• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Berbasis Komunitas Perempuan

(Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang )

SKRIPSI

Disusun Oleh :

DICKY EKO PRATOMO 080901028

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, berkah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang). Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi dan Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

memberikan kritik serta saran yang sangat membangun selama penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu, bimbingan, maupun arahan selama di dalam maupun di luar perkuliahan. Terima kasih juga kepada kak Fenni dan kak Betti yang telah banyak membantu dalam urusan administrasi.

5. Teristimewa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua saya tercinta yaitu Ayahanda Ritri Joko dan Ibunda Husniarti, yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan limpahan kasih sayang dan disiplin sehingga saya bisa menjadi anak yang mandiri dan penuh motivasi. Terima kasih juga atas doa maupun tuntunan hidup serta segala dukungan moril maupun materil yang telah diberikan selama saya hidup di dunia ini.

6. Buat yang tersayang dan teritimewa Kesuma S.Sos, terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini, sehingga Ky tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih juga telah menyempatkan waktu dalam membantu penelitian lapangan dan penulisan skripsi. Semoga harapan, impian, serta cita-cita kita bersama dapat terwujud, amin.

7. Adinda Donny dan Ditha yang telah membantu dalam pemeriksaan serta penulisan skripsi ini. Tetap semangat dalam menuntut ilmu dan meraih gelar sarjana, terus tingkatkan Indeks Prestasi kalian.

(5)

9. Keluarga seperjuangan Sosiologi 2008 “Nalar Cepat Mental Kuat” atas kebersamaan dan rasa persaudaraan yang telah terbangun selama ini. Semoga ini menjadi fondasi awal bagi kita dalam meraih kesuksesan dimasa depan. 10. Teman-teman saya kak Rina, kak Isma, mbak Ugik, kak Evlin, yang telah

memberi kontribusi berupa informasi maupun pemikiran dalam penulisan skripsi. Terima kasih juga buat Dara yang sudah mau menggantikan jadwal mengajar saya, sehingga saya dapat fokus dalam mengerjakan skripsi.

11. Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan program beasiswa, pelatihan, serta mendapatkan keluarga baru dari seluruh universitas yang ada di Indonesia. Semoga apa yang sudah saya peroleh dapat menjadi bekal dalam karir saya kedepannya. 12. Para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat

dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Ibu Lismawati selaku Ketua Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II dan Ibu Sri Rahayu selaku Ketua Divisi Keterampilan dan Ekonomi Perempuan Komunitas SPI Kabupaten Deli Serdang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, dan saran yang sifatnya membangun. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

(6)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang), berawal dari ketertarikan penulis terhadap pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) terhadap perempuan-perempuan di desa tersebut. Program pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas tersebut antara lain penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis, kegiatan perwiridan, program pemberantasan penyakit masyarakat (perjudian dan narkotika), program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis, program arisan, program pelatihan keterampilan, program koperasi CU (Credit Union). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan dan bagaimana kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah ketua dan wakil ketua pengurus komunitas SPI Desa Marindal II beserta para anggotanya sebagai informan kunci, sedangkan ketua penanggung jawab divisi keterampilan dan ekonomi perempuan komunitas SPI Kabupaten Deli Serdang dan suami dari anggota komunitas SPI Desa Marindal II sebagai informan tambahan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SPI Desa Marindal II dibagi menjadi dua bentuk yaitu program pemberdayaan sosial seperti peningkatan pengetahuan dan kesadaran perempuan terhadap kesehatan, membangun rasa solidaritas sesama perempuan melalui perwiridan, peningkatan kepedulian perempuan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit masyarakat seperti Judi dan Narkoba, serta pengembangan PAUD gratis dalam meningkatkan kepedulian perempuan pada pendidikan anak usia 3-5 Tahun. Kemudian program pemberdayaan ekonomi seperti upaya peningkatan ekonomi keluarga melalui kegiatan arisan, meningkatkan posisi tawar perempuan melalui pelatihan keterampilan, serta memfasilitasi usaha mikro bagi perempuan melalui koperasi CU (Credit Union).

(7)
(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Rumusan Masalah... 6

1.3.Tujuan Penelitian... 7

1.4.Manfaat Penelitian... 7

1.5.Defenisi konsep... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

2.1. Pengembangan Masyarakat... 11

2.2. Komunitas/Kelompok Sosial... 15

2.3. Peran Sosial Ekonomi Perempuan... 18

2.4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aspek Sosial Ekonomi... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 25

3.1. Jenis Penelitian... 25

3.2. Lokasi Penelitian... 26

3.3. Unit Analisis dan Informan... 26

3.3.1. Unit Analisis... 26

(9)

3.3.2.1. Informan Kunci... 27

3.3.2.2. Informan Tambahan... 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 27

3.5. Interpretasi Data... 29

3.6. Jadwal Pelaksanaan... 29

3.7. Keterbatasan Penelitian... 30

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA... 31

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 31

4.1.1. Sejarah Desa... 31

4.1.2. Komposisi Penduduk... 34

4.1.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 34

4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 35

4.1.3. Mata Pencaharian... 35

4.1.4. Kondisi Sosial Budaya... 37

4.1.5. Sarana dan Prasarana... 38

4.2. Profil Serikat Perempuan Independen ... 43

4.2.1. Serikat Perempuan Independen Deli Serdang... 43

4.2.1.1. Latar Belakang Berdirinya Serikat Perempuan Independen ... 43

4.2.1.2. Visi Serikat Perempuan Independen... 45

4.2.1.3. Misi Serikat Perempuan Independen... 45

4.2.1.4. Tujuan Serikat Perempuan Independen... 45

(10)

4.2.1.6. Struktur Organisasi... 46

4.2.1.7. Bagan Struktur Operasional Serikat Perempuan Independen (SPI)... 47

4.2.2. Serikat Perempuan Independen Marindal II... 48

4.2.2.1. Struktur Kepengurusan Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang... 49

4.3. Profil Informan... 51

4.3.1. Informan Kunci... 51

4.3.2. Informan Tambahan...71

4.4. Strategi Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan oleh Komunitas Serikat Perempuan Independen ... 82

4.4.1. Program dan Jenis Pemberdayaan di Bidang Sosial... 86

4.4.1.1. Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Perempuan Terhadap Kesehatan... 86

4.4.1.2. Membangun Rasa Solidaritas Sesama Perempuan Melalui Perwiridan... 91

4.4.1.3. Peningkatan Kesadaran dan Kepedulian Perempuan Masalah Judi dan Narkoba... 95

4.4.1.4. Peningkatkan Kesadaran Perempuan Pada Pendidikan Anak Usia 3-5 Tahun Melalui PAUD Gratis... 102

4.4.2. Program dan Jenis Pemberdayaan di Bidang Ekonomi... 106

(11)

4.4.2.2. Meningkatkan Posisi Tawar Perempuan Melalui

Pelatihan Keterampilan... 113

4.4.2.3. Memfasilitasi Usaha Mikro Bagi Perempuan Melalui Koperasi CU (Credit Union)... 117

4.5. Keberhasilan Kegiatan Pemberdayaan Sosial Ekonomi... 119

4.5.1. Keberhasilan Pemberdayaan Sosial... 122

4.5.2. Keberhasilan Pemberdayaan Ekonomi... 125

4.6. Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Pemberdayaan... 127

4.6.1. Faktor Sosial... 127

4.6.2. Faktor Ekonomi... 131

4.7. Kendala yang Dihadapi Dalam Kegiatan Pemberdayaan... 132

4.7.1. Faktor Internal... 132

4.7.2. Faktor Eksternal... 134

BAB V PENUTUP... 138

5.1. Kesimpulan... 138

5.2. Saran... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 142

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan... 29

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Dan Batas Wilayah... 31

Tabel 4.2 Pemerintahan/Perangkat Desa... 33

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 34

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 35

Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Marindal II... 36

Tabel 4.6 Agama Penduduk Desa Marindal II... 37

Tabel 4.7 Etnis di Desa Marindal II... 38

Tabel 4.8 Fasilitas Bangunan di Desa Marindal II... 38

Tabel 4.9 Fasilitas Rumah Ibadah/Mesjid di Desa Marindal II... 40

(13)

