STRUKTUR KOMUNITAS BIVALVIA DI PERAIRAN
PANTAI CERMIN, KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
NANDA MUTIA HARDIANTI 090302038
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
STRUKTUR KOMUNITAS BIVALVIA DI PERAIRAN
PANTAI CERMIN, KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
NANDA MUTIA HARDIANTI 090302038
Skripsi sebagai satu diantara seberapa syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
Nama : Nanda Mutia Hardianti
NIM : 090302038
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Desrita, S.Pi, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, Januari 2014
ABSTRAK
NANDA MUTIA HARDIANTI. Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh YUNASFI dan DESRITA.
Perairan Pantai Cermin memiliki nilai sumber daya alam yang tinggi, berupa kekayaan biota salah satunya bivalvia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas bivalvia dan kondisi kualitas perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2013 dengan menggunakan metode transek pada 3 stasiun dengan 4 kali interval waktu pengambilan sampel. Parameter fisika dan kimia yang diamati berupa suhu, salinitas, pH, DO, TSS, dan tipe substrat dasar.
Bivalvia yang terdapat di perairan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas 15 spesies yaitu Spisula solida, Mactrellona alata,
Mactrellona exolata, Mactra ornata, Donax cuneatus, Donax faba, Paphies
subtriangulata, Batissa fortis, Hiatula diphos, Anadara floridana, Pinctada
margaritifera, Pinna carnea, Modiolus americanus, Musculus senhousia,
Anadara uropygimelana. Spesies yang memiliki nilai terbesar pada
masing-masing stasiun yaitu Donax cuneatus dengan nilai kelimpahan pada stasiun I sebanyak 150 ind/m2, kelimpahan pada stasiun II sebanyak 331 ind/m2 dan kelimpahan pada stasiun III sebanyak 247 ind/m2. Indeks keanekaragaman bivalvia berkisar antara 0,85 - 1,22, indeks keseragaman bivalvia berkisar antara 0,18 - 0,30, indeks dominansi bivalvia berkisar antara 0,35 - 0,57 dan indeks pencemaran berkisar antara 1,23 - 1,61 tergolong tercemar ringan.
ABSTRACT
NANDA MUTIA HARDIANTI. Community Structure of Bivalve in Cermin Beach, Serdang Bedagai Regency. Supervised by YUNASFI and DESRITA.
The Cermin Beach has a higher natural value such as biodiversity, one of them is bivalve. The objective this research is to study the community structure of bivalve and waters condition in Pantai Cermin of Serdang Bedagai Regency. This research was conducted since June - August 2013 using transec method at 3 station and 4 time interval of sampling. The observed physical and chemical parameter are temperature, salinity, pH, DO, TSS, and type of basic substrate.
Bivalve are found in Cermin Beach of Serdang Bedagai Regency consists 15 species, i.e. Spisula solida, Mactrellona alata, Mactrellona exolata, Mactra ornata, Donax cuneatus, Donax faba, Paphies subtriangulata, Batissa fortis, Hiatula diphos, Anadara floridana, Pinctada margaritifera, Pinna carnea, Modiolus americanus, Musculus senhousia, Anadara uropygimelana. The species with most value on each station is Donax cuneatus with the abudance in station I
that is 150 ind/m2, the abudance in station II that is 331 ind/m2 and abudance in
station III is 247 ind/m2. The species diversity index of bivalve range from 0,85 –
1,22, uniformity index of bivalve range from 0,18 – 0,30, domination index of bivalve range from 0,35 – 0,57 and pollution index range from 1,23 – 1,61 is lightly polluted.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Aek Kanopan pada tanggal 02 Juli 1991.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini merupakan putri dari pasangan Kompol Sutikno dan Nurwati. Pada tahun 2009 lulus SMA Negeri 5 Medan dan pada tahun yang
sama penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
Program Studi Baru (SPMPSB) dan sejak itu terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Sibolga selama Periode Juli sampai dengan Agustus 2012. Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Struktur Komunitas Bivalvia di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat
rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten
Serdang Bedagai”. Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Kompol Sutikno dan Ibunda Nurwati, yang penuh pengorbanan dalam membesarkan, curahan kasih sayang,
serta do’a yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta Abangda Bambang Sulistiohadi dan Thomi
Ilhamsyah terima kasih atas do’a, dukungan moril maupun materil, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah sudi membantu, sejak persiapan, pelaksanaan hingga pembuatan skripsi selesai, yaitu kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua komisi
pembimbing dan Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan petunjuk, nasehat, dukungan dan bimbingan kepada penulis, Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku anggota pembimbing yang disela-sela
kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti selaku dekan Fakultas Pertanian, seluruh dosen dan staf
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Kepala Bappeda yang telah memberi izin penelitian di Kabupaten Serdang Bedagai, seluruh teman-teman Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2009 yang selalu memberikan dukungan dan
bantuannya dan teman-teman seperjuangan yang setia baik suka maupun duka Rina Sari Lubis, S.Pi, Aznia Marlina Sima, Popy Aprilia, Fitri Ismy, Nina Safriyanti, Rika Wirani, Dewi Roma Widya, Yudha Perdana Putra Lubis, Fathul
Khoiri, Ghanang Dhika Aria, Arief Baizuri Majid, dan Dedi Pradana.
Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
DAFTAR ISI
Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Pesisir Pantai ... 6
Pencemar Pesisir ... 8
Karakteristik Bivalvia ... 10
Habitat dan Penyebaran Bivalvia ... 11
Keanekaragaman Bivalvia ... 15
Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Keberadaan Bivalvia ... 17
a. Suhu ... 17
Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 24
a. Suhu ... 24
b. Salinitas ... 25
c. Derajat Keasaman (pH) ... 25
d. Oksigen Terlarut (DO) ... 25
e. Total Padatan Tersuspensi (TSS) ... 25
f. Tipe Substrat Dasar ... 25
Analisis Data ... 26
a. Kelimpahan ... 26
b. Indeks Keanekaragaman Jenis ... 26
c. Indeks Keseragaman ... 27
d. Indeks Dominansi ... 28
e. Indeks Pencemaran ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Parameter Fisika dan Kimia Perairan... 30
Indeks Pencemaran ... 31
Jenis Bivalvia ... 31
Kelimpahan ... 42
Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Keseragaman, Indeks Dominansi ... 46
Pembahasan Parameter Fisika dan Kimia Perairan... 49
Indeks Pencemaran ... 53
Kelimpahan ... 54
Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi ... 55
Rekomendasi Berkelanjutan ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 60
Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Data Keanekaragaman Bivalvia ... 16
2. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Lampiran III ... 29
3. Nilai Kisaran Parameter Fisika-Kimia Perairan pada Masing- masing Stasiun di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang
Bedagai ... 30
4. Jenis Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang
Bedagai ... 37
5. Jenis dan Nilai Kelimpahan Bivalvia (ind/m2) di Perairan Pantai
Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai ... 43
6. Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Keseragaman, Indeks
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4
2. Struktur Luar Bivalvia dan Struktur Dalam Bivalvia ... 11
3. Lokasi Stasiun I ... 20
4. Lokasi Stasiun II ... 21
5. Lokasi Stasiun III ... 21
6. Peta Lokasi Penelitian ... 22
7. Transek dan Plot Pada Penelitian ... 23
8. Indeks Pencemaran ... 31
9. Bivalvia Stasiun I ... 32
10. Bivalvia Stasiun II ... 34
11. Bivalvia Stasiun III ... 36
12. Kelimpahan Populasi Stasiun I ... 44
13. Kelimpahan Populasi Stasiun II ... 45
14. Kelimpahan Populasi Stasiun III ... 46
15. Indeks Keanekaragaman (H’) ... 47
16. Indeks Keseragaman (E) ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Metode Kerja Pengukuran TSS ... 68
2. Indeks Pencemaran ... 69
3. Bivalvia dan Klasifikasinya ... 72
4. Lokasi Penelitian ... 76
5. Pengukuran Fisika dan Kimia Perairan di Lokasi Penelitian ... 77
ABSTRAK
NANDA MUTIA HARDIANTI. Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh YUNASFI dan DESRITA.
