(Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)
THE IMPACT OF ORGANIZATIONAL COMMITMENT, INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT, PUBLIC ACCOUNTABILITY,
PARTICIPATION BUDGET AND BUDGET GOAL CLARITY ON MANAGERIAL PERFORMANCE
(Survey of Sragen Regency Work Unit Device Area)
Oleh
DESY AMALIA CANDRAKUSUMA 20130420115
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
(Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)
THE IMPACT OF ORGANIZATIONAL COMMITMENT, INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT, PUBLIC ACCOUNTABILITY,
PARTICIPATION BUDGET AND BUDGET GOAL CLARITY ON MANAGERIAL PERFORMANCE
(Survey of Sragen Regency Work Unit Device Area) SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
DESY AMALIA CANDRAKUSUMA 20130420115
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
Nama : Desy Amalia Candrakusuma
Nomor Mahasiswa : 20130420115
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “DAMPAK KOMITMEN
ORGANISASI, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH,
AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI ANGGARAN DAN
KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL (Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata
dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 18 Desember 2016
iii
demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (Q.S: Al
Baqarah ayat 45)
“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa” (Desy Amalia Candrakusuma)
“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali apabila kaum tersebut berubah untuk merubahnya” (Q.S : Ar-Ra’d ayat 11)
“Jangan pernah takut akan rintangan lalu menyerah. Sebaiknya, kamu bangkit
dan percaya akan kemampuanmu karena rintangan bukanlah suatu penghalang yang patut untuk ditakuti” (Desy Amalia Candrakusuma)
“Jangan pernah menyesal dengan hasil yang tidak kita ingikan karena tidak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita” (Desy Amalia
Candrakusuma)
“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah
selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Allah SWT (Q.S:
Al-Insyirah ayat 6-8)
Jangan menanti hingga situasi sempurna. Situasi demikian takkan pernah
iv
dari Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada
saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala rangkaian
perjuangan yang saya lalui di dalam menjalankan perkuliahan di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Untuk keluarga Kembar Kusuma, yaitu orang tua saya Ayah Suwandi, Ibu
Pundyowatik, kakak dan adik-adik saya Hastutik, Luthfi Candra, Aprillia
Wulandari, Audina, Ghaida serta Ghania yang selalu memberikan dukungan
dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.
Untuk kakek dan nenek saya, yaitu Simbah Hadi, Simbah Radiyo dan Simbah
Surip yang sudah memberikan dukungan dan doa kepada saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih kepada dosen pembimbing saya Bapak Dr. Bambang Jatmiko,
SE., M.Si yang telah membimbing saya, memberikan saran dan memberikan
motivasi kepada saya dalam penyusunan skripsi ini
Terimakasih kepada seluruh dosen Akuntansi yang tidak mungkin dilupakan,
khususnya Ibu Ietje Nazaruddin, Bapak Suryo Pratolo, Bapak Afrizal Tahar,
Bapak Emile Satia, Bapak Wahyu Manohara, Ibu Erni Suryandari, Ibu Arum
Indrasari, Ibu Evi Rahman Utami, Ibu Evi Rahmawati, Ibu Sri Budi R dan
dosen-dosen lainnya yang sangat berjasa dalam memberikan ilmu, dukungan
v
Apriyati Amrih, Citra Fathika, Tyas Dwi W, Pramudita Probosiwi, Mellyanda
Febrina, Shipa Fauziah, Reni Larasati, Lady Ayu, Rahma Dwi Y, Isfan
Pratama, Setiawan, Tri Dana Pamungkas, Desi Ismayani dan teman-teman
saya lainnya.
Untuk teman seperjuangan saya dalam mengerjakan skripsi, yaitu Ana, Tyas
dan Raka yang saling menguatkan, mendukung dan memberi saran.
Untuk HOME yaitu Miss Kiki, Wulan, Mbak Vivi, Rima, Andreano, Haikal,
Aditya, Dimas, Ditya, Yoga, Cua, Mbak Anes, Aka, Ilya, Tyo, Faqih yang
selalu menguatkan dan saling mendukung.
Untuk HIMA, khususnya DPPM periode 2015-2016.
Semua rekan-rekan angkatan 2013 Akuntansi UMY
Tidak lupa terimakasih untuk semua pihak yang tidak dapat saya ucapkan satu
vi
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul: “DAMPAK KOMITMEN ORGANISASI, SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH, AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana S-1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi UMY. Penulis mengambil
topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi untuk
membantu dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide
pengembangan bagi penelitian selanjutnya. Berbagai macam pencarian, gagasan,
ide, berfikir sampai pada akhirnya menemukan titik temu adalah proses panjang
dari penyusunan skripsi ini. Semua ini dilakukan bukan hanya untuk
menyelesaikan skripsi dalam bentuk fisik saja, tetapi lebih untuk menjawab segala
pertanyaan yang berkembang dalam konsep dan teori yang menjadi acuan dalam
topik penelitian. Dengan demikian, penyusunan skripsi tidak hanya terbatas
sebagai syarat kelulusan saja, tetapi juga untuk memenuhi jangkauan maupun
vii
1. Kedua orangtua saya, yaitu Suwandi, Pundyowatik dan Keluarga besar
Kembar Kusuma yang dengan penuh kasih sayang memberikan semangat,
motivasi dan nasehat untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk,
bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.
3. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., CA., Ak. selaku Kepala Prodi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk,
bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.
