

shalawatmu dan keselamatan darimu senantiasa engkau curahkan kepadanya ya

Alloh, tak lupa kepada shabatnya, keluarganya, seluruh ummat yang taat dan patuh di

jalanmu hingga akhir waktu..

Sebagai hamba yang sangat lemah hamba ingin sekali menyampaikan rasa

terima kasih dan rasa syukur kepadamu ya Alloh dan kepada berbagai fihak yang

membantu dan mendukung hamba dalam menyelesaikan tulisan ini, hamba sadari dan

hamba akui betapa banyak terjal yang ada tapi atas motivasi dan atensi mereka hingga

akhirnya sampai juga pada ujung harapan. Terutama hamba sampaikan rasa terima

kasih kepada :

1. Ibu Hj, Dra, Nurlena Rifa’i MA. P.hd. selaku Dekan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta segenap curahan

atensinya.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag. Selaku Dekan Ketua jurusan/ sekretaris PAI

yang telah memberikan motivasi, nasihat serta aspirasinya.

3. Pembimbing Bpk Drs. H. Ghufron Ihsan MA. atas, perhatian dan dorongan

banyak waktu, pikiran tenaga yang hamba sita atas kesabarannya hamba

(8)

viii

tu setia menjelma dalam bingkai hati, atas do’a yang terucap atas asa yang terpatri lewat do’anya dan linangan airmatanya senantiasa mengiringi hari-hariku tak kenal masa tak kenal waktu bak mentari

tak pernah absen sepanjang hari.

6. Kepala Sekolah MI Persis Burungayun yang telah memberikan idzin kepada

hamba untuk penelitian dalam skripsi ini.

7. Kawan-kawanku di UIN Syarif Hidayatullah Kls B yang telah banyak

membantu penulis terutama yaitu Cepy Zulkifli, Suparno, Dian Hendiana,

Ahmad Asrori dll

8. Sang Queen heart istri serta anak- anakku Hadwa dan Yamni atas

keberadaan mereka menjadi pemicu di kala putus asa jadi penerang di kala

gulita jadi pendorong kala onak dan duri bertaburan di depan mata.

9. Terakhir hamba sampaikan terima kasih sobatku Awan Setiawan yang

banyak sekali apresiasi dan atensi darinya kala hamba menyusun dan

menyelesaikan tulisan ini.

Hamba yakin betul tulisan ini masih sangat jauh dari harapan tentunya hamba

mengharapkan koreksi dan masukan semua fihak untuk perbaikan akhirnya kepada

Allah jualah penulis serahkan atas apa yang telah di usahakan semoga Allah

memberikan kebaikan kepada kita semua.

Jakarta, Agustus 2014

Penulis

Hendi Sopandi

(9)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN PENGUJI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAPTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORI PENELITIAN A. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ... 8

1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ... 8

(10)

x

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Siswa... 16

3. Indikator perilaku Siswa ... 18

C. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa ... 28

D. Hiptesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempet Penelitian ... 30

B. Variabel Peneltiian ... 31

C. Populasi dan Sample ... 32

D. Metode Penelitian ... 33

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 34

F. TabelAnalisa Data ... 35

G. Hipotesis Stastistik ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAKTERHADAP PERILAKU SISWA A. Kondisi Objektif MI Persis Banyuresmi Garut ... 38

1. Sejarah Singkat ... 38

(11)

xi

MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut ... 40

C. Deskripsi dan Interpretasi Data ... 42

D. Analisa Data ... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan-Kesimpulan ... 55

B. Saran –saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA57 LAMPIRAN – LAMPIRAN A.Angket Variabel X ... 59

B. Angket Variabel Y ... 63

C . Kisi-Kisi Penelitian ... 67

D. Struktur Organisas sekolah ... 68

E. Surat Izin/Keterangan Telah melakukan penelitian ... 69

BIODATA PENULIS

A. Dapatar Riwayat

(12)

xii

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Keseluruhan ... 32

Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan keimanan ... 41

Tabel 4.2 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Sosial ... 42

Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Ibadah ... 42

Tabel 4.4 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Sosial Anak ... 43

Tabel 4.5 Daptar Jawaban Responden untuk Variabel X ... 44

Tabel 4.6 Hasil secara Riciannya X ... 44

Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah khlak Terhadap Perilaku Hubungan Manusia dengan Allah Dalam ibadah Shalat dan Shaum ... 45

Tabel 4.2 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa dalam Hubungan Manusia Dengan Sesama ... 46

Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa dalam Hubungan Manusia dan alam sekitar ... 46

Tabel 4.4 Daptar Jawaban Responden untuk Variabel Y ... 47

Tabel 4.5 Hasil secara Riciannya Y. ... 48

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan

pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk

mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai

lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah

pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal non

formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur

hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan

individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. 1

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya

juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang

dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara

khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga

dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia

1

Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar

(14)

menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi

pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun

2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap

terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan

Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya , merupakan warisan budaya

bangsa, yang berurat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia.

Banyak hal yang melatarbelakangi perubahan atau kemerosotan perilaku

mental aqidah dan akhlaknya tidak sesuai dengan ajarann Islam yang ironisnya

lagi melanda siswa dimana nilai-nilai akhlakul karimah atau akhalak terpuji sudah

sering ditinggalkan seperti adab kepada Allah, orang tua, guru, temen, mahluk

lainnya, kurang sopan, berkata kasar/jorok berbohong, rasa takut selain kepada

Allah yang berlebihan dan lain-lain. Dalam hal ini perlu diterapkan suatu metode

pembelajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar aqidah

akhlak dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dengan pembelajaran yang

menyenangkan dan juga aktif.

Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran aqidah akhlak merupakan tahap

dasar penerapan keyakinan dan juga bagian integral dari sistem pendidikan

nasional.2

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri,

bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di

dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga

Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan

dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan

2

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005)

(15)

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Tujuan pendidikan suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut

pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu

bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandang hidup

mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bengsa

tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu

manusia yang sehat, kuat serta mempunyai keterampilan, pikirannya cerdas serta

pandai, dan hatinya berkembang dengan keimanan sempurna.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa

agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan

berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk

mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau

mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan

dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya

kearah kedewasaan. 4

Dalam firman Allah SWT mengatakan:































Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)5

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam

keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu

3

Ibid, h. 310

4. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Kalam Mulia, Cet ke-4 2004),hln . 1

5. Departemen Agama Republik Indonesia ,Al Qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV. Toha

(16)

pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian,

sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga

yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya

anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena

antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik

anak-anak. 6

Dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antra hubungan lingkungan

itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal.

Contohnya guru dengan orang tua murid.

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar

dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik

dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanua.

Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan

penganutnya.

Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi

berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang

kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak

akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat

menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.

Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh

aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan

penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama,

berbangsa dan bernegara.

Menurut M. Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian bahwa pendidikan

Islam adalah Pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohanidan

jasmaninya akhlak dan ketrampilanya untuk menghadapi berbagai keadaan.7

Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama

tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki

6

. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 1992), Cet ke-2

h. 76 7

(17)

nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan

nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai-nilai-nilai Islam.8

Pendidikan akidah akhlak sebagai usaha membina dan mengembangkan

pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus

berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir

pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana

berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau

pertumbuhannya.9

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran akidah

akhlak adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Quran terhadap

anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Agar anak-anak mempunyai

akhlak yang mulia, anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran

berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik.

Dalam sejarah perkembangan Islam, pada periode permulaan dakwah Nabi

Muhammad saw. tidak langsung menuntut sahabat-sahabatnya mengamalkan

syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam,

akan tetapai selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu

menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan

dan keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari landasan inilah manusia akan

berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah islamiyah.

Pada skripsi ini, penulis akan mengungkap Pengaruh pembelajaran akidah

akhlak terhadap perilaku siswa di MI Persis Burungayun,banyuresmi Garut Jawa

Barat. Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Akidah akhlak adalah menanamkan tauhid dan akhlak mulia di

dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga iman dan akhlak itu

menjadi salah satu kemampuan jiwa.

2. Akhlak merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad saw diutus ke dunia.

Sabda Nabi Muhammad SAW

“Sesunguhnya” aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak (budi

8

. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998)

9

(18)

pekerti) . (HR. Bukhori)

3. Penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan akidah akhlak

terhadap perilaku Siswa di MI Persis Burungayun Garut.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang di atas maka penulis

dapat identifikasi masalah – masalah pada penelitian ini yaitu fakktor – faktor

yang dapat mempengaruhi perilaku siswa, baik faktor yang dapat menjadikan

perilaku yang baik atau faktor yang dapat menjadikan perilaku buruk. Masalah –

masalah yang dapat mempengaruhi perilaku siswa dapat di identifikasi sebagai

berikut :

1. Suasana keluarga yang agamis atau Islami

2. Lingkungan masyarakat

3. Tempat belajar atau sekolah

4. Teman bermain siswa

5. Pergaulan sehari – hari

6. Guru – guru di sekolah

7. Keadaan ekonomi siswa

8. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pembelajaran akidah

akhlak.

C.Pembatasan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah di atas terdapat berbagai penyebab yang dapat

mempengaruhi perilaku siswa. Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu meluas

dan pembahasannya lebih terarah maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada “ Pengaruh pembelajaran akidah Akhlak terhadap perilaku siswa di MI Persis burungayun, kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut tahun 2014.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah

(19)

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di MI Persi Burungayun

Banyuresmi Garut?

2. Bagaimana perilaku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi Kabupaten

Garut?

3. Bagaimana hubungan pendidikan aqidah akhlak terhadap perilaku siswa di

MI Persis burungayun Banyuresmi Garut?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut.

2. Untuk mengetahui tingkah laku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi

Garut.

3. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau pengaruh pembelajaran aqidah

akhlak terhadap tingkah laku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi

Garut.

F. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian yang menjadi salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini akan berguna untuk :

a) MI Persis Burungayun Garut, dalam mengetahui pengaruh pembelajaran

akidah akhlak terhadap perilaku siswa

b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam

menerapkan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh

(20)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkunan belajar.1 Dalam pembelajaran aqidah akhlak

pembelajaran yang berisi yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan

dasar peserta didik untuk memahami rukun iman dengan serderhana serta

pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami sederhana pula, untuk dapat

dijadikan perilaku dalam sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan

berikutnya.

Aqidah adalah berasal dari kata “ „aqudz, yang berarti pengikatan. Banyak

sekali Bahasa Arab yang berkaitan dengan kata aqidah, seperti “I‟tiqad yang berarti

kepercayaan hati “ Mu‟aqid”yang berarti yang beri‟tiqad”(yang mempercayai).

Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan

tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati.Dengan demikian dapat diartikan

bahwa aqidah menurut bahasa adalah merupakan perbuatan hati, yaitu

kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu atau sesuatu yang

1. Abd. Rozak, M. Si, Fauzan MA. Dan Drs. H. Ali Nurdin M. Pd. Kompilasi undang-

(21)

dipercayai hati. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah suatu kesatuan

keyakinan yang utuh dan murni dalam hati dan perbuatan yang tersusun mulai

yakin akan ke-Esa-an Allah, Malaikat-Nya,Kitab-Nya ,Rasul-Nya,hari

pembalasan danTakdir baik dan buruk semuanya dari Allah.2 Dan menurut

pendapat yang lainnya aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati

dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang

tidak tercampur oleh keraguan.3

M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa

(bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam

lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.

4

Adapun aqidah menurut

Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan

terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang

tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh

keragu-raguan. Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan

prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan

melebihinya.5 S edangkan Syekh Hasan Al-Banna menyatakan aqidah sebagai

sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan

jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.6

Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari kata

khuluk yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam kamus Dairatul Ma‟arif disebutkan bahwa akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik. Dengan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat

yang sudah tertanam dalam diri manusia, ada yang berupa perbuatan yang baik dan

mulia akhlak al- karimah) dan ada pula perbuata yang buruk dan tercela

(al-akhlak al madzmumah). Sedangkan menurut istilah dalam kitab Ihya Ulum al-Din

Akhlak dikemukakan oleh Imam al-Ghajali yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa

2

Sutrisna Sumadi, Rafi‟uddin. Pedoman pendidikan Aqidah Remaja (Jakarta: Pustaka

Quantum, 2002) Hlm. 31-33 3

Abdullah bin „Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Aqidah Lengkap (Bogor: Pustaka Ibnu

Katsir, 2005) Hlm. 28 4

Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983) Hlm. 51

5

Syaikh Mahmoud Syaltout, Islam sebagai Aqidah dan Syari’ah (1) (Jakarta: Bulan

Bintang, 1967) hlm. 28-29 6

(22)

yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa

melakukan pemikiran dan pertimbangan.7 Selanjutnya Ibnu Maskawaih

mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak ia yang mendorong ke arah

melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.8

Akhlak adalah “sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu”.9

Adapun Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang disebut akhlak itu ialah

kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu,

maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Dalam penjelasannya, kehendak

ialah ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan

ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. apa yang

bernama kehendak itu dikerjakan berulang-kali sehingga menjadi kebiasaan,

maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.10

Dengan demikian pembelajaran aqidah akhlak adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku

akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Qur‟an dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran ,latihan, serta penggunaan

pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.11

Sedangkan Pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai adalah sub

mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama

Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga

merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,menghayati, meyakini

7

Drs.H.Badri Yatim MA Pelajaran Akhlak bagian I,(Bapinroh .Jakarta 1996) hlm. 9-10

8

Ibid., Hlm. 243 9

Depag, Panduan Pesantren Kilat (Untuk Sekolah Umum) Op. Cit., hlm. 72

10

Tim Dosen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Malang: IKIP

Malang, 1995) hlm. 170 11

Depag, Kurikulun dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (Jakarta:

(23)

kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari.12

Dari berbagai pendapat di atas meskipun terjadi perbedaan dalam

memformulasikannya namun pada hakekatnya yang membuat rumusan itu

mempunyai titik tekan yang sama tentang apa pendidikan aqidah akhlak itu

sendiri. Bahwa pendidikan aqidah akhlak merupakan suatu sarana pendidikan

agama Islam yang didalamnya terdapat bimbingan dari pendidik kepada

peserta didik agar mereka mampu memahami, menghayati, dan meyakini

kebenaran ajaran agama Islam, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Namun yang lebih penting, mereka dapat terbiasa melakukan

perbuatan dari hati nurani yang ikhlas dan spontan tanpa harus menyimpang

dari Al-Qur‟an dan Hadist.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup merupakan obyek utama dalam pembahasan pembelajaran

aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a. Aspek akidah ( keimanan) meliput:

1. kalimat thayyibah sebagai meteri pembiasaan seperti laa ilaahaillaah,

basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Alluhu Akbar,ta’awwudz,Maasya Allah, Assalamu „alaikum, laa haula walaa quwwata illaa billah dan istighfaar

2. Al- Asma al-husna sebagai materi pembiasaan seperti al-Ahad, al-Khalik,

ar-ahman ar Rahiim al-hamiid, asy-Syukur, al-Quduus, as-Shammad dan

sebagainya.

3. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah

al-asma al-husna dan pengenala terhadap shalat lima waktu sebagai

menifestasi iaman kepada Allah.

4. Meyakini ruku iman ( iman kepada Allah , Malaikat, itab, Rasul, hari akhir serta

qada dan qadar Allah)

12

Moh. Rifai, Aqidah Akhlak (Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid 1

(24)

b. Aspek akhlak meliputi:

1. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) seperti: sopan santun, disipln hidup

bersih, patuh, tolong menolong, dan sebagainya.

2. Menhindari akhlak tercela (madzmumah) seperti: hidup kotor, berbicara kotor

/ kasar, bohong, sombong, malas, durhaka putus asa dan sebagainya.

c. Aspek adab Isalami,meliputi:

1. Adab terhadap diri sendiri Yaitu: adab mandi,Tidur, buang air besar/ kecik,

berpakaian dan sebagainya,

2. Adab terhadap Allah yaitu: adab di mesjid, mengaji beribadah.

3. Adab terhadap sesama yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, temen

dantetangga.

4. Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang, tumbuhan, di tempat umum

dan di jalan.

d. Aspek kisah teladan, Meliputi:

kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengantentara semut dan

umatnya, nabi Muhammad di masa kecil dan remaja, Ashabul Kahfi, kelicikan

saudara-saudara nabi Yusuf AS dan sebagainya. 13

Dan menurut ruang lingkup pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai

meliputi:

a. Hubungan manusia dengan Allah.

Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya mencakup dari

segi aqidah yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada

malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, dan iman kepada rasul-Nya,

iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha- qadarNya.

b. Hubungan manusia dengan manusia.

Materi yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan hidup sesama

manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dan

orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

c. Hubungan manusia dengan lingkungannya.

Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam

(25)

lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas, maupun makhluk hidup

selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.14

Menurut buku yang dikutip oleh Departemen Agama, pendidikan aqidah

akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan pembahasannya antara lain

sebagai berikut:

a. Aspek aqidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz

Allah, keimanan kepada kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu‟jizatnya, dan hari kiamat.

b. aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, raja‟, taubat, tawadhu, ikhlas,

bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta‟aruf, ta‟awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kompetensi dasar kufur, syirik, munafik,

namimah, takabur, tamak dan ghadab.15

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa objek pendidikan

aqidah akhlak tidak hanya mencakup hubungan manusia dengan

Tuhannya, melainkan hubungan manusia dengan sesamanya serta

hubungan manusia dengan lingkungannya. Sehingga terwujudlah

keyakinan yang kuat, yang pada akhirnya terbentuklah akhlak yang luhur yakni

akhlak terpuji.

3.Tujuan Pembelajaan Aqidah Akhlak

Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang

diharapkan untuk menuju kesuatu tujuan. Dimana tujuan pendidikan merupakan

suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan,

sebab dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik itu

dibawa. Karena pengertian dari tujuan itu sendiri yaitu suatu yang diharapkan

tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.16

14

Ibid., hlm., 51

15.Mulyadi dan Masan Alfat, Aqidah Akhlak( Semarang. PT Karya Toha Putra 2003) hlm

33-46 16

(26)

Maka pembelajaran akidah akhlak di madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang akidah isla sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang keiman dan ketakwaan kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhalk mulia dan menghinari akhlak

tercela dalam kehidupan sehari-haribaik dalam kehidupan intividu maupun

sosial, sebagai menifestasi dari ajaran nilai-nilai akidah Islam.17

Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak menurut beberapa para ahli

adalah sebagai berikut:

Tujuan akhlak menurut Barmawie Umary yaitu supaya orang dapat

terbiasa atau melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari

yang buruk, jelek, hina, tercela. Dan supaya hubungan kita dengan Allah SWT

dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.18

Menurut Mohd. Athiyah Al-Abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau

akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang yang bermoral

baik, keras kamauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah

laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur

dan suci.19

Sedangkan Menurut Moh. Rifai tujuan pendidikan aqidah akhlak yaitu

sebagai berikut:

a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan

hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah

lakunya sehari-hari.

b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk

mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam

17. Ibid, Abd Rozk, hlm, 548

18

Barmawie Umary, Materi Akhlak (Solo: CV. Ramadhani 1991) hlm. 2

19

Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan

(27)

hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama

manusia, maupun dengan alam lingkungannya.

c. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk

melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.20

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat penulis ambil suatu

kesimpulkan bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak tersebut sangat menunjang

peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT serta dapat

memberikan pengetahuan sekitar pendidikan agama Islam ke arah yang lebih

baik.

B. Perilaku Siswa

1. Pengertian Perilaku Siswa

Perilaku siswa terbentuk dari dua kata, yaitu kata “ perilaku” dan kata ”siswa”. Untuk memberi arti keseluruhan kata tersebut, penulis terlebih dahulu akan menguraikan pengertian perilaku.

Secara etimologi kata perilku merupakan kata benda abstrak ( noun ), yang

menurut kamus besar Bahasa Indonesia di artikan gerak ,olah, laku, sikap atau

perbuatan. Perilaku atau tingkah laku ( behavior ) merupakan daya gerak

(gerakan ) manusia biologis yang didasarkan pada sistem syaraf yang terdiri atas

komposisi sel-sel yang di sebut “ neurons” . Apabila mendapat stimulasi, neurons dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan elektronis lainnya guna

merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan

otot-otot tubuh.

Lebih lanjut di katakana bahwa perilku atau tingkah laku manusia secara

umum terbagi atas dua bentuk,yaitu:

a. Responden Behavior, yaitu tingkah laku bersyarat dan tidak sengaja selalu

bergantung stimuli.

20

(28)

b. Opent Behavior, Yaitu tingkah laku yang disengaja dan tidak selalu bergantung

pada stimuli.21

Sedangkan perilaku adalah reaksi individu yang terwujud dalam gerakan

(sikap). Menurut Hamzah ya‟qub “ perilaku mengandung persamaan arti dalam

bahasa Indonesia dengan perkataan akhlak22Perilaku mencakup pernyataan hidup

individu yang meliputi asfek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian

dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan

perilaku adalah gejala tindak tanduk seseorang yang tidak hanya meliputi asfek

psikis tetapi juga berbentuk ucapan atau fisik yang bertolak dari asfek kognitif,

afektif dan fsikomotornya sebagai cermin dari kepribadiannya.

Adapun kata “ siswa” artinya pelajar atau di identikan dengan seseorang yang

sedang sekolah yang menggali ilmu..

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Siswa

Perilaku individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern yaitu faktor

yang berasal dari diri sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari

lingkungan di luar dirinya bahwa dalam tingkah laku organisme tidak lepas dari

dari pengaruh organisme itu sendiri. Sedangkan menurut Hamzah ya‟qub faktor-

faktor yang turut mencetak dan mempengaruhi perikalu manusia dalam

pergaulannya meliputi masalah manusia sebagai pelaku akhlak, insting (naluri)

kebiasaan, keturunan, lingkungan, kehendak, suara hati, dan pendidikan.23

Manusia sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah memiliki banyak keunikan

dalam berperilaku. Keunikan yang dimaksud di karenakan adanya perpaduan

antara perbedaan fisik dan mental ini akan melahirkan perilaku yang beralasan.

Untuk melahirkan perilaku yang baik yang dapat dirasakan oleh orang lain

dalam berinteraksi memerlukan persiapan fisik dan mental yang selaras, karena

apabila keselarasan tidak terjadi akan menciptakan ketidakseimbangan antara

kesanggupan penghayatan dan kesanggupan pengamalan Agama. Setiap kelakuan

21 Maila Dinia Husni Rahim. Psikologi Perkembangan peserta Didik. (Jakarta: Diktat

perkuliahan 2011) hlm 117

22Hamzah Ya‟qub,Etika Islamakhlak muli

a. (Bandung: Diponegoro, 1996)hlm 151 23

(29)

dan tindakaan manusia berasal dari sebuah kehendak yang di gerakan oleh naluri.

Naluri ini merupakan sesuatu yang di bawa manusia sejak lahir dan merupakan

pembawaan asli manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam

kehidupannya manusia harus menyalurkan nalurinya sesuai dengan norma dan

ajaran agama untuk menghasilkan perilaku yang baik. Apabila manusia

menyalurkan nalurinya dengan salah akan menghasilkan perilaku yang buruk dan

akibat yang merugikan.

Naluri yang menjadi pendorong tingkah laku manusia salah satunya adalah

berupa naluri bertuhan. Yaitu berupa tabiat manusia mencari dan merindukan

penciptanya yang mengatur dan memberikan rahmat kepadanya, naluri ini

disalurkan kedalam hidup beragama”24 . Dengan demikian, kebutuhan manusia

untuk beragama tidak dapat dihindarkan. Karena pada dasarnya manusia akan

merasakan ada sebuah kekuatan yang lebih dari selain dirinya. Ketika ia sedang

berada dalam kesulitan dan orang-orang yang beriman akan menjalankan perintah

Allah secara kaffah yang di realisasikan dalam perilaku.

Adapun dengan kebiasaan itu, di maksudkan dengan perbuatan yang selalu di

ulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk di kerjakan. Karena seseorang ingin

merubah kebiasaan lama dengan sebuah perilaku yang baru yang lebih baik, tentu

akan membutuhkan waktu dalam pelaksanaanya. Hal itu dikarenakan kuatnya

pengaruh kebiasaan lama yang apabila ada perubahan akan menimbulkan reaksi

dari dalam pribadi itu sendiri.

Dalam berperilaku, reaksi yang timbul itu diredam dengan usaha pemahaman

terhadap ajaran Agama, dengan demikian maka kesadaran pengamalannya dalam

hal ini berperilaku akan terlaksana dengan baik juga.

Islam mengajarkan, baik buruk seseorang tergantung pada hatinya, bila

hatinya baik maka akan baik seluruh perilakunya, dan bila hatinya buruk akan

buruk pula seluruh perilakunya. Hati tidak akan terlihat kebaikannya apabila

pemilik nya hanya mengikuti hawa nafsunya saja, hal ini akan menyebabkan hati

tertutup dalam menerima pancaran cahaya kebenaran, sedangkan hati yang selalu

24

(30)

di tuntun untuk meninggalakan kegelapan akan menjadi landasaan bagi pola

tingkah laku yang baik.

Manusia dilahirkan dengan mewarisi sifat-sifat yang diturunkan oleh orang

tuanya, adapun yang diturunkan bukanlah sifat yang di miliki yang telah tumbuh

dengan matang karena pengaruh lingkungan., adat atau pendidikan, melainkan

bawaan sifat-sifat sejak lahir, sifat-sifat ini berupa sifat jasmaniah dan sifat

rohaniah. Orang yang memiliki mewarisi kekuatan fisik tentunya berbeda dengan

orang yng tidak memiliki kekuatan fisik dalam bertindak. Demikian pula orang

yang memiliki kekuatan rohaniah dengan orang yang tidak memiliki kekuatan

rohaniah akan memperlihatkan perbedaan dalam bersikap. Orang yang memiliki

kekuatan fisik dan kesehatan rohani akan memiliki perilaku yang diwujudkan

dalam aktifitas yang energik,cerdas dan terkendali.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari lingkungan sekitar

nya, lingkungan yang di maksud adalah lingkungan alam dan lingkungan

pergaulan, orang yang hidup di lingkungan alam yang subur akan berbeda dengan

orang yang hidup di lingkungan alam tidak subur, orang yang hidup di

lingkungan yang kurang subur akan cenderung lebih bisa menghadapi kesulitan

dan tantangan hidup, begitupun dalam kehidupan pergaulan, setiap lingkungan di

mana individu berada akan mempengaruhi karakter dan perilakunya. Perilaku

akan muncul bila lingkungan pergaulannya mendukung.

Dengan gambaran di atas dapat difahami faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku pada seseorang meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Yang termasuk

kedalam intern adalah manusia sebagai pelaku akhlak,insting, kehendak, dan

suara hati, sedangkan faktor ekstern mencakup keturunan, lingkungan dan

pergaualan.

3. Indikator Perilaku Siswa

Agama Islam sebagai agama yang selamat memiliki seorang Rasul yang

sangat mulia, Rasulullah Saw di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Di dalam Islam akhlak atau perilaku itu terbagi menjadi tiga yang meliputi,

hubungan individu dengan Allah, hubungan individu dengan sesama manusia, dan

(31)

Perilaku yang religius atau Islami sepanjang ajaran agama berkisar pada

perbuatan ibadah, dan akhlak mulia baik secara vertikal terhadap Tuhan maupun

secara horizontal terhadap sesama makhluk25. Adapun indikator perilaku antara

lain sebagai berikut :

a. Hubungan individu dengan Allah di antaranya Shalat dan shaum.

b. Hubungan manusia dengan sesama anatara lain berbuat baik kepada orang tua,

berbuat baik kepada guru, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada

diri sendiri.

c. Hubungan manusia dengan alam sekitar seperti menjaga kebersihan, dan

memelihara tanaman dan tumbuhan.26

Berdasarkan pendapat di atas dapat di tentukan bahwa indikator perilaku

siswa yaitu :

1. Hubungan Individu dengan Allah Swt.

Kedudukan manusia di alam jagat raya ini disamping sebagai seorang

khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan segenap daya potensi yang di milikinya, juga sebagai „abdi Allah, yang seluruh usaha dan aktifitasnya itu harus dilaksanakan dalam ranggka ibadah kepada Allah.

“Kewajiban manusia pada kholiqnya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai wujud dan maujud “27

. Pengabdian

kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim pengabdian kepada Allah Swt

mengandung arti beribadah atau membaktikan diri ke hadirat Allah Swt, beibadah

kepada Allah yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, hubungan

manusia dengan Allah adalah hubungan manusia sebagai makhluk dan Allah

sebagai kholik. Dalam masalah ketergantungan, manusia selalu memiliki

ketergantungan kepada orang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan

adalah ketergantungan kepada Yang Maha Kuasa.

Dari penjelasan di atas maka wajiblah manusia mengadakan hubungan

dengan Allah yanag mencerminkan penghambaan diri, tunduk, dan menyerahkan

25

M. Hafi Anshari.Dasar-dasar Ilmu jiwa, (Surabaya.Usaha Nasional. 1991) hlm 48

26 Moh.Ardani. Akhlak Tasawuf. Nilai-nilai Akhlak / Budipekerti dalam Ibadah dan

Taswuf (Jakarta: CV Karya Mulia 2005) hlm 49-57 27

(32)

semua keputusan di dalam kehidupannya kepada Allah, sifat keesaan Allah dan pe

nghambaan makhluk ini sesuai dengan Al-Qur‟an surat al-Ikhlas ayat 1-4



























: صاخاا

۱

Katakanlah Dia-lah Allah, yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia( Q.S. Al Ikhlas1-4).28

Bukti hubungan manusia dengan Allah dalam ajaran agama direlisasikan

dalam ibadah dengan bentuk yang bermacam-macam, dan sebagai bukti

penghambaan diri, ibadah ini hendaknya di sertai dengan ketaatan dan keikhlasan

karena Allah semata. Karena apabila tidak dibarengi dengan perasaan itu maka

nilai ibadah itu hanya berupa gerakan saja tanpa ada nilai lain dalam pandangan

Allah.

Adapun bentuk hubungan individu dengan Allah terimplementasi dalam

bentuk, diantaranya adalah ibadah shalat, shaum, dan lainya.

a. Shalat

Secara bahasa shalat adalah do‟a adapun arti secara istilah adalah perbuatan

yang di ajarkan oleh syara yang di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan

salam29.

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang di wajibkan bagi setiap orang

yang mukallaf, Shalat fardu sebagai ibadah yang paling utama yang banyak

mengandung faidah dan hikmah bagi yang mengerjakannya, diantaranya adalah

shalat dapat memberikan ketenangan jiwa, mencegah dari perbuatan keji dan

munkar serta menjaga kesucian jasmani. Sebagaimana firman Allah Swt dalam

surat al-Ankabut ayat 45.

28

Depag RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya ( Jakarta: Samara Mandiri Tahun 1999) hlm

,1118 29

(33)























































: ت بك اا (

٤٤

)

Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al Ankabut 45) 30

b. Shaum

Shaum menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu yang

membatalkannya, satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam

matahari dengan niat dan beberapa syarat31. Sebagaimana Allah berfirman dalam

Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 187:







































































































































































Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahannafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu

30

Depag RI. Op Cit. hlm 635 31

(34)

sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.(QS. Al Bakarah: 187) 32

Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban ummat Islam sebagai pelaksanaan rukun islam sebagai mana Firman Allah swt:











































Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S. Al Bakarah:183).33

Perintah yang terkandung dalam ayat di atas adalah puasa Ramadhan itu di

wajibkan bagi tiap-tiap mukallaf selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan,

adapun hikmahnya yang dapat di ambil sebagai berikut :

1. Disiplin rohani

2. Pembentukan akhlak karimah

3. pengembangan Nili-nilai sosial

4. penjelasan tentang kondisi psikologis manusia yang berpengaruh

terhadapkondisi fisiknya.34

2. Hubungan Manusia Dengan Sesama

Untuk membatasi pembahasan, maka berbuat baik atau hubungan manusia

kepada sesama di batasi pada berbuat baik , berbuat kepada orang tua, guru, teman

sebaya, dan kepada diri sendiri.

a. Berbuat baik kepada Orang tua

Orang tua adalah dua insan utama yang sangat menentukan keberadaan anak

di dunia, sebab dengan cinta kasihnya, anak dapat mengenal dunia dan

kehidupannya, ibu telah mengandung dengan susah payah, bahkan sampai

mempertaruhkan nyawa dan jasadnya, tiada yang mampu menyamainya oleh karena itulah seseorang harus berbuat baik kepada orang tua “ Ibu dan ayah adalah

32

Depag RI. Op Cit .hlm 45 33

Ibid., hlm., 44 34

(35)

kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka

mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anaknya jasanya

tidak dapat di hitung dan di bandingkan dengan harta sekalipun” 35 . sebagaimana

firman Allah Swt :

























































































Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.( Q.S Al Bakarah: 83) 36

Seorang anak harus mematuhi ibu dan bapaknya selama tidak bertentangan

dengan ajaran Islam sesuai dengan firman Allah Swt :



























































Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

(QS.Lukman:15)37

35

M. Hafi Anshari.,Op Cit., hlm 32 36

Depag RI. Op Cit., hlm 23 37

(36)

Ayah dan ibu lebih berhak dari segala manusia lainnya untuk di cintai dan di

hormati karena keduanya memelihara, mengasuh, dan mendidik. Berbuat baik

terhadap harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran islam yaitu “

Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang perlu di tunaikan oleh anak kepada

orang tuanya, yaitu mematuhinya, ikhlas, lemah lembut, merendah diri, berterima

kasih, memohon rahmat dan magfiroh, setelah wafat menyolatkan nya, memohon

rahmat dan ampunan Allah, menyempurnakan janjinya, menghormati sahabatnya,

dan melanjutkan jalinan pertalian tali silaturrahmi yang sudah terjalin selama

orang tuanya masih hidup”38

b. Berbuat baik kepada Guru

Selain kepada orang tua, seorang anak pun harus berbuat baik kepada guru.

Guru adalah seorang manusia yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk

kepentingan anak didik, di akui atau tidak jasanya tak ternilai yakni mendidik

siswa sampai tahu segala hal, melalui tangan halus dan sikap lemah lembut

mereka, siswa yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu, gurulah yang mendidik jiwa,

memelihara otak, menunjukan kepada kebaikan dan kebahagiaan. Guru mengajar

anak didiknya menulis, membaca, mengajarkan aneka pengetahuan, melatih

berbagai ilmu keterampilan, dan lain sebagai nya. Oleh Karena itulah sepatutnya

seorang siswa hen daklah mentaati, mematuhi, danb menghormati gurunya,

terlebih lagi kepada guru agama, karena guru agama selain mengjarkan membaca,

menulis juga telah mengenalkan kepada Allah Sang Pencipta Alam, mengajarkan

kita cara beribadah, menunjukan segala sifat kesempurnaan dan sifat terpuji.

Perbuatan baik kepada guru adalah hendaklah seseorang mentaati, mematuhi

dan menghormati gurunya, sebagaimana sabda Nabi Saw :

) ملسم ا ر ( ى مرْكا ْدقف ْم مرْكا ْ ف اْرقْلا تْل ح اْ مرْكا

Muliakanlah guru-guru agama, karena barang siapa memuliakan mereka, maka berarti memuliakan aku ( HR. Muslim )39

c. Berbuat baik terhadap Teman

38Hamzah Ya‟qub,

Etika Islam akhlak mulia. (Bandung: Diponegoro tah 1996) hlm 153-154

39

(37)

Salah satu kewajiban muslim adalah tidak mengganggu muslim yang lainnya,

manusia sebagai makhluk sosial memerl;ukan orang lain dalam kehidupannya,

manusia membutuhkan teman untuk bergaul dan berbudaya, teman sangat besar

pengaruhnya b agi seseorang b ahkan Rosululloh Saw pernah mengatakan bahwa

untuk mengetahui bagaimana seseorang itu maka lihatlah siapa temannya . dalam

Al-Qur‟anpun Allah Swt berfirman :





















































































Gambar

Tabel. 4.1
Tabel. 4.3
Tabel. 4.4
Tabel. 4.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

PERANAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU AKIDAH AKHLAK TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS II DI MADRASAH.. ALIYAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH

Berdasarkan data di atas berarti para siswa yang mengikuti pendidikan agama Islam tentang akidah akhlak di MI Al-Hikmah sudah dapat memahami dan mengetahui

Pembentukan karakter dipengaruhi oleh berbagai hal, keluarga, lingkungan, sekolah, dalam penelitian ini penulis fokus dalam meneliti pengaruh pembelajaran akidah akhlak

Hidden Curriculum pada Pembelajaran Akidah Akhlak. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Data di ambil menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan interview,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pembelajaran akidah akhlak terhdap perilaku sosial siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)

Faktor yang Mempengaruhi Strategi Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Akidah Akhlak Siswa di MAN Trenggalek

50 Maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak terdapat pengaruh antara pembelajaran aqidah akhlak terhadap perilaku sosial siswa kelas V di MI Al-Muttaqin