commit to user
DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP
KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL
Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Oleh:
ISNA DIAN PARAMITASARI NIM. I 0606025
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
SURAKARTA 2010
PENGESAHAN
DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL
Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo
Oleh :
Isna Dian Paramitasari NIM. I 0606025
Surakarta, Oktober 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Istijabatul Aliyah, ST, MT Murtanti Jani R, ST, MT NIP. 196909223199702 2 001 NIP. 19720117 200003 2 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi Fakultas Teknik UNS Perencanaan Wilayah & Kota
Fakultas Teknik UNS
Ir. Hardiyati, MT Ir. Galing Yudana, MT
NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan 1 Fakultas Teknik UNS
commit to user
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka bersyukurlah”
(Al Quran Surat Adh Dhuha : 11)
“Karena sesungguhnya,
setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemiudahan “
(Al Quran Surat Alam Nasyrah : 5-6)
“If you have a dream, just come and get it. Protect Ur dream”
(Chirs Gardner, Pursuit of Happyness
)PERSEMBAHAN
commit to user
iv ABSTRAK
Ka wasan Data ran Tinggi Dieng Di Kabupaten Wonosobo memiliki potensi pariwisata yang sangat menonjol. Ka rena potensinya tersebut maka pemerintah Kabupaten Wonosobo menunjukkan bukti nyata dengan diwujudkannya program-program/ upaya pengembangan obyek dan daya tarik wisata . Adanya pengembangan pariwisata dapat memberikan dampak positif dan negatif khususnya bagi masyarakat lokal. Untuk itu perlu adanya penelitian mengenai dampak pengembangan pariwisata di Ka wa san Wisata Dieng terhadap kehidupan masyarakat lokal Desa Dieng, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan indikator penelitian yang meliputi aspek fisik, sosial budaya, dan ekonomi. Perumusan indikator didasarkan pada pa rameter da mpak positif dan negatif yang diambil dari beberapa literatur yang ada. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ternyata memberika n dampak positif dan negatif bagi masyarakat lokal baik dari aspek fisik, sosial budaya, dan ekonomi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besa r dampak pengembangan pariwisata yang terjadi merupakan dampak positif. Dengan demikian maka, pengembangan pariwisata di Desa Dieng, Kecama tan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dapat menjadikan kehidupan masya rakat menjadi lebih baik.
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil „alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT. Hanya karena rahmat dan limpahan karuniaNya, akhirnya Tugas
Akhir dengan judul “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal (Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo)”
dapat terselesaikan.
Penuyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan,
inspirasi serta dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung membantu penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang akan limpahan rahmatNya memberikan kekuatan serta
ketekunan dalam berusaha.
2. Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur UNS.
3. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
UNS.
4. Ibu Istijabatul Aliyah, ST, MT dan Ibu Murtanti Jani R, ST, MT selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbinganya sehingga Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan.
5. Bapak, ibu, Mas Brama dan adikku Agil yang senantiasa memberikan
dukungan moral dan doa restu untuk penulis.
6. Bapak Setyo dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo
yang telah membantu dalam proses pencarian data.
7. Bapak Slamet selaku Kepala Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo dan warga Desa Dieng.
8. Sahabat-sahabatku, Ruli, Rini, Riri, dan Della terima kasih atas kebersamaan
selama ini, dukungan dan keceriaannya.
commit to user
vi
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Namun penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis
harapkan dari berbagai pihak. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan. Amin....
Surakarta, Oktober 2010
commit to user
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL… ... i
HALAMAN PENGESAHAN… ... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii
ABSTRAK. ... iv
DAFTAR TABEL.. ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN. ... xvi
BAB I PENDAHULUAN .. ... 1
A. Latar Belakang … ... 1
B. Rumusan Masalah.. ... 4
C. Tujuan dan Sasaran... 5
D. Batasan Penelitian.. ... 5
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATATERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO ... 12
A. Tinjauan Umum Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata ... 12
2. Sistem Pariwisata.. ... 12
3. Usaha Wisata… ... 13
4. Industri Pariwisata…. ... 14
5. Destinasi Wisata ... 14
6. Daya Tarik Wisata ... 14
7. Pengembangan Pariwisata ... 15
B. Dampak Pengembangan Pariwisata ... 17
1. Definisi Dampak… ... 17
2. Dampak Pengembangan Pariwisata.. ... 18
C. Penggunaan Lahan ... 23
D. Kebudayaan ... 27
E. Pembangunan Berkelanjutan.. ... 29
commit to user
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAMPAK
PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN
KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO. ... 33
A. Pendekatan Penelitian. ... 33
B. Pendekatan Penyelesaian Masalah. ... 33
1. Indikator Fisik. ... 35
2. Indikator Sosial Budaya. ... 36
3. Indikator Ekonomi. ... 38
C. Tahap Penelitian. ... 40
1. Tahap Persiapan. ... 40
2. Tahap Pelaksanaan. ... 40
D. Metodologi Penumpulan dan Pengolahan Data. ... 41
1. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi. ... 41
2. Kompilasi Data. ... 42
3. Validitas Data. ... 43
E. Teknik Pengambilan Sampel. ... 44
F. Teknik Analisis Data. ... 45
BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO ... 51
A. Gambaran Umum Kabupaten Wonosobo…… ... 51
1. Kondisi Fisik Wilayah…….. ... 51
2. Potensi Wilayah… ... 55
B. Kebijakan Pembangunan Pariwisata Kabupaten Wonosobo. ... 58
1. Potensi Pengembangan Pariwisata. ... 58
2. Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Kabupaten Wonosobo. ... 58
C. Gambaran Umum Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo… ... 60
1. Nilai Historikal dan Makna Kata Dieng.. ... 60
2. Karakteristik Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo. 62 D. Kondisi Pariwisata… ... 92
1. Sejarah Pengembangan dan Pengelolaan Obyek Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo ... 92
2. Upaya Pengembangan Obyek Wisata Dieng ... 93
3. Potensi Obyek Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo ... 96
commit to user
ix
BAB V ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL
KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN
KEJAJAR, KABUPATEN WONSOSOBO… ...103
A. Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Fisik ...103
1. Analisis Fisik Berdasarkan Parameter Kelengkapan Fisik ....103
2. Analisis Fisik Berdasarkan Parameter Tata Guna Lahan. ...125
B. Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Sosial Budaya.. ...136
1. Analisis Sosial Budaya Berdasarkan Parameter Kerukunan. .136 2. Analisis Sosial Budaya Berdasarkan Parameter Kebudayaan 139 3. Analisis Sosial Budaya Berdasarkan Parameter Keamanan. ..152
C. Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Ekonomi … ...161
Analisis Ekonomi Berdasarkan Parameter Perekonomian Masyarakat. ...161
1. Analisis Tingkat Pendapatan. ...161
2. Analisis Tingkat Pengangguran. ...165
D. Keterkaitan Tiap Aspek Indikator Pengukuran Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal. ...169
