• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran (mind map) pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2011-2012 (PTK di MTs Annajah Petukangan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran (mind map) pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2011-2012 (PTK di MTs Annajah Petukangan)"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN BACAAN CERITA ANAK TERJEMAHAN MELALUI TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAP)

PADA SISWA KELAS VII TAHUN PELAJARAN 2011-2012 (PTK di MTs. Annajah Petukangan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Gita Desi Lestari NIM: 107013002740

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Penelitian berjudul “Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan Melalui Teknik Peta Pikiran Pada Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2011-2012 (PTK di MTs. Annajah Petukangan)”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syahid Jakarta, September 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran pada materi cerita anak terjemahan melalui penerapan teknik peta pikiran di kelas VII MTs. Annajah Petukangan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011, yang bertempat di MTs. Annajah Petukangan, Jl. Ciledug Raya Petukangan Selatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sampel berjumlah 32 siswa kelas VII-1, yang diajarkan adalah cerita anak terjemahan dengan menerapkan teknik peta pikiran. Instrumen yang digunakan berupa tes berbentuk pilihan ganda dan esai; dengan 10 butir soal pilihan ganda, dan 5 soal esai. Skor tiap soal pilihan ganda sebesar 10 dengan jumlah total 100; sedangkan total skor esai sebesar 100. Cara penghitungan, yaitu jumlah skor pilihan ganda ditambah jumlah skor esai dibagi 2. Selain itu, instrumen lain yang digunakan adalah RPP, catatan lapangan, jurnal siswa, wawancara, angket, kuesioner, form pengamatan siswa terhadap guru, dan foto, sebagai instrumen pendukung.

Teknik peta pikiran yang belum pernah digunakan pada pembelajaran di MTs. Annajah Petukangan, mengharuskan peneliti dan guru mengajarkan dan memberitahukan terlebih dahulu cara membuat dan menerapkan teknik peta pikiran tersebut dalam memahami cerita anak terjemahan. Walaupun pengetahuan siswa terbatas dalam membuat dan menerapkan teknik ini, namun dari perhitungan hasil penelitian dengan menggunakan uji-t menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hasil PTK menunjukkan bahwa penerapan teknik peta pikiran ini dapat mempermudah siswa dalam memahami bacaan cerita anak terjemahan. Hal tersebut terbukti dari nilai t hitung > t tabel, yaitu 9,54 > 1,66, yang berarti hipotesis penelitian dapat diterima.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR









Alhamdulillahi rabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunjuk, bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa‟i, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Mahmudah Fitriyah, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu mengarahkan dan pemberi semangat.

3. Ibu Rosida Erowati, M.Hum. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.

4. Ibu Dra. Hindun, M.Pd., sebagai penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan dukungannya.

5. Bapak Drs. E. Kusnadi, Bapak Aria, M.Pd., Bapak Dr. Alek Abdullah, M.Pd., Bapak Makyun Subuki, M.Hum., Ibu Elvi Susanti, M.Pd., Ibu Dra. Siti Sahara, Bapak Dona Aji Karunia Putra, M.A., dan Ibu Nuryani, M.A., sebagai dosen yang telah memberikan ilmunya selama mengajar dan memberikan nasihat kepada penulis, serta Bapak Sapri yang selalu memotivasi dan membantu penulis selama kuliah.

6. Bapak Drs. Sam‟unal Ghozi, sebagai Kepala MTs. Annajah Petukangan; Bapak M. Guntur, S.Pd., sebagai guru bidang studi; dan segenap guru serta karyawan tata usaha MTs. Annajah Petukangan, terima kasih atas bantuannya dalam pengumpulan data penelitian pada skripsi ini.

(8)

iii

9. Ayahandaku, Ujang Nopendy, dan Ibunda tercinta, Suratmi, yang selalu menyayangi aku sedari kecil, yang tak pernah berhenti berdoa untukku, semoga aku bisa memberikan yang terbaik untuk orangtuaku tercinta.

10. Untuk abang-abangku, Yarfa, Yarfu, dan adik kecilku yang manis, Althifani, terima kasih atas motivasi dan saran-saran serta senyum dan canda tawanya.

11. Teristimewa, Buya Bonang, K‟Ida, K‟Anggita, K‟Anggun, dan seluruh keluarga besar

ASC, yang tak pernah lelah mengajariku banyak hal, yang tak berhenti berdoa untukku, dan yang selalu memberikan yang terbaik untukku.

12. Tercinta untuk Andi Awaluddin sebagai orang yang istimewa dalam hidup penulis. Orang yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka, baik moril maupun materil.

13. Teman-teman seperjuanganku, Eti Kurniati, Durrah Nafisah, Inayah Setiani, Mirna Ferdiyawati, Fajar Fitri Rahayu, Nurul Syaefitri, dan seluruh sahabatku di PBSI terutama angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas saran dan informasi yang telah diberikan, serta terima kasih telah menjadi teman ketika suka dan duka selama proses perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini, dan terima kasih telah menjadi teman terbaik di kampus UIN ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaannya. Hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga yang penulis amalkan mendapat ridho-Nya. Amin ya robbal alamin.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, semua pihak yang memerlukan, dan khususnya kepada penulis sebagai calon guru. Hasil skripsi ini yang merupakan skripsi penelitian tindakan kelas, diharapkan dapat digunakan sebagai tindak lanjut untuk membantu perkembangan bahasa dan sastra di Indonesia.

Jakarta, September 2011 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah...……… 5

D. Perumusan Masalah ...……….. 5

E. Tujuan Penelitian……...………. 5

F. Manfaat Penelitian...………... 6

BAB II ACUAN TEORETIS A. Hakikat Membaca ...……….. 7

1. Pengertian dan Tujuan Membaca... 7

2. Aspek Membaca... 8

B. Hakikat Cerita ... 11

C. Hakikat Peta Pikiran (Mind Map) ..…... 15

D. Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan Melalui Teknik Peta Pikiran ………... 18

E. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...………. 21

1. Tempat Penelitian …………...……….. 21

(10)

v

2. Sampel ...…………...……..………... 21

C. Metode Penelitian ……...………. 22

D. Instrumen Pengumpulan Data …...……… 23

1. Wawancara ...…………...……….. 23

2. Observasi dan Catatan Lapangan ...…………... 23

3. Tes Hasil Belajar Siswa ...…………...……... 24

4. Angket (Kuesioner) ...…………...……... 24

5. Jurnal Siswa ...…………...………... 24

6. Dokumentasi ...…………...……….... 24

E. Teknik Pengumpulan Data …...……….. 24

F. Teknik Analisis Data …...………... 25

G. Analisa Uji Coba Instrumen/Validitas Alat Ukur ..………. 25

H. Hipotesis Tindakan …...………….. 26

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengamatan ……….... 28

1. Gambaran Sekolah/Madrasah ...……….. 28

a. Profil MTs. Annajah Petukangan ……….... 28

b. Sejarah Berdirinya MTs. Annajah……….... 29

c. Visi dan Misi MTs. Annajah ...…….. 30

d. Data Fisik Sekolah ...………... 30

e. Sarana dan Prasarana ...………... 31

f. Struktur Organisasi MTs. Annajah ... 33

g. Tugas dan Wewenang ...………... 34

2. Deskripsi Intervensi Tindakan (sebuah deskripsi catatan lapangan)………...… 35

a. Observasi Awal………....… 35

b. Keadaan MTs. Annajah Petukangan saat Penelitian....… 37

(11)

