PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS TERPADU PADA
SISWA SMP KELAS VIII
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
OLEH :
CHRISTIAN ARIEF JAYA
NIM. 8146121003
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
i ABSTRACT
CHRISTIAN ARIEF JAYA. NIM. 8146121003. The Effects Of Inquiry Learning Model and Critical Thingking Ability to Learning Outcomes of Students Grade VII at SMP Swasta Jambi Medan in IPS Terpadu Studying. Thesis. Educational Technology Study Program. Postgraduate, State University of Medan.
ii ABSTRAK
CHRISTIAN ARIEF JAYA. NIM. 8146121003. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Pada Siswa SMP Kelas VIII. Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca sarjana Universitas Negeri Medan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan baik. Tesis ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan
mendapatkan gelar Magister Pendidikan Pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa, dalam menyelesaikan tesis ini ada peran serta
dari beberapa pihak yang turut campur, baik bantuan dari segi moril maupun
materil. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang
diberikan, sehingga penulis dapat bekerja dengan baik untuk menyelesaikan tesis
ini.
Rasa terimakasih tiada terhingga penulis ungkapkan kepada Prof. Dr.
Sahat Siagian, M. Pd sebagai Pembimbing I, dan Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.
Pd sebagai Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan
tesis ini. Begitu juga rasa terima kasih penulis sampaikan pada Prof. Dr. Effendi
Napitupulu, M. Pd, Dr. Edward Purba, M. A, dan Dr. Syamsidar Tanjung, M. Pd,
sebagai narasumber yang begitu banyak memberikan masukan masukan dan
iii
Tak lupa rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Syahwal Gultom, M. Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan
beserta seluruh staf yang memberikan fasilitas belajar ketika penulis dalam
studi
2. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan beserta staf yang banyak memberikan kontribusi
dalam menyelesaikan studi penulis
3. Dr. R. Mursid selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta staf yang banyak memberikan
kontribusi dalam menyelesaikan studi penulis
4. Drs. Roland Siregar, S.E, M.Min, selaku Kepala Sekolah SMP Swasta Jambi
Medan yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis
dalam melakukan penelitian
5. Ayah Mantho Sihombing dan Ibu Nurhidayah Pakpahan tercinta yang penuh
kasih sayang dan kesabaran mengantarkan penulis menuju cita-cita yang tak
pernah terbayangkan, dukungan serta doa adalah kekuatan bagi penulis dalam
menyelesaikan studinya
6. Vista Gustina Simanungkalit calon isteri penulis, yang selalu ada untuk
membantu penulis dengan sepenuh hati sehingga mengantarkan penulis untuk
menyelesaikan tesis dan studinya
7. Seluruh teman angkatan XXIV/A-2 Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan: Roni Antonius Sitanggan,
Retno Marindra Purba, Nicholas Manurung, Emri Ardi, Febrian Arifin, Sehat
vi
BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar IPS Terpadu ... 13
2. Hakekat Model Pembelajaran Inkuiri ... 18
a. Pengertian Model Pembelajaran ... 18
b. Model Pembelajaran Inkuiri….………... 25
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri… 33 d. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)... 33
e. Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)……….. 36
f. Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry) ... 37
g. Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Termodifikasi (Modified Free Inquiry)……… 41
3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 41
B. Penelitian Yang Relevan ... .. 46
C. Kerangka Berpikir ... 48
vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 54
B. Populasi dan Sampel ... 54
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian …….. 55
1. Variabel Penelitian... 55
2. Devenisi Operasional Variabel Penelitian ... 56
D. Jenis Dan Desain Penelitian ... 59
E. Prosedur Dan Pelaksanaan Perlakuan ... 60
F. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian... 63
1. Teknik Pengumpulan Data ... 63
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 86
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 91
D. Temuan Penelitian ... 95
E. Pembehasan Hasil Penelitian ... 102
F. Keterbatasan Penelitian ... 109
viii
DAFTAR TABEL
No Uraian Halaman
1.1 Hasil Belajar Ujian Akhir Semester IPS Terpadu Siswa
Kelas VIII SMP Swasta Jambi Medan ………. 4
2.1 Model – Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi … 20 2.2 Model-Model Pembelajaran Personal (Pribadi) ……….... 21
2.3 Model-model Pembelajaran Interaksi Sosial……….. 22
2.4 Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku ………. 23
2.5 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri ………... 27
2.6 Prinsip Reaksi Model Pembelajaran Inkuiri ……….. 28
2.7 Sistem Sosial Model Pembelajaran Inkuiri ……… 29
2.8 Prinsip Reaksi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing………… 35
2.9 Sistem Sosial Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ………… 35
2.10 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 38
2.11 Tabel Prinsip reaksi Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi ………. 39
2.12 Tabel Prinsip reaksi Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi ………. 40
2.13 Indikator Berpikir Kritis ……….... 45
3.1 Jumlah Populasi ………... 54
3.2 Jumlah Sampel ………... 55
3.3 Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 (ANAVA Two Way) ………… 59
3.4 Daya Pembeda ………... 68
4.1 Distribusi frekuensi Skor Hasil Belajar IPS pada kelas model pembelajaran inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ……… 73
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPS Pada Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modifided Free Inquiry) ………... 74
4.3 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPS Pada Kelas Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi ……… 76
4.4 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPS Pada Kelas Kemampuan Berpikir Kritis Rendah ……….. 77
4.5 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPS Pada Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan kemampuan berpikir kritis tinggi …….. 79
viii
No Uraian Halaman
4.8 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPS Pada Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry) dengan
kemampuan berpikir kritis rendah ………. 85 4.9 Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas Data ………... 87 4.10 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Data ………. 90 4.11 Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ………... 91 4.12 Ringkasan Analisis Varians Hasil Belajar IPS Terpadu ………… 92 4.13 Rangkuman hasil Perhitungan Uji Scheffe ……… 97
x
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Halaman
4.1 Histogram Skor hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry) ……….. 73 4.2 Histogram Skor Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas
Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry) ………... 75 4.3 Histogram Skor Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi ………. 76 4.4 Histogram Skor Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas
Kemampuan Berpikir Kritis Rendah ………... 78 4.5 Histogram Skor Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas
Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi …. 80 4.6 Histogram Skor Hasil Belajar IPS Terpadu Pada Kelas
Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Rendah … 82 4.7 Histogram Skor Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas
Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry) dengan
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi ………... 84 4.8 Histogram Skor Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas
Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry) dengan
Kemampuan Berpikir Kritis Rendah ………. 86 4.9 Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Halaman
1. Silabus ……… 117
2. RPP Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ……… 119
3. RPP Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modefided Free Inquiry) ……….. 135
4. Instrumen Hasil Belajar IPS Terpadu ……….... 157
5. Sebaran Uji Coba Tes Hasil Belajar IPS Terpadu ………. 168
6. Uji Validitas Butir Tes Hasil Belajar IPS Terpadu ……… 170
7. Uji Reliabelitas Tas Hasil Belajar IPS Terpadu ………. 171
8. Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Tes Hasil Belajar IPS ……… 172
9. Uji Daya Beda Butir Tes Hasil Belajar IPS Terpadu ………. 174
10. Angket Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 176
11. Hasil Angket Kemampuan Berpikir Kritis ………... 181
12. Data Hasil Belajar IPS Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ………. 183
13. Data Hasil Belajar IPS Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modifided Free Inquiry) …………. 186
14. Data Hasil Belajar IPS Kelas Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi 189 15. Data Hasil Belajar IPS Kelas Kemampuan Berpikir Kritis Rendah 192 16. Data Hasil Belajar IPS Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi ……… 195
17. Data Hasil Belajar IPS Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Rendah ……….. 198
18. Data Hasil Belajar IPS Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modifeded Free Inquiry) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi ……… 201
19. Data Hasil Belajar IPS Kelas Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modifeded Free Inquiry) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Rendah ……….. 204
20. Uji Normalitas Variabel Penelitian ……….... 207
21. Uji Homogenitas Varians Data ……….. 217
22. Perhitungan ANAVA ……… 221
23. Uji Scheffe ………. 225
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang MasalahPendidikan merupakan peranan penting dalam membangun sebuah negara,
hal ini dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Negara sendiri memiliki cita – cita yang mulia dalam pendidikan
seperti yang tertuang dalam Definisi Pendidikan Menurut Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab I, pasal 1 menggariskan
pengertian: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Perkembangan pendidikan pada era globalisasi saat ini harus berintikkan pada
inovasi - inovasi yang baru sebab perubahan zaman selalu memunculkan
tantangan-tantangan yang baru. Sehingga siswa dituntun untuk lebih mengembangkan
kemampuannya baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam tuntutan Kurikulum KTSP seperti yang dikutip dalam Mulyasa
(2006 : 22) adalah sebagai berikut :
2
Dengan demikian Kurikulum pun memiliki harapan bahwa sekolah
diberikan kebebasan untuk berinovasi mengembangkan kurikulum sesuai dengan
keadaan sekolahnya. Dengan kata lain guru menjadi ujung tombak pencapaian
tujuan kurikulum. Dengan inovasi – inovasi guru mengajar tentu hasil belajar pun
tentu meningkat sampai batas target yang ditentukan dalam ketuntasan hasil
belajar.
Untuk mencapai tujuan di atas tentu guru haru memiliki keprofesionalan
dalam mengajar. Supriadi (2003:14) mengutip laporan dari Jurnal “Educational
Leadership” bahwa guru profesional dituntut memiliki lima hal. Pertama, guru
mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Kedua, guru menguasai
secara mendalam bahan/materi pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarkannya. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa
melalui berbagai teknik evaluasi dan pengamatan perilaku. Keempat, guru mampu
berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Kelima, guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat
belajar dalam lingkungan profesinya. Berdasarkan analisis di atas berarti guru
profesional mengambil peranan yang kompleks dalam pembelajaran. Karena guru
yang profesional mampu menyesuaikan kondisi apapun untuk dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Itulah harapan – harapan dalam dunia
pendidikan dewasa ini.
Untuk membuktikan apakah harapan – harapan di atas telah terlaksana
dengan baik di tiap sekolah, peneliti melakukan satu observasi terhadap satu mata
3
tingkatan SMP. Dalam kurikulum tingkat SMP mata pelajaran IPS Terpadu
bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial
di masyarakat dan mampu memecahkan setiap masalah yang dihadapi di lingkungan
masyarakat.
Etin Solihatin dan Raharjo (2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran
IPS Terpadu diharapkan memberikan pemahaman tentang sejumlah konsep dan
mengembangkan nilai sikap, nilai, moral, dan keterampilan”. Mata pelajaran IPS
Terpadu mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP mata pelajaran IPS Terpadu memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS
Terpadu, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata
pelajaran IPS Terpadu disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat.
Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Untuk
melihat sejauh mana pencapaian hasil belajar IPS Terpadu, peneliti mengambil data
hasil belajar siswa dari salah satu sekolah yang peneliti teliti. Sekolah sasaran
peneliti yaitu SMP Swasta Jambi Medan. Berdasarkan DKN (Daftar Kumpulan
Nilai) yang diperoleh dari PKS (Pembantu Kepala Sekolah) I sekolah tersebut
4
Tabel 1.1. Hasil Belajar Ujian Akhir Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Swasta Jambi Medan
No Tahun Ajaran Terendah Nilai Tertinggi Nilai Nilai Rata-rata Ketuntasan Persentase
1 2013 – 2014 40 79 67,9 65,35 %
2 2014 – 2015 42 82 69,7 67,76 %
Sumber: Daftar nilai guru mata pelajaran IPS TERPADU Terpadu kelas VIII
Berdasarkan hasil belajar di atas terdapat beberapa permasalahan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan PKS (Pembantu Kepala Sekolah) I Kurikulum
di sekolah tersebut masalah yang dihadapi sekolah terkait hasil belajar adalah nilai
ketuntasan yang belum mencapai target. Sekolah sendiri memiliki KKM yang sudah
ditentukan yakni 70, dengan persentase ketuntasan hasil belajar mencapai 100 %.
Sehingga peneliti menemukan masalah disekolah tersebut adalah hasil belajar yang
belum mencapai target yang ditetapkan sekolah sesuai tuntutan kurikulum. Selain itu
peneliti menemukan masalah lain, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
siswa, peneliti menemukan bahwa kebanyakan siswa menyatakan bahwa belajar IPS
Terpadu itu membosankan, sehingga kurang memotivasi siswa untuk meningkatkan
hasil belajarnya.
Peneliti melakukan observasi dengan mengambil beberapa RPP guru IPS
Terpadu di sekolah tersebut. Ternyata guru di sekolah tersebut lebih banyak
menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yaitu metode ceramah.
Sehingga pembelajaran yang terbentuk menjadi satu arah atau lebih dikenal dengan
teacher center. Padahal menurut teori belajar Vigotsky (Salkind, 2004:278)
berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu dengan orang-orang
lain, merupakan faktor terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan
5
umumnya muncul dalam kerja sama antarsiswa sebelum fungsi mental yang lebih
tinggi terserap. Tugas guru yaitu menyediakan atau mengatur lingkungan belajar
siswa, dan mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, serta memberikan
dukungan dinamis, sedemikian hingga setiap siswa bisa berkembang secara
maksimal dalam zona perkembangan masing-masing. Teori belajar Vigotsky
merupakan bagian kegiatan pembelajaran untuk pembelajaran berbasis masalah
melalui bekerja kelompok kecil. Melalui kelompok ini siswa saling berdiskusi
memecahkan masalah yang diberikan dengan saling bertukar ide dan temuan
sehingga dapat disimpulkan. Guru dalam proses ini hanya membantu proses
penemuan jawaban jika terjadi sesuatu kesulitan atau yang lebih dikenal dengan
student center.
Berdasarkan teori belajar di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus
memiliki inovasi – inovasi baru dalam pembelajaran. Metode yang monoton tidak
bisa lagi menjadi acuan seperti yang selama ini digunakan yakni metode ceramah.
Guru harus dapat menggunakan model pembelajaran yang baru. Teori belajar
Vigotsky juga diperkuat oleh David Ausubel (Suparman, 2012:27) menyatakan
kegiatan belajar harus bermakna (meaningful learning) jika siswa mencoba
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Reigeluth juga menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh interaksi antara
model pembelajaran dengan kondisi dalam proses pembelajaran tersebut. Jadi
dapat dikaitkan bahwa metode ceramah yang secara terus menerus menyebabkan
siswa cepat bosan dan proses belajar tidak menyenangkan. Sehingga metode
6
kompleks di mana di dalamnya terdapat semua unsur yang dibutuhkan dalam
pembelajaran.
Berdasarkan masalah – masalah yang diuraikan di atas peneliti menduga
bahwa apa yang diharapkan pada harapan – harapan sebelumnya belum tercapai di
sekolah tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut. Tujuannya agar harapan – harapan yang dituntut dalam pendidikan
terlaksana di sekolah yang menjadi objek penelitian. Dengan demikian tuntutan
kurikulum terlaksana dan hasil belajar yang menjadi patokan ketuntasan belajar
memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan sesuai harapan sekolah dan
harapan kurikulum. Sehingga apa yang menjadi masalah – masalah di sekolah
tersebut dapat dipecahkan. Salah satu masalahnya adalah metode ceramah harus
diganti, bukan berarti model ini tidak dipakai tetapi harus diganti agar kondisi
belajar bervariasi dan menumbuhkan stimulus kepada siswa untuk meningkatkan
hasil belajarnya dengan menggunakan model yang baru.
Ada beberapa model pembelajaran yang bisa digunakan dalam
pembelajaran IPS Terpadu. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran IPS Terpadu dan model pembelajaran yang baru adalah model
pembelajaran inkuiri. Model inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richad
Suchman pada tahun 1962. Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris, yaitu “to
inquire”. Dalam Oxford Dictionary, sama dengan enquire atau enquiry yang
artinya ask somebody for information about something, request for information
about something; investigation atau act of asking questions or collecting
7
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Piaget beranggapan model inkuiri adalah pembelajaran yang mempersiapkan
situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya
seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang
berawal dari keingin tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce
(2000) menyatakan bahwa “ The general goal of inquiry training is to help
students develop the intellectual discipline and skills necessary to raise questions
and search out answers stemming from their curiosity”. Dalam pembelajaran
inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan
belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan
mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Model pembelajaran inkuiri mencakup Inkuiri Terbimbing (guided inquiry
approach), Inkuiri Bebas (free inquiry approach) dan Inkuiri Bebas yang
Dimodifikasikan (modified free inquiry approach). Dalam penelitian ini peneliti
menitik beratkan penelitiannya pada Inkuiri Terbimbing (guided inquiry) dan
Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (modifieded free inquiry) karena Inkuiri
Terbimbing (guided inquiry) dalam pelaksanaanya menitikberatkan pada
8
pembelajaran inkuiri, sedangkan Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (modifieded
free inquiry) guru hanya sebagai pengawas karena dalam pelaksanaan model
pembelajaran inkuiri tersebut seluruh tahapan sudah tersusun, sedangkan siswa
yang memiliki langkah sendiri dalam pelaksanaan inkuirinya. Model
pembelajaran Inkuiri tipe Inkuiri Terbimbing (guided inquiry) dan Inkuiri Bebes
Termodifikasi (modifieded free inquiry) diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa secara signifikan.
Penelitian ini juga menggunakan kemampuan berpikir kritis sebagai
variable moderat karena kemampuan berpikir kritis dapat memberi kelancaran
proses pembelajaran dalam model pembelajaran inkuiri. Dengam kemampuan
berpikir kritis, siswa dapat lebih mudah menganalisis penemuan mereka
berdasarkan teori pendukung yang mungkin membantu untuk menemukan hal
baru dalam menyelesaikan jawaban yang diberikan guru. Kemampuan berpikir
kritis dapat menunjang siswa untuk berpikir rasional dengan teori yang ada dan
teori yang baru sehingga dapat kita temukan jawaban yang baru atas jawaban dari
pertanyaan yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas penulis hendak meneliti Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Terhadap Hasil
Belajar IPS Terpadu SMP Kelas VIII. Model Pembelajaran Inkuiri sebagai
variable independen. Kemampuan berpikir kritis sebagai variable moderator dan
9
B.
Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian di atas, diidentifikasi masalah sebagai berikut: (1) Faktor
– faktor apa saja yang mendukung untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu
pada siswa SMP kelas VIII ?(2) Model pembelajaran Inkuiri apa yang paling tepat
untuk meningkatkan hasil belajar siswa ?(3) Model pembelajaran inkuiri apa yang
paling berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ? (4) Apakah
terdapat pengaruh kemampuan berpikir terhadap peningkatan hasil belajar ? (5)
Model pembelajaran Inkuiri mana yang lebih cocok dengan kemampuan berpikir
kritis ? (6) Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan kemampuan
berpikir kritis terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa SMP kelas VIII ?
C.
Pembatasan MasalahBerdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka pembatasan
masalah penelitian ini adalah perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa antara
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan Tipe Inkuiri
Terbimbing (Guide Inquiry) dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Inkuiri Tipe Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified free Inquiry) pada
siswa kelas VIII di SMP Swasta Jambi Medan T.P 2016/2017. Dengan
memperhatikan pengaruh variable moderator yaitu kemampuan berpikir siswa pada
10
D.
Rumusan MasalahDari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar dengan Model
pembelajaran Inkuiri dengan Tipe Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)
lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan Model pembelajaran
Inkuiri Tipe Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified free Inquiry) di kelas
VIII SMP Swasta Jambi Medan ?
2. Apakah hasil belajar IPS Terpadu siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang kemampuan
berpikir kritis rendah di kelas VIII SMP Swasta Jambi Medan ?
3. Apakah terdapat interaksi antara Model Pembelajaran Inkuiri dan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam mempengaruhi hasil belajar
siswa ?
E.
Tujuan PenelitianPenelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang pengaruh model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap
hasil belajar IPS Terpadu, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang diajarkan menggunakan Model pembelajaran Inkuiri dengan Tipe
Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) lebih tinggi dari pada siswa yang
11
Termodifikasi (Modified free Inquiry) di kelas VIII SMP Swasta Jambi
Medan.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari pada
siswa yang kemampuan berpikir kritis di kelas VIII SMP Swasta Jambi
Medan.
3. Untuk mengetahui interaksi antara Model Pembelajaran Inkuiri dan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam mempengaruhi hasil belajar
siswa.
F.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat TeoretisSecara teoretis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya pada
pembelajaran IPS Terpadu yang berkaitan dengan model pembelajaran,
kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar. Selain itu, penelitian ini dapat
bermanfaat untuk menambah sumber kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai
bahan acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat melibatkan siswa
12
b. Bagi Guru
Penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan informasi keefektifan penggunaan model pembelajaran dalam materi
menghargai hidup. Dan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dan efektif serta
sesuai dengan kemampuan berpikir.
c. Bagi Kepala Sekolah
Penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk melengkapi model pembelajaran guna mendukung
setiap proses pembelajaran di SMP Swasta Jambi Medan. Dan juga sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan guru IPS Terpadu dalam
menggunakan model pembelajaran sesuai dengan kemampuan berpikir.
d. Bagi Dinas Pendidikan
Penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk pengembangan model-model pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam mengajar di kelas. Dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam peningkatan kemampuan mengajar guru khususnya dalam
penggunaan model pembelajaran inkuiri.
e. Bagi Peneliti
Penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat menjadi
pembelajaran dalam penulisan penelitian ilmiah untuk mengembangkan
110 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka
dapat disimpulkan :
1. Hasil belajar IPS TERPADU pada kelas model pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inquiry) lebih tinggi dari hasil belajar IPS Terpadu
padakelas model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi (modifided free
inquiry) pada siswa SMP Swasta Jambi Medan Kecamatan Bantan Kabupaten
Medan Tembung. Hal ini dipengaruhi oleh peran serta guru yang menjadi
fasilitator yang selalu membimbing siswa dalam pemecahan masalah pada
pembelajaran.
2. Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi lebih tinggi dari hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis rendah pada siswa SMP Swasta Jambi
Medan Kecamatan Bantan Kabupaten Medan Tembung. Hal ini dipengaruhi
bahwa unsur – unsur kemampuan berpikir kritis tinggi dapat meningkatkan
hasil belajar.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan kemampuan berpikir
kritis terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa SMP Swasta Jambi
Medan Kecamatan Bantan Kabupaten Medan Tembung. Untuk model
111
111
kemampuan berpikir kritis tinggi. Karena model pembelajaran inkuiri harus
diimbangi dengan kemampuan berpikir kritis tinggi yang dimilki siswa.
B. Implikasi
Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan penelitian, diantaranya :
1. Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, yakni hasil belajar IPS
Terpadu pada kelas model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)
lebih tinggi dari hasil belajar IPS Terpadu padakelas model pembelajaran
inkuiri bebas termodifikasi (modifided free inquiry) pada siswa SMP Swasta
Jambi Medan Kecamatan Bantan Kabupaten Medan Tembung. Untuk itu perlu
dilakukan upaya pengembangan pembelajaran dikelas dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk tingkat SMP siswa kelas VIII.
Hasil yang ditemukan peneliti berbeda, dengan hasil peneliti lainnya. Tapi
perlu diingat keberhasilan model inkuiri terbimbing terletak pada peran guru
yang dapat menstimulus siswa untu dapat meningkatkan hasil belajar mereka
walaupun siswa tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi. Dengan
model inkuiri terbimbing siswa yang berkemampuan berpikir kritis tinggi
dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
2. Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, yakni hasil belajar IPS
Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih
112
112
berpikir kritis rendah pada siswa SMP Swasta Jambi Medan Kecamatan
Bantan Kabupaten Medan Tembung. Dengan begitu model pembelajaran
inkuiri dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apabila siswa yang menerima
pembelajaran tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.
Kemampuan berpikir kritis memiliki unsur yang dibutuhkan dalam proses
inkuiri. Dengan kata lain model pembelajaran inkuiri yang baik dapat
dilakukan apabila siswa memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.
Kemampuan berpikir kritis siswa juga dapat ditingkatkan agar model
pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi yang lain.
3. Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, yakni terdapat interaksi
antara model pembelajaran inkuiri dan kemampuan berpikir kritis terhadap
hasil belajar IPS Terpadu pada siswa SMP Swasta Jambi Medan Kecamatan
Bantan Kabupaten Medan Tembung. Model pembelajaran inkuiri merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan proses penemuan jawaban yang
ilmiah, sehingga pada saat perumusan hipotesis, siswa yang berkemampuan
berpikir kritis mengambil peranan aktif dengan bantuan guru. Kemampuan
berpikir kritis merupakan karekteristik siswa yang perlu ditingkatkan
kemampuananya. Dengan kemampuan berpikir kritis tinggi model
pembelajaran inkuiri dapat berjalan dengan baik. dengan begitu guru juga
harus dapat menstimulus siswa untuk bisa meningkatkan kemampuan berpikir
113
113
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa perlu
dilakukan upaya dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
Penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran di kelas dapat
dilakukan dengan : (a) mengharuskan guru menggunakan model pembelajaran
inkuiri pada beberapa materi pelajaran IPS Terpadu, (b) pihak sekolah harus
menyediakan peralatan belajar yang dipakai untuk menggunakan model
pembelajaran inkuiri tersebut, (c) melakukan pelatihan penggunaan model
pembelajaran inkuiri pada guru yang belum pernah melakukannya sebelumnya
supaya penelitian yang sejenis dapat diterapkan pada mata pelajaran ang lain.
2. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis tinggi pada siswa perlu
dilakukan upaya sebagai berikut : (a) mengelompokkan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah untuk menentukan model
pembelajaran inkuiri yang tepat, (b) perlu sesekali mengundang psikolog
untuk dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, (c)
sekolah memfasilitasi guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
114
114
3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang keterkaitan hasil belajar
siswa ditinjau dari penggunaan model pembelajaran inkuiri dan kemampuan
berpikir kritis siswa. Untuk itu peneliti harus menuangkan hasil penelitiannya
kedalam jurnal nasional maupun jurnal internasional agar dapat memberikan
kontribusi bagi para peneliti untuk meneliti hal yang sama. Karena melalui
jurnal pendidikan peneliti – peneliti yang lain dapat menambah pengetahuan
114
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Awan Mutakin .1998. Pengajaran IPS di Sekolah . Tidak Dipublikasikan
Cleaf,D.W. V.1991. Action in Elementary Social Studies. USA: Allyn &Bacon
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of
Critical Thinking Dispositions and Abilities. University of Illinois.
(http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCritic
alThinking_51711_000.pdf. diakses 28 april 2016).
Elok Nur Fauzia. 2014. "Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Ilmiah Pada Topik Kacamata Dan Lup" .(Tesis). Jakarta. PPs UNJ
Etin Solihatin dan Raharjo, 2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS, Bumi Aksara, Jakarta
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta : Grasindo
I. D. Kurniawati, Wartono, M. Diantoro. 2014. “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2014) 36-46. (E-mail: inungdiah@yahoo.co.id diakses 25 Mei 2016)
Joyce, Bruce dan Marsha Weil. 2008. Models of Teaching (Ed. 5th). Unites States
of America : Allyn & Bacon
Krathwol, DR. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory
Into Practice, (Online), 41 (4): 213-218, (http://www.unco.edu), diakses 22 April 2016.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta :
Kencana
115
Nurkhamid. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran CTL Inkuiri Bebas
Termodifikasi Dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi BelajarSiswa Ditinjau Dari KreativitasSiswa Dan Kemampuan Verbal. (Tesis). Jakarta. PPs Universitas Sebelas Maret
Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh Amitya Kumara.
2008. (Ed. 6 Jilid 2). Jakarta : Erlangga
Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behavior : Concepts, Controversies, Applications (7mEd.). Prentice-Hall International, Inc.
Ratnawati, Dewi. 2008. Penyusunan Langkah-langkah Pembelajaran.
(
https://www.academia.edu/8944202/Penyusunan_Langkah-Langkah_Pembelajaran, diakses pada 28 Juni 2016)
Romiszowski, A.J. 1981. Designing Instructional System: Decision Making in Course Planning and Curriculum Design. London: Kogan Page Schmeck, RR 1987. Learning Strategy and Learning Style New York. Plenum Press.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Saidihardjo & Sumadi HS. (1996). Konsep dasar Ilmu pengetahuan Sosial. (Buku1). Yogyakarta : FIP IKIP
Salkind, N.J. (2004). An introduction to theories of human development. London: Sage Publications, Inc. Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education (Online)Volume 2 Nomor 3 Tahun 2015 ISSN 2407-7925
(http://idealmathedu.p4tkmatematika.org, diakses 23 Maret 2016)
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta
Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.
Sudjana, N. 2002. Penilaian hasil dan Proses Hasil Belajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya
116
Suparman. A. M .2012. Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan: Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga
Supriadi. 2013 Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan Tahun 2008. Universitas Negeri Semarang
Sukmawati . 2013. Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Media Powerpoint Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Khusus Siswa SMK Kelas X. (Tesis). Medan: Program Pascasarjana Unimed
Sutrisno, 2006. Pengaruh model pembelajaran dan gaya berpikir terhadap hasil
belajar kimia siswa (tesis), Medan: Program Pascasarjana Unimed.
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia, Yogyakarta : Graha Ilmu