• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Spesies Candida pada Flour Albus Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Spesies Candida pada Flour Albus Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ayu Sri Astuti Sihotang

Tempat / Tanggal Lahir : Pematangsiantar / 4 Maret 1994

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Jati 3 No. 96, Teladan, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Kalam Kudus Pematangsiantar (2000 -2006) 2. SMP Kalam Kudus Pematangsiantar (2006 – 2009) 3. SMA Sutomo 1 Medan (2009 – 2012)

4. Fakultas Kedokteran USU (2012)

Riwayat Pelatihan : Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology

Riwayat Organisasi : 1. Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU periode 2013 / 2014

(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera, Dengan hormat,

Saya Ayu Sri Astuti Sihotang, sedang menjalani Pendidikan Dokter di Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Spesies Candida pada Flour Albus Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”. Saya mengadakan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana identifikasi jamur spesies Candida pada flour albus (keputihan) pengguna alat kontrasepsi dalam rahim, dimana penggunaan alat kontrasepsi tersebut adalah salah satu faktor risiko terjadinya infeksi jamur Candida di vagina.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan Saudara menjadi responden dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan meminta responden menandatangani informed consent dan mengisi lembar status penelitian, kemudian responden diminta untuk membuka pakaian bawah (celana dalam), lalu berbaring telentang di atas kursi ginekologi dengan kedua lutut diletakkan kepada penyangganya, setelah itu spekulum steril dimasukkan ke dalam vagina, selanjutnya pengambilan usapan vagina responden oleh tenaga kesehatan terlatih. Kemudian, usapan vagina tersebut akan diteliti di Laboratorium Mikrobiologi FK USU. Partisipasi Saudara bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas Saudara akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan. Data yang terkumpul hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud lain. Jika terdapat hal yang kurang dimengerti, Saudara dapat bertanya langsung kepada peneliti, saya, Ayu Sri Astuti Sihotang. Demikian penjelasan ini saya sampaikan.

(3)

dalam penelitian ini. Jika Saudara tidak sesuai dengan kriteria tersebut dan bersedia menjadi subjek penelitian, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Terima kasih saya ucapkan kepada Saudara yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, 2015 Peneliti,

(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi subjek penelitian yang berjudul “Identifikasi Spesies Candida pada Flour Albus Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”. Di dalam penelitian ini, saya akan mengisi identitas subjek penelitian dan usapan vagina saya akan diambil oleh tenaga kesehatan terlatih. Kemudian usapan vagina tersebut akan diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

Saya menyadari manfaat dan risiko penelitian ini. Saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2015 Subjek Penelitian,

(5)

Lampiran 4

LEMBAR STATUS PENELITIAN

Nama Lengkap :

Umur :

Alamat :

No. Telepon :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Menderita kencing manis : Ya / Tidak (*)

Menggunakan antibiotik : Ya / Tidak (*) selama min. 3-6 bulan

Lama Penggunaan AKDR :

Jenis AKDR : CuT 380A / Nova T / Multiload Cu 250 / Multiload 375 / Lippes loop (*)

Terdapat keputihan : Ya / Tidak (*)

(6)

Kondisi vagina : Merah / Bengkak / Luka (*)

Terdapat bau : Ya / Tidak (*)

Terdapat rasa gatal : Ya / Tidak (*)

Terdapat rasa nyeri saat : Ya / Tidak (*) berhubungan seksual

Menggunakan larutan : Ya / Tidak (*) pembersih vagina

(7)

Lampiran 5

(8)

Lampiran 6

(9)

Lampiran 7

(10)

Lampiran 8

(11)

Lampiran 9

(12)

Lampiran 10

(13)

Lampiran 11

(14)

Lampiran 12

(15)

Lampiran 13

(16)

Lampiran 14

(17)

Lampiran 15

Gambar Mikroskopis Identifikasi Candida Saat Pemeriksaan Slide Culture

Candida parapsilosis

Candida parapsilosis

(18)

Candida albicans

Candida albicans

(19)
(20)
(21)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani T., Sawitri, Suyoso S., 2005. Penyebab Kandidiasis Vaginalis di RSU Dr. Soetomo Surabaya. Berkala I Penyakit Kulit & Kelamin. pp. 1-9.

Baris I.I., Keles A.N., 2013. A Review on The Impact of IUD in Cervical Cytology: Mardin Region Data. Turki. Instanbul University.

Daili, S.F., 2013. Trikomoniasis. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., &Aisah, S (Eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. pp. 383-384.

Darmani, E.H., 2003. Hubungan antara Pemakaian AKDR dengan Kandidiasis Vagina di RSUP Dr. Pirngadi Medan. Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Everett, S., 2008. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif (Handbook of Contraception and Reproductive Sexual Helath). Ed 2. Penerjemah: Subekti, N.B. Editor: Kapoh, R.P., Meiliya E., Komalasari, R. di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan. Medan.

Hardy Diagnostics, 2009. Microbiology Culture Media and Laboratory Supplies. USA. Available from:

https://catalog.hardydiagnostics.com/cp_prod/content/hugo/HardyCHROMCandi da.html. [Accessed 20 May 2015]

(22)

Judanarso, J., 2013. Vaginosis Bakterial. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., &Aisah, S (Eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. pp. 385-390.

Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J., Zinkernagel, R.M., 2005. Medical Microbiology. New York: Thieme, pp. 481-482.

Kumala, W., 2009. Mikologi Dasar Kedokteran. Jakarta: Universitas Trisakti.

Kumari, V. et al., 2013. Emergence of Non-Albicans Candida among Candidal Vulvovaginitis Cases and Study of Their Potential Virulence Factors, From A Tertiary Care Center, North India.

Kuswadji, 2013. Kandidosis. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., &Aisah, S (Eds). Berencana. Yogyakarta: Fitramaya. pp. 117-121.

Meliasari, D., 2012. Pengaruh Faktor Personal, Sosial dan Situasional terhadap Kelangsungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Marelan. Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Nainggolan, R., 2013. Perbandingan Pola Mikroorganisme Leukorea Pasien Akseptor Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan Leukorea Bukan Akseptor Kontrasepsi Di RSUP H Adam Malik Medan. Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pathology Outlines, 2013. Cervix Cytology – Bacterial Vaginosis. Available from : http://pathologyoutlines.com/topic/cervixcytologybacterialvaginosis.html.

(23)

Pendit, Brahm U., 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S., 2007. Radang dan Beberapa Penyakit Lain pada Alat-alat Genital Wanita. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. pp. 270-283.

Ramali, L.M., Werdani, S., 2001. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dalam: Budimulja, U., dkk. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: FK UI. pp. 55-65. Siregar, R.S., 2005. Mikosis Intermediat = Kandidiasis. Dalam: Hartanto, H., Sari,

L.A. (Eds). Penyakit Jamur Kulit, Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 44-61.

Sitinjak, Fransiska. 2011. Karakteristik Pola Haid Ibu Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Medan Polonia. Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sobel J.D., 1999. Vulvovaginal Candidiasis. In: Sexully Transmitted Diseases. 3rd Ed. United Stated of America: The Mc. Graw – Hill Company. pp. 629-639.

Suratun, et al., 2008. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. pp. 87-107.

Suyoso, S., 2001. Kandidiasis Mukosa. Dalam: Budimulja, U., dkk. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: FK UI. pp. 67-79.

Wahid, MH, Rosana Y, Ikaningsih, Isjah L. 1999. Isolasi Candida sp. dari Perempuan Pekerja Seksual di Kramat Tunggak, Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 49, No. 8, Agustus 1999.

Winn, W. et al., 2006. Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostics Microbiology. Ed 6. USA, pp. 1219-1221.

(24)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengguna AKDR

Pengguna AKDR adalah wanita usia subur/WUS (15-49) tahun yang sedang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Pemeriksaan inspeksi (spekulum) Hasil ukur : Pengguna AKDR pada saat itu Skala pengukuran : Nominal

3.2.2. Flour albus pengguna AKDR

Flour albus pengguna AKDR adalah cairan yang keluar dari vagina yang berlebihan dan tidak berupa darah pada pengguna AKDR yang berkunjung ke Puskesmas periode Agustus sampai Oktober 2015.

Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Status penelitian

Hasil ukur : Ya (jika mengalami keputihan)

Tidak (jika tidak mengalami keputihan) Skala pengukuran : Nominal

Candida sp. Flour Albus

(25)

3.2.3. Candida sp.

Candida sp. adalah flora normal yang terdapat pada vagina, yang dapat menjadi infeksi Candida jika terjadi perubahan kondisi vagina. Jenis-jenisnya adalah Candida albicans, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guilliermondii, Candida glabrata, Candida kefyr dan Candida dubliniensis.

Cara ukur : Pemeriksaan swab vagina

Alat ukur : Usap vagina pewarnaan gram dan kultur jamur

Hasil ukur : Ditemukan pseudohifa dan budding yeast (Gram positif) Ditemukan spesies jamur (kultur positif)

Skala pengukuran : Nominal

3.2.4. Pewarnaan gram

Pewarnaan gram yaitu dengan meletakkan sedian di atas object glass, tetesi sediaan dengan larutan kristal violet, cuci sediaan dengan air, lalu cuci dengan larutan lugol, mencuci kembali sediaan dengan air, celup dan goyang sediaan dalam aseton/alkohol 96%, kemudian cuci sediaan dengan air, genangi dengan counterstain (safranin), cuci sediaan kembali dengan air, keringkan di udara, kemudian siap dibaca di bawah mikroskop.

Cara ukur : Pemeriksaan swab vagina Alat ukur : Pewarnaan gram

Hasil ukur : Ditemukan pseudohifa dan budding yeast pada jamur Skala pengukuran : Nominal

3.2.5. Kultur jamur

(26)

Alat ukur : Media buatan SDA Hasil ukur : Ditemukan spesies jamur Skala pengukuran : Nominal

3.2.6. Umur

Umur adalah batasan usia pengguna AKDR yaitu 15-49 tahun (jika < 6 bulan dibulatkan ke umur bawah, jika ≥ 6 bulan dibulatkan ke umur atas) pada saat berkunjung ke Puskesmas periode Agustus-Oktober 2015.

Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Status penelitian

Hasil ukur : Umur pengguna AKDR pada saat itu Skala pengukuran : Rasio

3.2.7. Kencing manis

Kencing manis adalah seseorang yang telah didiagnosis dokter menderita penyakit kencing manis akibat peningkatan kadar gula darah dalam tubuh.

Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Status penelitian

Hasil ukur : Ya (jika menderita penyakit kencing manis)

Tidak (jika tidak menderita penyakit kencing manis) Skala pengukuran : Nominal

3.2.8. Antibiotik jangka lama

Antibiotik jangka lama adalah obat yang menghentikan atau memperlambat pertumbuhan bakteri, yaitu minimal 3 sampai 6 bulan.

Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Status penelitian

Hasil ukur : Ya (jika menggunakan antibiotik jangka lama)

(27)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan deskriptif observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian

Dilakukan pada bulan Juli 2015 sampai dengan Desember 2015. 4.2.2. Tempat penelitian

Pengambilan usapan vagina dilakukan di Puskesmas Padang Bulan dan Puskesmas Helvetia, Medan.

Pemeriksaan usapan vagina dengan pewarnaan gram dan kultur dilakukan di laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi penelitian

Seluruh wanita pengguna AKDR. 4.3.2. Sampel penelitian

Wanita pengguna AKDR yang datang ke Puskesmas Padang Bulan dan Puskesmas Helvetia periode Agustus sampai Oktober 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yaitu :

1. Berumur lebih dari 15 tahun atau kurang dari 49 tahun 2. Tidak mempunyai penyakit kencing manis

3. Tidak menggunakan obat antibiotika dalam jangka waktu yang lama Kriteria eksklusi yaitu:

(28)

2. Tidak koperatif dan tidak menandatangani surat informed consent untuk menjadi responden penelitian.

4.4. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu dengan mengambil semua sampel penelitian.

4.5. Bahan dan Cara Kerja

Pada penelitian ini sekret vagina diambil dari forniks posterior vagina dengan memakai vaginal swab Becton Dickinson Company untuk pemeriksaan mikroskopis pewarnaan gram.

4.5.1. Pengambilan bahan

1. Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan dan menandatangani informed consent.

2. Pasien berbaring telentang diatas kursi ginekologi dengan kedua lutut diletakkan kepada penyangganya (posisi litotomi).

3. Pakai sarung tangan.

4. Gunakan spekulum steril, masukkan ke dalam vagina.

5. Buka kultur swab dari pembungkusnya kemudian usapkan bagian kapasnya ke daerah forniks posterior vagina, dengan gerakan melingkar searah jarum jam dan diamkan selama 5 – 10 detik supaya sekret terserap oleh kapas.

6. Ketika menarik kultur swab keluar dari vagina, perhatikan jangan sampai menyentuh spekulum dan bagian dinding vagina yang lain.

(29)

4.5.2. Pemeriksaan laboratorium

Setelah sampai dilaboratorium, segera lakukan pemeriksaan mikroskopis. Cara kerja pewarnaan gram adalah:

Letakkan sediaan di atas rak pewarna, tuang kristal violet, diamkan selama 1 menit, lalu cuci dengan air, tuang lodine/Lugol dan diamkan selama 1 menit, lalu cuci dengan air, kemudian cuci dengan aseton/alkohol 96% (dekolorisasi) hingga warna violet hilang, cuci dengan air, selanjutnya tuangkan pewarna banding (counterstain) larutan safranin, diamkan selama 30 detik, bilas dengan air, keringkan diudara, setelah itu baca sediaan dibawah mikroskop, pembesaran 100x dengan minyak emersi.

Cara kultur jamur adalah:

Sediaan diletakkan di atas permukaan agar (Sabouraud Dextrose Agar), dapat dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri, gores-goreskan dengan lidi steril, kemudian inkubasi dalam inkubator 370C, koloni tumbuh selama 24-48 jam.

Untuk identifikasi spesies kandida dapat dilakukan cara-cara berikut :

1. Bahan dari koloni dibiakkan pada Corn Meal Agar dengan Tween 80 atau Nickerson polysaccharide trypan blue (Nickerson Mankowski agar) pada suhu 250C, digunakan untuk menumbuhkan klamidokonida, yang umumnya hanya ada pada Candida albicans. Tumbuh dalam 3 hari.

2. Jamur tumbuh pada biakan diinokulasi ke dalam serum atau koloid (albumin telur) yang diinkubasi selama 2 jam pada suhu 370C. Dengan pemeriksaan mikroskop tampak “germ tube” yang khas pada Candida albicans.

3. Test Fermentasi

(30)

4. Test Asimilasi

Percobaan ini dapat dilakukan untuk membedakan masing-masing spesies. Candida parakrusei mengadakan asimilasi glukosa, galaktosa dan maltosa, sedangkan Candida krusei hanya mengasimilasikan glukosa.

4.5.3. Pembacaan dan interpretasi hasil

Kandida positif yaitu bila pemeriksaan mikroskopik sediaan basah KOH 10% dan pewarnaan gram ditemukan yeast cell / sel ragi berbentuk hifa, pseudohifa. Pada sediaan dengan pewarnaan Gram, bentuk ragi bersifat gram positif, berbentuk oval, kadang-kadang berbentuk germ tube atau budding.

Diagnosis laboratorium Candida albicans adalah pembentukan germ tube di medium serum atau plasma, pembentukan chlamydospora di medium cornmeal agar, pembentukan koloni seperti kaki laba-laba (spiderlike) di medium Levine EMB, reaksi fermentasi, asimilasi karbohidrat, dan asimilasi nitrat.

4.6. Pengumpulan Data

Data di kumpulkan dari data primer berdasarkan identitas subjek penelitian serta didukung dengan pemeriksaan usap vagina dengan pewarnaan gram serta kultur jamur. Data disajikan secara deskriptif.

4.7. Analisis Data

Analisis data untuk melihat distribusi, frekuensi, proporsi setiap variabel disajikan secara deskriptif.

4.8. Ethical clearance dan Informed Consent

(31)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Padang Bulan yang berlokasi di Jalan Jamin Ginting, Kec. Medan Baru dan Puskesmas Helvetia yang berlokasi di Jalan Kemuning, Kec. Medan Helvetia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2015. Setiap puskesmas memiliki poli Obgyn (KB/IKA) yang menjadi tempat pemeriksaan wanita pengguna KB, salah satunya adalah AKDR .

Pemeriksaan laboraturium yang terdiri dari sekret vagina dilakukan dengan pewarnaan gram dan kultur jamur dengan agar sabaroud dextrosa dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

5.1.2. Deskripsi karakteristik subjek penelitian

Subjek penelitian adalah wanita usia subur usia 15 – 49 tahun yang merupakan akseptor AKDR. Setiap puskesmas memiliki jadwal kontrol KB yang dilakukan 1 kali dalam sebulan. Dalam penelitian ini diperoleh 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

5.1.3. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan umur Tabel 5.1. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan umur

Kelompok Umur (tahun) n %

< 20 - -

21-30 5 16.7

31 - 40 13 43.3

41 - 49 12 40.0

(32)

Dari tabel 5.1. diketahui bahwa dari 30 wanita akseptor AKDR yang memiliki proporsi terbesar adalah kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 13 orang (43.3%).

5.1.4. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 5.2. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan n %

SD 3 10.0

SMP 3 10.0

SMA / SMK 10 33.3

D3 3 10.0

S1 11 36.7

Jumlah 30 100.0

(33)

5.1.5. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan pekerjaan Tabel 5.3. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan n %

Guru 3 10.0

Ibu Rumah Tangga 16 53.3

Pegawai Swasta 3 10.0

Pegawai Negeri Sipil 5 16.7

Wiraswasta 3 10.0

Total 30 100.0

Dari tabel 5.3. diketahui bahwa dari 30 wanita akseptor AKDR menurut pekerjaan terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 16 orang (53.3%).

5.1.6. Distribusi berdasarkan lamanya memakai AKDR Tabel 5.4. Distribusi berdasarkan lamanya memakai AKDR

Lama Memakai AKDR n %

< 12 bulan 11 36.7

1 – 5 tahun 8 26.7

6 – 10 tahun 7 23.3

> 10 tahun 4 13.3

(34)

Dari tabel 5.4. diketahui bahwa dari 30 wanita akseptor AKDR menurut lamanya pemakaian AKDR paling banyak dijumpai pada kelompok < 12 bulan yaitu sebanyak 11 orang (36.7%).

5.1.7. Distribusi berdasarkan jenis AKDR Tabel 5.5. Distribusi berdasarkan jenis AKDR

Jenis AKDR n %

CuT 380A 30 100.0

Total 30 100.0

Dari tabel 5.5. diketahui bahwa 30 wanita akseptor AKDR menurut jenis AKDR adalah seluruhnya memakai jenis CuT 380A (100%).

5.1.8. Distribusi memakai pembersih vagina pada wanita akseptor AKDR Tabel 5.6. Distribusi memakai pembersih vagina pada wanita akseptor AKDR

Memakai Pembersih Vagina n %

Ya 8 26.7

Tidak 22 73.3

Total 30 100.0

(35)

5.1.9. Distribusi pewarnaan gram sekret vagina Tabel 5.7. Pemeriksaan pewarnaan gram sekret vagina

Pewarnaan Gram Sekret Vagina n %

Yeast (+) 11 36.7

Yeast (-) 19 63.3

Total 30 100.0

Dari tabel 5.7. ditemukan bahwa dari 30 wanita akseptor AKDR yang dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram dari sekret vagina pada 11 orang (36.7%) ditemukan yeast (+) dan 19 orang (63.3%) yeast (-).

5.1.10. Distribusi spesies jamur Tabel 5.8. Pemeriksaan spesies jamur

Spesies n %

Candida albicans 2 6.7

Candida parapsilosis 8 26.7

Candida tropicalis 1 3.3

Tidak Ditemukan Spesies Jamur 19 63.3

Total 30 100.0

(36)

5.1.11. Distribusi spesies jamur berdasarkan lama memakai AKDR Tabel 5.9. Distribusi spesies jamur berdasarkan lama memakai AKDR

Lama Memakai spesies jamur terbanyak yaitu Candida parapsilosis 4 sampel dan Candida tropicalis 1 sampel.

5.1.12. Distribusi spesies jamur berdasarkan memakai pembersih vagina Tabel 5.10. Distribusi spesies jamur berdasarkan memakai pembersih vagina

(37)

5.1.13.Distribusi Hasil Kultur Candida Berdasarkan Memakai Pembersih Vagina

Tabel 5.11.Distribusi Hasil Kultur Candida Berdasarkan Memakai Pembersih Vagina mendapatkan kultur Candida positif sebanyak 1 sampel, memakai pembersih vagina mendapatkan kultur Candida negatif 7 sampel, tidak memakai pembersih vagina mendapatkan kultur Candida positif 10 sampel, dan tidak memakai pembersih vagina mendapatkan kultur Candida negatif 12 sampel.

5.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini maka diperoleh bahwa 43,3% umur wanita akseptor AKDR adalah 31 - 40 tahun. Hasil yang serupa pada penelitian sebelumnya Nainggolan, R.. (2013) persentasi sebaran umur pada wanita akseptor AKDR yang terbanyak adalah 31 - 40 tahun sebanyak 24 orang (80%). Penelitian Zannah et al. (2012) juga melaporkan kelompok umur terbanyak pada wanita akseptor AKDR adalah 25 – 40 tahun sebanyak 50 orang (76,92%). Hal ini mungkin disebabkan karena pada kelompok umur 31 - 40 tahun masih termasuk usia subur namun sudah mempunyai cukup anak sehingga ingin membatasinya atau menjarangkan kehamilan.

(38)

SMA/SMK yaitu 33,3%. Hal ini mungkin disebabkan karena distribusi pemakaian AKDR tidak memandang tingkat pendidikan.

Pekerjaan wanita akseptor AKDR terbanyak dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga 16 orang (53,3%). Hal yang serupa ditemukan pada penelitian Ghazal et al (2004) yaitu dari 134 wanita akseptor AKDR, 112 wanita (83,6%) di antaranya adalah Ibu Rumah Tangga. Penelitian Darmani, E.H. (2003) dari 30 kasus pada kelompok pekerjaan, Ibu Rumah Tangga adalah yang paling banyak yakni 20 orang (66,7%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan flour albus patologis tidak mengenal tingkat ekonomi, sosial, dan budaya.

Pada penelitian ini yang paling banyak mengalami flour albus adalah kelompok dengan lama memakai AKDR < 12 bulan yakni 11 orang (36,7%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nainggolan, R. (2013) dari 30 sampel yang terbanyak adalah < 12 bulan sebanyak 11 orang (36,7%). Pada penelitian Ghazal et al (2004) dari 134 sampel yang terbanyak <12 bulan adalah 63 orang (47%).

Seluruh sampel pada penelitian ini menggunakan AKDR jenis CuT 380A (100%). Pada penelitian Zannah et al. (2012), pemakai AKDR jenis CuT 380A adalah 38 orang (58,46%), jenis Nova T 16 orang (24,62%), dan jenis Lippes Loop 11 orang (16,92%). Penelitian Ghazal et al (2004) sebanyak 107 (79,9%) dari 134 sampel menggunakan AKDR jenis CuT 380A dan 27 (20,1%) sampel lainnya menggunakan AKDR jenis multiload. Hal ini dikarenakan AKDR jenis CuT 380A merupakan jenis AKDR yang umumnya disediakan oleh BKKBN di Indonesia.

Wanita akseptor AKDR yang tidak memakai pembersih vagina pada penelitian ini adalah sejumlah 22 orang (73,3%), lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang memakai pembersih vagina yaitu 8 orang (26,7%). Hal ini dikarenakan sampel merasa tidak bermasalah dengan organ genitalianya sehingga beranggapan tidak perlu memakai pembersih vagina.

(39)

Pada penelitian ini, flour albus 30 wanita akseptor AKDR dilakukan pemeriksaan kultur jamur dengan media Saboraud Dekstrose Agar dan identifikasi koloni jamur dengan medium Corn Meal Agar dan Tween 80, pada 8 orang (26,7%) ditemukan Candida parapsilosis, 2 orang (6,7%) ditemukan Candida albicans, 1 orang (3,3%) ditemukan Candida tropicalis, dan 19 orang (63,3%) lainnya tidak ditemukan spesies jamur. Penelitian Nainggolan, R. (2013) melaporkan bahwa dari 30 akseptor AKDR dijumpai Candida (50%), Candida dan Coccus gram positif (30%), Coccus gram positif (13,3%), Candida dan Coccus gram positif dan Basil gram negatif (6,7%). Penelitian lain seperti penelitian yang dilakukan Baris dan Keles di Turki tahun 2013 terhadap 300 akseptor AKDR, didapati Bakterial Vaginosis pada 78 akseptor (26%), Candida pada 36 akseptor (12%), Trichomonas vaginalis pada 24 akseptor (8%) dan actinomyces pada 12 akseptor (4%). Hal ini bisa terjadi dikarenakan bahwa penyebab flour albus bukan hanya dari golongan Candida saja, tetapi bisa juga dari golongan bakteri (Bakterial Vaginosis atau Gardnerella vaginalis, Klamidia trakomatis, Treponema pallidum), dan golongan parasit (Trichomonas vaginalis). Dalam penelitian ini ditemukan Candida parapsilosis yang lebih dominan dari jenis Candida lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa Candida parapsilosis banyak ditemukan di daerah tropis, selain Candida tropicalis.

Pada penelitian Kumari et al. (2013) di India Utara melaporkan bahwa dari 232 wanita usia subur yang mempunyai keluhan vulvovaginitis didapati 71 sampel yang positif Candida (30,6%), yaitu Candida parapsilosis (45,07%), Candida albicans (32,4%), dan Candida glabrata (22,53%).

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian identifikasi spesies Candida pada flour albus pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ditemukan 3 spesies Candida pada 30 flour albus pengguna AKDR yaitu

Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 6,7%, Candida tropicalis 3,3%.

2. Jika ditinjau berdasarkan pemeriksaan pewarnaan gram pada sekret vagina didapati 36,7% positif yeast, sisanya 63,3% negatif yeast.

3. Sebaran umur yang paling banyak menderita flour albus pada akseptor AKDR adalah kelompok umur 31 – 40 tahun.

4. Pada pengguna AKDR yang menderita flour albus berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang paling banyak adalah berpendidikan S1.

5. Pada pengguna AKDR yang menderita flour albus berdasarkan tingkat pekerjaan yang paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga.

6. Pada pengguna AKDR yang menderita flour albus berdasarkan frekuensi lama memakai AKDR yang paling banyak adalah kelompok memakai AKDR < 12 bulan yaitu 11 sampel (36,7 %).

7. Pada penelitian ini, seluruh wanita akseptor AKDR memakai jenis CuT 380A. 8. Pada penelitian ini, wanita akseptor AKDR yang memakai pembersih vagina

adalah 8 sampel (26.7%).

9. Pada penelitian ini, pemakaian AKDR < 12 bulan ditemukan spesies jamur terbanyak yaitu Candida parapsilosis 4 sampel dan Candida tropicalis 1 sampel.

(41)

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Wanita Akseptor AKDR

Bagi wanita akseptor AKDR agar lebih mengenali gejala klinis dari kandidiasis agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh jamur khususnya golongan Candida.

6.2.2. Bagi Peneliti Lain

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandidiasis Vaginalis (Kandidiasis Vulvovaginalis) 2.1.1. Definisi

Kandidiasis vaginalis adalah infeksi jamur pada dinding vagina yang disebabkan oleh spesies Candida albicans dan ragi (yeast) lain dari spesies Candida (Sobel, 1999).

Infeksi candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis (Wahid et al., 1999).

2.1.2. Etiologi

Penyebab tersering kandidiasis vagina adalah Candida albicans yaitu sekitar 85-90%. Sisanya disebabkan oleh spesies non albicans, yang tersering adalah Candida glabrata atau Torulopsis Glabarata (Sobel, 1999).

Penelitian pada tahun 2004 di Surabaya didapatkan penyebab kandidiasis vulvovaginalis adalah C. albicans 34,8% dan C. non-albicans 65,2% (C. tropicalis 41,3%, C. glabrata 17,4%, C. guilliermondii, C. kefyr dan C. stellatoidea masing-masing 2,2%) (Andriani et al., 2005).

Kandida adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok jamur. Menurut Berkhout (1923), kalsifikasi ilmiah kandida adalah :

(43)

Spesies pada manusia adalah Candida albicans, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guilliermondii, Candida glabrata, Candida kefyr dan Candida dubliniensis.

Candida albicans dapat membentuk germ tubes dan klamidokonidia terminal. Sedangkan Candida glabrata dapat membentuk germ tubes, pseudohifa dan hifa asli pada kondisi tertentu. Pada pemeriksaan histopatologi, semua spesies Candida tidak memberikan hasil yang baik dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin, tetapi memberikan hasil yang bagus terhadap pewarnaan GMS dan Gridley (Kumala, 2009). Kandida hidup sebagai saprofit, merupakan flora normal pada mulut, tenggorokan, saluran pencernaan lainnya, vagina, pada lipatan kulit dan di alam ditemukan pada tanah, air, serangga, dan tumbuh-tumbuhan. Jamur ini merupakan jamur dismorfik, yang bentuknya tergantung lingkungannya. Bentuk miselium atau bentuk hifa ditemukan pada penyakit, karenanya bentuk ini dianggap bentuk patogen, sedangkan bentuk ragi atau klamidospora merupakan bentuk istirahat yaitu sebagai saprofit (Ramali & Werdani, 2001).

2.1.3. Morfologi dan identifikasi

(44)

tabung-tabung tunas, dan di atas medium yang kurang bernutrisi, C. albicans menghasilkan klamidospora bulat berukuran besar. Uji asimilasi dan fermentasi gula dapat digunakan untuk memastikan identifikasi dan mengkhususkan isolat Candida yang lebih umum, seperti C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. kefyr, C. krusei, dan C. lusitaniae, di antara patogen ini, C. glabrata tergolong unik karena hanya menghasilkan sel ragi tanpa ada bentuk pseudohifa (Jawetz, 2014).

