• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus: UMKM di Wilayah Tangerang Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus: UMKM di Wilayah Tangerang Selatan)"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTAR USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN SESUDAH

MENGGUNAKAN DANA KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus: UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)

Skripsi

Ditujukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

Aldita Nur Rochmah Nim:1112081000030

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTAR USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN SESUDAH

MENGGUNAKAN DANA KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus : UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh :

ALDITA NUR ROCHMAH NIM : 1112081000030

Di Bawah Bimbingan :

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 14 April 2016 telah dilakukan ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Aldita Nur Rochmah 2. NIM : 1112081000030 3. Jurusan : Manajemen Keuangan

4. Judul Skripsi : Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus : UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian kompreshensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 24 Mei 2016 telah dilakukan ujian Komprehensif atas mahasiswa: 5. Nama : Aldita Nur Rochmah

6. NIM : 1112081000030 7. Jurusan : Manajemen Keuangan

8. Judul Skripsi : Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus : UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Aldita Nur Rochmah NIM : 1112081000030 Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Wilayah Tangerang Selatan Sebelum dan Sesudah Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ( Studi Kasus : UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan).

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Aldita Nur Rochmah

Alamat : Jalan Bengawan Solo

Rt 002/Rw 002, Pelem-Pare-Kediri

Telepon : 087871314960/085335027671

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 03 Desember 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Email : aldita.al.nurra@gmail.com

Tinggi : 148 cm

Berat Badan : 42 kg

Pendidikan

Pendidikan Formal

2012-2016 : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2015 : KAHFI BBC Motivator School, Public Speaking Program (masih berlangsung semester 2)

2009-2012 : SMAN 1 Pare, Kediri

(7)

vii 2000-2006 : SDN Pelem 1, Kediri

1998-2000 : TK Dharmawanita Pare, Kediri

Pendidikan Non Formal

2012-2015 : Ma’had Al- Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007 : Short Course di Affective English Conversation Course (EECC) Pare-Kediri

2014 : Short Course di Mahesa Institute

2013 : Short Course di Kresna Pare-Kediri

2015 : Short Course di Ma’had Al- jami’ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

2007-2008 GESIT Magazine of SMAN 1 PARE (penulis)

2013-2014 OMM (Organisasi Mahasantri Ma’had) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Bendahara Utama)

2013-2014 FORMABI (Forum Mahasiswa Bidikmisi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Anggota Devisi Kesejahteraan Mahasiswa) 2014-2015 DEMA FEB (Anggota Devisi Penelitian dan Pengembangan)

2014-2015 Pojok Bura FEB UIN Jakarta (Anggota Devisi Analisis Data dan Tradding)

Pengalaman Lainnya

2012 Panitia Bakti Sosial FORMABI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Sukabumi, Jawa Barat (Devisi Hubungan Masyarakat)

(8)

viii

2013 Panitia Simposium Nasional Bidik Misi se-PTAIN Indonesia. (Devisi Akomodasi)

2013 Panitia National Stadium General: Dialog Kebangsaan “Kedaulatan Pangan & Martabat Bangsa’with Megawati and Jokowi. (Liasion Orgenizer/ LO)

2013 Panitia Haflah At-Thakhorruj Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (LO)

2013 Panitia Bakti Sosial FORMABI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciogong, Jawa Barat. (Devisi Hubungan Masyarakat)

2014 Panitia Haflah At-Thakhorruj Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Devisi Acara)

2014 Panitia Haflatul Wada’ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Devisi Acara)

2014 Volunteer of GEMABI (Gerakan Menulis Al- qur’an Besama Islamic Book Fair ke -13)

2015 Panitia Seminar UIN Meneliti, DEMA Universitas Uin Syarif Hidayatullah Jakarta (Devisi Acara)

2015 Pengawas SBMPTN 2015 di STIKES BINAWAN, Jakarta Timur

2015 Tim Survei UMKM Tangerang Selatan Bersama Konsultan UI Bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan

Prestasi

2011 Juara 6 Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA Kabupaten Kediri Bidang Ekonomi.

(9)

ix

2011 Juara 3 Cerdas Cermat Olimpiade Ekonomi dan Perbankan tingkat SMA/MA se Eks. Karisidenan Kediri dan Madiun diselenggarakan oleh Bank Indonesia.

2011 Juara 3 paralel Bidang Ilmu Pengetahuan SosialSMAN1PARE-KEDIRI

2011 Peserta Olimpiade Akuntansi SMA dan SMK Provinsi Jawa-Bali

diselenggarakan oleh Universitas Malang

2012 Siswi BerprestasiSMAN1PareKediri

2012 Penerima Beasiswa Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(10)

x ABSTRACT

This study aimed to see whether there are differences in financial performance based on the ratio of current assets, asset turnover ratio, debt equity ratio, and the net profit margin of SMEs before and after using the funds Kredit Usaha Rakyat (KUR) in the region of South Tangerang. The analysis technique used in this research is descriptive statistics test, Wilcoxon sign rank test, quantitative analysis (analysis of financial ratios), and Kruskal Wallis.

Differences in financial performance before and after use of KUR with Wilcoxon sign rank test on a variable ratio current assets obtained p value of 0.028 (0.028 <0.100), which means an increase significantly after using KUR funds amounted to 1512.5%. On the assets turnover variables are p value of 0.755 (0.755> 0.100) which means that there is no significant improvement after the use of KUR. Significant improvements also occurred in variable debt equity ratio with a p value of 0.011 (0.011 <0.100) means an increase after using KUR at 4.5%. While the net profit margin variables p value is 0.865 (0.865> 0.100), which means there is no significant improvement after using the KUR funds. Kruskal Wallis test used in this study to look at the differences between the financial performance of SMEs in the Region of South Tangerang. Based on the results of this test states that a significant difference to the performance of financial assets turnover ratio only on SMEs with a p value of 0.053 <0.100. While test against current assets ratio, debt equity ratio, and the net profit margin showed nonsignificant results with respective values -p> 0.100. This means that there are no significant differences between the financial performance of SMEs based assets ratio, debt equity ratio, and net profit margin.

(11)

xi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dalam kinerja keuangan berdasarkan current assets ratio, assets turnover ratio, debt equity ratio, dan net profit margin UMKM sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) di wilayah Tangerang Selatan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, uji pangkat tanda Wilcoxon, analisis kuantitatif (analisis rasio keuangan), dan Uji Kruskal Wallis.

Perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah menggunakan dana KUR dengan uji Pangkat Tanda Wilcoxon pada variabel current assets ratio didapatkan nilai -p sebesar 0,028 (0,028<0,100) yang artinya terjadi peningkatan secara signifikan sesudah menggunakan dana KUR sebesar 1.512,5%. Pada variabel assets turnover terdapat nilai -p sebesar 0,755 (0,755>0,100) yang berarti bahwa tidak ada peningkatan secara signifikan sesudah menggunakan dana KUR. Peningkatan secara signifikan juga terjadi pada variabel debt equity ratio dengan nilai -p 0,011 (0,011<0,100) artinya terjadi peningkatan sesudah menggunakan KUR sebesar 4,5%. Sedangkan pada variabel net profit margin nilai -p adalah 0,865 (0,865>0,100) yang artinya tidak terdapat peningkatan yang signifikan setelah menggunakan dana KUR. Uji Kruskal Wallis dalam penelitian ini digunakan untuk melihat perbedaan kinerja keuangan antar UMKM di Wilayah Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil uji ini menyebutkan bahwa perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan hanya pada assets turnover ratio UMKM dengan nilai –p sebesar 0,053 < 0,100. Sedangkan uji terhadap current assets ratio, debt equity ratio, dan net profit margin menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai masing-masing -p>0,100. Artinya tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antar UMKM berdasarkan assets ratio, debt equity ratio, dan net profit margin.

(12)

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kepenulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, bantuan dan dorongan tersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis menyampaikan hormat dan terimakasi kepada:

1. Allah SWT atas kasih dan anugrah-Nya kepada penulis.

2. Kepada Bapak Parlan dan Ibu Siti Zulaikah selaku kedua orang tua, penulis ucapkan terimakasih atas dukungan yang selama ini diberikan selama menuntut ilmu. Tempat berbagi, orang tua, teman dan sahabat bagi penulis. Terimakasih pula pada Ibu Siti Chotimah selaku nenek penulis, adik-adikku tercinta Romy Nuriz Zaman dan Chika Ainur Rembulan yang selalu memberikan dukungan, doa serta banyak sekali masukan dan nasehat bagi penulis. Semoga kebahagiaan, kemudahan, rahmat serta ridho dari Allah SWT selalu diberikan pada kita semua agar menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama.

3. Dr. Arif Mufrani, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Titi Dewi Warninda SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta

(13)

xiii

penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Indoyama Nasaruddin SE., MAB selaku dosen pembimbing pertama dalam kepenulisan tugas akhir ini. Terimakasih atas bimbingan, motivasi, saran, serta ilmu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Kepada bapak Faizul Mubarok., MM selaku dosen pembimbing kedua, yang telah memberikan arahan, saran dalam kepenulisan tugas akhir ini. 7. Bapak dan ibu dosen Jurusan Manajemen yang telah bersedia memberikan

ilmu pengetahuan dan membuka wawasan serta pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan memberikan banyak maanfaat bagi penulis dan masyarakat.

8. Ameliyya Hidayat., S.pd , Nailil Huda., MED, ustdaz Utob Tobroni Lc,.Mcl, selaku kaka pembimbing bidang beasiswa, utadz dan ustadzah, Pembina atau bunda asrama Ma’had Al jami’ah Putra dan Putri Uin Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi, pengetahuan baik agama maupun umum, dorongan kuat selama menempuh pendidikan di universitas dan banyak memberikan pengalaman serta arahan lainnya demi kebaikan penulis.

9. Ibu Ika Nunung dan Pak Arif selaku pengurus bidang kredit Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan yang telah memberikan informasi, arahan, serta data yang mendukung dalam kepenulisan karya ilmiah ini. 10.Terimakasaih kepada ibu Yani selaku manajer bidang kredit Bank BRI

Cabang Ciputat, yang telah bersedia memberikan arahan dan masukan serta informasi terkait Kredit Usaha Rakyat untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi dalam kepenulisan karya ilmiah ini.

(14)

xiv

12.Terimakasih kepada kawan-kawan Bidikmisi 2012 yang telah menginspirasi dan memberi dukungan dari awal hingga akhir menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan di Ma’had Al jami’ah. 13.Terimakasih kepada kawan-kawan OMM (Organisasi Mahasantri

Ma’had), FORMABI (Forum Mahasiswa Bidikmisi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dema Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan teman-teman PASMOD FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak pengalaman dalam bidang organisasi, manajemen dan kepemimpinan serta pengetahuan lainnya.

14.Teman-teman BERDIKARI: Fitry Lily, Putri Septina Virgianty, Retno Yuliani, Muhammad Ainul Yakin, Soleh Ahmad, Waskito Wibowo, Haris Fadillah, Silam, Imet, Faisal Abdurrahman, Anisa, Dede Puji, Siti Alawiyah, teman-teman multitalent dan konseptor terimakasih untuk selama ini atas dukungan, motivasi, masukan, ide-ide dan pengalaman yang diajarkan kepada penulis. Semoga cita-cita kita semua di ridhoi dan dikabulkan oleh Allah SWT. Amiin.

15.Teman-teman kosan BADAY: Dewi susilawati, Fitri Laily, Jeniper Padma Weni, Rihlah Noviyanti dan Zelda Zein. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan selama tinggal di asrama hingga di kosa. Teman-teman diskusi, organisasi dan guru tempat dimana penulis belajar, tumbuh dan berkembang selama ini. Dukungan, masukan-masukan, dan ide-ide yang mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga apapun yang kita inginkan dan cita-citakan didengar oleh Allah SWT serta dikabulkan. Semoga kita semua menjadi orang yang mampu memberikan manfaat bagi bangsa, agama, dan keluarga.

(15)

xv

kemudahan dan kelancaran dalam menggapai cita-cita. Semoga Allah selalu memberikan pilihan-pilihan yang terbaik bagi kita semua.

17. Teman-teman Manajemen Keuangan 2012, Eva Ahsanty, Wilda Kholila, Anisa Rivelia Prawiro dan teman-teman lainnya. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan banyak kemanfaatan bagi masyarakat dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.

Jakarta, 09 Juni 2016

(16)

xvi DAFTAR ISI

COVER Dalam ... i

Lembar Pengesahan Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... xi

Abstrak ... x

Kata Pengantar ... xii

Daftar Isi. ... xvi

Daftar Tabel ... xix

Daftar Gambar ... xx

Daftar Lampiran ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Struktur Modal ... 14

a. Pengertian Struktur Modal ... 14

b. Faktor-Faktor yang Menentukan Struktur Modal ... 16

c. Teori Struktur Modal... 19

d. Jenis-Jenis Modal ... 24

e. Sumber-Sumber Modal ... 25

2. Kredit ... 26

a. Pengertian Kredit ... 26

(17)

xvii

c. Tujuan Kredit ... 29

d. Jenis-Jenis Kredit ... 31

e. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ... 34

f. Kualitas Kredit ... 35

3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 38

a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah... 38

b. Tujuan dan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 40

c. Permasalahan Yang Dihadapi UMKM... 41

4. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 44

a. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 44

b. Mekanisme Penyaluran KUR ... 46

c. Tingkat Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 48

B. Penelitian Terdahulu ... 48

C. Kerangka Pemikiran ... 57

D. Hipotesis ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 63

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

C. Sumber Data ... 64

D. Teknik Analisis Data ... 65

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 65

2. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign Rank Test) .. 67

3. Analisis Kuantitatif (Analisis Rasio Keuangan) ... 69

4. Uji Statistik Kruskal-Wallis (Kruskal-Wallis Test)... 71

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 74

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 77

1. Kondisi Geografis ... 77

2. Kondisi Demografis ... 78

3. Deskripsi Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 78

(18)

xviii

B. Analisis Data ... 83

1. Profil Responden ... 83

2. Analisis Deskriptif ... 89

3. Analisis Kuantitatif (Analisis Rasio Keuangan) ... 106

C. Interpretasi Hasil ... 107

1. Uji Pangkat Tanda Wilcoxon ... 108

2. Uji Kruskal Wallis... 113

BAB V PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Implikasi ... 120

C. Keterbatasan ... 122

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Proporsi Kontribusi UMKM terhdap PDB ... 4

