• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al-Shighor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al-Shighor"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: DEDE ANIK FH NIM. 106018200744

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk-bentuk strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al-Shighor, “Ma’had

Al-Shighor Al-Islamy Al-Dauly”, Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten

Cirebon, 45182

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang didukung pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah: Ketua Yayasan, Kepala sekolah, 4 orang guru, komite sekolah, dan 2 orang wali murid. Jawaban wawancara tersebut diklasifikasi dan dikategorisasikan berdasarkan aspek dimensi masalah selanjutnya dianalisis serta diinterpretasikan secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa strategi peningkatan kinerja guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah SMP Al-Shighor menunjukkan hasil yang baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya atau langkah-langkah yang telah dilakukan diantaranya ; pembinaan kinerja guru melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), serta mikro teaching; pembinaan disiplin guru melalui penerapannya yang bersifat konstruktif; pengendalian dan pengawasan melalui rapat evaluasi kerja mingguan; motivasi & penghargaan

berupa beasiswa pendidikan, short course ke pare dan parwisata religi/ziaroh wali songo gratis setiap tahunnya; serta penanaman komitmen dengan menerapkan tujuh komitmen sebagai upaya mengarahkan para tenaga pendidik untuk melaksanakan kinerja yang sesuai dengan arah-arah dan tujuan pendidikan.

(7)

atas rahmat, karunia serta ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Al- Shighor”. Semua berkat ke-Maha Pengasih dan ke-Maha Pemurah-Nya bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menuntut ilmu.

Shalawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada sang reformis

islam, seorang manusia pilihan yang menjadi teladan bagi umat manusia yakni

Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat dan ummatnya

yang selalu istiqomah di jalannya.

Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan. Akibat berbagai keterbatasan yang dimiliki penulis, untuk itu saran

dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan .

Penulis juga sangat menyadari bahwa dari awal penulisan hingga

selesainya skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu baik secara

materil maupun moril. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.,

2. Ketua Jurusan Kependidikan Islam yakni Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed,

M.Phil sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya dengan penuh kesabaran

membimbing dan mengarahkan proses penulisan skripsi ini,

3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Drs. Mu'arif SAM, M.Pd

sekaligus Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan

(8)

serta staf- staf lainnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian, sehingga penulis mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan skripsi ini,

5. Seluruh dosen dan Civitas Akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan atas ilmu dan wawasan yang diberikan selama penulis belajar di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

6. Ayahanda KH. Syarhani serta Ibunda Hj. Maslukhah, yang selalu

memberikan kasih sayang dan senantiasa mendukung secara moril maupun

materil, yang selalu mendo’akan penulis di sela-sela sujudnya ketika sholat dan mendo’akannya disetiap waktu, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Robbighfirlii wa li walidayya warhamhuma kama

robbayani shoghiro. Amin..,

7. My beloved hubby-Que, Muhammad Syauqi, S.Si, yang selalu ada untuk

membantu, membimbing, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, mohon maaf dan ridlo pada suamiku tercinta, karena dalam hal

penyelesaian skripsi ini terkadang menyita waktumu dan mengurangi

tugas saya sebagai seorang istri. Beribu-ribu ucapan terima kasih, cinta

dan sayang untuk suamiku.

8. Kakak-kakakku yakni Hj. Muslikhah, Hj. Khofifah, Imam Syaikhu, Bisyri

Musthofa, Rizki Hisyam Mamnun, Hj. Arofah Al Munawaroh, dan

Maghfuroh Aprilia beserta semua kakak iparku yang senantiasa

mendukung dan memberikan semangat dalam proses penulisan skripsi.

Juga Adiku tercinta Indana Zulfa yang memberi do’a dan kecerian buat penulis,serta keponakan-keponakanku yakni Euis Kholilah, Ikhya

Ulumuddin, Muhibbah El Lubabah, M. Wildan, Adelia Tahta Alfina,

Helwa auliyah, Balqis Syahira, Najma Ravelah, M.rafi hilmy, My Special

nephnew M. Kevin Ulumul Fuady (Dede Alit), serta selamat datang

(9)

Afiyah, Syafri Ilman yang senantiasa member warna dalam menjalani

kehidupan baru sebagai Istri.

10.Sahabat-sahabat Kampusku Indah Syifa, Dewi Purwati, Eka Setiawati,

Budi Kurniawan, Agus Saepullah yang senantiasa menjadi tempat curhat

dari semester pertama sampai lulus di kampus sekaligus memberikan

masukan-masukan serta berbagi dalam proses penulisan skripsi ini,

Teman-teman KI-MP angkatan 2006 terima kasih kalian sudah

memberikan canda, tawa, senangnya kehidupan kampus. Terutama

“petualangan-petualangan” kita yang tidak bisa dilupakan, yang terekam dalam memori

11.Sahabat-sahabat Terbaikku yakni Siti Syofah, Nurafiyah, Ade Wila,

Fitriah ramdani, Siti Maryam, yang selalu setia menemani penulis dalam

suka duka,dan terimakasih Kosan Sakinah yang selalu terbuka dikala

penulis membutuhkan tempat persinggahan.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang turut memberikan dukungan dan

do’a dalam proses penulisan laporan skripsi ini.

Hanya Allah yang dapat membalas jasa dan kebaikan Antum sekalian,

semoga mendapat ganjaran kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Amin.

Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis sendiri, dan bagi pembaca.

Jakarta, 31 Juli 2011

(10)

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ………...…….………...………..vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Maanfaat Penelitian ... 10

BAB II KERANGKA TEORI A. Kinerja Guru ... 11

1. Pengertian Kinerja Guru ... 11

2. Kompetensi Guru ... 15

3. Peran dan Tugas Guru ... 18

4. Tanggung Jawab Keguruan ... 20

5. Permasalahan dalam Peningkatan Kinerja Guru ... 21

B. Peningkatan Kinerja Guru ... 22

1. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Kinerja Guru... 22

2. Strategi Peningkatan Kinerja ………...………. 24

(11)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………....…..….... 37

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Al-Shighor ……….…. 37

2. Visi dan Misi SMP Al-Shighor ………...…………. 39

3. Sistem Pendidikan ………...….. 39

4. Jenjang Pendidikan ………...………....… 40

5. Keadaan Guru dan Siswa Al-Shighor ……...…...… 41

6. Sarana dan Prasaran ………... 43

7. Proses Pembelajaran ………... 44

8. Kekhususan Pendidikan Ma’had Al-Shighor …..…....…. 44

9. Kerjasama dengan Instansi Terkait ………....….. 45

10.Kurikulum ………....…… 45

11.Evaluasi dan Prestasi yang Telah Dicapai ………...….. 45

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA …...86

(12)

Tabel 2. Nama-nama Guru ……...………... 41

Tabel 3. Keadaan Siswa ... 42

Tabel 4. Sarana dan Prasarana ………... 43

Tabel 5. Prestasi Belajar Siswa …………..…………...……….. 46

Tabel 6. Faktor-faktor peningkatan kinerja (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa dihargai, dan aktualisasi diri) …….. 47

Tabel 7. Kenyamanan lingkungan di SMP Al-Shighor ………..……. 49

Tabel 8. Minat guru sebagai tenaga pendidik ... 50

Tabel 9. Kompetensi mengajar guru (penguasaan bahan ajar, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, penggunaan media, mengelola interaksi belajar-mengajar ….………... 52 Tabel 10. Penggunaan metode pembelajaran ………...…………. 54

Tabel 11. Kompetensi guru sebagai tenaga kependidikan (administrator) ... 55

Tabel 12. Peran guru sebagai pengajar (demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator) ... 56

Tabel 13. Tugas guru sebagai pendidik (profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan) ……… 57

Tabel 14. Tanggung jawab pendidik (membimbing, membentuk kepribadian, dan menggali potensi anak didik) ………. 60

Tabel 15. Pengetahuan dan persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah … 61 Tabel 16. Strategi peningkatan kinerja guru ……….. 62

Tabel 17. Pembinaan kinerja guru (menyusun RPP, media/alat

pembelajaran, metode mengajar, kemampuan dalam menilai anak didik, memperbaiki situasi belajar (ketenangan dan kenyamanan belajar) ...

64

(13)

Tabel 20. Penerapan disiplin dan Sanksi Pelanggaran kedisiplinan ……….. 69

Tabel 21. Pengendalian dan Pengawasan Kinerja Guru (mengadakan diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran) ... 70 Tabel 22. Pemeriksaan daftar hadir guru ………... 72

Tabel 23. Memberikan motivasi (apersepsi, piagam, motif) terhadap tenaga pengajar dalam melakukan tugas ... 72

Tabel 24. Penghargaan mencakup pemberian reward, beasiswa pendidikan, kenaikan pangkat / jabatan ... 74

Tabel 25. Membangun komitmen (Peran, tugas, kewajiban, dedikasi) guru untuk meningkatkan kinerja ... 75

Tabel 26. Pembuatan dan perencanaan kebijakan sekolah ……… 77

Tabel 27. Kemitraan/ kerjasama ma’had ………... 78

(14)

Lampiran 2. ... Hasil Wawancara

Lampiran 3. ……… Struktur Organisasi SMP Al-Shighor

Lampiran 4. .…..…. Surat Permohonan Dosen Pembimbing

Lampiran 5. ...…... Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 6. ...…... Surat Izin Penelitian

Lampiran 7. ... Surat Pernyataan Telah Mengadakan Penelitian

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan masalah yang berkaitan dengan hidup dan

kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama

proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada

hakikatnya adalah proses yang satu. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh

Rupert C. Lodge bahwa pengertian luas pendidikan “life is education, and

education is life” akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan

manusia itu adalah proses pendidikan. Segala pengalaman sepanjang

hidupnya merupan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya.1

Secara umum, esensi tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia

yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup dalam masyarakatnya,

melainkan lebih dari itu mampu menyumbang bagi panyempurnaan

msyarakat itu sendiri. Perubahan-perubahan yang terjadi di sekeliling kita,

terutama yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi, demikian

pesatnya sehingga “bekal” pendidikan yang diterima orang tua tidak akan

memadai bagi anak-anak kita, sebab mereka harus menghadapi dunia yang

1

(16)

pada hakikaynya telah berbeda karakternya apabila dibandingkan dengan

keadaan sebelumnya.2

Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem

pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral,

pertama dan utama, figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan

strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait

dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, guru memegang peran

utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

secara formal disekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta

didik, terutama dalam kaitannya dengan prosees belajar mengajar.

Dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendididkan nasional Bab 1 (1) disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Dalam hal ini kemampuan untuk mencetak manusia yang unggul dan

berakhlak mulia sangat ditentukan oleh seorang guru. Guru merupakan salah

satu unsur manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan

dalam usaha pembentukan sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar

sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika

sumber-sumber daya manusia atau tenaga kerja indonesia dalam jumlah yang besar

tersebut dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaanya.4 Guru merupakan aset dan sumber daya terbesar dalam dunia pendidikan, karena sekolah akan

menghasilkan keluaran yang sangat bagus apabila sekolah tersebut memiliki

2

JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet .VII, 1999) h.9

3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,

(Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Penilaian Hasil Belajar Tahap Akhir Nasional, 2003) h.2

4

(17)

guru yang sangat produktif dan begitupun sebaliknya apabila sekolah tersebut

memiliki guru yang tidak produktif akan mengakibatkan outputnya tidak

dapat relevan dengan tujuan pendidikan.

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005)

tentang guru dan dosen BAB II Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan pasal 6

disebutkan bahwa :

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Dalam memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan

yang semakin ketat di segala bidang kehidupan, maka salah satu tujuan

Pendidikan nasional dirancang agar dapat mewujudkan manusia Indonesia

yang handal, mandiri, dan mampu bersaing di arena global. Perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan orang untuk terus belajar.

Terlebih bagi seorang guru yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar

peserta didiknya. Oleh karena itu, kemampuan mengajar seorang guru harus

senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan dan pelatihan dalam

menyusun rencana pembelajaran yang benar.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang betugas membimbing

dan membina generasi muda untuk dapat hidup di masyarakat yang penuh

dengan tantangan dan perjuangan hidup yang gigih. Pengetahuan dan

keterampilan-keterampilan tertentu yang diterima dari sekolah belum

merupakan jaminan bagi peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat sesuai

dengan yang dicita-citakan.6 Hal ini dapat disebabkan dalam menempuh proses pendidikan di sekolah terkadang banyak kendala dan masalah yang

5

Undang- Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.(Jakarta : DPR RI, 2005)

6

(18)

muncul. Salah satunya adalah kinerja guru yang belum maksimal dalam

mendidik peserta didiknya di sekolah.

Guru melaksanakan tugas-tugas yang berbeda sesuai dengan tiga

fungsi, yaitu sebagai pendidik, pengajar/pelatih, dan pembimbing. Secara

umum, tugas pokok guru sebagai pendidik adalah mendewasakan peserta

didik, sebagai pengajar/pelatih adalah melaksanakan pembelajaran, dan

sebagai pembimbing adalah menyelaraskan perkembangn peserta didik.7

Konsep pendidik mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk

interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal,

maupun informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan

tugas perkembangannya secara optimal, sehingga guru mencapai suatu tahap

kedewasaan tertentu.8

Sumber daya organisasi berupa sumber daya manusia sangat berperan

dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan sebuah organisasi. Dalam

dunia pendidikan, guru adalah sumber daya yang nyata, maka sumber daya

guru inilah yang dapat memberikan kemampuan, keterampilan, pengetahuan,

dan motivasi kepada peserta didik. Sumber daya guru pun secara normal tidak

akan produktif jika tidak diarahkan dan dikelola dengan baik melalui

organisasi yang sistematis. Maka pemberdayaan dan pengorganisasian guru

dalam suatu aktivitas tertentu menjadi suatu keharusan bagi setiap lembaga

pendidikan.

Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses

belajar mengajar merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran.

Ketrampilan penguasaan proses belajar mengajar ini sangat erat kaitannya

dengan yugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik. Guru

sebagai pengajar, secara sempit dapat diinterpretasikan sebagai pembimbing

atau fasilitator belajar siswa. Guru sebagai pendidik, mengandung arti yang

sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran, tetapi

7

Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung : CV.Pustaka Setia, Cet I, 2009), h.286.

8

Mengenai Konsepsi Pendidikan dapat dilihat pada Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,

(19)

menjangkau etika dan estetika perilaku siswa kelak dalam menghadapi

tantangan kehidupan masyarakat.

Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planning)

pengajaran yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat

kaitannya dengan berbagai unsur, seperti tujuan pengajaran, bahan

pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar, dan evaluasi hasil belajar.9 Dalam kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak guru yang

belum menguasai materi ajar yang akan disampaikannya didalam kelas, hal

ini mengakibatkan ketidaksiapan guru dalam mengajar, jelas ini merupakan

masalah yang harus dihilangkan dalam pendidikan.

Metode mengajar, adalah alat yang dapat merupakan bagian dari

perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar.

Dan karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk

mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar.10 Seperti yang dikatakan oleh S.Nasution bahwa dalam mencegah kebosanan dalam mengajar bahwa, banyak kritik

ditimbulkan oleh strategi mengajar yang tidak serasi, yang tidak

menggunakan alat dan sumber belajar-mengajar secara kreatif. Sekolah dan

perguruan tinggi terlampau dikuasai oleh metode ceramah.11

Pemilihan metode sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan

pembelajaran, metode yang tepat digunakan dalam pengajaran akan

menghasilkan tujuan belajar mengajar yang efektif dan sesuai dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Dan sebaliknya kesalahan mennggunakan

metode akan menghasilkan tujuan belajar mengajar yang tidak sesuai Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Terlihat dalam kenyataanya, metode ceramah masih menjadi metode

yang paling sering dipakai para guru. Hampir dalam segala keadaan metode

9

Gunawan Undang, Cucu Komara, Deden Suhendar, Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar (Bandung: Cv. Siregar tengah, Cet 1,1996) h.1

10

JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet .VII, 1999), h.3

11

(20)

ini dianggap paling mudah bagi seseorang untuk menyajikan secara lisan. Hal

ini harus diperhatikan oleh guru, kesalahan dalam pemakaian metode akan

mengakibatkan kurang tepat sasaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pada kenyataannya guru tidak dengan mudah menjalankan tugasnya

dan mengembangkan potensi dirinya karena dihadapkan oleh berbagai

masalah dalam kehidupannya serta kurangnya fasilitas yang diberikannya

dalam mengajar sehingga dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang

pendidik dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa tidak disertai

dengan persiapan-persiapan secara matang, apalagi menambah wawasan dan

pengetahuan dari sumber lain sehingga akan memunculkan kinerja para

pendidik yang tidak produktif.

Masalah lain yang timbul yaitu masih banyak guru yang belum

optimal dalam melaksanakan tugasnya, diantaranya masih banyak guru yang

belum membuat rencana pelaksanaan pembelajarn (RPP), ketidakcocokan

dalam penggunaan metode mengajar, serta ketidaksiapan guru dalam

mengajar.

Mengajar bukanlah tugas sederhana, ia menuntut profesional.

Aktifitas mengajar adalah sangat urgen sebab ia berkaitan dengan upaya

mengubah, mengembangkan, dan mendewasakan insan didik.12 Oleh karena itu guru dalam mengajar dituntut untuk bekerja secara profesional diantaranya

yaitu dengan keidisiplinan dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga

kependidikan dan tenaga pendidik. Kedisiplinan sangat penting dalam proses

pembelajaran.

Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi

kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin

memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses

pembelajaran.13

12

Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran (Jakarta:PT Rineka Cipta,Cet II, 2004) h. kata pengantar

13Tulus TU’U,

(21)

Meskipun kedisiplinan sangat penting namun masih saja ada sebagian

guru yang melanggar kedisiplinan tersebut misalnya terlambat masuk kelas,

melalaikan tugas kependidikan mungkin ini dilatar belakangi oleh lingkungan

diluar sekolah (keluarga) bagi guru yang telah berkeluarga dan karena

sekolah ini terintergrasi dengan pondok pesantren, mereka juga berkewajiban

mengurusi kegiatan diluar sekolah (pondok pesantren).

Sekolah sebagai institusi pendidikan formal diharapkan mampu

mengantarkan peserta didiknya menjadi tunas bangsa yang cerdas, terampil,

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) ditambah dengan

keimanan dan ketaqwaan (Imtak) serta berwawasan dan dapat memecahkan

masalah (Problem Solving) yang sedang dihadapi bangsa kita.

Kepala Sekolah yang profesioanl tak terlepas dari paradigma

kepemimpinan pada umumnya. Banyak hal yang harus dikuasai dan dipahami

dengan berbagai pendekatan dan strategi. Kepala Sekolah menjadi figur

sentral dan harus menjadi teladan bagi para tenaga kependidikan. Bukan

hanya karena lamanya pengabdian, namun ide-ide cemerlang diperlukan

untuk mempersiapkan kader bangsa melalui penggodogan pendidikan di

lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Jadi sekolah yang dipimpin Kepala

Sekolah harus dapat menangkap misi dan visi masa depan sekolah.

Lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab sosial yang sangat

besar kepada bangsa ini bukan hanya sekedar untuk kepentingan bisnis

semata. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi lembaga pendidikan

diantaranya adalah strategi yang dilakukan kepala sekolah. Seorang kepala

sekolah adalah seorang pemimpin yang akan menentukan langkah-langkah

pendidikan yang efektif di lingkungan sekolah.

Kepala sekolah sedikit banyak dapat mempengaruhi pendidikan di

lingkungan sekolah. Sekolah juga membutuhkan figur seorang pemimpin

yang siap bekerja keras untuk dapat memajukan sekolah untuk meningkatkan

mutu pendidikan di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Faktor lain yang

berperan mempengaruhi pendidikan adalah kinerja guru yang berkualitas.

(22)

terhadap pendidikan di lingkungan sekolah terutama dalam hal belajar

mengajar. Kita tentunya ingin mempunyai guru yang berkualitas dengan

kinerja yang bagus dan bertanggung jawab.

Secara etimologis supervisi (pembinaan guru) diartikan melihat dari

atas, maka praktek-praktek supervisi lebih banyak mengarah ke inspeksi,

kepenilikan dan pengawasan.14 Supervisi memiliki pengertian yang luas, supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju

kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya

di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan,

dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti

bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam

pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode

mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase

seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain supervisi ialah

suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan

pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.15 Demikian penting peningkatan kinerja guru, namun kadang karena

tidak adanya komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah sehingga

timbul rasa kurang diperhatikan dari pihak guru oleh kepala sekolah dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Bukan hanya pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, namun

kepala sekolah juga harus memberikan pengawasan dan pengendalian

terhadap kinerja guru.hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan guru

dalam melaksanakan tugas serta mengetahui kekurangan-kekurangan apa saja

yang dimiliki para guru.

Secara umum, pembinaan guru atau supervisi bertujuan untuk

memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang

lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai

kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang

14

Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 10.

15

(23)

masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana

diperlukan dengan menunjukan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki

sendiri.16 Maka sekolah perlu senantiasa melakukan peningkatan kinerja para gurunya dengan menerapkan strategi yang tepat demi terciptanya iklim

organisasi yang produktif.

SMP Al-Shighor merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten

Cirebon selalu memberikan pembinaan terhadap kinerja para karyawannya.

Dengan adanya pembinaan tersebut, para karyawan khususya guru yang

menjadi andalan dalam mengembangkan anak didiknya selalu meningkatkan

profesionalisme kerja. Oleh sebab itu, untuk mencapai kompetensi dan

produktivitas seorang guru perlu dibina melalui berbagai pelatihan dan

pembinaan di sekolah.

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Al-Shighor”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kurang optimal guru dalam mengajar 2. Ketidakdisiplinan guru dalam mengajar 3. Ketidaksiapan guru dalam mengajar 4. Lemah penguasaan metode mengajar

5. Kurangnya pengawasaan dari kepala sekolah 6. Kurangnya fasilitas dalam pelaksanaan tugas guru

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan masalah dalam skripsi ini terarah maka masalah

yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kurang optimal guru dalam mengajar

b. Lemah penguasaan metode mengajar

c. Kurangnya pengawasaan dari kepala sekolah

16

(24)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut :

Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan kinerja guru di

SMP Al-Shighor?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

menjelaskan bentuk-bentuk strategi kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru di SMP Al-Shighor.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Penulis, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai strategi

peningkatan kinerja guru.

b. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan

untuk mengembangkan strategi peningkatan kinerja guru.

c. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang

(25)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja diartikan beragam oleh para ahli. Dalam kamus besar bahasa

Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang

diperlihatkan, atau kemampuan kerja.1 Wibowo mengungkapkan bahwa

kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut.2

Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara merumuskan bahwa kinerja

merupakan prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.3

Dari beberapa pengertian di atas, bahwa Kinerja dapat diartikan

dengan kemampuan kerja, aplikasi kerja dan hasil kerja yang dicapai dan

diperlihatkan oleh individu ataupun kelompok dalam suatu organisasi atau

perusahaan.

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet, 4, h. 570.

2

Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Ed. 1 h. 2.

3

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

(26)

Dengan kata lain, guru sebagai salah satu komponen penting dalam

sebuah lembaga pendidikan, diharuskan memiliki potensi mumpuni sesuai

dengan profesinya sebagai guru, lalu ia juga harus mampu menyampaikan

dengan baik semua potensi yang dimiliki dalam bentuk pendidikan dan

pembelajaran, sehingga hasil dari keduanya dapat terlihat dan dirasakan oleh

peserta didik. Berbicara tentang kinerja sangat erat kaitannya dengan apa

yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

Dari beberapa pengertian kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja guru dalam meningkatkan pruduktivitas sekolah bukan semata-mata

ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan

kualitas unjuk kerja juga penting diperhatikan. Yaitu produktivitas dengan

tolok ukur berdasarkan tingkatannya; prestasi kerja, pelaksanaan kerja,

pencapaian kerja, hasil kerja, dan unjuk kerja.4

2. Kompetensi Guru

Johnson menyatakan dalam buku yang ditulis oleh Wina Sanjaya

bahwa:”Competency as rational performance which satisfactirily meets the

objective for a desired condition”(Charles E.Johnson,1974). Menurutnya,

kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian,

suatu kompetensi ditunjukann oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat

dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai tujuan.5

Untuk mencapai keberhasilan, guru harus mempunyai kemampuan

yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut harus di

dasarkan pada setiap kompetensi yang dimiliki. Gordon dalam bukunya E.

Mulyasa menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep

kompetensi sebagai berikut:

4

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 9 h. 135-136

5

(27)

a) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,

misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan

belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik

sesuai dengan kebutuhannya.

b) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang

dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan

pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik

dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara

efektif dan efisien.

c) Kemampuan (skill); adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya

kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana

untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.

d) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara

psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku

guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan

lain-lain).

e) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka)

atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya

reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaaan terhadap kenaikan upah/gaji,

dan sebagainya.

f) Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan

sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan

sesuatu.6

Dari kompetensi guru di atas, kita dapat melihat bahwa guru harus

mempunyai kompetensi berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,

sikap dan minat untuk mendidik anak dengan sebaik mungkin. hal ini agar

anak didik dapat menyerap informasi atau ilmu dengan baik.

6

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.

(28)

Menurut Muhibbin Syah, sebagaimana dikutip Pupuh Fathurrohman,

ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya

peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu :

a) Menguasai bahan

b) Mengelola program belajar mengajar

c) Mengelola kelas

d) Menggunakan media atau sumber belajar

e) Menguasai landasan-landasan kependidikan

f) Mengelola interaksi belajar mengajar

g) Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran

h) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna

keperluan pengajaran.7

Kompetensi guru yang disampaikan di atas, memberikan pandangan

tersendiri bahwa tidak mudah menjadi seorang guru yang profesional dan

mumpuni di bidang profesinya masing-masing. Seorang guru selain

kemampuan materi ajarnya, juga harus memiliki kemampuan metode

penyampaian materi dengan baik. Selain itu juga sorang guru harus memiliki

kemampuan interpersonal yang baik kepada murid maupun atasan dan teman

kerja di sekolah. Dari kompetensi yang dimiliki dan aplikasi yang

dilaksanakan, maka guru akan memberikan kinerja yang baik terhadap

peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Dari beberapa pendapat diatas, penulis mengkategorikan kedalam dua

kompetensi, pendapat yang pertama adalah kompetensi yang menekankan

pada aspek lahiriah manusia dalam proses mencapai sebuah keberhasilan.

Sedangkan pendapat yang kedua adalah bentuk aktualisasi kompetensi

lahiriah manusia yaitu sebagai seorang guru dalam mencapai sepuluh dasar

kompetensi tersebut. Jadi, dengan keenam potensi yang telah dimiliki

7

(29)

manusia secara lahiriah tersebut (pengetahuan, pemahaman, kemampuan,

nilai, sikap dan minat), seorang guru selanjutnya dapat mencapai kesepuluh

kompetensi dengan mudah untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam proses

belajar mengajar.

Namun, Wina Sanjaya mengkategorikannya ke dalam tiga

kompetensi, yaitu: kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial kemasyarakatan. Kompetensi pribadi adalah kompetensi

yang condong pada kompetensi yang disebutkan oleh Gordon. Sedangkan

kompetensi profesional adalah seperti halnya sepuluh dasar kompetensi yang

disebutkan oleh Muhibbin. Dan Wina menambahkan satu kompetensi guru

yang berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan

makhluk sosial, yaitu kompetensi sosial kemasyarakatan, meliputi;

Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat

untuk meningkatkan kemampuan profesional, kemampuan untuk mengenal

dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, dan

kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara

kelompok.8

3. Peran dan Tugas Guru

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik

untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua

mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan

terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

a. Peran guru dalam proses belajar-mengajar

1) Guru sebagai demonstrator

Dalam perannya sebagai demonstrator, guru senantiasa menguasai

bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa

mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam ilmu

yang dimilikinya karena hal ini sangant menentukan hasil belajar yang

dicapai oleh siswa.

8

(30)

2) Guru sebagai pengelola kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu

mengelola kelas sebagi lingkungan belajar serta merupakan aspek dari

lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan diatur dan

diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan

pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan

sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik.

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan danmenggunakan

fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar

mencapai hasil yang baik.

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media

pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar

yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian

integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan antar

manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan

pengetahuan bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya

agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang

interaktif

4) Guru sebagai evaluator

Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator

yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan

yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang

diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab

melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru

hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh

(31)

evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses

belajar-mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki

dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian

proses belajar-mengajar akan terus-menerus ditingkatkan untuk

memperolah hasil yang optimal.

b. Peran guru dalam administrasi

Dalam hubungannya dengan kegiatan administrasi seorang

gurudapat berperan sebagai berikut.

1) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan

pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan

kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.

2) Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru

menjadi anggota suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana

dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.

3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru harus bertanggung jawab

untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa

pengetahuan.

4) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.

5) Pelaksana administrasi pendidikan, disamping menjadi pengajar,

gurupun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan

ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.

6) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak ditangan

guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan

diri anggota masyarakat yang dewasa.

7) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk

menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada

masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.

c. Peran guru secara pribadi

Dilihat dari dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus

(32)

1) Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk

kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru

senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk

berpartisipasi didalamnya.

2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus-menerus menuntut ilmu

pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa

belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pendidikan.

3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid disekolah dalam

pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan

sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan

keluarga guru berperan sebagai orang tua dari siswa-siswanya.

4) Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik

untuk siswa bukan untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran

bagi norma – norma tingkah laku.

5) Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi

siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk

memperoleh rasa aman dan puas didalamnya.

d. Peran guru secara Psikologis

Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut.

1) Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan

yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.

2) Seniman dalam hubungan antarmanusia, yaitu orang yang mampu

membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan

menggunakan teknik tertentu, khususnay dalam kegiatan pendidikan.

3) Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.

4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam

menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai

(33)

5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung

jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan

mental siswa (Dr.Moh.Surya, Dr.Rohman Natawidjaja,1994:6-7).9

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa peran

guru diatas apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen,

maka akan memajukan sekolah dengan keprofesionalannya dalam mendidik

anak.

Uzer membagi tugas guru ke dalam tiga tugas : tugas yang berkaitan

dengan profesi, kemanusiaan, dan kemasyarakatan.

a) Profesi, meliputi :

- Mendidik, berati meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup

- Mengajar, yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi

- Melatih, yakni mengembangkan keterampilan dan penerapannya

b) Kemanusiaan, meliputi

- Sebagai orang tua kedua bagi siswanya

- Menarik simpati dan perhatian siswa dari semua lapisan masyarakat

- Memotivasi siswa dan mentransformasikan diri kepada siswa.

c) Kemasyarakatan

- Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara

indonesia yang bermoral pancasila

- Mencerdaskan bangsa Indonesia. 10

Bila kita cermati tugas-tugas diatas, tugas guru begitu berartinya bagi

seluruh kehidupan ummat manusia, yakni dengan melihat tugas-tugasnya dari

mulai lingkungan yang terkecil yaitu bagi dirinya, kemudian antar manusia,

bahkan sampai tugasnya bagi bangsa dan negara.

Sedangkan tanggung jawab seorang guru bukan hanya dilihat dari

peran dan tugasnya saja akan tetapi juga dalam kewajibannya sebagai tenaga

pendidik. Dimana Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

9

Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya. Cet.IX, 1995) h.9-13

10

(34)

tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban menyebutkan :

a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,

dinamis, dan dialogis.

b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan, dan

c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.11

Dengan memperhatikan tugas, peran, serta kewajiban guru, begitu

kompleks beban dan tanggung jawab guru, apabila serangkaian peran, tugas

dan kewajiban tersebut dilaksaknakan dengan baik, maka proses belajar

mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

4. Tanggung Jawab Keguruan

Dalam tanggung jawabnya, tugas utama seseorang guru ialah

mendidik, mengajar, membimbing, melatih, oleh sebab itulah tanggung jawab

keberhasilan pendidikan berada di pundak guru.

Perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampai pengetahuan

dan pengalihan pengetahuan dan pengalih keterampilan, serta merupakan

satu-satunya sumber belajar, berubah peran menjadi pembimbing, pembina,

pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan bertindak

sebagai fasilisator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta

memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah

informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan.

Tanggung jawab guru juga dalam membentuk kepribadian siswa

hendaknya seperti apa yang dikemukakan oleh DR. Zakiah Darajat, bahwa

setiap guru sepatutunya mengetahui dan menyadari betul bahwa

kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan, ikut menentukan

11

(35)

tercapai tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya, dan tujuan lembaga

pendidikan tempat ia mengajar khususnya.

Demikian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa beberapa

tanggung jawab guru dalam proses belajar mengajar yaitu : membimbing,

melatih atau menggali potensi, serta membentuk kepribadian siswa.

5. Permasalahan dalam Peningkatan Kinerja Guru

Dalam setiap peningkatan kinerja guru, kepala sekolah harus selalu

siap pada masalah-masalah yang akan dihadapi. Piet A. Sahertian

mengelompokan masalah-masalah guru menjadi dua :

a. Masalah-masalah umum yang dihadapi dalam tugas mengajar dan

mendidik yang mencakup :

1) Membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum dari pusat ke dalam

bahasa belajar-mengajar.

2) Membantu guru-guru dalam meningkatkan program belajar-mengajar.

a) Membantu dalam merancangkan program belajar-mengajar.

b) Membantu dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.

c) Membantu dalam menilai proses dan hasil belajar-mengajar.

b. Masalah-masalah khusus yang dihadapi guru. Masalah-masalah itu antara

lain :

1) Membantu guru dalam menghadapi kesulitan dalam mengajarkan tiap

mata pelajaran.

2) Membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah pribadi

(personal problem).

3) Membantu guru dalam menghadapi masalah khusus di tiap tingkat

mulai dari SD sampai di SMU.12

Permasalahan guru di atas, merupakan permasalahan yang sering

dihadapi oleh guru dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah sebagai teman

kerja guru, harus mampu mengarahkan dan membina guru yang masih

memiliki kendala dalam pengajaran dan pembelajaran.

12

(36)

B. Peningkatan Kinerja Guru

1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kinerja Guru

Abraham H. Maslow, mengemukakan bahwa ”man is waiting being

-he always wants, and lie wants more. This process is unending. A satisfied

needs is not motivator of behavior. Only unsatisfied need motive behaviour.

Man’s need are arrange in a series of level (Orang adalah makhluk yang

berkeinginan -ia selalu ingin dan ingin lebih banyak. Proses ini tiada

mengenal henti. Suatu kebutuhan yang telah memuaskan tidak menjadi

motivator perilaku. Hanya kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan

menjadi motivator perilaku. Kebutuhan manusia tersusun dan berjenjang).13 Maslow dalam teori hirarki kebutuhan, menurutnya motivasi dan

kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh lima kategori kebutuhan yaitu:

kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga

diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini paling

rendah tingkatannya, dan memerlukan pemenuhan yang paling mendesak,

misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, air, dan udara. Kebutuhan ini

juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Jika guru sudah merasa aman akan

kebutuhan yang sifatnya mendesak ini, maka guru tinggal memikirkan hal

yang lain yang lebih bermanfaat bagi tugas dan tanggungjawabnya sebagai

guru.

Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan tingkat kedua ini

adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh

ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya,

misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas

tindakan yang sewenang-wenang. Kebutuhan ini juga sangat mempengaruhi

kinerja guru, seorang guru yang merasa tidak tenang akan keterpenuhannya

tempat tinggal dan perlindungan tindak sewenang-wenang, maka pikirannya

tidak terfokus pada kerja dan profesionalnya, melainkan ia akan memikirkan

keamanan dan kenyamanan di tempat ia bekerja.

13

(37)

Kebutuhan kasih sayang (belongingnesss and love neeeds).

Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau

ikatan emosional dengan individu lainnya, baik dengan sesama jenis maupun

dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di masyarakat,

misalnya rasa disayangi, diterima, dan dibutuhkan oleh orang lain. Seorang

guru harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari

lingkungan di tempat ia bekerja, jika perhatian dan kasih sayang tersebut

telah diberikan, maka ia akan berusaha melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dengan baik.

Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs). Kebutuhan ini terdiri

dari dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari

diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain.

Misalnya hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi dan mendapat

penghargaaan atas apa-apa yang dilakukannya. Guru yang merasa dihargai

akan hasil kerjanya, maka dia akan merasa nyaman dan lebih giat lagi untuk

mendidik anak didiknya.

Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization).

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul

apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi dengan baik.

Misalnya pemusik menciptakan komposisi musik atau seorang ilmuan

menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan. Seorang guru akan

merasa bangga ketika pendapat dan masukannya serta karya seorang guru

dapat diterima dan diindahkan oleh sekolah. 14

Kelima faktor tersebut juga sangat berpengaruh dalam peningkatan

kinerja guru di sekolah. Kepala sekolah, sebagai pimpinan tertinggi pada

struktur organisasi sekolah seyogyanya dapat memenuhi kelima aspek

kebutuhan tersebut, sehingga guru dapat meningkatkan produktifitas kerjanya

dengan aman, nyaman, serta lebih giat lagi.

14

(38)

2. Strategi Peningkatan Kinerja Guru

Upaya peningkatan kinerja guru oleh kepala sekolah harus

dilaksanakan dengan strategi yang matang. Mudrajad Kuncoro

mengemukakan bahwa strategi adalah ”sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal) dalam menyesuaikan sumber daya

organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan

industrinya”.15 Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia ”Strategi adalah Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

khusus”.16

Dari kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa strategi

merupakan sebuah langkah dalam mencapai kesuksesan organisasi, hal ini

untuk mencapai suatu target atau sasaran yang telah ditetapkan melalui proses

penganalisaan terhadap lingkungan.

Menurut pengertian di atas, maka kepala sekolah harus memiliki

pilihan-pilihan keputusan tentang cara terbaik untuk mengoptimalkan sumber

daya yang ada guna mencapai misi dan tujuan organisasi.

Secara umum pimpinan di sebuah organisasi khususnya kepala

sekolah di sebuah institusi pendidikan harus memperhatikan kebutuhan

sekolah akan sumber daya manusia (guru). Selain itu, kepala sekolah juga

harus mampu mengembangkan sikap profesional guru agar mempunyai

inisiatif sendiri dalam mengembangkan potensi dirinya atau dalam

melaksanakan tugasnya tanpa instruksi terlebih dahulu dari kepala sekolah.

Lalu untuk pengembangan sumber daya manusia kepala sekolah juga dituntut

mampu melakukan komunikasi dan kerja sama dengan perusahaan yang

bergerak dalam pengembangan sumber daya manusia di institusi pendidikan.

Strategi kepala sekolah di sebuah institusi pendidikan berkaitan erat

dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (guru). Castetter

memberikan dua macam strategi guna peningkatan sumber daya manusuia,

15

Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meriah Keunggulan Kompetitif?, (tt.p.: Erlangga, 2006) h. 12

16

(39)

sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala

Sekolah Profesional yaitu Strategi umum dan Stategi khusus.

Dalam strategi umum Castetter membagi kedalam tiga bagian

diantaranya:pengembangan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan

rencana kebutuhan yang jelas, dalam dunia pendidikan perlu senantiasa

dikembangkan sikap dan kemampuan profesional, serta kerjasama dunia

pendidikan dengan perusahaan perlu terus-menerus dikembangkan (terutama

dalam memanfaatkan perusahaan untuk laboratorium praktek dan objek

studi).

Strategi khusus adalah strategi yang langsung berkaitan dengan

pengembangan dan peningkatan pengelolaan tenaga kependidikan yang lebih

efektif. Strategi tersebut berkaitan dengan kesejahteraan, pendidikan

prajabatan calon tenaga kependidikan, rekrutmen dan penempatan,

pembinaan mutu tenaga kependidikan, dan pengembangan karier.

Strategi khusus meniscayakan kepala sekolah untuk membuat

pilihan-pilihan keputusan untuk kesejahteraan guru, pengembangan karier dan

pendidikan guru, rekrutmen dan penempatan, dan pembinaan guna

peningkatan mutu guru di sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus

mempunyai pilihan-pilihan yang tepat, efektif dan efisien sehingga misi dan

tujuan organisasi tercapai dengan baik. 17

Berdasarkan konsep diatas, dapat dikatakan bahwa kepala sekolah

dalam mengembangkan sumberdaya manusia yang ada dilingkungan sekolah

khususnya guru harus melaksanakan strategi-strategi tersebut dalam

perencanaan dan kebijakan yang dibuatnya.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk

meningkatkan kinerja guru di sebuah institusi pendidikan, di antara strategi

yang dapat di lakukan oleh kepala sekolah adalah dengan cara melakukan

pembinaan terhadap kinerja guru, melakukan pengawasan (supervisi)

17

(40)

terhadap kinerja guru, mengadakan evaluasi terhadap proses dan hasil kerja

(kinerja) guru.

a. Pembinaan Kinerja Guru

Menurut Ali Imron dalam bukunya Pembinaan Guru di Indonesia,

pembinaan guru secara terminologi diartikan sebagai serangkaian usaha

bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional

yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta

pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.18

Berbeda dengan pendapat Ali Imron, menurut B. Suryo Subroto

dalam bukunya Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah

mengartikan pembinaan atau pengembangan guru yaitu pengembangan

profesi guru sebagai usaha-usaha melalui keaktifan sendiri untuk

meningkatkan pengetahuan dan kecakapan sehingga akan berguna dalam

menjalankan kewajiban sebagai guru.19

Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan

pembinan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah, pembina, ketua yayasan,

pengawas dan instansi lain yang akan memberikan pembinaan. Selain itu juga

kegiatan pembinaan guru dapat dilakukan sendiri oleh guru yang

bersangkutan, yaitu dengan keaktifan dan kesadaran diri untuk

mengembangkan potensi diri guru yang bersangkutan.

Ali Imron mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam

pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara

program pengajaran di kelas; Kedua, kemampuan guru dalam hal menilai dan

memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak didik; Ketiga,

memperbaiki situasi belajar anak didik.20

Dalam hal Pembinaan kemampuan guru dalam memelihara program

pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan memahami

18

Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993) h. 9.

19

B. Surya Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta Bina Aksara, 1984) h. 147.

20

(41)

tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu kepala sekolah untuk

melaksanakan pembinaan program pengajaran kepada guru-guru. Selanjutnya

kepala sekolah juga harus memahami faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi belajar anak didik, seperti faktor motivasi, kematangan,

hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan,

rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.

Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor di atas, maka sangat

mudah bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan kepada guru dalam

hal bagaimana evaluasi dan penilaian terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar anak didik di sekolah. Maka kepala sekolah juga

hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga

kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan berbagai permasalahan

yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan..

b. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan

Dalam meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah harus mampu

menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri, dalam hal

ini kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola perilakunya

2) Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standar perilakunya

3) Menggunakan pelakasanaan aturan sebagai alat.21

Guru yang telah dibina oleh kepala sekolah dengan baik, maka dia

akan menjadi guru yang profesional dibidangnya. Dengan mengedepankan

disiplin kerja sebagai acuan untuk mencapai target pengajaran dan

pembelajaran yang diinginkan. Jika semuanya tercapai, maka kualitas

pendidikan di sekolah berkat kinerja guru yang ditopang oleh disiplin yang

baik akan segera tercipta. Kepala sekolah yang dapat menjadi pioneer,

pelaksana dan pengawas dalam hal disiplin tenaga kependidikan ini.

c. Pengendalian dan Pengawasan Kinerja Guru

21

(42)

Menurut E. Mulyasa kepala sekolah harus mampu melakukan

berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga

kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar

kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.22 Dalam hal pengawasan dan pengendalian kinerja guru, kepala sekolah

dapat melakukan pengawasan dan pengendalian dengan cara diskusi

kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi

pembelajaran. Namun dalam melaksanakan kepengawasannya, kepala

sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis.

2) Dilaksanakan secara demokratis.

3) Berpusat pada tenaga kependidikan (guru).

4) Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru).

5) Merupakan bantuan profesional. 23

Prinsip-prinsip di atas harus diperhatikan dengan benar oleh kepala

sekolah agar proses pengendalian dan pengawasan terhadap kinerja guru

dapat terlaksana dengan baik dan guru tidak merasa terbebani dengan

pengawasan yang ada, namun sebaliknya guru merasa dibantu dan

diperhatikan serta dihargai atas apa yang dia kerjakan.

d. Pemberian motivasi

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu

sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus

pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk

meningkatkan kinerjanya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam

bentuk fisiknya, tetapi juga psikisnya, misalnya motivasi. Oleh karena itu

untuk meningkatkan produktivitas kerja, perlu diperhatikan motivasi para

tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.24

22

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,… h. 111.

23

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,… h. 113.

24

(43)

Motivasi yang diberikan dapat melalui reward, apresiasi, beasiswa

pendidikan, penugasan, promosi terhadap kinerja para guru. Guru akan lebih

giat lagi dalam meningkatkan kinerjanya, apabila ada motivasi atau dorongan

dari kepala sekolah. Hal ini bisa berupa dengan pembinaan atau dengan

dorongan kata-kata.

e. Penghargaan

Penghargaan sangat penting utuk meningkatkan produktivitas kerja

dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan

ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif

dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan

prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga

kependidikan meniliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan

ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak menimbulkan

dampak negatif.25

Kepala sekolah yang mengerti kebutuahan seorang guru, maka dia

akan memberikan penyemangat agar guru dapat meningkatkan kinerjanya.

Hal ini bisa dengan, kenaikan pangkat, finansial, piagam. Dan harus

disesuaikan dengan tugas yang diberikan serta hasil kerja guru tersebut.

Sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang RI No.14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen bahwa guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa,

dan/atau bertugas khusus berhak memperoleh penghargaan.26

f. Persepsi

Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

pancaindera (Badudu, 1990: 675). Sedangkan Sarlito (1982: 76) mengartikan

persepsi sebagai daya mengenal objek, mengelompokan, membedakan,

memusatkan perhatian, mengetahui dan mengartikan melalui pancaindera.

Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta

25

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,… h. 151

26

Gambar

Tabel 19. Peningkatkan standar perilaku (kewibawaan, kematangan, dan
gambaran tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di
Tabel 1. Kisi-Kisi Final Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 2. Nama-nama Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sekedar perbandingan, Plotinus, menyatakan melalui konsep Trinitasnya, Yang Satu, Jiwa dan Ruh, bahwa dunia dan manusia merupakan emanasi dari jiwa, sedangkan jiwa

Sedangkan Pola asuh otoriter yang diterapkan oleh pengasuh terhadap anak usia dini di Panti Asuhan Samsah Kudus terbatas pada hal-hal yang sifatnya prinsip dan mempunyai

Soal open ended merupakan suatu masalah yang dapat diselesaikan. dengan banyak solusi atau strategi penyelesaian, dimana siswa dapat

Dari hasil literatur review berdasar jumlah publikasi KM dari Indonesia terindeks scopus yang dilakukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

jumlah anak lahir hidup dari seorang wanita atau banyaknya bayi yang dilahirkan. hidup oleh seorang wanita ataupun

Oleh itu, guru seharusnya mempunyai personaliti individu yang positif tentang perpaduan etnik untuk mengelakkan sikap perkauman sebelum memberi pengajaran tentang ilmu

berfungsi memperbaiki respond pengaturan kecepatan motor kipas angin. Dimana elemen pemanas memiliki karakteristik berupa suhunya naik secara cepat ketika diaktifkan

Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (al- Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas