• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi pembelajaran fiqih dalam pelaksanaan shalat siswa di MTs Negeri 7 Model Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi pembelajaran fiqih dalam pelaksanaan shalat siswa di MTs Negeri 7 Model Jakarta"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN FIQIH DALAM PELAKSANAAN SHALAT

SISWA DI MTs NEGERI 7 MODEL JAKARTA

Di Susun Oleh:

Ana Nurhasanah 102011023582

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN FIQIH DALAM PELAKSANAAN SHALAT

SISWA DI MTs NEGERI 7 MODEL JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ANA NURHASANAH

NIM. 102011023582

Di Bawah Bimbingan

Drs. SAPIUDIN SIDDIK, M.Ag

NIP. 150299477

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI PEMBELAJARAN FIQIH DALAM PELAKSANAAN SHALAT SISWA DI MTs NEGERI 7 MODEL JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 November 2006. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata Satu (S I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 13 November 2006

Sidang Munaqasyah,

Dekan Pembantu Dekan I

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA. NIP. 150231356 NIP. 150202343

Anggota

Penguji I Penguji II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI PEMBELAJARAN FIQIH DALAM PELAKSANAAN SHALAT SISWA DI MTs NEGERI 7 MODEL JAKARTA” . Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini di susun dan di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana Pendidikan Islam pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan tidak lepas dari keterbatasan, namun berkat bantuan baik moril dan materil dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat di selesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Sapiuddin Siddik, M.Ag., Dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(5)

5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik penulis dengan rasa pengabdian yang tinggi, semoga ilmu yang di berikan dapat di jadikan bekal perjalanan selanjutnya.

6. Bapak pimpinan dan karyawan atau karyawati Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak pimpinan dan karyawan atau karyawati Perpustakaan Iman Jama’ yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Keluarga besar MTs Negeri 7 Model Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Muhammad Yusuf dan Ibu Neneng Maisaroh yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua. Amiiin.

10.Adikku Annisa Luthfiah dan Farhan Abdillah Akmal yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabatku mamah, dewi, keluarga istana (umi, ida, tuti, ira, kulsum, eva, wiwin) yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis, baik selama masa perkuliahan terlebih selama dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

13.Teman-teman PPKT di MTs N 7 Model Jakarta isma, janah, miftah, lutfi, adha dan ferri yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang telah membantu serta mendorong penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demikianlah penulis haturkan Jazakumullah Khairan Katsira. Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat kepada semuanya atas kebaikan yang telah diperbuat. Akhirnya penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Jakarta, 14 Oktober 2006

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI………...…iv

DAFTAR TABEL………..vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah………..………..1

B. Identifikasi Masalah……….6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….………..6

D. Tujuan dan manfaat penelitian…….………6

E. Sistematika penulisan…...………7

BAB II KERANGKA TEORI A. Pembelajaran Fiqih 1. Pengertian Pembelajaran fiqih………..…9

2. Tujuan pembelajaran fiqih di Mts……….. 12

3. Fungsi dan ruang lingkup pembelajaran fiqih……….13

B. Shalat 1. Pengertian Shalat………16

2. Dasar hukum dan hikmah shalat…………...………..19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian………..26

B. Metode Penelitian………..26

C. Tempat dan Waktu Penelitian………....26

D. Populasi dan Sampel………..26

(8)

F. Instrumen Pengumpulan Data………..28 G. Teknik Analisis Data………28

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs N 7 Model Jakarta 1. Sejarah Singkat MTs N 7 Model

Jakarta………..30 2. Keadaan

Sekolah……… ………...31

3. Nama Guru MTs N 7 Model

Jakarta…….………32 4. Staf dan Karyawan MTs N 7 Model

Jakarta……….35

5. Siswa MTs N 7 Model Jakarta………...37 B. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di MTs N 7 Model Jakarta……37 C. Kontribusi Pembelajaran Fiqih Sebagai Sumber Informasi Dalam

Pelaksanaan Shalat Siswa MTs N 7 Model Jakarta………39

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………..………..53

B. Saran-saran………..………...54

DAFTAR PUSTAKA………..………...55

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama-nama dan Jenjang Pendidikan Guru MTs N 7 Model Jakarta………32

Tabel 2. Staf dan Karyawan MTs N 7 Model Jakarta……….35

Tabel 3. Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Setiap Hari………39

Tabel 4. Pelaksanaan Shalat Fardhu Diawal Waktu………40

Tabel 5. Pelaksanaan Shalat Dengan Tertib………41

Tabel 6. Meninggalkan Shalat Fardhu………...………..42

Tabel 7. Perasaan Malas Jika Mengerjakan Shalat Fardhu……….…………42

Tabel 8. Perasaan Terpaksa Untuk Mengerjakan Shalat……….43

Tabel 9. Perasaan Senang Jika Mengerjakan Shalat……….……...44

Tabel 10. Perasaan Rugi Jika Tidak Mengerjakan Shalat…………..……….45

Tabel 11. Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Sekolah………...…...45

Tabel 12. Pengamalan Berdo’a Selesai Melaksanakan Shalat……….…...46

Tabel 13. Pengamalan Berdo’a Selesai Berwudhu...……….………..…47

Tabel 14. Sumber Informasi Utama Tentang Cara Ibadah………...………...…48

Tabel.15. Pemahaman Pembelajaran Fiqih di Sekolah Bagi Pengamalan Ibadah ….48 Tabel 16. Perubahan Ibadah Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqih………...…...49

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah.

Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia di dalam menjalankan kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu upaya agar manusia dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Baik dan buruknya seseorang, maju tidaknya suatu bangsa juga sangat ditentukan oleh pendidikan. Di Indonesia semua orang berhak untuk mengenyam pendidikan, hal tersebut terlihat dalam Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi : “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.1

Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilandasi dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam rangka membina dan membentuk suatu kepribadian

1

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, h. 14

2

(11)

(personality), kecerdasan dan keterampilan anak didik, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru mendefinisikan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar untuk

menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui pengajaran”.3 Dalam definisi tersebut tergambar adanya unsur pengajaran dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan pengajaran merupakan salah satu kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu pengajaran juga merupakan aktivitas operasional kependidikan, dengan demikian pendidikan merupakan konsep ideal dan segala yang menjadi tujuan pendidikan dapat tersalur diantaranya melalui pengajaran.

Pendidikan Islam merupakan jalan bagi usaha untuk mengarahkan pertumbuhan anak didik ke arah ajaran Islam melalui ajaran Islam sebagaimana diungkapkan oleh Prof. H. M. Arifin. M. Ed., bahwa hakekat pendidikan Islam adalah:

Usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar ) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi makna (apvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia.4

Dengan demikian dalam pendidikan Islam di samping mentransfer nilai-nilai atau keilmuan Islam juga harus mampu membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai ajaran Islam yang telah disampaikan tersebut.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), cet. ke-1, h. 1

4

(12)

Orang yang yang menuntut ilmu akan mendapatkan keutamaan pendidikan, Allah swt banyak menggambarkan dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah :

☺ ⌧

☺ ☺

) ﺔ دﺎﺠ ا

: (

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam majelis. maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Mujadalah : 11).5

Berdasarkan ayat di atas, menuntut ilmu itu diwajibkan bagi siapa saja. Karena dengan orang menuntut ilmu ia akan memiliki ilmu pengetahuan, dan orang yang memiliki ilmu pengetahuan ia akan mempunyai nilai keutamaan pendidikan.