Tabel 1.2 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Tangerang Selatan ... 6

Tabel 1.3 Penyaluran KUR pada Sektor Ekonomi... 10

Tabel 2.1 Kriteria UMKM ... 39

Tabel 2.2 Landasan Hukum KUR ... 46

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 49

Tabel 4.1 Data UMKM Kota Tangerang Selatan... 81

Tabel 4.2 Bidang Usaha ... 84

Tabel 4.3 Alamat Responden ... 84

Tabel 4.4 Jenis Kelamin ... 85

Tabel 4.5 Status Pendidikan ... 86

Tabel 4.6 Lama Usaha... 86

Tabel 4.7 Current Assets Ratio Sebelum dan Sesudah KUR ... 92

Tabel 4.8 Assets Turnover Ratio Sebelum dan Sesudah KUR ... 93

Tabel 4.9 Debt Equity Ratio Sebelum dan Sesudah KUR ... 94

Tabel 4.10 Net Profit Margin Sebelum dan Sesudah KUR ... 95

Tabel 4.11 Current Assets Ratio UMKM Sebelum KUR ... 96

Tabel 4.12 Assets Turnover Ratio UMKM Sebelum KUR ... 96

Tabel 4.13 Net Profit Margin UMKM Sebelum KUR ... 97

Tabel 4.14 Debt Equity Ratio UMKM Sebelum KUR ... 98

Tabel 4.15 Current Assets Ratio UMKM Sesudah KUR ... 99

Tabel 4.16 Assets Turnover Ratio UMKM sesudah KUR ... 101

Tabel 4.17 Debt Equity Ratio UMKM Sesudah KUR ... 101

Tabel 4.18 Net Profit Margin UMKM Sesudah KUR ... 102

Tabel 4.19 Perbandingan Perhitungan Kinerja Keuangan ... 106

Tabel 4.20 Uji Wlcoxon pada Current Assets Ratio ... 108

Tabel 4.21 Uji Wilcoxon pada Assets Turnover Ratio ... 109

Tabel 4.22 Uji Wilcoxon pada Debt Equity Ratio ... 110

Tabel 4.23 Uji Wilcoxon pada Net Profit Margin... 111

Tabel 4.24 Uji Kruskal Wallis pada Current Assets Ratio... 113

Tabel 4.25 Uji Kruskal Wallis pada Assets Turnover Ratio ... 114

Tabel 4.26 Uji Kruskal Wallis pada Debt Equity Ratio ... 115

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Sebaran UMKM di Tangerang Selatan... 7

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 58

Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Tangerang Selatan ... 73

Gambar 4.2 Data UMKM Berdasarkan Bidang Usaha ... 82

Gambar 4.3 Alamat Responden ... 87

Gambar 4.4 Jenis Kelamin ... 87

Gambar 4.5 Status Pendidikam ... 88

Gambar 4.6 Lama Usaha ... 88

Gambar 4.7 Grafik Pengklasifikasian Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 90

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku ekonomi dan pembangunan terbesar dalam suatu negara. Kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja serta menyerap tenaga kerja sangat membantu program pemerintah dalam mengurangi kemiskinan. UMKM dianggap sebagai sektor usaha yang tidak rentan terhadap berbagai perubahan eksternal yang terjadi di pasar perekonomian. Sebagai sektor yang dianggap mampu bertahan meskipun dalam kondisi krisis, UMKM dapat menunjang pembangunan ekonomi yang bersifat jangka panjang, stabil, dan berkesinambungan. UMKM dinilai dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat karena sifat dasar UMKM yang dapat berdiri dengan modal atau investasi yang rendah.

(23)

2 ekonomi harus bisa bersaing tidak hanya dengan persaingan secara lokal namun juga secara global.

Sebagai sektor yang mampu berdiri dengan basis sumberdaya ekonomi lokal dan dapat berdiri mandiri tidak bergantung pada impor, serta memiliki kemampuan menghasilkan produk dengan kualitas ekspor, keberadaan UMKM perlu diperhitungkan dan diperhatikan untuk memperkuat perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah menunjukkan bahwa pada tahun 2011 UMKM menjadi pelaku bisnis sebesar 99.99% dari total pelaku bisnis di Indonesia.

Jika ditinjau dari proporsi unit usaha pada sektor ekonomi UMKM yang memiliki unit usaha terbesar di Indonesia adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Pengangkutan dan Komunikasi; (4) Industri Pengolahan; serta (5) Jasa-jasa. Masing-masing tercatat sebesar 48,85%; 28,83%; 6,88%; 6,41% dan 4,52% (Muharam, 2011). Peran UMKM dalam menyokong perekonomian negara tidak hanya dirasakan di Indonesia tapi juga di negara-negara lainnya, seperti Kenya, India, dan China. Sektor ini memiliki peran yang besar dalam menyumbang GDP masing-masing negara.

(24)

3 UMKM masih mendominasi sebagian besar pasar ekonomi Indonesia. Jumlahnya mengalami peningkatan sebesar 2,41% yaitu dari 56.534.592 unit pada tahun 2012 menjadi 57.895.721 unit pada tahun 2013. UMKM merupakan pelaku usaha terbesar dengan presentasenya sebesar 99,99% dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2013. Dalam penyerapan tenaga kerja UMKM mampu menyerap 96.99% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada atau sebesar 114.144.082 orang. Usaha mikro memiliki peranan terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 104.624.466 orang atau 88,90% pada tahun 2013. Usaha Kecil (UK) mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5.570.231 orang atau 4,73%. Sedangkan UM (Usaha Menengah) sebanyak 3.949.385 orang atau 3,36% dan selebihnya mampu terserap oleh Usaha Besar (UB).

(25)

4 Tabel 1.1

Proporsi Kontribusi UMKM dan UB terhadap PDB

Nasional tahun 2013 menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Jenis Usaha Kontribusi Terhadap

PDB Nasional

Usaha Menengah 13,72% 14,48%

Usaha Kecil 9,72% 12,83%

Usaha Mikro 36,90% 30,25%

Jumlah 100 % 100 %

Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM

Dari tabel 1.1 dapat dilihat proporsi kontribusi dari UMKM yang masih rendah dibanding dengan kontribusi UB dilihat dari harga berlaku dan harga konstan pada tahun 2011. Berdasarkan harga berlaku dan harga konstant UB memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 39,66% dan 42,44%. Urutan kedua diduduki oleh usaha mikro (UMi) yaitu 36,90% berdasar harga berlaku dan 30,25% berdasar harga konstan. Urutan ketiga diduduki oleh usaha menengah (UM) yaitu 13,72% berdasar harga berlaku dan 14,48% berdasar harga konstan. Dan urutan terakhir diduduki oleh usaha kecil (UK) yaitu 9,72% berdasarkan harga berlaku dan 12,83% berdasarkan harga konstan. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa proporsi kontribusi UMKM masih rendah dibawah proporsi kontribusi UB terhadap PDB Nasional.

(26)

5 usahanya yang paling mendasar yaitu, kendala modal. Kendala modal inilah yang mampu menghambat proses produksi serta keberlangsungan hidup UMKM. UMKM merupakan jenis usaha yang tahan terhadap kondisi ekonomi yang tidak tentu. Namun, permasalahan yang ada dilapangan saat ini adalah meskipun tahan terhadap kondisi ekonomi tapi tidak ada perkembangan yang signifikan terhadap usaha yang dijalankan.

Berkaitan dengan penelitian ini disebutkan bahwa daerah Tangerang Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki sebaran UMKM yang luas. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas perindustrian dan perdagangan Tangerang Selatan menyebutkan pada tahun 2010 terdapat sekitar 1.994 unit pelaku usaha kecil menengah yang tersebar pada 54 kelurahan yang terdapat di Tangerang Selatan. (Dewanto, 2010)

(27)

6 Tabel 1.2

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2014

Kecamatan Jumlah Perusahaan

Pekerja Produksi Laki-laki Perempuan

1 Setu 135 924 513

2 Serpong 124 538 601

3 Pamulang 94 637 260

4 Ciputat 103 458 261

5 Ciputat Timur 48 437 107

6 Pondok Aren 278 629 486

7 Serpong Utara 110 754 587

Jumlah/Total 892 4.377 2.815

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan secara geografis terbagi ke dalam 7 cakupan wilayah Kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pondok Aren, dan Kecamatan Tangerang Utara. Dalam setiap Kecamatan memiliki sebaran pelaku UMKM dengan jumlah yang berbeda-beda. Banyak sekali industri maupun perusahaan-perusahaan mikro, kecil, menengah yang tumbuh di wilayah kecamatan yang ada di Tangerang Selatan.

(28)

7 merupakan salah satu sektor yang paling banyak mendominasi perekonomian UMKM Tangerang Selatan. Terbesar ke dua di tempati oleh UMKM yang bergerak dalam sektor jasa. Dan yang terakhir sektor yang banyak mendominasi perokonomian UMKM adalah sektor produksi.

Berdasarkan data terbaru tahun 2015 menyebutkan bahwa pelaku UMKM yang berada di Tangerang Selatan mengalami pertumbuhan pesat dalam jumlahnya. Data dari Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan menyebutkan bahwa terdata sebanyak 20.729 UKM di Tangerang Selatan. Data tersebut diperoleh dari hasil sensus yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM di Tangerang Selatan (Farida, 2015).

Gambar 1.1 Data Sebaran UMKM di Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

Sumber Data: Hasil Sensus Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan

(29)

8 Kecamatan yang paling sedikit menjadi pusat perkembangan UMKM, yaitu di kecamatan Setu sebesar 1.200 pelaku usaha.

Meskipun usaha kecil dan menengah mampu mempertahankan eksistensinya dalam berbagai kondisi perekonomian saat kondisi perekonomian baik ataupun pada saat krisis yang melanda perekonomian nasional. UMKM sering disebut sebagai salah satu bentuk usaha yang fleksibel. Karena mereka mampu berdiri dengan modal sendiri. Namun, hal tersebut tidak menjadikan UMKM bisa lepas dari permasalahan modal untuk mempertahankan bahkan meningkatkan usahanya. Keterbatasan modal membuat usaha mikro kecil dan menengah tidak bisa mengembangkan usahanya.

Menurut Aktar dalam Githaiga & Kabiru (2015) keterbatasan pendanaan yang dialami UMKM berimbas pada kegiatan operasi perusahaan dan menjadi permasalahan yang serius yang dapat membatasi potensi perluasan usaha, kurang tahan terhadap resiko modal, dan kurang adanya inovasi dalam usaha. Beberapa studi mengenai permasalahan UMKM menyebutkan modal eksternal memainkan seluruh pendanaan dan kinerja usaha mereka (Brown et al, 2010).

(30)

9 dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Utomo & Setiawan (2013) dengan adanya kredit mikro dapat menmbantu tigra proses operasi perusahaan yaitu meningkatkan modal, laba dan pendapatan UMKM.

Untuk mengatasi permasalahan inilah Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Dibentuk dan disahkannya undang-undang ini agar pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dapat ditingkatkan. Keseriusan pemerintah dalam memberdayakan UMKM menyangkut permodalan ini diwujudkan dengan pemberian bantuan modal pada UMKM dan Koperasi melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang di bentuk oleh mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 November 2007. Program ini merupakan bentuk kerjasama pemerintah dan bank untuk membantu permodalan para pelaku UMKM.

Realisasi penyaluran KUR ini pada tahun 2010 telah mencapai Rp 17,23 trilliun kepada 1.437.650 debitur yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan rata-rata kredit sebesar Rp 11,98 juta per debitur. KUR disalurkan melalui bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu melalui BPD, BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin yang tersebar di 33 provinsi Indonesia.

(31)

10 kondisi usaha UMKM. Kebijakan terkait KUR dan bunganya dirancang untuk membantu dan mempermudah UMKM untuk mendapatkan pinjaman kredit.

Tabel 1.3

Penyaluran KUR Menurut Sektor Ekonomi Januari – Desember 2010

Sektor Ekonomi Persentase

Perdagangan, Restoran &

Hotel 57,0 %

Pertanian 18,8%

Lain-lain 8,2%

Jasa-Jasa Dunia Usaha 6,6%

Jasa-jasa Sosial/ Masyarakat 3,2%

Konstruksi 2,5%

Industri Pengolahan 2,4%

Pengangkutan, Pergudangan &

Komunikasi 1,1%

Pertambangan 0,1%

Listrik, Gas & Air 0,0%

Sumber: Kemenko Perekonomian

(32)

11 Dengan adanya kredit mereka mampu meningkatkan kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja yang digunakan untuk menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka. Solusi dari permasalahan UMKM tersebut maka pemerintah meluncurkan program pembiayaan bagi UMKM dan Koperasi yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Di Tangerang Selatan, pemerintah bersama dinas koperasi dan UKM berusaha untuk mengembangkan usaha UMKM setempat dengan menyediakan serta memfasilitasi para pelaku usaha untuk mendapatkan dana KUR dari bank penyalur dana tersebut. Objek penelitian ini adalah wilayah Tangerang Selatan. Pengambilan tempat tersebut sebagai objek penelitian dikarenakan pertumbuhan UMKM di wilayah ini sangat pesat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap kinerja keuangan antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Tangerang Selatan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) antara Usaha Mikro Kecil dan Menengah tersebut. Kinerja keuangan UMKM ini diukur dari perbedaan masing-masing variabel yaitu current assets ratio, assets turnover, debt equity ratio, dan net profit margin antar UMKM di Tangerang Selatan. Kinerja

(33)

12 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR)?

