• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUP. Adam Malik Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUP. Adam Malik Medan Tahun 2015"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN II

Jenis kelamin pasien * Kelompok umur Crosstabulation

Kelompok umur

Total

<20 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70

Jenis kelamin pasien

Laki laki Count 2 4 13 25 22 14 7 87

Expected Count 1,8 3,6 10,9 25,4 24,2 15,1 6,0 87,0

% within Jenis kelamin pasien 2,3% 4,6% 14,9% 28,7% 25,3% 16,1% 8,0% 100,0%

% within Kelompok umur 66,7% 66,7% 72,2% 59,5% 55,0% 56,0% 70,0% 60,4%

% of Total 1,4% 2,8% 9,0% 17,4% 15,3% 9,7% 4,9% 60,4%

Perempuan Count 1 2 5 17 18 11 3 57

Expected Count 1,2 2,4 7,1 16,6 15,8 9,9 4,0 57,0

% within Jenis kelamin pasien 1,8% 3,5% 8,8% 29,8% 31,6% 19,3% 5,3% 100,0%

% within Kelompok umur 33,3% 33,3% 27,8% 40,5% 45,0% 44,0% 30,0% 39,6%

% of Total 0,7% 1,4% 3,5% 11,8% 12,5% 7,6% 2,1% 39,6%

Total Count 3 6 18 42 40 25 10 144

Expected Count 3,0 6,0 18,0 42,0 40,0 25,0 10,0 144,0

% within Jenis kelamin pasien 2,1% 4,2% 12,5% 29,2% 27,8% 17,4% 6,9% 100,0%

% within Kelompok umur 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

(2)

Agama pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Asal kota tempat tinggal pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kota Medan 52 36,1 36,1 36,1

Luar Kota Medan 92 63,9 63,9 100,0

(3)

Pendidikan yang telah diselesaikan pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak sekolah 2 1,4 1,4 1,4

SD 15 10,4 10,4 11,8

SMP 18 12,5 12,5 24,3

SMA 91 63,2 63,2 87,5

D3/PT 18 12,5 12,5 100,0

Total 144 100,0 100,0

Pekerjaaan Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 24 16,7 16,7 16,7

Pegawai swasta 9 6,3 6,3 22,9

Wiraswasta 50 34,7 34,7 57,6

IRT 27 18,8 18,8 76,4

Pensiunan 9 6,3 6,3 82,6

Pelajar/Mahasiswa 5 3,5 3,5 86,1

Petani 17 11,8 11,8 97,9

TNI/POLRI 1 ,7 ,7 98,6

Tidak Bekerja 2 1,4 1,4 100,0

(4)

Riwayat penyakit sebelum terserang GGK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Hipertensi 53 36,8 36,8 36,8

Diabetes Melitus 14 9,7 9,7 46,5

Batu ginjal 11 7,6 7,6 54,2

Glumerulonefritis 1 ,7 ,7 54,9

Lebih dari satu riwayat penyakit 14 9,7 9,7 64,6

Tidak ada riwayat penyakit 40 27,8 27,8 92,4

lain-lain 11 7,6 7,6 100,0

Total 144 100,0 100,0

Penatalaksanaan medis selama perobatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Hemodialisis+Diet+Obat 126 87,5 87,5 87,5

Hemodialisis+Diet+Obat+Transfusi 8 5,6 5,6 93,1

Hemodialisis+Diet+Obat+Transfusi

+Bedah 10 6,9 6,9 100,0

(5)

Anemia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 68 47,2 47,2 47,2

Tidak 76 52,8 52,8 100,0

Total 144 100,0 100,0

Edema

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 17 11,8 11,8 11,8

Tidak 127 88,2 88,2 100,0

(6)

Gatal pada kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(7)

Pendarahan post op

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 7 4,9 4,9 4,9

Tidak 137 95,1 95,1 100,0

Total 144 100,0 100,0

Mual dan muntah on Hd

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 11 7,6 7,6 7,6

Tidak 133 92,4 92,4 100,0

Total 144 100,0 100,0

Menggigil on Hd

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 10 6,9 6,9 6,9

Tidak 134 93,1 93,1 100,0

(8)

Keadaan pasien saat pulang pasca terapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sumber dana pembiayaan terapi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Umum 19 13,2 13,2 13,2

Std. Deviation 4,25090 58,16339

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham,G; Vangehere, S; Thandavan, T; Iyegar, A; Fernando, E; Nagvic, J; Sheriff, R; Ur-Rashid, H; Gopalakrisnan, N; Kafle, R. 2015. Chronic

Kidney Disease Hotspot in Developing Countries in South Asia. Oxford

University Press. Available:http:// ckj.oxfordjournals. org/content/early/ 2015/11/17/ckj.sfv109.full oxford journal.CKJ . Acssessed [ 26 April 2016].

Bargman, J. M; Skorecki,K.2013. Penyakit Ginjal Kronik. Di dalam: Harrison

Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa. Jameson J.L,Loscalzo.McGraww-Hill Company .Edisi Terjemahan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hal

106-120.

Denker,M.B; Brener, Barry.M. 2013.Azotemia dan Kelainan Urin. Di dalam:

Harrison Nefrologi dan gangguan Asam- Basa. J.L,Loscalzo.McGraww-Hill Company .Edisi Terjemahan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hal

21.

Centers for Disease Control and Prevention, 2014. Identification and care of Available at: http://www.usrds.org/2014/download/V1_Ch_02_Care-and-ID-of-CKD-Patients.pdf .[Accessed 3 April 2016]

Carpenter, C.B; Milford , E.L ; Sayegh , M. H. 2013. Transplantasi dalam

Pengobatan Gagal Ginjal. Di dalam: Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa. Jameson J.L,Loscalzo.Mc.Graww-Hill Company. Edisi Terjemahan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hal 127-136.

Ginting, F,L. 2008. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang

Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2007. Medan. Universitas Sumatera Utara.

George, Jr A L; Neilson, Eric G.2013. Biologi Dasar Ginjal. Di dalam: Harrison

Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa. Jameson J.L;Loscalzo, J .McGraww-Hill Company.Edisi Terjemahan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

(10)

Handayani, 2006. Karakteristik Penderita GGK Rawat Inap di Rumah Sakit

Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2002-2004. Medan.

Univeristas Sumatera Utara.

Harris, J.R.C; Neilson, Eric . G. 2013. Adaptasi Ginjal Terhadap Cedera Ginjal. Di dalam: Harrison Nefrologi dan gangguan Asam- Basa. J.L,Loscalzo.McGraww-Hill Company.Edisi Terjemahan. Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC.Hal 12-17.

Ko CJ, Cowper SE. Dermatologic Conditions in Kidney Disease, Brenner & Rector’s The Kidney 9th Edition Chapter : 59, p.2 156-79.

Liu,K.D; Chertow, G. M. 2013. Dialisis dalam Pengobatan Ginjal. Di dalam:

Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa. Jameson J.L,Loscalzo.Mc.Graww-Hill Company. Edisi Terjemahan. Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC.Hal 121-126.

Lubis, Harun Rasyid. 2003. Penanggulangan Nefropati Diabetik. Divisi Nefrologi

dan Hipertensi-Bagiaan Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSU Pringadi Medan. didalam penyakit ginjal kronik &glomerulonefropati :aspek klinik dan patologi ginjal pengelolaa hipertensi saat ini. The 3rd Jakarta Nephrology &hipertension Course and Simposium of Hipertension. Jakarta.

Lumenta,Nico A,dkk.1992. Penyakit Ginjal Penyebab, Pengobatan Medik dan

Pencegahannya. Jakarta.PT. BPK Gunung Mulia.

Muttaqin,A; Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan.Jakarta.Salemba Medika.

Naganthran, M. 2015 Perubahan Kadar Ureum dan Serum Kreatinin pada Pasca Hemodialisis Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2014. Medan. Universitas Sumatera Utara.

