• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp.: analisis penghasil senyawa antimikrob dan keragaman genetiknya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp.: analisis penghasil senyawa antimikrob dan keragaman genetiknya"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS

Jaspis

sp. :

ANALISIS PENGHASIL SENYAWA ANTIMIKROB DAN

KERAGAMAN GENETIKNYA

HERMAWATY ABUBAKAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.: Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

(3)

ABSTRACT

HERMAWATY ABUBAKAR. Spons (Jaspis sp.) – Associated Bacteria: Antimicrobial Production and Genetic Diversity Analyses. Under Direction of Aris Tri Wahyudi and Munti Yuhana.

ABSTRACT

Living benthic marine organisms such as sponges are frequently assosiated with bacteria which may produce useful antimicrobial compounds. Genetic diversity of bacteria isolated from marine spongeJaspissp. which has capability in producing antibacterial subtances was investigated. As many as 32 isolates (45,71%) and 20 (29,41%) isolates originating from mesohyl and sponge surface respectively, showed the antibacterial activity againstStaphylococcus aureus, Vibrio harveyi, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC K-11),

Candida albicans, and C. tropicalis. Thirty most potential isolates were further studied by amplified ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA) to asses their genetic diversity. Restriction analysis using enzymes RsaI, HaeIII, and HinfI of the 16S rRNA genes resulted seven phylotipes. The 16S rRNA gene sequence of choosen isolates i.e. SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40 and SAB S-43 that showed inhibition of the growth for all microorganism target were identified. The use of a few phenotypic tests for those isolate can be applied to differentiate them. Gram staining technique was used to distinguish Gram negative from Gram positive ones. Isolates designed as SAB E-8, SAB E-35, and SAB E-40 were identified as Gram negative, whereas SAB E-33, SAB E-38, and SAB S-43 were Gram positive. For Gram positive isolates, further test were performed including spora staining and catalase test forBacillusidentification. Based on their 16S rRNA gene sequences, there were 3 isolates closely related to Pseudomonas sp. while the remaining 3 isolates were members ofBacillusgroup.

(4)

Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya. Dibimbing oleh Aris Tri Wahyudi dan Munti Yuhana.

Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut ini mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat. Spons umumnya dapat bertahan hidup di perairan laut yang miskin nutrisi karena adanya assosiasi dengan organisme lain khususnya bakteri.

Bakteri banyak ditemukan secara komensal di permukaan dan bagian mesohyl spons. Pola makan spons yang khas yaitu filter feeder (menghisap dan menyaring) dapat memanfaatkan jasad renik disekitarnya sebagai sumber nutrien, diantaranya bakteri yang hidup pada perairan tersebut. Namun seringkali bakteri juga dijumpai hidup dan berkolonisasi dengan memanfaatkan nutrien yang terdapat pada spons tersebut.

Produk alami laut sebagai hasil metabolik sekunder kemungkinan dihasilkan oleh kehadiran mikroorganisme pada jaringan spons sebagai simbion, baik simbion intraselluler ataupun ekstraselluler. Senyawa-senyawa organik tersebut dapat ditransport karena adanya kerjasama antara simbion dan inangnya. Kehadiran kedua pasangan simbion ini juga menjadi syarat untuk menghasilkan metabolik sekunder seperti senyawa bioaktif yang bersifat antimikrob. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri (endosimbion dan ektosimbion) penghasil senyawa antimikrob dan menganalisis keragaman genetiknya berdasarkan amplified ribosomal DNA restriction analysis(ARDRA) dan sekuensing gen 16S rRNA.

Metode untuk mengisolasi bakteri simbion yang diduga memiliki potensi antimikrob dibagi atas dua metode yaitu untuk mengisolasi bakteri dari permukaan dan bagian mesohylJaspis sp. Total jumlah bakteri hasil isolasi dari permukaan dan mesohyl diuji kemampuan antimikrobnya dengan menggunakan bakteri target

Escherichia coli, EPEC K-11, Vibrio harveyi, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan dua jenis khamir yaitu Candida albicans dan C. tropicalis. Bakteri yang memiliki aktivitas antimikrob dianalisis keragaman genetiknya dengan Amplified ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA) serta didentifikasi dengan pewarnaan Gram, uji parsial dan sekuensing gen 16S rRNA.

(5)

berasosiasi dengan cara vertikal transmisi. Isolat bakteri yang berasal dari permukaan dan memiliki aktivitas antimikrob diduga adalah bakteri yang memiliki kemampuan untuk melindungi spons dari patogen, predator danbiofouler.

Meskipun jumlah isolat bakteri yang berasal dari permukaan hampir sama dengan isolat endofit, namun aktivitas antimikrob isolat permukaan lebih rendah dibandingkan isolat endofit. Berdasarkan jumlah isolat yang mempunyai aktivitas antimikrob dan jumlah mikrob target yang dapat dihambat pertumbuhannya, isolat yang berasal dari bagian endofit spons Jaspis sp. lebih banyak dibandingkan isolat yang diisolasi dari permukaan. Bakteri simbion yang berasal dari bagian endofit yaitu mesohyl umumnya memiliki populasi yang berlimpah dan merupakan mikroba spesifik dari spons inangnya. Bakteri simbion yang berasal dari permukaan spons merupakan bakteri yang tidak spesifik dengan inangnya dan memiliki kemiripan dengan komunitas mikrob yang berada di lingkungan perairan dimana spons tersebut berada.

Hasil skrening terhadap semua isolat bakteri yang berasal dari endofit dan permukaan menunjukkan ada enam isolat bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan semua mikrob target. Enam isolat tersebut terdiri dari lima isolat endofit yaitu SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, dan SAB E-40 serta satu isolat permukaan yaitu SAB S-43. Berdasarkan hasil uji antagonis terhadapC. albicans dan

C. tropicalis,hanya isolat SAB E-33, SAB E-38 dan SAB E-40 yang memperlihatkan aktivitas antagonis yang baik. Kemampuan isolat bakteri yang berasosiasi dengan sponsJaspissp. dalam menghambat pertumbuhan mikroba target, merupakan bentuk aktivitas antagonis yang diduga dilakukan dengan menghasilkan kandungan senyawa yang bersifat antimikrobial. Biosintesis senyawa antimikrobial berperan penting dalam proses pelekatan, kolonisasi target hingga kompetisi dalam mendapatkan ruang dan nutrisi dengan mikroba lainnya.

Keragaman genetik dilakukan pada 30 isolat yang memiliki aktivitas antimikrob dilakukan dengan ARDRA. Amplifikasi gen 16S rRNA terhadap 30 isolat yang memiliki aktivitas antimikrob dilakukan dengan menggunakan primer spesifik yaitu 63f dan 1387r. Hasil elektroforesis amplifikasi gen 16S rRNA menampakkan pita yang berukuran sekitar 1300 pb. Primer 63f dan 1387r yang digunakan merupakan primer untuk gen yang menyandikan gen 16S rRNA yang telah didesain untuk seluruh domain bakteri. Primer ini dapat digunakan pada kultur murni bakteri maupun sampel alami dimana gen 16S rRNAnya sulit untuk diamplifikasi. Hasil pemotongan gen 16S rRNA memperlihatkan pola pita gen 16S rRNA yang beragam dengan jumlah 2-4 pita.

(6)

pewarnaan Gram dari ke enam isolat terbaik. Isolat SAB 8, SAB 35 dan SAB E-40 dari hasil pewarnaan Gram merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif yaitu isolat SAB E-33, SAB E-38 dan SAB S-43. Uji fisiologis tambahan untuk bakteri Gram positif diarahkan ke kelompok Bacillus dengan melakukan uji parsial yang meliputi pewarnaan Gram, endospora dan katalase. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa ketiga isolat tersebut adalah kelompokBacillus, dicirikan oleh sel yang berbentuk batang, pewarnaan Gram positif, terdapat endospora yang terletak pada bagian sentral dan uji katalase positif.

BlastN sekuen gen 16S rRNA enam isolat dengan aktivitas mikrob terbaik, terbagi menjadi dua kelompok filogenetik yang berbeda yaitu genus Pseudomonas

(50%) dan Bacillus (50%). Isolat SAB E-8, SAB E-35, dan SAB E-40 termasuk dalam kelompokPseudomonaskarena ketiga isolat tersebut masing-masing homolog dengan Pseudomonas sp. HN-07, Pseudomonas sp. LPK2 dan Pseudomonas

sp.LD116, dengan tingkat identitas maksimum 97% - 98. Tingkat identitas maksimum 98% - 99% diperoleh dari tingkat homologi isolat SAB E-33, SAB E-38, dan SAB S-43 dengan isolat yang terdapat dalam Gen Bank, yaitu masing-masing

Bacillussp. strain K3,Bacillus pumilusstrain 210-50, danBacillussp.E287.

