• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan, Stres Kerja, dan Konflik Kerja terhadap Kinerja Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan, Stres Kerja, dan Konflik Kerja terhadap Kinerja Karyawan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

The aim of this research is to see the influence of motivation, leadership style, stress, and conflict toward employees performance on CIPTALIFT SEJAHTERA. The respondent in this research is 30 employees in CIPTALIFT SEJAHTERA, taken by convenience sampling method.

This reseach used multiple linier regression analyze. The results of the research show that as partially, motivation and leadership style have significant influence on performance, while stress and conflict doesn’t have significant influence on performance.

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja karyawan CIPTALIFT SEJAHTERA. Metode penentuan sampel adalah convenience sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang karyawan CIPTALIFT SEJAHTERA.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian secara parsial motivasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja, sedangkan stres kerja dan konflik kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan

rahmat dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya, salawat dan

salam tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini memiliki judul: “PENGARUH MOTIVASI, GAYA KEPEMIMPINAN, STRES KERJA, DAN KONFLIK KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN”. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak dan memberikan wawasan bagi pembaca.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah dan Ibu penulis yang tercinta, Ayah Wariyono dan Ibu Susi Dariyanti,

motivator utama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pelajaran

kehidupan yang telah diberikan, yakni kasih sayang, kerja keras, dan

kejujuran, serta atas doa dan dukungannya selama ini. Semoga kelak aku

dapat membahagiakan kalian dan memberikan yang terbaik yang bisa

kulakukan. Amien.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM selaku Pudek I bidang akademik,

Bapak Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Pudek II bidang administrasi,

dan Bapak Herni Ali HT,SE, MM selaku Pudek III bidang kemahasiswaan

yang telah memberikan motivasi dan pendidikan yang baik untuk penulis.

4. Bapak Suhendra S.Ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen sekaligus

(4)

Manajemen yang telah banyak membantu penulis dalam berbagai acara dan

kegiatan

5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I

6. Seluruh dosen, asisten dosen, karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai serta

pelayanan akademik selama ini bagi penulis.

7. Teman-temanbasementyang sebagian besar telah lulus.

8. Teman-teman Bank Mini yang telah memberikan persahabatan yang baik.

9. Teman-teman Manajemen SDM 2007 yang telah bersahabat selama ini

dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan.

10. Teman-teman rokar yang selalu terikat

11. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2007, maaf tidak bisa

disebutkan satu persatu.

12. Seluruh teman-teman FEB UIN dari berbagai angkatan.

13. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis, namun tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Pamulang, 13 September

2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRACT i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

A. Landasan Teori 8

1. Motivasi 8

2. Gaya Kepemimpinan 14

3. Stres Kerja 22

4. Konflik Kerja 27

(6)

B. Penelitian Terdahulu 46

C. Kerangka Pemikiran Teoritis 47

E. Hipotesis 48

BAB III METODE PENELITIAN 51

A. Ruang Lingkup Penelitian 51

B. Metode Penentuan Sampel 51

C. Metode Pengumpulan Data 51

D. Metode Analisis 54

E. Operasional Variabel Penelitian 64

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 68

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 68

B. Gambaran Umum Responden 68

B. Analisis Data dan Pembahasan 70

Bab V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 87

A. Kesimpulan 87

B. Implikasi 88

C. Keterbatasan Penelitian 92

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 44

4.1 Responden Penelitian Berdasarkan Usia 67

4.2 Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat

Pendidikan 68

4.3 Hasil Uji Validitas 69

4.4 Hasil Uji Reliabilitas 72

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas 73

4.6 Hasil Uji Autokorelasi 76

4.7 Hasil Regresi Berganda 77

4.8 Hasil Koefisien Korelasi 78

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Berfikir 48

4.1 Uji Normalitas (P-PlotdanHistogram) 76

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner 88

2 Data Kuesioner 92

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penelitian

Pada saat sekarang ini, sumber daya manusia menjadi hal yang penting

untuk dipertimbangkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Sumber

daya manusia sudah tidak bisa disamakan dengan sumber daya yang lainnya

seperti mesin, kantor, dan sebagainya. Karena sumber daya manusia pada

dasarnya adalah suatu hal yang unik. Dalam masa sekarang ini, perusahaan

membutuhkan pasokan sumber daya yang terbilang banyak dan berkualitas

demi mengimbangi ketatnya persaingan era globalisasi seperti saat sekarang

ini. Perawatan sumber daya ini cukup menghabiskan waktu dan biaya yang

sangat banyak. Perhatian ekstra harus dicurahkan oleh perusahaan yang

menginginkan kemenangan dalam persaingan ketat tersebut.

Manusia bukan hanya konsumen produk yang menghasilkan

organisasi-organisasi tersebut tetapi manusia pula merupakan komponen utama

memproses input menjadi output

Proses input menjadi output tentu sangat dipengaruhi oleh kepribadian

manusia yang berbeda-beda misalnya sifat, nilai-nilai, keinginan dan minat.

Dengan adanya perbedaan kepribadian pada diri manusia tersebut

kemungkinannya akan terjadi konflik dalam suatu organisasi tidak dapat

(11)

Untuk mencapai kinerja yang baik tersebut terdapat banyak sekali cara.

Motivasi adalah salah satu cara agar kinerja karyawan baik, logikanya, tingkat

kinerja karyawan menjadi semakin meningkat karena karyawan dengan kinerja

baik akan tetap dipertahankan oleh perusahaan karena memberikan kontribusi

yang positif juga terhadap perusahaan. Sedangkan apabila karyawan memiliki

kinerja yang buruk, maka kinerja perusahaan dikhawatirkan akan menurun.

Cara yang paling efisien untuk melakukan pekerjaan berulang dan

memotivasi karyawan adalah dengan sistem intensifikasi upah semakin banyak

yang dihasilkan oleh karyawan semakin besar pula upahnya (Stonner et. al.,

1996). Dalam memotivasi karyawan harus menggunakan cara yang tepat agar

karyawan merasa dirinya termotivasi. Karena apabila tidak, mereka akan

merasa bahwa mereka tidak punya hasrat untuk bekerja dan akan

mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan.

Seseorang yang tidak memiliki hasrat dalam melakukan sesuatu akan

mengerjakan sesuatu dengan tidak sepenuh hati pula.

Gaya kepemimpinan merupakan sebuah proses dalam menginspirasi

orang lain untuk bekerja keras dengan tujuan menyelesaikan tugas-tugas

penting (Schemerhorn, 2002). Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh

perusahaan haruslah sesuai dengan kondisi karyawan yang bekerja pada sebuah

perusahaan. Kepemimpinan yang baik dapat menentukan kearah mana

perusahaan akan dibawa oleh sang pemimpin. Dalam suatu organisasi, gaya

(12)

yang dipimpin. Gaya kepemimpinan buruk, maka organisasi tersebut akan

buruk pula dalam banyak hal.

Stress ini terjadi pada diri karyawan sebetulnya bukan hanya karena

konflik yang dialami saja tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Sumber

stres yang penting dan telah diteliti adalah sebagai berikut : (1) kekaburan

peran dan konflik peran (2) kelebihan beban kerja (3) tanggung jawab atas

orang lain (4) perkembangan karier (5) Kurangnya kohesi Kelompok (6)

Dukungan kelompok yang tidak memadai (7) Struktur dan Iklim organisasi (8)

Wilayah dalam Organisasi (9) karakteristik tugas dan (10) Pengaruh

kepemimpinan (ilmiahmanajemen.blogspot.com).

Sebetulnya stres merupakan keadaan yang wajar karena terbentuk pada

diri manusia sebagai respon dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari

dari diri manusia terlebih menghadapi jaman kemajuan segala bidang yang

dihadapi dengan kegiatan dan kesibukan yang harus dilakukan, disalah satu

pihak beban kerja di satuan unit orgaisasi semakin bertambah. Keadaan ini

akan menuntut energi karyawan yang lebih besar dari keadaan yang

sebelumnya.

Stres mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif stress pada

tingkat rendah sampai pada tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti

berperan sebagai pendorong peningkatan kinerja pegawai. Sedangkan pada

dampak negatif stress pada tingkat yang tinggi adalah penurunan pada kinerja

(13)

MSDM mempunyai beberapa fungsi operasional, salah satu diantaranya

adalah pemeliharaan yang menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik

pegawai yaitu keselamatan dan kesehatan kerja serta pemeliharaan sikap

menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis

(ilmiahmanajemen.blogspot.com)

Dengan adanya perbedaan kepribadian pada diri manusia tersebut

kemungkinannya akan terjadi konflik dalam suatu organisasi tidak dapat

dihindari. Secara sederhana bahwa konflik menunjukan pada setiap ketegangan

yang dialami oleh seseorang bila ia berpandangan bahwa kebutuhan atau

keinginannya dihambat atau dikecewakan.

Misalnya pekerja pada perusahaan menginginkan kebutuhan hidup

mereka dapat dipenuhi oleh perusahaan sedang pemilik perusahaan mempunyai

kepentingan lain untuk mengembangkan perusahaan perlu memperkuat posisi

persaingan. Persaingan dapat diperkuat bila perusahaan mampu menguasai

pasar. Penguasaan pasar bisa ditempuh antara lain dengan menekan harga

dibawah harga perusahaan lain. Penekaanan harga hanya dimungkinkan bila

menekan biaya produksi, penekanan biaya produksi bisa ditempuh diantaranya

dengan menekan biaya tenaga kerja, sedangkan karyawan berkeinginan

memperoleh gaji yang mencukupi. Perbedaan semacam ini sering kali diantara

menjadi pemicu terjadinya konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan

perusahaan, bila tidak ditangani secara serius akan menimbulkan dampak yang

(14)

rendahnya kinerja karyawan secara keseluruhan akan mempengaruhi

produktifitas perusahaan (ilmiahmanajemen.blogspot.com).

Di dalam perusahaan CIPTALIFT SEJAHTERA terdapat beberapa

struktur operasional perusahaan yang melibatkan seluruh jajaran karyawan dari

mulai paling rendah hingga paling tinggi jabatannya. Didalam struktur

perusahaan tersebut ditempati oleh orang-orang dengan berbagai macam

karakter dan sifat. Dalam SDM hal tersebut dianggap sebagai sebuah keunikan

tersendiri. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh hal-hal tersebut

terhadap kinerja karyawan pada perusahaan servis alat berat tersebut.

Selanjutnya riset dan penelitian ini akan diberi judul:

“Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan, Stres Kerja, Dan Konflik Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. CIPTALIFT SEJAHTERA”

Alasan mengapa peneliti menggunakan karyawan PT. CIPTALIFT

SEJAHTERA untuk sampel penelitian adalah menurut sepengetahuan peneliti,

karayawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA berasal dari berbagai macam daerah

yang memungkinkan memiliki sifat dan karakter yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut:

(15)

2. Apakah motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan

3. Apakah gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan

4. Apakah stres kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan

5. Apakah konflik kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan

2. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

3. Untuk mengetahui pengaruh konflik dan stress kerja terhadap kinerja karyawan

(16)

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

langsung atau tidak langsung bagi :

1. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih

berfikir secara ilmiah dengan berdasar pada disiplin ilmu yang

diperoleh di bangku kuliah khusunya lingkup manajemen keuangan,

dan menerapkannya pada data yang diperoleh dari objek yang diteliti.

2. Akademis dan Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

perpustakaan dengan tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya

yang akan dilakukan di kemudian hari.

3. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dan informasi yang dapat membantu manajemen dalam

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Motivasi

Motivasi dalam bahasa latin adalahmovere yang berarti mendorong

atau menggerakan. Motivasi didefinisikan sebagai hasrat atau keinginan

sesorang meningkatkan upaya untuk mencapai target atau hasil (Irawan. et,

all. 2000).Motivation is the inner state that cause an individual to behave in

a way that ensures the accomplishment of some goals. Maksudnya motivasi

merupakan keadaan batin yang menyebabkan seorang individu untuk

berperilaku dalam cara yang menjamin tercapainya beberapa tujuan (Certo,

2003). Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan

tujuan individu (Rivai, 2004). Motivasi adalah kerelaan untuk melakukan

usaha-usaha tingkat tinggi guna mencapai tujuan organisasi, dipersyaratkan

oleh kemampuan usaha tadi untuk memuaskan kebutuhan individu tertentu

(Robbins dan Coulter, 2002).

Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja

pegawai/karyawan, maka akan digunakan pendapat para ahli. Menurut

Taylor menyatakan bahwa cara yang paling efisien untuk melakukan

pekerjaan berulang dan memotivasi karyawan adalah dengan sistem

(18)

besar pula upahnya (Stonner et.al., 1996). Model ini terlalu

menyederhanakan karena menganggap bahwa motivasi karyawan

terfokuskan pada satu faktor yaitu uang.

Kemudian Mayo menyatakan bahwa “manajer dapat memotivasi

karyawan dengan memberikan kebutuhan sosial serta dengan membuat

mereka merasa bermanfaat dan penting”. Model ini juga terlalu

menyederhanakan bahwa motivasi karyawan hanya terkait pada satu faktor,

yaitu kebutuhan sosial. Selain itu model ini hanyalah merupakan pendekatan

yang lebih canggih untuk memanipulasi karyawan (Stonner et.al., 1996).

Gregor mengidentifikasikan dua set asumsi yang berbeda mengenai

karyawan. Yaitu teori X dan Y. Teori X berpendapat bahwa dalam diri

seseorang terdapat sikap tidak suka terhadap pekerjaan. Sedangkan, dalam

teori Y menyatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat sikap menyukai

terhadap pekerjaan (Robbins dan coulter, 2002).

Menurut Frederick Herzberg mengemukakan teori motivasi higienis

bahwa faktor intrisik terkait dengan kepuasan dan motivasi kerja, sedangkan

faktor ekstrinsik terkait dengan ketidakpuasan kerja. Dia meyakini bahwa

hubungan individu dengan pekerjaannya itu merupakan hubungan yang

mendasar dan bahwa sikap individu tersebut terhadap pekerjaannya

menentukan kesuksesan atau kegagalan (Robbins dan coulter, 2002).

Kemudian dengan adanya keterbatasan, muncul teori selanjutnya.

Menurut Landy dan Backer, pandangan mengenai motivasi dikelompokkan

(19)

kategori, yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori

harapan, teori penetapan sasaran (Stonner et.al., 1996).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori motivasi dengan

pendekatan kebutuhan dengan alasan bahwa pemenuhan kebutuhan

merupakan faktor yang masih dominan dalam memotivasi pegawai dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Menurut Maslow, bahwa di dalam diri manusia ada suatu jenjang

hierarki kelima kebutuhan sebagai berikut (Robbins dan Coulter, 2002):

a. Fisik (fisiologis), rasa lapar, haus, pakaian, rumah, seks dan

kebutuhan ragawi.

b. Keamanan, keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik

dan emosional.

c. Sosial, kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan persahabatan.

d. Harga diri, mencakup rasa hormat internal, harga diri, otonomi,

prestasi dan faktor hormat external misalnya status pengakuan dan

perhatian.

e. Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu,

mencakup pertumbuhan, mencapai potensial dan pemenuhan diri.

Menurut teori ini, dikatakan meskipun tidak ada kebutuhan yang

pernah dipenuhi secara lengkap, suatu kebutuhan yang dipuaskan secara

cukup banyak (substansialnya) tidak lagi memotivasi.

Jadi bila akan memotivasi seseorang, menurut maslow perlu

(20)

memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan di atas tingkat itu.

Maslow memisahkan kelima kebutuhan itu sebagai order tinggi dan order

rendah yaitu kebutuhan fisik dan keamanan sebagai order rendah sedangkan

kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri

merupakan kebutuhan order tinggi.

Kelima kebutuhan tersebut sangat penting dan terkait dalam bentuk

tingkatan yang teratur. Satu tingkat kebutuhan menjadi kuat setelah tingkat

kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi kepuasannya.

Teori kebutuhan menurut Alderfer menyatakan bahwa motivasi

karyawan dapat diukur menurut hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan

existensim yang merupakan kebutuhan mendasar, kemudian kebutuhan

keterkaitan (relatedness) yang merupakan kebutuhan hubungan antar

pribadi dan kebutuhan pertumbuhan (growth) yang merupakan kebutuhan

akan kretivitas pribadi atau pengaruh produktif (Stonner st. Al, 1996).

Teori kebutuhan Mc. Clelland mengemukakan bahwa dalam hidup

manusia ada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins dan coulter, 1999):

a. Kebutuhan Berprestasi (n Ach)

Kebutuhan pegawai akan prestasi yaitu dorongan untuk

memperoleh dan mengungguli prestasi dari rekan kerja

sehubungan dengan seperangkat standar pekerjaan yang telah

(21)

b. Kebutuhan Berafiliasi (n Aff)

Kebutuhan akan afiliasi yaitu hasrat untuk hubungan antar

pribadi yang ramah dan karib. Kebutuhan yang bersifat human

relation yaitu kebutuhan sosial yang menekankan pada

persahabatan, termasuk penghargaan, penghormatan cinta kasih.

Pegawai yang mempunyai afiliasi tinggi mempunyai keinginan

yang kuat dalam membina persahabatan secara erat saling

menerima kasih sayang dari rekan lain terus menerus.

c. Kebutuhan Terhadap Kekuasaan (n Pow)

Kebutuhan ini sangat logis dimana organisasi akan terdapat

hierarki, saling pengaruh mempengaruhi dalam kehidupan kerja

yang melahirkan sekelompok penguasa maupun kelompok yang

dikuasasi.

Pada kelompok masing-masing seorang pegawai akan mempunyai

tingkat kebutuhan kekuasaan. Pegawai yang mempunyai tingkat kebutuhan

kekuasaan tertinggi akan cenderung memilih situasi dimana mereka akan

dapat memperoleh dan mempertahankan kekuasaan untuk mempengaruhi

orang lain.

Teori motivasi dengan pendekatan kebutuhan yang lain adalah

teori dua faktor Herzberg. Herzberg menyatakan teori dua faktor yang

menyebutkan bahwa “ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja muncul dari

(22)

membuat orang tidak puas (dissatisfiers) dan faktor yang membuat orang

menjadi puas (satisfiers)”. (Stonner. Et. al, 1996).

Faktor-faktor adanya ketidakpuasan (dissatisfiers) antara lain

penggajian/upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status pekerjaan,

kebijaksanaan dan administratif, kualitas pengendalian, serta kualitas dari

hubungan interpersonal di antara teman sejawat, atasan dan bawahan.

Sedangkan faktor penyebab kepuasan kerja (satisfiers) antara lain

keberhasilan, pengakuan, tanggung jawab, pengembangan dan

pertumbuhan.Satisfiersdisebut jugaintrinsic factors, job content, motivator

sedangkan dissatisfiers disebut juga sebagai extrinsic factors, atau higyene

factors(Stonner. Et. al, 1996).

Dalam perkembangan selanjutnya apabila dibandingkan dengan

teori Maslow, satisfiers berhubungan dengan higher order needs (social

needs and self actualisation needs) sedangkan dissatisfiers disebutkan

sebagai tempat pemenuhan lower order needs yaitu safety dan security

needs.

dikemukakan Maslow, Alderfer, Mc. Cleland dan Herzberg, yaitu

mereka sama-sama mengemukakan bahwa seseorang termotivasi atas dasar

kebutuhan, bukan atas dasar keadilan ataupun harapan.

Sedangkan perbedaan terlihat dari pendapatnya Maslow yang

menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu berjenjang dan setelah berada

pada anak tangga tertentu, maka akan mencapai anak tangga yang berada

(23)

bahwa kebutuhan manusia itu juga berjenjang tetapi karena kondisi tertentu

kebutuhan seseorang tersebut dapat naik ataupun turun dari anak tangga

yang satu menuju anak tangga yang lain.

Berdasarkan berbagai teori tentang motivasi diatas, maka penulis

mencoba untuk mengkaji dan menganalisis motivasi kerja yang ada di

lingkungan karyawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA dengan menggunakan

teori Herzberg, yaitu bahwa intrinsic factors merupakan faktor yang

mempengaruhi motivasi, yaitu antara lain keberhasilan dalam melakukan

pekerjaan, pengakuan, tanggung jawab, wewenang, dan perkembangan.

2. Gaya Kepemimpinan

Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan dalam mengerjakan

sebagian pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimipin adalah

seorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa

mengindahkan bentuk alasannya (Hasibuan dalam Irawan. et, al. 2000).

Pemimipin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan

memiliki wewenang manajerial (Martoyo dalam Irawan. et, al. 2000).

Kepimpinan adalah cara pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar

mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan

organisasi (Robbins dan Coulter, 2002). Kepemimpinan adalah keseluruhan

aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama

(24)

2000). Leadership is the process of directing the behavior of others toward

the accomplishment of some objective yang berarti sebuah proses

mengarahkan perilaku orang lain dalam menyelesaikan beberapa tugas

(Certo, 2003).Leadership is the process of inspiring others to work hard to

accomplish important tasks yang berarti kepemimpinan adalah sebuah

proses dalam menginspirasi orang lain untuk bekerja keras dengan tujuan

menyelesaikan tugas-tugas penting (Schemerhorn, 2002). Leadership is

generally defined as influencing others to work willingly toward achieving

objectives, yang berarti kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai

mempengaruhi orang lain untuk bekerja sukarela untuk mencapai tujuan

(Dessler, 2002). Leadership is the process of influencing others to achieve

group or organizational goals, yang berarti kepemimpinan merupakan

sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan

kelompok atau organisasi (Williams, 2009).

Hasil studi Tannenbaum dan Schmid menunjukkan bahwa gaya dan

efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh (Kadarman, et.al. 1996):

a. Diri Pemimpin.

Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang dan

harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas

kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya kepemimpinan

(25)

b. Ciri Atasan.

Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi

orientasi kepemimpinan manajer.

c. Ciri Bawahan.

Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan

efektivitas kepemimpinan manajer. Latar belakang pendidikan

bawahan sangat menentukan pula cara manajer menentukan gaya

kepemimpinannya.

d. Persyaratan Tugas.

Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi

gaya kepemimpinan manajer.

e. Iklim Organisasi dan Kebijakan.

Ini akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok

serta gaya kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.

f. Perilaku dan Harapan Rekan.

Rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting.

Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat

mempengaruhi efektivitas hasil kerja manajer.

Pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional

(Handoko, 2003). Pendekatan kesifatan menemukan bahwa pemimpin

cenderung lebih tinggi, mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi, lebih

(26)

akan kekuasaan yang lebih besar. Pendekatan perilaku menunjukkan bahwa

perilaku-perilaku kepemimpinan yang sesuai dalam suatu situasi tidak perlu

harus cocok dalam situasi lain. Pendekatan perilaku lebih memusatkan

perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi

(yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pemeliharaan kelompok) dan

gaya kepemimpinan (gaya dengan orientasi tugas dan gaya dengan orientasi

karyawan). Pendekatan situasional menggambarkan bahwa gaya yang

digunakan bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas,

organisasi dan variabel-variabel lingkungan lainnya.

Pendekatan tersebut menempuh cara-cara, yaitu membangun

komunikasi dua arah dan menciptakan suasana yang menyenangkan, serta

suasana yang dapat menyebabkan pemimpin dapat menyesuaikan diri

dengan yang dipimpinnya, disamping itu pemimpin dapat memanfaatkan

hubungan yang harmonis tersebut sebagai media menyampaikan

gagasannya atau ide yang perlu mendapat dukungan dari yang dipimpinnya.

Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah berbagai ragam gaya

kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi

bawahannya atau orang yang dipimpinnya, antara lain: gaya kepemimpinan

otokratis, gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan laissez

faire, hal ini sesuai dengan pendapat Sugandha, yang membagi tiga gaya

(27)

a. Gaya Otokratik

Dikatakan bahwa pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian

karakteristik yang negatif, dimana ditandai dengan ciri perilaku

pemimpin yang keras terhadap bawahannya, berorientasi pada

pelaksanaan tugas ke arah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

pemimpin tersebut, dan menentukan standar bagaimana bawahan

melakukan tugas, penyelesaian tugas tanpa mengaitkan tugas itu dengan

kepentingan dan kebutuhan bawahan, mengabaikan peranan bawahan

dalam mengambil keputusan, bawahan dituntut hanya melaksanakan saja,

selalu menuntut ketaatan bawahannya, bernada keras dalam pemberian

perintah atau instruksi.

b. Gaya Kepemimpinan demokratis

Ditandai dengan ciri keikut sertaan bawahan dalam proses

pengambilan keputusan, adanya aktivitas diskusi antar pemimpin dan

bawahan, pimpinan memberi berbagai alternatif yang dapat dipilih, para

anggota kelompok bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka

kehendaki dan pembagian tugas ada ditangan kelompok tidak mutlak ada

pada pimpinan, pimpinan bersifat objektif dalam pujian dan keritik dan

memberi kesempatan pada bawahan untuk berinisiatif dan

mengemukakan ide-idenya.

c. Gaya Laissez Faire

Ditandai dengan adanya pandangan bahwa pada umumnya

(28)

mengetahui tugasnya, pimpinan ini cenderung pasif dan membiarkan

organisasi berjalan menurut jalannya sendiri tanpa banyak mencampuri

bagaimana organisasi harus berjalan, prakarsa dalam menyusun struktur

tugas bawahannya sangat minim, meletakkan tanggung jawab

pengambilan keputusan sepenuhnya kepada bawahan, kepemimpinan

ditandai adanya kebebasan. Dari konsep-konsep yang dikemukakan di

atas, tampak adanya posisi peran serta tanggung jawab pemimpin.

Pemimpin memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dalam aspek untuk

mendinamisir organisasi, kemampuan kerja sama ataupun menciptakan

kerjasama, memotivasi, mengadakan interaksi dan memberikan peran

dan tugas kepada anggotanya.

Ciri-ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah

(Davis dalam Reksohadiprojo dan Handoko, 1992):

1. Kecerdasan (intelligence), penelitian-penelitian pada umumnya

menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai tingkat

kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat

berbeda.

b. Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas, pemimpin

cenderung mempunyai emosi yang dan dewasa atau matang, serta

mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.

c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi pemimpin secara relatif

mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi, mereka

(29)

d. Sikap-sikap hubungan manusiawi, seorang pemimpin yang sukses

akan mengakui harga diri dan martabat pengikutnya mempunyai

perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahan.

beberapa peranan yang dilakukan oleh seorang pemimpin, yaitu

(Stadgill dalam Suganda, 1991):

a. Integration, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah kepada

peningkatan koordinasi.

b. Communication, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada

meningkatnya saling pengertian, penyebaran informasi (transmission

of information)

c. Product emphasis, yaitu tindakan-tindakan yang berorientasi pada

volume pekerjaan yang dilakukan.

d. Fraternization, yaitu tindakan-tindakan yang menjadikan pemimpin

dan bagian dari kelompok.

e. Organization, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada perbedaan

dan penyesuaian daripada tugas.

f. Evaluation, yaitu tindakan-tindakan yang berkenaan dengan

pendistribusian ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman.

g. Innitation, yaitu tindakan-tindakan yang menghasilkan

perubahan-perubahan pada organisasi.

h. Domination, yaitu tindakan-tindakan yang menolak

(30)

Pengukuran gaya kepemimpinan pada seseorang pada skala yang

menunjukkan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau

merugikan rekan sekerjanya merupakan hal yang paling tidak disukai

(LPC,Least Preferred Co-worker) (Fiedler dalam Sunarcaya, 2008).

Tiga macam situasi kepemimpinan atau variabel yang membantu

menentukan gaya kepemimpinan yang akan efektif, yaitu (Fiedler dalam

Sunarcaya, 2008):

a. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member

relations) maksudnya bagaimana tingkat kualitas hubungan yang

terjadi antara atasan dengan bawahan. Sikap bawahan terhadap

kepribadian, watak, dan kecakapan atasan.

b. Struktur tugas (task structure) maksudnya di dalam situasi kerja

apakah tugas-tugas telah disusun kedalam suatu pola yang jelas atau

sebaliknya.

c. Kewibawaan kedudukan kepemimpinan (leader’s position power)

maksudnya adalah kewibawaan formal pemimpin di mata bawahan.

Dari teori Fiedler diatas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator

gaya kepemimpinan ada tiga, yaitu hubungan antara pemimpin dengan

bawahan, struktur tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut dan

kewibawaan pimpinan.

Berdasarkan teori-teori tentang gaya kepemimpinan, maka penulis

menentukan teori yang paling sesuai dengan kondisi di PT. CIPTALIFT

(31)

3. Stres Kerja

Stress is a state of tension experienced by individuals facing

extraordinary demands, constraints, or opportunities. Maksudnya, stres

adalah keadaan ketegangan yang dialami oleh individu yang menghadapi

tuntutan luar biasa, kendala, atau peluang (Schemerhorn, 2002).

Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses

berpikir, dan kondisi seorang karyawan (Rivai, 2004).

Stres disebabkan oleh dua faktor, yaitu on the job dan off the job.

Penyebabon the jobadalah (Handoko, 2003):

a. Beban kerja yang berlebihan

b. Tekanan atau desakan waktu

c. Kualitas supervisi yang jelek

d. Iklim politis yang tidak aman

e. Wewenang yang tidak mencukup untuk melaksanakan tanggung

jawab

f. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan pegawai

g. Konflik antara pribadi dan antar kelompok

h. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

i. Kemenduaan peran (role ambiguity)

j. Berbagai bentuk perubahan

k. Frustasi

(32)

a. Kekuatiran Finansial

b. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak

c. Masalah-masalah fisik

d. Masalah-masalah perkawinan (misal, perceraian)

e. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

f. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara

Terdapat dua perndekatan stres kerja, yaitu pendekatan individu dan

perusahaan (Rivai, 2004). Pendekatan-pendekatan ini dapat mengurangi

atau bahkan menghilangkan stres.

a. Pendekatan individu meliputi:

1. Meningkatkan keimanan

2. Melakukan meditasi dan pernafasan

3. Melakukan relaksasi

4. Dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga

5. Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan

b. Pendekatan perusahaan meliputi:

1. Melakukan perbaikan iklim organisasi

2. Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik

3. Menyediakan sarana olahraga

4. Melakukan analisis dan kejelasan tugas

5. Meningkatkan partisiasi dalam proses pengambilan keputusan

(33)

7. Menerapkan konsep manajemen berdasarkan sasaran

Cara mengelola stres kerja (Rivai, 2004)

a. Program klinis

Program ini penanggulangannya didasarkan atas

pendekatan medis tradisional. Beberapa unsur dari program

tersebut mencakup:

1. Diagnosis. Orang yang mempunyai masalah meminta

pertolongan. Orang atau petugas pada unit kesehatan

karyawan mencoba mendiagnosis masalah.

2. Pengobatan (Treatment). Disediakan penyuluhan atau

terapi dorongan. Jika staf dalam perusahaan tidak dapat

menolong, karyawan tersebut dianjurkan berkonsultasi

kepada ahli di lingkungan tersebut.

3. Penyaringan (Screening). Pemeriksaan individu secara

berkala dalam pekerjaan yang penuh dengan

ketegangan diadakan untuk mendeteksi indikasi

masalahsecara dini.

4. Pencegahan (Prevention). Pendidikan dan bujukan

dilakukan untuk meyakinkan karyawan yang

mempunyai pekerjaan dengan resiko besar bahwa

sesuatu harus dilakukan untuk menolong mereka

(34)

b. Program keorganisasian.

Program ini ditujukan untuk seluruh karyawan. Kadang

program ini merupakan perluasan program klinis. Program

tersebut sering didorong oleh masalah-masalah yang ditemukan

dalam kelompok atau suatu unit, atau oleh perubahan

penangguhan seperti relokasi pabrik, penutupan pabrik, atau

pemasangan peralatan baru. Yang termasuk ke dalam program

yang dapat menangani stres adalah manajemen berdasarkan

sasaran (management by objectives), program pengembangan

organisasi, pengayaan pekerjaan, perancangan kembali struktur

organisasi, pembentukan kelompok kerja otonom, pembentukan

jadwal kerja variabel, penyediaan fasilitas kesehatan karyawan.

c. Penanggulangan secara mandiri

1. Tenang, ambil nafas panjang dan cobalah untuk santai dan

tenangkan diri.

2. Kenali permasalahan, coba kenali akar permasalahannya, apa

yang membuat diri resah.

3. Terapi, ikutilah kegiatan sosial sehingga dapat menghindari

permasalahan sejenak.

4. Hadapilah, sebaiknya hadapi dan selesaikan agar tidak

mengganggu lagi.

5. Atur jadwal, buat jadwal yang harus diprioritaskan lebih

(35)

peluang untuk timbulnya stres dengan mempersibuk diri

sendiri.

6. Diskusi, diskusikan masalah yang menyebabkan timbulnya

stres dengan atasan atau psikolog.

7. Sharing, ceritakan masalah yang dihadapi pada keluarga atau

pasangan.

8. Buat keseimbangan, stres muncul karena terlalu fokus pada

pekerjaan, bagilah waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Melakukan hal-hal bersama keluarga akan membuat kembali

segar.

9. Pahami tugas dan kewajiban sebagai karyawan, mungkin

inilah yang jelas-jelas akan mengurangi stres yang dialami di

tempat kerja. Dengan mengetahui kewajiban akan mampu

mengatur waktu dan rutinitas sehingga peluang stress akan

makin kecil.

10. Selain itu dapat pula diatasi dengan kekuatan yang bersumber

dari dalam diri sendiri/kekuatan yang datang dari dalam diri,

berupa: keberanian menerima cobaan dengan berdoa, ikhlas

menerima akan membantu menyelesaikan masalah, mampu

mengendalikan perasaan, lebih mementingkan kesehatan

badan, mampu sebagai pendengar yang baik, mendengar

keluhan orang, mampu menempatkan diri sebagai sahabat

(36)

mendapatkan dukungan dari keluarga dalam menghadapi

berbagai masalah sulit, mampu bereaksi cepat dalam

menghadapi masalah, mampu menyelesaikan setiap masalah

selangkah demi selangkah, bilamana perlu mengubah filosofi

kehidupan, selalu positif thinking, selalu bersyukur bilamana

menghadapi masalah, selalu senyum dalam menghadapi

berbagai masalah.

Dari teori stres kerja diatas, penulis menggunakan teori menurut Rivai

yang menyatakan bahwa stres kerja disebabkan oleh faktor on the job dan

off the job.

4. Konflik kerja

Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik

antara dua atau lebih pihak (Handoko, 2003). Konflik kerja adalah

ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok

(dalam suatu organisasi/perusahaan) yang harus membagi sumber daya yang

terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa

mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi (Rivai,

(37)

Penyebab-penyebab konflik adalah (Handoko, 2003):

a. Komunikasi

Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat bahasa yang

sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap,

serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.

b. Struktur

Pertarungan kekuasaan antar departemen dengan

kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan,

persaingan untuk memperebutkan sumber daya-sumber daya yang

terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih

kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.

c. Pribadi

Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi

karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka,

dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.

Penyebab konflik (Rivai, 2004):

a. Saling ketergantungan tugas

Ketergantungan tugas terjadi jika dua atau lebih kelompok

tergantung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugasnya.

Potensi meningkatnya konflik tergantung pada sejauhmana kadar

dari saling ketergantungan tersebut. Semakin tinggi saling

(38)

semakin tinggi kemungkinan timbulnya konflik. Ada tiga jenis

ketergantungan yang diidentifikasi:

b. Ketergantungan yang dikelompokkan

Ketergantungan yang dikelompokkan terjadi jika

masing-masing kelompok dalam melakukan aktivitasnya tidak tergantung

antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi

prestasi yang dikelompokkan akan menentukan prestasi organisasi

secara keseluruhan. Potensi timbulnya konflik dengan adanya

ketergantungan yang dikelompokkan relatif rendah.

c. Ketergantungan berurutan

Ketergantungan berurutan terjadi jika suatu kelompok baru

dapat memulai tugasnya jika kelompok yang lainnya telah

menyelesaikan tugasnya. Ketergantungan seperti ini sangat

potensial menimbulkan adanya konflik. Dalam perusahaan karoseri

misalnya, bagian pengecatan baru dapat dilakukan jika bagian

pengelasan telah selesai melakukan tugasnya.

d. Ketergantungan timbal balik

Ketergantungan timbal balik terjadi jika prestasi kelompok

saling tergantung antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

Saling ketergantungan timbal balik terjadi pada berbagai

organisasi, seperti berbagai unit dalam lembaga rumah sakit:

(39)

anastesia semuanya tergantung pada keahlian satu sama lain dalam

menyembuhkan pasien.

e. Perbedaan tujuan dan prioritas

Perbedaan orientasi dari masing-masing subunit atau

kelompok mempengaruhi cara dari masing-masing subunit atau

kelompok tersebut dalam mengejar tujuannya. Dan seringkali

tujuan dari masing-masing subunit atau kelompok saling

bertentangan.

f. Faktor birokratik (Lini-staff)

Jenis konflik birokratik yang bersifat klasik adalah konflik

antara fungsi atau wewenang garis dan staf. Fungsi atau wewenang

garis adalah terlibat secara langsung dalam menghasilkan keluaran

perusahaan. Manajer lini atau garis mempunyai wewenang dalam

proses pengambilan keputusan dalam lingkup bidang

fungsionalnya. Sedangkan staf adalah memberikan rekomendasi

atau saran dan tidak berhak mengambil suatu keputusan.

g. Kriteria penilaian prestasi yang saling bertentangan

Kadang kala konflik antar-subunit atau kelompok dalam

perusahaan tidak disebabkan oleh karena tujuan yang saling

bertentangan, tetapi karena cara organisasi dalam menilai prestasi

yang dikaitkan dengan perolehan imbalan membawanya ke dalam

(40)

h. Persaingan terhadap sumber daya yang langka

Persaingan dalam memperebutkan sumber daya tidak akan

menimbulkan konflik manakala sumber daya yang tersedia secara

berlimpah sehingga masing-masing subunit dapat

memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi ketika

sumber daya yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan diri

masing-masing subunit atau kelompok, maka masing-masing

subunit atau kelompok berupaya mendapatkan porsi sumber daya

yang langka tersebut lebih besar dari yang lain, maka di sini konflik

mulai muncul.

i. Sikap mengalah

Jika dua kelompok berinteraksi dalam persaingan kalah

menang, maka dengan mudah bisa dipahami mengapa konflik itu

terjadi. Dalam kondisi seperti itu maka ada kelompok yang menang

dan ada kelompok yang kalah. Ada sejumlah kondisi yang

memungkinkan terjadinya sikap mengalah:

1. Jika satu kelompok mengejar kepentingannya saja.

2. Jika kelompok tertentu mencoba untuk meningkatkan

kekuasaan posisinya.

3. Jika kelompok tertentu menggunakan ancaman untuk

mencapai tujuannya.

4. Jika kelompok tertentu selalu berusaha untuk

(41)

5. Jika kelompok tertentu berusaha mengisolasi kelompok

yang lainnya.

Konflik dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok (Rivai, 2004),

yaitu:

a. Berdasarkan pelakunya

Konflik dapat bersifat internal atau eksternal bagi individu yang

mengalaminya.

b. Berdasarkan penyebabnya

Konflik disebabkan karena mereka yang bertikai ingin memperoleh

keuntungan sendiri atau karena timbulnya perbedaan pendapat,

penilaian dan norma.

c. Berdasarkan akibatnya

Konflik dapat bersifat baik atau buruk.

Bentuk konflik dalam batasan pengaruhnya terhadap perusahaan

(Rivai, 2004):

a. Konflik fungsional

Konfrontasi di antara kelompok yang menambah keuntungan

kinerja perusahaan.

b. Konflik disfungsional

Setiap atau interaksi diantara kelompok yang tidak menambah

(42)

c. Konflik dan kinerja perusahaan

Konflik dapat mempunyai dampak positif atau negatif

terhadap kinerja perusahaan, tergantung pada sifat konflik dan

bagaimana konflik itu dikelola.

Jenis-jenis konflik (Rivai, 2004):

a. Konflik dalam diri seseorang

Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya

karena ia harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa

bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam

diri seseorang juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang

melebihi kemampuannya.

b. Konflik antar individu

Konflik antar individu seringkali disebabkan oleh adanya

perbedaan tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan dimana hasil

bersama sangat menentukan

c. Konflik antar-anggota kelompok

Suatu kelompok dapat mengalami konflik substantif atau

konflik afektif. Konflik substantif ialah konflik yang terjadi karena

latar belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu

komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang

sama, dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik substantif.

Sedangkan konflik afektif adalah konflik yang terjadi didasarkan

(43)

d. Konflik antarkelompok

Konflik antarkelompok terjadi karena masing-masing

kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya

masing-masing. Misalnya konflik yang mungkin terjadi antara

bagian produksi dengan bagian pemasaran. Bagian produksi,

misalanya menginginkan adanya jadwal produksi yang tetap dan

standar sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Sedangkan bagian pemasaran menginginkan adanya jadwal

produksi yang fleksibel, sehingga mampu mengikuti fluktuasi

permintaan pasar.

e. Konflik intraperusahaan

Konflik intraperusahaan meliputi empat subjenis, yaitu

konflik vertikal, horizontal, lini-staff, dan konflik peran. Konflik

vertikal terejadi antara manajer dengan bawahan yang tidak

sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas.

Konflik horizontal terjadi antara karyawan atau departemen yang

memiliki hierarki yang sama dalam organisasi. Konflik lini-staff

yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang

keterlibatan staff (staf ahli) dalam proses pengambilan keputusan

oleh manajer lini. Akhirnya konflik peran dapat terjadi karena

sesorang memiliki lebih dari satu peran yang saling bertentangan.

(44)

subbagian proses produksi dan di pihaklain ia menjabat sebagai

kepala serikat pekerja. Suatu saat karyawan menuntut adanya

kenaikan upah yang disebabkan kenaikan biaya hidup yang

semakin meningkat, sementara itu di lain pihak kondisi perusahaan

tidak memungkinkan untuk memenuhi tuntutan tersebut karena

perusahaan sedang dilanda kesulitan finansial. Kondisi seperti itu

dapat menyebabkan konflik yang dialami oleh kepala subbagian

produksi, karena sebagai kepala serikat pekerja merasa mempunyai

kewajiban moral untuk memperjuangkan kesejahteraan karyawan,

tetapi sebagai unsur pimpinan dalam perusahaan ia memiliki

kewajiban menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan

perusahaan.

f. Konflik antarperusahaan

Konflik juga bisa terjadi antarorganisasi karena mereka

memiliki saling ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok,

pelanggan, maupun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi

tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi

menyebabkan adanya dampak negatif terhadap perusahaan yang

lainnya, atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital

(45)

Metode pengelolaan konflik (Handoko, 2003)

a. Stimulasi konflik

Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian

cara-cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu

kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan

menyebabkan para karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif.

Kejadian-kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan

orang-orang bekerja lebih baik diabaikan, para anggota kelompok

saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelakasanaan

kerja. Manajer dari kelompok seperti ini perlu merangsang

timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mempunyai efek

penggemblengan.

Metode stimulasi konflik meliputi (Handoko, 2003):

1. Pemasukan atau penempatan orang luar ke dalam kelompok

2. Penyusunan kembali organisasi

3. Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk

mendorong persaingan.

4. Pemilihan manajer-manajer yang tepat

5. Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan

b. Pengurangan konflik

Manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik

daripada stimulasi konflik. Metoda pengurangan konflik menekan

(46)

metoda ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan

suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula

menimbulkan konflik.

Dua metoda dapat digunakan untuk mengurangi konflik,

pendekatan efektif pertama adalah mengganti tujuan yang

menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bisa diterima

kedua kelompok. Metoda efektif kedua adalah mempersatukan

kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi “ancaman”

atau “musuh” yang sama.

c. Penyelesaian konflik

Ada tiga metoda penyelesaian konflik yang sering digunakan

(Handoko, 2003):

1. Dominasi dan Penekanan

Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengen

beberapa cara, yaitu:

a. Kekerasan (forcing), yang bersifat penekanan

otokratik

b. Penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih

diplomatis

c. Penghindaran (avoidance), di mana manajer

(47)

d. Aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk

menyelesaikan konflik antarkelompok dengan

melakukan pemungutan suara (voting) melalui

prosedur yang adil

2. Kompromi

Melalui kompromi, manajer mencoba menyelesaikan

konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh

pihak-pihak yang bersangkutan. Bentuk-bentuk kompromi

berupa:

a. Pemisahan (separation), dimana pihak-pihak yang

sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka

mencapai persetujuan

b. Arbitrasi, di mana pihak ketiga (biasanya manajer)

diminta memberi pendapat, kembali ke

peraturan-peraturan yang berlaku, dimana kemacetan

dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang

berlaku dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan

yang memutuskan penyelesaian konflik

c. Penyuapan (bribing), di mana salah satu pihak

menerima kompensasi dalam pertukaran untuk

(48)

3. Pemecahan masalah integratif

Dengan metoda ini, konflik antar kelompok diubah

menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat

diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah. Dalam

hal ini, manajer perlu mendorong bawahannya bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan

secara bebas, dan menekankan usaha-usaha pencarian

penyelesaian yang optimum, agar tercapai penyelesaian

integratif. Ada tiga jenis metode penyelesaian konflik integratif

(Handoko, 2003):

a. Konsensus, dimana pihak-pihak yang sedang

bertentangan bertemu bersama untuk

mencaripenyelesaian terbaik masalah mereka, dan

bukan mencari kemenangan suatu pihak.

b. Konfrontasi, dimana pihka-pihak yang saling

berhadapan menyatakan pendapatnya secara

langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan

yang terampil dan kesediaan untuk menerima

penyelesaian, suatu penyelesaian konflik yang

rasional sering dapat diketemukan.

c. Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi

(49)

penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui

bersama.

Dari teori konflik diatas, maka penulis menggunakan teori penyebab

konflik menurut Handoko karena dianggap mewakili keadaan PT.

CIPTALIFT SEJAHTERA.

5. Kinerja

Istilah kinerja mengandung berbagai macam pengertian. Kinerja dapat

ditafsirkan sebagai “hasil akhir kegiatan” (Robbins dan Coulter, 2002).

Kinerja adalah gabungan perilaku dengan prestasi dari apa yang diharapkan

dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada

masing-masing individu dalam organisasi (Waldman dalam Koesmono, 2005).

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai

oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara dalam Koesmono, 2005).

Terdapat enam kriteria yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

kinerja karyawan secara individu, yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan waktu,

efektifitas, kemandirian dan komitmen kerja (Bernardin dan Russel dalam

Husnawati, 2006).

Banyak fakor yang dapat mempengaruhi kinerja, tetapi terdapat tiga

faktor utama yang mempengaruhi kinerja individual yaitu, kemampuan

individual untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang

dicurahkan, dan dukungan organisasi (Mathis dan Jackson, 2006). Kinerja

(50)

kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai

harapan masa depan (Prawirosentono dalam Cokroaminoto.wordpress.com).

Kinerja individu ditingkatkan sampai tingkat di mana ketiga komponen

tersebut ada dalam diri karyawan.

Akan tetapi, kinerja berkurang apabila salah satu faktor ini dikurangi

atau tidak ada. Sebagai contoh, anggap saja beberapa pekerja memiliki

kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan bekerja keras, tetapi

organisasi memberikan peralatan yang kuno atau gaya manajemen

supervisor menimbulkan reaksi negatif dari pekerja. Sebagian unit SDM

dalam organisasi ada untuk menganalisis dan menyampaikan bidang ini.

Peran yang sebenarnya dari unit SDM dalam organisasi “seharusnya”

tergantung pada apa yang diharapkan oleh manajemen atas. Sehubungan

dengan fungsi manajemen mana pun, aktivitas manajemen SDM harus

dikembangkan, dievaluasi, dan diubah bila perlu sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu di

tempat kerja. Kinerja cenderung tinggi ketika tujuan yang menantang hadir,

moderator (kemampuan, komitmen tujuan, umpan balik, dan kompleksitas

tugas) yang hadir, dan mediator (arah, usaha, ketekunan, dan strategi tugas)

beroperasi.

a. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan

(51)

diketahui bagaimana kondisi riil pegawai dilihat dari kinerja dan dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Adapun tujuan penilaian adalah (Werther dan Davis dalam

ekonomimanajemen.blogspot.com):

1)Performance Improvement.

Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil

tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja

2)Compensation Adjusment.

Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja

yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.

3)Plecement Decicions.

Menentukan posisi, transfer, dan demosi.

4)Training and Development needs.

Mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai

agar kinerja mereka lebih optimal.

5)Career Planning and Developmen.

Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat

dicapai.

6)Staffing Process Deficiencies.

Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai

7)Informational Inaccuracies and Job Design Errors.

Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam

(52)

job-analysis, job design, dan sistem informasi manajemen sumber daya

manusia.

8)Equal Employment Opportunity.

Menunjukan bahwaplacement decicionstidak diskriminatif.

9)External Challenges.

Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi faktor eksternal seperti

keluarga, keuangan pribadai, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya

faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan penilaian kinerja,

faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu

departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi

peningkatan kinerja pegawai.

10)Feedback.

Memberikan umpan balikbagi urusan kepegawaian maupun bagi

pegawai itu sendiri.

Hakekat penilaian kinerja individu adalah hasil kerja yang optimal.

Penilaian kinerja tersebut mencakup (Robbins dan Coulter, 2002):

a) Kemampuan bekerjasama

b) Kualitas pekerjaan

c) Kemampuan teknis

d) Inisiatif

e) Semangat

f) Daya tahan/kehandalan

(53)

Secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi, adalah

(Werther dan Davis dalam ekonomimanajemen.blogspot.com):

1) Memberikanfeedbackbagi pegawai dan urusan kepegawaian

2) Dipergunakan sebagai pertimbangan penentuan sistem reward

(imbalan)

3) Dipergunakan sebagai pertimbangan promosi dan rotasi pegawai

4) Dipergunakan sebagai sumber informasi tentang kebutuhan pelatihan

dan pengembangan pegawai.

b. Tolak ukur kinerja

Mutu kerja karyawan secara langsung mempengaruhi kinerja

perusahaan. Guna mendapatkan kontribusi karyawan yang optimal,

manjemen harus memahami secara mendalam strategi untuk mengelola,

mengukur dan meningkatkan kinerja, yang dimulai dengan terlebih

dahulu menentukan tolak ukur kinerja.

Ada beberapa syarat tolak ukur kinerja yang baik, yaitu (Bestira,

1998):

1) Tolak ukur yang baik haruslah mampu diukur dengan cara yang dapat

dipercaya. Konsep keandalan pengukuran mempunya dua komponen,

yaitu stabilitas dan konsistensi. Stabilitas menyiratkan bahwa

pengukuran kriteria yang dilaksanakan dengan menggunakan metode

yang berbeda atau orang yang berbeda haruslah mencapai hasil yang

(54)

2) Tolak ukur yang baik harus mampu membedakan individu-individu

sesuai dengan kinerja mereka. Salah satu tujuan penilaian kinerja

adalah mengevaluasi kinerja anggota organisasi. Jika tolak ukur yang

digunakan memberikan hasil yang identik pada semua orang, maka

kriteria tersebut tidak berguna bagi distribusi pengupahan untuk

kinerja, merekomendasikan kandidat untuk promosi ataupun menilai

kebutuhan-kebutuhan latihan pengembangan.

3) Tolak ukur yang baik harus sensitif terhadap masukan dan

tindakan-tindakan dari pemegang jabatan. Karena tujuan penilaian kinerja

adalah untuk menilai efektivitas indivdu-individu anggota organisasi,

kriteria efektivitas yang dipakai harus dapat digunakan semua individu

di dalam organisasi. Apabila tidak tepat, maka pembuat tolak ukur

harus peka terhadap masukan yang diberikan.

4) Tolak ukur yang baik harus dapat diterima oleh individu yang

mengetahui kinerjanya sedang dinilai. Sangat penting untuk

diperhatikan bahwa orang-orang yang kinerjanya sedang diukur

merasa bahwa tolak ukur yang digunakan memberi petunjuk yang

akurat dan adil mengenai kinerja mereka.

Menurut teori-teori kinerja diatas, maka penulis memutuskan untuk

meneliti menggunakan teori yang mempengaruhi kinerja menurut Robbins

(55)

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul penelitian Variabel Hasil penelitian

Fahmi

Stres kerja tidak berpengaruh

Konflik dan Stres

Kerja tidak

(56)

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antara

variabel motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja

terhadap kinerja karyawan. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah

dengan mengumpulkan teori-teori pendukung dan studi kepustakaan

mengenai variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya dengan menyebarkan

kuesioner kepada karyawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA yang menjadi

objek dalam penelitian, dimana kuesioner tersebut berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang mencakup variabel yang diteliti, yaitu motivasi, gaya

kepemimpinan, stres kerja, konflik kerja, dan kinerja.

Setelah itu, data-data yang diperoleh melalui kuesioner, diolah dengan

menggunakan IBM SPSS 19, pengujian yang pertama dilakukan adalah uji

validitas yang bertujuan untuk mengetahui ketepatan data, dan uji

reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur.

Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

multikolinearitas, normalitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi, dimana

uji asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya

penelitian tersebut menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian

terakhir yang dilakukan adalah uji regresi berganda. Setelah melalui

beberapa proses pengujian, maka didapatkan hasil untuk ditarik kesimpulan

(57)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Sumber: Konsep yang telah dikembangkan untuk penelitian ini

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu rumusan

masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian disusun

dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini Karyawan PT.CIPTALIFT SEJAHTERA

Motivasi Gaya kepemimpinan

kinerja

Pra Analisis

Analisis Regresi Berganda

kesimpulan

Stress kerja Konflik

Pengumpulan Data (Kuesioner) Studi Kepustakaan

(58)

1. Hipotesis 1:

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel motivasi,

gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja

karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh secara secara simultan antara variabel motivasi,

gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja

karyawan.

2. Hipotesis 2:

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel motivasi

terhadap kinerja karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel motivasi terhadap

kinerja karyawan

3. Hipotesis 3:

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.

4. Hipotesis 4:

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel stres kerja

terhadap kinerja karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara stres kerja terhadap kinerja

(59)

5. Hipotesis 5:

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel konflik kerja

terhadap kinerja karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara konflik kerja terhadap

(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah PT. CIPTALIFT SEJAHTERA,

dengan objek penelitiannya adalah karyawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 hingga September 2011.

Variabel-variabel yang diteliti untuk dianalisis adalah motivasi, gaya

kepemimpinan, stres kerj, dan konflik kerja sebagai variabel idependen (X),

dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan sebagai variabel dependen (Y)

B. Populasi dan sampel penelitian

Populasi didefinisikan sebagai keseluruhan gejala/satuan yang ingin

diteliti (Prasetyo dan Jannah, 2008). Populasi penelitian ini adalah karyawan

perusahaan yang bersangkutan. sampel adalah bagian dari populasi yang akan

diteliti (Priyatno, 2008). Karyawan dan beberapa manajer menjadi sampel

penelitian ini. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 responden.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah :

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

Gambar

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1Kerangka Berfikir
Tabel 4.1Responden Penelitian
Tabel 4.2Responden Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan memberikan makanan selain AS1 yang terlalu awal (dua minggu), selain merupakan pemborosan sumber daya, karena kebutuhan zat gizi bayi masih bisa dipenuhi hanya dari

Tenaga kesehatan yang berasal dari asli suku Muyu tidak bisa menampik fakta tersebut, karena meski bertentangan dengan apa yang mereka pelajari di sekolah, tetapi hal

Tipe Data Mining yang digunakan dalam penelitian ini adalah clustering untuk pengelompokan produk untuk penentuan stok produk dengan jumlah banyak untuk produk paling

Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Gallery walk pada pembelajaran tematik subtema Indahnya Peninggalan Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

Toko buku berkah memberikan kemudahan bagi Konsumen, karena dapat memilih buku melalui Website yang buka 24 jam setiap hari, karena situs ini dapat di akses dimana saja dan kapan

pada pemancar FM standar buatan pabrik biasanya dilengkapi dengan fasilitas masukan untuk SCA. Spektrum frekuensi Broadcast FM stereo dan pita teledata [1].. SCA

Mengingat manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari sebuah lingkungan manajemen, maka pemgertian MSDM itu dapat disimpulkan sebagai berikut; manajemen sumber

Hasil penentuan daerah potensi banyak ikan dari tahun 2010 sampai 2013, pada bulan April, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir Pasuruan, pesisir Probolinggo