• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan Karakteristik Penderita terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan Karakteristik Penderita terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN FAKTOR FISIK LINGKUNGAN RUMAH DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTOSA BARU

KECAMATA MEDAN PERJUANGAN TAHUN 2015

Data Responden

1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur :

5. Tingkat Pendidikan : □ SD

□ SMP

□ SMA

□ Perguruan Tinggi

□ Belum sekolah 6. Pekerjaan : □ PNS

□ Pegawai Swasta

□ Wiraswasta

□ IRT

□ Pelajar/mahasiswa

□ Belum sekolah

(2)

88

A. Pengetahuan Responden

1. Apakah yang dimaksud dengan demam berdarah dengue?

a. Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

b. Penyakit menular yang disebabkan oleh parasit

c. Suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp.

2. Apakah gejala demam berdarah?

a. Sering buang air kecil, tinggi nafsu makan b. Penderita menggigil, pucat, berkeringat

c. Demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, jumlah trombosit <100.000/mm3

3. Apa yang menyebabkan terjadinya demam berdarah? a. Virus dengue

b. Aktifitas fisik yang banyak c. Protozoa

4. Bagaimana cara pencegahan demam berdarah?

a. Dapat dicegah dengan mencuci tangan, pemberian imunisasi campak

b.Pemberantasan sarang nyamuk dan membersihkan sarang-sarangnya, tidur menggunakan kelambu.

c. Pemberian oralit

(3)

89

c. Tanaman

6. Bagaimana cara menghambat berkembangbiaknya nyamuk?

a. Genangan-genangan air harus dikeringkan, dikumpulkan dan di musnahkan b. Membiarkan barang-barang bekas berserakan

c. Menggantung pakaian bekas pakai 7. Kapan dilakukan fogging?

a. Pagi pada jam 07.00 - 09.00 atau sore pada jam 15.00 – 17.00 waktu setempat

b. Siang pada jam 11.00 – 13.00 waktu setempat c. Malam pada jam 21.00 – 23.00 waktu setempat

8. Kapan sebaiknya dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? a. Seminggu sekali

b. Sebulan sekali c. Setahun sekali

9. Apa kepanjangan dari kegiatan 3M? a. Menguras, membuka, dan mengubur b. Menguras, menutup, dan mengubur

c. Membersihkan, membuka, dan menanam

10. Pertolongan apa yang saudara lakukan apabila menemukan penderita dengan gejala-gejala penyakit demam berdarah?

a. Melakukan rujukan ke rumah sakit

(4)

90

B. Sikap Responden

No Pernyataan SS S RR TS STS

1 Demam berdarah dapat dicegah dengan pemberantasan sarang nyamuk

2 Pemberantasan sarang nyamuk adalah tugas/tanggung jawab pemerintah

3 Tokoh masyarakat perlu menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN

4 Kegiatan PSN perlu didukung oleh masyarakat agar tetap rutin di lakukan

5 Setiap warga perlu mengingatkan tetangganya untuk melaksanakan PSN

6 Jika di rumah warga ada kasus demam berdarah, tetangganya harus siap melakukan PSN di lingkungan 7 Saya lebih suka penyemprotan oleh

(5)

91

C. Tindakan Responden

1. Apakah saudara dan keluarga menggunakan pelindung diri dari gigitan nyamuk seperti menggunakan kelambu, semprotan nyamuk, mengoles badan dengan lotion anti nyamuk?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah responden mempunyai kebiasaan menggantung pakaian? a.Ya b. Tidak

3. Apakah responden mempunyai kebiasaan tidur siang? a.Ya b. Tidak

4. Apakah saudara melakukan kegiatan penberantasan sarang nyamuk seperti melakukan 3M plus?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah dalam satu bulan saudara menguras tempat penampungan air? a. Ya b. Tidak

6. Apakah saudara pernah menggunakan abate dalam kegiatan PSN? d. Ya b. Tidak

(6)

92

LAMPIRAN 2

LEMBAR OBSERVASI

HUBUNGAN FAKTOR FISIK LINGKUNGAN RUMAH DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTOSA BARU

KECAMATA MEDAN PERJUANGAN TAHUN 2015

Nama Penderita: Alamat :

3. Apakah rumah responden memakai kasa nyamuk pada ventilasi? a. Memakai ventilasi diseluruh rumah

b. Memakai ventilasi tidak diseluruh rumah 4. Jenis dinding rumah:...

a. Dinding rumah terbuat dari pasang batu bata/tembok b. Dinding rumah sebagian terbuat dari batu bata dan papan 5. Plafon/langit-langit rumah:

a. Ada b. Tidak ada

6. Bila ada, adakah terdapat diseluruh ruangan atau hanya terdapat di sebagian rumah?

a. Langit-langit diseluruh ruangan

b. Langit-langit hanya terdapat di sebagian ruangan 7. Apakah rumah responden lembab?

(7)

93

7. Apakah diruangan rumah responden terang dan tidak silau sehingga dapat digunakan untuk membaca dengan normal?

a. Kurang terang sehingga tidak dapat membaca dengan keadaan normal b. Terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan keadaan normal 8. Apakah dirumah responden terdapat tempat penampungan air (bak mandi, vas

bunga, kontainer)?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah terdapat jentik pada tempat penampungan air (bak mandi, kontainer, vas bunga, dll)?

(8)

No Nama S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 TSikap TSikapK T1 T2 T3 T4 T5 T6 TTindakan TTindakanK

1 Dimas 5 1 4 2 4 2 3 1 24 2 1 0 0 0 1 0 2 3

2 Anugerah Hid 5 1 5 1 5 1 5 5 28 2 1 0 1 0 1 1 4 2

3 Zahwa 4 5 5 1 4 2 2 5 28 2 1 0 0 1 1 1 4 2

4 Rizky Ardana 5 5 5 1 5 1 5 5 32 2 1 1 0 0 0 1 3 2

5 Fahmi 5 1 5 1 5 1 5 1 20 3 1 1 0 0 0 1 3 2

6 Axel Diandra 5 1 5 1 5 1 5 1 20 3 1 1 0 1 1 1 5 2

7 Busthami HA 5 2 5 1 5 1 4 4 27 2 1 0 0 1 1 1 4 2

8 M. Alfi Syah 4 3 5 2 4 2 4 4 28 2 1 0 0 1 0 0 2 3

9 Syafrin Nst 4 2 5 2 5 2 2 4 26 2 1 0 0 1 1 0 3 2

10 Anisa Balqis 4 2 4 1 5 1 4 3 24 2 1 0 0 0 1 0 2 3

11 Yesica 4 2 4 2 4 2 4 4 26 2 1 0 0 0 1 0 2 3

12 Adji Pabada 5 2 4 2 4 2 4 4 27 2 1 0 1 0 1 0 3 2

13 Anita 4 2 4 2 4 2 4 4 26 2 1 0 0 1 1 0 3 2

14 Iman 4 2 4 2 4 2 4 4 26 2 1 0 0 0 0 1 2 3

15 Makhfuza 4 2 4 2 4 2 4 4 26 2 1 0 0 0 1 0 2 3

16 Reinhard Nat 4 2 4 2 4 2 4 4 26 2 1 0 0 1 1 0 3 2

17 Novita Yunit 5 2 4 2 4 2 4 4 27 2 1 0 0 1 1 0 3 2

18 Ahmad Maulan 4 2 5 2 4 2 4 4 27 2 1 0 0 0 1 0 2 3

19 Melvi Utami 4 2 4 4 4 4 4 2 28 2 1 1 1 1 1 0 5 2

20 Fatma 4 2 4 2 4 2 4 5 27 2 1 0 0 0 1 0 2 3

21 Agustinus 4 2 4 2 4 2 4 5 27 2 1 0 0 0 1 0 2 3

22 Lucia 5 2 4 2 5 2 1 5 26 2 1 0 0 1 1 0 3 2

23 Desi Debora 4 2 4 2 4 2 4 5 27 2 1 0 0 1 1 0 3 2

24 M. Reza H 4 2 4 2 4 2 5 5 28 2 1 0 1 1 1 0 4 2

25 Reynaldi 4 2 4 2 4 2 4 5 27 2 1 1 1 0 0 0 3 2

26 Nuri Maulida 4 2 4 2 4 2 5 5 28 2 1 0 0 0 1 0 2 3

(9)
(10)

96

OB1 OB2 OB3 OB4 OB5 OB6 OB7 OB8 DBD Jentik filter_$

1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1

2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1

2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1

2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1

1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1

1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1

1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1

2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1

2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1

2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1

1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1

2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1

2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1

2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1

2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1

1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1

1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1

2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1

(11)
(12)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

(13)

Gambar 3. Wawancara bersama responden

(14)

Gambar 5. Wawancara bersama responden

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

84

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U, F. (2012). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Rajawali Pers

Adyatma, dkk. (2011). Hubungan antara Lingkungan Fisik Rumah, Tempat Penampungan Air dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian DBD di Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Makassar: Jurnal FKM Universitas Hasanuddin

Anis. (2006). Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi Mencegah dan menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta: Elex Media Komputindo Budioro, B. (1998). Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan

Masyarakat. Semarang: BP Undip

Chandra, B. (2014). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Chiras, D. (1990). Environmental Science: Action for a Sustainable Future. California: The Benjamin Cumming Publishing Inc.

DinKes Provsu. (2011). Profil Kesehatan Sumatera Utara. Medan

Depkes RI. (1999). Rencana Pembangunan Indonesia Sehat 2010. Jakarta KemenKes RI. (2010). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Pusat Data dan

Surveilans Epidemiologi

______. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Ditjen PP dan PL

______. (2013). Buku Saku: Pengendalian Demam Berdarah Dengue Untuk Pengelola Program DBD Puskesmas. Jakarta: Ditjen PP dan PL

Misnadiarly. (2014). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Pustaka Obor Populer Notoatmodjo, (2010). Metode Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: PT

(38)

85

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Pelawi, H. I. (2006). Gambaran Indeks Jentik Nyamuk Aedes aegypti dan Kaitannya dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Gung Negeri Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Puskesmas Sentosa Baru. (2015). Profil Puskesmas Sentosa Baru. Medan

Roose, A. (2008). Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Sarudji, D. (2010). Kesehatan Lingkungan. Bandung: Karya Putra Darwati

Sembel, D. (2009). Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Sitio, A. (2008). Hubungan Perilaku tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Sitorus. (2005). Strategi Pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Pendekatan Faktor Risiko di Kota Medan. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Soedarto, (2012). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Sagung Seto

(39)

86

Sueroso, T. (2000). Demam Berdrah Dengue: Tinjauan dan Temuan Baru di Era 2003. Surabaya: Airlangga University Press

______. (2003). Pencegahan dan Penangulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta

Tulchinsky, T., Elena A. (2009). The New Public Health Second Edition. Oxford: Elsevier Inc.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain penelitian case control yaitu untuk mengetahui hubungan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik penderita dari kedua kelompok tersebut. Dengan demikian dapat diketahui apakah ada hubungan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Pukesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Pelaksanaan penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan:

1. Masih tingginya angka penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan 2. Keadaan lingkungan rumah yang mendukung untuk perkembangan

(41)

40

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi kasus adalah semua penderita Demam Berdarah Dengue yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru yang berusia ൒17 tahun sebanyak 49 penderita pada tahun 2014-2015.

Populasi kontrol adalah tetangga penderita yang tidak menderita demam berdarah dengue yang rumahnya dekat dengan kasus sebanyak 49 penderita. 3.3.2 Sampel

Sampel kasus adalah seluruh penderita Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan yang dinyatakan dengan surat keterangan oleh tenaga medis dan di dukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium.

Sampel kontrol adalah tetangga penderita yang tidak menderita Demam Berdarah Dengue yang rumahnya dekat dengan kasus.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Dahlan, 2009)

(42)

41

n2 = Kelompok Kontrol

Kesalahan Tipe I = 5%, Hipotesis satu arah, ZȽ =1,64 Kesalahan Tipe II = 20%, maka ZȾ = 0,84

P1 = Proporsi Kasus (0,8)

P2 = Proporsi pajanan pada kelompok kontrol (0,55)

P1-P2 = Selisih pajanan yang dianggap bermakna, ditetapkan 5% (0,05)

P = Proporsi total = P1+P2 = 0,67 2

Q = 1-P = 0,33

Berdasarkan data pada survei pendahuluan diketahui bahwa jumlah kepala keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru sebanyak 25.004 kepala keluarga, maka besar sampel yang akan diteliti adalah:

(43)

42

Dengan menggunakan rumus tersebut jumlah sampel yang akan diteliti adalah minimal 26, maka dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 30 orang penderita sebagai kasus dan 30 orang tetangga terdekat yang tidak menderita demam berdarah dengue sebagai kontrol yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

3.4.Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling (acak sederhana) dengan desain studi kasus kontrol dimulai dari memilih kasus dan kontrol. Dimana kasus adalah penderita demam berdarah dengue yang diperoleh melalui data klinik demam berdarah dengue dan kontrol adalah tetangga terdekat yang tidak menderita penyakit demam berdarah dengue yang bertempat tinggal di dekat terjadinya kasus, sehingga kedua kelompok ini memiliki karakteristik yang sebanding.

Sampel diambil secara Random Number Generate yaitu suatu algoritma yang digunakan untuk menghasilkan urutan-urutan dari angka-angka sebagai hasil dari perhitungan dengan komputer yang diketahui distribusinya sehingga angka-angka tersebut muncul secara random.

Kriteria dalam pemilihan sampel pada penelitian ini terdiri dari: 1. Kriteria Inklusi

(44)

43

1. Penderita Demam Berdarah Dengue berdasarkan diagnosis petugas klinik Demam Berdarah Dengue Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan pada tahun 2014-2015

2. Tinggal dan menetap lebih dari satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

3. Aktifitas didalam rumah harus ada pada pukul 08.00 – 10.00 atau pada pukul 16.00 – 18.00

4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

b. Kriteria kontrol merupakan keadaan yang menyebabkan subjek diikutsertakan dalam penelitian sebagai kelompok kontrol, kriteria kontrol dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Tetangga penderita dan tidak menderita Demam Berdarah Dengue 2. Usia dan jenis kelamin disesuaikan dengan penderita

3. Tinggal dan menetap lebih dari satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

4. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang tidak dapat diikutsertakan ke dalam penelitian, kriteria eksklusi dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Menderita Demam Berdarah Dengue tetapi tidak didiagnosis oleh petugas kesehatan Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan pada tahun 2014-2015

(45)

44

3. Tidak melakukan aktifitas dalam rumah pada pukul 08.00 – 10.00 atau pada pukul 16.00 – 18.00

4. Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian

Jika di dalam satu rumah ditemukan lebih dari satu orang yang menderita demam berdarah, maka hanya di ambil satu orang saja yaitu yang bersedia menjadi responden.

3.5 Jenis Data 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada responden dan observasi dengan menggunakan lembar observasi berdasarkan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Depkes RI dan Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999 dan mengamati langsung bagaimana kondisi fisik lingkungan rumah responden di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

3.5.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Sentosa Baru mengenai kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

3.6 Definisi Operasional

(46)

45

1. Kasus: Penderita yang terkena penyakit demam berdarah dengue yang diperoleh melalui data klinik demam berdarah dengue.

2. Kontrol: Tetangga penderita yang tidak menderita demam berdarah dengue yang bertempat tinggal di dekat terjadinya kasus demam berdarah dengue dan menetap lebih dari satu tahun, dalam hal jenis kelamin dan umur sama dengan kasus.

3. Pendidikan: pendidikan formal tertinggi yang pernah dijalani responden berdasarkan ijazah terakhir meliputi belum sekolah, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

4. Pekerjaan: jenis pekerjaan yang dilakukan responden untuk menghasilkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari meliputi PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, IRT, pelajar/mahasiswa, belum sekolah.

5. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden mengenai demam berdarah.

6. Sikap adalah tanggapan dari responden tentang pemberantasan demam berdarah.

7. Tindakan adalah segala bentuk nyata dari perilaku penderita demam berdarah untuk mencegah terjadinya demam berdarah.

8. Kawat kasa pada ventilasi: Ada atau tidak ada jaring penutup pada seluruh ventilasi yang terbuat dari kawat, untuk menghindari masuknya nyamuk dan serangga lainnya.

(47)

46

10. Kelembaban: Banyaknya uap air yang terkandung dalam ruangan berdasarkan hasil pengukuran kelembaban dengan menggunakan alat hygrometer.

11. Langit-langit/Plafon Rumah: Ada atau tidak ada area yang membatasi antara lantai dan atap.

12. Kerapatan dinding: Rapat atau tidak rapat pembatas ruangan rumah responden yang terbuat dari pasangan batu bata, papan, anyaman bambu halus, anyaman bambu kasar, dan dilihat dari kerapatannya.

13. Keberadaan jentik: Ada atau tidak ada jentik pada tempat-tempat untuk menampung air seperti bak mandi, ember, dan kontainer.

14. Tempat penampungan air: ada atau tidak ada sarana yang digunakan responden untuk menampung air seperti bak mandi, ember, dan kontainer.

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Karakteristik Responden 1. Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan responden diajukan 1 pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab SD, SMP, SMA, dan nilai 2 jika responden menjawab Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan berdasarkan skala ordinal. 2. Pekerjaan

(48)

47

responden menjawab PNS, Pegawai Swasta, dan Wiraswasta. Pekerjaan berdasarkan skala nominal.

3. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang demam berdarah dengue diajukan 10 pertanyaan dalam kuesioner. Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab dengan benar, jika responden menjawab salah maka diberikan nilai 0. Penilaian akan dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan skor yaitu : kategori baik dengan skor 6-10, dan kategori buruk dengan skor 0-5.

4. Sikap

Untuk mengetahui sikap responden tentang pemberantasan dan pencegahan demam berdarah dengue dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi demam berdarah diajukan 8 pernyataan. Masing-masing jawaban akan diberikan skor. Pernyataan 1,3,5,7 akan diberikan skor 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan 2,4,6,8 akan diberikan skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, 4 untuk jawaban tidak setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban setuju, dan 1 untuk jawaban sangat setuju. Skor yang di dapat kemudian dijumlahkan dan akan dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu kategori baik untuk skor ൒28, dan kategori buruk untuk skor 20-27.

5. Tindakan

(49)

48

Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab dengan benar, jika responden menjawab salah maka diberikan nilai 0. Penilaian akan dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan skor yaitu: kategori baik dengan skor 4-6, dan kategori buruk dengan skor 1-3.

3.7.2 Kondisi Fisik Lingkungan Rumah 1. Kawat kasa pada ventilasi

Cara pengukuran dari hasil observasi dan dinilai berdasarkan ada dan tidaknya. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dibagi menjadi dalam 2 kategori

1. Ada = Jika pada ventilasi rumah terdapat kawat kasa nyamuk 2. Tidak = Jika pada ventilasi rumah tidak terdapat kawat kasa nyamuk 2. Kerapatan dinding

Cara pengukuran dari hasil observasi dan dinilai berdasarkan rapat dan tidak rapat. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dibagi menjadi dalam 2 kategori

1. Rapat, jika tidak terdapat lubang di dinding. 2. Tidak Rapat, jika terdapat lubang di dinding. 3. Pencahayaan

Adapaun pengukuran pencahayaan adalah dengan melakukan observasi di dalam rumah. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:

(50)

49

4. Kelembaban

Cara pengukuran dengan menggunakan alat yaitu Hygrometer. Skala pengukurannya yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Tidak memenuhi syarat apabila <40 % atau > 70% 2. Memenuhi syarat apabila 40 % - 70 %

5. Langit-langit/Plafon rumah

Cara pengukuran dari hasil observasi dan dinilai berdasarkan ada dan tidaknya. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dibagi menjadi dalam 2 kategori yaitu:

1. Ada, jika pada rumah responden terdapat langit-langit/plafon rumah 2. Tidak, jika pada rumah responden tidak terdapat langit-langit/plafon rumah 6. Keberadaan jentik

Cara pengukuran dari hasil observasi dan dinilai berdasarkan ada dan tidak ada. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi menjadi 2 kategori.

1. Ada, jika pada tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan kontainer terdapat jentik nyamuk

2. Tidak ada, jika pada tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan kontainer tidak terdapat jentik nyamuk.

7. Tempat penampungan air

(51)

50

1. Ada, jika terdapat tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan kontainer

2. Tidak ada, jika tidak terdapat tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan kontainer.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan wawancara yang berpedoman pada lembar observasional yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

3.9 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer dan (univariat) dan tabulasi silang (bivariat)

Data diolah dengan cara :

1. Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan kedalam tabel-tabel

2. Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah dikumpulkan, meliputi kelengkapan isian, keterbacaan, tulisan, kejelasan jawaban, relevansi jawaban, keseragaman satuan data yang digunakan, dan sebagainya

(52)

51

3.9 Analisa Data

Data yang ada dilakukan analisis dengna menggunakan: 1. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi variabel penelitian.

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Perjuangan menempati posisi sebelah timur. Timur laut Kota Medan dengan luas wilayah 431,2 km2. Batas wilayah administratif meliputi:

• Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung dan Medan Perjuangan • Sebelah Timur : Kecamatan Medan Perjuangan

• Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Kota

• Sebelah Barat : Kecamatan Medan Estate dan Medan Barat.

(54)

53

4.1.2 Data Demografi

Jumlah penduduk kecamatan Medan Perjuangan yang terdiri atas 9 kelurahan mencapai 148.608 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 25.004 kepala keluarga. Berdasarkan jenis kelamin yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 74.791 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 73.817 jiwa.

Adapun 10 penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Data 10 Penyakit Terbesar Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2014

No Penyakit Jumlah

1 ISPA 12.169

2 Ginggivitis 2724

3 Reumatik 2676

4 HT 2492

5 Penyakit Kulit 2386

6 Gastritis 1704

7 DM 1689

8 PJK 1673

9 Kel. Refraksi 1224

10 Diare 1216

4.2 Ana1isis Univariat Karakteristik Responden

(55)

54

4.2.1 Pendidikan

Adapun gambaran tingkat pendidikan penderita pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Pendidikan Kasus Kontrol

n % n %

1 Pendidikan Dasar (SD, SMP, SMA)

23 76,7 22 73,3

2 Perguruan Tinggi 7 23,3 8 26,7

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak berpendidikan dasar (SD, SMP, SMA) sebanyak 23 orang (76,7%) pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol sebanyak 22 (73,3%).

4.2.2 Pekerjaan

Adapun gambaran tingkat pendidikan penderita pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Pekerjaan Kasus Kontrol

n % n %

1 Tidak Bekerja 23 76,7 19 63,3

2 Bekerja 7 23,3 6 36,7

(56)

55

4.2.3. Pengetahuan

Adapun gambaran tingkat pengetahuan penderita pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Pertanyaan pengetahuan

Kasus Kontrol

Benar Salah Benar Salah

n % n % n % n %

1 Pengertian demam berdarah dengue

29 96,7 1 3,3 29 96,7 1 3,3 2 Gejala demam berdarah dengue 23 76,7 7 23,3 30 100,0 0 0 3 Penyebab demam berdarah

dengue

22 73,3 8 26,7 27 90,0 3 10.0 4 Cara pencegahan demam

berdarah dengue

30 100,0 0 0 28 93,3 2 6,7

5 Tempat berkembang biaknya nyamuk demam berdarah 10 Pertolongan pertama bila

ditemukan penderita dengan gejala penyakit demam berdarah

4 13.3 25 83,3 18 60,0 12 40,0

(57)

56

trombosit <100.000/m3. Berdasarkan pengetahuan responden mengenai penyebab demam berdarah pada kelompok kasus sebanyak 22 orang (73,3%) menjawab dengan benar, sedangkan responden pada kelompok kontrol sebanyak 27 orang (90%) menjawab benar mengenai penyebab terjadinya demam berdarah yaitu virus dengue.

Lebih banyak responden mengetahui bagaimana mencegah terjadinya demam berdarah dengue pada kelompok kasus semua responden menjawab dengan benar sebanyak 30 orang (100%), sedangkan responden kelompok kontrol sebanyak 28 orang (93,3%) menjawab dengan benar cara pencegahan demam berdarah yaitu pemberantasan sarang nyamuk dan membersihkan sarang-sarangnya. Seluruh responden pada kelompok kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 30 orang (100%) telah menjawab dengan benar tempat berkembang biaknya nyamuk demam berdarah yaitu di tempat penampungan air, vas bunga, barang bekas, pelepah daun. Seluruh responden pada kelompok kasus menjawab dengan benar cara menghambat berkembangbiaknya nyamuk, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 29 orang (96,7%) menjawab dengan benar cara menghambat berkembang biaknya nyamuk yaitu genangan-genangan air harus dikeringkan, dikumpulkan, dan dimusnahkan. Berdasarkan pengetahuan responden mengenai kepanjangan 3M pada kelompok kasus sebanyak 24 orang (80%) menjawab dengan benar, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 29 orang (96,7%) menjawab dengan benar kepanjangan 3M yaitu menguras, menutup, dan mengubur.

(58)

57

menjawab dengan benar sebanyak 18 orang (60%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 26 orang (86,7%) menjawab dengan benar pelaksanaan foging yaitu pagi pada jam 07.00-09.00 atau sore pada jam 15.00-17.00 waktu setempat. Berdasarkan pelaksanaan PSN responden pada kelompok kasus sebanyak 10 orang (33,3%) menjawab dengan benar, sedangkan responden pada kelompok kontrol sebanyak 29 orang (96,7%) menjawab dengan benar pelaksanaan PSN sebaiknya dilakukan seminggu sekali. Berdasarkan pertolongan pertama bila ditemukan penderita dengan gejala penyakit demam berdarah pada responden kelompok kasus menjawab dengan benar sebanyak 4 orang (13,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 18 orang (60%) menjawab dengan benar pertolongan pertama bila ditemukan penderita dengan gejala demam berdarah yaitu dengan memberikan penderita minum yang banyak.

Penilaian terhadap pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue berdasarkan perhitungan total skor pengetahuan responden. Tingkat pengetahuan selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan baik dan buruk. Tingkat pengetahuan penderita tentang demam berdarah dengue dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Penderita Menurut Tingkat Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

Tingkat Pengetahuan

Kasus Kontrol

n % n %

Buruk 5 16,7 1 3,3

Baik 25 83,3 29 96,7

(59)

58

orang (83,3%) pada kelompok kasus, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 29 orang (96,7%).

4.2.4 Sikap

Adapun gambaran jawaban responden tentang sikap pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap pada Kelompok Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

masyarakat agar tetap rutin dilakukan kasus demam berdarah, tetangganya harus siap melakukan PSN di kegiatan kerja bakti dalam rangka PSN

3 10,0 2 6,7 1 3,3 12 40,

0

(60)

59

(61)

60

dengan jumlah 19 orang (63,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden sangat tidak setuju bahwa demam berdarah dapat dicegah dengan PSN dengan jumlah 22 orang (73,3%). Sebagian besar responden kelompok kasus dan kontrol setuju bahwa PSN adalah tugas/tanggung jawab pemerintah masing-masing dengan jumlah 23 orang (76,7%) dan 18 orang (60,0%). Sebagian besar responden kelompok kasus tidak setuju bahwa tokoh masyarakat perlu menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN dengan jumlah 18 orang (60,0%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian responden sangat tidak setuju bahwa tokoh masyarakat perlu menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN dengan jumlah 19 orang (63,3%). Sebagian besar responden kelompok kasus dan kontrol setuju bahwa kegiatan PSN perlu didukung oleh masyarakat agar tetap rutin dilakukan masing-masing dengan jumlah 21 orang (70,0%) dan 22 orang (73,3%). Sebagian besar responden kelompok kasus tidak setuju bahwa setiap warga perlu mengingatkan tetangganya untuk melaksanakan PSN dengan jumlah 21 orang (70,0%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden sangat tidak setuju bahwa setiap warga perlu mengingatkan tetangganya untuk melaksanakan PSN dengan jumlah 20 orang (66,7%).

(62)

61

tidak setuju apabila penyemprotan dilakukan oleh petugas kesehatan untuk memberantas nyamuk dari pada melakukan PSN dengan jumlah 12 orang (40,0%). Sebagian responden kelompok kasus tidak setuju dengan pernyataan saya tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti dalam rangka PSN dengan jumlah 12 orang (40,0%), sedangkan pada kelompok kontrol umumnya responden sangat tidak setuju dengan pernyataan saya tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti dalam rangka PSN dengan jumlah 27 orang (90,0%).

Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran sikap maka tingkat sikap responden tentang demam berdarh dengue selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu sikap baik, dan buruk. Tingkat sikap responden tentang demam berdarah dengue dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

Sikap Kasus Kontrol

n % n %

Buruk 20 66,7 13 43,3

Baik 10 33,3 17 56,7

(63)

62

4.2.5 Tindakan

Adapun gambaran jawaban responden tentang tindakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

(64)

63

kelompok kasus tidak melakukan kegiatan tersebut dengan jumlah 17 orang (56,7%), sedangkan pada kelompok kontrol pada umumnya responden melakukan kegiatan PSN seperti 3M plus dengan jumlah 27 orang (90,0%).

Berdasarkam menguras tempat penampungan air setiap satu bulan pada umumnya responden kasus dan kontrol melakukan hal tersebut masing-masing dengan jumlah 25 orang (83,3%) dan 28 orang (93,3%). Menggunakan abate dalam kegiatan PSN sebagian besar responden pada kelompok kasus tidak melakukan kegiatan tersebut dengan jumlah 23 orang (76,7%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden menggunakan abate dalam kegiatan PSN dengan jumlah 25 orang (83,3%).