Pohon filogenetik yang menggunakan data sekuen parsial gen 16S rRNA isolat dengan aktivitas antimikrob terbaik dan beberapa galur acuan (reference strains) menunjukkan adanya kedekatan hubungan kekerabatan. Pohon filogenetik menunjukkan SAB-35 berdekatan secara evolusi dengan Pseudomonas sp. J451 dengan nilai boostrap 56%. Pohon filogenetik menunjukkan SABS-43 dan SABE-33 memiliki kedekatan kekerabatan dengan Bacillus sp. EGU72 sedangkan SAB E-38 denganBacillussp. D203.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

KERAGAMAN GENETIKNYA

HERMAWATY ABUBAKAR

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Mikrobiologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Penelitian : Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.: Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya Nama Mahasiswa : Hermawaty Abubakar

NRP : G351070021

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Aris Tri Wahyudi, MSi Dr. Munti Yuhana, MSi

Ketua Anggota

Diketahui,

Koordinator Mayor Mikrobiologi An. Dekan Sekolah Pascasarjana Sekretaris Program S2

Dr.Ir. Gayuh Rahayu Dr.Ir. Naresworo Nugroho, M.Sc.

(10)

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karuniahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih adalahBakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.:Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya, yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2008 sampai Mei 2009.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada pembimbing, yaitu Dr. Aris Tri Wahyudi, Msi. dan Dr. Munti Yuhana, Msi. yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh S2. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Dinamella Wahjuningrum, MSi. selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan koreksi dan arahan untuk perbaikan tesis.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Abubakar Makkarumpa dan Ibunda Hj. Bunga Matahari, Suami dan kedua Anakku atas keikhlasan, doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada saudara dan sahabat khususnya Ari Susilowati, MSi., Rika I. Astuti, MSi., dan Syamsul Bahri, SSi, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan saran, kritik dan kebersamaanya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(11)

BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS

Jaspis

sp. :

ANALISIS PENGHASIL SENYAWA ANTIMIKROB DAN

KERAGAMAN GENETIKNYA

HERMAWATY ABUBAKAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.: Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

(13)

ABSTRACT

HERMAWATY ABUBAKAR. Spons (Jaspis sp.) – Associated Bacteria: Antimicrobial Production and Genetic Diversity Analyses. Under Direction of Aris Tri Wahyudi and Munti Yuhana.

ABSTRACT

Living benthic marine organisms such as sponges are frequently assosiated with bacteria which may produce useful antimicrobial compounds. Genetic diversity of bacteria isolated from marine spongeJaspissp. which has capability in producing antibacterial subtances was investigated. As many as 32 isolates (45,71%) and 20 (29,41%) isolates originating from mesohyl and sponge surface respectively, showed the antibacterial activity againstStaphylococcus aureus, Vibrio harveyi, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC K-11),

Candida albicans, and C. tropicalis. Thirty most potential isolates were further studied by amplified ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA) to asses their genetic diversity. Restriction analysis using enzymes RsaI, HaeIII, and HinfI of the 16S rRNA genes resulted seven phylotipes. The 16S rRNA gene sequence of choosen isolates i.e. SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40 and SAB S-43 that showed inhibition of the growth for all microorganism target were identified. The use of a few phenotypic tests for those isolate can be applied to differentiate them. Gram staining technique was used to distinguish Gram negative from Gram positive ones. Isolates designed as SAB E-8, SAB E-35, and SAB E-40 were identified as Gram negative, whereas SAB E-33, SAB E-38, and SAB S-43 were Gram positive. For Gram positive isolates, further test were performed including spora staining and catalase test forBacillusidentification. Based on their 16S rRNA gene sequences, there were 3 isolates closely related to Pseudomonas sp. while the remaining 3 isolates were members ofBacillusgroup.

(14)

Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya. Dibimbing oleh Aris Tri Wahyudi dan Munti Yuhana.

Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut ini mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat. Spons umumnya dapat bertahan hidup di perairan laut yang miskin nutrisi karena adanya assosiasi dengan organisme lain khususnya bakteri.

Bakteri banyak ditemukan secara komensal di permukaan dan bagian mesohyl spons. Pola makan spons yang khas yaitu filter feeder (menghisap dan menyaring) dapat memanfaatkan jasad renik disekitarnya sebagai sumber nutrien, diantaranya bakteri yang hidup pada perairan tersebut. Namun seringkali bakteri juga dijumpai hidup dan berkolonisasi dengan memanfaatkan nutrien yang terdapat pada spons tersebut.

Produk alami laut sebagai hasil metabolik sekunder kemungkinan dihasilkan oleh kehadiran mikroorganisme pada jaringan spons sebagai simbion, baik simbion intraselluler ataupun ekstraselluler. Senyawa-senyawa organik tersebut dapat ditransport karena adanya kerjasama antara simbion dan inangnya. Kehadiran kedua pasangan simbion ini juga menjadi syarat untuk menghasilkan metabolik sekunder seperti senyawa bioaktif yang bersifat antimikrob. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri (endosimbion dan ektosimbion) penghasil senyawa antimikrob dan menganalisis keragaman genetiknya berdasarkan amplified ribosomal DNA restriction analysis(ARDRA) dan sekuensing gen 16S rRNA.

Metode untuk mengisolasi bakteri simbion yang diduga memiliki potensi antimikrob dibagi atas dua metode yaitu untuk mengisolasi bakteri dari permukaan dan bagian mesohylJaspis sp. Total jumlah bakteri hasil isolasi dari permukaan dan mesohyl diuji kemampuan antimikrobnya dengan menggunakan bakteri target

Escherichia coli, EPEC K-11, Vibrio harveyi, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan dua jenis khamir yaitu Candida albicans dan C. tropicalis. Bakteri yang memiliki aktivitas antimikrob dianalisis keragaman genetiknya dengan Amplified ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA) serta didentifikasi dengan pewarnaan Gram, uji parsial dan sekuensing gen 16S rRNA.

(15)

berasosiasi dengan cara vertikal transmisi. Isolat bakteri yang berasal dari permukaan dan memiliki aktivitas antimikrob diduga adalah bakteri yang memiliki kemampuan untuk melindungi spons dari patogen, predator danbiofouler.

Meskipun jumlah isolat bakteri yang berasal dari permukaan hampir sama dengan isolat endofit, namun aktivitas antimikrob isolat permukaan lebih rendah dibandingkan isolat endofit. Berdasarkan jumlah isolat yang mempunyai aktivitas antimikrob dan jumlah mikrob target yang dapat dihambat pertumbuhannya, isolat yang berasal dari bagian endofit spons Jaspis sp. lebih banyak dibandingkan isolat yang diisolasi dari permukaan. Bakteri simbion yang berasal dari bagian endofit yaitu mesohyl umumnya memiliki populasi yang berlimpah dan merupakan mikroba spesifik dari spons inangnya. Bakteri simbion yang berasal dari permukaan spons merupakan bakteri yang tidak spesifik dengan inangnya dan memiliki kemiripan dengan komunitas mikrob yang berada di lingkungan perairan dimana spons tersebut berada.

Hasil skrening terhadap semua isolat bakteri yang berasal dari endofit dan permukaan menunjukkan ada enam isolat bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan semua mikrob target. Enam isolat tersebut terdiri dari lima isolat endofit yaitu SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, dan SAB E-40 serta satu isolat permukaan yaitu SAB S-43. Berdasarkan hasil uji antagonis terhadapC. albicans dan

C. tropicalis,hanya isolat SAB E-33, SAB E-38 dan SAB E-40 yang memperlihatkan aktivitas antagonis yang baik. Kemampuan isolat bakteri yang berasosiasi dengan sponsJaspissp. dalam menghambat pertumbuhan mikroba target, merupakan bentuk aktivitas antagonis yang diduga dilakukan dengan menghasilkan kandungan senyawa yang bersifat antimikrobial. Biosintesis senyawa antimikrobial berperan penting dalam proses pelekatan, kolonisasi target hingga kompetisi dalam mendapatkan ruang dan nutrisi dengan mikroba lainnya.

Keragaman genetik dilakukan pada 30 isolat yang memiliki aktivitas antimikrob dilakukan dengan ARDRA. Amplifikasi gen 16S rRNA terhadap 30 isolat yang memiliki aktivitas antimikrob dilakukan dengan menggunakan primer spesifik yaitu 63f dan 1387r. Hasil elektroforesis amplifikasi gen 16S rRNA menampakkan pita yang berukuran sekitar 1300 pb. Primer 63f dan 1387r yang digunakan merupakan primer untuk gen yang menyandikan gen 16S rRNA yang telah didesain untuk seluruh domain bakteri. Primer ini dapat digunakan pada kultur murni bakteri maupun sampel alami dimana gen 16S rRNAnya sulit untuk diamplifikasi. Hasil pemotongan gen 16S rRNA memperlihatkan pola pita gen 16S rRNA yang beragam dengan jumlah 2-4 pita.