3. Tindakan Pembelajaran Siklus I ……...………....… 41

a. Pertemuan Pertama ………...… 41

1. Tahap Perencanaan ………....…. 41

2. Tahap Pelaksanaan ………....….. 41

b. Pertemuan Kedua ………...… 44

1. Tahap Perencanaan ………... 44

2. Tahap Pelaksanaan ………... 45

c. Tahap Observasi ………...… 46

d. Tahap Refleksi ………...… 50

4. Tindakan Pembelajaran Siklus II ……….… 50

a. Tahap Perencanaan ………...… 50

b. Tahap Pelaksanaan ………... 51

c. Tahap Observasi ………...… 52

d. Tahap Refleksi …...………....… 59

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ……....………. 70

C. Analisis Data …………...……… 71

1. Data Hasil Kuesioner ………...… 71

2. Analisis Hasil Tes Siklus ...……….… 75

3. Menghitung Nilai t (analisa komparatif siklus I dan II) …... 77

D. Interpretasi Hasil Analisis ………..………. 81

E. Pembahasan Temuan Penelitian ………..… 81

1. Berdasarkan Pengamatan Lapangan ………... 81

2. Berdasarkan Hasil Wawancara …...…....… 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..……….. 84

B. Saran-Saran …………..……….. 84

(12)

vii

Tabel 3.1 Indeks Tingkat Kesukaran Soal ... 26

Tabel 4.1 Jumlah Bangunan dan Fasilitas MTs. Annajah Petukangan ... 32

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana MTs. Annajah Petukangan ... 32

Tabel 4.3 Sarana Olahraga ... 33

Tabel 4.4 Sarana Ibadah ... 33

Tabel 4.5 Daftar Guru dan Karyawan MTs. Annajah Petukanga ... 39

Tabel 4.6 Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ... 47

Tabel 4.7 Perolehan Nilai Siswa dalam Memahami Bacaan... 48

Tabel 4.8 Tingkat Pemahaman Siswa ... 49

Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran ... 53

Tabel 4.10 Perolehan Nilai Posttest Siswa dalam Memahami Bacaan ... 54

Tabel 4.11 Tingkat Pemahaman Siswa ... 56

Tabel 4.12 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (pertemuan I) ... 60

Tabel 4.13 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (pertemuan II) ... 61

Tabel 4.14 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (siklus II) ... 63

Tabel 4.15 Jurnal Siswa (pertemuan I) ... 64

Tabel 4.16 Jurnal Siswa (pertemuan II) ... 65

Tabel 4.17 Jurnal Siswa (siklus II) ... 67

Tabel 4.18 Angket Siswa... 68

Tabel 4.19 Data Kuesioner Siswa Terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia ... 71

Tabel 4.20 Data Hasil Kuesioner Siswa Terhadap Peta Pikiran ... 73

Tabel 4.21 Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan ... 75

Tabel 4.22 Tingkat Pemahaman Siswa ... 76

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh Peta Pikiran “Liburanku” ... 16

Gambar 2.2 Contoh Peta Pikiran “Target Tahunan dan Harian” ... 17

Gambar 2.3 Contoh Peta Pikiran “Belajar Bahasa Asing” ... 17

Gambar 4.1 MTs. Annajah Petukangan ... 38

Gambar 4.2 Guru Melakukan Apersepsi ... 42

Gambar 4.3 Kondisi Siswa dalam Menjawab Soal Pretest... 42

Gambar 4.4 Guru Menjelaskan Materi Cerita Anak Terjemahan ... 44

Gambar 4.5 Suasana Siswa dalam Menjawab Soal Posttest Siklus I ... 46

(14)

ix

Grafik 4.1 Hasil Pretest Siswa Kelas VII-1 . ... 56

Grafik 4.2 Hasil Posttest Siklus I Siswa Kelas VII-1 ... 57

Grafik 4.3 Hasil Posttest Siklus II Siswa Kelas VII-1 ... 57

(15)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Aspek Membaca (Tarigan, 2008:14) ... 9

Bagan 2.2 Membaca (Tarigan, 2008:14) ... 9

Bagan 2.3 Genre Sastra (Jakob Sumardjo, dkk., 1991:18) ... 12

Bagan 3.1 Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2010:74) ... 23

(16)

xi Lampiran 1. Surat Pengajuan Proposal Skripsi Lampiran 2. Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3. Surat Keterangan

Lampiran 4. Peta Pikiran (Mind Map) Tindakan Penelitian Lampiran 5. Surat Izin Observasi

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Kesediaan Kolaborasi Lampiran 8. Pemetaan Standar Isi Lampiran 9. Silabus

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan I, Pretest) Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan II, Posttest) Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II, Posttest) Lampiran 13. Materi Ajar Cerita Anak Terjemahan

Lampiran 14. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Pippi Menemukan Selepung” Lampiran 15. Soal Pretest Pertemuan I

Lampiran 16. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Lotta” Lampiran 17. Soal Posttest Pertemuan II

Lampiran 18. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Tukang Solder dan Hantu” Lampiran 19. Soal Posttest Siklus II

Lampiran 20. Kesesuaian Soal dengan Indikator Lampiran 21. Soal Pravalidasi

Lampiran 22. Distribusi Validasi Soal Lampiran 23. Standar Nilai KKM

Lampiran 24. Profil Sekolah MTs. Annajah Lampiran 25. Daftar Nama Siswa VII-1 Lampiran 26. Catatan Lapangan (Ceklist) Lampiran 27. Catatan Lapangan (Deskripsi)

Lampiran 28. Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Lampiran 29. Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru

(17)

Lampiran 31. Angket Siswa Lampiran 32. Kuesioner Siswa

Lampiran 33. Pedoman Wawancara Guru Lampiran 34. Pedoman Wawancara Siswa

Lampiran 35. Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan Lampiran 36. Tabel Distribusi t

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia dalam peranannya sebagai bahasa pemersatu dan bahasa ilmu, berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan pembangunan nasional terutama di bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia juga dijadikan salah satu mata pelajaran wajib yang menjadi tolok ukur dalam kelulusan siswa di lembaga pendidikan (sekolah). Di lembaga pendidikan (sekolah), bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.

Secara umum, kemampuan berbahasa memiliki empat aspek keterampilan yang harus dimiliki serta dikuasai oleh siswa. Empat keterampilan tersebut adalah keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan inilah yang akhirnya menjadi dasar bagi pembuatan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Dari empat keterampilan berbahasa, keterampilan membaca merupakan salah satu aspek yang sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama di sekolah. Hal ini kerap kali ditemukan di berbagai proses pembelajaran di sekolah. Keterampilan membaca haruslah diberikan perhatian khusus oleh pihak pendidik di sekolah, karena dalam kegiatan pembelajaran bidang apapun kegiatan membaca tidak dapat dilepaskan. Namun terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah khususnya, aspek atau kegiatan membaca sering dianggap membosankan atau menjemukan siswa dan bahkan tak jarang bagi guru itu sendiri. Hal ini dapat dilihat ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, yang tentu saja dapat berdampak pada rendahnya kesukaan atau kegemaran siswa dalam membaca. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Book and Reading Development (1992) dan dilaporkan oleh Bank Dunia, bahwa kebiasaan membaca belum terjadi pada siswa SD dan SLTP. Masduki (dalam Depdikbud, 1997:36) juga mengungkapkan bahwa hasil survei tim International Association for the Evaluation of Education Assessment (IAEA) pada tahun yang sama, yakni 1992 tentang kemampuan membaca siswa Indonesia terungkap bahwa (1) siswa SD 36,1% (peringkat 26

(19)

2

dari 27 negara) yang disurvei, (2) siswa SMP 51,7% (di bawah negara Hongkong 75,5%, Singapura 74,0%, Thailand 68,1%, dan Filipina 52,6%).1 Selain itu, menurut Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2003, dari 40 negara, kemampuan membaca anak Indonesia berada pada tingkat terbawah. Tiga besar teratas diduduki Finlandia, Korea, dan Kanada. Pada tahun 2006-2007, hasil pengukuran OECD juga menyatakan bahwa Finlandia merupakan negara berkemampuan membaca tertinggi di dunia dengan skor 534,09, sedangkan Indonesia hanya memperoleh skor 381,59.2 Hal ini tentu saja menjadi perbandingan yang memprihatinkan bagi kemampuan membaca di Indonesia. Temuan survei dan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran membaca masih belum dilakukan secara maksimal di sekolah, sehingga kemampuan membaca siswa juga menjadi rendah.

Rendahnya kemampuan membaca dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Secara umum, faktor internal berawal dari keengganan siswa untuk membaca dikarenakan perasaan malas dan kurang menariknya buku yang dibaca siswa, walaupun isi bacaan tersebut sangat bagus. Selain itu, pengetahuan kebahasaan yang sempit, keinginan membaca yang kecil, dan minat membaca yang rendah akan menjadi faktor penghambat.3 Selain itu, faktor eksternal yang sering kali turut membuat siswa enggan membaca adalah faktor lingkungan sekitar, orang-orang di sekitar, bahan bacaan, dan lain sebagainya. Jika di sekolah, faktor eksternal yang sering berpengaruh dalam menghambat proses membaca siswa adalah guru, teman, dan bahan bacaan yang kurang memadai. Hal ini akan sangat mempengaruhi keadaan siswa untuk ingin membaca. Keadaan guru yang kurang memotivasi siswa dalam membaca, teman sekolah yang malas membaca, dan ketersediaan buku yang kurang memadai dapat membuat siswa menjadi bosan, dan tidak ingin membaca.

Sebagai seorang guru, sudah sepatutnya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan bagi siswa. Jika siswa merasa nyaman,

1

(20)

senang, dan bergairah dalam belajar, maka dengan sendirinya siswa akan mencari tahu dan bersemangat untuk membaca buku serta bahan-bahan lainnya yang mendukung proses pembelajaran. Jiwa dan rasa ingin tahu siswa akan meningkat dan siswa akan menjadi gemar dalam membaca.

Menjadikan siswa gemar membaca, senang belajar, dan rajin serta mampu menemukan manfaat dari setiap kegiatan pembelajaran adalah impian bagi tiap guru. Demikian halnya bagi siswa, mampu menguasai materi pembelajaran atau dapat menangkap penjelasan yang diberikan oleh guru, serta dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik juga merupakan harapan bagi tiap siswa. Namun harapan itu sering kali kandas, yang terbukti dari keadaan siswa di kelas yang kerap kali merasa kesulitan ketika diberi pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran. Contohnya dalam pembelajaran membaca, setelah membaca satu wacana dan siswa ditanya oleh guru tentang apa yang ia baca, siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, ketika siswa diminta untuk menentukan tema dari sebuah bacaan, menyimpulkan pokok-pokok isi bacaan, meringkas bacaan, maupun ketika diminta memberikan pendapat serta tanggapan terhadap isi sebuah bacaan, siswa juga tidak mampu melakukannya. Hal ini tentu saja membuat guru berpikir, apa yang salah dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Seharusnya, setelah membaca bahan bacaan, siswa dapat melakukan dan menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan sumber bacaan, tetapi pada kenyataannya siswa tidak dapat melakukan hal tersebut. Semua ini akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bacaan siswa.

Untuk itu agar dapat meningkatkan pemahaman bacaan siswa, serta dapat membuat siswa gemar dan tertarik untuk membaca, guru harus mencoba berbagai macam cara yang kiranya dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Banyak teknik, metode, dan strategi yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat pemahaman bacaan siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah teknik peta pikiran (mind map) yang dipopulerkan oleh Tony Buzan.4 Teknik peta

4

(21)

4

pikiran menekankan pada visualisasi suatu ide dalam bentuk kata-kata, gambar, warna, dan garis. Teknik ini memungkinkan satu ide atau satu topik tersaji pada satu halaman. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman bacaan siswa, membuat siswa lebih kreatif, dapat menghemat waktu belajar, dan dapat membuat siswa lebih tertarik dan lebih terlibat langsung dengan kegiatan pembelajaran.

Oleh karena itu, senada dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam kegiatan proses pembelajaran membaca khususnya di kelas VII MTs. Annajah Petukangan, dengan mencoba menggunakan teknik peta pikiran (mind map). Pemilihan materi yang dilakukan peneliti, yaitu cerita anak terjemahan. Materi ini dipilih selain mengikuti kurikulum yang ada, tetapi juga sebagai bahan atau materi yang akan membuat siswa dapat mengenal lebih jauh budaya, kebiasaan, dan kesamaan-kesamaan lain yang terdapat pada cerita anak terjemahan dengan kehidupan nyata siswa.

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Siswa dan guru kurang termotivasi serta bosan untuk membaca 2. Siswa pasif dalam proses pembelajaran

3. Siswa malas membaca khususnya cerita anak terjemahan 4. Efektivitas pembelajaran membaca mengalami hambatan 5. Kemampuan membaca siswa rendah

6. Hasil belajar dan tingkat pemahaman bacaan siswa rendah

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ada di atas, maka perlu adanya batasan sebagai fokus penelitian. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut: ”Peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran”. Cerita anak terjemahan yang akan digunakan dan dibaca siswa adalah cerita-cerita sederhana dan biasa ada dalam buku paket dan juga yang terbit di toko buku. Proses pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif siswa dengan melaksanakan pretest dan postest.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan siswa dengan menerapkan teknik peta pikiran?”

E. Tujuan Penelitian

(23)

6

F. Manfaat Penelitian 1. Teoretis:

a. Memberikan pengetahuan dasar tentang apa itu teknik peta pikiran, bagaimana cara membuat peta pikiran, dan apa manfaat dari teknik peta pikiran pada siswa selama proses penelitian tindakan kelas.

b. Menjadi masukan serta alternatif untuk mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran guru, terutama dalam mengajarkan cerita anak terjemahan kepada siswa, serta menjadi salah satu alternatif cara belajar bagi guru dan siswa.

c. Mengembangkan pemahaman teoritik tentang peta pikiran dalam pembelajaran membaca cerita anak terjemahan para peneliti, guru, dan orang yang berkepentingan dalam bidang ini.

2. Praktis:

a. Menjadi sarana untuk berlatih, belajar, serta menambah wawasan khususnya pada bidang ilmu bahasa dan sastra Indonesia bagi siswa dan guru di sekolah.

b. Memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti berdasarkan bidang yang diteliti bagi peneliti. c. Menjembatani penelitian lain tentang peta pikiran bagi mahasiswa jurusan

(24)

BAB II

ACUAN TEORETIS

A.Hakikat Membaca

1.Pengertian dan Tujuan Membaca

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca merupakan aktivitas yang dapat membuat seseorang mengetahui berbagai hal yang ada di muka bumi. Membaca dapat membuka wawasan dan menambah ilmu pengetahuan pembacanya. Definisi atau pengertian membaca menurut Henry Guntur Tarigan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/bahasa tulis.1 Adapun menurut Alek membaca ialah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.2

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses memahami bacaan yang dilakukan oleh pembaca dalam rangka memperoleh dan mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, menyakup isi, memahami makna bacaan.3 Namun membaca bagi sebagian orang memiliki tujuan yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan perbedaan pengalaman, pengetahuan, minat, dan kebutuhan akan sesuatu. Dalam dunia pendidikan (sekolah), tujuan membaca dipengaruhi oleh materi pelajaran, guru, dan rasa ingin tahu siswa. Tujuan membaca dari tiap individu dalam suatu kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, minat, pengetahuan bahasa (pemerolehan kosakata), dan kebutuhan dari kelompok tersebut. Secara umum, tujuan dari membaca adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh informasi

b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan c. Mengisi waktu luang (hiburan, hobi, dsb) d. Sebagai prestise dalam kelas sosial

1

Henry Guntur Tarigan. Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), cet. ke-1 revisi, hlm. 7.

2

Alek A. dan Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. ke-1, hlm. 75.

3

Tarigan, Op.cit., hlm. 9.

(25)

8

Perbedaan kelas dan status sosial, membuat tiap orang (siswa) memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam membaca. Adapun tujuan membaca secara khusus, adalah untuk:

1. Menemukan ide atau gagasan utama sebuah bacaan 2. Memperoleh fakta atau perincian akan sesuatu

3. Mengetahui urutan, susunan, dan organisasi dari suatu bacaan 4. Menyimpulkan atau refrensi

5. Menilai atau evaluasi

6. Mengelompokkan (klasifikasi)

7. Membandingkan sesuatu yang bertentangan.

Dengan diketahuinya tujuan umum dan khusus dalam membaca, dapat diketahui pula bahwa tujuan utama seseorang dalam membaca adalah untuk mencari, memperoleh, memahami, dan membandingkan informasi, baik menyangkup isi maupun maksud serta makna dari bacaan.

2.Aspek Membaca

Membaca sebagai suatu keterampilan, memiliki dua aspek yakni:

a. aspek keterampilan yang bersifat mekanis. Aspek ini menyangkup pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain), pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi, kecepatan membaca ke taraf lambat.

b. aspek keterampilan yang bersifat pemahaman. Aspek ini menyangkup memahami pengertian sederhana, memahami makna, evaluasi atau penilaian, kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

(26)

Pada aspek keterampilan mekanis, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring dan membaca bersuara. Sedangkan untuk keterampilan pemahaman, aktifitas yang paling tepat adalah membaca dalam hati. Adapun membaca dalam hati dapat dibagi atas membaca ekstensif dan membaca intensif. Gambaran lebih jelas mengenai jenis membaca ini dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Keterampilan mekanis (urutan lebih rendah)

Keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi) Aspek-aspek

membaca

1. Pengenalan bentuk huruf 2. Pengenalan unsur linguistik

3. Pengenalan hubungan bunyi dan huruf 4. Kecepatan membaca: lambat

1. Pemahaman pengertian sederhana 2. Pemahaman makna

3. Evaluasi/penilaian

4. Kecepatan membaca: fleksibel

(27)

8

Kedua bagan di atas menjelaskan bahwa membaca bukan hanya sekedar aktifitas membaca, akan tetapi memiliki berbagai macam aspek yang melatarbelakangi dan mengklasifikasikan kegiatan membaca tersebut. Selain kedua aspek dan jenis membaca di atas, menurut tingkatannya membaca terbagi menjadi dua, yaitu membaca permulaan dan pemahaman membaca (reading comprehension). Membaca permulaan biasa dilakukan pada masa kanak-kanak, yaitu pada masa pembinaan, dan penguasaan kosakata dalam bacaan. Sedangkan pemahaman membaca baru terjadi ketika seseorang telah menguasai kosakata dan mulai mencari maksud serta makna dari sebuah bacaan. Pemahaman membaca adalah bentuk kegiatan membaca yang dilakukan untuk memperoleh informasi akan sesuatu dan menjadikannya sebagai sebuah pemahaman baru bagi diri pembaca untuk dapat lebih mengerti dan memahami akan sesuatu. Dengan membaca, seorang pembaca akan menemukan sesuatu yang menjadi sebuah ide atau pengetahuan akan sesuatu. Proses pemahaman suatu bacaan adalah menemukan hubungan dari tiap ide pokok yang ada dengan ilmu lain atau dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Achdiah (dalam Alek dan Achmad H.P., 2010), proses dalam memahami bacaan digolongkan dalam tiga jenjang, yaitu jenjang pertama, membaca secara harfiah, adalah membaca hanya memahami sesuatu sebagaimana adanya. Jenjang kedua, yaitu membaca antarbaris. Pada jenjang ini pembaca menarik kesimpulan dari apa yang telah ia baca. Jenjang ketiga, yaitu membaca lintas baris, yang melibatkan kemampuan aplikasi dan evaluasi.4

Dari kegiatan membaca pemahaman inilah maka akan muncul pemahaman bacaan. “Pemahaman bacaan merupakan strategi membaca yang bertujuan memberikan penilaian terhadap karya tulis yang melibatkan diri pada bacaan dan membuat analisis yang tepat. Untuk membuat analisis yang tepat diperlukan

kemampuan aplikasi dan evaluasi.”5

(28)

memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih matang serta kritis akan sesuatu.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk mendapatkan informasi, pesan, dan ilmu pengetahuan dalam rangka menambah dan meningkatkan pemahaman pembaca itu sendiri. Untuk memperoleh pesan yang ada pada sebuah bacaan bergantung dari pemahaman tiap orang. Kemampuan pemahaman membaca adalah bagaimana seseorang dapat memahami dengan baik apa pesan yang disampaikan dalam suatu bacaan, sehingga informasi yang diserap dapat diungkapkan kembali dengan tepat, baik secara lisan maupun secara tulisan serta dalam tindakan.

B.Hakikat Cerita

Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb). Cerita merupakan karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka.6 Cerita di dalam karya sastra,

penyajiannya tentang „apa yang terjadi‟ dan „mengapa terjadi‟ merupakan unsur

yang penting. Peristiwa-peristiwa di dalam karya sastra dipengaruhi oleh pranata sosial, kekuatan sejarah berskala besar (berbagai macam revolusi sosial), dan bahkan kekuatan di luar kemampuan kontrol manusia (misalnya bencana alam banjir, atau wabah penyakit).7 Cerita menurut Forster (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005) adalah sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Sedangkan Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005) mengartikan cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi.8

Dalam sebuah karya fiksi, cerita merupakan aspek yang amat esensial. Ia memiliki peranan sentral, di mana dari awal hingga akhir karya yang ditemui

6

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), cet. ke-4, hlm. 263.

7

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), cet. ke-2, hlm. 72-73.

8

(29)

8

adalah cerita. Tanpa cerita, eksistensi sebuah karya fiksi tidak akan terwujud. Karya fiksi berupa cerita, khususnya cerita pendek yang juga merupakan bagian dari karya sastra dapat dilihat posisinya pada bagan berikut.

Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa cerita pendek merupakan bagian dari karya sastra imajinatif berbentuk prosa, di mana cerita yang diangkat merupakan fiksi semata. Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Cerita pendek atau cerpen, cenderung padat dan langsung pada tujuannya, dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novela, novelet, dan novel. Secara umum perbedaan dari keempat karya fiksi tersebut terletak pada panjangnya kata yang digunakan. Pada cerita pendek, kata yang digunakan berkisar antara 1500 sampai 15.000 kata, novela antara 20.000 sampai 25.000

Bagan 2.3 Genre Sastra

(Jakob Sumardjo, dkk., 1991:18)

Prosa

Puisi:1. Epik 2. Lirik 3. Dramatik

Drama

Fiksi: 1. Novel

2. Cerita Pendek 3. Novelet Sastra

Sastra Imajinatif

Sastra

Non-Imajinatif: 1. Esei 2. Kritik 3. Biografi 4. Otobiografi 5. Sejarah 6. Memoar 7. Catatan Harian 8. Surat-surat

Drama Prosa

Drama Puisi

1. Komedi 2. Tragedi 3. Melodrama 4. Tragedi-komedi

(30)

400.000 kata.9 Cerita pendek, memiliki unsur-unsur struktur yang tidak jauh berbeda dengan cerita-rekaan (fiksi) lainnya. Adapun unsur struktur cerita-rekaan (fiksi) yaitu alur, penokohan/perwatakan, latar, pusat pengisahan (point of view), dan gaya bahasa.10 Selain adanya unsur struktur cerita tersebut, penggunaan kata yang singkat pada cerita pendek juga dapat membuat cerita menjadi sukses. Cerita atau materi isi dalam cerpen mencakup humor, petualangan, misteri, drama, detektif, kajian psikologis tokoh, dan sebagainya. Cerita pendek merupakan cerita dari sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya.

Cerita pendek identik dengan cerita untuk anak-anak, walaupun pada kenyataannya cerita pendek juga ada yang untuk orang dewasa. Cerita pendek untuk anak-anak biasanya bertema tentang persahabatan, pertolongan, detektif, kegembiraan, dan lain sebagainya. Penggolongan cerita anak jika dilihat menurut tingkat umur dan taraf lingkungan sekolah, maka dapat digariskan sebagai berikut:

1. Anak-anak prasekolah dan Taman Kanak-kanak

2. Para pembaca taraf pemula sampai dengan kelas tiga Sekolah Dasar

3. Pembaca yang duduk di bangku kelas empat sampai dengan kelas enam sekolah dasar

4. Pembaca berusia remaja11

Pembagian ini ditinjau dari taraf perkembangan intelektual dan mental si pembaca. Namun, pembagian ini memiliki kelemahan yaitu sulitnya menggolongkan jenis cerita anak menurut batas-batas jelas dan tegas karena perkembangan dan kematangan jiwa serta pikiran pada setiap anak berbeda-beda. Hal ini tidak hanya ditentukan oleh pendidikan semata, akan tetapi juga ditentukan oleh bakat, pembawaan, kemampuan daya tanggap, pengalaman, dan fasilitas ruang lingkup hidup si anak. Marion van Horne (dalam Wimanjaya K. Liotohe, 1991) membedakan cerita anak menjadi:

9

Furqonul Aziez dkk., Menganalisis Fiksi; Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. ke-1, hlm. 33.

10

Mursal Esten, Kesusastraan; Pengantar Teori & Sejarah, (Bandung: Angkasa, 2000), cet. ke-10, hlm. 25-26.

11

(31)

8

a. Fantasi atau karangan khayal

b. Realistic Fiction atau cerita khayal yang mengandung unsur kenyataan c. Biografi atau riwayat hidup

d. Religious stories atau cerita-cerita agama

Sedangkan untuk lebih sederhana, Wimanjaya K. Liotohe telah menggolongkan cerita anak-anak menjadi tiga; yang pertama, cerita-cerita fiktif, di mana di dalamnya termasuk dongeng umum, fabel, sage, legenda, dan mitos. Kedua, yaitu cerita-cerita nonfiktif, di mana cerita jenis ini tidak mengandung unsur khayalan, melainkan berpegang teguh pada kenyataan. Contohnya seperti biografi atau riwayat hidup, kisah perjalanan, petualangan, kejadian sehari-hari dan riwayat hidup orang-orang besar atau pahlawan. Pada cerita jenis ini, anak-anak disuguhi masalah hidup yang nyata, seperti gelombang kesulitan hidup, kegagalan, atau tragedi sekalipun. Yang ketiga, yaitu cerita-cerita informatif. Pada cerita jenis informatif, anak-anak disuguhi tentang unsur-unsur yang mengandung

informasi atau unsur penerangan. Misalnya pada buku “Darahku buat Valentina”

karangan Wimanjaya K. Liotohe, yang mengisahkan pengalaman gadis kecil yang ditimpa celaka dan mengharukan, tetapi di dalamnya terjalin pengetahuan tentang seluk-beluk jenis darah, syarat-syarat donor darah, dan serba penerangan tentang

transfusi darah. Contoh lain seperti “Tono Beternak Kodok” karya A. Suroto,

“Garam Bola” dan “Bau Harum di Malam Hari” karya Ris Therik, dan lain

sebagainya.12

(32)

negara pembaca tersebut. Oleh karena itu, timbullah istilah cerita anak terjemahan. Di Indonesia, cerita anak terjemahan merupakan cerita anak dari luar negeri yang ditulis dalam bahasa di luar bahasa Indonesia, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Cerita anak terjemahan sangat baik untuk dipelajari bagi anak-anak, karena selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang apa yang dibaca, secara tidak langsung anak-anak juga akan dapat mengetahui kebiasaan, budaya, dan adat istiadat dari negara tempat asal cerita anak terjemahan tersebut berada.

C. Hakikat Peta Pikiran (Mind Map)

Peta pikiran adalah sebuah teknik yang dipopulerkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an. Pada salah satu buku Tony Buzan, Michael Michalko berpendapat bahwa peta pikiran adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Peta pikiran menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut. Sedangkan menurut Tony Buzan sendiri, peta pikiran adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar.13

Peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.14 Dengan kata lain, peta pikiran merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat. Teknik peta pikiran adalah teknik mencatat yang sangat baik dan sangat membantu kita dalam mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, serta memberikan wawasan baru.

Peta pikiran berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan utama diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan

13

Sutanto Windura. Mind Map: Langkah Demi Langkah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010), cet. ke-4, hlm. 16.

14

(33)

8

lingkaran, persegi, atau bentuk-bentuk lain. Dari gagasan utama, ditambahkan cabang-cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah gagasan atau segmen, serta hal-hal yang berkaitan dengan gagasan utama. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa singkatan. Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Untuk itu, peta pemikiran terbaik adalah peta pemikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni.15 Contoh dari peta pikiran adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1

Contoh Peta Pikiran “Liburanku”

[image:33.595.122.519.201.631.2]
(34)

Dari beberapa contoh peta pikiran di atas, dapat terlihat bahwa peta pikiran bukan hanya dapat digunakan untuk membantu proses belajar di sekolah akan

Gambar 2.2

Contoh Peta Pikiran “Target Tahunan dan Harian”

Gambar 2.3

[image:34.595.123.514.73.692.2]
(35)

8

tetapi juga dapat digunakan dalam berbagai hal, yaitu merancang liburan (gambar 2.1), target tahunan dan harian (gambar 2.2), serta belajar bahasa asing (gambar 2.3).

Peta pikiran yang merupakan kegiatan atau penelaahan pemahaman dengan cara menvisualisasikan ide dengan gambar, garis, dan warna adalah teknik yang sangat efektif dan efisien untuk digunakan. Teknik peta pikiran merupakan alternatif baru untuk kegiatan belajar-mengajar, di mana pada proses pelaksanaannya siswa dihadapkan pada sebuah ide atau suatu teks bacaan untuk kemudian membuat sebuah peta atau bagan atau gambar apapun yang dapat membuatnya lebih mudah untuk mengingat dan memahami apa yang telah dibaca. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan memperkuat ingatan siswa terhadap sesuatu serta mempermudah siswa untuk melihat pilihan-pilihan (alternatif) terhadap suatu masalah. Jadi, secara umum peta pikiran tidak hanya dapat dilakukan pada kegiatan pembelajaran, akan tetapi pada semua hal termasuk kegiatan sehari-hari.

D.Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan melalui Teknik Peta Pikiran

(36)

siswa terhadap isi bahan bacaan. Keberhasilan penerapan teknik peta pikiran untuk meningkatkan pemahaman bacaan siswa dalam membaca suatu teks bacaan khususnya cerita anak terjemahan, bergantung pada kemauan dan kreativitas siswa dalam membuat peta pikiran tersebut.

E.Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penggunaan peta pikiran (mind map) sudah banyak ditemukan dalam penelitian di bidang lain, terutama dalam proses pembelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Alfi Sapitri dalam skripsinya yang berjudul “P eni ngkatan Aktivitas Bel aj ar Si swa Dengan Penggunaan Strategi Belajar Mind Map (Peta Pikiran) Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Swasta Taman Pendidikan Islam Medan T.P. 2009/2010.”16 Penelitian yang dilakukan Alfi menekankan pada bagaimana peta pikiran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Alfi merupakan hasil yang baik, karena dalam hasil tersebut siswa mengalami peningkatan dalam aktivitas belajarnya. Selain penelitian Alfi, ada penelitian serupa yang dilakukan oleh Dwi Fajarwati Febriani yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Naratif Melalui Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) Siswa Kelas X SMA Kertanegara Malang.”17 Dalam penelitian Dwi terbukti bahwa dengan penggunakan strategi peta pikiran, kemampuan siswa dalam menulis naratif menjadi meningkat, dari hasil belajar sebesar 6,32 % menjadi 11,13 %. Ini merupakan hal yang sangat baik dalam proses pembelajaran. Selain dua penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan peta pikiran sebagai strategi, ada penelitian yang menggunakan peta pikiran sebagai metode, yaitu penelitian Novira Sagitta Pangemanan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Avicenna Kabupaten Jombang dengan

16

Alfi Sapitri, Abstrak Skripsi: P e n i n g k a t a n A k t i v i t a s B e l a j a r S i s w a D e n g a n Penggunaan Strategi Belajar Mind Map (Peta Pikiran) Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Swasta Taman Pendidikan Islam Medan T.P. 2009/2010, terdapat di http://bit.ly/m1BVFR, diakses Minggu, 19 Juni 2011, pukul 14:15.

17

(37)

8

Menggunakan Metode Mind Mapping.”18 Pada penelitian Novira, terdapat hasil yang memuaskan karena pada penelitiannya terbukti bahwa dengan metode peta pikiran terdapat peningkatan yang cukup signifikan di setiap siklus yang telah dilakukan untuk pembelajaran menulis argumentasi.

Selain ketiga penelitian di atas, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Sariful Lazi yang berjudul “Peningkatan Apresiasi Puisi Dengan Media Mind Mapping Pada Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2010-2011 (PTK di MTs. Muhammadiyah Ciputat).”19 Pada penelitian Sariful Lazi, terdapat hasil yang cukup memuaskan karena pada penelitiannya terbukti bahwa dengan media mind mapping dapat meningkatkan kemampuan apresiasi puisi, yaitu dengan nilai KKM 72, mendapat hasil rata-rata pretest 29,1 menjadi 76,1 pada hasil rata-rata posttest. Hal ini memang menunjukkan peningkatan yang signifikan dan cukup memuaskan.

Dengan adanya hasil-hasil penelitian di atas, dapat diketahui dan dilihat perbandingan dari tiap penggunaan serta penerapan peta pikiran. Maka dari keempat penelitian skripsi yang telah ada, perbedaan yang paling mendasar dengan penelitian skripsi ini adalah dua skripsi di atas menempatkan peta pikiran sebagai strategi pembelajaran, satu penelitian menempatkan peta pikiran sebagai metode pembelajaran, dan satu penelitian lagi menempatkan peta pikiran sebagai media pembelajaran. Sedangkan pada skripsi ini, peta pikiran diterapkan sebagai teknik yang membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya untuk meningkatkan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan.

18

Novira Sagitta Pangemanan, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Avicenna Kabupaten Jombang dengan Menggunakan Metode Mind Mapping terdapat di http://bit.ly/kf4kzE, diakses Minggu, 19 juni 2011, pukul

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang peneliti tetapkan adalah MTs. Annajah, Jl. Ciledug Raya Petukangan Selatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Lokasi penelitian mudah dijangkau sehingga dipandang oleh peneliti lebih efisien dari segi biaya, waktu, maupun pelaksanaannya.

b. Data-data yang diperlukan tersedia.

c. Bentuk pengabdian peneliti sebagai mahasiswi yang pernah PPKT di sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Juli 2011 sampai Agustus 2011.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2002:57): “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”1 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs. Annajah Petukangan.

2. Sampel

Sampel adalah “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”2

Kedudukan sampel sangat penting sebagai wakil karakter dari populasi, karena sampel dapat memberikan kontribusi data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Peneliti secara sengaja menentukan sampel penelitian karena tidak semua siswa dapat diteliti. Sampel dipilih berdasarkan keterkaitannya terhadap objek

1

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 90.

2

Ibid, hlm. 91.

(39)

22

penelitian. Oleh karena tidak semua siswa pada satu semester mendapat pengajaran memahami teks bacaan dan materi cerita anak terjemahan, maka sampel penelitian ini adalah siswa yang dalam materi pelajarannya terdapat materi memahami teks bacaan, yaitu siswa kelas VII khususnya VII-1.

C. Metode Penelitian

(40)

Siklus I

Siklus II

Data yang didapat dari pelakasanaan tiap siklus diolah sedemikian rupa kemudian dideskripsikan sehingga didapatkan gambaran jelas dari kegiatan pembelajaran memahami bacaan di sekolah.

D.Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen, yaitu: 1. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan, untuk itu pada instrumen wawancara ini peneliti akan mewawancarai salah satu siswa dan guru mata pelajaran yang terlibat dalam penelitian. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan serta proses kegiatan pembelajaran membaca di kelas, baik sebelum diterapkannya teknik peta pikiran maupun sesudah diterapkannya teknik tersebut.

2. Observasi dan catatan lapangan

Observasi adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung. Observasi yang peneliti lakukan

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/

Pengumpulan Data I

Permasalahan Baru hasil refleksi

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II Pengamatan/

Pengumpulan Data II

Apabila masalah

belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Bagan 3.1 Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2010:74)

(41)

42

dengan menggunakan catatan lapangan untuk mengetahui aktivitas belajar mengajar siswa tanpa dan dengan menerapkan teknik peta pikiran.

3. Tes hasil belajar siswa

Tes hasil belajar dilakukan dengan memberikan soal esai sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikannya perlakuan (treatment). Tes ini diberikan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan serta tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan yang mereka baca.

4. Angket (kuesioner)

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa (responden) terhadap penerapan teknik peta pikiran. Angket ini memiliki 5 alternatif jawaban yang dapat siswa (responden) pilih, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Angket (kuesioner) dilakukan secara tertutup di dalam kelas.

5. Jurnal Siswa

Jurnal siswa dibuat untuk mengetahui pendapat siswa tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung, termasuk tingkat kesulitan dan kuantitas dari materi yang diberikan pada pretest dan posttest.

6. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Dokumentasi ini merupakan data yang berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.

E.Teknik Pengumpulan Data

(42)

siklus, serta respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik observasi berupa penelitian tindakan kelas. Sedangkan metode penulisan merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data pada penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi dari total jawaban setiap pertanyaan pada lembar angket (kuesioner) dengan lima alternatif jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Adapun rumus untuk mengetahui presentase yang didapat untuk masing-masing kategori, yakni:

Keterangan: P : Presentase F : Frekuensi

N : Number of Cases

G.Analisa Uji Coba Instrumen/Validitas Alat Ukur

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu evaluasi. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, dan sebaliknya.4

Penelitian ini menggunakan validitas isi agar dapat mengetahui apakah soal-soal yang disusun sesuai materi yang ditetapkan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya atau valid tidaknya instrumen yang akan diteliti maka akan digunakan perhitungan taraf kesukaran soal.

Perhitungan taraf kesukaran ini dilakukan untuk mengetahui taraf/level kesukaran tiap butir soal. Soal yang baik/valid adalah soal yang tidak terlalu

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm. 211.

F

(43)

62

mudah dan juga tidak terlalu sukar. Artinya, derajat kesukaran masing-masing item tersebut adalah sedang atau cukup. Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut5:

U + L Np TK = P = T N

Keterangan:

TK = P = angka indeks kesukaran item

U = banyaknya siswa yang tergolong pandai menjawab benar pada soal tersebut

[image:43.595.113.524.106.522.2]

L = banyaknya siswa yang kurang menjawab benar pada soal tersebut U+L = Np = banyaknya testee yang menjawab betul pada butir soal tersebut T = N = jumlah seluruh testee

Tabel 3.1

Indeks Tingkat Kesukaran Soal Banyaknya P Interpretasi

Kurang dari 0,25 0,25 - 0,75 Lebih dari 0,75

Sukar Sedang Mudah

H. Hipotesis Tindakan

Dalam sebuah penelitian, hipotesis merupakan dugaan sementara yang dibuat berdasarkan data dan fakta. Hipotesis seringkali perlu dirumuskan dalam suatu penelitian, untuk itu peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman bacaan yang signifikan antara nilai posttest dan nilai pretest siswa dalam bacaan cerita anak terjemahan dengan teknik peta pikiran.

Ho = t. hitung ≤ t. tabel

(44)

H1: Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman bacaan yang signifikan antara nilai posttest dan nilai pretest siswa dalam bacaan cerita anak terjemahan dengan teknik peta pikiran.

H1 = t. hitung ≥ t. tabel

X1–X2

(n

1-1

)

S1 +

(n

2-1

)

S2 t = dengan S =

S √

¹

/n

1–

¹/n

2

n

1 +

n

2 - 2
(45)

28

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Gambaran Sekolah/Madrasah

a. Profil MTs. Annajah Petukangan

1. Nama Madrasah : MTs. Annajah 2. Nama Kepala Madrasah : Drs. Sam’unal Ghozi 3. Nomor Statistik : 212317110063 4. Status Madrasah : Swasta

5. Status Akreditasi : Terakreditasi A

6. Alamat : Jl. Ciledug Raya Rt.001/04 Kelurahan : Petukangan Selatan

Kecamatan : Pesanggrahan Kotamadya : Jakarta Selatan Propinsi : DKI Jakarta No. Telp/Fax : 021-7374045

Kode Pos : 12270

7. Tahun Berdiri : 1974 8. Status Tanah : Wakaf

a. Luas Tanah : 2887 m² b. Luas Bangunan : 2032 m²

9. Penyelenggaraan Ujian Nasional : Mandiri/Penyelenggara

10. Kurikulum : KTSP

(46)

b. Sejarah Berdirinya MTs. Annajah

MTs. Annajah adalah sebuah nama yang dicetuskan oleh beberapa pengurus Yayasan Kesejahteraan Masyarkat Islam (YKMI). Nama MTs. Annajah ini telah melewati beberapa tahap perubahan. Pertama kali, nama MTs. Annajah adalah Madrasah Raudhatul Athfaal yang didirikan atas prakarsa KH. Abdillah Amin (Alm) dan tokoh masyarakat sekitar Petukangan pada tahun 1960. Madrasah ini adalah suatu lembaga pendidikan dasar dan menengah yang bersifat agamis. Pada tahun 1964, Madrasah Raudhatul Athfaal ini berganti nama lagi menjadi Madrasah Daarun Najah yang berpusat di Kelurahan Petukangan. Pada tahun 1974 ada keinginan beberapa pengurus YKMI, yakni KH. Abdillah Amin (Alm), Drs. H. Komaruzzaman (Alm), Drs. H. Abdul Manaf (Alm), Drs. Hafidz Dasuki, MA., H. Syatin (Alm), H. Kosim (Alm), dan Drs. Arsyad Siagian, untuk mendirikan pondok pesantren Darunnajah di Kelurahan Ulujami. Keinginan ini dalam rangka untuk menampung para siswa dari Daarun Najah Petukangan yang merupakan embrio/cikal bakal santri pondok pesantren Darunnajah Ulujami, yang ada saat ini. Dengan seiring waktu, perkembangan selanjutnya terjadi pada tanggal 1 April 1985 dengan Akte Notaris R. Soerojo Wongsowidjoyo, S.H. no. 21 tertanggal 12 April 1985, berdirilah Yayasan Annajah yang berdomisili di Kelurahan Petukangan Selatan Jakarta. Berdirinya Yayasan Annajah ini, merupakan kelanjutan dari Yayasan Kesehjahteraan Masyarakat Islam (YKMI). Selain itu, dengan adanya dualisme nama Darunnajah Ulujami dan Daarun Najah Petukangan, maka pada tanggal 1 Muharram 1427 H bertepatan 31 Januari 2006 M, diadakan rapat pengurus yayasan dan para kepala sekolah yang berada di bawah naungan yayasan Annajah serta tokoh masyarakat sekitar petukangan. Rapat ini membahas tentang perubahan nama lembaga pendidikan Daarun Najah Petukangan menjadi Annajah Petukangan. Sejak saat itulah MTs. Annajah Petukangan mulai dikenal.

(47)

30

c. Visi dan Misi Madrasah 1. Visi

Unggul dalam iman dan taqwa, kompetitif dalam ilmu dan teknologi. 2. Misi

a) Membentuk siswa yang unggul dalam iman dan taqwa

b) Membentuk siswa yang berbudaya islami dan berakhlakul karimah c) Membentuk siswa yang disiplin, kreatif, dan inovatif

d) Membentuk siswa yang berkualitas dan mampu bersaing dalam ilmu dan teknologi.

d. Data Fisik Sekolah

1. Data Siswa tahun ajaran 2010/2011:

Jenis Kelamin Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

Laki-Laki 76 58 56 190

Perempuan 72 69 69 210

Jumlah 148 127 125 400

2. Data Siswa tahun ajaran 2011/2012, sampai tanggal 28 Juli 2011: Jenis Kelamin Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

Laki-Laki 79 74 57 208

Perempuan 84 72 69 225

Jumlah 163 146 126 433

3. Jumlah Rombongan Belajar : Kelas VII = 5 kelas, Kelas VIII = 4 kelas, Kelas IX = 4 kelas 4. Jumlah Ruang : 23 ruang

5. Jumlah Guru : 25 orang 6. Jumlah Tata Usaha : 3 orang

7. Pelaksanaan KBM : Senin-jum’at (07.00-15.00 WIB) 8. Jumlah Siswa Lulusan

(48)

9. Jumlah siswa naik kelas : Kelas VII = 146 siswa, Kelas VIII = 126 siswa

10. Jumlah siswa tidak naik kelas : Kelas VII = 2 siswa, Kelas VIII = 1 siswa 11. Jumlah siswa masuk : 161 siswa

12. Jumlah siswa keluar : 125 siswa e. Sarana dan Prasarana

Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa, maka diperlukan sarana dan prasarana yang lengkap serta bermutu, khususnya untuk menunjang aktivitas pembelajaran siswa. Oleh karena itu, pimpinan MTs. Annajah dalam hal ini telah berupaya semaksimal mungkin menyiapkan: 1. Ruang Belajar (kelas)

MTs. Annajah memiliki 12 ruang kelas 2. Laboratorium

MTs. Annajah memiliki 3 ruang laboratorium, yaitu laboratorium bahasa (di MA. Annajah), laboratorium komputer, dan laboratorium fisika. Ketiga laboratorium tersebut digunakan oleh para siswa untuk melakukan praktik belajar.

3. Lapangan Olahraga

Lapangan olahraga yang berada di lingkungan MTs. Annajah berfungsi sebagai lapangan basket, futsal, voli dan badminton.

4. Aula Basement

Aula yang terdapat di basement sekolah ini mempunyai multifungsi, di antaranya: sebagai tempat shalat, sebagai tempat kegiatan-kegiatan sekolah, dsb.

5. Perpustakaan

Salah satu sarana yang berada di lingkungan MTs. Annajah ini adalah perpustakaan. Walaupun perpustakaan ini bergabung dengan MA. Annajah, akan tetapi kegunaannya bagi penunjang pembelajaran sangatlah penting.

(49)
[image:49.595.124.526.84.471.2]

32

Tabel 4.1

Jumlah Bangunan dan Fasilitas Belajar

No. Jenis Fasilitas Jumlah Luas (m²) Keterangan

1. Ruang Kelas 12 784.8

2. Ruang Kepala Sekolah 1 31.2

3. Ruang Guru 1 62.4

4. Ruang Tata Usaha 1 31.2 5. Ruang Laboratorium

a. Komputer 1 62.4

b. Fisika 1 62.4

c. Bahasa 1 62.4

6. Ruang Perpustakaan 1 93.6

7. Ruang BP/BK 1 31.2

8. Ruang UKS 1 6

9. Ruang Serba Guna/Aula 1 225

10. Rumah Dinas 1 6

11. Ruang Osis 1

12. Toilet Guru 2 6

13. Toilet Siswa 10 124.8

14. Kantin 1

15. Asrama 1

Tabel 4.2

Sarana dan Prasarana MTs. Annajah Petukangan

No. Jenis Fasilitas Jumlah Keterangan

1. Komputer Kantor 3

2. Komputer Siswa 24

3. Printer 2

4. Scan Nilai 1

5. Audio Visual 1

6. Mesin Fax 1

7. Meja Guru 24

8. Meja TU 3

9. Meja dan kursi Siswa 480

10. Filling Kabinet 3

11. LCD/OHP 13

12. Kendaraan Operasional 1

[image:49.595.126.507.488.718.2]
(50)
[image:50.595.126.522.72.775.2]

Tabel 4.3 Sarana Olahraga

No. Jenis Olahraga Jumlah Keterangan

1. Lapangan Voli 1

2. Lapangan Basket 1

3. Lapangan Futsal 1

4. Lapangan Badminton 1

5. Tennis Meja 1

Tabel 4.4 Sarana Ibadah

No. Jenis Fasilitas Jumlah/Ukuran Keterangan

1. Masjid 14 x 16

2. Tempat Wudhu 6 x 2

3. Mukena 15

4. Sajadah 15

5. Karpet 14 x 16

f. Struktur Organisasi MTs. Annajah

Dewan Guru

Siswa/i

Ketua Yayasan Annajah

Kepala/Wakil Kepala Madrasah

Wali Murid Tata Usaha

Wali Kelas Pembina

Pramuka Pembina

OSIS

Pembina PMR

Bagan 4.1

(51)

34

g. Tugas dan Wewenang 1. Pengurus/Komite Yayasan

a. Mengawasi kinerja kepala madrasah b. Menerima laporan tahunan

c. Memeriksa laporan tahunan 2. Kepala Madrasah

a. Mengawasi jalannya pendaftaran dan penyeleksian siswa/i baru b. Mengawasi kegiatan belajar mengajar (KBM)

c. Mengawasi kegiatan administrasi

d. Mengawasi perkembangan sekolah/madrasah melalui laporan-laporan yang diterima dan mengambil keputusan bila diperlukan

e. Merumuskan tujuan dan menentukan kebijaksanaan secara menyeluruh

f. Bertanggung jawab atas jalannya instansi pendidikan tersebut secara keseluruhan, termasuk kinerja guru dalam mengajar

3. Wakil Kepala Madrasah

a. Bertanggung jawab atas KBM dan kurikulum pendidikan

b. Bertanggung jawab dalam bidang kesiswaan dan membawahi panitia penerimaan siswa/i baru

c. Bertanggung jawab dalam bidang keuangan, termasuk pembayaran biaya pendaftaran, SPP, dan biaya pendidikan lainnya.

4. Tata Usaha

a. Bertanggung jawab untuk pembayaran SPP siswa

b. Bertanggung jawab untuk meminta, memanggil, dan membuat surat teguran apabila ada siswa yang terlambat dalam administrasi keuangannya

c. Bertanggung jawab untuk mengurus data/berkas-berkas siswa/i

d. Bertanggung jawab atas seluruh keperluan administrasi baik keuangan maupun data/berkas siswa.

5. Wali Kelas

(52)

b. Bertanggung jawab untuk mengurus penilaian pada rapor yang diterima dari setiap guru mata pelajaran

c. Membentuk petugas kelas 6. Guru

a. Bertanggung jawab untuk memberikan materi pelajaran kepada siswa

b. Memberikan hasil penilaian mata pelajaran setiap siswa dan diserahkan kepada wali kelas

c. Membuat soal ulangan (ulangan harian, UTS, dan UAS) 7. Pembina Osis

a. Bertanggung jawab atas kegiatan ekstrakulikuler siswa di sekolah b. Mengawasi kegiatan ekstrakulikuler siswa di sekolah

8. Siswa/i

Mematuhi seluruh peraturan dan tata tertib dari sekolah selama menjadi siswa/i di sekolah tersebut.

2. Deskripsi Intervensi Tindakan (Sebuah Deskripsi Catatan Lapangan) a. Observasi Awal

Pada tahap observasi awal, tepatnya tanggal 28 juli 2011, setelah meminta izin dan menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala MTs. Annajah, peneliti mewawancarai guru bidang studi bahasa Indonesia yang bernama M. Guntur, S.Pd.. Dalam wawancara tersebut, peneliti juga meminta kesanggupan guru untuk menjadi rekan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Guru bersedia menjadi rekan dalam penelitian dengan catatan bahwa semua materi, instrumen, dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, disiapkan oleh peneliti dan diberitahu minimal satu hari sebelum pelaksanaan/sebelum diujicobakan kepada siswa.

(53)

36

kelas lain. Akan tetapi, kelas VII-1 adalah kelas unggulan, dan secara pemahaman untuk menangkap materi, kelas ini lebih baik dari kelas lain. Untuk itu, karena peneliti merasa tertantang untuk dapat mengendalikan dan tertarik untuk melihat lebih jauh keadaan siswa-siswi kelas VII-1 tersebut, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di kelas VII-1.

Peneliti pun melakukan pengamatan lebih dalam di kelas VII-1. Adapun hasil pengamatan tersebut dapat peneliti simpulkan sebagai berikut.

1. Kegiatan belajar mengajar di kelas sebenarnya cukup teratur, namun ketika guru baru masuk dan jam pelajaran sudah hampir selesai, siswa-siswi di kelas mulai ribut dan asik mengobrol. Selain itu, ketika guru sedang mengajar/menjelaskan materi, hanya beberapa orang saja yang terlihat memperhatikan penjelasan guru dengan serius, yang lainnya terlihat tidak fokus, mengantuk, menggambar-gambar di kertas, bermain-main dengan pulpen, dan mengobrol dengan teman sebangku.

2. Ketika guru memberikan tugas untuk dikerjakan, banyak siswa yang mengobrol dan melihat pekerjaan temannya. Ketika peneliti bertanya, mereka menjawab tidak mengerti, malas, dsb. Kebanyakan mereka yang melihat dan menyalin pekerjaan temannya adalah siswa laki-laki.

3. Metode yang digunakan guru di kelas sudah cukup bervariasi. Ada yang menggunakan metode diskusi kelompok, tanya jawab, praktik lapangan, dan tentu saja yang paling dominan digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Namun, berdasarkan pengamatan peneliti, masih jarang sekali guru yang menggunakan alat bantu seperti in focus, alat peraga, dan alat, media, atau teknik pembelajaran lain selain yang peneliti sebutkan di atas padahal di kelas sudah tersedia sarana tersebut.

(54)

kemukakan, namun hanya sedikit yang mengatakan bahwa mereka ke kamar mandi karena memang ingin buang air kecil.

Pada observasi hari kedua, yaitu hari Jumat tanggal 29 Juli 2011, peneliti melakukan uji coba soal posttest kepada siswa-siswi kelas 8 untuk mengetahui validitas soal. Soal posttest tersebut terdiri dari pilihan ganda dan esai. Hasil posttest siswa kelas 8 ternyata cukup memuaskan. Soal-soal posttest yang diujicobakan tersebut dibuat oleh guru dan peneliti, sesuai dengan kompetensi yang ada. Namun, untuk soal pilihan ganda, ada beberapa yang tidak valid. Kebanyakan siswa lemah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang coraknya menentukan tema, amanat, alur, kebudayaan atau latar cerita, dsb. Selain itu, mereka sering kali keliru/terkecoh dengan jawaban yang mirip-mirip.

Soal-soal yang valid dan yang tidak valid kemudian dipisahkan, dan soal yang valid peneliti berikan kepada siswa kelas VII-1 dalam proses pembelajaran pada pertemuan kedua. Pembahasan untuk masalah validitas soal akan dibahas

tersendiri pada subbab “Pemeriksaan Keabsahan Data”.

b. Keadaan MTs. Annajah Saat Penelitian

(55)

38

Selain perubahan-perubahan yang terjadi, MTs. Annajah juga sedang melakukan persiapan-persiapan untuk dapat menjadi sekolah standar nasional dan memiliki kelas dwibahasa. Persiapan yang dilakukan yakni dengan membuat para pengajar atau guru menjadi lebih profesional dan lebih berkompeten dengan dapat menggunakan dua bahasa. Untuk persiapan akan hal tersebut, sekolah mengadakan semacam kursus bahasa Inggris untuk guru pada sore hari selama kurang lebih satu jam per hari

Gambar

Gambar 2.1  Contoh Peta Pikiran “Liburanku”
Gambar 2.2  Contoh Peta Pikiran “Target Tahunan dan Harian
Tabel 3.1 Indeks Tingkat Kesukaran Soal
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X IIS 1 SMAN 17.. BANDUNG TAHUN

yaitu sekelompok orang dalam suatu wilayah yang tunduk pada.. serangkaian peraturan yang dijadikan pedoman bertingkah laku

[r]

Berbicara mengenai peran komunikasi dalam proses politik khususnya media massa, dalam kamus Analisa Politik ditanyakan bahwa proses komunikasi politik melakukan proses

• Pernyataan PesaN Pengaruh adlh; • Jika anda melakukan X, maka anda. akan

Besarnya Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan pemerintah kabupaten / kota dengan peraturan daerah sebesar RP 10.000.000,00 untuk setiap wajib

Begitu juga tentang teknologi-teknologi yabg terkait dengan penggunaan internet, sistem keamanan took, praktik-praktik sistem penyerahan barang ( delivery ), penggunaan mailing list

Sehubungan dengan hasil Seleksi Sederhana paket pekerjaan Pengawasan Teknik Peningkatan Jalan Sp.Sekendal-Sekendal,Pembangunan Jalan Pawis Hilir-Angan Tembawang