• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan komunikasim KH. M. Chaedar dalam pembinaan pondok pesantren Nurul Falah Pendegelang Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pesan komunikasim KH. M. Chaedar dalam pembinaan pondok pesantren Nurul Falah Pendegelang Banten"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Falah Pandeglang Banten

Nurul Falah merupakan pondok pesantren yang berdiri sejak 57 tahun yang lalu dimasa pemerintahan colonial belanda yang menjajah bangsa Indonesia selama puluhan tahun. Pesantren yang berawal menerapkan system salafiyah ini merupakan hasil jerih payah perjuangan KH.M. Chaedar dan tokoh masyarakat Kaung Caang yang ingin memajukan pendidikan islam. Hingga saat sekarang ini, perkemangan pondok pesantren nurul falah mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik sebagai lembaga pendidikan maupun sebagai lembaga social kemasyarakatan. Hal ini tidak bias terlepas dari sosok pemimpin yang karismatik, yang sangat berjasa bagi dunia pendidikan islam yaitu KH.M. Chaedar. Pembinaan yang diterapkan yakni untuk melatih, mendidik dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang dimiliki santri dalam mencapai suatu kesempurnaan dengan bakat yang dimiliki dari masing-masing karakter dan kepribadian santri. Bagai mana pesan komunikasi KH.M. Chaedar dalam pembinaan santri dipondok pondok pesantren Nurul Falah terhadap santri? dan apa yang menjai factor pendukung dan penghambat dalam pembinaan santri di pondok pesantren Nurul Falah?

Pesan komunikasi KH.M. Chaedar dalam pembinaan santri di pondok pesantren Nurul Falah cenderung menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi mengunakan kata-kata atau bahasa sebagai lambing verbal yang paling banyak atau sering digunakan dalam komunikasi. Sedangkan lambing non verbal adalah lambing yang digunakan dalam komunikasi yang bukan bahasa. Pesan komunikasi verbal dan non verbal yang terjadi dalam komunikasi KH.M. Chaedar adalah ketika beliau melakukan aktivitas dan rutinitas harian, kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pengajian kitab kuning atau kitab gundul pada hari selasa 14.00 wib beliau melaksanakan rutinitas pengajian di sebuah Madrasah Diniyah. Pesan komunikasi yang diterapkan pengurus pondok pesantren Nurul Falah terhadap santri menggabungkan dua komunikasi yaitu komunikasi persuasif dan intruktif/koersif komunikasi ini bersifat satu arah dan cenderung memaksa dengan sanksi-sanksi terhadap santri yang tidak mematuhi tata tertib pondok. Adapun factor pendukung dan penghambat dalam pembinaan santri adalah adanya dukungan dari masyarakat sekitar tentang keberadaan pondok yang sangat antusias dalam membantu memajukan Nurul Falah terhadap masyarakat luas. Dan factor pendukung lainnya yaitu dengan membentuk suatu jaringan yang dibuat oleh para alumni untuk menggalang dana demi kelangsungan kegiatan belajar mengajar di Nurul Falah. Sedangkan factor penghambat terdiri dari dua factor yaitu factor internal: kurang terciptanya konsekwensi waktu yang tercermin dalam tatatertib

(2)

memberikan gambaran objektif terhadap terhadap suatu masalah.

Pesan komunikasi yang disampaikan KH. M. Chaedar ini memiliki dayabtarik tersendiri, karena m

Enggunakan komunikasi verbal dan non verbal sehingga terjadi proses komunikasi antara kiai dan santri yang membentuk suatu pengetahuan dan pedoman bagi para santri.

Pondok pesantren mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mewujudkan kemajuan suatu bangsa dan agama dengan pendidikan agama untuk membuat suatu perubahan terhadap masyarakat dan berusaha menjadi seorang mekanik dakwah, penyemangat ummat dan doktrinisasi pondok pesantren Nurul Falah mampu membina santri yang siap terjun ketengah-tengah masyarakat yang multi kompleks.

(3)

“Dan allah melahirkan kamu dari rahim ibumu dalam keadaan tidak mengtahuai

sesuatu apapun, dan dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati

nurani supaya kamu bersyukur” An-Nahl: 78)

Alhamdulillah segala puji atas kebesaran dan keaguanga allah SWT, tuhan yang telah menciptakan manusi dan memberikan kesempurnaan. Segala puji dan syukur atas limpahan kasih saying yang di berikan Allah Rabbul alamin yang telah memberikan kenikmatan dunia sebagai lading infestasi semua amal untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Semoga allah senantiasa mengampuni atas segala kesalahan dan kealfaan terhadap syahadat yang belum mampu termanifestasi dalam kehidupan. Robbighfirli warhamni warzuqi wahdini wa’fuanni.

Solawat serta salam senantiasa tercurah atas junjungan dan panutan alam yang menjadi penuntun dan pencerah ummat islam menuju agama yang ikhlas sebagai agama yang benar-benar rahmatan lil alamin yang kelak di yaumujaza’

akanmendapatkan syfaatul ‘ujma dari baginda nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi diantaranya factor himpitan dan tuntutan dunia kerja dan dunian belajar, dua sisi aktivitas ini tidak bias di pisahkan, karena merupakan tuntutan yang harus di penuhi oleh penulis. Adapun kendala lainya yang menghambat

(4)

skripsi,walaupun penulis mengakui sangat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun atas bimbingan dan motivasi dari orang-orang terdejat penulis menyadai bahwa kemampuan dan kesempurnaan membutuhkan sebuah proses yang sangat panjang yang harus ditempuh.

Ucapan terimakasi tak terhingga kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin hidayat, selaku rector UIN Syarif Hidayatullah Jakart.

2. Bapak Dr. Murodi, MA. Selaku dekan fakultas dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. bapak drs wahidin saputra selaku ketua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Suhaemi, M.Si. selaku penasehat akademi yang banyak memberikan masukan kepada penulis.

5. kepada pemmbimbing yang mengarahkan dan memberikan saran serta masukan terhadap penulis disela-sela kesibukan beliau bersedia membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

6. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan semoga bermanfaat di dunia sampai akhirat.

(5)

8. Segenap para Asatidz dan Asatdzah atas dukungan dan suportnya yang memberikan stimuli terhadap kelangsungan skripsi ini.

9. Semua santri yang memberikan suasana mengaji penuh inspirasi.

10. Takhsish untuk kakak jamal yang memberi dukungan tanpa henti semoga beliau diberikan masadepan dan harapan yang cerah amin..

11. sahabat-sahabat penulis angkatan 2004 Dzikril, Ali/Roziq, Anwar dan sahabat lainnya semoga kesuksasan menyertai kalian

12. keluarga besar KH.M. Chaedar Cadasari, Pandeglang. Terima kasih atas motivasi yang telah diberikan.

Kiranya demikianlah, hanya ucapan terimakasih takterhingga yang dapat penulis haturkan kepada semua pihak di atas, yang ikut berperan dalam menggarap penulisan skripsi, semoga Allah SWT membalas dengan sebaik-baiknya balasan amin..

Jakarta 04 Februaru 2009

Penulis

(6)

Skripsi

Diajuakan Untauk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Social Islam

Oleh

ADE KAMALUDDIN

NIM: 104051001811

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008

(7)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

Oleh

Ade kamluddin

NIM: 10405101811

Di Bawah Bimbingan,

Ummi Musyarofah, MA NIP. 150281980

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

(8)

viii

Kromong di Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan

Srengseng Sawah)

”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Juli 2008 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sosial Islam Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 31 Juli 2008

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Murodi, M.A. Umi Musyarofah, M.A.

NIP. 150 254 102 NIP. 150 281 980

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Arief Subhan, M.A. Drs.Wahidin Saputra, M.Si NIP. 150 262 442 NIP. 150 276 299

Pembimbing

(9)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup

dengan sendirinya melainkan satu sama lain saling membutuhkan. Oleh sebab

itu, dalam kehidupan manusia komunikasi semakin dirasakan urgensinya, hal

ini bukan karena disebabkan oleh kemajuan dan berkembangnya ilmu

teknologi semata, akan tetapi karena hasrat dasar dari manusia itu sendiri

untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan sesamanya.

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kahidupan

sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat

atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat

dalam komunikasi.1

Membicarakan pesan (message) Dalam proses komunikasi, kita tidak

dapat melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan

yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan

kode.2

1

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), cet Ke-4, h. 1

2

Prof. Dr. Hafied Cangera, M. Sc, Pengantar ilmu Komunikasi, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), cet. Ke-4, h. 93.

(10)

Struktur pesan adalah komposisi pengaturan bagian-bagian komponen dan

susunan suatu komplek keseluruhan.3 Sedangkan pesan adalah semua

pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah baik tertulis maupun

lisan dengan pesan-pesan atau risalah.

Jadi struktur pesan adalah susunan pokok-pokok gagasan yang menjadi

satu kesatuan pesan yang utuh. Untuk merancang suatu pesan harus

memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan tujuan

komunikator.4 Pesan yang di sampaikan oleh seorang komunikator harus

dapat mengena kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengubah sikap

dan tigkah laku sesuai yang diinginkan oleh komunikator.

Dalam kamus Bahasa Indonesia pesan adalah perintah, nasihat,

permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang

lain.5 Pondok pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tradisional yang

dewasa ini banyak mendapat perhatian baik dari kalangan swasta maupun

pemerintah. Banyak kajian dan penelitian difokuskan kepada pesantren dalam

rangka mencoba menggali lebih dalam tentang apa sebenarnya yang terjadi

dengan pesantren, seperti sistem pendidikan yang diterapkan, adat kebiasaan

santri dan pengaruh pesantren terhadap masyarakat sekelilingnya.6

3

Netty hartati M.si, Islam dan Pisikolog i ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet Ke-1, h,141.

4

Hj. Nina Winangsih Syam, M.Si., Drs. Dadang Sugiana M.Si, Perencanaan Pesan dan Media ( Jakarta: Depdiknas Puan penerbit Modul UT, 2002) cet. Ke-4 h. 423.

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 2002), h.54.

6

(11)

Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah

muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan

dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenos. Pendidikan ini

semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya

masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian

penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya

tempat-tempat pengajian (nggon ngaji). Bentuk ini kemudian berkembang dengan

pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian

disebut pesantren.7

Dalam tradisi masyarakat Islam Indonesia, seorang Kiai menempati posisi

sosial keagamaan yang sangat penting, pesantren dan lembaga pendidikan

yang dimiliki seorang Kiai disuatu wilayah tersebut dapat melakukan suatu

perubahan kehidupan social secara signifikan, karena Kiai mempunyai elemen

yang sangat penting. Maka sangat wajar perubahan suatu pesantren

semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi Kiainya sebagai panutan

masyarakat, Kiai memainkan peran sentral dalam masyarakat, dan sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi di pesantren. Kiai berfungsi menerjemahkan

nilai-nilai keberagaman dari luar ke dalam komunitas pesantren.

Proses globalisasi seperti yang dikatakan Ahmad Tafsir adalah suatu

proses menuju kepada keadaan kebudayaan global. Mungkin masih ada orang

yang kurang menyadari bahwa proses tersebut akan mengubah hal-hal yang

7

(12)

mendasar dan luas. Mendasar berarti melingkupi pandangan-pandangan

hidup, luas berarti dapat mencukupi seluruh aspek kehidupan.8

Memandang Pondok Pesantren Nurul Falah dengan keberadaannya

sekarang ini, bukanlah hal yang bijak tanpa menoleh ke belakang tentang

sejarah berdirinya. Berawal dari keresahan masyarakat desa Kaung Caang,

yang rentan dengan pendidikan keagamaan. Walaupun di kota Pandeglang

sendiri tidak sedikit pondok pesantren yang berdiri, pesantern Nurul Falah

adalah perpanjangan tangan dari sebuah lembaga atau institusi yang

mengusung nilai-nilai dan syariat Islam. Pondok pesantren ini berdiri berawal

dari keresahan masyarakat di daerah Kaung Caang. Hal ini terindikasi dengan

adanya pembegalan,dan rawan kriminalisasi dan tindak kejahatan, dan

perampokan yang marak terjadi di daerah Kaung Caang. Maka untuk

mengatasi konflik internal tersebut didirikanlah pondok pesantern Nurul Falah

dari ide dan gagasan berdasarkan kesepakatan dan musyawarah masyarakat

setempat yang berada di daerah Kaung Caang, dengan upaya meminimalisir

konflik yang terjadi.

Dengan memandang fenomena tersebut, maka KH. M. Chaedar merasa

terpanggil untuk mengemban misi agama Islam dan mendirikan pesantren

Nurul Falah dalam kondisi masyarakat yang memiliki gejolak batin dalam diri

masyarakat tersebut.

Mulailah KH. M. Chaedar menempuh kesulitan-kesulitan, halangan dan

berbagai rintangan serta onak dan duri datang saling tindih, namun dengan

8

(13)

modal utama keyakinan dan keberanian demi memperjuangkan agama Allah

SWT dan semangat serta motivasi yang tinggi untuk mendirikan pondok

pesantren. Pondok Pesantren Nurul Falah hadir di tengah-tengah masyarakat

Kaung Caang sebagai salah satu pusat kegiatan ilmu-ilmu ke-Islaman, bahasa

dan dakwah Islamiyah. Bahkan tidak sampai disitu saja perjuangan KH. M.

Chaedar dalam menempuh perjuangannya di jalan Allah, disamping telah

berdiri Pondok Pesantren Nurul Falah, kini sampai sekarang telah berdiri

Sekolah Formal Berbasis Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah demi mengemban

Misi syari'at Islam. Yang paling signifikan adalah mengontrol

perubahan-perubahan nilai, perubahan-perubahan nilai yang di tawarkan oleh era globalisasi dewasa

ini.

Oleh karena itu, dapat kita lihat betapa pentingnya peranan pondok

Pesantren pada saat sekarang ini. Khususnya peranan dari pada Pondok

Pesantren Nurul Falah dalam mencetak kader-kader ulama, Da’i dan Da’iyah

yang berkualitas, di samping tetap menjadi kontrol terhadap

perubahan-perubahan nilai yang terjadi di masyarakat akibat perkembangan yang terjadi

dewasa ini, lebih-lebih dalam pengembangan dakwah Islamiyah.

Judul pemikiran ini sangat menarik dikaji, karena menelaah terhadap

permasalahan ini sangat diperlukan. Di samping itu juga, sekaligus untuk

menyuburkan diskursus intelektual dalam upaya memperkaya wawasan. Dan

selanjutnya penelitian ini dituangkan dalam judul: “PESAN KOMUNIKASI

KH. M. CHAEDAR DALAM PEMBINAAN SANTRI DI PONPES

(14)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan terfokus pada satu permasalahan maka penulis

membatasi kajian ini pada pesan komunikasi dan metode pembinaan yang

diterapkan oleh KH. M.Chaedar terhadap santri di pondok pesantren Nurul

Falah. Adapun perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pesan komunikasi KH. M. Chaedar dalam pembinaan santri di

Pondok Pesantren Nurul Falah?

2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

pembinaan santri di Pondok Pesantren Nurul Falah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. TujuanPenelitian

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas. Tujuan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Pesan Komunikasi KH. M. Chaedar dalam

pembinaan santri di Pondok Pesantren Nurul Falah.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pembinaan santri di Pondok Pesantren Nurul Falah.

2. ManfaatPenelitian

a. Segi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

perkembangan wacana keilmuan dakwah, dan memberikan wawasan

(15)

b. Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi siapa saja

yang berminat dalam memperkaya pemikiran ke-Islaman khususnya

dalam bidang dakwah, serta menjadi pijakan bagi para peneliti

selanjutnya, yang ingin meneliti tokoh ini dalam aspek yang lain.

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan

jenis penelitian berdasarkan pendekatan deskriptif. Sedangkan metode

penelitian skripsi yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun pengertian

dari penelitian kualitatif adalah: sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.9

1. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi Subjek dalam penelitian ini adalah Pesan

Komunikasi KH. M. Chaedar. Kemudian yang menjadi objek penelitian

ini ialah pembinaan santri di Pondok Pesantren Nurul Falah.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren Nurul Falah Jln.

Raya Cadasari-RegoKm 4 desa Kaung Caang, Pandeglang-Banten 22 s/d

23 Oktober, kemudian berlanjut ke tanggal 24 s/d 26 Desember 2008, dari

9

(16)

mulai mengurus perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan

secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik

sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi menurut Karl Weick (dikutip dari Seltiz,

Wrightsman, dan cook 1976-235) mendefinisikan obserfasi sebagai

pemulihan, pencatatan, pengubahan dan pengkodean serangkaian

perilaku dan suasana yang berkenaan organisme itu, sesuai dengan

tujuan-tujuan empiris.10 Teknik ini penulis gunakan untuk

mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai pesan komunikasi KH.

M. Chaedar dalam pembinaan santri dipondok pesantren Nurul Falah.

Dalam hal ini peneliti mengikuti dan mengamati langsung

kegiatan-kegiatan di pondok pesantren Nurul Falah, guna memperoleh data

yang lebih akurat tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik untuk mencari data dengan menanyakan

pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat untuk memberikan

informasi seputar permasalahan yang akan diteliti. Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur.

Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang baku atau

10

(17)

tunggal. Hasil wawancara ini menekankan perkecualian,

penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali,

pendekatan baru, pandangan ahli, atau prespektif tunggal. Dalam

wawancara ini responden yang bersangkutan terdiri atas mereka yang

terpilih saja. Karena sifat-sifatnya yang khas, biasanya mereka

memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih

mengetahui informasi yang diperlukan. Sumber wawancara meliputi

KH. M. Chaedar, beliau sebagai pendirai sekaligaus pimpinan pondok

pesantren Nurul Falah. Kesekertariatan pengasihan santri Drs. Yayan

Mozayan, beliuau bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

berkaitan dengan para santri. Para seksi-seksi kepengurusan pondok

dan TU addministrasi pondok dan sekolah yang dikoordinasi oleh Ust.

Apang Badruzaman, beliau bertugas memegang kembali administrasi

sekolah dan dokumen-dokumen Nurul Falah. Dan para asatidz yang

terdiri dari Ust. Kohosyi’in, Ust.ishak, dan Ust. Abddul Majid yang

menjadi senior di pondok pesantren Nurul falah.

c. Dokumentasi

Penulis menghimpun data-data yang bersifat teoritis berupa

buku-buku, data dari dokumen yang berupa catatan formal, jurnal dan

sebagainya. Kemudian peneliti menggunakan analisa deskriptif

maksudnya, data yang terkumpul penulis menjabarkan dengan

memberikan analisa-analisa untuk kemudian diambil kesimpulan

(18)

4. Teknik Analisis Data

Setelah data yang terkumpul melalui observasi, dokumentasi dan

wawancara, maka langkah selanjutnya adalah data tersebut disusun secara

sistematis, kemudian diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan

rumusan masalah dan tujuan.penelitian, setelah itu disajikan dalam bentuk

laporan ilmiah. proses dalam analisis sebagai berikut:

a. Mencatat yang menghasilkan laporan, dengan hal itu diberi kode agar

sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b. Mengumpulkan, memilih-milih, mengklasifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

E. Tinjauan kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian

menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah maka langkah awal yang penulis

tempuh adalah mentelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu

yang mempunyai judul atau objek dan subjek penelitian yang sama ataupun

hampir sama dengan yang penulis teliti. Maksud tinjauan kepustakaan ini

adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama

dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah penulis teliti baik itu

di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan juga di Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, ternyata tidak

terdapat skripsi atau tulisan lain tentang “Pesan Komunikasi KH. M. Chaedar

(19)

Pandeglang-Banten”. Dengan demikian judul skripsi penulis ini belum pernah dibahas oleh

orang lain.

Akan tetapi ada beberapa skripsi yang menjadi rujukan penulis di UIN

Jakarta ini diantaranya: judul skripsi “Pola komunikasi KH. Mahmudi Dalam

Pembinaan Santri Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang-Banten”. Karya

Muhammad Fathullah tahun 2008, skripsi tersebut membahas tentang

bagaimana pola komunikasi dalam pembinaan santri di pondok pesantren

Al-Mubarok.

Kemudian skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Da’i dan Mad’u Di

Majlis Dzikir Susilo Bambang Yudhoyono Nurussalam”, karya Umar Kalake

tahun 2007. skripsi tersebut membahas bagaimana pola komunikasi yang terjai

antara da’I dan mad’u di majlis dzikir SBY Nurussalam sebelum dan sesudah

melakukan dzikir.

E. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akan diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang masalah, Pembatasan dan

Perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi

(20)

BAB II : LANDASAN TEORI

Meliputi Komunikasi dan Ruang Lingkupnya, Komunikasi,

Teknik-teknik komunikasi, Bentuk-bentuk Komunikasi,

Model-model komunikasi, Kode verbal dan Non verbal, Pesan,

Pembinaan, Pondok Pesantren, Pondok Pesantren, Fungsi Pondok

Pesantren, Bentuk-bentuk Pondok Pesantren.

BAB III : KH. M. CHAEDAR DALAM PEMBINAAN SANTRI DI

PONDOK PESANTREN NURUL FALAH

Menjelaskan tentang biografi KH. M. Chaedar, Latar Belakang

Kehidupan dan Pendidikannya, Gambaran Umum Sejarah Singkat

Ponpes Nurul Falah, Letak Geografis, Sarana dan Prasarana,

Keadaan pengajar dan santri Ponpes Nurul Falah.

BAB VI: Analisia Pesan Komunikasi KH. M. Chaedar Dal

Menjelaskan Tentang Pesan Komunikasi KH. M. Chaedar, Sistem

pembinaan terhadap santri Pon-pes Nurul Falah, pesan komunikasi

yang diterapkan pengurus pondok terhadap santri, Faktor

Penghambat dan Pendukung dalam Pembinaan Santri, dan

Prospek Dakwah Dimasa Mendatang Menurut KH. M. Chaedar.

BAB V : PENUTUP

(21)

A. Komunikasi dan Ruang Lingkupnya 1. Komunikasi

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (Common). Istilah komunikasi atau Communication berasal dari bahasa latin, yaitu

Communicatio. Yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya

Communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.1

Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau diartikan pula saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi dapat juga diartikan hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok.2 Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi makin luas.3

Kehidupan manusia ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat manusia di dunia benar-benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapat terpenuhi jika dia berkomunikasi dengan orang lain.

1

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, Grasindo, 2005), Cet. Ke-2, h. 5.

2

H.A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, (Jakarta, Rieneka Cipta, 2000) h. 13.

3

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persad, 2005) h. 32.

(22)

Sejak lahirnya kita di dunia ini kita sudah mulai berkomunikasi dengan orang disekitar kita terutama dengan ibu dan bapak kita, dari nangis, ngompol, isap-isap jari tangan dan lainya merupakan cara awal seorang bayi berkomunikasi.4

Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui prilaku verbal dan non verbal. Segala prilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.5 Seperti yang dikutip oleh Dedy Mulyana dari Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri. Kedua, untuk kelangsungan hidup bermasyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.6 Sebagaimana yang telah di kutip oleh Nurdi dalam bukunya Sistem Komunikasi Indonesia “Komunikasi adalah proses hal mana suatu ide dilahirkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah prilaku”, Demikian dikatakan oleh Everett M.Rogers. definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi ada sebuah proses pengoperan (pemerosesan) ide, gagasan, lambang, dan di dalam proses itu melibatkan orang lain.7

4

Ibid, h. 32.gg

5

Dedy Mulyana, Komunikasi Efektif suatu pendekatan Lintas Budaya, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3.

6

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5.

7

(23)

Berbeda dengan pengertian yang dikutip Alo Liliweri dari Saundra Hybels dan Richard L. Weafer II, bahwa komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan.8

Kata komunikasi secara etimologi (semantik/leksikal/bahasa) barasal dari bahasa Inggris yakni “communes” yang berarti sama (same equal). Pengertian makna disina adalah sama maknanya atau maksudnya disisi lain juga yang mengartikan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu “communicate” yang artinya berpartisipasi9

Ada juga yang mengatakan, komunikasi juga berasal dari bahasa latin communicare yang artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan seseorang kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban dan tanggapan atau feedback 10

Menurut William Stephenson seperti dikutip oleh A.W. Widjaja dalam buku Ilmu Komunikasi: Pengantar Studi, mendefinisikan komunikasi sebagai “suatu alat yang dengannya seseorang akan

8

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta, LkiS, 2003) h. 3.

9

Arni Muhammad,Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) cet. ke-4 h. 95-96.

10

(24)

mendapatkan kepuasan”. Lain halnya dengan Edward Toldman yang memberi batasan komunikasi sebagai “alat untuk berhubungan dengan orang lain”.11 Dari pengertian komunikasi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan alat untuk menghubungkan, mentransformasikan, suatu ide, pemikiran, gagasan dan sebagainya kemudian membentuk suatu pesan yang menimbulkan kesapahaman antara komunikator dan komunikan.

2. Model-Model Komunikasi

Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari prilaku manusia dalam berkomunikasi, juga dapat digambarkan dalam berbagai macam model. Model komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan manusia. Ada tiga model komunikasi yang perlu diketahui dalam memahami komunikasi antar manusia, yakni model analisis dasar komunikasi, model proses komunikasi, dan model komunikasi partisipasi.

a. Model Analisis Dasar Komunikasi

Model ini dinilai sebagai nilai klasik atau model pemula komunikasi yang dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell sehingga Shannon dan Weaver. Aristoteles membuat model komunikasi yang terdiri dari tiga unsur, yakni:

11

(25)

Mengatakan Apa

Pesan Kepada Siapa

Sumber Pesan Penerima

Model ini belum menempatkan unsur media dalam proses komunikasi hal ini bisa dimengerti karena retorika pada masa aristoteles merupakan seni keterampilan komunikasi yang sangat populer, sedangkan media massa belum tersedia. Model dasar komunikasi yang dibuat Aristoteles telah mempengaruhi Harold D. Lasswell yang kemudian membuat model komunikasi yang dikenal dengan Formula Lasswell (1948).

Information Transmiter Recieiver Destination

Source

Signal Received Signal

Massage Massage

Noise

(26)

saluran yang di transmit oleh sumber, misalnya suara gesekan, atau terlalu banyak dengung di telepon sehingga pendengar penerima pesan tidak sempurna.

b. Model Proses Komunikasi

Salah satu model ini banyak digunakan untuk menggambarkan proses komunikasi adalah model sirkular yang dibuat oleh Osgood dan Schramm (1954). Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis di mana pesan ditransmit melalui proses encoding

dan decoding. Encoding adalah translasi yang dilakukan oleh sumber atas sebuah pesan, dan decoding adalah translasi yang dilakukan oleh penerima terhadap pesan yang berasal dari sumber. Hubungan sumber dan sipenerima secara simultan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Encoder

Interpreter

Decoder

Massag

Massag

Decoder

Interpreter

Encoder

(27)

pada tahap awal sumber berfungsi sebagai encoder dan penerima sebagai decodier. Tetapi pada tahap berikutnya penerima berfungsi sebagai pengirim (encoder) dan sumber sebagai penerima (decoder) dengan kata lain sumber pertama akan menjadi penerima kedua dan penerima pertama akan berfungsi sebagai sumber kedua, dan seterusnya.

c. Model Komunikasi Partisipasi

Dalam model ini D. Lawarence Kincaid dan M. Rogers mengembangkan sebuah model komunikasi berdasarkan prinsip pemusatan yang dikembangkan dari teori informasi dan sibernetik. Model ini muncul setelah melihat berbagai kelemahan model komunikasi satu arah yang telah mendominasi berbagai riset komunikasi sebelumnya. Teori sibernetik melihat komunikasi sebagai suatu sistem dimana semua unsur saling bermain dan mengatur dalam memproduksi luaran. Keberhasilan teori ini telah ditunjukan dalam merakit berbagai macam teknologi canggih seperti komputer, radar dan peluru kendali jelajah. 12

12

(28)

Pengtahuan

3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan kedalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan 13

Pengertian komunikasi pada dasarnya adalah proses pengoperan yang mempunyai arti dari seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud untuk dimengerti, memberi kesenangan maupun untuk merubah

13

(29)

pendapat, dan tingkah laku komunikan, pelaksanaan komunikasi tersebut tidak selamanya dengan menggunakan kata-kata atau tulisan (verbal), namun bisa juga dengan yang lain (nonverbal). Dari pengertian komunikasi verbal diatas pemikiran penulis penyimpulkan bahwa komunikasi verbal merupakan ajakan dengan menggunakan kata-kata dan tulusan yang menimbulkan pesan menuju kesamaan makna, faham yang di timbulkan oleh komunikasi verbal itu sendiri.

a. Pengertian komunikasi verbal (verbal Communication), ialah komunikasi yang menggunakan lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan dan bahasa tulisan menurut Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.

Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa). b. Pengertian komunikasi non verbal ( non verbal Communication), yaitu

(30)

merupakan unsur-unsur dasar bahasa dan kata-kata14 Facial expressions (pakaian yang bersifat simbolik), isyarat dan lain gejala yang sama yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan dalam pelaksanaan komunikasi dengan non verbal ini pun tidak kalah pentingnya, jika seseorang belum mengetahui lambang-lambang yang ada, maka akan salah arti, dan akibatnya akan sangat fatal. Dalam perakteknya, yang lebih efektif itu adalah komunikasi verbal dan non verbal saling mengisi. Seperti halnya jika ada gambar di surat kabar, maka akan lebih jelas jika ada keterangannya dengan verbal, karena jika tidak ada keterangan, mungkin akan salah arti. (roudhonah ilmu komunikasi) sedangkan komunikasi non verbal penulis memberikan kesimpulan bahwa komunikasi non verbal ialah komunikasi tanpa kata-kata dan tulisan, melainkan dengan menggunakan bahasa tubuh (bady lingwich) dan simbol-simbol yang memerlukan keterangan pemahaman dari pesan yang disampaikan melalui komunikasi non verbal.15

TABEL 1

Komunikasi verbal Komunikasi nonvokal

Komunikasi verbal Bahasa lisan Bahasa tertulis

Komunikasi non verbal Nada suara

(Tone of foice)

L.Tubbs, Stewart, Moss, Sylvia, Human Communication (Prinsip-Prinsip Dasar Pengantar: Dr.Dedi Mulyana M.A ) PT. Remaja Rosdakarya, bandung 200, cet ke-3 h. 112.

15

(31)

(appearance) Kualitas vokal

(vokal kualitas)

Ekspresi wajah

(facial expretion)

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tuliasn. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar unruk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandarkan dalam simbil-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan.16

Adapun komunikasi verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa, bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata-kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi inti kalimat yang mengandung arti.17

Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan menggunakan kata-kata seperti komunikasi ynag menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokalyang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.18

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi non verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal,

16

Ari Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jkarta: Bumi Aksara. 2001. Cet. Ke-4. h. 95-96

17

Hafied Cangara, Op Cit. h. 103

18

(32)

dengan kata-kata. Dalam komunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karna itu komunikasi non verbal berifat tetap dan selalu ada komunikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkap secara sepontan.19

Dari berbagai pengrtian komunikasi verbal dan non verbal diatas, penulis memnarik kesimpulan, bahwa komunikasi verbal adalah membahasakah bahasa pemikiran seseorang kepada orang lain agar mempunyai makna yang sama atau serupa dengan apa yang disampaikan sipengirim pesan yang menggunakan komunikasi verbal. Sedangkan komunikasi non verbal adalah gerak gerik indra tubuh seseorang yang ingin mempengaruhi orang lain melalui gerak-gerik yang memiliki simbol, arti dan tujuan memaknai bahsa melalui non verbal tanpa kata-kata.

4. Teknik-teknik Komunikasi

Dalam buukunya Onong Uchjana Effendy istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti keterampilan.20 Teknik komunikasi diklasifikasikan berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator menjadi empat teknik, diantaranya .21

a. Komunikasi Informatif (Informative Communication)

Keterangan-keterangan yang memberikan fakta, kemudian komunikasi mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri dalam

19

Agus M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. 2003. Cet. Ke-1. h. 26

20

Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003), h. 28.

21

(33)

situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil dari pada persuasif, misalnya jika audiensi adalah kalangan cendikiawan

b. Komunikasi Persuasip (Persuasive Communication)

Berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehandak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri

c. Komunikasi koersive/instruktif (Coersive/Instruktive Communication) Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, intruksi, dan sebagainya. Penyampain pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sangsi-sangsi apabila tidak terlaksanakan. Bentuk yang terkenal dari penyampaian model ini adalah agitasi (hasutan) dengan penekanan-penakananyang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik (khalayak).

d. Hubungan manusiawi (Human Relation)

(34)

5. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunnikasi dapat digolongkan menjadi empat bentuk, yaitu personal, kelompok, massa,dan komunikasi medio.22

a. Komunikasi pribadi (pesonal communication), komunikasi pribadi terbagi menjadi dua macam, diantaranya :

1) Komunikasi interpersona (Interpersonal Communication)

Seperti yang dikutip oleh Phil. Astrid S. Susanto dari pernyataan Wilbeur Schram, bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima atau menolaknya akan mengadakan terlebih dahulu suatu (komunikasi dengan dirinya) proses berpikir,(komunikasi dengan diri) ataupun proses berpikir hkususnya menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunkator. Menurut Schram inilah yang disebut komunikasi interpersona.23

Suatu komunikasi akan berhasil apabila sesuai dengan pikiran dan disampaikan dengan menggunakan peraan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan mendapatkan kegagalan jikalau ketika penyampaian pikiran tidak sesuai atau dengan tanpa menggunakan perasaan yang terkontrol.

22

Onong Uchana Effendy, Dimanika Komunikasi, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 5.

23

(35)

2) Komunikasi antar persona (Interpersonal Communication)

Komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektifuntuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, seperti percakapan.24 Komunikasi antar persona dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat, artinya dalam waktu bersamaan.25

Hubungan antarpesona adalah hubungan yang langsung, keuntungannya adalah cepatnya reaksi arus balik yang diperoleh. Dalam hubungan antar persona proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikasi antarpersona, komunikan dapat memberi arus balik secalangsung kepada komunikator.

b. Komunikasi kelompok (Group Communication)

Merupakan komunikasi antar seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.26 Komunikasi kelompok ini juga terbagi menjadi dua golongan, yaitu :

1) Komunikasi kelompok kecil (Small Group communication)

Komunikasi kelompok kecil merupakan suatu kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesampatan untuk memberi tanggapan secara verbal dengan lain perkataan

24

Onong Uchana Effendy, Dimanika Komunikasi, h. 23

25

Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Publik Relations Teori dan Praktek, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 88.

26

(36)

dalam komunikasi verbal kecil. Komunikator dapat melakukan komunikasi interpersonal denag salahsatu anggota kelompok.27 Beberapa kalangan menilai bahwa komunikasi kelompok kecil ini sebagai tipe komunikasi antarpribadi sebab : pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suaru proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicaraan tunggal yang mendominasi situasi. Ketiga, sumber dan penetima sulit diidentifikasikan, dalam artian semua anggota bisa menjadi sumber dan juga sebagai penerima.

Dalam situasi kelompok kecil, seorang komunikator setidaknya harus memperhatikan adanya umpan balik dari komunikan sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya, karena komunikasi kelompok kecil lebih bersifat tatap muka, maka tanggapan komunikan dapat segera diketahui. 2) Komunikasi kelompok besar (Large Group Communication)

Merupakan proses komunikai dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka didepan khalayak yang lebih besar. Komunikasi kelompok besar memiliki suatu ciri-ciri yaitu: dalam komunikasi ini penyampai pesan berlangsung secara terus-menerus. Dapat diidentifikasikan, siapa

27

(37)

yang berbicara dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas dan jumlah khalayak relatif besar. Sumber seringkali tidak dapat mengidentifikasikan satu persatu pendengarnya.28

c. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Merupakan komunikasi yang ditjukan kepada massa atau kelompok yang menggunakan media massa, misalnya : radio, televisi, mediacetak, dan film.29 Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis.

Komunikasi massa sangat efisien, karena dapat menjangkau daerah-daerah yang luas dan audiensi yang praktis tidak terbatas, namun komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat personal. Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Diantara ciri-cirinya yaitu: komunikasi massa berlangsung satu arah, komuniator pada komunikasi massa melembaga, pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, komunikan bersifat heterogen.30

28

Hafied Changara, Op Cit. h. 34-35.

29

H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 35.

30

(38)

d. Komunikasi Medio ( Medio Communication)

Adalah komunikasi yang maknanya sama denngan media umum,yaitu media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya seperti surat pamflet, poster, spanduk, brosur, telegram, dan lain-lain.31

B. Pesan

Kiat mengirim pesan secara efektif menurut Jhonsosn (1981)) Ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kita harus mengusahakan agar pesan yang kita kirimkan mudah difahami. Kedua, sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas dimata penerima. Ketiga, kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima. Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil menmgirimkan pesan.

Yang dimaksud dengan Kredibilitas pengirim adalah kadarkepercayaan atau keterandalan pernyataan- pernyataan pengirim ditelinga penerima.32

Pesan menurut Kamus Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwajarminta pesan adalah suruhan perintah, nasihat, permintaan, dan amanah, yang harus disampaikan kepada orang lain.33 Kata pesan dalam

31

Onong Uchana Effendy, Dimanika Komunikasi, h. 5.

32

Dr. A. Supratiknya, KomunikasiAntarPribadi, (Yogyakarta: KANISIUS,1999) cet ke-10, h. 35

33

(39)

Bahasa Inggris adalah Massage,34 sedangkan pesan menurut H. M. Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah merupakan suatu isi materi yang disampaikan oleh para da’i kepada mad’u.35

Pesan seperti yang dikutip Hj. Raudhonah pada bukunya D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Scramm, Asas-asas Komunikasi Antar Manusia, yang mengartikan sebagai suatu kumpulan pola-pola, isyarat-isyarat atau simbol-simbol. Baik pola, isyarat maupun simbol itu sendiri tidak mempunyai makna, karena hanya berupa perubahan-perubahan wujud perantara yang berguna untuk komunikasi.36 Hakikat pesan menurut Dani Verdiansyah adalah sifatnya yang abstrak. Untuk menjadikan pesan yang abstrak menjadi kongkrit, manusia dengan akal budi menciptakan sejumlah lambang komunikasi. Pesan disampaikan manusia kepada manusia lain guna memenuhi dorongan motif komunikasi.37

Penulis berpendapat, pesan perupakan sebuah wujud dari suatu komunikasi yang disampaikan baik secara verbal maupun secara non verbal, sedangkan pelaku wujud pasan itu sendiri ialah komunikator (pengirim pesan) dan korbannya adalah komunikakan (penerima pesan).

34

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 2003), h. 379.

35

H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta, Bumi Aksara, 1993), cet ke-2, h. 6.

36

Hj. Raudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 87-88.

37

(40)

C. Pembinaan

Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai Proses perbuatan, cara membina, Penyempurnaan, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Pembinaaan adalah suatu tindakan proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik, dalam hal ini menunjukan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan evaluasi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu.

Ada dua unsure dari pemngertian ini yaitu pembinaan itu sendiri bias berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan keedua pembinaan itu bias menunjukan kepada “perbaikan” atas sesuatu.38 Pembinaan dalam kamus bahasa Indonesia kontempoer ialah: “Proses” Membina, membangun dan menyempurnakan, upaya mendapat hasil yang lebi baik.39

aitu: agarsasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan sesuatu.40

Pengertian lain dari Pembinaan ialah: Suatu upaya, usaha yng terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan y

38

Miftah Tahaha, Pembinaan Organisasi,( Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada), Cet Ke-3 h. 7.

39

Petersalim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ( Jakarta Moderen English, 1991, h.205

40

(41)

D. Pondo

gama, dan bisa jug

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mempelajari agama Islam.4

k Pesantren

Pondok Pesantren bila diartikan secara terpisah maka terdiri dari dua kata, kata yang pertama, Pondok yang asal katanya dari bahasa Arab yaitu

Funduqun yang artinya adalah hotel, tempat bermalam.41 Kata yang kedua adalah Pesantren atau Santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji, sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa India yaitu

Chastri, dari akar kata Shastra yang berarti buku-bku suci, buku a a diartikan sebagai buku-buku tentang ilmu pengetahuan.42

Kata Pesantren bila dilihat dari bahasa India adalah Peshastri, yang artinya adalah orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seoarang sarjana yang ahli kitab suci agama Hindu.43 Kata Pesantren merupakan kata yang sudah tidak asing lagi terdengar dan sudah menjadi satu kesatuan dengan Pondok, sehingga menjadi Pondok Pesantren. Kata Pondok Pesantren dalam pemahaman masyarakat Indonesia diartikan sebagai tempat berlangsungnya suatu pendidikan agama Islam yang melembaga sejak lama. Hakekat dari Pondok

4

Menurut Abdurrahman Wahid Pondok Pesantren adalah sebuah kompleks dalam sebuah lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan

41

H. Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1972), h. 324.

42

H. A. Hafidz Dasuki, dkk, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 99.

43

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1983), h. 18.

44

(42)

sekitarnya. Di dalam kompleks itu terdiri dari beberapa bangunan, seperti: Rumah kediaman pengasuh Pondok Pesantren (Kyai “Jawa”, Ajengan

“Sunda”, Nun atau Bendara yang disingkat Ra “Madura”, Tuan Guru

“Lombok”, dan lain-lain). Sebuah surau atau masjid pusat pengajaran dilangsungkan, asrama tempat tinggal siswa atau santri. Ada materi yang diajark

akat), sebagaimana tergambar

Artinya:

i peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjadi dirinya.” (At-Taubah, 122)

an dan ada santri serta ada pengasuh atau pengajar-Kiai.45

Pondok Pesantren menurut Didin Hafiduddin sebagai salah satu lembaga diantara lembaga-lembaga iqamatuddin lainnya yang memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi kegiatan Tafaqquh fi ad-din (Pengajar, pemahaman dan pendalaman ajaran agama Islam) dan fungsi Indzar (menyampaikan, dan mendakwahkan ajaran agama islam pada masyar

dalam Firman Allah surat At-Taubah ayat 122,

“Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan Perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member

45

(43)

Hal ini tidak lain karena di dalam kegiatan Pondok Pesanteren terdapat nilai-nilai yang sangat baik bagi berhasilnya suatu kegiatan pendidikan. Sehingga bisa dinyatakan sesungguhnya pendidikan Pondok Pesantren terletak pada sisi nilai tersebut, yaitu proses pendidikan yang mengarah pada pembentukan kekuatan jiwa mental ataupun rohaniyah.46 penulis berpendapat

akan suatu lembaga pendidikan agama Islam yang

1.

dampak modernisasi, sebagaimana telah diperankan pada m

tanya manusia yang

bahwa pondokpesantren merup

Fungsi Pondok Pesantren

Fungsi Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan, sosial serta berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang mengandung kekuatan terhadap

asa lalu dalam menentang penetrasi kolonialisme walaupun dengan cara menutup diri.

Fungsi lainnya yaitu sebagai intrument untuk tetap melestarikan ajaran-ajaran Islam di Nusantara, karena Pesantren mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk dan memelihara kehidupan sosial, kultural, politik, keagamaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu antara fungsi Pondok Pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya tidak bisa dipisahkan yakni untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena pendidikan di Negara kita diarahkan dapat terci

46

(44)

bertakwa, mental membagun dan memiliki keterampilan dan berilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman.47

Dari waktu kewaktu fungsi pesantren berjalan secara dinamis, berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global. Betapa tidak pada awalnya lembaga tradisional ini mengembamangkan fungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama (Horikhosi,

Azra (dalam nata, 2001:112) menaw

2. en

rbeda

1987:232), sementara Azyumardi

arkan adanya tiga fungsi pesantren yaitu: (1) Transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam, (2) Pemeliharaan tradisi Islam dan (3) reproduksi ulama.48

Bentuk-bentuk Pondok Pesantr

Pesantren sebagai sebuah lembaga dalam kenyataannya dikelompokan menjadi beberapa kelompok (bentuk). Pembentukan ini berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren tersebut.

Penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran ini be antara satu Pondok Pesantren dengan Pondok Pesantren laiannya, artinya tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan dan pengajaran. Dalam kenyataannya, penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran Pondok Pesantren dewasa ini dapat digolongkan kepada tiga bentuk:

47

M. Dawam Raharjo, Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif Pesantren dalam Pergulatan Dunia Pesantren, (Jakarta: P3m, 1985), h.7.

48

(45)

a. Pondok Pesantren Tradisional adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (sistem bendongan dan sorogan) dimana seorang Kiai mengajar santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan santri biasanya tinggal dalam Pondok atau asrama tersebut. Pesantren model ini masih kuat memegang pola tradisional dari segi penyampaian dan pengajaran nilai-nilai Islam. Sedangkan cara-cara tersebut di atas adalah cara lama yang telah turun temurun dipraktekan, ilmu yang dipelajari di Pesanteren model ini pada umumnya sama, demikian pula kitab-kitab yang dipakainya, hanya saja ada perbedaan pengajaran diantara

n lembaga pendidikan serta

pesantren-pesantren tersebut, yaitu terletak pada kadar yang dimiliki oleh Kiai yang bersangkutan. Ciri lain dari pesantren ini adalah kemutlakan seorang Kiai sebagai pemegang kekuasaan dan penentu suatu keputusan, Pesantren ini biasanya menggunakan manajemen kekeluargaan, tetapi hal demikian juga tidak menutup kemungkinan terhadap model pesantren-pesantren lainnya.49

b. Pesantren Tradisional modern merupaka

pengajaran agama Islam yang menggabungkan sistem tradisional di satu sisi dan di sisi lain menggunakan sistem madrasi (Klasikal),50 yang mengarah kepada sistem atau pola modern dari segi penyampaian

49

Sodjoko Prasadjo, Profil Pesantren, (Jakarta: P3M, 1982), h. 90.

50

(46)

dan pengajarannya. Ciri dari Pesantren ini adalah kesewenangan seorang Kiyai tidak mutlak lagi, akan tetapi telah ada pembagian tugas

), juga memakai sistem

engadakan kegiatan antara tuntutan dunia dan

b dalam penyampaian

diantara para pengasuh atau pembinanya.

c. Dari segi pengajarannya disamping menggunakan cara-cara tradisinal (sistem serogan, bondongan dan wetonan

modern (ada sistem kelas) dengn menggunakan tingkatan-tingkatan. Pesantren ini juga m

ukhrawi (pelajaran - pelajaran agama).

d. Pesantren Modern adalah Pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi penyampaian dan pengajaran dalam segi penyampaian materi. Ciri-ciri Pesantren Modern adalah:51

1) Memakai cara diskusi dan tanya jawa materinya.

2) Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan dialami oleh mereka dalam masyarakat ketika mereka telah berbaur dengan masyarakat, mengingat hal-hal yang nanti akan kita jumpai dimasyarakat mengenai pelajaran mereka.

3) Adanya organisasi pelajaran yang mengatur aktifitas mereka, segala sesuatu mengenai kehidupan mereka diatur dan diselenggarakan oeh mereka dengan cara demokrasi, gotong royong dan dalam suasana ukhwah yang mendalam, tanpa itu juga

51

(47)

tidak terlepas dari bimbingan dan pengawasan pengasuh-pengasuhnya atau pembina-pembinanya.

tan gan sistem pendidikan dan pengajaran

sangat penting dalam stabilitas Pondok Pesantren. sur Pondok Pesantren

ling esensial pada sistem pendidikan pondok pesantren. kyai inilah yang diharapkan menjadi figur orang tua yang memberi acontoh dan suritauladan yang baik bagi para santrinya. Ke-Kyai-an 4) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan-kegiatan sehari-hari, seperti tata tertib, disiplin, masing-masing dapat mengutarakan pendapatnya dan melakukan kegia kesiswaan yang terikat den

yang telah ditetapkan.

Dalam Pesantren Modern kemutlakan seorang Kiyai sudah sangat longgar, ini karena semua tanggung jawab dialihkan kepada bagian-bagian kepengurusan yang telah ditetapkan, tetapi walau bagaimanapun Kiyai juga memiliki peran

3. Unsur-un

ondok pesantren merupakan sebuah lembaga yang memmiliki ponen-komponen yang memebentuk keberadaan dan menguatkan istensinya melalui komponen inilah masyarakat akan melihat sejauh

a signifikansi pondok pesantren bagi lingkungan sekitarnya,komponen ebutterdiri dari:

Kiai

(48)

seseorang bukan hanya ditentukan oleh pengetahuannya, akantetapi oleh

b.

pada umum

sebagai; murid santren (pesantren)calon rohaniawan islam

dan ustadzah untuk mempelajari, memahami, menghayati,dan

akhlakul karimah yang dimilikinya, akantetapi melihat langsung prilakunya kyai dan guru langsung ushwah hasanah terhadap santri dan dan siswanya.

Santri

Santri ialah peserta didik sebuah lembaga pesantren yang

nya memiliki kesiapan untuk belajar, baiksecara langsung kepada kyai maupun kepada santri senior.52 Istilah kata santri menurut kamus bahasa Indonesia, kata ini mempunyi dua pengertian yaitu: a.Orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh (orang saleh). b. Orang yang mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan sebagainya.53

Sadangkan katasantri menurut Kamus Ilmiah Populer Santri dikategorikan

.54 Dari beberapa pengertian tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa santri ialah: orang yang mempelajari dan memperdalam ilmu agama kepada seorang Kyai dan oleh para ustadz

52

M.Dawam Raharjo, Perkembangan pesantren dalam Prespektif Pesantren “dalam Pergaulan dunia Pesantren,(jakarta: P3m), h. 15.

53

W.J.S. Poardawinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), h.1007.

54

(49)

mempelajari ilmu ajaran-ajaran agama Islam dan di amalkan di masyarakat.

Pengajian kitab-kitab berbahasa arab, yang klasik merupakan eleme

c.

sebagai tempat tinggal bersama antara kyai dan paras

4.

dalam proses belajar mengajar di pesantren. Komunikasi harus dibangun

n penting dalam sebuah pesantren. Melalui pengajian tersebut, para santri diajak mempelajari ajaran islam pada sumber-sumber yang langsung pada pada bahasa arab.kitab-kitab tersebut antaara lain:

Tafsir, Hadits, Fiqih, Akhlak, IlmuLughah, dan lain sebagainya.55 Pondok

Pondok

antri sangat bermanfaat dalam rangka bekarja sama dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Fenomena pondok pada pesantren merupakanbagian dari gambar kesederhanaan yang menjadi ciri khas dari kebersamaan santri dipesantren.56

d. Kitab Klasikal

Salah satu komponen terpenting dari keberadaan sebuah Pesantren yang membedakannya dengan dunia pendidikan yang lainnya. pengjin kitab-kitab kuning telah menjadi karakteristik yang merupakan ciri khas dari prosesbelajar mengajar di Pesantren.57

Komunikasi Kiai dan Santri

Kiai dan santri memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain

55

H. TaufiqIsmail, dkk, Membangun Kemandirian Ummat Dipedesaan, (Jakarta; PT.Abadi Publishing dan Printing, 2000). h. 16.

56

Yasmadi,Organisasi Pesantren Kritik Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan islam Tradisional,(Jakarta; Ciputat Press, 2002). Cet. Ke-1 h. 66.

57

(50)

sejak awal. kiai sebagai komunikator mwmiliki pengaruh yang sangat besar dalam usaha merubah sikap dan tingkah laku santrinya. Agar proses penyam

nya hubungan timbale balik diantara keduanya. olah seperti orangtuanya sendiri, dan kiai mengan

ebutuhan untuk saling berdekatan

ren yang mempunyai

pain pesan berjalan sengan baik, diperlukan keterampilan yang lain pula oleh seorang kiai dalam menciptakan suasana yang baik agar para santri dapat mengikuti kegiatan dan terciptanya hubungan baik bagi santri dan kiai.

Tujuan dari komunikasi yang dilakukan oleh kiai dan santri adalah untuk menciptakan ada

santri menganggap kiai

seolah-ggap santri bagaikan anak sendiri sikap dan timbal balik ini untuk menimbulkan suasana akrab dan k

secaraterus menerus.58

5. Tipe-Tipe Pondok Pesantren

Ada empat tipe Pondok Peesantren berdasarkan keputusan Mentri Agama RI No. 3 / 1979 diantaranya:

a. Pondok Pesantren Tipe A, ialah Pndok Pesantren dimana para santri belajar dan bertempat tinggal bersamadengan guru/kyai, sedangkan kurikulumnya terserah pada kyainya cara memberi pelajaran individual, dan tidak menyelenggarakan madradah untuk belajar.

b. Pondok Pesantren Tipe B, ialah Pondok Pesant

Madrasah dan mempunyi kurikulum pengjian dan kyai dilakukan dengan cara stadium general, pengajaran pokok terletak pda Madrasah

58

(51)

c. Pondok Pesantren Tipe C, yaitu Pondok Pesantren yang fungsi al atau asrama, santri-santrinya

E. ntara Komunikasi dan Dakwah

ahulukan kepentingan pribadi

ada dalam kehidupan lumat beragama. Menurut Toto tasmara, dakwah

utamanya hanya sebagai tempat tingg

belajar di Madrasah atau sekolah-sekolah umum dan fungsi Kiai hanya sebagai pengawas, pembina mental dan pengajaran Agama.59

Korelasi A

Islam adalah agama antaranya manusia senantiasa memerlukan memerlukan orang lain. Oleh karena itu menurut islam, mendahulukan kepentingan orang lain lebih terpuji daripada mend

.

Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam suatu adaptasi terhadap lingkungan dan kehidupannya.

Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi. Karena dengan cara berkomunikasi manusia dapat mencoba mengekspresikan keinginannya dan dengan komunikasi itu pula manusia melakukan kewajibannya.

Dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebenkan oleh agama kepada penganutnya, karena dakwah juga merupakan suatu bagian yang pasti

59

(52)

n Al-Qur

i korelasi yang sangat erat. Ditinjau dari prosesnya, komunikasi dan dakwah

annya. Komunikasi bertujuan untuk merobah sikap dan tingkah laku sasrannya yang bersifat umum, sedangkan dakwah bertujuan untuk membentuk sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits.

merupakan sebuah upaya untuk menyampaikan pesan-pesan agar orang lain atau objek yang dijadikan sasaran dapat bertindak dan bersikap sesuai denga

’an dan Al-Hadits. Sedangkan komunikasi merupakan kegiatan menyampaikan gagasan agar komunikan merubah sikap dalam bentuk pengertian, berpartisipasi atau tindakan lain yang diharapkan komunikator.60

Dalam hal ini sangat jelas sekali bahwa komunikasi dan dakwah memilik

merupakan suatu aktivitas yang melibatkan antara komunikator atau da’i sebagai penyampai pesan dan komunikan atau mad’u sebagai penerima pesan.

Persamaan antara komunikasi dan dakwah adalah proses penyampaian pesan-pesan agar orang lain dapat berpartisipasi dan berbuat seuai dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator atau da’i. Sedangkan perbedaan antara komunikasi dan dakwah terletak pada tuju

60

(53)

A. Biografi KH. M. Chaedar

KH. M. Chaidar ialah seorang kiai, atau guru besar, menurut kebiasaan

yang diungkapkan para santri, beliau merupakan kepala rumah tangga

sekaligus tokoh masyarakat yang memiliki karismatik dalam membina dan

mengembangkan ilmu agama baik kepada santri, masyatakat, maupun kepada

para tokaoh Alimul Ulama se-Banten, dengan ciri khasnya yang memiliki

kepribadian yang santun, keramahtamahan, tidak pandang bulu dalam

bersosialisasi dengan masyarakat, baik dari kalangan santri, pejabat, orang

miskin maupun orang kaya, beliau selalu mengedepankan akhlakul karimah

sehingga kiai yang memiliki jiwa sosial yang sangat mudah untuk

bersosialisasi dengan masyarakat dari berbagai kalangan yang lebih

mengedepankan dan menyamaratakan golongan masyarakat dihadapan beliau,

tidak membeda-bedakan dalam menata dan menjamu para tamu yang

berkunjumng ketempat kediaman beliau. Kiprahnya dibidang dakwah

memiliki sepak terjang yang kritis dan kepedulian tinggi terhadap dunia

pendidikan dan ilmu pengetahuan.

KH. M. Chaidar dilahirkan di Kp. Cigodeg keceamatan petir

kabupaten serang, pada tanggal 5 Juli 1923. beliau merupakan putra kedua

dari kelima bersaudara keturunan dari pasangan KH. Emed Zuhri dan Ny.

Hj.Mahdiyah, semasa kecil beliau hidup dilingkungan yang bernuansa

(54)

keagamaan yang amat kental dengan pendidikan keagamaan yang di arahkan

dan dijejali berbagai ilmu agama Islam dari hasil gemblengan ayahnya KH.

Emed Zuhri, KH. M. Chaidar meneruskan pendidikan ilmu kepesantrenannya

ke beberapa pesantren yang ada di Jakarta dan tanah Jawa, diantaranya di

pesantren Al Khoiriyah Tanah Abang sekitar (tahun 1939), kemudian

melanjutkan pendidikan ke pesantren salafiyah di Purwakarta, tepatnya di

Desa Preled, Purwakarta, Jawa Barat yang di asuh oleh KH. Buya Bakri

sekitar tahun 1942, dan melanjutkan kepesantren lainya yang ada di Jawa

Barat. Setelah bertahun-tahun menimba ilmu, beliau memutuskan bermukim

di desa istrinya Ny.Hj. Hamdanah Putri dari KH.Azhari Yang terletak di desa

Ci Meong yang berjarak satu kilo dari desa Kaung Caang dan berhijrah ke

desa Kaung Caang atas permintaan tokoh masyarakat Kaung Caang olieh

Abah Acuk, dan abah Anggawi selaku tokoh masyarakat yang ingin

memakmurkan desanya dengan pendidikan yang siap untuk mewakapkan

sebagian tanahnya untuk kepentingan pendidikan. 1

Hingga sampai sekarang KH. M. Chaedar mengamalkan ilmunya dan

mengabdikan dirinya untuk masyarakat dan mengembangkan pesantren Nurul

Falah. Keadaan pondok pesantren Nurul Falah dari tahun ketahun hingga

sekarang mengalami kemajuan yang cukup signifikan dengan menerapkan

berbagai ilmu pengetahuan yang tidak kalah bersaing dengan pendidikan yang

ada pada umummya.2

1

Wawancara Peribadi dengan Drs. Yayan Mozayan, Pandeglang, 27 November 2008

2

(55)

B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Falah

Menurut data yang di peroleh dari kelurahan Kaung Caang secara

geografis letak Nurul Falah desa Kaung Caang berjarak 4 km dari kecamatan

cadasari kabupaten Pandeglang sebelah barat yang menghubungkan antara

kota serang dengan kota Labuan, kemudian dari Nurul Falah desa Kaung

Caang kerah timur sekitar 7 km menghubungkan kecamatan Petir-Serang

dengan Kecamatan Oteng kabupaten Rangkas Bitung merupakan jalur

penghubung antara kota Serang dengan kecamatan Oteng Rangkas Bitung.

Jadi, letak Pondok Pesantren Nurul Falah berada di terngah- tengah antara dua

pusat kota yaitu kota Serang dan kota Padeglang Propinsi Banten.3

1. Sejarah Singkat Pondok

Kehadiran pemerintahan kolonial Belanda yang menjajah bangsa

Indonesia selama puluhan tahun membuat sebagian besar bangsa

Indonesia terutama di daerah pedesaan yang buta huruf tidak bisa

membaca dan menulis baik latin maupun arab dan keadaan yang sama

terdapat pula di lingkungan masyarakat Kaung Caang, melihat kenyataan

di masyarakat yang sebagian besar buta huruf tersebut maka pada saat

yang tepat tampil seorang pemuda yang gagah berani yaitu KH. M

Chaedar yang sudah menimba ilmu pengetahuan agama yang telah

dianggap layak dan mampu untuk mengembangkan ilmunya, siap untuk

memberantas buta hurup dan sekaligus siap membasmi kemaksiatan serta

3

Gambar

 TABEL 1 Komunikasi verbal
TABEL 1 JADWAL KEGIATAN HARIAN PONDOK PESANTREN NURUL FALAH
TABEL 2

Referensi

Dokumen terkait

Pembinaan keagamaan anak usia dini pada pondok pesantren Nurul Barokah belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya karena dari pembinaan yang terjadi peneliti

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui program bimbingan agama dalam pembinaan akhlak santri remaja yang digunakan di Pesantren Yatim Nurul Amanah, untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembina dapat menerapkan komunikasi antarpribadi dalam pembinaan santri di pondok pesantren Yasrib Soppeng karena mereka

Abstrak. Pondok Pesantren Nurul jadid adalah salah satu pondok pesantren yang ada pada wilayah kabupaten probolinggo dan sudah memiliki banyak alumni, jumlah santri

POLA PEMBINAAN PROGRAM PESANTREN ANAK USIA DINI PADA PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH PERIODE 2014-

Berdasarkan surat dari Pimpinan Pondok Pesantren AN-NURUL AZKIA Nomor : 001/PP.NA/III/2021 Perihal Permohonan Bantuan Dana Hibah / Bansos Pondok Pesantren AN-

Tesis dengan judul “ Manajemen Pondok Pesantren Dalam Menjawab Tantangan Modernitas (Studi Multi Situs Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Al-Falah

Akan tetapi ketika mereka berada dipondok Pesantren Unwanul Falah mereka mengalami perubahan akhlak yang lebih baik dengan pola pembinaan yang dilakukan pondok seperti: selalu