Perairan Pantai Cermin memiliki nilai sumber daya alam yang tinggi, berupa kekayaan biota salah satunya bivalvia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas bivalvia dan kondisi kualitas perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2013 dengan menggunakan metode transek pada 3 stasiun dengan 4 kali interval waktu pengambilan sampel. Parameter fisika dan kimia yang diamati berupa suhu, salinitas, pH, DO, TSS, dan tipe substrat dasar.
Bivalvia yang terdapat di perairan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas 15 spesies yaitu Spisula solida, Mactrellona alata,
Mactrellona exolata, Mactra ornata, Donax cuneatus, Donax faba, Paphies
subtriangulata, Batissa fortis, Hiatula diphos, Anadara floridana, Pinctada
margaritifera, Pinna carnea, Modiolus americanus, Musculus senhousia,
Anadara uropygimelana. Spesies yang memiliki nilai terbesar pada
masing-masing stasiun yaitu Donax cuneatus dengan nilai kelimpahan pada stasiun I sebanyak 150 ind/m2, kelimpahan pada stasiun II sebanyak 331 ind/m2 dan kelimpahan pada stasiun III sebanyak 247 ind/m2. Indeks keanekaragaman bivalvia berkisar antara 0,85 - 1,22, indeks keseragaman bivalvia berkisar antara 0,18 - 0,30, indeks dominansi bivalvia berkisar antara 0,35 - 0,57 dan indeks pencemaran berkisar antara 1,23 - 1,61 tergolong tercemar ringan.
ABSTRACT
NANDA MUTIA HARDIANTI. Community Structure of Bivalve in Cermin Beach, Serdang Bedagai Regency. Supervised by YUNASFI and DESRITA.
The Cermin Beach has a higher natural value such as biodiversity, one of them is bivalve. The objective this research is to study the community structure of bivalve and waters condition in Pantai Cermin of Serdang Bedagai Regency. This research was conducted since June - August 2013 using transec method at 3 station and 4 time interval of sampling. The observed physical and chemical parameter are temperature, salinity, pH, DO, TSS, and type of basic substrate.
Bivalve are found in Cermin Beach of Serdang Bedagai Regency consists 15 species, i.e. Spisula solida, Mactrellona alata, Mactrellona exolata, Mactra ornata, Donax cuneatus, Donax faba, Paphies subtriangulata, Batissa fortis, Hiatula diphos, Anadara floridana, Pinctada margaritifera, Pinna carnea, Modiolus americanus, Musculus senhousia, Anadara uropygimelana. The species with most value on each station is Donax cuneatus with the abudance in station I
that is 150 ind/m2, the abudance in station II that is 331 ind/m2 and abudance in
station III is 247 ind/m2. The species diversity index of bivalve range from 0,85 –
1,22, uniformity index of bivalve range from 0,18 – 0,30, domination index of bivalve range from 0,35 – 0,57 and pollution index range from 1,23 – 1,61 is lightly polluted.
STRUKTUR KOMUNITAS BIVALVIA DI PERAIRAN
PANTAI CERMIN, KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
NANDA MUTIA HARDIANTI 090302038
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
STRUKTUR KOMUNITAS BIVALVIA DI PERAIRAN
PANTAI CERMIN, KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
NANDA MUTIA HARDIANTI 090302038
Skripsi sebagai satu diantara seberapa syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
Nama : Nanda Mutia Hardianti
NIM : 090302038
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Desrita, S.Pi, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, Januari 2014
ABSTRAK
NANDA MUTIA HARDIANTI. Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh YUNASFI dan DESRITA.
Perairan Pantai Cermin memiliki nilai sumber daya alam yang tinggi, berupa kekayaan biota salah satunya bivalvia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas bivalvia dan kondisi kualitas perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2013 dengan menggunakan metode transek pada 3 stasiun dengan 4 kali interval waktu pengambilan sampel. Parameter fisika dan kimia yang diamati berupa suhu, salinitas, pH, DO, TSS, dan tipe substrat dasar.
Bivalvia yang terdapat di perairan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas 15 spesies yaitu Spisula solida, Mactrellona alata,
Mactrellona exolata, Mactra ornata, Donax cuneatus, Donax faba, Paphies
subtriangulata, Batissa fortis, Hiatula diphos, Anadara floridana, Pinctada
margaritifera, Pinna carnea, Modiolus americanus, Musculus senhousia,
Anadara uropygimelana. Spesies yang memiliki nilai terbesar pada
masing-masing stasiun yaitu Donax cuneatus dengan nilai kelimpahan pada stasiun I sebanyak 150 ind/m2, kelimpahan pada stasiun II sebanyak 331 ind/m2 dan kelimpahan pada stasiun III sebanyak 247 ind/m2. Indeks keanekaragaman bivalvia berkisar antara 0,85 - 1,22, indeks keseragaman bivalvia berkisar antara 0,18 - 0,30, indeks dominansi bivalvia berkisar antara 0,35 - 0,57 dan indeks pencemaran berkisar antara 1,23 - 1,61 tergolong tercemar ringan.
ABSTRACT
NANDA MUTIA HARDIANTI. Community Structure of Bivalve in Cermin Beach, Serdang Bedagai Regency. Supervised by YUNASFI and DESRITA.
The Cermin Beach has a higher natural value such as biodiversity, one of them is bivalve. The objective this research is to study the community structure of bivalve and waters condition in Pantai Cermin of Serdang Bedagai Regency. This research was conducted since June - August 2013 using transec method at 3 station and 4 time interval of sampling. The observed physical and chemical parameter are temperature, salinity, pH, DO, TSS, and type of basic substrate.
