• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) DI KELAS VIII SMP NEGERI 17 MEDAN T.A. 2015/ 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) DI KELAS VIII SMP NEGERI 17 MEDAN T.A. 2015/ 2016."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) DI KELAS VIII SMP NEGERI 17 MEDAN T.A. 2015/ 2016

Oleh:

Rikardo Hutagaol NIM. 4123111067

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) DI KELAS VIII SMP NEGERI 17 MEDAN T.A. 2015/ 2016

Rikardo Hutagaol (4123111067)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 17 Medan yang berjumlah 32 orang. Objek penelitian ini adalah meningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada materi kubus dan balok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan komunikasi matematik. Sebelum diberikan, tes terlebih dahulu divalidkan ke validator.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan penulis pada siklus I termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata nilai observasi 3,05, dan pada siklus II termasuk kategori baik dengan rata-rata nilai observasi 3,18.

Berdasarkan analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I melalui tes kemampuan komunkasi matematik I diperoleh 18 orang siswa (56,25%) dari 32 orang siswa telah mencapai nilai 65. Setelah siklus II, melalui tes kemampuan komunkasi matematik II diperoleh 28 orang siswa (87,5%) dari 32 orang siswa telah mencapai nilai 65. Terjadi peningkatan persentasi tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh nilai 65 sebesar 31,25%.

Hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa pada setiap aspek yang diteliti, pada aspek representasi rata-rata nilai siswa pada siklus I 65,63, pada siklus II meningkat menjadi 82,03, aspek menggambar pada siklus I 82,03, pada siklus II meningkat menjadi 85,94, aspek menulis/ menjelaskan pada siklus I 51,56, pada siklus II meningkat menjadi 75,78. Nilai rata-rata pada tes kemampuan komunikasi matematik pada siklus I masih rendah dengan nilai rata-rata 62,7 dan pada siklus II meningkat menjadi 79,88 sudah dalam kategori sedang. Peningkatan nilai rata-rata tes yaitu 17,18.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia yang diberiakan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) di Kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A. 2015/ 2016”. Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada Rektor UNIMED Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, beserta seluruh Wakil Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II, dan III di lingkungan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

(5)

v

selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 17 Medan dan Ibu Darwani Harahap, S.Pd selaku Guru Matematika SMP Negeri 17 Medan yang telah banyak membantu selama penelitian ini.

Teristimewa rasa terimakasih dan cinta penulis kepada Ayahanda J.R.Hutagaol dan Ibunda U.D.Napitupulu, orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendoakan penulis. Terima kasih juga buat abang saya Beriman Hendro Hutagaol dan adik saya Tri Astuty Juliani Hutagaol yang saya banggakan, yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis, serta seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu turut ambil bagian dalam membantu secara moral dan materi dalam perjalanan studi penulis di Universitas Negeri Medan dan selalu mendukung penulis dalam perkuliahan dan telah banyak memberi motivasi, kasih sayang, semangat, nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.

Ucapan terimakasih juga kepada orang-orang luar biasa di sekeliling penulis yang selalu memberi dukungan dan semangat, teman-teman seperjuangan di Reguler C Pendidikan Matematika stambuk 2012, dan teman-teman kos Jalan Belat No.104. Seluruh anggota IKBKM dan Astonish Small Group UKMPKP. Terimakasih juga kepada teman-teman PPLT Unimed 2015 yang juga selalu memberi dukungan.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Juni 2016 Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 11

1.3.Batasan Masalah 11

1.4.Rumusan Masalah 12

1.5.Tujuan Penelitian 12

1.6.Manfaat Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 13

2.1.2. Pengertian Komunikasi 16

2.1.3. Komunikasi Matematik 18

2.1.4. Model Pembelajaran 23

2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif 24

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write 26 2.1.7. Teori Belajar Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Talk-Write 31

2.1.8. Uraian Materi Kubus dan Balok 37

2.1.8.1. Unsur-unsur Kubus dan Balok 37

2.1.8.2. Jaring-jaring Kubus dan Balok 42 2.1.8.3. Luas Permukaan Kubus dan Balok 44

2.1.8.4. Volume Kubus dan Balok 46

2.2. Penelitian Relevan 47

2.3. Kerangka Konseptual 48

2.4. Hipotesis Tindakan 49

BAB III METODE PENELITIAN 50

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 50

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 50

3.2.1. Subjek Penelitian 50

3.2.2. Objek Penelitian 50

3.3. Jenis Penelitian 50

(7)