Mengenai tujuan pendidikan Islam menurut Ahmad D. Marimba ada dua macam yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmani, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani dan rohani.6 Sedangkan tujuan terakhir pendidikan Islam disebutkan oleh H.M. Arifin bahwa tujuan terakhir pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri

5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Alqur’an, 1993), h. 910

6

(13)

sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun umat manusia secara keseluruhannya.7

Dengan demikian sasaran pendidikan tertuju pada pembentukan sikap mental anak didik dalam hubungan dengan tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk.

Pendidikan keagamaan yang dilaksanakan pada madrasah dibagi ke dalam beberapa mata pelajaran, diantaranya adalah Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah pelajaran fiqih. Pelajaran ini berisikan teori hukum Islam yang menyangkut kewajiban manusia, khususnyaa kewajiban individual kepada Allah swt seperti ibadah shalat.

Pada prinsipnya pelajaran fiqih bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki pengetahuan tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannnya dalam bentuk amalan praktis. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan ritual ibadah, khususnya shalat dengan benar sesuai dengan yang dipraktekkan dan diajarkan Nabi Muhammad saw.

Menurut kurikulum Madrasah Tsanawiyah, pengertian mata pelajaran fiqih adalah “Salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way

7

(14)

of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan”.8

Dari pengertian tersebut, terlihat bahwa sasaran yang diharapkan dari pengajaran fiqih tidak hanya pada sisi kognitif, tetapi juga pada perkembangan ranah afektif dan psikomotorik, dimana siswa harus mampu bertanggung jawab dalam mengamalkan ajaran Islam yang diterimanya tersebut.

Namun pada kenyataannya terdapat perbedaan, pada pelaksanaan shalat berjamah di sekolah masih terlihat ada siswa MTs yang belum melaksanakan shalat dengan baik dan benar. Ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian dari pelajaran fiqih yang diajarkan di MTs dengan pengamalan ibadahnya (praktek). Dari uraian di atas, kiranya menjadi dorongan bagi penulis untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI PEMBELAJARAN FIQIH DALAM PELAKSANAAN SHALAT SISWA DI

MTs NEGERI 7MODEL JAKARTA”.

B . Identifikasi Masalah

a.Kurang dapat menguasai bacaan shalat b.Keterampilan mempraktekkan shalat lemah c.Bukan kemauan sendiri jika melaksanakan shalat

8

(15)

d.Kedisiplinan dalam melaksanakan shalat masih kurang e.Masih meninggalkan shalat

Pembatasan dan perumusan masalah

Adapun pembatasan dalam skripsi ini terbagi dalam beberapa hal yaitu : a.Masalah ini dibatasi pada fiqih shalat, khususnya tentang shalat lima waktu b.Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II MTs N 7 Model

Jakarta

Agar permasalahan yang akan dibahas jelas dan terarah, maka akan dirumuskan : kontribusi pembelajaran fiqih dalam pelaksanaan shalat siswa Mts N 7 Model Jakarta, yang mencakup bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih di MTs N 7 Model Jakarta dan bagaimana pelaksanaan kegiatan shalat siswa MTs N 7 Model Jakarta?

D. Tujuan dan manfaat penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah :

a. Mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang shalat.

b. Mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam melakukan gerakan shalat. c. Mendeskripsikan pemahaman siswa tentang ketentuan shalat.

d. Mengetahui adanya peningkatan penguasaan hafalan siswa dalam membaca bacaan shalat.

Manfaat penelitian skripsi ini adalah :

a. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran fiqih di MTs N 7 Model Jakarta.

(16)

F. Sistematika Penulisan.

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian teoritis, pada bab ini mencakup pengertian pembelajaran fiqih, tujuan pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah, fungsi dan ruang lingkup pembelajaran fiqih, pengertian shalat, dasar hukum dan hikmah shalat. Bab III : Metodologi Penelitian, pada bab ini membahas mengenai desain penelitian,

metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV : Hasil Penelitian, pada bab ini mencakup pelaksanaan pembelajaran fiqih di

MTs N 7 Model Jakarta, dan kontribusi pembelajaran fiqih sebagai sumber informasi dan motivasi dalam pelaksanaan shalat siswa MTs N 7 Model Jakarta

(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Pembelajaran Fiqih

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih

Untuk memahami arti dari pembelajaran fiqih, maka perlu terlebih dahulu memahami arti pembelajaran secara tersendiri dan arti dari pelajaran fiqih secara tersendiri pula.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara, menjadikan orang makhluk hidup belajar.9 Pembelajaran dapat diberi arti sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.10 Sedangkan menurut Corey “Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi itu.11

Berdasarkan pengertian di atas, secara umum pembelajaran merupakan upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

9

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet.ke-7, h. 53

10

H.D. Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasi, (Bandung: Falah Production, 2001), cet.ke-4, h. 8

11

(18)

Fiqih menurut bahasa adalah tahu dan paham.12 Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia fiqih berarti ilmu tentang hukum Islam.13 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt yang berbunyi :

...

Artinya: …Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama… (QS. At-Taubah : 122).14

Tahu dan paham yang dimaksud di atas adalah tahu dan paham tentang masalah-masalah agama. Pengertian fiqih seperti tergambar dalam ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya mengalami penyempitan makna. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Quraisy Shihab bahwa “Fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, Al-Qur’an dan Hadis. Tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus menyangkut pengetahuan tentang hukum agama saja”.15

Secara istilah pengertian fiqih sangat beraneka ragam tergantung kepada siapa yang memberi pengertian dan sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Menurut fuqoha, fiqih berarti “Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang

12

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. ke-8, h. 17

13

Depdikbud, op.cit., h. 241

14

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, op.cit.,h. 301

15

(19)

di peroleh dari dalil-dalil yang rinci”.16 para pengikut Asy-Syafi’I memberi pengertian bahwa fiqih adalah “Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf yang dikeluarkan (diistimbatkan) dari dalil-dalil yang rinci”.17 Sedangkan Ulama Hanafiah memberikan batasan bahwa fiqih adalah “Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para mukallaf”.18

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fiqih adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Jadi pembelajaran fiqih adalah suatu proses tingkah laku seseorang sehingga menjadi tahu dan faham tentang masalah-masalah keagamaan.

Dikaitkan dengan proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah, fiqih menjadi mata pelajaran yang berisikan tentang hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Dengan bahasa yang berbeda, sesuai dengan yang tertulis dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah mata pelajaran fiqih adalah :

“Salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya

16

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. ke-8, h. 17

17

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), cet. ke-6, h. 26

18

(20)

(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan”.19

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah

Sebagai bahan pelajaran yang diberikan pada anak didik dalam proses belajar mengajar, mata pelajaran fiqih tentu memiliki sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Untuk memenuhi tujuan tersebut, dalam skripsi ini diuraikan dan dikomparasikan antara tujuan fiqih dan tujuan mata pelajaran fiqih secara spesifik. Menurut Aswadi Syukur, tujuan fiqih (ilmu fiqih) adalah “Menerapkan hukum syara pada setiap perkataan dan perbuatan mukallaf”.20 Sedangkan rumusan tujuan fiqih menurut Abdul Wahab Khallaf adalah “Menerapkan hukum-hukum syariat Islam bagi seluruh tindakan dan ucapan manusia”.21 Kedua rumusan tujuan fiqih tersebut tidaklah berbeda, keduanya menghendaki penerapan hukum syara pada setiap tingkah laku dan ucapan mukallaf ditengah hidup dan kehidupannya.

