• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa biaya manfaat program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa biaya manfaat program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

\qs/

s

2

ANALISA BIAYA

-

MANFAAT PROGRAM KONSERVASI

TERUMBU KARANG DI DESA GILI

INDAH,

KABUPATEN

LOMBOK BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA B U T

L A L U S O L I H I N

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis

saya yang berjudul :

"

ANALISA BIAYA-MANFAAT PROGRAM KONSERVASI TERUMBU KARANG DI DESA GILI MDAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PROVMSI NUSA TENGGARA BARAT"

mempakan gagasan dan hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan ~ j ~ k a n n y a . Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2008

Nama : Lalu Solihin

(3)

RINGKASAN

LALU SOLIHIN: Analisa Biaya-Manfaat Program Konservasi Terumbu Karang di Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan ARIF SATRIA.

Dalam program kosnervasi tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat disekitarnya, tetapi juga manfaat tidak langsung yang nilainya tidak ditemukan di pasar. Begitu juga dengan biaya, tidak hanya biaya langsung

(tangible) yang dikeluarkan, tetapi juga biaya tidak langsung (intangible). Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui total manfaat dari program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah, 2) untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan dalam program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah. Dengan menggunakan metode survey, diketahui total manfaat dari program k o n s e ~ a s i sebesar Rp.114.342.713.945,69 per tahun. Manfaat terbesar berasal dari manfaat langsung yang bersifat tidak ekstraktif yaitu sebesar Rp.83.486.413.643,32 per tahun. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan (dari rezim BKSDA dan rezim Satgas Gili Indah) sebesar Rp.3.916.470.280,74 per tahun. Biaya terbesar bcrasal dari biaya sosial yaitu Rp.2.728.000.000,00 per year. Dengan menggunakan tingkat bunga sebesar 9,s persen, tanpa memasukkan biaya sosial diketahui NPV positif sebesar Rp.113.154.243.664,95 per tahun. Sedangkan dengan memasukkan biaya sosial diketahui NPV positif sebesar

Rp.ll0.426.243.664,95 per tahun. Selain itu, dengan menggunakan cost

effectiveness analysis dari Satgas Gili Indah dengan memasukkan biaya sosial

Rp.2.171.350.437,48, atau cost effectiveness analysis dari Satgas Gili Indah tanpa

memasukkan biaya sosial diperoleh sebesar Rp.232.833.133,29, dan cost

efectiveness analysis dari BKSDA sebesar Rp.849.562.386,52. sesuai dengan kriteria kelayakan dari kedua alat analisa di atas dapat disimpulkan bahwa program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah adalah masih layak dilakukan.

(4)

ABSTRACT

LALU SOLIHIN: Benefit-Cost Analysis of Coral Reef Conservation Program in Gili Indah Village of West Lombok District of West Nusa Tenggara Province. Supervised by LUKYADRIANTO and ARIF SATRU.

The coral reef conservation program are not only gij? use value for their community and their environment, but also nun use value. The same like costs, in conservation program are not only expends tangible costs, but also expend intangible costs. In environmental economics, it is called by externality cost or social cost. The aim of this research are: I ) to know the total benefit of coral reef conservation program; 2) to know the total cost of the coral reef conservation program; and 3) to know economic possibilify of the coral reef conservatiotz program. By valuation method, result of this research showed that total benefit of the conservation program is Rp. 114.342.713.945,69 per year. The biggest benej7t came fknz non extractive direct benefit is Rp.83.486.413.643,32 per year. Total cost of coral reef conservation program is Rp.3.916.470.280,74 per year. The biggest cost come fvom social cost is Rp.2,728,000,000.00 per year. With market discount rate 9,8 percent, (include social cost) showed positive NPV Rp. llO.426.243.664,95 per year. Meanwhile, without social cost showed positive NPV is Rp. 113.154.243.664,95 per year. Beside that, cost effectiveness of Satgas Gili Indah with social cost is Rp.2.171.350.437,48, or cost effectiveness of Satgas Gili Indah without social cost is Rp.232.833.133,29, and cost effectiveness of BKSDA is Rp.849.562.386,52. According to economic possibility criteria, coral reef conservation program in Gili Indah Village is possible.

(5)

O Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

I . Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau tnenyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penztlisan kritik atau

tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak nzerugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang menggunakan dun memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(6)

ANALISA BIAYA

-

MANFAAT PROGRAM

KObJSiiK\'L2SI

TERUMBU

KARANG

DI DESA GILI

INDMI, l!&WirPA'TF,N

LOMBOK BARAT, PROVINSI NUSA

TENGGARA

BARAT

OLEH:

LALU SOLIHIN

C45

1

05003

1

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK)

SEKOLAH PASCASARSARA

INSTITUT PERT-

BOGOR

BOGOR

(7)

Judul : Analisa Biaya-Manfaat Program Konservasi Terumbu Karang Di Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat

N a m a : Lalu Solihin

N R P : C. 451050031

Program Studi : Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK)

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Luky Adrianto,MSc K e t u a

Diketahui,

Anggota

Ketua Program Studi

(8)

PRAKATA

Seiring dengan munculnya persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi

umat manusia di dunia ini, selalu diiringi dengan upaya pencarian solusi melalui

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menjawab setiap persoalan

tersebut. Kegelisahan penulis atas keterbatasan (krisis) sumberdaya alam sebagai

sumber penghidupan manusia, merupakan titik awal dari munculnya ide penulisan

tesis ini. Dalam rangka menjawab persoalan krisis sumberdaya alam tersebut,

penulis berupaya nlemberikan secuil kontribusi melalui penulisan tesis ini yang

mungkin bisa bem~anfaat bagi kemaslahatan umat manusia dan lingkungannya.

Dalam tesis ini membahas tentang perlunya memperhitungkan social cost

atau human cost dari suatu program konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.

Biaya-biaya seperti ini masih sangat jarang diperhitungkan ole11 pihak pertama,

sehingga yang paling dirugikan adalah masyarakat sebagai pihak kedua. Dengan

demikian, intervensi dari pemerintah (sebagai pihak ketiga) mutlak diperlukan

yang notabene memiliki kewenangan untuk membuat regulasi, sehingga kemgian

dari masing-masing pihak bisa diminimize sekecil mungkin. Pemikiran seperti ini

sangat tepai diterapkan di dalarn setiap aktivitas yang bersentuhan langsung

dengan tingkat kesejahteraan masyarakat disekitarnya.

&an tetapi penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.

Sebagai bagian dari proses belajar yang tiada henti ini, semoga

ketidaksempurnaan ini akan menjadi pemicu bagi penulis dalam upaya mencari

kesempurnaan tersebut. Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik, saran,

maupun masukan yang konstruktif guna kesempurnaan tesis ini.

Bogor, Januari 2008

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji hanya milik Allah, tiada kata yang lebih pantas diucapkan kecuali puji syukw kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, hingga tesis ini bisa terselesaikan. Rasa hormat dan banga penulis kepada kedua orang tua penulis yang tak henti-hentinya berdoa untuk segala kelancaran dan kemudahan penulis. Hanya ucapan terima kasih yang tak terhingga yang penulis ucapkan atas segala doa-doa yang selama ini dipanjatkan, semoga diampuni segala dosa-dosanya dan dikasihani oleh-Nya sebagaimana mereka lnengasihani penulis sewaktu kecil. Serta tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalanmnya kepada semua kakak-kakak penulis atas doa yang dipanjatkan demi kelancaran segala usaha dan upaya yang penulis lakukan.

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc selalu ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Arief Satria, MS selaku anggota komsisi pembimbing yang telah banyak memberikan kritikan, masukan dan saran yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian tesis ini. Semoga kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing yang selama ini dicurahkan mendapat ridho dariNya, serta mampu penulis teladani dikemudian hari. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof.Dr.1r.H. Tridoyo Kusumastanto, MS., Ir. Sahat MH Simandjuntak, M.Sc., dan Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Fauzi,M.Sc yang telah mencerahkan penulis akan teori ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Penulis tidak mampu membalas segala kontribusi yang telah diberikan, semoga Allah, Tuhan yang Maha Agung dan Bijaksana memberikan balasan yang setimpal, baik di dunia dan di akhirat kelak, m i e n .

Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh Staf Pengajar Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (PS-ESK) yang telah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi penulis untuk menimba ilmu serta memberi pencerahan pengetahuan selama masa perkuliahan. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di PS-ESK, Erni, Muhammad Banapon, Rizal, Rahim, Suhana, Bahar, Muzakir, Irmadi, Firman, Aspar, Dwi, Eka, Fera, Ovie, Intan, Sahlan, Ola, Fitri serta seluruh rekan-rekan dari Forum ESK. Terima kasih juga buat Dewi yang selalu membangkitkan semangat penulis ketika mengalami kejenuhan dalam menyelesaikan tesis ini. Tak lupa juga kepada kawan-kawan di asrama mahasiswa NTB, Ican, Aspar, Ojik, Hilman, Prop Sirajudin, terima kasih atas segala perhatian, pengertian dan bantuannya selama di asrama. Terima kasih juga buat semua penduduk dan

nelayan Desa Gili Indah, sraf BKSDA NTB yang telah banyak membantu selama

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mertak Wareng, Kabupaten Lombok Tengah

tanggal 21 Mei 1978 dari Ayah Haji Gusti Ahmad Sofyan dan Ibu

Baiq Zaenab. Penulis merupakan an& kelima dari lima bersaudara.

Pada tahun 1996 penulis lulus dari SMEA Negeri 1

Mataram, tahun 2003 penulis berhasil menyelesaikan studi di program studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi Universitas Mataram. Disela-sela studi, penulis sudah aktif di organisasi ekstra kampus seperti anggota Lapmi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Mataram, dan intra kampus sebagai Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif Mahsiswa Universitas Mataram. Setamat dari Fakultas Ekonomi Universitas Mataram. Penulis bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat atau LSM yang konsen dalam bidang anti korupsi pada divisi penelitian dan investigasi. Aktivitas ini dijalani hingga tahun 2005, hingga akhimya penulis melanjutkan studi strata dua (S2) di Program Studi Ekonomi Surnberdaya Kelautan Tropis (ESK) Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa pascasarjana di IPB, penulis juga aktif sebagai

sekretaris Forum Mahasiwa Pascasarjana IPB (Forum Wacana - IPB). Selain itu,

penulis aktif menulis di buletin Lestari, yaitu buletin yang diterbitkan oleh Forum Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropis. Bebepa kegiatan ilmiah telah diselenggarakan, antara lain Seminar Nasional

Pengembangan Pariwisata Bahari Pulau-Pulau Kecil, Roundtable Discussion

(11)

DAFTAR IS1

Halaman

...

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN I

.

PENDAHULUAN

1

.

1 Latar Belakang

...

1

.

2 Rumusan Masalah

. .

...

1

.

3 Tujuan Penel~t~an

...

1

.

4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

...

1

.

5 Hipotesis

...

11

.

TINJAUAN PUSTAKA

2

.

1 Pengertial Konservasi Laut

...

2

.

2 Ekonomi Konservasi Laut

...

2

.

3 Kelembagaan Konservasi Laut

...

2

.

4 Ekosistem Terumbu Karang

...

2

.

5 Keanekaragaman Hayati

...

...

2 . 6 Permintaan dan Penawaran Wisata

...

2

.

7 Extended Cost-Benefit Analysis

2

.

8 Valuasi Ekonomi

...

2.9 Teknik Valuasi Ekonomi Pulau-pulau Kecil:

Ecosystetn Approach

...

111

.

KERANGKA PEMIKIRAN

...

IV

.

METODE PENELITIAN

4

.

1 Tempat dan Waktu Penelitian

. .

...

4

.

2 Metode Penel~t~an

...

...

4

.

3 Metode Pengumpulan Data

4.3. 1 Metode Penentuan Responden

...

A

.

Jumlah Sampel

B

.

Teknik Sampling

4.3. 2 Jenis Data

...

4

.

4 Metode h a l i s a Data

...

4.4. 1 T e h i k Valuasi

... .

.

...

4.4. 2 Extended Cost Benefit -4nabsis (ECBA)

...

...

4.4. 3 Cost Effectiveness Analysis

.

V GAMBARAN UMUM DESA GILI INDAH

...

5

.

1 Letak. Luas dan Batas Kawasan

...

(12)

...

5.3. 1 Sunbathing

5.3. 2 Snorkling dun Diving

...

5.3. 3 Glass Bottom Boat

...

5.3. 4 Kegiatan lainnya

...

5

.

4 Sarana Dan Prasarana Penunjang Wisata

...

5

.

5 Perhotelan di Gili Trawangan

...

5

.

6 Pemukiman Penduduk di Gili Trawangan

...

5

.

7 Keadaan Lingkungan di Gili Trawangan

...

5

.

8 Keadaan Sosial dan Ekonomi di Gili Trawangan

...

...

5.8. 1 Gambaran Umum

5.8. 2

.

Kependudukan

...

...

5.8. 3 Mata Pencaharian

...

5.8. 4 Pendidikan

VI

.

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI GILI INDAH

...

.

7 1 Garnbaran Umum 47

7

.

2 Rezim BKSDA NTB

...

48

...

7

.

3 Awig-awig Rezim Satgas Desa Gili Indah 52

...

7

.

4 Proses Pembuatan Zonasi 54

...

7

.

5 Pemuda Satgas Desa Gili Indah 55

...

7

.

6 Potensi Wisata Desa Gili Indah VII

.

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

.

1 Valuasi Manfaat

...

7.1 1

.

Manfaat Langsung Ekstraktif (Perikanan)

...

7.1 2

.

Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif (Wisata) .

.

...

...

.

7.1 3 Manfaat Pillhan 7

.

2 Valuasi Biaya

...

...

7.2.1. Rezim BKSDA 7.2.1. Biaya Investasi

...

7.2.2. Biaya Operasional

...

7.2.3. Biaya Transaksi

...

7.2.2. Rezim Satgas Gili Indah

...

7.2.1. Biaya Investasi

...

7.2.2. Biaya Operasional

...

7.2.3. Biaya Transaksi

...

7.2.4. Biaya Sosial

...

...

7.3. Analisis Efektivitas Biaya (CEA) 7.4. Analisis Extended Cost Benefit Analysis (ECBA)

...

...

7.5. Pembahasan VIII

.

SIMPULAN DAN SARAN 8 1

.

Simpulan

...

98

8 2

.

Saran

...

98

DAFTAR PUSTAKA

...

100
(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1

.

Menilai Dampak Terukur Dari Perikanan

...

di Kawasan Konservasi Laut di Beberapa Negara di Dunia

2

.

Total Econornic Value dari Pulau-pulau

Kecil Dalam Konteks Keanekaragaman Hayati

...

3

.

Teknik Penentuan Sampel

...

4

.

Sarana dan Prasarana Penunjang Wisata Di Sekitar

TWAL Gili Matra

...

5 . Jutnlah Penduduk Desa Gili Indah

...

6

.

Mata Pemcaharian Penduduk Desa Gili Indah

...

7

.

Jumlah Penduduk Desa Gili Indah

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

...

8 . Jenis Kegiatan Pemanfaatan di Kawasan Konservasi Desa

...

Gili Indah

...

9

.

Perbandingan Karakteristik Tiga Awig-awig (AA)

10

.

Nilai Manfaat Konservasi Terumbu Karang di

...

Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat

11

.

Koefisien Regresi Manfaat Langsung Sumberdaya Terumbu

Karang Desa Gili Indah

...

12

.

Data Kunjungan Wisata Ke Gili Indah Tahun 1998

Sampai Tahun 2006

...

13 . Koefisien Regresi Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif

Sumberdaya Terumbu Karang Desa Gili Indah

...

14

.

Koefisien Regresi Manfaat Pilihan Sumberdaya Terumbu

. .

Karang Desa Gill Indah

...

15 . Total Biaya Konservasi

...

16

.

Total Biaya Konservasi Rezim BKSDA

...

17 . Biaya Investasi rezim BKSDA

...

18

.

Biaya Operasional Konservasi Sutnberdaya Terumbu Karang

....

19

.

Biaya Transaksi Konservasi Tenunbu Karang Desa Gili Indah

..

20

.

Total Biaya Konservasi Rezim Satgas Gili Indah

...

(14)

22. Biaya Operasional Konservasi Surnberdaya Terumbu Karang

...

79

23. Biaya Transaksi Konservasi Sumberdaya Terumbu Karang

...

80

24. Biaya Sosial Konservasi Sunlberdaya T e m b u Karang Desa

...

82

25. Jenis Ikan dan Alat Tangkap Nelayan Desa Gili Indah

...

87

26. Analisa Kelayakan Program Konservasi (Tanpa Biaya Sosial)

...

94
(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

.

Penurunan Tingkat Kepuasan Akibat Penurunan

Pendapatan

...

...

2

.

Manfaat Program Kegiatan Ekonomi

3

.

Kerangka Nilai Ekonomi Keanekaragaman hayati

Berbaasis Ekosistem

...

. .

4

.

Kerangka Pem~klran

...

. .

5

.

Peta Lokasi Penellt~an

...

6

.

Peta Zonasi Kawasan Konservasi Desa Gili Indah

...

7

.

Total Benefit Program Konservasi Desa Gili

IndahTahun 2007

...

8

.

Kurva Permintaan Manfaat Langsung (Perikanan)

...

9

.

Kurva Permintaan Manfaat Langsung (Wisata)

...

10 . Total Biaya Konservasi Terumbu Karang Desa Gili Indah

...

...

1 1

.

Biaya Konservasi Terumbu Karang (Rezim BKSDA NTB)

12

.

Biaya Konservasi Terumbu Karang oleh Lembaga Adat

...

13

.

Perbandingan Cost Efectivness Analysis Satgas

...

Gili Indah dengan BKSDA

14

.

Perbandingan Biaya dengan Manfaat Konservasi

...

15 . Kurva Hubungan Antara Nilai Manfaat Langsung

Esktraktif Dengan Nilai Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif

....

16

.

Kurva Pareto Optimal Antara Nilai Manfaat Langsung

Ekstraktif dengan Nilai Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif

....

17

.

Perbandingan Manfaat Bersih Program Konservasi dengan

...

Biara Sosial dan Tanpa Biaya Sosial

18 . Pendapatan Nelayan Muroami Sebelum dan Sesudah Program

...

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

. .

...

.

1 Peta Lokasi Penelltian

2

.

Data Produksi dan Harga Ikan di Kawasan Konservasi

Terumbu Karang Desa Gili Indah

...

3

.

Koefisien Regresi Manfaat Langsung Ekstraktif

...

...

4

.

Data Tingkat Kunjungan dan Biaya Perjalanan Wisata

5

.

Manfaat Tidak Langsung Ekstraktif Program Konsewasi

...

...

6

.

Data WTP Masyarakat Untuk Kawasan Konservasi

...

7

.

Koefisien Regresi Manfaat Pilihan Program Kosnervasi

...

8

.

K w a Permintaan Manfaat Langsung Ekstraktif

...

9

.

Kuwa Permintaan Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif

10 . Jenis Species Ikan di Kawasan Koservasi Desa Gili Indah

. .

Konsewasi Desa Gill Indah

...

...

11 . Aktivitas Ekstraktif Masyarakat Desa Gili Indah

...

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia memiliki areal terumbu karang sekitar 75.000 km2 atau sekitar

12,5 persen dari luas terumbu karang di dunia. Akan tetapi secara m u m kondisi

temmbu karang di Indonesia saat ini berada pada kondisi rusak cukup parah,

terutama akibat kegiatan manusia (anthropogenic). Hal ini disebabkan karena

p e w b u h a n penduduk yang semakin tinggi yang diikuti dengan tuntutan

kebutuhan hidup yang semakin tinggi pula, sehingga masyarakat melakukan

ekploitasi dengan cara-cara yang destruktif y n a memenuhi kebutuhan hidupnya.

Suparmoko (2000) menyatakan bahwa hingga tahun 1997 hanya sekitar 40 persen

temmbu karang di Indonesia dalam kondisi baik.

Dari total luas kawasan terumbu karang di Indonesia tersebut, 448,763

hektar diantaranya terdapat di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Laut

(TWAL) Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Jika dirinci, sekitar 192,9621 ha terdapat di Gili Trawangan, 118,9508 di

Gili Meno dan 136,8505 ha di Gili Air. Kondisinya juga sama seperti kawasan

terumbu karang lainnya, hanya sekitar 16 persen dari total luas kawasan temmbu

karang yang berada dalam kondisi baik, (BKSDA NTB, 2004).

Seperti halnya program konservasi hutan, konservasi lahan, konservasi air,

atau konservasi atas sumberdaya alam lainnya, konservasi mempakan suatu upaya

untuk melindungi suatu sumberdaya dari kepunahan. Menurunnya nilai suatu

sumberdaya, baik secara ekonomi maupun secara teknis atas sumberdaya yang

ada didalamnya disebabkan karena eksploitasi yang berlebihan dan dilakukan

dengan cara destruktif. Konservasi dilakukan ketika sumberdaya tersebut sudah

mulai terdegradasi atau mengalami krisis akibat eksploitasi berlebihan. Begitu

juga dengan program konservasi yang dilakukan sampai saat sekarang ini di Desa

Gili Indah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 85IKpts-11/93 tanggal 16 Febmari 1993

benunjukan) Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 991Kpts-1112001 tanggal

(18)

kawasan konservasi laut. Apalagi kawasan ini bersifat open access, sehingga menyebabkan setiap orang bisa dengan bebas masuk untuk melakukan eksploitasi,

kapanpun dan dalam jumlah berapapun.

Kawasan yang dikenal dengan keindahan surnberdaya terumbu karang dan

keanekaragaman biota lautnya, saat ini kondisinya sangat memperihatinkan.

Terutama akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak,

potasium, dan pengambilan temmbu karang sebagai bahan baku produksi kaput.

Hanya sekitar 16 persen dari total luas kawasan terurnbu karang yang berada

dalam kondisi baik, (BKSDA NTB, 2004).

Seperti yang diketahui bahwa manfaat yang diperoleh dengan adanya

sumberdaya terumbu karang tidak hanya manfaat kegunaan (use value) yang bisa

dinikrnati secara langsung (direct use value) maupun tidak langsung (indirect use

value). Selain itu, ekosistem terurnbu karang juga menghasilkan rnanfaat bukan

kegunaan (non-use value) seperti manfaat eksistensi, manfaat warisan dan lain-

lain. Nilai manfaat ini akan berubah tergantung dari program konservasi yang

sekarang ini sedang dilakukan.

Selain manfaat yang dapat diperoleh dari program konservasi ini, ada juga

biaya yang harus ditanggung oleh pihak pengelola maupun masyarakat. Dalam

ekonomi konvensional, biaya yang diperhitungkan suatu kegiatan hanya biaya

langsung (direct project-cost), tetapi dalam ekonomi lingkungan, tidak hanya

biaya tersebut yang dikeluarkan, namun ada yang disebut dengan biaya tidak

langsung seperti biaya ekstemalitas.

Dengan demikian, analisa biaya-manfaat ini hams dilakukan untuk

mengetahui apakah program konservasi ini bermanfaat atau tidak bagi

kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi jika

analisa biaya-manfaat tidak segera dilakukan, pertama terjadi penurunan

kesejahteraan masyarakat akibat kebijakan program konservasi, kedua biaya

maupun manfaat dari program konsenasi tidak efisien, optimal dan

berkesinambungan, sehingga akan menjadi penyebab utama terjadinya

(19)

1.2. Perurnusan Masalah

Konservasi merupakan suatu program untuk mencegah tejadinya

kemsakan sumberdaya alam melalui eksploitasi yang berlebihan. Sebab tidak

semua sumberdaya alam ini bisa pulih dalam jangka waktu yang singkat. Dengan

demikian, kesejahteraan generasi mendatang akan sangat ditentukan oleh generasi

saat ini. Jika sumberdaya alam yang ada saat ini tidak dikelola dengan efisien dan

berkelanjutan, maka yang akan terjadi tidak hanya krisis sumberdaya alarn, tetapi

bencana alam yang bisa menambah kesengsaraan masyarakat.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan pennasalahan sebagai berikut:

1. Belum diketahui seberapa besar manfaat program konservasi terumbu karang

di Desa Gili Indah bagi masyarakat disekitamya

2. Belum diketahui berapa besar total biaya dari program konsewasi terumbu

karang yang dikeluarkan oleh BKSDA dan masyarakat adat di Desa Gili Indah

3. Belum diketahui apakah kegiatan konsewasi sumberdaya terumbu karang

yang selama ini dilakukan layak atau tidak secara ekonomi.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mengestimasi manfaat dan biaya program konservasi

ekosistem temmbu karang di Desa Gili Indah.

2. Untuk mengetahui kelayakan program konservasi ekosistem terumbu karang

di Desa Gili Indah.

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1. Sebagai pedoman dalam memanfaatkan barang dan jasa SDA dan lingkungan

secara bijaksana dan proporsional.

2. Sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan

sumberdaya alam secara efisien, optimal dan berkesinambungan.

3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi

pengelola kawasan konservasi di pulau-pulau kecil.

4. Sebagai bagian pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Ekonomi

(20)

5. Khusus bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk rnemperdalam

pernahaman penulis tentang teori ekonorni surnberdaya kelautan tropis.

1.5.Hipotesis

1. Manfaat program konservasi terumbu karang bagi masyarakat masih tinggi,

tetapi belurn bisa dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat disekitarnya

2. Biaya program konservasi sumberdaya terumbu karang dari BKSDA NTB

lebih besar dibanding total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat adat.

3. Program konsewasi sumberdaya terurnbu karang yang selama ini dilakukan di

(21)

11.

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1. Pengertian Konservasi

Konsewasi mempakan salah satu cara untuk tetap menjaga kelestarian dari

keberadaan suatu sumberdaya di suatu kawasan. Konsewasi bukan saja

dimaksudkan untuk menjaga agar sumberdaya hayati yang mutlak diperlukan

untuk kehidupan manusia tidak akan habis, tetapi juga bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pelestarian terhadap sumberdaya hayati ditujukan

untuk mempertahankan keberadaan plasma nutfah. Keberadaan plasma nutfah ini

sangat penting bagi perkembangan suatu sumberdaya hayati yang selanjutnya

~nenentukan tingkat kesejahteraan manusia.

Suparmoko (1989) mengatakan bahwa konsewasi adalah suatu tindakan

untuk mencegah pengerusakan sumberdaya alam dengan cara pengambilan yang

tidak berlebihan sehingga dalam jangka panjang sumberdaya alam tetap tersedia.

Konsewasi juga dapat diartikan sebagai upaya menjaga kelestarian terhadap alam

demi kelangsungan hidup manusia.

Gifford Pinchot dalam Supamoko (1989) mengartikan konsewasi sebagai

penggunaan sumberdaya alam untuk kebaikan secara optimal, dalam jumlah yang

terbanyak dan untuk jangka waktu yang paling lama. Lebih dari itu konsewasi

diartikan sebagai pengembangan dan proteksi terhadap sumberdaya alam.

Konsewasi mempunyai konotasi yang bemacam-macam, yaitu bagi para teknisi

dapat diartikan sebagai usaha mengurangi penggunaan sumberdaya alam secara

fisik misalnya mengurangi erosi tanah, mengurangi penebangan hutan, menunda

penggalian minyak bumi dan sebagainya. Sedangkan sebagian orang merasakan

sebagai persoalan moral yang menuntutnya untuk melindungi suatu jenis

surnberdaya tertentu misalnya tidak mengambil air tanah di daerah tertentu.

Lebih lanjut Suparmoko (1989) mengatakan, konsewasi dimaksudkan

sebagai penggunaan sumberdaya yang bijaksana sepanjang waktu, ha1 ini

berbeda-beda bagi masing-masing tipe sumberdaya. Untuk sumberdaya yang tak

dapat diperbahami, konsewasi dimaksudkan agar dapat mengembangkan

(22)

yang lebih lama, misalnya untuk mengurangi tingkat konsumsi, atau

menggunakan teknologi baru yang menghemat penggunaan sumberdaya alam

seperti beralihnya penggunaan dari minyak ke energi surya.

Bagi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources),

konsewasi dimaksudkan untuk mengurangi pemborosan baik yang bersifat

ekonomi maupun sosial, dan sekaligus memaksimurnkan penggunaan secara

ekonomis. Untuk sumberdaya biologis, penggunaan yang bijaksana dimaksudkan

sebagai penggunaan yang menghasilkan penerimaan bersih yang maksimum, dan

sekaligus dapat memperbaiki kapasitas produksinya.

Profesor Wantrup dalam Suparmoko (1989) menyatakan bahwa konservasi

persediaan sumberdaya alam dalam arti memelihara persediaan secara permanen,

tanpa pengurangan dan pemsakan, jelas tidak banyak gunanya. Apabila

konservasi diartikan demikian, tingkat penggunaan sama dengan no1 dan

koservasi itu sebenarnya tidaklah berarti tidak ada penyrangan atau peniadaan

penggunaan karena lebih mengutamakan bentuk penggunaan lain dalam ha1

sumberdaya alam itu memiliki penggunaan yang bermacam-macam (multiple use

resource).

Menurut Kusumstanto (2000), program konservasi ekosistem tenunbu

karang yang terlalu menitikberatkan pada aspek perlindungan sulit untuk dapat

mengakomodasikan kepentingan masyarakat setempat yang menggantungkan

hidupnya pada sumberdaya tersebut. Pembuatan kawasan ekosistem tenunbu

menjadi kawasan konsewasi tanpa melibatkan masyarakat lokal akan sulit

bertahan karena akan memerlukan biaya pengawasan dan penegakan hukum yang

tinggi. Bila masyarakat tumt serta dalam penyusunan kawasan konsewasi tersebut

dan juga memperoleh manfaat ekonomi darinya, maka kawasan tersebut

mempunyai peluang jauh lebih besar untuk berkembang.

Lebih lanjut Kusumastanto (2000) menyatakan bahwa dalam rangka

pelaksanaan program tersebut terdapat beberapa ha1 yang hams diperhatikan :

(1) Identifikasi mata pencaharian, baik mata pencaharian yang selama ini

dilakukan oleh masyarakat lokal, maupun mata pencaharian alternatif

(23)

(2) Identifikasi sumberdaya alam yang ada di lokasi yang dijadikan kawasan

konservasi

(3) Mencari dukungan dari masyarakat setempat karena merupakan suatu

kesadaran atau keinginan dari rnasyarakat sendiri.

(4) Kapasitas dan kapabilitas masyarakat sehingga bantuan teknis yang

dibutuhkan dapat diidentifikasi dan disediakan

Mata pencaharian altematif yang akan dikembangkan mempunyai tingkat

realitas atau kelayakan dari segi pasar, input produksi, teknologi, manajemen dan

modal.

2.2. Ekonomi Konsewasi Laut

Dari beberapa h a i l studi terakhir menunjukkan bahwa kawasan

konservasi laut telah menunjukkan manfaat yang berarti bempa peningkatan

biomasa ikan: Hasil studi Halpem (2003) dalam Fauzi (2005), misalnya,

menunjukkan bahwa secara rata-rata, kawasan konservasi telah meningkatkan

kelimpahan (abundance) sebesar dua kali lipat, sementara biomasa ikan dan

keanekaragaman hayati meningkat tiga kali lipat. Program konservasi sejenis telah

banyak dilakukan di daerah-daerah di belahan dunia seperti di Amerika, Prancis,

Filipina, Afrika Selatan, Belanda dan negara-negara lainnya. Kegiatan ini cukup

berhasil dilihat dari pertumbuhan biota yang ada di dalamnya,

Menurut Li (2000) dalam Fauzi (2005) merinci manfaat kawasan

konservasi laut sebagai berikut. Manfaat biogeografi, keanekaragaman hayati,

perlindungan terhadap spesies endemic dan spesies langka, perlindungan terhadap

spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan, pengurangan mortalitas akibat

penangkapan. peningkatan produksi pada wilayah yang berdekatan. perlindungan

pemijahan, manfaat penelitian, ekoturisme, pembatasan hasil samping ikan-ikan

juvenil (junenile by catch), dan peningkatan prodkctifitas peraim @roducrivity

enchacemeny.

Hasil studi White dan Cruz-Trinidad (1998) dalam Fauzi (2005) mengenai

kawasan konservasi laut di Apo Island menunjukkan bahwa manfaat bersih (net

benefir) yang bisa diperoleh dari MPA Apo Island hampir mencapai USS400 ribu.

(24)

jasa bagi kepentingan wisata dan perikanan. Nilai ekonomi tentu saja lebih berarti

dibandingkan manfaat ekonomi sesaat dari penangkapan ikan, baik konvensional

maupun dengan teknik destruktif seperti born dan sianida

Fauzi (2005) mengatakan, selain manfaat biologi dan ekonomi, kawasan

koservasi juga memberikan manfaat sosial yang tidak bisa diabaikan. Beberapa

hasil studi menunjukkan bahwa penetapan suatu kawasan menjadi kawasan

konservasi dapat meningkatkan kepedulian (awarness) masyarakat sekitar

terhadap masalal~ lingkungan. MPA atau kawasan konservasi juga dapat dijadikan

ajang meningkatkan pendidikan lingkungan untuk masyarakat sekitar. Di Apo

Island, Filipina, penerimaan yang diperoleh dari MPA malah dapat dijadikan

beasiswa untuk menempuh pendidikan formal tingkat lanjut bagi penduduk

sekitar. Interaksi dengan wisatawan dari berbagai negara juga telah membantu

membuka cakrawala berpikir bagi penduduk sekitar. Interaksi ini berfungsi juga

sebagai ajang transfer teknologi dan informasi dari dunia luar ke penduduk

sekitar.

