• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAYURMATINGGI MELALUI PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAYURMATINGGI MELALUI PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP

NEGERI 1 SAYURMATINGGI MELALUI PEMBELAJARAN INVESTIGASI

KELOMPOK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

JUINDI FERDINAN SIMANUNGKALIT NIM. 8126171014

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

JUINDI FERDINAN SIMANUNGKALIT. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sayurmatinggi Melalui Pembelajaran Investigasi Kelompok. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran investigasi kelompok lebih baik dari pada yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran investigasi kelompok lebih baik dari pada yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (3) ada atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran investigasi kelompok dan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, (4) ada atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran investigasi kelompok dan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, dan (5) bagaimana ragam jawaban siswa yang diajar melalui pembelajaran investigasi kelompok. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak (cluster random sampling), dua kelas yang terpilih adalah kelas VII-2 SMP Negeri 1 Sayurmatinggi sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-3 SMP Negeri 1 Sayurmatinggi sebagai kelas kontrol, kelas eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran investigasi kelompok, kelas control diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Analisis data dilakukan dengan ANAVA Dua Jalur. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diberi pembelajaran investigasi kelompok dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional; (2) Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang diberi pembelajaran investigasi kelompok dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional; (3) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa; (4) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa; dan (5) Proses penyelesaian jawaban tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika pada kelas yang diajarkan dengan pembelajaran investigasi kelompok lebih baik dan terlihat langkah-langkah penyelesaian berurutan dan benar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian ini maka para guru matematika disarankan untuk menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok sebagai model pembelajaran alternative dalam pembelajaran matematika.

(7)

ii ABSTRACT

JUINDI FERDINAN SIMANUNGKALIT. Upgrades Mathematical Problem Solving and Communication Seventh Grade Students of SMP Negeri 1 Sayurmatinggi Through Learning Group Investigation. Thesis. Mathematics Education Graduate University of Medan. 2016.

This study aims to determine: (1) increase the ability of solving mathematical problems students who are taught by teaching investigative group is better than the one taught by conventional learning, (2) increase the ability of mathematical communication students who are taught by teaching investigative group is better than that taught by conventional learning, (3) the presence or absence of interaction between the learning model group investigation and initial ability of students to increase the ability of mathematical problem solving by students, (4) the presence or absence of interaction between the learning model group investigation and initial ability of students to improving the communication skills of mathematical students, and (5) how diverse responses of the students who were taught through learning group investigation. The sampling technique in this research is done randomly (cluster random sampling), two classes were chosen is a class 2 SMP Negeri 1 Sayurmatinggi as an experimental class and class VII-3 SMP Negeri 1 Sayurmatinggi as the control class, the experimental class treated learning model investigative group, class control-treated conventional learning. Data were analyzed by ANOVA Two Paths. From the research results can be concluded: (1) There is a significant increase in the problem-solving ability among students by teaching investigative groups with students who were given the conventional learning; (2) There is a significant improvement to the mathematical communication skills among students by teaching investigative groups with students who were given the conventional learning; (3) There is no interaction between prior knowledge and students 'mathematics learning model to increase students' mathematical problem solving ability; (4) There is no interaction between prior knowledge and students 'mathematics learning model to increase students' mathematical communication skills; and (5) Settlement process test answer problem-solving abilities and communication classes taught mathematics at the investigative group learning better and visible steps to resolve the correct sequence and compared with the conventional learning. Based on these results it is math teachers are advised to use the investigative group learning model as an alternative model of learning in mathematics.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas limpahan berkat, rahmat, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sayurmatinggi Melalui Pembelajaran Investigasi Kelompok” ini dapat diselesaikan. Penyusunan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikanpada Program Studi Pendidikan Matematika PPs UNIMED Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1) Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, Ed., Ph.D selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh ketelitian, kesabaran, kesediaannya menerima keluh kesah penulis, dan pengertian yang luar biasa dalam membimbing penulis di sela-selakesibukannya.

2) Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd.,bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., dan bapak Dr. E. Elvis Napiyupulu, M.S selaku narasumber yang telah memberikan banyak masukan.

(9)

iv

4) Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sayurmatinggi, yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.

5) Teman-teman seperjuangan yang juga banyak memberikan masukan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, dan apa yang diuraikan mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya penulisan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2016 Penulis,

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 16

1.3.Pembatasan Masalah ... 17

1.4.Rumusan Masalah ... 17

1.5.Tujuan Penelitian ... 18

1.6.Manfaat Penelitian ... 19

1.7.Defenisi Operasional ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22

2.1.Masalah Matematika ... 22

2.2.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 24

2.3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 29

2.4. Hakekat Pembelajaran Investigasi Kelompok ... 38

2.4.1 Pengertian Investigasi Kelompok ... 38

2.4.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Investigasi Kelompok ... 41

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Investigasi Kelompok ... 43

2.5. Pembelajaran Konvensional ... 44

2.6. Teori Belajar Yang Mendukung ... 47

2.7. Penelitian Yang Relevan ... 53

2.8.Kerangka Konseptual ... 55 2.8.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(11)

vi

Baik daripada Kemampuan Pemecahan Masalah yang diajar

dengan Pembelajaran konvensional... 55

2.8.2 Peningkatan Komunikasi Matematis Siswa dengan Model Pembelajaran Investigasi kelompok lebih baik daripada Kemampuan Pemecahan Masalah yang diajar dengan Pembelajaran konvensional ... 56

2.8.3 Terdapat Interaksi Antara Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dan Kemampuan Awal Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 57

2.8.4 Terdapat Interaksi Antara Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dan Kemampuan Awal Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 58

2.8.5 Proses Jawaban Siswa yang Diajarkan Melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok ... 59

2.9.Hipotesis Penelitian ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

3.1.Jenis Penelitian ... 61

3.2.Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 61

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 61

3.4.Variabel Penelitian ... 63

3.5.Desain Penelitian ... 63

3.6.Instrumen Penelitian ... 64

3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 65

3.6.2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 67

3.6.3. Analisis Instrumen Penelitian/Tes ... 69

3.6.3.1.Validitas Butir Soal ... 69

3.6.3.2. Menghitung Reliabilitas ... 71

3.6.3.3. Menghitung Tingkat Kesukaran Soal dan Daya Pembeda ... 72

(12)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 82

4.1.Hasil Penelitian ... 82

4.1.1. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen Tes ... 83

4.1.2. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika ... 85

4.1.2.1. Analisis Inferensial Data KAM Siswa ... 88

4.1.3. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 91

4.1.4. Analisis Inferensial Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 95

4.1.4.1. Analisis Uji Prasyarat ... 96

4.1.4.2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 99

4.1.4.3. Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 103

4.1.5. Analsis Deskriptif Data Kemampuan Komunikasi Matematika ... 107

4.1.6. Analisis Inferensial Kemampuan Komunikasi Matematika ... 111

4.1.6.1. Analisis Uji Prasyarat ... 111

4.1.6.2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika... 115

4.1.6.3. Interaksi Antara Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 115

4.1.7. Deskripsi Proses Penyelesaian Masalah Untuk Setiap Kemampuan Pada Masing-Masing Pembelajaran... 118

4.1.7.1. Proses Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 118

4.1.7.2. Proses Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 125

4.2.Keterbatasan Penelitian ... 131

Bab V Simpulan dan Saran ... 134

5.1 Kesimpulan ... 134

5.2 Saran ... 135

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional ... 45

Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Konvensional Dengan Pembelajaran Investigasi Kelompok ... 46

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 63

Tabel 3.2. Tabel Weiner Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 64

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Butir Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 65

Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 66

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Butir Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 67

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 68

Tabel 3.7. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik Yang Digunakan ... 81

Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 83

Tabel 4.2 Hasil validasi Instrumen Tes ... 84

Tabel 4.3. Deskripsi Data KAM Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 85

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas KAM Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen . 89

Tabel 4.5. Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 90

Tabel 4.6. Hasil Uji Kesetaraan Data KAM Siswa Kedua Kelas Pembelajaran . 91

(14)

ix

Tabel 4.8. Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan KAM dan

Pembelajaran ... 93

Tabel 4.9. Rincian Hasil Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 94

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96

Tabel 4.11. Uji Homogenitas Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 98

Tabel 4.12. Hasil Uji Hipotesis Dengan SPSS ... 99

Tabel 4.13. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 108

Tabel 4.14. Gain Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan KAM dan Pembelajaran ... 109

Tabel 4.15. Rincian Hasil Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 110

Tabel 4.16. Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematika ... 112

Tabel 4.17. Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematika ... 113

Tabel 4.18. Hasil Uji Hipotesis Dengan SPSS ... ... 114

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1a Kesalahan Siswa dalam memahami dan Langkah

Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah ... 5 Gambar 1.1b Kesalahan Siswa dalam memahami dan Langkah

Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah ... 6 Gambar 1.2a Kesalahan Siswa dalam memahami dan Langkah

Menyelesaikan Soal Komunikasi ... 10 Gambar 1.2b Kesalahan Siswa dalam memahami dan Langkah

Menyelesaikan Soal Komunikasi ... 10 Gambar 3.1. Diagram Prosedur Penelitian... 74 Gambar 4.1 Diagram Rincian Hasil Indikator Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa ... 95 Gambar 4.2. Estimasi gain Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Berdasarkan KAM ... 104 Gambar 4.3. Estimasi gain Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Berdasarkan KAM ... 117 Gambar 4.4. Hasil Jawaban Siswa pada Nomor 1 untuk Kelas Eksperimen ... 119 Gambar 4.5. Hasil Jawaban Siswa pada Nomor 1 untuk Kelas Kontrol ... 119 Gambar 4.6. (a) dan (b) Hasil Jawaban Siswa pada Nomor 2 dan 3 untuk

Kelas Eksperimen... 120 Gambar 4.7. (a) dan (b) Hasil Jawaban Siswa pada Nomor 2 dan 3 untuk

Kelas Kontrol ... 122 Gambar 4.8. Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 4 pada Kelas

Eksperimen ... 123 Gambar 4.9. Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 4 pada Kelas

(16)

xi

Gambar 4.10. Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 1 pada Kelas

Eksperimen ... 125 Gambar 4.11. Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 1 pada Kelas

Kontrol ... 126 Gambar 4.12. (a) dan (b) Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 2 dan 3

pada Kelas Eksperimen ... 127 Gambar 4.13. (a) dan (b) Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 2 dan 3

pada Kelas Kontrol ... 128 Gambar 4.14. Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 4 dan 5 pada Kelas

Eksperimen ... 129 Gambar 4.15. Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 4 dan 5 pada Kelas

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

pesat, sangat menuntut kita untuk berkembang seiring perkembangan itu.

Perkembangan IPTEK tersebut mendatangkan tuntutan kehidupan yang semakin

tinggi yang banyak menimbulkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini, dunia pendidikan merupakan salah satu sarana pembentuk sumber

daya manusia yang lebih baik dan menciptakan pribadi seseorang untuk lebih

mampu berkembang dan siap menghadapi kehidupan nyata yang akan

dihadapinya. Dunia pendidikan telah banyak melakukan usaha demi

meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah memperbaiki kurikulum

pendidikan. Seperti pada saat ini telah diberlakukannya kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Dalam pendidikan disekolah, matematika merupakan salah satu disiplin

ilmu yang memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sehingga matematika perlu dipahami dengan baik oleh seluruh lapisan

masyarakat, terutama siswa, mahasiswa dan ilmuan lainnya. Dalam hal ini,

Hudojo (2005:37) mengatakan bahwa matematika adalah suatu alat untuk

(18)

2

untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK

sehingga matematika perlu dibekalkan pada setiap peserta didik sejak SD bahkan

sejak TK. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1991:94) yang menyatakan

bahwa “kita harus menyadari bahwa matematika itu penting baik bagi alat bantu,

sebagai ilmu (bagi ilmiyawan), sebagai pembimbing pola berpikir, maupun

sebagai pembentuk sikap. Oleh karena itu kita harus mendorong siswa untuk

belajar matematika dengan baik”. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan

matematika merupakan sarana pembentuk pola pikir seseorang untuk lebih

mampu berkembang. Berkenaan dengan hal ini National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM) menetapkan lima standart proses kemampuan sebagai

kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran

matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection),

kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation)

NCTM (2000:29).

Namun pada kenyataan kebanyakan siswa menganggap matematika

sebagai bidang studi yang sulit dipelajari, dengan karekteristik matematika yang

bersifat abstrak sehingga banyak siswa menganggap matematika merupakan

momok yang menakutkan, yang mengakibatkan siswa malas dan tidak ada

keinginan untuk berusaha serta berpikir tingkat tinggi mencari solusi pada setiap

kesulitan yang ditemukan dalam mempelajari matematika tetapi malah sedapat

mungkin siswa selalu menghindar dari kesulitan yang dialaminya yang

(19)

3

menurut Abdurahman (2009:252) bahwa dari berbagai bidang studi yang

diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling

sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi

siswa yang berkesulitan belajar. Hal yang senada disampaikan oleh Marti

(Sundayana, 2014:3) bahwa obyek matematika yang bersifat abstrak tersebut

merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi peserta didik dalam

mempelajari matematika.

Kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi merupakan

dua hal yang terdapat dalam tujuan pembelajaran matematika menurut NCTM.

Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi

merupakan kemampuan dasar matematika yang perlu dikembangkan dan harus

dimiliki oleh siswa. Pemecahan masalah merupakan proses menerapkan

pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum

dikenal sehingga siswa lebih tertantang dan termotivasi untuk mempelajarinya.

Dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan untuk

menggunakan keterampilan dan pengalaman yang mereka miliki untuk diterapkan

dalam penyelesaian soal-soal yang tidak rutin. Dengan demikian, kemampuan

pemecahan masalah sangat penting untuk dikuasai oleh siswa. Turmudi (2008:29)

menjelaskan bahwa problem solving dalam pembelajaran matematika merupakan

bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran matematika.

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (2000:52)

mengungkapkan tujuan pengajaran pemecahan masalah secara umun adalah untuk

(20)

4

muncul dalam matematika dan di dalam konteks-konteks lainnya, (3) menerapkan

dan menyesuaikan bermacam strategi yang sesuai untuk memecahkan

permasalahan dan (4) memantau dan merefleksikan proses dari pemecahan

masalah matematika.

Rendahnya tingkat kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah, karena

matematika sangat erat kaitannya dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa. Jonassen (Purnomo, 2014:25) menegaskan bahwa seharusnya

fokus utama dalam pembelajaran adalah belajar menyelesaikan masalah. Hal ini

juga dijelaskan oleh Branca bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah

tujuan utama dalam pembelajaran matematika, oleh karena itu kemampuan

memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan kepada

peserta didik. Kemudian Loretta Ohnemus Omaha, Nebraska (2010:5)

menegaskan “Problem solving is an essential part of mathematics, yet many

students spend much of their mathematics career copying and reproducing

algorithms”. Yang artinya pemecahan masalah adalah bagian yang terpenting

dalam Matematika, tetapi masih banyak pelajar yang mencontek dan

memproduksi algoritma dalam pelajaran matematika mereka.

