SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: DEDE ANIK FH NIM. 106018200744
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk-bentuk strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al-Shighor, “Ma’had
Al-Shighor Al-Islamy Al-Dauly”, Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten
Cirebon, 45182
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang didukung pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah: Ketua Yayasan, Kepala sekolah, 4 orang guru, komite sekolah, dan 2 orang wali murid. Jawaban wawancara tersebut diklasifikasi dan dikategorisasikan berdasarkan aspek dimensi masalah selanjutnya dianalisis serta diinterpretasikan secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa strategi peningkatan kinerja guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah SMP Al-Shighor menunjukkan hasil yang baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya atau langkah-langkah yang telah dilakukan diantaranya ; pembinaan kinerja guru melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), serta mikro teaching; pembinaan disiplin guru melalui penerapannya yang bersifat konstruktif; pengendalian dan pengawasan melalui rapat evaluasi kerja mingguan; motivasi & penghargaan
berupa beasiswa pendidikan, short course ke pare dan parwisata religi/ziaroh wali songo gratis setiap tahunnya; serta penanaman komitmen dengan menerapkan tujuh komitmen sebagai upaya mengarahkan para tenaga pendidik untuk melaksanakan kinerja yang sesuai dengan arah-arah dan tujuan pendidikan.
atas rahmat, karunia serta ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Al- Shighor”. Semua berkat ke-Maha Pengasih dan ke-Maha Pemurah-Nya bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada sang reformis
islam, seorang manusia pilihan yang menjadi teladan bagi umat manusia yakni
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat dan ummatnya
yang selalu istiqomah di jalannya.
Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Akibat berbagai keterbatasan yang dimiliki penulis, untuk itu saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan .
Penulis juga sangat menyadari bahwa dari awal penulisan hingga
selesainya skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu baik secara
materil maupun moril. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.,
2. Ketua Jurusan Kependidikan Islam yakni Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed,
M.Phil sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya dengan penuh kesabaran
membimbing dan mengarahkan proses penulisan skripsi ini,
3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Drs. Mu'arif SAM, M.Pd
sekaligus Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
serta staf- staf lainnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian, sehingga penulis mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan skripsi ini,
5. Seluruh dosen dan Civitas Akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan atas ilmu dan wawasan yang diberikan selama penulis belajar di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
6. Ayahanda KH. Syarhani serta Ibunda Hj. Maslukhah, yang selalu
memberikan kasih sayang dan senantiasa mendukung secara moril maupun
materil, yang selalu mendo’akan penulis di sela-sela sujudnya ketika sholat dan mendo’akannya disetiap waktu, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Robbighfirlii wa li walidayya warhamhuma kama
robbayani shoghiro. Amin..,
7. My beloved hubby-Que, Muhammad Syauqi, S.Si, yang selalu ada untuk
membantu, membimbing, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, mohon maaf dan ridlo pada suamiku tercinta, karena dalam hal
penyelesaian skripsi ini terkadang menyita waktumu dan mengurangi
tugas saya sebagai seorang istri. Beribu-ribu ucapan terima kasih, cinta
dan sayang untuk suamiku.
8. Kakak-kakakku yakni Hj. Muslikhah, Hj. Khofifah, Imam Syaikhu, Bisyri
Musthofa, Rizki Hisyam Mamnun, Hj. Arofah Al Munawaroh, dan
Maghfuroh Aprilia beserta semua kakak iparku yang senantiasa
mendukung dan memberikan semangat dalam proses penulisan skripsi.
Juga Adiku tercinta Indana Zulfa yang memberi do’a dan kecerian buat penulis,serta keponakan-keponakanku yakni Euis Kholilah, Ikhya
Ulumuddin, Muhibbah El Lubabah, M. Wildan, Adelia Tahta Alfina,
Helwa auliyah, Balqis Syahira, Najma Ravelah, M.rafi hilmy, My Special
nephnew M. Kevin Ulumul Fuady (Dede Alit), serta selamat datang
Afiyah, Syafri Ilman yang senantiasa member warna dalam menjalani
kehidupan baru sebagai Istri.
10.Sahabat-sahabat Kampusku Indah Syifa, Dewi Purwati, Eka Setiawati,
Budi Kurniawan, Agus Saepullah yang senantiasa menjadi tempat curhat
dari semester pertama sampai lulus di kampus sekaligus memberikan
masukan-masukan serta berbagi dalam proses penulisan skripsi ini,
Teman-teman KI-MP angkatan 2006 terima kasih kalian sudah
memberikan canda, tawa, senangnya kehidupan kampus. Terutama
“petualangan-petualangan” kita yang tidak bisa dilupakan, yang terekam dalam memori
11.Sahabat-sahabat Terbaikku yakni Siti Syofah, Nurafiyah, Ade Wila,
Fitriah ramdani, Siti Maryam, yang selalu setia menemani penulis dalam
suka duka,dan terimakasih Kosan Sakinah yang selalu terbuka dikala
penulis membutuhkan tempat persinggahan.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang turut memberikan dukungan dan
do’a dalam proses penulisan laporan skripsi ini.
Hanya Allah yang dapat membalas jasa dan kebaikan Antum sekalian,
semoga mendapat ganjaran kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Amin.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis sendiri, dan bagi pembaca.
Jakarta, 31 Juli 2011
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ………...…….………...………..vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Maanfaat Penelitian ... 10
BAB II KERANGKA TEORI A. Kinerja Guru ... 11
1. Pengertian Kinerja Guru ... 11
2. Kompetensi Guru ... 15
3. Peran dan Tugas Guru ... 18
4. Tanggung Jawab Keguruan ... 20
5. Permasalahan dalam Peningkatan Kinerja Guru ... 21
B. Peningkatan Kinerja Guru ... 22
1. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Kinerja Guru... 22
2. Strategi Peningkatan Kinerja ………...………. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………....…..….... 37
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Al-Shighor ……….…. 37
2. Visi dan Misi SMP Al-Shighor ………...…………. 39
3. Sistem Pendidikan ………...….. 39
4. Jenjang Pendidikan ………...………....… 40
5. Keadaan Guru dan Siswa Al-Shighor ……...…...… 41
6. Sarana dan Prasaran ………... 43
7. Proses Pembelajaran ………... 44
8. Kekhususan Pendidikan Ma’had Al-Shighor …..…....…. 44
9. Kerjasama dengan Instansi Terkait ………....….. 45
10.Kurikulum ………....…… 45
11.Evaluasi dan Prestasi yang Telah Dicapai ………...….. 45
B. Deskripsi dan Analisis Data ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
B. Saran-Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA …...86
Tabel 2. Nama-nama Guru ……...………... 41
Tabel 3. Keadaan Siswa ... 42
Tabel 4. Sarana dan Prasarana ………... 43
Tabel 5. Prestasi Belajar Siswa …………..…………...……….. 46
Tabel 6. Faktor-faktor peningkatan kinerja (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa dihargai, dan aktualisasi diri) …….. 47
Tabel 7. Kenyamanan lingkungan di SMP Al-Shighor ………..……. 49
Tabel 8. Minat guru sebagai tenaga pendidik ... 50
Tabel 9. Kompetensi mengajar guru (penguasaan bahan ajar, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, penggunaan media, mengelola interaksi belajar-mengajar ….………... 52 Tabel 10. Penggunaan metode pembelajaran ………...…………. 54
Tabel 11. Kompetensi guru sebagai tenaga kependidikan (administrator) ... 55
Tabel 12. Peran guru sebagai pengajar (demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator) ... 56
Tabel 13. Tugas guru sebagai pendidik (profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan) ……… 57
Tabel 14. Tanggung jawab pendidik (membimbing, membentuk kepribadian, dan menggali potensi anak didik) ………. 60
Tabel 15. Pengetahuan dan persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah … 61 Tabel 16. Strategi peningkatan kinerja guru ……….. 62
Tabel 17. Pembinaan kinerja guru (menyusun RPP, media/alat
pembelajaran, metode mengajar, kemampuan dalam menilai anak didik, memperbaiki situasi belajar (ketenangan dan kenyamanan belajar) ...
64
Tabel 20. Penerapan disiplin dan Sanksi Pelanggaran kedisiplinan ……….. 69
Tabel 21. Pengendalian dan Pengawasan Kinerja Guru (mengadakan diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran) ... 70 Tabel 22. Pemeriksaan daftar hadir guru ………... 72
Tabel 23. Memberikan motivasi (apersepsi, piagam, motif) terhadap tenaga pengajar dalam melakukan tugas ... 72
Tabel 24. Penghargaan mencakup pemberian reward, beasiswa pendidikan, kenaikan pangkat / jabatan ... 74
Tabel 25. Membangun komitmen (Peran, tugas, kewajiban, dedikasi) guru untuk meningkatkan kinerja ... 75
Tabel 26. Pembuatan dan perencanaan kebijakan sekolah ……… 77
Tabel 27. Kemitraan/ kerjasama ma’had ………... 78
Lampiran 2. ... Hasil Wawancara
Lampiran 3. ……… Struktur Organisasi SMP Al-Shighor
Lampiran 4. .…..…. Surat Permohonan Dosen Pembimbing
Lampiran 5. ...…... Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 6. ...…... Surat Izin Penelitian
Lampiran 7. ... Surat Pernyataan Telah Mengadakan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan masalah yang berkaitan dengan hidup dan
kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama
proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada
hakikatnya adalah proses yang satu. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh
Rupert C. Lodge bahwa pengertian luas pendidikan “life is education, and
education is life” akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan
manusia itu adalah proses pendidikan. Segala pengalaman sepanjang
hidupnya merupan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya.1
Secara umum, esensi tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia
yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup dalam masyarakatnya,
melainkan lebih dari itu mampu menyumbang bagi panyempurnaan
msyarakat itu sendiri. Perubahan-perubahan yang terjadi di sekeliling kita,
terutama yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi, demikian
pesatnya sehingga “bekal” pendidikan yang diterima orang tua tidak akan
memadai bagi anak-anak kita, sebab mereka harus menghadapi dunia yang
1
pada hakikaynya telah berbeda karakternya apabila dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya.2
Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral,
pertama dan utama, figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan
strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait
dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, guru memegang peran
utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan
secara formal disekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta
didik, terutama dalam kaitannya dengan prosees belajar mengajar.
Dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendididkan nasional Bab 1 (1) disebutkan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
Dalam hal ini kemampuan untuk mencetak manusia yang unggul dan
berakhlak mulia sangat ditentukan oleh seorang guru. Guru merupakan salah
satu unsur manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar
sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika
sumber-sumber daya manusia atau tenaga kerja indonesia dalam jumlah yang besar
tersebut dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaanya.4 Guru merupakan aset dan sumber daya terbesar dalam dunia pendidikan, karena sekolah akan
menghasilkan keluaran yang sangat bagus apabila sekolah tersebut memiliki
2
JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet .VII, 1999) h.9
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
(Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Penilaian Hasil Belajar Tahap Akhir Nasional, 2003) h.2
4
guru yang sangat produktif dan begitupun sebaliknya apabila sekolah tersebut
memiliki guru yang tidak produktif akan mengakibatkan outputnya tidak
dapat relevan dengan tujuan pendidikan.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005)
tentang guru dan dosen BAB II Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan pasal 6
disebutkan bahwa :
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
Dalam memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan
yang semakin ketat di segala bidang kehidupan, maka salah satu tujuan
Pendidikan nasional dirancang agar dapat mewujudkan manusia Indonesia
yang handal, mandiri, dan mampu bersaing di arena global. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan orang untuk terus belajar.
Terlebih bagi seorang guru yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar
peserta didiknya. Oleh karena itu, kemampuan mengajar seorang guru harus
senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan dan pelatihan dalam
menyusun rencana pembelajaran yang benar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang betugas membimbing
dan membina generasi muda untuk dapat hidup di masyarakat yang penuh
dengan tantangan dan perjuangan hidup yang gigih. Pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan tertentu yang diterima dari sekolah belum
merupakan jaminan bagi peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat sesuai
dengan yang dicita-citakan.6 Hal ini dapat disebabkan dalam menempuh proses pendidikan di sekolah terkadang banyak kendala dan masalah yang
5
Undang- Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.(Jakarta : DPR RI, 2005)
6
muncul. Salah satunya adalah kinerja guru yang belum maksimal dalam
mendidik peserta didiknya di sekolah.
Guru melaksanakan tugas-tugas yang berbeda sesuai dengan tiga
fungsi, yaitu sebagai pendidik, pengajar/pelatih, dan pembimbing. Secara
umum, tugas pokok guru sebagai pendidik adalah mendewasakan peserta
didik, sebagai pengajar/pelatih adalah melaksanakan pembelajaran, dan
sebagai pembimbing adalah menyelaraskan perkembangn peserta didik.7
Konsep pendidik mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal,
maupun informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan
tugas perkembangannya secara optimal, sehingga guru mencapai suatu tahap
kedewasaan tertentu.8
Sumber daya organisasi berupa sumber daya manusia sangat berperan
dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan sebuah organisasi. Dalam
dunia pendidikan, guru adalah sumber daya yang nyata, maka sumber daya
guru inilah yang dapat memberikan kemampuan, keterampilan, pengetahuan,
dan motivasi kepada peserta didik. Sumber daya guru pun secara normal tidak
akan produktif jika tidak diarahkan dan dikelola dengan baik melalui
organisasi yang sistematis. Maka pemberdayaan dan pengorganisasian guru
dalam suatu aktivitas tertentu menjadi suatu keharusan bagi setiap lembaga
pendidikan.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
belajar mengajar merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran.
Ketrampilan penguasaan proses belajar mengajar ini sangat erat kaitannya
dengan yugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik. Guru
sebagai pengajar, secara sempit dapat diinterpretasikan sebagai pembimbing
atau fasilitator belajar siswa. Guru sebagai pendidik, mengandung arti yang
sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran, tetapi
7
Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung : CV.Pustaka Setia, Cet I, 2009), h.286.
8
Mengenai Konsepsi Pendidikan dapat dilihat pada Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,
menjangkau etika dan estetika perilaku siswa kelak dalam menghadapi
tantangan kehidupan masyarakat.
Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planning)
pengajaran yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat
kaitannya dengan berbagai unsur, seperti tujuan pengajaran, bahan
pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar, dan evaluasi hasil belajar.9 Dalam kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak guru yang
belum menguasai materi ajar yang akan disampaikannya didalam kelas, hal
ini mengakibatkan ketidaksiapan guru dalam mengajar, jelas ini merupakan
masalah yang harus dihilangkan dalam pendidikan.
Metode mengajar, adalah alat yang dapat merupakan bagian dari
perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar.
Dan karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar.10 Seperti yang dikatakan oleh S.Nasution bahwa dalam mencegah kebosanan dalam mengajar bahwa, banyak kritik
ditimbulkan oleh strategi mengajar yang tidak serasi, yang tidak
menggunakan alat dan sumber belajar-mengajar secara kreatif. Sekolah dan
perguruan tinggi terlampau dikuasai oleh metode ceramah.11
Pemilihan metode sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan
pembelajaran, metode yang tepat digunakan dalam pengajaran akan
menghasilkan tujuan belajar mengajar yang efektif dan sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dan sebaliknya kesalahan mennggunakan
metode akan menghasilkan tujuan belajar mengajar yang tidak sesuai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Terlihat dalam kenyataanya, metode ceramah masih menjadi metode
yang paling sering dipakai para guru. Hampir dalam segala keadaan metode
9
Gunawan Undang, Cucu Komara, Deden Suhendar, Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar (Bandung: Cv. Siregar tengah, Cet 1,1996) h.1
10
JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet .VII, 1999), h.3
11
ini dianggap paling mudah bagi seseorang untuk menyajikan secara lisan. Hal
ini harus diperhatikan oleh guru, kesalahan dalam pemakaian metode akan
mengakibatkan kurang tepat sasaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pada kenyataannya guru tidak dengan mudah menjalankan tugasnya
dan mengembangkan potensi dirinya karena dihadapkan oleh berbagai
masalah dalam kehidupannya serta kurangnya fasilitas yang diberikannya
dalam mengajar sehingga dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang
pendidik dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa tidak disertai
dengan persiapan-persiapan secara matang, apalagi menambah wawasan dan
pengetahuan dari sumber lain sehingga akan memunculkan kinerja para
pendidik yang tidak produktif.
Masalah lain yang timbul yaitu masih banyak guru yang belum
optimal dalam melaksanakan tugasnya, diantaranya masih banyak guru yang
belum membuat rencana pelaksanaan pembelajarn (RPP), ketidakcocokan
dalam penggunaan metode mengajar, serta ketidaksiapan guru dalam
mengajar.
Mengajar bukanlah tugas sederhana, ia menuntut profesional.
Aktifitas mengajar adalah sangat urgen sebab ia berkaitan dengan upaya
mengubah, mengembangkan, dan mendewasakan insan didik.12 Oleh karena itu guru dalam mengajar dituntut untuk bekerja secara profesional diantaranya
yaitu dengan keidisiplinan dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga
kependidikan dan tenaga pendidik. Kedisiplinan sangat penting dalam proses
pembelajaran.
Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi
kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin
memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses
pembelajaran.13
12
Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran (Jakarta:PT Rineka Cipta,Cet II, 2004) h. kata pengantar
13Tulus TU’U,
Meskipun kedisiplinan sangat penting namun masih saja ada sebagian
guru yang melanggar kedisiplinan tersebut misalnya terlambat masuk kelas,
melalaikan tugas kependidikan mungkin ini dilatar belakangi oleh lingkungan
diluar sekolah (keluarga) bagi guru yang telah berkeluarga dan karena
sekolah ini terintergrasi dengan pondok pesantren, mereka juga berkewajiban
mengurusi kegiatan diluar sekolah (pondok pesantren).
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal diharapkan mampu
mengantarkan peserta didiknya menjadi tunas bangsa yang cerdas, terampil,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) ditambah dengan
keimanan dan ketaqwaan (Imtak) serta berwawasan dan dapat memecahkan
masalah (Problem Solving) yang sedang dihadapi bangsa kita.
Kepala Sekolah yang profesioanl tak terlepas dari paradigma
kepemimpinan pada umumnya. Banyak hal yang harus dikuasai dan dipahami
dengan berbagai pendekatan dan strategi. Kepala Sekolah menjadi figur
sentral dan harus menjadi teladan bagi para tenaga kependidikan. Bukan
hanya karena lamanya pengabdian, namun ide-ide cemerlang diperlukan
untuk mempersiapkan kader bangsa melalui penggodogan pendidikan di
lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Jadi sekolah yang dipimpin Kepala
Sekolah harus dapat menangkap misi dan visi masa depan sekolah.
Lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab sosial yang sangat
besar kepada bangsa ini bukan hanya sekedar untuk kepentingan bisnis
semata. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi lembaga pendidikan
diantaranya adalah strategi yang dilakukan kepala sekolah. Seorang kepala
sekolah adalah seorang pemimpin yang akan menentukan langkah-langkah
pendidikan yang efektif di lingkungan sekolah.
Kepala sekolah sedikit banyak dapat mempengaruhi pendidikan di
lingkungan sekolah. Sekolah juga membutuhkan figur seorang pemimpin
yang siap bekerja keras untuk dapat memajukan sekolah untuk meningkatkan
mutu pendidikan di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Faktor lain yang
berperan mempengaruhi pendidikan adalah kinerja guru yang berkualitas.
terhadap pendidikan di lingkungan sekolah terutama dalam hal belajar
mengajar. Kita tentunya ingin mempunyai guru yang berkualitas dengan
kinerja yang bagus dan bertanggung jawab.
Secara etimologis supervisi (pembinaan guru) diartikan melihat dari
atas, maka praktek-praktek supervisi lebih banyak mengarah ke inspeksi,
kepenilikan dan pengawasan.14 Supervisi memiliki pengertian yang luas, supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju
kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya
di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan,
dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti
bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode
mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain supervisi ialah
suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.15 Demikian penting peningkatan kinerja guru, namun kadang karena
tidak adanya komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah sehingga
timbul rasa kurang diperhatikan dari pihak guru oleh kepala sekolah dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Bukan hanya pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, namun
kepala sekolah juga harus memberikan pengawasan dan pengendalian
terhadap kinerja guru.hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan guru
dalam melaksanakan tugas serta mengetahui kekurangan-kekurangan apa saja
yang dimiliki para guru.
Secara umum, pembinaan guru atau supervisi bertujuan untuk
memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai
kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang
14
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 10.
15
masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana
diperlukan dengan menunjukan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki
sendiri.16 Maka sekolah perlu senantiasa melakukan peningkatan kinerja para gurunya dengan menerapkan strategi yang tepat demi terciptanya iklim
organisasi yang produktif.
SMP Al-Shighor merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten
Cirebon selalu memberikan pembinaan terhadap kinerja para karyawannya.
Dengan adanya pembinaan tersebut, para karyawan khususya guru yang
menjadi andalan dalam mengembangkan anak didiknya selalu meningkatkan
profesionalisme kerja. Oleh sebab itu, untuk mencapai kompetensi dan
produktivitas seorang guru perlu dibina melalui berbagai pelatihan dan
pembinaan di sekolah.
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Al-Shighor”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kurang optimal guru dalam mengajar 2. Ketidakdisiplinan guru dalam mengajar 3. Ketidaksiapan guru dalam mengajar 4. Lemah penguasaan metode mengajar
5. Kurangnya pengawasaan dari kepala sekolah 6. Kurangnya fasilitas dalam pelaksanaan tugas guru
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah dalam skripsi ini terarah maka masalah
yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kurang optimal guru dalam mengajar
b. Lemah penguasaan metode mengajar
c. Kurangnya pengawasaan dari kepala sekolah
16
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan kinerja guru di
SMP Al-Shighor?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
menjelaskan bentuk-bentuk strategi kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru di SMP Al-Shighor.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Penulis, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai strategi
peningkatan kinerja guru.
b. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan
untuk mengembangkan strategi peningkatan kinerja guru.
c. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja diartikan beragam oleh para ahli. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan, atau kemampuan kerja.1 Wibowo mengungkapkan bahwa
kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut.2
Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara merumuskan bahwa kinerja
merupakan prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.3
Dari beberapa pengertian di atas, bahwa Kinerja dapat diartikan
dengan kemampuan kerja, aplikasi kerja dan hasil kerja yang dicapai dan
diperlihatkan oleh individu ataupun kelompok dalam suatu organisasi atau
perusahaan.
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet, 4, h. 570.
2
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Ed. 1 h. 2.
3
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Dengan kata lain, guru sebagai salah satu komponen penting dalam
sebuah lembaga pendidikan, diharuskan memiliki potensi mumpuni sesuai
dengan profesinya sebagai guru, lalu ia juga harus mampu menyampaikan
dengan baik semua potensi yang dimiliki dalam bentuk pendidikan dan
pembelajaran, sehingga hasil dari keduanya dapat terlihat dan dirasakan oleh
peserta didik. Berbicara tentang kinerja sangat erat kaitannya dengan apa
yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
Dari beberapa pengertian kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru dalam meningkatkan pruduktivitas sekolah bukan semata-mata
ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan
kualitas unjuk kerja juga penting diperhatikan. Yaitu produktivitas dengan
tolok ukur berdasarkan tingkatannya; prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil kerja, dan unjuk kerja.4
2. Kompetensi Guru
Johnson menyatakan dalam buku yang ditulis oleh Wina Sanjaya
bahwa:”Competency as rational performance which satisfactirily meets the
objective for a desired condition”(Charles E.Johnson,1974). Menurutnya,
kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian,
suatu kompetensi ditunjukann oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat
dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai tujuan.5
Untuk mencapai keberhasilan, guru harus mempunyai kemampuan
yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut harus di
dasarkan pada setiap kompetensi yang dimiliki. Gordon dalam bukunya E.
Mulyasa menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi sebagai berikut:
4
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 9 h. 135-136
5
a) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan
belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik
sesuai dengan kebutuhannya.
b) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik
dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
c) Kemampuan (skill); adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya
kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana
untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
d) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku
guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan
lain-lain).
e) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka)
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya
reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaaan terhadap kenaikan upah/gaji,
dan sebagainya.
f) Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan
sesuatu.6
Dari kompetensi guru di atas, kita dapat melihat bahwa guru harus
mempunyai kompetensi berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap dan minat untuk mendidik anak dengan sebaik mungkin. hal ini agar
anak didik dapat menyerap informasi atau ilmu dengan baik.
6
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Menurut Muhibbin Syah, sebagaimana dikutip Pupuh Fathurrohman,
ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya
peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu :
a) Menguasai bahan
b) Mengelola program belajar mengajar
c) Mengelola kelas
d) Menggunakan media atau sumber belajar
e) Menguasai landasan-landasan kependidikan
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
h) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna
keperluan pengajaran.7
Kompetensi guru yang disampaikan di atas, memberikan pandangan
tersendiri bahwa tidak mudah menjadi seorang guru yang profesional dan
mumpuni di bidang profesinya masing-masing. Seorang guru selain
kemampuan materi ajarnya, juga harus memiliki kemampuan metode
penyampaian materi dengan baik. Selain itu juga sorang guru harus memiliki
kemampuan interpersonal yang baik kepada murid maupun atasan dan teman
kerja di sekolah. Dari kompetensi yang dimiliki dan aplikasi yang
dilaksanakan, maka guru akan memberikan kinerja yang baik terhadap
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Dari beberapa pendapat diatas, penulis mengkategorikan kedalam dua
kompetensi, pendapat yang pertama adalah kompetensi yang menekankan
pada aspek lahiriah manusia dalam proses mencapai sebuah keberhasilan.
Sedangkan pendapat yang kedua adalah bentuk aktualisasi kompetensi
lahiriah manusia yaitu sebagai seorang guru dalam mencapai sepuluh dasar
kompetensi tersebut. Jadi, dengan keenam potensi yang telah dimiliki
7
manusia secara lahiriah tersebut (pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
nilai, sikap dan minat), seorang guru selanjutnya dapat mencapai kesepuluh
kompetensi dengan mudah untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam proses
belajar mengajar.
Namun, Wina Sanjaya mengkategorikannya ke dalam tiga
kompetensi, yaitu: kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial kemasyarakatan. Kompetensi pribadi adalah kompetensi
yang condong pada kompetensi yang disebutkan oleh Gordon. Sedangkan
kompetensi profesional adalah seperti halnya sepuluh dasar kompetensi yang
disebutkan oleh Muhibbin. Dan Wina menambahkan satu kompetensi guru
yang berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan
makhluk sosial, yaitu kompetensi sosial kemasyarakatan, meliputi;
Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan profesional, kemampuan untuk mengenal
dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, dan
kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara
kelompok.8
3. Peran dan Tugas Guru
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan
terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
a. Peran guru dalam proses belajar-mengajar
1) Guru sebagai demonstrator
Dalam perannya sebagai demonstrator, guru senantiasa menguasai
bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam ilmu
yang dimilikinya karena hal ini sangant menentukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
8
2) Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagi lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan diatur dan
diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan
pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan
sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan danmenggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar
mencapai hasil yang baik.
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar
yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan antar
manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya
agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang
interaktif
4) Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator
yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang
diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab
melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru
hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh
evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses
belajar-mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian
proses belajar-mengajar akan terus-menerus ditingkatkan untuk
memperolah hasil yang optimal.
b. Peran guru dalam administrasi
Dalam hubungannya dengan kegiatan administrasi seorang
gurudapat berperan sebagai berikut.
1) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan
pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan
kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.
2) Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru
menjadi anggota suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana
dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru harus bertanggung jawab
untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa
pengetahuan.
4) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
5) Pelaksana administrasi pendidikan, disamping menjadi pengajar,
gurupun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan
ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.
6) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak ditangan
guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan
diri anggota masyarakat yang dewasa.
7) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk
menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada
masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.
c. Peran guru secara pribadi
Dilihat dari dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus
1) Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk
kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru
senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk
berpartisipasi didalamnya.
2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus-menerus menuntut ilmu
pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa
belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pendidikan.
3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid disekolah dalam
pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan
sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan
keluarga guru berperan sebagai orang tua dari siswa-siswanya.
4) Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik
untuk siswa bukan untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran
bagi norma – norma tingkah laku.
5) Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi
siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk
memperoleh rasa aman dan puas didalamnya.
d. Peran guru secara Psikologis
Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut.
1) Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan
yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
2) Seniman dalam hubungan antarmanusia, yaitu orang yang mampu
membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan
menggunakan teknik tertentu, khususnay dalam kegiatan pendidikan.
3) Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam
menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai
5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung
jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan
mental siswa (Dr.Moh.Surya, Dr.Rohman Natawidjaja,1994:6-7).9
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa peran
guru diatas apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen,
maka akan memajukan sekolah dengan keprofesionalannya dalam mendidik
anak.
Uzer membagi tugas guru ke dalam tiga tugas : tugas yang berkaitan
dengan profesi, kemanusiaan, dan kemasyarakatan.
a) Profesi, meliputi :
- Mendidik, berati meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup
- Mengajar, yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi
- Melatih, yakni mengembangkan keterampilan dan penerapannya
b) Kemanusiaan, meliputi
- Sebagai orang tua kedua bagi siswanya
- Menarik simpati dan perhatian siswa dari semua lapisan masyarakat
- Memotivasi siswa dan mentransformasikan diri kepada siswa.
c) Kemasyarakatan
- Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara
indonesia yang bermoral pancasila
- Mencerdaskan bangsa Indonesia. 10
Bila kita cermati tugas-tugas diatas, tugas guru begitu berartinya bagi
seluruh kehidupan ummat manusia, yakni dengan melihat tugas-tugasnya dari
mulai lingkungan yang terkecil yaitu bagi dirinya, kemudian antar manusia,
bahkan sampai tugasnya bagi bangsa dan negara.
Sedangkan tanggung jawab seorang guru bukan hanya dilihat dari
peran dan tugasnya saja akan tetapi juga dalam kewajibannya sebagai tenaga
pendidik. Dimana Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003
9
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya. Cet.IX, 1995) h.9-13
10
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban menyebutkan :
a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.
b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan, dan
c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.11
Dengan memperhatikan tugas, peran, serta kewajiban guru, begitu
kompleks beban dan tanggung jawab guru, apabila serangkaian peran, tugas
dan kewajiban tersebut dilaksaknakan dengan baik, maka proses belajar
mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
4. Tanggung Jawab Keguruan
Dalam tanggung jawabnya, tugas utama seseorang guru ialah
mendidik, mengajar, membimbing, melatih, oleh sebab itulah tanggung jawab
keberhasilan pendidikan berada di pundak guru.
Perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampai pengetahuan
dan pengalihan pengetahuan dan pengalih keterampilan, serta merupakan
satu-satunya sumber belajar, berubah peran menjadi pembimbing, pembina,
pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan bertindak
sebagai fasilisator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta
memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah
informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan.
Tanggung jawab guru juga dalam membentuk kepribadian siswa
hendaknya seperti apa yang dikemukakan oleh DR. Zakiah Darajat, bahwa
setiap guru sepatutunya mengetahui dan menyadari betul bahwa
kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan, ikut menentukan
11
tercapai tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya, dan tujuan lembaga
pendidikan tempat ia mengajar khususnya.
Demikian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa beberapa
tanggung jawab guru dalam proses belajar mengajar yaitu : membimbing,
melatih atau menggali potensi, serta membentuk kepribadian siswa.
5. Permasalahan dalam Peningkatan Kinerja Guru
Dalam setiap peningkatan kinerja guru, kepala sekolah harus selalu
siap pada masalah-masalah yang akan dihadapi. Piet A. Sahertian
mengelompokan masalah-masalah guru menjadi dua :
a. Masalah-masalah umum yang dihadapi dalam tugas mengajar dan
mendidik yang mencakup :
1) Membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum dari pusat ke dalam
bahasa belajar-mengajar.
2) Membantu guru-guru dalam meningkatkan program belajar-mengajar.
a) Membantu dalam merancangkan program belajar-mengajar.
b) Membantu dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
c) Membantu dalam menilai proses dan hasil belajar-mengajar.
b. Masalah-masalah khusus yang dihadapi guru. Masalah-masalah itu antara
lain :
1) Membantu guru dalam menghadapi kesulitan dalam mengajarkan tiap
mata pelajaran.
2) Membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah pribadi
(personal problem).
3) Membantu guru dalam menghadapi masalah khusus di tiap tingkat
mulai dari SD sampai di SMU.12
Permasalahan guru di atas, merupakan permasalahan yang sering
dihadapi oleh guru dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah sebagai teman
kerja guru, harus mampu mengarahkan dan membina guru yang masih
memiliki kendala dalam pengajaran dan pembelajaran.
12
B. Peningkatan Kinerja Guru
1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kinerja Guru
Abraham H. Maslow, mengemukakan bahwa ”man is waiting being
-he always wants, and lie wants more. This process is unending. A satisfied
needs is not motivator of behavior. Only unsatisfied need motive behaviour.
Man’s need are arrange in a series of level (Orang adalah makhluk yang
berkeinginan -ia selalu ingin dan ingin lebih banyak. Proses ini tiada
mengenal henti. Suatu kebutuhan yang telah memuaskan tidak menjadi
motivator perilaku. Hanya kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan
menjadi motivator perilaku. Kebutuhan manusia tersusun dan berjenjang).13 Maslow dalam teori hirarki kebutuhan, menurutnya motivasi dan
kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh lima kategori kebutuhan yaitu:
kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga
diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini paling
rendah tingkatannya, dan memerlukan pemenuhan yang paling mendesak,
misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, air, dan udara. Kebutuhan ini
juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Jika guru sudah merasa aman akan
kebutuhan yang sifatnya mendesak ini, maka guru tinggal memikirkan hal
yang lain yang lebih bermanfaat bagi tugas dan tanggungjawabnya sebagai
guru.
Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan tingkat kedua ini
adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya,
misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas
tindakan yang sewenang-wenang. Kebutuhan ini juga sangat mempengaruhi
kinerja guru, seorang guru yang merasa tidak tenang akan keterpenuhannya
tempat tinggal dan perlindungan tindak sewenang-wenang, maka pikirannya
tidak terfokus pada kerja dan profesionalnya, melainkan ia akan memikirkan
keamanan dan kenyamanan di tempat ia bekerja.
13
Kebutuhan kasih sayang (belongingnesss and love neeeds).
Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau
ikatan emosional dengan individu lainnya, baik dengan sesama jenis maupun
dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di masyarakat,
misalnya rasa disayangi, diterima, dan dibutuhkan oleh orang lain. Seorang
guru harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari
lingkungan di tempat ia bekerja, jika perhatian dan kasih sayang tersebut
telah diberikan, maka ia akan berusaha melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik.
Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs). Kebutuhan ini terdiri
dari dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari
diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain.
Misalnya hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi dan mendapat
penghargaaan atas apa-apa yang dilakukannya. Guru yang merasa dihargai
akan hasil kerjanya, maka dia akan merasa nyaman dan lebih giat lagi untuk
mendidik anak didiknya.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization).
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul
apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi dengan baik.
Misalnya pemusik menciptakan komposisi musik atau seorang ilmuan
menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan. Seorang guru akan
merasa bangga ketika pendapat dan masukannya serta karya seorang guru
dapat diterima dan diindahkan oleh sekolah. 14
Kelima faktor tersebut juga sangat berpengaruh dalam peningkatan
kinerja guru di sekolah. Kepala sekolah, sebagai pimpinan tertinggi pada
struktur organisasi sekolah seyogyanya dapat memenuhi kelima aspek
kebutuhan tersebut, sehingga guru dapat meningkatkan produktifitas kerjanya
dengan aman, nyaman, serta lebih giat lagi.
14
2. Strategi Peningkatan Kinerja Guru
Upaya peningkatan kinerja guru oleh kepala sekolah harus
dilaksanakan dengan strategi yang matang. Mudrajad Kuncoro
mengemukakan bahwa strategi adalah ”sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal) dalam menyesuaikan sumber daya
organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan
industrinya”.15 Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia ”Strategi adalah Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus”.16
Dari kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa strategi
merupakan sebuah langkah dalam mencapai kesuksesan organisasi, hal ini
untuk mencapai suatu target atau sasaran yang telah ditetapkan melalui proses
penganalisaan terhadap lingkungan.
Menurut pengertian di atas, maka kepala sekolah harus memiliki
pilihan-pilihan keputusan tentang cara terbaik untuk mengoptimalkan sumber
daya yang ada guna mencapai misi dan tujuan organisasi.
Secara umum pimpinan di sebuah organisasi khususnya kepala
sekolah di sebuah institusi pendidikan harus memperhatikan kebutuhan
sekolah akan sumber daya manusia (guru). Selain itu, kepala sekolah juga
harus mampu mengembangkan sikap profesional guru agar mempunyai
inisiatif sendiri dalam mengembangkan potensi dirinya atau dalam
melaksanakan tugasnya tanpa instruksi terlebih dahulu dari kepala sekolah.
Lalu untuk pengembangan sumber daya manusia kepala sekolah juga dituntut
mampu melakukan komunikasi dan kerja sama dengan perusahaan yang
bergerak dalam pengembangan sumber daya manusia di institusi pendidikan.
Strategi kepala sekolah di sebuah institusi pendidikan berkaitan erat
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (guru). Castetter
memberikan dua macam strategi guna peningkatan sumber daya manusuia,
15
Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meriah Keunggulan Kompetitif?, (tt.p.: Erlangga, 2006) h. 12
16
sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala
Sekolah Profesional yaitu Strategi umum dan Stategi khusus.
Dalam strategi umum Castetter membagi kedalam tiga bagian
diantaranya:pengembangan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan
rencana kebutuhan yang jelas, dalam dunia pendidikan perlu senantiasa
dikembangkan sikap dan kemampuan profesional, serta kerjasama dunia
pendidikan dengan perusahaan perlu terus-menerus dikembangkan (terutama
dalam memanfaatkan perusahaan untuk laboratorium praktek dan objek
studi).
Strategi khusus adalah strategi yang langsung berkaitan dengan
pengembangan dan peningkatan pengelolaan tenaga kependidikan yang lebih
efektif. Strategi tersebut berkaitan dengan kesejahteraan, pendidikan
prajabatan calon tenaga kependidikan, rekrutmen dan penempatan,
pembinaan mutu tenaga kependidikan, dan pengembangan karier.
Strategi khusus meniscayakan kepala sekolah untuk membuat
pilihan-pilihan keputusan untuk kesejahteraan guru, pengembangan karier dan
pendidikan guru, rekrutmen dan penempatan, dan pembinaan guna
peningkatan mutu guru di sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus
mempunyai pilihan-pilihan yang tepat, efektif dan efisien sehingga misi dan
tujuan organisasi tercapai dengan baik. 17
Berdasarkan konsep diatas, dapat dikatakan bahwa kepala sekolah
dalam mengembangkan sumberdaya manusia yang ada dilingkungan sekolah
khususnya guru harus melaksanakan strategi-strategi tersebut dalam
perencanaan dan kebijakan yang dibuatnya.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru di sebuah institusi pendidikan, di antara strategi
yang dapat di lakukan oleh kepala sekolah adalah dengan cara melakukan
pembinaan terhadap kinerja guru, melakukan pengawasan (supervisi)
17
terhadap kinerja guru, mengadakan evaluasi terhadap proses dan hasil kerja
(kinerja) guru.
a. Pembinaan Kinerja Guru
Menurut Ali Imron dalam bukunya Pembinaan Guru di Indonesia,
pembinaan guru secara terminologi diartikan sebagai serangkaian usaha
bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional
yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta
pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.18
Berbeda dengan pendapat Ali Imron, menurut B. Suryo Subroto
dalam bukunya Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah
mengartikan pembinaan atau pengembangan guru yaitu pengembangan
profesi guru sebagai usaha-usaha melalui keaktifan sendiri untuk
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan sehingga akan berguna dalam
menjalankan kewajiban sebagai guru.19
Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
pembinan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah, pembina, ketua yayasan,
pengawas dan instansi lain yang akan memberikan pembinaan. Selain itu juga
kegiatan pembinaan guru dapat dilakukan sendiri oleh guru yang
bersangkutan, yaitu dengan keaktifan dan kesadaran diri untuk
mengembangkan potensi diri guru yang bersangkutan.
Ali Imron mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam
pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara
program pengajaran di kelas; Kedua, kemampuan guru dalam hal menilai dan
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak didik; Ketiga,
memperbaiki situasi belajar anak didik.20
Dalam hal Pembinaan kemampuan guru dalam memelihara program
pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan memahami
18
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993) h. 9.
19
B. Surya Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta Bina Aksara, 1984) h. 147.
20
tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu kepala sekolah untuk
melaksanakan pembinaan program pengajaran kepada guru-guru. Selanjutnya
kepala sekolah juga harus memahami faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi belajar anak didik, seperti faktor motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan,
rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor di atas, maka sangat
mudah bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan kepada guru dalam
hal bagaimana evaluasi dan penilaian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar anak didik di sekolah. Maka kepala sekolah juga
hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga
kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan berbagai permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan..
b. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan
Dalam meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah harus mampu
menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri, dalam hal
ini kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola perilakunya
2) Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standar perilakunya
3) Menggunakan pelakasanaan aturan sebagai alat.21
Guru yang telah dibina oleh kepala sekolah dengan baik, maka dia
akan menjadi guru yang profesional dibidangnya. Dengan mengedepankan
disiplin kerja sebagai acuan untuk mencapai target pengajaran dan
pembelajaran yang diinginkan. Jika semuanya tercapai, maka kualitas
pendidikan di sekolah berkat kinerja guru yang ditopang oleh disiplin yang
baik akan segera tercipta. Kepala sekolah yang dapat menjadi pioneer,
pelaksana dan pengawas dalam hal disiplin tenaga kependidikan ini.
c. Pengendalian dan Pengawasan Kinerja Guru
21
Menurut E. Mulyasa kepala sekolah harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.22 Dalam hal pengawasan dan pengendalian kinerja guru, kepala sekolah
dapat melakukan pengawasan dan pengendalian dengan cara diskusi
kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi
pembelajaran. Namun dalam melaksanakan kepengawasannya, kepala
sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis.
2) Dilaksanakan secara demokratis.
3) Berpusat pada tenaga kependidikan (guru).
4) Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru).
5) Merupakan bantuan profesional. 23
Prinsip-prinsip di atas harus diperhatikan dengan benar oleh kepala
sekolah agar proses pengendalian dan pengawasan terhadap kinerja guru
dapat terlaksana dengan baik dan guru tidak merasa terbebani dengan
pengawasan yang ada, namun sebaliknya guru merasa dibantu dan
diperhatikan serta dihargai atas apa yang dia kerjakan.
d. Pemberian motivasi
Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu
sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus
pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk
meningkatkan kinerjanya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam
bentuk fisiknya, tetapi juga psikisnya, misalnya motivasi. Oleh karena itu
untuk meningkatkan produktivitas kerja, perlu diperhatikan motivasi para
tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.24
22
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,… h. 111.
23
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,… h. 113.
24
Motivasi yang diberikan dapat melalui reward, apresiasi, beasiswa
pendidikan, penugasan, promosi terhadap kinerja para guru. Guru akan lebih
giat lagi dalam meningkatkan kinerjanya, apabila ada motivasi atau dorongan
dari kepala sekolah. Hal ini bisa berupa dengan pembinaan atau dengan
dorongan kata-kata.
e. Penghargaan
Penghargaan sangat penting utuk meningkatkan produktivitas kerja
dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan
ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif
dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan
prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga
kependidikan meniliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan
ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak menimbulkan
dampak negatif.25
Kepala sekolah yang mengerti kebutuahan seorang guru, maka dia
akan memberikan penyemangat agar guru dapat meningkatkan kinerjanya.
Hal ini bisa dengan, kenaikan pangkat, finansial, piagam. Dan harus
disesuaikan dengan tugas yang diberikan serta hasil kerja guru tersebut.
Sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang RI No.14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen bahwa guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa,
dan/atau bertugas khusus berhak memperoleh penghargaan.26
f. Persepsi
Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pancaindera (Badudu, 1990: 675). Sedangkan Sarlito (1982: 76) mengartikan
persepsi sebagai daya mengenal objek, mengelompokan, membedakan,
memusatkan perhatian, mengetahui dan mengartikan melalui pancaindera.
Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta
25
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,… h. 151
26