• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL Studi Kasus Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL Studi Kasus Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP

KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL

Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

ISNA DIAN PARAMITASARI NIM. I 0606025

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

SURAKARTA 2010

PENGESAHAN

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL

Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo

Oleh :

Isna Dian Paramitasari NIM. I 0606025

Surakarta, Oktober 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Istijabatul Aliyah, ST, MT Murtanti Jani R, ST, MT NIP. 196909223199702 2 001 NIP. 19720117 200003 2 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi Fakultas Teknik UNS Perencanaan Wilayah & Kota

Fakultas Teknik UNS

Ir. Hardiyati, MT Ir. Galing Yudana, MT

NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan 1 Fakultas Teknik UNS

(3)

commit to user

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka bersyukurlah”

(Al Quran Surat Adh Dhuha : 11)

“Karena sesungguhnya,

setelah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemiudahan “

(Al Quran Surat Alam Nasyrah : 5-6)

“If you have a dream, just come and get it. Protect Ur dream”

(Chirs Gardner, Pursuit of Happyness

)

PERSEMBAHAN

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Ka wasan Data ran Tinggi Dieng Di Kabupaten Wonosobo memiliki potensi pariwisata yang sangat menonjol. Ka rena potensinya tersebut maka pemerintah Kabupaten Wonosobo menunjukkan bukti nyata dengan diwujudkannya program-program/ upaya pengembangan obyek dan daya tarik wisata . Adanya pengembangan pariwisata dapat memberikan dampak positif dan negatif khususnya bagi masyarakat lokal. Untuk itu perlu adanya penelitian mengenai dampak pengembangan pariwisata di Ka wa san Wisata Dieng terhadap kehidupan masyarakat lokal Desa Dieng, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan indikator penelitian yang meliputi aspek fisik, sosial budaya, dan ekonomi. Perumusan indikator didasarkan pada pa rameter da mpak positif dan negatif yang diambil dari beberapa literatur yang ada. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ternyata memberika n dampak positif dan negatif bagi masyarakat lokal baik dari aspek fisik, sosial budaya, dan ekonomi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besa r dampak pengembangan pariwisata yang terjadi merupakan dampak positif. Dengan demikian maka, pengembangan pariwisata di Desa Dieng, Kecama tan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dapat menjadikan kehidupan masya rakat menjadi lebih baik.

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT. Hanya karena rahmat dan limpahan karuniaNya, akhirnya Tugas

Akhir dengan judul “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal (Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo)”

dapat terselesaikan.

Penuyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan,

inspirasi serta dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak

langsung membantu penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang akan limpahan rahmatNya memberikan kekuatan serta

ketekunan dalam berusaha.

2. Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur UNS.

3. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota

UNS.

4. Ibu Istijabatul Aliyah, ST, MT dan Ibu Murtanti Jani R, ST, MT selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbinganya sehingga Tugas Akhir ini

dapat terselesaikan.

5. Bapak, ibu, Mas Brama dan adikku Agil yang senantiasa memberikan

dukungan moral dan doa restu untuk penulis.

6. Bapak Setyo dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo

yang telah membantu dalam proses pencarian data.

7. Bapak Slamet selaku Kepala Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo dan warga Desa Dieng.

8. Sahabat-sahabatku, Ruli, Rini, Riri, dan Della terima kasih atas kebersamaan

selama ini, dukungan dan keceriaannya.

(6)

commit to user

vi

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Namun penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari

sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis

harapkan dari berbagai pihak. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan

menambah pengetahuan. Amin....

Surakarta, Oktober 2010

(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL… ... i

HALAMAN PENGESAHAN… ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK. ... iv

DAFTAR TABEL.. ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xvi

BAB I PENDAHULUAN .. ... 1

A. Latar Belakang … ... 1

B. Rumusan Masalah.. ... 4

C. Tujuan dan Sasaran... 5

D. Batasan Penelitian.. ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATATERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO ... 12

A. Tinjauan Umum Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata ... 12

2. Sistem Pariwisata.. ... 12

3. Usaha Wisata… ... 13

4. Industri Pariwisata…. ... 14

5. Destinasi Wisata ... 14

6. Daya Tarik Wisata ... 14

7. Pengembangan Pariwisata ... 15

B. Dampak Pengembangan Pariwisata ... 17

1. Definisi Dampak… ... 17

2. Dampak Pengembangan Pariwisata.. ... 18

C. Penggunaan Lahan ... 23

D. Kebudayaan ... 27

E. Pembangunan Berkelanjutan.. ... 29

(8)

commit to user

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAMPAK

PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN

KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO. ... 33

A. Pendekatan Penelitian. ... 33

B. Pendekatan Penyelesaian Masalah. ... 33

1. Indikator Fisik. ... 35

2. Indikator Sosial Budaya. ... 36

3. Indikator Ekonomi. ... 38

C. Tahap Penelitian. ... 40

1. Tahap Persiapan. ... 40

2. Tahap Pelaksanaan. ... 40

D. Metodologi Penumpulan dan Pengolahan Data. ... 41

1. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi. ... 41

2. Kompilasi Data. ... 42

3. Validitas Data. ... 43

E. Teknik Pengambilan Sampel. ... 44

F. Teknik Analisis Data. ... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO ... 51

A. Gambaran Umum Kabupaten Wonosobo…… ... 51

1. Kondisi Fisik Wilayah…….. ... 51

2. Potensi Wilayah… ... 55

B. Kebijakan Pembangunan Pariwisata Kabupaten Wonosobo. ... 58

1. Potensi Pengembangan Pariwisata. ... 58

2. Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Kabupaten Wonosobo. ... 58

C. Gambaran Umum Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo… ... 60

1. Nilai Historikal dan Makna Kata Dieng.. ... 60

2. Karakteristik Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo. 62 D. Kondisi Pariwisata… ... 92

1. Sejarah Pengembangan dan Pengelolaan Obyek Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo ... 92

2. Upaya Pengembangan Obyek Wisata Dieng ... 93

3. Potensi Obyek Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo ... 96

(9)

commit to user

ix

BAB V ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL

KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN

KEJAJAR, KABUPATEN WONSOSOBO ...103

A. Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Fisik ...103

1. Analisis Fisik Berdasarkan Parameter Kelengkapan Fisik ....103

2. Analisis Fisik Berdasarkan Parameter Tata Guna Lahan. ...125

B. Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Sosial Budaya.. ...136

1. Analisis Sosial Budaya Berdasarkan Parameter Kerukunan. .136 2. Analisis Sosial Budaya Berdasarkan Parameter Kebudayaan 139 3. Analisis Sosial Budaya Berdasarkan Parameter Keamanan. ..152

C. Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Ekonomi … ...161

Analisis Ekonomi Berdasarkan Parameter Perekonomian Masyarakat. ...161

1. Analisis Tingkat Pendapatan. ...161

2. Analisis Tingkat Pengangguran. ...165

D. Keterkaitan Tiap Aspek Indikator Pengukuran Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal. ...169

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.. ...173

A. Kesimpulan.. ...173

1. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Ditinjau Dari Aspek Fisik. ...173

2. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Ditinjau Dari Aspek Sosial Budaya. ...174

3. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Ditinjau Dari Aspek Ekonomi...174

B. Rekomendasi.. ...176

1. Rekomendasi Bagi Pemerintah. ...176

2. Rekomendasi Bagi Penelitian Lanjutan. ...178

3. Rekomendasi Bagi Masyarakat...179

4. Rekomendasi Bagi Pengembangan Pariwisata Kedepan. ...179

(10)

commit to user

x

DAFTAR FOTO

Foto 4.1 Hutan Negara ... 69

Foto 4.2 Ladang ... 69

Foto 4.3 Telaga ... 69

Foto 4.4 Home Stay. ... 70

Foto 4.5 Ojek Wisata. ... 70

Foto 4.6 Restoran/ Rumah Makan. ... 71

Foto 4.7 Toko/ Kios. ... 71

Foto 4.8 Toilet... 72

Foto 4.9 Mushola. ... 73

Foto 4.10 Pusat Informasi dan Pos Keamanan. ... 73

Foto 4.11 Tempat Peristirahatan Wisatawan. ... 74

Foto 4.12 Koridor Jalan Obyek Wisata ... 75

Foto 4.13 Koridor Jalan Wonosobo-Banjarnegara ... 75

Foto 4.14 Sub Terminal ... 77

Foto 4.15 Area Parkir ... 78

Foto 4.16 Tempat Sampah Pada Obyek Wisata ... 80

Foto 4.17 Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) atau Kontainer ... 80

Foto 4.18 Ritual Kepercayaan ... 87

Foto 4.19 Ruwat Rambut Gimbal ... 88

Foto 4.20 Kesenian Kuda Kepang ... 89

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian ... 9

Gambar 2.1 Lima Komponen Pariwisata... 16

Gambar 2.2 Diagram Hubungan Obyek Wisata dan Masyarakat ... 19

Gambar 2.3 Diagram Dampak Pariwisata Pada Umumnya ... 22

Gambar 2.4 Hubungan Manusia-Lingkungan dan Perubahan ... 25

Gambar 2.5 Optimalisasi Tujuan Ekonomi, Sosial dan Ekologi ... 31

Gambar 3.1 Alur Pengaruh Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal ... 46

Gambar 3.2 Skema Metodologi Penelitian ... 50

Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2000-2009 ... 83

Gambar 4.2 Diagram Komposisi Penduduk Menurut Umur Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009... 84

Gambar 4.3 Diagram Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 85

Gambar 4.4 Diagram Tingkat Pendapatan Penduduk Tahun 2010 ... 91

(12)

commit to user

xii

DAFTAR PETA

TA 1 Peta Kawasan Wisata Dieng ... 7

TA 2 Peta Lokasi Penelitian ... 7

TA 3 Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo ... 52

TA 4 Peta Orientasi Kabupaten Wonosobo Dari Jawa Tengah ... 53

TA 5 Peta Potensi Wisata Kabupaten Wonosobo ... 57

TA 6 Peta Administrasi Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 64

TA 7 Peta Orientasi Desa Dieng Dari Kabupaten Wonosobo. ... 65

TA 8 Peta Tata Guna Lahan ... 68

TA 9 Peta Jaringan Jalan Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 76

TA 10 Peta Lokasi Area Parkir dan Sub Terminal Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 79

TA 11 Peta Lokasi Pembuangan Sampah Sementara Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 81

TA 12 Peta Potensi Wisata Obyek Wisata Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 101

TA 13 Peta Persebaran Home Stay Setelah Pengembangan Pariwisata Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 108

TA 14 Peta Persebaran Restoran Setelah Pengembangan Pariwisata Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 114

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Dieng Tahun

2006-2009 ... 4

Tabel 3.1 Parameter Penilaian Dampak Positif dan Dampak Negatif Pengembangan Pariwisata ... 34

Tabel 3.2 Penjabaran Indikator ... 39

Tabel 3.3 Identifikasi Data ... 43

Tabel 4.1 Klasifikasi Obyek Wisata Di Kabupaten Wonosobo ... 56

Tabel 4.2 Jenis Penggunaan Lahan ... 66

Tabel 4.3 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2000-2009 ... 82

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 83

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Umur Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 84

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ... 85

Tabel 4.7 Tingkat Pendapatan Penduduk Tahun 2010. ... 91

Tabel 4.8 Upaya Pengembangan Pariwisata/ Kegiatan yang Dilakukan Di Dieng. ... 94

Tabel 4.9 Obyek Wisata Alam ... 97

Tabel 4.10 Obyek Wisata Budaya ... 99

Tabel 4.11 Obyek Wisata Buatan ... 100

Tabel 4.12 Data Kunjungan Wisatawan Tahun 2004-Tahun 2009. ... 102

Tabel 5.1 Jumlah Hotel/ Home Stay Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 104

Tabel 5.2 Kualitas Hotel/ Home Stay Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 105

Tabel 5.3 Jumlah Ojek Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 109

Tabel 5.4 Kualitas Ojek Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 110

Tabel 5.5 Jumlah Restoran/ Rumah Makan Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 111

(14)

commit to user

xiv

Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo ... 115 Tabel 5.8 Kualitas Toko/ Kios Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 116 Tabel 5.9 Kondisi Jalan Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata

di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 120 Tabel 5.10 Kualitas Jalan Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 121 Tabel 5.11 Kondisi Parkir Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo ... 123 Tabel 5.12 Kualitas Parkir Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakatdi Desa Dieng,

Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 124 Tabel 5.13 Penggunaan Lahan Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo ... 127 Tabel 5.14 Konversi Lahan Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo ... 127 Tabel 5.15 Hasil Analisis Aspek Fisik ... 130 Tabel 5.16 Sikap Tolong-menolong Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo... 137 Tabel 5.17 Intensitas Terjadinya Konflik Sebelum dan Sesudah

Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 137 Tabel 5.18 Kegiatan Pelestarian Tradisi dan Kesenian Tradisional

Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa

Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 140 Tabel 5.19 Kelestarian Tradisi dan Kesenian Tradisional Sebelum dan

Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 141 Tabel 5.20 Penggunaan Bahasa Daerah Dalam Berkomunikasi Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng,

Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 142 Tabel 5.21 Penguasaan Bahasa Asing Sebelum dan Sesudah

Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 143 Tabel 5.22 Tingkat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo ... 145 Tabel 5.23 Pengaruh Pengembangan Pariwisata Terhadap Tingkat

(15)

commit to user

xv

Wonosobo ... 146 Tabel 5.24 Mata Pencaharian Sebelum dan Sesudah Pengembangan

Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo ... 149 Tabel 5.25 Mata Pencaharian Penduduk Sebelum dan Sesudah Adanya

Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 150 Tabel 5.26 Tingkat Kejahatan/ Kriminalitas Sebelum dan Sesudah

Pengembangan Pariwisata di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 152 Tabel 5.27 Tingkat Kejahatan/ Kriminalitas Sebelum dan Sesudah

Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 153 Tabel 5.28 Hasil Analisis Aspek Sosial Budaya ... 156 Tabel 5.29 Pendapatan Penduduk Sebelum dan Sesudah Adanya

Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 162 Tabel 5.30 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Tiap Bulan Sebelum

Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 163 Tabel 5.31 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Tiap Bulan Sesudah

Pengembangan Pariwisata Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ... 159 Tabel 5.32 Peluang Kerja/ Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan suatu daerah sangat ditentukan oleh potensi andalan

dan unggulan yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah

(PAD). Pengembangan diharapkan memiliki multiplier effect yang besar

bagi suatu daerah.

Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf

hidup masyarakat tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi saja tetapi

meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya kebutuhan akan

rekreasi. Salah satu bentuk kebutuhan akan rekreasi adalah dengan

berwisata atau melakukan kunjungan ke obyek wisata.

Pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam

pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara

disamping sektor migas. Sebagai sumber devisa, pariwisata menyimpan

potensi yang sangat besar. Melihat trend pariwisata tahun 2020, perjalanan

wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. Di beberapa negara,

pariwisata khususnya agritourism bertumbuh sangat pesat dan menjadi

alternatif terbaik bagi wisatawan (rakaiskandar.blogspot.com). Berdasar fenomena yang ada, untuk kedepan, prospek pengembangan pariwisata

diperkirakan sangat cerah. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk

menggalakkan pembangunan di sektor pariwisata.

Adanya Otonomi daerah, secara formal terjadi pelimpahan wewenang

kekuasaan dari pemerintah pusat terhadap pemerintah kabupaten/ kota

sebagai unit otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri termasuk

didalamnya sektor pariwisata. Hal ini merupakan stimulus dan kesempatan

bagi daerah untuk menggarap pariwisata dengan optimum sebagai sektor

yang berpeluang menjadi sektor unggulan sehingga dapat tercipta

(18)

commit to user

2 Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik

itu dampak positif maupun dampak negatif. Suatu tempat wisata tentu

memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan sekitarnya. “as tourism

grows and travelers increases, so does the potential for both positive and

negative impacts” (Gee, 1989, diperoleh dari

www.jurnal-sdm.blogspot.com). Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan

yang meningkat dapat menimbulkan dampak atau pengaruh yang positif

maupun negatif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat,

lingkungan, ekonomi, serta sosial (Lenner dalam “Tourism: Social,

conomic, Environment Impacts”, diperoleh dari

www.jurnal-sdm.blogspot.com).

Pengembangan pariwisata ini akan berdampak sangat luas dan

signifikan dalam pengembangan ekonomi, upaya-upaya pelestarian

sumber daya alam dan lingkungan serta akan berdampak terhadap

kehidupan sosial budaya masyarakat terutama masyarakat lokal.

Pengembangan kawasan wisata mampu memberikan kontribusi pada

pendapatan asli daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja

serta sekaligus berfungsi menjaga dan melestarikan kekayaaan alam dan

hayati. Pengembangan pariwista sebagai salah satu sektor pembangunan

secara umum menjadi sangat relevan jika pengembangan pariwisata itu

sesuai dengan potensi daerahnya. Diharapkan pengembangan pariwisata

dapat berpengaruh baik bagi kehidupan masyarakat terutama masyarakat

lokal dan mampu mendorong pengembangan berbagai sektor lain baik

ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian maka, pembangunan

pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya

bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka

panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial

terhadap masyarakat (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995)

Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam

Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat

(19)

commit to user

3 etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan

adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas

hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan

pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.

Kawasan Dataran Tinggi Dieng Di Kabupaten Wonosobo memiliki

potensi pariwisata yang sangat menonjol. Karena potensinya tersebut

maka pada tahun 1970 Dieng mulai dikembangkan dan diresmikan sebagai

obyek wisata oleh Gubernur Jawa Tengah.

Kawasan Wisata Dieng merupakan salah satu kawasan pariwisata

andalan Kabupaten Wonosobo dan menjadi salah satu daerah tujuan

wisata (DTW) di Jawa Tengah yang berpotensi memberikan kontribusi

terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Obyek wisatanya

bukan semata dataran tinggi itu sendiri, namun di area itu terdapat

berbagai obyek wisata berupa obyek wisata alam dan budaya berupa

peninggalan masa lampau. Adapun obyek wisata yang ada di Kawasan

Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo

antara lain adalah :

1. Obyek Wisata Alam :

Telaga Warna, Telaga Pengilon, Goa Semar, Goa Sumur, Goa.

Jaran, dan Batu Tulis.

2. Obyek Wisata Budaya

Tuk Bimo Lukar, Kesenian Lengger, Kesenian Kuda Kepang, Ruwat

Rambut Gimbal/ Gembel.

3. Obyek Wisata Buatan

Dieng Plateau Theater (DPT).

Dengan adanya potensi wisata tersebut maka pemerintah Kabupaten

Wonosobo menunjukkan bukti nyata dengan diwujudkannya

program-program/ upaya pembangunan obyek dan daya tarik wisata serta

merangsang masyarakat untuk membuka usaha yang mendukung

pariwisata, guna memenuhi kebutuhan perjalanan dan persinggahan

(20)

commit to user

4 Adanya pengembangan pariwisata ini mampu menarik kunjungan

wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke Dieng tidak hanya wisatawan

lokal saja tetapi juga wisatawan asing. Jumlah kunjungan wisatawan ke

Dieng dalam kurun waktu antara tahun 2006-2009 selalu mengalami

peningkatan.

Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Dieng Tahun 2006-2009

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pengembangan pariwisata

akan memberikan dampak baik itu dampak positif maupun dampak

negatif, maka perlu adanya penelitian mengenai dampak-dampak yang

ditimbulkan dari pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng

terhadap kehidupan masyarakat lokal mengingat bahwa Kawasan Wisata

Dieng merupakan salah satu kawasan pariwisata andalan Kabupaten

Wonosobo dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di Jawa

Tengah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, pokok permasalahan dari

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana dampak pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng

terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau dari aspek fisik, sosial

budaya, dan ekonomi?