vii

3.5. Prosedur Penelitian 51

3.6. Alat Pengumpul Data 55

3.6.1. Tes 55

3.6.2. Observasi 59

3.6.3. Dokumentasi 59

3.7. Teknik Analisis Data 60

3.8. Kriteria Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik 62

3.9. Indikator Keberhasilan Penelitian 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64

4.1. Perencanaan dan Pelaksanaan Siklus I 64

4.1.1. Permasalahan Awal 64

4.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 65

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 66

4.2. Hasil Penelitian Siklus I 66

4.2.1. Hasil Observasi I 66

4.2.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi I 69

4.2.3. Refleksi I 70

4.3. Perencanaan dan Pelaksanaan Siklus II 72

4.3.1. Permasalahan II 72

4.3.2. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II) 72

4.3.3. Pelaksanaan Tindakan II 73

4.4. Hasil Penelitian Siklus II 73

4.4.1. Hasil Observasi II 73

4.4.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi II 75

4.4.3. Refleksi II 77

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian 78

4.6. Temuan Penelitian 81

4.7. Rekap Tindakan 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 89

5.1. Kesimpulan 89

5.2. Saran 90

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Contoh Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan

Kemampuan Awal 6

Gambar 2.1. Desain Pembelajaran TTW 31

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 54 Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Nilai Kemampuan Komunikasi Matematik

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Aspek dan Indikator Komunikasi Matematik Siswa dalam

Penelitian Ini 22

Tabel 2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 26

Tabel 2.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW 29 Tabel 2.4. Teori Belajar Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TTW 34

Tabel 3.1. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik 56 Tabel.3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik 57 Tabel.3.3. Pedoman Penskoran Tes kemampuan Komunikasi Matematik 58 Tabel.3.4. Kategori Kemampuan Komunikasi Matematik 61 Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Observasi Guru pada Siklus I 67 Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan

Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Siklus I 70 Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada SIklus II 74 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan

Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Siklus I 76

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 94

Lampiran 2. Tes Kemampuan Awal 95

Lampiran 3. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 97

Lampiran 4. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Awal 99

Lampiran 5. Lembar Wawancara 101

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 103 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 109 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus I) 115 Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus I) 118 Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus I) 121 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus II) 125 Lampiran 12. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik I 128 Lampiran 13. Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik I 130

Lampiran 14. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik I 136 Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik I 138

Lampiran 16. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik I 140

Lampiran 17. Lembar Observasi Guru (Siklus I) 142 Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 148

Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 154 Lampiran 20. Lembar Aktivitas Siswa III (Siklus II) 160

(11)

xi

Lampiran 25. Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik II 176

Lampiran 26. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik II 182 Lampiran 27. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik II 184

Lampiran 28. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik II 186

Lampiran 29. Lembar Observasi Guru (Siklus II) 188

Lampiran 30. Hasil Tes Kemampuan Awal 194

Lampiran 31. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa Berdasarkan Aspek yang Diukur Pada Siklus I 196 Lampiran 32. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik I (Siklus I) 198 Lampiran 33. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa Berdasarkan Aspek yang Diukur Pada Siklus II 200 Lampiran 34. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik II (Siklus II) 202 Lampiran 35. Perhitungan Reliabilitas Pengamatan 204

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Dengan adanya pendidikan ini maka manusia atau seseorang dapat mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan Sumber Daya Manusia yang tinggi. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Perkembangan IPTEKS mampu membantu manusia dalam beraktivitas terutama yang berhubungan dengan kegiatan di bidang pendidikan, perindustrian, dan telekomunikasi. Perkembangan IPTEKS sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia, namun di sisi lain untuk mempelajari keseluruhan informasi mengenai IPTEKS tersebut diperlukan kemampuan yang memadai bahkan lebih, agar cara mendapatkannya, memilih yang sesuai dengan budaya kita, bahkan mengolah kembali informasi tersebut menjadi suatu kenyataan (Ansari, 2009:1).

(13)

2

matematika adalah membantu siswa agar berpikir kritis, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, disertai dengan iman dan taqwa (Ansari, 2009:1).

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012:204), mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) juga menambahkan, matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Namun pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia khususnya matematika masih rendah. Beberapa ahli matematika seperti Russefendi dan Sriyanto (dalam Bambang R, 2008:1) mensinyalir kelemahan matematika pada siswa Indonesia karena pelajaran matematika disekolah ditakuti bahkan dibenci siswa dan sikap negatif ini muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika sulit.