DAFTAR BAGAN

(14)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang), berawal dari ketertarikan penulis terhadap pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) terhadap perempuan-perempuan di desa tersebut. Program pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas tersebut antara lain penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis, kegiatan perwiridan, program pemberantasan penyakit masyarakat (perjudian dan narkotika), program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis, program arisan, program pelatihan keterampilan, program koperasi CU (Credit Union). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan dan bagaimana kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah ketua dan wakil ketua pengurus komunitas SPI Desa Marindal II beserta para anggotanya sebagai informan kunci, sedangkan ketua penanggung jawab divisi keterampilan dan ekonomi perempuan komunitas SPI Kabupaten Deli Serdang dan suami dari anggota komunitas SPI Desa Marindal II sebagai informan tambahan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SPI Desa Marindal II dibagi menjadi dua bentuk yaitu program pemberdayaan sosial seperti peningkatan pengetahuan dan kesadaran perempuan terhadap kesehatan, membangun rasa solidaritas sesama perempuan melalui perwiridan, peningkatan kepedulian perempuan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit masyarakat seperti Judi dan Narkoba, serta pengembangan PAUD gratis dalam meningkatkan kepedulian perempuan pada pendidikan anak usia 3-5 Tahun. Kemudian program pemberdayaan ekonomi seperti upaya peningkatan ekonomi keluarga melalui kegiatan arisan, meningkatkan posisi tawar perempuan melalui pelatihan keterampilan, serta memfasilitasi usaha mikro bagi perempuan melalui koperasi CU (Credit Union).

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multi dimensi. Kemiskinan ditandai oleh keterbelakangan dan pengangguran yang selanjutnya meningkat menjadi pemicu ketimpangan pendapatan antar golongan penduduk. Penduduk miskin adalah yang paling rendah kemampuannya. Pada saat ini mereka terpusat di kantong kemiskinan, seperti di pedesaaan, pesisir pantai, dan kepulauan atau daerah pasang surut. Akibat krisis multidimensi yang masih harus dihadapi sampai sekarang, dari sejumlah studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin dan termiskin di pedesaan masih cukup banyak. Mereka menjadi bagian dari komunitas dengan struktur dan kultur pedesaan. Kira-kira separuh dari jumlah itu benar-benar dalam kategori sangat miskin (the absolut poor). Kondisi ini benar-benar sangat memprihatinkan.

(http://kfm.depsos.go.id/mod.php?mod=userpage&page_id=1.Diakses 17 Februari 2012 pukul 12.30).

(16)

tercatat pada September 2012 sebanyak 1.378.450 jiwa dari jumlah sebelumnya pada Maret 2012 sebanyak 1.407.250 orang. Diantaranya tercatat pada Maret 2012 sebanyak 669.250 orang (10,32%) penduduk miskin di perkotaan dan sebanyak 738.000 orang (11,01%) di daerah pedesaan sedangkan pada septermber 2012 tercatat 669.360 orang (10,28%) penduduk miskin di perkotaan dan sebanyak 709.090 orang (10,53%) di pedesaan. Termasuk Kabupaten Deli Serdang yang menyumbang kemiskinan sebesar 5,38% di wilayah Sumatera Utara. Dari persentase ini terlihat bahwa jumlah penduduk miskin tidak banyak berubah mulai dari Maret - September 2012 (BPS Indonesia, 2012).

Desa Marindal II merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Mayoritas penduduk di Desa Marindal II merupakan lulusan SMA yaitu sebesar 2.518 orang (34.66%). Selain itu Desa Marindal II merupakan desa dengan penduduk yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 652 orang (39.01%), pekerja bangunan sebanyak 408 orang (24.41%), sedangkan pedagang sebanyak 395 orang (23.63%) . Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Desa Marindal II merupakan lulusan SMA dan rata-rata penduduknya memiliki profesi sebagai petani, pekerja bangunan, dan pedagang yang memiliki tingkat penghasilan relatif rendah. Data tersebut juga menunjukan bahwa Desa Marindal II merupakan desa dengan jumlah penduduk miskin yang relatif cukup besar. Untuk menangani masalah-masalah kemiskinan ini, solusi yang paling tepat adalah dengan melakukan kegiatan pemberdayaan.

(17)

Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 119.630.913 jiwa. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara mencapai 12.985.075 jiwa, yang terdiri atas 6.479.051 laki-laki dan 6.506.024 perempuan. Hasil sensus penduduk 2010 juga memperlihatkan bahwa penyebaran penduduk Sumatera Utara menurut kabupaten/kota rata-rata dibawah 5%, dan hanya lima kabupaten/kota yang persebarannya diatas 5%. Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat adalah tiga kabupaten/kota dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 2.109.339 jiwa (16,24%), 1.789.243 jiwa (13,78%), dan 966.133 jiwa (7,44%). Sedangkan Kabupaten Pakpak Barat merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling sedikit yang berjumlah 40.481 jiwa (0,31%). Di Kabupaten Deli Serdang jumlah penduduknya terdiri dari 900.733 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 888.510 orang

penduduk berjenis kelamin perempuan (BPS Provinsi Sumatera Utara,2010). Sedangkan jumlah penduduk Desa Marindal II tercatat pada tahun 2011 sebanyak 11.757 jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.586 orang dan penduduk perempuan sebanyak 6.171 jiwa. Tentunya secara kuantitas, jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak dari jumlah penduduk secara keseluruhan ini menjadi suatu potensi yang dapat dikembangkan.

(18)

memiliki peran dalam membantu suami untuk mencari nafkah bagi keluarganya, dan turut aktif di dalam berbagai kegiatan serta organisasi politik. Sedangkan di dalam bidang pembangunan, beberapa diantara perempuan aktif dalam kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari aktifitas pemberdayaan yang mereka lakukan.

Kiprah perempuan ini dapat dilihat dengan munculnya LSM Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI), yang berdiri sejak tahun 1990 . Organisasi ini merupakan suatu gerakan perempuan non pemerintahan, non sektarian, non politik, berbentuk himpunan yang beranggotakan serikat perempuan independen pada tingkat kabupaten. HAPSARI memiliki visi dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera tanpa ada penindasan antara perempuan dan laki-laki dengan memberikan penghargaan yang sama terhadap hak-hak yang dimiliki. Organisasi ini juga memiliki beberapa fokus program yaitu pemberdayaan politik perempuan, pemberdayaan anggota, peningkatan ekonomi, pelestarian lingkungan hidup, sosialisasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbasis gender. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya kelompok perempuan desa pada 9 kabupaten di wilayah Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah (http://hapsarisumut.wordpress.com/tag/feminisme, Diakses 10 Januari 2012 pukul 20.15 wib).

(19)

masalah-masalah sosial ekonomi masyarakat ini juga menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Komunitas perempuan yang telah banyak berkembang dalam kehidupan masyarakat desa ini terkesan biasa. Namun ternyata dalam tataran realita kehidupan mampu berperan sebagai sarana yang sangat potensial dan efektif dalam pemberdayaan kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Komunitas perempuan ini awalnya merupakan kelompok perempuan desa yang tergabung dalam organisasi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) yang memiliki sebuah cita-cita agar pada suatu saat kaum perempuan di desa mampu ikut dalam berbagai pengambilan keputusan politik, baik itu politik formal (dalam pemerintahan dan lembaga publik) maupun informal (dalam keluarga dan masyarakat). Sehingga perempuan memiliki kesempatan untuk ikut menyumbang perubahan yang ada di dalam masyarakat.

