WASIAT WAJIBAH BAGI AHLI WARIS BEDA
AGAMA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF
PENULISAN HUKUM
Oleh: APRIALISDI 07120017 / 07400280
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS AGAMA ISLAM DAN FAKULTAS HUKUM
PENULISAN HUKUM
WASIAT WAJIBAH BAGI AHLI WARIS BEDA
AGAMA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan SH dan S.Sy
dalam bidang Ilmu Hukum dan Syari’ah
Oleh : APRIALISDI 07120017 / 07400280
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS AGAMA ISLAM DAN FAKULTAS HUKUM
LEMBAR PERSETUJUAN PENULISAN HUKUM
WASIAT WAJIBAH BAGI AHLI WARIS BEDA AGAMA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF Disusun dan diajukan oleh:
APRIALISDI 07120017 / 07400280
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilakukan
Ujian Penulisan Hukum
Pada tanggal : 29 juli 2013
DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH., M.Hum Drs.Fathor rahim, M.Ag
Mengetahui,
Dekan Fak. Agama Islam UMM Dekan Fak.Hukum UMM
Drs. Sunarto, M.Ag Sidik Sunaryo,S.H, M.Si, M.Hum
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM
WASIAT WAJIBAH BAGI AHLI WARIS BEDA AGAMA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF
Disusun dan diajukan oleh:
APRIALISDI 07120017 / 07400280
Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum
Pada tanggal : 29 Juli 2013
SUSUNAN MAJELIS PENGUJI
KETUA MAJELIS SEKRETARIS MAJELIS
Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH., M.Hum Drs.Fathor Rahim, M.Ag
Anggota Majelis
Drs. Muhammad Sarif, M.Ag Catur Wido Haruni, S.H,M.Si ,M.Hum
Mengetahui,
Dekan Fak. Agama Islam UMM Dekan Fak. Hukum UMM
KATA PENGANTAR
Segala puji kami haturkan kepada Rabb semesta alam, dengan kasih sayang
dan keridhoan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan
judul : ”Wasiat Wajibah bagi Ahli waris beda Agama menurut Perspektif
Hukum Islam dan Hukum Positif.
Sholawat serta salam senatiasa tetap tercurahkan pada Nabi Akhir zaman yang
telah menuntun kita dari kegelapan menuju alam yang terang benderang, sehingga
kita dapat merasakan manisnya iman dan Islam.
Penulisan / Penelitian Tugas Akhir / Skripsi ini disusun dan diajukan dalam
rangka memenuhi salah satu mata kuliah wajib pada Fakultas Agama Islam Prodi
Ahwal Al-Syakhshiyyah (Syariah) dan Fakultas Hukum Prodi Ilmu Hukum. Dengan tersusunnya penulisan / penelitian tugas akhir / skripsi ini tak lupa penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Drs. Sunarto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Agama Islam dan Bapak
Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Bapak Azhar Muttaqin, S.Hi., M.Ag selaku Ketua Jurusan Syari’ah, Bapak
Drs. Muhammad Sarif, M.Ag pembimbing akademik FAI dan Ibu Emei Dwi
Nanarhati S, SH., LL.M pembimbing akademik FH dan seluruh Dosen
Fakultas Agama Islam dan Fakultas Hukum yang senantiasa memberikan
4. Bapak Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH., M.Hum selaku pembimbing I dan Bapak
Drs. Fathor Rahim M.Ag. selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan
teliti dalam membimbingi. Terima kasih sudah meluangkan waktu di
tengah-tengah kesibukkannya. Dan penulis mohon maaf apabila selama bimbingan
ada yang tidak berkenan dalam hati.
5. Segenap Dosen Fakultas Agama Islam dan Fakultas Hukum serta karyawan
dan Staf TU, terima kasih atas ilmu yang diberikan dan pengetahuannya.
6. Bapak Dan Ibu terhebat yang telah memberikan dukungan baik moriil
maupun spirituil, dan luapan cinta kasih sayang serta untaian do’a yang tulus,
yang telah memotivasi penulis menyelesaikan skripsi ini, dan Kakak-kakakku
terhebat yang selalu memberi semangat semangat, jangan pernah berhenti
untuk menggapai kesuksesan baik dunia maupun akhirat.
7. Teman-teman seperjuangan Pesantren Persis Bangil, Rejal, mety, Tino,
Arsyad, Panji, Ahwas, Fais, Yayan, haidar dan yang lainnya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan semangatnya dan
keberamaannya, yang sudah penulis anggap keluarga sendiri, kalian tidak
akan pernah penulis lupakan, semoga kalian sukses.
8. Teman-teman satu angkatan “Syari’ah 2007” yaitu
Adam,Ulil,Abbas,Arif,Mety,Arsyad, Mamduha, Nafi’ah, Hoiriah, Memey,
Anna, Ismail, Maya, dan seluruh sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan
satu persatu terimakasih atas segala kebersamaan yang selama ini kita lalui
bersama, mudah-mudahan kita dapat bertemu kembali dengan kondisi yang
9. Teman-teman KKN 15 Poncokusumo 2011, Yudha, Ogis, Eko, Dian, Dika,
Ucik, Eni, Rara, Ica, dan yang lainnya yang penulis tidak bisa disebutkan satu
persatu yang yang selalu memberikan semangat buat penulis, Sungguh
beruntung punya sahabat seperti kalian, yang sudah berbagi keceriaan dan
kebersamaan.
10. Warga Kos-kosan 45b Jetis-dau, Fay dan iyong, terimakasih atas
kebersamaannya dan keceriaannya, semoga kita bisa bertemu lagi dilain
waktu.
Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikannya. Apapun yang
dilakukan dengan ketulusan, akan selalu terkenang dalam hati dan tak akan lupa
selamanya. Semoga karya sederhana ini mampu menggugah inspirasi untuk
pembacanya. Dan penulis mohon maaf atas segala kekurangan karena apa yang
tertulis dalam karya ilmiah ini, masih amat jauh dari sempurna.
Malang, 16september 2013
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR COVER/SAMPUL DALAM ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
SURAT PERNYATAAN PENULISAN HUKUM ... v
MOTTO ... vi
DEDIKASI ... vii
ABSTRAKSI ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan ... 9
D. Batasan masalah ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Metodelogi Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum mengenai Waris ... 17
A. 1 Pengertian Waris ... 17
A. 2 Dasar Legalitas Waris ... 18
A. 3 Sebab-sebab Mewaris dan Halangan Mewaris ... 21
B. 1 Ahli Waris beda Agama menurut Hukum Islam ... 24
B. 2 Ahli Waris beda Agama menurut Komilasi Hukum Islam 29 C. Tinjauan Umum Mengenai Wasiat Wajibah ... 31
C. 1 Pengertian Wasiat Wajibah ... 31
C. 2 Ketentuan-ketentuan dalam Wasiat Wajibah ... 35
C. 3 Wasiat Wajibah menurut Hukum Islam ... 37
C. 4 Wasiat Wajibah menurut Kompilasi Hukum Islam ... 45
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 Hukum Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama menurut Perspektif Hukum Islam ... 47
A. 2 Metode Pendekatan Ulama mengenai Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama ... 54
A. 3 Pandangan Ulama mengenai Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama ……... 60
B. Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama menurut Perspektif Hukum Positif di Indonesia ... 66
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan ... 80
B.Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pendapat ulama mengenai wasiat wajibah bagi ahli waris beda
agama
Tabel 2. Perbandingan wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama
menurut hukum Islam dan hukum positif
64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indeks... 85
Lampiran 2. Surat Tugas Skripsi ... 86
Lampiran 3. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi... 87
DAFTAR PUSTAKA
Al-jaziry , Abdurrahman, 1996, Kitab Fiqih ‘ala al-Madzahib al-Marba’at, Dar al
fikr, Beirut,
Al-Mundziri , Hafidz, (T.Th), Mukhtashar Sunan Abu Daud, Maktabah Al-Fikrah,
Kairo.
Al-Bukhari, 1981, Sahih al-Bukhari, juz 8, Dar al-Fikr, Beirut.
Azis Dahlan, Abdul, 1996, Ensiklopedi Hukum Islam , PT.Ichtiar Baru Van Hoeve.
Jakarta
Al Fasi, Allal ,1971, Maqashid al Syari’ah wa Makarimuha, Dar al Ma’arif, Mesir.
Amir Mu’allim dan Yusdani, 1999, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, UII Press, Yogyakarta
Al Gazhali, Abu Hamid, 1983, al Mustashfa Min Ilm al Ushul, Juz I ,Dar al Kutub al
Ilmiyyah, Beirut.
Abubakar Muhammad, 1995, Terjemah Subulussalam III, al-Ikhlas , Surabaya.
Abdullah ,Muhammad Husain, 2002, Study Dasar-dasar Pemikiran Islam, Pustaka
Thariqul Izzah, Bogor.
Djamil, Fathurrahman, 1995, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, Logos
Wacana Ilmu, Jakarta.
Dr. Wahbah Zuhaily, t.th, Ushulul Al Fiqh Al Islamy, Dar Al Fikr, Damaskus.
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, 2000, Kompilasi Hukum Islam
Departemen Agama R I. Jakarta
Ibnu Katsir, 1966, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Dar al-Ma’rif, Beirut.
Ibnu Hazm, t.th Al-Muhala Bil Arsar, Jilid 8, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut
Khalaf ,Abdul Wahab, Ilmu Ushul Feqih, Maktabah Ad-Dakwah Al-Islamiyah ,
Kairo, 1990
Moh.Rifa’I, Moh.Zuhri dan Salamo, 1978 ,Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, Toha Putra, Semarang,
Muhammad Said Ramadhan al Buthi, 1977, al Dawabit al Mashlahat fri al Syari’ah
al Islamiyah, Muasasah al Risalah , Beirut.
Muhammad Nashiruddin Al bani, 2007 Sunan Abu Daud II , Pustaka Azzam, Jakarta.
Mohammad Daud Ali, S.H, 2011, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Muhammad Makhluf, Hasanain , 1958, Al-Mawaris fi al-Syari’at al-Islamiyah,
Lajnah al-Bayyan al-Araby, kairo.
Rifai, Mohammad, 1984, Perbandingan Agama , Wicaksana , Semarang.
Rofiq, Ahmad, 2000, Hukum Islam di Indonesia, Graha Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Rachmad Budiono.A, 1999, Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam, PT Aditya
Bakti, Bandung.
Sumarna, Erik , 2004, Wasiat Wajibah Terhadap Saudara Kandung, IAIN Sumatra
Utara, Medan
Surahmad, Winarno , Dasar dan teknik research. Torsito, Bandung. 1972
Soekanto, Soerjono, 2005, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas
Sahriani, 2009, pembagian harta warisan orang yang berbeda agama dalam perspektif hukum islam (study kasus putusan mahkamah agung RI No 51K/AG/1999), tesis Pascasarjana Universitas Sumatra Utara, Medan.
Suma, M Amin, 2000, Hukum keluarga Islam di dunia Islam, Graha Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Sabiq, Sayyid, 1987, fiqih sunnah jilid 14, alih bahasa ; Mudzakir,PT Al-Maarif,
Bandung.
Suharsimi Arikunto, 1998, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta
Siddiq, Abdullah, 1984, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia
Islam, Widjaya, Jakarta.
Suparman, Eman , 2005, hukum waris Indonesia,dalam perspektif islam, adat dan
BW, PT Refika Aditama, bandung.
Suparman, Usman, Yusuf Sommawinata, 1997, fiqih mawaris Hukum kewarisan
islam, Gaya Media Pratama, Jakarta.
Usman, Suparman , 1988, Wasiat Wajibah, Uraian Singkat Wasiat Wajibah dan
Hubungannya dengan Plaatsvervulling dalam BW, Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung Djati Serang, Jakarta.
Wahab Khallaf, Abdul, 1990, ushul fiqh, Maktabah al-Dakwah al-Islamiyah Syabab
Al-Azhar, Kairo. INTERNET http://masbembengs.blogspot.com http://id.wikipedia.org http://herman-notary.blogspot.com http://korup5170.wordpress.com JURNAL
Al-Yasa Abubakar, 1996, wasiat wajibah dan anak angkat, dalam mimbar hukum
no.29
Destri Budi Nugrahini, Haniah Ilhami dan Yulkarnain Harahab,2010 Pengaturan dan
Implementasi Wasiat Wajibah di Indonesia, dalam mimbar hukum volume 22 no.2
Abdul Manan, 1998, Beberapa Masalah Hukum Tentang Wasiat dan
Permasalahannya Dalam Konteks Kewenangan Pengadilan Agama, Artikel Mimbar Hukum, No.38, Al Hikmah dan Ditbin Bapera Islam, Jakarta. Perundang-undangan :
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara garis besar setiap manusia mengalami tiga peristiwa hukum,
yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan
diakhiri dengan kematian. Setiap terjadi kematian, dalam Islam masalah tersebut
segera timbul pertanyaan bagaimana harta peninggalannya diperlakukan dan
kepada siapa saja harta itu dipindahkan.
Pengaturan terhadap harta pasca meninggal dunianya seseorang
merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kemaslahatan baik bagi
orang yang meninggal dunia, para ahli warisnya, maupun pihak ketiga. Di
dalam agama Islam meskipun seseorang telah meninggal dunia, akan tetapi
kewajiban tidak secara otomatis selesai atau terhapuskan begitu saja. Ada
beberapa kewajiban yang harus di tunaikan terkait dengan harta peninggalannya
antara lain; utang, zakat, wasiat, dan pembagian warisan. Berkenaan dengan
pembagian harta warisan ini penting untuk diatur agar tidak terjadi perebutan
harta warisan.
Dalam sistem kewarisan Islam sudah diatur secara jelas dan rinci
tentang tata cara pembagian dan peralihan harta si pewaris kepada ahli waris,
harta waris, serta hal-hal yang menghalangi ahli waris untuk mendapatkan harta
2 Bila dicermati zaman sekarang ini, perkawinan antara muslim dan
non muslim sangat banyak terjadi di Indonesia khususnya. Hal ini yang banyak
tidak disadari mereka akibat yang akan terjadi bila dihubungkan dengan Hukum
Waris Islam akan dampak yang sangat besar. Perkawinan antar agama tersebut
tentu saja terkait erat dengan permasalahan pembagian harta waris yang akan
ditimbulkan kelak jika salah seorang meninggal dunia. Karena akan
menimbulkan hilangnya hak waris bagi masing-masing. Demikian pula bagi
anak-anak dari hasil perkawinan mereka yang apabila mereka mengikuti salah
satu Agama orang tua mereka. dan juga dalam sebuah keluarga yang
berbeda-beda agamanya dalam keluarga tersebut. Hal tersebut Didalam Agama Islam
tentu menjadi permasalahan sebagaimana diketahui seorang muslim tidak
mewarisi dengan Agama selain Islam. Pengaturan tersebut terdapat dalam
Al-Qur’an Surat An-Nisa’ :141 dan hadist sebagai berikut:
………
…….. dan Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir kepada
orang orang beriman. (An Nisa’: 141)1
Kemudian dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah.
1
3
َرِف
اَكلا
ُمِلْسُمْلا
ُثِرَي
َل
:
َلاَق
.
م
.
ص
ي لا
ْنَع
اَسُأ
َةَم
ِنْبا
ِدْيَز
ِنَع
(
ةعامجا
اور
)
َمِلسُمْلا
ُرِف
اَكلْا
َلَو
Orang muslim tidak boleh mewarisi harta orang kafir, dan orang kafir pun tidak dapat mewarisi harta orang Islam.2
Hal di atas memberikan gambaran bahwa antara seorang muslim
tidak mewarisi dengan kafir agama selain Islam, hukum ini juga disepakati oleh
ahli fiqih. Maka dari itu jika seseorang anak berbeda agama dengan orang
tuanya, yang orang tuanya beragama Islam, maka seharusnya dia menjadi ahli
waris tidak berhak atas harta waris tersebut dikarenakan perbedaan agama.
Adapun jika seorang anak bisa memperoleh hak dari harta orang
tuanya salah satu caranya adalah dengan jalan wasiat wajibah. Yang mana
Wasiat Wajibahadalah wasiat yang dibebankan oleh hakim agar seseorang yang
telah meninggal dunia yang tidak melakukan wasiat secara suka rela, harta
peninggalannya dapat diambil untuk diberikan kepada orang tertentu dan dalam
keadaan tertentu pula. Dapat dipahami bahwa pelaksanaannya merupakan suatu
yang diperintahkan oleh hakim.
2
4 Kemudian yang dijadikan landasan yang mendukung dalam
mendasari keberadaan wasiat wajibah diantaranya terdapat dalam Al-Qur’an
dan Hadits diantaranya:
Diwajibkan atas kamu apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk
ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf (ini adalah) kewajiban atas orang
yang bertaqwa (Al-baqarah : 180) 3
Berdasarkan ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa apabila
seseorang dalam keadaan tanda-tanda akan meninggal dan mempunyai harta
yang berlebih, maka diwajibkan untuk berwasiat terhadap orang tua dan
kerabat-kerabatnya. Pemberian wasiat bagi orang tua dan karib kerabat tersebut
adalah diperuntukan bagi mereka yang tidak memperoleh harta warisan, jika
orang tua dan karib kerabat tersebut memperoleh harta waris maka mereka tidak
berhak memperoleh harta wasiat tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
ibnu katsir :
ري ا نمف ة باث ري نميف ةخوسنم اهنا
3
5 Sesungguhnya ayat tersebut (QS.Al-Baqarah:180) telah dinasakh bagi orang yang menjadi ahli waris/ menerima warisan dan tetap hukumnya bagi yang tidak menjadi ahli waris.4
Pernyataan ibnu katsir tersebut dikuatkan dengan hadits yang melarang wasiat
bagi ahli waris yaitu 5:
ملسو يلع ها ىلص ِللَا َلوُسَر ُتْعََِ ع ها يضر ِيِلِاَبْلَا َةَماَمُأ َِِأ ْنَعَو
َح ٍقَح يِذ لُك ىَطْعَأ ْدَق َللَا نِإ ُ : ُلوُقَ ي
َ ٍثِراَوِل َةيِصَو َََف , ُق
ُاَوَر
, َةََْْزُخ ُنْبِا ُاوَ قَو , يِذِمْرِ تلَاَو ُدََْْأ َُسَحَو , يِئاَسلا لِإ ُةَعَ بْرَْْاَو , ُدََْْأ
ِدوُراَْجَا ُنْباَو
Abu Umamah al-Bahily Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberi hak kepada tiap-tiap yang berhak dan tidak ada wasiat untuk
ahli waris." Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa'i. Hadits hasan
menurut Ahmad dan Tirmidzi, dan dikuatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Jarud. 6
Berdasarkan landasan yang disebutkan di atas menurut perspektif
hukum Islam dapat disimpulkan bahwa wasiat wajibah bagi ahli waris beda
agama adalah wajib dikarenakan ahli waris beda agama terhalang untuk
memperoleh harta waris, oleh karena itu ahli waris beda agama diberi harta
4
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Dar al-Ma’rif, Beirut, 1966, hal 372
5
Moh.Rifa’I, Moh.Zuhri dan Salamo, Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, Toha Putra, Semarang, 1978, Hal 264-265
6
6 melalui wasiat wajibah. Adapun pemberian wasiat kepada ahli waris beda
agama mayoritas ulama memperbolehkan pemberiannya.
Kemudian dalam hukum positif di Indonesia Wasiat wajibah
merupakan salah satu kewenangan absolut Pengadilan Agama menurut
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006, namun belum ada hukum
materiil dalam bentuk undang-undang yang mengaturnya, satu-satunya
peraturan yang mengatur wasiat wajibah adalah Kompilasi Hukum Islam (KHI),
termuat dalam instrumen hukum berupa Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
1991. KHI mengatur wasiat wajibah dalam Pasal 209 dipandang sebagai hukum
materiil dan diberlakukan di peradilan dalam lingkungan peradilan Agama.
pengaturan wasiat wajibah dalam KHI terdapat dalam Pasal 209 ayat 1 dan 2
yaitu :
(1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan Pasal 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta wasiat anak angkatnya.
(2)Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya.
Sebagaimana dalam pasal tersebut secara normatif KHI telah
menetukan bahwa wasiat wajibah hanya di peruntukkan bagi anak angkat yang
7 dari anak angkatnya yang meninggal dunia, adapun wasiat wajibah bagi ahli
waris beda agama menurut kompilasi hukum Islam tidak menyebutkan secara
rinci, hanya menyebutkan beberapa syarat umum dalam satu ayat saja dan tidak
diikuti dengan penjelasan-penjelasan lainnya, termasuk dalam perbedaan
agama. Hal ini menandakan bahwa wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama
tidak memiliki legalitas hukum jika dipandang menurut kompilasi hukum Islam.
Secara yuridis formal, Kompilasi Hukum Islam memang tidak
memberi legalitas terhadap wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama, sehingga
jika hanya mengacu pada sumber ini maka terkesan tidak terdapat kepastian
hukum. Namun demikian wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama jika
mengacu pada sumber hukum formil lainnya maka akan ditemukan tentang
keharusannya sebagaimana yang terdapat dalam Yurispudensi yang ditetapkan
Mahkamah Agung. Yang terdapat dalam putusan mahkamah agung nomor: :
51K/AG/1999 menjelaskan bahwa ahli waris beda agama diberi harta waris
melalui wasiat wajibah.
Adapun Mahkamah Agung menetapkan ahli waris non Islam dapat
memperoleh bagian harta waris melalui wasiat wajibah. Kasusnya adalah terjadi
di Yogyakarta. Pewaris bernama martady meninggal dunia dengan
meninggalkan jazilah sang istri dan tidak mempunyai anak, dan pewaris lainnya
adalah 7 orang saudara kandung suami. Dan yang menjadi ahli waris dari
saudara kandung tersebut adalah 3 orang, yang mana 4 orang lainnya telah
8 masih hidup dan menjadi ahli waris tersebut tersebut salah satu beragama non
muslim. karena ada perbedaan agama diantara saudara kandung tersebut
terjadilah silang pendapat diantara mereka. Kemudian istri tersebut mengajukan
permasalahan tersebut ke Pengadilan Agama, sedangkan saudara kandung
pewaris mengajukan ke Pengadilan Negeri.
Pada Pengadilan Agama Yogyakarta menetapkan putusan atas
Eksepsi Kompetensi Absolut para tergugat tersebut. Yang mana mengenai
pemecahan masalah sengketa waris tersebut adalah merupakan kewenangan
pengadilan agama, bukan kewenangan pengadilan negeri. Dalam
pertimbanganya pengadilan agama mengabulkan gugatan jazilah sebagai
penggugat dan ahli waris yang non muslim tidak memperoleh dari harta
tersebut.
Kemudian para tergugat menolak putusan agama tersebut dan
mengajukan banding kepada Pengadilan Tinggi Agama. Majelis hakim
Pengadilan Tinggi Agama memberikan putusan yang isinya menguatkan
putusan pengadilan agama tersebut. Putusan pengadilan tinggi agama tersebut
ditolak oleh tergugat, selanjutnya tergugat mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung, kemudian Majelis Hakim Agung yang mengadili perkara ini dalam
putusannya memutuskan Mahkamah Agung berpendapat bahwa putusan
pengadilan tinggi agama yogyakarta harus diperbaiki karena seharusnya
9 di mana mereka ini berhak mendapatkan warisan berdasarkan Wasiat Wajibah
yang kadar bagiannya sama dengan ahli waris muslim. atas pertimbangan
tersebut Mahkamah Agung memberikan putusan bahwa penggugat yaitu jazilah
berhak memperoleh ¼ bagian dari harta warisan almarhum suaminya.
Kemudian menyatakan disamping penggugat ada ahli waris lainnya yaitu dari
saudara kandung almarhum suaminya termasuk yang non muslim, kesemua ahli
waris tersebut berhak memperoleh ¾ bagian dari harta warisan. Dari penjelasan
diatas dapat dipahami bahwa ahli waris beda agama berhak atas harta warisan
melalui wasiat wajibah, dengan ditetapkan putusan Mahkamah Agung diatas
maka pengaturan wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama mempunyai
legalitas yang kuat bagi hukum positif di Indonesia.
Melihat dari problematika tersebut yang mana merupakan hal yang
kontemporer dalam pemikiran hukum islam, di satu sisi nash Al Quran tidak
menjelaskan tentang bagian ahli waris untuk non muslim, sedangkan hadits
tidak memberikan sedikitpun bagian harta bagi ahli waris non muslim, namun di
sisi lain tuntutan keadaan dan kondisi menghendaki hal yang sebaliknya.
Berdasarkan latar belakang di atas, mendorong penulis untuk
mengangkat sebuah judul skripsi yaitu: “WASIAT WAJIBAH BAGI AHLI
WARIS BEDA AGAMA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
10 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan dasar Hukum Wasiat Wajibah bagi ahli waris beda
Agama menurut perspektif Hukum Islam ?
2. Bagaimana hukum positif mengatur tentang wasiat wajibah bagi ahli waris
beda Agama di Indonesia?
C. Tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dasar Hukum Wasiat wajibah bagi ahli waris beda
Agama dalam hukum Islam dan hukum positif
2. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dan perbedaan dalam hukum Islam
dan hukum positif mengenai wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama.
D. Batasan masalah
Dalam skripsi ini untuk menghindari permasalahan yang terlalu melebar dan
kurang mengarah pada pokok permasalahan, maka perlu adanya batasan-
batasan yang jelas. Perlu dibatasi masalah apa saja yang masuk dalam
pembahasan. Yaitu menjelaskan tentang wasiat wajibah bagi ahli waris beda
agama ditinjau dari hukum islam dan hukum positif. Tentang dasar
hukum,ketentuan-ketentuan dan perbedaan dari hukum islam dan hukum positif.
Yang bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadits, Kompilasi Hukum Islam, dan
pendapat ulama yang membahas tentang masalah wasiat wajibah bagi ahli waris
11 E. Manfaat penelitian
Sebagaimana penelitian ini mempunyai tujuan, kajian mengenai wasiat wajibah
bagi ahli waris beda agama menurut perspektif hukum islam dan hukum positif ini pun mempunyai manfaat, antara lain:
1. Secara Akademis
Bagi Fakultas Agama Islam Jurusan Twinning Program Universitas
Muhammadiyah Malang, agar penulisan ini dapat dijadikan bahan refrensi
dalam rangka untuk memperkaya khasanah kepustakaan mahasiswa, atau
dapat digunakan sebagai acuan untuk penulisan dan pembahasan lebih lanjut
yang lebih luas dan lebih kritis khususnya di bidang Hukum Islam dan Hukum
Positif di Indonesia tentang wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama.
2. Secara Praktis
Bagi penulis pribadi, penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Agama Islam dan
Fakultas Hukum (Twinning Program) Universitas Muhammadiyah Malang.
Selain itu penulis juga bisa lebih memahami dan mengerti tentang bagaimana
perspektif hukum Islam dan hukum positif di Indonesia memandang tentang
wasiat wajibah bagi ahli waris beda agama.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan jawaban atas
persoalan yang terjadi dikalangan masyarakat luas yang mana berkaitan
12 F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan/ penelitian
literatur, yang datanya berupa konsep, teori dan ide. Sedangkan
pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu data yang
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan.7
2. Sumber bahan penelitian
Penelitian ini mencari data-data yang bersumber pada:
a. Sumber bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya
mengikat dan merupakan norma-norma dasar utama dalam setiap
pembahasan masalah, yaitu: Al-Qur’an dan Al-Hadist
b. Sumber bahan Hukum sekunder, yaitu data pendukung dari data primer.
Dalam hal ini penulis merujuk pada bahan-bahan yang dapat memberikan
penjelasan-penjelasan dan penafsiran-penafsiran yang mendukung sumber
data primer dalam memperoleh pengertian dan pemahaman yang utuh,
diantaranya yaitu: karya ilmiah dan hasil penelitian, yang dapat berbentuk
makalah, artikel, jurnal ilmiah, opini maupun berita yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas atau berupa referensi dari buku, kitab, serta
Undang-Undang terkait.
7
13
c. Bahan Hukum Tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya:
kamus, ensiklopedi, bibliografi, indeks.internet 8
3.Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, penulis mengunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Pengumpulan data dengan cara mengklasifikasikan nash-nash dalam
bentuk per-tema maupun per-bab, baik nash Al-Qur’an maupun As
-Sunnah yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti, antara nash
yang melarang dan yang membolehkan wasiat wajibah bagi ahli waris
beda agama.
b. Mengklasifikasikan antara pendapat-pendapat para ulama, dalam bentuk
per-tema maupun per-bab, yang relevan dengan masalah yang sedang
diteliti, baik yang malarang maupun yang membolehkan wasiat wajibah
bagi ahli waris beda agama.
4. Analisa data.
Tekhnik analisa bahan hukum yang penulis pakai dalam penyusunan skripsi
ini adalah analisa kualitatif dengan menggunakan analisa data (content
analysis), yaitu metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat
8
14 prosedur untuk kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen.
Selanjutnya dilakukan pengelompokan yang disusun secara sistematis
kemudian di analisis dengan cara sebagai berikut;
a. Metode Deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari yang berbentuk umum
ke bentuk khusus, dimana kesimpulan itu dengan sendirinya muncul dari
satu atau beberapa premis. Dalam hal ini penulis mengemukakan data-data
atau fakta-fakta baik dalam bentuk definisi maupun konsep tentang
kewarisan beda agama secara umum, lalu ditarik sebuah kesimpulan
secara khusus.
b. Metode Komparatif, yaitu bersifat perbandingan. Maksudnya ialah
membandingkan beberapa pendapat atau data yang berkaitan dengan
bahasan penulis terutama pada kitab-kitab yang dijadikan referensi dalam
permasalahan kewarisan beda agama.
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini dapat terselesaikan dengan mudah, maka diperlukan adanya
sistematika penulisan yang di bagi dalam empat bab yang terdiri dari:
Bab I : PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan pengantar secara umum yang berkaitan dengan tema
penelitian yang diangkat oleh penulis, terdiri dari : Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian,
15 Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai landasan teoritis yang meliputi:
A. Tinjauan Umum Mengenai Waris
A. 1 Pengertian Waris
A. 2 Dasar Legalitas Waris
A. 3 Sebab-sebab Mewaris dan Halangan Mewaris.
B. Tinjauan Umum Mengenai Ahli Waris Beda Agama
B. 1 Ahli Waris Beda Agama Menurut Hukum Islam
B. 2 Ahli Waris Beda Agama Menurut Kompilasi Hukum Islam
C. Tinjauan Umum Mengenai Wasiat Wajibah
C. 1 Pengertian Wasiat Wajibah
C. 2 Ketentuan- ketentuan dalam Wasiat Wajibah
C. 3 Wasiat Wajibah menurut Hukum Islam
C. 3 a. Landasan Wasiat Wajibah dalam Hukum Islam
C. 4 Wasiat Wajibah menurut Kompilasi Hukum islam
Bab III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian mengenai:
A. 1 Hukum Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama menurut Perspektif
Hukum Islam.
A. 1 Metode Ijtihad Ulama tentang Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda
16 A. 2 Pandangan Ulama tentang Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda
Agama.
B. Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama menurut Hukum Positif
Bab IV : PENUTUP
Penutup atau kesimpulan, disini penulis sajikan kesimpulan-kesimpulan yang