(45)

Gambar 2.1.Candida albicans. A: Blastokonidia (blastospora) dan pseudohifa dalam eksudat. B: Blastokonidia, pseudohifa, dan klamidokonidia (klamidospora) dalam biakan pada suhu 300C. C: Biakan muda membentuk tabung-tabung benih bila diletakkan dalam serum selama 3 jam pada suhu 370C

Sumber: Jawetz (2005)

Gambar 2.2. Koloni Candida albicans, diinkubasi secara aerob selama 48 jam, 350C Sumber: Hardy Diagnostics (2009)

(46)

Gambar 2.4. Koloni Candida tropicalis, diinkubasi secara aerob selama 48 jam, 350C Sumber: Hardy Diagnostics (2009)

Gambar 2.5. Fotomikrografi dari kultur Candida parapsilosis pada agar cornmeal,

menyerupai “spider colonies” dengan serabut

Sumber: Winn et al. (2006)

Gambar 2.6. Fotomikrografi dari kultur Candida pseudotropicalis pada agar

(47)

2.1.4. Faktor predisposisi

Pada dasarnya faktor-faktor predisposisi dapat dibagi dalam dua golongan yaitu yang memicu kandida sendiri untuk aktif berkembang biak (menjadi patogen) dan yang menurunkan atau merusak sistem mekanisme pertahanan tubuh hostnya baik lokal maupun sistemik sehingga memudahkan invasi jaringan (Sobel, 1999).

1. Faktor Host (predisposing host factor)

Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi terjadinya kandidiasis vagina adalah kehamilan, diabetes mellitus, hormon steroid terutama kontrasepsi oral atau kortikosteroid. AKDR, antibiotik, kelainan imunologik, obesitas dan faktor-faktor lokal seperti menggunakan pakaian ketat, doucher, chlorinated water atau tissue toilet.

2. Faktor Yeast (presdisposing yeast factor)

Sekitar 50% penderita kandidiasis vagina dengan gejala simptomatik predisposisi faktor hostnya tidak diketahui. Keadaan ini menggambarkan bahwa kolonisasi asimptomatik yang lama disebabkan karena virulensi kandida yang lemah. Strain jamur mempunyai perbedaan dalam kemampuan menginvasi sel vagina, jumlah produksi protease (protease membantu invasi mukosa) dan pembentukan pseudohypa (membantu pelekatan dan invasi oleh jamur). Sampai saat ini masih belum jelas diketahui seberapa besar hal tersebut dapat mempengaruhi status klinis host (Sobel, 1999).

2.1.5. Patogenesis

Manifestasi klinis kandidiasis vaginalis merupakan hasil interaksi antara patogenitas kandida dengan mekanisme pertahanan tuan rumah, yang berkaitan dengan faktor predisposisi. Patogenitas penyakit dan bagaimana mekanisme pertahanan tuan rumah terhadap kandida belum sepenuhnya dimengerti, namun, pada dasarnya terdapat 2 mekanisme patogenesis terjadinya kandidiasis, yaitu :

(48)

adanya lipid permukaan kulit yang akan menghambat pertumbuhan kandida. Adanya interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa. Beberapa mikroorganisme diduga mengeluarkan zat yang bersifat toksik terhadap pertumbuhan kandida, walaupun zat tersebut belum berhasil diisolasi.

2. Mekanisme imun selular dan humoral, meliputi: tahap pertama timbulnya kandidosis kulit dan mukosa adalah menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fospolipase), yang menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotaktik neutrophil, yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan luar kandida yang mengandung mannoprotein, bersifat antigenik sehingga akan mengaktivasi komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin. Antibodi di sini tidak jelas peranannya sebagai mekanisme pertahanan tubuh tuan rumah. Imunoglobulin akan membentuk kompleks antigen-antibodi di permukaan sel kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu kandida juga akan mengeluarkan zat yang toksik terhadap neutrofil dan fagosit lainnya (Ramali & Werdani, 2001).

2.1.6. Gejala klinis

Vaginitis karena kandida selalu disertai oleh vulvovaginitis. Hal ini disebabkan terjadi kontak langsung dari sekret-sekret vagina yang mengalami infeksi sehingga daerah vulva ikut mengalami infeksi (Siregar, 2005).

(49)

Kadang-kadang juga dijumpai adanya iritasi, rasa terbakar dan dispareunia (Martin, 1999).

Pada mukosa vagina terlihat ada bercak putih kekuningan, meninggi dari permukaan, yang disebut vaginal trush. Bercak-bercak ini terdiri dari gumpalan jamur kandida, jaringan nekrotik, dan sel-sel epitel. Dari liang vagina keluar sekret vagina yang mula-mula encer kemudian menjadi kental dan pada keadaan yang menahun tampak seperti butir-butir tepung halus. Di dalam gumpalan sekret ini terdapat elemen-elemen kandida dan epitel, dan secara perkontinuitatum menyebabkan infeksi di daerah vulva sehingga terjadi vulvovaginitis. Labia minoria dan mayora membengkak dengan ulkus-ulkus kecil berwarna merah dan disertai dengan daerah yang erosi.

Kelainan ini dapat menjalar sampai ke kulit sekitarnya hingga seluruh kulit lipat paha dan perineum menjadi merah, bengkak, erosi, dan terdapat lesi-lesi satelit. Penderita selalu merasa gatal, panas, dan sakit pada waktu buang air kecil (Siregar, 2005).

2.1.7. Penegakan diagnosis

Menegakkan diagnosis kandidiasis vaginalis harus berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan terutama untuk mendapatkan elemen jamur dari alat-alat yang diserang, baik secara langsung maupun dengan biakan (Siregar, 2005).

1. Pemeriksaan mikroskopis

(50)

2. Pemeriksaan biakan

Bahan yang akan diperiksa dapat diambil dari kerokan kulit, kuku, dahak, sekret bronkus, air seni, tinja, usapan mukokutan, usap vagina, dan darah tergantung dari kelainan yang ada.

Cara mengambil bahan pemeriksaan ini diusahakan sesteril mungkin, diletakkan di tempat yang steril, untuk mencegah kontaminasi. Bahan yang diperiksa ditanam di dalam media sabouroud dektrosa yang telah dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

Pembenihan disimpan di dalam suhu kamar atau suhu 370C dan setelah 24-48 jam dilihat adanya koloni-koloni dalam perbenihan. Koloni yang tumbuh di ialah koloni ragi. Untuk penentuan spesies Candida albicans, koloni yang tumbuh dibiakkan kembali dalam media murni agar tepung murni (corn meal agar) dengan tween 80 1%. Didalam media murni ini bila tumbuh (sesudah 24 jam) dapat dilihat adanya klamidospora (Siregar, 2005).

2.1.8. Pengobatan

Pengobatan kandidiasis meliputi :

1. Menghindari atau menghilang faktor predisposisi

2. Topikal, yaitu : larutan ungu gentian (½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit) dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari, nystatin (berupa krim, salap, emulsi), amfoterisin B, grup azol (mikonazol 2% berupa krim atau bedak, klotrimazol 1% berupa bedak/larutan/krim, tiokonazol, bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1% larutan/krim, antimikotik yang lain berspektrum luas). 3. Sistemik, yaitu: tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam

(51)

tunggal, itrokonazol untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari (Kuswadji, 2013).

Topikal imidazole, seperti butokonazol, mikonazol, dan klotrimazol, sesuai resep, termasuk tiokonazol, ekonazol, dan terkonazol mudah digunakan dan efektif selama 3-7 hari pengobatan, juga aman dipakai selama hamil. Oral flukonazole, itrakonazol, dan ketokonazol memiliki keampuhan yang sama seperti terapi topikal. Regimen profilaksis untuk mencegah kekambuhan termasuk tablet mingguan klotrimazol 500 mg digunakan secara intra vaginal atau flukonazol 150 mg per minggu secara oral. Pengobatan yang disarankan untuk balanitis kandidiasis adalah krim topikal klotrimazol atau flukonazol dosis tunggal 150 mg (Fitzpatrick, 1999).

2.1.9. Diagnosis banding

Diagnosis banding kandidiasis vaginalis adalah vaginosis bakterial, trikomoniasis, sifilis, gonore, herpes simpleks genitalis, benda asing (AKDR, tertinggalnya kondom pada waktu senggama, cincin pesarium yang digunakan wanita prolapsus uteri), dan neoplasma atau keganasan.

2.1.9.1.Vaginosis bakterial

Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob, terutama Bacteroides sp., Mobilicus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.

Pada penggunaan AKDR dapat ditemukan serta diikuti infeksi G. vaginalis dan kuman anaerob negatif-Gram (Judanarso, 2013).

(52)

amino menjadi amin sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai suasana yang menyenangkan bagi pertumbuhan G. vaginalis dan menyebabkan duh tubuh yang keluar dari vagina berbau (Judanarso, 2013).

Wanita dengan VB akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala yang tidak menyenangkan. Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan, lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau C. albicans (Judanarso, 2013).

Amsel (1983) merekomendasikan diagnosa klinik vaginosis bakterialis berdasarkan pada adanya tiga dari empat tanda-tanda berikut:

1. Cairan vagina homogen, putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina.

2. pH vagina lebih besar dari 4,5.

3. Sekret vagina berbau seperti bau ikan sesudah penambahan KOH 10% (whiff test).

4. Adanya “clue cells” pada pemeriksaan mikroskop sediaan basah.

Clue cell merupakan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga memberikan gambaran granular dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil.

Pada sediaan basah sekret vagina terlihat leukosit sedikit atau tidak ada, sel epitel banyak, dan adanya kokobasil kecil-kecil yang berkelompok. Adanya sel epitel vagina yang granular diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel tidak jelas, yang disebut clue cells. Pada pewarnaan gram dapat dilihat batang-batang kecil negatif-Gram atau variabel-negatif-Gram yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.

(53)

ditambahi CO2 5%. Koloni sebesar 0,5-2 mm, licin, opak dengan tepi yang jelas, dan dikelilingi zona hemolitikbeta. Sebagai media transpor dapat digunakan media transpor Stuart atau Amies (Judanarso, 2013).

Gambar 2.7. Mikroskop Vaginosis Bakterial Sumber: Pathology Outlines (2013)

2.1.9.2.Trikomoniasis

Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi parasit protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah.

T. vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 500C akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 00C dapat bertahan sampai 5 hari.

(54)

Vaginitis T. Vaginalis yang terbaik didiagnosis dengan sediaan basah cairan vagina yang menunjukkan trichomonas motil yang sedikit lebih besar dari sel-sel PMN. Karena trichomonas kehilangan motilitasnya ketika didinginkan, sebaiknya menggunakan saline hangat (370C), kaca objek, dan kaca penutup bila membuat sediaan basah dan untuk memeriksa sediaan dengan segera (Jawetz, 2005).

Gambar 2.8. Morfologi Trichomonas vaginalis Sumber: Kayser et al. (2005)

2.2. Alat Kontrasepsi dalam Rahim

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterin Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethylene). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, adapula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang dibatangnya berisi hormon progesteron (Suratun et al., 2008).

AKDR adalah alat kontrasepsi yang sangat efektif digunakan bagi ibu yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormonal dan merupakan kontrasepsi jangka panjang 8-10 tahun. Tetapi efek dari AKDR dapat menyebabkan perdarahan yang lama dan kehamilan ektopik. Angka kegagalan pada tahun pertama 2,2% (Pendit, 2007).

2.2.1. Jenis AKDR

Saat ini AKDR yang masih bisa kita temui adalah:

(55)

2. AKDR yang berkandungan hormon progesteron, yaitu Mirena.

3. Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR yang telah dipakainya

lebih dari 20 tahun, akan didapati bentuk lippes loop (terbuat dari plastik).

Namun karena AKDR yang paling banyak di pasaran adalah yang berjenis non hormon, maka yang akan dibahas adalah AKDR yang berjenis dalam pembahasan copper T (CuT 380A) dan nova T (Meilani et al., 2010).

Tabel 2.1. Nama, Rincian Masa Penggunaan dan Bentuk Tujuh AKDR Sumber: Everett (2008)

Alat Masa Penggunaan Bentuk

Multiload 3 tahun Batang tegak lurus dengan panjang 3,6 cincin tembaga mengelilingi tiap bagian ujung masing-masing lengan

(56)

Berikut ini adalah gambar jenis alat kontrasepsi dalam rahim :

(57)

2.2.2. Efek samping penggunaan AKDR

Efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan AKDR, adalah: 1. Perdarahan

Gejala : keluarnya darah dari liang vagina di luar haid dalam jumlah kecil berupa bercak-bercak (spotting) atau dalam jumlah berlebihan (metrorhagia). Perdarahan ini dapat pula terjadi masa haid dalam jumlah berlebihan (Menometrorhagia).

2. Keputihan Gejala :

a. Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi cairan rahim yang berlebihan.

b. Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa gatal dan tidak terasa panas.

Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya duh tubuh vagina atau keputihan yang mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi awal terhadap adanya benda asing (Darmani, 2003).

3. Ekspulsi

Gejala : terasa adanya AKDR dalam liang senggama yang menyebabkan rasa tidak enak bagi wanita. Dapat terjadi ekspulsi sebagian atau seluruhnya. Biasanya terjadi pada waktu haid.

4. Nyeri

Gejala : nyeri pada waktu pemasangan AKDR, waktu haid dan saat senggama. 5. Infeksi

Gejala : adanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai demam, keputihan yang berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu bersenggama/periksa dalam.

6. Translokasi

(58)
(59)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Candida sp. adalah flora normal yang terdapat pada membran mukosa, saluran pencernaan, vagina, uretra, kulit, dan kuku (Kuswadji, 2013).

Candida sp. membentuk koloni di permukaan mukosa semua manusia selama atau segera lahir sehingga risiko infeksi endogen senantiasa ada. Kandidiasis merupakan mikosis sistemik yang paling umum, dan agen yang paling sering dijumpai adalah C. albicans, C. tropicalis, C. parapsilosis, C. glabrata, C. guilliermondii, dan C. dubliniensis (Jawetz, 2014).

Infeksi Candida sp. pada vulva dan atau vagina disebut kandidiasis vaginalis. Gejala klinis kandidiasis vaginalis adalah flour albus, dispareunia, disuria, vulva dan vagina kemerahan serta edema. Faktor risiko kandidiasis vaginalis seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, penggunaan kontrasepsi, cairan pembersih vagina, hubungan seksual yang berisiko, penggunaan imunosupresan dan kehamilan (Prawirohardjo S., 2007).

Adanya faktor-faktor predisposisi dapat menyebabkan perubahan pada jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat memicu jamur kandida yang semula asimptomatis menjadi aktif berkembang biak sehingga timbul kandidiasis vaginalis. Infeksi jamur kandida pada dinding vagina disebabkan oleh spesies candida khususnya Candida albicans dan spesies candida lainnya (Sobel, 1999).

(60)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethylene). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, adapula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang dibatangnya berisi hormon progesteron (Suratun et al., 2008).

Penelitian Nainggolan, 2013, melaporkan bahwa pada kelompok AKDR dijumpai Candida (50%), Candida dan Coccus gram positif (30%), Coccus gram positif (13,3%), Candida dan Coccus gram positif dan Basil gram negatif (6,7%).

Pada penelitian Baris dan Keles di Turki tahun 2013 terhadap 300 akseptor AKDR, didapati bakterial vaginosis pada 78 akseptor (26%), candida pada 36 akseptor (12%), trichomonas vaginalis pada 24 akseptor (8%) dan actinomyces pada 12 akseptor (4%).

Darmani, 2003, melaporkan bahwa pada kelompok akseptor AKDR dijumpai 24 orang (80%) menderita kandidiasis vagina dan 6 orang (20%) tidak menderita kandidiasis vagina.

Pada tahun 1981, Hanafiah TM melaporkan bahwa keputihan yang dijumpai pada akseptor AKDR 13,75% disebabkan oleh jamur kandida, 25% disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan 72,5% disebabkan oleh bakteri campuran.

Dalam penelitian Zannah et al., tahun 2012 didapatkan persentase akseptor AKDR yang mengeluhkan leukorea (keputihan) 29 akseptor dari 65 responden (44.62%).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Identifikasi Spesies Candida pada Flour Albus Pengguna Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim”.

1.2. Rumusan Masalah

(61)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui identifikasi spesies Candida pada flour albus pengguna alat kontrasepsi dalam rahim.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui jumlah pengguna alat kontrasepsi dalam rahim. 2. Mengetahui karakteristik pengguna alat kontrasepsi dalam rahim.

3. Mengetahui lama menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim sampai timbul gejala flour albus.

4. Mengetahui jumlah spesies Candida terbanyak pada flour albus pengguna alat kontrasepsi dalam rahim.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat tenaga medis (institusi kesehatan)

Dapat memberikan informasi pada tenaga medis tentang identifikasi spesies Candida pada flour albus pengguna alat kontrasepsi dalam rahim.

2. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pengguna alat kontrasepsi dalam rahim bahwa alat kontrasepsi tersebut adalah salah satu faktor risiko terjadinya kandidiasis vaginalis.

3. Manfaat keilmuan

Menambah khasana ilmu pengetahuan tentang kandidiasis vaginalis dan flour albus pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim.

4. Manfaat bagi peneliti

(62)

ii ABSTRAK

Latar Belakang: Candida sp. adalah flora normal yang terdapat pada membran mukosa, saluran pencernaan, vagina, uretra, kulit, dan kuku. Infeksi Candida sp. pada vulva dan atau vagina disebut kandidiasis vaginalis. Gejala klinis kandidiasis vaginalis adalah flour albus, dispareunia, disuria, vulva dan vagina kemerahan serta edema. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat memicu jamur kandida yang semula asimptomatis menjadi aktif berkembang biak sehingga timbul kandidiasis vaginalis.

Tujuan: Mengetahui identifikasi spesies Candida pada flour albus pengguna AKDR.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini mendeskripsikan spesies Candida pada 30 usapan vagina wanita akseptor AKDR dari Puskesmas Padang Bulan dan Puskesmas Helvetia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (total sampling). Hasil: Pada akseptor AKDR adalah 43,3% kelompok umur 31-40 tahun. 36,7% berpendidikan S1. 53,3% bekerja sebagai ibu rumah tangga. 36,7% memakai AKDR < 12 bulan. Seluruh wanita akseptor AKDR (100%) memakai AKDR jenis CuT 380A. 26,7% memakai pembersih vagina. Pewarnaan gram didapati 36,7% yeast (+). Pada pemeriksaan kultur jamur dengan media SDA dan identifikasi koloni jamur dengan medium Corn Meal Agar dan Tween 80 dijumpai Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 6,7%, dan Candida tropicalis 3,3%. Pemakaian AKDR < 12 bulan ditemukan spesies jamur terbanyak yaitu Candida parapsilosis 13,3% dan Candida tropicalis 3,3%. Akseptor AKDR yang tidak memakai pembersih vagina ditemukan spesies jamur terbanyak yaitu Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 3,3%, dan Candida tropicalis 3,3%.

Kesimpulan: Spesies Candida yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah Candida parapsilosis.

(63)

iii ABSTRACT

Background: Candida sp. are normal flora in the mucous membranes, gastrointestinal tract, vagina, urethra, skin, and nails. Candida sp. infection of the vulva or vagina is called vaginal candidiasis. The clinical symptoms of vaginal candidiasis is flour albus, dyspareunia, dysuria, vulva and vaginal redness and edema. Intrauterin device (IUD) is one of the predisposing factors that can trigger Candida which is initially asymptomatic becomes active proliferate and cause vaginal candidiasis.

Objective: The goal of this study is to find out the identification of Candida species in flour albus of IUD users.

Methods: This study was descriptive study with cross-sectional design. This study describes species candida. in 30 vaginal swab of IUD users at Puskesmas Padang Bulan and Puskesmas Helvetia which fulfill the criteria of inclusion and exclusion (total sampling).

Results: IUD users are 43,4% in the 31-40 age group. 36,7% have undergraduate education. 53,3% are housewives. 36,7% use IUD under 12 months. All IUD users (100%) use type of CuT 380A. 26,7% use vaginal cleaner. The examination of gram staining found 36,7% yeast (+). The examination of fungal cultures with SDA media and identification fungal colonies with Corn Meal Agar and Tween 80 media found Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 6,7%, dan Candida tropicalis 3,3%. Duration of use IUD less than 12 months found that the most Candida species is Candida parapsilosis 13,3% and Candida tropicalis 3,3%. IUD users who were not wearing vaginal cleaner found that the most Candida species is Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 3,3%, and Candida tropicalis 3,3%.

Conclusion: Candida species most commonly found in this study is Candida parapsilosis.

(64)

PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

Oleh :

AYU SRI ASTUTI SIHOTANG 120100292

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(65)

PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

AYU SRI ASTUTI SIHOTANG 120100292

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(66)
(67)

ii ABSTRAK

Latar Belakang: Candida sp. adalah flora normal yang terdapat pada membran mukosa, saluran pencernaan, vagina, uretra, kulit, dan kuku. Infeksi Candida sp. pada vulva dan atau vagina disebut kandidiasis vaginalis. Gejala klinis kandidiasis vaginalis adalah flour albus, dispareunia, disuria, vulva dan vagina kemerahan serta edema. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat memicu jamur kandida yang semula asimptomatis menjadi aktif berkembang biak sehingga timbul kandidiasis vaginalis.

Tujuan: Mengetahui identifikasi spesies Candida pada flour albus pengguna AKDR.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini mendeskripsikan spesies Candida pada 30 usapan vagina wanita akseptor AKDR dari Puskesmas Padang Bulan dan Puskesmas Helvetia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (total sampling). Hasil: Pada akseptor AKDR adalah 43,3% kelompok umur 31-40 tahun. 36,7% berpendidikan S1. 53,3% bekerja sebagai ibu rumah tangga. 36,7% memakai AKDR < 12 bulan. Seluruh wanita akseptor AKDR (100%) memakai AKDR jenis CuT 380A. 26,7% memakai pembersih vagina. Pewarnaan gram didapati 36,7% yeast (+). Pada pemeriksaan kultur jamur dengan media SDA dan identifikasi koloni jamur dengan medium Corn Meal Agar dan Tween 80 dijumpai Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 6,7%, dan Candida tropicalis 3,3%. Pemakaian AKDR < 12 bulan ditemukan spesies jamur terbanyak yaitu Candida parapsilosis 13,3% dan Candida tropicalis 3,3%. Akseptor AKDR yang tidak memakai pembersih vagina ditemukan spesies jamur terbanyak yaitu Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 3,3%, dan Candida tropicalis 3,3%.

Kesimpulan: Spesies Candida yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah Candida parapsilosis.

(68)

iii ABSTRACT

Background: Candida sp. are normal flora in the mucous membranes, gastrointestinal tract, vagina, urethra, skin, and nails. Candida sp. infection of the vulva or vagina is called vaginal candidiasis. The clinical symptoms of vaginal candidiasis is flour albus, dyspareunia, dysuria, vulva and vaginal redness and edema. Intrauterin device (IUD) is one of the predisposing factors that can trigger Candida which is initially asymptomatic becomes active proliferate and cause vaginal candidiasis.

Objective: The goal of this study is to find out the identification of Candida species in flour albus of IUD users.

Methods: This study was descriptive study with cross-sectional design. This study describes species candida. in 30 vaginal swab of IUD users at Puskesmas Padang Bulan and Puskesmas Helvetia which fulfill the criteria of inclusion and exclusion (total sampling).

Results: IUD users are 43,4% in the 31-40 age group. 36,7% have undergraduate education. 53,3% are housewives. 36,7% use IUD under 12 months. All IUD users (100%) use type of CuT 380A. 26,7% use vaginal cleaner. The examination of gram staining found 36,7% yeast (+). The examination of fungal cultures with SDA media and identification fungal colonies with Corn Meal Agar and Tween 80 media found Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 6,7%, dan Candida tropicalis 3,3%. Duration of use IUD less than 12 months found that the most Candida species is Candida parapsilosis 13,3% and Candida tropicalis 3,3%. IUD users who were not wearing vaginal cleaner found that the most Candida species is Candida parapsilosis 26,7%, Candida albicans 3,3%, and Candida tropicalis 3,3%.

Conclusion: Candida species most commonly found in this study is Candida parapsilosis.

(69)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Identifikasi Spesies Candida pada Flour Albus Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.Pd, Sp.JP (K), selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

3. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK, selaku dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc dan dr. Ilhamd, Sp.PD selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini. 4. Ibu Rafidah, S.Si yang membantu penulis melaksanakan penelitian di

laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

(70)

v

6. Kedua orang tua penulis, Sudung Sihotang, SH dan Suharni Gultom, SH, yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan. Juga saudara-saudara penulis, Hilda Yolanda Sihotang, Adryan Sihotang, Dwi Rizky Sihotang, dan Tante Elli Sitorus yang telah memberikan dukungan dan semangat.

7. Sahabat-sahabat penulis, Getsy Daony, Maya Simarmata, Fetra Olivia, Monalisa Simbolon, Ferry Fhrans, Sonya, Merlin Napitupulu, Namoratta Rumahorbo, Andrew Timanta, Johanes Nadapdap, Daniel Halomoan, Rico Gandy, Athan Bremana, Jesika Andrea, Louis Reinaldo, Jethro Felim, yang telah memberi dukungan dan membantu penulis dalam proses pengambilan data.

8. Teman-teman kelompok bimbingan penelitian penulis, Benny Hasibuan dan Yasothai Rajendran, yang telah memberi saran, kritikan, dan motivasi selama penelitian. Juga teman-teman stambuk 2012 lainnya yang selalu menyemangati dan menemani penulis selama menuntut ilmu.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan langsung maupun tidak langsung.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2015

(71)

vi

2.1.3. Morfologi dan identifikasi ... 5

2.1.4. Faktor predisposisi ... 9

2.1.5. Patogenesis ... 9

2.1.6. Gejala klinis ... 10

2.1.7. Penegakan diagnosis ... 11

(72)

vii

2.1.9. Diagnosis Banding ... 13

2.1.9.1. Vaginosis bakterial ... 13

2.1.9.2. Trikomoniasis ... 15

2.2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ... 16

2.2.1. Jenis AKDR ... 16

2.2.2. Efek samping penggunaan AKDR ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 21

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 25

4.5. Bahan dan Cara Kerja ... 25

4.5.1. Pengambilan bahan ……….... 25

(73)

viii

4.5.3. Pembacaan dan interpretasi hasil ... 27

4.6. Pengumpulan Data ... 27

4.7. Analisis Data ... 27

4.8. Ethical Clearance dan Informed Consent ... 27

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ………... 28

5.1.2. Deskripsi karakteristik subjek penelitian ... 28

5.1.3. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan umur ……….. 28

5.1.4. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan tingkat pendidikan 29 5.1.5. Distribusi pengguna AKDR berdasarkan pekerjaan ... 30

5.1.6. Distribusi berdasarkan lamanya memakai AKDR ... 30

5.1.7. Distribusi berdasarkan jenis AKDR ………... 31

5.1.8. Distribusi memakai pembersih vagina pada wanita akseptor AKDR ... 31

5.1.9. Distribusi pewarnaan gram sekret vagina ... 32

5.1.10. Distribusi spesies jamur ... 32

5.1.11. Distribusi spesies jamur berdasarkan lama memakai AKDR ... 33

5.1.12. Distribusi spesies jamur berdasarkan memakai pembersih vagina ... 33

(74)

ix

DAFTAR SINGKATAN

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Candida sp. : Candida spesies

CuT : Copper T

HE : Hematoksilin Eosin IUD : Intra Uterine Device

KB : Keluarga Berencana

KOH : Kalium Hidroksida

SDA : Sabouraud Dextrose Agar USG : Ultrasonography

(75)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Nama, Rincian Masa Penggunaan dan Bentuk Tujuh AKDR .... 17 5.1. Distribusi Pengguna AKDR Berdasarkan Umur ... 28 5.2. Distribusi Pengguna AKDR Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 29 5.3. Distribusi Pengguna AKDR Berdasarkan Pekerjaan ... 30 5.4. Distribusi Berdasarkan Lamanya Memakai AKDR ... 30 5.5. Distribusi Berdasarkan Jenis AKDR ... 31 5.6. Distribusi Memakai Pembersih Vagina pada Wanita Akseptor

AKDR ... 31 5.7. Pemeriksaan Pewarnaan Gram Sekret Vagina ... 32 5.8. Pemeriksaan Spesies Jamur ... 32 5.9. Distribusi Spesies Jamur Berdasarkan Lama Memakai AKDR 33 5.10. Distribusi Spesies Jamur Berdasarkan Memakai Pembersih

Vagina ... 33 5.11. Distribusi Hasil Kultur Berdasarkan Memakai Pembersih

Gambar

Gambar Saat Pengumpulan Sampel di Puskesmas Padang Bulan & Puskesmas
Gambar Saat Melakukan Pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi FK USU
Gambar Makroskopis Saat Pewarnaan Gram
Gambar Mikroskopis Identifikasi Candida Saat Pemeriksaan Slide Culture
+7

Referensi

Dokumen terkait

LAR memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA, jika LAR terjadi peningkatan maka jumlah kredit yang akan diberikan juga mendapatkan presentase lebih besar jika

Masukan jumlah antara 1  5 tepung praktis yang ingin dibuat dengan menekan tombol Up untuk menambahkan jumlah dan tombol Down untuk mengurangkan jumlah.. Masukan jenis

Pretes dilakukan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum diberi perlakuan, mencakup kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Postes bertujuan melihat

Pengenceran selanjutnya (10 -3 ), dilakukan dengan mengambil 1 ml sampel dari pengenceran 10 -2 dimasukkan kedalam 9 ml larutan bufferfield’s phosphate buffered. Pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1 bagaimana pengaruh penggunaan pendekatan SAVI dengan pemanfaatan strategi TANDUR terhadap keterampilan siswa menentukan diksi, 2

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor : 10/PP/JK.2/DBM/2014 tanggal 6 Juni 2014, dengan ini Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung

Meskipun pemerintah tidak mengharuskan perusahaan menyusun laporan keuangan yang berbeda dalam menyusun laba kena pajak, akan tetapi perusahaan harus melakukan rekonsiliasi

S : Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan baik dan tidak ada kelainan serta menyusi sangat kuat.. Bayi sudah dibungkus dan sudah dikenakkan topi sarung tangan dan kaki. 3)