(20)

Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas perempuan ini, maka dapat dilihat bahwa komunitas perempuan ini memiliki peran yang sangat penting dalam aktifitas pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat desa. Selain itu yang sangat menarik perhatian, bahwa perempuan yang selama ini dianggap sebagai masyarakat kelas dua mampu menciptakan sebuah komunitas yang mampu menjadi sumber daya yang sangat potensial dalam memberdayakan masyarakat desa. Keterlibatan perempuan di dalam berbagai aktifitas pemberdayaan (sektor publik) ini juga tidak terlepas dari adanya masalah budaya patriarki yang masih melekat pada masyarakat desa. Hal inilah yang menjadi dasar pijakan serta ketertarikan peneliti untuk melihat lebih lanjut bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan komunitas perempuan pada masyarakat desa, yang dilihat dari sudut pandang sosiologis.

1.2. Rumusan Masalah

Pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh komunitas perempuan melalui program-program yang telah di jalankan, merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan serta dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat desa khususnya di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Maka berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di Desa Marindal II ?

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian (Bungin,2007:75). Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di Desa Marindal II.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat maupun sumbangsih khususnya bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pemahaman, serta sumbangan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi maupun masyarakat luas, dalam meningkatkan wawasan serta cakrawala berfikir, yang nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang sosiologi pengembangan masyarakat dan sosiologi gender.

b. Manfaat Praktis

(22)

diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat, komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) serta pemerintah desa, khususnya di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, dalam melakukan aktifitas serta program pemberdayaan sosial ekonomi pada masyarakat desa yang berbasis pada komunitas perempuan.

1.5. Defenisi konsep

1. Komunitas perempuan

Merupakan kelompok perempuan desa yang tergabung dalam komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) yang memiliki sebuah cita-cita agar pada suatu saat kaum perempuan di desa mampu ikut dalam berbagai pengambilan keputusan politik, baik itu politik formal (dalam pemerintahan dan lembaga publik) maupun informal (dalam keluarga dan masyarakat).

2. Pemberdayaan masyarakat

Suatu usaha untuk melakukan penyadaran, pengapasitasan, dan pendayaan terhadap masyarakat yang akan diberdayakan. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa komunitas perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan usaha pemberdayaan sosial ekonomi terhadap masyarakat di Desa marindal II.

3. Kondisi sosial ekonomi

(23)

kelompok masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti melihat bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Marindal II.

4. Peran domestik perempuan

Suatu peran yang dikonstruksikan secara sosial terhadap perempuan yang memiliki peran dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga, yang dianggap sebagai kodrat perempuan.

5. Peran publik perempuan

Suatu peran yang dikonstruksikan secara sosial terhadap perempuan yang memiliki peran dalam sektor formal, yang terkait dengan kerja produksi. Dimana perempuan juga memiliki peran dalam membantu suami mencari nafkah serta menyalurkan aspirasi politiknya didepan publik (masyarakat).

6. Jaringan sosial

Suatu pola yang hubungan-hubungan sosial yang tercipta melalui proses interaksi. Pola ini bisa berupa hubungan individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Dalam hal ini dapat dilihat dari pola jaringan yang dibentuk oleh komunitas perempuan desa dalam melakukan aktifitas pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

7. Agen sosial

(24)

pemberdayaan terhadap masyarakat di Desa Marindal II khususnya bagi para anggota komunitas perempuan itu sendiri.

8. Kesetaraan gender

Suatu konsep yang melihat adanya persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan baik dalam sektor domestik maupun publik. sehingga perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk maju dan mengembangkan potensi diri, sama halnya dengan yang dilakukan oleh laki-laki.

9. Solidaritas Sosial

Merupakan suatu tali pengikat berupa nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang di anut oleh kelompok sosial secara kolektif. Rasa solidaritas yang terjalin di antara para anggota komunitas perempuan menjadi sebuah modal sosial yang penting dalam proses pemberdayaan. 10. Stereotipe Negatif

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Masyarakat

Dalam menanggulangi masalah kemiskinan perlu adanya suatu proses pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam menggali potensi yang ada pada masyarakat tersebut. Menurut Soetomo (2010:79), komunitas pengembangan (community development) merupakan suatu proses serta usaha yang dilakukan oleh masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional. Komunitas pengembangan masyarakat sebenarnya telah ada sejak masa koloni Inggris, namun dalam perkembangannya penerapan community development ini banyak dilakukan oleh negara-negara berkembang guna mengentaskan masalah kemiskinan.

(26)

mereka mampu untuk memanfaatkan potensi-potensi modal sosial yang mereka miliki untuk memperbaiki taraf hidupnya dan keluarganya. Komunitas perempuan dalam hal ini hanya sebagai fasilitator yang berusaha menggali potensi-potensi yang ada pada masyarakat guna melakukan pemberdayaan.

Dalam melakukan pemberdayaan, ada dua konsep dalam membangun suatu masyarakat, yaitu yang pertama dengan menggunakan konsep kepercayaan (Trust) yang ada pada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Fukuyama (2002:36), bahwa kepercayaan merupakan tali pengikat antara satu sama lain sehingga tercipta suatu dukungan yang solid dan tahan lama. Trust juga merupakan suatu pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas untuk dapat berperilaku jujur, dan kooperatif. Kemudian yang kedua dengan cara membangun suatu jaringan sosial yang dapat mendukung program pemberdayaan pada masyarakat, sehingga terciptanya suatu pola-pola tertentu. Menurut Damsar (2002:157), jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal.

(27)

Society for International Development sebagai bagian dari strategi cermat untuk membawa pemikiran baru Boserup dan lain-lainnya agar menjadi perhatian para pembuat kebijakan Amerika. Sejak itu, WID digunakan sebagai steno bagi pendekatan terhadap isu perempuan dan pembangunan yang sebagian besar didasarkan kepada paradigma modernisasi. Pendekatan WID di fokuskan kepada inisiatif seperti pengembangan teknologi yang lebih baik, yang tepat, yang akan meringankan beban kerja perempuan. WID bertujuan untuk benar-benar menekan sisi produktif kerja dan tenaga perempuan khususnya penghasil pendapatan dengan mengabaikan sisi reproduktifnya, dan di sini pendekatan itu memperlihatkan asalnya dari kaum liberal Utara pada 1970-an dan 1980-an Mosse (2002:205).

Dalam hal ini komunitas perempuan sebagai suatu agen perubahan yang berupaya menyejajarkan posisi perempuan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan posisi tawar mereka. Cara yang mereka tempuh dengan membuat berbagai program-program pelatihan, salah satunya melalui pelatihan keterampilan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan penyakit masyarakat (judi dan narkoba), program arisan, program paud gratis dan penerapan sistem koperasi simpan pinjam (credit union).

(28)

pendekatan laki-laki kulit putih Utara. Pendekatan ini melacak akar-akar subordinasi dalam ras, kelas, sejarah kolonial, dan posisi negara-negara Selatan dalam tata ekonomi internasional. Pendekatan ini juga memahami tujuan pembangunan bagi perempuan dalam pengertian kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak lebih menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan antara laki-laki dan perempuan daripada pemberdayaan perempuan itu sendiri untuk berusaha mengubah dan mentransformasikan struktur yang sangat bertentangan dengan mereka seperti undang-undang perburuhan, kontrol laki-laki atas tubuh dan hak reproduktif perempuan, undang-undang sipil, dan hak atas kekayaan.

