• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi di Kota Medan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

0.18 0.17 0.18 0.17 0.18

Konstruksi 17.22 16.98 16.94 17.51 18.02 Perdagangan Besar dan

Eceran 24.05 23.59 23.37 23.88 24.73 Jasa keuangan dan

Asuransi 6.85 6.95 7.29 7.48 7.37

(2)

Tabel 1

Distribusi PDRB Berdasarkan Jenis Usaha Di Kota Medan

No. Jenis Ijin Jumlah Ijin yang Dikeluarkan (Tahun)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

10 Ijin Pelataran

Parkir 11 26 25 20 13 28

11 Ijin Reklame 412 631 532 372 309 295 TOTAL 7318 17905 24731 24458 24368 26863

(3)

Tabel 2

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009.Pedoman Evaluasi dan

Indikator Kinerja Pembangunan, Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional, Jakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014.Evaluasi Pelaksanaa

Pembangunan Nasional tahun 2010-2014, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta

Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2015. Medan Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik Kota Medan, Medan

Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2013. Medan Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Kota Medan, Medan

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2015. Sumatera Utara Dalam

Angka 2015, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Medan

Fahrul, Muhammad, 2011.“Efektifitas dan Relevansi Kinerja Ekonomi Kota Medan terhadap Sumatera Utara”, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Fernanda, Desi. “Paradigma-Paradigma Pembangunan”, Litbang APOAN-LANRI.

Furry, Ratri, 2013.“ Evaluasi Pemekaran Wilayah Kota Serang Ditinjau dari Kinerja Ekonomi dan Kinerja Pelayanan Publik Daerah”. Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang

Howard, Dennis , 2007. ”A Regional Economic Performance Matrix – an aid to Regional Economic Policy Development”, volume 11 Issue 2 artikel 4, hal 1-18

Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan, 2009. Pedoman Evaluasi Kinerja

Pembangunan Sektoral, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,

Jakarta

Rachmawati, Dhinta, 2009. “Analisis Kinerja Ekonomi dan Potensi Keuangan Kota Bogor Sebelum dan Selama Desentralisasi Fiskal”, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor

(5)

Pemerintah Kota Medan, 2011.“Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Kota Medan Tahun 2011-2015”, Pemerintah Kota Medan, Medan

Pemerintah Kota Medan, 2012.Rencana Kerja Pemerintah Kota Medan tahun

Anggaran 2013, Pemerintah Kota Medan, Medan

Rosenberg, Paul, 2013. “New Paradigm Economics Versus Old Paradigm Versus”.Real-world Ecconomics Review issue Nomor 66 hal 131-143

Sinaga, Murbanto, 2015. Keuangan Daerah, USU Press, Medan

Sirojuzilam, Kasyful Mahalli, 2010. Regional, Pembangunan,Perencanaan, dan

Ekonomi, USU Press, Medan

Soleh, Chabib, Supripto, 2011.Menilai Kinerja Pemerintahan Daerah, Fokus Media, Bandung

(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif yaitu menggambarkan serta menganalisis suatu keadaan berdasarkan data-data yang sebenarnya. Hasil analisis akan dijelaskan dalam bentuk kalimat atau pernyataan serta grafik dan tabel untuk memudahkan dalam memahami hasil penelitian.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif .Data kuantitatif adalah data berupa angka (numeric).Penelitian ini menggunakan data sekunder dan time series dengan rentang waktu 2010sampai dengan 2014. Data yang digunakan antara lain:

1. Jumlah Penduduk Kota Medan dan Sumatera Utara Tahun 2010-2014 2. Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Perkapita

Kota Medan tahun 2010-2014.

3. Data PDRB Perkapita Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 4. Data tingkat kemiskinan daerah Kota Medan tahun 2010-2014 5. Data perkembangan inflasi di Kota Medan tahun 2010-2014 6. Realisasi pendapatan daerah Kota Medan 2010-2014 7. Realisasi dana perimbangan Kota Medan 2010-2014 8. Jumlah izin yang dikeluarkan pertahun

(7)

10. Jumlah UMKM non BPR / LKM UKM Kota Medan tahun 2010-2014 11. Jumlah pasar induk/ pasar tradisional Kota Medan

12. Nilai realisasi PMDN dan PMA tahun 2010-2014 13. Jumlah Lokasi Wisata/ cagar di Kota Medan 14. Jumlah Hotel di Kota Medan tahun 2010-2014 15. Jumlah Wisatawan tahun 2010-2014 di Kota Medan

16. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kota Medan tahun 2010-2014

17. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kota Medan tahun 2010-2014

3.2.2 Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain untuk kemudian diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sumber data berasaldari :

1. Badan Pusat Statistik Kota Medan

2. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 3. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan 4. Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan

5. Badan Penanaman Modal Kota Medan

(8)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidang ekonomi yang termasuk dalam SKPD Kota Medan, yaitu berjumlah 16 SKPD. Sampel penelitian adalah 6 bidang ekonomi atau SKPD yaitu bidang Keuangan, Perizinan, Koperasi dan UMKM, Penanaman Modal, Pariwisata dan Budaya, serta Perindustrian dan Perdagangan pada rentang waktu 5 tahun.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Berbagai data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi.Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan dari buku, catatan, maupun publikasi instansi, perusahaan, ataupun kelompok tertentu yang menjadi sumber data penelitian.Data dalam penelitian diperoleh dari buku serta publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Bappeda, Badan/Dinas pada SKPD yang diteliti serta jurnal dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5 Defenisi Operasional

(9)

3.5.1 Indikator Kinerja Ekonomi Daerah

Indikator kinerja ekonomi mencakup variabel makro yang memiliki keterkaitan dan digunakan dalam mengevaluasi kinerja ekonomi daerah. Berikut merupakan variabel yang digunakan:

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah indikator untuk mengetahui keadaan ekonomi daerah dalam bentuk persentase, yang dibandingkan dengan keadaan ekonomi periode sebelumnya.

2. Pertumbuhan PDRB Perkapita

Pertumbuhan PDRB perkapita merupakan persentase pertambahan total barang dan jasa yang diperoleh individu (perorangan) pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

3. Angka Kemiskinan

Angka kemiskinan merupakan jumlah riil maupun persentase penduduk yang memenuhi kriteria GK (Garis Kemiskinan) yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik yaitu berdasarkan pengeluaran perkapita dalam sebulan.

4. Distribusi Pendapatan

(10)

3.5.2 Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi

Indikator Pembangunan bidang ekonomi merupakan indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pembangunan pada bidang ekonomi tertentu pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.Dalam penelitian ini akan menggunakan enam bidang ekonomi yang menjadi obyek evaluasi. Setiap bidang akan dievaluasi berdasarkan sasaran yang akan dicapai pada RPJMD Kota Medan

1. Bidang Keuangan

Bidang keuangan mencakup realisasi penerimaan dan belanja/pengeluaran kota Medan pertahunnya selama 5 tahun. Pengelolaan bidang keuangan menjadi tanggung jawab Dinas Pendapatan Daerah untuk digunakan dalam kegiatan program kegiatan pemerintah.Penerimaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Penerimaan Lain yang Sah.Sedangkan Pengeluaran meliputi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

2. Bidang Perijinan

(11)

3. Koperasi dan UMKM

Perkembangan Koperasi dilihat dari jumlah serta persebaran koperasi yang aktif.Sedangkan UMKM dilihat dari berbagai aspek seperti perkembangan jumlah UMKM serta fasilitas yang diberikan.Pengukuran fasilitas dilihat dari jumlah pasar tradisional serta pasar induk sesuai dengan sasarn yang tercantum dalam RPJMD Kota Medan.

4. Bidang Penanaman Modal

Bidang penanaman modal mencakup perkembangan modal/investasi dalam negeri maupun modal asing, nilai realisasi yang diperoleh, serta jumlah investor dan perijinan yang diberikan.

5. Bidang Pariwisata dan Budaya

Evaluasi pariwisata dan kebudayaan mencakup perkembangan jumlah parwisata serta fasilitas pendukung yang tersedia di Kota Medan.Fasilitas pendukung termasuk Hotel yang tersedia serta lokasi wisata yang terdapat di Kota Medan.

6. Bidang Industrian dan Perdagangan

(12)

3.6 Metode Analisis 3.6.1 Metode Deskriptif

Metode deskriptif adalah metode analisis dengan menjelaskan masing-masing variabel berdasarkan data-data yang digunakan.Dalam Penelitian ini dijelaskan variabel makro ekonomi daerah maupun bidang ekonomi sebagai analisis evaluasi kinerja masing-masing indikator.Hasil analisis akan dijelaskan secara rinci serta menggunakan grafik dan tabel untuk memudahkan dalam memahami hasil penelitian.

3.6.2 Metode Indeksasi

Metode indeksasi merupakan metode yang dilakukan dengan menstrukturkan dan mengolah data berdasarkan perhitungan terhadap variabelkontrol atau indikator masukan yang mempresentasikan variabel indeks yang diinginkan(Ratri:2013). Metode ini digunakan untuk menilai kinerja pembangunan ekonomi sehingga bisa menjadi perbandingan dengan periode sebelumnya.Pada akhirnya dengan metode ini akan menjadi evaluasi apakah kinerja pembangunan ekonomi pada tahun 2010 sampai 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Metode ini juga digunakan oleh Bappenas dalam melakukan perbandingan terhadap program-program pembangunan daerah. Secara matematis, rumusnya sebagai berikut:

IKEm =

(����� + ����/��� +(���−����) + (���−���� )) �

Keterangan :

IKEm = Indeks Kinerja Ekonomi Makro LPE = Laju Pertumbuhan Ekonomi

(13)

AK = Angka Kemiskinan i = Daerah

t = Tahun

Berdasarkan rumus indeksasi di atas, maka akan diperoleh hasil kinerja ekonomi makro dan juga kinerja pembangunan ekonomi Kota Medan dalam bentuk angka yang merupakan rata-rata dari setiap indikator.

3.6.3 Metode Efektifitas dan Relevansi

Metode Efektifitas yaitu metode yang digunakan untuk menguji apakah indikator yang digunakan efektif dalam memperbaiki kinerja pembangunan ekonomi.Sedangkan metode relevansi dalam penelitian ini untuk melihat apakah kinerja pembangunan ekonomi relevan dengan rencana pembangunan ekonomi yang telah direncanakan sebelumya.Dalam analisis evaluasi, metode ini penting untuk dilakukan untuk menguji keberhasilan kinerja apakah telah sesuai dengan sasaran atau tidak.

(14)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan 4.1.1 Kondisi Geografis

Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Kota besar di Indonesia, dilihat dari posisinya sebagai Kota dengan aktifitas ekonomi yang cukup lancar meskipun wilayahnya relatif kecil dibandingkan Kota besar lainnya. Kota Medan secara teritorial memiliki luas 265,10 km2 atau sekitar 3,6% dari seluruh luas Provinsi Sumatera Utara. Secara Astronomis, Kota Medan berada pada 20.27’ – 20.47’ Lintang Utara dan 980.35’ – 980.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 50 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan tanah 0 - 3%. Secara administratif berbatasan secara langsung dengan Selat Malaka dari sisi utara dan Kabupaten Deli Serdang dari sisi timur, barat, serta selatan.Wilayah Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan, serta terbagi atas 2.001 lingkungan.

(15)

adanya Pelabuhan Belawan, Pusat Kota, serta Bandara Internasional yang saling terhubung untuk menjadikan setiap penyediaan, serta penyaluran barang dan jasa menjadi lebih mudah dan lancar.

4.1.2 Kondisi Demografis

Kota Medan memiliki beberapa perpaduan dalam struktur masyarakatnya. Dari segi etnis, terdiri dari etnis Batak, Jawa, Nias, Melayu, Cina, Minang serta masyarakat pendatang luar negeri baik untuk tujuan tertentu maupun sebagai penduduk tetap.Sedangkan dari segi agama terdiri dari Islam, Kristen, Hindu, Buddha, serta Kong Hu Chu (Tionghoa).

Secara demografis, jumlah penduduk Kota Medan termasuk besar jika dibandingkan dengan luas wilayahnya. Perbandingan jumlah penduduk Kota Medan dibandingkan Kota lain di Sumatera Utara masih terlalu tinggi, menunjukkan persebaran penduduk yang cukup curam atau tidak merata. Berikut progres pertumbuhan penduduk di Kota Medan.

Gambar 4.1

Jumlah Penduduk Tahun 2011-2015 di Kota Medan

2011 2012 2013 2014 2015

Penduduk 2117224 2122804 2135516 2191140 2210624 2060000

(16)

Pertumbuhan penduduk yang terlihat pada tabel grafik bergerak fluktuatif disebabkan oleh faktor alami yaitu kelahiran, kematian, serta arus urbanisasi. Pada tahun 2012 terjadi pertambahan penduduk sebanyak 5.580 jiwa, kemudian meningkat kembali pada tahun berikutnya dengan pertambahan penduduk sebanyak 12.712 jiwa. Tahun 2014 penduduk Kota medan kembali mengalami peningkatan yang drastis sebanyak 67.930 jiwa dan kembali menurun pada tahun 2015 dengan pertambahan penduduk sebanyak 19.484 jiwa.

Jumlah Penduduk di dominasi oleh penduduk usia diatas 15tahun yang berada pada usia angkatan kerja. Pada akhir tahun 2014 jumlah penduduk angkatan kerja berjumlah 974.951 jiwa sedangkan yang bukan angkatan kerja 639.033 jiwa.Jumlah yang bekerja adalah 882.514 dan sisanya yaitu 92.437 menjadi penganggur.Berdasarkan jenis kelamin, pada perhitungan terakhir yaitu semester 1 tahun 2015 proporsi penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.Penduduk laki-laki berjumlah 1.241.826 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 1.226.603 jiwa.

(17)

Tahun Tingkat Kepadatan (/Km2)

2011 7.987

2012 8.008

2013 8.009

2014 8.268

2015 8.342

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Tabel 4.1

Tingkat Kepadatan Penduduk Tahun 2011-2015 Di Kota Medan

Tingkat Kepadatan di Kota Medan pada tahun 2011 yaitu 7.987 jiwa/ km2. Kepadatan menurun pada tahun 2012 dan 2013 lalu mengalami peningkatan sebesar 259 jiwa/km2 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 mengalami peningkatan kembali sebanyak 74 jiwa/km2 menjadi 8.342 jiwa/km2.

4.1.3 Kondisi Ekonomi

Secara umum kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi maupun jumlah produk yang dihasilkan oleh daerah tersebut.Namun secara komprehensif, banyak faktor yang nyatanya berpengaruh langsung pada kesejahteraan masyarakat secara merata.

1. Struktur Ekonomi

(18)

Gambar 4.2

Struktur Ekonomi Tahun 2010-2014 di Kota Medan

Pada grafik dapat dilihat bahwa yang menjadi pusat kegiatan ekonomi ada pada sektor sekunder yang meliputi industri pengolahan, listrik dan gas, pengelolaan air, serta konstruksi. Sektor sekunder mendapat proporsi rata-rata 58,6% pertahunnya. Sektor tersier yang terdiri dari perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, komunikasi, keuangan, real estate, dan jasa, juga mengalami peningkatan secara relatif.Sektor tersier memiliki proporsi rata-rata terhadap PDRB sebanyak 40% pertahun.Sektor primer memiliki proporsi paling kecil yaitu hanya tiga hingga empat persen pertahun.Hal tersebut dikarenakan, Kota Medan bukanlah daerah yang memiliki dominasi potensi Sumber Daya Alam.Hampir keseluruhan penggunaan/pemenuhan kebutuhan primer, baik untuk masyarakat maupun produksi, berasal dari luar Kota Medan.

0 10 20 30 40 50 60 70

2010 2011 2012 2013 2014

Primer

Sekunder

(19)

1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia dapat digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan indeks pendidikan, kesehatan, serta daya beli masyarakatnya.Berikut merupakan perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Medan.

Sumber: BPS IPM Indonesia

Gambar 4.3

Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010-2014 di Kota Medan

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan di Kota Medan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebesar 77,02 dan pada tahun 2014 menjadi 78,26%. Peningkatan IPM juga didasarkan pada peningkatan indeks pendidikan dimana pada periode sebelumnya pendidikan belum merata terutama pada usia 7-15 tahun, dimana masih terdapat sekitar 3% penduduk pada daerah tertentu yang belum bersekolah.

Perhitungan IPM menggunakan metode baru yaitu dengan menggunakan pendekatan perencanaan pembangunan.Metode baru ini dibuat dengan

2010 2011 2012 2013 2014

(20)

menggunakan indikator yang dianggap lebih tepat untuk mempresentasikan kondisi pembangunan manusia itu sendiri. HLS (Harapan Lama Sekolah) menggantikan AMH (Angka Melek Huruf) dan PNB perkapita menggantikan PDB perkapita dalam menilai standar hidup .

2. Inflasi

Inflasi digunakaan untuk melihat tingkat harga-harga secara umum, dimana tingkat harga tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi seperti produksi serta daya beli masyarakat secara umum.Berikut merupakan perkembangan laju inflasi di Kota Medan.

Sumber: BPS Kota Medan

Gambar 4.4

Laju Inflasi Tahun 2011-2015 di Kota Medan

Laju Inflasi tahunan (annual) di Kota Medan cukup fluktuatif, yaitu terdapat pergerakan laju inflasi yang belum bisa dikendalikan. Pada awal periode yaitu tahun 2011 inflasi dapat dikendalikan hingga mencapai 3,54 % berarti diturunkan hingga selisih 4,11%. Namun terjadi peningkatan yang tinggi hingga mencapai Hiper Inflation pada tahun 2013 yang melampaui 10%. Hal ini

2011 2012 2013 2014 2015

7.65 3,54 3,79 10,09 8,24 6,99 0

(21)

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kurangnya pasokan bahan kebutuhan pokok akibat bencana alam, sehingga jumlah permintaan dan penawaran tidak seimbang.

Komoditas utama yang menjadi penyebab inflasi juga pada Administered

Prices yaitu kenaikan tarif listrik, bahan bakar rumah tangga dan udara serta

Bahan Bakar Minyak (BBM).Peningkatan harga bahan pokok diatas berdampak pula pada sektor produksi lainnya.Selain itu juga disebabkan oleh penurunan nilai tukar rupiah sehingga harga barang impor mengalami peningkatan.Tahun 2014 inflasi dapat diturunkan meskipun sempat mengalami peningkatan kembali pada akhir tahun akibat harga beberapa bahan pokok mengalami kenaikan.

Pada tahun 2015 inflasi mengalami penurunan dengan inflasi yoy (year on

year) bulan April menjadi 6.99% diatas inflasi Sumatera Utara yaitu 6,84% .

Beberapa komoditas bahan makanan serta bahan bakar menjadi penyumbang terbesar inflasi pada tahun 2015.

4.2 Perkembangan Pembangunan Ekonomi Kota Medan

(22)

4.2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi secara umum merangkum semua kinerja ekonomi pada satu waktu tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama lima tahun cukup fluktuatif, terutama pada pertengahan hingga akhir periode yaitu tahun 2012 hingga 2014. Berikut laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama lima tahun terakhir.

Tahun Laju Pertumbuhan

Ekonomi

2010 7,16

2011 7,79

2012 7,66

2013 5,36

2014 6,05

Sumber : Medan Dalam Angka 2015

Tabel 4.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2010-2014 di Kota Medan

(23)

dimulai dari pengendalian inflasi dan peningkatan produktifitas.Hal tersebut juga terlihat pada pendapatan perkapita yang meningkat dan inflasi yang terkendali. 4.2.2 Pertumbuhan PDRB Perkapita

PDRB Perkapita diukur berdasarkan PDRB total dan jumlah penduduk wilayah tersebut. Sedangkan pertumbuhan diukur dari persentase perubahan PDRB Perkapita setiap tahunnya.Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan relatif mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang diukur berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan.Berikut perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan tahun 2010 hingga 2014.

Tahun PDRB Atas Harga Berlaku (billion Rps.)

PDRB Perkapita (Rp.)

2010 90615.46 43.070.000

2011 104059.43 48.910.000

2012 117487.21 54.670.000

2013 131323.82 60.500.000

2014 147325.15 67.240.000

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Tabel 4.3

PDRB Total dan PDRB Perkapita Tahun 2010-2014 Di Kota Medan

Pada awal periode, jumlah PDRB sekitar 90 trilyun rupiah,dan meningkat di setiap tahun sekitar 10 hingga 20 persen. Tahun 2014 jumlah PDRB menjadi 147 trilyun,yang berarti selama lima tahun peningkatan PDRB yang dicapai sekitar 56 trilyun rupiah. Berdasarkan distribusi PDRB, yang memiliki proporsi terbesar pada produktifitas kota medan yaitu:

(24)

• Industri Pengolahan dengan rata-rata 17,1 % pertahun.

PDRB Perkapita juga menunjukkan pergerakan yang positif setiap tahunnya. Tahun 2010 PDRB Perkapita sekitar 43 juta rupiah, dan di akhir periode menjadi Rp 67.240.000,-. Jadi dalam lima tahun peningkatan yang dicapai sebesar 36% dari nominal PDRB pada tahun 2010. Berikut merupakan pertumbuhan PDRB Perkapita setiap tahunnya.

Gambar 4.5

Pertumbuhan PDRB Perkapita Tahun 2010-2014 Di Kota Medan

Pertumbuhan PDRB Perkapita setiap tahun menunjukkan penurunan, meskipun secara nominal meningkat.Namun perhitungan PDRB perkapita didasarkan pada selisih ataupun nilai pertambahan pada satu tahun dengan tahun sebelumnya.Pada tahun 2011, PDRB dapat ditingkatkan sebesar 12 % dibanding tahun 2010. Namun tahun 2012 hanya mampu ditingkatkan sebesar 11% dan tahun 2013 peningkatan hanya 10% dari PDRB perkapita tahun 2012. Pada akhir periode, PDRB perkapita juga hanya dapat ditingkatkan 10% dari PDRB

2011 2012 2013 2014

PDRB Perkapita 12% 11% 10% 10% 0%

(25)

perkapita tahun 2013.Meskipun demikian, secara keseluruhan dari tahun 2010-2014 pertumbuhan PDRB yang dicapai menunjukkan hasil yang positif (meningkat).

4.2.3 Angka Kemiskinan

Kota Medan menghitung angka kemiskinan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik.Maka berdasarkan kriteria tersebut, berikut adalah data persentase kemiskinan yang terdapat di Kota Medan.

Tahun Persentase

2010 10,05

2011 9,63

2012 9.33

2013 9.64

2014 9.12

Sumber : Badan pusat Statistik Kota Medan

Tabel 4.4

Persentase Kemiskinan Tahun 2010-2014 di Kota Medan

(26)

4.2.4 Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan dihitung dengan menggunakan Indeks Williamson untuk mengetahui distribusi total pendadapatan Kota Medan terhadap jumlah penduduk. Perhitungan juga digunakan dengan mengkomparasikan rata-rata pendapatan perkapita yang dimiliki oleh Provinsi Sumatera Utara.

Tahun

2010 43.07 21236.78 2097610 12982204 0.4132542 2011 48.91 23974.86 2117224 13103596 0.4180650 2012 54.67 31109.35 2122804 13215401 0.3035366 2013 60.50 34599.95 2135516 13326307 0.2996550 2014 67.24 38045.85 2191140 13766851 0.3061302

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2015, Sumut Dalam Angka 2015

Tabel 4.5

Distribusi Pendapatan Tahun 2010-2014 di Kota Medan

Hasil perhitungan distribusi pendapatan dengan mengggunakan Indeks Williamson menunjukkan bahwa kesenjangan Kota Medan rata-rata berada di tingkat yang moderat atau sedang.Adapun rinciannya sebagai berikut

• Tahun 2010, IW 0,41 : kesenjangan sedang

• Tahun 2011, IW 0,41 : kesenjangan sedang

• Tahun 2012, IW 0,35 : kesenjangan rendah

(27)

Maka, dalam lima tahun periode pembangunan berdasarkan tingkat distribusi pendapatan, tingkat kesenjangan semakin berkurang meskipun tahun 2014 kembali meningkat, namun masih berada dalam tingkat yang rendah.

4.3 Perkembangan Pembangunan Bidang Ekonomi Kota Medan 4.3.1 Bidang Keuangan

Pada bidang keuangan, yang menjadi objek penilaian adalah peningkatan penerimaan daerah baik Pendapatan Asli Daerah maupun Dana Perimbangan serta pendapatan lain yang dianggap sah seperti yang tertera pada RPJMD Kota Medan. Berdasarkan rancangan tersebut, maka peningkatan realisasi penerimaan setiap tahun harus meningkat serta bertambahnya sumber pendapatan baru yang sah.

Tahun

Pendapatan Daerah

(000)

Komponen Pendapatan Daerah

PAD Dana Perimbangan

Lain-Lain Pendapatan Yang

Sah

Rp.(000) % Rp.(000) % Rp.(000) %

2010 2069833896 588941454 107.3 1287769042 102.7 193123400 64.8

2011 2747359034 995072572 89.6 1422441737 100.5 329844725 59.1

2012 2997417156 1147114705 71.94 1417185769 101.1 433116682 41.6

2013 3276344285 1206169709 76.42 1506316350 97.86 563858226 56.9

2014 4042115828 1384246115 82.48 1598113513 94.48 1059756200 88.9

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Tabel 4.6

Pendapatan Daerah Tahun 2010-2014 Di Kota Medan

(28)

berfluktuasi jika dilihat dari pertumbuhannya setiap tahun.Namun dalam bentuk nominal, jumlahnya meningkat setiap tahunnya.Dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus juga berfluktuasi dari sisi pertumbuhannya.

Beradasarkan data Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan tahun 2013 dan 2014, penerimaan tidak sepenuhnya dapat direalisasikan. Sumber Pendapatan Asli Daerah seperti Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), juga Pajak Reklame tidak sepenuhnya dapat dikumpulkan sehingga penerimaan daerah tidak optimal.

Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2014 menerima 73%, pajak hotel 64%, pajak hiburan 65%, pajak restoran 70%, pajak penerangan jalan 84%. BPHTB yang diatur oleh Perda Kota Medan No.1 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,dengan tarif 5 % dari NJOP/ harga pasar atau harga barang memperoleh 50% serta pajak air bawah tanah 83% . Sedangkan pada tahun 2013 penerimaan terendah diperoleh oleh penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan serta Pajak Reklame.

Maka, pada periode 2010-2014 (5 tahun), pertumbuhan pendapatan daerah adalah sebagai berikut:

• Total Penerimaan meningkat sebesar 48%,

• Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar 57%, tetapi proporsi

terhadap total pendapatan menurun sebesar 24.9 %

• Dana Perimbangan meningkat sebesar 19,4% dengan proporsi terhadap

(29)

• Pendapatan lain yang sah meningkat sebesar 81,7% dengan proporsi

terhadap total penerimaan meningkat sebesar 24,16% 4.3.2 Bidang Perizinan

Pembangunan bidang perijinan yang dilakukan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu meliputi berbagai hal seperti perkembangan pelayanan dan peningkatan jumlah ijin yang diterbitkan. Berikut merupakan perkembangan jumlah ijin yang diterbitkan oleh BPPT Kota Medan.

Gambar 4.6

Jumlah Ijin yang Diterbitkan Tahun 2010-2015 Di Kota Medan

Pada tahun 2010 jumlah ijin yang diterbitkan oleh BPPT Kota Medan sebanyak 7.318 ijin.Namun, pada tahun tersebut pelayanan perijinan belum sepenuhnya diakomodir oleh BPPT seperti ijin gangguan dan tanda daftar perusahaan. Tahun 2011 jumlah ijin meningkat menjadi 17.905 ijin seiring dengan ijin yang dialihkan sepenuhnya, sehingga setiap ijin akan dikelola oleh BPPT. Tahun 2013 jumlah ijin menurun sekitar 1% (273 ijin) dan tahun 2014 menurun kembali sebesar 0,4% (90 ijin). Tahun 2015 jumlah ijin yang diterbitkan meningkat kembali sebesar 9,3% (2.495 ijin).

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Ijin 7318 17905 24731 24458 24368 26863 0

(30)

Secara keseluruhan jumlah ijin yang sudah diterbitkan oleh BPPT Kota Medan tahun 2010-2015 mencapai 125.643 ijin dengan rata-rata pertumbuhan 19% pertahun. Adapun ijin yang paling banyak dikeluarkan merupakan Ijin Usaha Perdagangan dengan total 37.653 ijin atau sekitar 30% dari total ijin yang dikelola BPPT Kota Medan.

BPPT merupakan badan yang berbasis pada pelayanan, sehingga penilaian juga dilakukan berdasarkan perkembangan pelayanan yang dilakukan.Pelayanan yang dikembangkan oleh BPPT adalah Pelayanan Terpadu Satu Pintu berbasis elektronik serta mengoptimalkan penggunaan website untuk mempermudah pemilik usaha dalam memantau perkembangan ijin usahanya.Selain itu pelayanan juga dinilai berdasarkan lamanya suatu ijin dikeluarkan. Berdasarkan SOP (Stardart Operational Procedur) BPPT, penerbitan ijin dilakukan selambat-lambatnya 10 hari kerja baik untuk perusahaan dalam negeri, asing, perorangan, ataupun P.T. Satu jenis ijin dapat diselesaikan dalam waktu 5 hari kerja, namun penerbitan ijin akan lebih cepat dan efisien jika dilakukan secara paralel (lebih dari satu ijin).

4.3.3 Bidang Koperasi dan UMKM

(31)

jumlah, perkembangan jenis produk serta fasilitas yang disediakan untuk kegiatan usaha.Fasilitas umum yang menjadi ukuran utama adalah tersedianya pasar baik pasar umum maupun pasar induk.Berikut merupakan perkembangan jumlah koperasi, UMKM, dan jumlah pasar di Kota Medan.

Tahun Jumlah

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Tabel 4.7

Jumlah Koperasi dan Pasar Tahun 2010-2014 Di Kota Medan

Perkembangan koperasi di Kota Medan mengalami peningkatan hingga tahun 2013, namun menurun pada tahun 2014 menjadi 1916 unit. Total lembaga keuangan mikro sebanyak 207 unit, terdiri dari Usaha Simpan Pinjam (USP) sebanyak 178, Koperasi Simpan Pinjam 4 unit, dan BMT sebanyak 25 unit. Tahun 2014, jumlah koperasi di Kota Medan sebanyak 1916 dengan jumlah koperasi aktif sebanyak 1.200 unit atau sekitar 63%. Peningkatan jumlah koperasi diharapkan menjadi pendorong meningkatnya usaha masyarakat dalam skala mikro,kecil, dan menengah atau UMKM.

(32)

dengan pertumbuhan sebesar 2,5% dibandingkan tahun 2010. Peningkatan UMKM didominasi oleh industri mikro seperti usaha rumah tangga serta usaha dalam skala kecil.Pertumbuhan UMKM di Kota Medan mencapai satu hingga lima persen setiap tahunnya.

UMKM Kota Medan terbagi dalam berbagai jenis usaha seperti usaha jasa, industri kreatif juga aneka usaha. Tahun 2013 hingga 2014 sekitar 7.800 usaha bergerak di bidang industri kreatif yang meliputi periklanan, seni, arsitektur,

fashion, kerajinan, musik, film, pertunjukan, dan penerbitan. Perdagangan baik

kios maupun makanan sekitar 17.000 usaha dan usaha jasa seperti salon, pengangkutan serta ekspedisi mencapai 198.000 pelaku usaha.

Jumlah pasar sebagai sarana utama para pengusaha di Kota Medan menunjukkan tren yang menurun.Pada awal periode jumlah pasar sebanyak 56 unit dan pada tahun 2014 menurun menjadi 53.Namun, pengurangan pasar merupakan bentuk revitalisasi Pemerintah Kota untuk pemusatan pasar ke pasar induk yang bersifat pasar modern ataupun untuk pembangunan fasilitas lainnya. 4.3.4 Bidang Penanaman Modal

(33)

menciptakan Kawasan Ekonomi Khusus, pusat-pusat industri serta perdagangan baik dalam skala kecil dan menengah.

Penilaian bidang permodalan dapat dilihat dari investasi yang diterima Kota Medan baik jumlah investor serta nilai yang diperoleh dari investasi tersebut.Berikut merupakan perkembangan nilai investasi asing dan investasi dalam negeri yang diterima Kota Medan.

Tahun

2011 664.729.000 332.364.500 13

2012 332.364.500 238.809.761 4

2013 332.364.500 13.095.457.200 8

2014 12.308.100 176.408.348 7

Sumber : Badan Penanaman Modal Kota Medan (Data Diolah)

Tabel 4.8

Nilai Investasi Penanaman Modal Tahun 2010-2014 Di Kota Medan

Nilai investasi Kota Medan setiap tahunnya berfluktuasi baik PMA maupun PMDN, namun didominasi oleh penanaman modal asing.Dari keseluruhan investasi masuk, baik secara nilai maupun jumlah ijin perusahaan, nilai tertinggi diperoleh oleh PMA. Tahun 2010, modal asing yang masuk sebanyak US$ 332.364.500 sedangkan PMDN sebanyak Rp 16.497.530,-. Tahun 2014, nilai investasi Kota Medan menurun jauh, dengan investasi yang masuk sebanyak tujuh investor namun dalam skala kecil. Nilai investasi asing sebesar US$ 12.308.100 dan modal dalam negeri sebesar Rp 176.408.348.-.

(34)

2.771.907.468,-pertahunnya. Adapun total investasi yang masuk yang tercatat dalam badan penanaman modal Kota Medan sebanyak 40 investor. Total Investasi selama 5 tahun sebesar Rp. 13.859.537.339 untuk PMDN dan US$ 1.674.130.600 untuk PMA.

4.3.5 Bidang Pariwisata dan Kebudayaan

Dalam peningkatan mutu pariwisata dan kebudayaan Kota Medan, peningkatan fasilitas dan sarana dibutuhkan untuk meningkatkan kunjungan wisata baik domestik maupun mancanegara. Beberapa fasilitas yang menjadi fokus peningkatan kualitas pariwisata Kota Medan antara lain hotel, dan juga pusat wisata. Berikut perkembangan Jumlah hotel, serta jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.

Tahun Jumlah Hotel

Jumlah Wisatawan Bandara

Polonia

Pelabuhan

Belawan Total

2010 159 162410 17202 179612

2011 175 192650 18975 211625

2012 172 205845 22132 227977

2013 185 248181 22631 270812

2014 195 234724 24769 259493

Sumber : Medan Dalam Angka 2015

Tabel 4.9

Jumlah Hotel dan Wisatawan di Kota Medan

(35)

Jumlah wisatawan yang datang ke Kota Medan baik dari Bandara Internasional Polonia maupun Pelabuhan Belawan dapat dilihat pada grafik dibawah.

Gambar 4.7

Jumlah Wisatawan 2010-2014 di Kota Medan

Jumlah wisatawan mengalami penurunan pada tahun 2014 yang berkurang hingga 11.319 orang wisatawan.Hal tersebut dikarenakan berbagai hal seperti bencana alam, kurangnya promosi, dan lainnya.

Peningkatan pembangunan bidang budaya dan pariwisata juga dinilai dari jumlah pusat wisata yang tersedia.Lokasi Wisata Kota Medan dibedakan menjadi 6 kelompok yaitu :

• Wisata Religi terdiri dari 6 lokasi

• Wisata kuliner terdiri dari 11 lokasi

• Wisata Minat Khusus terdiri dari 11 lokasi

• Wisata Belanja terdiri dari 8 lokasi • MICE terdiri dari 8 lokasi

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

(36)

Heritage terdiri dari 8 lokasi

Dengan demikian, hingga tahun 2014 total lokasi wisata di Kota Medan sebanyak 52 lokasi.Lokasi tersebut merupakan lokasi yang menjadi ikon Kota Medan, yang juga dipilih berdasarkan jumlah kunjungan yang diterima.

4.3.6 Bidang Perindustrian dan Perdagangan

Industri Kota Medan merupakan industri pengolahan beberapa bahan baku yang berasl dari daerah di sekitarnya. Pengolahan menghasilkan barang setengah jadi, maupun barang jadi yang akan dipasarkan di Kota Medan, di luar Kota Medan, Hingga ke Mancanegara. Perusahaan industri pengolahan dibagi 4 golongan yaitu:

a. Industri Besar, tenaga kerja 100 orang atau lebih b. Industri Sedang, tenaga kerja 20-99 orang c. Industri Kecil, tenaga kerja 5-19 orang

d. Industri Rumah Tangga, tenaga kerja 1-4 orang

Tahun Jumlah Industri

Sedang dan Besar Tenaga Kerja

Nilai Output (Milyar Rp)

2010 133 33.497 26.868,55

2011 152 37.724 42.313,06

2012 182 41.354 51.461,89

2013 169 51.542 136.368,09

2014 169 52.239 136.412,22

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Tabel 4.10

Industri Pengolahan Tahun 2010-2014 di Kota Medan

(37)

jumlah perusahaan menurun sebanyak 13 perusahaan. Namun yang berkurang merupakan perusahaan dengan skala sedang, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah output yang dihasilkan maupun penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan. Jumlah output yang dihasilkan secara total mengalami peningkatan setiap tahun. Total peningkatan selama satu periode tahun 2010-2014 mencapai 80,3% output yang dihasilkan.

Sektor industri dan perdagangan merupakan sektor yang berperan terhadap peningkatan total produk (output) Kota Medan. Berikut merupakan kontribusi industri dan perdagangan terhadap total PDRB Kota Medan.

Tahun

Kontribusi Terhadap PDRB (%)

Industri Perdagangan

2010 17,64 24,05

2011 17,91 23,59

2012 17,24 23,37

2013 16,51 23,88

2014 16,21 24,73

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Tabel 4.11

Kontribusi Sektor Industri dan Perdagangan Terhadap PDRB Di Kota Medan

(38)

berdasarkan harga konstan. Peningkatan meliputi subsektor perdangangan besar dan eceran, hotel, serta restoran.

Persentase kontribusi sektor industri baik migas maupun nonmigas cenderung menurun setiap tahunnya. Tahun 2010 kontribusi sektor industri sebesar 17,64% dan pada tahun 2014 hanya 16,21%. Dengan demikian, pencapaian kontribusi sektor industri menurun sebesar 1,43% dibanding awal periode. Kontribusi tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 17,9%.

4.4 Analisis Data

4.4.1 Kinerja Pembangunan Ekonomi Makro Kota Medan

Kinerja ekonomi makro, yang meliputi Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan PDRB Perkapita, Angka Kemiskinan, dan Distribusi Pendapatan dievaluasi dengan metode Indeksasi. Hasil perhitungan kemudian dikomparasikan dengan hasil indeksasi pada periode sebelumnya, untuk menilai keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan.Perhitungan indeksasi pada indikator ini memiliki dua arah, dimana Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan PDRB Perkapita berarah positif sedangkan Angka Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan berarah negatif. Arah negatif dimaksudkan bahwa nilainya akan lebih baik jika semakin menjauhi angka 100 atau 1. Maka, untuk penyesuaiannya harus dilakukan reseve index yaitu sebagai berikut:

RIIi.k = 100 – IIi.k Dimana:

RIIi.k = Reserve Index Indicator ke-k untuk individu ke-i

(39)

Tahun Indeksasi Periode 1

Indeksasi periode 2 2010 49.77 49.91

2011 49.78 49.92

2012 49.77 49.94

2013 49.78 49.93

2014 49.77 49.94

Tabel 4.12

Hasil Indeksasi Kinerja Ekonomi Makro Tahun 2010-2014 di Kota Medan

Hasil indeksasi pada periode 2010-2014 memiliki rata-rata 49,92 pertahunnya lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yaitu tahun 2005-2009 dengan rata-rata 49.77 pertahunnya. Peningkatan ini didorong oleh menurunnya Indeks Williamson ataupun distribusi pendapatan pada tahun 2010-2014. Pada periode sebelumnya distribusi pendapatan mencapai 0.9 bahkan 1, namun pada periode ke-2, distribusi pendapatan hanya 0,2 sampai 0,4. Dengan demikian distribusi pendapatan sudah semakin merata.Begitu pula dengan pertumbuhan PBRB perkapita yang semakin meningkat pada tahun 2010-2014. Namun, kinerja ekonomi belum terlalu baik dalam pengentasan kemiskinan, dimana persentase kemiskinan masih tergolong tinggi hingga mencapai 10% meskipun menurun pada akhir periode menjadi 9,12%.

4.4.2 Kinerja Pembangunan Bidang Ekonomi Kota Medan

(40)

Bidang Indikator Target Capaian Nilai Keuangan 1. Realisasi

Pendapatan

Perizinan 1.Indeks Rata-Rata lama perizinan 2.Jumlah Ijin

yang Diterbitkan

3-5 hari kerja Selambat-lambatnya 10 hari Kerja.

3.Jumlah Pasar

(41)

Pariwi-Rp 16,55 trilyun

Rp 25,22 trilyun

17,64% (2010) 16,21% Rp 23,9 trilyun (cp) Rp 19,04 trilyun (fp)

(2014)

Hasil Capaian Bidang Ekonomi Tahun 2010-2014 Di Kota Medan

(42)

Bidang Indikator Hasil Capaian Target Keuangan 1. Realisasi Pendapatan

Daerah

2. Peningkatan Dana Perimbangan

Perizinan 1. Rata-Rata lama perizinan

1. Jumlah Koperasi Aktif

2. Peningkatan UMKM

3. Jumlah Pasar

1. Peningkatan Realisasi PMDN

2. Peningkatan Nilai Realisasi PMA

3. Peningkatan Jumlah Investor

1. Peningkatan Jumlah Wisatawan

2. Peningkatan Jumlah Hotel

3. Peningkatan Jumlah situs, dan Lokasi Wisata

1. Peningkatan

Kontribusi Sektor Industri

2. Peningkatan

Kontribusi Sektor

Evaluasi Efektifitas dan Relevansi Kinerja Pembangunan Bidang Ekonomi Tahun 2010-2014

(43)

Efektifitas program evaluasi bergantung pada seberapa jauh dampak dari proses tersebut menyebabakan perubahan dan perbaikan yang berkesinambungan, termasuk identifikasi peluang perubahan dan informasi. Dalam evaluasi efektiritas dan relevansi akan menunjukkan apakah program dan prioritas pembangunan Kota dapta dilaksanakan serta seberapa jauh target pembangunan yang diperoleh. Berdasarka kedua cara penilaian di atas maka dapat disusun hasil evaluasi pembangunan bidang ekonomi dengan lebih rinci.

1. Bidang Keuangan

Indikator prioritas bidang ekonomi Kota Medan adalah peningkatan realisasi pendapatan daerah dan dana perimbangan. Hasil capaian menunjukkan total penerimaan daerah meningkat dari 2 trilyun rupiah menjadi 4 trilyun rupiah dan dana perimbangan meningkat dari 1,2 trilyun rupiah menjadi 1,59 trilyun rupiah. Berdasarkan analisis efektifitas dan relevansi, indikator total penerimaan daerah mencapai target bahkan lebih sebanyak 8%. Sedangkan indikator dana perimbangan tidak memenuhi target, dan hanya dapat merealisasikan 88% dari target yang ingin dicapai.

2. Bidang Perizinan

(44)

rencana pada RPJMD. Indikator jumlah perijinan, juga memenuhi target dengan peningkatan jumlah ijin sebesar 72%.

3. Bidang Koperasi dan UMKM

Hasil capaian kinerja untuk indikator jumlah koperasi mengalami penurunan sebanyak 48 unit dan jumlah kopersi aktif sebanyak 63%.Jumlah tersebut tidak memenuhi efektifitas target yaitu sebnyak 80% koperasi aktif. Indikator koperasi hanya dapat memnuhi 78% dari target yang ditetapkan. Capaian indikator UMKM mengalami peningkatan pelaku usaha, namun berdasarkan analisis efektifitas tidak dapat memenuhi target. Jumlah yang dapat dicapai hanya 224.900 usaha atau 79% dati target yang ingin dicapai.

4. Bidang Penanaman Modal

Hasil capaian indikator untuk Penanaman Modal Dalam Negeri menunjukkan nilai yang meningkat, namun secara efektifitas hanya mampu mencapai 12% dari target.Sedangkan Penanaman Modal Asing menunjukkan nilai yang turun serta hanya mampu mencapai 8% dari target. Untuk indikator peningkatan jumlah investor memperoleh nilai yang naik, namun hanya mampu mencapai 42% dari target yaitu sebanyak 40 dari 90 investor yang ingin dicapai.

5. Bidang Pariwisata dan Budaya

(45)

berdasarkan analisis efektifitas, nilai tersebut belum memenuhi target yaitu 229 unit. Jadi, efektifitas indikator hanya 85% dari target yang ingin dicapai. Indikator jumlah lokasi wisata menunjukkan hasil yang meningkat dan mampu mencapai bahkan melewati target sebanyak 13%.

6. Bidang Perindustrian dan Perdagangan

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis evaluasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kinerja pembangunan ekonomi Kota Medan menujukkan hasil yang meningkat dinilai dari indeks kinerja makro dengan rata-rata tahun 2010-2014 sebesar 49,9, sedangkan rata-rata tahun 2005-2010 sebesar 49,7. Peningkatan indeks disebabkan oleh peningkatan PDRB perkapita serta menurunnya tingkat kesenjangan pendapatan (Indeks Williamson) menjadi 0,2 hingga 0,4 pertahunnya.

(47)

capaian yang menurun sedangkan kontribusi sektor perdagangan meningkat.

3. Berdasarkan analisis efektifitas dan relevansi kinerja pembangunan ekonomi menunjukkan pada bidang keuangan yang memenuhi target adalah peningkatan penerimaan daerah. Pada bidang perijinan baik rata-rata lama perijinan maupun jumlah ijin yang dikeluarkan dapat memenuhi target. Indikator bidang penanaman modal tidak memenuhi target, sedangkan bidang pariwisata dapat memenuhi target untuk indikator jumlah wisatawan dan jumlah lokasi wisata. Kedua indikator pada bidang industri dan perdangangan yaitu kontribusi terhadap PDRB juga dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dari 15 indikator prioritas bidang pembangunan yang dipilih, sebanyak 7 indikator telah mencapai target dan 8 indikator yang belum mencapai target.

5.2 Saran

Berdasarkan pada penelitian dan analisis yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan oleh penulis dengan tujuan untuk perbaikan pada masa yang akan datang bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun saran yang ingin penulis ajukan adalah sebagai berikut:

(48)

andevaluating sehingga dapat menjadi informasi bagi pihak yang

memerlukan, baik masyarakat maupun instansi lainnya.

2. Bagi dinas-dinas Pemerintahan Kota untuk memperbaharui data dan informasi serta capaian kinerja yang telah dilakukan. Pemanfaatan teknologi dan media sosial seperti website dan yang lainnya akan memudahkan untuk mendapatkan informasi, data, serta pelayanan yang lebih cepat dari dinas tersebut.

(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan dua aspek yang sejalan dan saling berkaitan. Todaro mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Netto (PNB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah terdapat perubahan struktur ekonomi atau tidak.

Pada era 1940 pembangunan ekonomi didefenisikan sebagai tujuan nasioanal untuk memaksimalkan output GDP (Arndt 1987). Hal tersebut karena dianggap bahwa peningkatan GDP berkorelasi dengan penurunan angka kemiskinan dengan asumsi adanya “trickle-down effect” dan peningkatan distribusi pendapatan (Dennis Howard :2007).

(50)

Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta.

Inovasi diartikan sebagai penggunaan teknologi yang mendukung terbentuknya produk baru, dan terbukanya pasar-pasar baru.Schumpeter menyatakan bahwa sistem ekonomi yang paling baik untuk dikembangkan adalah kapitalis yang mendukung terciptanya inovasi baru oleh para pengusaha. Namun seperti yang disebutkan oleh mazhab klasik bahwa dalam jangka waktu yang panjang, sistem ini akan mengalami kemandegan (stagnancy), karena adanya transformasi di dalam sistem tersebut menuju ke arah sistem yang lebih bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis itu sendiri akan berubah justru karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran. Dengan semakin makmurnya masyarakat maka akan terjadi proses perubahan kelembagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang semakin jauh dari sistem kapitalis asli.

2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

(51)

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Lincolin Arsyad, 1999).

Perencanaan dan proses pembangunan ekonomi daerah disusun dan dijalankan oleh pemerintah daerah, masyarakat, dan juga endogenous

developmentatau perusahaan yang terdapat di daerah tersebut. Sebagai perencana

dan pembuat kebijakan pemerintah daerah berperan sebagai (Jhon Suprihanto: 2012).

1. Entrepreneur,yaitu mampu berfikir sebagai “pebisnis”

2. Coordinator, yaitu koordinator dalam menetapkan kebijakan dan

strategi pembangunan daerahnya

3. Fasilitator, yaitu mampu mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal daerahnya

4. Stimulator, yaitu memberi stimulasi untuk penciptaan dan pengembangan usaha

(52)

berkaitan (interrelation) baik dari segi kebijakan maupun kelembagaanya. Sehingga pola pembangunan setiap daerah akan berbeda dan memiliki keunggulan masing-masing. Namun dalam tujuannya adalah mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilisasi ekonomi, meningkatkan kuantitas dan kualitas lapangan kerja sehingga perekonomian akan bergerak dan berdampak positif bagi pembangunan ekonomi.

Dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik (Kuncoro:1997). Untuk itu diperlukan variabel determinan perekomian yang disesuaikan setiap waktunya.Dalam mengukur tingkat perekonomian daerah secara umum, digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB digunakan sebagai gambaran dari variabel ekonomi lainnya seperti konsumsi, investasi, serta produktifitas daerah tersebut. Selain itu, PDRB juga sebagai evaluasi atas kinerja ekonomi periode sebelumnya serta untuk menetukan kebijakan dan peluang di masa depan.

2.3 Teori Paradigma Baru dalam Pembangunan Ekonomi Daerah

(53)

ekonomi dengan melakukan modernisasi pada proses produksinya. Sedangkan di Indonesia, pasca kemerdekaan, paradigma yang digunakan berbasis pada stabilitas ekonomi.Pada orde baru fokus pembangunan ditekankan pada pertumbuhan dan pemerataan.Sedangkan pada era reformasi ditekankan pada pembangunan kualitas manusia dan masyarakat yang seutuhnya.Hal tersebut menunjukkan penyesuaian paradigma ekonomi mengikuti perubahan waktu.

Dalam teori ekonomi terdapat 2 paradigma yang dikembangkan yaitu Paradigma Lama (Old Paradigm Theory) dan Paradigma Baru (New Paradigm

Theory). Dr. Jhon Suprihanto, MIM dalam sebuah tulisannya menyimpulkan

bagaimana perbedaan pembangunan ekonomi paradigma lama dan paradigma baru dalam sebuah tabel, yaitu:

Komponen Paradigma Lama ( Old Paradigm)

Paradigma Baru (New Paradigm) kesempatan kerja yang

berkualitas dan rasio sesuai dengan jumlah penduduk daerah tersebut Basis/ dasar program

pembangunan (

Development Base )

Membangun

sektor-yang didasarkan pada aset fisik daerah (SDA)

Menciptakan keunggulan bersaing ( Competitive

advantage)

Sumber Daya Pengetahuan (

knowledge resources)

Tenaga kerja yang sanggup bekerja keras

Pengetahuan sebagai penggerak ekonomi

Sumber: Dr.Jhon Suprihanto, MIM, 2012“ Konsep Perencanaan Pembangunan Daerah”

Tabel 2.1

(54)

Dari tabel diatas dapat dilihat bagaimana secara umum gambaran perbedaan antara paradigmaekonomi lama dan baru.Dalam paradigma baru, yang lebih ditekankan adalah penciptaan kualitas lapangan kerja yang disediakan oleh pemerintah daerah dan disesuaikan dengan keunggulan potensi Sumber Daya Manusia yang dimilikinya.Dalam pembangunan ekonomi, penting peran institusi yang mendukung kegiatan produksi dan distribusi serta kegiatan sosial politik masyarakat.Dalam hal ini, setiap aspek saling mendukung, baik sosial, ekonomi dan politik.

(55)

2.4. Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah

2.4.1 Pengertian Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah

Secara harfiah, evaluasi kinerja diartikan sebagai penilaian atas hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan, evaluasi termasuk dalam siklus perencanaan manajemen pemerintah yaitu setelah Planning, Budgeting, dan Implementing.Monetaringand Evaluating (evaluasi) dilaksanakan berdasarkan

pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004. Namun sesuai dengan formulasi Undang-Undang tersebut, data dan informasi yang dikumpulkan lebih merupakan laporan penggunaandana daripada substansi capaian pembangunan yang melibatkan indikator kinerja program dan pelaksanaan program (Bappenas:2009).

Evaluasi kinerja secara ideal seharusnya juga mencakup penilaian atas tujuan dan manfaat yang diberikan secara riil kepada seluruh elemen masyarakat. 2.4.2 Indikator Kinerja Ekonomi Makro Daerah

Kinerja ekonomi daerah diukur dengan berbagai variabel yang menunjukkan keadaan ekonomi secara umum.Beberapa penelitian menggunakan PDRB serta laju pertumbuhan ekonomi untuk menggambarkan kinerja ekonomi daerah. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa indikator yang digunakan dalam menilai pembangunan daerah adalah:

1. Laju pertumbuhan ekonomi 2. PDRB perkapita

3. Persentase sektor sekunder dan tersier terhadap PDRB 4. Persentase Kabupaten/Kota terhadap Provinsi

(56)

6. Persentase rumah tangga yang memiliki pengeluaran perkapita kurang dari Rp. 200.000,- per bulan

7. Persentase penduduk miskin

Dalam evaluasi kinerja daerah setidaknya ada 4 indikator yang dapat menggambarkan kinerja ekonomi suatu daerah, yaitu Laju Pertumbuhan Ekonomi, PDRB atau PDRB Perkapita, Angka Kemiskinan, dan Distribusi Pendapatan. 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi menentukan apakah terjadi peningkatan ekonomi dibandingkan periode sebelumya.Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran yang paling umum dalam menggambarkan kinerja ekonomi pada waktu tertentu.Selain itu, pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang mempengaruhi kepada variabel ekonomi lainnya seperti investasi dan angka pengangguran.

Maka, selain peningkatan angka atau persentase, dibutuhkan juga peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi berkualitas bila mampu meninngkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Kota Medan seperti yang dibuat dalam RPJMD yaitu:

a. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan angka penyerapan tenaga kerja

b. Pengembangan usaha padat karya

(57)

Sasaran Laju Pertumbuhan Ekonomi untuk periode 2010- 2014 pada RPJMD Kota Medan adalah tercapainya pertumbuhan rata-rata daerah sebesar 8,2 persen pertahun.

2. Pertumbuhan PDRB Perkapita

Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap orang (individu) dalam suatu wilayah.Perhitungan PDRB dilakukan dengan membagi total PDRB wilayah/daerah selama waktu tertentu dengan jumlah penduduk daerah tersebut.

Pertumbuhan PBRB perkapita didasarkan pada perubahan PDRB juga total penduduk. Perhitungan PDRB perkapita dihitung dengan membagi selisih PDRBn dan PDRBn-1 dengan PDRBn. Dari perhitung tersebut akan dihasilkan

pertumbuhan dalam bentuk persentase.

PDRB Perkapita merupakan salah satu faktor yang juga menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah.Hal tersebut juga tertera dalam rancangan pembangunan Kota Medan yaitu RPJMD yang mencantumkan perbaikan PDRB perkapita sebagai salah satu capaian pembangunan Kota Medan.

Adapun sasaran yang akan menjadi acuan dalam pembangunan ekonomi periode 2010-2014 adalah peningkatan angka PDRB atas harga berlaku hingga Rp 114.963.900.000.000,-, dengan pendapatan perkapita Rp 52,01 juta pertahunnya. 3. Angka Kemiskinan.

(58)

sebagai ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan fisik serta sosialnya. Kebutuhan fisik meliputi sandang (pakaian), pangan (makanan dan minuman), papan (perumahan) dan kesehatan. Kebutuhan sosial meliputi hubungan dalam masyarakat, pendidikan, informasi, serta hal lainnya.

Kemiskinan dibagi menjadi kemiskinan absolut dan relatif.Kemiskinan absolut yaitu didasarkan pada standar tertentu sebagai acuan. Bank Dunia termasuk menggunakan standar absolut, yaitu:

a. Sangat miskin, dengan dengan pendapatan kurang dari 1$ per hari b. Miskin, dengan pendapatan kurang dari 2$ per hari

Sedangkan kemiskinan relatif adalah standar kemiskinan yang mengacu pada keadaan ekonomi seluruh masyakat daerah tersebut secara relatif.Semakin maju suatu daerah atau Negara, maka semakin tinggi pula standar penentuan kemiskinannya.Badan Pusat Statistik menetukannya berdasarkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar.Penduduk miskin diukur berdasarkan pengeluaran perkapita dalam sebulan, yaitu dibawah Garis Kemiskinan (GK). Garis kemiskinan sendiri di jumlahkan dari total pengeluaran Makanan dan Non makanan. Kebutuhan minimum makanan disetarakan dengan 2100 kilokalori, sedangkan non makanan terdiri dari 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.Kriteria lain disebutkan oleh BPSyaitu:

(59)

b. Menengah, jika pengeluaran perkapita dalam sebulan antara Rp 233.740,- sampai Rp 280.488,- atau sekitar Rp 7.780,- sampai Rp 9.350,- perhari.

c. Sangat miskin (kronis), tidak memiliki standar absolut, namun dibandingkan (relatif) dengan masyarakat disekitarnya serta bila sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan fisiknya sama sekali atau dianggap sudah membahayakan kehidupan seseorang atau sekelompok orang tersebut.

Tingkat kemiskinan menunjukkan bagaimana pembangunan ekonomi di suatu daerah.Sehingga tingkat kemiskinan merupakan variabel yang penting digunakan dalam mengevaluasi kinerja pembangunan daerah tersebut. Kota Medansendiri akan melakukan penaggulangan kemiskinan dengan tiga ruang lingkup pokok, yaitu:

a. Meningkatkan Perlindungan sosial dan peningkatan pendapatan masyarakat

b. Peningkatan fungsi kelembagaan penanggulangan kemiskinan.

c. Peningkatan pembiayaan dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.

(60)

4. Distribusi Pendapatan.

Distribusi pendapatan yang merata menunjukkan pertumbuhan ekonomi mencakup seluruh masyarakat di daerah tersebut.Daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan tingkat distribusi yang merata juga dapat menunjukkankemiskinan yang rendah sehingga berpengaruh pada kinerja pembangunan ekonomi dearah tersebut.

Kota Medan melakukan perhitungan angka ketimpangan kemakmuran dengan menggunakan Koefisien Gini (Gini Ratio), kriteria Bank Dunia untuk pemerataan pembangunan, dan Indeks Williamson untuk mengukur ketimpangan regional yang didasarkan pada PDRB per kecamatan, atupun dengan mengkomparasikan dengan PDRB rata-rata provinsi.

Indeks Williamson merupakan koefien variasi tertimbang yang dibuat oleh Williamson untuk mengukur ketimpangan pendapatan suatu wilayah.Indeks Williamson digunakan untuk mengukur kesenjangan berdasarkan pendapatan yang diperoleh oleh Kabupaten/Kota dengan rata-rata pendapatan yang diperoleh Provinsi.Jadi perbandingan dilakukan dengan keseluruhan Kabupaten/Kota dalam Provinsi tersebut.Indeks Williamson sangat sensitif dalam mengukur kesenjangan yang dialami oleh daerah. Perubahan nilai pada rata-rata Provinsi akan menyebabkan Indeks Williamson juga berubah.

IW =

Dimana: IW = Indeks Williamson

��= PDRB perkapita kabupaten/kota

(61)

2.4.3 Indikator Kinerja Pembangunan Bidang Ekonomi Daerah

Pada dasarnya, kinerja pembangunan ekonomi daerah sudah dapat diukur dengan menggunakan variabel ekonomi makro, namun seiring dengan perkembangan waktu, terdapat variabel lain yang juga mempengaruhi perekonomian sehinggga harus dievaluasi kinerjanya.

Dalam mengevaluasi bidang ekonomi daerah, maka yang menjadi objek kajian adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan perekonomian daerah tersebut.Dalam hal ini, setiap badan/dinas memilik tanggung jawab serta tugas masing-masing dalam kegiatan ekonomi daerah. Adapun bidang ekonomi yang akan diteliti yaitu Bidang Keuangan, Perizinan, Koperasi dan UMKM, Penanaman Modal, Pariwisata dan Budaya, serta Perindustrian dan Perdagangan.

1. Bidang Keuangan

Bidang Keuangan merupakan bidang ekonomi yang berfokus pada penerimaan dan pembelanjaan daerah.Dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah merupakan lembaga pengelola keuangan daerah yang dirangkum dalam APBD.APBD merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama antara Pemerintahan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD Memiliki unsur antara lain :

(62)

Penyusunan APBD diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangnan keuangann antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penyusunan APBD disusun untuk pencapaian tugas fiskal Pemerintah Daerah.Dalam hal ini, diperlukan pemaksimalan pendapatan serta penggunaan anggaran secara efisien.Maka, Pemerintah bersama Dinas Pendapatan menyusun APBD dengan memprioritaskan program tertentu sebagai sasaran dalam satu periode.Selain itu, penyusunan APBD juga sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah terhadap masyarakat.

Struktur APBD terdiri dari : a. Pendapatan Daerah

- Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu Pajak, Retribusi, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah

- Dana Perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus

b. Belanja Daerah

- Menurut fungsi pengelolaan Negara terdiri dari Pelayanan Umum, Ketertiban dan Keamanan, Ekonomi, Lingkungan Hidup, Perumahan dan Fasilitas Umum, Kesehatan, Pariwisata dan Budaya, Agama, Pendidikan, serta Perlindungan Sosial.

(63)

c. Pembiayaan Daerah

- Penerimaan pembiayaan mencakup silpa tahun angagran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan pemberian pinjaman. - Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan,

penyertaan moda Pemerintah Daerah, pembayaran pokok utang, serta pemberian pinjaman.

Perhitungan dalam struktur APBD disusun seperti gambar dibawah.

Gambar 2.1 Struktur APBD

Dalam evaluasi APBD Kota Medan disesuaikan dengan sasaran yang telah disusun dalam RPJMD. APBD pada periode sebelumnya yaitu tahun 2005-2009 didasrkan pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Pendapatan Rp …………..

Belanja Rp …………..

• Belanja Tidak Langsung Rp ………….

• Belanja Langsung Rp …………. (-)

Rp …………

Surplus/Defisit Rp ………….

Pembiayaan Rp …………..

• Penerimaan Rp ………….

• Pengeluaran Rp …………. (-)

Pembiayaan Netto Rp ……… (-)

(64)

Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan keuangan daerah, serta peraturan daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Sasaran APBD Kota Medan disusun dengan metode proyeksi berdasarkan perhitungan APBD periode sebelumnya. Dalam RPJMD Kota Medan menetapkan beberapa sasaran untuk APBD yaitu:

a. Mengoptimalkan Penerimaan Asli Daerah tanpa memberatkan dunia usaha dan masyarakat

b. Meningkatkan penerimaan sumber danan perimbangan

c. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah dann menggali serta mengembangkan sumber pendapatan daerah yang baru dan yang sah.

Masing-masing sasarn memilki progran kerja yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah daerah bersama dengan Dinas Pendapatan Dearah Kota Medan.

2. Bidang Perijinan

(65)

Pembentukan BPPT Kota medan didasarkan pada peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat daerah, peratutar menteri dalam negari nomor 20 tahun 2008 tentang pedoman organsasi dan tata kerja unit pelayanan perijinan terpadu di daerah, peraturan daerah kota Medan nomor 3 tahun 2009 tetntang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah kota medan pasal 159 dan 160, serta peraturan walikota medan nomor 6 tahun 2010 tentang rincian tugas poko dan fungsi badan pelayana peninjauan terpadu (BPPT) Kota Medan. Secara Umum sasaran yang ingin dicapai oleh BPPT setiap periodenya antar lain:

a. Melakukan proses pelayanan perijinan sesuai Standart Operational Procedur (SOP) Perijinan Badan Pelaynan Perijinan terpadu Kota Medan

b. Meningkatkan jumlah ijin yang dikeluarkan setiap tahun

c. Menurunkan angka indeks rata-rata lama proses perijinan untuk setiap perijinan.

Beberapa ijin yang ditangani oleh BPPT mulai tahun 2011 adalah: a. Ijin Usaha Perdagangan

b. Ijin Usaha Industri Kecil dan Menengah c. Tanda daftar Perusahaan

d. Ijin Gangguan perusahaan Industri e. Ijin gangguan Bukan Perusahaan industri f. Ijin pelataran Parkir

(66)

h. Ijin Kerja petugas Kesehatan

i. Ijin Reklame Khusus Umbul-Umbul dan Spanduk j. Ijin Usaha Jasa Konstruksi

k. Ijin Pengelolaan, Pengeboran, pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah tanah.

Dalam RPJMD kota Medan secara khusus disebutkan bahwa sasarn yang akan dicapai adalah menurunkan angka indeks rata-rata lama perizinan untuk setiap ijin yang dikeluarkan. Adapun kebijakan yang dilakukan adalah dengan menerbitkan dan mengembangkan program Pelayanan Perizinan terpadu satu Pintu (PPTSP) berbasis elektronik.

3. Bidang Koperasi dan UMKM

Koperasi secara defenisi termasuk kedalam organisasi bisnis yang berlandaskan atas asas kekeluargaan. Sedangkan UMKM adalah perusahaan bisnis yang memiliki beberpa kriteria. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, yang termasuk kedalam usaha kecil yaitu:

a. Memiliki kekayaan bersih dibawah dua ratus juta rupiah diluar tanah dan bangunan.

b. Penjualan tahunan paling banyak 1 milyar rupiah

c. Berdiri sendiri, bukan merupakan cabang/anak perusahaan lain. d. Bentuk usaha perorangan, tidak berbadan hukum.

(67)

dan sebagainya.Adapun sasaran yang duraikan dalam RPJMD Kota Medan untuk tahun 2011 adalah:

a. Meningkatkan Jumlah Koperasi aktif menjadi 80%

b. Meningkatkan usaha mikro kecil menengah non BPR/LKM UKM menjadi 285.999 usaha

c. Meningkatnya Produktifitas dan akses UMKMK kepada sumber daya produktif

d. Tersedianya pasar induk dengan komoditas tertentu

e. Tersedianya pasar tradisional modern yang tertata, bersih nyaman, dan berdaya saing

f. Meningkatnya jumlah produk industri kreatif

4. Bidang Penanaman Modal

(68)

penanaman modal dilakukan oleh Badan Penanaman Modal, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Badan Penanama Modal Kota Medan berdasarkan Undang-Undang dan tata kelola pelaksanan, memilik fungsi sebagai pemberian dukungan atas penyelenggaraan ppemerintah Daerah di bidang penanaman modal, serta menyediakan pelayanan, yaitu:

a. Izin Prinsip Pelayanan Modal, yaitu ijin yang diberikan kepada penanam modal untuk melakukan kegiatan investasi. Izin ini dibutuhkan oleh perusahaan yang membutuhkan fasilitas fiscal sehingga harus diajukan oleh investor perusahaan tersebut.

b. Pelayaanan rekomendasi PMA dan PMDN, yaitu bagi perusahaan yang memerlukan perijinan usaha harus mendapatkan rekomendasi dari Badan Penanaman Modal.

Adapun sasaran yang terangkaum dalam RPJMD kota Medan Untuk 5 Tahun antara lain :

a. Meningkatkan jumlah investor berskala Nasional ( PMDN/PMA) menjadi 96 investor baru

b. Meingkatnya nilai realisasi PMDN menjadi 19% (1.448,57 milyar) c. Menigkatnya nilai realisasi PMA menjadi 23 %

d. Menigkatnya jumlah persetujuan investasi menjadi 96 persetujuan baru 5. Bidang Pariwisata dan Kebudayaan

(69)

alamiah maupun cipataan manusia. Keberadaan objek wisata, menjadi kekayaan dan sumber pendapatan daerah melalui jumlah pengunjung atau wisatawan ke daerah tersebut.

Pengembangan Bidang wisata Kota medan dilakukan dengan pengelolaan daerah wisata, pelestarian situs dan cagar budaya, serta promosi yang progresif. Adapun sasaran khusus yang ingin dicapai untuk lima tahun antara lain:

a. Meningkatnya jumlah benda, situs, kawasan cagar budaya yang dilestarikan pada tahun 2014 menjadi 46 benda/situs/lokasi

b. Meningkatnya jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara c. Peningkatan ketersediaan hotel, restoran, dan perpustakaan daerah. 6. Bidang Perindustrian dan Perdagangan

Bidang perindustrian dan perdagangan merupakan salah satu urusan pilihan dalam kerangka pembangunan kota Medan bersama dengan urusan pertanian, perikanan, dan kelautan. Pengembangan industri dan perdagangan di Kota Medan dicantumkan dalam beberapa sasaran yang inginn dicapai yaitu:

a. Peningkatan kontribusi sektor industri terhadap PDRB

b. meningkatnya produktifitas rata-rata sektor industri pertahun dalam perekonomian kota

c. Meningkatnya kontribus hasil sektor perdagangan terhadap PDRB menjadi Rp. 25,22 trilyun

2.5 Penelitian Terdahulu

Gambar

Tabel 1 Distribusi PDRB Berdasarkan Jenis Usaha
Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Tahun 2011-2015
Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Penduduk Tahun 2011-2015
Gambar 4.2 Struktur Ekonomi Tahun 2010-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Scanned

(2) Pemberhentian Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan Direktur Pascasarjana, Wakil Direktur Pascasarjana, Ketua Lembaga, Sekretaris Lembaga, Ketua Badan, Sekretaris

dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Senat..

Tujuan dari pemasangan PVD pada proyek ini adalah untuk mempercepat kecepatan penurunan konsolidasi primer dimana dengan pemasangan PVD penurunan konsolidasi dibuat selesai

Dalam hal ini, dibutuhkan engineer yang selalu memantau hasil penyelidikan tanah hari demi hari dan mengajukan program tambahan atau deviasi dari program semula

Dalam bidang pendidikan masih banyak yang bertumpu pada operasional pendidikan di sekolah dan lembaga agama, belum menyebar ke berbagai dimensi, dilihat dari

a) Konsep diri. Terbentuknya keperayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan

Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan efektivitas dana pensiun dalam perusahaan melalui