Dalam sebuah konsensus yang ditandatangani oleh 150 ahli kelautan

dinyatakan bahwa sekarang ini terdapat bukti-bukti ilmiah yang sangat kuat

bahwa kawasan konservasi laut melestarikan keanekaragaman hayati dan

perikanan, serta mampu menambah kembali isi laut. Sebagai contoh, sebagian

besar nelayan di St Lucia, Karibia, mereka sangat menghormati kawasan

konservasi laut karena mereka percaya, pada saatnya ha1 tersebut akan

menguntungkan mereka. Begitu juga dengan masyarakat nelayan di Filipina, satu-

satunya harapan untuk mengembalikan terumbu karang yang telah mengalami

(25)
[image:25.532.81.499.64.555.2]

Tabel 1. Untuk Menilai Dampak Terukur Dan Perikanan di Kawasan Konsewasi Laut di Beberapa Negara di Dunia

Nama Jangka daerah waktu

-.

llpe

perlindung perlind habitat Dampak yang dilaporkan an dan ungan

lokasinya (tahun)

Jumlah total penangkapan spesies tidak berbeda antara di dalam kawasan perlindungan dengan di luar kaw&an, Kepulauan meskipun demikian jenis kamivora besar yang umum Mayotte, Terumbu ditemukan lebih beragam dan lebih berlimpah di dalam Samudra karang kawasan perlindungan. Nilai tengah (mean) biomassa Hindia dari spesies komersial di dalam kawasan sebesar 202 g/m2 sementara di luar kawasan sebesar 79 g/m2 (Babcock, 1999).

Setelah adanya pelarangan pola perikanan tangkap Looe Key,

Florida, 2 Terumbu dengan tombak, 15 jenis ikan target densitasnya

USA karang meningkat, kakap densitasnya meningkat sebanyak 93 persen dan grunts 43 persen (Clark et al, 1989). Meskipun pada kenyataannya ada beberapa keluarga yang masih memegang hak penangkapan dan perburuan masih banyak dimiliki, keragaman target spesies dan Sainte total biomassa ikan lebih tinggi di dalam kawasan

Terumbu

Ann, I ' karang perlindungan dibandingkan di daerah yang banyak Seychelles dilakukan kegiatan penangkapan. Biomasssa pemangsa tidak meningkat sejalan dengan hilangnya predator karena panangkapan ( J e ~ i n g s et al, 1995: Jenning et al, 1oo2\

.,,-,

Kepulauan Kerapu, Injil, dan kakap tebih berlimpah dan beragam di Cousin, Terumbu dalam kawasan perlindungan dibandingkan dengan di Seychelles 15+ karang daerah penangkapan (Jemings, 1998).

Taman Kakap, Iniil, dan Kerapu lebih berlimpah di dalam Nasional

-

Terumbu

ama an

~ G i o n a l dan Gmpaknya sampai tercecer ke

5

laut Kisite, karang daerah penangkapan. perindungan tihak berdampak Kenya pada keragaman spesies (Watson et al. 1996).

Ikan berukuran besar dan mudah diperangkap, jumlah Perlindung

Terumbu dua kali lipat lebih berlimpah di daerah perlindungan dan an Laut

l 1 karang 18 dari 22 spesies ukurannya menjadi lebih besar Barbados

a

Sumber: Pet Jos dun Mous J: Peter (Agustus, 2002)

2.3. Kelembagaan Konsewasi Laut

Kelembagaan mencakup dua sisi pembatas penting, yaitu konvensi dan

aturan main. Kelembagaan adalah suatu aturan yang dikenal dan diikuti secara

baik oleh anggota masyarakat, yang memberi naungan dan hambatan bagi

individu atau mayarakat. Kelembagaan kadang ditulis secara formal dan

ditegakkan oleh aparat pemerintah, tetapi kelembagaan juga dapat tidak ditulis

(26)

Kelembagaan itu umurnnya dapat diprediksi dan cukup stabil, serta dapat

diaplikasikan pada situasi berulang.

Definisi kelembagaan adalah kerangka acuan atau hak-hak yang dimiliki

individu-individu untuk berperan dalam pranata kehidupan, tetapi juga berarti

perilaku dari pranata tersebut. Setiap perilaku ekonomi juga sering disebut

kelembagaan. Ruang lingkup kelembagaan juga dapat dibatasi pada hal-ha1

berikut ini: (1) Kelembagaan adalah kreasi manusia, (2) Kelompok individu, (3)

Mempunyai dimensi waktu, (4) Mempunyai dimensi tempat, (5) Mempunyai

aturan main dan norna, ( 6 ) Sistem pemantauan dan penegakan aturan, (7) Hirarki

dan jaringan, dan (8) Konsekuensi kelembagaan.

Ekonomi kelembagaan menjadi sangat penting karena berasal dari adanya

kepedulian tentang penelusuran bagaimana suatu ekonomi disusun, dijalankan,

dan digerakkan, serta bagaimana struktw dalam sistetn ekonomi bentbah karena

respon terhadap kegiatan kolektif. Ekonomi kelembagaan melihat individu atau

seseorang sebagai anggota dari perusahaan, anggota dari suatu keluarga, atau

anggota dari suatu organisasi tertentu. Kelembagaan ekonomi yang dapat dipilih

oleh masyarakat adat harus disesuaikan aturan main dan nortna, sistem

pemantauan dan penegakan aturan, hirarki dan jaringan, dan konsekuensi

kelembagaan pada masing-masing daerah.

Pertnasalahan dalam setiap sistem ekonomi adalah adanya kelangkaan

sumberdaya dan keinginan manusia yang tidak terbatas, sehingga timbullah apa

yang dinamakan pilihan dan persaingan, serta beranggapan bahwa kelembagaan

merupakan suatu kondisi penghambat dalam proses pengambilan keputusan.

Tentu saja ini pandangan yang perlu dilumskan. Gejala yang tejadi pada aktor-

aktor ekonomi (swasta dan pemerintah) dan relasinya di masyarakat adat temyata

mengarah kepada paham ekonomi tersebut sehingga perlu pengkajian ulang

kelembagaan ekonomi di dalam masyarakat adat. Ekonomi kelembagaan

berangkat dari kenyataan bahwa kelembagaan adalah alat atau instnunen untuk

menelusuri dan menjawab pernasalahan-pernasalahan ekonomi, sehingga dari

sana memang berkembang konsep kekuasaan, hirarki, kebiasaan, dan konsensus

(27)

Ciriacy-Wantmp dan Bishop (1975) dalam Nikijuluw (2002) mengatakan

bahwa institusi properti bersama (common property) telah memainkan peranan

penting dalam pengelolaan sumberdaya alam, baik di negara berkembang maupun

negara maju, sejak zaman prasejarah hingga saat ini. Institusi ini juga pada

awalnya kwang atau tidak diperhatikan dan diperhitungkan ahli ekonomi. Akan

tetapi, pada zaman sekarang, property bersama ini telah mendapat banyak

perhatian ahli, terutama setelah Garret Hardin dengan agak dramatis

menggambarkan akibat-akibat atau dampak pemanfaatan sumberdaya ini dalam

tulisannya Tragedy of the Coomons (Nardin, 1968). Oleh karena itu, istilah

comtnon Property Resources sering digunakan silih berganti di dalam Tragedy oJ the Common.

Berkaitan dengan konservasi yang dilakukan di Indonesia, secara umum

pengelolaan kawasan konservasi masih berbasis pada pemerintah pusat

(govermenl based management). Pada rezim ini, pemerintah bertindak sebagai pelaksana mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Sedangkan

kelompok-kelompok masyarakat pengguna (user groups) hanya menerima

informasi tentang produk-produk kebijakan dari pemerintah.

Dalam pelaksanaannya pengelolaan berbasis pemerintah pusat ini

memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (I) atwan-aturan yang dibuat kwang

terinternalisasi dalam masyarakat sehingga sulit ditegakkan; (2) biaya transaksi

yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan dan pengawasan sangat besar sehingga

menyebabkan lemahnya penegakan hukurn.

Awig-awig mempakan pranata atau aturan lokal yang dibuat, dilaksanakan

dan ditaati bersama, dilakukan oleh masyarakat setempat secara bersama, untuk

mengatw hubungan antara masparakat dengan masyarakat, masyarakat dengan

alam dan masyarakat dengan pencipta.

2.4. Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang yang mempakan habitat berbagai jenis biota laut di Asia

Pasifik telah dapat dikategorikan sebagai kawasan yang telah rusak dan diataranya

telah mencapai kondisi kritis (UNEP, 1991) dalam Suharsono (1993). Status

(28)

sangat sehat, 24,23 persen sehat, 29,22 persen msak, dan 40,14 persen rusak berat

(kritis). Kondisi ini akan tems bembah karena terumbu karang bukan merupakan

suatu sistem statis yang sederhana. Mereka merupakan suatu sistem kehidupan

yang ukurannya dapat bertambah atau berkurang sebagai akibat adanya interaksi

yang kompleks antara berbagai kekuatan biologis dan fisik (Nybakken, 1992).

Menurut Soeharsono (1993), kemsakan terumbu karang di kawasan ini

lebih banyak disebabkan karena faktor antropogenik (tingkah laku manusia), yang

paling menonjol adalah karena tertimpa jangkar-jangkar perahu yang berlabuh.

Selain itu, ada juga karang mati yang disebabkan oleh algae biru hijau dan

sponge. Hal ini karena pananganan limbah atau sistem drainase yang belum

terencana dengan baik. Dengan demikian, kondisi terumbu karang yang rusak

akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan stok ikan karang di kawasan ini.

Terumbu karang merupakan ekosistern laut tropis yang terdapat di perairan

dangkal yang jemih, hangat (lebih dari 22" C), memiliki kadar CaC03 (Kalsium

Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang

keras. Kalsium karbonat ini dihasilkan oleh organisme karang ( f i l m Scnedaria,

klas Anthozoa, Ordo Madreporaria Csleractinia), Alga berkapur, dan organisme

lain yang mengeluarkan CaC03 (Gulcher, 1998) dalam Kusmurtiyah (2004).

Lebih lanjut Kusmurtiyah (2004) mengatakan, terumbu karang mempakan

rumah bagi ribuan hewan dan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Berbagai jenis hewan laut mencari makan dan berlindung di ekosistem tersebut.

Pada kondisi yang sangat maksimal, terumbu karang menyediakan ikan-ikan dan

rnolusca hingga mencapai jumlah sekitar 10-30 ton/kmZ per tahunnya. Ekosistem

ini mempakan sumber plasma nuftah bagi makhluk hidup, baik di masa sekarang

maupun di masa yang akan datang.

Di dunia ini terdapat dua kelompok h a n g yaitu karang hermatifik dan

karang ahermatifik. Perbedaaannya terletak pada kemampuan karang hermatifik

dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan ini disebabkan adanya sel-sel

tumbuhan yang bersimbiosis dalam jaringan karang hermatifik. Sel tumbuhan itu

dinamakan zooxanthellae. Karang hermatifik hanya ditemukan di daerah tropis,

sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia (Guilcher, 1988) dalam

(29)

Komunitas tenunbu karang di Indonesia tercatat seluas lebih dari 20.000

k

d

yang meliputi karang hidup, karang mati, lamun, dan pasir (COREMAP,

2001) dalam Kusmurtiyah (2004). Mengetahui kekayaan sumber daya ini, maka

pedu suatu bentuk pengelolaan yang benar-benar cocok melalui pemahaman

karateristik dan kondisi lingkungannya.

2.5. Nilai Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati memiliki beragani nilai atau arti bagi kehidupan.

la tidak hanya bermakna sebagai modal untuk menghasilkan produk dan jasa saja

(aspek ekonomi) karena keanekargaman hayati juga mencakup aspek sosial,

lingkungan, aspek sistem pengetahuan, dan etika serta kaitan di antara berbagai

aspek ini. Berdasarkan uraian tersebut, berikut ini setidaknya ada 6 nilai

keanekaragaman hayati yang bisa diuraikan:

a) Nilai Eksistensi

Nilai eksistensi merupakan nilai yang dimiliki oleh keanekaragaman

hayati karena keberadaannya (Elrenfeld, 1991) dalam Andalita (2006). Nilai ini

tidak berkaitan deugan potensi suatu organisme tertentu, tetapi berkaitan dengan

beberapa faktor berikut:

-

Faktor hak hidupnya sebagai salah satu bagian dari alam;

- Faktor yang dikaitkan dengan etika, misalnya nilainya dari segi etika agama.

Berbagai agama dunia menganjurkan manusia untuk memelihara alam ciptaan

Tuhan; dan

- Faktor estetika bagi manusia. Misalnya, banyak kalangan, baik pecinta alam

maupun wisatawan, bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk mengunjungi

taman-taman nasional guna melihat satwa di habitat aslinya, meskipun mereka

tidak mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut.

b) Xilai Jasa Lingkungan

Nilai jasa lingkungan yang dimiliki oleh keanekaragaman hayati ialah

dalam bentuk jasa ekologis bagi lingkungan dan kelangsungan hidup manusia.

Sebagai contoh jasa ekologis, misalnya, hutan, salah satu bentuk dari ekosistem

(30)

a. Pelindung keseimbangan siklus hidrologi dan tata air sehingga menghindarkan

manusia dari bahaya banjir maupun kekeringan;

b. Menjaga kesuburan tanah melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan;

c. Pencegah erosi dan pengendali iklim mikro.

Keanekaragaman hayati bisa memberikan manfaat jasa nilai lingkungan

jika keanekaragaman hayati dipandang sebagai satu kesatuan, dimana ada saling

ketergantungan antara komponen didalmya.

c) Nilai Warisan

Nilai warisan adalah nilai yang berkaitan dengan keinginan untuk menjaga

kelestarian keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan oleh generasi

mendatang. Nilai ini acap terkait dengan nilai sosio-kultural dan juga nilai pilihan.

Spesies atau kawasan tertentu sengaja dipertahankan dan diwariskan turun

temurun untuk menjaga identitas budaya dan spiritual kelompok etnis tertentu,

atau sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan mereka di masa datang.

d) Nilai Pilihan

Keanekaragaman hayati menyimpan nilai manfaat yang sekarang belum

disadari atau belum dapat dimanfaatkan oleh manusia. Namun seiring dengan

perubahan permintaan, pola konsumsi dan asupan teknologi, nilai ini menjadi

penting di masa depan. Potensi keanekaragaman hayati dalam memberikan

keuntungan bagi masyarakat di masa datang ini merupakan nilai pilihan (Primack

dkk., 1998) dalam Andalita (2006).

e) Nilai Konsumtif

Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati

disebut nilai konsumtif dari keanekaragaman hayati. Sebagai contoh dari nilai

komsumtif ini ialah pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan maupun papan.

Nilai pilihan, yang juga dapat diartikan sebagai tabungan, memungkinkan

manusia untuk mengembangkan pilihannya dalam upaya beradaptasi menghadapi

perubahan lingkungan fisik maupun sosial.

f ) Nilai Produktif

Nilai produktif adalah nilai pasar yang didapat dari perdagangan

(31)

dan pengetahuan mengenai nil& pasar ditingkat lokal dan global berbeda. Pada

umumnya, nilai keanekaragaman hayati lokal belum terdokumentasikan dengan

baik sehingga sering tidak terwakili dalam perdebatan maupun penunusan

kebijakan mengenai keanekaragaman hayati di tingkat global (Vermeulen dan

Koziell, 2002) dalam Andalita (2006).

2.6. Permintaan dan Penawaran Wisata

Douglass (1982) mendefinisikan permintaan rekreasi sebagai jumlah

kesempatan rekreasi yang diinginkan masyarakat. Permintaan rekreasi terdiri dari

pemanfaatan aktual dari fasilitas yang tersedia dan permintaan yang tersembunyi

karena tidak terlihat karena fasilitas yang tidak memadai. Di samping dua tipe

permintaan tersebut, Gold (1980) menyebutkan adanya tipe pern~intaan yang tidak

disebutkan Douglass terakhir, yakni permintaan yang timbul akibat adanya

perubahan, misalnya karena adanya promosi. Tipe ini disebut permintaan

terdorong.

Ciri-ciri permintaan pariwisata adalah, (Yoeti, 1990):

1) Terkonsentrasi menurut musim dan daerah tujuan tertentu;

2) Elastisitasnya tinggi; dan

3) Berubah-ubah sesuai dengan motivasi masing-maasing individu.

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata. Faktor yang

utama adalah jumlah penduduk, waktu luang, pendapatan per kapita dan

transportasi. Clawson dan Knetsch (1966) dan Gold (1980) mengemukakan

bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan rekreasi harian, mingguan,

musiman, bahkan tahunan adalah:

1) Faktor yang berhubungan dengan pengguna potensial adalah jumlah

penduduk sekitar, kepadatan penduduk, karakteristik kependudukan,

pendapatan, waktu luang, tingkat pengalaman berekreasi, tingkat kesadaran

keprluan rekreasi dan tingkat pengalaman berekreasi, tingkat kesadaran dari

perilaku yang dilarang.

2) Faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi adalah daya tarik obyek rekreasi, intensitas pengolahan tempat rekreasi, alternatif tapak yang tersedia,

daya dukung dan kemampuan desain tempat rekreasi, iklim rnikro,

(32)

3) Faktor yang berhubungan dengan pengguna potensial dan tempat rekreasi adalah waktu pejalanan dan jarak, kenyamanan pejalanan, biaya, informasi,

status areal rekreasi dan pengaturan pengawasan yang dilakukan.