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.. ...173
A. Kesimpulan.. ...173
1. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Ditinjau Dari Aspek Fisik. ...173
2. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Ditinjau Dari Aspek Sosial Budaya. ...174
3. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Ditinjau Dari Aspek Ekonomi...174
B. Rekomendasi.. ...176
1. Rekomendasi Bagi Pemerintah. ...176
2. Rekomendasi Bagi Penelitian Lanjutan. ...178
3. Rekomendasi Bagi Masyarakat...179
4. Rekomendasi Bagi Pengembangan Pariwisata Kedepan. ...179
commit to user
x
DAFTAR FOTO
Foto 4.1 Hutan Negara ... 69
Foto 4.2 Ladang ... 69
Foto 4.3 Telaga ... 69
Foto 4.4 Home Stay. ... 70
Foto 4.5 Ojek Wisata. ... 70
Foto 4.6 Restoran/ Rumah Makan. ... 71
Foto 4.7 Toko/ Kios. ... 71
Foto 4.8 Toilet... 72
Foto 4.9 Mushola. ... 73
Foto 4.10 Pusat Informasi dan Pos Keamanan. ... 73
Foto 4.11 Tempat Peristirahatan Wisatawan. ... 74
Foto 4.12 Koridor Jalan Obyek Wisata ... 75
Foto 4.13 Koridor Jalan Wonosobo-Banjarnegara ... 75
Foto 4.14 Sub Terminal ... 77
Foto 4.15 Area Parkir ... 78
Foto 4.16 Tempat Sampah Pada Obyek Wisata ... 80
Foto 4.17 Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) atau Kontainer ... 80
Foto 4.18 Ritual Kepercayaan ... 87
Foto 4.19 Ruwat Rambut Gimbal ... 88
Foto 4.20 Kesenian Kuda Kepang ... 89
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian ... 9
Gambar 2.1 Lima Komponen Pariwisata... 16
Gambar 2.2 Diagram Hubungan Obyek Wisata dan Masyarakat ... 19
Gambar 2.3 Diagram Dampak Pariwisata Pada Umumnya ... 22
Gambar 2.4 Hubungan Manusia-Lingkungan dan Perubahan ... 25
Gambar 2.5 Optimalisasi Tujuan Ekonomi, Sosial dan Ekologi ... 31
Gambar 3.1 Alur Pengaruh Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal ... 46
Gambar 3.2 Skema Metodologi Penelitian ... 50
Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2000-2009 ... 83
Gambar 4.2 Diagram Komposisi Penduduk Menurut Umur Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009... 84
Gambar 4.3 Diagram Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 85
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Pendapatan Penduduk Tahun 2010 ... 91
commit to user
xii
DAFTAR PETA
TA 1 Peta Kawasan Wisata Dieng ... 7
TA 2 Peta Lokasi Penelitian ... 7
TA 3 Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo ... 52
TA 4 Peta Orientasi Kabupaten Wonosobo Dari Jawa Tengah ... 53
TA 5 Peta Potensi Wisata Kabupaten Wonosobo ... 57
TA 6 Peta Administrasi Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 64
TA 7 Peta Orientasi Desa Dieng Dari Kabupaten Wonosobo. ... 65
TA 8 Peta Tata Guna Lahan ... 68
TA 9 Peta Jaringan Jalan Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 76
TA 10 Peta Lokasi Area Parkir dan Sub Terminal Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 79
TA 11 Peta Lokasi Pembuangan Sampah Sementara Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 81
TA 12 Peta Potensi Wisata Obyek Wisata Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 101
TA 13 Peta Persebaran Home Stay Setelah Pengembangan Pariwisata Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 108
TA 14 Peta Persebaran Restoran Setelah Pengembangan Pariwisata Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 114
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Dieng Tahun
2006-2009 ... 4
Tabel 3.1 Parameter Penilaian Dampak Positif dan Dampak Negatif Pengembangan Pariwisata ... 34
Tabel 3.2 Penjabaran Indikator ... 39
Tabel 3.3 Identifikasi Data ... 43
Tabel 4.1 Klasifikasi Obyek Wisata Di Kabupaten Wonosobo ... 56
Tabel 4.2 Jenis Penggunaan Lahan ... 66
Tabel 4.3 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2000-2009 ... 82
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 83
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Umur Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 84
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 85
Tabel 4.7 Tingkat Pendapatan Penduduk Tahun 2010. ... 91
Tabel 4.8 Upaya Pengembangan Pariwisata/ Kegiatan yang Dilakukan Di Dieng. ... 94
Tabel 4.9 Obyek Wisata Alam ... 97
Tabel 4.10 Obyek Wisata Budaya ... 99
Tabel 4.11 Obyek Wisata Buatan ... 100
Tabel 4.12 Data Kunjungan Wisatawan Tahun 2004-Tahun 2009. ... 102
Tabel 5.1 Jumlah Hotel/ Home Stay Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 104
Tabel 5.2 Kualitas Hotel/ Home Stay Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 105
Tabel 5.3 Jumlah Ojek Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 109
Tabel 5.4 Kualitas Ojek Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 110
Tabel 5.5 Jumlah Restoran/ Rumah Makan Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 111
commit to user
xiv
Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo ... 115 Tabel 5.8 Kualitas Toko/ Kios Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 116 Tabel 5.9 Kondisi Jalan Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata
di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 120 Tabel 5.10 Kualitas Jalan Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 121 Tabel 5.11 Kondisi Parkir Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo ... 123 Tabel 5.12 Kualitas Parkir Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakatdi Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 124 Tabel 5.13 Penggunaan Lahan Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo ... 127 Tabel 5.14 Konversi Lahan Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo ... 127 Tabel 5.15 Hasil Analisis Aspek Fisik ... 130 Tabel 5.16 Sikap Tolong-menolong Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 137 Tabel 5.17 Intensitas Terjadinya Konflik Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 137 Tabel 5.18 Kegiatan Pelestarian Tradisi dan Kesenian Tradisional
Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa
Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 140 Tabel 5.19 Kelestarian Tradisi dan Kesenian Tradisional Sebelum dan
Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 141 Tabel 5.20 Penggunaan Bahasa Daerah Dalam Berkomunikasi Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 142 Tabel 5.21 Penguasaan Bahasa Asing Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 143 Tabel 5.22 Tingkat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo ... 145 Tabel 5.23 Pengaruh Pengembangan Pariwisata Terhadap Tingkat
commit to user
xv
Wonosobo ... 146 Tabel 5.24 Mata Pencaharian Sebelum dan Sesudah Pengembangan
Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo ... 149 Tabel 5.25 Mata Pencaharian Penduduk Sebelum dan Sesudah Adanya
Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 150 Tabel 5.26 Tingkat Kejahatan/ Kriminalitas Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 152 Tabel 5.27 Tingkat Kejahatan/ Kriminalitas Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 153 Tabel 5.28 Hasil Analisis Aspek Sosial Budaya ... 156 Tabel 5.29 Pendapatan Penduduk Sebelum dan Sesudah Adanya
Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 162 Tabel 5.30 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Tiap Bulan Sebelum
Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 163 Tabel 5.31 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Tiap Bulan Sesudah
Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 159 Tabel 5.32 Peluang Kerja/ Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan suatu daerah sangat ditentukan oleh potensi andalan
dan unggulan yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah
(PAD). Pengembangan diharapkan memiliki multiplier effect yang besar
bagi suatu daerah.
Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf
hidup masyarakat tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi saja tetapi
meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya kebutuhan akan
rekreasi. Salah satu bentuk kebutuhan akan rekreasi adalah dengan
berwisata atau melakukan kunjungan ke obyek wisata.
Pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara
disamping sektor migas. Sebagai sumber devisa, pariwisata menyimpan
potensi yang sangat besar. Melihat trend pariwisata tahun 2020, perjalanan
wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. Di beberapa negara,
pariwisata khususnya agritourism bertumbuh sangat pesat dan menjadi
alternatif terbaik bagi wisatawan (rakaiskandar.blogspot.com). Berdasar fenomena yang ada, untuk kedepan, prospek pengembangan pariwisata
diperkirakan sangat cerah. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk
menggalakkan pembangunan di sektor pariwisata.
Adanya Otonomi daerah, secara formal terjadi pelimpahan wewenang
kekuasaan dari pemerintah pusat terhadap pemerintah kabupaten/ kota
sebagai unit otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri termasuk
didalamnya sektor pariwisata. Hal ini merupakan stimulus dan kesempatan
bagi daerah untuk menggarap pariwisata dengan optimum sebagai sektor
yang berpeluang menjadi sektor unggulan sehingga dapat tercipta
commit to user
2 Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik
itu dampak positif maupun dampak negatif. Suatu tempat wisata tentu
memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan sekitarnya. “as tourism
grows and travelers increases, so does the potential for both positive and
negative impacts” (Gee, 1989, diperoleh dari
www.jurnal-sdm.blogspot.com). Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan
yang meningkat dapat menimbulkan dampak atau pengaruh yang positif
maupun negatif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat,
lingkungan, ekonomi, serta sosial (Lenner dalam “Tourism: Social,
conomic, Environment Impacts”, diperoleh dari
www.jurnal-sdm.blogspot.com).
Pengembangan pariwisata ini akan berdampak sangat luas dan
signifikan dalam pengembangan ekonomi, upaya-upaya pelestarian
sumber daya alam dan lingkungan serta akan berdampak terhadap
kehidupan sosial budaya masyarakat terutama masyarakat lokal.
Pengembangan kawasan wisata mampu memberikan kontribusi pada
pendapatan asli daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja
serta sekaligus berfungsi menjaga dan melestarikan kekayaaan alam dan
hayati. Pengembangan pariwista sebagai salah satu sektor pembangunan
secara umum menjadi sangat relevan jika pengembangan pariwisata itu
sesuai dengan potensi daerahnya. Diharapkan pengembangan pariwisata
dapat berpengaruh baik bagi kehidupan masyarakat terutama masyarakat
lokal dan mampu mendorong pengembangan berbagai sektor lain baik
ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian maka, pembangunan
pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya
bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka
panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial
terhadap masyarakat (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995)
Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam
Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat
commit to user
3 etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan
adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas
hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng Di Kabupaten Wonosobo memiliki
potensi pariwisata yang sangat menonjol. Karena potensinya tersebut
maka pada tahun 1970 Dieng mulai dikembangkan dan diresmikan sebagai
obyek wisata oleh Gubernur Jawa Tengah.
Kawasan Wisata Dieng merupakan salah satu kawasan pariwisata
andalan Kabupaten Wonosobo dan menjadi salah satu daerah tujuan
wisata (DTW) di Jawa Tengah yang berpotensi memberikan kontribusi
terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Obyek wisatanya
bukan semata dataran tinggi itu sendiri, namun di area itu terdapat
berbagai obyek wisata berupa obyek wisata alam dan budaya berupa
peninggalan masa lampau. Adapun obyek wisata yang ada di Kawasan
Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
antara lain adalah :
1. Obyek Wisata Alam :
Telaga Warna, Telaga Pengilon, Goa Semar, Goa Sumur, Goa.
Jaran, dan Batu Tulis.
2. Obyek Wisata Budaya
Tuk Bimo Lukar, Kesenian Lengger, Kesenian Kuda Kepang, Ruwat
Rambut Gimbal/ Gembel.
3. Obyek Wisata Buatan
Dieng Plateau Theater (DPT).
Dengan adanya potensi wisata tersebut maka pemerintah Kabupaten
Wonosobo menunjukkan bukti nyata dengan diwujudkannya
program-program/ upaya pembangunan obyek dan daya tarik wisata serta
merangsang masyarakat untuk membuka usaha yang mendukung
pariwisata, guna memenuhi kebutuhan perjalanan dan persinggahan
commit to user
4 Adanya pengembangan pariwisata ini mampu menarik kunjungan
wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke Dieng tidak hanya wisatawan
lokal saja tetapi juga wisatawan asing. Jumlah kunjungan wisatawan ke
Dieng dalam kurun waktu antara tahun 2006-2009 selalu mengalami
peningkatan.
Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Dieng Tahun 2006-2009
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pengembangan pariwisata
akan memberikan dampak baik itu dampak positif maupun dampak
negatif, maka perlu adanya penelitian mengenai dampak-dampak yang
ditimbulkan dari pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng
terhadap kehidupan masyarakat lokal mengingat bahwa Kawasan Wisata
Dieng merupakan salah satu kawasan pariwisata andalan Kabupaten
Wonosobo dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di Jawa
Tengah.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, pokok permasalahan dari
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana dampak pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng
terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau dari aspek fisik, sosial
budaya, dan ekonomi?
Obyek Wisata Jumlah Wisatawan
2006 2007 2008 2009
commit to user
5 C. Tujuan dan Sasaran :
Tujuan :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau
dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.
Sasaran :
Sasaran dari penelitian ini adalah :
1. Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sebelum
pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan
ekonomi.
2. Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sesudah
pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan
ekonomi.
3. Analisis dampak positif pengembangan pariwisata terhadap
kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari
aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.
4. Analisis dampak negatif pengembangan pariwisata terhadap
kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari
aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.
5. Memberikan rekomendasi pengembangan pariwisata berdasarkan
hasil analisis dampak pengembangan pariwisata terhadap kehidupan
masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
D. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini dibagi kedalam tiga bagian, yaitu batasan
wilayah penelitian, batasan waktu penelitian, dan batasan materi
commit to user
6 1. Batasan Wilayah Penelitian
Secara administratif Kawasan Wisata Dieng terbagi menjadi dua
wilayah yaitu Wilayah Kabupaten Banjarnegaran dan Wilayah
Kabupaten Wonosobo. Wilayah Kabupaten Banjarnegara terdiri dari
dua desa yaitu Desa Dieng Kulon (Dieng Barat) dan Desa
Karangtengah. Sedangkan Wilayah Kabupaten Wonosobo terdiri dari
dua desa yaitu Desa Dieng Wetan (Dieng Timur) dan Desa Jojogan.
Namun pada penelitian ini, wilayah penelitian akan dibatasi pada
Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo. Desa Dieng ini dibatasi oleh :
Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Timur : Desa Jojogan dan Desa Patakbanteng
Sebelah Utara : Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal
commit to user
commit to user
8 2. Batasan Waktu Penelitian
Batasan waktu penelitian mencakup rentang waktu studi yang akan
dilakukan. Pada tahun 1970 Dieng mulai dikembangkan dan
diresmikan sebagai obyek wisata oleh Gubernur Jawa Tengah. Namun
baru dikembangkan secara pesat sejak tahun 2001. Dengan demikian,
batasan waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebelum tahun 2001 yaitu tahun 2000 hingga selama penelitian ini
berlangsung yaitu tahun 2010.
3. Batasan Materi Pembahasan
Batasan materi pembahasan mencakup batasan aspek-aspek kajian
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Batasan materi pembahasan
dalam penelitian ini adalah dampak pengembangan pariwisata
terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng, Desa
Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ditinjau dari aspek
9
TEMA & JUDUL PENDAHULUAN ANALISIS OUTPUT
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
Latar Belakang :
Perkembangan suatu daerah sangat ditentukan oleh potensi andalan dan unggulan
Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat.
Pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia
Adanya Otonomi daerah, secara formal terjadi pelimpahan wewenang kekuasaan dari pemerintah pusat terhadap pemerintah kabupaten/kota sebagai unit otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri termasuk didalamnya sektor pariwisata
Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik itu dampak posotif maupun dampak negatif
Pariwisata berkelanjutan
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu kawasan pariwisata andalan Kabupaten Wonosobo dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di Jawa Tengah
Perlu adanya studi penelitian mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata Dieng terhadap kehidupan masyarakat lokal
Rumusan Masalah :
Bagaimana dampak pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya, dan ekonomi
Teori :
1.Pengumpulan dan Pengolahan Data :
Pengumpulan Data dan Informasi
- Data Primer : Observasi lapangan, wawancara, kuesioner, dokumentasi lapangan
- Data Sekunder : Studi dokumen dan studi pustaka
Kompilasi Data
Pengolahan data dari data mentah yang diperoleh dari hasil survey lapangan maupun survey instansional kemudian diseleksi sesuai dengan aspek-aspek kajian
Validitas Data
Dengan cara triangulasi untuk memperoleh keabsahan data
2.Analisis Data :
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif
3.Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis
Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo
Tujuan :
Untuk mengetahui dampak-dampak pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.
Sasaran :
1.Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sebelum pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi
2.Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sesudah pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi
3.Analisis dampak positif pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi
4.Analisis dampak negatif pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi
commit to user
10 E. Sistematika Penulisan
Untuk mendukung kelancaran penelitian dibutuhkan langkah-langkah
yang sistematis dalam penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian
ini, sebagai berikut:
Tahap I Pendahuluan
Tahap ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, sasaran penelitian, batasan dan
lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
Tahap II Tinjauan Pustaka Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
Tahap ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk
mendukung penelitian.
Tahap III Metodologi Penelitian Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Kawasan Wisata
Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
Bab ini menjelaskan gambaran terstruktur tahap demi tahap
proses pelaksanaan penelitian, membahas tentang tahapan
yang dilalui dalam penyelesaian masalah sesuai dengan
permasalahan yang ada mulai dari pendekatan penelitian,
pendekatan penyelesaian masalah, tahap-tahap dalam
penelitian, metodologi pengumpulan dan pengolahan data,
teknik pengambilan sampel data, teknik analisis data, serta
kesimpulan dan rekomendasi
Tahap IV Gambaran Umum Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
Berisi gambaran umum yang berisi data fisik, data sosial
budaya dan data ekonomi Kawasan Wisata Dieng, Desa
commit to user
11 Tahap V Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Kehidupan Masyarakat Lokal Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Menguraikan analisis mengenai dampak pengembangan
pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau dari
aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi sesuai dengan kajian
pustaka dan berdasarkan metodologi yang telah dirumuskan
serta berdasarkan temuan dilapangan.
Tahap VI Kesimpulan dan Rekomendasi
Berupa kesimpulan dan rekomendasi yang dikemukakan dari
commit to user
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL
KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO
A. Tinjauan Umum Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional. Tak bias
dihindari bahwa beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh para praktisi
dengan tujuan dan perspektif yang berbeda sesuai tujuan yang ingin
dicapai. Definisi pariwisata memang tidak dapat sama persis diantara para
ahli. Berikut adalah beberapa pengertian pariwisata :
a. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UU No.10 Tahun
Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).
b. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat lain , dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang
dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna
bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka
ragam (Oka Yoeti, 1997).
2. Sistem Pariwisata
Menurut Leiper (1990: 22-23) dan Cooper, et al., (1999: 4-8) (Dalam
Pitana, 2009), elemen-elemen dari sebuah sistem pariwisata yang
sederhana menyangkut sebuah daerah/ negara asal wisatawan, sebuah
commit to user
13 generator yang membalik proses tersebut. Ada lima elemen pokok yaitu
traveler-generating region, depa rting traveler, tra nsit route region, tourist
destination region, dan returning traveler. Namun demikian menyangkut
tiga elemen pokok yaitu elemen wisatawan, tiga elemen geografis
(gabungan dari travel generator, transit roaute, dan tourist destination)
dan elemen industri pariwisata.
Menurut Mathieson dan Wall (Dalam Pitana, 2009) terdapat tiga
elemen dalam pariwisata yaitu :
a. A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata.
b. A statistic element, yaitu singgah di daerah tujuan.
c. A Conseguential element, merupakan akibat dari dua hal di atas yaitu
travel ke suatu destinasi wisata dan singgah di daerah wisata
(khususnya masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosial
dan fisik dari adanya kontak dengan wisatawan.
3. Usaha Wisata
Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/ atau
jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan
pariwisata. Usaha pariwisata meliputi, antara lain :
a. Daya tarik wisata;
b. Kawasan pariwisata;
c. Jasa transportasi wisata;
d. Jasa perjalanan wisata;
e. Jasa makanan dan minuman;
f. Penyediaan akomodasi;
g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
h. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pemeran;
i. Jasa informasi pariwisata;
j. Jasa konsultan pariwisata;
commit to user
14 l. Wisata tirta;
m. Spa.
4. Industri Pariwisata
Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
5. Destinasi Wisata
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
6. Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi
Daerah Tujuan Wisata (DTW) sangat tergantung kepada tiga faktor utama
(Samsuridjal & Kaelany, 1997 : 21, dalam Journal Ruas, Vol 4 No.1, Juni
2006) yaitu antara lain :
a. Atraksi, dapat dibedakan menjadi :
1) Tempat : umpamanya tempat dengan iklim yang baik,
pemandangan yang indah atau tempat-tempat bersejarah.
2) Kejadian/ peristiwa : kongres, pameran atau peristiwa-peristiwa
olah raga, festival dan sebagainya.
b. Mudah dicapai (Aksesibilitas) :
Tempat tersebut dekat jaraknya, atau tersedianya transportasi ke
commit to user
15 c. Amenitas :
Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran,
hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian
ke tempat itu serta alat-alat komunikasi lainnya.
7. Pengembangan Pariwisata
Ada beberapa hal yang menunjang atau menentukan pengembangan
suatu obyek wisata. Menurut Hadinoto, 1996, ada lima jenis komponen
dalam pariwisata yaitu :
a. Atraksi Wisata
Atraksi adalah daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang
diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya,
dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata.
Tanpa atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan
diperlukan.
b. Promosi dan Pemasaran
Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan
atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat
dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian penting.
c. Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata)
Pasar wisata merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk
perencanaan belum/ tidak diperlukan suatu riset lengkap dan
mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku, keinginan,
kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya dari wisatawan perlu
dikumpulkan dari mereka yang berlibur.
d. Transportasi
Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan
pendapat penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak
besar terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata.
e. Masyarakat Penerima Wisatawan yang Menyediakan Akomodasi dan
commit to user
16 Bagian ini didominasi oleh pihak swasta. Keputusan mengenai
rencana pada bagian ini ada pada pihak swasta.
Gambar 2.1 Lima Komponen Pariwisata
Sumber : Hadinoto, 1996
Komponen penting dalam pengembangan pariwisata menurut George
Mclntyre (1993), Suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
memilki keterkaitan antara turis, warga setempat, dan pemimpin
masyarakat yang menginginkan hidup lebih baik. Dalam hal ini terlihat
jelas bahwa suatu tempat wisata harus berisikan komponen tersebut untuk
menjadi suatu obyek wisata yang baik.
Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata menurut Suwantoro
(2001: 19-24) meliputi :
a. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan
potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah
Pelayanan/ Fasilitas
Untuk akyivitas keikutsertaan pengunjung
Transportasi
Mengangkut orang ke dan dari destinasi Informasi/ Promosi
Membantu calon wisatawan untuk mengetahiui/ menemukan atraksi yang
dapat dinikmati
Masyarakat di pasar wisata dengan keinginan dan kemampuan untuk
berwisata
commit to user
17 tujuan wisata. Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar
pada :
1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,
nyaman dan bersih;
2) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya;
3) Adanya spesifikasi/ ciri khusus yang bersifat langka;
4) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani
wisatawan;
5) Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (pegunungan,
sungai, pantai, hutan dan lain-lain);
6) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena
memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian,
upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah
karya manusia pada masa lampau.
b. Prasarana wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya
di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,
terminal, jembatan dan lain sebagainya.
c. Sarana wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di
daerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,
restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.
B. Dampak Pengembangan Pariwisata
1. Definisi Dampak
Dampak menurut kosa kata Bahasa Indonesia berarti akibat. Dampak
positif adalah dampak yang menguntungkan dan dampak negatif adalah
commit to user
18 2. Dampak Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik
itu dampak positif maupun dampak negatif. Suatu tempat wisata tentu
memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan sekitarnya. “as tourism
grows and travelers increases, so does the potential for both positive and
negative impacts” (Gee, 1989, diperoleh dari
www.jurnal-sdm.blogspot.com). Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan
yang meningkat dapat menimbulkan dampak atau pengaruh positif
maupun negatif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat,
lingkungan, ekonomi, serta sosial (Lenner dalam “Tourism: Social,
conomic, Environment Impacts”, diperoleh dari
www.jurnal-sdm.blogspot.com).
Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting
dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang
dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat
wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga
kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata
memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata
dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat
kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Menurut Prof. Ir. Kusudianto
Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik,
tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf,
kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan
pemeliharaan lingkungan yang lebih baik.
Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat
memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan.
Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya
pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau
terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
kepariwisataan di daerah tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata
commit to user
19 dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan
maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial. Hal ini
dapat dilihat dari diagram gambar menurut George Mclntyre (1993)
Gambar 2.2 Diagram Hubungan Obyek Wisata dan Masyarakat
Sumber : Landasan Teori Kepariwisataan, 2009, diperoleh dari
www.digilib.petra.ac.id.
Selain diagram di atas yang menunjukkan hubungan erat antara obyek
wisata dan masyarakat, George Mclntyre (1993) juga berpendapat bahwa
masyarakat lokal memiliki peran penting dalam keberlangsungan
kehidupan tempat wisata itu sendiri karena tempat obyek wisata tersebut
dapat mempengaruhi kehidupan mereka baik dalam kondisi lingkungan,
sosial maupun ekonomi.
Berikut adalah dampak-dampak dari pengembangan pariwisata :
a. Segi Lingkungan
Seperti dampak sosial budaya, segi ini lebih disoroti dampak
negatifnya, walaupun terdapat juga dampak positifnya. Adapun
dampak positif dan negatif adalah sebagai berikut :
Community/Local Authorities
Environment Supporters Tourism Industry
commit to user
20 Menurut Mill (Dalam Landasan Teori Kepariwisataan, 2009,
diperoleh dari www.digilib.petra.ac.id.) :
Dampak positif :
1) Terpeliharanya kebersihan alam lingkungan untuk menarik
datangnya wisatawan
2) Terjaganya keistimewaan lingkungan, seperti hutan-hutan,
pantai-pantai hewan serta pemandangan alam.
Dampak Negatif :
1) Lingkungan yang rusak, seperti : meningkatnya kadar polusi baik
air, udara, suara dan kemacetan lalu lintas.
2) Pembukaan hutan untuk ladang luas, lokasi perumahan, jalan dan
parkir.
3) Hilangnya suasana alam karena hilangnya area hutan, kehidupan
satwa liar dan kesejukan udara.
b. Dampak Sosial Budaya
Menurut Mill (Dalam Landasan Teori Kepariwisataan, 2009,
diperoleh dari www.digilib.petra.ac.id.). Dampak ini seringkali disoroti
sebagai dampak negatif dari perkembangan pariwisata, padahal
sebenarnya pariwisata juga membawa dampak positif dalam segi sosial
dan budaya. Adapun dampak positif dan negatif yaitu :
Dampak positif :
1) Terpeliharanya monument yang menyimpan nilai-nilai budaya dan
tempat-tempat yang bersejarah
2) Terpeliharanya kebudayaan tradisional, seni, tarian, adat istiadat
dan cara berpakaian.
Dampak negatif :
1) Rusaknya monument dan kebudayaan dan tempat-tempat
bersejarah karena ulah manusia.
2) Komersialisasi budaya.
3) Meningkatnya kriminalitas, konsumerisme masyarakat lokal dan
commit to user
21 4) Terkikisnya nilai-nilai budaya dan norma-norma masyarakat
karena interaksi dengan masyarakat asing.
c. Dampak Ekonomi
Menurut Mill (Dalam Landasan Teori Kepariwisataan, 2009,
diperoleh dari www.digilib.petra.ac.id.). Secara ringkas, kegiatan
pariwisata dapat memberikan dampak di bidang ekonomi khususnya
mengenai :
Dampak positif :
1) Terbuka lapangan pekerjaan baru
2) Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat
3) Meningkatkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang
asing
4) Membantu menanggung beban pembangunan sarana dan prasarana
setempat
5) Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan
masyarakat yang memacu kegiatan ekonomi lainnya.
Dampak negatif :
1) Meningkatkan biaya pembangunan sarana dan prasarana
2) Meningkatkan harga barang-barang lokal dan bahan-bahan pokok
3) Peningkatan yang sangat tinggi tetapi hanya musiman, sehingga
pendapatan masyarakat naik dan turun
4) Mengalirnya uang keluar negeri karena konsumen menuntut
commit to user
22 d. Dampak Pariwisata Pada Umumnya
Sumber : Wiwik D Pratiwi, Konsep-Konsep Pa riwisata, Diperoleh Dari http://www.ar.itb.ac.id/wdp/archives/category/tourism-courses/ Sistem Budaya & Religi
Efek demonstrasi
commit to user
23 C. Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu daerah permukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat
agak tetap atau pengulangan sifat-sifat dari biosfer vertical di atas maupun di
bawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, batuan, proses
pembentukan lahan, air, vegetasi dan fauna serta hasil kegiatan manusia masa
lampau ataupun masa sekarang dan perluasan sifat-sifat tersebut berpengaruh
terhadap penggunaan lahan sekarang maupun saat mendatang (FAO 1976
dalam Pangarso, 2001 diambil dari Nurhayati, 2004). Lahan sebagai
perwujudan luas mendatar ruang, dapat disebut sebagai salah satu sumber
daya utama perkembangan (Wijaya dalam Pangarso, 2001 diambil dari
Nurhayati, 2004). Lahan sebagai salah satu sumber daya alam, mempunyai
sifat tidak dapat diperbaharui, dalam arti keberadaannya sangat terbatas karena
tidak dapat ditambah luasannya. Lahan yang merupakan sumberdaya stategis
bagi pembangunan, karena hampir semua sektor pembangunan fisik
memerlukan lahan, seperti pertanian, kehutanan, perumahan, industri,
pendidikan dan transportasi. Sedangkan penggunaan lahan adalah suatu proses
yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud
pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy, 1989 : 1). Selain itu
penggunaan lahan dapat diartikan pula sebagai suatu aktivitas manusia pada
lahan yang langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino
dalam Sugandhy, 1989 : 2). Penggunaan lahan dapat diartikan juga sebagai
wujud atau bentuk usaha kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu
waktu (Jayadinata, 1992 : 10). Adapun penggunaan suatu lahan dapat
dibedakan menjadi dua golongan (Sugandhy, 1989 : 1), yaitu :
1. Penggunaan lahan kaitannya dengan penggunaan potensi alamiah,
misalnya kesuburanya atau kandungan mineral di bawah permukaannya
dan;
2. Penggunaan lahan kaitannya dengan penggunaan sebagai ruang
pembangunan yang secara langsung tidak memanfaatkan potensi alami,
commit to user
24 penggunaan-penggunaan lain yang telah ada, diantaranya ketersediaan
prasarana dan fasilitas umum.
Aktifitas dan Perubahan Penggunaan Lahan
Proses perubahan penggunaan lahan dari satu fungsi ke fungsi yang
lainnya merupakan dinamika tata ruang kota yang diakibatkan oleh
perkembangan dan dinamika penduduk disamping kekuatan potensi yang
dimiliki oleh lahan tersebut yang merupakan elemen-elemen sebagai unsur
terjadinya perubahan. Elemen-elemen yang membentuk lingkungan
merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain, dimana perubahan
yang ditimbulkannya juga saling mempengaruhi antara satu dengan yang
lainnya (Detwyler & Marcus, 1982 dalam Bourne, 1982).
Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut
transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu
penggunaan ke penggunaan lainnya. Perubahan guna lahan dapat terjadi
karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab. Manusia baik
perorangan maupun kelompok, dalam berinteraksi dengan lingkungan,
manusia menyesuaikan diri, memelihara dan mengelola lingkungannya.
Dari hubungan dinamik ini, timbul suatu bentuk aktivitas yang
menimbulkan beberapa perubahan (Bintarto, 1898 : 73-74), yaitu :
1. Perubahan perkembangan (development change), yaitu perubahan
yang terjadi setempat dan tidak perlu mengadakan perpindahan,
mengingat adanya ruang, fasilitas, dan sumber-sumber setempat.
2. Perubahan lokasi (locational change), yaitu perubahan yang terjadi
pada suatu tempat yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu
bentuk aktivitas atau perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain
karena daerah asal tidak mampu mangatasi masalah yang timbul
dengan sumber dan swadaya yang ada.
3. Perubahan tata laku (behavioral change), yaitu perubahan tata laku
commit to user
25 yang terjadi, dalam hal ini dilakukan restrukturisasi pola aktivitas di
suatu daerah.
Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan ketiga perubahan di atas
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.4 Hubungan Manusia-Lingkungan dan Perubahan
Menurut Chapin, Kaiser, dan Godschalk, perubahan lahan juga dapat
terjadi karena pengaruh perencanaan guna lahan setempat yang merupakan
rencana dan kebijakan guna lahan untuk masa mendatang, proyek
pembangunan, program perbaikan pendapatan, dan partisipasi dalam
proses pengembangan keputusan dan pemecahan masalah dari pemerintah
daerah. Perubahan lahan juga terjadi karena kegagalan mempertemukan
aspek pasar dan politis dalam suatu manajemen perubahan guna lahan.
Dilihat dari faktor-faktor penyebabnya, pada umumnya proses
pekembangan penggunaan lahan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh
faktor penentu dari segi ekonomi (economic determinants). Menurut
Santoso (dalam Pangarso, 2001 diambil dari Nurhayati, 2004) secara
rasional penggunaan lahan oleh masyarakat biasanya ditentukan
berdasarkan pendapatan atau produktivitas yang biasa dicapai oleh lahan,
sehingga muncul konsep highest and best use artinya penggunaan lahan
terbaik adalah penggunaan yang dapat memberikan pendapatan tertinggi.
Lingkungan Manusia
Perubahan Aktivitas
Perubahan Tata Laku Perubahan Lokasi
Perubahan Perkembangan
commit to user
26 Lahan dengan nilai lahan rendah, seperti lahan-lahan pertanian, berubah
menjadi aktivitas dengan nilai lahan yang lebih tinggi. Dan untuk
selanjutnya aktivitas yang telah ada ini berubah menjadi aktivitas lainnya
dengan diikuti peningkatan nilai lahan. Jadi, perubahan penggunaan lahan
terjadi karena pergantian kegiatan kurang produktif menjadi kegiatan lain
yang lebih produktif. Perubahan (konversi) penggunaan lahan yang
diartikan sebagai perubahan suatu jenis penyesuaian penggunaan lahan
dalam fungsinya sebagai ruang potensial, terhadap peningkatan kebutuhan
ruang untuk kegiatan ekonomi dan sosial berikut sarana dan prasarana
penunjang, serta masyarakat wilayah itu sendiri.
Lahan yang memiliki potensi ekonomi tinggi seperti kawasan
pariwisata akan cenderung mengalami pertumbuhan dan perubahan guna
lahan yang cepat.
Menurut Bourne (1982), ada empat proses utama yang menyebabkan
terjadinya perubahan guna lahan diperkotaan, yaitu :
1. Perluasan batas kota.
2. Peremajaan di pusat kota.
3. Perluasan jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasi.
4. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu, misalnya
tumbuhnya aktivitas industri dan pembangunan sarana rekreasi/ wisata.
Menganalogikan perubahan penggunaan lahan di kawasan pariwisata
dengan perubahan penggunaan lahan di perkotaan (Bourne, 1982), maka
empat proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan
di kawasan pariwisata adalah :
1. Perluasan batas kawasan wisata, artinya adanya perkembangan kegiatan
wisata akan disertai dengan perkembangan fasilitas pelayanan wisata
serta komponen kegiatan pariwisata lainnya yang pada akhirnya akan
menyebabkan semakin meluasnya kawasan pariwisata sehingga terjadi
commit to user
27 2. Peremajaan di pusat-pusat kegiatan wisata, untuk memenuhi kepuasan
wisatawan, pusat-pusat kegiatan kepariwisataan seperti atraksi, rekreasi,
akomodasi, serta kegiatan penunjang lainnya hampir selalu harus
diremajakan dalam jangka waktu tertentu. Peremajaan yang biasanya
berbentuk penertiban ini memungkinkan terjadinya perpindahan/
migrasi dari perumahan atau perusahaan yang tadinya menempati pusat
kegiatan wisata yang diremajakan. Perpindahan ini biasanya mengarah
ke pinggiran pusat kgiatan yang pada akhirnya akan memperluas dari
kawasan pusat kegiatan itu sendiri.
3. Perluasan jaringan infrastruktur dan transportasi, kegiatan pariwisata
membutuhkan kualitas dan kinerja infrastruktur yang baik untuk
menarik wisatawan, hal ini juga bisa menarik penduduk dari kawasan
lain untuk bermigrasi karena kawasan wisata memiliki sarana prasarana
yang lebih baik dari pada asal mereka. Hal ini akan menyebabkan
meluasnya penggunaan lahan.
4. Tumbuh dan hilangnya pusat-pusat kegiatan wisata yang biasanya akan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menarik keuntungan dari
adanya wisatawan, yang akhirnya akan memperluas penggunaan lahan.
Tumbuhnya pemusatan aktivitas pariwisata atau rekreasi di suatu
kawasan merupakan faktor penarik bagi penduduk untuk bertempat tinggal
dan berkegiatan di kawasan tersebut. Pemusatan aktivitas tersebut
biasanya akan disertai dengan bermunculnya berbagai aktivitas ekonomi
ikutannya yang menjanjikan harapan dari kualitas hidup yang lebih baik
berupa tersedianya lapangan pekerjaan. Meningkatnya harapan kualitas
hidup yang lebih baik tersebut akan membawa akibat semakin
meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk bertempat tinggal.
D. Kebudayaan
Kebudayaan menurut Hoebel adalah sistem integrasi, sistem pola-pola
commit to user
28 bukan merupakan warisan biologis, melainkan kebudayaan yang diwariskan
dari generasi ke generasi melalui proses belajar (Joyomartono, 1991 : 10
dalam Prastiasih, 2005).
Ralph Linton mendefinisikan kebudayaan sebagai “seluruh cara kehidupan
dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang
dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”. Jadi, kebudayaan menunjuk pada
berbagai aspek kehidupan yang meliputi cara-cara yang berlaku,
kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas
untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
1. Kebudayaan diperoleh dari belajar
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara
belajar. Dia tidak diturunkan secara biologis atau pewarisan melalui unsur
genetis. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia
yang digerakkan oleh kebudayaan dengan perilaku mahluk lain yang
tingkah lakunya digerakkan oleh insting.
2. Kebudayaan milik bersama
Agar dapat dikatakan sebagai suatu kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan
seseorang atau individu harus dimiliki bersama oleh suatu kelompok
manusia. Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat
kepercayaan, nilai-nilai dan cara berlaku atau kebiasaan yang dipelajari
dan yang dimiliki bersama oleh para warga dari suatu kelompok
masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri dalam Antropologi adalah
sekelompok orang yang tinggal disuatu wilayah dan yang memakai suatu
bahasa yang biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya.
3. Kebudayaan sebagai pola
Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan
sejumlah pola-pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung
diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola
kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari
masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam
commit to user
29 4. Kebudayaan bersifar dinamis dan adaptif
Kebudayaan dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan melengkapi
manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan
fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang
bersifat fisik-geografis maupun pada lingkungan sosialnya (Siregar, 2002 :
1-4).
Dalam kebudayaan terkandung pengertian yang mendasar, sebagaimana
dikemukakan Suparian (dalam Rohidi, 1994 : 4 diambil dari Prastiasih, 2005)
bahwa kebudayaan mengadung sebagai berikut :
1. Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang
mempunyai kebudayaan tersebut;
2. Milik masyarakat, bukan milik daerah;
3. Pedoman menyeluruh yang bersangkutan;
4. Hasil dari perilaku terwujud dengan berpedoman pada kebudayaan yang
dimiliki masyarakat.
Unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan di semua bangsa di dunia
berjumlah tujuh buah, yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap
kebudayaan yaitu : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem
peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi,
dan kesenian (Koentjaraningrat, 1990: 80-81).
E. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan menurut United Nations Conference on
Environment and Development (UNCED) yaitu pembangunan yang
memenuhi kebutuhan dari generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan
dari generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk pertama
kalinya muncul konsep yang mencoba mempertemukan aspek pembangunan
ekonomi dan konservasi lingkungan (ekologis). Konsep tersebut memiliki
makna yang luas dan menjadi payung bagi banyak konsep, kebijakan, dan
program pembangunan yang berkembang secara global. Pembangunan
commit to user
30 atau aksi yang beragam (Baiquni, 2002:34). Selanjutnya pembangunan
berkelanjutan didefinisikan dalam Ca ring For The Earth sebagai upaya
peningkatan mutu kehidupan manusia namun masih dalam kemampuan daya
dukung ekosistem (IUCN, UNEP dan WWF dalam Baiquni, 2002:34).
Konsep berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana namun
kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multi-dimensi dan
multi-interpretasi. Karena adanya multi-dimensi dan multi-interpretasi ini,
para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah
disepakati oleh Komisi Brundtland yang menyatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat
ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka (Fauzi, 2004).
Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan
dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu :
1. Keberlanjutan ekonomi
Diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang
dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan
menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak
produksi pertanian dan industri.
2. Keberlanjutan lingkungan
Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu
memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya
alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut
pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi
ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.
3. Keberlanjutan sosial
Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu
mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan,
pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.
Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan mempunyai
commit to user
31 ekologi (ecological objective) dan tujuan sosial (social objective). Tujuan
ekonomi terkait dengan masalah efisiensi (efficiency) dan pertumbuhan
(growth). Tujuan ekologi terkait dengan masalah konservasi sumberdaya
alam (natural resources conservation). Tujuan sosial terkait dengan
masalah pengurangan kemiskinan (poverty) dan pemerataan (equity).
Dengan demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya
terletak pada adanya harmonisasi antara tujuan ekonomi, tujuan ekologi
dan tujuan sosial.
Dalam konteks pemikiran sekarang perlu mengoptimalkan pencapaian
tujuan ekonomi, sosial dan ekologi. Optimasi diperlukan untuk
menghindari kesalahan pembangunan akibat adanya anggapan
pertumbuhan tanpa batas sehingga sustainable development benar-benar
terwujud.
Gambar 2.5 Optimalisasi Tujuan Ekonomi, Sosial dan Ekologi (Drakakis-Smith, 1995 : 663)
Sumber : Hastu Prabatmojdo, 2006 (Dalam Jurnal Perencanaan Wilaya h dan Kota, Vol. 17/ No.3, Desember 2006)
F. Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang
Penataan ruang pada dasarnya merupakan sebuah pendekatan dalam
pengembangan wilayah yang bertujuan untuk mendukung prinsip
Tujuan Ekonomi : Pertumbuhan , pemerataan
dan efisiensi
Tujuan Sosial : Perberdayaan, partisipasi mobilitas sosial, kohesi sosial, identitas budaya, kelembagaan
Tujuan Ekologi : Integriitas ekosistem, daya