Tujuan fiqih tersebut mengalami perincian ketika telah menjadi tujuan mata pelajaran seperti yang tertera dalam Kurikulum Madrasah Tsanawiyah yang

19

Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, op.cit., h. 46

20

M. Aswadi Syukur, Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), cet. ke-1, h. 4

21

(21)

dikeluarkan oleh Departemen Agama RI adalah membekali peserta didik agar dapat :

1. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.22

3. Fungsi dan Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih

Mengenai fungsi fiqih, secara umum dapat disebutkan bahwa fiqih berfungsi : “Sebagai rujukan para mukallaf untuk mengetahui syariat Islam sehingga pola tingkah lakunya dapat terkendali pada landasan etika dan moral yang religius”.23

Fungsi mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah seperti yang termaktub dalam Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah adalah :

1. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah swt sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat.

3. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan masyarakat.

4. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

5. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah.

22

Depag RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, op.cit., h. 46-47

23

(22)

6. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

7. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih atau hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.24

Fiqih berfungsi sebagai sumber hukum yang menjadi pendorong dan pembentuk tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum sehingga terbentuk komunitas masyarakat muslim yang memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai prasyarat terwujudnya kondisi hidup dan kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Para pengajar harus memahami fungsi fiqih ini agar pendidikan dan pembinaan pribadi siswa dapat terarah sesuai dengan harapan yang ditentukan

Sedangkan ruang lingkup pengajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara :

-Hubungan manusia dengan alam. -Hubungan manusia dengan Allah swt.

-Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan (selain manusia) dan lingkungan.

Khusus mengenai ruang lingkup hubungan manusia dengan Allah swt yang merupakan bentuk ibadah diantaranya shalat. Shalat merupakan salah satu materi yang harus diberikan perhatian karena selain menjadi ibadah ritual juga memiliki nilai pendidikan yang berarti.

Shalat mengajarkan seseorang untuk berdisiplin dan mentaati berbagai peraturan dan etika dalam kehidupan dunia. Hal ini terlihat dari penetapan waktu

24

(23)

shalat yang harus dipelihara oleh setiap muslim dan tata tertib yang terkandung didalamnya. Dari segi sosial kemasyarakatan shalat merupakan pengakuan aqidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan ummat. Persatuan dan kesatuan ini menimbulkan hubungan sosial yang harmonis dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problema kehidupan sosial kemasyarakatan.

Dari ruang lingkup maupun fungsi yang tercantum dalam Kurikulum MTs terlihat ruang lingkup materi pelajaran begitu luas menyangkut hubungan vertikal dan horizontal siswa didik. Demikian juga dengan fungsi yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut yang sangat diharapkan sekali siswa mampu menjadi dirinya sebagai seorang muslim yang memiliki kesadaran sebagai hamba Allah untuk beribadah secara benar dan melaksanakan syariat dengan ikhlas. Semuanya itu tidak terlepas dari bagaimana kondisi pembelajaran fiqih tersebut dalam mencapai fungsi yang diharapkan.

Tujuan, fungsi dan ruang lingkup pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah, semuanya akan terpenuhi atau tidak jika tergantung kepada upaya yang diterapkan oleh Madrasah yang bersangkutan terutama pada kegiatan pengelolaan pembelajarannya.

2. Pengertian Shalat

Shalat menurut bahasa adalah do’a.25 Sedangkan menurut istilah adalah “Sekumpulan bacaan dan tingkah laku yang dibuka dengan takbir dan ditutup

25

(24)

dengan taslim”.26 Sedangkan menurut Sayid Sabiq shalat adalah “Ibadah yang berisi perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan khusus yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam”.27

Dari dua pengertian di atas mengandung maksud yang sama, yaitu suatu ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali oleh takbir dan diakhiri oleh salam. Yang dimaksud dengan perkataan di sini adalah bacaan takbir, do’a dan sejenisnya. Dan yang dimaksud dengan perbuatan disini terdiri dari berdiri, ruku’, sujud dan lainnya.

Selain dari ketiga pengertian di atas, Hasbi Ash-Shiddieqy juga memberikan pengertian tentang shalat, menurut beliau shalat memiliki dua macam pengertian, yang keduanya dilatarbelakangi oleh sudut pandang yang berbeda, yaitu lahiriyah dan ruhiyah. Dari sudut lahiriyah shalat adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali oleh takbir dan diakhiri oleh salam dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan dari sudut ruhiyah shalat adalah berharap kepada Allah swt dengan sepenuh jiwa dan segala khusyu dihadapan Allah swt dan berikhlas bagi-Nya serta hadir dalam berdzikir, berdo’a dan memuji.28

Pada hakekatnya pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan. Shalat yang sesungguhnya ialah shalat yang memiliki ruh dan tubuh, dan bukan sekedar ucapan dan perbuatan secara lahiriyah saja, akan tetapi harus dibarengi dengan hati dan pikiran. Hati, pikiran, ucapan dan gerakan-gerakan seperti yang dicontohkan Rasulullah saw merupakan unsur paling penting dalam shalat.

Setelah memperhatikan definisi-definisi di atas, dapat dikatakan bahwa shalat adalah “Suatu kegiatan dalam rangka mengabdi kepada Allah swt yang diawali oleh ucapan takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam, dengan syarat dan rukun pelaksanaanya, semata-mata untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala di akherat.

Untuk melaksanakan shalat dengan baik perlu diketahui syarat-syarat shalat, rukun shalat, sunnah-sunnah shalat serta yang membatalkan shalat.

26

Nurcholis Majid, loc.cit.

27

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 2003), Jilid I. h. 205

28

(25)

Syarat wajib shalat yaitu “Islam, baligh, berakal, dan dia seorang yang mukallaf”. Sedangkan syarat sahnya shalat yaitu “Suci dari hadats dan najis, menutup aurat, suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis, masuk waktu shalat dan menghadap kiblat”.29

Adapun rukun shalat yaitu “Niat, berdiri bagi yang mampu, takbiratul ikhram, membaca surat Al-Fatihah, ruku’ dengan tuma’ninah, I’tidal dengan tuma’ninah, sujud dua kali dengan tuma’ninah, duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca shalawat atas Nabi, memberi salam pertama dan menertibkan rukun”.30

Ada beberapa sunah shalat yang diutamakan bagi orang yang mengerjakan shalat untuk memelihara agar tercapainya pahala. Sunah-sunah tersebut yaitu:

Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ikhram, mengangkat kedua tangan ketika ruku’ dan tatkala berdiri dari tasyahud akhir, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, membaca do’a iftitah, membaca isti’adzah sebelum membaca bismillah, membaca amin setelah membaca fatihah, membaca surat atau ayat Al-Qur’an sesudah membaca fatihah pada dua raka’at yang pertama (ke satu dan ke dua) dalam tiap-tiap shalat, membaca takbir setiap bangkit dan turun, berdiri dan duduk kecuali sewaktu bangkit dari ruku’ (Samiallahulimanhamidah), membaca samiallahulimanhamidah sewaktu bangkit dari ruku’, membaca rabbanawalakalhamdu sewaktu I’tidal, membaca subhana rabbiyal ‘adzimi wabihamdhi 3 (tiga) kali ketika ruku’, membaca subhana rabbiyal a’la wabihamdihi 3 (tiga) kali ketika sujud, duduk iftirasy,(bersimpul) pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir atau tawarruk, duduk tawarruk dan memberi salam yang kedua.31