Obyek Wisata Jumlah Wisatawan

2006 2007 2008 2009

(21)

commit to user

5 C. Tujuan dan Sasaran :

Tujuan :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak

pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau

dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.

Sasaran :

Sasaran dari penelitian ini adalah :

1. Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sebelum

pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan

ekonomi.

2. Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sesudah

pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan

ekonomi.

3. Analisis dampak positif pengembangan pariwisata terhadap

kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari

aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.

4. Analisis dampak negatif pengembangan pariwisata terhadap

kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari

aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.

5. Memberikan rekomendasi pengembangan pariwisata berdasarkan

hasil analisis dampak pengembangan pariwisata terhadap kehidupan

masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan

Kejajar, Kabupaten Wonosobo.

D. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini dibagi kedalam tiga bagian, yaitu batasan

wilayah penelitian, batasan waktu penelitian, dan batasan materi

(22)

commit to user

6 1. Batasan Wilayah Penelitian

Secara administratif Kawasan Wisata Dieng terbagi menjadi dua

wilayah yaitu Wilayah Kabupaten Banjarnegaran dan Wilayah

Kabupaten Wonosobo. Wilayah Kabupaten Banjarnegara terdiri dari

dua desa yaitu Desa Dieng Kulon (Dieng Barat) dan Desa

Karangtengah. Sedangkan Wilayah Kabupaten Wonosobo terdiri dari

dua desa yaitu Desa Dieng Wetan (Dieng Timur) dan Desa Jojogan.

Namun pada penelitian ini, wilayah penelitian akan dibatasi pada

Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo. Desa Dieng ini dibatasi oleh :

Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Timur : Desa Jojogan dan Desa Patakbanteng

Sebelah Utara : Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal

(23)

commit to user

(24)

commit to user

8 2. Batasan Waktu Penelitian

Batasan waktu penelitian mencakup rentang waktu studi yang akan

dilakukan. Pada tahun 1970 Dieng mulai dikembangkan dan

diresmikan sebagai obyek wisata oleh Gubernur Jawa Tengah. Namun

baru dikembangkan secara pesat sejak tahun 2001. Dengan demikian,

batasan waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebelum tahun 2001 yaitu tahun 2000 hingga selama penelitian ini

berlangsung yaitu tahun 2010.

3. Batasan Materi Pembahasan

Batasan materi pembahasan mencakup batasan aspek-aspek kajian

yang akan dibahas dalam penelitian ini. Batasan materi pembahasan

dalam penelitian ini adalah dampak pengembangan pariwisata

terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng, Desa

Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ditinjau dari aspek

(25)

9

TEMA & JUDUL PENDAHULUAN ANALISIS OUTPUT

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian

Latar Belakang :

 Perkembangan suatu daerah sangat ditentukan oleh potensi andalan dan unggulan

 Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat.

 Pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia

 Adanya Otonomi daerah, secara formal terjadi pelimpahan wewenang kekuasaan dari pemerintah pusat terhadap pemerintah kabupaten/kota sebagai unit otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri termasuk didalamnya sektor pariwisata

 Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik itu dampak posotif maupun dampak negatif

 Pariwisata berkelanjutan

 Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu kawasan pariwisata andalan Kabupaten Wonosobo dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di Jawa Tengah

 Perlu adanya studi penelitian mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata Dieng terhadap kehidupan masyarakat lokal

Rumusan Masalah :

Bagaimana dampak pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya, dan ekonomi

Teori :

1.Pengumpulan dan Pengolahan Data :

 Pengumpulan Data dan Informasi

- Data Primer : Observasi lapangan, wawancara, kuesioner, dokumentasi lapangan

- Data Sekunder : Studi dokumen dan studi pustaka

 Kompilasi Data

Pengolahan data dari data mentah yang diperoleh dari hasil survey lapangan maupun survey instansional kemudian diseleksi sesuai dengan aspek-aspek kajian

 Validitas Data

Dengan cara triangulasi untuk memperoleh keabsahan data

2.Analisis Data :

Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif

3.Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis

Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo

Tujuan :

Untuk mengetahui dampak-dampak pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi.

Sasaran :

1.Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sebelum pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi

2.Pengidentifikasian kondisi masyarakat Desa Dieng sesudah pengembangan pariwisata ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi

3.Analisis dampak positif pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi

4.Analisis dampak negatif pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Wisata Dieng ditinjau dari aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi

(26)

commit to user

10 E. Sistematika Penulisan

Untuk mendukung kelancaran penelitian dibutuhkan langkah-langkah

yang sistematis dalam penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian

ini, sebagai berikut:

Tahap I Pendahuluan

Tahap ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, sasaran penelitian, batasan dan

lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

Tahap II Tinjauan Pustaka Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo

Tahap ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk

mendukung penelitian.

Tahap III Metodologi Penelitian Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Kawasan Wisata

Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo

Bab ini menjelaskan gambaran terstruktur tahap demi tahap

proses pelaksanaan penelitian, membahas tentang tahapan

yang dilalui dalam penyelesaian masalah sesuai dengan

permasalahan yang ada mulai dari pendekatan penelitian,

pendekatan penyelesaian masalah, tahap-tahap dalam

penelitian, metodologi pengumpulan dan pengolahan data,

teknik pengambilan sampel data, teknik analisis data, serta

kesimpulan dan rekomendasi

Tahap IV Gambaran Umum Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo

Berisi gambaran umum yang berisi data fisik, data sosial

budaya dan data ekonomi Kawasan Wisata Dieng, Desa

(27)

commit to user

11 Tahap V Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap

Kehidupan Masyarakat Lokal Kawasan Wisata Dieng, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Menguraikan analisis mengenai dampak pengembangan

pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal ditinjau dari

aspek fisik, sosial budaya dan ekonomi sesuai dengan kajian

pustaka dan berdasarkan metodologi yang telah dirumuskan

serta berdasarkan temuan dilapangan.

Tahap VI Kesimpulan dan Rekomendasi

Berupa kesimpulan dan rekomendasi yang dikemukakan dari

(28)

commit to user

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL

KAWASAN WISATA DIENG, DESA DIENG, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO

A. Tinjauan Umum Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional. Tak bias

dihindari bahwa beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh para praktisi

dengan tujuan dan perspektif yang berbeda sesuai tujuan yang ingin

dicapai. Definisi pariwisata memang tidak dapat sama persis diantara para

ahli. Berikut adalah beberapa pengertian pariwisata :

a. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UU No.10 Tahun

Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).

b. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara

waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat lain , dengan

maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang

dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna

bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka

ragam (Oka Yoeti, 1997).

2. Sistem Pariwisata

Menurut Leiper (1990: 22-23) dan Cooper, et al., (1999: 4-8) (Dalam

Pitana, 2009), elemen-elemen dari sebuah sistem pariwisata yang

sederhana menyangkut sebuah daerah/ negara asal wisatawan, sebuah

(29)

commit to user

13 generator yang membalik proses tersebut. Ada lima elemen pokok yaitu

traveler-generating region, depa rting traveler, tra nsit route region, tourist

destination region, dan returning traveler. Namun demikian menyangkut

tiga elemen pokok yaitu elemen wisatawan, tiga elemen geografis

(gabungan dari travel generator, transit roaute, dan tourist destination)

dan elemen industri pariwisata.

Menurut Mathieson dan Wall (Dalam Pitana, 2009) terdapat tiga

elemen dalam pariwisata yaitu :

a. A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata.

b. A statistic element, yaitu singgah di daerah tujuan.

c. A Conseguential element, merupakan akibat dari dua hal di atas yaitu

travel ke suatu destinasi wisata dan singgah di daerah wisata

(khususnya masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosial

dan fisik dari adanya kontak dengan wisatawan.

3. Usaha Wisata

Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/ atau

jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan

pariwisata. Usaha pariwisata meliputi, antara lain :

a. Daya tarik wisata;

b. Kawasan pariwisata;

c. Jasa transportasi wisata;

d. Jasa perjalanan wisata;

e. Jasa makanan dan minuman;

f. Penyediaan akomodasi;

g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;

h. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan

pemeran;

i. Jasa informasi pariwisata;

j. Jasa konsultan pariwisata;

(30)

commit to user

14 l. Wisata tirta;

m. Spa.

4. Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling

terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

5. Destinasi Wisata

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,

fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

6. Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan. Berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi

Daerah Tujuan Wisata (DTW) sangat tergantung kepada tiga faktor utama

(Samsuridjal & Kaelany, 1997 : 21, dalam Journal Ruas, Vol 4 No.1, Juni

2006) yaitu antara lain :

a. Atraksi, dapat dibedakan menjadi :

1) Tempat : umpamanya tempat dengan iklim yang baik,

pemandangan yang indah atau tempat-tempat bersejarah.

2) Kejadian/ peristiwa : kongres, pameran atau peristiwa-peristiwa

olah raga, festival dan sebagainya.

b. Mudah dicapai (Aksesibilitas) :

Tempat tersebut dekat jaraknya, atau tersedianya transportasi ke

(31)

commit to user

15 c. Amenitas :

Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran,

hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian

ke tempat itu serta alat-alat komunikasi lainnya.

7. Pengembangan Pariwisata

Ada beberapa hal yang menunjang atau menentukan pengembangan

suatu obyek wisata. Menurut Hadinoto, 1996, ada lima jenis komponen

dalam pariwisata yaitu :

a. Atraksi Wisata

Atraksi adalah daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang

diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya,

dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata.

Tanpa atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan

diperlukan.

b. Promosi dan Pemasaran

Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan

atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat

dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian penting.

c. Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata)

Pasar wisata merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk

perencanaan belum/ tidak diperlukan suatu riset lengkap dan

mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku, keinginan,

kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya dari wisatawan perlu

dikumpulkan dari mereka yang berlibur.

d. Transportasi

Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan

pendapat penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak

besar terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata.

e. Masyarakat Penerima Wisatawan yang Menyediakan Akomodasi dan

(32)

commit to user

16 Bagian ini didominasi oleh pihak swasta. Keputusan mengenai

rencana pada bagian ini ada pada pihak swasta.

Gambar 2.1 Lima Komponen Pariwisata

Sumber : Hadinoto, 1996

Komponen penting dalam pengembangan pariwisata menurut George

Mclntyre (1993), Suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan

memilki keterkaitan antara turis, warga setempat, dan pemimpin

masyarakat yang menginginkan hidup lebih baik. Dalam hal ini terlihat

jelas bahwa suatu tempat wisata harus berisikan komponen tersebut untuk

menjadi suatu obyek wisata yang baik.

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang

pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata menurut Suwantoro

(2001: 19-24) meliputi :

a. Obyek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan

potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah

Pelayanan/ Fasilitas

Untuk akyivitas keikutsertaan pengunjung

Transportasi

Mengangkut orang ke dan dari destinasi Informasi/ Promosi

Membantu calon wisatawan untuk mengetahiui/ menemukan atraksi yang

dapat dinikmati

Masyarakat di pasar wisata dengan keinginan dan kemampuan untuk

berwisata

(33)

commit to user

17 tujuan wisata. Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar

pada :

1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,

nyaman dan bersih;

2) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya;

3) Adanya spesifikasi/ ciri khusus yang bersifat langka;

4) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani

wisatawan;

5) Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (pegunungan,

sungai, pantai, hutan dan lain-lain);

6) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena

memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian,

upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah

karya manusia pada masa lampau.

b. Prasarana wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya

di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,

terminal, jembatan dan lain sebagainya.

c. Sarana wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di

daerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,

restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.

B. Dampak Pengembangan Pariwisata

1. Definisi Dampak

Dampak menurut kosa kata Bahasa Indonesia berarti akibat. Dampak

positif adalah dampak yang menguntungkan dan dampak negatif adalah

(34)

commit to user

18 2. Dampak Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik

itu dampak positif maupun dampak negatif. Suatu tempat wisata tentu

memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan sekitarnya. “as tourism

grows and travelers increases, so does the potential for both positive and

negative impacts” (Gee, 1989, diperoleh dari

www.jurnal-sdm.blogspot.com). Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan

yang meningkat dapat menimbulkan dampak atau pengaruh positif

maupun negatif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat,

lingkungan, ekonomi, serta sosial (Lenner dalam “Tourism: Social,

conomic, Environment Impacts”, diperoleh dari

www.jurnal-sdm.blogspot.com).

Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting

dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang

dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat

wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga

kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata

memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata

dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat

kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Menurut Prof. Ir. Kusudianto

Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik,

tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf,

kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan

pemeliharaan lingkungan yang lebih baik.

Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat

memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan.

Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya

pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau

terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan

kepariwisataan di daerah tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata

(35)

commit to user

19 dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan

maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial. Hal ini

dapat dilihat dari diagram gambar menurut George Mclntyre (1993)

Gambar 2.2 Diagram Hubungan Obyek Wisata dan Masyarakat

Sumber : Landasan Teori Kepariwisataan, 2009, diperoleh dari

www.digilib.petra.ac.id.

Selain diagram di atas yang menunjukkan hubungan erat antara obyek

wisata dan masyarakat, George Mclntyre (1993) juga berpendapat bahwa

masyarakat lokal memiliki peran penting dalam keberlangsungan

kehidupan tempat wisata itu sendiri karena tempat obyek wisata tersebut

dapat mempengaruhi kehidupan mereka baik dalam kondisi lingkungan,

sosial maupun ekonomi.

Berikut adalah dampak-dampak dari pengembangan pariwisata :

a. Segi Lingkungan

Seperti dampak sosial budaya, segi ini lebih disoroti dampak

negatifnya, walaupun terdapat juga dampak positifnya. Adapun

dampak positif dan negatif adalah sebagai berikut :

Community/Local Authorities

Environment Supporters Tourism Industry

(36)

commit to user

20 Menurut Mill (Dalam Landasan Teori Kepariwisataan, 2009,

diperoleh dari www.digilib.petra.ac.id.) :

Dampak positif :

1) Terpeliharanya kebersihan alam lingkungan untuk menarik

datangnya wisatawan

2) Terjaganya keistimewaan lingkungan, seperti hutan-hutan,

pantai-pantai hewan serta pemandangan alam.

Dampak Negatif :

1) Lingkungan yang rusak, seperti : meningkatnya kadar polusi baik

air, udara, suara dan kemacetan lalu lintas.

2) Pembukaan hutan untuk ladang luas, lokasi perumahan, jalan dan

parkir.

3) Hilangnya suasana alam karena hilangnya area hutan, kehidupan

satwa liar dan kesejukan udara.

b. Dampak Sosial Budaya

Menurut Mill (Dalam Landasan Teori Kepariwisataan, 2009,

diperoleh dari www.digilib.petra.ac.id.). Dampak ini seringkali disoroti

sebagai dampak negatif dari perkembangan pariwisata, padahal

sebenarnya pariwisata juga membawa dampak positif dalam segi sosial

dan budaya. Adapun dampak positif dan negatif yaitu :

Dampak positif :

1) Terpeliharanya monument yang menyimpan nilai-nilai budaya dan

tempat-tempat yang bersejarah

2) Terpeliharanya kebudayaan tradisional, seni, tarian, adat istiadat

dan cara berpakaian.

Dampak negatif :

1) Rusaknya monument dan kebudayaan dan tempat-tempat

bersejarah karena ulah manusia.

2) Komersialisasi budaya.

3) Meningkatnya kriminalitas, konsumerisme masyarakat lokal dan

(37)

commit to user

21 4) Terkikisnya nilai-nilai budaya dan norma-norma masyarakat

karena interaksi dengan masyarakat asing.

c. Dampak Ekonomi

Menurut Mill (Dalam Landasan Teori Kepariwisataan, 2009,

diperoleh dari www.digilib.petra.ac.id.). Secara ringkas, kegiatan

pariwisata dapat memberikan dampak di bidang ekonomi khususnya

mengenai :

Dampak positif :

1) Terbuka lapangan pekerjaan baru

2) Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat

3) Meningkatkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang

asing

4) Membantu menanggung beban pembangunan sarana dan prasarana

setempat

5) Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan

masyarakat yang memacu kegiatan ekonomi lainnya.

Dampak negatif :

1) Meningkatkan biaya pembangunan sarana dan prasarana

2) Meningkatkan harga barang-barang lokal dan bahan-bahan pokok

3) Peningkatan yang sangat tinggi tetapi hanya musiman, sehingga

pendapatan masyarakat naik dan turun

4) Mengalirnya uang keluar negeri karena konsumen menuntut

(38)

commit to user

22 d. Dampak Pariwisata Pada Umumnya

Sumber : Wiwik D Pratiwi, Konsep-Konsep Pa riwisata, Diperoleh Dari http://www.ar.itb.ac.id/wdp/archives/category/tourism-courses/ Sistem Budaya & Religi

Efek demonstrasi

(39)

commit to user

23 C. Penggunaan Lahan

Lahan adalah suatu daerah permukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat

agak tetap atau pengulangan sifat-sifat dari biosfer vertical di atas maupun di

bawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, batuan, proses

pembentukan lahan, air, vegetasi dan fauna serta hasil kegiatan manusia masa

lampau ataupun masa sekarang dan perluasan sifat-sifat tersebut berpengaruh

terhadap penggunaan lahan sekarang maupun saat mendatang (FAO 1976

dalam Pangarso, 2001 diambil dari Nurhayati, 2004). Lahan sebagai

perwujudan luas mendatar ruang, dapat disebut sebagai salah satu sumber

daya utama perkembangan (Wijaya dalam Pangarso, 2001 diambil dari

Nurhayati, 2004). Lahan sebagai salah satu sumber daya alam, mempunyai

sifat tidak dapat diperbaharui, dalam arti keberadaannya sangat terbatas karena

tidak dapat ditambah luasannya. Lahan yang merupakan sumberdaya stategis

bagi pembangunan, karena hampir semua sektor pembangunan fisik

memerlukan lahan, seperti pertanian, kehutanan, perumahan, industri,

pendidikan dan transportasi. Sedangkan penggunaan lahan adalah suatu proses

yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud

pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy, 1989 : 1). Selain itu

penggunaan lahan dapat diartikan pula sebagai suatu aktivitas manusia pada

lahan yang langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino

dalam Sugandhy, 1989 : 2). Penggunaan lahan dapat diartikan juga sebagai

wujud atau bentuk usaha kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu

waktu (Jayadinata, 1992 : 10). Adapun penggunaan suatu lahan dapat

dibedakan menjadi dua golongan (Sugandhy, 1989 : 1), yaitu :

1. Penggunaan lahan kaitannya dengan penggunaan potensi alamiah,

misalnya kesuburanya atau kandungan mineral di bawah permukaannya

dan;

2. Penggunaan lahan kaitannya dengan penggunaan sebagai ruang

pembangunan yang secara langsung tidak memanfaatkan potensi alami,

(40)

commit to user

24 penggunaan-penggunaan lain yang telah ada, diantaranya ketersediaan

prasarana dan fasilitas umum.

Aktifitas dan Perubahan Penggunaan Lahan

Proses perubahan penggunaan lahan dari satu fungsi ke fungsi yang

lainnya merupakan dinamika tata ruang kota yang diakibatkan oleh

perkembangan dan dinamika penduduk disamping kekuatan potensi yang

dimiliki oleh lahan tersebut yang merupakan elemen-elemen sebagai unsur

terjadinya perubahan. Elemen-elemen yang membentuk lingkungan

merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain, dimana perubahan

yang ditimbulkannya juga saling mempengaruhi antara satu dengan yang

lainnya (Detwyler & Marcus, 1982 dalam Bourne, 1982).

Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut

transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu

penggunaan ke penggunaan lainnya. Perubahan guna lahan dapat terjadi

karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab. Manusia baik

perorangan maupun kelompok, dalam berinteraksi dengan lingkungan,

manusia menyesuaikan diri, memelihara dan mengelola lingkungannya.

Dari hubungan dinamik ini, timbul suatu bentuk aktivitas yang

menimbulkan beberapa perubahan (Bintarto, 1898 : 73-74), yaitu :

1. Perubahan perkembangan (development change), yaitu perubahan

yang terjadi setempat dan tidak perlu mengadakan perpindahan,

mengingat adanya ruang, fasilitas, dan sumber-sumber setempat.

2. Perubahan lokasi (locational change), yaitu perubahan yang terjadi

pada suatu tempat yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu

bentuk aktivitas atau perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain

karena daerah asal tidak mampu mangatasi masalah yang timbul

dengan sumber dan swadaya yang ada.

3. Perubahan tata laku (behavioral change), yaitu perubahan tata laku

(41)

commit to user

25 yang terjadi, dalam hal ini dilakukan restrukturisasi pola aktivitas di

suatu daerah.

Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan ketiga perubahan di atas

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.4 Hubungan Manusia-Lingkungan dan Perubahan

Menurut Chapin, Kaiser, dan Godschalk, perubahan lahan juga dapat

terjadi karena pengaruh perencanaan guna lahan setempat yang merupakan

rencana dan kebijakan guna lahan untuk masa mendatang, proyek

pembangunan, program perbaikan pendapatan, dan partisipasi dalam

proses pengembangan keputusan dan pemecahan masalah dari pemerintah

daerah. Perubahan lahan juga terjadi karena kegagalan mempertemukan

aspek pasar dan politis dalam suatu manajemen perubahan guna lahan.

Dilihat dari faktor-faktor penyebabnya, pada umumnya proses

pekembangan penggunaan lahan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh

faktor penentu dari segi ekonomi (economic determinants). Menurut

Santoso (dalam Pangarso, 2001 diambil dari Nurhayati, 2004) secara

rasional penggunaan lahan oleh masyarakat biasanya ditentukan

berdasarkan pendapatan atau produktivitas yang biasa dicapai oleh lahan,

sehingga muncul konsep highest and best use artinya penggunaan lahan

terbaik adalah penggunaan yang dapat memberikan pendapatan tertinggi.

Lingkungan Manusia

Perubahan Aktivitas

Perubahan Tata Laku Perubahan Lokasi

Perubahan Perkembangan

(42)

commit to user

26 Lahan dengan nilai lahan rendah, seperti lahan-lahan pertanian, berubah

menjadi aktivitas dengan nilai lahan yang lebih tinggi. Dan untuk

selanjutnya aktivitas yang telah ada ini berubah menjadi aktivitas lainnya

dengan diikuti peningkatan nilai lahan. Jadi, perubahan penggunaan lahan

terjadi karena pergantian kegiatan kurang produktif menjadi kegiatan lain

yang lebih produktif. Perubahan (konversi) penggunaan lahan yang

diartikan sebagai perubahan suatu jenis penyesuaian penggunaan lahan

dalam fungsinya sebagai ruang potensial, terhadap peningkatan kebutuhan

ruang untuk kegiatan ekonomi dan sosial berikut sarana dan prasarana

penunjang, serta masyarakat wilayah itu sendiri.

Lahan yang memiliki potensi ekonomi tinggi seperti kawasan

pariwisata akan cenderung mengalami pertumbuhan dan perubahan guna

lahan yang cepat.

Menurut Bourne (1982), ada empat proses utama yang menyebabkan

terjadinya perubahan guna lahan diperkotaan, yaitu :

1. Perluasan batas kota.

2. Peremajaan di pusat kota.

3. Perluasan jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasi.

4. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu, misalnya

tumbuhnya aktivitas industri dan pembangunan sarana rekreasi/ wisata.

Menganalogikan perubahan penggunaan lahan di kawasan pariwisata

dengan perubahan penggunaan lahan di perkotaan (Bourne, 1982), maka

empat proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan

di kawasan pariwisata adalah :

1. Perluasan batas kawasan wisata, artinya adanya perkembangan kegiatan

wisata akan disertai dengan perkembangan fasilitas pelayanan wisata

serta komponen kegiatan pariwisata lainnya yang pada akhirnya akan

menyebabkan semakin meluasnya kawasan pariwisata sehingga terjadi

(43)

commit to user

27 2. Peremajaan di pusat-pusat kegiatan wisata, untuk memenuhi kepuasan

wisatawan, pusat-pusat kegiatan kepariwisataan seperti atraksi, rekreasi,

akomodasi, serta kegiatan penunjang lainnya hampir selalu harus

diremajakan dalam jangka waktu tertentu. Peremajaan yang biasanya

berbentuk penertiban ini memungkinkan terjadinya perpindahan/

migrasi dari perumahan atau perusahaan yang tadinya menempati pusat

kegiatan wisata yang diremajakan. Perpindahan ini biasanya mengarah

ke pinggiran pusat kgiatan yang pada akhirnya akan memperluas dari

kawasan pusat kegiatan itu sendiri.

3. Perluasan jaringan infrastruktur dan transportasi, kegiatan pariwisata

membutuhkan kualitas dan kinerja infrastruktur yang baik untuk

menarik wisatawan, hal ini juga bisa menarik penduduk dari kawasan

lain untuk bermigrasi karena kawasan wisata memiliki sarana prasarana

yang lebih baik dari pada asal mereka. Hal ini akan menyebabkan

meluasnya penggunaan lahan.

4. Tumbuh dan hilangnya pusat-pusat kegiatan wisata yang biasanya akan

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menarik keuntungan dari

adanya wisatawan, yang akhirnya akan memperluas penggunaan lahan.

Tumbuhnya pemusatan aktivitas pariwisata atau rekreasi di suatu

kawasan merupakan faktor penarik bagi penduduk untuk bertempat tinggal

dan berkegiatan di kawasan tersebut. Pemusatan aktivitas tersebut

biasanya akan disertai dengan bermunculnya berbagai aktivitas ekonomi

ikutannya yang menjanjikan harapan dari kualitas hidup yang lebih baik

berupa tersedianya lapangan pekerjaan. Meningkatnya harapan kualitas

hidup yang lebih baik tersebut akan membawa akibat semakin

meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk bertempat tinggal.

D. Kebudayaan

Kebudayaan menurut Hoebel adalah sistem integrasi, sistem pola-pola

(44)

commit to user

28 bukan merupakan warisan biologis, melainkan kebudayaan yang diwariskan

dari generasi ke generasi melalui proses belajar (Joyomartono, 1991 : 10

dalam Prastiasih, 2005).

Ralph Linton mendefinisikan kebudayaan sebagai “seluruh cara kehidupan

dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang

dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”. Jadi, kebudayaan menunjuk pada

berbagai aspek kehidupan yang meliputi cara-cara yang berlaku,

kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas

untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.

1. Kebudayaan diperoleh dari belajar

Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara

belajar. Dia tidak diturunkan secara biologis atau pewarisan melalui unsur

genetis. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia

yang digerakkan oleh kebudayaan dengan perilaku mahluk lain yang

tingkah lakunya digerakkan oleh insting.

2. Kebudayaan milik bersama

Agar dapat dikatakan sebagai suatu kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan

seseorang atau individu harus dimiliki bersama oleh suatu kelompok

manusia. Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat

kepercayaan, nilai-nilai dan cara berlaku atau kebiasaan yang dipelajari

dan yang dimiliki bersama oleh para warga dari suatu kelompok

masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri dalam Antropologi adalah

sekelompok orang yang tinggal disuatu wilayah dan yang memakai suatu

bahasa yang biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya.

3. Kebudayaan sebagai pola

Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan

sejumlah pola-pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung

diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola

kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari

masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam

(45)

commit to user

29 4. Kebudayaan bersifar dinamis dan adaptif

Kebudayaan dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan melengkapi

manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan

fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang

bersifat fisik-geografis maupun pada lingkungan sosialnya (Siregar, 2002 :

1-4).

Dalam kebudayaan terkandung pengertian yang mendasar, sebagaimana

dikemukakan Suparian (dalam Rohidi, 1994 : 4 diambil dari Prastiasih, 2005)

bahwa kebudayaan mengadung sebagai berikut :

1. Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang

mempunyai kebudayaan tersebut;

2. Milik masyarakat, bukan milik daerah;

3. Pedoman menyeluruh yang bersangkutan;

4. Hasil dari perilaku terwujud dengan berpedoman pada kebudayaan yang

dimiliki masyarakat.

Unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan di semua bangsa di dunia

berjumlah tujuh buah, yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap

kebudayaan yaitu : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem

peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi,

dan kesenian (Koentjaraningrat, 1990: 80-81).

E. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan menurut United Nations Conference on

Environment and Development (UNCED) yaitu pembangunan yang

memenuhi kebutuhan dari generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan

dari generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk pertama

kalinya muncul konsep yang mencoba mempertemukan aspek pembangunan

ekonomi dan konservasi lingkungan (ekologis). Konsep tersebut memiliki

makna yang luas dan menjadi payung bagi banyak konsep, kebijakan, dan

program pembangunan yang berkembang secara global. Pembangunan

(46)

commit to user

30 atau aksi yang beragam (Baiquni, 2002:34). Selanjutnya pembangunan

berkelanjutan didefinisikan dalam Ca ring For The Earth sebagai upaya

peningkatan mutu kehidupan manusia namun masih dalam kemampuan daya

dukung ekosistem (IUCN, UNEP dan WWF dalam Baiquni, 2002:34).

Konsep berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana namun

kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multi-dimensi dan

multi-interpretasi. Karena adanya multi-dimensi dan multi-interpretasi ini,

para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah

disepakati oleh Komisi Brundtland yang menyatakan bahwa pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat

ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhan mereka (Fauzi, 2004).

Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan

dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu :

1. Keberlanjutan ekonomi

Diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang

dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan

menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak

produksi pertanian dan industri.

2. Keberlanjutan lingkungan

Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu

memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya

alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut

pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi

ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.

3. Keberlanjutan sosial

Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu

mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan,

pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan mempunyai

(47)

commit to user

31 ekologi (ecological objective) dan tujuan sosial (social objective). Tujuan

ekonomi terkait dengan masalah efisiensi (efficiency) dan pertumbuhan

(growth). Tujuan ekologi terkait dengan masalah konservasi sumberdaya

alam (natural resources conservation). Tujuan sosial terkait dengan

masalah pengurangan kemiskinan (poverty) dan pemerataan (equity).

Dengan demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya

terletak pada adanya harmonisasi antara tujuan ekonomi, tujuan ekologi

dan tujuan sosial.

Dalam konteks pemikiran sekarang perlu mengoptimalkan pencapaian

tujuan ekonomi, sosial dan ekologi. Optimasi diperlukan untuk

menghindari kesalahan pembangunan akibat adanya anggapan

pertumbuhan tanpa batas sehingga sustainable development benar-benar

terwujud.

Gambar 2.5 Optimalisasi Tujuan Ekonomi, Sosial dan Ekologi (Drakakis-Smith, 1995 : 663)

Sumber : Hastu Prabatmojdo, 2006 (Dalam Jurnal Perencanaan Wilaya h dan Kota, Vol. 17/ No.3, Desember 2006)

F. Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang

Penataan ruang pada dasarnya merupakan sebuah pendekatan dalam

pengembangan wilayah yang bertujuan untuk mendukung prinsip

Tujuan Ekonomi : Pertumbuhan , pemerataan

dan efisiensi

Tujuan Sosial : Perberdayaan, partisipasi mobilitas sosial, kohesi sosial, identitas budaya, kelembagaan

Tujuan Ekologi : Integriitas ekosistem, daya

Gambar

Tabel 5.24   Mata Pencaharian Sebelum dan Sesudah Pengembangan   Wonosobo ................................................................................
Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Dieng  Tahun 2006-2009
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
Gambar 2.1 Lima Komponen Pariwisata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada running software CFD akan dapat dengan jelas diketahui bentuk pola aliran dan tekanan kapal selam serta kocakan air yang terjadi pada permukaan bebas di tanki

Lempung adalah bahan berbutir halus (<0,002mm), terdapat secara alami dan bersifat tanah, tersusun oleh mineral-mineral lempung (senyawa alumina silikat hidrat) dan

sendirinya akan banyak membantu dalam melihat minat siswa terhadap pendidikan di sekolah. Secara tidak langsung minat merupakan salah satu pendukung aktivitas

Racikan Sastra 109 Radén Kumbang Jagatnata, cedok nyembah unjuk ta’dim, kawula nun kanjeng rama, manawi putra katampi, sanggem pisan jisim abdi, milari impian kitu, namung

Dengan memiliki perasaan tersebut setiap karyawan akan bekerja dengan penuh tang- gung jawab untuk mengerjakan apa yang su- dah menjadi beban kerjanya, sehingga semua

Pada tugas akhir ini digunakan algoritma K-means Clustering yang akan menghasilkan sebuah sistem perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengelompokkan Sekolah

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa di kota Malang memiliki beberapa produk dari hasil ternak sapi, kambing dan ayam, yang produknya berupa: sate,