• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu kekayaan alam atau sumber daya alam yang diciptakan Tuhan

Yang Maha Esa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia adalah tanah.

Manusia hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan

mendayagunakan tanah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari

tanah.Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia,

manusia membutuhkan tanah untuk tempat tinggal dan sumber kehidupan. Secara

kosmologis, tanah merupakan tempat manusia tinggal, tempat bekerja dan hidup ,

tempat dari mana mereka berasal dan akan kemana pula mereka pergi. Dalam hal ini

tanah mempunyai dimensi ekonomi, sosial, kultural politik dan ekologis.1

Dalam sejarah peradaban umat manusia tanah juga merupakan faktor yang

paling utama dalam menentukan produksi setiap fase peradaban.Tanah tidak hanya

mempunyai nilai ekonomis tinggi, tetapi juga nilai filosofis, politik, sosial, dan

kultural.Tidak mengherankan jika tanah menjadi harta istimewa yang tidak

henti-hentinya menjadi pemicu berbagai masalah sosial yang kompleks dan rumit.

Sebagai sumber agraria yang paling penting, tanah merupakan sumber

produksi yang sangat dibutuhkan sehingga ada banyak kepentingan yang

membutuhkannya.Perkembangan penduduk dan kebutuhan manusia semakin tidak

(2)

sebanding dengan luasan tanah yang tidak pernah bertambah.Oleh karena itu, tanah

dan segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya selalu menjadi bahan

perebutan berbagai kepentingan yang selalu menyertai kehidupan manusia. Tidak

heran jika sejak zaman dahulu tanah selalu menjadi obyek yang diperebutkan

sehingga memunculkan adanya sengketa dan konflik, baik yang berupa

ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah

juga ketimpangan terhadap sumber-sumber produksi lainnya yang menyebabkan

terjadinya konflik pertanahan.2

Menyadari nilai dan arti penting tanah tersebut, para pendiri Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merumuskan tentang tanah dan sumber daya

alam secara ringkas tetapi sangat filosofis substansial di dalam Konstitusi, Pasal 33

Ayat (3) Undang-undang Dasar 1945, sebagai berikut : ”Bumi ,air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Menurut Buedi Harsono, yang dimaksud “Penguasaan” dalam Pasal 33

Ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 bahwa hak penguasaan atas tanah bukan

berarti memiliki, melainkan berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan atau

larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang

menjadi haknya. Sesuatu yang boleh, wajib, atau dilarang untuk diperbuat, yang

2 G.Kartasapoetra, 2003,Hukum Tanah jaminan UUPA bagi keberhasilan pendayagunaan tanah,

(3)

merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolak ukur pembeda

diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum tanah. 3

Dalam hal ini, Peran pemerintah sangat penting untuk bertanggung jawab

atas bidang pertanahan secara nasional yaitu, berperan dalam pembuatan peraturan

atau kebijakan dan membentuk lembaga khusus yang menangani pertanahan.

Seperti yang telah tertuang dalam pasal 19 UUPA mengenai pendaftaran tanah ,

kemudian diatur dalam peraturan pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang

pendaftaran tanah, sebagai pengganti peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1996.

Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah tersebut dibentuklah Badan Pertahanan

Nasional (BPN) sebagai lembaga non kementerian yang berkedudukan dan

bertanggung jawab secara langsung dibawah presiden sesuai dengan peraturan

presiden No.10 Tahun 2006 tentang BPN yang kini telah diubah menjadi Peraturan

Presiden No. 63 Tahun 2013.

Dalam menjalankan fungsi pertanahan, Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia berdasarkan Pasal (3) PERPRES No. 63 Tahun 2013 BPN RI memiliki 21

fungsi pertanahan yang dijadikan landasan sekaligus sasaran untuk mengadakan

penataaan kembali penggunaan dan penataan tanah yang diantaranya adalah :4

1. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan.

2. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survey, pengukuran dan pemetaan dibidang pertanahan.

3. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum.

4. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah.

3 Boedi Harsono, 2001,Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional dalam hubungan dengan

TAP MPR RI IX/MPR/, Jakarata ,Universitas Trisakti, Hal 43

(4)

5. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan.

6. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah.

7. Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan.

8. Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam perkembangannya banyak sekali terjadi sengketa pertanahan yang

tercatat dalam rekapitulasi Badan Pertanaha Nasional Republik Indonesia (BPN RI).