Penilaian terhadap tindakan tentang demam berdarah dengue dilakukan berdasarkan perhitungan total skor tindakan responden. Tingkat tindakan selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori tindakan baik, dan buruk. Tingkat tindakan responden tentang demam berdrah dengue dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Tindakan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

Tindakan Kasus Kontrol

n % n %

Buruk 23 76,7 2 6,7

Baik 7 23,3 28 93,3

(65)

64

4.3 Analisis Univariat Faktor Fisik Lingkungan Rumah

Adapun gambaran distribusi faktor fisik lingkungan rumah penderita pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini

Tabel 4.11 Distribusi Faktor Fisik Lingkungan Rumah Penderita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Lingkungan Fisik Rumah Kasus Kontrol

n % n %

2 Plafon pada ruangan

(66)

65

(66,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa plafon pada ruangan rumah kelompok kasus sebagian besar langit-langit rumah hanya terdapat disebagian ruangan dengan jumlah 20 rumah (66,7%), sedangkan pada kelompok kontrol pada umumnya rumah responden menggunakan plafon/langit-langit di seluruh ruangan rumah dengan jumlah 28 rumah (93,3%). Terdapat lubang pada dinding rumah kelompok kasus dengan jumlah 8 rumah (26,7%), sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 28 rumah yang tidak terdapat lubang (93,3%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembaban rumah pada kelompok kasus sebagian besar tidak baik ൑60% dengan jumlah 21 rumah terasa lembab (70,0%), sedangkan pada kelompok kontrol pada umumnya suhu rumah baik ൒60% dengan jumlah 27 rumah (90,0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan rumah kelompok kasus tidak memenuhi syarat dengan jumlah 23 rumah (76,7%), sedangkan kelompok kontrol pada umumnya pencahayaan rumah memenuhi syarat dengan jumlah 26 rumah (86,7%).

Berdasarkan keberadaan jentik menunjukkan bahwa pada kelompok kasus terdapat jentik pada tempat penampungan air dengan jumlah 6 rumah (20,0%), sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat jentik pada tempat penampungan air dengan jumlah 29 rumah (96,7%).

4.4 Analisis Bivariat

(67)

66

dilakukan dengan membuat tabel silang (crosstab) 2 x 2. Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p, dimana nilai p< 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisis bivariat karakteristik penderita dan faktor fisik lingkungan rumah terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015 seperti terlihat pada Tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Hubungan Karakteristik Penderita Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

Variabel

(68)

67

Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan pekerjaan penderita dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,260 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue.

Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan penderita dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,195 (p> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue.

Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan sikap penderita dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,069 (p> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue.

(69)

68

Tabel 4.13 Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas sentosa baru kecamatan medan perjuangan Tahun 2015

No Lingkungan fisik

(70)

69

(p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kawat kasa pada ventilasi terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 8,000 artinya bahwa responden yang memakai kasa pada ventilasi tetap tidak diseluruh ruangan rumah pada kasus 8 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memakai kasa ventilasi tetap seluruh ruangan rumah pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan langit-langit/plafon diseluruh ruangan atau sebagian ruangan rumah dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= <0,001 (p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara langit-langit/plafon rumah diseluruh ruangan atau sebagian ruangan terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 28,000 artinya bahwa responden yang memiliki langit-langit/plafon hanya terdapat disebagian ruangan rumah pada kasus 28 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki langit-langit di seluruh ruangan rumah pada kelompok kontrol.

(71)

70

Hasil analisis hubungan kelembaban rumah dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= <0,001 (p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelembaban terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 21,000 artinya bahwa responden yang kondisi rumahnya lembab pada kasus 21 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang kondisi rumahnya tidak lembab pada kelompok kontrol.

Hasil analisis hubungan pencahayaan rumah dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= <0,001 (p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 21,357 artinya bahwa responden yang pencahayaan rumahnya tidak memenuhi syarat pada kasus 21,357 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang pencahayaan rumahnya memenuhi syarat pada kelompok kontrol.

(72)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Karakteristik Penderita Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pengukuran karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) diukur berdasarkan pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan penderita terhadap kejadian demam berdarah dengue. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat mau berprilaku hidup bersih dan sehat salah satunya melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dengan cara menjaga dan memelihara kebersihan lingkungannya masing-masing.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sitorus (2005) dalam Roose (2008) mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan penderita terhadap kejadian demam berdarah dengue. Menurut Notoatmodjo (2003) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah juga bagi orang tersebut untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki.

(73)

72

Pada penelitian ini banyak penderita adalah tidak bekerja, yang masuk kategori tidak bekerja adalah anak belum sekolah, pelajar/ mahasiswa, dan ibu rumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena mereka banyak beraktivitas di dalam ruangan dimana nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa pada saat responden beraktivitas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Syahputra (2009) bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan penderita dengan kejadian Demam Berdarah Dengue.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD).

Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat mengenai demam berdarah dengue agar masyarakat mau berprilaku hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Orang akan melakukan penberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah DBD apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya dan apa bahayanya bila tidak melakukan PSN tersebut.

(74)

73

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara sikap responden terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap responden terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD).

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara sikap

responden terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue. Hal ini terlihat dari

pernyataan mereka bahwa PSN adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah saja,

serta mereka lebih suka penyemprotan oleh petugas kesehatan untuk memberantas

nyamuk daripada melakukan PSN secara sendiri.

Hal ini juga disebabkan kurangnya respon positif masyarakat untuk mencari

informasi dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan DBD, masyarakat

masih cenderung bersikap kurang peduli dalam mencegah dan memberantas DBD

dan menganggap bahwa pencegahan DBD adalah tugas/tanggung jawab pemerintah

dan petugas kesehatan saja.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek sehingga manifestasi sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi atau bertindak terhadap obyek

dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoadmodjo,

2011).

Menurut Fishbein dan Ajzen dalam Djamaludin Ancok yang dikutip dari Sitio

(2008) bahwa sikap positif atau negatif yang terbentuk dalam diri seseorang

tergantung dari segi manfaat atau tidaknya komponen pengetahuan, makin banyak

(75)

74

Penelitian yang dilakukan oleh Sitio (2008), menunjukkan bahwa sikap responden tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian demam berdarah dengue.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tindakan responden terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tindakan responden terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD).

Hal ini dikarenakan banyak responden yang memiliki pemahaman yang baik tentang pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue tetapi tidak melakukan tindakan untuk mencegahnya seperti tidak menggunakan kelambu saat tidur, tidak menggunakan lotion anti nyamuk, kebiasaan menggantung pakaian, kebiasaan tidur siang, tidak menguras tempat penampungan air minimal satu kali seminggu, dan tidak pernah menggunakan bubuk abate dalam kegiatan PSN.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang menungkinkan antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan dari pihak lain (Notoadmodjo, 2011).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmaditia (2011) di semarang, menunjukkan bahwa tindakan responden memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian demam berdarah dengue.

5.2 Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah Responden terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

(76)

75

ada hubungan antara kawat kasa pada ventilasi terhadap kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

Pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan menyebabkan semakin kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah, dengan pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan melindungi penghuni rumah dari gigitan nyamuk.

Penelitian Ini sejalan dengan penelitian Adyatma, dkk (2011) di Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Kota Makassar menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan ventilasi berkasa terhadap kejadian demam berdarah dengue di masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara langit-langit/plafon rumah responden terhadap kejadian demam berdarah dengue dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara langit-langit/plafon rumah terhadap kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015.

Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus. Jika tidak ada langit-langit berarti ada lubang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Aedes sp lebih besar dibanding dengan rumah yang ada langit-langitnya (Depkes RI, 1999).

(77)

76

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara kerapatan dinding rumah responden terhadap kejadian demam berdarah dengue dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kerapatan dinding rumah terhadap kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015.

Keadaan dinding yang tidak rapat (terbuat dari pasang papan/kayu) akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi dinding rumah yang rapat (terbuat dari pasang batu bata/tembok). Kondisi tersebut menyebabkan penghuni rumah lebih potensial digigit nyamuk Aedes sp., karena nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah, sehingga akan memperbesar risiko terjadinya penularan penyakit demam berdarah dengue (Handayani, 2008).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori syarat-syarat rumah sehat menurut Mukono (2009) yang menyatakan konstruksi rumah dengan dinding yang tidak tertutup rapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit demam berdarah dengue dalam rumah.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara kelembaban di rumah responden terhadap kejadian demam berdarah dengue dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelembaban terhadap kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015.

(78)

77

40% - 70%. Untuk mengukur kelembaban udara digunakan hygrometer, yang dilengkapi dengan jarum penunjuk angka relatif kelembaban (Widiyanto, 2007).

Kelembaban udara menentukan rentang umur nyamuk, kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Kelembaban juga mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan mengigit dan istirahat. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering mengigit sehingga meningkatkan penularan demam berdarah (Harijanto, 2000). Dengan demikian bahwa kelembaban akan mempengaruhi aktivitas nyamuk sehingga berpengaruh terhadap angka kejadian demam berdarah dengue.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Widiyanto (2007) di Kota Purwokerto menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian DBD.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pencahayaan di rumah responden terhadap kejadian demam berdarah dengue dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan terhadap kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

Kurangnya pencahayaan atau sinar matahari didalam rumah menyebabkan rumah menjadi teduh dan lembab dan keadaan ini merupakan tempat istirahat yang disenangi nyamuk Aedes aegypti sp. sehingga jumlah nyamuk disekitar rumah bertambah dan meyebabkan keluarga yang tinggal di rumah yang kurang pencahayaan mempunyai risiko untuk terjadi penularan penyakit demam berdarah dengue (Lestari, 2007).

(79)

78

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tempat penanpungan air di rumah responden terhadap kejadian demam berdarah dengue dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tempat penampungan air terhadap kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

Penelitian ini sejalan dengan Pelawi (2006) di Kelurahan Gung Negeri Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dimana terdapat hubungan antara tempat penampungan air dengan kejadian DBD.

Menurut Suroso (2003) dalam Pelawi (2006), tempat penampungan air yang sangat jarang dibersihkan akan menjadi tempat yang sangat potensial sebagai tempat bertkembangbiaknya nyamuk penular demam berdarah. Nyamuk penular demam berdarah berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak berhubungan secara langsung dengan tanah.

Suroso (2000) mengatakan bahwa kaleng bekas, ban bekas, plastik dapat memberikan peranan yang cukup besar terhadap bertambahnya jentik Aedes aegypti yang otomatis membuka peluang terhadap kejadian demam berdarah dengue. Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti di daerah perkotaan. Dengan demikian penampungan air merupakan salah satu tempat potensial sarang nyamuk Aedes aegypti.

(80)

79

penampungan air yang ada sehingga pada saat survei berlangsung terdapat jentik nyamuk.

Penelitian ini sejalan dengan Widiyanto (2007) di Purwokerto, berdasarkan hasil

analisis statistik diketahui bahwa keberadaan jentik mempunyai hubungan yang

bermakna secara statistik dengan kejadian DBD. Adanya hubungan yang bermakna

secara statistik antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD disebabkan karena di

rumah yang positif terdapat jentik nyamuk Ae. aegypti berarti terdapat nyamuk Ae.

(81)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan mengenai hubungan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik responden terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor fisik lingkungan rumah berdasarkan kawat kasa pada ventilasi

(82)

81

tidak terdapat jentik nyamuk sebanyak 24 rumah (80,0%) pada kelompok kasus dan tidak terdapat jentik nyamuk sebanyak 29 rumah (96,7%) pada kelompok kontrol. Berdasarkan tempat penampungan air mayoritas memiliki tempat penampungan air sebanyak 27 rumah (90,0%) pada kelompok kasus dan memiliki tempat penampungan air sebanyak 30 rumah (100,0%) pada kelompok kontrol.

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan dasar (SD, SMP, SMA) sebanyak 23 orang (76,7%) pada kelompok kasus dan sebanyak 22 orang (73,3%) pada kelompok kontrol. Berdasarkan pekerjaan mayoritas penderita adalah tidak bekerja (pelajar/ mahasiswa, ibu rumah tangga, dan belum sekolah) sebanyak 23 orang (76,7%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 19 orang (63,3%). Berdasarkan pengetahuan mayoritas tingkat pengetahuan baik sebanyak 25 orang (83,3%) pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol sebanyak 29 orang (96,7%). Berdasarkan sikap responden mayoritas sikap buruk sebanyak 20 orang (66,7%) pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol mayoritas sikap baik sebanyak 17 orang (56,7%). Berdasarkan tindakan responden mayoritas tindakan buruk sebanyak 23 orang (76,7%) pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol mayoritas tindakan baik sebanyak 28 orang (93,3%).

(83)

82

3. Variabel karakteristik responden yang tidak berhubungan terhadap kejadian demam berdarah dengue adalah pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap. Variabel faktor fisik lingkungan rumah yang tidak berhubungan terhadap kejadian demam berdarah adalah tempat penampungan air.

6.2 Saran

Dari hasil pembahasan maka saran-saran yang dapat di sampaikan antara lain adalah :

6.2.1 Bagi Puskesmas

Diperlukan adanya tambahan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat khususnya tentang demam berdarah dengue. Hal ini dapat dilakukan melalui: 1. Sosialisasi pada saat Posyandu, atau pada saat ke Puskesmas.

2. Perlu meningkatkan kegiatan survei jentik dan memberikan bubuk abate ditiap rumah atau di tempat-tempat umum seperti sekolah, masjid, dan pasar sebagai upaya kewaspadaan dini terhadap terjadinya DBD.

3.Meningkatkan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan DBD, mengingatkan kapan dilakukan PSN, tindakan yang dilakukan apabila menemukan penderita dengan gejala penyakit DBD kepada masyarakat.

4. Lebih aktif dalam pencarian kasus dan pengobatan pada penderita.

6.2.2 Bagi Masyarakat

(84)

83

2. Rumah hendaknya dipasang langit-langit/plafon untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah yang melalui celah atau lubang antara atap dengan dinding bagian atas.

3. Tempat penampungan air sebaiknya dibersihkan minimal satu kali dalam seminggu untuk mencegah terdapatnya jentik nyamuk.

4. Membiasakan memakai kelambu pada saat tidur untuk menghindari gigitan nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian setelah dipakai.

5. Lebih memperhatikan kebersihan lingkungan.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Bagi peneliti diharapkan agar meneliti variabel-variabel lain yang berhubungan dengan kejadian DBD.

(85)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, BAB berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock). (Kemenkes, 2011).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit viral dengan demam yang akut, ditandai oleh serangan yang mendadak, demam antara 3-5 hari sakit kepala yang sangat, myalgia, arthralgia, retro-orbital pain, anorexia. Bintik/ruam maculopapular biasanya timbul, dan perdarahan kecil seperti mimisan, perdarahan pada gusi terjadi pada masa demam (Sarudji, 2010).

2.1.1 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

(86)

7

Menurut CDC (2003) yang dikutip dari Sembel (2009), endemik demam dengue pertama dilaporkan terjadi secara simultan pada 1779-1780 di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Hal ini menunjukkan bahwa virus dan vektor penyakit ini memiliki penyebaran yang luas di daerah tropis selama lebih dari 200 tahun.

Distribusi penderita DBD dapat digolongkan menjadi: 1. Distribusi menurut umur, jenis kelamin dan ras :

Berdasarkan data kejadian DBD yang dikumpulkan di Ditjen PP & PL Kasus DBD perkelompok umur dari tahun 1993-2009 terjadi pergeseran. Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur <15 tahun, tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar kasus DBD cenderung pada kelompok umur ≥15 tahun. Bila dilihat, distribusi kasus berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008, persentase penderita laki-laki dan perempuan hampir sama. Jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki adalah 10.463 orang (53,78%) dan perempuan berjumlah 8.991 orang (46,23%). Hal ini menggambarkan bahwa risiko terkena DBD untuk laki-laki dan perempuan hampir sama, tidak tergantung jenis kelamin. Faktor ras pada penderita demam berdarah di Indonesia belum jelas pengaruhnya.

2. Distribusi menurut waktu :

(87)

8

bersarang di bejana-bejana yang selalu terisi air seperti bak mandi, tempayan, drum dan penampungan air.

3. Distribusi menurut tempat

Daerah yang terjangkit demam berdarah pada umumnya adalah kota/wilayah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau wilayah yang padat penduduk rumah-rumahnya saling berdekatan, sehingga lebih memungkinkan penularan penyakit demam berdarah mengingat jarak terbang Aedes aegypti 100m. Di Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota, tetapi sejak tahun 1975 penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban maupun desa yang padat penduduknya dan mobilitas tinggi.

2.1.2 Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue

(88)

9

hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya (Kemenkes, 2010).

Demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai penjamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan penjamu, bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Organ sasaran dari virus adalah organ hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang, serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer (Soegijanto, 2003).

Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel tersebut. Infeksi virus dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangan virus DEN terjadi di sitoplasma sel (Soegijanto, 2003).

Infeksi oleh salah satu serotipe ini tidak menimbulkan imunitas dengan protektif silang (cross protective) sehingga seseorang yang tinggal didaerah endemik dapat terinfeksi oleh demam dengue selama hidupnya (Sembel, 2009).

(89)

10

vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.

2.1.3 Hubungan Host, Agent, dan Environment.

Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan.

Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agent, dan lingkungan

Host

Agent Environment

Gambar 2.1.3 Paradigma Host, Agent, Environment Sumber: Tulchinsky dkk, 2009

(90)

11

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikkan atau menurunkan kejadian penyakit. komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu:

1. Agent

Agent penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang termasuk kelompok B arthropoda born virus (arvoviroses). Anggota dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga nyamuk Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD.

2. Host (Penjamu)

Penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent. Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor penjamu adalah karakteristik penderita (pendidikan, pekerjaan, dan perilaku).

3. Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai faktor ligkungan meliputi lingkungan fisik rumah (kawat kasa pada ventilasi, pencahayaan, kelembaban, langit-langit/plafon, kerapatan dinding, dan tempat penampungan air).

Gambar

Gambar 1. Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan
Gambar 3. Wawancara bersama responden
Gambar 5. Wawancara bersama responden
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Medan Perjuangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN KEBIASAAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI TAHUN 2012..

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat Inap di RSUD Lubuk Pakam Tahun 2011.. Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Anak

Judul Penelitian Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dengan

Hasil dari uji statistik pada penelitian ini bahwa terdapat pengaruh praktek 3M di rumah terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) sehingga praktek 3M di

Tedy B, 2005, Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan, Jurnal Kesehatan Lingkungan : Vol 1, ( 2)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN KEBIASAAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI TAHUN 2012..

Dari penelitian-penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada suatu wilayah, yaitu

2017 ‘Hubungan antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang’, Public