Dalam hal ini komunitas perempuan memiliki sebuah paradigma bahwa dalam membangun kemandirian dan kekuatan intelektual bagi kaum perempuan terlebih dahulu harus ada kesetaraan gender, dimana perempuan dan laki-laki berada dalam posisi yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Dengan kemandirian tadi maka kaum perempuan akan mampu melakukan perubahan dalam struktur kemasyarakatan yang masih menganut budaya patriarki. Dalam mencapai tujuan tadi perlu adanya proses penyadaran bagi kaum perempuan melalui pemberdayaan sehingga mereka memiliki kesadaran secara politik.

(29)

rumah tangga dan komunitasnya sangat mendasar untuk mempertahankan masyarakat mereka. WAD mengakui bahwa laki-laki miskin juga menjadi korban dari proses pembangunan yang mengabaikan mereka, tetapi proses itu cenderung mengelompokkan perempuan tanpa menganalisis pembagian kelas, ras dan etnis di antara mereka secara memadai. Pendekatan WAD berasumsi bahwa posisi perempuan akan lebih baik selama dan ketika struktur internasional menjadi lebih adil, dan dalam hal ini, pendekatan itu cenderung kurang mengindahkan sifat penindasan gender khusus perempuan. Posisi perempuan dilihat sebagai bagian dari struktur internasional dan ketidakadilan kelas, ketimbang sebagai akibat dari ideologi dan struktur patriarki. Pendekatan WAD cenderung menitikberatkan kepada kegiatan yang mendatangkan pendapatan dan kurang mengindahkan tenaga perempuan yang disumbangkan dalam mempertahankan keluarga dan rumah tangga (Mosse,2002:208).

Dalam hal ini komunitas perempuan berfungsi sebagai wadah bagi perempuan untuk menyalurkan berbagai aspirasinya dalam berjuang melawan kemiskinan, penindasan, dan ketidakadilan hidup, yang pada akhirnya akan melahirkan perempuan-perempuan yang mampu mengambil keputusan politik. Baik politik formal maupun informal.

2.2. Komunitas/Kelompok Sosial

(30)

sistem sosial. Kelompok formal adalah kelompok yang didefinisikan sebagai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang didefinisikan sebagai aliansi yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi. Kelompok informal ini terbentuk secara alamiah dalam suasana kerja yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial.

Robert Biersted, dalam (Kamanto, 2004:126) mengklasifikasikan jenis-jenis kelompok dengan menggunakan indikator atau kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Organisasi

2. Hubungan sosial diantara anggota kelompok 3. Kesadaran jenis

Berdasarkan ketiga kriteria atau indikator tersebut Biersted, dalam (Kamanto, 2004:126) kemudian membedakan ada empat jenis-jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok statistik (statistical group)

2. Kelompok kemasyarakatan (societal group) 3. Kelompok sosial (social group)

4. Kelompok asosiasi (associational group)

(31)

keluarganya, serta masyarakat yang ada disekitarnya. Melalui berbagai kegiatan pemberdayaan yang berbasis pada kelompok itu sendiri.

Soekanto (2002:115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial adalah sebagai berikut :

1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya. 3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka

bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya dan dapat pula menjadi faktor pengikat atau pemersatu diantara mereka.

4. Berstruktur , berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

(32)

Tetapi sikap mereka terhadap orang lain atau luar kelompoknya selalu menunjukan kebencian, perasaan menghina, dan permusuhan.

Pada awalnya komunitas Serikat Perempuan Independen Desa Marindal II merupakan kelompok ibu-ibu PKK yang mendapatkan pelatihan dari Komunitas Serikat Perempuan Independen yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Kemudian komunitas tersebut melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan yang pada awalnya bersifat domestikasi dengan memulainya dari kelompok ibu-ibu PKK yang ada di Desa Marindal II sebagai sasaran utama. Pada akhirnya melalui kegiatan-kegiatan tersebut komunitas perempuan mulai melakukan penyadaran kepada anggota kelompoknya bahwa kaum perempuan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang mampu berperan sebagai agen sosial yang mampu melakukan perubahan. Dan nantinya komunitas ini diharapkan dapat menciptakan kaum perempuan yang aktif dalam mengambil keputusan dalam berbagai bidang kehidupan, serta menciptakan kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat.

2.3. Peran Sosial Ekonomi Perempuan

(33)

dikonstruksikan secara sosial sebagai individu yang feminim dan memiliki peran serta aktifitasnya di dalam mengurus berbagai pekerjaan rumah tangga.

Sedangkan konsep lain juga menyatakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Dan masing-masing ciri dari sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan (Fakih, 2002:8). Namun bukan hanya konsep gender saja yang di konstruksikan secara sosio-kultural akan tetapi peran yang harus dijalankan dari masing-masing gender pun berbeda. Dalam perspektif pembagian kerja gender tradisional (gender base division of labour) menempatkan pembagian kerja perempuan di rumah (sektor domestik) dan laki-laki bekerja di luar rumah (sektor publik). Di mana kegiatan memasak, mencuci, dan mengasuh anak merupakan tugas perempuan (sektor domestik) yang dilakukan di dalam rumah. Sedangkan bekerja di luar rumah (sektor publik) merupakan tugas yang harus dilakukan laki-laki untuk menghasilkan materi dalam hal ini uang, yang diartikan sebagai nilai tukar pada masyarakat kapitalis.

Februari 2012 pukul 20.05 wib).

(34)

Menurut Yuarsi dalam (Tukiran, dkk,2007:232-236), ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, setidaknya terdapat tiga alasan yaitu sebagai bentuk aktualisasi diri, sebagai pengisi waktu dan upaya keluar dari rutinitas mengurus rumah tangga, dan sebagai upaya mencari nafkah. Pada kenyataannya, seorang perempuan memutuskan untuk bekerja karena dua atau tiga alasan sekaligus. Dua alasan pertama dapat dilakukan ketika perempuan ketika perempuan telah mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, baik atas usahanya sendiri ataupun atas dukungan orang lain, sedangkan perempuan bekerja dengan alasan ketiga relatif tidak mempunyai pilihan lain. Jika mereka tidak bekerja, akan semakin sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesulitan hidup yang dialami sering kali memaksa perempuan mencari alternatif pekerjaan lain agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga. Tanpa disadari, dalam kondisi yang sulit sebagian perempuan terpaksa menjadi pencari nafkah utama bagi keluarga. Selain harus mencari berbagai pekerjaan, mereka juga harus melakukan berbagai strategi agar penghasilan yang diperoeh dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun dalam kondisi sulit, peran dan sumbangan perempuan untuk rumah tangga cukup nyata. Akan tetapi, hal ini tidak secara otomatis meningkatkan posisi tawar perempuan.

(35)

pemberdayaan ekonomi bagi kaum wanita sangat berhubungan dengan kemampuan atau ketidakmampuan mereka untuk berpartisipasi di dalam pasar-pasar tenaga kerja dan dengan kondisi-kondisi dari kesempatan kerja/berusaha yang dihadapi setelah berhasil mendapatkan pekerjaan, seperti lamanya atau tuntutan jam kerja, persaingan yang ketat antar pegawai di dalam pekerjaan, tempat atau jenis pekerjaan yang tidak terlalu aman atau nyaman bagi wanita, dan lain-lain (Tambunan, 2009:126).

2.4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aspek Sosial Ekonomi

Pemberdayaan adalah suatu isu yang muncul dalam pendekatan pembangunan ketika masyarakat marginal memerlukan bantuan proses penguatan ekonomi dan sosial dalam konteks kesejahteraan hidup masyarakat. Istilah pemberdayaan kini telah populer sebagai suatu pendekatan yang dilakukan pemerintah maupun LSM. Di Indonesia istilah pemberdayaan pada mulanya digunakan oleh LSM untuk memperkuat kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat agar dapat merubah dan memperbaiki posisi mereka ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat secara sosial. Inti dari pemberdayaan adalah bagaimana masyarakat tertentu mempunyai posisi tawar sehingga menjadi pelaku proses pembangunan yang partisipatif dan aktif dan bukan hanya sebagai objek pembangunan (Daulay, 2007:91).

(36)

terus berjuang demi isu-isu jangka panjang. Oleh karena itu, disini komunitas perempuan tidak hanya sebagai sebuah organisasi yang memiliki berbagai program atau kegiatan pemberdayaan, akan tetapi juga berfungsi sebagai sosial agen yang akan membantu masyarakat keluar dari kemiskinan.

Di dalam kehidupan masyarakat tidak sedikit dari kegiatan atau aktifitas yang secara tradisional dipandang sebagai pengembangan masyarakat seperti pekerjaan sosial, pekerjaan kepemudaan, pendidikan, dan profesi kesehatan yang dapat dipahami sebagai kegiatan pengembangan sosial. Meskipun terdapat banyak variasi dalam aktivitas yang merupakan pengembangan sosial, aktifitas tersebut dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pengembangan pelayanan, balai masyarakat, perencanaan sosial dan semangat sosial (Ife dan Frank,2008:412). Dalam hal ini komunitas perempuan merupakan suatu organisasi yang memiliki berbagai kegiatan pemberdayaan sosial seperti, program penyuluhan kesehatan dan perobatan gratis, bekerjasama dengan pemerintah desa dalam memberantas beberapa “penyakit masyarakat” seperti memberantas judi, narkoba, dan minuman keras, mengadakan program perwiridan akbar dan bulanan, dan program keagamaan lainnya, serta telah mencanangkan program pendidikan gratis bagi anak usia dini.

(37)

perikanan rakyat, tambak rakyat, peternakan rakyat, pasar rakyat, tenaga kerja rakyat, industri rakyat, kerajinan rakyat, pertukangan rakyat, tambang rakyat, aneka jasa rakyat, dan lain-lain. Pembangunan perekonomian rakyat meningkatkan daya beli rakyat yang kemudian akan menjadi energi rakyat untuk lebih mampu membangun dirinya sendiri (self-empowering) sehingga rakyat mampu meraih nilai tambah ekonomi sekaligus “nilai tambah sosial”. Dalam melakukan pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat hendaknya para pengembang mampu untuk berupaya memperbaiki sistem ekonomi masyarakat yang telah ada. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini komunitas perempuan memiliki berbagai program yang dapat membantu masyarakat untuk keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Misalnya melalui program arisan pesta, arisan anggota, koperasi simpan pinjam (credit union).

(38)
(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Meleong, 2006:6). Dengan menggunakan metode kualitatif maka peneliti akan lebih mudah mendapatkan informasi dan data yang jelas serta terperinci mengenai kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, serta melihat secara langsung bagaimana strategi dan kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas perempuan tersebut.

(40)

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Dimana pada lokasi ini terdapat sebuah komunitas perempuan yang bernama Serikat Perempuan Independen (SPI), yang aktif dalam berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat desa. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk memilih Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang sebagai lokasi penelitian.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,2007:76). Yang menjadi unit analisis pada penelitian ini adalah pengurus serta anggota yang aktif dalam organisasi Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II yang turut dalam aktifitas pemberdayaan, serta beberapa informan tambahan untuk memperkuat data penelitian seperti, suami dari pengurus komunitas perempuan, serta pengurus organisasi Serikat Perempuan Independen (SPI) di Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2. Informan

(41)

3.3.2.1. Informan kunci

1. Ketua dan wakil ketua pengurus komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang aktif dalam kegiatan pemberdayaan.

2. Anggota komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) yang aktif dalam kegiatan pemberdayaan. Maka diambil sebanyak 10 orang anggota yang aktif dari 35 orang jumlah keseluruhan anggota.

3.3.2.2. Informan tambahan

1. Ketua penanggung jawab divisi keterampilan dan ekonomi perempuan komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Kabupaten Deli Serdang, yang merupakan simpul jaringan dari komunitas perempuan desa tersebut. 2. Suami dari anggota komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) yang aktif

dalam kegiatan pemberdayaan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi, wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

(42)

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin,2007:115). proses pengamatan ini langsung dilakukan kepada hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Karena melalui observasi peneliti dapat melihat bagaimana situasi yang terjadi dilapangan secara langsung. Dilakukan dengan mengamati secara langsung bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Marindal II dan mengamati upaya serta kendala-kendala pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas perempuan tersebut.

2. Wawancara mendalam (in-depth interview), secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin,2007:108). Dilakukan peneliti terhadap informan yang menjadi subjek penelitian guna mengetahui bagaimana peran serta bentuk-bentuk pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas perempuan tersebut.

b. Data Skunder

(43)

diteliti. Dalam penelitian ini tentunya terkait dengan peran komunitas perempuan dalam pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data. Setelah data terkumpul dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Maka akan dilakukan pengolahan, analisis, dan penafsiran. Data yang diperoleh dari lapangan tadi berupa hasil observasi dan wawancara. Kemudian peneliti akan menyederhanakan serta mengedit data tersebut agar lebih mudah dipahami. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan disusun sedemikian rupa. Kemudian data tersebut akan diinterpretasikan secara kualitatif.

Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh makna yang lebih jelas dan mendalam serta luas dan kritis sesuai dengan teori yang relevan. Pada akhirnya peneliti akan menyusunnya sebagai laporan akhir dari penelitian ini. Proses ini sudah dilakukan sejak proposal penelitian dibuat, hingga pada akhir penelitian ini, akan menjadi sebuah laporan yang memiliki ciri analisis kualitatif.

3.6. Jadwal Pelaksanaan

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Observasi √

2. Acc Penelitian √

3. Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

(44)

5. Revisi Proposal Penelitian √

6.

Penelitian Lapangan dan Interpretasi Data

√ √ √ √ √

7. Penulisan Laporan Akhir √ √ √ √

8. Bimbingan √ √ √ √

9. Sidang Meja Hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama didalam melakukan wawancara mendalam kepada informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan dalam proses wawancara, yang disebabkan kegiatan informan yang sarat akan kesibukan. Karena informan peneliti adalah kelompok perempuan yang memiliki berbagai aktifitas domestik (rumah tangga) maupun aktifitas publik (masyarakat) yang menuntut waktu ekstra bagi mereka.

(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Desa

Desa Marindal II merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 706.87 HA. Desa Marindal II merupakan desa yang terletak di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Desa ini berjarak 7 kilometer dari Kecamatan Patumbak serta dapat ditempuh dengan waktu 15 menit jika menggunakan kendaraan bermotor sedangkan jika dari ibu kota provinsi dapat ditempuh dengan waktu 20-30 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Secara teritorial Desa Marindal II berada di jalan lintas Sumatera antara Kota Medan menuju Kabupaten Deli Serdang. Secara lebih terperinci dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Batas Wilayah. Luas

Wilayah Jumlah Penduduk Jumlah KK Batas-Batas Wilayah

767.76 Ha 10.887 Jiwa 2.634 KK

Utara : Percut Sei Tuan Selatan : Sigara-gara

Timur : Tanjung Morawa Barat : Patumbak

Kampung Sumber : Profil Desa Marindal II 2011

(46)

terdapat perkebunan milik Belanda yang bernama Marindal. Perkebunan Marindal memiliki wilayah yang cukup luas, sehingga pada saat itu Desa Marindal dibagi menjadi dua wilayah yaitu Desa Marindal I dan Desa Marindal II. Pada awalnya masyarakat yang tinggal dan menetap di desa ini merupakan para karyawan perkebunan Marindal. Namun sejak Hak Guna Usaha (HGU No.20 Tahun 2000) telah diberlakukan, kemudian perkebunan ini tidak lagi beroperasi. Sehingga masyarakat yang tadinya terdiri dari para karyawan perkebunan mulai pindah ke daerah lain. Sejak saat itu Desa Marindal mulai kedatangan penduduk yang berasal dari luar desa dan terdiri dari berbagai latar belakang profesi. Kedatangan mereka bukan hanya sekedar untuk bertransmigrasi namun juga untuk mencari kehidupan baru yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan daerah asalnya yang kurang memberikan kehidupan yang layak bagi para warganya. Kemudian lambat laun para pendatang tadi mulai bertambah sampai pada saat ini menjadi penduduk tetap di Desa Marindal II.

Pada awalnya ketika desa ini terbentuk, desa ini juga tidak memiliki kantor desa. Sehingga pada saat itu orang-orang yang pernah menjabat sebagai kepala desa tidak memiliki kantor guna menunjang kegiatan serta program-program yang akan dijalankan. Dengan demikian segala urusan yang berkaitan dengan administrasi kependudukan dilakukan secara langsung di rumah kepala desa itu sendiri. Sehingga pola intraksi yang terbangun antara kepala desa dengan warganya terjalin secara langsung dan tanpa perantara. Berikut merupakan nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

(47)

2. Bapak Sapon AS menjabat mulai tahun 1967 - 2000.

3. Bapak Nazaruddin menjabat sementara mulai Juli 2000 - Januari 2001.

4. Bapak Suriadi menjabat mulai Tahun Februari 2001 - September 2001.

5. Bapak Rambe menjabat sementara mulai Oktober 2001 - 2002. 6. Bapak Sukri Yunus Menjabat mulai 2003 sampai sekarang.

Sedangkan pemerintah/perangkat desa yang tercatat dalam profil Desa Marindal II pada tahun 2011 secara lebih rinci dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Pemerintahan/Perangkat Desa

Pejabat Nama Alamat

Camat Faisal Arif Nst. M.Si Jl. Besar Sigara-gara

Kepala Desa Sukri Yunus JL.Balai Desa Marindal -II

Sekr. Desa Jumpri Sucipto JL.Balai Desa Marindal -II

Kaur Pemerintahan Jufri Antono JL.Balai Desa Marindal -II

Kaur Umum Suwito JL.Balai Desa Marindal

-II

Kaur Pembangunan Hadi Mainur JL.Balai Desa Marindal -II

(48)

4.1.2. Komposisi Penduduk

4.1.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tercatat pada tahun 2011 memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.757 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.254 orang. Desa Marindal II memiliki penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 5.586 (47,51%). Sedangkan penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 6.171 (52,48%). Dusun II Desa Marindal II menyumbang penduduk terbanyak yaitu 2.750 (23,39%). Secara lebih terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011

Nama

(49)

4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya, Desa Marindal II merupakan desa yang memiliki lulusan SMA terbanyak yaitu 2.518 orang (34.66%), lulusan SMP sebanyak 2.305 orang (31,73%), dan lulusan SD sebanyak 1.435 orang (19,75%). Namun yang cukup memprihatinkan adalah masih adanya jumlah anak yang tidak tamat atau putus sekolah yaitu sebanyak 831 orang (11,43%), serta masih adanya masyarakat yang buta aksara yaitu sebanyak 40 orang (0,55%). Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan mengingat di Desa Marindal II masih terdapat kelompok masyarakat yang buta huruf. Secara lebih terperinci dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Pendidikan

Sumber : Profil Desa Marindal II 2011

4.1.3. Mata Pencaharian

(50)

lahan pertanian sejak perkebunan milik Belanda telah habis kontraknya di wilayah tersebut. Berkurangnya lahan pertanian di wilayah pedesaan juga mengakibatkan para petani harus beralih profesi, bahkan mengakibatkan munculnya pengangguran. Selain itu penduduk di Desa Marindal II juga memiliki mata pencaharian sebagi pekerja bangunan sebanyak 24,41%. Minimnya pengetahuan yang mereka miliki juga menyebabkan mereka memiliki mata pencaharian sesuai dengan batas kemampuan yang mereka miliki saja, seperti pedagang sebanyak 23,63%. Selain sebagai petani, pekerja bangunan dan pedagang mata pencaharian lain penduduk Desa Marindal II adalah supir sebanyak 16,27%, tukang becak sebanyak 13,76%, PNS sebanyak 3,29%, TNI sebanyak 1,79%, dan POLRI sebanyak 1,43%.

Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Marindal II

(51)

Sumber : Profil Desa Marindal II 2011

4.1.4. Kondisi Sosial Budaya

Desa Marindal II merupakan salah satu desa dengan penduduk yang memiliki keberagaman. Dapat dilihat dari jumlah penduduknya sebanyak 10.489 orang atau sekitar 89.22% mayoritas agama penduduk Desa Marindal II adalah beragama islam. Sedangkan agama lain yang dianut oleh penduduk Desa Marindal II adalah Kristen Protestan sebanyak 1.034 orang atau 8.80% dan Kristen Katolik sebanyak 234 orang atau 1.99%.

Tabel 4.6 Agama Penduduk Desa Marindal II

No Agama Jumlah

1 Islam 10489

2 Kristen Protestan 1034

3 Kristen Katolik 234

Sumber : Profil Desa Marindal II 2011

Desa Marindal II juga memiliki penduduk yang multi etnis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduknya yang mayoritas adalah suku jawa sebanyak 9.792 orang atau 83.29%. Kemudian di ikuti suku lainnya seperti Suku batak toba, Mandailing, Karo, Simalungun, Melayu, dan Suku Minang. Suku Batak Toba ada sebanyak 585 orang atau 4.98%. Sedangkan Suku Mandailing sebanyak 535 orang atau 4.55%. Sedangkan Suku Karo sebanyak 301 orang atau 2.56%. Suku Simalungun ada sebanyak 255 orang atau 2.17%, kemudian Suku Melayu ada sebanyak 72 orang atau 0.61% dan Suku Minang ada sebanyak 64 orang atau 0.55% serta suku lain-lain yang menjadi suku penduduk desa setempat ada sebanyak 153 orang atau 1.3%.

(52)

Tabel 4.7 Etnis di Desa Marindal II

Sumber : Profil Desa Marindal II 2011

4.1.5. Sarana dan Prasarana

Desa Marindal II memiliki sarana maupun prasarana infrastruktur yang dapat menunjang aktifitas penduduknya. Antara lain, di Dusun I Desa Marindal II memiliki 1 rumah ibadah. Sedangkan di Dusun II Desa Marindal II memiiki 2 unit jembatan dan 3 rumah ibadah. Dusun II hanya memiliki 1 unit jembatan saja, sedangkan Desa Marindal IV memiliki 4 gedung pemerintah dan 2 rumah ibadah. Dusun VI sendiri hanya memiliki 1 gedung pemerintah, 6 rumah ibadah dan 300 m Drainase/Parit. Dusun VII memiliki 4 rumah ibadah dan di dusun VIII memiliki 3 rumah ibadah. Sedangkan di dusun IX hanya memiliki 3 rumah ibadah dan 1 rumah sakit/PUSTU.

(53)

JL.Kec/Desa - - - -

Sumber : Profil Desa Marindal II 2011

(54)

mesjid yang bernama Bapak Marwan. Kemudian Dusun II Pondok Nusantara Desa Marindal II juga memiliki mesjid yang bernama Mesjid Al-Muhajirin, dan yang menjadi pengurus mesjid tersebut adalah Bapak Ir. H. Paimal Rifai Koto.

Sedangkan di Pasar IV Dusun VII Desa Marindal II hanya memiliki musholah sebagai sarana ibadah umat islam bagi penduduk setempat. Musholah tersebut bernama Musholah Darul Ummah, dan yang menjadi pengurus dari musholah tersebut adalah bapak Sukimin. Di tempat lain, seperti di Pasar IV Dusun VI Desa Marindal II hanya memiliki satu mesjid yang bernama Mesjid Al-Mustaqim. Dan yang menjadi pengurus mesjid tersebut adalah Bapak Muksin. Seperti halnya, di Pasar IV Dusun VII Desa Marindal II hanya memiliki musholah yang tidak jauh berbeda dengan Pondok 9 Dusun VI Marindal II yang hanya memiliki musholah yang bernama musholah Al-Ikhlas, dan yang menjadi pengurus musholah Al-Ikhlas adalah Bapak Syahrudin. Tidak jauh berbeda dengan dusun-dusun lainnya, jalan Nusa Indah Marindal juga memiliki satu mesjid yang bernama Mesjid Ar-Rahman, dan yang menjadi pengurus mesjid tersebut adalah Bapak Harun Ritonga.

Tabel 4.9 Fasilitas Rumah Ibadah/Mesjid di Desa Marindal II

NO NAMA MESJID ALAMAT PENGURUS

1 MESJID AL-IKHLAS Dusun-I Desa Marindal-II Hatta Siregar 2 MESJID SYA’BAN Dusun-II Desa Marindal-II Legiran 3 MESJID AT-TAQWA Dusun-II Kamp.Baru Desa Marindal-II Marwan

4 MESJID

AL-UMMAH Pasar IV Dusun VII- Desa Marindal-II Sukimin 6 MESJID

(55)

7 MUSOLLAH AL-

IKHLAS Pondok 9 Dusun VI Marindal-II Syahrudin

8 MESJID AR-RAHMAN Jl Nusa Indah Desa Marindal-II Harun Ritonga Sumber : Profil Desa Marindal II 2011

Desa Marindal II juga memiliki tempat ibadah untuk penduduknya yang beragama Kristen, dan tempat ibadah tersebut terletak dibeberapa tempat seperti di Dusun VIII terletak sebanyak tiga gereja bagi Umat Kristen yang pertama gereja tersebut diberi nama G.P.P (Gereja Persekutuan Protestan), dan yang menjadi pengurus dari gereja tersebut adalah ibu L. Br Naibaho. Kemudian, gereja selanjutnya bernama G.O.G (Gereja Okumene Golkoni, dan yang menjadi gereja tersebut adalah Bapak G. Ginting, serta gereja yang terakhir adalah bernama G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia), yang menjadi pengurus gereja adalah Bapak M.Pasaribu. Selanjutnya di Dusun IX Desa Marindal II juga memiliki tiga gereja seperti Dusun VIII. Gereja yang ada di Dusun IX bernama G.S.J.A (Gereja Sidang Jema’at Allah) dan yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak J. Marbun. Kemudian gereja selanjutnya bernama G.P.D.I (Gereja Protestan Di Indonesia), yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak J. Nainggolan. Gereja terakhir adalah bernama G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia) dan Bapak S.Siburian yang menjadi pengurus gereja tersebut hingga kini.

(56)

G. K. L. I, dan Bapak Aladin Sitio yang menjadi pengurus gereja tersebut, dan yang terakhir adalah G. P. I (Gereja Penta Kosta Indonesia), yang menjadi pengurus gereja adalah Bapak M. Tambunan. Terakhir adalah Dusun VII Desa Marindal II yang memiliki gereja paling sedikit dibanding dusun-dusun lainnya. Gereja yang terdapat di Dusun VII adalah H. K. B. P (Huria Kristen Batak Protestan), yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak Silitonga, dan G. B. I (Gereja Bettel Indonesia), dan Bapak Nainggolan yang menjadi pengurus gereja tersebut.

Tabel 4.10 Fasilitas Rumah Ibadah/Gereja di Desa Marindal II N

O NAMA GEREJA ALAMAT PENGURUS

1 G.P.P (Gereja Persekutuan Protestan) Dusun-VIII Desa

Marindal-II L.Br Naibaho

2 G.O.G (Gereja Okumene Golkoin) Dusun-VIII Desa

Marindal-II G.Ginting

3 G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia)

Dusun-VIII Desa

Marindal-II M.Pasaribu

4 G.S.J.A (Gereja Sidang Jema’at

Allah) Dusun-IX Desa Marindal-II J.Marbun

5 G.P.D.I (Gereja Protestan Di

Indonesia) Dusun-IX Desa Marindal-II J.Nainggolan

6 G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia) Dusun-IX Desa Marindal-II S.Siburian 7 G.S.J.A (Gereja Sidang Jema’at

Allah) Dusun-VI Desa Marindal-II F.Hutabarat

8 G.P.D.I (Gereja Protestan Di

Indonesia) Dusun-VI Desa Marindal-II M.Nainggolan

9 G.K.L.I Dusun-VI Desa Marindal-II Aladin Sitio

10 G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia) Dusun-VI Desa Marindal-II M.Tambunan 11 H.K.B.P (Huria Kristen Batak

Protestan) Dusun-VII Desa Marindal-II Silitonga

(57)

4.2. Profil Serikat Perempuan Independen

4.2.1. Serikat Perempuan Independen Deli Serdang

4.2.1.1. Latar Belakang Berdirinya Serikat Perempuan Independen

Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Deli Serdang berdiri sejak tahun 2004 yang dibentuk oleh LSM Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI). Sehingga Serikat Perempuan Independen (SPI) Deli Serdang merupakan salah satu serikat anggota dari HAPSARI yang berada di kabupaten Deli Serdang. Berdirinya SPI adalah hasil kerja pengorganisasian kelompok-kelompok perempuan desa yang dilakukan HAPSARI sejak tahun 1999. Pada awalnya, wilayah kerja dan keanggotaan mencakup wilayah Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Namun, setelah pemekaran kabupaten, Deli Serdang dan Serdang Bedagai, komunitas SPI terpisah menjadi dua serikat. Secara legal formal, SPI Deli Serdang kemudian berbadan hukum dalam bentuk perkumpulan atau komunitas pada tanggal 12 juni 2008.

(58)

ingin menyaingi laki-laki, sok pintar, sok maju bahkan dituduh ingin perang melawan laki-laki. Semua ini sangat menghambat kemajuan kaum perempuan, menghambat kaum perempuan untuk berkarya memajukan keluarga, memajukan desa dan memajukan bangsa.

Pada era modernisasi dan globalisasi seolah memberi sebuah harapan baru bagi kaum perempuan. Perkembangan teknologi dan informasi menuntut berbagai kaum perempuan untuk lebih memiliki wawasan yang luas, sehingga hal tersebut melahirkan harapan baru bagi para kaum perempuan. Melalui perkembangan teknologi, kaum perempuan dapat mengampanyekan hak-hak mereka sebagai kaum perempuan. Tuntutan ekonomi di era modernisasi juga menuntut kaum perempuan untuk dapat bekerja di sektor publik dalam usahanya membantu suami sebagai kepala keluarga. Sehingga dengan adanya keterbukaan tersebut memberi peluang yang sangat besar bagi kaum perempuan untuk mampu bersaing dengan kaum laki-laki. Hal inilah yang memicu munculnya berbagai aktifitas kaum perempuan dalam sebuah wadah yang berbentuk komunitas dalam rangka menyuarakan hak-hak kaum perempuan.

(59)

4.2.1.2. Visi Serikat Perempuan Independen

Terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera tanpa ada penindasan antara perempuan dan laki-laki dengan memberikan penghargaan yang sama terhadap hak-hak yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.

4.2.1.3. Misi Serikat Perempuan Independen

1 Menjadi wadah perjuangan bersama kaum perempuan melalui organsasi perempuan yang independen.

2 Mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk ikut memperjuangkan perlindungan hak-hak kaum perempuan.

3 Membangun mekanisme kerja organisasi kepemimpinan kaum perempuan pedesaan yang lebih demokratis dan independen.

4.2.1.4. Tujuan Serikat Perempuan Independen

1. Melakukan pengorganisasian perempuan, sebagai bagian dari gerakan rakyat untuk melakukan perubahan sosial, budaya, dan politik yang berkeadilan di indonesia.

2. Menyebarluaskan gagasan dan keyakinan kepada masyarakat (terutama perempuan) bahwa berbagai bentuk ketidak adilan terhadap perempuan berakar dari adanya perendahan derajat, martabat dan kemanusiaan kaum perempuan.

4.2.1.5. Program Strategis

Untuk melakukan usaha-usaha yang dilakukan SPI, maka akan dikembangkan program strategis yang meliputi:

1. Pembentukan kelompok-kelompok perempuan desa

(60)

3. Pengembangan ketrampilan untuk peningkatan ekonomi perempuan.

4. Penggalangan hubungan dan kerjasama untuk pemberdayaan perempuan dan anak.

5. Pengembangan informasi untuk penguatan organisasi.

4.2.1.6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi SPI saat ini terdiri dari Dewan Pengurus Serikat (DPS) yang dipilih melalui Kongres dan Koordinator Program yang diangkat oleh DPS terpilih kemudian koordinator program mengangkat staf yaitu:

1. Dewan Pengurus Serikat (DPS) periode 2009-2011 : Ketua : Farida Ariyani Lubis

Wakil Ketua : Sanikem ST Sekretaris : Sri Rahayu Wakil Sekretaris : Juwariah Bendahara : Jumsiah

Anggota : Rahmawati dan Supiatik 2. Koordinator Program : Farida Ariyani Lubis

Dev.Informasi Dan Jaringan

Dev.Keterampilan Dan Ekonomi Perempuan Dev.Penguatan Anggota

Dev.Kelembagaan Dan Administrasi

(61)

7 Kecamatan dan 23 Desa di Kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah 216 orang (Profil SPI Deli Serdang Tahun 2008).

4.2.1.7. Bagan Struktur Operasional Serikat Perempuan Independen (SPI)

Bagan 4.1 Stuktur opersional serikat perempuan independen

4.2.2. Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II

Dewan Pengurus Serikat (DPS)

Pelaksana Koordinator

Program

Kelembagaan & Administrasi

Pengawas / Pengarah

Devisi Informasi & Jaringan

Devisi Ekonomi & Keterampilan

Perempuan Devisi

Penguatan Anggota

(62)

4.2.2. Serikat Perempuan Independen Marindal II

Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II adalah bagian dari SPI Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dikarenakan komunitas SPI Desa Marindal II merupakan hasil binaan dari komunitas SPI Kabupaten Deli Serdang. Sesuai dengan visi dan misi serta tujuan dari komunitas SPI Deli Serdang, Tujuan didirikannya komunitas SPI Desa Marindal ini adalah sebagai wadah bagi kaum perempuan desa untuk belajar dan mewujudkan kesejahteraan serta pemenuhan hak-hak kaum perempuan. Dan pada akhirnya komunitas ini diharapkan untuk menyumbang terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat agar lebih adil dan sejahtera.

(63)

Seiring dengan perkembangannya, pada tahun 2010 Desa Marindal mengalami bencana alam yaitu agin puting beliung. Kemudian komunitas SPI Desa Marindal memiliki inisiatif dalam membentuk posko bantuan serta pemulihan ekonomi masyarakat pasca bencana alam tersebut yang dananya diperoleh baik secara swadaya (dari para anggota) maupun dari masyarakat luar serta pemerintah. Sejak saat itu komunitas ini semakin dikenal dibeberapa desa di Kecamatan Patumbak hingga di tingkat Kabupaten Deli Serdang. Komunitas SPI Desa Marindal juga memiliki komitmen dalam memberantas penyakit masyarakat seperti judi, narkoba, dan minuman keras. Hal ini di wujudkan dengan bekerjasama dengan pemerintah desa dan POLRI melalui Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM). Berikut struktur kepengurusan komunitas SPI Desa Marindal II :

4.2.2.1. Struktur Kepengurusan Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang :

1. Pelindung : Sukri Yunus (Kepala Desa Marindal II) 2. Pembina : Sugi Hartati / Indra Sudewi

a. Ketua Umum : Lismawati Siregar b. Wakil Ketua : Hanisah Harahap c. Sekertaris : Lina Siagian d. Bendahara I : Rabaniah e. Bendahara II : Wirda Hanum f. Seksi Humas : 1. Rusmiati

(64)

3. Susinawati 4. Indra Sudewi g. Seksi Pendidikan : 1. Rahmawati

2. Rida Wani

3. Anita Murni

4. Khairani

5. Wiwid

6. Raminiyanti h. Seksi Olahraga : 1. Surtini

2. Satini

3. Nurhayati/Giwok

4. Sulastri i. Seksi Konsumsi : 1. Kartini 2. Juniarti

3. Suparti 4. Jumsia j. Seksi Dekorasi : 1. Suriati 2. Susan

(65)

4.3. Profil Informan

4.3.1. Informan Kunci

1. Nama : Lismawati Siregar

Usia : 49 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Guru TK

Posisi dalam organisasi : Ketua

Aktif sejak tahun : 2010 - Sekarang

Ibu Lismawati atau yang lebih akrab dipanggil dengan Bunda Lisma ini adalah salah seorang guru sekaligus pemilik Taman Kanak-kanak (TK) yang berada di Kampung Trembesi Dusun II Desa Marindal II dan sudah lama bertempat tinggal di daerah tersebut. Sebagai ketua umum di organisasi Serikat Perempuan Independen (SPI) beliau sangat dekat dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan segala hal yang menyangkut permasalahan sosial ekonomi masyarakat menjadi perhatian utama dari Serikat Perempuan Independen (SPI).

(66)

komunitas SPI berfungsi sebagai suatu agen sosial yang berbentuk komunitas bagi kaum perempuan dalam meningkatkan pengetahuan mengenai gender, kesehatan, dan ekonomi. SPI juga berfungsi sebagai media dalam mengasah keterampilan serta kreatifitas para perempuan desa. Karena pada hakikatnya perempuan membutuhkan sebuah wadah untuk melakukan perubahan. Inilah yang menjadi manfaat besar ketika perempuan desa telah berdaya untuk melakukan sebuah perubahan.

Ibu Lisma mengatakan bahwa SPI Desa Marindal II merupakan komunitas binaan dari SPI Kabupaten Deli Serdang. Namun dalam perkembangannya SPI di setiap desa di Kabupaten Deli Serdang memiliki permasalahannya masing-masing. Sehingga setiap program yang akan dibuat serta dilakukan harus berdasarkan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat di setiap desa di Kabupaten Deli Serdang. Sehingga setiap kegiatan yang telah diprogram belum tentu dapat berhasil dijalankan secara keseluruhan.

2. Nama : Hanisah Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Posisi dalam organisasi : Wakil ketua Aktif sejak tahun : 2010 - Sekarang

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Batas Wilayah.
Tabel 4.2 Pemerintahan/Perangkat Desa
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait