Produk konsumen sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Namun produk konsumen seperti mainan edukatif balita sudah banyak tercemar logam berat timbal (Pb). Timbal (Pb) pada mainan edukatif biasanya berasal dari cat dan bahan baku yang digunakan. Mainan yang mengandung Timbal (Pb) dapat masuk kedalam tubuh balita karena kemungkinan besar saat bermain balita memasukkan mainan ke dalam mulutnya. Orang tua dan guru sangat berperan dalam memilih mainan dan mengawasi cara bermain anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita.Penelitian ini dilakukan pada Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai.
Jenis Penelitian bersifat deskriptif dimana populasi dan sampel orang tua adalah 30 orang dengan teknik total sampling. Sedangkan populasi guru adalah 37 orang dan sampel 30 orang dengan teknik Simple Random Sampling. Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (75%) mainan edukatif balita mengandung timbal (Pb) dengan kisaran kandungan sebesar 1,48-8,05 ppm, kandungan tersebut masih memenuhi syarat. Tingkat pengetahuan orang tua tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif terdiri dari pengetahuan sedang (33,3%) dan pengetahuan baik (66,7%). Sedangkan tingkat pengetahuan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita terdiri dari pengetahuan sedang (6,7%) dan pengetahuan baik (93,3%).
Kesimpulan yang dibuat adalah sebagian besar mainan edukatif balita mengandung Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dn guru baikDisarankan kepada pihak Taman Kanak-Kanak dan orang tua untuk dapat mengenali ciri-ciri mainan yang mengandung Pb dan mengawasi cara bermain anak.
product like educational toys has contaminated by heavy metals Pb. Pb in educational toys commonly from paints and the raw materials. Toys that contaminated by heavy metals Pb could be asorb by the body of kids by putting the toys to in their mouths. Parents and teachers take a big role to choose toys and monitoring children while they are playing around.
The aim of this study is to identity a number of heavy metal Pb and the
parents and teacher’s knowladge about heavy metal Pb in educational toys for
children under five years old. This research will be held in kindergarten at Kecamatan Medan Denai.
This study is a descriptive which the parents population and sample is about 30 people taken by total sampling technique. Population of teachers is about 37 people with total samples is 30 people got by the simple random sampling technique. Data will be analyzed descriptively in tables and narration.
The study found that (75%) of educational toys for children under five years old consisting 1,48-8,05 ppm of Pb. It means Pb is still under value limit. Parent’s
knowladge about Pb in educational toys for chldren under five years old is in intermediate level about (33,3%) and in good level about (66,7%). Teacher’s
knowladge about Pb in educational toys is inintermediate level of knowladge, that is about (6,7%) and in good level about (93,3%).
The conclusion of this study is found a lot of educational toys for children under fiveyears consisting Pb and the parent’s knowladge is in good level. Suggested
to recognize the characteristic of educational toys that consisting Pb. So the kindergarten teacher and parents must be look after the children when they are playing.
Keywords : Pb, Educational toys, Children under five years old, Parent and
Nama : DEVI DESTIKA POHAN
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 14 Desember 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 Dari 2 Bersaudara
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Perintis 1 No. 5 Medan Estate
Riwayat Pendidikan :
1. SD Swakarya : 1998 - 2004
2. SMPN 27 Medan : 2004 - 2007
3.SMAN 11 Medam : 2007 - 2010
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera : 2010 - 2014
Utara
Riwayat Organisasi :
1. Himpunan Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan : 2012 - 2013
Alhamdulillahirabbil’alamin, tiada kata seindah pujian kepada Allah SWT
yang telah banyak memberi nikmat kepada setiap hambaNya. Iringan salam
disampaikan pula kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kesempurnaan
akhlak,insyaAllahdi akhirat nanti kita mendapat syafaatnya.
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “Analisis kandungan Timbal (Pb) dan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua dan Guru Tentang Timbal (Pb) Pada Mainan Edukatif Balita Di Taman
Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua tercinta, Ayahanda
Ependi Pohan dan Ibunda Siti Aminah Purba, adikku Ananta dan seluruh keluarga
yang selalu membangkitkan semangat dan inspirasiku. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Dosen Penguji II dan dr. Taufik
Ashar, MKM selaku Dosen Penguji III Skripsi yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
5. dr. Heldy B.Z, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM
USU.
6. Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) di Kecamatan Medan Denai.
7. Sahabat-sahabat tersayang Yulia, Isna, Lina, Dini, Petra, Putri, Cyndi,
Anggi, Sasya, Merlyn, Palma, Ira, Meythira, Erna, Rifky, Rofiqoh, Berly,
Widya, Vya, Reza, Yeyen, dan seluruh teman-teman HMP Kesehatan
Lingkungan serta angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2014
HALAMAN PENGESAHAN………………….. i
ABSTRAK………... ii
ABSTRACT……….. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. iv
KATA PENGANTAR………... v 2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen ………. 7
2.2 Logam Berat ……….. 7
2.3 Timbal ……….... 8
2.3.1 Pengertian Timbal (Pb)………... 8
2.3.2 Sifat Timbal (Pb) ……… 9
2.3.3 Sumber Pencemaran Timbal (Pb) ………... 10
2.3.4 KegunaanTimbal (Pb) ………... 11
2.3.5 Dampak Timbal (Pb) Bagi Kesehatan Masyarakat …… 11
2.3.6 Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif ... 13
2.4 Mainan Edukatif Balita ………... 15
2.4.1 Pengertian Mainan Edukatif………...…….... 15
2.4.2 Ciri Mainan Edukatif Balita ……….. 15
2.4.3 Jenis-Jenis Mainan Edukatif Balita ……… 18
2.5 Balita………. 24
2.5.1 Pengertian Balita ... 24
2.5.2 Karakteristik Balita ………... 25
2.5.3 Tumbuh Kembang Balita... 26
2.6 Stimulasi Pada Balita ... 27
2.7 Pengetahuan Orang Tua ……… 28
3.2.1 Lokasi Penelitian ……….. 29
3.2.2 Waktu Penelitian……….. 29
3.3 Objek Penelitian ……… 29
3.4 Populasi dan Sampel ……… 30
3.4.1 Populasi ……… 30
3.4.2 Sampel ………. 30
3.5 Metode Pengumpulan Data ……….. 32
3.5.1 Data Primer ……….. 32
3.5.2 Data Sekunder ……….. 32
3.6 Definisi Operasional ……… 32
3.7 Aspek Pengukuran ………. 33
3.7.1 Timbal (Pb)……… ……….. 33
3.7.2 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Timbal pada Mainan Edukatif Balita……….. 33
3.8 Prosedur Pengukuran Timbal (Pb) ………. 34
3.8.1 Prinsip Pengukuran ……… 34
3.8.2 Peralatan dan Bahan ……….. 34
3.8.3 Cara Kerja………. 35
3.8.4 Pengukuran ……… 37
3.8.5 Perhitungan ……… 37
3.9 Teknik Pengolahan Data ……… 38
3.10 Teknik Analisa Data ……….. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
4.2 Hasil Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak- Kanak Kecamatan Medan Denai ... 41
4.3 Karekteristik Responden ... 42
4.3.1 Umur ... 42
4.3.2 Jenis Kelamin ... 43
4.3.3 Tingkat Pendidikan ... 44
4.3.4 Pekerjaan ... 45
4.4 Hasil Pengukuran Pengetahuan Orang Tua dan Guru di Taman Kanak- Kanak Kecamatan Medan Denai ... 46
4.4.1 Definisi Mainan Edukatif ... 46