29

Musthafa Raib Al-Bigha, At-Tadzhib Fi Adillah: Matan Al-Ghayah wat-Taqrib, (Surabaya: Bungkulu Indah, 1978), h. 42-48

30

Ibid., h. 51-55

31

(26)

Adapun yang membatalkan shalat yaitu:

“Berhadats, hadats besar atau hadats kecil, terkena najis, berkata-kata dengan sengaja, terbuka ‘aurat, mengubah niat seperti ingin memutuskan atau menghentikan shalat, makan atau minum meskipun sedikit, bergerak berturut-turut 3(tiga) kali, membelakangi qiblat, tertawa terbahak-bahak, mendahului imam sebanyak dua rukun dan murtad”.32

3.Dasar Hukum, Tujuan serta Hikmah Shalat

a. Dasar Hukum Shalat

Islam adalah agama yang mengatur secara menyeluruh tentang hubungan manusia dengan khaliknya, meletakkan dasar aqidah, dasar ibadah, termasuk shalat dan landasan pelaksanaannya yang benar.

Shalat memiliki landasan yang kuat baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah saw. Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang secara jelas memerintahkan ibadah shalat, di antaranya firman Allah swt yang berbunyi:

☺ ⌧

) ةﺮ ا : (

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang orang ruku”. (QS. Al-Baqarah: 43)33

) ةﺮ ا : (

32

Ibid., h. 65

33

(27)

Artinya: “Peliharalah semua shalatmu. Dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu”. (QS. Al-Baqarah : 238).34

) ﻃ : (

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku , maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Ku” (QS. Thaha: 14).35

Sedangkan dalam hadits Rasulullah saw banyak hadits yang mewajibkan perintah shalat kepada orang Islam diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh bukhari yang berbunyi:

Artinya : “Dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar ra berkata: bersabda Rasulullah saw Islam itu dibangun atas lima azas, bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah dan mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat dan berhaji ke baitullah dan puasa di bulan ramadhan”. (HR. Bukhari).36

بﺎ ﺪ ﻓتﺪ ﻓنإوﺢﺠ أوﺢ ﻓأﺪ ﻓ ﺤ نﺈﻓ ﺎ ﺔ ﺎ امﻮ ﺪ ا ﺎﺤ ﺎ لﱠوأﱠنإ

ﺮ و

) ىﺬ ﺮ ا اور (

Artinya: “Sesungguhnya yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka dia beruntung dan sukses dan jika shalatnya buruk, maka dia kecewa dan merugi”. (HR. At-turmudzi).37

34

Ibid., h. 58

35

Departemen Agama, op.cit., h. 635

36

Abu ‘Abdullah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy, (Beirut: Daarul Fikr, 1997), Juz. 1, cet. ke-1, h. 9

37

(28)

b. Hikmah Shalat

Hikmah menurut kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu arti atau makna yang dalam, manfaat; dan wejangan yang penuh.38 Adapun yang dimaksud hikmah shalat di sini adalah manfaat yang dapat dirasakan bagi orang yang

melaksanakan shalat.

Hikmah shalat menurut T.A. Lathief Rousydiy dalam bukunya yang berjudul Ruh Shalat dan Hikmahnya antara lain:

a.Melatih Kedisiplinan

Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan shalat itu telah ditentukan waktunya yakni Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Jika dipraktekkan dengan tepat dan sesuai waktunya, maka akan membentuk sikap disiplin manusia dalam aktifitas kesehariannya.39

Firman Allah swt.

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasanya). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa: 103)40

b. Melatih Kebersihan

Melaksanakan shalat berarti berkomunikasi langsung dengan Allah. Orang yang shalat harus bersih badan, pakaian dan tempat dari najis dan kotoran yang menghalangi proses pelaksanaan shalat.

Apabila shalat itu dilaksanakan dengan tekun dan kontinyu, sudah tentu akan menjadi alat pendidikan kebersihan individu yang melakukannya. Semakin banyak kita melakukan shalat, tentu sebanyak itu pula diri kita terlatih akan kebersihan.

T.A. Lathief Rousydiy, Ruh Shalat dan Hikmahnya, (Medan: Rimbow, 1995), cet. ke-4, h. 223

40

(29)

) ﻟا ﺪﺋﺎﻤ : (

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu, tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki (QS. Al-Maidah: 6)41

c. Menanamkan Ketenangan dan Ketenteraman di dalam Jiwa

Artinya: “…Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku…”. (QS. Thaha: 14)42

) ﺪ ﺮ ا : (

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra’du: 28)43

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan mengingat Allah hati akan menjadi tentram dan jiwa menjadi tenang, tidak gelisah, takut atau khawatir, karena orang yang senantiasa mengingat Allah akan melakukan hal-hal yang baik dan merasa bahagia dengan kebajikan yang telah dilakukannya.

Pada umumnya manusia sering mengalami gangguan kejiwaan yang disebabkan karena ketegangan emosi dan banyaknya pikiran rumit yang tak terselesaikan. Penyakit ini biasanya mengganggu manusia dan dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan. Ini telah menjadi sifat manusia yang diciptakan dalam keluh kesah, kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat

Firman Allah swt.

Artinya: “Bahwasanya manusia itu dijadikan berkeluh kesah, apabila ditimpa kesukaran, bersifat gundah dan apabila ditimpa kebajikan bersifat kikir dan menahan kebajikan, selain orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Ma’arij: 19-22).44

Sedangkan menurut Kamarul Shukri bin Hj. Mohd. Teh dalam bukunya yang berjudul Hukum Qadha Sembahyang dan Masalah Berkaitan Dengannya menyebutkan hikmah shalat antara lain:

a. Mencegah Dari Perbuatan Keji dan Mungkar.

Shalat yang dikerjakan dengan khusyu’ dan ikhlas karena Allah, dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45.

(30)

Artinya: “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”.45

c. Memperoleh Kemenangan.

Dengan mengerjakan shalatlah umat Islam juga akan memperoleh kemenangan yang abadi, hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam surat Al-Mukminun ayat 1-2 yaitu:

⌧ ☺

)

نﻮ ﺆ ا

: -(

Artinya: “Telah mencapai kemenangan bagi orang-orang yang beriman yang khusyu’ di dalam shalat mereka”. (QS. Al-Mukminun: 1-2)46

Maka tidak heranlah jika Rasulullah saw sering mengingatkan umatnya tentang shalat di saat beliau akan wafat, karena shalat merupakan puncak kekuatan dan kemenangan umat Islam.

Berkaitan dengan hikmah yang telah disebutkan di atas, Rasululah saw bersabda bahwa shalat adalah tiang agama.

...

ﱢﺪ ا

دﺎ

ةﺎ ﱠ ا

)

ﻬ ا

اور

(

Artinya: …Shalat adalah tiang agama (HR. Al-Bayhaqi)47

Maksudnya yaitu siapa saja yang mendirikan shalat maka dia telah mengokohkan agama, dan siapa saja yang telah meninggalkan shalat maka dia telah meruntuhkan agama.

45

Ibid., h. 635

46

Ibid., h. 526

47

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek peneliti yang diteliti.

Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, untuk memperoleh data dan informasi penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan mendeskripsikan fenomena yang menjadi sasaran penelitian..

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di MTs Negeri 7 Model Jakarta, dilakukan selama kurang lebih satu bulan, yaitu dari tanggal 22 Agustus sampai 19 september 2006.

(32)

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.48 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II MTs N 7 Model Jakarta yang berjumlah 220 siswa.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.49 Pada penelitian ini, dalam pengambilan sampelnya, penulis berpedoman pada konsep yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua. Namun jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15%, 20-25% atau lebih”.50 Pada penelitian ini penulis menentukan sampel sebanyak 20% dari populasi yang ada (220), sehingga jumlah sampel sebanyak 44 orang siswa.

Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

Observasi Partisipatif.

Tehnik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang konkrit tentang pelaksanaan pengajaran fiqih kelas II Mts N 7 Model Jakarta dan pelaksanaan ibadah shalat siswa kelas II di Mts N 7 dengan berpartisipasi di dalam situasi, baik situasi orisinal maupun situasi buatan, dan berperan aktif di dalamnya.

48

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2002), cet. ke-12, h. 108

49

Ibid., h. 109

50

(33)

2. Interview/ wawancara.

Tehnik ini digunakan untuk mengadakan tanya jawab atau wawancara antara peneliti dengan pihak tertentu yang dapat memberikan data-data dan informasi yang diperlukan, seperti guru pengajaran fiqih.

3. Angket.

Tehnik ini digunakan untuk memberikan beberapa pertanyaan berupa quisioner kepada sampel untuk memilih salah satu jawaban.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data ini dengan menggunakan:

a. Pedoman wawancara yang bersifat umum, tidak terlalu rinci. Pedoman tersebut berisi tentang aspek atau dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pengajaran fiqih. Peneliti tidak menentukan urutan secara ketat, pernyataan akan dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan subjek penelitian.

b. Pedoman observasi, pedoman tersebut berisi mengenai gambaran nyata yang akan dijadikan objek penelitian diantaranya adalah bagaimana pelaksanaan ibadah shalat siswa MTs N 7 Model Jakarta.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau untuk keperluan mengolah data yang dikumpulkan melalui angket. Adapun teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengecek apakah setiap angket telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelumnya.

Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam

(34)

Tabulating, yaitu membuat tabel dari jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel-tabel, sesuai dengan item-item pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya melakukan analisa data dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan presentase. Adapun rumus yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :

Keterangan :

P= F x 100 P = Prosentase jawaban N F = Frekuensi hasil jawaban

N = Jumlah seluruh sampel

Penganalisaan data diperoleh untuk dapat memberikan keterangan-keterangan atau jawaban terhadap permasalahan yang ada, sehingga dengan penganalisaan tersebut akan menghasilkan suatu kesimpulan yang baik.

Untuk menentukan kriteria data-data kualitatif berdasarkan nilai angket yaitu: 1. 76% - 100% termasuk kategori baik.

(35)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs Negeri 7 Model Jakarta

1. Sejarah Singkat MTs Negeri 7 Model Jakarta

MTs Negeri 7 Model Jakarta adalah lembaga pendidikan negeri yang terletak di jalan Pengantin Ali No. 113, Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. MTs Negeri 7 Model Jakarta berawal dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) yang didirikan pada tahun 1969, yang berlokasi di Cijantung Jakarta Timur. Pada tahun 1979 PGAN berubah menjadi MTs N 7 Cijantung. Sejalan dengan perkembangan dan semakin meningkatnya keinginan masyarakat sekitar untuk menyekolahkan putra-putrinya ke MTs N 7 Cijantung, sehingga daya tampungnya terbatas maka MTs N 7 membuka kelas jauh di jalan Bakti Kampung Baru.

Pada tahun 1991 MTs N 7 Cijantung berpindah lokasi ke Ciracas, karena berpindah ke Ciracas maka MTs N 7 Cijantung berubah menjadi MTS N 7 Ciracas. Dan pada tanggal 14 Maret 1998, berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama,

mengukuhkan MTs N 7 Ciracas menjadi MTs Model. Sepanjang sejarahnya tokoh-tokoh yang pernah memimpin MTsN 7

Model Jakarta adalah :

(36)

3. Mohammad Bulgin, BA ( 1973-1986 ) 4. Drs. H.Kahari Siswojo, S.S ( 1987-1990 ) 5. Drs. H.A. Saefuddin ( 1991-1998 ) 6. Drs. Muchyi ( 1998-2002 ) 7. Drs. H. Suhairi, M.Pd ( 2002-sekarang )

2. Keadaan Sekolah

a. Nama Sekolah : MTs Negeri 7 Model Jakarta.

b. Alamat Sekolah : Jl. Penganti Ali No. 113 Kelurahan. Ciracas Kecamatan. Ciracas Jakarta Timur.

c. Luas Tanah : 12.000 m2

d. Luas Bangunan : 7535 m2 c. Waktu Belajar : Pukul. 07.00 WIB sampai Pukul. 15.40 WIB

d. Sarana dan Prasarana :

1. Ruang Belajar 17 Ruang 2. Ruang Kepala Madrasah 1 Ruang

3. Ruang Guru 1 Ruang

4. Ruang BK 1 Ruang

5. Ruang Tamu 1 Ruang

6. Ruang UKS 1 Ruang 7. Ruang Tata Usaha 1 Ruang 8. Ruang Perpustakaan 1 Ruang

9. Lab. IPA 1 Ruang

(37)

11. Lab. Teknologi Dasar 1 Ruang

12. Lab. Komputer 1 Ruang

13. Lab. Multi Media 1 Ruang 14. Lapangan Olah Raga 1 Area

15. Koperasi 1 Ruang

16. Masjid 2 Tingkat

17. Kantin 1 Ruang

18. WC Guru 2 Kamar

19. WC Murid 15 Kamar

Selain itu untuk menjaga keamanan dan ketertiban di MTs N 7 Model Jakarta, dilengkapi dengan pos keamanan dan ketertiban dan kediaman untuk karyawan yang tinggal di MTs N 7 Model Jakarta.

3. Nama dan Jenjang Pendidikan Guru MTs N 7 Model Jakarta

Tenaga pengajar atau guru di MTs N 7 Model Jakarta pada tahun pelajaran 2006 – 2007 berjumlah 42 orang guru, yang terdiri dari guru program pendidikan agama dan guru program pendidikan umum. Untuk lebih jelasnya, penulis cantumkan nama-nama dan jenjang pendidikan guru MTs N 7 Model Jakarta, sebagai berikut :

Tabel I

Nama-nama dan Jenjang Pendidikan Guru MTs N 7 Model Jakarta

NO NAMA JENIS

KELAMIN

(38)

1

Dra. Farida Sulistiati Sri Hijaya

(39)

22 Silvana Julianti, S.Pd Diani Midayanti, S.Ag Dini Muliari, S.Pd Eka Puji Wahyuni

(40)

4. Staf dan Karyawan MTs N 7 Model Jakarta.

Yang dimaksud dengan staf dan karyawan disini adalah orang-orang yang bekerja dalam bidang administrasi dan pekerjaan yang mendukung dalam melancarkan kegiatan di MTs N 7 Model Jakarta. Adapun staf dan karyawan yang terdapat di MTs N 7 Model Jakarta sebagai berikut :

Tabel II

Staf dan Karyawan MTs N 7 Model Jakarta

(41)

14 15 16

Darin

Arif Mulyono Niat Firmansyah

Penjaga Koperasi Satpam

Satpam

SMP SMA SMP

5. Siswa MTs N 7 Model Jakarta

Siswa MTs N 7 Model Jakarta, secara keseluruhan pada tahun pelajaran 2006 – 2007 memiliki 596 siswa, yang masing-masing terdiri dari 156 siswa kelas satu, (69 Laki-laki, 87 Perempuan). 220 siswa kelas dua (102 Laki-laki, 118 Perempuan). Dan 220 siswa kelas tiga (100 Siswa Laki-laki dan 120 Siswa perempuan).

(42)

Pelajaran fiqih untuk siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Model Jakarta diberikan selama tiga tahun, yang dibagi menjadi enam semester dalam tiga tahun dengan waktu efektif belajar 15 sampai 18 minggu. Untuk satu semester disediakan waktu antara 30 sampai 36 jam pelajaran dengan jumlah pelajaran perminggu sebanyak 2 jam pelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran fiqih di MTs N 7 Model Jakarta menggunakan kurikulum Departemen Agama tahun 2004. Di MTs N 7 Model Jakarta mengadakan jam tambahan dengan mengadakan bimbingan belajar yang dilaksanakan setiap hari jum’at setelah melaksanakan shalat jum’at.

Metode yang digunakan dalam suatu pelajaran sangat membantu keberhasilan pelajaran itu, karena metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.51 Terlebih pada pelajaran fiqih yang materinya harus diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Untuk menjelaskan materi fiqih khususnya shalat, guru bidang studi fiqih mengungkapkan “Penjelasan tentang tata cara shalat menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan latihan, karena dengan menggunakan metode tersebut dapat membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajari”.

51

(43)

Metode ceramah selalu digunakan sebab metode ini mudah dilaksanakan dan dalam waktu singkat dapat disampaikan materi yang cukup banyak. Dalam penyampaian materi dengan metode ceramah ini, guru selalu berusaha memberikan penjelasan yang mudah dipahami siswa serta selalu memotivasi siswanya untuk melaksanakan kegiatan ibadahnya dengan baik sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Jika dalam penyampaian ceramah itu kurang jelas, maka siswa dapat menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya kepada guru yang bersangkutan. Dengan cara demikian siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang diterimanya. Sedangkan metode yang paling efektif untuk menjelaskan materi fiqih yaitu metode demonstrasi, sebab dengan metode ini siswa mendapatkan pengalaman praktis mengenai materi yang dipelajari.

Alat-alat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya didalam proses belajar mengajar, karena alat-alat itu turut menunjang dan membantu tercapainya tujuan pendidikan. Alat-alat termasuk salah satu komponen dari komponen-komponen pendidikan.

Alat pembelajaran itu cakupannya sangat luas, tidak hanya terbatas pada buku pelajaran, alat peraga, kapur tulis, spidol, penggaris dan sebagainya. Tetapi semua sarana dan alat yang mendukung dan menunjang lancarnya proses belajar mengajar dikategorikan kepada alat. Seperti adanya Masjid, tempat wudhu, gedung tempat belajar yang memadai, multi media dan sebagainya.

C. Kontribusi Pembelajaran Fiqih Sebagai Sumber Informasi Dalam

(44)

Untuk melaksanakan shalat dengan baik diperlukan pengetahuan mengenai syarat, rukun dan sunnah-sunnah shalat. Bagi siswa kelas 2 MTs N 7 Model Jakarta, pengetahuan mengenai hal tersebut telah mereka peroleh pada waktu kelas satu. Untuk mengetahui ilmu yang mereka dapatkan telah diamalkan dalam kegiatan ibadahnya, berikut adalah tabel yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Tabel 3

Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Setiap Hari No Alternatif Jawaban N = 44 F % 1

2 3 4

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

32 9 3 -

72,7 20,5 6,8 -

Jumlah 44 100 %

(45)

Tabel 4

Pelaksanaan Shalat Fardhu di awal Waktu No Alternatif Jawaban N = 44F %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (50%) menyatakan selalu melaksanakan shalat di awal waktu. (36,4%) siswa menyatakan sering shalat fardhu di awal waktu. Sebagian kecil siswa (13,6%) menyatakan kadang-kadang di awal waktu. Dan tidak ada satu orang siswa pun yang menyatakan tidak pernah shalat di awal waktu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berkesadaran cukup tinggi untuk selalu melaksanakan shalat di awal waktu.

Tabel 5

(46)

Jumlah 44 100 %

Dari tabel di atas diketahui bahwa (47,7%) siswa menyatakan selalu melaksanakan shalat dengan tertib. (40,9%) siswa menyatakan sering melaksanakan shalat fardhu dengan tertib. Dan (11,4%) siswa menyatakan kadang-kadang melaksanakan shalat dengan tertib. Dari hasil prosentase di atas menunjukkan bahwa adanya kesadaran siswa untuk melaksanakan shalat dengan tertib tanpa harus diawasi oleh guru atau orang tua.

Tabel 6

Meninggalkan Shalat Fardhu

No Alternatif Jawaban N = 44 F % 1

2 3 4

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

- - 11 33

- - 25% 75%

Jumlah 44 100%

(47)

Tabel 7

Perasaan Malas Jika Mengerjakan Shalat Fardhu No Alternatif Jawaban N = 44 F %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa (65,9%) menyatakan siswa tidak pernah malas jika mengerjakan shalat. (31,8%) siswa menyatakan kadang-kadang malas jika melaksanakan shalat fardhu. (2,3%) siswa menjawab sering malas jika melaksanakan shalat. Dan tidak seorang pun siswa yang menjawab selalu malas jika mengerjakan shalat. Hal ini menunjukkan adanya rasa tanggung jawab siswa untuk mengerjakan shalat fardhu.

Tabel 8

(48)

Jumlah 44 100 %

Sebanyak (75%) siswa menjawab tidak pernah merasa terpaksa jika mengerjakan shalat, dan (25%) siswa menjawab kadang-kadang merasa terpaksa jika mengerjakan shalat. Dan tidak ada seorang siswa pun yang menjawab selalu dan sering terpaksa jika mengerjakan shalat. Hal ini menunjukkan adanya rasa keikhlasan siswa ketika menjalankan ibadah shalat tanpa harus diperintah oleh orang tua atau guru.

Tabel 9

Perasan Senang Jika Mengerjakan Shalat No Alternatif Jawaban N = 44 F % 1

2 3 4

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

26 13 5 -

59,1 29,5 11,4 -

Jumlah 44 100 %

(49)

mengerjakan shalat. Hal ini menunjukkan adanya rasa kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan shalat.

Tabel 10

Perasaan Rugi Jika Tidak Mengerjakan Shalat No Alternatif Jawaban N = 44 F % 1

2 3 4

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

30 10 4 -

68,2 22,7 9,1 -

Jumlah 44 100 %

Terlihat bahwa sebanyak (68,2%) mengatakan bahwa selalu rugi jika tidak mengerjakan shalat. (22,7%) siswa menjawab sering rugi jika meninggalkan shalat. Dan (9,1%) siswa menjawab kadang-kadang rugi jika meninggalkan shalat. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa merasa bertanggung jawab dalam mengamalkan ibadahnya.

Tabel 11

Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Sekolah No Alternatif Jawaban N = 44 F %

(50)

2

Dari tabel di atas sebanyak (65,9%) selalu menyatakan melaksanakan shalat berjamaah. (27,3%) siswa menjawab sering melaksanakan shalat berjamaah. Dan (6,8%) menyatakan kadang-kadang shalat berjamaah. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran yang cukup tinggi untuk melakukan kegiatan shalat berjamaah dan sekaligus kewajiban pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah.

Tabel 12

Pengamalan Berdo’a Selesai Melaksanakan Shalat No Alternatif Jawaban N = 44 F %

(51)

berdo’a setelah melaksanakan shalat dan sebagian kecil (6,8%) yang menyatakan kadang-kadang berdo’a setelah melaksanakan shalat. Sedang tidak ada seorang siswa yang menyatakan tidak pernah berdo’a. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa siswa telah menyadari bahwa berdo’a merupakan suatu ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Tabel 13

Pengamalan Berdo’a Sesudah Berwudhu No Alternatif Jawaban N = 44 F % 1

2 3 4

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

32 9 3 -

72,7 20,5 6,8 -

Jumlah 44 100 %

(52)

Tabel 14

Sumber Informasi Utama Tentang Tata Cara Shalat No Alternatif Jawaban N = 44 F % 1

2 3 4

Dari pengajaran fiqih di Sekolah Dari guru mengaji

Dari tabel di atas menunjukkan (54,5%) siswa menyatakan bahwa mengenai sumber informasi utama tentang tata cara shalat sebagian besar diperoleh dari pengajaran fiqih yang diajarkan guru di sekolah, (27,3%) menyatakan diperoleh dari orang tua. Dan (18,2%) siswa menyatakan diperoleh dari guru mengaji. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran fiqih di sekolah yang memberikan informasi lebih banyak dalam pelaksanaan shalat siswa.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pemahaman pelajaran fiqih yang mereka terima di sekolah dalam pelaksanaan shalat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 15

(53)

3

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (70,5%) menyatakan bahwa informasi yang mereka pahami dari pembelajaran fiqih di sekolah sangat bermanfaat bagi pengamalan shalatnya. Sebagian kecil (29,5%) menyatakan cukup bermanfaat bagi pengamalan shalatnya. Sedang tidak ada satu pun siswa yang menyatakan kurang atau tidak bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran fiqih dirasakan siswa memberikan informasi tentang tata cara shalat, sehingga bermanfaat sekali bagi kegiatan ibadah yang dilaksanakannya.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana perubahan-perubahan ibadah shalat siswa setelah memperoleh pembelajaran fiqih, dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 16

(54)

Dari tabel di atas tampak setelah siswa memperoleh pembelajaran fiqih, pengamalan shalat mereka sebagian besar meningkat, ini membuktikan dari prosentase yang diperolehnya cukup tinggi yaitu (79,5%). Angka ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan prosentase yang diperoleh alternatif lain yaitu (20,5%)

yang menyatakan shalat biasa-biasa saja, bahkan dua alternatif lain tidak berprosentase. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh siswa dari

pembelajaran fiqih sangat besar, terutama dalam pelaksanaan shalat.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana sikap kesungguhan siswa untuk meningkatkan pengamalan shalatnya setelah memperoleh pembelajaran fiqih, dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 17

Tekad siswa Untuk Meningkatatkan Pengamalan Shalat Setelah Mempelajari Fiqih Meski Belum Mampu

No Alternatif Jawaban N = 44 F % 1

2 3 4

Ya Mungkin Ragu-ragu Tidak

34 8 2 -

77,3 18,2 4,5 -

Jumlah 44 100 %

(55)

(4,5%) menyatakan ragu-ragu. Hal ini membuktikan betapa besar kesadaran dan tanggung jawab siswa untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya dan siap mengadakan perubahan yang positif sesuai dengan pertambahan ilmunya.

(56)
(57)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembelajaran fiqih memberikan kontribusi dalam pelaksanaan shalat siswa MTs N 7 Model Jakarta. Hal ini dibuktikan berdasarkan prosentase yang diperoleh sebanyak (79,5%) siswa yang menyatakan shalat mereka menjadi meningkat setelah memperoleh pembelajaran fiqih di sekolah. Dan pembelajaran fiqih juga menambah pengetahuan siswa tentang cara ibadah yang baik dan benar, sehingga memotivasi siswa untuk dapat melaksanakannya.

2. Pelaksanaan pembelajaran fiqih yang dilaksanakan di MTs N 7 Model Jakarta cukup baik. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil prosentase siswa sebanyak (70,5%) yang menjawab bahwa pelaksanaan pembelajaran fiqih di sekolah sangat bermanfaat bagi pengamalan ibadah shalat mereka.

(58)

bahwa pembelajaran fiqih mempunyai peran terhadap kegiatan ibadah siswanya.

B. Saran-saran

1. Berdasarkan data penelitian, pembelajaran fiqih yang dilaksanakan di Mts Negeri 7 Model Jakarta sudah cukup baik. Namun untuk praktek ibadah perlu diintensifkan dan dijadwal agar siswa dapat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya.

2. Untuk membantu siswa dalam menghafal bacaan shalat dan do’anya, guru hendaknya membimbing siswa menghafal bersama di dalam kelas dengan cara-cara yang menarik

(59)

DAFTAR PUSTAKA.

Arifin, H.M. Prof., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994, cet. ke-3. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT

Rineka Cipta, 2002, cet. ke-12.

Al-Bayhaqi, Abu Bakr Ahmad bin al-Husayn, Syu’ab Al-Iman, Beirut : Daarul Kutub, 1990, cet. ke-1, Juz. 3.

Al-Bigha, Musthafa Raib, At-Tadzhib Fi Adillah: Matan Al-Ghayah wat-Taqrib, Surabaya : Bungkulu Indah, 1978.

Al-Bukhariy, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhariy, Beirut : Daarul Fikr, 1997, cet. ke-1.

Departemen Agama RI, Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri khas Agama Islam GBPP Fiqih MTs, Jakarta : Binbagais, 1994, cet. ke-1.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996, cet. ke-7. Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 2, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1994, cet. ke-3.

El-Sulthani, Mawardi Labay, K.H., Zikir dan Do’a Mendirikan Shalat Yang Khusyuk Mencegah Manusia Dari Perbuatan Keji Dan Mungkar, Jakarta : Al-Mawardi Prima, 1999, cet. ke-2.

Haryanto, Sentot, Drs.M.Si., Psikologi Shalat, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2001, cet. ke- 1.

Khallaf, Abdul Wahab, Prof.Dr., Kaidah-kaidah Hukum Islam, Bandung : Gema Risalah Press, 1985, cet. ke-2.

_____, Ilmu Ushulul Fiqh, Bandung : Gema Risalah Press, 1997, cet. ke-2.

Majid, Nurcholis, Prof.Dr., Islam : Doktrin dan Peradaban, Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992.

Marimba, Ahmad, Drs., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT Al-Ma’arif, 1980.

(60)

Rafi’udin, S.Ag dan Zainuddin, Alim, S.Ag., Terapi Kesehatan Jiwa Melalui Ibadah Shalat, Jakarta : Restu Ilahi, 2004.

Rahman, Fazlul, Islam, Bandung : Pustaka, 1994, cet. ke-2.

Rakhmat, Jalaluddin, Drs.M.Sc., Islam Alternatif Ceramah-Ceramah Di Kampus, Bandung : Mizan, 1998, cet. ke-9.

Razak, Nasruddin, Drs., Dinul Islam, Bandung : PT. Al- Ma’arif, 1982, cet. ke-5. Rousydiy, T.A. Lathief, Ruh Shalat dan Hikmahnya, Medan : Rimbow, 1995, cet.

ke-4.

Sabiq, Sayyid, Terjemah Fiqih Sunnah, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1993, cet. ke-2, Jilid 1.

Ash- Shiddieqy, T.M. Hasbi Prof.Dr., Pedoman Shalat, Jakarta : Bulan Bintang, 1996, cet. ke-24.

_____, Kuliah Ibadah, Jakarta : Bulan Bintang, 1994, cet. ke-8.

_____, Pengantar Ilmu Fiqih, Jakarta : Bulan Bintang, 1993, cet. ke-8. _____, Pengantar Hukum Islam I, Jakarta : Bulan Bintang, 1994, cet. ke-7. Shihab, M. Quraisy, Prof.Dr., Membumikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1992

Shukri bin Hj. Mohd. Teh, Kamarul, Hukum Qadha Sembahyang Dan Masalah Berkaitan Dengannya, Bandung : Pustaka Mizan, 1996.

Surahmad, Winarno, Dasar dan Tehnik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung : Tarsito, 1963, cet. ke-4.

Syah, Muhibbin, Drs.M.Ed., Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993, cet. ke-1.

Syukur, M. Aswadi, Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh, Surabaya : Bina Ilmu, 1990, cet. ke-1.

Al-Turmudziy, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa, Sunan al-Turmudziy wa Huwa al-Jami’ al-Shahih, Beirut : Daarul Fikr, 1994, Juz. 1

(61)

Wijayakusuma, H.M. Hembing, Prof., Hikmah Shalat Untuk Pengobatan Dan Kesehatan, Jakarta : Pustaka Kartini, 1996, cet. ke-2.

(62)

ANGKET : Kontribusi Pembelajaran Fiqih Dalam Pelaksanaan Shalat Siswa di MTs Negeri 7 Model Jakarta

Nama :……… Kelas :………

Alamat :………

……… Petunjuk :

a. Bacalah “Basmallah” sebelum memulai pengisian angket ini.

b. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan keadaan dan apa yang sejujurnya anda ketahui.

c. Pengisian angket ini tidak akan mempengaruhi nilai anda, untuk itu diharapkan sekali anda mengisi dengan jawaban yang benar dan jujur apa adanya.

d. Akhiri pengisian angket ini dengan ucapan “Alhamdulillah”, dan saya ucapkan terima kasih atas kesediaan anda mengisi angket ini.

PERTANYAAN.

1. Apakah anda mengerjakan shalat lima waktu setiap hari?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

2. Apakah anda melaksanakan shalat fardhu di awal waktu?

a.Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

3. Apakah anda mengerjakan shalat dengan tertib?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

4. Apakah anda meninggalkan shalat fardhu?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

5. Apakah anda merasa malas mengerjakan shalat fardhu?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

(63)

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

7. Apakah anda merasa senang mengerjakan shalat?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

8. Apakah anda merasa rugi jika tidak mengerjakan shalat?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

9. Apakah anda melaksanakan shalat berjamaah yang diadakan di sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah 10. Apakah anda berdo'a bila selesai melaksanakan shalat?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

11. Apakah anda berdo`a bila selesai berwudhu?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

12. Pengetahuan tatacara shalat anda lebih banyak diperoleh darimana? a. Dari pembelajaran fiqih di sekolah c. Dari orang tua b. Dari guru mengaji d. Dari teman

13. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran fiqih di sekolah bagi pengamalan shalat anda?

a. Sangat bermanfaat c. Kurang bermanfaat b. Cukup bermanfaat d. Tidak bermanfaat

14. Bagaimana perubahan shalat anda setelah memperoleh pembelajaran fiqih? a. Ibadah menjadi meningkat c. Ibadah menjadi menurun b. Biasa-biasa saja d. Ibadah menjadi malas

15. Setelah anda memperoleh pembelajaran fiqih apakah anda mempunyai tekad untuk meningkatkan pengamalan shalat meski belum mampu?

a. Ya c. Ragu-ragu

(64)

HASIL WAWANCARA

a. Hari/Tanggal : Kamis, 14 September 2006 b. Nama Responden : M. Zaki

c. Jabatan : Guru bidang studi Fiqih d. Isi Wawancara :

T : Metode apa yang bapak gunakan dalam menyampaikan pelajaran fiqih khususnya tentang shalat?

J : Metode yang digunakan dalam menyampaikan pelajaran fiqih cukup bervariasi, di antaranya metode ceramah, demonstrasi dan Tanya jawab. Namun yang lebih dominan adalah metode ceramah, karena metode ini mudah dilaksanakan dan dalam waktu singkat dapat disampaikan materi yang cukup banyak. Untuk menjelaskan tentang tatacara shalat, yakni dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi serta latihan, karena dengan menggunakan metode tersebut dapat membantu siswa untuk memahami materi yang di pelajari.

T : Problem apa yang biasa dihadapi bapak dalam melaksanakan pengajaran fiqih, khususnya tentang ibadah shalat?

J : Problem yang biasa dihadapi dalam melaksanakan pengajaran fiqih khususnya tentang ibadah shalat adalah masalah hafalan dan do’a-do’a yang tidak tercantum di dalam buku paket.

(65)

J : Cara mengatasi problem tersebut adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari do’a-do’a yang tidak tercantum di dalam buku paket, dengan mencarinya di buku tuntunan shalat atau buku-buku yang membahas tentang ibadah shalat.

T : Usaha apa yang bapak lakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dibidang ibadah khususnya shalat?

J : Untuk meningkatkan kemampuan siswa di bidang ibadah khususnya shalat, maka sering diadakannya praktek dan hafalan-hafalan tentang bacaan shalat dan diberikan pemahaman akan pentingnya melaksanakan ibadah shalat, karena banyak sekali hikmah-hikmah yang terkandung di dalam pelaksanaan ibadah shalat, dan juga memberikan pemahaman akan banyaknya kerugian bagi siapa saja yang meninggalkan shalat.

Ciracas, 14 September 2006

Interviewee Interviewer

(66)

Gambar

Tabel I
Tabel II Staf dan Karyawan MTs N 7 Model Jakarta
 Tabel 3   Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Setiap Hari
Tabel  4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solusi guru fiqih dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam upaya meningkatkan kedisiplinan shalat berjama’ah pada siswa di SMP Islam Durenan... Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yang di paparkan di atas, setelah di analaisis dapat di simpulkan bahwa: (1) Minat belajar fiqih materi shalat dhuha siswa MTs Miftahul Ulum

1. Apakah penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar sisw a kelas 3A mata pelajaran Fiqih materi “shalat witir” di MI Ma’arif NgrupiT

H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari penerapan metode Demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih materi Shalat di

Hasil penelitian menunjukkan: 1 Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang dilakukan dengan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VI A terhadap rukun shalat dan sunat shalat melalui strategi peta konsep di Sekolah Dasar

Seperti yang sudah dijelaskan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan juga kepala sekolah, antara lain yaitu untuk menanamkan kebiasaan melaksanakan shalat 5 waktu

Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat permasalahan tersebut kedalam sebuah penelitian yang berjudul: Korelasi antara Pemahaman Materi Fiqih Ibadah dan Kemampuan