Sebagai sebuah program prioritas, penyelesaian kasus-kasus pertanahan senantiasa

menjadi perhatian seluruh jajaran Badan Pertanahan Nasional RI di tingkat Pusat,

Kantor Wilayah Propinsi maupun Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota seluruh

Indonesia. Sampai dengan bulan September 2013, jumlah kasus pertanahan

mencapai 4.223 kasus yang terdiri dari sisa kasus tahun 2012 sebanyak 1.888 kasus

dan kasus baru sebanyak 2.335 kasus. Jumlah kasus yang telah selesai mencapai

2.014 kasus atau 47,69% yang tersebar di 33 Propinsi seluruh indonesia.5

Kasus-kasus yang menyangkut sengketa di bidang pertanahan dapat

dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan untuk meningkat di

dalam kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di

bidang ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu pemerintah mengadakan

kegiatan tertib administrasi pertanahan yang terdiri dari pendaftaran tanah dan

sertifikasi tanah.

(5)

Tujuan Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian

hukum dan kepastian Hak atas tanah adalah untuk memberikan kepastian Hukum

dan perlindungan Hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, yaitu

diberikanya surat tanda bukti hak atas tanah yang lazim disebut sebagai sertifikat

tanah kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan . 6Jaminan perlindungan

Hukum dalam pendaftaran tanah adalah pemilik sertifikat dapat mempertahankan

dan tidak mudah mendapatkan gangguan dan gugatan dari pihak lain. 7

Pada kenyataanya tanah yang telah memiliki serifikatpun masih banyak yang

mengalami sengketa mulai dari sengketa batas, sengketa penyerobotan tanah,

tumpang tindih, Hak guna bangunan dan lain sebagainya. Hal itu dikarenakan tanah

sangat berperan penting dalam kehidupan manusia sehingga setiap manusia ingin

memiliki dan menguasainya, rasa ingin menguasai ini sering mengakibatkan

timbulnya konflik pertanahan dan perselisihan dalam kehidupan bermasyarakat.

Itulah penyebab terjadinya sengketa pertanahan meski tanah tersebut telah memiliki

sertifikat resmi.

Dari banyaknya konflik pertanahan, Salah satu contoh kasus sengketa tanah

adalah kasus tanah setra yang terjadi di Banjar Adat Ambengan, Desa Pakraman

Sayan dengan Banjar Adat Semana, Desa Pakraman Damayu yang keduanya terletak

di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, karena dalam permasalahan tersebut telah

terjadi bentrokan fisik, aksi kekerasan hingga pelarangan penguburan. Pada kasus

6 Urip Santoso,2012,Hukum Agraria Kajian Komprehensif, jakarta, Kencana, hal : 315

(6)

sengketa tanah setra yang terjadi di Banjar Adat Ambengan dengan Banjar Adat

Semana ini dilakukan dengan cara mediasi oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar.

Mediasi tersebut dilakukan dengan pertemuan-pertemuan dan perundingan dengan

cara musyawarah untuk mencapai mufakat antara kedua belah pihak. Hal tersebut

sesuai dengan asas musyawarah mufakat.8 Dengan dilakukannya beberapa kali

pertemuan, maka pada tanggal 11 Mei 2009 Badan kesbang Pol dan Linmas

Kabupaten Gianyar mengeluarkan Surat Penegasan Nomor: 300/389/kespolin. Surat

Penegasan tersebut menegaskan bahwa setrayang disengketakan tersebut tidak boleh

digunakan oleh kedua belah pihak, sampai adanya kesepakatan penyelesaian lebih

lanjut oleh kedua belah pihak.9

Dari contoh kasus diatas dapat kita ketahui bahwa tanah sebagai hak ekonomi

setiap orang/badan hukum dapat memunculkan konflik maupun sengketa. Berbagai

sengketa pertanahan itu telah mendatangkan berbagai dampak baik secara ekonomi,

sosial dan lingkungan. Secara ekonomis sengketa itu telah memaksa pihak yang

terlibat untuk mengeluarkan biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini dampak lanjutan

yang potensial terjadi adalah penurunan produktivitas kerja tata usaha karena selama

sengketa berlangsung, pihak-pihak yang terlibat harus mencurahkan tenaga dan

pikirannya, serta meluangkan waktu secara khusus terhadap sengketa sehingga

mengurangi hal yang sama terhadap kerja atau usahanya.

8Alo Liliweri, 2005, Prasangka dan Konflik;Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, Cetakan Pertama, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 357.

9I Gusti Ayu Sri Haryanti Dewi Witari, Sengketa tanah setra dan penyelesaiannya,

(7)

Dampak sosial dari konflik adalah dapat terjadinya ketidakharmonisan/

kerenggangan sosial diantara warga masyarakat, termasuk hambatan bagi terciptanya

kerjasama diantara mereka. Dalam hal ini konflik dapat terjadi dengan instansi

pemerintah dan warga masyarakat di sekitar lokasi tanah sengketa, sehingga

menimbulkan penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

berkenaan ketidakpastian hukum.10

Disamping itu, selama konflik berlangsung ruang atas suatu wilayah dan atas

tanah yang menjadi objek konflik/ sengketa biasanya berada dalam keadaan status

quo sehingga ruang atas tanah yang bersangkutan tidak dapat dimanfaatkan

akibatnya adalah terjadinya penurunan kualitas sumber daya lingkungan yang dapat

merugikan kepentingan semua pihak.

Mengingat permasalahan pertanahan yang muncul dewasa ini dimana secara

kualitas maupun kuantitas semakin meningkat dan memerlukan penanganan yang

sistematis. Berbagai upaya penyelesaian sengketa pertanahan melalui proses litigasi

(penyelesaian sengketa di pengadilan) dianggap belum mampu menyelesaikan

sengketa yang ada, sehingga berbagai upaya alternatif penyelesaian sengketa

pertanahan secara nonlitigasi (Diluar pengailan) seperti konsultasi, arbritase,

mediasi, negosiasi, konsiliasi kemudian mengemuka dengan sasaran untuk

meminimalisir sengketa pertanahan yang sarat dengan kepentingan, baik untuk

kepentingan pembangunan maupun masyarakat sendiri.

(8)

Penyelesaian sengketa pada umumnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

penyelesaian sengketa melalui pengadilan (Litigasi) dimana sebelem dilakukan

penyelesaian sengketa Litigasi terlebih dahulu melalui proses mediasi dipengadilan.

Mediasi di pengadilan telah diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun

2003 sebagaimana diubah melalui Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008

tentang Mediasi di Pengadilan. Sedangkan penyelesaian sengketa di luar pengadilan

(NonLitigasi) terdiri dari Konsultasi, Negosiasi, Konsiliasi (pemufakatan) Arbitrase

dan Mediasi.11

Salah satu penyelesaian sengketa dengan metode nonlitigasi yang akan

dibahas adalah tentang mediasi. Mediasi merupakan proses dimana para pihak yang

bersengketa menunjuk pihak ketiga yang netral atau biasa disebut dengan Mediator

untuk membantu mereka dalam mendiskusikan penyelesaian dan mencoba

menggugah para pihak untuk menegosiasikan suatu penyelesaian dan sengketa itu.

Tujuan utama mediasi adalah Musyawarah dalam menyelesaikan suatu

persengketaan. Mediasi adalah suatu proses yang bersifat pribadi, rahasia (tidak

terekspos keluar) dan kooperatif dalam menyelesaikan masalah. Karena mediator

selaku pihak ketiga yang tidak memihak membantu para pihak (perorangan atau

lembaga) yang bersengketa dalam menyelesaikan konflik dan menyelesaikan atau

mendekatkan perbedaan-perbedaannya.12

11 Sopar Maru Hutagalung, Op cit. Hal : 313

(9)

Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui perundingan antara pihak

yang berperkara, perundingan yang dilakukan para pihak dibantu oleh pihak

ketiga / mediator yang berkedudukan dan berfungsi :13

1. Sebagai pihak ketiga yang netral dan tidak memihak (imparsial, dan

2. Berfungsi sebagai pembantu atau penolong (helper) mencari berbagai

kemungkinan atau alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan saling

menguntungkan kepada para pihak.

Latar belakang adanya proses mediasi adalah sebagai berikut:

1. Mempercepat proses penyelesaian sengketa

Berperkara di pengadilan ditengarai memakan waktu lama dan terkesan

lambat. Pendapat ini tidak bisa disalahkan karena memang secara prosedural

untuk memulai hingga sampai pada tingkat pemeriksaan suatu perkara di

pengadilan membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Itu baru pada tahap

pemeriksaan pada pengadilan tingkat pertama, belum lagi jika dihitung

dengan proses pemeriksaan pada pengadilan tingkat banding dan kasasi

apabila ada upaya hukum baik itu banding, kasasi, atau peninjauan

kembali,bisa berbilang tahun lamanya suatu perkara memperoleh putusan

yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Fakta itu dikemukakan oleh Hetger

Muller.14

2. Meminimalisasikan biaya perkara

(10)

Pada dasarnya, biaya berperkara mahal, dan biaya perkara itu semakin mahal

sehubungan dengan lamanya waktu penyelesaian perkara. Selain itu, para

pihak yang berperkara di lembaga peradilan diwajibkan membayar biaya

perkara yang secara resmi telah ditentukan oleh pengadilan, belum lagi upah

yang dibayarkan kepada pengacara bagi pihak yang menggunakan jasa

mereka. Dengan demikian, asas peradilan yang cepat dan biaya ringan belum

dapat diwujudkan sepenuhnya.

3. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan sengketa

“Menang jadi arang, kalah jadi abu” begitu kira-kira pameo yang

menggambarkan jika suatu sengketa diselesaikan dengan menggunakan jalur

litigasi. Sinyalemen tersebut mencerminkan putusan pengadilan terkadang

tidak serta merta menyelesaikan persoalan, sehingga dikembangkan wacana

untuk sebisa mungkin menyelesaikan sengketa melalui jalur perundingan,

karena dengan melakukan hal itu akan mencegah terjadinya kerugian yang

lebih besar, baik kerugian berupa moril maupun materiil. Hal ini senada

dengan pendapat ‘Umar bin Khatthab r.a. sebagai berikut:

“Kembalikanlah penyelesaian perkara, di antara sanak keluarga sehingga

mereka dapat mengadakan perdamaian, karena sesungguhnya penyelesaian

pengadilan itu menimbulkan rasa tidak enak”.

4. Putusan pengadilan membingungkan

Selain putusan pengadilan tidak menyelesaikan sengketa, juga sering

(11)

a. Terkadang, tanpa alasan yang kuat dan masuk akal, pengadilan

mengabulkan ganti rugi yang luar biasa jumlahnya;

b. Sebaliknya, meskipun dasar alasan hukum dan buktinya kuat, tuntutan

ganti rugi ditolak atau yang dikabulkan dalam jumlah yang sangat kecil

sehingga sulit untuk diterima.15

Salah satu contoh kasus sengketa tanah yang proses penyelesaianya dengan

Mediasi adalah kasus yang terjadi di Dusun Krajan RT.01/RW.04, Desa Gumirih,

Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi. Kasus sengketa penyerobotan tanah

antara H.Yusuf pemilik SHM No. 286 dengan Pedagang Nonformal yaitu Bapak

Suroso yang membangun warung atau kedai kopi semi permanen berukuran kurang

lebih 5 M x 3 M melebar ke atas trotoar jalan raya di sebagian tanah milik H. Yusuf.

Penguasaan hak atas tanah H. Yusuf seluas kurang lebih 3,5 M2 yang kemudin

disebut sebagai tanah obyek sengketa. Ketika Suroso ditegur oleh H. Yusuf, Suroso

menyatakan telah membangun kedai kopi tersebut atas ijin Budi sebagai pemiliknya.

Kemudian ketika proses dari penyelesaian kasus ini , Budi telah menyatakan tanah

obyek sengketa sebagai tanah yang masuk ke dalam sertifikat Hak Milik No. 287

atas namanya pernyataan suroso tersebut tidaklah benar, karena tanah miliknya

terletak di sebelah utara obyek sengketa. Dari kesaksisan yang diberikan Budi telah

diketahui bahwa Suroso dengan sengaja melakukan penyerobotan Hak atas tanah

milik H.Yusuf.

(12)

Berdasarkan uraian Latar Belakang dan contoh kasus yang telah dipaparkan diatas maka

penulis bermaksud menulis Skripsi dengan judul PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL

DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN

BANYUWANGI B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

dibahas pada skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa penyerobotan

tanah antara pemilik tanah SHM Nomor 286 dengan pedagang Nonformal Desa

Gumirih Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi?

2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam proses pelaksanaan mediasi

dalam penyelesaian sengketa penyerobotan tanah antara pemilik tanah SHM

Nomor 286 dengan pedagang Nonformal Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh

Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa

penyerobotan tanah antara pemilik tanah SHM Nomor 286 dengan pedagang

Nonformal Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi?

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam proses

pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa penyerobotan tanah antara

pemilik tanah SHM Nomor 286 dengan pedagang Nonformal di Desa Gumirih

(13)

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian atas permasalahan yang diangkat dalam

penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik maupun

praktis :

1. Manfaat teoritis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran bagi

pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai penyelesaian sengketa

penyerobotan tanah secara mediasi dan Untuk memberikan kontribusi mata

kuliah Hukum agraria, Hukum Perdata,Hukum peralihan hak atas tanah dan mata

kuliah lain yang ada kaitannya dengan pertanahan.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi penulis

Dengan penelitian ini diharapkan nantinya akan menjadi pengetahuan baru

guna menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat dan juga

sebagai prasyarat akademis untuk mendapat gelar kesarjanaan ( S1) dalam

bidang Ilmu Hukum.

b. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

bagi masyarakat akan upaya penyelesaian sengketa secara nonlitigasi

khususnya dengan metode mediasi.

(14)

1. Metode Pendekatan

Didalam penelitian ini yang dilakukan oleh penulis yaitu lebih menitik

beratkan kepada studi terhadap fenomena Hukum yang telah terjadi di

masyarakat. Uraian serta masalah akan ditelusuri dengan menggunakan metode

studi kasus. Menurut pendapat yang di sampaikan oleh Azir S.R. studi kasus

adalah penelitian terperinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial

atau suatu permasalahan dalam kurun waktu tertentu. Penelitian dalam fenomena

kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak

tampak dengan tegas dan dimana multi sumber fungsi bisa dimanfaatkan.16

Pada dasarnya peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus

ini bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti, penelitian studi kasus

bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang diteliti secara

khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa tujuan

penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan

seperti apa obyek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan

dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi

kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ obyek yang

diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang

‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ obyek tersebut terjadi dan dapat dipandang sebagai

suatu kasus.17

(15)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh ,

Kabupaten Banyuwangi. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian dan memilih

kasus tentang penyerobotan tanah yang terjadi di Desa Gumirih Kecamatan

Singojuruh Kabupaten Banyuwangi ini dikarenakandi Desa tersebut telah terjadi

beberapa kasus tentang pertanahan. Diantara kasus-kasus yang ada, salah satu

kasus yang terjadi adalah sengketa penyerobotan tanah antara pemilik SHM

nomor 286 dengan pedagang Non formal. Kedua belah pihak sepakat untuk

menyelesaikan sengketanya dengan mengunakan metode Mediasi. Penyelesaian

sengketa secara mediasi adalah cara yang sering digunakan oleh masyarakat

Desa Gumirih dalam menyelesaikan sengketa tanah di daerah mereka.

3. Jenis dan Sumber Data A. Jenis data

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer , data

sekunder dan Tersier.

1. Data Primer

Data Primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari lokasi

penelitian.18. Sumber data pada penelitian ini yaitu keterangan dari

kedua belah pihak yang bersengketa, Kepala Desa Gumirih Bapak

Muraki,SE (mediator) dan beberapa saksi mengenai penyelesaian kasus

17http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus ,diaksses pada tanggal : 25 maret 2015, pukul 11:55

(16)

sengketa penyerobotan tanah secara mediasi.data-data atau informasi

lainya yang didapat secara langsung dari hasil wawancara dengan

informan atau pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang

diteliti dan melakukan survey di daerah yang terjadi sengketa.

2.Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari kajian kepustakaan,

perundang-undangan, dan buku-buku literature.19 Data sekunder terdiri

dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang terdiri dari

peraturan perundang-undangan antara lain: pasal 1 ayat (10) UU

No.30 tahun 1999 tentang arbritase dan alternative penyelesaian

sengketa, Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang

Mediasi di Pengadilan dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No.24

Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah serta peraturan

Perundang-undangan lain yang berkaitan dengan Penyelesaian sengketa

pertanahan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan Hukum yang berhubungan

dengan Bahan Hukum Primer yang ada. Bahan hukum yang bisa

diperoleh dari jurnal, buku, majalah, hasil penelitian, dokumentasi,

(17)

pendapat para sarjana, serta sumber-sumber lainnya yang berasal

dari internet yang berkaitan dengan pokon permasalahan.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier adalah Bahan Hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan Hukum Primer

dan Sekunder seperti Kamus Hukum, eksiklopedia dan lail-lain.20

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah:

A. Teknik Pengumpulan Data Primer

1. Wawancara

Yaitu teknik pengambilan data yang diperoleh dari penjelasan

pihak-pihak terkait dan memahami permasalahan yang berkaitan dengan objek

penelitian. Wawancara juga bisa disebut metode bertatap muka dengan

informent untuk menanyakan fakta-fakta yang ada, pendapat maupun

persepsi dari informent. Hasil Wawancara yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan jalan wawancara dengan pihak yang berkompeten.

Wawancara langsung dalam pengumpulan fakta sosial sebagai bahan

kajian ilmu hukum empiris, dilakukan dengan tanya jawab secara

langsung dimana semua pertanyaan disusun secara sistematik jelas dan

terarah sesuai dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian.

Populasi informent tersebut diantaranya adalah :

(18)

a. Kepala Desa (Bapak Muraki.,SE)

Kepala Desa disini bertindak sebagai mediator hal ini sesuai dengan

ketentuan hukum. Sehingga Kepala Desa akan dapat memelihara

tugas, menjalankan, menyelesaikan berbagai permasalahan Desa

yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hal ini penulis menanyakan

beberapa pertanyaan diantaranya adalah tentang Kebenaran kasus

yang terjadi di Desa Gumirih dan penyebab terjadinya sengketa

tersebut serta upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pihak Desa

terkait penyelesaian sengketa tersebut.

b. Pihak-pihak yang bersengketa

1. H. Yusuf sebagai pemilik tanah SHM No 286 yang diserobot,

beberapa pertanyaan yang penulis tanyakan antara lain tentang

bagaimana awal mula terjadinya sengketa tanah tersebut dan

langkah apa saja yang dilakukan untuk mendapatkan haknya

kembali.

2. Bapak Suroso sebagai pelaku penyerobotan tanah (pedagang non

formal),

3. Bapak Budi sebagai pihak ketiga pemilik SHM Nomor 287 yang

terkait dalam sengketa tersebut yaitu pemilik tanah yang

menyewakan tanahnya kepada Suroso.

(19)

Dalam penelitian ini penulis melakukan Studi Kepustakaan yaitu dengan

melakukan pencarian atau penelusuran bahan-bahan kepustakaan seperti

berbagai literature, buku-buku atau jurnal serta peraturan

perundang-undangan khususnya pasal 1 ayat (10) UU No.30 tahun 1999 tentang

arbritase dan alternative penyelesaian sengketa.

5. Metode Analisis data

Tehnik yang digunakan dalam menganalisa dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif, yakni suatu analisis yang sifatnya menjelaskan atau

menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, kemudian

dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi dalam suatu masyarakat, dan akhirnya

dapat diperoleh suatu kesimpulan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara interaktif dengan cara

ini hasil pengumpulan data dari wawancara direduksi kemudian diolah untuk

memperoleh kesimpulan dari informasi tersebut, langkah selanjutnya adalah

dengan melakukan pengecekan ulang yang ditujukan kepada Instansi dan para

pihak yang terkait untuk mengetahui kebenaran informasi tersebut kemudian

yang terakhir adalah menarik kesimpulan.

F. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran mengenai isi skripsi

yang akan ditulis, maka penulis membagi secara sistematis dalam empat bab dengan

perincian sebagai berikut :

(20)

Pada BAB I menguraikan tentang latar belakang permasalahan yang

diangkat, permasalahan yang akan dibahas, tujuan penelitian, manfaat

penelitian,metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB II menguraikan mengenai beberapa hal yang menjadi tinjauan

pustaka dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman penulisan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada BAB III mendiskripsikan tentang pembahasan dari beberapa rumusan

masalah yang dikemukakan pada BAB I.

BAB IV : PENUTUP

Dalam BAB IV berisi kesimpulan-kesimpulan dari hasil pembahasan pada

bab sebelumnya sekaligus saran yang berisi beberapa masukan yang

diharapkan menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait.

(21)

KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

PENULISAN HUKUM

Oleh :

Zuhairina Izzatul Lailiyah Nim : 201010110311122

FAKULTAS HUKUM

(22)

PENULISAN HUKUM

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR

286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum

Oleh :

Zuhairina Izzatul Lailiyah Nim : 201010110311122

FAKULTAS HUKUM

(23)

vii

LEMBAR PENGESAHAN

PENULISAN HUKUM

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286

DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

Disusun dan diajukan oleh :

Zuhairina Izzatul Lailiyah

NIM : 201010110311122

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum

Pada Tanggal :

SUSUNAN MAJELIS PENGUJI

Ketua Majelis Sekretaris Majelis

Fifik Wiryani,SH.,M.Si.,M.Hum Komariah,SH.,M.Si.,M.Hum

Anggota Majelis

Sofyan Arief. S.H., M.Kn M. Isrok. S.H., CN., M.Hum

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum UMM

(24)

viii

KATA PENGANTAR

Seiring dengan berputarnya bumi pada porosnya, siang berganti malam,

malam berganti pagi. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang, yang telah menciptakan bulan diwaktu malam, dan matahari

diwaktu pagi dan siang, yang selalu memancarkan cahaya tenang bagi kami

semua yang berada dalam kehidupan bumi ini. Tidak lupa shalawat serta salam

semoga tetap terlimpah kanpada Nabi Muhammad SAW, yang membawa

cahaya kebenaran, sehingga mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliah

kemasa yang serba modern.

Penulisan Hukum Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan

akademik untuk mendapatkan gelar sarjana, adapun judul penulisan hukum ini

adalah : PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN

SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA

GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN

BANYUWANGI

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari Do’a dan bantuan

berbagai pihak yang telah memberi informasi dan inspirasi, sehingga dapat

menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penyusun mengucap

kanbanyak terimakasih pada:

1. Keluarga Besarku, Alm.Ayahandaku tersayang Bapak Abdul Hamid dan

(25)

ix

yang tulus, dukungan serta doanya untuk kesuksesan putrinya. Ketiga

adikku tercinta Kholifatun Nur Jannah, Topan Cahaya, Arum Bumi Pari.

Kakak-kakaku iid mufaidah, Amin Umami, Rodli Jauhari terimakasih untuk

semangat dan dukungannya.

2. Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang, Dekan Fakultas Hukum Dr.Sulardi,SH.,M.Si dan kedua

pembimbing saya Ibu fifik Wiryani,SH.,M.Si.,M.Hum selaku Dosen

pembimbing I dan Ibu Komariah,SH.,M.Si.,M.Hum selaku Dosen

pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing

penulis dalam menyempurnakan Tugas Akhir Penulisan Hukum ini.

3. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang beserta

staff yang senantiasa mengajar, mendidik, dan membina kami untuk

menjadi mahasiswa hukum yang profesional, humanis, dan relegius.

4. Semua teman dan sabatku senasib dan seperjuangan, sebagai teman

hari-hariku: Vindy, Dilla, Itok, Maria,Tira dan Semua teman-teman angkatan

2010 Fakultas Hukum yang selalu saling mengisi, memotivasi dan

memberikan dukungan ditengah kesibukan menjadi mahasiswa tingkat

akhir.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan Tugas

Akhirini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dan penelitian ini telah dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh

(26)

ix

sebagai syarat untuk mendapat kangelar sarjana hukum. Namun penulis

tetap mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi pengembangan

penulisan hokum ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua,

bangsa dan Negara serta agama. Dan semoga Allah selalu memberkati kita

semua dalam segala aktifitas kita. Amin YaRobbal Alamin.

Malang, 21 Agustus 2015

Penulis

(27)

x DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Cover/Sampul Dalam ... i

Lembaran Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Ungkapan Pribadi/Moto ... iv

Abstraksi ... v

Abstract ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Bagan ... xii

Daftar Gambar ... xiii

DaftarLampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penulisan ... 12

D. Manfaat dan Kegunaan Penulisan ... 13

E. MetodePenelitian ... 14

F. Rencana Sistematika Penulisan ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanUmumTentangHakAtas Tanah ... 21

1. Pengertian HakAtas Tanah ... 21

2. HakPenguasaanAtas Tanah ... 22

3. PembuktianHakPendaftaranAtas Tanah ... 24

4. SertifikatHakAtas Tanah ... 27

B. Tinjauan Tentang SengketaPertanahan... 32

1. PengertianSengketaPertanahan ... 32

2. PenyebabSengketaPertanahan ... 34

3. Jenis-JenisSengketaPertanahan ... 35

4. Dampak Dari SengketaPertanahan ... 36

C. Tinjauan TentangMediasiDalamPenyelesaianSengketa Tanah ... 37

(28)

xi

2. Penyelesaian Sengketa Tanah Secara Mediasi Di Luar Pengadilan

(Non Litigasi) ... 41 3. Penyelesaian sengketa Tanah secara Mediasi yang dimediatori oleh

Kepala Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005

Tentang Desa. ... 47

BAB III PEMBAHASAN

A. KasusPosisi ... 49 B. Pelaksanaan Mediasi Penyelesaian Sengketa Penyerobotan Tanah Antara

pemilik SHM No 286 Dengan pedagang Non formal Di Desa Gumirih

Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi ... 53 C. Faktor Pendukung Dalam Proses Mediasi Penyelesaian Sengketa

Penyerobotan Tanah antara pemilik SHM No 286 Dengan pedagang

Non formal. ... 71

BAB IV PENUTUP

(29)

xii

DAFTAR BAGAN

(30)

xiii

Gambar 1 Denah Lokasi Tanah H.Yusuf Dan Bapak Budi ... 50

Gambar 2 Denah Lokasi Pembangunan Kedai Kopi yang Benar ... 51

(31)

xiv

Lampiran 1 SuratTugasSkripsi

Lampiran 2 BeritaAcara Seminar Proposal

Lampiran 3 DaftarHadirPeserta Seminar Proposal

(32)

xv Buku

Ali. Achmad Chomzah,2003,Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Jakarta, Prestasi Pustaka

Alo Liliweri, 2005, Prasangka dan Konflik;Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, Cetakan Pertama, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta

Azir S.R.,2010, Metode penelitian Hukum. Yogjakarta: Andi

Bachtiar Efendie,1993, Pendaftara tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaanya,Bandung, Alumni

Boedi Harsono, 2001,Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional dalam hubungan dengan TAP MPR RI IX/MPR/, Jakarata,Universitas Trisakti

G.Kartasapoetra, 2003, Hukum Tanah jaminan UUPA bagi keberhasilan pendayagunaan tanah, Jakarta, Bina aksara,

Irawan Soerodjo, 2003, Kapasitas Hukum Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, Arkola

Komariah,2010,Hukum Acara Perdata , Malang, UMMPress

M. Marman, 2009, Kamus Hukum (dictionary of law complete edition),Surabaya, Reality Plubisher,

Pedoman penulisan hukum, 2012,fakultas hukum UMM

Urip Santoso, 2012,Hukum Agraria Kajian Komprehensif, jakarta, Kencana

Urip Santoso, 2013, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta, Kencana prenada group

Rahmat Syafaat, 2011, Advokasi Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ( Latar Belakang, Konsep dan Implementasinya), Surya Pena Gemilang, Malang

R. Soeprapto, 1986, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Praktek, Jakarta

Usman Rahmadi, 2012, Mediasi Di Pengadilan dalam teori dan praktek, Jakarta, Sinar Grrafika

Perundang-undangan

Undang-undang No.30 Tahun 1999tentang arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa

Undang – undang No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.

(33)

xvi

Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2008 Tentang draft kode etik mediator pasal 15

Makalah

I Gusti Ayu Sri Haryanti Dewi Witari, Sengketa tanah setra dan penyelesaiannya, MakalahHukum.unud.pdf.ac.id, diakses tanggal 12 maret 2015, pukul 14.07

Qaid Minang kabawi, makalah tentang tanah, http:// makalah-tentang-sengketa tanah. html, diakses tanggal 06 April 2015 Pukul 00.38

Jurnal

Rika Lestari. Perbandingan hukum penyelesaian sengketa secara mediasi di pengadilan dan di luar pengadilan di indonesia, ejournal.unri.ac.id/. diakses tanggal 03 maret 2015, Pukul 15.00

internet

http://Bpn.go.id, SekilasTentang Kami. Diaksespadatanggal01februari 2015, Pukul 09.00

http://.Bpn.go.id, Data kasus sengketa konflik perkara pertanahan nasioal, Diakses pada tanggal 20 feb 2015, pukul 15.40

http://dasar2ilmutanah..com/2008/02/definisi-tanah-fungsi-dan-profil-tanah.html, diakses tanggal 22 Oktober 2014, pukul 14.00

http://dampak kasus pertanahan//pdf, diakses pada tanggal 03 maret 2015, Pukul 21.00

https://HukumOnline.com/2012/12/17/ alternatif-penyelesaian-sengketa-tanah-di-luar-pengadilan/,diakses pada tangga 10 april 2015, puluk 16.30

http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus ,diaksses pada tanggal : 25 maret 2015, pukul 11:55

http://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/mahkamahagung/direktori/ perdata diakses tanggal 04 Juni 2015. Pukul 00:48

http://repository.usu.ac.id/dampak kasus pertanahan/.pdf, diakses pada tanggal 03 maret 2015, Pukul 21.00

http://regional.kompas.com/read/2012/01/09//Menelisik.Akar.Konflik.Agraria,Diakses tanggal 04 Juni 2015, Pukul 00:38

http://www.hukumonline.com/ Tentang-sertifikat-hak-atas-tanah-dan-sertifikat-hak-tanggungan.Diakses Tanggal 04 Juni 2015 Pukul : 00.07

http://www.Bpn.com/read/2012/09/24/BPN:-4005- Konflik-Pertanahan-di-Indonesia-Belum-Diselesaikan. Diakes tanggal 04 Juni 2015. Pukul 00:44

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dalam pelaksanaan akhlak anak banyak hal yang dilakukan oleh orang tua agar pembinaan akhlak anak lebih baik, melihat realita dilapangan bahwa masih adanya

Akuisi bahasa anak umur 5 tahun secara keseluruhan telah berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya, namun ternyata ada satu anak yang masih mengalami kesulitan

Penelit ian ini di dapatkan sebanyak 44 jenis tumbuhan pada 3 tingkatan dengan masing- masing individu terdapat yaitu 34 jenis pancang, yang mendo minasi adalah Klokosudang, 37 jenis

Adanya regenerasi pada organisme dewasa mununjukkan suatu bukti bahawa medan morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya regenerasi anggota badan yang

dengan menggunakan model Beta-Bernoulli. Sebelum dilakukan evaluasi MSE, terlebih dahulu dilakukan pendugaan parameter dengan metode Empirical Bayes. Beberapa

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads

Pengeringan ekstrak kental dengan penambahan bahan pengisi pada konsentrasi tinggi akan memberi peluang lebih besar pada bahan pengisi untuk mengikat air yang terdapat di

Jika untuk setiap pasangan titik pada suatu graf terdapat lintasan yang menghubungkannya, maka graf tersebut disebut graf terhubung.. Graf terhubung yang setiap titiknya