4.4.2 Mainan Edukatif Yang Mengandung Timbal (Pb) ... 46
4.4.3 Bahan Kimia Seperti Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita... 46
4.4.4 Asal Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita……... 47
4.4.5 Jalur Masuk Timbal (Pb) Ke Dalam Tubuh Balita ... 47
4.4.10 Negara Asal Mainan Edukatif Balita Yang
Mengandung Timbal (Pb) ... 51 4.4.11 Tingkat Pengetahuan Orang tua dan Guru Tentang
Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai
Tahun 2014 ... 51
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kandungan Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita... 52 5.2 Karakteristik Responden ... 53
5.3 Tingkat Pengetahuan Orang Tua dan Guru Tentang
Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita ... 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 57 6.2 Saran ... 57
Gambar 1 Puzzle Geometri ……… 19
Gambar 2 Puzzle yang Terbuat Dari Kertas ……… 20
Gambar 3 Building Block ……… 21
Gambar 4 Kitchen Set ……….22
Gambar 5 Lilin Mainan ………...…. 22
Gambar 6 Krayon ……… 23
Tabel 2.1 Hasil Uji Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Oleh YLKI ... 14 Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita di
Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014 ... 38 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Orang Tua dan Guru di
Taman Kanak - Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Orang Tua dan
Guru Di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014... 45 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua dan
Guru di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua di
Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014... 46 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Orang Tua dan Guru yang
Pernah Mendapatkan Informasi Tentang timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan
Medan Denai Tahun 2014... 47 Tabel 4.7 Distribusi responden Berdasarkan Pengetahuan Orang tua
dan Guru Tentang Asal Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun
2014...48 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Orang tua
dan Guru Mengenai Jalur Masuk Timbal (Pb) ke Dalam Tubuh Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun
2014... ..49 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Orang Tua dan
Guru Mengenai Bahaya Atau Tidaknya Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan
Medan Denai Tahun 2014...49 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Orang tua
dan Guru Mengenai Pentingnya Memeriksa Keterangan Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan
Denai Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Orang tua
dan Guru Mengenai Pentingnya Mencium Bau pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan
Denai Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Orang tua
dan Guru Tentang Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita
Tentang Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita
Lampiran 2 Master Data Kuesioner Karakteristik Orang Tua di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 3 Master Data Kuesioner Karakteristik Guru di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 4 Master Data Kuesioner Pengetahuan Orang Tua di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 5 Master Data Kuesioner Pengetahuan Guru di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 6 Output SPSS Kuesioner Karakteristik Orang Tua di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 7 Output SPSS Kuesioner Karakteristik Guru di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 8 Output SPSS Kuesioner Pengetahuan Orang Tua di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 9 Output SPSS Kuesioner Pengetahuan Guru di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 10 Output SPSS Tingkat Pengetahuan Orang Tua Orang Tua dan Guru Tentang Timbal (Pb) Pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 12 Hasil Uji Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Lampiran 13 SNI 8124-3:2010
Lampiran 14 Surat Izin Penelitian
Produk konsumen sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Namun produk konsumen seperti mainan edukatif balita sudah banyak tercemar logam berat timbal (Pb). Timbal (Pb) pada mainan edukatif biasanya berasal dari cat dan bahan baku yang digunakan. Mainan yang mengandung Timbal (Pb) dapat masuk kedalam tubuh balita karena kemungkinan besar saat bermain balita memasukkan mainan ke dalam mulutnya. Orang tua dan guru sangat berperan dalam memilih mainan dan mengawasi cara bermain anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita.Penelitian ini dilakukan pada Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai.
Jenis Penelitian bersifat deskriptif dimana populasi dan sampel orang tua adalah 30 orang dengan teknik total sampling. Sedangkan populasi guru adalah 37 orang dan sampel 30 orang dengan teknik Simple Random Sampling. Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (75%) mainan edukatif balita mengandung timbal (Pb) dengan kisaran kandungan sebesar 1,48-8,05 ppm, kandungan tersebut masih memenuhi syarat. Tingkat pengetahuan orang tua tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif terdiri dari pengetahuan sedang (33,3%) dan pengetahuan baik (66,7%). Sedangkan tingkat pengetahuan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita terdiri dari pengetahuan sedang (6,7%) dan pengetahuan baik (93,3%).
Kesimpulan yang dibuat adalah sebagian besar mainan edukatif balita mengandung Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dn guru baikDisarankan kepada pihak Taman Kanak-Kanak dan orang tua untuk dapat mengenali ciri-ciri mainan yang mengandung Pb dan mengawasi cara bermain anak.
product like educational toys has contaminated by heavy metals Pb. Pb in educational toys commonly from paints and the raw materials. Toys that contaminated by heavy metals Pb could be asorb by the body of kids by putting the toys to in their mouths. Parents and teachers take a big role to choose toys and monitoring children while they are playing around.
The aim of this study is to identity a number of heavy metal Pb and the
parents and teacher’s knowladge about heavy metal Pb in educational toys for
children under five years old. This research will be held in kindergarten at Kecamatan Medan Denai.
This study is a descriptive which the parents population and sample is about 30 people taken by total sampling technique. Population of teachers is about 37 people with total samples is 30 people got by the simple random sampling technique. Data will be analyzed descriptively in tables and narration.
The study found that (75%) of educational toys for children under five years old consisting 1,48-8,05 ppm of Pb. It means Pb is still under value limit. Parent’s
knowladge about Pb in educational toys for chldren under five years old is in intermediate level about (33,3%) and in good level about (66,7%). Teacher’s
knowladge about Pb in educational toys is inintermediate level of knowladge, that is about (6,7%) and in good level about (93,3%).
The conclusion of this study is found a lot of educational toys for children under fiveyears consisting Pb and the parent’s knowladge is in good level. Suggested
to recognize the characteristic of educational toys that consisting Pb. So the kindergarten teacher and parents must be look after the children when they are playing.
Keywords : Pb, Educational toys, Children under five years old, Parent and
1.1 Latar Belakang
Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah
konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang
terjual dan dibeli konsumen akan dipakai dan dikonsumsi sendiri dan bukan untuk
dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi
manusia. Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan
toksik. Bahan toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Meningkatnya penggunaan
senyawa kimia berbahaya pada produk konsumen mengakibatkan gangguan
kesehatan dan merusak lingkungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Sucofindo beberapa negara Eropa dan
Amerika telah memberlakukan peraturan perundangan yang mengatur batasan jumlah
senyawa kimia berbahaya yang terkandung dalam produk konsumen. Produk
konsumen tersebut terdiri sari sepatu, alas kaki, pakaian jadi, barang elektronika, dan
produk mainan. (Sucofindo, 2013).
Salah satu bahan kimia yang terdapat pada produk konsumen adalah logam
berat. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari
(Purnama, 2009). Salah satu unsur logam berat yang banyak terdapat didalam produk
konsumen adalah timbal (Pb).
Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang
aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb
dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus
daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 328 oC
(6620F), titik didih 1.740 oC (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34
dengan berat atom 207,20 (Widowati, 2008).
Timbal bisa masuk dalam lingkungan dan tubuh manusia dari berbagai
macam sumber seperti bensin (petrol), daur ulang atau pembuangan baterai mobil,
mainan, cat, pipa, tanah, beberapa jenis kosmetik dan obat tradisional dan berbagai
sumber lainnya (WHO, 2007).
Tahun 2004 Komisi Keamanan Produk konsumen Amerika (The U.S.
Consumer Product Safety Commision/CPSC) telah menarik 150 juta produk mainan
(berupa perhiasan seperti kalung, gelang atau cincin) yang diduga mengandung Pb.
(Shnews, 2007). Pada tahun 2007 Hasil tes dari Sucofindo atas mainan, menemukan
bahwa mainan impor China memang berbahaya karena mengandung timbal di atas
kadar normal. Dalam laporan yang dikeluarkan Sucofindo bernomor 0250195,
diketahui bahwa mainan mobil-mobilan China mengandung timbal hingga 353
kali lipat dari ambang batas yang direkomendasikan oleh Badan Standardisasi
Mainan Dunia (IN71),sebesar 90 ppm. (Sucofindo, 2013)
Pada Tahun 2011 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
mengumumkan penemuan zat berbahaya yang terdapat dalam mainan edukatif anak
yang banyak dijual bebas di Pasar Indonesia, terutama di Ibu Kota Jakarta. Sebanyak
21 mainan yang diperiksa oleh YLKI secara acak dari lima wilayah di Jakarta yang
berjumlah 12 tempat penjualan diketahui mengandung zat yang berbahaya bagi
kesehatan anak seperti Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Cadmium (Cd) dan Chromium
(Cr). Sebanyak 21 mainan yang diuji terdiri dari mainan edukasi berbentuk sempoa,
kereta, sejumlah puzzle, balok ukur berwarna, balok rumah-rumahan, rumah hitung
kayu serta kotak pos dimana semuanya menggunakan cat pewarna (YLKI, 2012).
Mainan edukatif adalah mainan yang melatih kemampuan fisik, merangsang
kemampuan berfikir, dan mengajari anak tentang nilai kemanusiaan seperti
keikhlasan, berbagi, sikap sabar dan kesadaran akan pentingnya kerja sama (Effiana,
2009). Namun mainan edukatif tidak selamanya aman digunakan karena terdapat
timbal (Pb) pada mainan edukatif tersebut. Mainan edukatif paling sering digunakan
oleh balita karena bermain menggunakan mainan edukatif dapat dapat membantu
memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan balita. Balita adalah anak yang
telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia
anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006).
Timbal (Pb) dapat berasal dari zat warna yang digunakan dan bahan baku pada
proses pembuatan mainan (Sanusi et al., 2007). Timbal dapat lepas sebagai debu pada
terjadi penyinaran atau pamanasan terutama terkena sinar matahari. Komisi
Keamanan Produk Konsumen Amerika telah melakukan penelitian dimana
penyinaran dan pemanasan membebaskan debu timbal. Pada produk mainan timbal
dapat lepas selama mainan digunakan dengan normal (Shnews, 2004). Balita adalah
yang paling berisko terpapar timbal melalui mainan edukatif. Hal ini dikarenakan
kebiasaan balita yang sering memasukkan tangan, mainan dan segala sesuatu kedalam
mulutnya, kemudian intensitas bermainnya lebih tinggi dibandingkan anak- anak
yang berusia lima tahun keatas (Lubis et al., 2013).
Timbal akan lebih mudah diserap oleh tubuh pada masa perkembangan, pada
anak-anak. Jumlah timbal yang diserap mencapai 50% dibandingkan orang dewasa
yang hanya dapat menyerap sekitar 35% (Lubis et al., 2013), selain itu otak serta
sistem saraf anak-anak lebih sensitif terhadap kerusakan akibat timbal, sehingga pada
tingkat yang rendah sekalipun dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan
(IQ), ketidakmampuan belajar (kesulitan belajar), hiperaktifitas dan agresif sehingga
menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. Selain itu timbal juga menyebabkan
gangguan pertumbuhan, gangguan pada pendengaran, dana kerusakan ginjal. Pada
tingkat keracunan yang tinggi, menyebabkan kematian.
Mainan edukatif balita banyak digunakan pada Taman Kanak-Kanak untuk
membantu murid belajar, khususnya di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan
Denai yang menggunakan mainan edukatif setiap hari. Pengetahuan orang tua dan
guru mengenai Timbal juga sangat diperlukan terutama dalam menentukan mainan
Berdasarkan uraian masalah pada Latar Belakang tersebut, maka peneliti ingin
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis kandungan Timbal (Pb) dan tingkat
pengetahuan orang tua dan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di
Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Pencemaran logam berat semakin banyak pada produk konsumen, termasuk
mainan edukatif yang mengandung bahan kimia seperti timbal (Pb) yang akan
memberikan dampak negatif bagi balita. Orang tua dan guru berperan penting dalam
menentukan mainan dan mengawasi cara bermain anak. Maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah terdapat kandungan timbal (Pb) dan bagaimana tingkat
pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di
Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014.
1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui kandungan Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan
guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak
Kecamatan Medan Denai Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui ada atau tidaknya kandungan Timbal (Pb) pada mainan edukatif
balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai.
2. Mengetahui jumlah kandungan Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di
Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai disesuaikan dengan SNI ISO
3. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang Timbal (Pb) pada mainan
edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai.
4. Mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan
edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai.
1.4 Manfaat Penelitiaan
1. Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk
pengayaan literatur tentang kandungan timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan
orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman
Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai.
2. Bagi masyarakat Kota Medan dan khususnya masyarakat di kecamatan
Medan Denai sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan
masyarakat tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya
mengenai kandungan timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan
guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-Kanak
Kecamatan Medan Denai.
4. Untuk peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan dan
memecahkan permasalahan tentang timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan
2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen
Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah
konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang
terjual dan dibeli konsumen akan dipakai dan dikonsumsi sendiri dan bukan untuk
dijual kembali (Godam, 2008). Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang
mengandung bahan toksik. Bahan toksik adalah bahan kimia yang dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian.
Bahan toksik ini dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan,
pencernaan atau masuk melalui pori-pori kulit, lalu beredar keseluruh tubuh. Zat-zat
yang bersifat toksik dapat langsung menggangu organ-organ tubuh tertentu seperti
hati, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Salah satu bahan toksik yang terdapat
pada produk konsumen adalah Logam Berat ( Nur et al., 2010).
2.2 Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari
5gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S, dan bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7
(Purnama, 2009).
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam
dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah
Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial
atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahuimanfaatnya
atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (Darmono,
1995).
Toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu
(Darmono, 1995) :
a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan
Zn
b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co
c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe
2.3 Timbal (Pb)
2.3.1 Pengertian Timbal (Pb)
Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang
aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb
dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus
daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 328 oC
(6620F), titik didih 1.740 oC (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34
dengan berat atom 207,20 (Widowati, 2008). Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam
golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82
dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004). Timbal merupakan logam
lingkungan dan seluruh sistem biologis (Suhendrayatna, 2001). Walaupun bersifat
lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air
dingin, air panas dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan
asam sulfat pekat.
Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II) dan senyawa
organometalik yang terpenting adalah timbal tetra etil (TEL: tetra ethyl lead), timbal
tetra metil (TML : tetra methyl lead) dan timbal stearat. Merupakan logam yang tahan
terhadap korosi atau karat, sehingga sering digunakan sebagai bahan coating (Saryan,
1994). Penggunaan timbal terbesar lainnya adalah dalam produksi baterai
penyimpan untuk mobil. Selain itu timbal juga digunakan untuk produk- produk
logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna
(Fardiaz, 2005). Timbal juga digunakan sebagai pigmen timbal dalam cat (Lu,
2006).
2.3.2 Sifat Timbal (Pb)
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus
seperti berikut:
a. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
b. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
c. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327, 5°C.
d. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam,
e. Merupakan pengantar listrik yang baik.
2.3.3 Sumber Pencemaran Timbal (Pb) 1. Sumber Alami
Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar
13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di
dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb)
yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground
water) berkisar antara 1-60 µg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air
permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10
µg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut
Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung timbal (Pb) sekitar
0,07 µg/liter.
2. Sumber Industri
Timbal (Pb) dapat berasal dari industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra
ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar,
sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber
pencemaran timbal (Pb). Selain itu timbal juga digunakan di berbagai industri seperti
industri baterai, paduan logam (alloy), sarung kabel, amunisi, tinta cetak, zat
warna/pigmen, stabilisator pada plastik polivinil klorida, keramik dan gelas kristal
yang menggunakan timbal oksida dan silikat (Fardiaz,1992).
2.3.4 Kegunaan timbal (Pb)
Penggunaan timbal dalam kehidupan sehari-hari antara lain ( Fardiaz, 1992 ):
2. Dalam produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder,
bahan kimia, dan pewarna ( cat).
3. Timbal (Pb) digunakan dalam bentuk alloy, seperti pipa-pipa yang
digunakan untuk mengalirkan bahan kimia yang korosif karena Timbal
merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi.
4. Digunakan sebagai campuran dalam pelapis keramik yang disebut glaze,
dalam bentuk PbO untuk membentuk sifat mengkilap pada keramik
5. Digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra
Ethyl Lead (TEL), Pb (C2H5)4 untuk mengurangi letupan pada proses
pembakaran oleh mesin kendaraan.
2.3.5 Dampak Timbal (Pb) bagi kesehatan masyarakat
Timbal (Pb) adalah salah satu jenis logam berat yang mengalami peningkatan
penggunaan pada industri akhir-akhir ini. Timbal berasal dari kerak bumi, karena
proses alam dan penambangan menyebabkan timbal dapat dijumpai pada ekosistem
makhluk hidup. Logam timbal banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, dari
kosmetik sampai bahan bakar kendaraan bermotor (Kurniawan, 2008). Jalur
masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui saluran pencernaan lewat
makanan dan minuman, hirupan asap kendaraan bermotor serta hasil industri dan
melalui penyerapan dikulit dari kosmetik atau mainan. Toksisitas timbal pada
kesehatan manusia mempunyai pengaruh yang luas, dari gangguan syaraf, gangguan
metabolisme tulang sampai kerusakan ginjal dan gangguan fungsi hati (Sakkir, 2008)
Bahkan penelitian terakhir menunjukkan bahwa logam timbal memiliki sifat
tubuh yang menjadi tempat akumulasi timbal adalah liver, ginjal dan otak. Anak-anak
dan balita memiliki resiko yang lebih tinggi terkena pencemaran bahan-bahan toksik.
Menurut Widowati (2008), mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang
dipengaruhinya adalah:
a. Sistem haemopoietik: dimana Pb menghambat sistem pembentukan
hemoglobin, sehingga menyebabkan anemia.
b. Sistem saraf: dimana Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi,
halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
c. Sistem urinaria: dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop
of henle, serta menyebabkan aminosiduria.
d. Sistem gastro-intestinal: dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi.
e. Sistem kardiovaskuler: dimana Pb dapat menyebabkan peningkatan
permiabilitas pembuluh darah.
f. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas atau janin
belum lahir menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa
mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin
waktu lahir, serta hipospermia, dan teratospermia pada pria.
g. Sistem endokrin: dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi
adrenal.
h. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
2.3.6 Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif
Timbal (Pb) pada mainan dapat berasal dari zat warna yang digunakan dan
mengatakan bahwa pada mainan timbal (Pb) digunakan sebagai pengikat warna
dalam cat mainan, sehingga warna yang dihasilkan lebih cerah dan mengkilat. Selain
itu timbal (Pb) juga digunakan dalam bahan baku plastik pada proses pembuatan
mainan. Secara alami PVC merupakan bahan yang keras, karena itu bahan kimia
berbahaya seperti Timbal (Pb) biasanya ditambahkan untuk mengubah karakteristik
alami ini. Zat aditif dapat sebagai “stabilizer” atau “plasticizer”. “Stabilizer”
digunakan untuk mempertahankan kekakuan plastik agar tetap tahan lama, sedangkan
“plasticizer” dibutuhkan agar plastik lentur dan lembut sehingga mudah dibentuk
(Shnews, 2004)
Beberapa penelitian telah dilakukan untun mengetahui kandungan logam berat
Timbal (Pb) pada mainan edukatif. Salah satunya adalah Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia pada bulan Maret 2011 melakukan pengujian beberapa macam
mainan edukatif yang dibeli di beberapa tempat penjualan mainan, seperti pasar
mainan, ITC dan mal/pusat perbelanjaan di 5 wilayah DKI Jakarta. Dari hasil
pengujian, ditemukan produk mainan edukatif yang mengandung Timbal (Pb).
Tabel 2.1 Hasil Uji Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Oleh YLKI
Balok Ukur Warna - <0,01 Pejanten Village
Color Briks Brain bricks China <0,01 Plaza Semanggi
Puzzle Ikan China 7,57 ITC Kuningan
Three Branded - 0,90 ITC Kuningan
Maze China 2,63 Ambasador
Ronce - <0,01 ITC Cempaka Mas
Mozaic Blocks Made in Israel 2,5 Senayan City
Wooden Counting House Made in China, Early Learning Centre, Walford WD24 6SH, England.
1,8 Senayan City
Puzzle Bentuk - <0,01 Mall Taman
Anggrek
Sempoa Kecil - 1,0 Pasar Gembrong
Geometri - <0,01 Pasar Gembrong
Plan Toys Balancing cactus Made in Thailand
<0,01 Pejanten Village
Kotak Pos - 0,4 Ciputra Mall
City Block A - <0,01 Ciputra Mall
Puzzle Kupu-kupu - <0,01 Ciputra Mall
Puzzle Kucing - 8,4 Pasaraya Manggarai
Dinosaurus - 8,83 Kelapa Gading
(Sumber : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2012)
Selain kandungan zat kimia ini, tampilan fisik mainan edukasi ini pun tidak
aman untuk anak-anak, cat yang mudah terkelupas, bau dan warna cat yang sangat
menyolok serta kurangnya informasi yang jelas dalam kemasan mainan edukasi ini.
Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan
bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur; berhak
berbagai produk mainan edukatif yang mengandung Timbal (Pb), sebagian besar
berasal dari Negara Cina (YLKI, 2012).
2.4 Mainan Edukatif Balita
2.4.1 Pengertian Mainan Edukatif
Mainan edukatif adalah mainan yang melatih kemampuan fisik, merangsang
kemampuan berfikir, dan mengajari anak tentang nilai kemanusiaan seperti
keikhlasan, berbagi, sikap sabar dan kesadaran akan pentingnya kerja sama (Effiana,
2009). Mainan edukatif dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Perkembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang oertumbuhan fisik anak.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.
3. Perkembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk,
warna dan lain-lain
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
2.4.2 Ciri Mainan Edukatif Balita
Menurut Padmono s ciri alat permainan untuk anak balita antara lain:
1. 0-12 bulan
Tujuan :
1. Melatih reflex-refleks untuk anak berumur 1 tahun
3. Melatih kerja sama mata dan telinga
4. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan
5. Melatih mengenal sumber asal suara
6. Melatih kepekaan perabaan
7. Melatih keterampilan dan gerakan yang berulang-ulang
Contoh : Boneka orang atau binatang, permainan alat musik.
2. 12-24 bulan
Tujuan :
1. Mencari sumber suara / mengikuti sumber suara
2. Memperkenalkan sumber suara
3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik
4. Melatih imajinasi
5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Contoh : Bola, mainan alat dapur, balok warna dan alat mewarnai.
3. 25-36 bulan
Tujuan :
1. Menyalurkan emosi/perasaan anak
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa
3. Melatih motorik halus dan kasar
4. Mengembangkan kecerdasan
5. Melatih kerja sama mata dan tangan
7. Kemampan membedakan permukaan dan warna benda
Contoh : Alat menggambar, puzzle, dan lilin mainan yang dapat dibentuk.
4. 32-72 bulan
Tujuan :
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah dan mengurangi
4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
5. Membedakan benda dengan perabaan
6. Menumbuhkan sportivitas
7. Mengembangkan kepercayaan diri
8. Mengembangkan kreativitas
9. Mengembangkan koordinasi motorik ( melompat, memanjat, lari dll)
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar
Contoh :
Berbagai alat gambar dan tulis dan kertas untuk melipat.
2.4.3 Jenis-Jenis Mainan Edukatif Balita
1. Puzzle
Menurut Patmonodewo kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang
berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media
sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian
merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan
matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan
puzzle berdasarkan pasangannya. JenisPuzzleterdiri dariPuzzleangka/Huruf,
Puzzle batang, Puzzle Geometri, Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan dan
PuzzleLogika (Misbach, 2010).
Media puzzle merupakan permainan menyusun kepingan gambar sehingga
menjadi sebuah gambar yang utuh. Media puzzle sangat sering digunakan di
Taman Kanak-kanak karena media puzzle adalah salah satu bentuk permainan
yang memiliki nilai-nilai edukatif. Dalam bermain puzzle membutuhkan
ketelitian, anak akan dilatih untuk memusatkan pikiran, karena anak harus
berkonsentrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga
menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Pada usia Taman
Kanak-kanak, kemampuan balita untuk memegang dan mengambil benda sudah
berkembang, mereka juga bisa memasang kepingan-kepingan puzzle. Dengan
puzzle, anak belajar memahami konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah
(Pramudiati, 2011).
Pada umumnya, sisi edukasi mainan jenis ini berfungsi untuk : (Nani,
2008).
1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
2. Memperkuat daya ingat
3. Mengenalkan anak pada konsep ‘hubungan’
4. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir
(
2. Building Block( B
Building Bloc
permainan ini m
Gambar 1 :PuzzleGeometri (Sumber : http://mainaneduka.com)
Gambar 2 :Puzzleyang terbuat dari kertas (Sumber : http://mainaneduka.com)
( Balok )
lock dapat dibuat dari kayu ataupun plast
membangun rumah, istana, ada jembatan dan ba
rtas
astik. Biasanya
Balita merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan,
dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan, dan
perkembangan fisik contohnya koordinasi motorik halus dan motorik kasar juga
kecerdasan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan, dan perkembangan yang dilalui
oleh anak. Usia balita dibagi dalam 3 tahap yaitu masa sebelum lahir, masa bayi, dan
masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahap tersebut banyak terjadi perubahan, baik
fisik maupun psikologis yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Pembagian menurut tahapan tersebut sangat bergantung pada factor social yaitu
tuntutan, dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui
anak dari lingkungannya (Septiari, 2012). Masa tumbuh kembang di usia balita
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang. Dengan
demikian itu disebutgolden ageatau masa keemasan.
2.4.2 Karakteristik Balita
Karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu :
1. Anak usia 1-3 tahun
2. Anak usia prasekolah atau usia 3-5 tahun
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih
besar dari masa usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relativ besar. Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul
dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup. Pada fase ini anak mencapai
2.5.3 Tumbuh Kembang Balita 2.5.3.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan
ukuran berat badan (Kg/ gr/ pound) atau diukur dengan panjang (Meter/ sentimeter)
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Soetjiningsih, 1995). Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel
tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian
tubuh (Maryunami, 2010).
2.5.3.2 Perkembangan
Menurut Whaley dan Wong perkembangan menitikberatkan pada
pertumbuhan yang terjadi secara bertahap dari tingakat yang paling rendah ke tingkat
yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran
(Maryunami, 2010). Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
2.6 Stimulasi Pada Balita
Stimulasi dini adalah rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru
lahir dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kasih saying setiap hari untuk
merangsang semua system indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan
halus. Rangasangan yang dilakukan dengan susasana bermain, kasih saying sejak
lahir, dan bervariasi akan merangsang pembentukan cabang-cabang sel-sel otak. Hal
ini dapat melipatgandakan jumlah hubungan antar sel otak sehingga membentuk
sikuit otak yang lebih kompleks, canggih dan kuat sehingga kecerdasan anak semakin
tinggi.
Istilah masa emas ( golden age ) atau fase tumbuh kembang otak anak
digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa tersebut. Pada masa emas,
otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling kritis. Kebutuhan nutrisi
untuk pertumbuhan, stimulus motorik, dan psikis untuk perkembangan harus
dipenuhi. Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus
terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni : a. Kebutuhan akan gizi (asuh); b. Kebutuhan
emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini (asah) (PN dan
Djamaludin, 2010). Asah merupakan Faktor lingkungan yang berperan dalam
memberikan stimulasi pada otak untuk membangun hubungan antar syaraf agar
syaraf terhubung dengan baik. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang
kondusif, yaitu lingkungan yang dapat membangun psikologis balita, sebagai contoh
temuan di Baylor College of Medicine di Houston bahwa balita yang tidak banyak
bermain atau jarang mendapat sentuhan, pengembangan otaknya 20-30 persen lebih
2.7 Pengetahuan Orang Tua dan guru
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Orang tua dan guru adalah orang yang berperan penting daam menentukan
mainan yang aman dan sesuai bagi balita dan mengawasi cara bermain balita.Tingkat
pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Notoadmojo (2007) yaitu :
1. Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal
didalam suatu lembaga.
3. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara salam
2.8 Kerangka Konsep
SNI ISO 8124-3:
2010 yaitu 90
ppm
ADA Kandungan Timbal
(Pb) pada mainan
edukatif balita
TIDAK ADA
Tingkat pengetahuan
orang tua dan guru
tentang Timbal (Pb)
pada mainan eduktif
Memenuhi syarat ≤90 ppm
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk
mengetahui kandungan Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan guru
tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan
Medan Denai Tahun 2014.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai yang
terdiri dari lima Taman Kanak-kanak yaitu TK An-Nizam, TK Ulul-Ilmi, TK ABA
Melati, TK Asyiyah Bustanul Atfal, dan TK Al-Hira’ PermataNadiah. Adapun alasan
penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena:
1. Terdapat mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan
Denai
2. Mainan edukatif terdapat disetiap kelas dan sering digunakan oleh siswa-siswi
Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai.
3.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah mainan edukatif balita yang terdapat di Taman
Huruf Hewan, Puzzle Angka, Puzzle Ikan, Lilin Mainan, Building Block ( Balok),
Puzzle Geometri, Krayon, Stacking Duck, Kitchen Set dan Fruit Set.
3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek dengan karakteristik tertentu yang akan
diteliti (Hidayat, 2003 ). Populasi dalam penelitian ini terdiri dari orang tua siswa
yang belajar di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai orang dan guru-guru
yang yang mengajar di Taman Kanak-kanak tersebut. Populasi orang tua sebanyak 30
orang dan populasi guru sebanyak 37 orang. Adapun jumlah guru pada
masing-masing TK adalah :
1. TK Ulul Ilmi : 12 orang
2. TK An-Nizam : 4 orang
3. TK ABA 09 Melati : 6 orang
4. TK ABA 20 : 6 orang
5. TK AL-Hira : 9 orang
3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki. Pengambilan sampel orang tua sebagai responden dengan
metode accidental sampling yaitu orang tua yang mempunyai balita yang belajar di
Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai dan pada saat penelitian orang tua
balita tersebut berada di lokasi penelitian. Pengambilan sampel orang tua
sampling digunakam karena tidak semua orang tua dari siswa yang belajar di Taman
Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai berada di tempat saat penelitian.
Pengambilan Sampel guru sebagai responden dengan metode Simple Random
Sampling yaitu pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga tiap elemen dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Kasjono
dan Yasril, 2009). Menurut Rumus Taro Yamane (Notoadmojo, 2005) jika populasi
<10.000 maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus :
=
( ) = ( , )
=27≈30
Maka jumlah sampel adalah sebanyak 30 orang dengan masing-masing sampel
pada tiap lokasi ditentukan dengan teknik proporsional
= x n
Dimana : ni : Jumlah sampel menurut stratum
n : Jumlah sampel seluruhnya
Ni : Jumlah populasi menurut stratum
N : Jumlah populasi seluruhnya
1. TK Ulul Ilmi : 30 =10 orang.
2. TK An-Nizam : 30 =3 orang.
3. TK ABA 09 Melati : 30 =5 orang.
4. TK ABA 20 : 30 =5 orang.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1.Data Primer
1. Data hasil pemeriksaan timbal (Pb) mainan edukatif balita di Taman
Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai.
2. Pengambilan data pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada
mainan edukatif balita yang berada di Taman Kanak-Kanak Kecamatan
Medan Denai dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner.
3.5.2.Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun instansi terkait yang
ada hubungannya dengan objek penelitian.
3.6. Definisi Operasional
1. Kandungan timbal (Pb) pada mainan edukatif balita adalah Kadar Timbal (Pb)
sebagai hasil pengukuran dari mainan edukatif balita dengan menggunakan
metode Spektofotometer Serapan Atom (SSA).
2. Tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan
edukatif balita adalah Tingkat pengetahuan orang tua dan guru yang diukur
dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan tentang timbal (Pb) dan
mainan edukatif sehingga menunjukan hasil pengetahuan baik, sedang atau
buruk.
3. SNI ISO 8124-3:2010 adalah Standart yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional mengenai batasan maksimum bahan kimia yang
4. Ada adalah apabila ditemukan timbal (Pb) pada mainan edukatif balita
5. Tidak ada adalah apabila tidak ditemukan timbal (Pb) pada mainan edukatig
balita.
6. Memenuhi syarat adalah apabila kandungan timbal belum melebihi batas
maksimum yang diperbolehkan yaitu 90 ppm berdasarkan SNI 8124-3:2010.
7. Tidak memenuhi syarat adalah apabila kandungan timbal telah melebihi batas
maksimum yang diperbolehkan yaitu 90 ppm berdasarkan SNI 8124-3:2010.
3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1 Timbal (Pb)
Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita diukur dengan spektrofometer
serapan atom (SSA) pada proses penyerapan energy radiasi atom. Mainan yang
diperiksa di leburkan hingga menjadi abu sesuai dengan prosedur. Kemudian hasil
pengukuran dibandingkan dengan batas maksimum Timbal (Pb) yang diperbolehkan
berdasarkan SNI ISO 8124-3:2010 tentang mainan anak terkait migrasi unsur tertentu
yaitu 90 ppm.
3.7.2 Tingkat Pengetahuan Orang Tua dan Guru Tentang Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita
Tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal pada mainan edukatif
balita diukur dengan menggunakan kuesioner untuk observasi yang berisi pertanyaan
tertutup kepada orang tua dan guru di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan
Untuk pertanyaan memiliki 2 pilihan jawaban :
Jawaban a skor : 2
Jawaban b skor : 1
Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut (Pratomo, 1986) :
a. Pengetahuan baik, apabila jawaban responden nilainya > 75% atau responden
mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor > 15
b. Pengetahuan sedang, apabila jawaban responden nilainya 40-75% atau
responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor 8-15
c. Pengetahuan buruk, apabila jawaban responden nilainya < 40% atau
responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor < 8
3.8 Prosedur Pengukuran Timbal (Pb) 3.8.1 Prinsip pengukuran
Analisis timbal (Pb) dengan Spektrofometer Serapan Atom (SSA) pada proses
penyerapan energy radiasi atom pada panjang gelombang 283,3 nm.
3.8.2 Peralatan dan Bahan Peralatan :
1. SSA yang mempunyai panjang gelombang 190-870 nm dan lebar celah
0,2-0,7 nm
2. Lampu katoda Pb
3. Labu ukur 100 ml, 50 ml
4. Pipet volume 25 ml
5. Pipet volume 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 5,0 ml; dan 10 ml
7. Kertas saring Whatman no. 42
8. Tanur
9. Cawan Platina
Bahan atau Pereaksi :
1. Larutan standar induk Pb 1000 ppm
2. Asam Nitrat pa
3. Akuabides
3.8.3 Cara Kerja
3.8.3.1 Pengabuan Kering
1. Timbang seksama lebih kurang 5 gram contoh dalam cawan platina/silica.
2. Masukkan contoh tersebut ke dalam tanur yang telah diatur suhunya yaitu
2500C. perlahan –lahan naikkan suhu menjadi 3500C sampai tidak terbentuk
asap lagi. Naikkan suhu menjadi 5000C.
3. Keluarkan cawan dari dalam tanur dan biarkan menjadi dingin.
4. Abu harus putih dan pada dasarnya harus bebas karbon
5. Jika abu masih mengandung kelebihan partikel-partikel karbon ( misalnya abu
agak berwarna abu-abu atau keabu-abuan), basahkan abu dengan air sedikit
mungkin, diikuti penambahan HNO3tetes demi tetes ( 0,5-3,0 ml)
6. Keringkan di atas lempeng pemanas
7. Masukkan ke dalam tanur pada suhu 2500C dan perlahan-lahan naikkan
menjadi 5000C. Lanjutkan pemanasan selama 60-120 menit.
8. Jika perlu penambaan HNO3 ulangi lagi sehingga didapat residu/abu yang
9. Larutkan abu dalam 5,0 ml HNO31,0 N. Hangatkan di atas pemanas air atau
lempeng pemanas selama 2-3 menit. Saring menggunakan kertas saring
whatman m 42
10. Ulangi pencucian residu dengan penambahan 5,0 ml HNO31,o N, saring dan
jadikan satu dengan saringan sebelumnya, encerkan dengan HNO3 0,1 N
sampai 50 ml.
11. Lakukan hal yang sama terhadap blangko pereaksi untuk baku dan contoh,
termasuk beberapa ml penambahan air dan HNO3. ( jika digunakan dalam
proses pengabuan contoh)
12. Buat kurva baku dengan memplot resapan dari masing-masing baku yang
telah dikoreksi dengan blangko terhadap konsentrasi baku dalam ..butil asetat.
Konsentrasi baku dalam butyl asetat ialah empat kali dari baku dalam air
13. Tetapkan konsentrasi logam dalam contoh dari kurva baku menggunakan
resapan contoh yang telah dikurangi dengan blangko pereaksi ( jika
digunakan).
3.8.3.2 Pembuatan Larutan Standar
1. Larutan standar baku Pb 100 ppm
1. Pipet 10 ml larutan induk timbal 1000 ppm ke dalam labu 100 ml
2. Tepatkan hingga tanda batas dengan larutan pengencer ( HNO31 N )
2. Larutan standar baku Pb 10 ppm
1. Pipet 10 ml larutan induk timbal 100 ppm ke dalam labu 100 ml
3. Larutan standar kerja Pb 0,0 ppm; 2,0 ppm; 5,0 ppm; 10,0 ppm; 20,0 ppm
1. Pipet 10 ml larutan induk timbale 10 ppm ke dalam labu 50 ml
2. Tepatkan hingga tangga batas dengan larutan penegncer ( HNO31 N )
3.8.4 Pengukuran
1. Siapkan Peralatan SSA dan optimalkan sesuai dengan petunjuk
penggunaannya
2. Ukur absorban larutan standar adan sampel dengan alat SSA
3. Buat kurva kalibrasi larutan standar ( setiap kali melakukan pengujian )
dengan memplotkan antara konsentrasi standar dengan absorban yang terukur
oleh alat SSA
4. Hitung koefisien regresi dari kurva standar ( minimal r = 0,9975 )
5. Buat persamaan regresi kurva kalibrasi standar
6. Hitung koefisien contoh melalui kurva kalibrasi atau melalui slope
3.8.5 Perhitungan
Kadar Pb, ppm = (C x P x V ) / W
Dimana :
C : Kosentrasi (ppm) Pb hasil ploting dari kurva kalibrasi atau melalui persamaan
garis kurva standar
P : Faktor pengenceran
W : Bobot contoh (gram)
3.9 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara :
1. Editing
Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan,
misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data.
2. Koding
Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan
pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk
memberikan simbol–simbol tertentu.
3. Tabulasi
Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat – sifat yang
dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.
3.10 Teknik Analisa Data
Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara
deskriptif dan dinarasikan. Hasil pengukuran kadar timbal (Pb) akan dibandingkan
dengan SNI 8124-3:2010 tentang Keamanan Mainan anak bagian migrasi unsur
tertentu yaitu 90 ppm. Data yang telah diperoleh dari kuisioner mengenai
pengetahuan orang tua dan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita juga
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai.
Medan Denai mempunyai luas wilayah 8,85 Km2 dan jumlah penduduk 141.866 Jiwa. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Medan Denai ditinjau dari letaknya adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan amplas
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Area
1. Taman Kanak-Kanak (TK) ULUL- ILMI Islamic School
Taman Kanak-Kanak (TK) ULUL-ILMI Islamic School terletak di Jalan
Denai No. 241, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara di bawah naungan
Yayasan Rapy Ray Putratama. Jumlah siswa TK di ULUL-ILMI Islamic School
adalah sebanyak 92 orang yang terdiri dari 48 orang laki-laki dan 44 orang
perempuan. Jumlah guru yang mengajar pada TK ini adalah sebanyak 12 orang yang
seluruhnya adalah perempuan.
Proses belajar mengajar di mulai pada Pukul 08.00 WIB hingga Pukul 11.00
WIB. Siswa yang rutin bermain setiap hari dengan mainan edukatif adalah seluruh
siswa TK yaitu anak yang berusia 3-5 Tahun. Jadwal bermain dengan mainan
edukatif pada Pukul 10.00 di dalam kelas masing-masing. Adapun jenis mainan yang
( Permainan Alat Dapur), dan Puzzle Huruf Hewan, Puzzle angka, Balok Warna,
Penunjuk Waktu, danMaze.
2. Taman Kanak-Kanak (TK) An-Nizam
Taman Kanak-Kanak (TK) An-Nizam terletak di Jalan Tuba II Nomor 62,
Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. TKA Plus
An-Nizam didirikan pada tanggal 14 Juli 2000. Jumlah siswa TK di An-Nizam adalah
sebanyak 42 orang. Jumlah guru yang mengajar pada TK ini adalah sebanyak 4 orang
perempuan.
Proses belajar mengajar di mulai pada Pukul 08.00 WIB hingga Pukul 10.30
WIB. Siswa yang rutin bermain setiap hari dengan mainan edukatif adalah siswa TK
0 (nol) kecil yaitu anak yang berusia 3-4 Tahun. Mainan edukatif digunakan di dalam
kelas masing-masing yang terdiri dari kelas Siti Fatimah dan Siti Aisyah. Adapun
jenis mainan yang terdapat pada Taman Kanak-Kanak An-Nizam antara lain, Lego
Kereta Api, Kitchen Set ( Permainan Alat Dapur), Balok Warna danPuzzleHuruf.
3. Taman Kanak-Kanak (TK) ABA 09 Melati
Taman Kanak-Kanak (TK) ABA 09 Melati terletak di Jalan Nuri XIII Nomor
500 A PERUMNAS Mandala, Kelurahan Denai, Kecamatan Medan Denai. Jumlah
siswa TK di ABA 09 MELATI adalah sebanyak 50 orang. Jumlah guru yang
mengajar pada TK ini adalah sebanyak 6 orang yang seluruhnya adalah perempuan.
Proses belajar mengajar di mulai pada Pukul 08.00 WIB hingga Pukul 11.00
WIB. Siswa yang rutin bermain setiap hari dengan mainan edukatif adalah seluruh
siswa TK yaitu anak yang berusia 3-5 Tahun. Jadwal bermain dengan mainan
terdapat pada Taman Kanak-Kanak (TK) ABA 09 Melati antara lain, Lego,Fruit Set
(Buah-buahan), danPuzzleIkan,PuzzleKatak, Krayon dan Lilin Mainan (Dough).
4. Taman Kanak-Kanak (TK) ABA 20
Taman Kanak-Kanak (TK) ABA 20 terletak di Jalan Jermal III Nomor 10.
Kelurahan Denai, Kecamatan Medan Denai. Jumlah siswa TK di ABA 20 adalah
sebanyak orang. Jumlah guru yang mengajar pada TK ini adalah sebanyak 6 orang
yang perempuan.
Proses belajar mengajar di mulai pada Pukul 08.00 WIB hingga Pukul 11.00
WIB. Siswa yang rutin bermain setiap hari dengan mainan edukatif adalah seluruh
siswa TK yaitu anak yang berusia 3-5 Tahun. Jadwal bermain dengan mainan
edukatif pada pukul 10.00 WIB di kelas masing-masing. Adapun jenis mainan yang
terdapat pada Taman Kanak-Kanak (TK) ABA 20 antara lain, Balok Warna, Puzzle
geometri,Fruit SetdanPuzzleHewan.
5. Taman Kanak-Kanak (TK) AL-Hira’ Permata Nadiah
Taman Kanak-Kanak (TK) AL-Hira’ Permata Nadiahterletak di Jalan Tuba II
Nomor 61, Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai, Kota
Medan. Jumlah siswa TK di AL-Hira’ Permata Nadiah adalah sebanyak 21 orang
yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Jumlah guru yang
mengajar pada TK ini adalah sebanyak 9 orang perempuan.
Proses belajar mengajar di mulai pada Pukul 08.00 WIB hingga Pukul 11.00
WIB. Siswa yang rutin bermain setiap hari dengan mainan edukatif adalah seluruh
siswa TK yaitu anak yang berusia 3-5 Tahun. Jadwal bermain dengan mainan
terdapat pada Taman Kanak-Kanak (TK) Al Hira’ Permata Nadiah antara lain, dan
PuzzleHuruf dan Angka,PuzzleBuah, Stacking duck dan Balok warna.
4.2 Hasil Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita di Taman Kanak-Kanak (TK) Kecamatan Medan Denai
Pemeriksaan timbal (Pb) dilakukan di laboratorium Balai Riset Dan
Standarisasi Industri Medan dengan Metode Spektofotometer Serapan Atom (SSA).
Hasil pemeriksaan dapat dilihat padaTabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Timbal (Pb) Pada Mainan Edukatif Balita Di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
No Nama Mainan Asal Mainan
Kandungan Timbal
(ppm)
MS/TMS*
1 Maze Ulul Ilmi Islamic Scool 1,48 MS
2 PuzzleHuruf Hewan Ulul Ilmi Islamic School 4,53 MS
3 PuzzleAngka Ulul Ilmi Islamic School 0 MS
4 Lego Kereta Api An-Nizam 8,05 MS
5 Balok Warna An-Nizam 1,71 MS
6 Lilin Mainan ABA 09 Melati 3,36 MS
7 Krayon Warna ABA 09 Melati 6,88 MS
8 PuzzleIkan ABA 09 Melati 3,36 MS
9 Fruit Set ABA 20 0 MS
10 PuzzleGeometri ABA 20 2,65 MS
11 Kitchen Set AL-Hira’ Permata Nadiah 0 MS
12 Stacking duck AL-Hira’ PermataNadiah 4,06 MS
MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat
*Berdasarkan SNI 8124-3:2010 Tentang Keamanan Mainan Anak bagian migrasi unsur tertentu dengan batas maksimum Timbal 90 ppm.
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar mainan edukatif balita
yang mengandung timbal (Pb) terdiri dari Maze (Pencari Jejak) dengan kandungan
Timbal (Pb) sebesar 1,48 ppm. Puzzle Huruf Hewan dengan kandungan timbal (Pb)
sebesar 4,53 ppm. Lego Kereta Api dengan kandungan timbal (Pb) sebesar 8,05 ppm.