(16)

pewarnaan Gram dari ke enam isolat terbaik. Isolat SAB 8, SAB 35 dan SAB E-40 dari hasil pewarnaan Gram merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif yaitu isolat SAB E-33, SAB E-38 dan SAB S-43. Uji fisiologis tambahan untuk bakteri Gram positif diarahkan ke kelompok Bacillus dengan melakukan uji parsial yang meliputi pewarnaan Gram, endospora dan katalase. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa ketiga isolat tersebut adalah kelompokBacillus, dicirikan oleh sel yang berbentuk batang, pewarnaan Gram positif, terdapat endospora yang terletak pada bagian sentral dan uji katalase positif.

BlastN sekuen gen 16S rRNA enam isolat dengan aktivitas mikrob terbaik, terbagi menjadi dua kelompok filogenetik yang berbeda yaitu genus Pseudomonas

(50%) dan Bacillus (50%). Isolat SAB E-8, SAB E-35, dan SAB E-40 termasuk dalam kelompokPseudomonaskarena ketiga isolat tersebut masing-masing homolog dengan Pseudomonas sp. HN-07, Pseudomonas sp. LPK2 dan Pseudomonas

sp.LD116, dengan tingkat identitas maksimum 97% - 98. Tingkat identitas maksimum 98% - 99% diperoleh dari tingkat homologi isolat SAB E-33, SAB E-38, dan SAB S-43 dengan isolat yang terdapat dalam Gen Bank, yaitu masing-masing

Bacillussp. strain K3,Bacillus pumilusstrain 210-50, danBacillussp.E287.

Pohon filogenetik yang menggunakan data sekuen parsial gen 16S rRNA isolat dengan aktivitas antimikrob terbaik dan beberapa galur acuan (reference strains) menunjukkan adanya kedekatan hubungan kekerabatan. Pohon filogenetik menunjukkan SAB-35 berdekatan secara evolusi dengan Pseudomonas sp. J451 dengan nilai boostrap 56%. Pohon filogenetik menunjukkan SABS-43 dan SABE-33 memiliki kedekatan kekerabatan dengan Bacillus sp. EGU72 sedangkan SAB E-38 denganBacillussp. D203.

(17)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(18)

KERAGAMAN GENETIKNYA

HERMAWATY ABUBAKAR

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Mikrobiologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

Judul Penelitian : Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.: Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya Nama Mahasiswa : Hermawaty Abubakar

NRP : G351070021

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Aris Tri Wahyudi, MSi Dr. Munti Yuhana, MSi

Ketua Anggota

Diketahui,

Koordinator Mayor Mikrobiologi An. Dekan Sekolah Pascasarjana Sekretaris Program S2

Dr.Ir. Gayuh Rahayu Dr.Ir. Naresworo Nugroho, M.Sc.

(20)

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karuniahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih adalahBakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.:Analisis Penghasil Senyawa Antimikrob dan Keragaman Genetiknya, yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2008 sampai Mei 2009.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada pembimbing, yaitu Dr. Aris Tri Wahyudi, Msi. dan Dr. Munti Yuhana, Msi. yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh S2. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Dinamella Wahjuningrum, MSi. selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan koreksi dan arahan untuk perbaikan tesis.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Abubakar Makkarumpa dan Ibunda Hj. Bunga Matahari, Suami dan kedua Anakku atas keikhlasan, doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada saudara dan sahabat khususnya Ari Susilowati, MSi., Rika I. Astuti, MSi., dan Syamsul Bahri, SSi, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan saran, kritik dan kebersamaanya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pinrang propinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 5 Agustus 1978 dari pasangan H. Abubakar Makkarumpa dan Hj. Bunga Matahari. Penulis merupakan anak ke empat dari enam bersaudara.

Tahun 1996 penulis lulus dari SMU Muhammadiyah Pinrang dan pada tahun 1997 lulus seleksi masuk Universitas Hasanuddin Makasar pada jurusan Biologi melalui jalur UMPTN dan lulus tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan ke program Magister Sains pada mayor Mikrobiologi FMIPA-IPB diperoleh pada tahun 2007. Beasiswa diperoleh dari BPPS Departemen Pendidikan Nasional.

(22)

DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Tinjauan Umum Spons ... 4 Asosiasi Spons dengan Bakteri ... 5 Potensi Senyawa Bioaktif dari Assosiasi Bakteri dengan Spons ... 7 Senyawa Antimikrob ... 9

(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Aktivitas antibakteri dan antikhamir isolat-isolat bakteri endofit asal sponsJaspissp. ... 21 2 Aktivitas antibakteri dan antikhamir isolat-isolat bakteri permukaan

asal sponsJaspissp. ... 23 3 Ukuran fragmen DNA gen 16S rRNA yang dipotong dengan beberapa

enzim restriksi ………... 32

(24)

Halaman

1 Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ... 13 2 Penampilan spons Jaspis sp., asal perairan sebelah barat Pulau

Waigeo, Raja Ampat Papua Barat ... 14 3 Penampilan koloni bakteri ektosimbion hasil isolasi dari spons Jaspis

sp pada Medium SWC, setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27oC ...

20

4 Penampilan koloni bakteri endosimbion hasil isolasi dari sponsJaspis

sp pada Medium SWC, setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27oC ...

20

5 Senyawa Antibakteri yang dihasilkan (terlihat dari zona bening yang terbentuk) dari beberapa isolat bakteri endofit asal spons Jaspis sp. terhadap pertumbuhan bakteri a.S. aureus, b.V. harveyii, c.E. coli, d. EPEC-K11, e.P. aeruginosadan f. S. aureus……….

22

6 Senyawa Antikhamir yang dihasilkan (terlihat dari zona bening yang terbentuk) dari isolat bakteri endofit asal sponsJaspissp. SAB E-35 dan SAB E-38 terhadap pertumbuhan khamir a.C. albicansdan b.C.

tropicalis..……….

22

7 Senyawa Antibakteri yang dihasilkan (terlihat dari zona bening yang terbentuk) dari beberapa bakteri permukaan asal spons Jaspis sp. terhadap pertumbuhan a. S. aureus, b. V. harveyii dan c. P. Aeruginosa...

25

8 Profil koloni pada media SWC dan hasil pewarnaan bakteri Gram negatif isolat SAB E-35 …………...

25 9 Uji parsial genus Bacillus untuk isolat bakteri gram positif (SAB

S-43); Profil koloni pada media SWC; Pewarnaan Gram; Pewarnaan Spora ...………...

25

10 Amplifikasi gen 16S rRNA dari beberapa isolat yang memiliki aktivitas antimikrob terbaik, M: standar ukuran molekul DNA 1kb ladder ………...……….

27

11 Elektroforesis gel agarose gen 16S rRNA dari beberapa isolat bakteri asal spons Jaspis sp. yang mempunyai aktivitas antimikroba terbaik yang dipotong dengan Enzim RsaI (A),HaeIII (B) danHinfI (C). M: standar ukuran molekul DNA (1kb ladder) ...………

28

12 Profil gen 16S rRNA dari 30 isolat bakteri yang berasosiasi dengan sponsJaspissp. yang dipotong dengan enzim restriksiRsaI ………

29 13 Profil gen 16S rRNA dari 30 isolat bakteri yang berasosiasi dengan

sponsJaspissp. yang dipotong dengan enzim restriksiHaeIII ……… 30 14 Profil gen 16S rRNA dari 30 isolat bakteri yang berasosiasi dengan

sponsJaspissp. yang dipotong dengan enzim restriksiHinfI ………

(25)

15 Pohon filogenetik (internode rooted) hubungan kekerabatan antar isolat bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp. dengan aktivitas antimikrob terbaik yang dianalisis dengan ARDRA dan dikonstruksi berdasarkan metodeNeighbor-Joining. Angka 10% pada bagian atas pohon menunjukkan skala persentase perbedaan (distance scale) antar profil isolat bakteri. Angka pada nodus adalah nilai bootstrap dengan 100 ulangan ...

33

16 Pohon filogenetik berdasarkan hasil sekuensing gen 16S rRNA enam isolat bakteri dengan aktivitas antimikrob terbaik asal sponsJaspissp.

(26)

Halaman

(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mikroorganisme laut merupakan sumber senyawa bioaktif baru yang banyak menjadi perhatian sekarang ini. Bakteri penghuni perairan laut yang miskin nutrisi banyak dijumpai hidup dengan cara berasosiasi dengan berbagai organisme laut bentik, seperti spons dan karang.

Spons merupakan biota laut yang tersebar pada daerah perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman 5,5 km. Tubuh hewan ini terdiri dari jaringan rangka yang disebut spikula. Spikula tersebut mengandung senyawa kimia yaitu kalsium karbonat, silika, serat kolagen dan serat spongin yang lentur (Castro & Huber 2005). Spons adalah hewan berpori yang termasuk filter feeder yaitu hewan yang mengumpulkan nutriennya dengan cara menyaring air laut melalui pori-pori (ostium). Makanan porifera berupa sisa organisme yang telah mati atau mikroorganisme yang berada di kolom air. Menurut Tayloret al.(2007), selain dijadikan sumber protein sel tunggal, mikroorganisme juga sebagai simbion dari spons karena mikroorganisme mengkolonisasi tubuh sponge yang berpori-pori sebagai tempat hidup dan berlindung. Hal ini dapat dijumpai sebagai asosiasi antara spons dengan bakteri. Bakteri dapat memberikan kontribusi untuk pertahanan inangnya dengan eksresi antibiotik dan substansi bioaktif lainnya. Secara khusus organisme laut yang sesil seperti spons diperkirakan sangat bergantung pada mekanisme pertahanan simbionnya, yaitu dengan menghasilkan senyawa bioaktif untuk mempertahankan diri terhadap hewan-hewan predator dan dari kolonisasi dari mikroorganisme patogenik.

(28)

Jenis senyawa metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons memperlihatkan kuantitas yang lebih banyak dari mikroorganisme laut lainnya. Hal ini terutama dikarenakan kemudahan dalam kultur massalnya. Jenis senyawa metabolit sekunder dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons sangat bervariasi yaitu dari golongan terpenoid, alkaloid, polyketida, peptida siklik, derivat dari asam lemak dengan berat molekul kecil, heterosklik, hingga

brominated pyrroles,(Tayloret al.2007).

Vibrio spp. yang berasosiasi dengan spons Dysidea sp menunjukkan adanya sintesis cytotoksik dan antibakteri tetrabromodiphenyl eter demikian pula pada asosiasi antara Micrococcus dengan Tedania ignis ditemukan adanya aktifitas antimikroba (Kanagasabhapathy et al. 2005). Hasil penelitian Kim et al. (2006); Montalvo et.al 2005; Zhang et al. (2006), Actinomyetes yang bersimbiosis dengan spons Pseudoceratina clavalata, Xestospongia spp., Hymeniacidon perlevis dan Craniella australiensisjuga menunjukkan adanya aktifitas antimikrobial.

(29)

3

menganalisis komunitas bakteri pada berbagai lingkungan, termasuk spons sebagai simbion dari berbagai bakteri laut.

Tujuan Penelitian

(30)

Tinjauan Umum Spons

Spons (filum Porifera) adalah hewan multisellular (Metazoa) yang paling

tua dan mempunyai struktur yang sangat sederhana. Susunan pada struktur spons

tidak sama dengan filum yang lainnya, morfologi spons sangat mempengaruhi

aspek biologi spons itu sendiri termasuk interaksinya dengan mikroorganisme

(Simpson 1984).

Susunan sel-sel spons berbeda pada setiap lapisan strukturnya. Pada

permukaan paling luar, atau yang biasa disebut dengan pinacoderm, dibentuk oleh

sel-sel epitel yang disebut sebagai pinacocyte. Pori-pori (ostia) pada permukaan

luar merupakan saluran yang menembus sampai pada bagian kanal interior.

Bagian dalam spons, terdapat sebuah sel-sel berflagella (choanocyte) yang berasal

dari sebuah ruang yang disusun oleh choanoderm dimana makanan disimpan.

Flagel dari choanocyte akan bergerak untuk memompa air yang akan masuk

melalui ostia, choanosyte juga akan menyaring keluar partikel-partikel makanan

(termasuk bakteri dan mikroalga) dari air dan akan ditransfer ke mesohyl yang

merupakan perluasan lapisan yang berhubungan dengan jaringan. Di dalam

mesohyl partikel makanan akan dicerna dengan phagositosis oleh sel-sel spons

lainnya yang disebut archaeosyte. Sel-sel totipotensi yang dapat berdiferensiasi

menjadi tipe sel spons yang baru juga berada pada mesohyl yang padat dengan

komunitas mikroorganisme. Setiapkali choanocyte menyaring air yang masuk,

maka air juga akan dikeluarkan dari spons melalui osculum, diperkirakan lebih

dari 24.000 liter air yang dipompakan oleh 1 kg spons perhari (Castro & Huber

2005).

Pertumbuhan spons juga memiliki tipe yang bermacam-macam dengan

warna-warna yang menarik, seperti tipe encrusting, bercabang, cup dan massive

dengan ukuran yang hanya beberapa millimeter hingga yang memiliki diameter

lebih dari satu meter. Konstruksi struktur spons dibentuk oleh silika dan spikula

kalkareus, komponen ini seringkali dibuat sebagai bahan dalam penyusunan

(31)

5

memengang peranan dalam menyokong struktur pada spons (Castro & Huber

2005).

Spons yang berwarna orange cerah yaitu Jaspis johnstoni adalah spons

dengan struktur yang rapuh, lembut dan padat. Spons ini dapat dijumpai pada

permukaan karang sehingga dengan mudah dapat dikonsumsi oleh predator.

Spons ini mempunyai kandungan senyawa bioaktif yang dapat membunuh

predator, hasil penelitian Vanderloos (1997) mengidentifikasi senyawa tersebut

adalah Jasplakinolide yang dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

Asosiasi Spons dengan Bakteri

Interaksi antara spons dan bakteri terjadi dalam banyak bentuk. Untuk

spons, mikroba yang berbeda dapat diartikan sebagai sumber makanan,

patogen/parasit atau sebagai simbion mutualisme. Bakteri yang berasosiasi

dengan spons dapat mencapai 40% dari jaringan spons dengan kepadatan 109sel bakteri per ml jaringan spons (Hofman et al. 2005). Berdasarkan sekuen 16S

rRNA dan Denaturing Gradient Gel Electrophoresis (DGGE) hasil sensus oleh

Taylor et al. (2007), bakteri yang berassosiasi dengan spons antara lain adalah

Acidobacteria, Actinobacteria, Bacteroides, Chloroflexi, Cyanobacteria,

Deinococcus-Thermus, Firmicutes, Gemmatimonadetes, Nitrospira,

Planctomycetes, Poribacteria, Proteobacteria, Sphirochaetes dan

Verrucomicrobia.

Sangat jelas keuntungan yang diperoleh spons dari sistem metabolisme

simbionnya yaitu bakteri dan mikroba lainnya. Fotosintesis dan fiksasi nitrogen

yang dilakukan oleh cyanobakteri kiranya merupakan faktor kunci mengapa

spons dapat bertahan dalam kondisi lingkungan peraiaran yang miskin nutrisi

(Ariilo et al. 1993). Seperti yang diungkapkan oleh Hoffman et al.(2006), yang

menjelaskan bahwa bakteri anaerobik dapat mentransfer asam karboksilat pada

spons Geodia baretti. Bakteri metanotropik dapat mensuplemen nutrisi pada

spons tanpa proses filter feeding dalam habitat laut yang kaya akan metan

(Faceletet al.1995). Namun, mikroba simbion dapat pula dikonsumsi oleh spons,

ini dilaporkan pertamakali pada awal 1970-an, bahwa simbion cyanobakteri

ditemukan pada bagian intra dan ekstraseluler dari spons Synecoccus spp.

(32)

tertentu dari spons Ircinia virabilis asal Mediterania, yang merupakan sebuah

sumber fotosintesis dan pemfiksasi karbon bagi spons (Yahel et al. 2006).

Bentuk asosiasi mikroba juga memberikan kontribusi dalam siklus nutrisi

bagi kebutuhan spons inangnya. Sumber nutrisi spons berupa mikroalga dan

zooplankton terdiri atas berbagai komponen makrokolekul. Mikroalga yang kaya

akan karbon dan nitrogen serta zooplankton yang sebagian struktur tubuhnya

terdiri atas kitin dapat dengan mudah dipecah oleh bakteri-bakteri pengahsil

enzim protease dan kitinase sehingga menjadi molekul yang lebih kecil (Reiswig

1975). Keuntungan lain yang diperoleh oleh spons dari simbionnya yaitu bakteri

adalah penambahan struktur yang lebih kaku akibat produksi mukus yang

dihasilkan oleh mikroba. Dalam beberapa kasus senyawa-senyawa yang

dihasilkan oleh mikroba simbion potensial digunakan sebagai prekusor untuk

metabolisme biosintesis pertahanan spons dari patogen dan predator lainnya.

Penelitian tentang interaksi antara spons dan mikroorganisme,

menunjukkan bahwa suatu mikroorganisme akan berasosiasi pada spesies spons

tertentu. Hal ini telah dibuktikan melalui pengamatan dengan mikroskop maupun

analisa genetik dan studi kultur yang bertujuan untuk isolasi antibiotik dari bakteri

yang berasosiasi dengan spons yang berbeda-beda. Suberitas domuncula,

misalnya menunjukkan hanya sedikit bakteri yang tampak pada bagian permukaan

dalamnya, sementara spons Halichondria panicea dan Ircinia fascikulata

menunjukkan bakteri yang berlimpah dengan variasi yang bermacam-macam. Ini

dapat dilihat dengan mikroskop elektron yang juga menggambarkan tingginya

keanekaragaman isolat bakteri dari spons-spons ini (Imhoff & Stohr 2003).

Spesies spons yang berasosiasi dengan bakteri spesifik dapat ditunjukkan

dengan membandingkan komunitas bakteri yang berasosiasi dengan sampel yang

berbeda dari spons Mediteranian yaitu Chondrilla nucula dari laut Adriatic dan

laut Liguria. Sekuen DNA klon yang identik ditemukan dalam sampel spons dari

lokasi yang berbeda. Menariknya, spons Thetya aurantium menunjukkan dua

komunitas bakteri yang diperlihatkan dengan bentuk morfologi yang berbeda dari

bagian eksterior dan interior sel, yang dapat dilihat dengan mikroskopik dan

diperjelas dengan DGGE dan percobaan cloning gen 16S rRNA. Penemuan ini

(33)

7

adalah spesies khusus yang berasosiasi dengan kelompok porifera tersebut serta

mempunyai bentuk adaptasi sepanjang proses evolusi pada lingkungan dimana

spons berada (Imhoff & Stohr 2003).

Kesuksesan usaha dalam mengisolasi mikroorganisme penghasil senyawa

bioaktif yang bersimbiosis dengan spons tergantung oleh beberapa faktor. Faktor

yang paling signifikan yaitu bahwa mikroba dapat melakukan sistem metabolisme

yang berbeda-beda tergantung kondisi lingkungannya. Banyak penelitian yang

berhasil mengkultur bakteri yang berasal dari spons pada medium-medium yang

sebelumnya dicampur dengan ekstrak dari jaringan spons. Meskipun demikian,

bakteri yang dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang diisolasi jumlahnya

cukup rendah yaitu berkisar 0,06; 0,1; 0,15 dan 0,7 % dari total bakteri yang

dapat dikultur dari spons Candidaspongia flabellata, Rhopaloides odorabile,

Aplysinaaerophoba(Burjaet al.1999; Thomset al.2003)

Kebutuhan nutrisi mikroba yang bersimbiosis dengan spons sangat susah

untuk dipenuhi bila dikultur dalam laboratorium. Bagaimanapun, ada beberapa

bakteri yang dapat diisolasi tetapi sudah tidak dapat memproduksi

senyawa-senyawa bioaktif lagi, kemungkinan bakteri-bakteri tersebut mengharuskan

adanya perantara sistem metabolisme dari spons sebagai inangnya. Adapula

beberapa isolat bakteri yang belum diketahui alasannya berhenti menghasilkan

produk-produk senyawa bioaktif setelah dikulturkan beberapa waktu pada media

buatan. Ini diduga karena adanya keterlibatan faktor genetik, dimana gen yang

menyandikan senyawa bioaktif tersebut hilang karena akibat mutasi atau

kehilangan penggerak elemen-elemen genetik yang mensintesis gen-gen tersebut

(Prokschet al. 2002).

Potensi Senyawa Bioaktif dari Assosiasi Bakteri dengan Spons

Spons dianggap sebagai organisme yang potensial karena lebih dari 200

senyawa metabolit baru yang ditemukan setiap tahun, dibandingkan dengan

organisme laut lainnya. Spons dianggap sebagai salah sumber substansi natural

yang paling penting seperti antibiotik, antitumor, aktivitas antiviral,

antiplasmodial, dan anti-inflammatory. Ini membuat spons sebagai sumber

(34)

hal ini tidak bisa membuktikan apakah sel-sel spons atau bakteri yang berasosiasi

memproduksi substansi senyawa bioaktif (Bluntet al.2006).

Meskipun awalnya penemuan senyawa bioaktif banyak ditemukan sebagai

hasil ekstraksi dari jaringan spons tetapi arah penelitian sekarang ini lebih banyak

dieksplorasi pada mikroorganisme yang bersimbiosis dengan spons. Hal tersebut

lebih menguntungkan dibandingkan dengan mengisolasi dari inangnya (spons).

Menurut Westet al.(2002), senyawa makrosiklik lactone yaitu Peluruside A yang

diisolasi dari demosphongia Mycale hentscheli di perairan New Zaeland

menunjukkan potensi sebagai antikanker dan untuk mendapatkan 2 gram

Peluruside A murni dibutuhkan 200 kg ekstrak spons, hal ini tentu saja dapat

menghabiskan kekayaan laut bumi ini.

Kenyataanya, banyak kasus yang dapat menunjukkan bahwa bakteri yang

berasosiasi yang memproduksi kandungan senyawa bioaktif dan bukan inangnya.

Chondramide D yang dihasilkan oleh deltaproteobacterium Chondromyces

crocatus memperlihatkan rumus struktur yang sama dengan senyawa Jaspamide

yang berasal dari ekstrak sponsJaspis sp.(Tayloret al.2007).

Spons yang bersimbiosis dengan Actinomycetes dari genus

Micromonospora menghasilkan Manzamine yaitu alkaloid yang berpotensi

sebagai antimalaria. Manzamine pertama diisolasi dari mikroba yang berasal dari

spons yang tidak hanya berbeda spesies, tetapi juga secara geografis berbeda.

Namun perkembangan sekarang, manzamine yang dihasilkan tidak selalu

bergantung pada komunitas atau jenis mikrobanya. Manzamine yang diisolasi di

Indonesia dihasilkan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan spons 01IND 35 dan

01IND 52 (Naglaa et al. 2004).

Spons Hyatella sp. yang bersimbiosis dengan Vibrio sp. menghasilkan

senyawa peptida yang bersifat antibakterial, sementara itu glycoglycerolipid

dihasilkan oleh Halichondria panicea yang bersimbiosis denganMicrobacterium

sp. yang berpotensi sebagai anti tumor (Miyashiro & Ikegami 1994; Wickeet al.

2000). Menurut Mitova et al. (2003), sebuah senyawa baru yaitu

Cyclotetrapeptida dan dihasilkan oleh bakteri Pseudomonas sp. (IM1) yang

diisolasi dari sebuah spesimen spons Ircinia muscarum dari teluk Naples (Italia).

(35)

9

(KS) strain Salinispora sp. (actinobacteria) diindikasikan memiliki sekuen gen

polyketide synthase (PKS) yang sama dengan Amycolatopsis mediterranei

penghasil Rifamycin B. Strains Salinispora diisolasi dari spons laut

Pseudoceratina clavata. Pada penelitian lainnya, beberapa golongan Quinolon

memiliki aktivitas antimikrobial dan cytotoksin dari Pseudomonas asosiasi

dengan Homophinia sp. yang berasal dari lautan pasifik (Burja et al. 1999).

Asosiasi antara sponsAplysina aerophoba dan A. cavernicola yang berada di laut

Mediterania dengan 27 isolat bakteri yang belum teridentifikasi, menunjukkan

bahwa beberapa isolat tersebut berpotensi untuk menghambat pertumbuhan

bakteri-bakteri klinikal yang multiresisten seperti, Staphylococcus aureus dan S.

epidermidis(Hentschelet al.2001).

Arah penelitian yang semakin dikembangkan yaitu berfokus pada produksi

substansi antibiotik dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons. Bagaimanapun

penambahan bakteri resisten menyebabkan beberapa masalah dalam dunia

kedokteran dan menguatkan penelitian-penelitian baru untuk mencari kandungan

senyawa aktif melawan patogen multiresisten.

Senyawa Antimikrob

Senyawa antimikroba adalah senyawa yang dihasilkan oleh fungi dan

bakteri yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain.

Kebanyakan senyawa antimikroba yang telah dipergunakan secara luas dikenal

dengan nama antibiotik. Target penting dari antibiotik bakteri adalah ribosom

(translasi), dinding sel, membran sitoplasma, proses repilikasi DNA dan

transkripsi (Madiganet al.2006).

Antibiotik yang menghambat sintesis protein pada tahap inisiasi adalah

streptomycin sedangkan puromycin, chloramphenicol, cyckloheximide dan

tetracyclin pada tahap elongasi. Antibiotik yang berperan pada transkripsi antara

lain rifampin dan streptovaricin yang menghambat sintesis RNA yaitu dengan

berikatan dengan sub unit β dari RNA polimerase, sedangkan aktinomycin

menghambat sintesis RNA dengan menghentikan proses elongasi RNA.

Antibiotik β-lactam seperti penicillin dan cephalosporin berpotensi untuk

menghambat sintesis dinding sel salah satunya dengan menghasilkan penicillin

(36)

Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis(ARDRA)

Salah satu alternatif untuk mengetahui komposisi komunitas suatu

lingkungan yaitu dengan mengembangkan teknik biologi molekular. Teknik ini

mencakup penentuan variasi pola pita gen 16S rRNA setelah dipotong dengan

beberapa enzim restriksi yang dapat dianalisis pada komunitas prokariot yang

dijumpai pada habitat tertentu. Gen 16S rRNA adalah bagian dari DNA prokariot

yang dapat ditemukan pada bakteri dan archaea. Gen ini mengkodekan rRNA,

dimana rRNA merupakan bagian pembentuk dari ribosom. Huruf ”r” pada rRNA

merujuk pada kata ribosomal, sedangkan struktur ribosom terdiri dari dua unit

yaitularge subunit (LSU) dansmall subunit(SSU). Pada bakteri SSU dikodekan

oleh gen 16S rRNA sedangakn LSU dikodekan oleh gen gen 5S rRNA dan 23S

rRNA (Snyder & Wendy 2002).

Gen 16S rRNA merupakan gen yang sangat stabil, karena susah temutasi

meskipun dalam jangka waktu yang lama. Gen 16S RNA mengandung informasi

yang dapat dijadikan sebagai biomarker terhadap suatu bakteri. Gen 16S rRNA

terdiri dari daerah konservatif yang dapat dijumpai pada semua organisme dan

daerah hypervariabel yang unik pada setiap organisme atau organisme yang

memiliki hubungan kekerabatan yang dekat yang dapat digunakan untuk

identifikasi (Moyeret al.1994).

Analisis filogeni dari komunitas mikroba yang menggunakan Amplified

Ribosomal DNA Restriction Analysis (ARDRA) merupakan sebuah metode

sederhana yang didasarkan pada adanya polimorfisme panjang fragmen gen 16S

rRNA setelah dipotong dengan enzim restriksi. Istilah polimorfisme adalah hasil

pemotongan gen 16S rRNA dari bakteri asal yang berbeda akan memberikan pola

fragmen yang berbeda. Panjang fragmen ditentukan melalui proses elektroforesis

gel agarose dengan penanda ukuran DNA (DNA marker) sebagai pembanding

(Yogiara 2004). Sama halnya hibridisasi dan pelacakan DNA, ARDRA digunakan

untuk menganalisis komunitas bakteri pada berbagai lingkungan. Meskipun

ARDRA hanya memberikan sedikit atau sama sekali tidak ada informasi

mengenai tipe mikroorganisme yang terdapat dalam suatu sampel, namun hasilnya

(37)

11

membandingkan suatu komunitas mikroorganisme pada kondisi lingkungan yang

berbeda.

Pada penelitian Moyer et al. (1994) analisis 16S rRNA menggunakan

kombinasi enzim restriksi tetramerik (situs pengenalan 4 basa DNA) untuk

menghasilkan suatu pola pita DNA yang emadai sebagai satuan operasional

taksonomi (operational taxonomic unit/OTU). Masing-masing OTU akan menjadi

ciri dari kelompok 16S rRNA asal bakteri yang hidup dalam komunitas tertentu.

Penggunaan enzim restriksi HhaI (isochizomer dengan Hinp1 I),RsaI dan BstUI

sebagai enzim yang digunakan dalam studi keragaman mikrob menggunakan

ARDRA, karena enzim tersebut dapat menghasilkan pola pita DNA yang relatif

(38)

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

FMIPA-Institut Pertanian Bogor, yang dimulai bulan Oktober 2008 sampai bulan

Mei 2009.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel spons Jaspis sp

yang diambil dari perairan sebelah barat pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat,

Papua Barat. Bakteri uji yang digunakan untuk uji produksi senyawa antibakteri

terdiri dari bakteri Gram negatif yaitu Escherichia coli (koleksi laboratorium

Mikrobiologi, departemen Biologi IPB), EPEC (Enteropathogenic Escherichia

coli) K-11 (koleksi Dr.dr. Sri Budiarti – Departemen Biologi IPB),Vibrio harveyi

patogen udang (koleksi Dr. Widanarni – Departemen Budidaya Perikanan IPB),

Pseudomonas aeruginosa patogen manusia (koleksi laboratorium Bioteknologi

PAU) serta bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus patogen manusia

(koleksi laboratorium Bioteknologi PAU), Bacillus subtilis dan Staphylococcus

aureus (koleksi laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi IPB). Pengujian

antikhamir menggunakan Candida albicans dan C. tropicalis patogen manusia

(koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia)

Metode Penelitian

Metode ini meliputi pengambilan sampel, lalu dilanjutkan dengan isolasi

bakteri yang berpotensi menghasilkan senyawa antimikrob yang berasal dari

permukaan dan mesohyl spons Jaspis sp. Penapisan isolat bakteri yang

menghasilkan senyawa antimikrob, yang dilakukan terhadap organisme prokariot

(bakteri) dan Eukariotik (khamir). Untuk keragaman genetik isolat bakteri yang

memiliki aktivitas antimikrob dilakukan dengan Amplified ribosomal DNA

restriction analysis (ARDRA) dan dilanjutkan dengan uji fisiologis (pewarnaan

Gram dan uji parsial) serta sekuensing gen 16S rRNA untuk identifikasi isolat

(39)

13

Gambar 1. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Pengambilan Sampel

sponsJaspissp.

Isolasi Bakteri dari Sampel Spons

Penapisan Isolat Bakteri Penghasil Senyawa Bioaktif

Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian Aktivitas Antikamir

Uji fisiologis (Pewarnaan Gram dan Uji Parsial)

Amplified rDNA Restriction Analysis (ARDRA)

(40)

Pengambilan Sampel

Sampel spons diambil dari perairan sebelah barat pulau Waigeo, Kabupaten

Raja Ampat, Papua Barat, pada kedalaman +10 meter dengan menggunakan alat

bantu snorkel dan masker. Pengambilan sampel ini dilakukan secara acak, yaitu

dengan menyusuri dasar laut. Sampel spons Jaspis sp. yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Sampel kemudian dimasukkan ke

dalam plastik sampel (Whirl-Pak, Nasco, USA) yang telah diisi dengan oksigen

murni, selanjutnya ditempatkan dalam cool box untuk dianalisis secara

mikrobiologis di laboratorium.

Gambar 2. Penampilan spons Jaspis sp., asal perairan sebelah barat Pulau Waigeo, Raja Ampat Papua Barat.

Isolasi Bakteri dari SampelSpons

Permukaan sampel spons dibilas dengan air laut steril, sehingga hanya

bakteri dengan daya simbiosis yang kuat saja yang akan tersampling (Amstronget

al.2001). Untuk isolasi bakteri pada bagian dalam jaringan spons diambil dengan

cara memisahkan bagian pinacoderm dengan bagian mesohyl. Bagian mesohyl

diambil dengan ukuran + 1 x 1 cm, digerus dan diencerkan dengan Phosphate

Buffer Saline (PBS) steril dengan perbandingan 1 : 1 (Kim et al 2006).

Selanjutnya dibuat suspensi dari pengenceran 10-1sampai 10-7. Pada pengenceran 10-5,10-6, dan 10-7dipipet 0,1 ml secara aseptik dan disebar ke dalam cawan petri yang telah berisi media Sea Water Complete (SWC), kemudian diinkubasi pada

(41)

15

tumbuh pada media tersebut. Untuk mengisolasi bakteri dari permukaan luar

menggunakan swab steril (Wahl et al. 1994). Swab steril diusapkan pada

permukaan luar spons, kemudian dicelupkan ke dalam botol pengenceran yang

berisi PBS steril dengan perbandingan 1 : 1. Selanjutnya, dari suspensi tersebut

dibuat pengenceran 10-1 sampai 10-7. Pada pengenceran 10-5, 10-6, dan 10-7dipipet 0,1 ml secara aseptik dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi

media SWC, kemudian diinkubasi pada suhu 26oC selama 24 - 36 jam dan diamati pertumbuhan koloni bakterinya. Setiap koloni bakteri yang tumbuh dipisahkan

berdasarkan warna dan bentuk koloni, serta dimurnikan dengan menggunakan

media yang sama.

Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Bioaktif (Antibakteri dan Antikhamir)

Pengujian Aktivitas Antibakteri. Metode ini dilakukan dengan teknik

bilayer yaitu, kultur cair bakteri uji yang telah diinkubasi selama 18 jam, diambil

sebanyak 1ml lalu dimasukkan ke dalam 100 ml media SWC steril. Campuran

antara kultur bakteri dan media SWC sebagai lapisan kedua dituangkan ke dalam

cawan petri yang telah berisi dengan media SWC yang telah padat (lapisan

pertama). Setelah padat, isolat bakteri yang telah murni digoreskan pada

permukaan media yang telah mengandung kultur bakteri uji, kemudian diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37oC. Senyawa bioaktif antibakteri yang dihasilkan diindikasikan dengan terbentuknya zona jernih disekitar koloni isolat murni.

Pengujian Aktivitas Antikhamir. Metode yang dilakukan sama dengan

pengujian antibakteri yaitu dengan teknik bilayer. Kultur cairCandida yang telah

diinkubasi selama 24 jam, diambil sebanyak 1ml lalu dimasukkan ke dalam 100

ml media PDA (Potato Dextrose Agar) steril. Campuran antara kultur khamir dan

media PDA sebagai lapisan kedua dituangkan ke dalam cawan petri yang telah

berisi dengan media PDA yang telah padat (lapisan pertama). Setelah padat, isolat

yang telah murni digoreskan pada permukaan media yang telah mengandung

kultur khamir, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Senyawa bioaktif antibakteri yang dihasilkan diindikasikan dengan terbentuknya zona jernih

disekitar koloni isolat yang digoreskan murni maka dapat menghambat

(42)

Pewarnaan Gram dan Uji Parsial

Karakterisasi tambahan yang dilakukan pada isolat bakteri yang

menghasilkan senyawa bioaktif yaitu dengan pewarnaan Gram. Isolat yang

menghasilkan Gram positif dilanjutkan dengan identifikasi parsial yang merujuk

ke kelompokBacillusyaitu dengan pewarnaan spora dan uji katalase.

Analisis Molekuler Gen 16S rRNA

Isolasi Genom.30 Isolat bakteri yang menunjukkan kemampuan antibakteri

dan antikhamir masing-masing ditumbuhkan pada media SWC dan diinkubasi

shaker selama 24 jam, dengan komposisi media 5 gr/l bacto pepton, 1 gr/l yeast

extract dan 3 ml/l glycerol. Isolat bakteri yang telah ditumbuhkan pada media

SWC diambil sebanyak 1,5 ml dan disentrifugasi (18.000xg) selama 10 menit

untuk mendapatkan pelet bakteri. Pelet ini digunakan untuk mengekstraksi DNA

genom dengan metode standar (Sambrook & Russel 2001). Setelah disentrifugasi

supernatannya dibuang dan ditambahkan ke dalamnya buffer Tris-EDTA (TE)

sebanyak 250 μl, lalu disentrifugasi 8000 rpm selama 10 menit. Supernatannya

dibuang dan dilakukan resuspensi dengan TE sebanyak 2 kali. Ditambahkan

dengan 250 μl TE dan 5 μl lisozym, lalu tabung eppedorf dibolakbalik dan

diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC. Larutan TE dan lisozym dibuang, kemudian diganti 500 μl SDS 10% dan 10 μl proteinase K lalu tabung

dibolakbalik dan diinkubasi selama 37oC selama 60 menit. Larutan SDS dan proteinase K diganti dengan 80 μl NaCl dan 100 μl CTAB 10% lalu diinkubasi

selama 20 menit pada suhu 65oC. Setelah inkubasi larutan sebelumnya diganti dengan 650 μl PCl lalu dikocok kuat dan disentrifugasi 14000 rpm selama 10

menit. Bagian atas atau fase aquosenya dipindahkan ke tabung ependorf baru lalu

ditambahkan 650 μl CI dan disentrifugasi 14000 rpm selama 10 menit. Larutan

sebelumnya diganti dengan etanol absolut 2X vol; Na asetat 3 M 0,1 vol lalu

diinkubasi frezeer selama semalam. Setelah diinkubasi semalam etanol 2X vol;

Na asetat 3 M 0,1 vol diganti dengan etanol 70% dingin sebanyak 1 ml lalu

disentrifuges 14000 rpm selama 15 menit. Supernatannya dibuang lalu pelet

dikering udarakan selama semalam. Setelah dikering udarakan selama semalam

(43)

17

Amplifikasi Gen 16S rRNA dengan PCR. Amplfikasi gen 16S rRNA

digunakan (PCR Perkin Elmer 2400), dengan menggunakan primer 63f

(5’-CAGGCCTAACACATGCAAGTC-3’) dan 1387r

(5’-GGGCGGWGTGTACAAGGC-3’) (Marchesi et al 1998) yang akan

memperbanyak fragmen pada target sekitar 1300 pb. Total volume reaksi yang

digunakan adalah 25 μl, terdiri atas 12,5 μl 2x GC Buffer,4 μl dNTPs,

masing-masing 1 μl primer 63f dan 1387r, 0,25 Taq polimerase, 4 μl DNA template dan

2,25μl aquabidest steril. Kondisi PCR pada pra denaturasi pada suhu 95oC selama 5 menit; untuk siklus 30, denaturasi pada suhu 95oC selama 30 detik, anneling pada suhu 54oC selama 30 detik, polimerisasi pada suhu 72oC selama 30 detik dan post PCR pada suhu 72oC selama 7 menit. Produk PCR dapat diketahui dengan elektroforesis pada gel agarose 10% (wt/vol) selama 45 menit pada 70V/cm

dengan TAE buffer 1X. Produk PCR selanjutnya dipurifikasi dengan

menggunakan kit purifikasi (Promega, USA) sesuai dengan instruksi pemakaian.

Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis (ARDRA). Setiap hasil

purifikasi produk PCR gen 16S rRNA dipotong dengan menggunakan empat

enzim restriksi yaitu RsaI, HaeIII,dan HinfI (Fermentas, Life Science). Volume

reaksi tiap-tiap enzim restriksi terdiri atas 5 μl amplicon (1.5 μg), 2 μl buffer

Tango 10X, 2 U/μl enzim restriksi, dan ddH2O hingga volume 20 μl, kemudian

diinkubasi selama 3 – 4 jam pada suhu 37oC. Inaktivasi enzim dilakukan dengan menginkubasi pada suhu 65oC selama 20 menit. Produk restriksi selanjutnya dielektroforesis dengan menggunakan gel agarose 1% (wt/vol) selama 45 menit

pada 70V/cm dalam buffer TAE 1X. fragmen-fragmen dari hasil pemotongan pita

gen 16S rRNA tiap-tiap isolat dibuat data biner dan dianalisis menggunakan

software Treecon pada windows ver1.3b (Van de Peer dan De Watcher 1994).

Sekuensing Gen 16S rRNA dan Analisis Filogenetik. Sekuensing gen 16S

rRNA dilakukan di PT Charoen Phokpand Indonesia, terhadap enam isolat terpilih

(SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40 dan SAB S-43) dengan

menggunakan metode dideoksi Sanger. Analisis sekuen gen 16S rRNA dilakukan

(44)

Sekuen gen 16S rRNA disejajarkan dengan menggunakan program clustalW

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Isolasi Bakteri dari Sampel Spons

Hasil isolasi diperoleh 138 isolat bakteri masing-masing 70 isolat bakteri

endofit dan 68 isolat bakteri permukaan, yang ditandai dengan warna dan bentuk

koloni yang berbeda-beda (Gambar 3 dan 4). Seluruh isolat tersebut dikumpulkan

lalu diamati warna dan morfologi koloninya. Profil koloni isolat endosimbion dan

ektosimbion dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Pemberian nama isolat

berdasarkan asal sampel dimana bakteri-bakteri tersebut diisolasi, SAB E-1 yang

berarti Sponge – Assosiated Bacteria Endofit-1 (nomor urut isolat) yaitu bakteri

yang diisolasi dari bagian endofit spons, serta SAB S-1 yang berarti Sponge –

Assosiated Bacteria Surfaces-1 (nomor urut isolat) yaitu bakteri yang diisolasi

dari bagian surfaces (permukaan) spons. Isolat-isolat bakteri endofit dan surface

hasil isolasi diduga memiliki aktivitas antimikrob, yang selanjutnya dilakukan uji

lanjut untuk mengetahui sifat antimikrobnya.

Penapisan Isolat Penghasil Senyawa Bioaktif (Antibakteri dan Antikhamir)

Penapisan ini dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan dua

kelompok mikroorganisme unicelluler target yaitu bakteri (prokariotik) dan

khamir (eukariotik). Hasil penapisan menunjukkan beberapa isolat bakteri endofit

dapat menghambat pertumbuhan bakteri target dan khamir target sekaligus,

meskipun dengan kemampuan yang berbeda-beda. Isolat-isolat tersebut antara lain

isolat SAB 8, SAB 31, SAB 32, SAB 33, SAB 35, SAB 36, SAB

E-37, SAB E-38, SAB E-40, dan SAB E-41 (Tabel 1). Hasil uji aktivitas antibakteri

isolat-isolat tersebut baik terhadap pertumbuhan bakteri uji maupun pertumbuhan

khamir uji berupa zona bening yang terbentuk, masing-masing dapat dilihat pada

Gambar 5 dan 6.

Pengujian aktivitas antibakteri dan antikhamir yang dilakukan pada isolat

bakteri permukaan juga merupakan penapisan awal. Adanya aktivitas antibakteri

dan antikhamir ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar goresan isolat

bakteri permukaan. Hasil pengujian isolat bakteri permukaan dapat dilihat pada

(46)

Gambar 3. Penampilan koloni bakteri ektosimbion hasil isolasi dari sponsJaspis

sp pada Medium SWC, setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27oC.

Gambar 4. Penampilan koloni bakteri endosimbion hasil isolasi dari sponsJaspis

sp pada Medium SWC, setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27oC.

cm cm

(47)

21

Tabel 1. Aktivitas antibakteri dan antikhamir isolat-isolat bakteri endofit asal sponsJaspissp.

Bakteri Uji Khamir Uji

N

Sa :Staphylococcus aureus; Sa* :Staphylococcus aureus; Vh#: Vibrio harveyii; Ec :Escherichia coli; EPEC* K-11 :Escherichia coli; Pa* :Pseudomonas aeruginosa; Cal* :Candida albicans;

(48)

Gambar 5. Senyawa antibakteri yang dihasilkan (terlihat dari zona bening yang terbentuk) dari beberapa isolat bakteri endofit asal spons Jaspis sp. terhadap pertumbuhan bakteri a. S. aureus, b. V. harveyii, c.E. coli, d. EPEC-K11, e.P. aeruginosadan f. S. aureus.

Gambar 6. Senyawa antikhamir yang dihasilkan (terlihat dari zona bening yang terbentuk) dari isolat bakteri endofit asal sponsJaspissp. SAB E-35 dan SAB E-38 terhadap pertumbuhan khamir a. C. albicans dan b. C.

(49)

23

Tabel 2. Aktivitas antibakteri dan antikhamir isolat-isolat bakteri permukaan asal sponsJaspissp.

Bakteri Uji Khamir Uji

N

Sa :Staphylococcus aureus; Sa* :Staphylococcus aureus; Vh#: Vibrio harveyii; Ec :Escherichia coli; EPEC* K-11 :Escherichia coli; Pa* :Pseudomonas aeruginosa; Cal* :Candida albicans;

(50)

Beberapa isolat bakteri permukaan mampu menghambat beberapa

pertumbuhan bakteri uji namun tidak satupun isolat bakteri permukaan mampu

menghambat C. albicansdan C.tropicalis (Tabel 4). Isolat-isolat tersebut adalah

SAB S-6, SAB S-15, SAB S-30, SAB S-32, SAB S-41 dan SAB S-43, dimana

terdapat zona bening disekitar pertumbuhan isolat-isolat tersebut (Gambar 7).

Pada Tabel 2 dan 3 menunjukkan semua isolat bakteri endofit dan permukaan

tidak memperlihatkan adanya aktivitas dalam menghambat pertumbuhan terhadap

bakteriB. subtillis.

Aktivitas antibakteri dari semua isolat bakteri endofit dan permukaan

terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan EPEC*-K11, hampir semuanya membutuhkan waktu yang lama hingga terbentuk zona bening. Waktu inkubasi

yang dibutuhkan hingga terbentuk zona bening rata-rata adalah 5 x 24 jam.

Pewarnaan Gram dan Uji parsial

Pewarnaan Gram dan uji parsial dilakukan hanya pada beberapa isolat

yang memiliki aktivitas yang baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan

khamir target. Isolat-isolat tersebut adalah SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB

E-38, SAB E-40 dan SAB S-43 karena mampu menghambat minimal lima

mikroba uji dengan kemampuan penghambatan yang baik. Pewarnaan Gram

menunjukkan isolat SAB E-8, SAB E-35, dan SAB E-40 adalah bakteri kelompok

Gram negatif (Gambar 8). Hasil pewarnaan Gram positif pada isolat SAB E-33,

(51)

25

Gambar 7. Senyawa antibakteri yang dihasilkan (terlihat dari zona bening yang terbentuk) dari beberapa bakteri permukaan asal spons Jaspis sp. terhadap pertumbuhan a.S. aureus,b.V. harveyiidan c.P. aeruginosa.

Gambar 8. A. Profil koloni pada media SWC dan B. Hasil pewarnaan bakteri Gram negatif isolat SAB E-35.

Identifikasi parsial yang mengarahkan isolat yang memiliki gram positif

adalah dari kelompok Bacillus meliputi pewarnaan Gram, pewarnaan spora dan

uji katalase (Gambar 9).

Gambar 9. Uji parsial genusBacillusuntuk isolat bakteri gram positif (SAB S-43); A. Profil koloni pada media SWC; B. Pewarnaan Gram; C. Pewarnaan Spora.

a b c

cm cm cm

6

43

41

41

43

15 41

6

43

a. b.

cm

(A) (B)

a. b. c.

Endospora cm

(52)

Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis(ARDRA)

Berdasarkan hasil uji antimikroba, diperoleh 30 isolat yang memiliki

aktivitas antimikroba yang terdiri dari 24 isolat bakteri endofit dan 6 isolat bakteri

yang berasal dari permukaan. Isolat yang terpilih akan digunakan untuk

mengetahui hubungan kekerabatan antar bakteri dengan metode ARDRA.

Ekstraksi genom seluruh isolat dilanjutkan dengan amplifikasi gen 16S rRNA

dengan PCR yang menunjukkan produk PCR gen 16S rRNA sekitar 1300pb

(Gambar 10)

Gen 16S rRNA hasil amplifikasi PCR didigesti dengan tiga enzim restriksi

yaitu RsaI, HaeIII dan HinfI. Hasil restriksi memperlihatkan pola pita gen 16S

rRNA (profil) yang beragam dengan jumlah 2 – 4 pita. Hasil restriksi gen 16S

rRNA dari beberapa isolat yang dipotong dengan RsaI, HaeIII dan HinfI dapat

dilihat pada Gambar 11, sedangkan hasil interpretasi profil pola pemotongan

untuk ke 30 isolat dengan ARDRA memperlihatkan lebih banyak variasi pola dan

jumlah pita berdasarkan enzim restriksi yang digunakan, yaituRsaI (Gambar 12),

HaeIII (Gambar 13) danHinfI (Gambar 14).

Berdasarkan profil gen 16S rRNA tersebut, dibuat pohon filogenetik untuk

melihat kelompok filotipe dari seluruh isolat terbaik. Hasil restriksi gen 16S

rRNA dengan tiga enzim restriksi dipadukan dan ditransfer menjadi sebuah

hitungan biner (nilai 1 dan 0) berdasarkan keberadaan pita potongan DNA pada

ukuran panjang tertentu (Tabel 3). Data biner ini mempermudah dalam pembuatan

pohon filogenetik. Konstruksi pohon filogenetik dilakukan dengan menggunakan

(53)

27

Gambar 10. Amplifikasi gen 16S rRNA dari beberapa isolat yang memiliki aktivitas antimikrob terbaik, M: standar ukuran molekul DNA 1kb ladder.

8 13 16 33 35 38 40 6 15 43 M

1300 pb

4000 3500 3000

(54)

Gambar 11. Elektroforesis gel agarose gen 16S rRNA dari beberapa isolat bakteri asal sponsJaspis sp. yang mempunyai aktivitas antimikroba terbaik yang dipotong dengan EnzimRsaI (A),HaeIII (B) danHinfI (C). M: standar ukuran molekul DNA (1kb ladder).

(55)

29

Gambar 12. Profil gen 16S rRNA dari 30 isolat bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp. yang dipotong dengan enzim restriksiRsaI .

(56)
(57)

31

(58)

Tabel 3. Ukuran fragmen DNA gen 16S rRNA yang dipotong dengan beberapa enzim restriksi

Ukuran fragmen DNA (pb) yang dipotong dengan enzim restriksi

Isolat

RsaI HaeIII HinfI

(59)

33

Gambar 15. Pohon filogenetik (internode rooted) hubungan kekerabatan antar isolat bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp. dengan aktivitas antimikrob terbaik yang dianalisis dengan ARDRA dan dikonstruksi berdasarkan metode Neighbor-Joining. Angka 10% pada bagian atas pohon menunjukkan skala persentase perbedaan (distance scale) antar profil isolat bakteri. Angka pada nodus adalah nilai bootstrap dengan 100 ulangan.

Filotipe VII

Filotipe VI

Filotipe V Filotipe IV Filotipe III Filotipe I

Gambar

Gambar 1. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini .
Gambar 2. Penampilan spons Jaspis sp., asal perairan sebelah barat Pulau Waigeo, Raja Ampat Papua Barat.
Gambar 4. Penampilan koloni bakteri endosimbion hasil isolasi dari spons Jaspis sp pada Medium SWC, setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27 o C.
Tabel 1. Aktivitas antibakteri dan antikhamir isolat-isolat bakteri endofit asal spons Jaspis sp.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menjamin bagian yang tidak terpakai untuk biaya Perjalanan dan/atau Akomodasi yang telah dibayar dimuka, jika Peserta ditrawat di rumah sakit di luar negeri selama lebih dari 5

Soalan 1 : Pada pandangan anda, mengapakah sikap toleransi dalam Pakatan Murni penting kepada Negara kita yang mempunyai rakyat pelbagai

Ketiga, researce yang ditemukan oleh Nurul, Hidayati Tahun 2011 Dengan judul Dukungan Sosial Bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus yang menjelaskan bahwa,

Oleh itll, tujuan penyelidikan ini dijalankan ialah lIntuk mengenal pasti sarna ada kokurikulum yang dilaksanakan di politeknik Malaysia, menerapkan kemahiran generik bagi

Jika, dalam kondisi spesifik 23 entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun 24 atau pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan 25 penyajian yang

Dari pengalaman 7 orang ibu bersalin tersebut, 5 (62,5%) orang mengatakan bahwa selama kontraksi ibu memperoleh tindakan pijat di punggung dan pinggang yang

asurance (jaminan) mempunyai hubungan positif tetapi tidak berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat dan variabel kepedulian merupakan variabel yang paling dominan

Pada karakter diameter daun juga menunjukan korelasi positif sangat nyata terhadap jumlah daun dengan nilai 0,667 namun terdapat korelasi positif tidak nyata pada