Namun faktanya adalah kemampuan siswa dalam pemecahan masalah

masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat setelah dilalakukan tes kepada siswa

disalah satu sekolah, menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan

masalah masih tergolong rendah, siswa terlihat kesulitan dalam memahamai

(21)

5

Sesuai dengan tes uraian yang diberikan kepada siswa untuk melihat kemampuan

pemecahan masalah siswa, seperti contoh berikut:

1. Harga sebuah buku adalah dua kali harga sebuah pensil. Seorang anak

membeli sebuah buku dan dua pensil, anak tersebut harus membayar Rp.

2000,-. a) tuliskan informasi yang diperlukan untuk menentukan harga pensil?

b) Berapakah harga sebuah pensil?

2. Seorang pedagang membeli 2 keranjang mangga dan 3 keanjang salak dengan

biaya Rp. 40000,-. Setiap keranjang berisi 10 buah. Harga sekeranjang salak

sama dengan dua keranjang mangga. a) apakah informasi yang diperlukan

untuk menentukan harga sekeranjang mangga cukup? b) bagaimana cara

menghitung harga sekeranjang mangga? Dan berapakah harganya?

Terdapat 26 orang dari 40 orang siswa (65%) siswa tidak dapat

menyelesaikan soal dengan benar dan di dapati (7,5%) lembar jawaban yang

kosong. Dalam hal ini siswa belum dapat memahami masalah pada soal yang

diberikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pola hasil jawaban yang telah

diselesaikan siswa kelas VII SMP berikut ini.

(22)

6

Gambar 1.1.b Kesalahan Siswa dalam Langkah Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah

Pada gambar 1.1.a. siswa sudah hampir mampu memahami masalah itu

siswa telah mampu menyajikan informasi yang dibutuhkan, namun pada

penyelesaiannya dalam menjawab tidak lengkap dan siswa juga tidak dapat

menuliskan perencanaan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dan pada

gambar 1.1.b. siswa kurang mampu memahami masalah begitu juga dalam

pelaksanaan pemecahan masalah siswa belum mampu menyelesaikan masalah

tersebut dengan baik. Hal ini terlihat dari lembar jawaban siswa yang tidak

memberikan penyelesaian atas masalah tersebut..

Dari masalah di atas dalam menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan

kemampuan pemecahan masalah, sehingga siswa dapat merumuskan informasi

yang disajikan dalam masalah serta dapat menjelaskan apakah informasi yang

disajikan dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut atau tidak.

Disamping. itu siswa harus mampu menentukan perencanaan dan

menyelesaikannya dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh NCTM (2000:52)

(23)

7

thinking, habits of persistence and curiosity, and confidence in unfamiliar

situations that will serve them well outside the mathematics classroom. In

everyday life and in the workplace, being a good problem solver can lead to great

advantages. Dengan kata lain dengan mempelajari kemampuan pemecahan

masalah siswa akan memperoleh cara berpikir, ketekunan, rasa ingin tahu, serta

dapat mengaplikasi matematika dalam kehidupan sehari-harinya.

Selain mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, kompetensi

yang dianggap penting di dalam tujuan pembelajaran matematika adalah

kemampuan komunikasi. Dalam pembelajaran matematika komunikasi

merupakan bagian penting karena dengan komunikasi siswa dapat

mengungkapkan gagasan, ide matematika atau pendapat baik lisan ataupun tulisan

dalam merespon pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pengembangan

komunikasi juga merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika dan

menjadi salah satu standar kompetensi lulusan dalam bidang matematika.

Seperti yang disampaikan oleh Baroody (Ansari, 2009:4) bahwa sedikitnya

ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika

perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa, pertama adalah matematika tidak

hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan

masalah atau mengambil keputusan tetapi matematika juga sebagai alat untuk

mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas, kedua adalah

sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika di sekolah, matematika

juga sebagai wahana interaksi antar siswa dan juga sebagai sarana komunikasi

(24)

8

Matematika juga dipandang sebagai bahasa atau alat komunikasi (bahasa

matematika) dalam arti matematika sebagai bahasa simbol yang terlukis dalam

proses simbolisasi dan formulasi yaitu mengubah pernyataan kedalam bentuk

rumus, simbol atau gambar. Dengan adanya bahasa simbol dalam matematika,

maka komunikasi antar individu atau komunikasi antar individu dengan suatu

objek menjadi lebih mudah dipahami. Seperti yang diungkapkan oleh Johnson dan

Myklebust (Sundayana, 2014:2) bahwa matematika merupakan bahasa simbolis

yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan. Proses komunikasi terjadi apabila terjadi interaksi

dalam pembelajaran. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan

terjadinya interaksi positif sehingga memungkinkan siswa dapat berkomunikasi

dengan baik.

Kemampuan berkomunikasi merupakan dasar untuk segala yang kita

kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematik

dan demonstrasi visual sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau

dibicarakan, semuanya adalah cara komunikasi yang sering kali digunakan dalam

ilmu pengetahuan. Menurut NCTM (2000:56) kemampuan komunikasi

matematika merupakan 1) recognize reasoning andproof as fundamental aspects

of mathematics; 2) make and investigate mathematical conjectures; 3) develop

and evaluate mathematical arguments and proofs; 4) select and use various types

of reasoning and methods of proof.

Pentingnya komunikasi matematis membantu siswa untuk mengatur dan

(25)

teman-9

temannya, guru dan orang lain, menggunakan bahasa matematika serta

mengekspresikan ide-ide matematika secara benar. Dalam pembelajaran

matematika di kelas komunikasi merupakan bagian penting. Kegiatan bertanya,

menjelaskan, dan berdiskusi harus menjadi kebiasaan siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

Pada kenyataan dan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan, terlihat

bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa tergolong rendah, hal ini dapat

dilihat dari hasil jawaban siswa kelas VII SMP untuk soal sebagai berikut: 1).

Sebuah lapangan berukuran 100 m x 80 m. ditepi lapangan itu dibuat jalan dengan

lebar 3m mengelilingi lapangan. Tentukan: a) kemukakan bagaimana caramu

untuk dapat menentukan luas jalan tersebut. b) berapakah luas jalan tersebut. c)

Berapakah biaya yang dibutuhkan, jika jalan tersebut akan dibuat dengan biaya

Rp. 35.000,- per meter. 2). Seorang petani mempunyai sebidang tanah dengan

keliling 60 m dan lebar 10 m. tanah tersebut akan dibuat sebuah kolam berbentuk

belah ketupat dengan panjang diagonalnya 5 m dan 8 m, sedangkan sisinya akan

ditanami pohon pisang. a) dari informasi yang disajikan apakah kamu dapat

menntukan luas tanah petani! berapakah luasnya?, b) berapakah luas tanah yang

ditanami pohon pisang tersebut?, c) gambarkanlah sketsa dari masalah ini.

Terdapat 26 orang dari 40 orang siswa (65%) siswa tidak dapat

menyelesaikan soal dengan benar dan di dapati (7,5%) lembar jawaban yang

kosong. Dalam hal ini siswa belum dapat memahami masalah pada soal yang

diberikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pola hasil jawaban yang telah

(26)

10

Gambar 1.2.a Kesalahan Siswa dalam memahami dan Langkah Menyelesaikan Soal Komunikasi

Gambar 1.2.b Kesalahan Siswa dalam Langkah Menyelesaikan Soal Komunikasi

Pada gambar 1.2.a. tampak bahwa siswa belum mampu menuliskan idenya

dalam menentukan luas jalan pada lapangan tersebut, walau siswa sudah terlihat

dapat melakukan perhitungan dengan rumus. Dan pada gambar 1.2.b. tidak

berbeda dengan jawaban siswa pada gambar 1.2.a siswa mengalami kesulitan

dalam mengemukakan ide matematikanya secara tertulis serta menjelaskan ide

matematika ke dalam kata-kata sendiri, siswa mengalami kesulitan merubah soal

tersebut ke dalam gmbar, ditemukannya kesalahan siswa dalam menafsirkan soal

sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai yang ditanyakan, jawaban siswa

(27)

11

Hal ini juga didukung oleh Penelitian dari Demikian juga dengan hasil

penelitian Suryadi (Usdiyana, 2009:2) terhadap siswa kelas dua SMP di kota dan

kabupaten Bandung yang menemukan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam

mengajukan argumentasi, menemukan pola dan pengajuan bentuk umumnya.. Hal

ini juga diperkuat oleh hasil laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan

siswa indonesia dalam komunikasi matematik sangat jauh tertinggal dengan

negara-negara lain, yaitu untuk permasalahan matematika yang menyangkut

komunikasi matematika, siswa indonesia berhasil menjawab benar hanya 5% dan

jauh tertinggal dari negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mancapai

lebih dari 50%.

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan

masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah rendahnya

kemampuan awal siswa, seperti terlihat pada penguasaan siswa terhadap materi

sebelumnya atau materi prasyarat yang dapat dilihat dari penyelesaian siswa pada

tes awal yang diberikan pada studi pendahuluan di atas. Hal ini didasarkan pada

materi yang dipelajari dalam pembelajaran matematika tersusun secara hierarkis

dimana setiap konsep dalam matematika itu saling berhubungan antara yang satu

dengan yang lainnya dan akhirnya membentuk konsep baru yang lebih kompleks.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ruseffendi (1991:268) menyatakan bahwa:

“topik-topik dalam matematika itu tersusun secara hierarkis mulai dari yang

mendasar atau mudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin

belajar matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti yang telah tersusun

(28)

12

mengatakan bahwa hakekat matematika berkenaan dengan ide-ide,

struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut aturan yang logik.

Sehingga untuk mempelajari matematika pengetahuan tentang materi

sebelumnya sangat berguna untuk mempelajari materi selanjutnya. Seiring dengan

matematika merupakan dasar dari berbagai ilmu, dan merupakan ilmu yang

tersusun secara hierarkis maka kemampuan awal yang dimiliki siswa akan

berdampak pada keberhasilan siswa dalam belajar selanjutnya. Seseorang yang

mengalami kesulitan pada pokok bahasan awal, maka secara otomatis dia akan

mengalami kesulitan untuk mempelajari pokok bahasan selanjutnya. Dan siswa

yang memiliki kemampuan awal yang baik, maka dia akan mampu mengikuti

pelajaran berikutnya dengan baik.

Dalam kegiatan belajar mengajar dalam suatu ruang kelas, para siswa

memiliki latar belakang kemampuan awal yang berbeda-beda, dimana

kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran juga akan berbeda. Kemampuan

awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum ia

mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal (entry behavior)

ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan

disampaikan oleh guru. Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru

sebelum ia mulai dengan pembelajarannya, agar guru mengetahui apakah siswa

telah mempunyai pengetahuan yang merupakan prasyarat (prerequisite) untuk

mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang

(29)

13

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan

masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah cara mengajar guru

yang masih menggunakan pembelajaran konvensional, dimana pada saat mengajar

matematika guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan

pemberian contoh dan soal untuk latihan, dan guru sering mencontohkan pada

siswa bagaimana menyelesaikan soal. Hal ini juga mempengaruhi cara siswa

dalam menyelesaikan suatu masalah, yang membuat proses jawaban siswa dalam

menyelesaikan masalah monoton dan kurang bervariasi. Disamping itu dalam

pembelajaran siswa lebih banyak pasif dan siswa belajar dengan cara mendengar

dan guru monoton melakukan pembelajaran matematik kemudian guru mencoba

memecahkan masalah yang ada secara sendiri dan dengan pembelajaran

konvensional ini siswa juga akan mudah bosan dan menganggap matematika itu

sulit untuk dipecahkan sebab siswa kurang di tuntut untuk menggunakan

kemampuan pemecahan masalah yang mereka miliki dalam menyelesaikan

persoalan matematika dan siswa juga tidak terlibat dalam mengemukakan ide dan

gagasan yang dimilikinya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menyikapi hal tersebut

adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat. Sebagaimana dijelaskan oleh

Hamruni (2012:7) salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru

dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode

terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang

sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran

(30)

14

model pembelajaran yang dapat meningkatatkan kemampuan pemecahan masalah

dan komunikasi matematis. Salah satu model yang dapat merangsang berpikir

tingkat tinggi dalam situasi berorientasi berbasis masalah termasuk belajar

bagaimana belajar, dan dapat mengembangkan lingkungan kelas yang

memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka adalah pembelajaran

investigasi kelompok.

Pembelajaran investigasi kelompok merupakan pembelajaran yang

menekankan pengembangan pemecahan masalah dalam suasana yang demokratis

dimana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada peserta didik

melainkan diperoleh melalui proses pemecahan masalah soal matematika. Sebagai

bagian dari investigasi, para siswa mencari dan menemukan informasi dari

berbagai macam sumber di dalam maupun di luar kelas. Kemudian para siswa

mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi yang disampaikan oleh

masing-masing anggota kelompok dan akhirnya dapat menghasilkan produk

berupa laporan kelompok. Group Investigsi dapat melatih siswa untuk

menemukan hal baru serta melatih siswa mengeluarkan ide dan gagasannya, hal

tersebut ditekankan oleh Istarani (2011:87) dalam kelebihan model pembelajaran

group investigasi, antara lain: (1) dapat memadukan antara siswa yang berbeda

kemampuan melalui kelompok yang heterogen, (2) melatih siswa untuk

meningkatkan kerjasama dalam kelompok, (3) melatih siswa untuk bertanggung

jawab sebab ia diberi tugas untuk diselesaikan dalam kelompok, (4) siswa dilatih

siswa untuk menemukan hal-hal baru dari hasil kelompok yang dilakukannya, (5)

(31)

15

ditemukannya”. Dengan demikian melalui penerapan model pembelajaran

investigasi kelompok, diharapkan hasil pembelajaran matematika siswa akan lebih

baik terlebih dalam kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis

siswa.

Melengkapi penelitan-penelitian yang terdahulu, beberapa hal yang masih

perlu diungkap lebih jauh yaitu berkaitan dengan pembelajaran matematika yang

berdasarkan kemampuan awal matematika siswa yang dibedakan ke dalam

kelompok tinggi, sedang, dan rendah terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dugaan

bahwa kemampuan awal matematika siswa yang dibedakan ke dalam kelompok

kemampuan tinggi, sedang dan rendah adanya interaksi dengan kemampuan

pemecahan masalah siswa dan kemampuan komunikasi matematis yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar matematika. Disebabkan oleh

pemahaman materi atau konsep baru harus mengerti dulu konsep sebelumnya hal

ini harus diperhatikan dalam urutan proses pembelajaran. Hal ini senada dengan

Ruseffendi (1991:268) yang mengatakan objek langsung dalam matematika

adalah fakta, ketrampilan, konsep dan aturan (prinsipal). Berdasarkan pernyataan

tersebut maka objek dari matematika terdiri dari fakta, keterampilan, konsep, dan

prinsip yang menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempunyai

aturan, yaitu pemahaman materi yang baru mempunyai persyaratan penguasaan

materi sebelumnya.

Menurut Ruseffendi (1991) setiap siswa mempunyai kemampuan yang

(32)

biasa-16

biasa saja serta kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan

bawaan dari lahir (hereditas), tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh

karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya model pembelajaran menjadi

sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan model pembelajaran

harus dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa yang heterogen.

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka perlu

dilakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Investigasi

Kelompok di Kelas VII SMP Negeri 1 Sayur Matinggi”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

identifikasi masalah adalah:

1. Siswa menganggap matematika sebagai bidang studi yang sulit

dipelajari dan momok yang menakutkan.

2. Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika masih

tergolong rendah.

3. Kemampuan siswa dalam komunikasi matematis masih tergolong

rendah.

4. Pembelajaran yang berlangsung bersifat konvensional, sehingga siswa

lebih banyak pasif di dalam pembelajaran.

5. Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya atau materi

(33)

17

6. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah matematika selama

pembelajaran monoton atau tidak bervariasi.

1.3.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka masalah

yang akan diteliti difokuskan pada:

1. Penerapan model pembelajaran investigasi kelompok untuk peningkatan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.

2. Interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap

peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis

siswa.

3. Mendeskripsikan bagaimana proses jawaban yang dibuat siswa dalam

menyelesaikan masalah pada model pembelajaran investigasi kelompok

dengan pembelajaran konvensional.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dari penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

diajarkan melalui pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi dari pada

(34)

18

2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan

melalui pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi dari pada yang

diajarkan dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran investigasi kelompok dan

kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran investigasi kelompok dan

kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa?

5. Bagaimana proses jawaban kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematis siswa yang diajar melalui pembelajaran investigasi kelompok dan

siswa yang diajar melalui pembelajaran konvensional?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang diajar melalui model pembelajaran investigasi

kelompok lebih baik dari pada yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang diajar melalui model pembelajaran investigasi kelompok lebih baik

(35)

19

3. Untuk menganalisis ada atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran

investigasi kelompok dan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

4. Untuk menganalisis ada atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran

investigasi kelompok dan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

5. Untuk mendeskripsikan bagaimana ragam jawaban siswa yang diajar

melalui Pembelajaran Investigasi Kelompok.

1.6.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan konstribusi

bagi perkembangan dan peningkatan mutu pendidikan, dan menghasilkan

temuan-temuan yang merupakan masukan yang berarti bagi pembaharuan kegiatan

pembelajaran yang dapat memperbaiki cara mengajar guru di dalam kelas

1. Untuk peneliti.

Sebagai pengalaman dalam penulisan karya ilmiah dan melaksanakan

penalitian dalam pendidikan matematika untuk menambah pengetahuan,

khususnya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan minat dan aktivitas

siswa setelah diterapkannya pembelajaran investigasi kelompok.

2. Untuk guru.

Sebagai informasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sekaligus

(36)

20

3. Untuk Bagi siswa.

Meningkatkaningn minat dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

matematika.

4. Untuk sekolah.

Sebagai sumbangan bahan pemikiran untuk memperbaiki pembelajaran dalam

rangka peningkatan kualitas sekolah.

1.7.Defenisi Operasional

Untuk menghindari kerancuan pemahaman beberapa istilah dalam

penelitian ini, perlu adanya penjelasan dan pendefenisian secara operasional

sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang

untuk menyelesaikan masalah dalam situasi baru yang belum dikenal dengan

menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman yang telah

dimilikinya, dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan

langkah-langkah: 1) memahami masalah, 2) membuat rencana pemecahan

masalah, 3) melaksanakan penyelesaian soal, 4) memeriksa ulang jawaban

yang diperoleh.

2. Komunikasi matematis adalah suatu kemampuan menyampaikan pesan dalam

menyelesaikan masalah matematik dengan bentuk tulisan, dan kesanggupan

siswa menyampaikan ide matematika ke dalam bentuk gambar, simbol-simbol

dan model matematika atau sebaliknya, melalui: (1) menuliskan ide

(37)

21

matematika, (3) menghubungkan gambar ke dalam ide matematika (4)

menjelaskan prosedur penyelesaian

3. Pembelajaran investigasi kelompok adalah pembelajaran kooperatif yang

paling kompleks dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1)

pemilihan topik, 2) cooperative learning, 3) implementasi, 4) analisis dan

sintesis, 5) presentasi produk akhir, dan 6) evaluasi.

4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru

dengan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan bentuk jadi,

melalui langkah-langkah: 1) Menyampaikan tujuan, 2) Menyajikan informasi,

3) Membimbing pelatihan, 4) Mengecek pemeahaman dan memberikan umpan

balik, 5) Memberikan kesempatan latihan lanjutan (tugas tambahan)

5. Kemampuan awal matematik adalah penguasaan matematika sebelum

penelitian dilaksankan, dalam hal ini mengacu kepada hasil jawaban tes yang

(38)

134 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran investigasi kelompok dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran investigasi kelompok dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

(39)

135

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran sebagai berikut:

1. Bagi Guru Matematika

a) Para guru matematika disarankan untuk menggunakan model pembelajaran investigas kelompok sebagai model belajar alternatif dalam pembelajaran mata pelajaran matematika

b) Dalam penerapan model pembelajaran investigasi kelompok guru harus memperhatikan tingkat kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.

c) Dalam penerapan model pembelajaran investigasi kelompok sebaiknya para guru mempersiapkan dengan baik perangkat pendukung seperti lembar kerja kelompok beserta buku pendukung seperti buku siswa. d) Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa

dan karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran.

2. Bagi Siswa

(40)

136

b) Para siswa harus lebih disiplin dalam menggunakan waktu pada saat diskusi kelompok, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Kepala Sekolah

a) Hendaknya memberikan workshop atau pelatihan dalam penggunaan model-model pembelajaran.

b) Memberikan pelatihan pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan diterapkan di dalam pembelajaran.

c) Mengintruksikan kepada para guru untuk menciptakan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, dengan menerapkan pembelajaran investigasi kelompok.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk kesempurnaan penelitiaan ini, disarankan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel lain seperti IQ, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Perlu juga menambah populasi dan sampel yang lebih besar lagi, untuk mengecilkan tingkat kesalahan dan meningkatkan ketelitian hasil dari penelitian

5. Bagi Instansi Terkait

(41)

137

(42)

137

137

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anggraini, L. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viii-4 Smp Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika.Volume 4.No.1, Juni 2010.

Ansari, B. I. 2009.Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Penerbit PeNA, Banda Aceh.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

.2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.

Armiati. 2009. Komunikasi Matematika dan Kecerdasan Emosional. Prosiding Seminra Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Uogyakarta: FMIPA UNY.

Baroody, A.J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Cominicating, k-8. Healping Children Thing Mathematically. New York: Merril, an Inprint of Macmillan Publishing, Company.

Dahar, R. W. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Husna. I. M. & Fatimah. S. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang. Volume 1. Nomor 2. Halaman: 84.

(43)

138

Kurniawan. R. 2011. Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Melalui Kolaborasi Pendekatan Kontekstual dengan Jigsaw II pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1.Halaman: 75.

National Council of Teachers of Mathematics. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, Virginia: NCTM.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000 Principles and Standarts for mathematics, Reaston, VA: NTCM.

Nebraska dan Omaha. L.O.2010.Journal writing to Learn problem solving. Lincoln: Department of Mathematics University of Nebraska.

Purnomo. E. A. & Mawarsari. V. D. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Ideal Problem Solving Berbasis Project Based Learning. Jurnal JKPM. Vol: 1. No: 1. Halaman: 25.

Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Potensi Dalam Pengajaran Matematika Dalam Meningkatkan CBSA. Bandung. Tarsito.

Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, W. 2008.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Jakarta: Prenada Media Group.

Saragih, S. (2007) Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.

Saryantono, B.2013.Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XSMA Adiguna Bandar Lampung Melalui ModelPembelajaran Investigasi Kelompok. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013.

Sirait, B. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa SMK Melalui Pembelajaran Kontekstual. Tesis. Medan: PPS UNIMED.

(44)

139

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung Alfabeta.

Suhaedi, D. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Smp Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Prosiding. Yogjakarta: Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Sumarmo, U. 2005. Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Makalah pada Seminar Tingkat Nasional. FPMIPA UPI.

. 2008. Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik.. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional. FPMIPA UNY

Sundayana. R. 2014. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana.

. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Turmudi.2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.

Usdiyana, D. dkk. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 13. No. 1.

Wardhani. S. Purnomo. S. S. & Wahyuningsih. E. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

(45)

140

Gambar

Gambar 4.10. Hasil Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 1 pada Kelas Eksperimen ...................................................................................
Gambar 1.1.a Kesalahan Siswa dalam memahami dan Langkah Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah
Gambar 1.1.b Kesalahan Siswa dalam Langkah Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah
Gambar 1.2.a Kesalahan Siswa dalam memahami dan Langkah Menyelesaikan Soal Komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan logam Cr pada ikan nila ( Oreochromis niloticus) dan air, serta tingkat kerusakan spesifik

keinginan para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu bangku perkuliahan untuk mencari informasi tentang

model program pensiun yang dikelola oleh sektor swasta khususnya non BUMN. seperti diatur dalam

Disarankan bagi pimpinan rumah sakit untuk mengoptimalkan memberikan motivasi kerja perawat seperti memberikan penghargaan, mendengarkan keluhan perawat

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Deskripsi hasil pembelajaran kooperatif tipe talking stick .... Deskripsi Hasil Menejemen

[r]

Mohon untuk diberikan perpanjangan masa studi selama 1 (satu) semester, yaitu semester Gasal (I) Tahun Akademik 2017/2018.. Adapun perkembangan studi saya, saat ini pada