4. Bapak Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi
yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan, bimbingan dan
motivasi selama proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak Andan Yunianto, S.E., M.Sc., CA., Ak. selaku dosen pembimbing
akademik yang dengan penuh kesabaran memberikan motivasi dan dukungan
bagi peneliti dalam menjalankan perkuliahan di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
6. Bapak dan Ibu Dosen, staf serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan
viii
sehingga saran dan kritik sangat di harapkan bagi penulis untuk kesempurnaan
skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Yogyakarta,
ix
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah Penelitian... 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 12
A. Landasan Teori ... 12
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 25
x
B. Jenis Data ... 39
C. Teknik Pengambilan Sampel... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 46
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 52
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 59
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 67
D. Pembahasan ... 72
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Keterbatasan penelitian ... 85
C. Saran ... 88
D. Implikasi ... 86
DAFTAR PUSTAKA
xi
Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 53
Tabel 4.2 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 54
Tabel 4.3 Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 55
Tabel 4.4 Responden berdasarkan Jabatan... 56
Tabel 4.5 Responden berdasarkan Lama Bekerja ... 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 58
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kinerja Manajaerial... 59
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Komitmen Organisasi ... 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ... 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Publik ... 62
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggaran ... 63
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Kejelasan Sasaran Anggaran ... 63
Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 64
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas ... 65
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas... 66
Tabel 4.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 67
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Regresi Berganda ... 68
Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 70
Tabel 4.19 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 71
xii
Gambar 1.1 Data Jumlah Pejabat Struktural Kabupaten Sragen
Tahun 2013-2015 ... 6
viii
perangkat daerah Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dengan adanya kriteria atau pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah pejabat struktural eselon tingkat tiga dan eselon tingkat empat yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian pada SKPD Kabupaten Sragen yang berjumlah 104 responden. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi. Data yang dikumpulkan dianalisis terlebih dahulu dengan pengujian kualitas instrumen dan data kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan alat uji SPSS versi 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Namun, akuntabilitas publik dan partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dengan cakupan yang lebih luas, sehingga akan dapat meningkatkan generalisasi kesimpulan hasil penelitian.
ix
Sragen. This study uses survey research. The sampling technique in this research is done by purposive sampling with Reviews their specific criteria or considerations. The sample in this study is a structural official echelon echelon level three and level four roomates consisted of the secretariat / secretary, the head of the field / section, the level of the head, as well as the head subfield / subsections at SKPD Sragen totaling 104 respondents. The type of the data used in this study are primary data. The technique of collecting the data using questionnaires. Testing the hypothesis in this study using multiple regression test with t test, F test and the coefficient of determination. Data were collected and Analyzed in advance by testing the quality of the instrument and the data is then testing hypotheses by means of SPSS version 22. Results of this study indicate that organizational commitment, the internal control system of government and budget goal clarity positive effect on managerial performance in the local work unit, However, public accountability and participation budget does not Affect the performance of managerial work unit area. Advice can be given in this research that should use a larger sample with wider coverage, so it will be Able to Increase the generalizability conclusion of the study.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 mengenai
penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) maka setiap pemerintah diharuskan untuk memiliki sistem
pemerintahan yang baik (good governance). Perwujudan dari sistem
pemerintahan yang baik dapat melalui kebijakan-kebijakan yang melindungi
hak dasar warga negara serta menyejahterakan kehidupan masyarakat. Hal
tersebut dalam prespektif al fiqh as-siyasi didasarkan pada kaidah fiqih “tashorrus al-imam ‘ala ar-ra’yyah manuth bi a-mushlahah” bahwa kebijakan
pemerintah kepada warga negaranya harus diorientasikan pada kesejahteraan
masyarakat.
Pemerintah juga dituntut untuk senantiasa memberikan
pertanggungjawaban secara transparan kepada masyarakat dan tidak
melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat. Hal tersebut merujuk pada
Al-Quran surah Albaqarah (188) yang berbunyi:
Artinya “dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagiaan daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahuinya” (www.google.com).
Pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengelola daerahnya sendiri,
begitu pula dalam hal penyusunan anggaran. Sujarweni (2015) menyatakan
bahwa dalam sektor publik anggaran merupakan suatu pertanggungjawaban
yang berasal dari manajemen organisasi untuk memberikan informasi
mengenai kegiatan dan aktivitas organisasi kepada pemilik organisasi atas
pengelolaan dana publik serta pelaksanaan yang berupa rencana-rencana
program yang didanai oleh dana publik.
Anggaran dalam pemerintah dibagi menjadi 2 yaitu APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah). Sujarweni (2015) menyatakan bahwa APBN merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat), sedangkan APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah
yang disetujui oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). APBD dapat
digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pelayanan publik sesuai tujuan otonomi daerah yang nyata, bertanggung jawab,
dan luas. Pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004.
Pemerintah dalam menyusun anggaran diharuskan untuk mempunyai
kinerja yang berorientasi pada kepentingan publik dengan adanya pembagian
tugas yang sesuai dengan bidangnya dan memberikan pelayanan yang baik
hal meningkatkan kinerja pemerintah dengan memberikan pelayanan yang baik
bagi masyarakat sangat diperlukan guna tercapainya pemerintahan yang baik.
Sujarweni (2015) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang
berhasil dicapai dari pelaksanaan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Dalam suatu organisasi, pengukuran
kinerja sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan evaluasi. Pengukuran
kinerja merupakan proses penilaian mengenai kemajuan pekerjaan dengan
sasaran dan tujuan yang pada awalnya telah ditentukan termasuk informasi
mengenai perbandingan hasil kerja dan rencana kerja, efisiensi pemanfaatan
sumber daya dalam menciptakan output berkualitas dan menunjukkan adanya
tindakan dalam mencapai tujuan secara efektif (Adamy, 2010).
Kinerja pemerintah didasarkan pada kinerja manajerial pada SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah). Kinerja manajerial pada SKPD dapat dilihat
dari kemampuan atau keberhasilan manajer pada SKPD dalam melaksanakan
kegiatan atau programnya guna mencapai tujuan pemerintah. SKPD
merupakan pelaksana suatu kegiatan yang harus berkoordinasi dan
bertanggung jawab dalam mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif. SKPD
dalam pemerintah menjadi dasar perencanaan, pengendalian anggaran dan
penilaian kinerja pada unit yang bersangkutan. Oleh karena itu, SKPD dalam
melaksanakan kegiatan pemerintah dituntut untuk mempunyai kinerja positif
Komitmen organisasi adalah tingkat sejauh mana seorang pegawai
memihak dan mengutamakan kepentingan organisasinya dibandingkan dengan
kepentingan pribadi. Adanya komitmen organisasi dalam pemerintah akan
meningkatkan tanggung jawab manajerial dalam mencapai tujuan pemerintah.
