• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WREDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WREDA"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEBERMAKNAAN

HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WREDA

SKRIPSI

Oleh :

Nova Ariyanthi

201210230311081

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEBERMAKNAAN

HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WREDA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Nova Ariyanthi

201210230311081

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda

2. Nama Peneliti : Nova Ariyanthi 3. NIM : 201210230311081 4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 28 Desember 2015 – 15 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Adhyatman Prabowo M.Psi ( ) Anggota Penguji : 1. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si

2. Yudi Suharsono, M.Psi, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Latipun, M.Kes Adhyatman Prabowo M.Psi

Malang, Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nova Ariyanthi NIM : 201210230311081 Fakultas/ Jurusan : Psikologi/ Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul : Hubungan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wresa

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber bebas pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya apabila pernyataan ini tidak benar, makasaya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 28 Januari 2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, hingga kepada umatnya sampai akhir zaman. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Judul yang penulis ajukan adalah “hubungan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda”.

Dalam proses penyusunan skripsi, penulis memperoleh banyak bimbingan, dukungan, pengalaman serta pelajaran yang sangat bermanfaat dan berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Latipun, M.Kes selaku Pembimbing I dan Adhyatman Prabowo, M.Psi selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan berbagai arahan yang sangat berguna, serta terus memberikan motivasi agar penulis segera menyelesaikan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Mohammad Shohib, S.Psi., M.Si. selaku dosen wali yang telah mencurahkan perhatian, bimbingan, doa, dan semangat yang sangat berarti bagi penulis.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Pengurus Panti Wreda Griya Kasih Siloam, Panti Wreda Bina Bhakti, Panti Wreda Griya Asih, Panti Wreda Melania, Pondok Lansia Berdikari dan Panti Wreda Bina Bhakti yang telah memberikan izin serta dukungan kepada peneliti selama pengambilan data.

6. Oma dan Opa Penghuni Panti Wreda Griya Kasih Siloam, Panti Wreda Bina Bhakti, Panti Wreda Griya Asih, Panti Wreda Melania, Pondok Lansia Berdikari dan Panti Wreda Bina Bhakti yang telah membantu kelancaran selama pengambilan data serta memberikan dukungan kepada penulis.

7. Ibunda tercinta Erdawati dan Ayahanda tercinta Misjaya Kusumah, sebagai sumber motivasi penulis, atas segala doa, kasih sayang, perhatian dan dukungan tiada henti yang diberikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar terkasih yang telah banyak memberikan do’a, dukungan, dan semangat baik secara moril ataupun materil demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat tersayang Mutia Nadia, Weny Joana Indrianing Islam, Amelia Namira, dan Galuh Kikiany Sulanjono atas persahabatan yang diberikan, serta selalu menemani langkah penulis baik dalam keadaan suka maupun duka.

10.Syauqi Dzulfikar Fauzi atas do’a, semangat, dan dukungan yang selalu diberikan.

Serta senantiasa menghibur penulis sehingga penulis dapat bersemangat menyelesaikan skripsi ini.

(6)

12.Muhamad Slamet yang telah memberikan dukungan, saran dan berbagi ilmu dalam penyusunan skripsi. Serta Ical Abdurahman Nesar yang telah memberikan dukungan dan menemani dikala suka maupun duka.

13.Sahabat tersayang Adys, Vina, Ajeng, Fida, Cica, Kinanto, Mita, Novi, Astri, Riana dan Citra terima kasih telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 14.dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, telah banyak

memberikan bantuan, semangat, dan doa’nya kepada penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat saya harapkan untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Malang, 28 Januari 2016 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ...i

Surat Pernyataan ...ii

Kata Pengantar ...iii

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel ...vi

Daftar Lampiran ...vii

ABSTRAK ...1

PENDAHULUAN ...2

Dukungan Sosial ...5

Makna Hidup ...6

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Makna Hidup ...7

Kerangka Pikir ...9

Hipotesa ...9

METODE PENELITIAN ...10

Rancangan Penelitian ...10

Subyek Penelitian ...10

Variabel dan Instrumen Penelitian ...10

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ...11

HASIL PENELITIAN ...12

DISKUSI ...13

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ...16

REFERENSI ...16

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Tryout Skala Dukungan Sosial dan

Makna Hidup ...20

Lampiran 2. Hasil Analisa Data ...25

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Kategorisasi ...31

Lampiran 4. Blue-Print Skala ...35

Lampiran 5. Skala Penelitian ...36

(10)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEBERMAKNAAN

HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WREDA

Nova Ariyanthi

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

novariyanthi@yahoo.com

Setiap individu ingin memiliki kehidupan yang bermakna. Lansia yang menghabiskan masa tuanya di panti wreda yang jauh dari keluarga secara tidak langsung dapat membentuk lansia menjadi pribadi yang merasa tidak berharga, kesepian dan rendah diri yang dapat mengindikasikan adanya frustasi eksistensial dimana individu tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan merasa hampa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda. Penelitian ini menggunakan teknik non-random sampling dalam pengambilan sampelnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Instrumen pengambilan data yang digunakan adalah Social Provision Scale dan PIL-R. Analisa data menggunakan korelasi product moment dari Pearsons. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup, dengan nilai r sebesar 0.567 dan nilai p= 0.000. Adapun kontribusi dukungan sosial terhadap kebermaknaan hidup lansia sebesar 32.1%.

Kata Kunci :dukungan sosial, makna hidup, lansia, panti wreda.

Each of individual wants to have a meaningful life. Elderly that spent their later life in a nursing home that is away from their family, could indirectly establish them to a person that feels unworthy, lonely, and has low self-esteem which may indicate presence of an existential frustration, which is the individual does not have a clear purpose in life and feel an empty life. The aim of this study was to determine the relationship between social support and meaning in life toward senior citizens living at nursing home. This study used a non-random sampling technique. The sample used in this study were 100 respondents. Instruments used in this study were Social Provision Scale and PIL-R. The collected data was analyzed with product moment by Pearsons. The results showed there is a significant positive relationship between social support and meaningf in life, with value r= 0.567 and p= 0.000. The contribution of social support to meaning in life of senior citizen was 32.1%.

(11)

Dalam perjalanan hidup manusia, proses menua atau lanjut usia merupakan hal yang wajar dan akan dialami oleh semua orang yang di karuniai umur panjang, hanya lambat atau cepatnya proses tersebut tergantung pada setiap individu yang bersangkutan.

Saat ini diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan rata-rata usia 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia jumlah lansia mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebanyak 15.262.199 jiwa dengan presentase (7,28%), tahun 2005 menjadi 17.767.709 jiwa dengan presentase (7,97%) dan pada tahun 2010 meningkat juga menjadi 19.936.895 jiwa dengan presentasi (8,48%). Sedangkan Pertambahan jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia dalam kurun waktu 1990 sampai 2025 diperkirakan sebagai pertumbuhan lansia yang tercepat di dunia. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 16 juta jiwa pada tahun 2002. Data sensus badan pusat statistik pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia sebanyak 18.043.711 jiwa dengan jumlah rata-rata lansia wanita 57,71% dan pria 42,29%. (Statistik Indonesia, 2010).

Menurut Darmojo dan Martono (2006) pertambahan lansia di Indonesia dipengaruhi oleh perbaikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan sosio-ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup. Namun dengan perpanjangan usia harapan hidup tersebut bukanlah merupakan solusi dari masalah yang dihadapi lansia. Masalah umum yang dialami para lansia adalah rentannya kondisi fisik para lansia terhadap berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi mekanisme homeostatis.

Rentannya kondisi fisik ini diakibatkan penurunan kondisi fisik yang terjadi pada lansia akibat dari proses penuaan. Dalam ilmu biologi terdapat dua teori penuaan, yaitu teori mikrobiologi yang menjelaskan bahwa dengan semakin tuanya sel-sel dalam tubuh, maka semakin sulit juga untuk membuang sisa-sisa kerja sel, sehingga sisa-sisa ini menempati 20% bagian sel yang akhirnya akan menyebabkan kerja molekul-molekul sel semakin sulit dan lambat bahkan akhirnya benar-benar berhenti. Teori yang kedua ialah teori makrobiologi yang menjelaskan bahwa penuaan dapat juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan, otak dan homeostatis. Seiring dengan kehidupan yang berlanjut fungsi thymus (kelenjar yang merangsang sel-sel darah putih yang dibutuhkan untuk melawan infeksi dan kanker) semakin menurun, sehingga tubuh lebih rentan terhadap serangan penyakit. Sel-sel kekebalan tubuh juga mulai menyerang sel-sel kesehatan tubuh sendiri yang menghasilkan penyakit seperti radang sendi dan beberapa penyakit ginjal ringan. Selain penurunan kekebalan tubuh dengan semakin lanjutnya usia terjadi pula rangkaian perubahan fisik seperti perubahan pada sensori seperti penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran, penurunan fungsi pernafasan, penurunan sistem peredahan darah dan juga penurunan seksualitas (Santrock, 2002).

Selain penurunan kondisi fisik para lansia juga mengalami penurunan dalam fungsi kognitif seperti penurunan dalam memproses informasi, mengingat dan memecahkan masalah. Sternberg dan McGrane (dalam Santrock, 2002) menyatakan bahwa orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Dengan penurunan fungsi kognitif akan mempengaruhi kinerja para lansia ini sehingga pada akhirnya para lansia akan pensiun dari pekerjaannya.

(12)

memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sosialnya (Bandiyah 2009). Terdapat teori sosial yang menjelaskan mengenai hal ini yaitu teori rekonstruksi gangguan sosial, yang menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Dapat terjadi gangguan sosial pada diri lansia yang dimulai dengan pandangan dunia sosial yang negatif dan diakhiri dengan identifikasi dan pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu (incompetent) (Santrock, 2002).

Tidak sedikit pula lansia yang merasa kesepian dikarenakan kondisi fisiknya yang menurun sehingga tidak banyak aktivitas yang dapat mereka lakukan dan juga dikarenakan banyaknya waktu yang dia lewati sendiri tanpa keluarga yang sibuk dengan aktifitasnya masing- masing sehingga melupakan anggota keluarga lansianya. Perasaan kesepian ini yang dapat memberikan efek negatif bagi perkembangan psikologis para lansia yang dapat membangun perasaan tidak berguna dalam diri lansia (Yeh, 2004).

Menurut UU No. 13 tahun 1998, lansia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Lansia mempunyai hak yang sama dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai bentuk peningkatan kesejahteraan bagi lansia, banyak lembaga pemerintahan maupun swasta yang mendirikan panti sosial yang ditujukan untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar, yang salah satunya dikenal sebagai Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW) atau Panti Jompo.

Tak jarang lansia diperlakukan sebagai beban keluarga, masyarakat hingga Negara. Lansia sering tidak disukai, serta sering dikucilkan dipanti-panti wreda (Bandiyah 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsi (2013) terhadap anak kandung yang menitipkan orang tua mereka ke Panti Wreda, ditemukan tiga alasan yang mengharuskannya untuk menitipkan orang tua mereka ke Panti Wreda. Beberapa di antaranya karena anak sibuk dengan pekerjaan, anak merasa keberatan mempedulikan keadaan orang tua dan disharmonisasi antara anak dan orang tua. Keluarga yang tidak memiliki cukup waktu atau tenaga untuk merawat lansia di rumah biasanya akan memilih alternatif untuk meminta bantuan perawat atau tenaga profesional secara khusus untuk merawat lansia di rumah mereka atau menitipkan lansia kepada Panti Wreda yang memiliki tenaga profesional di dalamnya, dengan harapan bahwa lansia dapat lebih mendapatkan perawatan dan dapat terpenuhi kebutuhannya.

(13)

Menjadi seseorang yang berarti dan merasa berharga dalam hidup tampaknya sangat penting saat memasuki periode lansia. Pada masa ini, lansia harus dapat menerima, bersikap positif serta dapat menjalani masa tuanya dengan tenang. Kebermaknaan hidup lansia berkaitan dengan persepsi terhadap kualitas hidup, yang mencakup kesejahteraan psikologis, fungsi fisik yang baik, hubungan dengan orang lain, kesehatan dan aktivitas sosial. Memiliki makna hidup berarti dapat meningkatkan semangat hidup dan meletakkan dasar untuk kesejahteraan yang nantinya membawa kebahagiaan pada diri lansia (Steger, 2011).

Makna hidup menurut Madjid (Bastaman, 1996) begitu besar dan penting artinya, karena kosongnya makna hidup akan membuat orang tidak tahan terhadap penderitaan dan tidak memiliki rasa harga diri yang kokoh. Mengembangkan kehidupan bermakna bukanlah tugas yang ringan, karena pada hakikatnya sama dengan memenangkan perjuangan hidup, yakni mengubah nasib buruk menjadi baik, dan mengubah penghayatan diri dari tidak bermakna menjadi bermakna. Oleh karena itu, usaha ini memerlukan niat yang kuat, seperti pemahaman mendalam tentang makna hidup, kesediaan dan kesadaran pentingnya mengubah sikap terhadap penderitaan, serta dukungan kekeluargaan dan persahabatan dari lingkungan terdekat atau bantuan profesional.

Tiap individu dapat menghayati hidup bermakna, namun tiap individu memiliki makna hidup yang berbeda, termasuk pada lansia. Menurut Frankl, setiap individu memiliki keinginan un-tuk bermakna dalam hidupnya, yang bersifat independen, tidak berdasarkan jenis kelamin, usia, kapasitas intelektual, karakteristik kepribadian, atau agama. Sebagian lansia menyatakan bahwa makna hidup mereka ialah hubungan mereka dengan orang lain. Sebagian lain merasa hidupnya bermakna saat mereka dapat melakukan aktivitas baru yang melibatkan kepentingan sosial, terutama setelah pensiun atau tidak bekerja (Takkinen & Ruoppila, 2001).

Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa dukungan sosial kepada para lanjut usia baik dalam bentuk fisik maupun psikis sangat memberikan pengaruh terhadap level ketidakmampuannya dalam merawat dirinya sendiri di kehidupan sehari-hari sehingga ia dapat mencapai kesejahteraan (Ahmad, 2011). Dimana saat seseorang sudah dapat mencapai kesejahteraan akan mudah baginya untuk menuju hidup yang bermakna.

Beberapa lansia merasa bahagia dan tidak merasa kesepian serta memiliki makna dalam hidupnya jika mendapat dukungan sosial dari semua pihak. Lansia tersebut pada dasarnya membutuhkan bantuan secara finansial, nasehat yang membangun, pemberian semangat serta kasih sayang melimpah dari orang-orang sekitar mereka terlebih lagi jika dukungan tersebut kurang mereka dapatkan dari anggota keluarga seperti anak-anak mereka karena berbagai kondisi dan kesibukan (Hayati, 2010).

(14)

bantuan materi maupun non materi, yang dapat menimbulkan perasaan nyaman secara fisik dan psikologis bagi individu yang bersangkutan.

Bergerak dari fenomena diatas bahwa betapa pentingnya makna hidup bagi lansia sendiri agar dapat merasa bahagia dan tenang dimasa tuanya maka peneliti memandang perlu dilakukan penelitian mengenai makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wreda yang berkaitan dengan adanya dukungan sosial yang berasal dari orang-orang sekitarnya yang berada di lingkungan panti. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda. Peneliti juga ingin mengetahui seberapa kuat hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda. Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran atau masukan positif bagi perkembangan ilmu psikologi terutama mengenai hubungan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup lansia yang tinggal di panti wreda.

Dukungan Sosial

Sarafino menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino, 2006)

Dukungan sosial juga merupakan persepsi seseorang terhadap dukungan yang diberikan orang lain dalam jaringan sosialnya (keluarga, teman dekat, orang sekitar, dan sebagainya) yang membantu meningkatkan kemampuan untuk bertahan dari pengaruh-pengaruh yang merugikan (Malecki dan Dermaray, 2003).

Sedangkan menurut Cotruna (1987) dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan dihargai, disayangi, untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.

Maka dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan sebuah transaksi interpersonal dalam bentuk kenyamanan baik secara fisik maupun psikologis, perhatian, penghargaan ataupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diberikan oleh jaringan sosialnya baik individu lain ataupun kelompok kepada individu.

(15)

Dukungan sosial akan mempengaruhi individu tergantung pada ada atau tidaknya tekanan dalam kehidupan individu. Tekanan tersebut dapat berasal dari individu itu sendiri atau dari luar dirinya untuk menghindari gangguan baik secara fisik dan psikologis. Individu membutuhkan orang lain disekitarnya untuk memberi dukungan guna memperoleh kenyamanannya. Smet (1994) mengemukakan bahwa ada dua model teori untuk mengetahui bagaimana dukungan ini bekerja dalam diri individu yaitu yang pertama the buffering hypothesis, dalam teori ini dukungan sosial melindungi individu dengan melawan efek-efek negatif dari tingkat stres yang tinggi. Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi akan kurang melihat situasi sebagai situasi yang penuh stres, dibandingkan dengan individu dengan tingkat dukungan sosial rendah. Dukungan sosial juga dapat merubah respon individu terhadap stressor yang diterima. Yang kedua yaitu the direct effect hypothesis, individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Individu dengan dukungan sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal ini dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

Individu yang mendapat dukungan dari lingkungan sosialnya akan mendapatkan manfaat bagi kehidupannya. Manfaat Dukungan Sosial (Rochayati, 2001) yaitu apabila seseorang mendapatkan dukungan sosial dalam melakukan suatu pekerjaan maka hal tersebut dapat meningkatkan produktifitasnya. Dukungan sosial juga dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis, dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri dan mengurangi stres.

Makna Hidup

Menurut Frankl (2004) makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang.

Bastaman (2007) menyatakan bahwa makna hidup merupakan suatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga. Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa didalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Bila makna hidup ini berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakna dan berharga yang pada gilirannya akan menimbulkan perasaan bahagia.

Maka dari beberapa definisi yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa makna hidup ialah suatu hal yang dianggap benar dan penting yang memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup yang apabila terpenuhi makna hidupnya maka akan menimbulkan perasaan bahagia bagi kehidupannya.

(16)

pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan dalam hidupnya. (2) Kepuasan hidup (life satisfication), yaitu penilaian individu terhadap hidupnya, sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya. (3) Kebebasan (freedom), yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab. (4) Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana individu memandang kematian dan kesiapannya menghadapi kematian. Individu yang memiliki makna hidup akan merasa siap untuk menghadapi kematian. (5) Pikiran tentang bunuh diri, bagi individu yang memiliki makna hidup ia akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya. (6) Kepantasan hidup, pandangan individu tentang hidupnya, apakah ia merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.

Seseorang dapat dikatakan memiliki makna hidup dapat di ukur dari hal-hal berikut yaitu yang pertama orang tersebut memiliki pemahaman diri, ia menyadari keadaan yang buruk saat ini dan berusaha untuk melakukan perbaikan. Kedua orang tersebut memiliki nilai yang berperan sebagai tujuan hidup dan pedoman hidup yang harus dipenuhi. Ketiga orang tersebut dapat mengubah sikapnya menjadi lebih baik lagi saat berhadapan dengan masalah atau musibah. Keempat orang tersebut memiliki komitmen yang kuat dalam memenuhi makna hidup yang telah ia tentukan. Kelima orang tersebut melakukan segala upaya demi meraih makna hidupnya seperti dengan cara mengembangkan minat, potensi, dan kemampuan positif yang dimilikinya. Lalu yang keenam yaitu memiliki orang yang dapat dipercaya dan bersedia serta mampu memberikan dukungan dan bantuan jika diperlukan (Bastaman, 1996).

Bastaman juga menambahkan bahwa individu tidak cukup jika sekedar menemukan makna hidupnya. individu juga harus memiliki keterikatan diri (self commitment) terhadap makna hidup yang telah ditemukannya. Maka tanpa keterikatan diri, makna hidup yang telah ditemukan tidak akan terealisasi dan tidak akan terpenuhi makna hidup individu tersebut.

Orang-orang yang menghayati hidup bermakna menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa. Mereka memiliki tujuan hidup yang jelas, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Kegiatan-kegitan mereka pun menjadi terarah. Tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari bagi mereka merupakan sumber kepuasan dan kesenangan tersendiri sehingga mereka mengerjakannya dengan bersemangat dan bertanggung jawab. Hari demi hari mereka menemukan beranekaragam pengalaman baru dan hal-hal menarik yang semuanya menambah pengalaman hidup mereka. Mereka juga menyadari bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, betapa pun buruknya keadaan. Tindakan untuk mengakhiri hidup pun tidak pernah terlintas sama sekali dalam kehidupan mereka. Bagi mereka kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi dan menemukan makna hidup merupakan sesuatu yang sangat berharga dan tinggi nilainya. Mereka menganggap bahwa usaha memenuhi makna hidup itu secara bertanggung jawab merupakan tantangan. Mereka mampu mencintai dan menerima cinta kasih orang lain, serta menyadari cinta kasih merupakan salah satu hal yang menjadikan hidup ini indah (Bastaman, 1996).

Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Makna Hidup

(17)

masyarakat hingga Negara. Lansia sering tidak disukai, serta sering dikucilkan dipanti-panti jompo (Bandiyah 2009). Adanya anggapan yang cenderung negatif tersebut secara tidak langsung membentuk lansia menjadi pribadi yang merasa tidak berharga, kesepian dan rendah diri. Kondisi psikologis yang demikian mengindikasikan adanya frustasi eksistensial dimana seseorang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas dan merasa hampa.

Saat memasuki periode lansia, menjadi seseorang yang lebih berarti dalam hidup tampaknya sangat penting. Karena pada periode lanjut usia inilah ia akan memikirkan apa saja yang telah ia lalui dalam hidupnya, apa makna dirinya dalam kehidupannya dan apa sebenarnya tujuan hidupnya (Suprapto, 2013). Namun di karenakan anggapan negatif tersebut para lansia kesulitan untuk dapat mencapai pribadi yang memiliki makna dihidupnya.

Bastaman (2007) mengungkapkan bahwa orang yang menghayati hidup bermakna ketika berada dalam situasi yang tidak menyenangkan atau mengalami penderitaan maka akan

menghadapi dengan sikap tabah serta sadar bahwa senantiasa ada hikmah yang “tersembunyi”

di balik penderitaan. Tindak bunuh diri sebagai jalan keluar dari penderitaan tidak pernah terlintas. Pendapat ini menyiratkan bahwa orang yang menghayati hidup bermakna akan selalu memiliki harapan atau optimisme. Menurut Smet (1994) optimisme dapat mempengaruhi kesehatan. Orang yang memiliki optimisme ketika sakit akan lebih cepat sembuh. Selain itu, orang yang optimis juga memiliki coping yang efektif dan dapat menemukan aspek-aspek yang positif dari situasi yang penuh tekanan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia yang memiliki penghayatan hidup yang bermakna akan memiliki optimisme dan memiliki coping yang efektif dalam menghadapi tekanan-tekanan sehingga kondisi ini akan membantu lansia untuk dapat tetap menjaga kesehatannya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup antara lain (a) Faktor internal berupa penemuan pribadi, bertindak positif, pengakraban diri dengan lingkungan, ibadah, dan kualitas insani dan (b) faktor eksternal berupa material, dukungan sosial, pekerjaan, dan orang-orang terdekat.

Dukungan sosial merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap orang memerlukannya, tanpa dukungan dari lingkungan sosialnya seseorang tidak dapat bergerak maju untuk mencapai apa yang ia inginkan. Dukungan sosial dapat memberikan banyak manfaat dalam kehidupan seseorang. Dukungan sosial dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis, dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri dan mengurangi stres (Rochayati, 2001).

Terlebih pada lanjut usia yang tinggal di panti wreda yang kurang mendapat dukungan dari keluarga, dukungan dari lingkungan sosialnya akan sangat berpengaruh terdapat perkembangan psikologisnya. Dengan adanya dukungan sosial dari teman sesama panti, perawat maupun pengurus di panti tempat para lansia tinggal akan memberikan pengalaman kepada lansia bahwa dirinya dicintai, diperhatikan dan disayangi. Pengalaman tersebut akan dapat menuntun lansia pada suatu keyakinan bahwa dirinya masih berarti bagi orang-orang disekitarnya. Perasaan berarti akan memunculkan perasaan bahwa dirinya masih pantas untuk hidup sehingga menjauhkan dari pemikiran bunuh diri.

(18)

Crumbaugh dan Maholick bahwa komponen-komponen kebermaknaan hidup antara lain makna hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lansia yang memiliki perasaan-perasaan seperti di atas berarti telah memiliki kebermaknaan hidup.

Kerangka Pemikiran

Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini ialah ada hubungan positif antara makna hidup dengan dukungan sosial pada lansia yang tinggal di panti wreda, yang berarti semakin tinggi dukungan sosial yang didapatkan maka akan semakin tinggi pula makna hidup yang dimiliki dan begitu pun sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang didapatkan maka akan semakin rendah pula makna hidup yang dimiliki.

- Kesepian orang lain. Merasa bahagia dan tanpa

penyesalan.

(19)

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini ialah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, dimana menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah lansia sebanyak 100 orang yang tinggal di tiga panti wreda, yaitu Panti Wreda Bina Bhakti, Panti Wreda Melania dan Pondok Lansia Berdikari yang berusia di atas 60 tahun, ditetapkan sebagai anggota panti wreda dan masih tinggal di panti wreda hingga penelitian ini berlangsung, dan mampu berkomunikasi dengan baik, serta bersedia menjadi subyek penelitian. Pengambilan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara non-probability sampling yaitu teknik sampling kuota.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian adalah dukungan sosial, dan sebagai variabel terikat adalah kebermaknaan hidup.

Dukungan sosial adalah suatu respon yang mencerminkan dorongan atau bantuan nyata seperti kenyamanan, perhatian, penghargaan, serta hal-hal yang dapat memberikan keuntungan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu (teman semasa panti dan pengurus panti) kepada individu tersebut agar ia merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai. Instrumen yang digunakan ialah skala dukungan sosial yang diadaptasi dari Social Provision Scale yang dikembangkan oleh Cutrona & Russell (1987). Skala dukungan sosial ini terdiri dari enam aspek, yaitu (1) kasih sayang atau kelekatan (attachment), (2) initegrasi sosial (social integration), (3) meyakinkan adanya keberhargaan diri (reassurance of worth), (4) keberadaan teman yang dapat diandalkan (reliable alliance), (5) bimbingan (guidance), (6) kesempatan untuk mengasuh orang lain (opportunity for nurturance). Instrumen ini berbentuk skala likert yang terdiri dari 24 item, 12 item merupakan item favourable dan 12 item lainnya merupakan item unfavourable dengan empat pilihan respon (SS= Sangat Setuju, S=Setuju, TS= Tidak Setuju, dan STS= Sangat Tidak Setuju). Dari hasil tryout yang telah dilakukan pada 31 lansia yang tinggal dipanti wreda diperoleh indeks validitas berkisar antara r= 0,358 - 0,766 dan reliabilitas α= 0,894. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan terdapat 5 item yang gugur karena memiliki koefisien r= ≤0,30. Salah satu contoh item yaitu Ada seseorang yang dapat saya andalkan ketika saya membutuhkannya.

(20)

makna hidup, (2) kepuasan hidup, (3) kebebasan (freedom), (4) sikap terhadap kematian, (5) pikiran tentang bunuh diri, (6) kepantasan hidup. Instrumen ini berbentuk skala likert yang terdiri dari 20 item, 9 item merupakan item favourable dan 11 item lainnya merupakan item unfavourable dengan tujuh pilihan respon (1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7), dimana jika semakin rendah angka pilihan respon maka semakin tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan dan semakin tinggi angka pilihan respon semakin setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari hasil tryout yang telah dilakukan pada 31 lansia yang tinggal di panti wreda diperoleh indeks validitas berkisar antara r= 0,305 - 0,668 dan reliabilitas sebesar α= 0,887. Berdasarkan uji

Prosedur penelitian ini ialah dimulai dengan tahap perencanaan penelitian, yaitu menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk melakukan penelitian seperti pemilihan judul penelitian, perumusan masalah penelitian, penyusunan kerangka penelitian dan penentuan hipotesis. Lalu dilanjutkan dengan penyusunan instrumen penelitian berupa skala likert untuk kedua, yaitu skala dukungan sosial yang diadaptasi dari Social Provision Scale yang dikembangkan oleh Cutrona & Russell (1987) dan skala makna hidup yang diadaptasi dari Purpose in Life Scale (PIL-R) yang dikembangkan oleh Crumbaugh & Maholick (1964). Lalu menentukan populasi dan sampel penelitian dan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu korelasi product moment dari Pearsons dengan bantuan aplikasi SPSS for windows 17 dimana untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

Tahap kedua yaitu melakukan tryout instrumen alat ukur, yaitu skala dukungan sosial dan skala makna hidup kepada sebanyak 31 orang lansia yang tinggal di panti wreda. Setelah itu dilakukan analisa data yang didapat dari skala dan dilakukan pemilihan item-item yang valid dan reliabel untuk dijadikan alat ukur penelitian.

Tahap ketiga yaitu tahap pelaksanaan penelitian, sebelumnya peneliti mengurus segala hal yang perlu disiapkan untuk melakukan penelitian seperti surat pengantar penelitian dari kampus yang akan diberikan ke panti-panti yang akan dijadikan tempat penelitian sebagai surat izin penelitian. Lalu dilakukan penelitian di tiga panti wreda yang dilangsungkan pada tanggal 28 Desember 2015 – 15 Januari 2016. Skala disebarkan kepada subyek penghuni panti yang masih bisa berkomunikasi dengan baik. Peneliti juga membantu subyek dalam mengisi skala dengan membacakan dan mengisi skala. Maka peneliti dapat mengumpulkan subyek sebanyak 100 orang.

(21)

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian hubungan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda, subyek yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 100 lansia. Dari 100 lansia tersebut lebih banyak lansia yang berjenis kelamin perempuan daripada lansia yang berjenis kelamin laki-laki. Subyek laki-laki dalam penelitian ini sebanyak 19 orang (19%) dan subyek perempuan sebanyak 81 orang (81%), seperti dapat dilihat dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1. Deskripsi Subyek Penelitian (N=100)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Berdasarkan tabel 1 jumlah lansia yang paling banyak menjadi subyek penelitian ini berkisar pada usia 80 – 89 tahun yaitu sebanyak 34 responden (34%). Lalu sebanyak 31 responden (31%) berusia antara 70 – 79 tahun. Sebanyak 28 responden (28%) berusia 60 – 69 tahun. Jumlah responden paling sedikit berusia 90 tahun keatas dengan jumlah 7 responden (7%).

Dapat diketahui juga lansia yang paling banyak menjadi subyek penelitian ini sudah tinggal di panti selama 1 sampai 3 tahun, yaitu sebanyak 42 responden (42%). Lalu sebanyak 25 responden (25%) telah tinggal di panti selama kurang dari 1 tahun. Sebanyak 19 responden (19%) telah tinggal dipanti selama kurang lebih 4 sampai 6 tahun. Sebanyak 8 responden (8%) telah tinggal di panti selama sama dengan lebih dari 10 tahun. Dan hanya sebanyak 6 responden (6%) telah tinggal di panti selama 7 sampai 9 tahun.

Tabel 2. Deskripsi Mean Skor dan SD Variabel menurut Kategori Usia

Kategori Usia Dukungan Sosial (SD) Makna Hidup (SD)

60 – 69 tahun 49.46 (6.070) 79.11 (14.893)

70 – 79 tahun 51.48 (7.127) 83.71 (13.267)

80 – 89 tahun 52.47 (6.421) 82.59 (13.994)

90 tahun keatas 51.57 (6.876) 81.00 (18.771)

(22)

Berdasarkan tabel 2, kategori usia 80 – 89 tahun memiliki mean skor tertinggi pada variabel dukungan sosial yaitu dengan skor 52.47. Sedangkan pada variabel makna hidup skor tertinggi dimiliki oleh kategori usia 70 – 79 tahun dengan skor 83.71. Kategori usia 60 – 69 tahun memiliki mean skor terendah dari kedua variabel yaitu dengan skor 49.46 pada variabel dukungan sosial dan dengan skor 79.11 pada variabel makna hidup.

Berdasarkan analisis korelasi diperoleh nilai signifikansi yaitu P= 0.000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 1% (0.000 < 0.01), dan nilai koefisien korelasi yang menunjukan angka r= 0.567. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh lansia di panti wreda maka akan semakin tinggi kebermaknaan hidup yang dimiliki lansia, atau sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh lansia di panti wreda maka akan semakin rendah kebermaknaan hidup yang dimiliki lansia. Koefisien determinasi (r2) variabel dukungan sosial berdasarkan hasil analisa data yaitu 0.321 yang berarti hubungan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda sebesar 32.1%.

DISKUSI

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup. Hal tersebut terbukti dari hasil analisa data berupa nilai signifikansi (p=0.000 < 0.01), nilai koefisien korelasi positif (r = 0.567). Maka dapat diartikan semakin tinggi dukungan sosial yang didapat lansia yang tinggal di panti wreda maka akan semakin tinggi pula kebermaknaan hidup lansia tersebut. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang didapat lansia yang tinggal di panti wreda maka semakin rendah pula kebermaknaan hidup lansia tersebut. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan dengan kebermaknaan hidup yang dimiliki para lansia di panti wreda. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti (2012) terhadap ODHA (orang dengan HIV/AIDS) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial yang diterima dengan kebermaknaan hidup. Semakin banyak dukungan sosial yang diterima individu maka individu itu akan semakin merasa hidupnya bermakna. Juga penelitian yang dilakukan oleh Lee (2015) yang menyatakan bahwa dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup seseorang.

Lansia yang hidup di Panti Wreda mengharuskan lansia tersebut untuk tinggal jauh dari keluarganya. Para lansia ini hidup dalam keterasingan, isolasi sosial, dan kesepian (Darmojo dan Martono, 2006). Kondisi psikologis demikian mengindikasikan adanya frustasi eksistensial dimana seseorang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas dan merasa hampa (Bandiyah, 2009). Sehingga peran dukungan yang biasa didapat dari keluarga ini haruslah tergantikan dengan dukungan yang ia dapat dari lingkungan panti tempat ia tinggal untuk menghindari terjadinya frustasi eksistensial.

(23)

rekresional yang sama. (3) meyakinkan adanya keberhargaan diri (reassurance of worth), yaitu adanya pengakuan dari orang lain terhadap kompetensi, keterampilan, dan nilai yang dimiliki seseorang. (4) keberadaan teman yang dapat diandalkan (reliable alliance), yaitu adanya keyakinan bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan untuk membantu penyelesaian masalah. (5) bimbingan (guidance), adanya seseorang yang memberikan nasehat dan informasi. (6) kesempatan untuk mengasuh orang lain (opportunity for nurturance), adanya kesempatan individu untuk memberi pengasuhan kepada individu lain.

Bastaman (2007) menyatakan bahwa makna hidup merupakan suatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga. Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa didalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Bila makna hidup ini berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakna dan berharga yang pada gilirannya akan menimbulkan perasaan bahagia. Individu dianggap menghayati hidup bermakna dapat dilihat dari aspek-aspek berikut, (1) Tujuan/makna hidup (purpose in life), yaitu memiliki sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan dalam hidupnya. (2) Kepuasan hidup (life satisfication), yaitu penilaian individu terhadap hidupnya, sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya. (3) Kebebasan (freedom), yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab. (4) Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana individu berpandangan dan kesiapannya menghadapi kematian. Individu yang memiliki makna hidup akan merasa siap untuk menghadapi kematian. (5) Pikiran tentang bunuh diri, bagi individu yang memiliki makna hidup ia akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya. (6) Kepantasan hidup, pandangan individu tentang hidupnya, apakah ia merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.

Menurut Bastaman (1996), individu dikatakan memiliki makna hidup dapat diukur dari salah satunya, ialah individu tersebut memiliki orang yang dapat dipercaya dan bersedia serta mampu memberikan dukungan dan bantuan jika diperlukan. Lee (2015) menyatakan bahwa dukungan sosial membantu lansia dalam mengurangi ketidakberdayaan yang lansia rasakan, meningkatkan kualitas hidup mereka dan mengurangi perasaan keterasingan ataupun kesepian yang dialami para lansia. Hal tersebut dapat membantu lansia untuk lebih mudah mencapai hidup yang bermakna. Sehingga dukungan sosial yang didapat para lansia di panti wreda akan memudahkan lansia dalam mencapai hidup yang bermakna.

(24)

Penelitian lain yang dilakukan Kim & Lee (2010) menyatakan bahwa dukungan sosial yang diterima oleh seseorang akan mempengaaruhi pandangannya terhadap bunuh diri. Semakin besar dukungan sosial yang diterima individu maka semakin terjadi penolakan terhadap pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Dari aspek dukungan sosial yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu bimbingan dan keberhargaa diri, seseorang akan menolak melakukan bunuh diri saat ia mendapatkan bimbingan dari orang sekitarnya untuk tidak mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ia juga akan merasa bahwa dirinya berharga dan ada orang lain yang mengaguminya sehingga ia lebih menghargai hidupnya dan tidak melakukan bunuh diri. Salah satu aspek kebermaknaan hidup ialah pandangan terhadap bunuh diri, individu yang memiliki makna hidup ia akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya.

Ditinjau dari mean skor yang dimiliki tiap kategori usia, skor makna hidup yang dimiliki tiap kategori usia akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada kategori usia 70-79 tahun memiliki mean skor makna hidup sebesar 83.71, kategori usia 80-89 tahun memiliki mean skor makna hidup sebesar 82.59, dan kategori usia 90 keatas dengan mean skor 81.00. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup yang dirasakan individu akan menuruh seiring dengan bertambah usianya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan yang sama dalam penelitian yang dilakukan oleh Lee (2015).

Dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa subyek penelitian yang memiliki kondisi dukungan sosial yang rendah namun kebermaknaan hidup yang tinggi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lain dalam penelitian ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa koefisien determinasi (r2) sebesar 0.321, yang berarti bahwa dukungan sosial hanya berkontribusi terhadap kebermaknaan hidup seseorang hanya sebesar 32.1% dan 67.9% lainnya merupakan kontribusi dari faktor lain diluar penelitian ini.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hikmiah (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kebermaknaan hidup dengan sikap terhadap proses penuaan, yang berarti jika seorang lansia memiliki sikap cenderung positif dalam menghadapi proses penuaan, maka akan dapat diprediksi bahwa ia memiliki kebermaknaan hidup yang lebih baik. Maka sikap terhadap penuaan bisa menjadi faktor lain yang mempengaruhi makna hidup dalam penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Stinson (2013) menyatakan bahwa mengulas kembali kehidupan spiritual akan membantu inidividu untuk lebih mengerti spiritualitas dirinya dan memahami kebermaknaan hidupnya dihari tua. Paloutzian (1981) juga menyatakan bahwa

perasaan keagamaan yang matang akan membantu individu memuaskan “keinginan akan

makna” dengan mengambil ajaran agama yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.

Dalam kebermaknaan hidup terdapat aspek tujuan atau makna hidup, maka dengan lebih terpuaskan keinginannya untuk merasa bermakna sehingga individu yang religius akan lebih memiliki makna dalam hidupnya.

(25)

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima karena terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup, hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi (r) yaitu 0.567, dan dengan nilai signifikansinya p= 0.000 < 0.01. hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diterima individu maka akan semakin tinggi pula kebermaknaan hidup individu, atau sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang didapat individu makan semakin rendah punya kebermaknaan hidupnya. Adapun kontribusi yang diberikan variabel dukungan sosial terhadap kebermaknaan hidup sebesar 32.1%, sedangkan 67.9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

Implikasi dari penelitian ini, yaitu diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan lansia. Pengurus ataupun perawat dipanti dapat lebih memberikan dukungan bukan hanya dukungan fisik tetapi juga psikis untuk para lansia yang tinggal di panti tersebut, agar para lansia tidak merasa kesepian dan memiliki seseorang yang bisa mereka ajak bicara dengan nyaman. Para pengurus panti juga diharapkan dapat lebih memantau dan menjaga hubungan antar penghuni panti agar dapat tercipta lingkungan yang harmonis. Maka dengan kondisi panti yang kondusif akan baik untuk para lansia yang tinggal disana dan keluarga yang menitipkan para lansianya di panti juga akan merasa terbantu dengan menggantikan peran mereka dalam memberikan dukungan yang seharusnya didapat oleh lansia yang tidak didapat dari keluarganya. Keluarga dan kerabat para lansia yang tinggal di panti juga diharapkan untuk tetap memberikan perhatian dengan berkunjung atau mengajak para lansia untuk melakukan aktivitas bersama, agar para lansia tetap merasa mendapatkan dukungan, perhatian dan kasih sayang dari keluarga ataupun kerabatnya sehingga para lansia pun terhindar dari masalah yang dapat mengganggu kesejahteraan fisik maupun psikologis lansia.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian menggunakan kebermaknaan hidup sebagai variabel penelitiannya, diharapkan mampu menghubungkannya dengan variabel lain sehingga dapat memperkuat dan mengembangkan hasil penelitian ini seperti, keberfungsian keluarga, kondisi fisik, kondisi psikologis, dan fungsi kognitif.

REFERENSI

Ahmad, Khalil. (2011). Older adults’ social support and its effect on their everyday self -maintenance activities: Findings from the household survey of urban lahore-pakistan. A Research Journal of South Asian Studies Vol. 26.

Astuti, Apri & Kondang Budiyani. (2012). Hubungan antara dukungan sosial yang diterima dengan kebermaknaan hidup pada odha (Orang Dengan HIV/AIDS). Jurnal Fak. Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Yogyakarta.

Azwar, Saifuddin. (2010). Metode penelitian. Jakarta: Pustaka Belajar.

(26)

http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Kelompok+Umur+dan+Jenis+Kelamin&tid=336&search -wilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang=id (Diakses pada tanggal 21 Juni 2015).

Bandiyah, 2009. Lanjut usia dan keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bastaman, H. D. (1996) Meraih hidup bermakna. kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Jakarta : Paramadina.

Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi. Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Crumbaugh, James C., & Leonard T. Maholick. (1964). An experimental study in existentialism: The psychometric approach to frankl’s concept of noogenic neurosis. Columbus: Georgia.

Cutrona, C. E., & Russell, D. W. (1987). The provisions of social relationships and adaptation to stress. Advances in personal relationships, 1, 37-67.

Darmojo & Martono. 2006. Buku ajar geriatri (Ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Frankl, Victor E. (2004). Man search for meaning. Bandung: Nuansa.

Hayati, Sari. (2009). Pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hikmiah, Ziadatul. (2009). Hubungan sikap terhadap proses penuaan dengan tingkat kebermaknaan hidup pada lansia di kota malang. Jurnal Skripsi UB. Malang

Kim, Wan-Young. (2006). Social support and life satisfaction. international journal of psychosocial rehabilitation. 10 (2), 155-164. University of Bristol, UK.

Kim, Young-Jae & Kwon Jo Lee. (2010). Relationship of social support and meaning of life to suicidal thoughts in cancer patients. Journal of Nursing Department Hyechon Universit. Daejeon, Korea.

Lee, Su-Jin, Ok-Hee Ahn & Hye-Gyeong Cha. (2015). Factors influencing the meaning in life in the old age. Indian Journal of Science and Technology, Vol 8 (25). Republic of Korea.

Malecki, C., Demaray, K. M. (2003). Social support as a buffer. Illinois: Running Hedd.

Ningsi, H.Y. (2013). Pergeseran perilaku anak kandung dalam memelihara orang tua lanjut usia. Skripsi Program S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Palembang: Universitas Sriwijaya.

(27)

Rochayati. 2001. Hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi belajar pada mahasiswa fakultas psikologi ahmad dahlan. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Santrock, J.W. (2002). Life span development. Eight edition. New York: Mc Graw-Hill Companies.

Sarafino, E. P. (2006) . Health psychology: Biopsychososial interactions. Third edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Steger, Michael F., Shigehiro Oishi, & Selin Kesebir. (2011). Is a life without meaning satisfying? The moderating role of the search for meaning in satisfication with life judgement. The Journal of Positve Psychology.

Stinson, Alicia Margaret. (2013). Spiritual life review with older adults: Finding meaning in late life development. Graduate Theses and Dissertations. University of South Florida.

Suprapto, 2013. Jurnal Konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia. (http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jspp/article/viewFile/1496/1599, Diakses tanggal 12 Mei 2015).

Takkinen, S., & Ruoppila, I. (2001). Meaning in life as an important component of functioning in old age. International Journal of Aging and Human Development.

(28)
(29)

Lampiran 1. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Tryout Skala Dukungan Sosial dan Makna Hidup

a. Skala Dukungan Sosial Proses 1

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(30)

Proses 2

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.891 20

Cronbach's Alpha N of Items

(31)

Item-Total Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(32)

item5 92.35 324.570 .513 .871

Cronbach's Alpha N of Items

(33)

item12 79.06 272.929 .421 .884

item13 78.06 259.596 .574 .879

item14 77.87 273.583 .376 .886

item15 78.16 258.473 .565 .879

item16 77.55 255.656 .620 .877

item17 78.35 266.303 .668 .877

item19 78.29 277.080 .352 .887

c. Indeks Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Skala Jumlah Item yang Diujikan

Jumlah Item yang Valid

Indeks Validitas

Reliabilitas

Dukungan Sosial 24 19 0,358 - 0,766 0,894

(34)

Lampiran 2. Hasil Analisa Data

DukunganSosial 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

MaknaHidup 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

(35)

Maximum 110

Range 62

Interquartile Range 22

Skewness -.315 .241

Kurtosis -.465 .478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DukunganSosial .081 100 .102 .974 100 .047

MaknaHidup .063 100 .200* .982 100 .195

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

b. Linieritas Data

Report

MaknaHidup

Dukunga

nSosial Mean N Std. Deviation

38 67.00 1 .

39 72.00 3 4.000

40 62.67 3 6.807

42 90.00 3 10.817

43 64.25 4 11.236

44 70.75 4 8.578

45 66.67 3 7.572

46 84.00 3 5.196

47 73.00 6 11.489

48 65.00 4 14.445

49 73.00 5 13.565

50 92.00 4 4.000

51 80.33 6 14.180

52 92.50 4 13.892

53 86.60 5 7.092

(36)

55 81.86 7 17.276

(Combined) 10965.070 25 438.603 3.520 .000

Linearity 6482.573 1 6482.573 52.020 .000

Deviation from

MaknaHidup * DukunganSosial .567 .321 .737 .543

c. Hasil Analisis Pengkategorian Subjek (T-SCORE)

Subyek * Jenis_Kelamin Crosstabulation

% within Subyek 19.0% 81.0% 100.0%

(37)

% of Total 19.0% 81.0% 100.0%

Total

Count 19 81 100

% within Subyek 19.0% 81.0% 100.0%

% within Jenis_Kelamin 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 19.0% 81.0% 100.0%

% within Kategori usia 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.0% 31.0% 34.0% 7.0% 100.0%

Total

Count 28 31 34 7 100

% within Nama 28.0% 31.0% 34.0% 7.0% 100.0%

% within Kategori usia 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.0% 31.0% 34.0% 7.0% 100.0%

tinggal 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

(38)

d. Deskripsi Mean Skor dan SD Variabel

Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

x 60-69 28 49.46 6.070 1.147 47.11 51.82 39 63

70-79 31 51.48 7.127 1.280 48.87 54.10 39 73

80-89 34 52.47 6.421 1.101 50.23 54.71 38 69

90 keatas 7 51.57 6.876 2.599 45.21 57.93 43 59

Total 100 51.26 6.594 .659 49.95 52.57 38 73

y 60-69 28 79.11 14.893 2.815 73.33 84.88 51 109

70-79 31 83.71 13.267 2.383 78.84 88.58 59 110

80-89 34 82.59 13.994 2.400 77.71 87.47 48 106

90 keatas 7 81.00 18.771 7.095 63.64 98.36 51 103

Total 100 81.85 14.280 1.428 79.02 84.68 48 110

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

x .308 3 96 .820

y .664 3 96 .576

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

x Between Groups 142.349 3 47.450 1.094 .355

Within Groups 4162.891 96 43.363

Total 4305.240 99

y Between Groups 341.449 3 113.816 .551 .649

Within Groups 19845.301 96 206.722

Total 20186.750 99

Keterangan

(39)

e. Hasil Uji Korelasi

Correlations

DukunganSosial MaknaHidup

DukunganSosial

Pearson Correlation 1 .567**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

MaknaHidup

Pearson Correlation .567** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

(40)

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Kategorisasi

DS MH Z_DS Z_MH T_DS T_MH K_DS K_MH

47 71 -0.64599 -0.75982597 43.5400596 42.4017403 Rendah Rendah

43 69 -1.25256 -0.89988606 37.4743878 41.0011394 Rendah Rendah

42 81 -1.4042 -0.05952554 35.9579699 49.4047446 Rendah Tinggi

64 90 1.931916 0.57074485 69.3191646 55.7074485 Tinggi Tinggi

54 84 0.415499 0.15056459 54.1549852 51.5056459 Rendah Tinggi

58 91 1.022066 0.6407749 60.2206569 56.407749 Tinggi Tinggi

57 93 0.870424 0.78083498 58.704239 57.8083498 Tinggi Tinggi

52 93 0.112215 0.78083498 51.1221493 57.8083498 Rendah Tinggi

55 85 0.56714 0.22059464 55.6714031 52.2059464 Rendah Tinggi

47 86 -0.64599 0.29062468 43.5400596 52.9062468 Rendah Tinggi

49 78 -0.34271 -0.26961567 46.5728955 47.3038433 Rendah Rendah

50 94 -0.19107 0.85086503 48.0893134 58.5086503 Rendah Tinggi

55 94 0.56714 0.85086503 55.6714031 58.5086503 Rendah Tinggi

53 76 0.263857 -0.40967575 52.6385672 45.9032425 Rendah Rendah

57 88 0.870424 0.43068477 58.704239 54.3068477 Tinggi Tinggi

43 60 -1.25256 -1.53015645 37.4743878 34.6984355 Rendah Rendah

43 77 -1.25256 -0.33964571 37.4743878 46.6035429 Rendah Rendah

56 85 0.718782 0.22059464 57.187821 52.2059464 Tinggi Tinggi

48 83 -0.49435 0.08053455 45.0564775 50.8053455 Rendah Tinggi

45 58 -0.94928 -1.67021653 40.5072237 33.2978347 Rendah Rendah

39 68 -1.85913 -0.9699161 31.408716 40.300839 Rendah Rendah

52 75 0.112215 -0.4797058 51.1221493 45.202942 Rendah Rendah

53 84 0.263857 0.15056459 52.6385672 51.5056459 Rendah Tinggi

56 93 0.718782 0.78083498 57.187821 57.8083498 Tinggi Tinggi

40 55 -1.70749 -1.88030666 32.925134 31.1969334 Rendah Rendah

(41)

59 98 1.173707 1.1309852 61.7370749 61.309852 Tinggi Tinggi

56 79 0.718782 -0.19958562 57.187821 48.0041438 Tinggi Tinggi

44 63 -1.10092 -1.32006632 38.9908057 36.7993368 Rendah Rendah

57 92 0.870424 0.71080494 58.704239 57.1080494 Tinggi Tinggi

58 97 1.022066 1.06095516 60.2206569 60.6095516 Tinggi Tinggi

49 80 -0.34271 -0.12955558 46.5728955 48.7044442 Rendah Tinggi

44 69 -1.10092 -0.89988606 38.9908057 41.0011394 Rendah Rendah

55 101 0.56714 1.34107533 55.6714031 63.4107533 Rendah Tinggi

57 91 0.870424 0.6407749 58.704239 56.407749 Tinggi Tinggi

51 83 -0.03943 0.08053455 49.6057313 50.8053455 Rendah Tinggi

44 83 -1.10092 0.08053455 38.9908057 50.8053455 Rendah Tinggi

54 93 0.415499 0.78083498 54.1549852 57.8083498 Rendah Tinggi

45 72 -0.94928 -0.68979593 40.5072237 43.1020407 Rendah Rendah

49 70 -0.34271 -0.82985601 46.5728955 41.7014399 Rendah Rendah

48 56 -0.49435 -1.81027662 45.0564775 31.8972338 Rendah Rendah

46 78 -0.79764 -0.26961567 42.0236416 47.3038433 Rendah Rendah

50 94 -0.19107 0.85086503 48.0893134 58.5086503 Rendah Tinggi

52 93 0.112215 0.78083498 51.1221493 57.8083498 Rendah Tinggi

51 90 -0.03943 0.57074485 49.6057313 55.7074485 Rendah Tinggi

58 102 1.022066 1.41110537 60.2206569 64.1110537 Tinggi Tinggi

47 62 -0.64599 -1.39009636 43.5400596 36.0990364 Rendah Rendah

50 94 -0.19107 0.85086503 48.0893134 58.5086503 Rendah Tinggi

58 78 1.022066 -0.26961567 60.2206569 47.3038433 Tinggi Rendah

55 84 0.56714 0.15056459 55.6714031 51.5056459 Rendah Tinggi

54 80 0.415499 -0.12955558 54.1549852 48.7044442 Rendah Tinggi

53 89 0.263857 0.50071481 52.6385672 55.0071481 Rendah Tinggi

39 76 -1.85913 -0.40967575 31.408716 45.9032425 Rendah Rendah

38 67 -2.01077 -1.03994614 29.8922981 39.6005386 Rendah Rendah

(42)

45 70 -0.94928 -0.82985601 40.5072237 41.7014399 Rendah Rendah

46 87 -0.79764 0.36065472 42.0236416 53.6065472 Rendah Tinggi

51 64 -0.03943 -1.25003627 49.6057313 37.4996373 Rendah Rendah

54 96 0.415499 0.99092511 54.1549852 59.9092511 Rendah Tinggi

55 88 0.56714 0.43068477 55.6714031 54.3068477 Rendah Tinggi

58 99 1.022066 1.20101524 60.2206569 62.0101524 Tinggi Tinggi

47 74 -0.64599 -0.54973584 43.5400596 44.5026416 Rendah Rendah

42 87 -1.4042 0.36065472 35.9579699 53.6065472 Rendah Tinggi

48 51 -0.49435 -2.16042684 45.0564775 28.3957316 Rendah Rendah

46 87 -0.79764 0.36065472 42.0236416 53.6065472 Rendah Tinggi

39 72 -1.85913 -0.68979593 31.408716 43.1020407 Rendah Rendah

49 86 -0.34271 0.29062468 46.5728955 52.9062468 Rendah Tinggi

42 102 -1.4042 1.41110537 35.9579699 64.1110537 Rendah Tinggi

51 66 -0.03943 -1.10997619 49.6057313 38.9002381 Rendah Rendah

51 78 -0.03943 -0.26961567 49.6057313 47.3038433 Rendah Rendah

57 78 0.870424 -0.26961567 58.704239 47.3038433 Tinggi Rendah

56 76 0.718782 -0.40967575 57.187821 45.9032425 Tinggi Rendah

57 93 0.870424 0.78083498 58.704239 57.8083498 Tinggi Tinggi

52 109 0.112215 1.90131568 51.1221493 69.0131568 Rendah Tinggi

44 68 -1.10092 -0.9699161 38.9908057 40.300839 Rendah Rendah

63 79 1.780275 -0.19958562 67.8027466 48.0041438 Tinggi Tinggi

50 86 -0.19107 0.29062468 48.0893134 52.9062468 Rendah Tinggi

49 51 -0.34271 -2.16042684 46.5728955 28.3957316 Rendah Rendah

54 105 0.415499 1.6211955 54.1549852 66.211955 Rendah Tinggi

55 73 0.56714 -0.61976588 55.6714031 43.8023412 Rendah Rendah

57 103 0.870424 1.48113542 58.704239 64.8113542 Tinggi Tinggi

62 101 1.628633 1.34107533 66.2863287 63.4107533 Tinggi Tinggi

73 110 3.296693 1.97134572 82.966926 69.7134572 Tinggi Tinggi

(43)

54 76 0.415499 -0.40967575 54.1549852 45.9032425 Rendah Rendah

69 106 2.690125 1.69122555 76.9012543 66.9122555 Tinggi Tinggi

51 101 -0.03943 1.34107533 49.6057313 63.4107533 Rendah Tinggi

48 70 -0.49435 -0.82985601 45.0564775 41.7014399 Rendah Rendah

59 82 1.173707 0.01050451 61.7370749 50.1050451 Tinggi Tinggi

56 97 0.718782 1.06095516 57.187821 60.6095516 Tinggi Tinggi

55 48 0.56714 -2.37051697 55.6714031 26.2948303 Rendah Rendah

53 95 0.263857 0.92089507 52.6385672 59.2089507 Rendah Tinggi

40 65 -1.70749 -1.18000623 32.925134 38.1999377 Rendah Rendah

40 68 -1.70749 -0.9699161 32.925134 40.300839 Rendah Rendah

43 51 -1.25256 -2.16042684 37.4743878 28.3957316 Rendah Rendah

56 101 0.718782 1.34107533 57.187821 63.4107533 Tinggi Tinggi

53 89 0.263857 0.50071481 52.6385672 55.0071481 Rendah Tinggi

54 85 0.415499 0.22059464 54.1549852 52.2059464 Rendah Tinggi

56 77 0.718782 -0.33964571 57.187821 46.6035429 Tinggi Rendah

(44)

Lampiran 4. Blue-Print Skala

a. Blue-Print Skala Dukungan Sosial/Social Previsions Scale

No. Aspek Pernyataan Jumlah

b. Blue-Print Skala Makna Hidup/Purpose in Life Scale (PIL-R)

No. Aspek Deskriptor No. Item Favorable

No. Item

Unfavorable Jumlah

1

(45)

Lampiran 5. Skala Penelitian

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana, saya Nova Ariyanthi, adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, meminta bantuan kepada Bapak/Ibu untuk mengisi skala penelitian ini.

Perlu Bapak/Ibu ketahui bahwa hasil pengisian skala ini untuk tujuan penelitian dan tidak digunakan untuk tujuan yang lain. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar Bapak/Ibu bisa menjawab pernyataan sesuai dengan keadaan, pendapat dan perasaan Bapak/Ibu sendiri, bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat orang lain.

Isilah semua pernyataan tanpa ada yang terlewati dan jawablah segera setelah dibaca. Dalam pengisian skala ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, sebab semua jawaban mempunyai makna dalam penelitian dan saya akan menjamin kerahasiaan jawaban yang Bapak/Ibu berikan.

Saya berharap dapat menerima kembali skala penelitian yang telah Bapak/Ibu isi. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gambar

Tabel 2. Deskripsi Mean Skor dan SD Variabel menurut Kategori Usia ...........................12
Tabel 1. Deskripsi Subyek Penelitian (N=100)

Referensi

Dokumen terkait

lembar pengamatan, lembar diskusi, dan soal evaluasi yang dimasukkan kedalam amplop tiap soal. Pada tahap pelaksanaan, dicatat kegiatan siswa selama proses perbaikan

Hasil uji menunjukkan bahwa produksi antibakteri isolat aktinomisetes InaCC A.234 dalam 6 hari waktu inkubasi yang berbeda lebih fluktuatif dibandingkan dengan isolat

Dengan demikian menyusun kata puisi yaitu puisi namaku merupakan bagian dari model puisi akrostik, karena huruf awal dalam larik (baris) pada puisi membentuk nama

[r]

I began talking to young South Asian and South Asian American women attending Smith about their views on Indo-chic, and was drawn to two issues that complicate the picture of

Sahabat MQ/ Lembaga penggiat antikorupsi Indonesia Corruption Watch/ mengecam pernyataan Menteri Dalam Negeri -Gamawan Fauzi/ soal honor dari Bank Pembangunan

ANALISIS KETERAMPILAN ATTENDING CALON KONSELOR DALAM MEMBANGUN RAPPORT DENGAN KONSELIi. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pokja Pengadaan Jasa Lainnya Unit Layanan Pengadaan SKPD-32 pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Sederhana