2. Bagaimanakah perbandingan kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR)?

3. Apakah terdapat perbedaan evaluasi kinerja keuangan antar Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Melihat pertumbuhan kinerja kuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat.

2. Membandingkan kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan.

3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan evaluasi kinerja keuangan antara Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

(34)

13 menentukan kebijakan selanjutnya untuk memberdayakan dan mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

2. Bagi Perbankan

Memberikan informasi terkait efektifitas dana Kredit Usaha Rakyat terhadap kinerja keuangan dan perkembangan usaha mikro kecil dan menengah serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk menentukan kebijakan kredit selanjutnya untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan terkait perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat serta menganalisis permasalahan perusahaan dari segi keuangan.

4. Bagi Pelaku Usaha

(35)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Landasan teori ini akan menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta dapat dijadikan bahan acuan untuk menganalisis hasil penelitian. Dalam landasan teori akan dipaparkan teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam rangkaian penelitian serta perumusan hipotesis.

1. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Manajer keuangan harus bisa menentukan kebijakan pembelanjaan yang akan dilakukan dalam perusahaan. Kebijakan pembelanjaan ini terkait dengan masalah keputusan pendanaan. Manajer keuangan harus menentukan bagaimana aktiva keseluruhan perusahaan dibiayai, dengan menggunakan modal sendiri, pinjaman atau menggunakan keduanya. Masalah pendanaan ini perlu diperhitungkan secara rinci dan matang. Selain jumlah yang harus diperhitungkan, sumber pendanaan tersebut juga perlu dipertimbangkan oleh perusahaan dan manajer keuangan.

(36)

15 Teori yang paling terkenal dalam menjelaskan struktur modal adalah teori Modigliani dan Miller (1958) atau yang bisa disebut sebagai teori MM.

Struktur modal merupakan campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan (Arthur J. Keown dan J. William Petty, 2010). Struktur modal merupakan gambaran kebijakan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan. Masalah struktur modal erat kaitannya dengan masalah kapitalisasi. Karena jenis-jenis modal yang membentuk kapitalisasi disebut sebagai struktur modal. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dana modal sangat berpengaruh pada nilai perusahaan.

Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara uang dan modal sendiri (saham preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal (Ambarwati, 2010). Modal pribadi dan modal asing sangat menentukan keberlangsungan usaha. Hutang yang digunakan perusahaan merupakan beban yang harus ditanggung perusahaan.

Menurut Institute of Chartered Accountants of India, mengatakan bahwa struktur modal mengacu pada percampuran modal yang digunakan pada perusahaan (Kulkarni dan Chirputkar, 2014). Keputusan struktur modal diantaranya termasuk pembiayaan, jumlah dana, dan percampuran diantara keduanya.

(37)

16 perusahaan dengan dana yang digunakan berasal dari perpaduan sumber dana jangka panjang yang diperoleh baik dari luar maupun dalam perusahaan.

Menurut Gleason et al dalam Abeywardhana (2015) perusahaan memilih hutang dan modal campuran dengan menyeimbangkan biaya dan keuntungan. Perusahaan akan menggunakan strategi dalam kinerja usahanya yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.

Sedangkan menurut Mardiyanto (2008), Struktur modal didefinisikan sebagai perpaduan antara utang jangka panjang dengan tingkat ekuitas perusahaan. Dapat disimpulkan pula struktur modal merupakan struktur keuangan dikurangi dengan utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena sifat dari hutang jangka pendek yang cepat berubah sesuai dengan tingkat penjualan. Berbeda dengan hutang jangka panjang yang memiliki sifat tetap dengan jangka waktu yang panjang (seperti satu tahun). Sehingga keberadaan hutang jangka panjang ini harus diperhitungkan oleh manajer keuangan dalam perusahaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah kumpulan dari berbagai macam jenis modal baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan yang digunakan untuk pembiayaan kebutuhan perusahaan.

b. Faktor-Faktor yang Menentukan Struktur Modal

(38)

17 utang yang dimiliki perusahaan lebih kecil dibanding modal yang dimiliki perusahaan. Dengan begitu beban yang ditanggung oleh perusahaan jumlahnya kecil. Begitu pula sebaliknya, struktur modal dikatakan dalam kondisi buruk apabila utang perusahaan sangat besar sehingga beban yang ditanggung oleh perusahaan pun besar.

Menurut Brealey (2007), menyebutkan ada empat faktor utama yang digunakan untuk menyusun struktur modal, yaitu

1) Pajak

Perusahaan yang konsisten dalam menghasilkan keuntungan adalah perusahaan yang akan sering membayar pajak. Jika tingkat pajak perusahaan lebih tinggi dari tingkat pajak pemegang obligasi, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari hutang.

2) Resiko

Kesulitan keuangan dinilai mahal bagi perusahaan yang mampu bertahan. Sama halnya dengan yang lain, kesulitan keuangan lebih mungkin dialami bagi perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi. Itu sebabnya perusahaan yang memiliki resiko tinggi cenderung akan mimilih untuk mengurangi hutangnya.

3) Tipe Aset

(39)

18 4) Financial Slack

Teori mengatakan bahwa perusahaan lebih suka menerbitkan hutang dibandingkan saham jika keuangan internal tidak mencukupi.

Menurut (Brigham dan Houston, 2001) empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal adalah

1) Resiko Bisnis atau tingkat resiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang. Makin besar resiko bisnis suatu perusahaan, makin rendah rasio utang yang optimal.

2) Posisi Pajak

Jika besar pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena perhitungan penyusutan, bunga pada hutang yang beredar atau kerugian pajak yang dikompensasi ke muka, maka tambahan hutang tidak banyak memberi manfaat sebagaimana yang dirasakan perusahaan dengan tariff pajak efektif yang lebih tingi.

3) Fleksibilitas Keuangan

Kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang buruk. Keberadaan dana yang dimiliki perusahaan sangat mempengaruhi struktur modal perusahaan.

4) Konservativitas atau agresivitas manajemen

(40)

19 mempengaruhi struktur modal yang optimal atau yang memaksimalkan nilai, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan dan ditetapkan manajer.

c. Teori Struktur Modal

1) Trade Off Theory

Menurut Brealey et al,.(2012) trade off muncul karena manajer sering menganggap keputusan utang-ekuitas perusahaan sebagai trade off antara perlindungan pajak bunga dan biaya masalah keuangan. Model ini menjelaskan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian akibat penggunaan hutang. Dimana dalam keadaan pajak nilai perusahaan akan naik minimal dengan biaya modal yang minimal.

Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006) trade off theory menyatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Model trade-off disebabkan karena struktur modal optimum. Dalam teori trade-off hutang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai pada titik tertentu, namun apabila sudah terlalu banyak dikhawatirkan akan menyebabkan kebangkrutan.