Putri (2013) menyatakan bahwa komitmen organisasi yang tinggi akan
mendorong para pegawai untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja
organisasinya dan mencapai tujuan organisasi.
Afrida (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian dan
keyakinan bagi manajemen bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 menyatakan bahwa apabila tujuan
dan sasaran organisasi telah tercapai maka dengan demikian akan dapat
meningkatkan kinerja manajerial. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 sistem pengendalian intern dikenal dengan SPIP (Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah) yang diselenggarakan di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara keseluruhan. Afrida (2013)
menyatakan bahwa SPIP sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja
manajerial pada pemerintah daerah menjadi lebih baik.
Akuntabilitas dalam sektor publik akan mampu menjawab kekhawatiran
pengguna informasi dan para stakeholder. Akuntabilitas publik merupakan
prinsip pertanggungjawaban yang dari proses awal hingga pelaksanaannya
harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada publik (Hazmi dkk,
penggunaan dana yang berasal dari publik dan berhak untuk meminta
pertanggungjawaban atas pelaksanaan atau rencana anggaran. Adanya
akuntabilitas publik, maka publik akan dapat mengetahui penggunaan anggaran
yang berasal dari masyarakat tersebut (Hazmi dkk, 2012). Oleh karena itu,
manajerial akan bertanggung jawab dan berusaha untuk melakukan
perencanaan yang lebih baik dengan cara selalu meningkatkan kinerja
manajerialnya.
Partisipasi anggaran memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja
manajerial pada pemerintah karena manajer tingkat bawah dan tingkat
menengah pada pemerintah ikut terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
Oleh karena itu, manajer pada tingkat menengah dan tingkat bawah akan
berusaha untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan memiliki
tanggung jawab yang tinggi supaya tujuan dalam penyusunan anggaran dapat
mudah tercapai. Sari, dkk (2014) menyatakan bahwa partisipasi anggaran yang
semakin baik dalam pemerintah akan menyebabkan kinerja manajerial pada
pemerintah daerah akan semakin baik pula.
Adanya kejelasan sasaran anggaran akan dapat membantu pemerintah
dalam pencapaian sasaran anggaran dan melakukan perencanaan anggaran
dengan baik. Anggaran akan lebih mudah untuk dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan apabila manajemen menentukan sasaran anggaran
dengan jelas (Hazmi dkk, 2012). Oleh karena itu, dengan mengetahui sasaran
kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab supaya tujuan sasaran
anggaran dapat dengan mudah tercapai.
Website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen menyatakan bahwa
misi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen yaitu:
“Mewujudkan Sragen ASRI bebas korupsi sebagai perwujudan reformasi birokrasi yang sungguh-sungguh atas kebekuan birokrasi menuju manajerial yang bersih berorientasi kepada pelayanan publik serta penggunaan anggaran yang pro rakyat” (www.sragenkab.go.id).
Dilihat dari misi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen tersebut maka
Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dituntut untuk mempunyai kinerja yang
berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, kepentingan masyarakat dengan
adanya pembagian tugas yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
serta dituntut untuk mencapai kinerja manajerial yang bersih dan bebas
korupsi.
Sumber : www.sragenkab.go.id Data diolah kembali oleh peneliti
Gambar 1.1
Berdasarkan Gambar 1.1 adanya kenaikan jumlah pejabat struktural
Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dapat mengakibatkan adanya persaingan
kerja dalam mendapatkan posisi dan jabatan. Oleh karena itu, setiap manajer
dalam pemerintah daerah harus meningkatkan kinerja manajerialnya dengan
memberikan pelayanan publik, kesejahteraan masyarakat, memiliki komitmen
organisasi yang tinggi, loyalitas, jujur dan bertanggung jawab supaya
mendapatkan posisi dan jabatan yang diinginkan serta dapat memberikan hasil
kerja yang baik bagi pemerintah dan masyarakat.
Namun, dalam hal ini masih saja ditemukan beberapa kasus yang terjadi
terkait dengan kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah
Kabupaten Sragen. Suwarni (2013) menyatakan bahwa Kejati Jateng
(Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah) kembali melanjutkan pemeriksaan kasus
korupsi Kasda (Kas Daerah) APBD Kabupaten Sragen yang menjerat mantan
BPKD (Kepala Badan Pengelolaan Keuangan) Daerah Sragen senilai Rp 11,2
miliar. Selain itu, Pratomo (2014) menyatakan bahwa pada tahun 2014 terdapat
kasus korupsi Bansos (Bantuan Sosial) senilai Rp 2,173 miliar yang menjerat
mantan FORKOS (Forum Komunikasi Organisasi Kepemudaan Sragen).
Pada dasarnya penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Sari,dkk (2014) “Pengaruh Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi
Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buleleng)” dengan
menambah variabel independen yaitu komitmen organisasi dan sistem
berbeda dengan penelitian Sari, dkk (2014) yaitu penelitian ini akan dilakukan
di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, sedangkan
penelitian Sari, dkk (2014) dilakukan di Pemerintah Kabupaten Buleleng.
Selain itu, waktu penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian
Sari, dkk (2014) karena penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2016,
sedangkan penelitian Sari, dkk (2014) dilakukan pada tahun 2014.
Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Komitmen Organisasi, Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, Akuntabilitas Publik, Partisipasi Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial (Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)”.
B.Batasan Masalah Penelitian
Sampel dalam penelitan ini merupakan sebagian pejabat struktural eselon
tingkat tiga dan tingkat empat SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari
sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala
subbidang/subbagian. SKPD dalam penelitian ini terdiri dari seluruh dinas dan
badan di Kabupaten Sragen selaku unit yang secara langsung memberikan
pelayanan kepada publik dan merupakan unit yang berfungsi memberikan
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?
2. Apakah sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?
3. Apakah akuntabilitas publik berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?
4. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?
5. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis apakah komitmen organisasi
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja
perangkat daerah.
2. Untuk menguji dan menganalisis apakah sistem pengendalian intern
pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan
3. Untuk menguji dan menganalisis apakah akuntabilitas publik berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.
4. Untuk menguji dan menganalisis apakah partisipasi anggaran berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.
5. Untuk menguji dan menganalisis apakah kejelasan sasaran anggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja
perangkat daerah.
E.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat di ambil dari penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Bidang Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan,
wawasan dan pengembangan ilmu mengenai akuntansi sektor publik,
khususnya mengenai dampak komitmen organisasi, sistem pengendalian
intern pemerintah, akuntabilitas publik, partisipasi anggaran dan kejelasan
sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat
daerah Kabupaten Sragen.
2. Bagi Bidang Praktis
a. Bagi instansi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi
pemerintah dalam pengambilan keputusan, khususnya untuk bidang
sektor publik yang berkaitan dengan kinerja manajerial pada SKPD
b. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi
investor dalam hal pengambilan keputusan untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan dan program, khususnya berkaitan dengan
kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Sragen.
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagi
masyarakat bagaimana kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat
daerah, khusunya pada SKPD Kabupaten Sragen.
d. Bagi perguruan tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah suatu bukti empiris dan
literatur dalam bidang akuntansi sektor publik, khususnya mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Medina (2012) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory)
merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara principal dan
agent, dimana salah satu pihak (principal) memberikan kewenangan dan
tanggung jawabnya kepada pihak lain (agent) untuk mengambil keputusan
sesuai dengan kepentingan principal. Dalam pemerintah, masyarakat
(principal) memberikan amanah kepada pemerintah (agent) untuk
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sebagai pihak agent dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat harus memiliki kinerja pemerintahan
yang baik. Pemerintahan yang baik dapat diwujudkan melalui kinerja
manajerial yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan pelayanan
publik.
Hubungan agency dalam sektor publik dapat memunculkan agency
problem yang berupa asimetri informasi dan konflik kepentingan antara
pemerintah dengan masyarakat. Asimetri informasi dapat terjadi apabila
pemerintah daerah mempunyai informasi mengenai pemerintah yang lebih
banyak dibandingkan dengan masyarakat, sedangkan konflik kepentingan
dapat terjadi apabila seorang manajer pada pemerintah menyalahgunakan
wewenang dalam pengambilan keputusan yang hanya mementingkan
kepentingan pribadinya saja. Konflik kepentingan berhubungan dengan
aspek kepercayaan karena dapat mengurangi kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Adanya asimetri informasi dan konflik kepentingan akan menimbulkan
celah awal terjadinya korupsi. Pemerintah yang ingin mengurangi adanya
agency problem maka harus menggunakan informasi yang dimilikinya
dengan baik serta tidak melakukan penyalahgunaan wewenang. Seorang
manajer yang menggunakan informasinya dengan baik dan tidak
menyalahgunakan wewenang harus memiliki kinerja manajerial yang baik
dengan cara memberikan pelayanan publik, menyejahterakan kehidupan
masyarakat, mempertanggungjawabkan, menyajikan, dan melaporkan segala
informasi, pelaksanaan kegiatan, serta penggunaan dana publik kepada
masyarakat. Adanya kinerja manajerial yang baik akan dapat menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, sehingga tujuan pemerintah
akan mudah tercapai.
2. Kinerja Manajerial
Sujarweni (2015) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang
berhasil dicapai dari pelaksanaan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai
sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja biasanya digunakan
sebagai alat untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu manajer
satu faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas
organisasional yaitu dengan adanya kinerja manajerial.
Putri (2013) menyatakan bahwa dalam kinerja manajerial terdapat
delapan indikator yang meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk
menentukan tujuan, tindakan, sikap, kebijakan, perilaku, penganggaran,
pemograman, penjadwalan kerja dan perencanaan.
b. Investigasi
Investigasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk
menyiapkan dan mengumpulkan informasi guna menganalisis
pekerjaan.
c. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk
saling bertukar informasi atau berdiskusi dengan divisi lain guna
menyesuaikan, mengaitkan, menyamakan, dan memberitahukan divisi
lain.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menilai
dan mengukur keputusan yang akan diambil, kinerja yang dilaporkan
e. Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk hal
mengarahkan, memimpin, membimbing, serta menjelaskan segala
peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi
f. Pemilihan staf
Pemilihan staf merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk
menetapkan pegawai, merekrut pegawai, memutasi pegawai,
mempromosikan pegawai, dan mempertahankan angkatan kerja
dibagiannya.
g. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk
melakukan suatu kontrak perjanjian antara pihak satu dengan pihak
lainnya.
h. Perwakilan
Perwakilan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk
menghadiri pertemuan dalam suatu kegiatan.
3. Komitmen Organisasi
Robbins (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan
tingkat sejauh mana seorang manajer memihak dan mengutamakan
kepentingan suatu organisasinya dibandingkan dengan kepentingan pribadi
yang bertujuan untuk memelihara keanggotaan dalam suatu organisasi.
Seorang manajer yang mempunyai komitmen organisasi akan menggunakan
Manajer yang menggunakan infrormasi yang dimilikinya dengan jelas akan
meningkatkan kinerja manajerialnya dengan mempunyai tanggung jawab
yang tinggi terhadap informasi yang dimilikinya sehingga tujuan dari
anggaran dan tujuan pemerintah dapat mudah tercapai.
Komitmen organisasi akan dapat diciptakan dalam diri masing-masing
manajer apabila setiap manajer mampu menciptakan tiga sikap yang saling
berhubungan dengan organisasi dan profesinya (Mowday et al., 1984). Tiga
sikap tersebut meliputi:
a. Identifikasi (Identification)
Identifikasi merupakan suatu penghayatan atau pemahaman manajer
terhadap tujuan organisasi
b. Keterlibatan (Involvement)
Keterlibatan merupakan suatu perasaan yang dirasakan oleh manajer
bahwa pekerjaan yang dilakukan menyenangkan dan manajer
mempunyai perasaan untuk ikut terlibat dalam suatu pekerjaan
c. Loyalitas (Loyality)
Loyalitas merupakan suatu perasaan yang di rasakan oleh manajer
bahwa organisasi merupakan tempat dimana manajer bekerja dan
tinggal.