Penawaran pariwisata adalah meliputi seluruh daerah tujuan wisata yang

ditawarkan kepada wisatawan. Penawaran ini terdiri dari unsur-unsur daya tarik

alam, barang dan jasa hasil ciptaan manusia yang dapat mendorong orang untuk

benvisata. Hal ini sesuai dengan pendapat Gold (1980) yang menyatakan bahwa

sediaan rekreasi adalah jumlah dan kualitas dari sumberdaya rekreasi yang

tersedia untuk penggunaan pada waktu tertentu.

Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan

mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan

pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan.

Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara

terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan

mengoptimalkan antara kepentingan untuk memelihara lingkungan, keterlibatan

masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Seringkali keterpaduan juga diartikan

sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di wilayah pesisir dan lautan

yang meliputi: pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan

kegiatan konstruksi (Sorensen dan McCreary, 1990).

Secara m u m , tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir lautan

di Indonesia antara lain adalah:

1) Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan k e j a dan

kesempatan usaha.

2) Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan

pemanfaatan secara optimal dan lestari sumberdaya di wilayah pesisir dan

lautan.

3) Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengambangan di wilayah pesisir

dan lautan. (Dahuri, dkk, 1996)

2.7. Extended Cots Benefit Analysis

Dalam kasus barang dan jasa lingkungan yang tidak diperdagangkan di

pasar, biaya sosial adalah biaya kesempatan (oportunityl dari manfaat yang

(33)

bangunan menyebabkan nilai keindahan dan nilai wisata terumbu karang tersebut

menjadi berkurang. Dalam analisa manfaat sosial, ha1 ini tidak simetris antara

biaya dan manfaat. Manfaat yang hilang menjadi biaya dan biaya yang hindari ini

merupakan manfaat. Teknik valuasi yang bisa digunakan untuk memperkirakan

kurva permintaan untuk barang dan jasa lingkunagn yang tidak terdapat di pasar,

ditentukan dengan kesediaan masyarakat untuk membayar (WTP). Selanjutnya,

jumlah manfaat lingkungan yang dianggap nyata melalui metode valuasi hari ini

dan akan dimasukkan ke dalam metode Extended Cost Benefit Analysis (ECBA),

(Fahrudin, 2003).

Analisa biaya manfaat adalah suatu sistem evaluasi dari manfaat dan biaya

ekonomi dari suatu alternatif investasi. Misalnya proyek utama dibandingkan

dengan satu atau beberapa alternatif laimya. Intinya adalah bagaimana menjawab

pertanyaan: manfaat apa yang bisa diperoleh jika alternatif ini dilaksanakan, dan

biaya apa saja yang dibutuhkan untuk proyek itu?

Dalanl analisa biaya manfaat tidak hanya mengukw kelayakan dari aspek

komersial saja, tetapi juga mengukur kelayakan dari aspek kelayakan sosial.

Dalan ekonomi konvensional, alanisa biaya manfaat hanya memperhitungkan

input dan output yang nilainya ada di pasar. Tapi dalam ha1 ini, analisa biaya

manfaat memasukkan nilai input dan output yang tidak ada di pasar. Intinya

adalah mengukur, memasukkan dan membandiigkan semua biaya clan manfaat

dari proyek publik atau program yang berkaitan dengan studi, Field (2002).

Melakukan valuasi ekonomi terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari

sumberdaya alam adalah memperhitungkan manfaat yang diperoleh dari

sumberdaya alam dan biaya yang timbulkan jika sumberdaya d a m tersebut msak

atau biaya-biaya lainnya untuk memperoleh manfaat sumberdaya dam tersebut.

Namun demikian, karena banyaknya manfaat yang tidak terukur dari jasa yang

dihasilkan dari sumberdaya dam, pendekatan analisis biaya dan manfaat tidak

dapat diterapkan untuk melakukan valuasi ekonomi. Hal ini mengingat bahwa

penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (Cost-Benefit Analysis atau CBA)

yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan pengukwan yang

komprehensif termasuk pengukuran nilai yang tidak terlihat (intengible), (DKP,

(34)

manfaat ekologis yang temyata sangat berarti didalam analisisnya, (Fauzi dan

Anna, 2003, dalam DKP 2003).

Lebih lanjut Fauzi dan Anna (2003) mengatakan, pada tingkat makro nilai

manfaat dan kerusakan yang timbul dari suatu proyek dapat dinyatakan dalam

persentase tertentu dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga dapat

digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya proyek tersebut dari segi

ekonomi makro secara keseluruhan. Sedangkan pada tingkat perhitungan biaya

dan manfaat suatu proyek sangat menentukan layak atau tidaknya suatu proyek

bagi pelaksana ekonomi @emrakarsa) sebagai investor individual.

Semua aktivitas yang dilakukan manusia sudah pasti menibulkan biaya,

masalahnya terkadang kita menentukan biaya yang terlalu tinggi atau malah

terlalu rendah. Sangat sulit untuk menentukan biaya secara akurat, akibatnya

dalanl menentukan biaya manfaat juga akan lebih atau malah kurang dari biaya

yang sebenamya. Ada dua cara mengukur biaya sosial yang muncul akibat

kerusakan yaitu opportuniQ cost (biaya kesempatan yang ldang) yang digunakan

dalam sumberdaya alam, dan biaya perubahan harga, (Fauzi dan Anna, 2003

dalam DKP, 2003).

2.8. Valuasi Ekonomi

Pemikiran mengenai valuasi ekonomi sebenarnya bukanlah ha1 yang baru.

Konsep ini sebenamya sudah dimdai sejak tahun 1902 ketika Amerika

melahickan undang-undang River and Harbor Act of 1902 yang mewajibkan para

ahli untuk melaporkan tentang keseluruhan manfaat dan biaya yang ditimbulkan

oleh proyek-proyek yang dilakukan di sungai dan pelabuhan. Konsep ini

kemudian lebih berkembang setelah perang dunia kedua dimana konsep manfaat

dan biaya lebih diperluas ke pengukuran yang sekunder atau tidak langsung dan

yang tidak nampak linrangiblej.

Menurut Karl Max dalam Suparmoko (2006), selama sumberdaya alam

itu belurn dicampuri oleh tenaga manusia, maka sumberdaya d a m itu tidak

mempunyai nilai. Sebaliknya, menurut ahli ekonomi Masik, segala sesuatu yang

dapat dipejualbelikan, maka sumberdaya alam itu tidak mempunyai nilai,

(35)

commnodi@). Atas dasar pemikiran tersebut, akibatnya terjadi kecendemgm pembangilan berlebihan dan memboroskan sumberdaya dam.

Aliran moderen dalam bidang sumberdaya alam dan lingkungan

menganggap bahwa sumberdaya dam

dan

lingkungan memiliki nilai walaupun

belum ada campu tangan manusia didalamnya. Dan tidak dapat diperdagangkan,

karena sumberdaya alam dan lingkungan itu memiliki option value, bequest value

dan existence value. Jadi tinggi rendahnya nilai sumberdaya dam dan lingkungan

tergantung pada kegunaannya dan keberadaannya dalam memenuhi kebutuhan

manusia, disamping tergantung pula pada jumlah dan kemudahan dalam

memperolehnya.

Secara unmn nilai ekonomi dari suatu sumberdaya alanl didefinisikan

sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan

jasa untuk memperoleh barang dan jasa laimya. Secara fom~al konsep ini disebut

sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan

jasa yang dihasilkann oleh sumberdaya dam dan lingkungan. Dengan

menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistem bisa di "terjemahkan"

ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang dan jasa,

(DKP, 2003).

Nilai (Value) merupakan persepsi seseorang adalah harga yang diberikan

oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan,

kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan

berkonotasi nilai atau harga. Ukuan harga ditentukan oleh waktu, barang atau

uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang

atau jasa yang diinginkannya. Penilaiann (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan

dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan

jasa (Davis dan Johnson, 1987) dalam Djiono (2002).

Menurut Kusuntastanto (2000), Valuasi ekonomi adalah nilai-nilai

ekonomi yang terkandung dalam suatu sumberdaya dam, baik nilai guna maupun

nilai fungsional yang hams di~erhitungkan dalam menjusun kebijakan

pengelolaannya. Sehingga alokasi dan alternative penggunaannya dapat

ditentukan secara benar dan mengenai sasaran. Lebih lanjut Kusumastanto (2000)

(36)

good, terbuka, dan tidak mengikuti

hukum

kepemilikan, dan tidak ada mekanisme pasar dimana harga dapat berperan sebagai instrumen penyeimbang antara

permintaan dan penawaran. Selain itu, manusia dipandang sebagai

homoeconomicus akan cenderung memaksimalkan manfaat total.

Freeman 111 (2003) dalam Adrianto (2006) menyebutkan bahwa pengertian

"value" dapat dikategorikan ke dalam dua pengertian besar yaitu nilai interinsik

(intrinsic valzre) atau sering juga disebut sebagai kantian value dan nilai

instrumental (instrzmzental value). Secara garis besar, suatu komoditas memiliki

nilai intrinsik apabila komoditas tersebut bernilai di dalam dan untuk komoditas

itu sendiri. Artinya, nilainya tidak diperoleh dari pemanfaatan dari komoditas

tersebut, tetapi bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan

komoditas lain. Komoditas yang sering disebut memiliki intrinsic value adalah

komoditas yang terkait dengan alam (the nature) dan lingkungan (the

environments). Sedangkan instrutnenta~ value dari sebuah kornoditas adalah nilai yang muncul akibat pemanfaatan komoditas tersebut untuk kepentingan tertentu.

Menurut Iiufscmidt, el al., (1992), secara garis besar metode penilaian

manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumberdaya dam dan lingkungan pada

dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan

pendekatan berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey atau

penilaian hipotesis yang disajikan berikut ini:

1. Pendekatan Oritentasi Pasar

a. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual

based marker me fhod~):

I. Perubahan nilai hasil produksi (change in Productivity)

ii. Metode kehilangan penghasilan floss of earning methods)

b. Penilaian biaya dengan mengmakan harga pasar a k d terhadap masukan

berupa perlindungan lingkungan:

i. Pengeluaran pencegahan (overfed defensifexpenditure methods)

. .

11. Biaya penggantian (replacemenl cost methods)

iii. Proyek bayangan (shadoproject methods)

iv. Analisis keefektifan biaya.

(37)

i. Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

ii. Pendekatan nilai kepilikan

iii. Pendekatan lain terhadap nilai tanah

iv. Biaya perjalanan (travel cost)

v. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods)

vi. Penenmaan kompensasilpampasan

2. Pendekatan Orientasi Survey

a. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (Willingness To Pay)

b. Pertanyaanlangsung terhadap kemauan dibayar (N'illingness To Accept).

Adrianto (2006) nlengatakan bahwa pada dasarnya valuation merujuk

pada kontribusi sebuah komoditas untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang

pemain sepakbola dinilai tinggi apabila kontribusi pemain tersebut tinggi pula

untuk kemenangan tim-nya. Sedangkan dalam konteks ekologi, sebuah gen

dianggap bernilai tinggi apabila mampu berkontribusi terhadap tingkat survival

dari individu yang memiliki gen tersebut. Singkat kata, nilai sebuah komoditas

tergantung dari tujuan spesifik dari nilai itu sendiri. Dalam pandangan neoklasik,

nilai sebuah komoditas terkait dengan tujuan maksimisasi utilitaskesejahteraan

individu. Dengan demikian apabila ada tujuan lain, maka ada nilai yang lain pula.

Dalam pandangan ecological economics, tujuan valuation tidak semata

terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait dengan

tujuan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi (Constanza and Flke, 1997).

Bishop (1997) dalam Adrianto (2006) juga menyatakan bahwa valuation berbasis

pada kesejahteraan individu semata tidak menjamin tercapainya tujuan ekologi

dan keadilan distribusi tersebut. Dalam konteks ini, kemudian Constarm (2001)

dalam Adrianto (2006) menyatakan bahwa perlu ada ketiga nilai tersebut yang

berasal dari tiga tujuan dari penilaian itu sendiri.

2.8.1. Valuasi Biaya

Dalam ekonomi non pasar, opportzinity cost dari tenaga k e j a dibagi

menjadi dua bagian yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya

(38)

bembahnya kebiasaan mereka bekerja. Biaya tersebut merupakan biaya yang

harus diberikan kompensasi sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan buruh

untuk bekerja. Sedangkan biaya tidak langsung adalah jika waktu bekerja dari

buruh berkurang akibat adanya penambahan teknologi baru seperti mesin baru,

sehingga menyebabkan kapasitas produksi menjadi meningkat, (Abelson, 1980).

Lebih lanjut Abelson (1988) mengatakan bahwa, bentuk dari biaya

ekstemal adalah apabila sebuah perusahaan dalam melakukan produksi

menimbulkan polusi terhadap air, sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan untuk mengembalikan kualitas air menjadi meningkat. Untuk

mengesti~nasi atau mengukur biaya ekstemal ini relatif sulit, tetapi pada

prinsipnya biaya ini dapat dimasukkan ke dalam biaya produksi perusahaan

tersebut. Masalahnya adalah tidak adanya nilai harga pasar yang jelas untuk

mengestimasi biaya tersebut. Serta metode untuk mengestimasi biaya dari barang-

barang yang tidak terdapat di pasar juga cukup rurnit. Yang bisa dipergunakan

untuk mengestimasi harga dari barang-barang yang tidak terdapat di pasar tersebut

adalah melalui keinginan masyarakat untuk membayar (willingness to pay;WTP).

Sebab setiap orang tidak menginginkan barang-barang tersebut punah, baik untuk

kebutuhan rekreasi ataupun untuk kebutuhan lainnya. Nilai tersebut kemudian

dijadikan kompensai kepada masyarakat. Kemudian cara lain untuk mengestimasi

biaya ekstemal tersebut adalah melalui penyesuaian atau assesment dari harga-

harga tersebut sebagai sebuah aset milik masyarakat. Gambar di bawah ini

mengilustrasikan WTP terhadap tingkat kepuasan suatu rumah tangga:

The utility of

income

0 9.6 10.0 1 1.0 Income Rp.OOO.p.a.

(39)

2.8.2. Valuasi Manfaat

Menurut Abelson (1988), manfaat dari suatu program kegiatan, termasuk

manfaat yang dikonsumsi oleh masyarakat dan manfaat eksternal dapat dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu (a) menumnnya biaya produksi, (b) nilai dari barang-

barang yang terdapat di pasar, (c) nilai dari barang-barang yang tidak terdapat di

pasar. Dalam situasi kejasama, manfaat ini diperoleh melalui pengurangan biaya

produksi dari suatu pemsahaan. Kemudian biaya tersebut dapat disimpan sebagai

manfaat bagi pemsahaan. Manfaat bersih dari barang-barang tersebut oleh

Abelson (1988) ditunjukkan oleh area A antara kurva permintaan dan biaya

marginal di bawah ini:

Narga Rp

I

I

Marginal biaya penawaran [image:39.532.73.457.60.731.2]

Qo Jurnlah barang yang dijual

Gambar 2 Manfaat Program Kegiatan

Untuk mengestimasi manfaat kotor dengan barang-barang yang ada di

pasar, analisa biaya manfaat dapat menjawab ha1 tersebut dengan (a) memprediksi

manfaat yang akan dijual di pasar. (b) menyesuaikan dengan harga pasar dari

biaya yang ingin dikeluarkan oleh masyarakat (WTP) atau membutuhkan

penyesuaian dengan nilai yang berlaku dalam suatu rurnah tangga. Manfaat dari

barang-barang yang tidak terdapat di pasar direpresentasikan oleh area dibawah

(40)

2.9. Teknik Valuasi Ekonomi Pulau-pulau Kecil: Ecosystem Approach

Dalam teminologi ekonomi, terdapat tiga alasan yang saling berkaitan

mengapa nilai manfaat dari ekosistem alam bekurang. Pertama adalah sering

te jadi kegagalan dalam informasi. Untuk beberapa manfaat jasa dari ekosistem,

seringkali terjadi kekurangan dalam memberikan nilai dari suat

Gambar

Tabel 1. Untuk Menilai Dampak Terukur Dan Perikanan di Kawasan Konsewasi
Gambar 2 Manfaat Program Kegiatan
Gambar 3 Kerangka Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati Berbasis
Tabel 2. Total Economic Value dari Pulau-pulau Kecil Dalarn Konteks
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar .3 menunjukkan keseluruhan dari kerja sistem. Pada aplikasi, pencarian diawali dari pengguna terlebih dahulu memilih menu pemilihan gedung serba guna,

[r]

akan meninggalkan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Oleh

[r]

Kedua, dalam hukum Islam dan fatwa Dewan Syariah Nasional No.02/DSN-MUI/IV/2000 terdapat ketidaksesuaian dengan praktik yang terjadi dalam simpanan qurban yang ada

Dari 14 unsur pelayanan dalam Indeks Kepuasan Masyarakat, masih ada beberapa unsur yang kinerjanya kurang baik, yaitu Persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan,

mother ship mengenai peralatan bongkar muat yang tersedia. Hal ini tentunya sangat penting karena informasi yang terkait sangat berperan dalam kelancaran proses

Instrumen yang digunakan untuk mengukur religiusitas subjek dalam. penelitian ini merupakan pengembangan dari dimensi religiusitas