Bivalve are found in Cermin Beach of Serdang Bedagai Regency consists 15 species, i.e. Spisula solida, Mactrellona alata, Mactrellona exolata, Mactra ornata, Donax cuneatus, Donax faba, Paphies subtriangulata, Batissa fortis, Hiatula diphos, Anadara floridana, Pinctada margaritifera, Pinna carnea, Modiolus americanus, Musculus senhousia, Anadara uropygimelana. The species with most value on each station is Donax cuneatus with the abudance in station I
that is 150 ind/m2, the abudance in station II that is 331 ind/m2 and abudance in
station III is 247 ind/m2. The species diversity index of bivalve range from 0,85 –
1,22, uniformity index of bivalve range from 0,18 – 0,30, domination index of bivalve range from 0,35 – 0,57 and pollution index range from 1,23 – 1,61 is lightly polluted.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Aek Kanopan pada tanggal 02 Juli 1991.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini merupakan putri dari pasangan Kompol Sutikno dan Nurwati. Pada tahun 2009 lulus SMA Negeri 5 Medan dan pada tahun yang
sama penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
Program Studi Baru (SPMPSB) dan sejak itu terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Sibolga selama Periode Juli sampai dengan Agustus 2012. Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Struktur Komunitas Bivalvia di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat
rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Struktur Komunitas Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten
Serdang Bedagai”. Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Kompol Sutikno dan Ibunda Nurwati, yang penuh pengorbanan dalam membesarkan, curahan kasih sayang,
serta do’a yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta Abangda Bambang Sulistiohadi dan Thomi
Ilhamsyah terima kasih atas do’a, dukungan moril maupun materil, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah sudi membantu, sejak persiapan, pelaksanaan hingga pembuatan skripsi selesai, yaitu kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua komisi
pembimbing dan Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan petunjuk, nasehat, dukungan dan bimbingan kepada penulis, Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku anggota pembimbing yang disela-sela
kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti selaku dekan Fakultas Pertanian, seluruh dosen dan staf
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Kepala Bappeda yang telah memberi izin penelitian di Kabupaten Serdang Bedagai, seluruh teman-teman Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2009 yang selalu memberikan dukungan dan
bantuannya dan teman-teman seperjuangan yang setia baik suka maupun duka Rina Sari Lubis, S.Pi, Aznia Marlina Sima, Popy Aprilia, Fitri Ismy, Nina Safriyanti, Rika Wirani, Dewi Roma Widya, Yudha Perdana Putra Lubis, Fathul
Khoiri, Ghanang Dhika Aria, Arief Baizuri Majid, dan Dedi Pradana.
Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
DAFTAR ISI
Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4 Tujuan Penelitian ... 5 Manfaat Penelitian ... 5TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 24 a. Suhu ... 24 b. Salinitas ... 25 c. Derajat Keasaman (pH) ... 25 d. Oksigen Terlarut (DO) ... 25 e. Total Padatan Tersuspensi (TSS) ... 25 f. Tipe Substrat Dasar ... 25 Analisis Data ... 26 a. Kelimpahan ... 26 b. Indeks Keanekaragaman Jenis ... 26 c. Indeks Keseragaman ... 27 d. Indeks Dominansi ... 28 e. Indeks Pencemaran ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter Fisika dan Kimia Perairan... 30 Indeks Pencemaran ... 31 Jenis Bivalvia ... 31 Kelimpahan ... 42 Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Keseragaman, Indeks
Dominansi ... 46 Pembahasan
Parameter Fisika dan Kimia Perairan... 49 Indeks Pencemaran ... 53 Kelimpahan ... 54 Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Keseragaman dan
Indeks Dominansi ... 55 Rekomendasi Berkelanjutan ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 60 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Data Keanekaragaman Bivalvia ... 16
2. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Lampiran III ... 29
3. Nilai Kisaran Parameter Fisika-Kimia Perairan pada Masing- masing Stasiun di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang
Bedagai ... 30
4. Jenis Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang
Bedagai ... 37
5. Jenis dan Nilai Kelimpahan Bivalvia (ind/m2) di Perairan Pantai
Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai ... 43
6. Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Keseragaman, Indeks
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4
2. Struktur Luar Bivalvia dan Struktur Dalam Bivalvia ... 11 3. Lokasi Stasiun I ... 20
4. Lokasi Stasiun II ... 21 5. Lokasi Stasiun III ... 21 6. Peta Lokasi Penelitian ... 22
7. Transek dan Plot Pada Penelitian ... 23 8. Indeks Pencemaran ... 31
9. Bivalvia Stasiun I ... 32 10. Bivalvia Stasiun II ... 34 11. Bivalvia Stasiun III ... 36
12. Kelimpahan Populasi Stasiun I ... 44 13. Kelimpahan Populasi Stasiun II ... 45
14. Kelimpahan Populasi Stasiun III ... 46 15. Indeks Keanekaragaman (H’) ... 47 16. Indeks Keseragaman (E) ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Metode Kerja Pengukuran TSS ... 68
2. Indeks Pencemaran ... 69 3. Bivalvia dan Klasifikasinya ... 72
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Pesisir Pantai
Perairan pantai sangat penting sebagai habitat berbagai jenis organisme. Perairan pantai merupakan daerah peralihan antara perairan tawar dan laut, terutama di daerah-daerah dekat muara sungai. Sebagai daerah peralihan, perairan
pantai mempunyai kekayaan organisme yang relatif tinggi, sehingga sangat potensial untuk dijaga agar kondisinya tetap dalam keadaan baik. Kondisi perairan
pantai yang baik, tidak hanya akan menguntungkan secara ekologis, tetapi juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat, baik secara langsung bagi masyarakat nelayan maupun secara tidak langsung bagi masyarakat lainnya
(Tobing, 2009).
Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami atau
pun buatan (man-made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah: terumbu karang (coral reefs), hutan mangrove (mangrove forest),
padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan
industri, kawasan agroindustri dari kawasan pemukiman (Dahuri, 2008).
Menurut Fachrul (2007) kawasan pesisir adalah unik, karena dipengaruhi
1. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang mempunyai daya dukung yang sangat tinggi, sehingga wilayah ini menjadi tempat konsentrasinya berbagai kegiatan manusia. Bukanlah secara kebetulan apabila banyak kota besar
terletak di pesisir.
2. Akibat aktivitas manusia yang tinggi di wilayah ini dan akibat posisi geografisnya, maka wilayah pesisir rentan terhadap kerusakan lingkungan.
3. Kerusakan wilayah pesisir akan berpengaruh besar bagi wilayah lainnya. 4. Dalam rangka globalisasi dan zaman informasi seperti saat ini wilayah pesisir
menjadi semakin penting sebagai pintu gerbang informasi, lalu lintas barang, dan transportasi masal yang relatif murah
Menurut Nybakken (1998) di lihat dari struktur tanah dan bahan
penyusunnya, pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu: a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Populasi yang padat, keragaman topografi, dan
banyaknya spesies di pantai berbatu ini telah mempesonakan para ahli biologi laut dan ahli ekologi.
b. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan
makroskopik. Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan yang beraksi di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme
c. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”. Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang
benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka. Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang butirannya
halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat, sebagian di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti bahwa tersedia cukup
banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di daratan lumpur juga
mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernapasan.
Pencemaran Pesisir
Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tersebut tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Secara lebih spesifik, Kantor Menteri
Kependudukan dan Lingkungan Hidup mendefinisikan bahwa pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun tidak langsung oleh
sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan pengggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan kualitas tempat tinggal dan
rekreasi (Mukhtasor, 2007).
Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi 7 kelas: industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan
(urban stormwater), pertambangan, pelayaran (shipping), pertanian dan perikanan
budidaya. Bahan pencemar yang terkadang dalam buangan limbah dari ketujuh
sumber tersebut berupa: sedimen, unsur hara (nutrients), logam beracun (toxic
metals), pestisida, organisme eksotok, organisme pathogen, sampah (litter), dan
oxygen depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang
terlarut dalam air laut berkurang) (Dahuri, 2008).