Budiharjo (2008) menyatakan bahwa manajer pada organisasi yang
mempunyai komitmen organisasi tinggi akan memiliki ciri-ciri komitmen
pada organisasi. Berikut adalah penjelasan mengenai ciri-ciri manajer
memiliki komitmen organisasi, yaitu sebagai berikut:
a. Ciri-ciri komitmen pada pekerjaan
Ciri-ciri manajer memiliki komitmen pada pekerjaan, yaitu menyukai
pekerjaannya, mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam bekerja, tidak
pernah melihat jam karena ingin segera pulang, dan walaupun tidak
sedang bekerja tetap memikirkan pekerjaannya.
b. Ciri-ciri komitmen dalam kelompok
Ciri-ciri manajer memiliki komitmen dalam kelompok, yaitu berusaha
untuk menolong rekan kerjanya, berusaha untuk berinteraksi dengan
rekan kerjanya, berusaha untuk memperhatikan bagaimana orang lain
sedang bekerja, memperlakukan rekan kerjanya sebagai keluarga,
berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan rekan kerjanya, dan
berusaha terbuka dengan rekan kerja baru.
c. Ciri-ciri komitmen pada organisasi
Ciri-ciri manajer memiliki komitmen pada organisasinya, yaitu
berusaha untuk menyukseskan organisasi, memberikan perhatian
terhadap hubungan kerja antar setiap unit organisasi, berusaha untuk
mencari informasi mengenai kondisi organisasi, tidak melihat
organisasi lain sebagai unit yang lebih unggul dan menarik,
menempatkan prioritas organisasi diatas departemennya, terdapat
keyakinan bahwa organisasinya mempunyai harapan untuk selalu
Komitmen organisasi memiliki 3 indikator (Mowday et al., 1984). Tiga
indikator komitmen organisasi terdiri dari:
a. Komitmen afektif (affective commitment)
Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang
didasarkan pada seberapa baik perasaan manajer mengenai
organisasinya. Komitmen jenis ini muncul dengan adanya dorongan
keamanan, kenyamanan, dan adanya manfaat lain yang tidak diperoleh
manajer di organisasi lain.
b. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment)
Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang
didasarkan pada biaya yang dikeluarkan (sosial, ekonomi, dan
hubungan status) jika ia meninggalkan organisasi. Komitmen jenis ini
muncul apabila manajer cenderung memiliki komitmen yang tinggi
dalam keanggotaan jika pengorbanan akibat keluar dari organisasi
semakin tinggi.
c. Komitmen normative (normativecommitment)
Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang
didasarkan pada kewajiban moral untuk memlihara hubungan dengan
organisasi atas tugas yang diberikan kepadanya. Komitmen jenis ini
muncul dengan adanya kewajiban moral yang mana manajer akan
merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu yang baik untuk
yang dapat menyebabkan mereka wajib untuk tetap bertahan dalam
organisasi.
4. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Aren, dkk (2008) menyatakan bahwa SPIP (Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah) merupakan suatu proses yang dirancang oleh manajemen
pemerintah untuk mendukung pencapaian tujuan pemerintah. Afrida (2013)
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan
prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian dan keyakinan bagi
manajemen bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai. Apabila
manajer memiliki keyakinan dan kepastian, maka manajer akan termotivasi
untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab
dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, pemerintah akan dapat
memperbaiki kinerja pemerintahannya.
Aren, dkk (2008) menyatakan bahwa dalam pengendalian intern
terdapat lima indikator yang meliputi:
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan dan kebijakan yang
dapat mencerminkan atau menggambarkan keseluruhan tindakan dari
manajemen puncak secara keseluruhan mengenai pengendalian intern.
b. Penilaian risiko
Penilaian risiko merupakan sikap manajemen yang digunakan untuk
menganalisis dan mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan dalam
c. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan sikap manajemen yang digunakan
untuk memastikan bahwa sikap dan perilaku yang diperlukan telah
dilakukan untuk mengatasi risiko dalam pencapaian sasaran suatu
organisasi atau pemerintahan.
d. Komunikasi dan informasi
Sistem komunikasi dan informasi bertujuan untuk mencatatat, memulai,
memproses, melaporkan transaksi yang dilakukan dan bertujuan untuk
mempertahankan akuntabilitas aktiva yang terkait.
e. Pemantauan
Pemantauan merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan
penilaian berkelanjutan atau berkala dari kualitas prestasi pengendalian
internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah
beroperasi sesuai dengan yang diharapkan dan telah di perbarui sesuai
dengan perubahan kondisi yang terjadi.
5. Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik merupakan prinsip pertanggungjawaban yang dari
proses awal sampai dengan pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan
kepada publik. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa akuntabilitas publik
merupakan suatu kewajiban pihak agent memberikan pertanggungjawaban,
mengungkapkan, menyajikan, dan melaporkan semua kegiatan dan aktivitas
yang terjadi kepada pihak principal yang mempunyai wewenang serta hak
Setiap pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
tanggung jawabnya atas penggunaan anggaran yang berasal dari publik
dalam bentuk penyajian informasi keuangan. Hazmi, dkk (2012)
menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah hanya menekankan
pada pertanggungjawaban atas sumber daya yang diperoleh apakah sudah
digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas publik pada pemerintah
dapat dinilai dari laporan keuangan pemerintah (Mardiasmo, 2002).
Akuntabilitas publik dalam pemerintah akan membantu pemerintah untuk
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dengan adanya kepercayaan
dari masyarakat akan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pemerintah. Harapan manajer dalam mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat akan memotivasi setiap manajer untuk meningkatkan kinerja
manajerialnya dengan cara menyelenggarakan kegiatan dan menyusun
anggaran dengan sebaik mungkin. Selain itu, manajer juga akan
memberikan pertanggungjawaban, melaporkan dan menyajikan pelaksanaan
kegiatan, serta penggunaan dana publik.
Putra (2013) menyatakan bahwa akuntabilitas publik pada
pemerintahan terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal
Akuntabilitas vertical merupakan suatu pertanggungjawaban otoritas
yang lebih rendah kepada otoritas yang lebih tinggi mengenai
MPR, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
dan pertanggungjawaban unit-unit kerja kepada pemerintah daerah.
b. Akuntabilitas horizontal
Akuntabilitas horizontal merupakan pertanggungjawaban pemerintah
kepada masyarakat luas. Elwood (1993) menyatakan bahwa terdapat
empat indikator akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh
pemerintah, yaitu:
1) Akuntabilitas hukum dan akuntabilitas kejujuran
Akuntabilitas hukum berkaitan dengan pemberian jaminan adanya
kepatuhan terhadap peraturan yang disyaratkan dalam penggunaan
sumber dana publik dan hukum yang berlaku, sedangkan
akuntabilitas kejujuran berhubungan dengan adanya penghindaran
penyalahgunaan jabatan.
2) Akuntabilitas proses
Akuntabilitas proses berkaitan dengan apakah prosedur yang dipakai
dalam melaksanakan kewajiban sudah baik dalam hal ketersediaan
prosedur administrasi, sistem informasi manajemen, dan sistem
informasi akuntansi
3) Akuntabilitas program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dan sudah
mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil
4) Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan berkaitan dengan pertanggungjawaban
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap masyarakat dan DPR
atau DPRD.
6. Partisipasi Anggaran
Partisipasi anggaran adalah keikutsertaan, keterlibatan dan pengaruh
manajer tingkat bawah dan manajer tingkat menengah dalam proses
penyusunan anggaran. (Chong et. al, 2002). Penentuan tujuan anggaran
sangat membutuhkan partisipasi anggaran. Partisipasi anggaran merupakan
kunci dari kinerja efektif yang dapat digunakan untuk menentukan tujuan
anggaran, melakukan negosiasi dengan atasan dan melakukan identifikasi
dengan melibatkan manajer tingkat bawah dalam proses penyusunan
anggaran (Indriantoro, 1993). Adanya partisipasi manajer tingkat bawah dan
menengah dalam proses penyusunan anggaran dapat menimbulkan
komitmen yang lebih besar untuk memenuhi dan melaksanakan anggaran,
mengurangi adanya ketimpangan informasi dalam suatu organisasi, serta
dapat meciptakan lingkungan yang dapat mendorong penggunaan dan
perolehan informasi dengan baik.
Partisipasi anggaran akan mampu mempengaruhi kinerja manajerial
karena manajerial yang ikut serta dalam penyusunan anggaran akan lebih
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran, sehingga manajer
2013). Soobaroyen (2005) menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki
dua indikator, yaitu:
a. Keterlibatan
b. Pengaruh terhadap anggaran
7. Kejelasan Sasaran Anggaran
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauhmana tujuan anggaran
ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut
dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab (Sari dkk, 2014).
Kejelasan sasaran anggaran dapat digunakan untuk mengatur perilaku
manajer karena adanya ketidakjelasan sasaran anggaran akan dapat
menyebabkan pelaksanaan anggaran akan menjadi tidak terarah, pelaksana
anggaran akan bingung dan akan merasa tidak puas dalam bekerja, sehingga
akan menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi dalam mencapai
kinerja yang diharapkan. Selain itu, ketidakjelasan sasaran anggaran akan
mengakibatkan kegagalan dan kesulitan dalam pelaksanaanya (Hazmi dkk,
2012). Sebaliknya, apabila dalam penyusunan anggaran terdapat kejelasan
sasaran anggaran maka akan dapat mendorong manajer untuk mempunyai
tanggung jawab, sehingga lebih efektif dan akan termotivasi untuk
memberikan kinerja yang baik.
Putra (2013) menyatakan bahwa dalam menentukan sasaran anggaran
terdapat dua karakteristik utama, meliputi:
a. Sasaran harus lebih spesifik, jelas dan tidak samar-samar
Samuel (2008) menyatakan supaya pengukuran sasaran menjadi efektif
diperlukan tujuh indikator, yaitu:
a. Tujuan
Menetapkan tujuan secara secara jelas dan terperinci mengenai tugas
yang harus dilakukan.
b. Kinerja
Menetapkan kinerja dalam bentuk pertanyaan yang diukur.
c. Sasaran
Menetapkan target atau standar yang diharapkan tercapai.
d. Jangka waktu
Menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan.
e. Sasaran prioritas
Menetapkan sasaran yang menjadi prioritas.
f. Tingkat kesulitan
Menetapkan sasaran berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan
g. Koordinasi
Menetapkan kebutuhan koordinasi.
B.Hasil Penelitian Terdahulu
daerah - sistem pengendalian
9 Maria Yanida;
10 Baihaqi/ 2012 Pengaruh Komitmen - Peran manajerial
pengelolaan
C.Penurunan Hipotesis
1. Komitmen Organisasi dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Komitmen organisasi dapat digunakan sebagai alat bantu psikologi
untuk mengukur kemampuan manajer dalam berinteraksi maupun bereaksi.
Manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan bereaksi dan
berinteraksi untuk lebih mementingkan kepentingan organisasinya
dibandingkan dengan kepentingan pribadinya dalam menjalankan
organisasi. Manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan
menggunakan informasi yang dimilikinya untuk menyusun anggaran dengan
jelas agar dapat meminimalisir adanya kesenjangan anggaran. Apabila
manajer dapat meminimalisir kesenjangan anggaran maka tujuan
pemerintah dapat mudah tercapai. Selain itu, manajer yang mempunyai
komitmen organisasi tinggi akan menunjukkan tingkat keterikatan secara
psikologis dengan organisasi. Adanya tingkat keterikatan secara psikologis
dapat ditunjukkan melalui sikap positif manajer terhadap organisasi, yaitu
merasa nyaman, aman, aktif dalam bekerja, hadir tepat waktu, saling
membantu, menjaga koordinasi, memiliki dan merasa bahwa keberhasilan
organisasi merupakan keberhasilannya.
Keinginan maupun harapan manajer untuk meminimalisir kesenjangan
anggaran serta adanya sikap dan pandangan positif manajer terhadap
organisanya akan memotivasi manajer untuk meningkatkan kinerja
informasi yang dimiliki dengan baik, sehingga dapat meminimalisir
anggaran dan tujuan pmerintah mudah tercapai. Penelitian yang dilakukan
oleh Putri (2013) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD. Penelitian yang
dilakukan oleh Haryadi (2012) menyatakan bahwa pengaruh komitmen
organisasi terhadap kinerja manajerial adalah positif signifikan. Penelitian
yang dilakukan oleh Baihaqi (2012) menyatakan bahwa komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian
Juliana (2011) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah. Selain itu,
penelitian Putri (2010) juga menyatakan bahwa komitmen organisasional
berpengaruh terhadap kinerja.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja
perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Komitmen Organisasi Berpengaruh Positif terhadap Kinerja
Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari prosedur dan
kebijakan yang memberikan keyakinan serta kepastian bahwa tujuan dan
menyatakan bahwa tujuan dari sistem pengendalian intern yaitu untuk
memberikan keyakinan serta kepastian mengenai efisiensi, efektivitas,
pencapaian keandalan dalam pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan serta hukum yang berlaku. Putri (2013)
menyatakan bahwa dalam pencapaian tujuan organisasi sistem pengendalian
intern harus dilakukan dengan efisien dan efektif sesuai dengan
kompleksitas, ukuran, dan fungsi suatu instansi pemerintah yang
bersangkutan.
Sistem pengendalian intern yang dilakukan dengan efektif, efisien,
sesuai dengan kompleksitas, ukuran, dan fungsi serta dilakukan oleh
manajer dengan baik maka manajer akan mendapatkan kepastian dan
keyakinan mengenai efisiensi, efektivitas, pencapaian keandalan dalam
pelaporan keuangan serta kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan hukum yang berlaku. Manajer yang mendapatkan kepastian
dan keyakinan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya
dengan lebih bertanggung jawab dalam mencapai tujuan pemerintah.
Penelitian yang dilakukan Putri (2013) menyatakan bahwa sistem
pengendalian intern pemerintah berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial SKPD. Selain itu, pernyataan tersebut juga didukung oleh
penelitian yaitu Afrida (2013) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian
intern pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
sistem pengendalian intern pemerintah terhadap kinerja manajerial pada
satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berpengaruh Positif
terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
3. Akuntabilitas Publik dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Akuntabilitas dalam sektor publik akan mampu menjawab
kekhawatiran pengguna informasi dan para stakeholder. Akuntabilitas
publik dalam pemerintah sangat penting untuk meningkatkan kinerja
manajerial karena dengan adanya akuntabilitas publik maka masyarakat
akan mengetahui rencana anggaran, dana yang telah digunakan oleh
pemerintah dan mengetahui pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Apabila masyarakat mengetahui kegiatan yang sudah terlaksana
oleh pemerintah dan mengetahui penggunaan dana publik maka pemerintah
akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Manajer dalam
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat harus menyusun dan
menggunakan anggaran dengan sebaik mungkin.
Adanya kepercayaan dari masyarakat akan membuat manajer lebih
termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan selalu
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan penggunaan
yang memiliki akuntabilitas publik tinggi akan mendapatkan kepercayaan
dari masyarakat karena sudah melaksanakan tanggung jawab dan
melaksanakan anggaran dengan sebaik mungkin.
Penelitian yang dilakukan Putra (2013) menyatakan akuntabilitas publik
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah). Penelitian yang dilakukan oleh Hazmi, dkk (2012)
menyatakan bahwa akuntabilitas publik berpengaruh signifikan positif
tehadap kinerja manajerial aparatur. Penelitian yang dilakukan Astini, dkk
(2014) menyatakan bahwa akuntabilitas publik berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD di Kabupaten
Klungkung. Selain itu, pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan Sari, dkk (2014) yang menyatakan bahwa akuntabilitas
publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada
SKPD.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
akuntabilitas publik terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat
daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3: Akuntabilitas Publik Berpengaruh Positif terhadap Kinerja
4. Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Partisipasi anggaran dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas kinerja
manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Partisipasi anggaran adalah
keikutsertaan, keterlibatan dan pengaruh manajer tingkat bawahan dan
tingkat menengah dalam proses penyusunan anggaran (Chong et.al, 2002).
Nengsy, dkk (2013) menyatakan bahwa manajer yang ikut terlibat dalam
penyusunan anggaran akan berusaha untuk lebih memahami dan berusaha
untuk mencapai tujuan anggaran. Partisipasi anggaran dalam pemerintah
akan sangat penting bagi para manajer karena manajer akan merasa
produktif, dihargai dan merasa puas terhadap pekerjaanya. Adanya
keinginan manajer untuk berusaha memahami dan mencapai tujuan
organisasi serta adanya sikap dan sifat manajer yang positif maka manajer
yang mempunyai partisipasi anggaran yang tinggi akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja manajerialnya dengan cara lebih bertanggung jawab
dalam pelaksanaan anggaran supaya tujuan pemerintah dapat tercapai.
Penelitian yang dilakukan Sari (2015) menyatakan bahwa partisipasi
penyusunan anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial SKPD. Penelitian yang dilakukan Amril (2014) menyatakan
bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja manajerial SKPD Kabupaten Sijunjung. Penelitian yang
dilakukan oleh Kewo (2014) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan
dilakukan oleh Sari, dkk (2014) juga meyatakan bahwa partisipasi anggaran
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD.