Trade off theory merupakan model struktur modal yang mempunyai asumsi

(41)

20 investasinya dengan mengeluarkan saham, karena harga sahamnya relatif tinggi. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menanggung costs of financial distress yang besar, karena memiliki risiko keberangkutan yang tinggi. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan berhubungan negatif dengan tingkat leverage.

Menurut Brigham (2001), hutang mempunyai keuntungan:

a) Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan pajak, sehingga hutang menjadi lebih rendah.

b) Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap, kelebihan dan kekurangan akan menjadi klaim bagi pemilik perusahaan. Ada beberapa hal yang membuat perusahaan tidak biasa menggunakan hutang sebanyak-banyaknya karena semakin tinggi hutang akan semakin tinggi pula kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan mencakup:

a) Biaya Langsung

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan dan biaya-biaya lainnya.

b) Biaya Tidak Langsung

Biaya yang terjadi karena dalam konsisi kebangkrutan perusahaan lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal.

Trade off Theory menekankan adanya keuntungan dari hutang. Hutang

(42)

21 adanya hutang karena hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan sisi negatif dari hutang jika perusahaan tidak dapat mengendalikan hutang maka kemungkinan yang akan terjadi pada perusahaan adalah resiko kebangkrutan. Oleh karena itu, manajemen keuangan perusahaan harus membuat resiko keuangan yang mampu menstabilkan kondisi dan keberlangsungan perusahaan.

2) Packing Order Theory

Teori Packing Order menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Menurut teori ini manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat bunga yang optimal. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil. Tingkat hutang yang kecil dikarenakan perusahaan tidak membutuhkan dana eksternal. Keuntungan yang tinggi menjadi dana internal perusahaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi perusaahaan.

Teori Pecking-order didasarkan pada empat fakta yang diobservasi oleh Myers tentang perilaku keuangan perusahaan. Pertama, kebijakan deviden adalah “sticky”. Manajer cenderung mempertahankan pembayaran deviden

(43)

22 Teori ini didasarkan pada informasi asimetrik, yaitu sebuah informasi yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak berupa resiko, prospek dan nilai perusahaan dibanding dengan pemodal publik. Manajemen sebagai pihak yang memiliki informasi lebih banyak dibanding pemodal karena manajemen adalah pihak yang mengambil keputusan keuangan, dan keputusan lainnya terkait keberlangsungan hidup perusahaan. (Pramesti & Susilowibowo, 2014).

Dalam teori ini menjelaskan tentang manfaat dari hutang yang harus diketahui oleh perusahaan. Sama halnya yang terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil mereka cenderung enggan menggunakan dana dari pihak eksternal atau hutang, mereka lebih percaya dan yakin pada dana internal yang dimiliki. Ketidakpercayaan pada dana eksternal karena mereka tidak berani mengambil resiko hutang yang diambil.

3) Teori Modigliani dan Miller (MM)

Teori ini mendukung adanya hubungan antara struktur modal dengan biaya modal. Berdasarkan pendekatan laba bersih operasi yang menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi biaya modal perusahaan dan juga nilai dari perusahaan. Menurut teori ini nilai total perusahaan dipengaruhi oleh investasi yang dilakukan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (Pramesti & Susilowibowo, 2014).

(44)

23 struktur modal. Mereka juga memperhatikan pajak dan penggunaan hutang yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham (Moeljadi, 2006).

Dalam teori ini menjelaskan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh adanya struktur modal (Brigham dan Houston, 2001). Menurut teori ini tidak ada masalah bagi perusahaan dalam membiayai kegiatan operasi, struktur modal tidak relevan. Teori ini dianggap tidak relevan dalam dunia keuangan dikarenakan adanya asumsi-asumsi yang dianggap tidak realistis. Meskipun demikian teori ini merupakan teori yang memiliki peran besar untuk mengembangkan riset selanjutnya tentang struktur modal.

Modigliani dan Miller mengembangkan teori trade-off dari struktur modal. Mereka menunjukkan bahwa hutang bermanfaat karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak, tetapi utang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Menurut teori MM, struktur modal dikatakan dalam kondisi optimal jika manfaat pajak dari utang dan biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan berada dalam kondisi seimbang.

(45)

24 resiko kebangkrutan. Dua sisi ini merupakan bagian dari keputusanaan keuangan bagi perusahaan.

d. Jenis-Jenis Modal

Jenis-jenis modal dibagi kedalam dua jenis (Riyanto, 2010) :

1. Modal Asing atau hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan dan bersifat sementara bekerja di dalam perusahaan dan dianggap sebagai utang bagi perusahaan yang wajib dikembalikan. Dalam hal ini hutang dibagi kedalam tiga kategori yaitu hutang jangka panjang, jangka pendek, dan jangka menengah. Hutang jangka pendek merupakan hutang yang harus dikembalikan dalam waktu kurang dari satu tahun atau tepat satu tahun. Hutang jangka panjang merupakan salah satu jenis hutang yang memiliki jangka waktu pengembalian lebih dari satu tahun. Sedangkan hutang jangka menengah merupakan salah satu jenis hutang yang dalam pelunasannya memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun. 2. Modal Sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan

tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan waktunya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana jangka panjang tidak tentu waktunya”. Modal sendiri

(46)

25 berasal dari pihak eksternal ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.

e. Sumber-Sumber Modal

Besar kecilnya kebutuhan modal dipengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan maupun ukuran perusahaan. Semakin besar dan berkembangnya perusahaan maka kebutuhan akan modal juga semakin meningkat. Maka perusahaan perlu mencari sumber pembiayaan lainnya.

Dilihat dari asalnya sumber penawaran modal terdiri dari : 1. Sumber Intern (Internal Resource)

Modal yang berasal dari sumber internal, yaitu modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dari dalam perusahaan. Sumber modal ini dapat berupa laba ditahan (retained earning) dan akumulasi penyusutan (accumulation depreation). Besarnya modal dari laba ditahan tergantung dari besarnya laba yang diperoleh dalam periode tertentu dan kebijakan deviden dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan pada akumulasi penyusutan dibentuk dari depresiasi setiap tahunnya dan tergantung pada metode yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan.

2. Sumber Ekstern (Eksternal Resource)

(47)

26 2. Kredit

a. Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa latin “credo” yang memiliki arti saya

menaruh. Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau penghutang) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak (Rivai dan Veithzal, 2007).

Kredit merupakan bentuk dari uang tetapi memiliki tipe yang berbeda dari uang pada umunya, bentuknya tidak harus nyata, meskipun begitu kredit sering dijamin oleh sesuatu, yaitu uang di bank, emas, atau beberapa barang nyata lainnya (MacDonald dan L.Gastmann, 2001).

Dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dijelaskan bahwa kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti percaya.

(48)

27 Selain kredit ada yang disebut dengan pembiayaan. Pada dasarnya kredit dan pembiayaan memiliki maksud yang sama, yang membedakan hanyalah tatacara pengelolaan dan imbalan yang diberikan. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Kredit diberikan oleh perbankan berdasarkan prinsip konvensional, sedangkan pembiayaan diberikan oleh bank syariah berdasarkan prinsip bagi hasil. Keuntungan yang didapat juga berbeda. Keuntungan kredit diperoleh dari bunga sedangkan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berupa imbalan atau bagi hasil.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kredit merupakan salah satu bentuk pinjaman uang maupun lainnya yang diberikan kreditor pada debitor dengan suatu jaminan yang harus dibayar atau dikembalikan berdasarkan waktu yang telah disepakati secara bersama.

b. Unsur-Unsur Kredit

(49)

28 dipertimbangkan ketika akan menyalurkan kredit oleh bank atau lembaga pembiayaan lainnya.

Unsur-unsur tersebut diantaranya: 1) Kepercayaan

Keyakinan yang diberikan oleh pemberi kredit kepada debitor akan kemampuan debitor untuk mengembalikan kredit yang diberikan (uang barang atau jasa) sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Hal ini dilakukan oleh bank untuk memastikan kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjamannya dengan menyelidiki latar belakang nasabah secara internal maupun eksternal.

2) Kesepakatan

Kesepakatan atau perjanjian ini dilakukan antara dua pihak dalam memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.

3) Jangka Waktu

Waktu atau masa yang sudah disepakati dua belah pihak untuk mengembalikan kredit. Waktu yang biasa disepakati biasanya jangka pendek (kurang dari setahun) dan jangka panjang (satu tahun atau lebih).

4) Risiko

(50)

29 macet (pengembalian kredit yang tidak tepat waktu). Resiko ini bisa terjadi baik sengaja atau tidak sengaja oleh nasabah. Kredit macet ini akan merugikan bank yang menyalurkan kredit macet. 5) Balas Jasa

Keuntungan yang diperoleh bank atas jasanya menyalurkan kredit. Bank konvensional akan mendapatkan keuntungan berupa bunga, sedangkan bank syariah akan mendapatkan bagi hasil yang telah disepakati.

c. Tujuan Kredit

Kredit memiliki fungsi dan tujuan. Tujuan dan fungsi kredit tidak hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Masyarakat, pemerintah dan banyak pihak lainnya dapat memanfaatkan kredit untuk menjalankan usahanya. Adapun tujuan dari pemberian kredit adalah;

1) Mencari Keuntungan

Keuntungan yang diterima yang akan diperoleh oleh bank yaitu berupa bunga. Bunga merupakan bentuk balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini sangat penting bagi keberlangsungan hidup bank.

2) Membantu Usaha Nasabah

(51)

30 3) Membantu Pemerintah

Keuntungan yang diperoleh pemerintah melalui penyaluran kredit berupa penerimaan pajak, selain itu dapat membuka kesempatan kerja melalui perluasan usaha yang membutuhkan tenaga kerja baru. Kredit juga membantu pemerintah dalam meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Devisa negara juga dapat meningkat apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

Kredit memiliki banyak manfaat untuk berbagai kalangan. Kredit merupakan salah satu solusi bagi pihak yang kekurangan dana dalam menjalankan usaha maupun berniat menjalankan usaha atau kegiatan namun tidak memiliki dana yang mendukung usaha maupun kegiatannya. Meskipun memiliki manfaat sebagai salah satu tambahan modal dan usaha, kredit ini dapat dinilai merugikan bagi pihak yang tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya. Karena kredit ini merupakan salah satu bentuk pinjaman atau hutang yang berikan kepada pihak yang kekurangan dana.

Menurut Ismail (2010) fungsi dari adanya kredit dalam melayani kebutuhan dan meningkatkan usaha masyarakat yaitu;

a) Meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa

(52)

31 c) Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru, sebagai contoh

kredit Koran yang diberikan bank kepada usahawan.

d)Kredit sebagai alat pengendali harga. Pemberian kredit yang ekspansif akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan peredaran uang tersebut akan mendorong kenaikan harga. e) Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang

ada. Kredit produktif yaitu kredit modal kerja atau investasi. Kredit tersebut memiliki dampak pada kenaikan makroekonomi.

d. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2008) secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi diantaranya sebagai berikut:

1) Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit Investasi merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau untuk keperluan rehabilitasi.

b. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

2) Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit Produktif merupakan kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha, produksi dan investasi.

(53)

32 c. Kredit Perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan dan pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3)Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit Jangka Pendek adalah kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit Jangka Menengah adalah kredit dengan jangka waktu berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, biasanya untuk investasi.

c. Kredit Jangka Panjang adalah kredit yang masa pengembaliannya panjang berkisar antara tiga sampai lima tahun.

4)Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan adalah kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

b. Kredit tanpa jaminan adalah kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitor selama ini.

(54)

33 Menengah (UKM), kredit korporasi (Ismail, 2010). Kredit UMKM merupakan merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan skala usaha sangat kecil. Misalnya kredit yang diberikan bank kepada pengusaha tempe, dan peracangan. Kredit UKM merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan antara Rp 50.000.000,00 dan tidak melebihi Rp 350.000.000,00 UKM sudah memiliki modal yang cukup, serta administrasi yang lebih baik dibanding dengan UMKM, sehingga bank juga dapat memenuhi permohonan kreditnya. Kredit UKM antara lain kredit untuk koperasi, pengusaha kecil (perdagangan, toko, dan grosir). Kredit Korporasi adalah kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah besar dan diperuntukkan kepada debitur besar (korporasi). Pada umumnya, bank lebih mudah melakukan analisis terhadap debitur korporasi karena data keuangannya lebih lengkap, administrasinya baik, dan struktur permodalannya kuat.

(55)

34 e. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum kredit disalurkan bank kepada nasabah, bank perlu melakukan beberapa analisis. Analisis ini digunakan untuk memperkuat keyakinan bank pada nasabah bahwa nasabah mampu memenuhi tanggung jawabnya sebagai debitur. Penilaian berdasarkan aspek dan kriteria yang tetap. Ukuran-ukuran yang sudah ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya bank menggunakan analisis 5C untuk menilai nasabah yang menguntungkan bagi bank.

Berikut adalah penjelasan mengenai 5C kredit, yaitu: 1) Character

Gambaran mengenai watak dan kepribadian dari debitur. Hal ini dianalisis oleh bank untuk mengetahui bahwa calon debitur mampu memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai jatuh tempo yang ditentukan.

2) Capacity

Kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu kredit. Hal ini bisa dilihat dari kemampuannya dalam menjalankan bisnis yang dimiliki nasabah selama ini. Kemampuan nasabah dalam bidang bisnis biasanya dihubungkan dengan pendidikan dan pemahaman nasabah tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. 3) Capital

(56)

35 mengajukan kredit. Analisis terhadap penggunaan modal dinilai efektif atau tidak dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) yang dimiliki nasabah. Dari laporan keuangan tersebut bank akan mengukur kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan profitabilitas perusahaan.

4) Collateral

Jaminan yang diberikan calon debitur kepada bank atas kredit yang diajukan. Jaminan ini merupakan sumber pembayaran kedua nasabah jika dia tidak mampu memenuhi kewajiban membayar pinjaman. 5) Condition of Economy

Bank perlu melakukan analisis terhadap kondisi ekonomi dan politik saat ini. Hal ini akan dikaitkan dengan keberlangsungan usaha calon debitur nantinya. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai dipilih dari bisnis yang memiliki prospek bagus dan memiliki kemungkinan kecil kredit bermasalah.

Dapat disimpulkan bahwa setiap prinsip ini diterapkan pada seluruh nasabah untuk menganalisis kemampuan dari setiap nasabah dalam mengembalikan pinjamannya. Bank akan berusaha untuk menghindari adanya resiko kredit macet akibat dari adanya ketidakmampuan nasabah dalam melunasi hutang sebagai salah satu faktor.

f. Kualitas Kredit

(57)

36 mampu memperkecil kemungkinan kredit tersebut bermasalah. Agar kredit tersebut berkualitas maka bank perlu melakukan pemisahan fungsi dalam organisasi kredit tersebut. Hal ini dilakukan agar masing-masing fungsi dapat bekerja dengan baik dan menjecegah terjadinya kredit yang bermasalah.

Menurut Sutojo (2008) dalam kasus kredit bermasalah, debitur tidak menepati janji membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat dikategorikan ke dalam kredit bermasalah jika:

1) Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan atau kredit lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya

2) Tidak dilunasi sama sekali

3) Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan bunga yang tercantum dalam pinjaman kredit

Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit diperlukan sebuah ukuran. Oleh karena itu Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:

1) Kredit Lancar (pas)

(58)

37 2) Dalam Perhatian Khusus

Kredit yang mendapat perhatian khusus apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari, kadang-kadang terjadi cerukan, jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, mutasi rekening reklatif aktif, dan didukung dengan pinjaman baru.

3) Kurang Lancar (substandard)

Dikatakan kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari, sering terjadi cerukan, terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari, frekuensi mutasi rekening relatif rendah, terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur, dan dokumen pinjaman lemah.

4) Diragukan

Yang dimaksud dengan kredit diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari, terjadi cerukan yang bersifat permanen, terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, terjadi kapitalisasi bunga, dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5) Macet (loss)

(59)

38 dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.

3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Semua orang tidak asing tentunya jika mendengar istilah ini. Mereka semua pasti sudah mengidentifikasi apa yang dimaksud dengan UMKM, bagaimana bentuk, dan apa saja jenis usahanya. Setiap orang punya pengertian yang berbeda-beda terkait pengertian UMKM. Bahkan setiap instansi pula juga memiliki presepsi yang berbeda-beda.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, menjelaskan tentang pengertian dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yaitu sebagai berikut:

1) Usaha Mikro: usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Usaha Kecil: usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

(60)

39 merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Tabel 2.1

Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

No Uraian Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Max 50 Jt Max 300 jt

2 Usaha Kecil 50jt -500 jt 300 jt -2,5 M

3 Usaha Menengah 500jt- 10 M >2,5 M – 50 M Sumber data: Kementerian Koperasi dan UKM (data diolah)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, menjelaskan pengertian Usaha Mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00.

(61)

40 dan menjaga stabilitas perekonomian negara. Sebagai usaha yang fleksibel dan tahan terhadap kondisi apapun. Hal ini mampu dibuktikan pada saat krisis yang melanda pasar Indonesia sekitar tahun 1997. UMKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang ada di Indonesia.

b. Tujuan dan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Tujuan dari adanya Usaha Mikro kecil dan Menengah ini telah di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

(62)

41 Menurut Setyobudi (2007) eksistensi peran UMKM dalam membangun perekonomian nasional ditunjukkan melalui data-data empiris di lapangan yaitu:

1) UMKM menduduki posisi teratas sebagai industri dengan jumlah besar yang terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Pada tahun 2005 tercatat jumlah UMKM adalah 44,69 unit atau 99,9% dari jumlah total unit usaha.

2) Memiliki potensi yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM mampu menciptakan kesempatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM mampu menyerap 77,68 juta tenaga kerja atau 99,77% dari total angkatan kerja yang bekerja.

3) UMKM berkontribusi besar dalam pembentukan PDB yang cukup signifikan yaitu sebesar 54,22% dari total PDB.

c. Permasalahan Yang Dihadapi UMKM

(63)

42 Permasalahan UMKM bisa dilihat dari berbagai aspek dalam kegiatan perusahaan. Aspek tersebut diantaranya pemasaran, produksi, SDM, manajerial, keuangan, ketenagakerjaan, dan masih banyak aspek lainnya.

Berikut adalah penjabaran dari permasalahan UMKM yang sering dihadapi pelaku UMKM digolongkan kedalam dua hal, yaitu permasalahan berdasarkan faktor eksternal dan faktor internal.

1) Faktor Internal

a) Kekurangan Modal dan Keterbatasan Akses Modal

Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Bagi UMKM modal merupakan masalah utama yang harus dihadapi. Kebanyakan dari pelaku usaha ini menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usahanya. Modal yang biasa mereka gunakan jumlahnya sangat terbatas. Selain itu mereka memiliki keterbatasan untuk mengakses pembiayaan dari bank maupun dari lembaga keuangan lain. Persyaratan menjadi hambatan terbesar bagi UMKM untuk mendapat bantuan modal dari lembaga keuangan. b) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Gambar

Tabel 1.3 Penyaluran KUR Menurut Sektor Ekonomi
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (lanjutan)
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (lanjutan)
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) Khusus terhadap KUR, mendapat penjaminan lain yang diperoleh secara otomatis bagi debitur yang dinilai berpotensi tidak dapat membayar pelunasan hutang kepada

Kota Malili mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengembangkan usaha mikro kecil menengah, oleh karena itu bantuan dana kredit usaha rakyat sangat diperlukan bagi

Jadi data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data dan informasi yang ditemukan di lokasi kegiatan

Hasil dari PKM para pelaku UMKM dan Wirausaha muda telah mengalami peningkatan wawasan dan telah bisa melahirkan ide menjadi peluang bisnis dari 25 persen menjadi 75

Untuk mengetahui perbedaan kinerja (ongkos produksi, omset penjualan, keuntungan, dan jam kerja) UMKM sebelum dan sesudah diberikan dana Kredit Usaha Rakyat

Penelitian yang dilakukan Tatik (2018) menyatakan bahwa pelaku UMKM sangat mengapresiasi tarif pajak baru sebesar 0,5 % yang mulai di berlakukan mulai Juni 2018, Pernyataan

Sedangkan nilai maksimum untuk variabel independen Debt to Equity Ratio (DER) dari sampel data perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar

Adapun permasalahannya adalah seberapa jauh peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) meningkatakna kinerja dalam usaha kecil menengah (UMKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta?;