Dari sisi lokasi sumbernya, pencemaran pesisir dan laut dapat bersumber
dari: (1) laut itu sendiri (marine based pollution), atau dapat pula bersumber dari (2) daratan (land based pollution). Pembuangan limbah cair dari anjungan pengeboran minyak lepas pantai adalah contoh jenis sumber dari laut, sedangkan
aliran limbah cair dan sampah dari sungai-sungai perkotaan pantai adalah contoh jenis sumber dari darat (Mukhtasor, 2007).
Pencemaran limbah rumah tangga dapat mempengaruhi keamanan dalam mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan. Masalah ini terjadi akibat terkontaminasinya limbah rumah tangga yang bersifat patogen dan berbahaya
(contohnya tipoid, logam beracun, dan pestisida) dengan biota perairan seperti ikan dan kerang. Dampak pencemaran tidak hanya membahayakan kehidupan
atau bahkan menyebabkan kematian, mengurangi atau merusak nilai estetika lingkungan pesisir dan lautan dan merugikan secara sosial-ekonomi (Dahuri, 2008).
Karakteristik Bivalvia
Kelas bivalvia merupakan moluska yang bercangkang setangkup yang
pada umumnya simetri bilateral dengan memfungsikan otot aduktor dan reduktornya.Pada bagian dorsal terdapat gigi engsel dan ligament, mulut
dilengkapi dengan labial-palp, tanpa rahang dan radula. Anggota kelas ini mempunyai cara hidup yang beragam, ada yang berenang dengan aktif. Habitatnya adalah perairan laut, payau, danau, sungai, kolam, serta rawa
(Astuti, 2009).
Menurut Weisz (1973) diacu oleh Sitorus (2008) ciri- ciri umum bivalvia
yaitu sebagai berikut: 1. Hewan lunak
2. Sedentari (menetap pada sediment)
3. Pipih di bagian yang lateral
4. Mempunyai tonjolan di bagian dorsal
5. Tidak memiliki tentakel
6. Kaki otot berbentuk seperti lidah
7. Mulut dengan palps (lembaran berbentuk seperti bibir)
8. Tidak memilki radula (gigi)
9. Insang dilengkapi dengan silis untuk filter feeding (makan dengan menyaring
10.Kelamin terpisah atau ada yang hermaprodit 11.Perkembangan lewat trocophora
12.Veliger pada perairan laut dan tawar
13.Glochidia pada bivalvia perairan tawar
Bentuk struktur luar dan struktur dalam bivalvia dapat dilihat pada Gambar 2.
A. Struktur Luar Bivalvia B. Struktur Dalam Bivalvia
Gambar 2. A. Struktur Luar Bivalvia dan B. Struktur Dalam Bivalvia (Mollusca-din.tripod.com, 2010).
Habitat dan Penyebaran Bivalvia
Bivalvia terdiri atas berbagai jenis kerang, remis dan kijang. Kebanyakan hidup di laut terutama di daerah litoral, beberapa di daerah pasang surut dan air
tawar. Beberapa jenis di laut hidup pada kedalaman sampai 5.000 m. Umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir, beberapa hidup pada substrat yang lebih keras seperti lempung, kayu, dan batu (Suwignyo, 2005).
Bivalvia mempunyai tiga cara hidup yakni: membuat lubang pada substrat contoh cacing kapal atau ship worm (Teredo navalis), melekat langsung pada
dengan bahan seperti benang contohnya kerang hijau (Perna viridis) (Romimohtarto dan Juwana, 2009).
Menurut Sumich (1992) diacu oleh Sitorus (2008) berdasarkan habitatnya
bivalvia dapat dikelompokkan ke dalam:
a. Jenis bivalvia yang hidup di perairan mangrove
Habitat mangrove ditandai oleh besarnya kandungan bahan organik,
perubahan salinitas yang besar, kadar oksigen yang minimal dan kandungan H2S
yang tinggi sebagai hasil penguraian sisa bahan organik dalam lingkungan yang
miskin oksigen. Jenis bivalvia yang hidup di daerah ini yaitu Oatrea spesies dan
Gelonia cocxans.
b. Jenis bivalvia yang hidup di perairan dangkal
Jenis-jenis yang dijumpai di perairan dangkal dikelompokkan berdasarkan
lingkungan tempat di mana bivalvia hidup, yaitu yang hidup di garis pasang tinggi, yang hidup di daerah pasang surut, dan yang hidup di bawah garis surut terendah sampai kedalaman 2 meter. Jenis yang hidup di daerah ini adalah
Vulsella sp., Osterea sp., Maldgenas sp., Mactra sp., dan Mitra sp.
c. Jenis bivalvia yang hidup dilepas pantai
Habitat lepas pantai adalah wilayah perairan sekitar pulau yang kedalamannya 20 sampai 40 m. Jenis bivalvia yang ditemukan di daerah ini
seperti:Plica sp., Chalamis sp., Amussium sp., Pleurenoctus sp., Malleus albus,
Berikut beberapa jenis bivalvia yang hidup di laut, yaitu: 1. Kerang Hijau (Mytilus viridis)
Kerang hijau tersebar luas di daerah pasang-surut sampai kedalaman
beberapa meter di bawah permukaan air laut (Oemarjati dan Wardhana, 1990). Kerang dari marga Mytilusmempunyai kebiasaan khusus yang berbeda dari kerang jenis lainnya. Kerang ini senang melekatkan dirinya secara tetap pada
benda-benda keras yang ada disekelilingnya dan tidak mati walaupun tidak terendam selama air laut sedang surut (Amalia, 2007). Klasifikasi kerang hijau
adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia Ordo : Filibranchia
Family : Mytilidae Genus : Mytilus
Spesies : Mytilus viridis
2. Kerang Darah (Anadara granosa)
Kerang darah (Anadara granosa) hidup dengan cara membenamkan diri di pantai-pantai yang berpasir (Oemarjati dan Wardhana, 1990). Klasifikasi kerang darah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca
Ordo : Arcioda Family : Arciodae Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
3. Kapak-kapak (Pinna muricata)
Kapak-kapak (Pinna muricata) hidup di daerah pasang surut dengan dasar pasir berlumpur pada kedalaman 1,5 - 4 m, dengan cara membenamkan sebagian
tubuhnya (Oemarjati dan Wardhana, 1990). Klasifikasi kapak-kapak adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca Class : Bivalvia
Ordo : Mytiloida Family : Pinnidae Genus : Pinna
Spesies : Pinna muricata
4. Kerang Mutiara (Pinctada margaritifera)
Kerang Mutiara (Pinctada margaritifera) hidup menempel dengan benang bisus pada bebatuan atau pecahan karang, tersebar di daerah pasang-surut sampai
Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Bivalvia
Ordo : Pterioida Family : Pteriidae Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada margaritifera
5. Kerang Kipas (Amisum sp.)
Kerang kipas (Amisum sp.) hidup di daerah pantai pada tempat-tempat yang agak dalam (Oemarjati dan Wardhana, 1990). Klasifikasi kerang kipas
adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Ordo : Pteriomorpha
Family : Peetinidae Genus : Amisum
Spesies : Amisum sp.
Keanekaragaman Bivalvia
Tabel 1. Data Keanekaragaman Bivalvia
No Komunitas Bivalvia Sitorus (2008) Astuti (2009) Dibyowati (2009)
1. Kepadatan Populasi 1559,3347 ind/m2 - -
2. Kepadatan Relatif 200% - -
3. Frekuensi Kehadiran 799,999% - -
4. Indeks Keanekaragaman 0,50-1,67 4,01 1,130-2,216
5. Indeks Keseragaman 0,38-0,72 1,1 0,072-0,717
6. Dominansi - 1,29 0,198-0,960
Sumber: Sitorus (2008), Astuti (2009), dan Dibyowati (2009)
Menurut penelitian Sitorus (2008) di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang jenisbivalvia yang diperoleh terdiri atas 5 spesies yaitu Anadara granosa,
Adrana patagonica, Hecuba scortum, Mactra janeiroensisi, Telina exerythra
dengan kepadatan populasi bivalvia secara keseluruhan dari ketiga stasiun
pengamatan sebesar 1559,3347 ind/m2, kepadatan relatif bivalvia sebesar 300%, frekuensi kehadiran bovalvia sebesar 799,999%, indeks keanekaragaman bivalvia
secara keseluruhan berkisar antara 0,50-1,67 sehingga dikatakan bahwa keanekaragaman bivalvia di Perairan Pantai Labu tergolong rendah dan indeks keseragaman bivalvia secara keseluruhan berkisar antara 0,39-0,72 sehingga
tergolong rendah-sedang. Spesies yang memiliki nilai tertinggi pada masing-masing stasiun adalah Anadara granosa.
Menurut penelitian Astuti (2009) di Pesisir Pantai Pulau Panjang dan
Pulau Tarahan Banten jenis bivalvia yang diperoleh sebanyak 11 spesies serta 2 individu yang tidak berhasil ditemukan, spesies yang ditemukan terdiri atas
Brachiodontes bilocularis, Perna viridis, Semele viridis, Tellina rugosa,
Gafrarium divaricatum, Tapes bruguieri, Tapes sp., sp.1, sp.2 dengan indeks
keanekaragaman berkisar 4,01, indeks keseragaman berkisar 1,1 dan dominansi
berkisar 1,29. Spesies yang memiliki nilai tertinggi adalah Perna viridis.
Menurut penelitian Dibyowati (2009) di sepanjang Pantai Carita, Pandeglang Banten jenis bivalvia yang diperoleh 34 spesies yaitu 3 famili bivalvia
terdiri atas 3 spesies dan 13 famili gastropoda terdiri atas 31 spesies dengan indeks keanekaragaman berkisar antara 0,130-2,216, indeks keseragaman berkisar
antara 0,072-0,717 dan dominansi berkisar antara 0,198-0,960. Spesies yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada jenis Donax cuneatus.
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Keberadaan Bivalvia
Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan berbagai
sudut pandang. Pendugaan kondisi perairan dapat dilakukan berdasarkan sifat fisika kimia air maupun berdasarkan data biotik penghuni perairan tersebut. Sifat-sifat ini akan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain secara
kompleks, sehingga kondisi fisik dan kimiawi akan mempengaruhi kondisi biotik demikian juga sebaliknya, bahwa kondisi biotik juga dapat mempengaruhi kondisi
fisik dan kimiawi suatu perairan (Tobing, 2009). Berikut faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan bivalvia, yaitu:
a. Suhu
Kisaran suhu lingkungan perairan lebih sempit dibandingkan dengan lingkungan daratan, karena itulah maka kisaran toleransi organisme akuatik
Berubahnya suhu badan air besar pengaruhnya terhadap komunitas akuatik. Naiknya suhu perairan dari yang biasa, karena pembuangan sisa pabrik, misalnya dapat menyebabkan organisme akuatik terganggu, sehingga dapat mengakibatkan
komunitasnya berubah (Suin, 2002).
b. Salinitas
Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (‰). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0,5‰, perairan payau antara 0,5‰ - 30‰,
dan perairan laut 30‰ - 40‰. Pada perairan hipersaline, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40‰ - 80‰. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai (Effendi, 2003).
c. Derajat Keasaman (pH)
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan air. Selain itu ikan dan makhluk-makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH antar 7 – 8,5. Besar pH berkisar
dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalin). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai di atas 7 menunjukkan lingkungan
yang basa (alkalin), dan pH = 7 disebut sebagai netral (Sitorus, 2008).
d. Oksigen Terlarut (DO)
untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang ada dalam air (Suin, 2002).
e. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid atau TSS)
Total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan Millipore
dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang
terbawa ke badan air (Effendi, 2003).
f. Substrat Dasar
Susunan substrat dasar sangat penting bagi organisme yang hidup di zona dasar seperti bivalvia, baik di air dalam maupun pada air mengalir (Michael, 1994
diacu oleh Sitorus, 2008). Bivalvia umumnya terdapat di dasar perairan yang
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan identifikasi bivalvia dilakukan di Laboratorium Terpadu Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pengukuran sampel parameter kualitas air dilakukan di Pusat penelitian Sumberdaya Air dan
Lingkungan (Puslit SDAL). Lokasi penelitian (Gambar 6) terbagi menjadi 3 stasiun, sebagai berikut:
Deskripsi Area
Stasiun I : Perairan Pantai Cermin yang terletak pada posisi koordinat 3° 37’
42.0” N 99° 1’ 35.6” E. Daerah aliran pantai ini merupakan kawasan pariwisata. Lokasi Stasiun I dapat dilihat pada Gambar 3.
Stasiun II : Perairan Pantai Cermin yang terletak pada posisi koordinat 3° 37’ 42.5” N 99° 1’ 34.2” E. Daerah aliran pantai ini merupakan kawasan aliran pembuangan limbah tambak udang. Lokasi Stasiun
II dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Lokasi Stasiun II
Stasiun III : Perairan Pantai Cermin yang terletak pada posisi koordinat 3° 36’ 46. 4” N 99° 4’ 29.7” E. Daerah ini merupakan kawasan aliran muara.
Lokasi Stasiun III dapat dilihat pada Gambar 5.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipa paralon, termometer, refraktometer, pH meter, DO meter, ember 5 liter, botol alkohol,
meteran, tali rafia, kayu pancang, sekop, saringan untuk penyortiran biota, plastik 5 kg, kertas label, kertas grafik, alat tulis, kamera, dan GPS. Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 70% dan sampel air laut.
Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan adalah metode transek. Pada masing-masing stasiun dibuat 1 transek atau 1 plot utama dengan ukuran 5 x 5 m yang diukur dari surut terendah ke arah laut. Plot utama tersebut dibagi menjadi 25 sub plot dengan
ukuran masing-masing 1 x 1 m, dari 25 sub plot tersebut dipilih 5 sub plot sebagai perwakilan. Sampel bivalvia yang berada dalam sub plot tersebut diambil. Bentuk
transek atau plot dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Transek dan Plot Pada Penelitian
Pengulangan dalam pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, jeda atau interval waktu pengambilan sampel selama 2 minggu. Untuk pengambilan
sampel yang berada di dalam substrat diambil dengan menggunakan pipa paralon 5 m
5 m 1 m
yang berdiameter 12 cm, dengan cara pipa paralon dimasukkan ke dasar perairan sampai kedalaman ± 30 cm kemudian diangkat dan disortir dengan menggunakan saringan atau ayakan untuk memisahkan substrat dengan sampel bivalvia.
Sementara sampel yang berada pada permukaan substrat diambil secara langsung. Sampel bivalvia yang didapat dibersihkan, kemudian dimasukkan dalam plastik yang berisi larutan alkohol 70% sebagai pengawet dan diberi label. Sampel
bivalvia yang didapat dibawa ke Laboratorium Terpadu Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
untuk dilakukan identifikasi. Identifikasi tersebut berdasarkan struktur luar, bentuk cangkang, warna, ruas cangkang dan ukuran bivalvia dengan menggunakan buku acuan Abbott and Peter (1982). Sementara substrat yang
diambil bersamaan dengan sampel di bawa ke Pusat Penelitian Sumberdaya Air dan Lingkungan (Puslit SDAL) untuk dilakukan analisis tipe substrat dasarnya.
Pengukuran Parameter Fisika dan kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dilakukan bersamaan
dengan pengambilan sampel bivalvia pada tiap lokasi pengamatan. Metode dan alat ukur yang digunakan untuk menganalisis faktor fisika dan kimia dalam
penelitian ini: a. Suhu
Suhu air diukur dengan termometer air raksa dengan cara memasukkan
b. Salinitas
Salinitas perairan diukur dengan menggunakan refraktometer yaitu dengan cara sampel air di ambil dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan 1 tetes ke
permukaan kaca refraktometer yang telah dibersihkan, ditutup dan dibaca skala petunjuk angka.
c. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) perairan diukur dengan menggunakan pH meter
yaitu dengan cara memasukkan elektroda pH meter ke dalam sampel air yang telah disediakan, dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut.
d. Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut (DO) dilakukan dengan menggunakan DO
meter yaitu dengan cara memasukkan DO meter ke dalam sampel air yang telah disediakan, dibaca angka yang tertera pada DO meter.
e. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid atau TSS)
Pengukuran TSS menggunakan Metode Gravimetri.Pengukuran TSS
dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Air dan Lingkungan (Puslit SDAL).
f. Tipe Substrat Dasar
untuk dianalisis. Analisis tekstur substrat menggunakan segitiga Millar dengan cara melihat persentase pasir, lumpur, dan liat.
Analisis Data
Data yang diperoleh, diolah dengan menghitung kelimpahan, indeks keanekaragaman jenis, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan indeks
pencemaran dengan persamaan sebagai berikut: a. Kelimpahan
Menurut Patang (2011) untuk mengetahui individu makrozoobenthos pada setiap stasiun penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:
N = O
A x Sx10.000
Keterangan:
N = Kelimpahan makrozoobentos (ind/m2) S = Ulangan pengambilan sampel
O = Banyaknya organisme makrozoobenthos A = Luas mulut pipa paralon (cm2)
10.000 adalah konversi dari cm2 ke m2
b. Indeks Keanekaragaman Jenis
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis digunakan indeks persamaan Shannon. Persamaan untuk fungsi shannon, yang menggunakan logaritma
H′= − �(Pi In Pi)
S i=1 Keterangan:
H’ = indeks diversitas Shannon Pi = ni/N
ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu
S = jumlah spesies
c. Indeks Keseragaman
Ketika semua spesies dalam kualitas melimpah, maka indeks kemerataan harus maksimal dan jika terjadi penurunan menuju nol pada
kelimpahan relatif maka spesies tersebut menyimpang jauh dari kemerataan. Rumus yang digunakan yaitu rumus indeks keseragaman menurut Ludwig and Reynolds (1988) sebagai berikut:
E =
H′
Hmax
Keterangan:
E = Indeks keseragaman spesies
H’ = Indeks keanekaragaman spesies
H maks = Indeks maksimal keanekaragaman atau ln S
d. Indeks Dominansi
Jika populasi terbatas dimana tidak mungkin untuk menghitung semua sampel, Simpson (1949) mengembangkan sebuah penduga yang tidak bias (D)
untuk pengambilan beberapa sampel dari populasi tak terbatas (Ludwig and Reynolds, 1988) dengan persamaan sebagai berikut:
D =�(Pᵢ)2 S i=1
Dimana Pi adalah hasil bagi dari jumlah individu per spesies dengan jumlah
total individu, persamaannya adalah sebagai berikut:
Pi=
e. Indeks Pencemaran
Analisis pencemaran bahan organik berpedoman pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Lampiran III Tentang Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran, yaitu dengan
rumus sebagai berikut:
PIj= �
(Ci/Lij)²M+ (Ci/Lij)²R
Keterangan:
PIj = Indeks Pencemaran
Ci = Konsentrasi Parameter kualitas air (i) dari suatu perairan yang dinilai
Lij = Konsentrasi parameter sesuai baku mutu air peruntukannya (j)
M = Nilai maksimum dari parameter kualitas air R = Nilai rata-rata dari parameter kualitas air
Metode ini dapat langsung menghubungkan tingkat pencemaran dengan dapat atau tidaknya perairan dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai
parameter-parameter tertentu. Evaluasi terhadap nilai PI adalah:
0 ≤ PIj30T≤ 1,0→ memenuhi baku mutu (kondisi baik) 1,0 < PIj30T ≤ 5,0 → tercemar ringan
5,0 < PIj30T≤ 10 → tercemar sedang PIj > 10 → tercemar berat
Baku mutu air laut untuk biota laut yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dengan Surat Keputusan No. 51 Tahun 2004 dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Lampiran III
No Parameter Satuan Baku Mutu
1. Suhu ºC 28-32
2. Total Padatan Tersuspensi (TSS) mg/liter 20
3. Salinitas ‰ 33-34
4. Ph - 7-8,5
5. Oksigen Terlarut (DO) mg/liter >5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Parameter fisika dan kimia yang diukur pada saat pengamatan meliputi pengukuran suhu, salinitas, pH air, oksigen terlarut (DO), total padatan
tersuspensi (TSS), dan tipe substrat dasar. Dari masing-masing stasiun yaitu stasiun I (kawasan pariwisata), stasiun II (kawasan aliran pembuangan limbah
tambak udang) dan stasiun III (kawasan aliran muara). Hasil penelitian parameter fisika dan kimia perairan diperoleh nilai kisaran yang bervariasi tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang jauh antara masing-masing stasiun. Hasil
pengukuran yang di dapat dilapangan maupun di laboratorium disesuaikan dengan baku mutu air laut untuk biota laut yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup dengan Surat Keputusan No. 51 tahun 2004. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Kisaran Parameter Fisika-Kimia Perairan pada Masing-masing Stasiun di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Indeks Pencemaran
Indeks pencemaran pada stasiun pengamatan berkisar antara 1,23 – 1,61. Indeks pencemaran pada stasiun I sebesar 1,28, pada stasiun II sebesar 1,61 dan
pada stasiun III sebesar 1,23 menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dengan Surat Keputusan No. 115 tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air kondisi kualitas perairan pada stasiun I, stasiun II dan stasiun III yaitu
tercemar ringan. Dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Indeks Pencemaran
Jenis Bivalvia
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun
penelitian yaitu stasiun I didapatkan 10 spesies bivalvia terdiri atas (a) Spisula
solida, (b) Mactrellona alata, (c) Mactrellona exolata, (d) Donax cuneatus, (e)
Donax faba, (f) Paphies subtriangulata, (g) Hiatula diphos, (h) Anadara
floridana, (i) Pinna carnea, (j) Anadara uropygimelana dapat dilihat pada
Gambar 9.
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
(a) Spisula solida (b) Mactrellona alata
(c) Mactrellona exolata (d) Spesies Donax cuneatus
(e) Donax faba (f) Paphies subtriangulata
(i) Pinna carnea (j) Anadara uropygimelana
Gambar 9. Bivalvia Stasiun I
Stasiun II didapatkan 10 spesies bivalvia terdiri atas (a) Spisula solida, (b)
Mactrellona exolata, (c) Mactra ornata, (d) Donax cuneatus, (e) Donax faba, (f)
Paphies subtriangulata, (g) Anadara floridana, (h) Pinctada margaritifera, (i)
Pinna carnea, (j) Modiolus americanus dapat dilihat pada Gambar 10.
(a) Spisula solida (b) Mactrellona exolata
(e) Donax faba (f) Paphies subtriangulata
(g) Anadara floridana (h) Pinctada margaritifera
(i) Pinna carnea (j) Modiolus americanus
Gambar 10. Bivalvia Stasiun II
Stasiun III didapatkan 9 spesies terdiri atas (a) Spisula solida, (b) Donax
cuneatus, (c) Donax faba, (d) Paphies subtriangulata, (e) Batissa fortis, (f)
Hiatula diphos, (g) Anadara floridana, (h) Pinctada margaritifera, (i) Musculus
(a) Spisula solida (b) Donax cuneatus
(c) Donax faba (d) Paphies subtriangulata
(e) Batissa fortis (f) Hiatula diphos
(i) Musculus senhousia
Gambar 11. Bivalvia Stasiun III
Secara keseluruhan bivalvia yang didapatkan terdiri dari 5 ordo, 10 famili dan 15 spesies dengan jumlah tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu sebanyak 106 individu, diiukuti stasiun II yaitu sebanyak 100 individu dan jumlah terendah
terdapat pada stasiun I yaitu sebanyak 57 individu. Untuk lebih jelasnya klasifikasi serta jumlah spesies bivalvia yang didapatkan pada ketiga stasiun
Tabel 4. Jenis Bivalvia di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
Ordo Famili Spesies Stasiun Pengamatan Total
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Veneroida Mactridae Spisula solida 2 6 10 18
Mactrellona alata 4 - - 4
Mactrellona exolata 1 2 - 3
Mactra ornata - 1 - 2
Donacidae Donax cuneatus 34 75 56 137
Donax faba 1 3 4 8
Mesodesmatidae Paphies subtriangulata 1 2 1 4
Corbiculidae Batissa fortis - - 1 1
Psammaobiidae Hiatula diphos 1 - 26 27
Arcoida Arcidae Anadara floridana 9 6 4 19
Pterioida Pteriinidae Pinctada margaritifera - 1 1 2
Pinnadae Pinna carnea 3 3 - 6
Mytiloida Mytikidae Modiolus americanus - 1 - 1
Musculus senhousia - - 3 3
Pteriomorpha Arcidae Anadara uropygimelana 1 - - 1
Jumlah keseluruhan individu dari ketiga stasiun yaitu 236 individu dengan jumlah keseluruhan bivalvia yang didapatkan pada stasiun I yaitu 57 individu, jumlah keselurahan bivalvia yang didapatkan pada stasiun II yaitu 100 individu
dan jumlah keseluruhan bivalvia yang didaptakan pada stasiun III yaitu 106 individu. Dari jumlah masing-masing spesies pada ketiga stasiun tersebut spesies
Donax cuneatus memiliki total jumlah individu terbanyak yaitu sebanyak 137
individu. Masing-masing jenis bivalvia yang didapatkan di lokasi penelitian memiliki ciri-ciri/tanda-tanda khusus secara morfologi bentuk cangkangnya
sebagai berikut:
1. Spesies Spisula solida
Spesies Spisula solida adalah kerang penggali kadang-kadang ditemukan
di air dangkal tetapi lebih biasanya dalam sublittoral. Spisula solida lebih suka membenamkan diri di pasir dengan terus bergerak menghindari lumpur dan
genangan air. Spisula solida bisa mencapai panjang hingga 5 cm. Spisula solida memiliki garis segitiga dengan sudut membulat. Garis halus dan alur konsentris dikelompokkan berdekatan di kedua sisi paruh. Permukaan kulit luar kecoklatan
atau putih kekuningan dan cangkang berwarna putih.
2. Spesies Mactrellona alata
Spesies Mactrellona alata memiliki cangkang tipis, segitiga, membumbung, mencolok. Warna cangkang putih kekuningan serta keunguan
pada bagian punggung cangkang yang membumbung. Kemiringan posterior biasanya rata dan memilki khas, seperti bubungan.Ukuran panjang cangkang
3. Spesies Mactrellona exolata
Spesies Mactrellona exolata memiliki cangkang yang berbentuk segitiga subtriangular. Cangkang berwarna putih kecoklatan. Umbo mencolok dengan
tulang rusuk yang jelas pada bagian luar cangkang. Bagian dalam cangkang putih mengkilat dan memilki tulang rusuk. Biasa hidup di perairan dangkal berpasir.
4. Spesies Mactra ornata
Spesies Mactra ornata memiliki cangkang berbentuk segitiga
membumbung, dengan warna permukaan cangkang yang khas yaitu bintik-bintik kuning kecoklatan. Ukuran panjang cangkang sampai 3 cm dan habitatnya biasa di perairan dangkal yang berpasir.
5. Spesies Donax cuneatus
Spesies Donax cuneatus memiliki cangkang berbentuk segitiga dan membumbung, dengan warna permukaan cangkang coklat keabu-abuan yang membentuk garis. Spesies ini biasanya hidup di perairan dangkal dan berpasir.
Ukuran panjang cangkang biasanya 2-3 cm.
6. Spesies Donax faba
Spesies Donax faba memiliki cangkang berbentuk segitiga dan membumbung, dengan warna permukaan cangkang coklat keabu-abuan dan
7. Spesies Paphies subtriangulata
Spesies Paphies subtriangulata memiliki cangkang berbentuk segitiga dan membumbung, dengan warna permukaan cangkang coklat putih mulus. Ukuran
panjang cangkang biasanya 2-3 cm. Spesies ini biasanya hidup di perairan dangkal dan berpasir.
8. Spesies Batissa fortis
Spesies Batissa fortis memiliki cangkang hampir bulat dengan permukaan
cangkang berwarna coklat tua kehitaman dengan sedikit bercak putih di sekitar umbo dan permukaan cangkang. Ukuran cangkang biasanya sampai 3 cm dan hidupnya membenamkan diri di pantai berpasir.
9. Spesies Hiatula diphos
Spesies Hiatula diphos memiliki bentuk cangkang lonjong atau bulat telur dengan permukaan cangkang yang berwarna coklat, pada saat spesies ini masih berukuran kecil warna cangkang terlihat lebih coklat muda. Ukuran cangkang
mencapai 2-4 cm dan hidupnya di pantai berpasir.
10.Spesies Anadara floridana
Spesies Anadara floridana mempunyai bentuk cangkang yang hampir bulat atau agak lonjong dengan ukuran 3-4 cm. Lapisan luar cangkang berwarna putih,
berselipkan suatu lapisan berwarna kecoklatan. Jalur-jalur radial yang terpusat ke arah umbo terlihat jelas. Hidup dengan cara membenamkan diri di pantai-pantai
11.Spesies Pinctada margaritifera
Spesies Pinctada margaritifera mempunyai bentuk cangkang bundar/pipih. Lebar cangkangnya dapat mencapai 13 cm dengan tepi yang sering
sekali bersisik. Warna permukaan cangkang luar kehijauan, bagian dalamnya berwarna putih metalik. Hidup menempel dengan benang bisus pada bebatuan atau pecahan karang tersebar di daerah pasang surut sampai kedalaman 10 m.
12.Spesies Pinna carnea
Spesies Pinna carnea memiliki cangkang berbentuk segitiga dengan bagian yang runcing tertanam di pasir, sehingga hanya sebagian kecil cangkang yang muncul di permukaan dasar. Pada Pinna carnea dewasa, panjang cangkang
dapat mencapai 50 cm, dengan warna cangkang coklat kehitaman. Cangkang tipis dan mudah patah. Kerang ini hidup membenamkan diri dan hidup di daerah
pasang surut dengan dasar pasir berlumpur pada kedalaman 1,5-4 m, dengan cara membenamkan sebagian tubuhnya.
13.Spesies Modiolus americanus
Spesies Modiolus americanus ini memiliki bentuk cangkang lonjong
14.Spesies Musculus senhousia
Spesies Musculus senhousia memiliki bentuk cangkang bulat telur dengan umbo meruncing. Panjang cangkang mencapai 4-10 cm dan warna permukaan
luar cangkang hijau metalik dengan bagian tepinya berwarna agak muda. Lapisan dalam cangkang berwarna putih keperak-perakan. Tersebar luas di daerah pasang surut sampai kedalaman beberapa meter di bawah permukaan laut.
15.Spesies Anadara uropygimelana
Spesies Anadara uropygimelana memiliki bentuk cangkang hampir bulat dengan ukuran 3-4 cm. Permukaan cangkang berwarna putih keruh berselaput lapisan berwarna kecoklatan dan berbulu. Jalur-jalur radial yang terpusat ke arah
umbo terlihat jelas. Hidup dengan cara membenamkan diri di pantai-pantai yang berpasir.
Kelimpahan
Berdasarkan hasil pengambilan sampel bivalvia yang telah dilakukan pada
ketiga stasiun pengamatan sebanyak 4 kali ulangan dengan interval waktu 2 minggu sekali di Pantai cermin Kabupaten Serdang Bedagai dan di dapatkan hasil
Tabel 5. Jenis dan Nilai Kelimpahan Bivalvia (ind/m²) di Perairan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
Spesies Kelimpahan
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Spisula solida 9 27 44
Jumlah keseluruhan kelimpahan populasi bivalvia pada stasiun I yaitu 250 ind/m² dengan jumlah kelimpahan pada masing-masing spesies yaitu spesies
Spisula solida sebanyak 9 ind/m², spesies Mactrellona alata sebanyak 18 ind/m²,
spesies Mactrellona exolata sebanyak 4 ind/m², spesies Donax cuneatus sebanyak
150 ind/m², spesies Donax faba sebanyak 4 ind/m², spesies Paphies
subtriangulata sebanyak 4 ind/m², spesies Hiatula diphos sebanyak 4 ind/m²,
spesies Anadara floridana sebanyak 40 ind/m², spesies Pinna carnea sebanyak 13
ind/m², spesies Anadara uropygimelana sebanyak 4 ind/m². Hasil studi terhadap kelimpahan populasi bivalvia (ind/m2) pada stasiun I di perairan Pantai Cermin
Gambar 12. Kelimpahan Stasiun I
Jumlah keselurahan kelimpahan populasi bivalvia pada stasiun II yaitu
441 ind/m² dengan jumlah kelimpahan pada masing-masing spesies yaitu untuk spesies Spisula solida sebanyak 27 ind/m², spesies Mactrellona exolata sebanyak 9 ind/m², spesies Mactra ornata sebanyak 4 ind/m², spesies Donax cuneatus
sebanyak 331 ind/m², spesies Donax faba sebanyak 13 ind/m², spesies Paphies
subtriangulata sebanyak 9 ind/m², spesies Anadara floridana sebanyak 27 ind/m²,
spesies Pinctada margaritifera sebanyak 4 ind/m², spesies Pinna carnea sebanyak 13 ind/m², spesies Modiolus americanus sebanyak 4 ind/m². Hasil studi terhadap kelimpahan populasi bivalvia (ind/m2) pada stasiun II di perairan Pantai Cermin
disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Kelimpahan Stasiun II
Jumlah keseluruhan kelimpahan populasi bivalvia pada stasiun III yaitu sebanyak 467 ind/m² dengan jumlah kelimpahan pada masing-masing spesies
yaitu spesies Spisula solida sebanyak 44 ind/m², spesies Donax cuneatus 247 ind/m², spesies Donax faba sebanyak 18 ind/m², spesies Paphies subtriangulata sebanyak 4 ind/m², spesies Batissa fortis sebanyak 4 ind/m², spesies Hiatula
diphos sebanyak 115 ind/m², spesies Anadara floridana sebanyak 18 ind/m²,
spesies Pincatada margaritifera sebanyak 4 ind/m², spesies Musculus senhousia
sebanyak 13 ind/m². Hasil studi terhadap kelimpahan populasi bivalvia (ind/m2) pada stasiun III di perairan Pantai Cermin disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Kelimpahan Stasiun III
Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Keseragaman, Indeks Dominansi
Indeks keanekaragaman jenis, indeks keseragaman, dan indeks dominansi pada ketiga stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6.
a. Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks keanekaragaman Jenis (H’) pada stasiun pengamatan berkisar antara 0,85 – 1,22. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 1,22 kemudian diikuti oleh stasiun III sebesar 1,14 dan indeks
keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun II sebesar 0,85. Dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
b. Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman (E) pada stasiun pengamatan berkisar antara 0,18 – 0,30. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 0,30 kemudian
diikuti pada stasiun III sebesar 0,24 dan indeks keseragaman terendah terdapat pada stasiun II sebesar 0,18. Dapat dilihat pada Gambar 16.
1.22
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Gambar 16. Indeks Keseragaman (E)
c. Indeks Dominansi
Indeks dominansi (D) pada stasiun pengamatan berkisar antara 0,35 – 0,57. Indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 0,57 kemudian
diikuti oleh stasiun I sebesar 0,39 dan indeks dominansi terendah terdapat pada stasiun III sebesar 0,35. Dapat dilihat pada Gambar 17.
0,3
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
In
Stasiun I Stasiun II Stasiun III