Penelitian Yanida, dkk (2013) menyatakan bahwa partisipasi anggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat
daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H4: Partisipasi Anggaran Berpengaruh Positif terhadap Kinerja
Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
5. Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kejelasan sasaran anggaran adalah sejauh mana tujuan anggaran
ditetapkan secara spesifik dan jelas dengan tujuan supaya anggaran mudah
dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
pencapaian sasaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran dalam pemerintah
dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi apakah baik atau buruk
secara keuangan. Selain itu, pemerintah yang mempunyai kejelasan sasaran
anggaran yang tinggi akan membantu para manajer untuk mendapatkan
informasi mengenai kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Manajer yang mempunyai informasi mengenai kondisi pemerintah akan
membantu dalam menentukan tujuan dan sasaran anggaran dengan jelas dan
spesifik maka manajer akan mudah untuk memahami serta mengerti
anggaran. Manajer yang mempunyai harapan untuk dapat menentukan
tujuan serta sasaran anggaran secara jelas dan spesifik supaya mudah
dimengerti dan dipahami maka manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab dalam
menentukan sasaran anggaran, sehingga tujuan pemerintah mudah tercapai.
Penelitian yang dilakukan Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial aparat
pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) menyatakan bahwa
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial satuan kerja perangkat daerah. Penelitian yang dilakukan oleh
Kewo (2014) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan Sari, dkk
(2014) juga menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja
perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H5: Kejelasan Sasaran Anggaran Berpengaruh Positif terhadap
C. Model Penelitian
Model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Penelitian
Komitmen Organisasi (X1)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah(X2)
Kejelasan Sasaran Anggaran(X5)
Akuntabilitas Publik (X3)
Partisipasi Anggaran(X4)
Kinerja Manajerial pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek dan Subyek Penelitian
Obyek penelitian dapat berupa tempat atau lokasi dilaksanakannya
penelitian. Penelitian dilaksanakan di Pemerintah Daerah Kabupaten
Sragen. Subyek penelitian terdiri dari populasi dan sampel penelitian yang
relevan dengan tujuan penelitian. Populasi merupakan sekumpulan elemen
atau unsur yang dijadikan sebagai obyek dan obyek tersebut dapat dijadikan
sebagai penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat
struktural eselon tingkat tiga dan tingkat empat pada dinas dan badan
SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala
bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian.
Pejabat struktural eselon tingkat tiga dan tingkat empat pada dinas dan
badan SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari sekretariat/sekertaris,
kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian
berjumlah 180. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pejabat
struktural eselon tingkat tiga dan tingkat empat pada dinas dan badan
SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala
bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya. Data penelitian ini diperoleh secara langsung dari SKPD
Kabupaten Sragen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner yang didalamnya berisi pertanyaan mengenai komitmen
organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah, akuntabilitas publik,
partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan kinerja manajerial
pada satuan kerja perangkat daerah.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel didasarkan pada metode purposive sampling.
Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang
didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria dalam penentuan
sampel untuk penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Pejabat struktural eselon tingkat tiga dan eselon tingkat empat yang
terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala,
serta kepala subbidang/subbagian dari badan dan dinas Pemerintah
Daerah Kabupaten Sragen.
2. Pejabat struktural memiliki latar belakang pendidikan minimal S1
3. Pejabat struktural yang bekerja lama bekerja minimal yaitu 6 tahun
lamanya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden untuk menelusuri data sesuai dengan permasalahan dalam
secara langsung yang dimaksudkan untuk mengisi identitas responden dan
untuk mengisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah,
akuntabilitas publik, partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan
kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan kinerja manajerial
pada satuan kerja perangkat daerah. Variabel independen dalam penelitian
ini terdiri dari komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah,
akuntabilitas publik, partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran.
1. Variabel Dependen
a. Kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah
Sujarweni (2015) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu
prestasi yang berhasil dicapai dari pelaksanaan kegiatan dengan
tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Kinerja manajerial dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan
manajer dalam melakukan segala hal yang berhubungan dengan
aktivitas manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi,
pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi
dan perwakilan (Putri, 2013).
Variabel kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat
daerah menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Putri
mengenai perencanaan, investigasi, pengkoordinasiaan, evaluasi,
pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan.
Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala likert
1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin
tingginya kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.
Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak setuju (STS), 2)
Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5) Sangat
setuju (SS).
2. Variabel Independen
a. Komitmen organisasi
Robbins (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasi
merupakan tingkat sejauh mana seorang manajer memihak dan
mengutamakan kepentingan suatu organisasinya dibandingkan
dengan kepentingan pribadi yang bertujuan untuk memelihara
keanggotaan dalam suatu organisasi. Komitmen organisasi juga
merupakan tingkat sejauh mana seorang manajer akan berbuat
sesuatu untuk menunjang keberhasilan organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi tersebut.
Variabel komitmen organisasi menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh Putri (2013) dan kuesioner tersebut terdiri dari
tujuh butir pertanyaan mengenai komitmen afektif, komitmen
menggunakan skala likert 1-5. Skala likert 1-5 dipakai dengan
tujuan untuk mengukur respon dari responden. Semakin tinggi nilai
yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya komitmen
organisasi. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak
setuju (STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4)
Setuju (S), 5) Sangat setuju (SS).
b. Sistem pengendalian intern pemerintah
Afrida (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern
terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan kepastian dan keyakinan bagi manajemen bahwa
tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai. Aren, dkk (2008)
menyatakan bahwa SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah)
merupakan suatu proses yang dirancang oleh manajemen
pemerintah untuk mendukung dalam pencapaian tujuan organisasi
atau pemerintah.
Variabel sistem pengendalian intern pemerintah menggunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh Putri (2013) dan kuesioner
tersebut terdiri dari dua puluh butir pertanyaan mengenai
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
serta informasi dan komunikasi. Masing-masing diukur dengan
menggunakan skala likert 1-5. Skala likert 1-5 dipakai dengan
tujuan untuk mengukur respon dari responden. Semakin tinggi nilai