• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS

AIR DI OBJEK WISATA PANTAI SRI MERSING KECAMATAN

PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

EKA TRI RAHAYU

100302006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS

AIR DI OBJEK WISATA PANTAI SRI MERSING KECAMATAN

PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

EKA TRI RAHAYU

100302006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ANALISIS DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS

AIR DI OBJEK WISATA PANTAI SRI MERSING KECAMATAN

PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

EKA TRI RAHAYU

100302006

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Nama Mahasiswa : Eka Tri Rahayu

NIM : 100302006

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut, M.Sc Desrita, S.Pi, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eka Tri Rahayu Nim : 100302006

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat

Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai” adalah benar merupakan hasil karya saya

sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, April 2015

Eka Tri Rahayu NIM. 100302006

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 18

Agustus 1992 dari ayah Alm. Edi Supranto dan ibu

Iryani. Penulis merupakan anak pertama dari 3

bersaudara. Tahun 2004, penulis lulus dari SD Negeri

080918 Medan. Tahun 2007, penulis lulus dari SMP

Negeri 9 Medan. Tahun 2010, penulis lulus dari

SMA Swasta Mulia Medan, pada tahun yang sama

masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP

(Pemanduan Minat dan Prestasi) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMMASPERA). Penulis melakukan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Peternakan dan Kelautan di Cianjur, Jawa

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ‘‘Analisis

Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Di Objek Wisata Pantai Sri

Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai”, yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak ternilai

kepada ayah dan bunda tercinta: Alm. Edi Supranto dan Iryani yang telah

memberikan doa, harapan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan ini. Bagi penulis tanpa dukungan dari keluarga tidak akan mungkin

dapat menyelesaikan studi ini, baik nasehat dari kedua orang tua yang begitu peduli

terhadap penulis serta memberikan perhatian yang khusus bagi penulis disaat penulis

mengalami kegagalan.

Ungkapan terima kasih juga saya ucapkan kepada: Bapak Pindi Patana,

S.Hut, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan

bimbingan, dan Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah memberi dorongan, arahan dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ungkapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Ketua dan Sekretaris Program

Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Studi Manajemen

(8)

Ungkapan terima kasih juga saya ucapkan kepada adik tercinta Elsa Hasana

dan Elsi Hasani terima kasih buat dukungan doa dan semangat yang telah diberikan

kepada penulis. Serta ucapan terima kasih kepada tim lapangan, Abdillah Parinduri,

Ahmad Roihan Zohiri, S.Hut, Fatimah Murni, S.Pi, Febrina Astria, S.Pi, Muhammad

Wahyu Kartadinata, A.Md, Muhammad Zulfahmi, Rizky Amalia Putri, S.Pi dan

Taufiq Hidayat terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama dilapangan dan

telah membantu penulis dalam pengolahan data yang selalu memberikan dukungan

dan semangat, serta seluruh stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebut namanya

satu persatu, yang telah memberikan banyak bantuan, kebersamaan dan dukungan

kepada penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan

ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, April 2015

Eka Tri Rahayu

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan masalah ... 3

Manfaat ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Kerangka Pemikiran ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Pantai Sri Mersing ... 5

Pantai ... 6

Objek Wisata Pantai ... 9

Parameter Kualitas Air ... 12

Dampak Aktivitas Masyarakat ... 15

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

Alat dan Bahan ... 23

Pengambilan Data ... 23

Metode Penelitian ... 24

Prosedur Penelitian ... 29

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Kualitas Air ... 36

Hasil Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing ... 36

Hasil Sarana dan Prasarana Masyarakat ... 41

Hasil Sarana dan Prasarana di Pantai Sri Mersing ... 42

Hasil Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air ... 43

Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia dengan Kelimpahan Colifaecal ... 44

Hasil Penilaian Kualitas Akuatik ... 45

Hasil Kualitas Terestrial ... 46

Hasil Pengembangan Kepariwisataan Pesisir ... 46

Hasil Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 47

Pembahasan ... 49

Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing ... 49

Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Pantai ... 59

Upaya Penanggulangan Dampak Pencemaran ... 61

Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia dengan Kelimpahan Colifaecal ... 64

Penilaian Kualitas Akuatik ... 65

Kualitas Terestrial ... 68

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir ... 71

Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 75

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 77

Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 17

3. Stasiun 1 ... 25

4. Stasiun 2 ... 26

5. Parameter Fisika ... 39

6. Parameter Kimia ... 40

7. Parameter Biologi ... 41

8. Diagram Persepsi Wisatawan Keindahan dan Kenyamanan ... 48

(12)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kegiatan Wisata Bahari yang Dapat Dikembangkan ... 9

2. Baku Mutu Kualitas Air Laut untuk Wisata Bahari ... 19

3. Penilaian Kualitas Pesisir Akuatik ... 21

4. Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisir Terrestrial ... 22

5. Penilaian Terhadap Objek dan Atraksi Wisata ... 24

6. Hasil Analisis Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing ... 45

7. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika Kimia dengan Total Colifaecal ... 45

8. Penilaian Kesesuaian Akuatik Untuk Wisata Pesisir di Pantai Sri Mersing ... 45

9. Penilaian Kesesuaian Kualitas Terestrial Wisata Pesisir Pantai Sri Mersing ... 46

10. Penilaian Kelayakan Obyek Dan Atraksi Wisata di Pantai Sri Mersing 47

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Kuisioner Penelitian untuk Pengunjung ... 82

2. Kuisioner Penelitian untuk Masyarakat ... 86

3. Hasil Analisis Kualitas Air ... 90

4. OUTPUT SPSS ... 92

5. Data Pengunjung Tahun 2013 ... 94

6. Perhitungan Sampel Pengunjung ... 95

7. Perhitungan Sampel Masyarakat ... 96

8. Tabulasi Kuisioner Pengunjung ... 97

9. Tabulasi Kuisioner Masyarakat Sekitar ... 100

10. Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisisir ... 103

11. Penilaian Pengembangan Kepariwisataan Pesisir ... 104

12. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO Perairan ... 105

13. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5 ... 106

14. Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 107

15. Data Iklim dan Geografi Serdang Badagai 2012 ... 108

16. Foto Area Penelitian ... 111

(14)

ABSTRAK

EKA TRI RAHAYU. Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan DESRITA.

Perairan pesisir merupakan penampungan akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yaitu pertanian, limbah rumah tangga, sampah, pembuangan limbah pendaratan ikan. Jika beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan turun, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia, mikrobiologi dan berpengaruh terhadap keindahan dan kenyamanan pengunjung dalam melakukan aktivitas wisata. Penelitian telah dilakukan di Pantai Sri Mersing, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Agustus-Nopember 2014 dengan menganalisis kualitas air Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing dan membandingkannya dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk wisata bahari, menilai kualitas lingkungan pesisir, potensi pengembangan kepariwisataan pesisir, serta mengetahui persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk kegiatan wisata adalah sampah, kekeruhan dan Colifaecal, hasil penilaian kualitas lingkungan pesisir kawasan penelitian ialah kategori sangat sesuai untuk wisata pesisir dan berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata, penilaian pengembangan kepariwisataan pesisir berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata dan persepsi pengunjung tehadap keindahan dan kenyamanan pengunjung merasa cukup indah dan cukup nyaman terhadap obyek wisata tersebut.

(15)

ABSTRACT

EKA TRI RAHAYU. Community Activities Impact Analysis on the Quality of Water in Coast Attractions Sri Mersing District of Coast Mirror Bedagai Serdang. Guided by PINDI PATANA and DESRITA.

Coastal waters is the final shelter all kinds of waste generated by human activity: agriculture, household waste, trash, waste disposal fish landings. If the load is received by the water has exceeded the carrying capacity, the water quality is going down, the waters have been polluted physical, chemical, microbiological and affect the beauty and comfort of visitors in the tour activities. Research has been carried out in Sri Mersing Beach, District Coast Mirror, Serdang Bedagai in August-November 2014 by analyzing the water quality of the River Sei Baungan and Sri Mersing Beach and compare it with the water quality standard based Kep-51/MENLH/2004 for marine tourism, assess the quality of the coastal environment, the potential for the development of coastal tourism, and to know the perception of tourists to the beauty and comfort of the region. The results showed that there were several water quality parameters that are not in accordance with the water quality standards based Kep-51/MENLH/2004 for tourism activities is rubbish, turbidity and Colifaecal, assessment of environmental quality of coastal area of research is a category extremely suited for coastal tourism and potentially to be used as a tourist area, assessment of coastal tourism development has the potential to be developed as an object and tourist attraction and perception of beauty and comfort of visitors tehadap visitors feel quite beautiful and quite convenient to the tourist attraction.

(16)

ABSTRAK

EKA TRI RAHAYU. Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan DESRITA.

Perairan pesisir merupakan penampungan akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yaitu pertanian, limbah rumah tangga, sampah, pembuangan limbah pendaratan ikan. Jika beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan turun, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia, mikrobiologi dan berpengaruh terhadap keindahan dan kenyamanan pengunjung dalam melakukan aktivitas wisata. Penelitian telah dilakukan di Pantai Sri Mersing, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Agustus-Nopember 2014 dengan menganalisis kualitas air Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing dan membandingkannya dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk wisata bahari, menilai kualitas lingkungan pesisir, potensi pengembangan kepariwisataan pesisir, serta mengetahui persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk kegiatan wisata adalah sampah, kekeruhan dan Colifaecal, hasil penilaian kualitas lingkungan pesisir kawasan penelitian ialah kategori sangat sesuai untuk wisata pesisir dan berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata, penilaian pengembangan kepariwisataan pesisir berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata dan persepsi pengunjung tehadap keindahan dan kenyamanan pengunjung merasa cukup indah dan cukup nyaman terhadap obyek wisata tersebut.

(17)

ABSTRACT

EKA TRI RAHAYU. Community Activities Impact Analysis on the Quality of Water in Coast Attractions Sri Mersing District of Coast Mirror Bedagai Serdang. Guided by PINDI PATANA and DESRITA.

Coastal waters is the final shelter all kinds of waste generated by human activity: agriculture, household waste, trash, waste disposal fish landings. If the load is received by the water has exceeded the carrying capacity, the water quality is going down, the waters have been polluted physical, chemical, microbiological and affect the beauty and comfort of visitors in the tour activities. Research has been carried out in Sri Mersing Beach, District Coast Mirror, Serdang Bedagai in August-November 2014 by analyzing the water quality of the River Sei Baungan and Sri Mersing Beach and compare it with the water quality standard based Kep-51/MENLH/2004 for marine tourism, assess the quality of the coastal environment, the potential for the development of coastal tourism, and to know the perception of tourists to the beauty and comfort of the region. The results showed that there were several water quality parameters that are not in accordance with the water quality standards based Kep-51/MENLH/2004 for tourism activities is rubbish, turbidity and Colifaecal, assessment of environmental quality of coastal area of research is a category extremely suited for coastal tourism and potentially to be used as a tourist area, assessment of coastal tourism development has the potential to be developed as an object and tourist attraction and perception of beauty and comfort of visitors tehadap visitors feel quite beautiful and quite convenient to the tourist attraction.

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi pariwisata pesisir yang dimiliki Indonesia sangat memiliki peluang

untuk dapat menjadi mata rantai yang sangat penting dalam rangkaian industri

pariwisata sehingga dapat dimanfaatkan menjadi salah satu produk ekonomi yang

memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya

pesisir dan laut adalah melalui pengembangan kegiatan wisata pantai. Potensi yang

dimiliki sumber daya pesisir memiliki nilai estetika, memberikan rasa nyaman,

kepuasan yang tidak didapatkan dari tempat asal kita. Dalam pengembangan kegiatan

wisata pantai dapat dilakukan dengan mengembangkan kepariwisataan bahari yang

berbasiskan kepada alam yang tetap menjaga kelesatarian alam dan pemberdayaan

masyarakat sekitar untuk meningkatkan kepariwisataan yang ramah lingkungan

dengan menyeimbangkan alam dan budaya secara terpadu.

Keberadaan sumberdaya alam merupakan salah satu faktor pendorong dalam

melakukan perjalanan wisata, baik wisata secara domestik maupun wisata

Internasional. Karena keberadaan sumberdaya sangat penting dalam pengembangan

kegiatan wisata, maka dapat dipastikan Indonesia merupakan salah satu Negara

tujuan wisata Internasional karena memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi,

ditambah lagi dengan adanya warisan budaya yang beranekaragam (Dahuri, 2003).

Perairan pesisir merupakan penampungan (storage system) akhir segala jenis

limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Laut menerima bahan-bahan yang

terbawa oleh air dari daerah pertanian, limbah rumah tangga, sampah, pembuangan

(19)

beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas

air akan turun. Lingkungan perairan tidak sesuai lagi dengan batas baku mutu yang

ditetapkan, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun

mikrobiologi.

Salah satu pantai yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di

Kecamatan Pantai Cermin adalah Pantai Sri Mersing. Pantai Sri Mersing sering

dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Objek wisata Pantai Sri Mersing menawarkan

pemandangan pasir putih yang bersih dan indah yang memungkinkan para wisatawan

untuk berjemur di pantai. Ombak di pantai ini tidak terlalu besar sehingga

memungkinkan anak-anak atau pengunjung bisa berenang di pantai, hanya saja

pengunjung yang ingin berenang dibatasi hingga radius 30 meter dari bibir pantai.

Pantai Sri Mersing juga jadi tempat pendaratan ikan oleh nelayan sehingga

wisatawan bias melihat langsung ikan segar saat diturunkan dari perahu nelayan.

Adanya aktivitas masyarakat sekitar yang dilakukan di Pantai Sri Mersing

berpengaruh terhadap kualitas perairan dan faktor fisika, kimia, maupun biologi yang

ada pada pantai tersebut. Upaya pemanfaatan dengan pertimbangan aspek

lingkungan diperlukan untuk menjamin eksistensi wisata pantai selain itu kepuasan

dan kenyamanan para wisatawan dalam beraktivitas dikawasan pantai juga dapat

terjaga. Untuk itu diperlukan suatu Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap

Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

PerumusanMasalah

Pantai Sri Mersing merupakan salah satu tujuan wisata bagi masyarakat Kota

Medan dan sekitarnya. Jenis aktivitas masyarakat adalah pendaratan ikan dan

(20)

terhadap kualitas air di objek wisata pantai tersebut. Adapun perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh aktivitas masyarakat pantai terhadap perubahan kualitas air

di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Bagaimana kualitas air di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimana persepsi pengunjung terhadap keindahan dan kenyamanan melakukan

aktivitas wisata di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai.

TujuanPenelitian

1. Mengetahui pengaruh aktivitas masyarakat terhadap perubahan kualitas air di

Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Menilai persepsi pengunjung terhadap keindahan dan kenyamanan melakukan

aktivitas wisata di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai.

Manfaat

1. Memberikan informasi mengenai perubahan faktor fisika dan kimia serta

pengaruhnya terhadap total Colifaecal yang diakibatkan aktivitas masyarakat di

Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sebagai bahan acuan untuk aspek pengelolaan wisata di Pantai Sri Mersing

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Kerangka Pemikiran

Adanya aktivitas masyarakat yang terjadi di Pantai Sri Mersing dapat

(21)

kualitas perairan akan memberikan dampak yang buruk terhadap ekosistem perairan

di pantai dan masyarakat yang memanfaatkan perairan pantai. Lingkungan perairan

tidak sesuai dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan tersebut telah

tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobilogi. Berdasarkan permasalahan

diatas kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Objek Wisata

Keindahan dan Kenyamanan Pengunjung Kualitas Air

Kualitas Akuatik

Pencemaran Perairan Aktivitas Masyarakat

Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Sri Mersing Kawasan Pantai

Sri Mersing

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Pantai Sri Mersing

Pantai Sri Mersing berada di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai

Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai dan terletak pada koordinat posisi 2°57”- 3°16”

Lintang Utara, 98°33” Bujur Timur, 99°27” Bujur Barat. Lokasinya terletak kurang

lebih 70 km dari pusat Kota Medan ke arah Selatan. Pantai ini hanya berjarak 10 km

dari lokasi Pantai Cermin dan berada disebelah selatan Pantai Cermin, sehingga

akses jalan dari Kota Medan menuju ke lokasi Pantai Sri Mersing sama dengan akses

jalan yang dilalui untuk menuju Pantai Cermin, dan menghadap ke Selat Malaka

dengan luasan ± 6 Ha.

Pantai Sri Mersing berada pada daerah pesisir pantai timur Sumatera,

beriklim tropis dengan kelembaban udara 83%, memiliki kisaran hujan pertahun

sebesar 2163 mm dengan nilai rata-rata 180 mm pertahun. Hari hujan rata-rata

sebanyak 15 hari per bulan. Ketinggian dari permukaan laut 0-3 m, rata-rata tekanan

udara pertahun berkisar 11011 dengan rata-rata kecepatan angin pertahun berkisar

2,4 knot, tingkat rata-rata penguapan 3,9 mm/hari, temperatur udara perbulan

minimum 23°C dan maksimal 33°C. Data iklim dan geografi pada tahun 2012

disajikan pada Lampiran 15 (www.serdangbedagaikab.go.id, 2013).

Terdapat muara sungai di Pantai Sri Mersing kabupaten Serdang Bedagai

yaitu muara sungai Sei Baungan. Muara Sungai Sei Baungan dimanfaatkan

masyarakat sekitar untuk akses jalan kapal-kapal menuju laut dan dimanfaatkan

untuk pendaratan ikan nelayan. Pantai Sri Mersing memiliki batas-batas wilayah

(23)

- Sebelah utara dengan Selat Malaka,

- Sebelah selatan dengan Kabupaten Simalungun,

- Sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun,

- Sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang.

Pantai Sri Mersing terletak di dusun 4 desa Kuala Lama Kecamatan Pantai

Cermin kabupaten Serdang Bedagai. Desa Kuala Lama memiliki luas 5,44 km2

dengan jumlah penduduk 4.442 jiwa dan kepadatan penduduk 817 penduduk/km2.

Secara administrasi, desa Kuala Lama memiliki 9 dusun. Pantai Sri Mersing berada

di dusun 4 dengan jumlah penduduk 140 kepala keluarga. Pekerjaan yang umum

dilakukan masyarakat Kuala Lama dusun 4 adalah bekerja di perikanan (nelayan)

dan petani (www.serdangbedagaikab.go.id, 2013).

Pantai

Pantai adalah daerah di tepi laut yang berada antara daerah pasang tertinggi

dan daerah pasang terendah. Pantai merupakan bagian dari ekosistem pesisir yang

mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik karena selain berfungsi sebagai daerah

penyangga juga dapat berfungsi sebagai daerah wisata. Pantai-pantai yang ditunjang

dengan kelengkapan sarana dan prasarana akan menambah keindahan dari panorama

pantai itu sendiri. Keindahan panorama inilah yang akan mengundang wisatawan

untuk mengunjungi daerah tersebut dan secara tidak langsung akan memberikan nilai

tambah bagi masyarakat sekitarnya (Hakim, 2007).

Menurut Dahuri dkk (2003) pantai Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai

(24)

a. Pantai terjal

Pantai ini biasa ditemukan di kawasan tektonis aktif. Pantai ini antara lain

terdapat di pantai barat Sumatera, Pulau Simeleue sampai Pulau Enggano, pantai

selatan Jawa, Nusa Dua-Bali, Irian Jaya utara

b. Pantai landai dan datar

Tipe ini ditemukan di kawasan yang sudah stabil sejak lama karena tidak

terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini

ditumbuhi oleh vegetasi mangrove dan hutan lahan basah lainnya.

c. Pantai dengan bukit pasir

Pantai ini terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horizontal yang

didukung oleh gelombang besar dan arus penyusur pantai yang dapat menyuplai

sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya. Pantai semacam ini antara lain

ditemukan di bagian barat Sumatra, selatan Jawa dan utara Madura.

d. Pantai beralur

Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh faktor gelombang.

Gelombang yang pecah akan menghasilkan arus yang menyusur pantai yang

berperan dalam mendistribusikan sedimen. Pantai jenis ini dapat ditemukan di bagian

barat Sumatera, utara dan selatan Jawa, serta di sebagian Sulawesi.

e. Pantai lurus di dataran pantai yang landai

Zona supratidal yang stabil dibutuhkan untuk menghasilkan bentuk pantai

tipe ini. Pantai ini ditutupi oleh sedimen berupa lumpur hingga pasir kasar. Contoh

pantai semacam ini terdapat di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali

sampai ke Flores.

(25)

Pantai ini dicirikan dengan adanya belahan batuan cadas. Bila dibandingkan

dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan makroorganisme

yang paling tinggi, khususnya di habitat di daerah dingin dan daerah subtropik.

g. Pantai yang terbentuk karena adanya erosi

Pantai ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim baik karena

proses alamiah maupun karena kegiatan manusia. Pembentukannya oleh endapan

sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai.

Pantai Sri Mersing merupakan salah satu pantai di Serdang Bedagai yang

memiliki muara sungai dan merupakan pantai berlumpur yang masih dipengaruhi

tumbuhan mangrove. Menurut Triatmodjo (1999) diacu oleh Yusiana (2007) pantai

berlumpur banyak di jumpai di daerah pantai di mana banyak sungai yang

mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif

kecil. Sedimen suspensi dapat menyebar pada suatu daerah perairan luas sehingga

membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal. kemiringan dasar laut/pantai sangat

kecil. Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang

terendam air pada saat muka air tinggi (pasang). daerah ini sangat subur bagi

tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove dengan akar tunjang

(26)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Nopember 2014 di

Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Analisis

sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit Medan. Adapun peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, GPS,

keping secchi, cool box, kalkulator, tongkat berskala, stopwatch, tali plastik, meteran,

bola plastik, waterpass, botol sampel, kertas label, alat tulis dan peralatan analisa

kualitas air seperti botol winkler, termometer, pH meter, turbidity meter dan

refraktometer.

Skala: 1:1300

Eka Tri Rahayu Manajemen SumberDaya Perairan

(27)

Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data sekunder

dan data primer. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kualitas air antara lain

MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3, amilum, akuades, es dan sampel air.

Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan

maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Analisis terhadap

sampel air laut menggunakan baku mutu kualitas air laut untuk wisata bahari

berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 dilakukan

secara langsung dan data lain seperti kekeruhan dan Colifaecal hasilnya diperoleh

melalui analisis laboratorium. Data umum masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah

pesisir tersebut yang dilakukan melalui wawancara kepada pengunjung, masyarakat

sekitar dan instansi pemerintahan yang terkait dengan kuisioner. Kuesioner

Penelitian untuk pengunjung dan masyarakat di Pantai Sri Mersing dapat ditunjukkan

pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Data sekunder didapat melalui studi literatur (studi pustaka) maupun dari

lembaga terkait lainnya. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi sumberdaya alam,

keadaan umum kawasan serta kondisi sosial masyarakat.

Metode Penelitian

Pengukuran Faktor Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara, yaitu

secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengukuran langsung di

lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut

(28)

Tabel 2. Baku mutu kualitas air laut untuk wisata bahari

Sumber: Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 (2004)

Keterangan:

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai

dengan metode yang digunakan)

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik

internasionalmaupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,

malam dan musim)

4. Pengamatan oleh manusia (visual).

5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis

(thin layer) denganketebalan 0,01mm

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic

b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata

musiman

c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami

(29)

e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman

f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor

g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata

musiman.

Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisir

Penilaian kualitas lingkungan pesisir pada lokasi penelitian dilakukan dengan

menggunakan kriteria bersumber dari Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) yang

meliputi kualitas akuatik dan kualitas terestrial.

Kualitas Akuatik

Daerah akuatik ialah daerah perairan yang terdapat di kawasan pesisir.

Batasan daerah akuatik ialah batas pesisir laut hingga batas pasang surut tertinggi.

Parameter yang digunakan pada akuatik meliputi kecerahan perairan, kecepatan arus,

substrat dasar, topografi dan tingkat kerawanan bencana tsunami. Penilaian kualitas

(30)

Tabel 3. Penilaian kualitas lingkungan pesisir akuatik

Unsur Bobot Sub unsur Skor Keterangan

Kecerahan perairan (cm) 20 nilai ≥75 50 < nilai ≤ 75

Sumber: Modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) diacu oleh Yusiana (2007).

Kualitas Terestrial

Daerah terestrial merupakan daerah daratan yang terdapat di kawasan pesisir.

Parameter yang digunakan dari daerah terestrial ini meliputi habitat, penutupan lahan

pantai, lebar pantai, topografi, dan bahaya gunung berapi. Penilaian kualitas terestrial

(31)

Tabel 4. Penilaian kualitas lingkungan pesisir terrestrial

Unsur Bobot Sub unsur Skor Keterangan

Keaslian Ekosistem %

20 Keaslian ekosistem utuh Keaslian ekosistem rusak < 15%

Keaslian ekosistem rusak 15-50%

Keaslian ekosistem rusak > 50%

Sumber: Modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) diacu oleh Yusiana (2007).

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir

Pengembangan pariwisata di suatu kawasan dimulai dengan menentukan

obyek dan atraksi wisata yang tersedia dan selanjutnya dinilai potensinya untuk dapat

dikembangkan. Penentuan ketersediaan obyek dan atraksi wisata dilakukan dengan

(32)

lapangan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode McKinnon (1986) dan

Gunn (1994) dengan kepala desa sebagai penilai. Hal ini dilakukan dengan asumsi

bahwa kepala desa merupakan penduduk asli dan wakil masyarakat yang dipilih oleh

masyarakat desa dan tetua adat, sehingga mengetahui secara rinci kondisi desa

tersebut dan kondisi di sekitar desanya.

Penilaian obyek wisata dilakukan dengan memenuhi aspek berikut, yaitu 1)

atraksi, 2) daya tarik, 3) estetika dan keaslian, 4) fasilitas pendukung, 5) ketersediaan

air bersih, 6) transportasi dan aksesibilitas, dan 7) dukungan dan partisipasi

masyarakat. Penilaian obyek dan atraksi wisata dapat dilihat pada Tabel 5, dan

penilaian diklasifikasi menjadi sangat kuat, kuat, sedang dan lemah. Selanjutnya

dilakukan peringkat berdasarkan ketersediaan obyek dan atraksi wisata. Peringkat

tersebut menghasilkan zona wisata berdasarkan ketersediaan obyek dan atraksi

wisata yang meliputi zona atraktif (S1), zona cukup atraktif (S2), zona kurang

atraktif (S3), dan zona tidak atraktif (S4). Zona atraktif ialah zona wisata dengan

tingkat potensi tinggi, yaitu memiliki obyek dan atraksi wisata >5. Zona cukup

atraktif ialah zona wisata dengan tingkat potensi sedang, yaitu memiliki obyek dan

atraksi wisata 3–5. Zona kurang atraktif ialah zona wisata dengan tingkat potensi

rendah yaitu memiliki obyek dan atraksi wisata 1-3. Sedangkan zona tidak atraktif

ialah zona tanpa potensi wisata yaitu tidak memiliki obyek dan atraksi wisata.

(33)

Tabel 5. Penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata

Sumber: Modifikasi Mc. Kinnon (1986) dan Gunn (1994) diacu oleh Yusiana (2007).

Prosedur Penelitian

Penentuan stasiun berdasarkan perbedaan aktivitas oleh masyarakat dan

aktivitas wisata di objek wisata Pantai Sri Mersing. Ditetapkan 2 (dua) stasiun

pengamatan dimana pada setiap stasiun ada 3 (tiga) titik dengan 3 (tiga) kali

pengulangan dengan kriteria setiap titik mewakili setiap aktivitas masyarakat dan

aktivitas wisata di objek wisata Pantai Sri Mersing seperti terlihat pada deskripsi

(34)

Deskripsi Area

a. Stasiun 1

Stasiun ini terletak di muara sungai yang berada di objek wisata Pantai Sri

Mersing. Pada stasiun ini terdapat tiga (3) titik yang setiap titiknya terdapat

perwakilan aktivitas masyarakat, seperti pemukiman dan pendaratan ikan. Titik 1

(satu) merupakan daerah pemukiman masyarakat yang secara geografis terletak pada

3o16’02.1” LU dan 98o33’97.7”BT. Titik 2 (dua) adalah tempat pendaratan ikan yang

secara geografis terletak pada 3o16’06.5” LU dan 98o33’00.3” BT. Titik 3 (tiga)

merupakan muara sungai yang secara geografis terletak pada 3o16’14.8” LU dan

98o33’06.4” BT. Gambar titik penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Stasiun 1 (a) Titik 1 (Pemukiman Masyarakat), (b) Titik 2 (Pendaratan Ikan), (c) Titik 3 (Muara Sungai).

a b

(35)

b. Stasiun 2

Stasiun ini terletak di kawasan wisata Pantai Sri Mersing. Daerah ini

merupakan daerah yang paling banyak dijumpai aktivitas wisata di objek wisata

Pantai Sri Mersing. Pada stasiun ini terdapat tiga (3) titik yang terdapat di sisi kiri,

tengah dan sisi kanan Pantai Sri Mersing. Titik 1 (satu) berada di sisi kiri objek

wisata Pantai Sri Mersing yang secara geografis terletak pada 3o16’03.8” LU dan

98o33’98.2” BT. Titik 2 (dua) terdapat di daerah tengah objek wisata Pantai Sri

Mersing yang secara geografis terletak pada 3o16’09.0” LU dan 98o33’02.8” BT.

Titik 3 (tiga) berada di sisi kanan objek wisata Pantai Sri Mersing yang secara

geografis terletak pada 3o16’14.4” LU dan 98o33’09.1” BT. Gambar titik penelitian

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 2 (a) Titik 1 (sisi kiri Pantai Sri Mersing), (b) Titik 2 (sisi tengah Pantai Sri Mersing), (c) Titik 3 (sisi kanan Pantai Sri Mersing)

a b

(36)

Pengukuran Faktor Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan

Faktor fisika, kimia, dan biologi perairan yang diukur mencakup:

Suhu

Suhu air diukur menggunakan termometer air raksa yang dimasukkan ke

dalam sampel air selama 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer

tersebut.pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

pH (Derajat keasaman)

Nilai pH diukur menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter

ke dalam sampel air yang diambil dari perairan sampai pembacaan pada alat konstan

dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut. Pengukuran pH dilakukan

setiap pengamatan di lapangan.

Bau

Pengukuran bau dilakukan dengan menggunakan indera penciuman terhadap

air sampel yang diambil pada lokasi penelitian.

Kedalaman

Diukur dengan menggunakan tongkat berskala. Setiap ukuran 1 meter pada

tongkat diberi tanda berupa garis sebagai tanda kedalaman sudah mencapai 1 meter

dari dasar perairan.

Arus

Pengukuran kecepatan arus menggunakan benda yang mengapung seperti

bola plastik dengan cara yang paling sederhana, yaitu dengan cara ditentukan jarak

antara satu titik dengan titik yang lain. Kemudian bola plastik diletakkan mengikuti

(37)

Kemudian dicatat waktu tempuh bola plastik. Pengukuran kecepatan arus dilakukan

setiap pengamatan di lapangan.

Kemiringan Pantai

Pengambilan data dengan water pass ditambah dengan peralatan lain seperti

meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu

range yang berukuran 2 m diletakkan secara horizontal di atas pasir dan dilekatkan

tepat pada batas pantai teratas. Kemudian waterpass diletakkan di atas kayu range

berukuran 2 m, lalu kayu tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat

waterpass tepat berada di tengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian

kayu range tersebut dengan meteran. Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai

tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan

vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas sampai

pantai yang tepat menyentuh air.

DO (Disolved Oxygen)

Sampel air yang diambil dari permukaan perairan di ukuran kadar oksigen

terlarutnya dengan menggunakan metode Winkler. Pengukuran Oksigen terlarut ini

dilakukan di lokasi penelitian dengan cara sampel air diberi larutan 1 ml MnSO4 dan

larutan KOH-Kl kemudian dikocok dan didiamkan sehingga sampel dengan endapan

putih atau coklat, setelah itu diberi larutan H2SO4 dan dikocok kemudian didiamkan

hingga larutan berwarna coklat. Sampel diambil sebanyak 100 ml dan ditetesin

dengan Na2S2O3 hingga sampel berwarna kuning pucat. Setelah itu, sampel diberi 5

tetes amilum hingga sampel air berwarna biru dan dititrasi dengan Na2S2O3 hingga

(38)

DO akhir air. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO Perairan dapat

dilihat pada Lampiran 12.

Sampah

Pengukuran dilakukan secara visual menggunakan indera penglihatan. Dilihat

di lokasi penelitian maupun disekitar lokasi penelitian terdapat sampah atau tidak.

Salinitas

Pengamatan salinitas menggunakan refraktometer, pertama-tama disiapkan

terlebih dahulu untuk mengambil air sampel. Langkah selanjutnya adalah

membersihkan kaca prisma refraktometer dengan menggunakan tissue pada posisi

yang searah. Kemudian air sampel diteteskan pada kaca prisma dengan hati-hati agar

tidak terdapat gelembung. Selanjutnya refraktometer diarahkan pada sumber cahaya

dan dilihat nilai salinitasnya pada sebelah kanan, dan dicatat hasilnya. Nilai salinitas

yang diperoleh dari lokasi penelitian. Setiap pengukuran dengan menggunakan

refraktometer dibersihkan dengan menggunakan akuades agar nilainya kembali ke

nol.

Kekeruhan

Sampel air diambil dari perairan dan dimasukkan ke dalam botol. Nilai

kekeruhan didapat dari anlisis laboratorium dengan menggunakan turbidity-meter.

BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler. BOD5

diukur sama seperti pengukuran DO. Sampel air yang diambil dari dasar perairan

dimasukkan ke dalam botol. Pengukuran BOD5 dilakukan setelah botol DO di

(39)

perhitungan nilai DO awal dikurang dengan nilai DO akhir. Bagan Kerja Metode

Winkler untuk Mengukur BOD5 dapat dilihat pada Lampiran 13.

Colifaecal

Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh air digunakan metode

Most Probable Number (MPN). Uji kualitatif coliform secara lengkap terdiri dari 3

tahap yaitu Uji penduga (presumptive test), Uji penguat (confirmed test) dan Uji

pelengkap (completed test). Pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan

berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung

reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk

menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas).

Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung

untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5.

Metode penentuan angka mikroorganisme dengan metode Angka Paling

Mungkin digunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah bakteri

Coliform di dalam air. Metode ini adalah metode statistik didasarkan pada teori

kemungkinan. Serangkaian sampel diencerkan sampai titik akhir dimana tidak ada

mikroorganisme hidup. Untuk mendapatkan titik akhir, serangkaian pengenceran

dibiakkan di dalam media pertumbuhan yang cocok dan perkembangan atau

perubahan sifat-sifat yang mudah di amati seperti pembentukan asam, atau

kekeruhan di pakai untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri.

Pertumbuhan bakteri pada masing-masing tabung di sesuaikan dengan tabel

indeks MPN untuk menentukan konsentrasi mikroorganisme di dalam sampel asli.

Dan batas kepercayaan 95% untuk berbagai kombinasi hasil positif dan negatif pada

(40)

Analisis Data

Korelasi

Analisis Korelasi Pearson dilakukan dengan software IBM SPSS Ver. 17.00.

Uji ini merupakan uji statistik untuk mengetahui korelasi antara parameter kualitas

air yang paling tinggi konsentrasinya dengan faktor fisika, kimia, dan biologi

perairan yang akan mempengaruhi kualitas air di pantai.

Kualitas Akuatik

Penghitungan klasifikasi kesesuaian lingkungan akuatik=

[(Fkp x 20) + (Fka x 15) + (Fsd x 15) + (Ftop x 10) + (Ftsu x 5)] Keterangan

Fkp = faktor kecerahan perairan Ftop = faktor topografi

Fka = faktor kecepatan arus Ftsu = faktor kerawanan tsunami

Fsd = faktor substrat dasar

Parameter-parameter yang telah diskoring selanjutnya dilakukan pembobotan

dan kemudian dikategorikan dalam kelas kesesuaian, yaitu:

Kelas S1 : Sangat Sesuai (Nilai 181 – 240)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk

menerapkan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Cukup Sesuai (Nilai 121 – 180)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.

Kelas S3 : Sesuai Marginal (Nilai 61 – 120)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk

(41)

Kelas N : Tidak Sesuai (Nilai ≤ 60).

Kualitas Terestrial

Penghitungan klasifikasi kesesuaian lingkungan terrestrial=

[(Feko x 20) + (Fplp x 15) + (Flp x 10) + (Ftop x 10) + (Fbgb x 5)]

Keterangan:

Feko = faktor keaslian ekosistem Ftop = faktor topografi

Fplp = faktor penutupan lahan pantai Fbgb = faktor bahaya gunungapi

Flp = faktor lebar pantai

Parameter-parameter yang telah diskoring selanjutnya dilakukan pembobotan

masing-masing dan kemudian dikategorikan dalam kelas kesesuaian. Kelas

kesesuaian tersebut dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:

Kelas S1 : Sangat Sesuai (Nilai 181 – 240)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk

menerapkan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Cukup Sesuai (Nilai 121 – 180)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.

Kelas S3 : Sesuai Marginal (Nilai 61 – 120)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.

Kelas N : Tidak Sesuai (Nilai ≤ 60)

Penggabungan hasil kesesuaian akuatik dan terestrial menghasilkan zona

tingkat kepekaan lingkungan pesisir, yaitu zona tidak peka (S1), zona kurang peka

(42)

tapak dengan potensi lingkungan yang paling sesuai untuk dikembangkan sebagai

kawasan wisata.

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir

Penghitungan penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata=

[(Flju + Fek + Fatr + Ffp + Fka + Fta + Fdpm)]

Keterangan :

Flju = faktor letak dari jalan utama Fka= faktor ketersediaan air

Fek = faktor estetika dan keaslian Fta= faktor tranportasi-aksesibilitas

Fatr = faktor atraksi Fpm= faktor pastisipasi masyarakat

Ffp = faktor fasilitas pendukung

Skor masing-masing obyek dijumlahkan dengan ketentuan sebagai berikut:

S1 = Sangat Potensial (Nilai 20 – 28)

S2 = Cukup Potensial (Nilai 15 – 20)

S3 = Kurang Potensial (Nilai 10 – 14)

S4 = Tidak Potensial (Nilai ≤ 10)

Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Pantai Sri Mersing

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive

sampling (sampel dengan sengaja), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara

disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam

populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke

kawasan Pantai Sri Mersing dalam waktu satu bulan dan masyarakat sekitar Pantai

Sri Mersing. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan

kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu

(43)

pengunjung yang datang secara rombongan hanya dipilih beberapa orang saja

sebagai wakil rombongan dan masyarakat yang diwakili kepala keluarga disetiap

rumah. Jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik

diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka

sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Perhitungan sampel

pengunjung dan masyarakata disajikan pada Lampiran 6. Dengan rumus Slovin

dalam Amanda (2009)

� = �

1 +� (�)2

Keterangan:

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan

N = Ukuran populasi

e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%)

Persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan

Analisis mengenai persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui tingkat

keindahan dan kenyamanan Pantai Sri Mersing. Tingkat keindahan dan kenyamanan

menurut Yulianda (2004) dibagi atas keindahan dan kenyamanan alam lokasi wisata.

Penilaian terhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan

(kuisioner) yang ditujukan kepada wisatawan. Keindahan yang dinilai adalah

keindahan alami, tidak termasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung

dengan rumus (Yulianda, 2004):

Ka = ���

��� x 100%

(44)

ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah

ERo : Jumlah seluruh responden

Ka : Nilai keindahan alam (%)

Kriteria/nilai keindahan alam :

Ka ≥ 75% : indah (3)

40% ≤ Ka ≤ 75% : cukup indah (2)

Ka < 40% : tidak indah (1)

Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan

terhadap rasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan

dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan

dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2004):

Na = ���

��� x 100%

Keterangan:

Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman

Ero : Jumlah seluruh responden

Na : Nilai kenyamanan alam (%)

Kriteria/nilai kenyamanan alam :

Na ≥ 75% : nyaman (3)

40% ≤ Na ≤ 75% : cukup nyaman (2)

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Kualitas Air

Analisis kualitas air Pantai Sri Mersing dilakukan dengan mengambil sampel

air di bagian muara dan pantai. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali

ulangan dengan tiga titik di setiap stasiun dan dilakukan pada kondisi cuaca yang

sama.

Hasil analisis kualitas air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing

pada setiap pengambilan sampel dapat dilihat di Lampiran 3. Parameter pengamatan

yang digunakan dalam penentuan kualitas air di Muara Sungai Sei Baungan dan

Pantai Sri Mersing terdiri atas sepuluh (10) parameter, yang meliputi pengukuran

kedalaman, suhu, bau, sampah, kekeruhan, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO),

Biochemical Oxygen Demand (BOD5), dan Colifaecal.

Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing

Sampel kualitas air muara sungai Sei Baungan diambil berdasarkan aktivitas

masyarakat yang terdapat di sungai seperti pemukiman, pendaratan ikan (TPI) dan

muara sungai yang bersinggungan langsung dengan objek wisata Pantai Sri Mersing.

Sedangkan sampel kualitas air Pantai Sri Mersing diambil di area Pantai. Hasil

analisis kualitas air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing dapat dilihat

(46)

Tabel 6. Hasil analisis kualitas air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing Hidup No. 51 Tahun 2004

Ket.

Sumber: Olahan data lapangan

Hasil penelitian parameter fisika, kimia dan biologi perairan memiliki nilai

bervariasi yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdapat pada Lampiran 3,

menunjukkan bahwa ada beberapa parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu

Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 air laut untuk wisata bahari. Baku

mutu untuk wisata bahari air laut disajikan pada Lampiran 17. Parameter-parameter

tersebut terdiri dari parameter fisika dan biologi. Parameter fisika dan biologi yang

tidak sesuai dengan baku mutu diantaranya adalah sampah, kekeruhan dan Colifaecal

seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tingginya konsentrasi nilai Colifaecal

mengindikasinya terjadinya pencemaran perairan akibat limbah cair domestik di

muara sungai. Hal ini membuktikan bahwa pemukiman penduduk memiliki

kontribusi yang besar terhadap pencemaran perairan dengan menurunkan kualitas air

(47)

Peruntukan pantai sebagai daerah wisata bahari dituntut memiliki kualitas air

yang baik dan memenuhi standar baku mutu wisata yang telah ditetapkan bagi wisata

bahari agar pengunjung dapat merasakan keindahan dan kenyamanan Pantai Sri

Mersing. Karena itu dapat dikatakan bahwa perairan Pantai Sri Mersing berada

dalam kondisi yang kurang nyaman karena adanya beberapa parameter kualitas

perairan yang sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan, sehingga kurang baik

untuk kegiatan wisata dan rekreasi khususnya bagi aktivitas mandi renang dan

estetika.

Parameter Fisika

Muara Sungai Sei Baungan memiliki kedalaman rata-rata yaitu 1,9 meter

sedangkan Pantai Sri Mersing memiliki kedalaman rata-rata 1,6 meter. Kedalaman

tertinggi terdapat di muara sungai dan kedalaman yang terendah terdapat di Pantai

Sri Mersing.

Hasil pengukuran in situ kualitas air di Muara Sungai Sei Baungan memiliki

suhu yang tidak bervariasi yaitu 31°C sedangkan di Pantai Sri Mersing menunjukkan

bahwa suhu perairan yaitu 30°C.

Muara Sungai Sei Baungan memiliki bau. Bau yang ditimbulkan adalah bau

busuk yang diakibatkan karena adanya pendaratan ikan. Perairan Pantai Sri Mersing

tidak berbau.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Muara Sungai Sei Baungan dan

dalam kawasan Pantai Sri Mersing ditemukannya sampah. Penilaian parameter

sampah dilakukan secara visual. Sampah yang terbanyak terdapat di Muara Sungai

(48)

31 30

Dari hasil pengukuran yang dilakukan secara eksitu (analisis laboratorium)

seperti yang terlihat pada Tabel 6, didapat nilai kekeruhan di perairan Muara Sungai

Sei Baungan memiliki rata-rata nilai kekeruhan perairan berkisar 34,84 NTU

sedangkan nilai kekeruhan di Pantai Sri Mersing berkisar 6,79 NTU. Nilai kekeruhan

tertinggi berada pada Muara Sungai Sei Baungan. Grafik parameter fisika

ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Parameter Fisika (a) Kedalaman, (b) Suhu, dan (c) Kekeruhan

Parameter Kimia

Nilai derajat keasaman (pH) perairan di Muara Sungai Sei Baungan berkisar

7,2 sedangkan pH rata-rata di Pantai Sri Mersing pada kisaran 7,4. Nilai tersebut

menunjukkan nilai yang normal untuk permukaan perairan. Nilai pH tertinggi

terdapat pada Pantai Sri Mersing sebesar 7,4, sedangkan nilai pH yang terendah

terdapat di Muara Sungai Sei Baungan sebesar 7,0.

a b

c

(49)

7,2 7,4

Nilai salinitas di Muara Sungai Sei Baungan adalah 6,6‰ sedangkan salinitas

di perairan Pantai Sri Mersing sebesar 21,6‰. Nilai tersebut masih merupakan nilai

salinitas yang normal untuk perairan laut. Nilai parameter salinitas tertinggi terdapat

di Pantai Sri Mersing dan nilai salinitas yang terendah terdapat di muara sungai Sei

Baungan.

Nilai oksigen terlarut (DO) rata-rata di Muara Sungai Sei Baungan yaitu 5,7

mg/l sedangkan di perairan Pantai Sri Mersing yaitu 7,4 mg/l. Nilai oksigen terlarut

yang tertinggi terdapat di perairan Pantai Sri Mersing dan nilai oksigen terlarut yang

terendah terdapat di Muara Sungai Sei Baungan.

Nilai BOD yang diukur adalah nilai BOD5. Hasil pengukuran contoh air

Muara Sungai Sei Baungan diperoleh nilai BOD5 sebesar 2,2 mg/l sedangkan nilai

BOD5 perairan Pantai Sri Mersing sebesar 2,4 mg/l. Nilai BOD5 yang tertinggi

terdapat di perairan Pantai Sri Mersing. Grafik parameter kimia ditampilkan pada

(50)

0

Gambar 6. Parameter Kimia (a) pH, (b) Salinitas, (c) DO, dan (d) BOD5

Parameter Biologi

Hasil pengamatan (analisis laboratorium) di Muara Sungai Sei Baungan dan

perairan Pantai Sri Mersing ditemukan adanya bakteri Colifaecal. Nilai rata-rata

Colifaecal dari semua stasiun berkisar >1600 jumlah/100 ml. Nilai parameter bakteri

Colifaecal tertinggi terdapat di Muara Sungai Sei Baungan dan nilai parameter

bakteri Colifaecal terendah terdapat di perairan Pantai Sri Mersing. Grafik parameter

biologi ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Parameter Biologi (Colifaecal)

Sarana dan Prasarana Masyarakat

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat

dalam menjalankan aktivitasnya. Sarana prasarana yang terdapat di dusun 4 desa

Kuala Lama masih sangat minim namun termasuk dalam kategori baik. Hal ini

didukung oleh persepsi masyarakat terhadap sarana dan prasarana yang ada di desa

Kuala Lama. Data tabulasi kuisioner masyarakat disajikan pada Lampiran 9. Hal

tersebut berdampak pada kurang berkembangnya desa tersebut. Adapun sarana

prasarana yang terdapat di dusun 4 desa Kuala Lama yaitu:

(51)

1. Akses jalan beraspal, sarana air bersih yang dimanfaatkan penduduk berasal dari

sumur gali (bor), listrik yang sudah menjangkau hampir semua masyarakat

2. Pendaratan ikan yang menjadi tempat berlabuhnya ikan tangkapan nelayan.

3. Tempat sampah yang minim di setiap rumah karena penanganan sampah yang

dihasilkan oleh rumah tangga masih dilakukan secara individu oleh masyarakat

dengan cara dibakar di tempat atau dibuatkan lubang kemudian ditimbun.

4. Terdapat MCK dan septic tank di setiap rumah penduduk. Analisis kualitas air

yang dilakukan ditemukan bakteri Colifaecal sebagai biindikator penurunan

kualitas air. Setiap pinggiran Muara Sungai Sei Baungan yang padat pemukiman

dipastikan memiliki saluran-saluran buangan yang menuju ke badan air.

Sarana dan Prasarana di Pantai Sri Mersing

Akses untuk menuju objek wisata Pantai Sri Mersing tergolong mudah karena

merupakan jalanan beraspal dan dapat ditempuh dalam waktu singkat karena tidak

terjadi kemacetan di sepanjang jalan menuju pantai ini. Kendaraan yang dapat

dipergunakan ke objek wisata Pantai Sri Mersing adalah becak ataupun kendaraan

pribadi.

Fasilitas rekreasi di Pantai Sri Mersing dalam kondisi yang baik yaitu

terdapat satu kios makanan yang menjual makanan dan minuman ringan yang

dimiliki pengelola dan pemilik Pantai Sri Mersing, terdapatnya tempat sampah di

setiap area objek wisata, pondok dan tenda yang mampu menampung pengunjung

dalam jumlah yang banyak, tempat penyewaan ban untuk melakukan aktivitas

renang, terdapat kapal wisata yang akan membawa wisatawan berkeliling mengitari

pantai-pantai yang ada di Kecamatan Pantai Cermin, tempat parkir baik untuk sepeda

(52)

memarkirkan kendaraannya, dua unit toilet dan sebuah mushollah. Kebutuhan air

bersih di Pantai Sri Mersing dipenuhi dari sumber mata air dan sumur (sumur bor),

karena daerah ini tidak dilalui oleh jaringan PDAM. Jaringan listrik dialiri dari PLN

semua rumah tangga di dusun 4 Kuala Lama menggunakan listrik, termasuk untuk

penerangan jalan. Sarana dan prasarana disajikan pada Lampiran 17.

Secara umum, sarana dan prasarana yang ada di kawasan Pantai Sri Mersing

termasuk dalam kategori baik. Hal ini didukung oleh persepsi pengunjung terhadap

sarana dan prasarana yang ada di kawasan Pantai Sri Mersing. Data tabulasi

kuisioner pengunjung disajikan pada Lampiran 8. Namun menurut persepsi

pengunjung, sarana dan prasarana di Pantai Sri Mersing masih belum memadai

seperti keberadaan tempat sampah dan warung makan di kawasan Pantai Sri Mersing

masih kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Pantai

Beragam aktivitas yang terdapat di sepanjang Muara Sungai Sei Baungan

seperti pemukiman, pendaratan ikan atau usaha yang dilakukan oleh masyarakat akan

menghasilkan limbah dimana terdapat limbah yang dihasilkan dibuang ke badan air.

Kondisi ini dipicu oleh tidak terkelolanya limbah dengan baik, mengakibatkan

tercemarnya air sungai tersebut dan berpengaruh terhadap kualitas air di pantai.

Pencemaran tidak saja dapat merusak atau mematikan komponen biotik (hayati)

perairan, tetapi dapat pula membahayakan kesehatan atau bahkan mematikan

manusia yang memanfaatkan biota atau perairan yang tercemar. Selain itu

pencemaran juga dapat menurunkan nilai estetika perairan laut dan pesisir yang

(53)

Pencemaran yang ditimbulkan akibat pembuangan limbah langsung ke badan

air ditunjukkan oleh hasil analisis pada beberapa parameter kualitas air. Hasil analisis

kualitas air menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter pencemaran telah

melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu sampah, kekeruhan, dan Colifaecal.

Kandungan air sungai dengan kandungan di atas baku mutu akan bermuara ke objek

wisata pantai yang menunjukkan bahwa air tersebut sehingga tidak layak digunakan

untuk kegiatan rekreasi dan wisata air. Beberapa indikator yang menunjukkan

terjadinya pembuangan limbah ke lingkungan antara lain:

1. Tumpukan sampah, baik anorganik (plastik, botol, kemasan makanan dll) maupun

sampah organik (potongan kayu, sisa daun baik yang disebabkan oleh alam

maupun kegiatan manusia).

2. Sedimentasi akibat alih fungsi lahan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas

dan kuantitas air sungai. Partikel-partikel tanah tersebut masuk ke dalam badan air

sehingga perairan menjadi keruh. Kondisi demikian mengakibatkan kualitas air

pantai menjadi menurun.

3. Tingginya nilai konsentrasi bakteri Colifaecal di sungai disebabkan oleh feses dan

keberadaan Colifaecal yang cukup tinggi di perairan disebabkan karena sebagian

besar masyarakat yang bermukim di tepi sungai masih belum memiliki sistem

sanitasi yang kurang baik.

Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia Dengan Kelimpahan

Colifaecal

Uji analisis korelasi Pearson antara faktor fisika dan kimia dengan

kelimpahan Colifaecal dilakukan karena nilai kelimpahan Colifaecal di perairan

(54)

2004 air laut untuk wisata bahari. Output data SPSS pada penelitian ini dapat dilihat

pada Lampiran 4. Berdasarkan pengukuran faktor fisika kimia perairan yang telah

dilakukan pada dua stasiun penelitian dan dikorelasikan dengan total Colifaecal

maka diperoleh nilai korelasi seperti yang terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika Kimia dengan total

Colifaecal

Korelasi Pearson Suhu Kekeruhan pH Salinitas DO BOD5

Total Colifaecal - 843 - 783 - 538 - 981 + 988 - 999

Potensi Kawasan Wisata untuk Pesisir

Perencanaan pengembangan kawasan wisata pesisir di Pantai Sri Mersing

ditentukan berdasarkan penilaian kualitas lingkungan pesisir dan pengembangan

kepariwisataan pesisir.

Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisir

Penilaian kualitas lingkungan pesisir kawasan penelitian ditentukan

berdasarkan kesesuaian akuatik dan kesesuaian terestrial.

Kualitas Akuatik

Hasil dari penilaian kesesuaian akuatik dapat dilihat pada Tabel 8 ialah

kategori sangat sesuai (S1) untuk wisata pesisir di Pantai Sri Mersing dengan skor

180.

Tabel 8. Penilaian kesesuaian akuatik untuk wisata pesisir di Pantai Sri Mersing

Parameter B S Skor Total

Kecerahan Perairan 20 2 40

Kecepatan arus 15 4 60

Substrat Dasar 10 2 20

Topografi Laut 10 4 40

Bahaya tsunami 5 4 20

Total 180

(55)

Keterangan: B= Bobot, S= Skor, SS= Sangat Sesuai, S= Sesuai, KS= Kurang Sesuai, TS= Tidak Sesuai.

Kualitas Terestrial

Hasil yang diperoleh dari penilaian kesesuaian terestrial Pantai Sri Mersing

dapat dilihat pada Tabel 9. Pantai Sri Mersing sebagai kawasan wisata pesisir

menunjukkan bahwa semua bagian tapak potensial untuk dijadikan kawasan wisata.

Tabel 9. Penilaian kesesuaian kualitas terestrial wisata pesisir Pantai Sri Mersing

Parameter B S Skor Total

Ekosistem 20 4 80

Penutupan lahan pantai 15 4 60

Lebar pantai 10 4 40

Kemiringan (°) 10 3 30

Bahaya gunung api 5 4 20

Total 230

Kesesuaian wisata SS

Keterangan: B= Bobot, S= Skor, SS= Sangat Sesuai, S= Sesuai, KS= Kurang Sesuai, TS= Tidak Sesuai.

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir

Bentuk perwujudan Pantai Sri Mersing sebagai kawasan ekowisata ialah

dengan dilakukan penilaian kesesuaian obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri

Mersing yang berpotensi bagi pengembangan wisata pesisir. Secara keseluruhan

hasil dari analisis kelayakan obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri Mersing ialah

berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek dan atraksi wisata dengan skor 21.

Penilaian kelayakan obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri Mersing dapat dilihat

(56)

Tabel 10. Penilaian kelayakan obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri Mersing

Parameter Skor Skor Total

Letak dari Jalan utama 1 1

Estetika dan keaslian 3 3

Atraksi 2 2

Fasilitas pendukung 3 3

Ketersediaan air bersih 4 4

Transportasi Aksesbilitas 4 4

Dukungan Masyarakat 4 4

Total 21

Kesesuaian wisata S1

Keterangan :

S1 = Sangat Potensial S3 = Kurang Potensial S2 = Cukup Potensial S4 = Tidak Potensial

Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan

Kawasan

Populasi responden kuisioner untuk pengunjung adalah 44 orang, hasil ini

diperoleh dari perhitungan sampel pengunjung. Persepsi wisatawan terhadap

keindahan kawasan Pantai Sri Mersing dinyatakan indah oleh sebanyak 24 orang

responden dari total 44 orang responden. Hasil dari 24 orang responden tersebut

diperoleh nilai keindahan kawasan sebesar 54,54 %. Nilai tersebut masuk ke dalam

kisaran antara 40%-75% yang menunjukkan bahwa kriteria keindahan kawasan di

Pantai Sri Mersing adalah cukup indah. Penilaian persepsi wisatawana terhadap

keindahan disajikan di Lampiran 14.

Persepsi wisatawan terhadap kenyamanan kawasan Pantai Sri Mersing, dari

44 responden sebanyak 27 orang responden mengatakan nyaman. Hasil dari 27 orang

responden tersebut diperoleh nilai kenyamanan kawasan yaitu sebesar 61,36%. Nilai

(57)

55% 45%

Persepsi Terhadap Keindahan

Nyaman

Tidak Nyaman

61% 39%

Persepsi Kenyamanan Wisatawan

Nyaman

Tidak Nyaman kenyamanan kawasan di Pantai Sri Mersing adalah cukup nyaman. Penilaian persepsi

wisatawana terhadap kenyamanan disajikan di Lampiran 14. Berdasarkan persepsi

wisatawan tersebut, tingkat kenyamanan Pantai Sri Mersing cukup mendukung

pengembangan kegiatan wisata. Diagram persepsi wisatawan terhadap keindahan dan

kenyamanan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Diagram Persepsi Wisatawan (a) Keindahan dan (b) Kenyamanan

Pembahasan

Gambar

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 2. Baku mutu kualitas air laut untuk wisata bahari No Parameter Satuan Baku Mutu
Tabel 3. Penilaian kualitas lingkungan pesisir akuatik Unsur Bobot Sub unsur
Tabel 4. Penilaian kualitas lingkungan pesisir terrestrial Unsur Bobot Sub unsur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangbiakan perkici pelangi secara ex-situ dapat dilakukan di dalam laboratorium penangkaran melalui cara mengawinkan satu jantan dengan satu betina, ataupun

[r]

Daerah yang berada di SPL 15 memiliki jenis tanah mediteran cokelat dan digunakan sebagai lahan tegalan memiliki karakteristik lahan: kemiringan lereng 34%

Structure and Style: The Study and Analysis of Musical Form. Philadelphia: Oliver Ditson

Berdasarkan hasil wawancara dan data yang peneliti peroleh dari DPRD Provinsi NTB, bahwa Implementasi kewenangan Badan Kehormatan dalam menegakkan Kode etik anggota

Ketika di dalam iklan ini perempuan berusaha untuk keluar dari apa yang diidentikkan oleh masyarakat, yaitu dengan membuka sebuah usaha kafe sebagai bentuk usaha untuk mencari

In final project, the writer discusses about Improving Speaking Skill by using Games for the Third Grade Students of SDN Jagalan No.81 Jebres, Surakarta.. The writer

Dalam penelitian ini ada 8 variabel yang diduga berhubungan dengan obesitas pada remaja yaitu variabel usia, jenis kelamin, frekuensi pola makan, kebiasaan sarapan