National Kidney Foundation.2016. Nutrition and Haemodialysis. Available at :file:///C:/Users/acer/Downloads/6B.htm. [Accessed 4 April 2016].

(11)

Nasution, M.Y; Ali Z; Prodjosudjadi W. 2001. Pemakaian Obat Pada Gagal

Ginjal .Di dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal 409-416.

Nursalam, M ;Baticacca , F.B.2009.Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta. Salemba Medika.

O’Callaghan, C. 2007. At a Glance Sistem Ginjal. Edisi Terjemahan. Edisi ke dua. Jakarta. Erlangga Medical Series.

PERNEFRI.2011. 4th Annual Report IRR. Tersedia di

Putri, A.R.D. 2015. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di

Hemodialisis di RSUP H Adam Malik. Medan Pada bulan Januari-April 2015 . Medan.Universitas Sumatera Utara.

Rahadjo, P; Susalit, E; Suharjono.2001. Dialisis. Di dalam: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal

435-438.

Setyaningsih, T; Sari , M; Nuraini, T. 2011. Peningkatan Harga Diri Pada Klien

Gagal ginjal Kronik Melalui Cognitive Behavior Therapy (CBT). Jurnal

Keperawatan, Volume 14, No 3 , November 2011. Hal 165-170.

Setyawan, A. D. 2008. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular dan Faktor Resiko.

Surakarta. Politeknik Kesehatan Surakarta.

Smeltzer, S.C; Bare, B.G. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Sudarth ,Edisi 8 ,Volume 2 ,edisi Terjemahan. Jakarta. EGC.

Sinariba,R.2002. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik di Rawat Inap

RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2000- 2001. Medan. Universitas

Sumatera Utara.

(12)

Suhardjono; Lydia,A; Kapojos, E.J; Sidabutar, R.P.2001.Gagal Ginjal Kronik. Di dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal 427-434.

Suhardjono; Roesli, M.A.R ; Pranawa; Sja’bani ; Lydia, A ; Sidabutar, R.P. 2001.

Transplantasi Ginjal. Di dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal 446-452.

Suhardjono. 2003. Pencegahan kerusakan ginjal pada hipertensi primer dan

reno-parenvhymal didalam penyakit ginjal kronik &glomerulonefropati :aspek klinik dan patologi ginjal pengelolaa hipertensi saat ini. PERNEFRI.Sub bagian Ginjal dan Hipertensi-bagian Ilmu Penyakit Dalam_FK UI RSUPN Cipto Mangunkusumo . The 3rd Jakarta Nephrology &hipeension Course and Simposium of Hipertension. Jakarta

Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. PT. Gunung Agung.

Tamher,S,Noorkasiani. 2009 .Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan.Jakarta. Salemba medika

United States Renal Data System. 2014. Identification and care of Patient with

Chronic Kidney Disease. USA: United States Renal Data System. Available

at: http://www.usrds.org/2014/download/V1_Ch_02_Care-and-ID-of-CKD-Patients.pdf?zoom_highlight=and+care+of+Patient+with+Chronic+Kidney+ Disease#search=%22and care of Patient with Chronic Kidney Disease%22.pdf. [Accessed 3 April 2016]

United States Renal Data System. 2015. Chronic Kidney Disease Initiative

-Protecting Kidney Health. Available at

:http//usrds.org/2015/download/V1/Chronic + kidney+ initiative. pdf. [Accessed 3 April 2016]

(13)

Yuyun, R.2008. Deteksi Dini dan Pencegahan Gagal Ginjal Kronik. Tersedia di :

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Alasan melakukan penelitian di rumah sakit tersebut adalah:

1. Tersedianya data penderita gagal ginjal kronik (GGK) yang dirawat di unit hemodialisa RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2015.

2. RSUP Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan memiliki fasilitas penegakan dan pengobatan GGK dan tersedianya data penderita GGK yang menjalani proses hemodialisis.

3.2.2 Waktu Penelitian

(15)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penellitian ini adalah seluruh data penderita GGK yang menjalani proses hemodialisis di unit hemodialisis RSUP. Haji Adam Malik 2015 sebanyak 144 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh data penderita GGK yang menjalani proses hemodialisis di unit hemodialisis RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2015 . Besar sampel sama dengan dengan besar populasi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari status pasien dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.. .

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

1. Penderita GGK adalah penderita yang dinyatakan menderita GGK berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat di kartu status.

2. Sosiodemografi

(16)

kartu status, dan dikelompokkan dengan menggunakan rumus Sturgess

b. Jenis Kelamin adalah ciri-ciri khas yang dimiliki penderita GGK. Sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh penderita GGK. Sesuai dengan yang tercatat di kartu status. Dikategorikan atas:

1. Islam

2. Kristen (Katolik dan Protestan) 3. Budha

d. Tempat tinggal adalah daerah asal dimana penderita gagal ginjal tinggal sesuai yang tercatat di kartu status, diakategorikan atas:

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

e. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi dari pendeita GGK sesuai yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

(17)

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita GGK untuk mempertahankan hidup dengan tujuan mendapat imbalan ekonomi yangs sesuai dengan yang tercataat di kartu status, dikategorikan atas:

1. PNS

3. Status Klinis Penderita.dan Cara Pembiayaan

a) Riwayat penyakit sebelumnya adalah ada tidaknya pasien menderita penyakit sebelum menderita gagal ginjal kronik. Berdasarkan kartu status pasien yang dikategorikan atas :

1. Hipertensi 2. Diabetes mellitus 3. Batu ginjal 4. Glumerulonefritis 5. Infeksi saluran kemih

6. Lebih dari satu riwayat penyakit terdahulu 7. Tidak ada riwayat penyakit sebelum ini 8. Lain-lain

b) Kadar ureum sebelum hemodialisis yang merupakan bagian dari laju filtrat glomerulus, dengan batas normal kadar ureum <50 mg/mL .

(18)

d) Penatalaksaan medis adalah jenis pengobatan yang dan tindakan yang diberikan kepada penderita gagal ginjal kronis (Suhardjono, dkk 2001). Berdasarkan kartu status pasien, yang dikategorikan atas:

1. Diet+ Obat+Hemodialisa

2. Diet+Obat+Hemodialisa+transfusi darah 3.Diet+Obat+Hemodialisa+Bedah

e) Penyakit yang menyertai adalah penyakit yang muncul akibat dampak dari disfungsi ginjal, hemodialisis atau dari proses pengobatan. Berdasarkan kartu status penderita yang dikategorikan atas:

1. Anemia 2. Edema 3. Hipertensi

4. Gatal-gatal pada kulit 5. Kaki lemas dan kaku 6. Sesak napas

7. Pendarahan post operasi 8. Mual dan muntah 9. Menggigil

f) Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita GGK ketika pulang setelah mendapat rawatan sesuai dengan yang tertulis pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(19)

g) Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita GGK selama menjalani perawatan di rumah sakit sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Umum

2. BPJS Kesehatan 3. BPJS Ketenagakerjaan 3.6 Metode Analisis Data

(20)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pemerintah yang mulai berfungsi pada sejak 17 Juni 1991 ini dibangun diatas tanah seluas ±10 Ha dan berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan. Rumah sakit ini adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/IX/1990. Pada tahun 1991 rumah sakit ini ditetapkakan menjadi Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SKIX/1991 serta sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan wilayah A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

(21)

4.1.1 Visi

Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang terbaik dan bermutu di Indonesia pada tahun 2019.

4.1.2 Misi

1. Melaksanakan pelayanan pendidikan, penelitian dan pelatihan di bidang kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau.

2. Melaksanakan pengembangan kompetensi SDM secara berkesinambungan.

3. Mengampu rumah sakit jejaring dan rumah sakit diwilalayah Sumatera. 4.1.3 Tujuan

1. Memiliki keunggulan pusat jantung terpadu, pusat kanker dan pusat transplantasi (ginjal dan hati).

2. Mutu berorientasi pada standard pelayanan international, dengan fokus pada keselamatan pasien.

3. Pusat rujukan, sebagai rumah sakit yang best practice dan merapkan metode baru, termasuk dalam penelitian maupun penelitian.

4.1.4 Motto

Mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan “PATEN”. P=Pelayanan Cepat

(22)

E=Efisien N=Nyata

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Karakteristik Sosiodemografi :Umur, Jenis Kelamin,Agama, Daerah Asal, Pendidikan, dan Pekerjaan

Proporsi penderita gagal ginjal kronik yang dirawat di RSUP. H Adam Malik Medan tahun 2015 berdasarkan sosiodemografi yaitu meliputi umur dan jenis kelamin, pekerjaan dan agama dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

No Umur Jenis Kelamin Jumlah

(23)

Proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berdasarkan jenis kelamin laki-laki tertinggi adalah kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 25 penderita (28,80%) dan yang terendah adalah kelompok umur <20 sebanyak 2 penderitaa (2,30%). Proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berdasarkan jenis kelamin perempuan tertinggi adalah kelompok umur 50-59 tahun sebanyak 18 penderita (31,60) dan yang terendah adalah kelompok umur <20 tahun sebanyak 3 penderita (1,75%).

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Agama, Daerah Asal Pekerjaan, dan Pendidikan di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

No Sosiodemografi F %

3 Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah 2 1,4

Pelajar/Mahasiswa 5 3,5

Petani 17 11,8

Polri/TNI 2 0,7

(24)

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan agama tertinggi adalah adalah agama kristen sebanyak 81 penderita (56,3%) dan terendah adalah agama Budha sebanyak 2 penderita (1,4%). Proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan tempat tinggal tertinggi berasal dari luar kota Medan sebanyak 92 penderita (63,9%) dan terendah berasal dari kota Medan sebanyak 52 penderita (36,1%).Proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan pendidikan tertinggi adalah tingkat SMA sebanyak 91 penderita (63,2%) dan terendah adalah tidak sekolah sebanyak 2 penderita (1,4%). Proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah wiraswasta sebanyak 50 penderita (34,7%) dan terendah adalah TNI/POLRI yaitu 1 penderita (0,7%). 4.3 Status Klinis dan Sumber Biaya Penderita Gagal Ginjal Kronik

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSUP. H Adam Malik MedanTahun 2015

(25)

terbesar adalah hipertensi yaitu 53 penderita (36,8%) dan terendah adalah yaitu glumnerulonefritis sebanyak 1 penderita (0,7%).

Tabel 4.4 Distribusi penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Kadar Ureum dan Kreatinin Rata-rata di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

No Indikator LFG Mean SD Max Min

1 Kadar Ureum 135,6 58,16 375,20 39,60

df:144 p=0,00 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa nilai rata-rata kadar ureum pada penderita GGK yang menjalani hemodialisis adalah sebesar 135,6 mg/mL darah dengan kadar tertinggi sebesar 375,20 mg/mL darah kadar terendah 39,60 mg/mL darah.

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa nilai rata-rata kadar kreatinin pada penderita GGK yang menjalani hemodialisis adalah sebesar 10,29 mg/mL darah dengan kadar tertinggi sebesar 25,24 mg/mL darah kadar terendah 2,30 mg/mL darah.

Tabel 4.6 Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Tata Laksana Medis di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

No Penatalaksanaan Medis f %

1 Diet+Obat+Hemodialisis 126 87,5

2 Diet+Obat+Hemodialisis+Transfusi 8 5,6

3 Diet+Obat+Hemodialisis+Bedah 10 6,9

Total 144 100

(26)

hemodialisis disertai pemberian transfusi darah dan obat sebanyak pada 8 penderita (5,6%).

Tabel 4.7 Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan di Penyakit yang Menyertai di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

No Penyakit Yang Menyertai F %

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan penyakit yaang menyertai terbesar adalah anemia sebanyak 68 penderita (47,2%) dan terendah adalah gatal-gatal pada kulit sebanyak 6 penderita (4,2% ).

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

No Keadaan Sewaktu Pulang f %

1 Pulang Berobat Jalan (PBJ) 128 86,9

2 Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

5 5,5

3 Meninggal 11 7,6

Total 144 100

(27)

(86,9%) dan terendah adalah keadaan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 5 penderita (3,5%).

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

No Sumber Biaya f %

1 Umum 19 13,2

2 BPJS Kesehatan 109 75,7

3 BPJS Ketenagakerjaan 16 11,1

Total 144 100

(28)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Proporsi

5.1.1 Distribusi Proporsi Penerita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi :Umur, Jenis Kelamin, Agama, Daaerah Asal , Pendidikan, dan Pekerjaan

Gambar 5.1 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berdasarkan jenis kelamin terdapat pada jenis kelamin laki-laki 87 orang (60,4%) dengan kelompok umur tertinggi terdapat pada kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 22 orang (17,8 %) dan kelompok umur terendah <20 tahun sebanyak 2 orang (2,30%) dan proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berdasarkan jenis

(29)

kelamin perempuan sebanyak 57 orang (39,6%) dengan kelompok umur tertinggi terdapat pada kelompok umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 12,5% dan kelompok umur terendah pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 1 orang (1,75%). Pada jenis kelamin perempuan penderita termuda berumur 13 tahun dan penderita tertua berumur 73 tahun dan pada laki-laki penderita tertua berumur 103 tahun dan termuda berumur 16 tahun.

(30)

5.1.2 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Agama

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Agama di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan agama tertinggi adalah adalah agama kristen sebanyak 81 penderita (56,3%) dan terendah adalah agama Budha sebanyak 2 penderita (1,4%).

Jumlah penderita GGK yaang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan pada tahun 2015 lebih banyak pada masyarakat yang beragama Kristen. Hal ini tidak mengindikasikan bahwa masyarakat yang beragama kristen lebih beresiko tinggi terhadap GGK, melainkan karena jumlah penderita GGK yang menjalani hemodialisis di Adam Malik lebih banyak beragama Kristen dibanding agama lain. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Ginting

56,3% 42,3%

1,4%

(31)

(2008) dengan hasil distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan agama paling besar pada agama Islam (65,45%).

5.1.3 Distribusi Proporsi Penerita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Tempat Tinggal

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.3 dapat diihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan tempat tinggal tertinggi berasal dari luar kota Medan sebanyak 92 penderita (63,9%) dan terendah berasal dari kota Medan sebanyak 52 penderita (36,1%). Hal ini tidak mengindikasikan bahwa penduduk di luar kota Medan lebih beresiko tinggi terhadap GGK melainkan karena sistem rujukan yang diterapkan oleh pemerintah menjadikan RSUP. H Adam Malik Medan sebagai Rumah Sakit Rujukan Wilayah , menjadikan RS ini lebih banyak dikunjungi pasien rujukan dari berbagai daerah regionalnya. Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya oleh Ginting (2008) di

64% 36%

(32)

RSUP H Adam Malik dengan distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan daerah asal Medan sebesar 56,6%.

5.1.4 Distribusi Proporsi Penerita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 5.4 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa Proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan pendidikan tertinggi adalah tingkat SMA sebanyak 91 penderita (63%) dan terendah adalah tidak sekolah sebanyak 2 penderita (1,4%). Hal ini tidak mengindikasikan adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan SMA dengan GGK, namun penderita GGK yang datang dan menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan lebih banyak yang berpendidikan SMA. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Ginting (2008) dengan hasil distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan pendidikan terbesar pada SMA (43,9%).

1,4%

10,6% 12,5%

63%

12,5%

(33)

5.1.5 Distribusi Proporsi Penerita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 5.5 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Pekerjaan di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah wiraswasta sebanyak 50 penderita (34,5%) dan terendah adalah TNI/POLRI yaitu 1 penderita (0,7%).

Hal ini tidak menunjukkan adanya keterkaitan antara pekerjaan sebagai wiraswasta dengan resiko terjadinya GGK, namun jumlah masyarakat yang menjalani hemodialisa di RSUP H Adam Malik Medan lebih banyak yang berprofesi sebagai wiraswasta.

34,7

18,8 16,7

11,8

6,3 6,3

3,5 1,4

(34)

5. 2 Distribusi Proporsi Penerita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis berdasarkan Status Klinis dan Sumber Biaya

5.2.1 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Riwayat Penyakit

Gambar 5.6 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.6 dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan riwayat penyakit terbesar adalah hipertensi yaitu 53 penderita (36,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian Ginting (2008) di RSUP. H Adam Malik dimana proporsi riwayat penyakit terdahulu penderita GGK adalah hipertensi (31,3%) dan sesuai dengan hasil laporan PERNEFRI (2011) sebanyak (34%).

Pada kebanyakan penderita hipertensi primer, didapatkan peningkatan resistensi vaskular ginjal, penurunan aliran darah ginjal, laju filtrat glomerulus (LFG) dan meningkatnya fraksi filtrasi. Hal ini berkaitan erat dengan dengan

36,8

27,8

9,7 9,7

7,6 7,6

(35)

mekanisme autoregulasi. Kegagalan fungsi autoregulasi pada tekanan darah yang terlalu tinggi akan membuat tekanan sistemik secara langsung mempengaruhi glomerulus sehingga terjadi hipertensi intra glomerular yang kemudian berlanjut menimbulkan kerusakan ginjal (Suhardjono,2003).

Pada grafik terlihat bahwa Diabetes Melitus menjadi riwayat tertinggi ke dua setelah hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Aisyah di RS Haji Medan pada tahun 2009, dimana proporsi riwayat penyakit terdahulu penderita GGK yang tertinggi adalah hipertensi (59,43%) disusul dengan Diabetes Melitus (44,33%).

Nefropati diabetik berkembang bertahap, ada 5 tahapan, mulai dari tahap hiperfiltasi dari glomerulus disusul timbulnya albuminaria, overt proteinuria, gagal ginjal dan diakhiri dengan gagal ginjal tahap akhir (PGTA). Faktor utama dalam progressivitas penyakit ini adalah glikemia. Tahap hiperfiltrasi pada penderita nefropati diabetik akan menyebabkan menyebabkan kerusakan tekanan intra-glomerular dengan mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi disertai peningkatan sensiitivitas terhadap angiostenin II. Glomerulus ini pun akhirnya akan mengalami kerusakan dan akan memperparah kerusakan ginjal hingga memerlukan terapi dialisis (Lubis,2003).

(36)
(37)

5.2.2 Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Indikator Kadar Ureum

Gambar 5.7 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Kadar Ureum dalam darah Pre Hemodialisa di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

(38)

Grafik menunjukkan penyebaran data yang lebih cenderung ke kanan atau kadar ureum darah berdistribusi tidak normal. Hal ini menunjukkan perbedaan kadar ureum darah pada setiap penderita yang sangat beragam. Hal ini menunjukkan perbedaan kadar ureum pada darah pada setiap penderita yang sangat beragam. Keragaman kadar ureum akan mempengaruhi Laju Filtrat Glomerulus penderita GGK yang dihitung berdasarkan Konsentrasi kadar ureum, kreatinin serum, usia, jenis kelamin dan berat badan (Bagrman dan Skorecki, 2013).

5.2.3 Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis berdasarkan Kadar kreatinin

(39)
(40)

5.2.3 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.9 dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan tatalaksana medis terbesar adalah tindakan hemodialisis disertai dengan penerapan diet dan pemberian obat yang diterapkan pada 126 penderita (87,5%) dan terendah adalah tindakan hemodialisis disertai pemberian transfusi darah dan obat sebanyak pada 8 penderita (5,6%).

Hal ini disebabkan penderita GGK sebagian besar penderita hanya membutuhkan proses hemodialisis, berbagai macam obat/ suplemen dan diet. Penatalaksanaan medis berupa hemodialisis, diet dan transfusi dilakukan hanya pada penderita yang mengalami anemia berkelanjutan atau pada penderita yang

87,5% 6,9%

5,6%

Hemodialisis,Diet,Obat

Hemodialisis,Diet,Bedah

(41)

membutuhkan transfusi akibat mengalami pendarahan. Penatalaksanaan hemodialisis, diet dan bedah hanya dilakukan pada penderita GGK yang mengalami GGK yang disebabkan karena batu ginjal.

5.2.4 Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai

Gambar 5.10 Diagram Batang Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan penyakit yang menyertai terbesar adalah anemia sebanyak 68 penderita (47,2%) dan terendah adalah gatal-gatal pada kulit sebanyak 6 penderita (4,2% ).

Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi penyakit yang menyertai tertinggi adalah anemia sebanyak 68 penderita (47,2%) hal ini disebabkan oleh berkurangnya produksi eritroprotein oleh ginjal yang sakit. Faktor lain adalah defisiensi besi, inflamasi akut dan kronik disertai gangguan

47,2

20,1

15,3

11,8 11,1

7,6 6,9 4,9

(42)

pemakaian besi ,hiperparatiroideme berat, disertai fibrosis tulang sumsum dan memendeknya umur eritrosit akibat kondisi lingkungan yang uremik (Bargman dan Skorecki, 2013). Penyakit lain yang dialami oleh penderita GGK adalah sesak nafas sebanyak 17 penderita (20,1%) yang disebabkan oleh kurangnya pasukan O2 dalam darah yag dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti anemia, masalah difusi, faktor jaringan lokal yang membutuhkan suplai oksigen ekstra, kelainan paru, kelumpuhan saraf, kelainan jantung,dll (Bargman, Skorecki, 2013).

Sebanyak 22 penderita (15,3%) menjalani hipertensi selama menjalani proses hemodialisis. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Aisyah di RS . Medan Hipertensi menjadi salah satu penyulit yang paling sering muncul pada penderita GGK. Keadaan ini sering muncul pada awal perjalanan dan memperburuk kondisi ginjal. Penyebabnya sangat beragam, Pemasangan fistula aretriola vena pada penderita, pemakaian produk eritropoietin eksogen dapat mempengaruhi tekanan darah (Bargman dan Skorecki, 2013). Penurunan fungsi ginjal akan menstimulasi asparatus justaglomerular untuk memproduksi angiostensin II yang dapat menyebabkan hipertensi. Angiostensin II menyebabkan hipertensi melalui vasokontriksi sistemik dan menstimulasi pelepasan aldosteron, yang memacu retensi air dan garam. (O’Callaghan, 2007)..

Edema terjadi pada 17 penderita (11,8%) selama menjalani proses hemodialisis hal ini dapat terjadi dikarenakan meningkatnya volume cairan ektrasel pada akibat berkurangnya eksresi garam dan air (Liu dan chertow, 2013).

(43)

(kelainan sensorik) yang biasanya mucul pada bagian ektremitas bawah resless

leg syndrome ditandai dengan rasa tidak nyaman yang samar ditungkai kaki

bagian bawah sindrom ini akan semakin memburuk menjadi kelianan motorik apabila tidak dilaksanakan hemodialisis secepatnya.

Mual dan muntah terjadi pada 11 penderita (7,6%), yang dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan dialisis (Dialysis Disequilibrium Syndrome) yang merupakan kumpulan dari gejala disfungsi cerebral seperti sakit kepala, pusing, mual, muntah hingga kejang yang terjadi akibat gangguan homeostasis banyaknya ureum yang dikeluarkan dan atau besarnya ultrafiltrasi (Holley, Berns and Post, 2007).

Mengigil terjadi pada 10 penderita (6,9%), hal ini disebabkan karena penderita mengalami demam yang dapat disebabkan karena adanya infeksi saat menjalani hemodialisis atau dikarenakan hiperparatiroidisme sekunder yang disebabkan produksi hormon paratiroid yang berlebihan karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini berkaitan dengan disfungsi gagal ginjal. Penyebab umum lainnya karena kekurangan vitamin D (Bargman, Skorecki, 2013).

(44)

akses ini dapat disebakan karena pembesaran lubang akses dialisis, stenosis atau trombosis (Liu dan chertow, 2013).

Gatal-gatal pada kulit juga terjadi pada 4 penderita (6,2%), hal ini disebabkan karena pruritus yang didefinisikan sebagai rasa gatal setidaknya 3 periode dalam waktu 2 minggu yang menimbulkan gangguan, atau rasa gatal yang terjadi lebih dari 6 bulan secara teratur. Pruritus umumnya dialami sekitar 6 bulan setelah awal dialisis dan biasanya makin meningkat dengan lamanya pasien menjalani dialisis hal ini dpat disebabkan karena kadar urea yang berlebih didalam darah (uremia) (Ko CJ, 2012)

5.2.5 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Keadaan Saat Pulang

Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Keadaaan Saat Pulang di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

86,9% 8,6%

4,5%

(45)

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah keadaan pulang berobat jalan (PBJ) sebanyak 128 penderita (86,9%) dan terendah adalah keadaan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 5 penderita (4,5%). Hal ini terjadi karena penyakit GGK memerlukan treatment yang berkelanjutan, minimal 2 kali dalam seminggu penderita harus menjalani proses hemodialisis. Hal ini sesuai dengan penelitian Ginting di RSUP. H Adam Malik Medan pada tahun 2008, dimana proporsi keadaan sewaktu pulang penderita GGK yaang terbesar adalah pulang berobat jalan (55,8%). Juga sesuai dengan penelitian Aisyah di RS Haji Medan pada tahun 2009, dimana proporsi keadaan sewaktu pulang penderita GGK adalah berobat jalan (42,5%).

(46)

5.2.6 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalankan Hemodialisis Berdasarkan Sumber Biaya

Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5. 12 dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisis berdasarkan sumber biaya terbesar berasal dari sumber biaya BPJS Kesehatan sebanyak 109 penderita (75,7%) dan terendah berasal dari sumber biaya BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 16 penderita (11,1%). Hal ini dapat dikarenakan RSUP. H Adam Malik Medan yang berstatus sebagai Rumah Sakit rujukan bagi pasien yang menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.

75,7% 13,2%

11,1%

BPJS Kesehatan Umum

(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Proporsi penderita GGK yang menjalani hemodialisis di unit Hemodialisis RSUP. H Adam Malik Medan tahun 2015 berdasarkan sosiodemografi terbesar terdapat pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 87 orang ( 60,4%) dengan kelompok umur tertinggi 40-49 tahun (28,80 %) dan kelompok umur terendah<20 tahun sebanyak 2 orang (2,30%) dan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang (39,6%) dengan kelompok umur tertinggi 50-59 tahun (31,60%) dan kelompok umur terendah <20 tahun sebanyak 1 orang (1,75%). Berdasarkan Agama tertinggi Kristen (56,3%), Berdasarkan asal luar kota tertinggi Kota Medan (63,9%), Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi SMA (63%), dan berdasarkan pekerjaan tertinggi wiraswasta (34,5%).

6.1.2 Proporsi penderita GGK yang menjalani hemodialisis di unit Hemodialisis RSUP. H Adam Malik Medan tahun 2015 berdasarkan riwayat penyakit terbesar yaitu hipertensi (36,8%).

(48)

6.1.4 Nilai rata-rata kadar kreatinin pada penderita GGK sebelum menjalani hemodialisis di RSUP. H Adam Malik Medan pada tahun 2015 adalah sebesar 10,25 mg/mL.

6.1.5 Proporsi penderita GGK yang menjalani hemodialisis di unit Hemodialisis RSUP. H Adam Malik Medan tahun 2015 berdasarkan tatalaksana medis terbesar adalah penerapan diet dan pemberian obat (87,5%).

6.1.6 Proporsi penderita GGK yang menjalani hemodialisis di unit Hemodialisis RSUP. H Adam Malik Medan tahun 2015 berdasarkan penyakit yang menyertai terbesar adalah anemia (47,2%).

6.1.7 Proporsi penderita GGK yang menjalani hemodialisis di unit Hemodialisis RSUP. H Adam Malik Medan tahun 2015 berdasarkan keadaan saat pulang terbesar adalah pulang berobat jalan (PBJ) (86,9%).

6.2 Saran

6.2.1 Diharapkan dengan banyaknya penderita GGK yang menjalani hemodialisis , pihak rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan terhadap penderita GGK , khususnya penderita GGK pengguna BPJS Kesehatan karena jumlah pasien yang cukup besar (75,7%).

(49)

6.2.3 Pihak rumah sakit sebaiknya melengkapi pencatatan data penderita terutama hasil analisis ureum dan kreatinin dari laboratorium .

6.2.4 Pihak rumah sakit sebaiknya melakukan pemantauan kadar ureum dan kreatinin pada penderita yang menjalani hemodialisis .

6.2.5 Dokter sebaiknya melengkapi data catatan rekam medis mengenai riwayat penyakit terdahulu.

(50)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan laju filtrate glomerulus (LFG) secara mendadak yang disertai dengan akumulasi nitrogen dan sisa metabolisme tubuh.Gagal ginjal pada tahap ini bersifat akut dan dapat disebabkan oleh perfusi ginjal yang tidak adekuat (prarenal), penyakit ginjal intrinsik (renal), dan obstruksi saluran kemih (pascarenal) (Suhardjono, 2001). 2.1.1 Penyakit Prarenal

Penyakit prarenal dapat disebabkan oleh fungsi jantung yang tidak adekuat, deplesi volume sirkulasi, dan obstruksi suplai arteri pada ginjal yang dapat menggangu fungsi ginjal (Suhardjono dkk, 2001).

2.1.2 Penyakit Pasca Renal

Penyakit pasca renal dapat disebabkan oleh sumbatan filtrat akibat tekanan balik dari obstruksi aliran urin. Hal ini akan menyebabkan pembekakan yang kemudian menekan pembuluh darah dan menyebabkan iskemia. Gagal ginjal akan terjadi jika kedua ginjal mengalami obstruksi (Suhardjono dkk, 2001).

2.1.3. Penyakit Renal

(51)

2.2 Pengertian Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal dalam mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) didalam darah yang terjadi selama bertahun-tahun (Muttaqin dan Sari 2011).

Gagal ginjal kronik adalah suatu spektrum proses patofisiologis yang berbeda-beda sesuai dengan penyakit yang menjadi penyebab dan berkaitan dengan penurunan laju filtrate glomerulus (LFG). Istilah GGK berlaku bagi proses pengurangan nefron ginjal yang terjadi secara terus menerus dan ireversibel dan dalam tahap ini memasuki stadium terakhir (end stage renal disease) (Bargman dan Skorecki, 2013).

(52)

2.3 Anatomi Ginjal

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritenum atau di luat rongga peritenum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang mulai dari ketinggian vertebrae torakalis hingga

vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak

hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sebanyak 6-7,5 cm dengan tebal 1,5-2,5 cm dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprarenal atau kelenjar adrenal (Nursalam dan Batticaca , 2009).

2.3.1 Struktur Makroskopis Ginjal

(53)

Gambar 2.1 : Struktur Maskroskopis Sumber:(Medscape,2013) 2.3.2 Stuktur Mikroskopis Ginjal

1. Nefron

Nefron merupakan unit dasar dari ginjal. Setiap ginjal memiliki 400.000-800.000 nefron walupun jumlah ini terus berkurang seiring usia. (O’Callaghan). Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu secara bertahap jumlah nefron yang berfungsi akan menurun sekitar 10% setiap tahun (Muttaqin dan Sari 2011).

2. Glomerulus

(54)

tekanan arteri renalis, namun hubugannya tidak linear (George dan Neilson, 2013).

3. Tubulus Proksimal

Tubulus proksimal awalnya melengkung lalu lurus dan kemudian menjadi ansa henle. Sel tubulus merupakan sel epitel kolumnr yang tinggi dengan banyak mikrovilli, permukaan yang luas dan asparatus endositik luminal yang berkembang biak. Pada tubulus ini zat-zat seperti natrium, kalium, kalsium, fosfat, glukosa, asam amino dan direabsorbsi aktif (O’Callaghan, 2007). Tubulus ini sendiri memiliki peran dalam menreabsopsi sekitar 60% dari NaCl yang tersaring dari air, dan sekitar 90% bikarbonat yang tersaring dalam sebagiaan besar nutrien penting seperti misalnya glukosa dan asam amino (George dan Neilson, 2013). 4. Ansa Henle

(55)

5. Asparatus Jukstaglomerular

Asparatus jukstaglomerular merupakan struktur yang terdiri dari tiga jenis sel utama yaitu: sekumpulan sel yang disebut macula densa, sel mesangial ektraglomerulus dan sel granular. Sel granular terdapat pada dinding arteriol aferen dan menghasilkan renin. (O’ Callaghan 2007).

6. Tubulus Distal

Setelah macula densa, terdapat tubulus kontortus distal yang mereabsorbsi 5% NaCl yang tersaring (George, Neilson 2013). Saluran ini bermuara ke tubulus kolektivus. Duktus kolektivus terdiri dari tiga bagian yang dinamakan berdasarkan kedalamannya pada ginjal yaitu duktus kolektivus kortikal, duktus kolektivus medular luar, dan duktus kolektivus medular dalam. Duktus kolektivus medular dalam mengalirkan ke duktus papilaris, yang berhubungan ke papila ginjal lalu ke kalik mayor (O’ Callaghan 2007).

(56)

2.4 Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal dapat dibagi menjadi fungsi eksresi dan non ekskresi yang dirangkum dibawah ini:

1. Sebagai tempat terjadinya penyaringan urin

2. Tempat terjadinya proses reabsorbsi zat natrium, kalium, kalsium, fosfat glukosa ,asam amino dan air.

3. Tempat terjadinya proses transpor aktif ion pada tubulus.

4. Protein renin yang menyebabkan pembentukan angiostensin II di hasilkan dalam asparatus justakglomerular.

5. Sebagai tempat metabolism vitamin D menjadi 1,25 dihidroksikolekalsiferol yang berperan dalam meningkatkan absopsi kalsium dan fosfat dalam usus.

6. Tempat produksi eritroprotein yang berfungsi untuk meningkatkan produksi sel darah merah di sumsum tulang belakang.

7. Tempat produksi prostaglandin yang memiliki efek pada tonus pembuluh darah ginjal (O’ Callaghan 2007).

2.5 Patofisiologis Gagal Ginjal Kronik (GGK)

(57)

Penurunan fungsi ginjal umumya disebabkan karena kerusakan nefron yang mekanisme perjalanannya berbeda-beda tergantung dari faktor pemicu dari gagal ginjal tersebut dari etiologi yang lebih spesifik, seperti glomerulonefritis, pajanan terhadap toksin, atau etiologi lain yang menyebabkan hiperfiltrasi dan hipertofi nefron yang berujung pada rusaknya nefron (Bargman dan Skorecki, 2013).

Pada gagal ginjal kronik stadium akhir terjadi pengurangan jumlah nefron yang progresif dan signifikan yang diperantarai oleh hormon-hormon vasoaktif, sitokin dan faktor pertumbuhan. Pada jangka pendek akan terjadi adaptasi hiperfiltrasi pada nefron yang menjadi maladaptif karena peningkatan tekanan dan aliran yang mempermudah terjadinya sklerosis dan lenyapnya nefron yang tersisa. Proses ini juga menjelaskan mengapa berkurangnya massa ginjal akibat satu cedera dapat menyebabkan kemerosotan progesif fungsi ginjal bertahun-tahun kemudian.

(58)

2.6 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Klasifikasi GGK didasarkan atas dasar derajat (stage) . Klasifikasi derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG dengan juga mempertimbangkan klirens kreatinin yang memberi pengaruh pada LFG. Perhitungan digunakan dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault atau persamaan dari studi Modification of Diet Renal Disease yang keduanya menggunakan konsentrasi kreatinin serum pada perhitungannya, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

\

Penentuan LFG secara tepat tidaklah mudah karena dua indeks yang sering dihitung (urea dan kreatinin) memiliki karakteristik yang memengaruhi keakuratan sebagai penanda klirens. Kreatinin berguna untuk memperkirakan LFG karena sifat zat terlarut kecil yang mudah terfiltrasi. Namun kadar kreatinin serum dapat meningkat secara akut akibat konsumsi makanan yang mengandung

Persamaan dari Studi Modification of Diet in Renal Disesase LFG ( ml/mnt/1,73m2) = 1,86x (Pcr ) x (usia)-0,203

*Pada Perempuan dikalikan 0,742

**Pada orang Amerika –Afrika dikalikan 1,21

Rumus Cockcroft-Gault

Perkiraan Klirens Kreatinin = (140)- usia x berat badan Kg) (mL/menit) 72 xPcr (mg/dL)

(59)

daging sehingga hasil perhitungan LFG menjadi besar (Denker dan Brenner, 2013).

Dari hasil perhitungan tersebut maka derajat penyakit GGK dapat diklasifikasikan berdasarkan stadium sesuai dengan yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit ginjal Kronik Berdasarkan LFG Stadium LFG mL/menit per 1,73 m2 Keterangan

1 <90 Kerusakan nefron awal

2 60-89 Kerusakan nefron ringan

3 30-59 Kerusakan nefron sedang

4 15-29 Kerusakan nefron berat

5 <15 Uremia  dialisis

Sumber: National Kidney Foundation

2.7 Manifestasi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal kronik umumnya menimbulkan gangguan yang tidak sulit terlihat pada sebagian sistem atau organ tubuh, antara lain:

1. Gangguan pada sistem gastrointestinal

(60)

b. Foeter uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi ammonia sehingga napas berbau ammonia. akibat yang lain adalah stomatitis dan parotitis.

c. Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui. d. Gastritis erosif, ulkus peptik, dan colitis uremik.

2. Gangguan pada kulit

a. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan ekkroriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.

b. Ekimosis akibat gangguan hematologis.

c. Urea frost : akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat, (jarang

dijumpai).

d. Bekas-bekas garukan karena gatal. 3. Gangguan pada sistem hematologi

a. Anemia sering terjadi pada penderita GGK yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti berkurangnya produksi eritroprotein, hemolisis, defisiensi besi dan fibrosis sumsum tulang belakang.

b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia. c. Gangguan fungsi leukosit .

4. Gangguan sistem saraf dan otot

a. Restless leg syndrome: penderita akan merasa pegal pada saat kakinya

(61)

b. Burning feet syndrome : rasa kesemutan seperti terbakar yang muncul pada

telapak kaki.

c. Enselopati metabolik :lemah tidak bisa tidur , gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklorus, dan kejang.

d. Miopati: kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal.

5. Gangguan pada sistem kardiovaskuler

a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas sistem renin-angiostenin-aldosteron.

b. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat astelosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.

c. Gangguan irama denyut jantung akibat atelosklerosis dini, dan gangguan elektrolit dan kalsifikasi metastatik.

d. Edema akibat penimbunan cairan. 6. Gangguan pada sistem endokrin

a. Gangguan seksual, yang disebabkan karena menurunnya produksi testoteron spermatogenesis.

b. Gangguan metabolisme glukosa, pada gagal ginal dengan klirens < 15 mL/menit terjadi penurunan klirens metabolik insulin yang menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurun glukosa akan berkurang.

(62)

7. Gangguan pada sistem lain

a. Tulang: osteodistrofi renal yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa, osteosklerosis dan kalsifikasi metastatik.

b. Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme.

c. Elektrolit: hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia.

(63)

2.8 Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

2.8.1 Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) 1. Distibusi menurut orang

Gagal ginjal dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur maupun ras. Menurut data dari USRDS (2014), di Amerika pada tahun 2012 prevalensi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada perempuan (52,9%). Menurut penelitian Ginting (Januari-Agustus 2008), di RSUP. H Adam Malik proporsi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada laki-laki (26,4%) dan menurut Ginting (2008), di RSUP. H Adam Malik proporsi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada jenis kelamin (63,8%) dan menurut penelitian Putri (Januari 2011 – April 2015 ), di RSUP. H Adam Malik proporsi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada perempuan sebesar (50,7%).

Menurut data dari USRDS (2014), di Amerika pada tahun 2012 prevalensi penderita GGK berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 65-74 tahun (53,2%). Menurut penelitian Sinariba (2002), di RSUP. H Adam Malik Medan proporsi penderita GGK berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 47-55 tahun (34,9%). Menurut penelitian Handayani (2006), di RS Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan, proporsi penderita GGK berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 45-59 tahun (47%).

(64)

Adam Malik Medan proporsi penderita GGK berdasarkan suku terbanyak pada suku Batak (53,7%) dan menurut penelitian Sinariba (2002), di RSUP. H Adam Malik Medan proporsi penderita GGK berdasarkan suku terbanyak pada suku Batak (58,9%).

2. Distibusi menurut tempat

Di negara-negara maju seperti Australia, Jepang dan Inggris didapatkan variasi yang cukup besar pada insidensi dan prevalensi GGK insiden berkisar diantara 77-283 per juta penduduk dan prevalensi yang menjalani dialisis antara 476-1150 per juta penduduk. Sebuah studi di Jakarta pada tahun 1983 mencatat jumlah proporsi penderita yang menjalani transplantasi ginjal (GGK stadium akhir) akibat glomerulonefritis di Jakarta sebesar 46,6 % (Suhardjono, 2001).

3. Distribusi menurut waktu

(65)

2.8.2 Determinan Gagal Ginjal Kronik (GGK) 2.8.2.1. Host

1. Umur

Seiring berjalannya usia juga akan diikuti penurunan fungsi ginjal. Penurunan rata-rata normal LFG pertahun seiring bertambahnya usia dari LFG puncak (120 mL/menit per 1,73 m2) yang dicapai pada dekade ketiga kehidupan adalah sekitar 1mL/menit per 1,73 m2 dan mencapai nilai rata-rata 70 mL/menit per 1,73 m2 pada umur 70 tahun (Bargman dan Skorecki, 2013)

LFG rata-rata pada wanita cenderung lebih rendah daripada pria. Seorang wanita berusia 80an dengan kreatinin serum normal mungkin memiliki LFG hanya 50 mL/menit per 1,73 m2. Dengan semakin bertambahnya usia dan kecenderungan munculnya penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes atau penyakit kronis lainnya akan meningkatkan resiko kerusakan ginjal (Bargman dan Skorecki, 2013).

2. Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat seperti malas bergerak, pola makan yang buruk, merokok, minum minuman beralkohol, kurang berolahraga dan konsumsi obat-obatan secara rutin akan sangat memperbesar resiko terjadinya kerusakan ginjal (SIGN, 2008).

3. Riwayat penyakit a. Hipertensi

(66)

mortalitas. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung, resistensi vascular sistemik, dan volume sirkulasi. Penentu resistesi volume sirkulasi adalah penanganan natrium yang dikerjakan oleh ginjal. Korelasi ini membuat tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah ginjal dan penderita dengan gangguan fungsi ginjal akan dengan sangat mudah mengalami hipertensi akibat pengurangan ekskresi natrium sehingga akan sulit membedakan secara klinis mana yang primer dari kedua penyakit tersebut (O’Callaghan,2007).

b. Nefropati Diabetik

Sebanyak 25-50% penyandang diabetes menderita nefropati . Diabetes merupakan penyebab tunggal tersering dari penyakit ginjal stadium akhir. Sebagian kecil penderita, terutama yang memiliki control glukemik yang buruk, telah memiliki ginjal yang membesar. Pada penderita diabetes sering ditemukan mikroalbuminaria (20-200 µg/menit) yang merupakan prediktor kuat nefropati yang terjadi kemudian. Setelah periode mikroalbuminaria, pasien akan mengalami nefropati yang lebih buruk dengan hipertensi, proteinuria dipstik, (0,5g/ 24 jam) dan penurunan LFG secara linear (O’Callaghan,2007).

c. Penyakit vascular ginjal

(67)

d. Penyakit ginjal polikistik

Penyakit ginjal polikistik merupakan kelainan ginjal turunan yang paling sering terjadi. Prevalensinya sekitar 1 dari 1000 dan sering terjadi pada ras kulit putih dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini mencakup 4-10% dari jumlah GGK yang membutuhkan hemodialisis atau transplantasi ginjal. Ginjal polikistik disebabkan karena mutasi gen PKD1 atau PKD2 yang sering tampak dengan adanya kista multipel di ginjal yang mengakibatkan rasa nyeri.

e. Penyakit-penyakit spesifik pada glomerulus

Penyakit-penyakit spesifik yang menyerang glomerulus dapat menyebabkan glomerulonefritis dengan patofisiologis yang berbeda-beda tergantung dari etiologi penyebab (O’Callaghan,2007). Beberapa penyakit ginjal yang digolongkan dalam kategori ini adalah:

• Sindrom goodpasture, yang menyerang membran basal glomerulus akan

meyebabkan glomerulonefritis crescentic progresif dan akan menyebabkan kematian karena pendarahan paru atau gagal ginjal apabila tidak segera diobati.

• Vaskulitis primer, yang menyebabkan peradangan nekrotikans pada

pembuluh darah dan seringkali menyerang ginjal, saluran pernapasan, sendi, kulit dan sistem saraf.

• Lupus eritemasus sistemik, yang merupakan penyakit autoimun

• multisistem yang dapat mengenai sistem saraf, sendi, kulit, ginjal dan

(68)

• Krioglobulinemia, yang menyebabkan glomerulonefritis

mesangiokapiler tipe 1. Krioglobulinemia esensial campuran biasanya disebabkan oleh infeksi hepatitis C.

• Disptoteinemia, yang menyebakan berbagai masalah ginjal salah satunya

glomerulonefritis mesangiokapiler .

• Artritis rheumatoid dan penyakit jaringan ikat, yang menyebabkan

deposit amiloid di ginjal, glomerulonefritis mesangial, nefropati membranosa dan glomerulonefritis fokal segmental.

• Amiloidosis, yang menyebabkan proteinuria dan sindrom nefrotik.

2.8.2.2 Agent

1. Cedera ginjal

Ketika jumlah nefron yang mengalami pengurangan akibat suatu cedera misal nefrektomi unilateral, ginjal yang tersisa akan beradaptasi dan meningkatkan LFG yang kelamaan akan mengalami hipertrofi (Harris dan Neilson, 2013).

2. Keracunan Obat

(69)

2.8.2.3. Environment 1. Pekerjaan

Orang-orang dengan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia akan lebih beresiko mengalami kerusakan ginjal karena kemungkinan terpapar bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan ginjal yang lebih sering (Suma’mur 1996)

2. Cuaca

Ginjal berperan vital dalam mempertahankan keseimbangan air melalui regulasi ekskresi air. Cuaca yang ekstrim akan memaksa ginjal untuk bekerja lebih keras, apabila tidak didukung dengan suplai air yang sesuai akan mengganggu fungsi ginjal dan dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan akan beresiko menyebabkan kerusakan ginjal (Suhardjono dkk, 2001

2.9 Pencegahan Gagal Ginjal Kronik (GGK) 2.9.1 Pencegahan primer

Pencegahan primer diutamakan pada penderita yang beresiko tinggi seperti penderita hipertensi, diabetes, proteinuria dan yang lainya. Hal ini sangat penting mengingat morbiditas dan mortalitas GGK yang cukup tinggi dan biaya pengobatan yang mahal. Pencegahan primer dapat berupa:

a. Pengendalian tekanan darah, pengendalian kadar gula darah dan lipid yang normal melalui diet sehat akan sangat berpengaruh pada kesehatan tubuh khususnya ginjal (Yuyun, 2008).

(70)

c. Memeriksakan fungsi ginjal secara berkala bila mengomsumsi obat yang bersifat nefrotoksik (Suhardjono, 2001)

d. Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat sedang bekerja dengan menggunakan bahan-bahan kimia (Suma’mur, 1996).

e. Mengatur asupan garam dalam makanan tiap hari untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan ginjal yang disebabkan oleh kristalisasi kalsium. f. Minum air dengan jumlah yang sesuai dengan aktifitas fisik dan kebutuhan

tubuh . Jumlah air minum yang dianjurkan yaitu sekitar 8 gelas perhari (Yuyun,2008).

2.9.2 Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk menghambat progresifitas dari penyakit penyerta dan persiapan terapi pengganti (dialisis atau transplantsi ginjal).

a. Pencegahan kekurangan cairan harus dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya gagal ginjal pra renal (Suhardjono, 2001)

b. Penegakan diagnosis yang tepat harus dilaksanakan agar penatalaksanaan konservatif pada penyakit ginjal bisa berjalan dengan efektif (Suhardjono, 2001).

c. Penyesuaian dosis obat yang tepat pada penderita penyakit kronis dan gagal ginjal stadium dini harus diterapkan dengan tepat untuk menghindari kerusakan ginjal yang semakin buruk (Nasution,2011).

(71)

2.9.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kompliksi yang lebih berat yang menjadikan komplikasi menjadi lebih berat, kecatatan dan kematian.

a. Cuci darah (Hemodialisis)

Hemodialisis berasal dari kata hemo=darah dan dialisis= pemisahan atau filtrasi. Hemodialisis adalah metode terapi dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun progresif ginjal mengalami keadaan yang memungkinkan ginjal tidak bisa melakukan prosesnya (Muttaqin dan Sari, 2011). Kriteria yang umum digunakan untuk menentukan perlunya penderita menjalani dialisis adalah timbulnya gejala-gejala uremia, adanya hiperkalemia yang tidak merespon erhadap tindakan konservatif, ekpansi volume ekstrasel meskipun sudah diberi pengobatan diuretik, asidosis, diatesis pendarahan dan jmlah klirens kreatinin atau perkiraan laju filtrat glomerulus (LFG) yang kurang dari 10ml/menit per 1,73m2 (Liu dan Chertow, 2013).

(72)

(O’Callaghan, 2007).

Proses dialisis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu mesin yang terdiri dari alat pompa darah, sistem penyaluran darah dialisis, dan berbagai monitor pengaman. Pompa darah akan mengalirkan darah ke dialyzer dengan kecepatan aliran darah berkisar 250-500 mL/menit tergantung dari jenis dan integritas akses vaskular. Terapi dialisis ini dapat memperpanjang usia penderita GGK namun tidak dapat mengobati (Liu dan Chertow, 2013).

(73)

b. Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi alih ginjal yang lebih ideal, karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik dibanding dialisis dan menimbulkan perasaan lebih sehat pada penderita GGK (Suhardjono, 2001).

(74)

2.10 Model Kerangka Konsep

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka konsep penelitian seperti gambar di bawah.:

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG DI HEMODIALISIS

1. Sosiodemografi a. Umur

b. Jenis Kelamin c. Agama d. Daerah Asal

e. Tingkat Pendidikan

2. Status Klinis

f. Riwayat penyakit terdahulu g. Kadar Ureum dan Kreatinin darah h. Penatalaksanaan Medis

(75)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat kebiasaan masyarakat menjadi lebih modern. Hal ini menimbulkan peningkatan insiden penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh pola makan yang tinggi lemak, kurangnya aktfitas fisik, penyalahgunaan obat, merokok dan tingkat stress yang tinggi. (Smeltzer dan Bare, 2002). Jumlah kejadian kematian akibat penyakit tidak menular telah menggantikan posisi penyakit menular sebagai penyebab kematian pertama didunia. Diperkirakan 80% dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular terjadi di negara-negara miskin dan berkembang dimana jumlah penduduk dengan usia tua cukup banyak (NKF,2015).

Salah satu jenis penyakit tidak menular dan kronis yang angka kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun adalah gagal ginjal kronis (Bargman dan Skorecki, 2013). Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan karena bersifat irreversible (tidak bisa pulih kembali) dan berdampak kematian (Setyaningsih,2011). Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang terjadi selama bertahun-tahun dan progresif sehingga pada akhirnya bisa menyebabkan gagal ginjal tahap akhir (PGTA) dengan kebutuhan hemodialisa (Bargman dan Skorecki, 2013).

(76)

diperkenalkan untuk masyarakat luas oleh Kolff dan timnya pada pertengahan 1960an. Sistem penanganan ini telah mengalami banyak pengembangan akhirnya sistem ini dapat digunakan secara masal sebagai penopang hidup para pasien gagal ginjal stadium akhir ( Lumenta dkk, 1992)

Gagal ginjal kronik merupakan salah satu daftar dari 20 penyakit penyebab kematian terbesar didunia dan jumlah kematian ini terus meningkat pada negara-negara berkembang. Hanya 20% dari seluruh penderita yang benar-benar menjalani proses pengobatan dengan baik, diperkirakan 1 juta penduduk dunia meninggal tiap tahun karena sulitnya mendapatkan perawatan GGK (NKF,2015).

Menurut Annual data report End Stage Renal Disease /ESRDS Amerika (2015) terdapat sebanyak 30.875 penderita GGK stadium akhir yang membutuhkan hemodialisis. Jumlah ini meningkat lebih dari 10% dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya dengan angka kematian rata-rata akibat GGK pada jenis kelamin laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan pada perempuan yaitu sebanyak 52,6/1000 penduduk.(USRDS, 2015) .

Menurut PERNEFRI (2011) dalam Fourth Report of Indonesian Renal

Registry jumlah penderita GGK di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 13.619

(77)

Kesehatan Dasar Indonesia (2013) menunjukkan prevalensi gagal ginjal di Indonesia sebesar 2 per 1.000 penduduk dengan prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 5 per 1.000 penduduk, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 4 per 1.000 penduduk. Di urutan ketiga Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 3 per 1.000 penduduk sementara Jambi, Sumatera Barat dan Sumatera Utara masing –masing sebesar 2 per 1.000 penduduk (Riskesdas,2013).

Gambar

Tabel 4.1  Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP. H Adam Malik Medan Tahun  2015
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Agama, Daerah Asal Pekerjaan, dan
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSUP
Tabel 4.4 Distribusi penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Kadar Ureum dan Kreatinin Rata-rata di RSUP
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembuatan halaman web yang berisi mengenai web site negara Jepang dengan menggunakan Frontpage express 2000 sangat memudahkan pekerjaan penulis,karena tidak dituntut untuk

Program dan Jenis Kegiatan Hasil yang diharapkan Waktu Pelaksana an Pelaksa na Sumbe r Dana penyelenggaraan Prakerin 2.3 Pencarian obyek. 2.4   Rapat   pembentukan

[r]

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

Referring to research conducted by Abor, researchers want to conduct research with the object of mining industry companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period

Jumlah kelompok tani yang menjalankan usaha agribisnis dengan efektif sebanyak 10 kelompok Sekolah Lapang. Pengembangan Usaha Agribisnis (SL

satisfaction of retailers and, on the contrary, poor quality service will cause dissatisfaction; second, service quality has positive influence on trust, which means that good or