Menurut Polla (dalam Kesumawati, 2009:3) mengemukakan bahwa: “Pendidikan matematika di Indonesia, nampaknya perlu reformasi terutama dari segi pembelajarannya. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini begitu banyak siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu sangat sulit dan merupakan momok, akibatnya mereka tidak menyenangi bahkan benci pada pelajaran matematika”.

(14)

3

matematika di SMP Negeri 17 Medan yaitu Ibu Darwani Harahap pada tanggal 18 Januari 2016 saat ditanyakan tentang berapa banyakkah kira-kira siswa yang menyukai pelajaran matematika, Ibu Darwani mengatakan bahwa:

“Siswa yang menyukai pelajaran matematika sekitar 50%. Namun, ada juga kelas sedikit dari mereka yang menyukai matematika. Karena mereka menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit dan memang karena mereka yang kurang mampu menangkap materi pelajaran”.

Banyak faktor yang menyebabkan pelajaran matematika dianggap sulit oleh siswa. Menurut Bambang R (2008:1) bahwa :

“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, di antaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang membingungkan. Selain itu beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.

Dari pernyataan di atas matematika kurang disukai siswa dan dianggap pelajaran sulit karena karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis dan penuh dengan lambang-lambang, rumus-rumus, dan hitungan. Ibu Darwani Harahap, selaku guru matematika di SMP Negeri 17 Medan juga mengatakan: “Banyak siswa yang malas (kurang suka) pada matematika, hal ini disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam menerjemahkan atau menafsirkan ide atau gagasan matematika yang terkandung dalam soal sehingga siswa tidak dapat menyusun model matematika dengan benar untuk dapat menyelesaikan soal tersebut. Siswa juga mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal baru atau soal-soal-soal-soal yang berbeda dengan contoh yang dijelaskan oleh guru”.

(15)

4

Pembelajaran langsung (direct instruction) adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (Trianto 2009:41). Metode inilah yang dapat membuat siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar karena siswa belajar dengan cara menonton guru dalam menjelaskan dan memecahkan masalahnya sendiri, Brooks & Brooks (dalam Ansari, 2009:2) menamakan pembelajaran seperti pola ini sebagai konvensional, karena suasana kelas masih didominasi guru dan menitikberatkan pembelajaran pada keterampilan tingkat rendah. Pembelajaran seperti ini tidak memberi kebebasan berpikir siswa, melainkan belajar hanya untuk tujuan singkat. Apabila pembelajaran matematika menekankan pada aturan dan prosedur, ini dapat memberi kesan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang dihafal, hal inilah yang dapat membuat siswa tidak bebas dalam berpikir dan menyampaikan ide-idenya.

Menurut Hasibuan (2014:2) mengatakan bahwa:

“Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI IPA, SMA Negeri 1 Lubuk Alung, pembelajaran belum mengarahkan siswa untuk memahami materi matematika dengan baik. Siswa masih cenderung menghafal prinsip dan prosedur yang diberikan tanpa memaknai prinsip dan prosedur tersebut. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan soal yang berbeda dengan contoh soal, siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut”.

(16)

5

kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mencermati kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006) siswa dituntut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa secara tidak langsung harus dapat mengkomunikasikan hasil belajar baik secara tulisan maupun lisan. Namun kenyataan yang ada, siswa sulit untuk aktif karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi matematik sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran.

Dengan demikian, komunikasi matematik baik sebagai aktivitas sosial (talking) maupun sebagai alat bantu berpikir (writing) adalah kemampuan yang mendapat rekomendasi para pakar agar terus ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Shield dan Swinso (dalam Ansari, 2009:4) mengemukakan bahwa menulis dalam matematika dapat membantu merealisasikan satu tujuan pembelajran, yaitu pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Bahkan Within dan Whitin (dalam Ansari, 2009:5) menyebutkan pengembangan kemampuan personal siswa mengenai talking dan writing merupakan tujuan yang sangat penting dalam memasuki abad ke-21. Di sisi lain, Greenes dan Schlman (dalam Ansari, 2009:4) mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, dan (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru bidang studi matematika di SMP Negeri 17 Medan yaitu Ibu Darwani Harahap menyatakan bahwa:

(17)

6

Saat penulis melakukan observasi ada beberapa hal kesulitan yang dialami siswa pada saat pembelajaran khususnya pada bagian komunikasi matematik siswa. Ketika penulis menyuruh siswa untuk menanggapi ataupun memberikan pertanyaan hanya 30% yang berani mengungkapkan pendapatnya ataupun memberikan pertanyaan. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat belajar siswa dan kurang menyenangi pelajaran matematika akhirnya membuat siswa tidak mengerti dan tidak memahami pelajaran yang diberikan guru.

Dari hasil observasi yang dilakukan penulis terhadap siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 17 Medan orang melalui tes kemampuan awal yang diberikan, diperoleh siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Tes yang diberikan berhubungan dengan materi persegi dan persegi panjang yang sebelumnya telah diajarkan. Alasan dipilih materi ini karena materi tersebut merupakan materi prasyarat dari materi kubus dan balok. Kebanyakan siswa tidak mampu menyelesaikan permasalahan secara lengkap dan logis yaitu penyelesaian siswa menggunakan langkah dan strategi yang salah, tidak runtut, sehingga menghasilkan penyelesaian yang salah atau bahkan tidak mendapatkan jawaban akhir. Beberapa contohnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1. Contoh Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Tes Kemampuan Awal

Pada soal nomor 2, siswa tidak mampu

mengilustrasikan ide atau permasalahan dari tabel sisi dan luas persegi ke dalam bentuk grafik yang

(18)

7

Pada soal nomor 3, siswa tidak mampu

menjelaskan atau menjawab menjawab sesuai pertanyaan, siswa tidak mencari luas lapangan kemudian dikalikan Rp40.000,- per m2. Hal ini berakibat jawaban akhir menjadi salah.

Pada soal nomor 4, siswa memberikan jawaban benar, namun penjelasan kurang masuk akal dan tidak menyimpulkan jawaban persoalan.

(19)

8

Rendahnya kemampuan komunikasi matematik, tidak lepas dari proses pembelajaran matematika. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis di Sekolah Menengah Pertama (SMP) disebabkan guru masih cenderung aktif, dengan pendekatan ceramah menyampaikan materi kepada para peserta didik sehingga siswa dalam mengkomunikasi matematis masih sangat kurang (dalam Darkasyi, 2014:1).

Untuk mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka guru perlu mengusahakan perbaikan strategi belajar sebagai suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dengan mengusahakan agar siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar dapat mengkonstruksikan sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran, dan berkomunikasi (doing math), sebagai cara pelatihan berpikir kritis dan kreatif.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi pengetahuan mereka. Serta dalam Ansari (2009:5) diungkapkan:

“Suatu cara untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematik di kalangan siswa pada semua tingkat sekolah adalah dengan representasi yang relevan. Representasi adalah bentuk baru sebagai translasi dari suatu masalah atau ide atau translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata”.

(20)

9

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda (Slavin, 2005:103).

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW). Model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (Hamdayama, 2014:217) ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Siswa diberikan waktu untuk melakukan kegiatan berpikir, menyusun ide-ide atau gagasan dan kemudian menuliskannya. Menurut Hamdayama (2014:217) model Think Talk Write adalah:

Secara etimologi, think diartikan dengan “berpikir”, talk diartikan dengan berbicara, sedangkan write diartikan sebagai “menulis”. Jadi think-talk-write bisa diartikan sebagai berpikir, berbicara dan menulis. Sedangkan strategi think-talk-write adalah sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi dan alternatif solusi), hasil bacaaanya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil presentasi”.

(21)

10

untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Sebagaimana pernyataan

Ansari (2009:65) bahwa: “model pembelajaran yang dapat menumbuh

-kembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah berpikir (think), diskusi (talk), dan menulis (write)”.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir sendiri dalam kelompok setelah membaca materi selanjutnya berbicara atau membagikan ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok dan dilanjutkan dengan menuliskan ide-ide yang diperolehnya dalam bentuk laporan atau kesimpulan. Menurut Miftahul Huda (2011:220) menyatakan bahwa pembelajaran dimulai dengan siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think) untuk dibawa ke forum diskusi, selanjutnya siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan (write). Pada kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari.

Kegiatan berpikir dapat dilihat dari proses siswa membaca suatu teks atau cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat catatan siswa menterjemahkan sendiri apa yang telah dibaca ke bahasanya sendiri. Membuat catatan dapat mempertinggi pengetahuan siswa dan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.

(22)

11

Tahapan write atau menulis berarti mengkonstruksi ide melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajarinya. Kegiatan menulis membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat kemampuan komunikasi matematik siswa secara tertulis.

Dari uraian di atas, melalui penelitian ini penulis mengharapkan kemampuan komunikasi matematik siswa dapat meningkat. Untuk itu penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) di Kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A. 2015/ 2016”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang menyukai matematika.

2. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal baru atau soal-soal yang berbeda dengan contoh yang dijelaskan oleh guru.

3. Kemampuan komunikasi matematik siswa di kelas VIII-8 SMP Negeri 17 Medan masih sangat rendah.

4. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum efektif, kurang variatif, serta masih bersifat konvensional.

5. Guru bidang studi matematika di kelas VIII-8 SMP Negeri 17 Medan kurang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dalam belajar matematika.

1.3. Batasan Masalah

(23)

12

Penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada kemampuan komunikasi matematik, metode pembelajaran serta penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) yang dijabarkan menjadi upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan.

1.4. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/ 2016?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/ 2016.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil adalah :

1. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. 2. Bagi guru, sebagai pertimbangan untuk menentukan model pembelajaran

yang tepat dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi penulis, sebagai masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa yang akan datang.

4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif pengajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW).

(24)

89 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran diperoleh bahwa pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi guru pada siklus I dengan dengan rata-rata nilai sebesar 3,05 meningkat pada siklus II menjadi 3,18.

(25)

90

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 17 Medan, disarankan memperhatikan kemampuan komunikasi matematik dan melibatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk

itu disarankan hendaknya guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

2. Guru diharapkan selalu membantu dan memotivasi siswa untuk terbiasa membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan agar siswa mempunyai percaya diri dalam berinteraksi dengan sesama siswa.

3. Kepada siswa SMP Negeri 17 Medan khususnya siswa yang ber-kemampuan komunikasi matematik rendah agar lebih banyak berlatih, membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomuni-kasikan ide-ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran matematika.

(26)

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkusilatan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta

Ammy, P. M., (2013), Perbedaan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa yang Diberi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) dengan Pembelajaran Langsung, Tesis, Universitas Negeri Medan, Medan

Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Pena, Banda Aceh

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi, (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta

Asmani, Jamal M., (2011), Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Laksana, Yogyakarta

Asmin, dan Abil M., (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa, Medan

Bambang, R. (2007). Membangun Keterampilan Komunikasi Komunikasi Matematika, Tulisan Seminar Internasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta https://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/mem bangunketerampilan-komunikasi-matematika.html (diakses 15 Januari

2016 07:26)

Darkasyi, Muhammad, (2014), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe, Jurnal Didaktik Matematik, Vol 1, No.1, April 2014, ISSN : 2355-4185

(27)

92

Elida, N., (2012), Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), Jurnal Ilmiah Program Studi STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No. 2 : 178 – 185

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa

Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA UNIMED, Medan

Hamdayama, J., (2014), Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Ghalia Indonesia, Bogor

Hasibuan, H., (2014), Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika Kelas XI IPA SMAN 1 Lubuk Alung, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 3, No.1, 2014

Huda, Miftahul, (2011), Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Belajar, Yogyakarta

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang

Isjoni, (2009), Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Alfabeta, Pekanbaru

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan Kesumawati, N., (2009), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, ISBN : 978-979-16353-3-2

Masidjo, (1995), Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Kanisius, Yogyakarta

Saputra, H., (2013), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

(28)

93

Siregar, Dison P., (2015), Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Muara T.A. 2014/2015, Skripsi, FMIPA UNIMED, Medan

Slameto, (2013), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,

Rineka Cipta, Jakarta

Slavin, R., (2005), Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, Nusa

Media, Bandung

Soegito, E. dan Yuliani N., (2003), Materi Pokok Kemampuan Dasar Mengajar, Universitas Terbuka, Jakarta

Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung

Suprijono, (2010), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran inovatif-progresif,

Gambar

Gambar 1.1. Contoh Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan
Gambar 1.1. Contoh Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Tes

Referensi

Dokumen terkait

(200 M x 106 M) dan 1 (satu) pintu rumah papan yang terletak di atas tanah tersebut dengan ukuran 4 x 3 M sama dengan luas 12 M, yang terletak di kampung Pilar Jaya, Kecamatan

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat situs (website) dengan menggunakan program aplikasi Macromedia Flash MX, dengan tujuan membantu bagi para penggemar anime dan manga

2) Berilah tanda checklist (  ) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat anda alami sebagai tenaga kerja pada komponen-komponen variabel.

Berdasarkan temuan Tim Inspeksi Veteriner dan semakin meningkatnya jumlah perusahaan pengolah perikanan Indonesia yang masuk dalam daftar RASFF Komisi Eropa, serta respon yang

Sehingga para anggota rapat tidak perlu takut tidak ke bagian jalur transmisi karena dengan penambahan acces point tersebut daya tampung semakin besar, para anggota juga cukup duduk

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan